#misuh
Explore tagged Tumblr posts
Text
Kunci mobil gwe hilang udah 20 MENIT gk ketemu²👎👎
#marah BANGET#urung kondangan#taking a break krn udah darting banget ini#kalo ketemu itu kunci gue bakal pakein collar anjing#misuh
0 notes
Text
Me : "maafin orang orang yg nyakitin kamu ya"
Also me : " DIHHH, LA DIA AJA GAK MINTA MAAF, KOCAK LU!'
Kadang baik, kadang misuh wkwk ya aku juga itu
23 notes
·
View notes
Text
Umur 29 tahun akhirnya menerbitkan buku pertama, nggak apa-apa, setiap orang punya jalurnya masing-masing kan. Jadi wajar lama, namanya juga bukan jalur orang dalam, hehe.
Omong-omong ini perjalanan singkatnya;
Sebelum media sosial hype dan platform menulis belum ada yang rilis (mungkin) tulisan pertamaku dimuat media lokal, koran Waspada Medan tahun 2011. Aku masih SMA dan honor satu puisi saat itu 15 ribu, cukup untuk jajan.
Sejak itu juga aku mulai punya mimpi (benaran cita-cita yang aku tulis di cocard pas PMB) sebagai penulis. Tapi ya begitulah proses hidup, karena gagal masuk sastra, pikiranku yang pendek dan nggak bisa mikir banyak ini, langsung berhenti nulis begitu kuliah di jurusan lain.
Tapi namanya suka, 2016-an wattpad lagi jayanya, aku mulai menulis lagi dengan nama pena yang bahkan aku sekarang lupa apa namanya. Akun itu aku hancurkan setelah mulai difollow banyak orang dan ditemukan temanku di real life. Saat itu aku masih nggak pede dengan kemenyeanku dalam menulis. Masih tersinggung kalau dikatain menye dan galauan sama orang-orang.
Problem manusia yang belum berdamai, nggak cuma akunnya semua tulisan yang pernah kutulis di masa itu, musnah tak bersisa.
Lalu 2020 pandemi, aku baru resign, pengangguran dan lockdown. Usia 25, kata orang quarter life crisis, apapun bahasa orang, di usia itu yang seharusnya lagi produktifnya hidup tiba-tiba menghadapi fase nggak bisa kemana-mana dan nggak ngapa-ngapain, rasanya sangat useless sekali. Jadilah curhat di platform tumblr, yang ramah sama manusia misuh-misuh dengan cara estetik.
Dan itu yang akhirnya buat aku tahun 2021-nya, masih dalam keadaan jobless, memutuskan ngehidupin lagi mimpi lama.
2021 ke sekarang juga panjang prosesnya, tapi kesimpulannya sama, tujuanku udah jelas terarah, meski selain menulis aku masih punya banyak tujuan yang 'ya Alloh ya Alloh, kapanlah ini terwujud'.
Tapi nggak apa-apa, nggak ada yang simsalabim jadi, yang sekarang aja dulu terasa jauh, berarti yang masih bisa lebih dekat.
35 notes
·
View notes
Text
Sebuah Ikhtiar yang Iseng :)
Gabut dikit daftar kampus buat S2 (lagi) trus nulis motivation letternya juga sebentar banget, less than an hour.
Tapi, yang aku rasakan adalah ada perasaan "pasrah sama apapun takdir Allah" mungkin karena yaudah ini iseng aja, kalau lolos beasiswanya ya alhamdulillah kalau engga? Ya I can still go on my life. hahah coba bisa gini sama mimpi mimpi yang lain, kayaknya hidupnya akan tenang aja deh.
Eh, tapi aku akhirnya belajar hal lain. Begini, ternyata punya pilihan itu adalah sebuah privilege loh. Kenapa gitu? Dulu, saat lulus S1 aku ga punya opsi lain. Opsi satu satunya adalah aku harus lulus S2 pakai beasiswa, kalau engga aku ga tau akan jadi apa.
Kali ini, aku daftar S2 (lagi) itu ada opsi lain. Kalau ga lolos, ya lanjutin hidup. Tetep ngajar. Kalau lolos? Ya belajar lagi (sambil misuh-misuh pasti, mbatin ngapain pilih S2 lagi) ahhaha tapi at least pilihannya bukan hidup atau mati.
Hemmm seru sekali punya banyak opsi hidup. Seringnya sejak dulu opsiku kalau ga ini, ya kamu diee wkkww mon maap ini tulisan apa sih
Bandung, 16 December 2024 sesaat setelah daftar kampus di UK untuk S2 KWKWKW *tepok jidat
11 notes
·
View notes
Text
Tehdin
Dulu banget, aku terobsesi dipanggil "teteh", karna di rumah, cuma tetehku yang berhak dipanggil "kakak perempuan" tsb, ya karna aku bungsu.
Ya, pas SMA sempet sih dipanggil teteh, ya sama adik kelas Rohis. Tapi kan bukan "branding" yang melekat yah. Terus pas kuliah, gak ada sama sekali. Pas S2 sih paling, dipanggil "mbakdin" sama tim penelitian di Malang.
Lalu di 2021, dalam suatu kelas online yang ku ikuti, iseng lah membranding diri "tehdin". Enak aja gitu dengernya. Itu juga buat membedakan antara Dini ABCD, iya, nama pasaran itu.
Sampai sekarang, jadinya para followers juga manggilnya tehdin wkwkkwk. Iya, si teteh-teteh sunda yang hobi cakcokcakcok goblog kalo dah misuh soal mulyono n the gank.
2 Oktober 2024
13 notes
·
View notes
Text
Minggu depan sudah tidak lagi boleh menjalani hari dengan emosi hari kemarin yang melekat. Harus sudah terbiasa dengan ritme masuk kelas mengajar, suatu yang dinanti sejak lama. Walau kini masih misuh-misuh meyakinkan diri sendiri bahwa di tempat inilah, di kota ini lah akhirnya labuhan abdi-pekerjaan itu bermuara.
Terkadang pekerjaan yang mengikat, sebuah kota yang memaksa bertahan lama terasa seperti jodoh juga. Sesuatu yang terjadi karena memang rejekinya-yang sudah menjadi takaran. Harus bersiap berkomitmen, memberikan abdi-terbaik, dan tidak lagi boleh berpikir labil.
Tempat ini harus sudah dianggap sebagai suatu yang menaungi diri hingga pensiun tiba, semua orang harus bisa dijadikan keluarga dalam waktu yang panjang, semua kegiatan berbentuk kesibukan harus sudah menjadi makanan yang biasa menemani hari, tidak lagi boleh terkejut, tidak lagi boleh latah, semua sudah melekat sejak aku memilih tempat ini.
Perjalanan jauh ke depan, tentunya dimulai dari mengatur langkah pertama di hari ini, dengan sadar di mana diri berada. Semoga Allah bantu mudahkan—dan Allah perkenankan.
7 notes
·
View notes
Text
Masak lagi
Aku dan saudara lainnya sedang kumpul di kamar tanteku, tiba-tiba tetehku nyeletuk kepingin makan pedas. Ku biarkan saja celetukannya. Tapi ngga berselang lama, tetehku nyuruh keponakanku untuk mengambil ceker ayam di kulkas rumahku. Tercetuslah ide memasak ceker mercon. Lalu, siapa yang kebagian memasak? Tentu aku.
Meski sambil misuh karena sebenarnya mager, aku tetap mau memasak ceker mercon ini dengan khidmat.
Ceker bakso mercon dijadikan lauk makan, lalu semur jengkol menjadi lauk pelengkap makan malam ini.
- 1 Mei 2024
12 notes
·
View notes
Text
Kayaknya aku perlu list, aku kehilangan hal-hal apa aja ketika aku melalaikan, mengabaikan, dan menunda-nunda sesuatu.
Yang jelas aku kehilangan banyak kesempatan baik. Padahal dengan kesempatan baik yang datang itu bisa membuat diriku lebih bertumbuh.
Akibatnya, aku malah jadi orang yang nggak bertanggungjawab terhadap diri sendiri dan bahkan orang lain.
Kalau hal-hal kayak gini masih aku rawat dan pelihara, itu berarti aku jahat sama diri sendiri karena ternyata aku yang mengkerdilkan diri sendiri.
Ke depan belajar lagi ya, Monica? Jangan diulangiiiiii
Postingan malam ini banyak misuh-misuh sama diri sendiri huhuhu.
Maaf ya, Monica. Tapi kamu emang harus sering-sering disentil biar sadar dan belajar.
Bandung, 16 November 2024
@monicasyarah
4 notes
·
View notes
Text
dunia emang gak adil; tapi selama kita meyakini bahwa Allah Maha Adil, rasa-rasanya "ketidakadilan" itu jadi doesn't matter anymore gak sih? kayak as long as kita merawat keimanan dan berusaha mengantongi ridho Allah dengan sungguh-sungguh, jadi yaudah aja. gak ada lagi tuh misuh-misuh panjang karena merasa dunia gak berpihak sama kita. otomatis merasa tenteram. toh, pada dasarnya dunia emang gak akan pernah dirasa adil. itulah kenapa Allah menganjurkan kita untuk gak perlu se-effort itu menaruh rasa cinta kepadanya (dunia).
12 notes
·
View notes
Text
Kekuatan Tulus
Tadinya hanya aku yang sibuk berceloteh setiap pulang kampus, luapan cinta yang terus-terusan menabrak layar ini, susah sekali mengelolanya.
si Mbak sudah hapal sekali, senyumku mudah bertahan seharian, hanya dengan bertemu seorang duktur di pagi hari. Hanya berpapasan di kelokan terakhir menuju kampus, bahagiaku sudah sempurna. Sejauh ini aku masih masih malu melempar salam pada mereka, namun semoga esok lusa Allah beri keberanian.
Alhamdulillah, turut bersyukur sekali Allah izinkan senang mencintai mereka yang ilmunya luar biasa. Semoga atasnya, Allah izinkan para ulama juga mencintai aku dan keluarga.
Tentang cinta-mencinta ini, proses diajari Allah selama di kampus, cukup menarik agaknya. Kesimpulan yang kudapatkan sejauh ini; harus tetap bisa cinta, meski terbatas layar. meski tak tersampaikan. meski nyata tidak berbalasnya.
Kemarin lusa, kukira hanya kami yang menghadapi tantangan keikhlasan mencintai ini. Sampai hari ini Allah sadarkan aku, keikhlasan mencintai, pula berbentuk tak bertemu muka.
Semester ini beberapa matkul kampusku mengharuskan setiap dosen mengajarkan kami terpisah dengan murid ikhwan. Sistemnya tentu lewat daring, duktur akan menggunakan akun sendiri dengan kamera menyala, mengajari kami sekelas menggunakan satu akun.
Yang barang tentu, kami mematikan kamera. bahkan tak jarang, beberapa duktur meminta mic dimatikan juga agar tak banyak suara bocor.
Seorang dukturku itu, membuka kelas selalu dengan senyuman di wajah, muka teduh, memendar bahagia. Sedari salam pertama hingga senyuman terakhir sebelum berpisah, semangatnya seperti tidak berujung. Bila pun sakit, serak, dan pusing kata mereka, kau temukan itu semua seperti hilang seketika manakala mereka mulai berujar ayat-ayatNya.
Namun itu semua masih kalah dengan kehebatan utama; hangatnya cinta mereka pada kami yang berhasil menembus layar. sungguh, luar biasa sekali.
Aku baru sadar. kami yang mencintai beliau itu, sebuah kewajaran. cinta karena melihat, wajar sekali. kami bisa melihat indah adabnya. kami bisa menikmati elok tuturnya. kami bisa menyaksikan luas dan dalam ilmunya.
Jatuh cinta ketika melihat hamba Allah spek begitu, normal ya.
Namun, bila dibalik! wah. tak wajar. Beliau yang tak pernah sama sekali melihat kami. Tak pernah bertemu muka. Tak pernah tau wujud muridnya ini, kecuali berbentuk nama-nama yang kerap sama.
Dengan semua tak penah itu, alangkah hebatnya para duktur bisa tetap mengupayakan adanya cinta, mengupayakan tersampaikannya cinta, Allahu!
Bukankah mempertahankan letupan semangat di depan layar hitam itu, sulit sekali? Bukankah mempertahankan wajah seriang itu, tutur kalimat seelok itu, adab seindah itu, ialah sangat sulit kecuali bila kau menengok lawan bicaramu?
Bila bukan karena Allah, kukira cinta itu tak akan sampai pada kami. kukira semangat itu tak akan selama itu bertahannya. kukira tak akan sehebat itu tertancapnya ilmu yang mereka tuturkan. Maka, semoga Allah balas semua ikhlasnya para duktur dalam menyampaikan ilmu Allah itu. Semoga Allah kuatkan juga hatinya meski harus mengajar di hadapan layar hitam tanpa bisa mendengar semangatnya para akhwat bila menanggapi kelas.
Wah, bertambah lagi kekagumanku pada mereka yang keluasan ilmunya berhasil menjelma amal. Hadeh, aku ingin pula diberi Allah niat seluhur itu. Cinta setulus itu. Amal seikhlas itu.
Ketulusan itu, aku ingin sekali ya Allah.
------------------------------------
Mulai hari ini aku tidak akan misuh-misuh lagi meski harus mencintai dari balik layar, wkwk. Alhamdulillah. Semoga Allah kuatkan. dan, alhamdulillah lagi, akhirnya tiba juga momen ketika hatiku dilembutkan pada ranah ini.
4 notes
·
View notes
Text
mau nangis🥺
sedang merasa energi negatif ini berkumpul pada tubuh ini, ingin rasanya teriakkk kenceng atau nangiss. kalau misuh kan gaboleh ya:)
5 notes
·
View notes
Text
Tiga hari terakhir kembali flu, gara-gara cuaca ngga jelas. Tenggorokan gatel banget, tapi batuk sesekali aja. Meler ingus cair, badan ngga ngilu tapi lemesssz banget dan anget dikit.
Balik jaga malem sebelum libur sebenernya udah letoy dan berencana naik ojek aja alih-alih jalan kayak biasa. Tapi abis ngemil rotiboi stasiun ternyata ada energinya buat jalan pelan-pelan sampe rumah. Kemarin seharian bedrest, bergelung aja di bawah selimut. Bangun cuma buat makan, dipijet dikit, lalu tidur lagi. Bubur cina to the rescue, lalu tidur lebih awal.
Pagi ini ikut kelas workout. Napas udah enak. Idung udah ngga meler, tenggorokan udah anteng. Stiff leg deadlift 20kg diteriakin coach dari layar "AMI KEENTENGAN ITU YA" ck akhirnya nambah 10kg lagi baru di-"NAH GITU AMI"-in.
Ya gitu-gitu aja dinamika hidup ini. Kadang beler meriang termehek-mehek di kasur, kadang bangkit beberes jumpalitan di matras. Untungnya badan lagi cukup bugar dan ngga perlu bertele-tele sakitnya.
Mari kita sambut akhir tahun gegap gempita ini dengan lebih banyak misuh-misuh karena ingin ini ingin itu banyak sekali tapi waktunya tida ada. Tengs.
3 notes
·
View notes
Text
Tidak baik atau buruk
Segala sesuatu yang terjadi pada hidup manusia itu pada dasarnya netral saja (indifferent). Tidak baik atau buruk. Yang menjadikannya baik atau buruk adalah persepsi kita. Menjadi kaya bisa jadi buruk kalau dengan itu menjadikan hidup kita tidak tenang, jauh dari kebaikan, dan dekat dengan kemaksiatan. Sebaliknya, menjadi kaya juga bisa jadi baik kalau dengan itu kita semakin semangat untuk membantu orang lain, menjadikan harta kita lebih bermanfaat, memudahkan kita untuk beribadah, dan semakin dekat dengan kebaikan. Mengalami kecelakaan motor bisa jadi baik kalau dengan itu kita jadi lebih bersyukur karena masih diberi keselamatan, menjadi semakin hati-hati, waspada, dan taat peraturan lalu lintas. Kecelakaan motor bisa juga menjadi buruk kalau kita mengeluh, mengutuk, menyalahkan orang lain, menyalahkan tuhan, dan misuh-misuh.
Persepsi adalah sesuatu yang berada di bawah kendali kita, sehingga baik-buruk itu adalah sesuatu yang ada dibawah kendali. Tentu saja setiap manusia punya standar baik-buruk yang biasa dikenal dengan etika, moral, akhlak, adab, sesuai dengan sumber kebaikan masing-masing. Sebagai seorang muslim, standar baik-buruk kita adalah akhlak yang sumbernya adalah Al-Qur'an dan As-Sunnah. Terkait ini, ada sebuah hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruh urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur dan itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar dan itu pun baik baginya.”
Satu hal penting yang Nabi ajarkan kepada kita adalah konsep pengendalian diri yaitu persepsi. Standar kebaikan orang yang beriman adalah dia harus bisa merespon segala situasi dengan positif. Kalau mendapati kesenangan atau kemudahan dia harus bersyukur, kalau mendapati kesedihan atau kesulitan dia harus bersabar. Syukur dan sabar adalah sesuatu yang baik dan bahkan diperintahkan dalam Islam.
Respon adalah satu hal yang sangat mendasar. Bagaimana kita merespon akan menentukan baik buruknya sesuatu yang menimpa kita. Dan respon adalah sesuatu yang berada dibawah kendali kita. Setiap masalah datang, hadapi secara responsif, yaitu memroses masalah dengan baik dan penuh pertimbangan. Jangan hadapi masalah secara reaktif tanpa ada proses dan pertimbangan yang baik.
2 notes
·
View notes
Text
Halo, tumblr :)
Agak asing bagiku menekan tuts tuts datar ini untuk kembali mengalirkan apa yang ada dalam diriku ke dunia maya -- sebuah pojok kecil yang lama kubangun untuk kujadikan suaka berceloteh, merenung, mempertanyakan, atau mengupload hal hal spesial untuk kukenang kembali.
Nah, setelah satu paragraf barusan rasanya jadi agak lebih familiar.
Aku yang sekarang, secara jiwa mungkin jauh berbeda dengan aku yang dulu bentar bentar nulis. Bahkan, sejak jadi istri, ibu, mengelola sebuah suaka yang diupayakan nyaman nan bercahaya bernama rumah-- aku malah jadi lupa bagaimana caranya meluapkan perasaan (dengan sehat). Aku lupa, bagaimana dulu aku bisa me-manage waktu yang sesempit itu jadi luarbiasa penuh dengan kebaikan dan pemaknaan. Aku lupa, bagaimana dulu aku bisa hidup sesehat dan sebugar itu. Aktifitas padat, tidur sedikit, workout sejam plus kelas zumba malam masih gaspol! Aku lupa, bagaimana dulu aku mampu mengupayakan ilmu dan intake cahaya yang terus menerus. Ikut kajian kesana kemari, jauh jauh, di KRL ngaji, dimana mana melihatNya dan hanya Ia.
Aku lupa. Sungguh, aku benci aku yang sekarang bukan main.
Mas berkata, kalau selain bawaan bawaan baik, manusia juga punya bawaan lainnya. Seperti pelupa, suka tergesa gesa, tidak bersyukur.. Al-Qur'an menyebutkannya dengan rinci. Kita mengupayakan dengan berlatih agar kita tidak keikut sifat bawaan itu. Berlatih yang butuh pertolongan Allah, ilmu, dan dinamika yang menyempurna lewat jam terbang yang tinggi.
Aku ingin menumpahkan sumpah serapah dan carut marut atas kondisi diriku yang sekarang. Yang sering kubingung, yang sering kusebal sendiri.
Ah, aku sekali bukan, ketiga hal itu?
Tapi, aku mau potong emosi negatif yang sudah cukup kurasakan itu dengan kajian yang belum kudengar hingga akhir..
Kata Ustadzah Marhamah di kelas AA, surah At-Tiin ayat 4 yang bunyinya
laqod kholaqnal insaana fii ahsani taqwiim (Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya,)
Ahsani Taqwiim itu bukan hanya sempurna fisiknya, organ organ tubuhnya.. Tapi more than equipped, have all the tools and potentials a human need to win on every situation or even hard time in life. Jadi Allah tuh udah kasih kita semua mua, lebih dari yang kita butuhkan, di dalam diri kita sendiri untuk mampu memenangkan challenge demi challenge kehidupan, hatta menang dunia akhirat. Cause Allah wants us to win and only win! Maasyaallah🥹
Kata ust Aad di kuliahnya yang apa pun materinya akan selalu bahas tentang hati dan keimanan, karena dia center dr apapun.. Semua jawaban itu ada di dalam diri kita. Di hati kita. Tak perlu google banyak dan ikut kelas bejibun. Cari ilmunya tapi nyalakan hatinya, ada keyakinan dan keraguan yang sejatinya jika kita mau mendengarkan dan ikuti, sami'naa wa atha'naa.. Karena hati kita itu radar yg langsung nyambung sama Allah.. Kita akan mampu menemukan jalan keselamatan dan kedamaian yang Allah janjikan🥺
Jadiiiiii......... Masih mau misuh misuh nih?hehe
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Sekarang, jalan dulu. Liat ke dalam. Raba rasa. Cari tau. Coba satu satu. InsyaAllah bisa kok. InsyaAllah kita akan seperti yang kita harapkan.
Di do'akan terus, diupayakan terus, minta dituntun terus, belajar terus. Gagal terus gapapa, kan artinya kita belajar terus hehehee. Kalau kegagalannya di hal yang sama, artinya pemahaman kita makin mendalam dan menyempurna. Suatu hari gagal gagal itu akan berhasil. Yang berat dan tertatih akan ringan berlari.
Kesinambungan berawal dari ketidaksinambungan
Keseimbangan berawal dari kesetimbangan
Diseimbangkan ya, semua kekhawatirannya dengan rasa harap. Semua rasa takut dengan rasa cinta. Semua buruk sangkanya dibasuh lembut sama rahmat Allah ya :")
Dan kita suatu hari sampai. Akan sampai, InsyaAllah
Selamat berjuang! Bersama Allah semua niscaya. #fokuspadarahmatNya
3 notes
·
View notes
Text
(Sepertinya) aku butuh teman
Bekerja full WFA itu ada enak dan gak enaknya. Enaknya, bisa bangun siang, gak perlu commute, ngerjain kerjaan kapan aja yang penting beres, bisa kerja tanpa mandi dulu dan cuma pakai daster.
Gak enaknya? gak punya temen, terisolir, cepet bosen, cuma bisa ngandelin sosmed buat keep in touch, dan sepertinya aku butuh teman. Ya aku tinggal bareng mama, tapi ada hal-hal yang enggak luwes yang bordernya anak-ibu. Mau se-friendly apapun, tetep aja anak-ibu, beda sama temen.
Sepertinya aku butuh teman, yang bisa diajak ngobrol dan ngoceh dan misuh wkwk. Not to mention co-habitation, karna simply itu bukan budaya kita. Eh tapi kalo co-habitation sama temen perempuan ya gapapa sih haha. Jadi inget drama korea Be Melodramatic, 3 orang perempuan sebaya yang tinggal bareng. Seru banget kayaknya. Ya, kalo ada yang mau tinggal bareng sih, tapi tetep beda kamar, bukan yang sekamar berdua. Aku tetap butuh privasi.
Kalo co-habitation beda jenis gimana? maksudnya tinggal bareng anabul? wkwkwk, duh mau miara anabul ga jadi-jadi, gakuat ngebiayainnya. Udah paling bener beli guling bebek aja gausah diurus.
Tinggal bareng suami? boleh juga. Tapi, nyari dimana? apa gak bisa langsung dateng aja tanpa aku usaha mencari? wkkwkwk. Hadeh. Capek.
2 November 2023
34 notes
·
View notes
Text
kayanya memang kunci keluar dari hidup autopilot ini adalah merenung dan evaluasi per hari, atau kalau gabisa perminggu, lalu di akhir bulan melihat aku udah belajar apa ya.
kemarin tuh beneran ngobrol sama kakak kelas terus dari segala huru hara kehidupan dia selalu bercerita dengan "gue jadi belajar... gue jadi tau kekurangan gue... gue jadi paham..."
dan amazed sih, wah beberapa bulan ini gue cuma misuh misuh terus kalau udah lewat masalahnya plong lega... tapi inget quotes, "Lessons in life will be repeated until they are learned."
ini bener sih ya, kalau ga dipelajari ya keulang lagi terus gitu sampe kita mau ga sih belajar biar ke depannya lebih siap lagi kalo ada masalah seperti itu atau lebih besar lagi CHALLENGEnya.
memang growth mindset iniiii masih susah untuk aku tp yaudah gpp kita belajar pelan-pelan lagi!
4 notes
·
View notes