#modernitas
Explore tagged Tumblr posts
triankara · 2 years ago
Text
Tips Menghadapi Hiruk Pikuk Kehidupan Modern
Di tengah kehidupan modern yang semakin cepat dan kompleks, terkadang kita merasa tersesat dalam hiruk-pikuk dunia yang terus berputar. Teknologi yang maju dan tuntutan yang tinggi dapat membuat kita kehilangan keseimbangan dan makna yang sebenarnya. Namun, dalam kekacauan itu, ada beberapa nasihat yang baik untuk membantu kita menghadapi kehidupan modern dengan bijaksana.
Pertama, ingatlah untuk menciptakan keseimbangan antara dunia digital dan kehidupan nyata. Teknologi memberi kita akses ke informasi dan konektivitas yang luar biasa, tetapi jangan sampai kita terperangkap di dalamnya. Carilah waktu untuk terhubung dengan alam, bersantai, dan menjalin hubungan yang nyata dengan orang-orang di sekitar kita. Jangan biarkan layar menggantikan kehadiran kita dalam momen-momen penting.
Kedua, pelajari seni mengatur waktu. Dalam dunia yang sibuk, waktu menjadi aset yang berharga. Tetapkan prioritas, kelola waktu dengan bijaksana, dan hindari perangkap multitasking yang sebenarnya bisa membuang waktu dan mengurangi efektivitas. Jadwalkan waktu untuk istirahat, refleksi, dan melakukan hal-hal yang membawa kebahagiaan dan kedamaian.
Ketiga, jaga kesehatan fisik dan mentalmu. Kehidupan modern sering kali membawa stres, tekanan, dan gaya hidup yang tidak sehat. Prioritaskan tidur yang cukup, olahraga teratur, dan pola makan sehat. Berikan waktu untuk melakukan kegiatan yang memulihkan pikiran dan jiwa, seperti meditasi, seni, atau hobi yang kamu nikmati. Jaga keseimbangan antara kerja dan istirahat, dan jangan ragu untuk mencari bantuan jika dibutuhkan.
Keempat, jadikan kehidupan modern sebagai alat untuk pertumbuhan dan pembelajaran. Manfaatkan peluang yang ditawarkan oleh teknologi dan informasi untuk mengembangkan diri, mengejar minat dan bakatmu, serta terus belajar. Jangan takut untuk keluar dari zona nyaman dan mencoba hal-hal baru. Dalam kehidupan modern yang terus berubah, kemampuan untuk beradaptasi dan belajar akan menjadi nilai yang berharga.
Kelima, jangan lupa untuk bersyukur dan menghargai apa yang kita miliki. Dalam kesibukan dan tuntutan kehidupan modern, seringkali kita terjebak dalam keinginan akan lebih banyak. Ambillah waktu untuk merenung dan menyadari keberuntungan dan berkat yang sudah ada di sekitar kita. Hargai hubungan, kesempatan, dan pengalaman hidup yang telah kita dapatkan.
Terakhir, ingatlah bahwa kita memiliki kendali atas hidup kita sendiri. Meskipun dunia luar mungkin penuh dengan pengaruh dan ekspektasi, pilihan akhir tetap ada di tangan kita. Tetap setia pada nilai-nilai yang penting bagimu, ikuti passionmu, dan jangan biarkan kehidupan modern menghalangkanmu dari menjadi dirimu yang sejati.
Dalam menghadapi kehidupan modern, perlu diingat bahwa kita memiliki kekuatan untuk mengubahnya. Jadilah agen perubahan dalam komunitasmu, berkontribusilah pada hal-hal yang lebih besar dari dirimu sendiri. Jangan biarkan tekanan sosial atau konformitas membentuk siapa kita sebenarnya. Jadilah pribadi yang autentik dan berani mengejar apa yang benar-benar penting dalam hidupmu.
Terakhir, peliharalah hubungan dan ikatan manusiawi yang berarti. Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital, seringkali kita merasa terisolasi secara emosional. Jaga komunikasi yang bermakna dengan keluarga, teman, dan orang-orang yang kita cintai. Saling mendengarkan, menghargai, dan membangun kedekatan yang sejati akan memberikan kebahagiaan dan kepuasan yang tak ternilai.
Dalam menghadapi kehidupan modern yang penuh dengan dinamika dan kompleksitas, tetaplah teguh pada nilai-nilai yang kita yakini, jaga keseimbangan, dan ingatlah untuk menjalani hidup dengan penuh kesadaran dan makna. Hidup hanya sekali, jadikan setiap hari sebagai kesempatan untuk tumbuh, belajar, dan menginspirasi orang lain.
1 note · View note
primepaginequotidiani · 2 months ago
Photo
Tumblr media
PRIMA PAGINA Il Quotidiano Del Sud di Oggi domenica, 15 settembre 2024
0 notes
thesteamer · 3 months ago
Text
Via tutto
Uno dei più potenti strumenti con cui si fa il lavaggio del cervello nelle facoltà di architettura è quello del presunto esaurimento della forza espressiva del linguaggio classico.
Esaurito l'impulso dell’ultima età dell’oro (il Rinascimento), il classicismo sarebbe pertanto progressivamente decaduto in un rigido e inespressivo gioco formale, battezzato con vari nomi tutti accomunati dall’avere un’invariabile accezione negativa: Manierismo, Barocco, Rococò, Eclettismo, Accademismo, oltre a tutti i vari "Neo"  e "Revival" che hanno accompagnato nel tempo l'arte ispirata alla classicit�� o agli altri stili storici.
Ciò costituirebbe l’antefatto della narrazione che vede come storicamente necessaria la nascita e l’affermazione dell’architettura moderna, quale sorta di liberazione dalla dipendenza da detti stili, nonché l’irreversibilità di tale processo in piena coerenza con la visione progressista e positivista della storia.
È l’estetica della “tabula rasa” e della “rifondazione”, in cui idee nuove (non importa se migliori o peggiori delle precedenti) devono necessariamente e ineluttabilmente emergere e sostituire, o meglio spazzare via, quelle già assodate e magari ancora perfettamente funzionanti, per il solo fatto che ogni nuova generazione avrebbe da esprimere la propria voce dissonante rispetto a ciò che l'ha preceduta.
0 notes
dominousworld · 9 months ago
Text
TRADIZIONE VERSUS MODERNITA'
TRADIZIONE VERSUS MODERNITA'
di Cesare Carlo Torella Io ritengo che i vecchi Gesuiti fossero diversi e che quelli ri-fondati, dopo oltre trent’anni, siano stati infiltrati dai cosiddetti güelfi o maghi neri. Del resto, i güelfi neri esistevano dal Medioevo e i Maghi Neri sono sempre esistiti. Questi ultimi c’erano già al tempo dei Patriarchi biblici e ancòra prima. La differenza tra il “Mondo della Tradizione” e il “Mondo…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
altrovemanonqui · 2 months ago
Text
Nella prima metà degli anni ‘60 due donne , giornaliste e scrittrici, si mettono in macchina e da nord a sud intervistano 1018 uomini. Di età e condizioni sociali diverse. Un viaggio sociologico e antropologico complicato che mirava a capire il punto di vista maschile su argomenti che riguardavano la sfera intima della coppia, la condizione della donna ed il sesso. Era impensabile per l’epoca che due donne parlassero così apertamente di tali argomenti.
La verità è che non se ne parla mai abbastanza…e tantissimi rimangono tabù. Quest epoca di iper-informazione ci sottopone ad un maxi bombardamento che non riesce tuttavia a nutrire nel modo giusto coscienze, cervelli e cuori.
Mio malgrado reputo alcune di quelle interviste attuali. La condizione della donna, il sesso, i diritti civili…questo paese sembra pronto a tutto e invece io lo trovo a tutto impreparato.
La gente non è attenta all altro. La gente non è più abituata a ��sentire” l’altro. Mi fa paura un mondo così. Forse è per questo che coltivo la mia solitudine e in un modo che quasi atterrisce rifiuto gli altri.
Che mondo è quel mondo che mi costringe a farmi queste domande. (Non giudizi. Solo domande.)
(1) come e' possibile essere circondati da persone che dicono di volerti bene e che non si accorgono che sei incinta due volte?
(2) come e' possibile che mentre lavori con i bambini, studi per formare i ragazzi, studi anche per distruggere quelli che porti in grembo?
(3) come e' possibile che facendo l'amore non eviti, due volte, conseguenze che non vuoi?
(4) come e' possibile che affidi a internet la gestione della tua salute?
(5) come e' possibile che te ne vai in vacanza con le persone che non hai sentito di amare per considerarle alleate?
(6) come e' possibile che dopo avere seppellito in giardino quelli che hai considerato rifiuti organici pensavi di poterla fare franca?
(7) come e' possibile che una gravidanza ti crei vergogna, cosi come pure un aborto medico, preferendo diventare un animale primitivo che continua a navigare come se nulla fosse nella modernita' felice della famiglia del Mulino Bianco?
Solo domande. Nessun giudizio.
Domande come stilettate che non so schivare da giorni.
E questo libro…che pure poco ha a che fare con questa vicenda mi conduce su strade che non voglio percorrere perché non vi trovo nulla di buono.
Tumblr media
8 notes · View notes
ilpianistasultetto · 2 years ago
Text
Tumblr media
Sara' il medioevo il luogo simbolo di questa modernita', almeno secondo i CCCP. Prodigi incerti, affanni continui, qualcosa e' pre, qualcosa e' post, ecco il mondo che arrivera'. Buchi neri dell'esistenza, follia, incubi da cui ci si vorrebbe svegliare ma non c'e' modo per sfuggire. "Svegliami, svegliami.." Non e' questione di verita', di tradimenti o cedimenti, e' musica, della migliore, suoni e parole che colpiscono con la forza dell'emozione. La follia di credere che la ragione possa limitare il reale. Un flamenco appassionato, un turbinoso ballo gitano, il richiamo di un muezzin. Ritmi violenti come il cammino dell'intifada, Dio in quanto specchio dell'uomo. CCCP, fedeli alla linea. CCCP, sovieti punki leningrada. CCCP, cronache da un altro mondo.
@ilpianistasultetto
youtube
57 notes · View notes
miraa24 · 2 months ago
Text
Tumblr media
Tokoh lain, yang melukis dengan indah, mengira sebuah perahu mungkin sedang menjawab bendera Umi. Gadis malang itu bergegas ke tempat yang lebih tinggi dan segera kehabisan napas. Ini terjadi bahkan sebelum dia sampai di sekolahnya dan harus bergegas ke kelas. Kemudian, perdebatan di seluruh sekolah dimulai mengenai apakah akan melestarikan Latin Quarter. Seorang anak laki-laki menginginkan pusat siswa baru dibangun di tempatnya, sementara yang lain berdebat mengenai apakah akan melestarikan tradisi atau merangkul modernitas. Demikian pula Olimpiade Tokyo yang akan datang, yang dapat dengan mudah ditinggalkan sebagai renungan dalam skenario yang kurang bagus, sangat diantisipasi sebagai pertunjukan bagi demokrasi baru Jepang.
4 notes · View notes
bungajurang · 2 months ago
Text
catatan yang belum punya judul
Kemarin saya dan beberapa kawan ketemu Hendro Sangkoyo, salah satu penggagas School of Democratic Economics di Indonesia. Laki-laki usia 50an yang akrab disapa Om (atau mas) Yoyok ini mengajak kami mendengarkan hasil pemikirannya tentang energetika dan Energi. Ia menunjukkan satu bagan yang mempunyai 4 cabang. Pertanyaan inti yang ia sematkan pada kepala bagan itu adalah: 
ENERGI - menurut siapa? buat apa? kebutuhan siapa? atas pengorbanan siapa?
Dari kepala bagan itu ia menarik garis ke kanan. Tiap garis mewakili satu topik, yang diantaranya adalah “konstruksi epistemologi Ekonomika Energi”, konstruksi mitos Energi dan agenda belajar–yang salah satunya adalah kritik terhadap NGO-NGO yang mendaku diri sebagai agen penggerak transisi energi, ketika sejatinya mereka adalah kontraktor donor yang memperkeruh masalah per-Energi-an. Kini, Energi bukan lagi sekadar alat untuk kapitalisme bergerak dan bereproduksi. Energi telah berubah menjadi kapital itu sendiri. 
Bayangkan, produksi listrik di Pulau Jawa itu sudah berlebihan. Sekali lagi, dikatakan oleh banyak sumber, sudah lebih dari cukup. Meski jika berbicara soal distribusi, itu hal lain lagi. Pada akhir tahun 2023 saya singgah di salah satu kampung di Cilacap. Area kampung ini dulunya adalah lahan perkebunan karet dan pertanian yang diolah secara turun temurun sejak zaman kolonial Belanda, digarap oleh warga, hingga direbut oleh pemerintah melalui PTPN. Listrik di area itu baru masuk pada tahun 2010. Benar kata Ina Slamet, makna terpinggirkan itu tidak hanya secara geografis, tapi juga secara kultural dan sosial. Secara geografis, Cilacap ada di pulau terpadat di Indonesia, tapi listrik belum lama masuk. Bagaimana dengan kampung-kampung lain yang semakin jauh dari ibukota?
Namun, kelistrikan ini mungkin perlu dilihat dari sisi yang berbeda. Bisa jadi, hadirnya listrik juga mengubah sesuatu yang sebelumnya merupakan kebiasaan, bahkan syarat kehidupan, menjadi sesuatu yang dilupakan dan ditinggalkan. Tunggu, tapi saya tidak ingin jadi menyebalkan. Saya tidak ingin bilang listrik ini gak baik, atau perkembangan modernitas ini enggak baik. Pelan-pelan, deh. Anyway, tadi saya mau bilang, produsen listrik banyak tapi yang boleh beli di Indonesia cuma PLN.     
Mas Yoyok membagikan ceritanya berkunjung ke salah satu kampung di Pulau Rote. Orang-orang di sana memakai biji kemiri sebagai bahan membuat lampu penerangan. Tiga butir kemiri digerus sampai halus, lalu dipakai sebagai campuran bahan penerang yang dibakar. Kata Mas Yoyok, satu biji kemiri bisa dipakai untuk menerangi ruangan selama 1 jam. Sejak listrik masuk ke kampung itu, orang-orang mulai meninggalkan penggunaan bahan seperti kemiri dan buah-buahan lokal sebagai bahan bakar. “Kami malu mau pakai itu, karena yang lain sudah pakai listrik.” kata seorang Mama yang ditemui Mas Yoyok.
Kepulauan Mentawai punya kisahnya sendiri. Orang Mentawai punya kedekatan dengan kegelapan. Bagi mereka, kegelapan adalah salah satu syarat keselamatan. Mereka sering mengarungi sungai untuk mencari ikan dan berburu pada malam hari, ditemani cahaya rembulan yang dipantulkan oleh air dan benda-benda di sekitarnya. Bagi seorang teman Mas Yoyok yang sejak kecil tinggal dan tumbuh di Mentawai, bahkan kegelapan adalah waktu untuknya bisa bersinar. Waktu malam datang dan sekitarnya jadi gelap, wajahnya bersinar, matanya berbinar. Ia langsung mengambil dayung dan perahu, lalu menyusuri sungai di kampungnya.
Dua cerita itu mengingatkan saya dengan seorang kawan dari Kuningan, Kang Mentari (bukan nama sebenarnya), yang beberapa waktu lalu berkunjung Bogor. Ia mengikuti kelas pendidikan fasilitator, yang juga mengundang Mas Yoyok. Kang Mentari bilang, “Ah, berarti, air adalah keselamatan ya.” Dalam hal ini, air itu bukan hanya air si benda cair yang sering kita pakai mandi, minum dan mencuci. Namun air dalam artian satu entitas yang memiliki energi dan kekuatan untuk mengubah sesuatu. 
Intinya, syarat kehidupan dan keselamatan orang itu beragam. Apa syarat hidup dan keselamatan saya?
Pada waktu itu Mas Yoyok bercerita soal bagaimana ruang-ruang di kampung itu dipecah oleh batas-batas administrasi yang dibuat oleh pemerintah kolonial. Batas desa, kecamatan, kabupaten, dan provinsi, mengkotak-kotakkan orang. Padahal semua kampung itu terhubung–oleh tanah, aliran sungai, udara, angin, dan budaya. Contoh gamblang (yang saya petik secara agak ngasal), PLTU yang dibangun di sekitar Kota Jakarta menyumbang hawa panas dan sumuk di kota sibuk itu. Pembangunan sumur produksi dan pemrosesan geothermal di satu desa di Dieng mengalirkan limbah cemaran air dan udara ke desa-desa lain. Semua itu terhubung.
Sebelum kami mengakhiri obrolan santai di ruang kerja Salihara yang mengharuskan kami membayar Rp60.000 per orang hanya untuk mengakses ruang dengan kursi, meja dan internet, Mas Yoyok melempar pertanyaan pada kami: apa rencana belajar invidu kalian setelah ini? Gong. Pertanyaan itu membunyikan gong di kepala saya. Waduh, lha pertanyaan itu memang sudah mengetuk pintu hatiku selama beberapa minggu ini. Minta jawaban. Sekarang malah ada yang nanya. 
Beginilah jawaban saya: rencana terdekatku adalah aku mau merapikan isi kepala dulu, Mas. Dalam 8 bulan terakhir, saya mengerjakan sesuatu secara lompat-lompat. Proyek soal reforma agraria, disusul topik dinamika kelas, diikuti proyek masyarakat adat, disambung tema transisi energi, lalu pergi ke salah satu pusaran geothermal di Jawa Tengah, lalu sekarang berkutat dengan sistem tenurial dan agraria pesisir. Tema-tema besar yang sama sekali tidak mudah itu membentuk jaringan ruwet di kepala saya. Jadi, aku ini mengerjakan apa, untuk siapa, untuk apa, dan…kenapa aku mau mengerjakan itu? 
Mas Yoyok menatap saya dengan simpatik–atau setidaknya itulah yang saya rasakan, yah, agak ge-er memang. Ia menghela napas, lalu bilang, “Saya pernah mengalami apa yang kamu lalui sekarang,” sambungnya, “Waktu itu saya mikir, mau ngapain dan ke mana ya. Kemudian saya membuat rencana, selama 5 tahun, bagaimana saya memanfaatkan hidup saya sebaik mungkin.” Jawaban itu cukup menenangkan hati. Tentu, ada beberapa jawaban yang tidak ingin saya tuliskan di uggahan ini. Terakhir, ia bilang, perempuan itu kerap berada di posisi yang sulit. Perempuan ada di tengah-tengah konflik dan kesemerawutan dunia ini. Yang terpenting, “kamu perlu punya kemerdekaan hati,” Tapi, Mas, bagaimana caranya mencapai kemerdekaan hati.
Bogor, 26 September 2024
2 notes · View notes
theartismi · 6 months ago
Text
وَلَنْ تَرْضٰى عَنْكَ الْيَهُوْدُ وَلَا النَّصٰرٰى حَتّٰى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ
Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka.
RAND Corp adalah Pusat Penelitian dan Kajian Strategis tentang Islam di Timur Tengah atas biaya Smith Richardson Foundation, berpusat di Santa Monica-California dan Arington-Virginia, Amerika Serikat (AS). Sebelumnya ia perusahaan bidang kedirgantaraan dan persenjataan Douglas Aircraft Company di Santa Monica-California, namun entah kenapa beralih menjadi think tank (dapur pemikiran) dimana dana operasional berasal dari proyek-proyek penelitian pesanan militer.
Garis besar dokumen Rand berisi kebijakan AS dan sekutu di Dunia Islam. Inti hajatannya adalah mempeta-kekuatan (MAPPING), sekaligus memecah-belah dan merencanakan konflik internal di kalangan umat Islam melalui berbagai (kemasan) pola, program bantuan, termasuk berkedok capacity building dan lainnya.
Sedang dokumen lain senada, terbit Desember tahun 2004 dibuat oleh Dewan Intelijen Nasional Amerika Serikat (National Inteligent Council) atau NIC bertajuk Mapping The Global Future. Tugas NIC ialah meramal masa depan dunia.
Tajuk NIC di atas pernah dimuat USA Today, 13 Februari 2005 — juga dikutip oleh Kompas edisi 16 Februari 2005.
Inti laporan NIC tentang perkiraan situasi tahun 2020-an. Rinciannya ialah sebagai berikut: (1) Dovod World: Kebangkitan ekonomi Asia, dengan China dan India bakal menjadi pemain penting ekonomi dan politik dunia; (2) Pax Americana: Dunia tetap dipimpin dan dikontrol oleh AS; (3) A New Chaliphate: Bangkitnya kembali Khilafah Islamiyah, yakni Pemerintahan Global Islam yang bakal mampu melawan dan menjadi tantangan nilai-nilai Barat; dan (4) Cycle of Fear: Muncul lingkaran ketakutan (phobia). Yaitu ancaman terorisme dihadapi dengan cara kekerasan dan akan terjadi kekacauan di dunia — kekerasan akan dibalas kekerasan.
Jujur harus diakui, ke-empat perkiraan NIC kini riil mendekati kebenaran terutama jika publik mengikuti “opini global” bentukan media mainstream yang dikuasai oleh Barat.
Isi dokumen NIC di atas menyertakan pandangan 15 Badan Intelijen dari kelompok Negara Barat. Tahun 2008 dokumen ini direvisi kembali tentang perkiraan atas peran AS pada tata politik global. Judulnya tetap Mapping The Global Future, cuma diubah sedikit terutama hegemoni AS era 2015-an diramalkan bakal turun meski kendali politik masih dalam cengkeraman.
Tahun 2007, Rand menerbitkan lagi dokumen Building Moderate Muslim Networks, yang juga didanai oleh Smith Foundation. Dokumen terakhir ini memuat langkah-langkah membangun Jaringan Muslim Moderat pro-Barat di seluruh dunia. Baik Rand maupun Smith Foundation, keduanya adalah lembaga berafiliasi Zionisme Internasional dimana para personelnya merupakan bagian dari Freemasonry-Illuminati, sekte Yahudi berkitab Talmud.
Gerakan tersebut memakai sebutan “Komunitas Internasional” mengganti istilah Zionisme Internasional. Maksudnya selain menyamar, atau untuk mengaburkan, juga dalam rangka memanipulasi kelompok negara non Barat dan non Muslim lain. Pada gilirannya, kedua dokumen tadi diadopsi oleh Pentagon dan Departemen Luar Negeri sebagai basis kebijakan Pemerintah AS di berbagai belahan dunia.
Berikut ialah inti resume dari Agenda dan Strategi Pecah Belah yang termuat pada kedua dokumen tersebut, antara lain:
Pertama, Komunitas Internasional menilai bahwa Dunia Islam berada dalam frustasi dan kemarahan, akibat periode keterbelakangan yang lama dan ketidak-berdayaan komparatif serta kegagalan mencari solusi dalam menghadapi kebudayaan global kontemporer;
Kedua, Komunitas Internasional menilai bahwa upaya umat Islam untuk kembali kepada kemurnian ajaran adalah suatu ancaman bagi peradaban dunia modern dan bisa mengantarkan kepada Clash of Civilization (Benturan Peradaban);
Ketiga, Komunitas Internasional menginginkan Dunia Islam yang ramah terhadap demokrasi dan modernitas serta mematuhi aturan-aturan internasional untuk menciptakan perdamaian global;
Keempat, Komunitas Internasional perlu melakukan pemetaan kekuatan dan pemilahan kelompok Islam untuk mengetahui siapa kawan dan lawan, serta pengaturan strategi dengan pengolahan sumber daya yang ada di Dunia Islam;
Kelima, Komunitas Internasional mesti mempertimbangkan dengan sangat hati-hati terhadap elemen, kecenderungan, dan kekuatan-kekuatan mana di tubuh Islam yang ingin diperkuat; apa sasaran dan nilai-nilai persekutuan potensial yang berbeda; siapa akan dijadikan anak didik; konsekuensi logis seperti apa yang akan terlihat ketika memperluas agenda masing-masing; dan termasuk resiko mengancam, atau mencemari kelompok, atau orang-orang yang sedang dibantu oleh AS dan sekutunya;
Keenam, Komunitas Internasional membagi Umat Islam ke dalam Empat Kelompok, yaitu:
(1) Fundamentalis: kelompok masyarakat Islam yang menolak nilai-nilai demokrasi dan kebudayaan Barat Kontemporer, serta menginginkan formalisasi penerapan Syariat Islam;
(2) Tradisionalis: kelompok masyarakat Islam Konservatif yang mencurigai modernitas, inovasi dan perubahan. Mereka berpegang kepada substansi ajaran Islam tanpa peduli kepada formalisasinya;
(3) Modernis: kelompok masyarakat Islam Modern yang ingin reformasi Islam agar sesuai dengan tuntutan zaman, sehingga bisa menjadi bagian dari modernitas;
(4) Sekularis: kelompok masyarakat Islam Sekuler yang ingin menjadikan Islam sebagai urusan privasi dan dipisah sama sekali dari urusan negara.
Ketujuh, Komunitas Internasional menetapkan strategi terhadap tiap-tiap kelompok, sebagai berikut:
1) Mengkonfrontir dan menentang kaum fundamentalis dengan tata cara sebagai berikut: (a) menentang tafsir mereka atas Islam dan menunjukkan ketidak-akuratannya; (b) mengungkap keterkaitan mereka dengan kelompok-kelompok dan aktivitas-aktivitas illegal; (c) mengumumkan konsekuensi dari tindak kekerasan yang mereka lakukan; (d) menunjukkan ketidak-mampuan mereka untuk memerintah; (e) memperlihatkan ketidak-berdayaan mereka mendapatkan perkembangan positif atas negara mereka dan komunitas mereka; (f) mengamanatkan pesan-pesan tersebut kepada kaum muda, masyarakat tradisionalis yang alim, kepada minoritas kaum muslimin di Barat, dan kepada wanita; (g) mencegah menunjukkan rasa hormat dan pujian akan perbuatan kekerasan kaum fundamentalis, ekstrimis dan teroris; (h) kucilkan mereka sebagai pengganggu dan pengecut, bukan sebagai pahlawan; (i) mendorong para wartawan untuk memeriksa isu-isu korupsi, kemunafikan, dan tak bermoralnya lingkaran kaum fundamentalis dan kaum teroris; (j) mendorong perpecahan antara kaum fundamentalis.
2) Beberapa aksi Barat memojokkan kaum fundamentalis adalah dengan menyimpangankan tafsir Al-Qur’an, contoh: mengharaman poligami pada satu sisi, namun menghalalkan perkawinan sejenis di sisi lain; mengulang-ulang tayangan aksi-aksi umat Islam yang mengandung kekerasan di televisi, sedang kegiatan konstruktif tidak ditayangkan; kemudian “mengeroyok” dan menyerang argumen narasumber dari kaum fundamentalis dengan format dialog 3 lawan 1 dan lainnya; lalu mempidana para aktivis Islam dengan tuduhan teroris atau pelaku kekerasan dan lain-lain.
3) Mendorong kaum tradisionalis untuk melawan fundamentalis, dengan cara: (a) dalam Islam tradisional ortodoks banyak elemen demokrasi yang bisa digunakan counter menghadapi Islam fundamentalis yang represif lagi otoriter; (b) menerbitkan kritik-kritik kaum tradisionalis atas kekerasan dan ekstrimisme yang dilakukan kaum fundamentalis; (c) memperlebar perbedaan antara kaum tradisionalis dan fundamentalis; (d) mencegah aliansi kaum tradisionalis dan fundamentalis; (e) mendorong kerja sama agar kaum tradisionalis lebih dekat dengan kaum modernis; (f) jika memungkinkan, kaum tradisionalis dididik untuk mempersiapkan diri agar mampu berdebat dengan kaum fundamentalis, karena kaum fundamentalis secara retorika sering lebih superior, sementara kaum tradisionalis melakukan praktek politik “Islam pinggiran” yang kabur; (g) di wilayah seperti di Asia Tengah, perlu dididik dan dilatih tentang Islam ortodoks agar mampu mempertahankan pandangan mereka; (h) melakukan diskriminasi antara sektor-sektor tradisionalisme berbeda; (i) memperuncing khilafiyah yaitu perbedaan antar madzhab dalam Islam, seperti Sunni – Syiah, Hanafi – Hambali, Wahabi – Sufi, dll; (j) mendorong kaum tradisionalis agar tertarik pada modernisme, inovasi dan perubahan; (k) mendorong mereka untuk membuat isu opini-opini agama dan mempopulerkan hal itu untuk memperlemah otoritas penguasa yang terinspirasi oleh paham fundamentalis; (l) Mendorong popularitas dan penerimaan atas sufisme;
4) Mendukung sepenuhnya kaum modernis, dengan jalan: (a) menerbitkan dan mengedarkan karya-karya mereka dengan biaya yang disubsidi; (b) mendorong mereka untuk menulis bagi audiens massa dan bagi kaum muda; (c) memperkenalkan pandangan-pandangan mereka dalam kurikulum pendidikan Islam; (d) memberikan mereka suatu platform publik; (e) menyediakan bagi mereka opini dan penilaian pada pertanyaan-pertanyaan yang fundamental dari interpretasi agama bagi audiensi massa dalam persaingan mereka dengan kaum fundamentalis dan tradisionalis, yang memiliki Web Sites, dengan menerbitkan dan menyebarkan pandangan-pandangan mereka dari rumah-rumah, sekolahan, lembaga-lembaga dan sarana lainnya; (f) memposisikan sekularisme dan modernisme sebagai sebuah pilihan “counter culture” kaum muda Islam yang tidak puas; (g) memfasilitasi dan mendorong kesadaran akan sejarah pra-Islam dan non-Islam dan budayanya, di media dan di kurikulum dari negara-negara yang relevan; (h) membantu dalam membangun organisasi-organisasi sipil independen, untuk mempromosikan kebudayaan sipil (civic culture) dan memberikan ruang bagi rakyat biasa untuk mendidik diri sendiri mengenai proses politik dan mengutarakan pandangan-pandangan mereka.
Beberapa bukti tindakan program ini misalnya mengubah kurikulum pendidikan di pesantren-pesantren dengan biaya dari Barat, kemudian menghembuskan dogma “Time is Money – dengan pengeluaran sekecil-kecilnya menghasilkan pendapatan sebesar-besarnya”.
5) Tempo doeloe, pernah dalam mata pelajaran PMP dtampilkan gambar rumah ibadah masing-masing agama dengan tulisan dibawahnya: “semua agama sama”.
Mendirikan berbagai LSM yang bergerak dibidang kajian filsafat Islam, menyebar artikel dan tulisan produk LSM yang dibiayai Amerika. Intinya menyimpulkan bahwa semua agama adalah hasil karya manusia dan merupakan peradaban manusia. Tujuannya tak lain guna menggoyah keyakinan beragama, termasuk mendanai beberapa web site di dunia maya dan lainnya.
6) Mendukung secara selektif kaum sekularis, dengan cara: (a) mendorong pengakuan fundamentalisme sebagai musuh bersama; (b) mematahkan aliansi dengan kekuatan-kekuatan anti Amerika berdasarkan hal-hal seperti nasionalisme dan ideologi kiri; (c) mendorong ide bahwa dalam Islam, agama dan negara dapat dipisahkan dan hal ini tidak membahayakan keimanan tetapi malah akan memperkuat.
7) Untuk menjalankan Building Moderate Muslim Networks, AS dan sekutu menyediakan dana bagi individu dan lembaga-lembaga seperti LSM, pusat kajian di beberapa universitas Islam maupun universitas umum lain, serta membangun jaringan antar komponen untuk memenuhi tujuan-tujuan AS. Contoh keberhasilan membangun jaringan ini ketika mensponsori Kongres Kebebasan Budaya (Conggress of Cultural Freedom), dimana pertemuan ini berhasil membangun komitmen antar elemen membentuk jaringan anti komunis.
Hal serupa juga dilakukan dalam rangka membangun jaringan anti Islam. Kemudian membangun kredibilitas semu aktivis-aktivis liberal pro-Barat, demi tercapai tujuan utama memusuhi Islam secara total. Bahkan apabila perlu, sikap tidak setuju atas kebijakan AS sesekali diperlihatkan para aktivisnya seolah-olah independen, padahal hanya tampil pura-pura saja.
AS dan sekutu sadar, bahwa ia tengah terlibat dalam suatu peperangan total baik fisik (dengan senjata) maupun ide. Ia ingin memenangkan perang dengan cara: “ketika ideologi kaum ekstrimis tercemar di mata penduduk tempat asal ideologi itu dan di mata pendukung pasifnya”.
Ini jelas tujuan dalam rangka menjauhkan Islam dari umatnya. Muaranya adalah membuat orang Islam supaya tak berperilaku lazimnya seorang muslim.
Pembangunan jaringan muslim moderat ini dilakukan melalui tiga level, yaitu: (a) menyokong jaringan-jaringan yang telah ada; (b) identifikasi jaringan dan gencar mempromosi kemunculan serta pertumbuhannya; (c) memberikan kontribusi untuk membangun situasi dan kondisi bagi berkembangnya sikap toleran dan faham pluralisme.
Sebagai pelaksana proyek, Departemen Luar Negeri AS dan USAID telah memiliki mandat dan menunjuk kontraktor pelaksana penyalurkan dana dan berhubungan dengan berbagai LSM, dan para individu di negeri-negeri muslim yaitu National Endowment for Democracy (NED), The International Republican Institute (IRI) The National Democratic Institute (NDI), The Asia Foundation (TAF), dan The Center for Study of Islam and Democracy (CSID).
Pada fase pertama, membentuk jaringan muslim moderat difokuskan pada organisasi bawah tanah, dan kemudian setelah melalui penilaian AS selaku donatur, ia bisa ditingkatkan menjadi jaringan terbuka.
Adapun kelompok-kelompok yang dijadikan sasaran perekrutan dan anak didik adalah : (a) akademisi dan intelektual muslim liberal dan sekuler; (b) cendikiawan muda muslim yang moderat; (c) kalangan aktivis komunitas; (d) koalisi dan kelompok perempuan yang mengkampanye kesetaraan gender; (e) penulis dan jurnalis moderat.
Para pejabat Kedutaan Amerika di negeri-negeri muslim harus memastikan bahwa kelompok ini terlibat, dan sesering mungkin melakukan kunjungan ke Paman Sam. Adapun prioritas pembangunan jaringan untuk muslim moderat ini diletakkan pada sektor: (a) Pendidikan Demokrasi. Yaitu dengan mencari pembenaran nash dan sumber-sumber Islam terhadap demokrasi dan segala sistemnya; (b) dukungan oleh media massa melakukan liberalisasi pemikiran, kesetaraan gender dan lainnya — yang merupakan “medan tempur” dalam perang pemikiran melawan Islam; (c) Advokasi Kebijakan. Hal ini untuk mencegah agenda politik kelompok Islam.
AS dan sekutu sadar bahwa ide-ide radikal berasal dari Timur Tengah dan perlu dilakukan “arus balik” yaitu menyebarkan ide dan pemikiran dari para intelektual moderat dan modernis yang telah berhasil dicuci otak dan setuju westernisasi yang bukan berasal dari Timur Tengah, seperti Indonesia dan lainnya. Tulisan dan pemikiran moderat dari kalangan di luar Timur Tengah harus segera diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, kemudian disebarkan di kawasan Timur Tengah.
Agaknya inilah jawaban, kenapa Indonesia seringkali dijadikan pertemuan para cendikiawan dan intelektual muslim dari berbagai negara yang disponsori AS dan negara Barat lain. Banyak produk baik tulisan maupun film diproduksi “Intelektual Islam Indonesia”, kemudian disebarkan dan diterjemahkan dalam bahasa Arab. Semua bantuan dana dan dukungan politik ini tujuannya guna memecah-belah umat Islam.
Seperti berkembang banyak LSM memproduk materi-materi dakwah atau fatwa namun isinya justru “menjerumuskan” Islam, termasuk munculnya banyak tokoh liberal sebagai opinion maker di tengah masyarakat, merupakan isyarat bahwa konspirasi menghancur Islam itu ada, nyata dan berada (existance). Yang paling memprihatinkan, justru jurus pecah belah dilakukan menggunakan tangan-tangan (internal) kaum muslim itu sendiri di negara tempat mereka lahir, tumbuh dan dibesarkan, sedang mereka “tak menyadari” telah menjadi pengkhianat bagi bangsa, negara dan agamanya!
2 notes · View notes
hongibi · 7 months ago
Text
Jalan Tol (Essay)
Apakah jalan tol itu lambang pemerataan? Jawabannya tergantung siapa yang menjawab. Bagi negara, pembangunan infrastrukur yang masif adalah cara untuk melakukan pemerataan. Bagi sebagian kecil orang yang kritis, pengembangan manusia melalui pendidikan dan kesehatan adalah bagian dari pemerataan, dan itu lebih penting ketimbang pembangunan infrastrukur yang masif dan monumental.
Di dekat rumah saya, negara sedang membangun jalan tol baru untuk menghubungkan jabodetabek dalam satu lingkaran, tol JORR 2 namanya, sesuai namanya yang berakhiran 2, tentu ada yang pertama. Jalan tol JORR 1 memang sudah sangat sumpek dengan tumpukan mobil pribadi, bus, dan truk. Mungkin, maksud dari negara membangun tol JORR 2 untuk mengurai kemacetan yang terdapat di tol JORR 1.
Saya punya cerita yang unik tentang pembangunan tol tersebut. Ruas tol yang berada dekat dengan rumah saya itu agak sedikit problematik pembangunannya, kenapa problematik? Karena pembangunan tol akan menggusur sebuah komplek pemakaman yang sangat dicintai oleh warga sekitar. Warga sekitar menolak relokasi komplek pemakaman dikarenakan di sana terdapat makam para sepuh yang sangat mereka hormati. Hasilnya, penolakan keras terjadi oleh warga terhadap pembangunan jalan tol baru itu. Alot sekali proses pembebasan lahannya, sampai-sampai pada masa penolakannya terdapat sejumlah spanduk-spanduk yang dibentangkan di jalan-jalan untuk menolak pembangunan jalan tol baru. Sampai pada akhirnya disepakati bahwa komplek pemakaman itu tidak akan digusur, komplek pemakaman akan tetap ada pada tempatnya dan tidak bergeser seinci pun, win-win solution tentunya.
Pembangunan dilanjutkan dengan membiarkan komplek pemakaman itu tetap ada di tengah-tengah jalan tol. Sungguh unik, kalau anda sempat atau suatu hari nanti akan melewati ruas tol itu ke arah Cileungsi dari arah Jakarta, anda akan melihat komplek pemakaman yang berada di tengah-tengah jalan tol. Saya tidak tahu di tempat lain apakah ada yang seperti itu atau tidak. Ini pertama kalinya saya melihat yang demikian. Agak ironis melihatnya, orang-orang yang telah mati itu berada di tengah-tengah keramaian laju kendaraan, laju modernitas. Bukankah kita semua selalu mengucapkan, ”beristirahatlah dalam damai” ketika ada seseorang yang pergi meninggalkan dunia ini? Hal itu nampak tidak berlaku untuk orang-orang yang telah mati di komplek pemakaman itu, orang-orang yang telah mati itu harus terhimpit oleh laju modernitas demi jargon pemerataan pembangunan.
Mengulang pertanyaan di kalimat pertama, paragraf pertama. Apakah benar bahwa pembangunan jalan tol atau pembangunan-pembangunan monumental lainnya sebagai lambang pemerataan? Atau malah sebuah lambang kemelaratan? Memang, pembangunan jalan tol dapat melancarkan alur distribusi barang, para produsen barang akan lebih cepat dalam mendistribusikan barangnya untuk konsumen, perputaran ekonomi negara akan berlangsung lancar dan menguntungkan. Tapi, apakah dengan begitu pemerataan akan terjadi? Saya rasa tidak. Siapa yang diuntungkan dari mudahnya distribusi barang tersebut? Tentu pengusaha dengan modal yang berlimpah. Semakin mudahnya alur distribusi barang, semakinya cepatnya distribusi barang, pengusahan akan semakin diuntungkan. Bagaimana dengan nasib buruhnya? Apakah dengan diuntungkannya perusahaan dengan hadirnya tol baru akan berdampak positif juga terhadap kehidupan buruhnya? Atau orang-orang yang terbuang karena tanahnya tergusur oleh pembangunan jalan tol tersebut? Pertanyaan yang mungkin jawabannya sudah kita ketahui semua.
Jalan tol, bagi mereka yang terbuang lantaran kena gusur adalah simbol keserakahan negara terhadap ruang hidup rakyatnya. Uang ganti yang selalu dimaknai ganti rugi, bukan ganti untung tidak memberikan kehidupan yang layak bagi mereka. Manusia-manusia yang terbuang menerima dengan pasrah tanahnya dirampas negara, demi kemajuan bangsa dan negara tanpa bisa melawan, melawan kekuatan modal. Jalan tol, bagi mereka yang berduit dan berkantong tebal adalah simbol kenyamanan, simbol pemerataan. Puji-pujian terhadap negara kerap dilontarkan dari mulut-mulut mereka, betapa mudah dan cepatnya hidup mereka sekarang dalam mengarungi lautan mobil di Jakarta, bayar mahal sedikit tidak masalah, karena buat manusia Jakarta cepat adalah segalanya, cepat adalah kemewahan, cepat adalah keuntungan. Makin cepat mereka melakukan mobilisasi, makin banyak materi yang mereka dapatkan. Tidak salah memang, tapi seperti yang Orwell bilang dalam novelnya yang berjudul The Road to Wigan Pier, “I felt that I had got to escape not merely from imperialism but from every form of man’s dominion over man. I wanted to submerge myself, to get right down among the oppressed, to be one of them and on their side against their tyrants.” Orwell seperti memberi pesan bahwa hidup adalah pilihan, pilihlah di mana anda akan berpihak. Berpihak pada mereka yang kalah, atau berpihak pada mereka yang menang.
Selayaknya semua warga negara, saya mendukung program pemerataan, saya tidak anti terhadap pembangunan dan pemerataan, saya ingin negara melakukan pemerataan yang berkeadilan bagi seluruh rakyatnya, tanpa satu rakyat pun yang tertinggal. Apakah sudah begitu layak infrastriktur pendidikan dan kesehatan kita sampai-sampai negara melupakan itu dan lebih memilih membangun proyek-proyek infrastruktur yang megah dan monumental? Apakah pengembangan manusia tidak menjadi prioritas negara? Saya rasa, negara yang adil dan makmur adalah negara yang mementingkan perkembangan manusianya, semua manusianya, semua rakyatnya, bukan hanya mementingkan segelintir orang saja. Bukankah sila kelima masih berbunyi, ”Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”? Belum berubah, kan, isinya? Apakah nasib orang-orang kalah tidak akan pernah berubah sampai mereka pergi dari dunia ini? Seperti yang sudah saya tuliskan di atas, Orwell mengajak kita supaya memilih pihak mana yang akan kita pilih, memihak pada pemenang dalam hidup ini, atau memihak pada manusia-manusia yang kalah, yang terpojok di sudut kehidupan tanpa bisa berbuat apa-apa. Saya, mungkin, untuk saat ini akan berada dipihak yang Orwell pilih. Mudah-mudahan saya akan selalu seperti itu sebagai manusia. Masih yakinkah kalian pada jargon, “Indonesia emas 2045”? Silakan direnungkan.
2 notes · View notes
Text
Gathering Sukses? Kuncinya Souvenir Kantor Premium dari Kediri | 0821-3108-7971
Tumblr media
Pendahuluan
Dalam dunia kerja yang penuh dengan dinamika dan tuntutan, gathering menjadi momen yang sangat dinantikan oleh para karyawan. Acara ini tidak hanya berfungsi sebagai ajang untuk bersantai dan bersosialisasi, tetapi juga sebagai sarana untuk memperkuat kebersamaan di antara anggota tim. Namun, ada satu elemen yang sering kali menentukan keberhasilan gathering, yaitu souvenir kantor. Souvenir yang dipilih dengan cermat dapat menjadi penentu apakah gathering akan meninggalkan kesan yang mendalam atau justru terlupakan begitu saja. Souvenir kantor premium, khususnya yang berasal dari Kediri, bisa menjadi kunci sukses dalam menciptakan acara yang tak terlupakan.
Mengapa Memilih Souvenir Kantor Premium?
Kualitas yang Meningkatkan Kesan Acara
Souvenir kantor premium bukan sekadar hadiah, melainkan investasi dalam menciptakan kenangan. Kualitas yang dihadirkan oleh souvenir premium akan meningkatkan kesan positif terhadap acara dan perusahaan. Barang-barang yang dibuat dengan bahan berkualitas tinggi dan desain yang menarik akan memberikan kesan profesionalisme dan perhatian terhadap detail, sesuatu yang sangat dihargai oleh para karyawan.
Pengaruh Souvenir Premium terhadap Branding Perusahaan
Lebih dari sekadar cendera mata, souvenir kantor premium juga berperan penting dalam branding perusahaan. Souvenir yang dirancang dengan logo perusahaan atau pesan khusus dapat menjadi alat promosi yang efektif. Karyawan yang menerima souvenir berkualitas tinggi akan merasa lebih terhubung dengan nilai-nilai perusahaan dan, pada akhirnya, menjadi duta brand yang bangga.
Keunggulan Souvenir Kantor dari Kediri
Tradisi dan Kualitas Kerajinan Lokal Kediri
Kediri dikenal sebagai salah satu pusat kerajinan tangan di Indonesia. Produk-produk yang dihasilkan di Kediri tidak hanya berkualitas tinggi, tetapi juga sarat dengan nilai budaya dan tradisi lokal. Souvenir dari Kediri menawarkan keunikan yang sulit ditemukan di tempat lain, menjadikannya pilihan yang sempurna untuk mereka yang ingin memberikan kesan mendalam pada gathering kantor.
Souvenir Unik dengan Sentuhan Lokal yang Khas
Souvenir dari Kediri sering kali dibuat dengan sentuhan lokal yang khas, seperti penggunaan motif batik atau bahan-bahan alami. Hal ini tidak hanya menambah nilai estetika, tetapi juga memberikan nuansa keunikan yang membuat souvenir lebih berkesan. Karyawan akan merasa mendapatkan sesuatu yang istimewa dan berbeda dari yang biasa mereka terima, meningkatkan nilai personal dari souvenir tersebut.
Jenis-Jenis Souvenir Kantor Premium yang Bisa Dipilih
Produk Kerajinan Tangan Eksklusif
Salah satu pilihan terbaik untuk souvenir kantor premium adalah produk kerajinan tangan eksklusif. Misalnya, vas bunga yang diukir dengan motif khas Kediri, atau kotak penyimpanan dari kayu jati dengan desain yang elegan. Produk-produk ini tidak hanya fungsional tetapi juga menjadi dekorasi yang indah untuk meja kerja atau rumah, sehingga akan selalu diingat oleh penerima.
Aksesori Modern dengan Nuansa Tradisional
Selain produk kerajinan tangan, aksesori modern dengan sentuhan tradisional juga bisa menjadi pilihan yang menarik. Contohnya adalah power bank dengan casing berdesain batik atau agenda kerja yang dilapisi kain tenun khas Kediri. Kombinasi antara modernitas dan tradisi ini membuat souvenir menjadi lebih relevan dan diminati oleh karyawan dari berbagai generasi.
Tumblr media
Strategi Memilih Souvenir yang Tepat untuk Gathering
Menyesuaikan Souvenir dengan Tema Gathering
Setiap gathering biasanya memiliki tema tertentu yang ingin diangkat. Menyesuaikan souvenir dengan tema tersebut akan memperkuat kesan yang ingin disampaikan oleh acara. Misalnya, jika tema gathering adalah “Inovasi dan Kreativitas”, souvenir yang berhubungan dengan seni atau teknologi bisa menjadi pilihan yang tepat. Menyesuaikan souvenir dengan tema juga menunjukkan bahwa perusahaan memperhatikan detail dan serius dalam menyelenggarakan acara.
Mempertimbangkan Kebutuhan dan Preferensi Karyawan
Selain menyesuaikan dengan tema, penting juga untuk mempertimbangkan kebutuhan dan preferensi karyawan dalam memilih souvenir. Apakah karyawan lebih suka sesuatu yang fungsional seperti alat tulis atau mereka lebih menghargai sesuatu yang unik dan dekoratif? Mengetahui preferensi ini akan membantu perusahaan memilih souvenir yang tidak hanya dihargai tetapi juga digunakan dalam jangka waktu yang lama.
Personalisasi Souvenir: Sentuhan Khas yang Membuat Berkesan
Manfaat Personalisasi dalam Meningkatkan Nilai Souvenir
Souvenir yang dipersonalisasi dengan nama atau inisial karyawan selalu memberikan kesan yang lebih personal dan bermakna. Personalisasi menunjukkan perhatian perusahaan terhadap individu, membuat karyawan merasa dihargai dan istimewa. Ini juga menambah nilai sentimental pada souvenir, menjadikannya lebih dari sekadar barang tetapi juga kenang-kenangan yang memiliki arti khusus.
Ide Personalisasi yang Kreatif dan Bermakna
Ada banyak cara untuk mempersonalisasi souvenir agar lebih berkesan. Misalnya, perusahaan bisa mencantumkan nama karyawan pada agenda kulit atau memberikan pesan motivasi yang spesifik untuk masing-masing individu. Personalisasi juga bisa dilakukan melalui desain atau warna yang disesuaikan dengan selera karyawan. Ide-ide ini tidak hanya meningkatkan nilai souvenir tetapi juga membuatnya lebih relevan dan diminati.
Meningkatkan Keberhasilan Gathering dengan Souvenir Premium
Souvenir sebagai Alat Peningkat Semangat dan Loyalitas Karyawan
Souvenir kantor premium bisa menjadi alat yang efektif untuk meningkatkan semangat dan loyalitas karyawan. Ketika karyawan merasa dihargai dan diakui melalui pemberian souvenir berkualitas tinggi, mereka akan lebih termotivasi dan bersemangat dalam bekerja. Ini tidak hanya meningkatkan produktivitas tetapi juga menciptakan suasana kerja yang lebih positif dan harmonis.
Membuat Gathering Lebih Menarik dan Berkesan
Dengan adanya souvenir kantor premium, gathering tidak lagi menjadi acara biasa. Souvenir yang menarik dan berkualitas tinggi akan menambah keseruan dan antusiasme karyawan selama acara berlangsung. Ini juga menjadi alat yang efektif untuk menciptakan kenangan yang berkesan, yang akan terus dikenang oleh karyawan bahkan setelah acara berakhir.
Tumblr media
Studi Kasus: Gathering Sukses Berkat Souvenir Kantor dari Kediri
Contoh Nyata Perusahaan yang Berhasil Menggunakan Souvenir Kediri
Sebuah perusahaan besar di Jakarta pernah mengadakan gathering tahunan dengan tema “Budaya Nusantara”. Mereka memilih souvenir berupa kotak kayu berukir khas Kediri yang diisi dengan produk-produk lokal. Souvenir ini mendapatkan respon yang sangat positif dari karyawan, yang merasa mendapatkan sesuatu yang tidak hanya indah tetapi juga bermakna. Gathering tersebut dinilai sebagai salah satu yang terbaik dan paling berkesan oleh para peserta.
Pelajaran yang Dapat Diambil dari Studi Kasus Ini
Dari studi kasus ini, dapat dilihat bahwa pemilihan souvenir yang tepat dan berkualitas tinggi memiliki dampak yang signifikan terhadap keberhasilan gathering. Souvenir yang dipilih dengan cermat dan disesuaikan dengan tema serta nilai perusahaan akan menciptakan kesan yang mendalam dan meningkatkan loyalitas karyawan. Ini adalah investasi kecil yang memberikan hasil besar dalam membangun hubungan yang lebih kuat antara perusahaan dan karyawannya.
Tips Memilih Vendor Souvenir di Kediri
Kriteria Vendor Souvenir yang Berkualitas
Memilih vendor souvenir yang tepat di Kediri adalah langkah penting untuk memastikan bahwa perusahaan mendapatkan produk yang berkualitas tinggi. Kriteria utama yang harus diperhatikan adalah reputasi vendor, kualitas produk, dan kemampuan untuk memenuhi pesanan dalam jumlah besar. Vendor yang baik juga harus menawarkan layanan pelanggan yang responsif dan fleksibel dalam menyesuaikan produk sesuai kebutuhan perusahaan.
Cara Mendapatkan Penawaran Terbaik dari Vendor Lokal
Untuk mendapatkan penawaran terbaik, perusahaan bisa melakukan beberapa strategi, seperti memesan dalam jumlah besar untuk mendapatkan diskon, atau menjalin hubungan jangka panjang dengan vendor. Selain itu, melakukan perbandingan harga dan kualitas antara beberapa vendor juga akan membantu perusahaan mendapatkan produk terbaik dengan harga yang paling kompetitif.
Tumblr media
Kesimpulan
Souvenir kantor premium dari Kediri bukan hanya sekadar cendera mata, tetapi juga kunci sukses dalam setiap gathering. Dengan memilih souvenir yang berkualitas tinggi dan disesuaikan dengan tema acara, perusahaan dapat menciptakan acara yang tak hanya berkesan tetapi juga memperkuat hubungan antara karyawan dan perusahaan. Souvenir ini akan menjadi kenang-kenangan abadi yang terus diingat oleh karyawan, meningkatkan rasa bangga dan loyalitas mereka terhadap perusahaan. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk meremehkan pentingnya memilih souvenir kantor premium dalam setiap gathering yang diselenggarakan.
1 note · View note
benzbarabwc · 1 year ago
Text
Tumblr media
Selingan
"Latour, Lacan, Zizek"
Tidak ada modernitas, tidak ada budaya. Lantas yang ada apa? Prancis memang tidak pernah berhenti mengejutkan saya. Sebagai penggemar Prancis, dapat dikatakan saya anak baru di dunia perpenggemaran ini. Saya fanboi Prancis.
Karena anak baru, saya masih terus terkejut dengan pernyataan-pernyataan yang meluncur dari isi pikiran para filsuf Prancis.
Sayangnya, di tulisan ini tidak bisa seratus persen Prancis, karena pernyataan Bruno Latour di atas akan saya tabrakkan dengan kritik Slavoj Zizek ke Jacques Lacan tentang "synthome", homolog semena-mena yang dilakukan Jacques Lacan pada ajaran Karl Marx.
Seperti kita tahu, Jacques Lacan adalah seorang psikiater dan psikoanalis, itu artinya dia memiliki kekuatan (power) yang amat besar, untuk tidak mengatakan "terbesar", sebab memahami ilmu alam dan bekerja sebagai laki-laki berkulit putih yang memahami ilmu alam, dan tidak sekadar ilmu alam, melainkan ilmu kejiwaan, Lacan tidak bisa menafikan sangkaan bahwa dia bisa saja mengarang apapun untuk menjustifikasi ajarannya.
Ini yang kemudian di-point out oleh Zizek. Dalam buku "The Sublime Object of Ideology", Zizek mengkritik penggunaan kata "synthome" yang disangkakan ke Lacan oleh Zizek sendiri sebagai "Homolog" yang semena-mena. Apa maksudnya? Homolog harus dilakukan pada dua objek atau lebih yang apple to apple. Jikalau tidak, ia menjadi justifikasi kebenaran.
Kebohongan ilmiah ini lah yang membuat Bruno Latour, seorang pemikir abad ke-20 di bidang filsafat teknologi, cocok kita sempalkan ke kritik Zizek terhadap Lacan.
Latour bilang, di buku "We Have Never Been Modern" (1991), tidak itu yang namanya budaya karena tidak ada yang namanya zaman modern. Memang tidak mudah memahami ini karena kita adalah warga negara berkembang, tapi tidak mudah artinya kita hanya butuh waktu sedikit lebih lama dibanding warga negara dunia kedua untuk pada akhirnya manggut-manggut sama kritak-kritik para Europeans.
-
Bagaimana hubungan Latour dengan Lacan? Latour lahir tahun 1947, setelah perang dunia kedua selesai dan Lacan tahun 1901, sebelum perang dunia pertama dimulai. PR banget mencari titik temu yang homolog di antara keduanya.
No worries! Dalam setiap PR selalu ada solusi. Latour mengatakan 2 (dua) hal:
1. Zaman modern itu tidak ada, artinya kita tidak pernah menjadi manusia yang modern.
2. Budaya itu tidak ada (dan karena inilah kita tidak pernah menjadi manusia yang modern).
Di sini lah kita menemukan homolog antara dua pernyataan Latour dengan dua pernyataan Lacan tentang ajaran Karl Marx yang ia rangkum dalam sebuah kata sakti yaitu "synthome".
Apa itu? "Synthome" memiliki banyak makna dan cara melakukan homolog adalah dengan mengambil 2 (dua) saja:
1. Gejala individu yang memiliki kejiwaan yang menolak kebudayaan
2. Gejala sosial yang menciptakan individu yang memiliki kejiwaan yang menolak kebudayaan
Nah, di mana kah masalah kedua pernyataan ini? Kalau di dalam dirinya, sih, (das ding, an sich) tidak ada, ya namanya justifikasi, mana mungkin terdapat kontradiksi internal. Tapi, kalau kita melihat dari sudut pandang Marxist seperti Slavoj Zizek, filsuf asal Slovenia yang sekarang mengajar di European Graduate School, dan juga filsuf selebritas, kita dapat menyimpulkan bahwa "synthome"-nya Lacan itu tidak ilmiah, pseudo-ilmiah, dan ini sebuah kejahatan pendidikan juga, lho. Kalau dibiarkan begitu saja ajaran pak psikiater dan psikoanalis Jacques Lacan tanpa didampingi kritik sosial dan ideologi a la Slavoj Zizek, bukan hanya dampaknya buruk bagi nasib pendidikan kita di Indonesia secara umum, tapi juga kita jadi tidak mampu mengenali diri sendiri karena ya, mau gimana, psikologi modern ciptaan Sigmund Freud didistorsi oleh Jacques Lacan, bahkan dia memberi lapisan etika pada ajaran Sigmund Freud ("Seminar VII: Ethics of Psychoanalysis ") seolah tanpanya ilmu dan tentunya beserta sosok Sigmund Freud menjadi tidak etis. Wow!
-
5 notes · View notes
ohlalune · 1 year ago
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
MENGALAM
Berangkat dari fenomena krisis lingkungan sekaligus ketidakberdayaan manusia dalam menghadapi perubahan-perubahan akibat modernitas, karya Sunaryo merupakan proses perenungan mendalam tentang hubungan manusia dengan alam. Sunaryo banyak mengambil pelajaran dari sifat alam yang tercermin dalam pemilihan atau penggunaan material seperti kayu, batu, bambu hingga air dalam wujud yang beragam.
Sources: selasarsunaryo.com
2 notes · View notes
dominousworld · 2 years ago
Text
LA MODERNITA' ATTRAVERSO GLI OCCHI DELLA TRADIZIONE
LA MODERNITA' ATTRAVERSO GLI OCCHI DELLA TRADIZIONE
di Alexander Dugin Passiamo ora ad una parte assolutamente diversa dell’antropologia: il modo in cui la filosofia e la scienza dell’Occidente moderno presentano l’uomo, la sua essenza, la sua natura. Si parte quasi sempre dalle nozioni moderne, che diamo per scontate (‘il progresso è obbligatorio’), e attraverso il loro prisma ci rivolgiamo ad altre nozioni, ad esempio pre-moderniste. Con una…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
uminurchayatii · 2 years ago
Text
Antara Kota dan Desa
Selama ini harusnya kita sadar bahwa yang menghidup kota adalah desa. Tapi dalam perjalanan sejarah manusia, pembanggunan dilakukan dari kota lalu ke arah desa. Sejak zaman dulu orang-orang membangun pusat peradaban dekat laut, tempat orang dari mana-mana saling bertemu dan mengenal. Disitulah terbangun sebuah kota yang ramai, pusat perdagangan, pendidikan, dan kesehatan mulai maju.
Berbagai barang daganggan didatangkan dari desa-desa ke kota. Orang desa memproduksinya dalam waktu yang lama dengan paling sedikit mendapatka keuntungan dibanding orang yang menjual. Pembangunan di desa berjalan lambat karena pertumbuhan ekonomi yang lambat. Keuntungan dari berjualan hasil tani desa memang hanya cukup untuk makan.
Mungkin kita berkata bahwa pembangunan bisa dinyalakan dari sunyi perdesaan. Hal itu memang benar adanya bagi masyarakat desa yang beradab. Selama ini yang kita tahu dari desa adalah nilai-nilai luhurnya. Warga masyarakatnya yang gemar saling tolong menolong, saling bermusyawarah, dan kekeluargaan yang erat di antara warganya.
Berbeda dengan di kota, kita menyebut masyarakat kota individualis, egoistik, konsumtif, dan banyak hal lain disematkannya. Kota-kota yang diiringi gemerlap lampu di malam hari yang membiarkan penduduknya berhadapan dalam arus putaran pasar yang keras. Kedamaian hidup di kota seperti nihilis.
Hal serupa berbanding terbalik dari pelukisan orang tentang desa. Suara gemericik air, pepohonan yang hijau, hamparan padi yang mmulai menguning dan kicau burung adalah pemandangan desa yang diimpikan masyarakt kota. Tapi bagi orang di desa hal sepeerti itu bukanlah yang perlu dinikmati setiap harinya karena sejak bangun sampai tidur lagi lingkungan tempat tinggalnya sudah seperti itu. Pemandangan yang indah seperti itu takk begitu memikat para penduduk desa. Buktinya banyak generasi muda yang ogah tinggal di desa.
Pemandangan alami yang indah di desa tak cukup berarti bagi penduduknya yang terhimpit kemiskinan dan terjerat hutang rentenir. Padi yang menguning, panen yang bagus tak cukup membeli kebahagiaan, juga tak cukup membuat anak-anak para petanni meneruskan pekerjaan orangtuanya, para pemuda anak petani desa dengan modal panen yang harganya murah pergi ke kota mencari pekerjaan baru.
Penduduk desa hari ini memanglah sudah tidak bisa disamakann dengan orang desa jamann dulu. Disentuh roda peradaban modern, orang desa hari ini juga mempunyai standar hidup yang sama dengan orang kota. Hidup petani yang dulunya cukup makan keluarga, bisa bayar iuran rt, gelar hajatan kampung. Kebutuhan warga desa sudah bertambaah lebih banyak. Mereka mulai membangun rumah yaang bagus, menyekolahhkan anak-anak di kota, atau mengirim anak bekerja di kota. Arus mdernitas merubahhh cra hidup desa. Nilai luhur desa kini jugaa berjalan beriingan dengann efek dari roda modernitas.
Masyarakat desa menikmati hidupnya kalau ia punya tanah. Tapi punya tanah saja tidak cukup jika mau bersanding dengan kebutuhan kehidupan moder. Harus didampingi dengan pekerjaan laiin, misalnya menjadi pejabat, menjadi pegawai, atau berdagang.
Capaian itu hanya bisa diraih para tuan tanah. Penduduk desa yang biasa buruh tani. Mencoba mengakhiri kemiskinan dengan meranntau di kota. Jika tidak hilanglah sumber penghasiilan. Mengandalkan buruh di tuan tanah seperti moyangnya dalu sudah tidak bisa lagi. Bayaran buruh tani sangat kecil. Lebih baik jadi buruh pabrik.
Di kota lah para orang desa bertemu dengan penduduk desa lain yang hampir serupa juga kasussnya. Pergi dari desa adalah keterpaksaan zaman. Lalu di kota berjumpa dengan konflik baru. Orang kota juga ada yg kaya dan miskin. Rumah reyot di pinggir-pinggir kalli yang kumuh menjadikan orang desa bersyukur. Semiskin moskinnya di desa lingkungannnyaa masih lebih bagus.
Orang desa bukannya tidak ingin membangun desanya. Tapi kenyataannya berkata, selama ini pembangunan itu dari kota baru ke desa. Pekerjaan yang beragam di kota menyediakan akses bertumbuh kaum muda. Di desa bukannya tidak bisa, tapi peluang tidaklah sebanyak di kota. Pun di desa kita berhadapan dengan lebih banyak keterbelakangan budi. Pemilihan kepala desa masih dimenangkan oleh calon yang menabur paling banyak uang meski minim gagasan.
2 notes · View notes
jejakkata · 2 days ago
Text
tutorial buat sandal jepit dari kain batik
Pendahuluan
Batik adalah warisan budaya Indonesia yang kaya akan nilai seni dan estetika. Menggunakan kain batik untuk membuat sandal jepit adalah cara yang unik untuk memadukan tradisi dan modernitas. Dalam artikel ini, kita akan membahas langkah-langkah membuat sandal jepit dari kain batik secara lengkap.
Alat dan Bahan yang Dibutuhkan:
1. Kain batik (pilih motif sesuai selera)
2. Sol sandal (bisa beli jadi atau buat sendiri dari bahan lain)
3. Benang dan jarum jahit
4. Lem kain
5. Gunting
6. Pulpen atau pensil
7. Penggaris
8. Kancing atau hiasan tambahan (opsional)
Langkah-langkah Membuat Sandal Jepit dari Kain Batik:
1. Menyiapkan Pola:
Pertama-tama, ukur panjang dan lebar kaki Anda menggunakan penggaris. Gambarlah pola sol sandal pada kain batik menggunakan pulpen atau pensil. Pastikan ukuran pola sesuai dengan kaki Anda. Setelah itu, gunting pola sol sandal dari kain batik.
2. Membuat Tali Sandal:
Gunting kain batik menjadi dua potongan panjang dengan lebar sekitar 2-3 cm. Panjang tali dapat disesuaikan dengan ukuran kaki dan preferensi Anda. Tali ini akan menjadi bagian pengikat sandal jepit.
3. Menjahit Tali pada Sol Sandal:
Letakkan potongan tali pada posisi yang diinginkan di atas sol sandal. Jahit ujung tali pada sol sandal menggunakan benang dan jarum. Pastikan jahitan kuat agar tali tidak mudah lepas saat digunakan.
4. Menggabungkan Tali dengan Sol:
Setelah tali dijahit pada sol, lipat tali melintang di atas kaki dan jahit ujung tali lainnya pada sisi yang berlawanan dari sol sandal. Lakukan hal yang sama pada potongan tali kedua untuk bagian kaki lainnya. Pastikan tali tersebut membentuk bentuk V yang nyaman saat dipakai.
5. Menambahkan Hiasan (Opsional):
Anda dapat menambahkan hiasan tambahan seperti kancing atau manik-manik pada tali sandal untuk memberikan sentuhan personal. Hiasan ini bisa dijahit atau dilem pada tali sandal.
6. Finishing:
Periksa kembali sandal jepit yang telah dibuat. Pastikan semua jahitan kuat dan tidak ada bagian yang longgar. Jika diperlukan, gunakan lem kain untuk memperkuat sambungan antara tali dan sol sandal.
Kesimpulan:
Sandal jepit dari kain batik siap digunakan! Selain nyaman dan stylish, sandal ini juga unik karena menggunakan bahan tradisional yang bernilai seni tinggi. Anda bisa bereksperimen dengan berbagai motif batik dan hiasan sesuai selera.
0 notes