#konsekuensiku
Explore tagged Tumblr posts
Text
Tentang November
Highlight November ini berputar di ranah pengeluaran. Kejadian tak terduga datang beruntun hingga aku pun rasanya diburu walau aku menjalaninya penuh kesadaran dan ketenangan. Sedih dan senang datang dalam satu paket dengan sabar dan syukur tentunya.
Kematian gawai kesayanganku tentu saja membuat kaget tapi nggak terlalu kaget untukku. Saat dia tiba-tiba layarnya menyala darderdor aku langsung menyadari bahwa aku harus mengikhlaskannya. Sejak sebelumnya aku juga tau konsekuensiku nggak melakukan servis seharga gawai baru memang tinggal perkara waktu. Tapi aku nggak menyangka keesokan harinya aku harus mengikhlaskan juga ban belakang motorku yang pecah beserta helmnya yang menyusul beberapa jam setelahnya. Juga tiket kereta pulang-pergi dari Jakarta ke Surabaya dengan agenda coblosan itu. Menyala pengeluaranku.
Tapi justru aku nggak khawatir soal rezeki karena Allah Maha Kaya. Prinsip dan keyakinanku masih sama bahwa uang bisa dicari karena rezeki datangnya dari Allah. Dan begitulah takdirnya, rezeki itu datangnya dari arah yang nggak disangka-sangka. Aku nggak mau mendahului takdir, tapi aku juga nggak mau menutup mata atas segala nikmat yang Allah kasih. Alhamdulillah ala kulli hal.
Dari segala hiruk pikuk yang terjadi, aku justru merasa aneh dengan diriku dan segala perasaannya. Ada beberapa orang yang rasanya tiba-tiba aku merasa jauh. Bahkan aku nggak ingat kapan aku memperhatikan dengan benar. Tapi sepertinya memang aku yang mengambil jarak aman antar manusia. Aman dari marabahaya apa memangnya? Jangan tanya karena aku juga nggak tau.
November ini punya banyak cerita. Sudah, dan akan, seperti yang sudah-sudah. Bahkan sejak di Smala, 3 bulan penutup tahun selalu jadi bulan-bulan yang menyimpan banyak cerita pertumbuhan eksponensial.
Semoga selalu yang baik-baik. Tentu saja kalau bisa diminimalisir proses nangis-nangisnya.
0 notes
Text
Hello... selamat datang di kuburan para mantan 😅 kalau kamu sampai bisa baca tulisan ini artinya saat itu aku ada di titik tidak nyaman atas keputusan yg sdh aku ambil tentang kita. Entah apapun sebabnya. Well.. sekilas tentang akun ini, dapat sebutan kuburan para mantan dari temanku yg suka bloging krn biasanya aku membuang rasa & pikiranku tentang lelaki yg pernah ada di hati & pikiranku ya di sini. Nggak selalu beneran mantan sih, kadang hanya sekadar crush yg aku kemudian un-crush atau sudah menolak aku 😏.
Tentang kamu yg belum pernah aku temui tapi langsung aku cut ketika aku mulai sesak dg kecemasanku sendiri.. harus aku akui cemasnya aku mulai muncul sewaktu aku sadar sepertinya aku sudah mulai tertarik sama kamu, lebih jauh dr itu aku sdh mulai merasa hadirnya kamu di setiap hariku menjadi penting. Ya gimana aku ini org yang cenderung bucin & bisa jadi buta kalau sdh jatuh cinta.. dan karena sadar atas hal itu biasanya aku jadi takut untuk lebih dekat krn takut dengan ending yg tidak aku harapkan.
Awalnya memang aku mau menjalani hubungan kita dengan santai, selalu bisa mengabaikan godaan kamu yg bilang mau serius & mau datang ke rumah.. i don't buy it babe. Aku hanya akan bisa percaya kalau kamu sudah beneran datang di depan rumahku. Tapi itu sebelumnya.. aku masih bisa ga peduli kalo kamu ga jawab chat atau telpon aku.. sayangnya di satu titik aku mulai merasa kewalahan dg segala pikiran aku kalo kamu ga jawab chat atau telpon.
Sejujurnya aku mulai waspada sama kamu & menganggap kamu ga serius itu sejak kamu blg hrs ke bandung datang ke acara nikahan saudara kamu, sebelumnya kamu juga sempat blg mau dtg ktm aku padahal. Yang bikin aku ga percaya sama kamu bukan krn kamu yg ga jadi datang ke tempatku si, tapi krn aku merasa kamu ga peduli & ga ingat dg apa yg aku ceritakan.
Sebelum kamu pergi ke bandung aku sempat tanya soal jadi ga nya kamu ke bogor, krn aku lagi atur jadwal untuk takjiah teman kuliahku. Semua masih gpp meskipun kamu blg ga jadi, aku mulai ke triger waktu kamu justru nanya aku mau ke mana di hari H aku pergi takjiah padahal bbrp hari sebelumnya aku sdh cerita detail ttg weekend plan aku. Kok bisa kamu lupa? Di situ aku ngerasa kamu cuma basa-basi.
Makin bikin aku anxious waktu itu kamu blg mau telpon aku kalau aku sdh sampai rumah, tapi ga kamu lakukan. Sementara aku udh nunggu2 kamu beneran telpon. Mau marah.. tp ngerasa ga punya hak 😐
Aku masih bisa handle hatiku wkt itu.. tapiii... aku sepertinya mulai ketergantungan sama kamu sejak kamu ajak vc yg ke 2, makanya setelah itu rasanya ingin selalu telpon kamu. Di situlah jeleknya aku mulai kumat
Aku mulai ngerasain tanda2 bulol ku kambuh sama kamu. Semudah itu aku menjadi terikat & selalu ingin ngobrol sama kamu.. padahal bukan siapa2. Dan ini bikin aku takut aku akan mengulang rasa sakit yg sama. Semakin aku ga bs hubungi kamu makin cemas rasanya, aku takut ditinggal pas sayang-sayangnya dan pada akhirnya bikin keputusan childish yg aku tau pasti aku sesali spt sekarang 😅
Ternyata ga ngomong sama kamu itu lbh ga enak drpd nunggu2 kamu yg ga jelas kabarnya.. tapi ini memang konsekuensiku no? Skr yg aku pikirin adalah apa reaksi kamu kalo saat itu drpd memilih cut off aku ngomong:
1. Bisa kasih aku waktu ga buat ngobrol sama kamu setidaknya 30 mnt per hari? Krn rasanya ada yg kurang kalo aku ga ngobrol sama kamu
2. Boleh ga kasih aku kabar kalo kamu ga bs ngobrol sama aku? Misal sorry aku ga bs ngobrol sama kamu, aku baru bisa ngobrol jam xx instead off kalo sampe aku kabarin tp berujung ga ada chat sampe besokannya 🙄
3. Kalau memang aku udah ga seru diajak ngobrol cukup bilang sorry aku ga tertarik sama kamu. I'll respect ur decision drpd akunya kecewa gara2 liat postingan kamu manggil sayang ke seseoranf. 🔚 iya.. aku mmg cemburuan, mskp sadar ga punya ikatan tp scorpio ternyata memang seposesif itu
Btw.. sepertinya ini adalah jawaban knp sampe skr aku msh blm punya pasangan yaa... aku baru sadar kalo aku sekonyol itu dalam berhubungan 🫣 bukan aja sekadar salah ketemu orang, tp pas ketemu orang yg baik pun aku punya masalah sendiri dg kecemasan & ketakutanku. Dan aku baru sadar ini gara2 tiktok 😅
Segala kelakuan ajaibku ga lebih ga bukan mirip banget dg perilaku anxious attachment kaya kata di vt2 itu
Sampe akhirnya aku mungkin perlu ngikutin saran si mbak cantik ini biar ga terjebak dg perasaanku yg nyebelin itu🥹
At the end... aku menimbang-nimbang untuk kasih tau kamu ttg ini atau ga.. kalopun akhirnya aku kirim, sepertinya kamu jg ga akan baca sih.. aku udah di block soale 😅
Oh ya.. ada lagi yg pingin aku omongin sama kamu yg tadinya ingin aku sampein sabtu 2 november besok. Karena aku berharap kita bisa ketemu sabtu itu, makanya aku sengaja cuti biar bisa ketemu kamu.. aku mau tanya banyak hal yg ga bs aku tanya by phone.
Tapi rasanya terlalu banyak sih.. mungkin nanti2 aja aku cerita kalo reaksi trauma ini perlu diredakan lagi lewat tulisan2 sampahku.
Ohya... hari lahirku sebenarnya hari sabtu, apa itu bagus? Well.. aku ga akan bs tau jawabannya sepertinya
0 notes
Quote
aku meninggalkan semuanya, keluarga, sahabat, pekerjaan, pendapatan yg lebih baik. aku juga kehilangan teman cerita, waktu luang, harta, dan pencapaian financial. Itu semua konsekuensiku sebagai istri yg ikut suami. Masuk ke kehidupan suami. Dan semuanya berubah, dan berbeda sekali. Mungkin ekspektasiku terlalu tinggi. Berharap aku diberi perhatian lebih, hidupku dilayakkan karena telah meninggalkan semua kehidupan nyamanku. Ternyata aku salah, aku seperti harus menyesuaikan dengan keadaan baru yg berbeda dengan zona nyamanku. Percayalah, meninggalkan semua yg sudah kupunya itu sudah terlalu berat buatku. Seperti kehilangan berkali-kali. Ditambah lagi ketika aku tidak diutamakan, rasanya seperti hancur. Aku ingin kembali
0 notes
Text
Seru!
Lon, sudah menjadi konsekuensiku memilih kerja sama kuliah. Pertimbanganku cukup lama sampai akhirnya memutuskan untuk mengambil keputusan tersebut.
Beberapa kali perjalanan ke luar kota dari kantor, aku berusaha meluangkan waktu untuk tetap ikut kelas dan mengerjakan tugas. Sungguh bukan hal yang mudah. Alhamdulillah sampai saat ini Allah memberikan kekuatan untukku.
Siang ini, aku baru pulang dari perjalanan tugas ke luar kota lagi. Dari awal aku sudah mewanti-wanti, perjalanan dari Kamis sampai Sabtu. Hari Jumat aku ada kelas dan hari Sabtu pun ada kelas dari pagi sampai sore.
Kemarin malam, aku mengikuti kelas melalui Gmeet saat jam makan malam bersama rekan-rekan kantor. Yang semula aku tidak ingin diketahui oleh mereka kalau aku melanjutkan kuliah lagi, nyatanya jadi ketahuan juga hahahaha Yasudah yaaa, aku pasrah saja daripada bolos kelas hanya karena tidak ingin diketahui.
Alhamdulillah, dua kelas pagi ini tidak ada Gmeet/zoom, hanya ada tugas. Namun, kelas siang hari ini ada Gmeet hahahaha. Jadwal kelas jam 1 siang dan terpantau aku masih di kereta dalam perjalanan pulang ke rumah. Alhasil, aku sempat oncam saat dipanggil oleh dosen dan terlihat kalau aku sedang di dalam gerbong kereta :”) Syukur alhamdulillah karena aku kelas karyawan, jadi di saat-saat seperti ini, dosen-dosen kami memaklumi untuk tidak oncam saat Gmeet/zoom. Salah satu kemudahan di kelas karyawan sebab jadwal kerja setiap mahasiswa berbeda-beda :”)
Kelas masih berlangsung sampai aku tiba di stasiun dan pembahasan matkul ini sangat penting untukku. Jadilah aku sebentar berdiam di stasiun untuk mendengarkan materi lalu memesan ojek online dan tetap menyimak kelas di atas ojek.
Sempat terbesit di perjalanan tadi, “Ya Allah, kuliah sampai sebegininya yaaa”, tapi dengan adanya kemudahan-kemudahan dari dosen di kelas karyawan, rasanya kufur sekali kalau aku mengeluh :”)
Salah satu kemudahan lainnya yaitu saat kami diberikan tugas yang harus dikumpulkan dalam jangka waktu tertentu. Aku sebagai koordinator di salah satu matkul bahkan sempat harus melakukan negosiasi dengan dosen pengampu karena aku dan teman-temanku merasa butuh waktu tambahan untuk mengerjakan tugas tersebut di tengah-tengah kesibukan pekerjaan kami. Syukur alhamdulillah, kalau berkaitan dengan alasan pekerjaan, dosen kami dapat memaklumi hal tersebut dan pada akhirnya kami diberikan waktu tambahan sebelum due date.
Bu, terima kasih untuk pengertiannya :”((
Yah begitulah, Lon. Peran baru di tahun ini sebagai karyawan dan mahasiswa membuatku belajar mengatur waktu lebih baik lagi. Seru!
- ca
2 notes
·
View notes
Text
Sodara bertanya : "sebenarnya dia itu ngga mau sama teteh apa gimana sih?"
Nah... Ini adalah tanya yang enggan aku jawab sebenarnya. Karena aku juga menyadari, aku mah bukan apa² dibandingkan dengan orang² yang ada di sekelilingnya. Tapi yang jelas, aku tak pernah tau alasan dia yang sangat menjaga jarak ini.
Namun,
Aku hanya ingin merasakan punya cinta, dan itu hanya ada pada dia. Terbalas ataupun tidak, biar itu menjadi konsekuensiku sendiri. Klasik memang, tapi benar adanya bahwa cinta tak mesti memiliki.
Toh, mencintai dalam sepi bukan sesuatu yang merugikan, aku justru merasa dengan mencintainya aku belajar mencintai diriku lebih baik. Aku senang dengan aku yang sekarang :)
4 notes
·
View notes
Text
Halo, Tumblr
Aku mau curhat, banyak. Tentang ikhtiarku di bulan ini. Tentang mendaftar untuk bergabung menjadi relawan pengajar dalam Gerakan UI Mengajar atau yang biasa disebut GUIM.
Tahun ini GUIM ke-9, lokasi mengajarnya di Pesisir Barat, Lampung. Aku tau ke depannya belum tentu mudah, aku juga paham konsekuensiku mendaftarkan diri adalah mengikuti segala proses, tahapan demi tahapan penseleksian pengajar.
Tahun ini yang daftar jadi pengajar sekitar 600 orang, dipilih sekitar 144 dari Seleksi Berkas menuju Seleksi Leaderless Group Discussion (LGD).
Sampai hari ini, aku masih tidak menyangka bahwa Allah benar-benar membuat semuanya terasa mudah. Senang luar biasa karena bisa maju ke seleksi Tahap 3, teaching simulation.
Masih aku ingat betul, sejak pengumuman lokasi GUIM diumumkan, dan pendaftaran relawan pengajar belum dibuka, aku sudah membayangkan diriku sebagai pengajar anak-anak Sekolah Dasar di sana.
Apa yang melandasinya? Tentu saja, pengalaman.
Aku mempelajari GUIM sejak maba, aku rasa, GUIM punya itikad baik untuk Indonesia. Memajukan pendidikan di Indonesia, pemerataan pendidikan, dan ya.. Tentu menuju Indonesia yang lebih sejahtera.
Keinginanku untuk menjadi pengajar kesannya semenggebu-gebu itu ya lewat tulisan ini? Hehehe. Ya, mungkin kurang lebih begitu.
Tapi, aku paham bahwa kendali terbesar atas mimpi-mimpiku ada di tangan Allah. Kalaupun tidak diterima nanti, yaa gak apa-apa. Setidaknya aku pernah mencoba, dan itikad baik itu sudah pernah menggebu-gebu dan agak-agak mengharu biru gitu, deh.
Aku jadi ingat pesan dari guru akidahku di MAN, bahwa dalam hidup, seorang hamba sudah semestinya menggantungkan dirinya pada 2 sayap keimanan kepada Allah. Sayap yang satu bernama Raja’, sayap yang lain bernama Khauf.
Raja’ (keberanian) itu boleh ada, bahkan seharusnya ada. Optimisme bahwa apapun yang kita ikhtiarkan akan berbuah manis. Bekerja sekeras mungkin, berusaha mati-matian dengan penuh harap bahwa takdir sejalan dengan apa yang diharapkan.
Khauf (rasa cemas, takut) itu menjadi penyeimbang Raja’ yang berapi-api. Mengontrol ambisi, memperbaiki niat, dan memaknai bahwa sejatinya Allah Yang Maha Kuasa lah yang memiliki kendali atas segala takdir. Kembali lagi, bahwa manusia tidak mengetahui sedangkan Allah Maha Mengetahui. Apa yang baik menurut kita, belum tentu baik menurut Allah untuk kita. Apa yang buruk menurut kita, bisa jadi yang terbaik menurut Allah untuk kita.
Tahap ke-3 akan segera terlampaui, Allah yang menentukan nanti apakah Nuni akan maju ke tahap 4 hingga tahap 5, atau hanya berhenti di tahap 3. Ikhtiar, Nun. Tawakkalnya jangan lupa ya :)
16 Oktober 2019
3 notes
·
View notes
Quote
Jikalau nanti diakhir kau berputar arah dan kembali padanya, jikalau nanti kau menemukan titik jenuhmu padaku dan pergi, itu adalah konsekuensi yang aku fikirkan sejak lama dan aku siap bahkan dengan konsekuensi konsekuensi yang lainnya
Aku yang terlanjur jatuh padamu
0 notes
Quote
Perjalanan Menemukan
Aku akan terus berjalan menujumu, meski aku tak pernah tahu nantinya berujung pisah atau temu. Memilihmu adalah hakku dan luka akan menjadi konsekuensiku. Akupun tak pernah tahu, masih adakah rasamu padaku?
Jelasnya, aku tidak mempermasalahkan hal itu. Sebab sedari dulu, kamu bukan sekadar rasa, melainkan sebuah impian dan asa. Namun, jika ternyata kamu bukanlah takdirku, aku hanya kehilangan manusia.
Well, kita boleh saja kehilangan cinta, tapi tidak dengan tujuan dan cita-cita kita. Gagal boleh, menyerah jangan!
Pena Imaji
#qotd#quotes#motivasi#self quotes#selfmotivation#cinta#katacinta#tulisancinta#katabijak#positivethinking#harapan#impian#inspirasi#perjalananhidup#memaknai perjalanan#sajakcinta#asa#semangat#insipiring quotes#penaimaji
56 notes
·
View notes
Text
Sebuah Ending
Biidznillah, Seseorang telah memberikan keputusan terbaiknya. Agak sedikit shock, namun ini kenyataan yang harus diterima, untuk kebaikan bersama.
Seseorang itu adalah cinta pertamaku, cinta dalam diamku, yang kini sudah harus menjadi teman baiku.
Iya, masih menjadi teman terbaik yang ku kenal, dengan versi terbaik menurut dirinya.
Kalo kata larissa, dia adalah buku yang sudah selesai kubaca, namun akan terus ku simpan, dimana setiap lembarannya memiliki kisah yang akan kubaca ulang dengan tersenyum lebar.
Jika ditanya aku baik baik saja? Saat ini ya pasti aku sedang tidak baik baik saja.
Dibalik itu ya aku gak bisa memaksa siapapun. Kamu, termasuk takdir. Sekuat inginku padamu, sesering aku menyebutmu dalam do'aku, jika memang kita tidak diperkenankan bersama, mau gimana lagi.
Gapapa, ini konsekuensiku
Gapapa, aku hanya butuh waktu.
Terimakasih ya, sudah mau jujur.
Terimakasih juga karna masih mau menjadi teman terbaiku. Banyak kenangan, dan pelajaran yang ku ambil selama aku bersamamu. Sekali lagi terima kasih.
Kamu, semoga sehat selalu, semoga Allah senantiasa mengiringi semua langkahmu.
Kedepannya, takdir tak ada yang tahu.
#Penghujung juli, cuaca sedang dingin, hati pun ikut ikutan dingin. Hehe
29 Juli 2021
0 notes
Text
Terimakasih telah hadir dalam hidupku.. kau mengajarkanku banyak hal tentang arti kekuatan hati meski kau tidak menyadarinya :)
Ketika aku kecewa dan marah Maaf jika kata² ku pernah membuatmu terluka.
Rahasia kecilnya,kamu adalah orang yg pernah kusebut dalam doa. Jika aku terluka kecewa sakit karnamu itulah konsekuensiku. Aku tidak menyesalinya. Biarkan semua rasa itu yg akan menyadarkan ego ku atau bahkan mendobrak gengsiku dan itu bukan salahmu. Ku anggap semua adalah proses dewasaku.
Bohong jika aku mengatakan tdk sakit melihatmu dgn yg lain. Jelas itu rasanya menggemaskan. Tapi itu duluuu. Sekarang hatiku sudah bisa diajak kompromi. Meskipun aku sekarang sudah bisa melihatmu dgn orang lain tapi maaf aku belom bisa jadi insan yg ikhlas sepenuhnya. Tapi aku tetap belajar atas kealay an rasa ini.. wkw
0 notes
Text
Semuanya ada konsekuensinya
Diriku ndak bs mengubah keadaan, jd aku yg mengubah cara pikirku..
Mbok pikir gampang? Ndak wee, angel banget, apalagi menyangkut relasi
Konsekuensiku kalo merubah perilaku dan cara pikir adalah dijauhi, ohh man, gak pernah terpikir aku seberani ini
Sedih woy jujur wae
Tapi betulan, di situasi yg makin nggak tau arahnya mau kemana ini, aku kudu survive to
Aku emoh kena virus ini, makane aku ketat. Pengalaman nunggu swab bapak tu bikin gak karuan, membuatku makin emoh kemana2 kecuali ktm org2 di sirkel terdekatku tok..
Aku bener ndak sih ini kalo seketat ini, harus e bener ya 😅😅
Ning mbuh ahh mumet
0 notes
Text
Aku tidak pernah menyebut ini sebagai pengorbanan, walaupun ada beberapa hal sebetulnya aku korbankan untuk sebuah ketidak pastian, waktuku sering ku korbankan, kebersamaanku bersama orang2 selain km ku korbankan hanya intuk menjadikan aku tetap available untukmu, yang sebenarnya jika aku tidak availablepun tidak maslah untukmu, sebisa mungkin aku untuk tidak bilang tidak untuk semua yang kamu tawarkan, yang kamu minta. Aku tidak pernah sama sekali menyesalinya, aku pun tidak merasa dirugikan, dan tidak pernah aku merasakan sebagai pengorbanan. Itu pilihan ku dan setiap pilihan bukankah ada konsekuensi, pilihanku menunggu dengan segala konsekuensiku. Dan aku ikhlas. Sekarang, bahagialah kamu dengan duniamu yang tetap tanpa aku. Jangan tanyakan apakah aku sedih/tidak di akhir pertemuan kita. Jawabanku tidak akan merubah apapun termasuk porsiku di hatimu. Sukses selalu dan sampai jumpa.
0 notes
Text
Dari Jakarta
Semoga kamu berkenan membacanya, sekali saja.
Sebelumnya selamat ulang tahun, selamat menapaki usia 24 tahun.
Semoga sehat selalu, panjang umur dan apa yang diharapkan bisa satu per satu terwujud.
Hm... aku menyesal tentang keseluruhan percakapan terakhir kita di whatsapp. Ada banyak kalimat menyakitkan yang seharusnya tidak kusampaikan. Aku minta maaf ya. Terlepas dari semua kalimat yang malah terkesan angkuh, tidak merasa bersalah dan menyakitkan, aku benar-benar minta maaf. Bukan maksudku untuk membuat kamu sedih, marah apalagi muak. Semua opinimu penting dan bermakna besar untukku, aku minta maaf kalau balasanku malah tidak sebagaimana mestinya.
Aku betul-betul serius ketika mengatakan aku tidak bisa melupakan kamu, ingin kamu kembali ada dan bersedia menunggu. Sesuatu yang sudah lama dan selalu kupikirkan setahun belakangan ini, ketika menjalani banyak hal tanpa kamu. Yang mana setelah percakapan kita kemarin aku jadi sadar bahwa itu sangat egois karena tidak mempertimbangkan perasaan dan kondisimu. Tidak semestinya aku tiba-tiba muncul dan mengatakan hal-hal itu. Aku minta maaf ya.
Dan untuk kesekian kali pula, aku minta maaf untuk sebab perpisahan kita dulu. Aku sadar aku terlampau egois dalam banyak hal, tidak hanya perihal masalah yang satu itu. Setelah kehilangan kamu aku sadar, tidak ada yang bisa menerimaku selayaknya kamu pernah menerimaku, tidak ada yang betul-betul mengenalku selayaknya kamu pernah mengenalku. Kalau aku bisa aku ingin kembali ke masa lalu dan mengubah banyak hal. Mengupayakan hubungan kita dengan lebih baik, menghargai kamu dengan lebih baik, mencintai kamu dengan lebih baik. Namun apapun itu, entah aku menyesal dan tidak bisa melupakan kamu, entah aku tidak bisa move on selama keseluruhan sisa hidupku... benar katamu. Itu bukan urusanmu. Itu tanggung jawab dan konsekuensiku. Urusanku. Tidak seharusnya aku tiba-tiba muncul dan melibatkan kamu.
Rasanya aku tidak pernah berterima kasih dengan tulus untuk semua pengorbanan dan usahamu dalam menjaga apa yang kamu punya dulu. Terima kasih banyak ya. Aku minta maaf balasanku amat sangat tidak setimpal. Dengan besarnya usaha dan perasaanmu dulu, seandainya aku tidak egois dan bisa mengusahakan dengan lebih baik... aku tidak bisa bayangkan sudah sehebat apa hubungan kita sekarang. Aku minta maaf ya, aku minta maaf. Maaf untuk seluruh keegoisanku baik dulu maupun sekarang. Semuanya salahku, aku sangat menyesal dan aku tidak akan pernah merasa bangga karena harus belajar dari situ.
Aku ingin kita bisa kembali bersama lagi. Aku ingin janjiku untuk menjadi orang yang lebih baik waktu di Muara Bungo dulu aku tepati pada kamu dan aku lakukan untuk kamu, bukan pada dan untuk orang lain. Namun sekali lagi... ya. Benar yang kamu katakan terakhir kali. Itu egois. Kamu sangat layak untuk mendapatkan orang yang lebih baik dan tidak pernah berkhianat.
Apapun yang aku lakukan dan sebanyak apapun permintaan maaf yang aku berikan, pasti tidak akan pernah bisa membuat kamu utuh lagi. Namun dengan cara sedemikian rupa, aku yakin Tuhan bisa melakukannya. Karenanya aku akan selalu minta pada Tuhan, supaya suatu hari nanti kamu bisa merasa utuh lagi, bisa menjadi kamu yang sebahagia dulu lagi, bahkan lebih.
Tuhan memberkati kamu, keluargamu juga keseluruhan hidupmu.
Jakarta, 17 Oktober 2020
1 note
·
View note
Photo
SURAT UNTUK KAWAN ISA ANSHORI Pada saat ini, angin dan hawa panas berkenalan dengan ku, begitu akrab dan terlihat mesra, menikmati hembusannya aku teringat banyak hal ketika kita membicarakan kegelisahan beberapa waktu lalu di rumahku. Gelombang pertanyaan yang kau muntahkan bak badai tanpa tuan meretakan dingding perjalanan kita akan hari hari yang tanpa sadar sering kita curigai. Ketika kau mengusulkan aku untuk ikut serta dalam gelisah mu, hasrat terbakar dan berapi-api namun tak menjadi bara, hanya menjadi butiran air mata. Seluruh ketegangan yang tertulis di mata mu, menelanjangi lagi sudut pandangku, bahwa benar kemandirian seorang pria terletak pada jurang keraguannya sendiri. Suatu ketika aku percaya ketegangan-ketegangan itu akan menghampiri kita lagi dan menagih nyawa kita,bahkan tak sedikit kemungkinan keadaan saat itu akan memukul kita semua. Kemudian hari kita akan mengenal "fase" serta "perubahan diri", kita akan terlihat akrab dengan itu, bahkan yang lain akan melihat kita seperti sudah menyatu dengan segalanya. Butiran pasrah sudah lah mesti kita punguti dari sekarang, percayalah saat ini kita hanya melakukan keberengsekan sebagai manusia, esok mungkin keberengsekan itu yang akan membuat waktu beserta senyum kawan-kawan memahami kita. Satu persatu kawan-kawan jatuh pada lubang "pragmatis" tapi kenyataanya setan seperti itu akan menghadang di perjalanan menuju kemenangan. Ketahuilah kawan saat ini segala sesuatunya tidak lagi terlalu dramatis, karena kita lebih matang. Namun kejadian-kejadian kembali terulang. Penuhilah kewajiban kita sebagai anak, keponakan, sahabat, kawan, kekasih dan janganlah kita memberikan sedikit pun rasa takut untuk mengibarkan benderanya di dada kita masing-masing, sebab seorang kawan mengatakan padaku, "Jika suatu saat nanti kita berjauhan, maka sudah kupastikan bukan aku yang memulai". Begitu tenggelamnya aku pada kalimat itu, karena benar adanya tanpa disadari, tanpa perlu ditampar sudah ribuan detik yang kita lalui dan beriringan dengan perpisahan. Kawan, jangalah bertanya padaku, tentang tugas-tugas sebagai sahabat. Apakah ada diantara kita yang sudah memenuhi kewajibannya ? Hal itu sungguh menyentuhku, melemahkan kejantananku. Kecintaanmu adalah kecintaan ku pula, keheningan mu terkadang memanggil ku pula. Secara tak sadar kita telah menghapus muara airmata kita masing-masing. Secara resmi dan nyata kita pernah memberikan hasrat kita pada yang tertinggal di belakang. Namun kita tak pernah mengundurkan diri sebagai benteng satu sama lain, kita selalu belajar dimanakah ke ikhlasan itu bermakna, seperti apa wajahnya dan bagaimana melakukannya. Tak ada yang lebih erat bagiku selain ikatan yang telah membangun keluarga kecil ini. Satu-satunya ikatan adalah hal lain, ikatan yang tak bisa diputuskan seperti pemberhentian seseorang dari sebuah jabatan. Saat ini aku merenungkan masa laluku, sungguh konyol dan penuh penyesalan, tak jarang airmata juga rasa bersalah seperti anak panah yang menutupi matahari dan menyasar sesuatu yang bersemanyan di dadaku. Namun aku yakin aku telah bekerja dengan cukup jujur dan penuh pertimbangan untuk tidak lagi menyuguhkan semangkuk hidangan pada rasa sesal itu sendiri, aku tak ingin lagi memperjual belikan rasa ragu untuk diolah menjadi rasa takut. Kawanku Isa Anshori ketahulilah Satu-satunya kesalahanku yang serius adalah tidak punya kepercayaan yang besar dan keberanian untuk berucap "Aku bersamamu kawan !" Maka dari itu jangan kau membenci ku, jangan kau meragukan kualitas ku untuk menjaga apapun yang pernah tumbuh bersama tawa kita. Mulai saat ini berjanjilah padaku agar kita saling mewarnai kehidupan masing diri, kita melewati pagar penuh duri dengan tawakal di dalam hati. Biarkan rasa bangga itu berlalu karena sesungguhnya itu yang membuat kita kalap saat ini. Percayakanlah langkah kita pada apa yang kita yakini, seperti hari sebelumnya kita lebih sering menertawakan kehidupan dengan lepas tanpa ada yang menyela tawa terbahak kita. Meski kenyataanya, akan datang saat-saat genting bagi kita untuk saling memengidentifikasi diri dengan jalan pikiran,pandangan,perhitungan menghadapi bahaya, dan prinsip-prinsip diri yang lika-liku bentuknya. Lepaskanlah sumbangsih kita terhadap dunia, terhadap apa yang selalu menjadi patokan orang lain. Sesungguhnya kehidupan tak serendah pertukuran uang kawan. Kali ini mungkin sudah waktunya masing kita berbenah diri tanpa harus mengikutsertakan yang lain dalam mimpi yang kita bicarakan, karena tanggung jawab mereka juga mejadi tanggung jawab kita, lepaslah semua ketakutanmu agar sedalamnya-dalamnya lumpur kehidupan tak pernah menenggelamkan keyakinan kita tentang hidup berdampingan dan jalan kemanusiaan. Kawanku mulailah semua dengan merajut hal yang paling kecil, aku pun sedang berusaha menjahitnya. Tanpa terkecuali tak ada titik yang meninggalkan koma atau pun kutipan, begitulah kiranya kita harus memahami apapun tentang berdamai dengan kenyataan dan diri. Ketahuilah, bahwa aku menulis surat ini dengan campuran perasaan bahagia dan sedih. Kuterbangkan harapan-harapanku menjajaki langit-langit yang malu malu tersenyum padaku dari pagi hingga petang. Dengan rasa ketulusan yang paling dalam akupun menuliskan namamu di langit-langit impianku. Akan kubawa setiap pembicaraan kita waktu itu ke medan-medan yang baru agar luka-luka yang pernah kita alami mengering, termasuk luka merasa sepi dalam ramai. Kutulis setiap teladan-teladan yang tersirat di pikiranku. Aku berucap banyak terima kasih sebab aku merasa menjadi seorang putra sulung berkat berdialog denganmu. Akan kupegang seutuhnya hingga sampai pintu penyelesaian diri dan juga hingga pertaruhan konsekuensiku yang paling akhir dari tindakanku. Batang, 16-September-2017
2 notes
·
View notes
Text
Penghujung Januari.
.
"Pulanglah, ketika kau benar-benar ingin pulang."
Perlu kau tau, sayang, lidahku benar2 kelu untuk mengatakan kalimat itu. Hatiku berteriak berontak. Sungguh remuk redam terasa. Karena di sudut nurani, aku ingin kau selalu ada disini.
.
"Pulanglah dengan kemauan, bukan dengan keterpaksaan"
Inginku tanpa ragu mengatakan itu. Duhai, sungguh berat kalimat itu, sayang. Inilah konsekuensiku yang sampai saat ini merasa engkau adalah milikku dan aku adalah milikmu. Padahal bukan seperti itu kenyataannya.
.
"Pulanglah ketika kau siap untuk pulang, kembali bersamaku. Karena aku akan selalu disini, menanti"
Kalimat picisan yang hampir selalu muncul di cerita-cerita cinta itu kini aku sendirilah yang harus mengucapkan. Duhai, hati terasa patah dibuatnya. Sudah kucoba berulang kali mengucapkan, tapi rasa patah itu tak pernah berkurang ataupun memudar, bahkan terasa berlipat ketika terngiang lagi di telinga.
.
Maafkan hatiku yang ternyata belum sampai pada taraf keikhlasan setinggi itu, sayang. Maafkan hatiku yang masih sering egois merengek meminta kehadiranmu. Maafkan hatiku yang ternyata isinya dipenuhi dengan sosokmu. Dan ketika kau tiada, hatiku terasa hampa.
.
Mengikhlaskanmu, sungguh menjadi ujian yang hingga kini belum mampu kulalui.
0 notes
Quote
Sudah jadi konsekuensiku Maka pahitnya tetap akan ditelan Sembari tersenyum getir Lalu berekting manis
1 note
·
View note