#kupula
Explore tagged Tumblr posts
Text
栗の毬(いが)は緑色(7月15日)
1 note
·
View note
Note
czy kupulas juz sobie slomke peppe grajaca z biedry tylko 28 zl
CO JA NIE WIEDZIAŁAM ŻE COŚ TAKIEGO W OGÓLE BYŁO ??!?!?
4 notes
·
View notes
Photo
Launching Klub Menulis Kupula, Ini Pesan Kepala SMPN 1 Lhoknga
0 notes
Text
Starlite | Patria | Ponte al día 284 (09/09/20)
#11#11s#19#1977#al#bilbao#coronavirus#covid#de#dia#festival#kupula#mbfwmadrid#ocionews#pad#patria#ponte#septiembre#starlite#visibles
1 note
·
View note
Text
HARI 1: AKU DAN DALAMNYA
Aku sering melihat rupaku di cermin hingga tiap lekuk-lekuk dan sudut-sudutnya kuhafal dengan baik. Relung dangkal berbentuk bulan sabit di antara kedua mataku yang membuat hidungku pesek khas mongoloid. Tahi lalat yang suatu hari muncul begitu saja di ujung hidungku dan dengan santainya memutuskan untuk menetap disana. Otot kelopak mata kiriku yang melorot hingga selalu membuatku terlihat seperti orang mengantuk di saat-saat tidak pas. Bibirku yang tebal dan berwarna gelap menjadikanku terobsesi dengan gincu demi terlihat lebih menarik. Bentuk rahangku yang terlalu persegi seringkali kupulas dengan photoshop supaya lebih runcing dan feminin di foto-foto media sosialku. Aku bisa saja lanjut sampai berhalaman-halaman membahas rupaku di cermin, namun bukan itu yang mau kau tahu kan. Kau mau tahu apa yang ada di dalam, yang rupanya tidak bisa terlihat di cermin waktu aku lagi gosok gigi pagi-pagi. Ah sial kau, beri aku waktu dulu untuk merenung oke?
...
...
...
Botol listerine di kamar mandiku sudah mau kosong namun masih belum juga kutemukan kata-kata yang pas demi memenuhi keingintahuanmu itu, padahal sudah kuhabiskan setiap malam saat lagi kumur-kumur sambil mengaca memikirkannya. Oke, karena sudah kelewat ngaret, akan kujawab saja sekarang. Waktu aku lagi di kantor namun sedikit banyak makan gaji buta.
Sedikit demi sedikit kulit cokelatku kukupas layaknya kulit pisang. Dimulai dari kepala dulu yang isinya paling banyak. Ternyata sulit. Kepalaku keras seperti batok kelapa. Kurasa itulah yang menjadikanku tidak mau mendengar kata orang lain. Susah dikasih tahu. Setidaknya sampai sudah kubuktikan sendiri ucapannya itu benar. Kalau sudah punya keinginan, harus kesampaian. Ambisi, tapi kadang jadi obsesi. Ibuku bilang aku keras kepala, ia benar, padahal ia belum pernah mencoba mengupas kepalaku. Heran.
Di dalam kulit kepalaku yang keras itu, banyak barang-barang berserakan. Dari yang penting sampai yang tidak penting. Banyak sekali isinya. Mungkin ini yang membuat aku suka jadi autistic, tenggelam dalam pikiranku sendiri. Aku suka mikir, tapi kadang kebanyakan mikir. Banyak dan beragam hal menarik perhatianku. Sekalinya tergaet, aku bisa tidak berhenti mendalaminya sampai akar. Sayang, kepalaku ini tidak punya rak buat meletakkan isi-isinya. Semua jadi berantakan. Sering aku sendiri lupa harus mengambilnya di bagian mana dalam kepalaku. Waktu ingin menceritakan hal-hal yang kupikir menarik ini ke orang lain, kocar-kacirlah makhluk-makhluk kecil di kepalaku mencari dimana aku simpan isi pikiran itu. Rasanya ingin bilang begini ke diriku sendiri, mbok ya rapihin isi kepalamu itu dulu toh, jangan disamain sama kamarmu yang berantakan!
Terdapat di antara tumpukan-tumpukan barang berserakan tersebut, satu tombol merah yang letaknya tidak tersembunyi. Tombol yang agaknya sudah longgar hingga sering kali tidak sengaja terpencet. Sekalinya terpencet, tidak ada cara lagi untuk membatalkan efek jangka panjangnya. Satu kata berwarna putih tertulis jelas-jelas di atasnya dalam huruf kapital. IMPULSIVITAS.
Aku lanjut mengupas mencapai mata. Tempat hal-hal gemerlap silih berganti menjadi hiburan untuk jiwa dangkalku. Seperti warna kuning yang selalu membuatku ceria, every shades of yellow, apalagi kalau warna kuning ini bersinggungan dengan warna ungu. Selain itu aku juga nenikmati segala jenis seni visual. Menurutku seni visual tidak harus dipajang dalam galeri atau museum, menikmati seni visual bisa sambil berjalan-jalan di kota, bahkan di alam terbuka. Banyak hal cantik yang bisa kau temukan disana. Hal yang membuatku senang lainnya tentu menonton film. Needless to say, I cannot pick between Harry Potter, GOT, or HIMYM. But if I gotta choose one thing to simply describe me, then it would be hopeless-romantic for sure (all thanks to Ted Mosby).
Lalu semakin ke bawah, sampailah di bibir. Disini kata-kata mengalir deras seperti air terjun. Namun teman-teman terdekatku, yakin tahu jelas bahwa aku ini dasarnya seorang introvert. Aku suka bersosialisasi, namun aku tidak terlalu mahir melakukannya. Apabila terpapar dalam situasi sosial terlalu lama, aku bisa menjadi tidak nyaman sampai ke titik muak dan gelisah. Jelas aku lebih nyaman bersosial dalam cakupan yang kecil dibanding yang besar. Aku bisa saja mendekam di kamar berhari-hari dan tidak terganggu dengan itu, dorongan untuk keluar rumah buatku lebih bersumber dari kebutuhan memuaskan mata dibanding memuaskan bibir. Itu juga alasan aku suka sendirian dalam keramaian, mengamati, mengobservasi manusia-manusia di sekitarku, hingga akhirnya aku menemukan ceritanya sendiri dalam kepalaku.
Namun dibalik daging-daging di permukaan tubuhku yang bisa dikupas lalu dimakan ini, lebih dalam lagi ada organ yang sangat rapuh. Tempat perasaan-perasaanku bersemayam. I feel things loudly, louder than my mouth, louder than my logic. And that’s exactly why my emotions rule almost every aspect of my life. Si perasa. Si cengeng. Si baper. My friend once told me I was like a time bomb with the igniter easily provoked. Aku meledak-ledak. Ya, mungkin itu maksudnya. Rasanya aku ingin tidak terima, tapi aku tidak bisa membantah. Kalau bisa, aku ingin mengikis perasaanku beberapa sentimeter, agar tidak terlalu tebal. Agar aku bisa menakar sedikit perasaanku saat mencintai seseorang, atau saat membenci seseorang. Ujungnya, agar aku tidak mudah sedih-sedih lagi.
Sebenarnya aku mau lanjut lagi lebih bawah, ke organ yang ada di antara kedua pahaku. Namun sudah, lihat betapa menulis ini membuatku menyadari satu sifat lain tentang diriku. I am such a narcissist to write all these words about myself. No wonder I spend so much time looking at myself in the mirror while I’m brushing my teeth.
2 notes
·
View notes
Text
The Curious Case of Balthus’s Hero’s Relic
So according to Balthus at the end of his paralogue, he states the his Hero’s Relic, Vajra-Mushti, is not in fact the real one but a replica. This kinda bothers me, namely in how its presented.
Now, there is some difference in translations. One potentially implying that this was a real Relic used and Balthus just has a copy. The other being that it was never in the War of Heroes and was made after it. can believe either, but the wiki seems to lean in favor of the Relic being made after the War of Heroes.
Now we get to the complicated idea of it being a “replica.” Firstly that its not. A replica would be like the fake Thunderbrand that Caspar uses in training. It looks like Catherine’s relic, but doesn’t carry the same curse or power. Vajra-Mushti clearly has all the same effects of a normal relic.
If I had to guess, they just don’t call it a relic as it wasn’t used in the War of Heroes. Now this begs the question of how?
I’ll tell you, it was hard for me to look up and exact confirmation of who the Four Apostles were. Always it was, “four followers of Seiros in charge of completing the Rite of Rising.” But outside of that, nothing else.
Now there seems to be implications that all four were human and not Nabatean like the Four Saints. And from Balthus’s supports Chevalier left to become a part of Kupala and begin the ritual of his crest being passed down.
We also know that Kupala is a society of making weapons and that if Balthus’s mom hailed from there and the Relic was made there, then Kupula is where this Relic was made. And as we discussed, this has all the same effects of a standard Hero’s Relic. Meaning it could’ve only been made
Now this is speculation on my part, but if there was a human with a crest at this time who wasn’t part of Nemesis’s gang, then its likely the Chevalier crest came from Seiros trusting a human enough to give them blood of a deceased Nabatean for Rite of Rising.
If that’s the case. Its possible that same Nabatean was used in the forging of Vajra-Mushti. Because to be a genuine Hero’s Relic, you gotta have it made out of a Nabatean.
I don’t know how Kupala got this material. Maybe they knew about the corpse from Chevalier. But regardless, I think Balthus calling his Hero’s Relic a fake is kinda disingenuous.
#fire emblem#fire emblem three houses#ashen wolves#balthus von adalbrecht#chevalier#fire emblem cindered shadows#fire emblem three houses cindered shadows#hapi#fe balthus#fe hapi#seiros
15 notes
·
View notes
Text
Two worlds Collision
read it on the AO3 at http://bit.ly/2WbyznY
by IllyasJames
Victor is seen as his father's biggest failure, so as to no longer be of a burden to him he is told to find a partner this Everday and move out of his father's house and into his mate's.
Victor pleads to the gods to show him his path.
His wreath decides to move away from where it is to go and when he follows it he comes along a Naked man, a god.
A god named Joe-uhri (or just Yuuri for those that do speak the same language, which Victor doesn't)
It's not like having a one night stand with a god could actually make Victor's already hard life any more difficult. Right???
Words: 2950, Chapters: 1/7, Language: English
Fandoms: Yuri!!! on Ice (Anime)
Rating: Mature
Warnings: No Archive Warnings Apply
Categories: M/M
Characters: Victor Nikiforov, Georgi Popovich, Mila Babicheva, Nikolai Plisetsky, Yakov Feltsman, Katsuki Yuuri, Phichit Chulanont, Celestino Cialdini, Okukawa Minako, Christophe Giacometti, Minami Kenjirou, Katsuki Mari, Emil Nekola, Michele Crispino, Sara Crispino, Otabek Altin, Leo de la Iglesia, Jean-Jacques Leroy, Ji Guang-Hong, Yuri Plisetsky, Cao Bin, and more
Relationships: Katsuki Yuuri/Victor Nikiforov, Mila Babicheva/Georgi Popovich, Phichit Chulanont/Lee Seung Gil, Celestino Cialdini/Okukawa Minako, Phichit Chulanont & Katsuki Yuuri, Katsuki Yuuri & Okukawa Minako, Mila Babicheva & Victor Nikiforov & Georgi Popovich, Christophe Giacometti/Christophe Giacometti's Boyfriend, Christophe Giacometti & Katsuki Yuuri, Phichit Chulanont & Christophe Giacometti, Otabek Altin & Katsuki Yuuri
Additional Tags: 18OI AU Week 2019: Day 1, Fantasy/Fairy Tale/Mythology, Traditions, Kupula Night, Midsummer, Mating Rituals, One Night Stands, Pagan Gods, Non-Explicit Sex, Tags Contain Spoilers, So will update them per day.
read it on the AO3 at http://bit.ly/2WbyznY
2 notes
·
View notes
Photo
Sevilla
Ultras Biris Kupula
1 note
·
View note
Text
El día más largo del año da paso al verano astronómico dejando la noche más corta. Hoy martes a las 05:32, entramos en el verano astronómico cuando el Sol entró en el signo de Cáncer produciéndose el Solsticio de Vernal en el hemisferio norte. Que marca el inicio de los meses más cálidos del año. Donde el Sol alcanzará su máxima declinación, proyectando su luz sobre la máxima latitud geográfica de la Tierra. Desde hoy las noches se irán alargando hasta el próximo solsticio de invierno, cuando alcance el cenit al mediodía sobre el trópico de Capricornio, entre los días 21 o el 22 de diciembre de cada año. Mientras que el verano astronómico es el período desde el solsticio de verano hasta el equinoccio de otoño. Donde el hemisferio norte tendremos los meses más cálidos y el hemisferio sur todo lo contrario. Nuestro verano climatológico va desde el 1 de junio al 31 de agosto. Los científicos calculan la hora exacta del comienzo del verano astronómico para cada año. Hay varias horas de diferencias entre los años individuales. Por lo general, el solsticio de verano ocurre el 21 de junio, excepcionalmente es el día anterior. Muy raramente, el solsticio también puede ocurrir el 19 o 22 de junio. La razón del comienzo cambiante del verano es la inexactitud del año calendario, que dura 365 días. La Tierra orbita alrededor del Sol en 365 días, cinco horas y 49 minutos. Las imprecisiones en el calendario se compensan con años bisiestos. El solsticio Vernal en la Historia El solsticio de verano fue percibido como una puerta para la entrada de seres mágicos, como espíritus o hadas entre las civilizaciones más antiguas. Desde los egipcios con el templo de Karnak orientado según la hora del amanecer o el atardecer durante el solsticio. O como la civilización maya, que levantó imponentes construcciones de piedra en la ciudad de Chiche Itzá siguiendo la armonía de los astros. No es de extrañar estas supersticiones ya que estás fechas del año coinciden con el fenómeno astronómico denominado Perseidas, donde se da la lluvia de meteoros más importante del año. De la misma manera el solsticio de verano fue importante en el continente europeo donde los griegos conmemoraban la Edad Dorada de Kronos. Siendo este día el único donde no se consideraban las jerarquías establecidas y todas las personas eran iguales, sin distinción de clases. Y en templos cristianos como la Virgen de la Asunción de María en Kutna Hora, en este día se ilumina el altar, al entrar la luz solar por su vidriera principal de la entrada. Pero desde luego por lo que el solsticio de verano está asociado, es como elemento simbólico a la cosecha, la abundancia y la fertilidad. Mientras que el Sol está asociado con el renacimiento y la esperanza. https://www.youtube.com/watch?v=aYPYB-xDQ2I Celebración del solsticio de verano, en un Ritual Wiccano de la religión neopagana desarrollada en Siglo XX y relacionada con la brujería. Donde todas estas creencias han dado lugar a celebraciones como en Grecia de fiesta Klidonas, el día de Iván Kupula en Europa del Este, la Noche de San Juan en España y otros países mediterráneos. Y al otro lado del océano Atlántico, como en el Cuzco, Perú se celebra la ceremonia del Inti Raymi. El día más largo del año da paso al verano astrológico, mientras que las temperaturas veraniegas nos van acompañando desde hace una semana. Y este año muchos checos lo disfrutarán en Chequia como el año pasado. Noticia actualizada a martes 21 de junio 2022
0 notes
Text
Jenggala muda
aku dan belada-belada Jenggala
tertiup kosong hempaan raga
jemari-jemari kemuning memapar jiwa
kujunjung awan tanpa penyangga
dalam rentetan peristiwa
juluki diri matang bersama nyawa
hari gembala gembala muda
kususun balok dalam sama
kubingkai kertas sebagai warna
dalam hari pelipur sedih jua lara
sebabkan batin tak bernafas bak ampah
nanah-nanah yang timbul tanpa luka
hari gerangan lupa siapa kita
dalam hiruk pikuk dinginnya dunia
singgah-singgahkanlah bibir masyarakat
kupula jua kan lupa
Is yourself speaking
0 notes
Text
Irrealismo Fascista com laivos Psico Fascizoides e Pseuso Cientificos
Quantas quantums terá um quark para aqueles a quem o Natal não passa da mecanica do vermelho.. daquele encarnado anjo coral...
Porque se mesmo que as rochas, os minerais e todas as plantas do meu pequeno mundo.. real mas agora necessariamente distópico fossem radiação gama., então seria só a cósmica.. energia - uma morte a onze dimensões.
Mas mesmo assim Sonhar ou trabalhar; com ou sem kastas, com e 100 bambooZ PARA QUÊ amar se o marmoreo azul (n/d)KUpula é.. não ser.. impensar, apensar é Ñ e Ñ.. passear.... POSSO SÓ AZURRAMENTE estudar?
0 notes
Text
OrganicoRap no Kupula hiphop inteligente.
0 notes
Photo
PSKTS Kembang Tanjong Unggul 3-1 PIDIE- Kesebelasan PSKTS Kembang Tanjong sukses mengalahkan Kupula FC dengan skor 3-1 pada babak semifinal turnamen sepakbola Piala Kartini 2019 di Pidie, Sabtu (14/9/2019) sore.
0 notes
Text
SK Penggabungan AKBID Muhammadiyah dan ATEM Kupula menjadi STIKes Muhammadiyah
Bella Nurmae SK Penggabungan AKBID Muhammadiyah dan ATEM Kupula menjadi STIKes Muhammadiyah Artikel Baru Nih Artikel Tentang SK Penggabungan AKBID Muhammadiyah dan ATEM Kupula menjadi STIKes Muhammadiyah Pencarian Artikel Tentang Berita SK Penggabungan AKBID Muhammadiyah dan ATEM Kupula menjadi STIKes Muhammadiyah Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : SK Penggabungan AKBID Muhammadiyah dan ATEM Kupula menjadi STIKes Muhammadiyah PADA hari Jumat 17 Mei 2019, Kepala LLDikti Wilayah XIII Aceh Prof Dr. Faisal A Rani, SH, M.Hum, menyerahkan SK Menristek http://www.unikbaca.com
0 notes
Text
SK Penggabungan AKBID Muhammadiyah dan ATEM Kupula menjadi STIKes Muhammadiyah
Adel Zahara SK Penggabungan AKBID Muhammadiyah dan ATEM Kupula menjadi STIKes Muhammadiyah Artikel Baru Nih Artikel Tentang SK Penggabungan AKBID Muhammadiyah dan ATEM Kupula menjadi STIKes Muhammadiyah Pencarian Artikel Tentang Berita SK Penggabungan AKBID Muhammadiyah dan ATEM Kupula menjadi STIKes Muhammadiyah Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : SK Penggabungan AKBID Muhammadiyah dan ATEM Kupula menjadi STIKes Muhammadiyah PADA hari Jumat 17 Mei 2019, Kepala LLDikti Wilayah XIII Aceh Prof Dr. Faisal A Rani, SH, M.Hum, menyerahkan SK Menristek UNIKBACA.COM
0 notes