#kini mereka tahu
Explore tagged Tumblr posts
Text
Kini Mereka Tahu
Kudengar kamu sibuk ke sana-kemari
Bersihkan namamu di mata orang lain
Kau cerita dari sisimu
Kaubilang tak semua salahmu
Berharap ada yang memihakmu
Banyak orang mengartikan lagu ini tentang mantan kekasih, yang tetap lo bela mati-matian setelah semua kesalahannya terhadap lo. Tapi gue terlalu relate dengan lirik-lirik yang ditulis Bernadya dalam artian lain, yaitu persahabatan. Ya, lebih ke persahabatan yang hancur karna dikhianati. Pernah gasih, lo diomongin di belakang oleh sahabat lo sendiri? Hasil dari omongan itu berakhir dengan lo dibenci banyak orang, dan lo gabisa berbuat apa-apa.
Itu yang terjadi ke gue. Terus-terusan. Miris, tapi gue terbiasa. Jelas gue yang pendiem tak berdaya dibanding doi yang terdengar begitu meyakinkan, dengan kepribadiannya yang 'seru' dan 'friendly' pula.
Sifat aslimu yang hancurkanku
Mereka tak tahu
Karena mereka langsung percaya dia, dan segala cerita-ceritanya yang dilebih-lebihkan tentang gue, mereka gak peduli untuk mendengar sisi gue. Dia sendiri pun memasang wajah senyum dan ramah ke gue, padahal isi hatinya berkata lain. Melihatnya begitu gampang berteman dengan yang lain, seketika gue kesepian karena dia. Komedi, kan?
Dan mungkin saja bisa jadi
Bila kamu datang lagi
Ku 'kan terimamu kembali
Meski gue tau segala yang dia buat, dan usaha gue menjauhinya, masih ada rasa sayang terhadap dia. Ya, gimana nggak sama sahabat bertahun-tahun? Sesusahnya gue mencoba untuk membencinya, gak akan benar-benar bisa dan bawaannya pengen nangis. Terkadang gue nyerah dan berteman lagi dengan senyum bohongnya itu. Because I miss my best friend, who I really loved. Tapi sekarang semuanya berbeda, and I should know better than to be fooled again. Karena kasih sayang yang dia punya terhadap gue hilang semenjak gue dikata-katain, sampai sekarang. Gue yakin bakal terimanya kembali dengan tangan terbuka lebar, seandainya dia ingin berubah. Tapi apa yang bisa lo harapkan dari seseorang dengan hati yang terlanjur busuk, dan tak pernah jujur? Mending jajan seblak.
#lirik lagu#bernadya#lagu#lagu indonesia#persahabatan#terkhianati#tiktok#songs#kini mereka tahu#curhat#puisi#hubungan#pertemanan#teman#kisah nyata#renungan#hidup#sedih#bjir#dikhianati#pengkhianatan#sahabat#sma#sekolah#kisah sekolah#Spotify#quotes#lyrics#indonesian
7 notes
·
View notes
Text
Kini Mereka Tahu
***
Hari itu, hari Jumat di siang hari setelah jam makan siang. Aku membuka pintu, memasuki cafe yang namanya terkenal seantero jagat raya. Aku langsung melihatnya, sedang duduk di pojok, bersandar ke tembok sambil memainkan smartphone. Dia melihat ke arah pintu, melihatku. Masih dalam posisi bersandar seolah sedang malas, dia tersenyum kepadaku. Dia, adalah atasanku. Aku membuat janji wawancara dengannya untuk bahan penulisan tesisku.
Namanya Made, usianya terpaut 5 tahun lebih tua dariku. Menjabat sebagai COO yang juga adalah Wakil Direktur, sahabat owner. Mendirikan, membangun, dan menjalankan perusahaan bersama-sama. Sebagai COO, dia pintar dan berwawasan luas dalam bidangnya, serta tahu keputusan apa yang harus diambil secara cepat dan tepat di situasi tertentu yang mendesak. Kepemimpinannya cenderung santai namun sebenarnya dia perfeksionis dalam hal detail, tapi pada dasarnya tetap mementingkan hasil. Cukup berkarisma untuk menjadi pakbos muda di perusahaan startup. Belum menikah, tapi setahuku dia punya pasangan. Meski workaholic, dia termasuk bos muda yang asik, bisa bercanda dengan karyawan-karyawan Gen Z-nya. Hanya saja, semua sifat baiknya yang orang tahu, hanya bagian dari persona yang dia ciptakan. Hampir 3 tahun aku mengenalnya, bekerja di bawah arahannya langsung membuatku banyak berinteraksi dengannya, memahami karakternya, menemukan sifat aslinya yang tak ia tampilkan dalam persona.
Aku membalas senyumannya, menghampiri, dan duduk di depannya.
"Panas banget." ku bilang (sambil kipas-kipas), membuka percakapan.
"Panas banget ya di luar? Tapi lama-lama di sini dingin kok." ucapnya yang tidak ramah dengan suhu ruangan dingin.
"Pak, makasih ya udah dateng buat wawancara tesis saya." ucapku lagi. Aku memanggilnya 'Bapak', meski di awal proses rekrutmen aku sempat memanggilnya 'Mas'.
"Iya, abis S2 mau ngapain? Lanjut S3? Apa mau nikah? Udah ada cowok belum? Hm?" tanya dia usil dan bertubi-tubi, salah satu hal yang biasa dia lakukan kepadaku.
"Pak Made sendiri kapan mau nikah?" aku membalasnya, ketus.
"Hahaha, salah ya saya nanya. Jadi boomerang ke saya. Nanti saya nikah kalo mba mau saya poligami jadi istri kedua." ujarnya mulai bercanda kurang ajar, juga salah satu hal yang biasa dia lakukan denganku. Dia memanggilku dengan sebutan 'Mbak'.
"Gak masalah sih pak, bapak juga bakal jadi suami kedua saya." jawabku yang tidak pernah mau kalah darinya.
"Oh, haha bisa gitu ya? Oke, deal?" dia mengajakku salaman, aku mengabaikannya.
Aku lalu mulai membuka tas, mengambil laptop dan perangkat lainnya. Aku menyalakan laptop dan bertanya, "pak, password wifi-nya apa?"
"Coba aja langsung konekin, biasanya langsung bisa tanpa password." jawabnya, dan langsung kucoba.
"Gak bisa pak, gak konek. Mungkin harus tetep masukkin password."
"Pake punya saya aja kalo gitu" dia menunjuk modem kecil tanpa kabel yang selalu dibawanya kemana-mana.
"Passwordnya apa pak? Made imoet ya?" tanyaku iseng menggodanya, dia tertawa kecil.
"Passwordnya I love you" dia membalas leluconku, tapi tidak lucu.
"Hurufnya gede kecil gak pak?" kubalas dengan tidak menggubris bercandaannya. Dia kemudian memberiku password wifi-nya yang adalah serangkaian angka dan huruf random. Aku berterima kasih.
Kemudian dia bertanya "di sini dingin banget, mau tukeran tempat duduk gak?" padahal keringatku belum sepenuhnya kering.
"Yaudah pak, saya di situ" jawabku mengiyakan. Kita bertukar posisi, aku di pojok dekat tembok, dia di depanku, yang padahal posisi tempat dudukku lebih dingin karena terpapar AC langsung.
Aku melihat smartphonenya yang sedang diisi ulang tiba-tiba menyala karena muncul notifikasi dari aplikasi yang terkenal untuk mencari jodoh "you have one notification from Timber". Hampir saja terucap di ujung bibirku yang gatal ini "pak, ada notif dari Timber".
Dia mengambil smartphonenya dan memberikan barang-barangku yang ada di kursi sebelahnya. "Oh, di sini malah lebih dingin ya", ujarnya.
"Trus gimana pak? Mau pindah lagi?" aku sedikit kesal.
"Pindah ke situ aja yuk" dia menunjuk kursi di sudut ujung, dekat meja kasir. Aku menuruti kemauannya yang kadang cukup banyak dan ribet.
Kita pindah ke kursi ujung, aku tetap di posisi dekat tembok, dia di depanku. Kita memulai wawancara, aku merekam percakapan kita.
"Kita mulai ya pak."
"Oh, ini formal ya?"
"Enggak pak, santai aja."
Aku memberinya 10 pertanyaan yang berdasar dengan analisis 5W1H, sisanya pertanyaan terbuka untuk mendapatkan gambaran dan pendapat darinya secara luas. Sesuai ekspektasiku, dia bisa memberikan penjabaran yang sangat baik dan kaya akan informasi. Setiap penjelasannya mengandung isi, walau beberapa kali diulang-ulang. Skill komunikasi dan analytical thinkingnya tidak perlu diragukan. Dia memberiku banyak bahan analisis untukku yang sedang stuck, bingung akan menulis apa lagi di bab 4. Setiap jawaban yang ia lontarkan seolah kata-kata yang keluar dari ChatGPT ketika kita mengetik satu pertanyaan.
"Oke sekarang pertanyaan terakhir ya pak"
"Oh udah terakhir? Cepet banget, ada pertanyaan lagi gak?" dia sedikit terkejut, menantangku.
Tentu saja ada pertanyaan-pertanyaan lagi, namun pertanyaan tambahan kutanyakan dari sisiku sebagai HRD, bukan sebagai mahasiswa Magister semester akhir yang sedang menyusun tesis.
"Saya cek dulu rekamannya ya pak, kalo gak kedengeran, kita ulang." kataku bercanda.
"Haha, tahu gitu saya rekam sendiri aja pake hp saya." jawabnya, sedikit kesal. Aku tertawa, senang membuatnya kesal.
Aku berhenti merekam, mengecek apakah rekamannya terdengar dengan jelas. Dia masih berbicara terkait topik tesisku yang sebenarnya kuambil dan kukembangkan dari tugas khusus yang dia berikan kepadaku. Tentu saja aku tidak mendengarnya dengan jelas, aku sedang mendengarkan rekaman, dan dia sadar itu.
"Gimana, jelas gak?"
"Jelas pak" aku mengangguk puas, aman.
Kita lalu lanjut berdiskusi terkait tugas-tugas pekerjaan, isu-isu di kantor, review untuk para subordinate lain yang bekerja di bawah arahannya. Aku melihat gelas es kopinya sudah mulai kosong, aku bertanya "pak Made mau minum lagi? biar saya pesenin."
"Gausah mba. Mba aja silakan kalo mau pesen minum." dia menolak dengan gengsi. Padahal paham betul aku memboykot produk yang dijual cafe ini. Satu-satunya alasanku datang ke cafe ini di cabang manapun, tentu saja karena memenuhi permintaannya yang hobi meeting di cafe ini. Sudah jadi cafe favoritenya.
Dia memegang kedua lengannya, memperlihatkan gestur kedinginan. "Kok masih dingin aja ya, di sini juga."
"Masih kedinginan pak?? Nih mau pake jaket saya?" geregetan, kutawarkan jaket jeansku yang tergeletak ke luar dari tas.
"Gausah. Nanti wanginya nempel, kebayang-bayang sampe mau tidur." jawabnya meledek, tersenyum usil. Tidak kurespon, kuteringat lirik lagu Bernadya 'kuyakin masih ada sisa wangiku di bajumu'.
Kita lanjut berdiskusi, di tengah-tengah penjelasannya, dia tiba-tiba berkata "mba, pengen boker". Jujur, laki-laki memang tidak bisa ditebak, terlepas dari konteks pekerjaannya dan apa yang sedang ia kerjakan.
"Yaudah sana boker pak, jangan di sini" aku mengomel.
"Hari ini saya belum boker, kalo di rumah susah. Sukanya di luar" dia tiba-tiba curhat, salah satu kebiasaannya juga yang suka ia lakukan denganku.
"Ohh hahaha gak betah di rumah ya?" aku menertawakannya.
"Kadang saya kepikiran apa harus beli toilet yang luxury ya biar nyaman boker di rumah"
"Hahahaha!" aku sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Dia lalu pergi ke toilet dengan tidak nyaman, sepertinya AC cafe membuatnya masuk angin. Aku sering mengejeknya "gak bisa tinggal di Eropa dong pak, kalo gak kuat dingin" "iya, kalo di tempat dingin saya menciut, mengecil" jawabnya membuat ku tertawa membayangkannya.
Sekembalinya dia, aku bertanya "udah?". Dia menggeleng, "toiletnya jelek". Aku tertawa tak habis pikir.
Dia duduk di sampingku, kebetulan kursi sebelah kami kosong. Kita lanjut berdiskusi, tidak terasa waktu Ashar tiba. Aku izin sholat sebentar.
"Saya sholat dulu ya pak, titip barang-barang."
"Iya, nanti saya jual semua."
Setelah ku kembali, dia masih duduk di samping kursiku, sambil mengerjakan sesuatu di tabnya.
Aku duduk di tempatku, kembali menawarkan jika dia mau pesan minuman lagi, kembali dia menolak. Kemudian kita lanjut berdiskusi.
Kita sedang membicarakan kebutuhan onboarding employee, aku bilang "pak, kita butuh ini" sambil menunjuk id card-ku. Dia melihat id card-ku dengan sedikit bingung, "kok beda?".
Aku memakai dua id card, id card kantor sebagai kartu akses gedung dan id card yang kubuat sendiri dengan logo personal brand yang kubuat untuk usaha kecil-kecilan pada masa pandemi, sebagai kartu penyimpanan saldo digital untuk naik transport publik.
"Ini company saya, kalo ini company bapak" kataku dengan santai, sambil membolak-balik id card yang kukalungkan.
"Wihh, punya double job?? Mana sini, coba liat!" terkejut dan penuh rasa penasaran, dia memaksa untuk melihat id card-ku. Meski postur tubuhnya kurus, tenaganya kuat untuk memaksaku memperlihatkan id card yang kupakai. Aku tidak mau kalah, aku belum percaya diri mengenalkan personal brand-ku kepadanya. Aku menahan tangannya sekuat tenaga yang sudah memegang kartuku, bersikeras menolak untuk memperlihatkannya. Aku bisa merasakan kita membuat sedikit kehebohan. Jika terpantau dari kamera CCTV, mungkin kami berdua seperti pasangan yang perempuannya ketahuan selingkuh, dan laki-lakinya penasaran mau lihat siapa si selingkuhan itu dari smartphone perempuannya.
Dia akhirnya mengalah, melepaskan kartuku. Aku melepas tangannya.
"Saya cari sendiri aja di Google." ucapnya, seraya mengambil smartphone, ternyata belum menyerah.
"Enggak ada pak." susah payah kucoba meraih smartphonenya, dia memegang tanganku, menahan.
Pencariannya tidak berhasil, dia malah menemukan brand-brand orang lain yang namanya sama denganku. Aku menghembuskan napas lega. Kita lalu kembali ke mode serius, melanjutkan diskusi.
Masih di posisi duduk yang sama, dia di sampingku tapi kali ini posisinya lebih merapat. Dia bercerita tentang review training yang dijalani subordinatenya, berkata bahwa materi training dari lembaga tersebut mirip seperti assessment yang pernah ia berikan kepada si subordinate pada awal periode pengangkatan. Dia bercerita penuh bangga, aku meledeknya "jie..." dia salah tingkah, mencubit lenganku sambil tertawa kecil.
Hari menjelang petang, senja di luar jendela mulai menampakkan warnanya. Hawa semakin dingin. Persoalan suhu ini belum selesai-selesai.
"Sumpah makin dingin." dia bicara pelan.
"Jujur pak, saya juga ngerasa dingin." kali ini aku mengiyakan. Menjelang malam, angin di luar lumayan kencang.
Dia mendekat dan berbisik kepadaku "gimana kalo kita saling menghangatkan diri...?"
"Enggak mau." langsung kurespon dengan ketus, dia tertawa. Entah apa di pikirannya, laki-laki memang susah ditebak, dan kalau ini adalah isyarat, aku tidak mau mengerti.
Aku melihat petugas cafe mulai menutup jendela-jendela, menandakan cafe sebentar lagi akan tutup. Aku baru menyadari tamu hanya tinggal kita berdua, ditambah dua orang lain yang baru saja beranjak keluar. Cafe ini berada di dalam gedung perkantoran, sehingga tidak heran bila jam operasionalnya mengikuti jam kerja kantor 09.00-18.00.
Aku sedikit panik, mengingat harus mengumpulkan dokumentasi untuk lampiran wawancara ini.
"Pak, kita foto dulu boleh ya?"
"Oh, buat apa?"
"Lampiran wawancara. Boleh ya pak?"
Dia bergegas berdiri dan memberikan smartphonenya ke petugas cafe. Aku terperangah heran. Kenapa dia menggunakan smartphonenya? Ini kan untuk kepentinganku, keperluan tesisku. Ya, aku tahu kamera smartphonenya memang bagus. Tapi, bukankah itu berarti dia juga akan punya foto kita tersimpan di smartphonenya? Kecuali dia menghapusnya nanti.
Tak sempat ku berkata, petugas cafe yang sudah memegang smartphonenya bertanya "fotonya mau landscape atau portrait ya kak?"
"Dua-duanya boleh mba? Fotonya on-cam sama off-cam ya mba." aku menjawab.
"Banyak ya requestnya." dia meledek. Dia yang kumaksud bukan petugas cafe.
Dia kemudian berpindah duduk di depanku, di kursi asalnya. Sambil membuka tabnya, aku berpura-pura mengetik di laptopku.
"Pak, gimmick ya. Ceritanya bapak lagi jelasin, saya ngetik" perintahku, kita berdua tertawa, tapi dia menurut.
Petugas cafe ternyata sudah mulai ambil foto, tanpa kita berdua tahu.
"Pak, gimmick tangannya dong, kayak lagi ngejelasin gitu."
Sambil menahan tawa, dia memainkan tangannya bergaya seolah sedang menjelaskan sesuatu. Petugas cafe selesai mengambil foto kami, memberikan smartphone pak Made kepadaku.
"Boleh dicek dulu kak hasilnya."
Kupikir petugas cafe hanya mengambil empat foto saja, on-cam dan off-cam masing-masing dua. Kugeser layar ke tiga foto lainnya, cukup puas dengan hasil fotonya. Setelahnya pak Made mengambil smartphonenya untuk melihat juga hasil fotonya seperti apa.
"Kok saya lemes banget ya mukanya." katanya.
Aku tertawa, "lemes kayak gabisa boker gitu ya pak?" dia juga ikut tertawa. Dia lalu mengirimkan foto-fotonya kepadaku dan setelah kulihat, ternyata ada lebih dari empat foto yang diambil. Kebanyakan foto off-cam kita yang sedang gimmick sambil menahan tawa. Aku berharap penuh dia akan menghapus foto-foto itu dari smartphonenya.
Waktu menunjukkan pukul 17.30, jam kerjaku selesai, waktunya pulang. Hari Jumat adalah waktuku pulang ke rumah. Bekerja di luar kota membuatku menyewa kos dan pulang ke rumah hanya seminggu sekali setiap hari Jumat.
"Jam 17.30 pak, ayo kita pulang." ucapku semangat. Tapi dia masih menahanku dengan pertanyaan bertubi-tubinya terkait diskusi pekerjaan. Sampai di titik aku tidak lagi menjawab pertanyaannya, aku sibuk mengakses aplikasi ojek online untuk mengecek berapa tarif perjalanan dari cafe ke pool travel.
Aku ingat dua pertanyaan terakhirnya, "kalian seneng gak sih kerja di kantor? Apa kalian merasa kurang diperhatiin sama bos-bos?". Sudah malas aku membahas topik ini, sekalipun mau dibahas tidak akan cukup waktunya, dan aku sudah mau pulang.
"Pak, kalo pesen ojol dari sini, keluarnya dari pintu mana ya?" tanyaku tanpa menggubris pertanyaannya. Untungnya dia merespon pertanyaanku, diskusi pekerjaan berakhir di situ.
Aku terkejut melihat nominal tarif perjalanan yang tinggi, jauh lebih tinggi dari tarif hari Jumat biasanya. Mungkin karena lokasi cafe lebih jauh daripada lokasi kantor ke pool travel.
"Mau bareng saya?" dia menawarkan.
"Emang bapak mau kemana?"
"Saya kan ke arah sana juga, tapi saya mau ambil mobil sewa dulu di deket kantor." dia bercerita besok adiknya wisuda, orangtuanya yang dari luar pulau datang untuk ikut acara besok. Itulah alasan kenapa dia sewa mobil.
"Lama gak ya pak?" tanyaku khawatir, mengingat mobil travel yang kunaiki terakhir berangkat jam 20.00.
"Enggak sih, tinggal ngambil aja. Paling nanti isi bensin dulu ke pom." dia meyakinkanku.
"Oke kalo gitu." aku sudah setuju, meski dalam hati masih ragu.
"Kita berangkat habis Magrib aja ya, saya sholat dulu di masjid seberang." katanya sambil mengecek estimasi lama perjalanan dari titik berangkat sampai tujuan.
Aku mulai ragu lagi, "pak, yakin ya jam 20.00 kita udah sampe sana?"
"Kita usahakan."
"Kalo jam 20.00 kita belum sampe sana gimana pak?"
"Saya anter sampe rumah." responnya asal.
"Bener ya pak??" aku bertanya walaupun yakin 100% dia tidak serius.
"Gila kali ya..." ujarnya, ketidakseriusannya terbukti. Dia lalu keluar dan berdiri di depan pintu cafe, aku masih bersiap merapikan barang-barangku, absen pulang melalui aplikasi HRIS, sambil memikirkan gimana kalau nanti jam 20.00 aku belum sampai di pool dan ketinggalan travel.
Seperti dejavu, aku ingat kira-kira setahun yang lalu aku pernah pulang bareng dengannya karena memang rumahnya searah dengan pool travelku. Namun karena rush hour, macet, dan dia lewat rute yang biasa dia lalui ke rumahnya, bukan rute yang biasa kulalui ke pool, kita masih stuck di kemacetan, dan perjalanan belum separuhnya. Aku memaksakan diri untuk turun duluan dan lanjut naik ojol sampai pool. Ternyata mobil terakhir sudah berangkat, jauh-jauh aku kembali ke kos.
Pada waktu itu dia menyesal, meminta maaf padaku dan memaksaku untuk mengganti biaya ojol yang jatuhnya dua kali lipat kukeluarkan dari perjalanan pulang biasanya. Aku menolak. Dia menawarkan untuk memesan makanan untukku, aku juga menolak, karena waktu itu aku baru saja beli makan. Dia menawarkan untuk memesan dessert, seolah masih berusaha mendapatkan simpatiku. Tapi aku juga kembali menolak.
Tidak mau kejadian itu terulang lagi, aku memutuskan untuk menolak tawarannya, pamit pulang duluan.
"Pak, saya naik ojol dari sini aja." aku menghampirinya keluar dari cafe.
"Oh gajadi? Jadinya naik ojol?" tanyanya seperti ada sedikit nada kekecewaan. Aku mengangguk.
"Yaudah yuk, jalannya lewat sini." kita berdua jalan menuju pintu keluar pejalan kaki. Angin berhembus kencang, menembus jaket jeans yang kukenakan.
Masih sambil memesan ojol, aku bertanya sekali lagi, "pintunya yang ini kan pak?". Dia tidak menjawab tapi langsung mengambil smartphone dari genggamanku.
"Iya, betul di sini." dia mengklik pesan, lalu mengembalikan smartphoneku.
"Habis ini kapan sidangnya mba?" sambil berjalan berdua, dia bertanya.
"Abis ini saya ngerampungin bab 4 dan 5, terus bimbingan, acc, terus sidang di awal Desember. Inshaallah Februari wisuda pak. Terus selesai. Mohon doanya ya pak."
"Oh gitu, iya semangat ya."
"Makasih pak. Selamat wisuda buat adiknya besok."
"Oh iyaa, makasih. Saya nyebrang di sini ya, hati-hati pulangnya." kita berpisah di depan tangga penyebrangan.
"Iya, thank you pak Made." aku melambaikan tangan padanya. Pertemuan kita hari itu berakhir.
Tiap kali kita bertemu, selalu banyak cerita yang kudapat darinya, dengannya. Semua persona yang ia ciptakan di kantor, hanya sebagian kecil dari dirinya.
Sifat baikmu yang orang tau, itu personamu.
Sifat aslimu yang mungkin hanya ditunjukkan ke segelintir orang di dekatmu, setelah aku membuat cerita tentang ini, kini mereka tahu.
***
0 notes
Text
Bahan Pameran Ep 2
Aku kini berusia 21 tahun. Seperti yang aku ceritakan dalam kisah yang lalu, hampir enam tahun peristiwa kakak-kakak aku menggunakan aku sebagai bahan pameran untuk kawan-kawan mereka yang tidak pernah melihat kemaluan lelaki.
Aku agak terkejut bila kak sue yang kini sudah 3 tahun mendirikan rumahtangga menalipon aku di pejabat. Aku kerja sebagai pelukis pelan di sebuah syarikat akitek. Kak sue suruh aku datang rumah dia hujung minggu tu...dia kata ada benda yang nak bincang dengan aku...jadi hujung minggu tu aku pun pergi kerumahnya. Setibanya aku dirumahnya dia bagi tahu aku yang suaminya ke perak selama 4 hari. Petang tu baru nak balik.. dia suruh aku duduk dulu dia buatkan air. Bila dah siap kami duduk sama-sama kat ruang tamu sambil minum air.
Tiba-tiba kak sue tanya.."mie..kau ingat lagi tak dulu masa sekolah..kau tunjukkan burung kau tu kat kawan-kawan akak." Aku rasa merah muka aku..memanglah aku ingat tapi sejak dah dewasa ni kami tak buat macam tu lagi. Tak seorang pun dari kakak-kakak aku yang membangkitkan kisah tu sehingga hari ni. "Seronoklah masa tu kan..." sambung kak sue bila aku terus diam.
"Akak ada kawan..dia baru aje kawin..tapi dia ni tak pernah hisap benda tu. Jadi bila suami dia suruh dia tak sure macam mana nak buat. Jadi akak offer nak ajar dia..kalau boleh akak nak bagi dia berlatih guna mie punya..boleh tak?"
"Tak naklah kak..malulah..dulu takpa lah...jangan ngarutlah mie tak nak." Kak. Sue terus juga pujuk aku..dia kata bukannya lama kejap aje dan buat pun masa hujung minggu aje kat rumah kawan dia.
Kawan dia ni isteri pilot. Jadi selalu tak de rumah. Aku ni dengan Kak sue memang dari kecik lagi susah aku nak tolak kehendak dia. Akhirnya aku pun setuju dengan syarat kak sue ajar aku buat oral dan aku boleh praktis guna kawan dia tu. Kak sue kata nanti dia arrangekan denagn kawan dia tu. Lepas tu Kak sue pun buat arrangement dengan kawan dia.
Dua minggu kemudian aku dan kak sue pergi ke rumah kawan dia di subang jaya. Bila sampai ke sana aku diperkenalkan dengan kawan kak sue..nama dia nor. Fuuh..lawa orang dia...tinggi lampai..kulit putih kuning...rambul panjang melepasi bahu. Cutting body dia pulak..meleleh air liur.
Mula-mula kami minum dan sembang-sembang. Aku diam aje. Dia orang yang sembang. Aku naik nervous..nor tu bila pandang aku..asyik target kat kemaluan aku aje..lepas senyum kat aku..aku pun naik stim ..lagilah dia senyum kat aku. Lepas agak setengah jam..Kak sue kata kat nor.."kalau dah ready bolehlah kita mula..."
Nor pun tunjukkan aku ke bilik tamu...bila masuk ke bilik tu aku tenhok dah ada towel selai kat atas katil. Kak sue suruh aku tanggalkan pakaian dan pakai towek aje...nor cuma senyum. Lepas tu dia orang berdua keluar dan tutup pintu. Aku pun tanggalkan pakaian aku dan pakai towel yang disediakan. Terjulur batang aku menongkat towel sebab dah stim. Aku biarkan aje..dan aku duduk aje kat katil. Tak lama lepas tu dia orang pun masuk ke bilik. Kedua-dua mereka pun salin baju.
Kedua-dua kini hanya memakai kemeja labuh aje. Mata nor terus tertumpu pada bahagian towel yang terangkat..dan senyum. Senyuman dia membuat aku jadi lagi tegang. Kak sue pulak kata.."hai mie..belum apa-apa lagi kau dah mencacak.." Aku cuma senyum..apa lagi nak cakap. Aku disruhnya baring menelentang atas katil. Kak sue dan nor masing-masing mengambil kedudukan disebelah kanan dan kiri aku.
Bila tiba masanya..kak sue menyelak dan meleraikan ikatan towel yang aku pakai. Terlerai aje towel..terdedahlah batang aku untuk tatapan kedua-dua wanita tu. "Eeii dah besar adik kecik akak kan..eehh mie kau punya lagi besar dari bang fuad kau punyalah." Kata kak sue membandingkan batang aku dengan suaminya. Batang aku taklah besar sangat cuma kurang sikit dari 5 inci aje..jadi aku pun terfikir kecik juga abang fuad punya. Kak sue mula mengusap batang aku. Lepas tu dia kata kat nor, "dah ready ke nak belajar.." nor pun angguk kepala. Kak sue kata tengok macam mana dia buat lepas tu nanti ikut.
Mula-mula kak sue menjilat bahagian kepala batang aku..lepas tu dia jilat batang aku sampai ke telur..aku mengerang dan mengeliat sedap campur geli. Kak sue cuma menjilat aje setakat ni..bila aku tengah sedap tiba-tiba kak sue berhenti..dia sruh nor pula buat. Aku menganggkat kepala aku nak tengok nor buat. Jilatan dia tak berapa sedap macam kak sue buat..tapi aku menjadi lebih stim melihat bibirnya yang merah basah dan lidahnya yang kecil menjilat-jilat batang aku.. Sambil dia jilat kak sue bagi lagi arah.."yes..macam tu..ok..jilat ke bawah...naik balik ke atas..sampai kat lekuk tu..mainkan lidah kat bawah lekuk tu..." terangkat-angkat bontot aku. Lama juga kak sue biarkan nor praktis menjilat. Lepas tu dia suruh nor berhenti ...dia pulak buat mula-mula dia jilat macam nor buat tapi tak lama lepas tu..dia mula memasukkan kepala kemaluan aku dalam mulut dia. Dia mula mengisap dan mengulum batang aku. Yang paling sedap bila dia mainkan lidah dia kat batang aku sambil dia kulum batang aku. Aku pejam mata menahan nikmat. Lepas tu ..nor pulak. Nor cuba nak ikut macam kak sue buat..tapi dia cepat sangat nak kulum..sampai batang aku terkena tekak dia..mencungap dia nak termuntah..kak sue gelak kan dia ..."tulah gelojoh sangat...buat sekali lagi perlahan-lahan ..masukkan batang tu dalam
mulut..sikit-sikit"
Nor pun buat semula kali ni slow aje...aku stim betul tengok mulut dia yang kiut dan wajah dia yang manis menghisap batang aku. Lepas dah lama dia kulum...kak nor sururuh dia mainkan batang aku dengan lidah sambil dia masih lagi mengulum batang aku. Nor lakukan seperti yang di suruh..hhuuuhh sedapnya. Lepas tu..dia suruh nor keluarkan batang aku dari mulut dan jilat seluruh batang aku macam mula-mula tadi..bila jilatan nor sampai ke telur..kak nor suruh nor mainkan telur aku dengan lidah dan kulum telur aku. Sambil nor kulum telur aku..kak sue pula mula mengulum bahagian kepala batang aku...."sedaaaappnya...akak..mie nak terpancut ni." aku mengerang. Kak sue cepat-cepat suruh nor pulak kulum batang aku...aku pancutkan air aku dalam mulut nor..nor terus berlari ke bilik air..aku dengar dia berkumur-kumur..kak sue cuma gelak aje..dia bagi tahu aku yang nor ni belum pernah rasa air mani dalm mulut dia lagi. Bila nor datang balik..muka dia merah tapi dia senyum lebar. Aku pun bangun dan pergi bersihkan diri aku kat bilik air.
Bila aku masuk balik ..kak sue tanya aku.."kau nak belajar hari ni jugak ke lain kali?"...hai tak kan nak lain kali..tak sporting pulak akak aku ni. Dengan malu-malu aku bagi tahu aku nak belajar hari ni juga. Nor pun dah sedia maklum dengan arrangement dan dia pun dah setuju. Nor pun berbaring menelentang atas katil... Kak sue suruh aku tanggalkan kemeja yang nor paki tu...dari awal lagi aku dah tengok nor ni tak pakai coli.. Bila aku buka butang dia satu persatu memang sah. Dia tak pakai coli. Buah dada dia tak besar..kecil aje..putih halus..putting dia pulak
cokelat kemerahan..batang aku dah stim balik..
Lepas tu aku tanggalkan seluar dalam dia. Nor cuma menganggkat bontotnya sedikit untuk membolehkan aku melorotkan seluar dalamnya.. dia telanjang sekarang..kemaluan dia bersih..bulunya di trim rapat.. Lepas tu bermulah pengajian aku dalam bidang jilat menjilat ni.
Tamat..
724 notes
·
View notes
Text
Mewujudkan Mimpi di Umurmu Kini
Takut ya? Lebih menakutkan daripada bertahun yang lalu? Saat mimpi dibenturkan sama realita dewasa, bekerja dari pagi hingga petang, bahkan kadang jarang pulang. Harus membiayai diri sendiri, sebagian yang lain ikut membiayai keluarga, adik-adik, bahkan saudara jaug. Saat tanggungan diri seolah-olah hanya bertumpu pada diri kita. Mimpi kita terasa semakin tak nyata, jauh tak tergapai. Takut untuk mengubah lajur hidup, karena penuh ketidakpastian. Takut mengubah arah, karena takut ditertawakan.
"Buat apa susah-susah ke sana, padahal yang sekarang sudah pasti. Cari yang pasti-pasti saja!" Ujar mereka.
Aku tahu hatiku bilang apa, tapi otakku tak bisa menerima. Bahwa hidup yang sementara ini, jangan hanya memikirkan diri sendiri, katanya. Tapi hatiku bilang, kalau tidak bahagia, tiada ketenangan, buat apa dipertahankan?
Aku ingin sekali mengikuti kata hatiku. Tapi aku sangat takut tak bisa membeli makan besok. Takut tak bisa hidup nyaman. Takut sekali seperti tak bertuhan. Astaghfirullah hal adzim.
Kalau aku meniliki diriku berpuluh tahun lalu, aku tak sebahagia itu. Apakah aku bisa hidup dengan pilihanku? Apakah aku bisa menjalani hidup ini tanpa harus berpikir materialistik? Ya Allah, anugerahkan kepadaku rasa cukup, anugerahkan kepadaku keberanian. Anugerahkan kepadaku rasa aman. Bahwa menjadi hambamu, aku tahu takkan Kau biarkan kekurangan, takkan kau biarkan tersesat di jalan. Sebagaimana Engkau anugerahkan kepadaku saat aku kecil dulu, untuk berani bermimpi, mudah bahagia, dan tak melihat dunia ini dari sudut pandang uang. Sehingga aku merasa sangat berkecukupan :) (c)kurniawangunadi
336 notes
·
View notes
Text
[Kisah Benar] Adik iparku Siti
.
Aku nak cerita tentang kisah ku ketika aku adakan hubungan persetubuhan dengan adik ipar ku Siti dirumahnya dekat Shah Alam. Kisahnya bermula ketika aku menumpang untuk beberapa lama dirumahnya kerana aku tidak mempunyai tempat tinggal pada masa itu. Jadi aku pun menumpang dirumah adik ipar ku Siti dan suaminya Zul. Itu pun setelah mereka pelawa aku dan isteri ku, Jadi setujulah daripada sewa rumah mahal di Shah Alam.
Pada suatu hari isteri ku balik kampung kat Kedah selama satu minggu. Entah macam mana suami Siti pula kena pergi outstation ke Johor dari hari Jumaat hingga ke hari Ahad. Suami Siti bagi tahu kat aku yang dia kena pergi Johor. Aku kata tak apalah. Mungkin aku boleh tidur dirumah kawan ku kat Kelang. Dia pun angguk saja. Kira bereslah masaalah. Apabila sampai masanya aku tak jadi tinggal kat rumah kawan ku kerana dia pun balik kampung. Terpaksalah aku menemani Siti kat rumah.
Apabila tiba waktu malam aku tak ke mana.
Bukan apa-apa sebab pada petang itu aku saja-saja tidur ayam. Cuma baring-baring tapi mata ku meliar saja. Kira-kira pukul 6 petang ku lihat Siti pergi mandi tapi yang bestnya selepas mandi dia cuma berkemban saja. Puh bukan main putih kulitnya aku lihat dari kaki hingga ke peha. Bukan main geram aku dibuatnya. Batang ku pun mula menegak. Aku pun sambil memerhati bodynya bukan main solid dan kecil molek walau pun dah ada anak seorang tapi tak apa. Aku sabarkan perasaan ku ini.
Kira-kira pada pukul 12 malam aku pun nak jalankan aku punya projek. Yang pasti Siti mungkin tertidur kat luar kerana kat dalam bilik panas. Maka mudahlah tugas aku. Dia pun tidur pakai kain saja. Sambil memeluk anaknya, aku memberanikan diri untuk keluar dan mendekati Siti dimana aku pegang tangannya. Dia terperanjat dan terbangun. Dia kata, Ada apa abang Yus? . Tak, tadi kat tangan kau tu ada nyamuk, jadi abang pun pukullah , kata ku. Tipu punya alasanlah nak hidup. Aku pun mula bercerita dengan Siti.
Siti, kalau Zul pergi kerja luar tak sunyi atau takut ke? . Dia jawab, Buat apa nak takut. Kat sini ramai. Jiran pun dekat-dekat saja. Sunyi memanglah sunyi tapi nak buat macam mana. Itu dah kerja dia. Siti kena sabarlah. Kalau tidak nanti gaduhlah hari-hari. Betul tak abang Yus? . Aku kata betul juga. Nak buat apa gaduh-gaduh. Kan buang masa saja. Entah macam mana aku mula memegang tangan Siti semula dan aku mula cakap, Siti sesungguhnya dalam rumah ini cuma kita berdua saja dan anak Siti masih kecil. Dia tak tahu apa-apa . Dan Siti cakap, Ada apa bang Yus? .
Rupanya dia masih tak faham tentang perasaan ku ini. Aku mula memberanikan diri lagi. Kali ini aku peluk tubuh Siti. Dia meronta dan berkata jangan buat macam ni. Dia takut tapi aku tak beri dia lepas. Maka tambah kuatlah pelukkan ku ni lalu aku cium pipinya dan aku pun kulum lidahnya. Dia mula kelemasan. Kini tubuhnya aku naiki dan aku sekarang diatas perutnya. Lidahnya masih aku kulum lagi dan aku membisikkan ketelinganya, Sayang ku Siti. Kau tetap akan aku setubuhi. Daripada kau melawan lebih baik kau bekerjasama. Nanti sama-sama dapat nikmat . Pujukan ku nampaknya menjadi. Kini dia mula bekerjasama dengan aku.
Dia mula cakap, Abang Yus nak buat apa? . Aku kata, Abang Yus akan buat macam mana abang Zul buat kat Siti. Sayang, ok jangan melawanlah ya . Dia pun mengangguk saja. Kini Siti sudah ku kuasai sepenuhnya. Ku buka bajunya. Waoii bukan main putih perutnya. Lalu ku cium perutnya. Bang sedapnya bila abang jilat perut Siti bannnnggg . Ya ke Siti? . Ya bannngg . Kini tangan ku pun membuka colinya. Dengan tak sabar-sabar aku hisap teteknya. Hoiii masih keras. Sebelahnya pula aku uli-uli macam menguli tepung. Kini tangan ku merayap bahagian bawah pula. Aduh tersentuh akan bulunya. Mak oiii bestnya.
Lalu ku buka seluar dalamnya. Kain juga aku buka. Kini Siti dah telanjang bulat. Tidak ada seurat benang pun yang menutupi tubuhnya. Aku masih tetap di atas tubuh Siti lagi. Kini aku mula mencari pukinya. Hoii mak, pukinya bukan main tembam lagi. Kini aku jolok pukinya dan aku mula gentel biji kelentitnya. Lepas tu aku jilat. Siti cuma mengerang. Bang bang bannnngggg Yus. Siti tak tahan ni, bang . Namun pukinya masih tetap ku jilat. Siti masih tetap mengerang kesedapan. Lidah ku mula menjolok dalam lubang puki Siti. Haiii bau aromanya sungguh harum bagai taman-taman syorga. Kini batang ku memang dah tegang. Kat luar pun hujan namun kat dalam rumah ini akan ku basahi tubuh Siti, adik ipar ku dengan air mawar ku. Yang pasti dia akan puas pada malam ini.
Aku kangkangkan peha Siti lalu aku pun masukkanlah zakar ku ke dalam pukinya. Hooiiii betapa nikmatnya. Aku pun membisikkan ke telinga Siti. Sayang, abang sungguh bertuah malam ini dapat menikmati puki Siti , lalu aku pun sorongkan zakar ku ini ke dalam puki Siti. Kemudian aku tarik. Siti cuma mengerang sementara mulut pukinya cuma dengar kocakkan air ˜plupppp pluppp pluupppp™ saja. Setelah sorong tarik sorong tarik Siti pun dah klimaks. Tibalah air syorga ini akan ku tinggalkan dalam lubang pukinya. Apabila air aku terpancut Siti sungguh erat memeluk tubuh ku. Banggg Yuusss, bang Yuss dah pancutkan air? . Ya , aku kata Ya sayang ku Siti. Segala nya dah selesai .Batang konek ku ini masih lekat kat dalam lubang puki Siti lagi. Aku dan Siti pun berpelukkan. Sedar-sedar dah pukul 4.30 pagi. Maka ada masa lagi lalu aku pun sambung lagi apa yang aku lakukan ke atas puki Siti, adik ipar ku ni.
Siti cakap kat aku yang dia tak pernah lepaskan air nikmatnya selama dia mengadakan hubungan dengan suaminya kerana terlalu cepat habis. Aku tanya kat Siti, Apakah hari ini saja Siti beri? . Tak bang Yus, selagi abang Yus mahu dan mampu Siti tetap menyerahkan tubuh Siti kepada abang . Maka mulai dari hari itu aku selalulah menyetubuhi Siti dan menikmati pukinya. Siti pun puas dengan aku. Bukan dengan suaminya.
-Tamat-
297 notes
·
View notes
Text
"Masa Ini Akan Berlalu..."
Edgar Hamas | @ceritaedgar
Pernah dengar kisah seorang raja yang memiliki cincin bertulis "masa ini akan berlalu?"
Ia kisah singkat, tentang seorang raja bijak yang selalu diingatkan dengan kalimat "masa ini akan berlalu" setiap kali ia mendengar sebuah laporan dari menteri-menterinya.
Ketika ada laporan tentang hal buruk dan itu sampai ke telinga sang raja, ia pun sempat gelisah dan khawatir berlebih. Namun ia melihat cincinnya dan membaca "masa ini akan berlalu."
Gelisahnya hilang. Ia tahu masa buruk tak akan selamanya. Maka ia fokus membenahi masalahnya.
Pun ketika ada kabar gembira yang membuat semua orang bersorak-sorai, sang raja pun kembali menoleh melihat cincinnya, "masa ini akan berlalu."
Tadinya ia senang berlebihan. Namun setelah diingatkan oleh tulisan itu, ia kembali tenang. Ia senang, namun tak terlena dan bereuforia.
Siklus, itu adalah kuncinya. Sang raja jadi bijak karena tahu masa buruk tak akan selamanya. Masa senang pun tak akan berlama-lama. Sebab ia mengerti bahwa hidup berputar.
"Masa ini akan berlalu", kini coba kau renungkan. Jika kau sedang sedih, ketahuilah ia tak akan selamanya.
Pun bagi siapapun yang berbuat zalim. Kau mengira mereka akan di atas selamanya? Mengira bahwa mereka tak terkalahkan?
"Masa ini akan berlalu", yang zalim akan hilang. Yang di bawah akan naik. Yang tenggelam akan timbul. Yang dizalimi akan menang.
Termasuk di Gaza, Palestina.
Semua ada masanya. Semua ada waktunya. Yang sedang naik daun akan ada saatnya hilang. Yang terkenal akan redup. Yang berkuasa akan usai.
Semua yang di bumi itu fana. Akan usai. "...tetapi wajah Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal..." (Ar Rahman 27)
#renungan#catatan#kontemplasi#islamic#inspirasi#islamicquotes#daily reminder#quotation#tadabbur#edgarhamas
275 notes
·
View notes
Text
Cerita Kisah Lucah
Menjalani hidup dengan status janda bukanlah suatu yang menyenangkan, lebih-lebih lagi jika menjada diusia 30an ditambah pula raut wajah yang jelita. Namun semua itu dilalui dengan tabah oleh Haslina. Baginya biarlah orang nak kata apa, asalkan dia tidak melakukan kerja-kerja keji sebagaimana tanggapan sesetengan masyarakat.
Kini genap tiga tahun Haslina melengkapkan status jandanya, mungkin jodohnya tidak ada, memang ramai lelaki bergelar suami orang dan duda tidak kurang lelaki bujang cuba menghimpit untuk memperisterikannya, tidak kurang juga yang hanya mahu berseronok menikmati hubungan seks dengannya semata-mata, semua ditolak oleh Haslina dengan santun, supaya tidak ada yang sakit hati dengannya.
“Betul, I nak menikahi U” Ujar Azrul seorang lelaki duda. Isterinya meninggal dunia setahun yang lalu. Azrul memiliki wajah yang tampan lebih 3 tahun dari usia Haslina. Mereka berkenalan secara tidak sengaja disebuah restoran. Hari demi hari perhubungan mereka kian mesra.
“I tak kisah, jika U sanggup terima I” Ujar Haslina sambil menundukkan mukanya menatap cawan air batu campur. Perasaan remajanya kembali menyelimuti dirinya. Akhirnya mereka telah memutuskan tarikh untuk pernikahan mereka.
“U, berpisah hidup atau mati dengan husband U?” Soal Azrul sambil matanya menatap wajah ayu Haslina.
“Husband I, dah meninggal dunia, kemalangan jalanraya” Ujar Haslina sayu, dikotak fikirannya terbayangkan arwaah suaminya dulu, seorang yang penyayang dan berbudi bahasa.
“Abang, pula…” Haslina ingin tahu mengenai isteri Azrul, Haslina sudah tidak kekok lagi untuk memanggil Azrul ‘abang’.
“Isteri abang kena guna-guna lelaki Lombok, tak ingatkan abang lagi” Ujar Azrul sayu mengenangkan isterinya yang dibawa lari oleh lelaki Lombok ke Indonesia. Memang lelaki Lombok terkenal dengan ilmu perempuan, mana-mana perempuan yang terkena ilmu lelaki Lombok pasti tidak akan ingat lagi pada keluarganya.
Hari yang dijanjikan telah tiba, Azrul dan Haslina dinikahkan, mereka kini sah sebagai suami isteri.
“Has, abang benar2 mencintai Has sepenuh jiwa abang” Ujar Azrul sambil mengucup dahi Haslina dimalam pertama mereka dinikahkan. Diatas katil yang dihias cantik mereka duduk sambil menuturkan kata-kata cinta.
“Abang” Ujar Haslina lemah bila Azrul merangkul tengkuknya dan melepaskan kucupan dibibirnya. Mereka bergomol seketika. Selama tiga tahun ‘perigi’ Haslina kering, malam itu ia kembali berair. Azrul meramas buah dada Haslina sambil sebelah lagi tangannya mengusap akur faraj Haslina.
“Ohhhh aaaabanggggg .” Rintih Haslina kenikmatan di gauli oleh Azrul. Tangan Haslina membukakan butang baju melayu yang dipakai oleh Azrul. Setelah Azrul mekucutkan baju melayunya Haslina mengusap punting susu Azrul. Setelah itu Haslina melondehkan kain pelikat yang dipakai oleg Azrul.
“Besarnyaaaa., banggg” Tegur Haslina apabila tangannya mencapai zakar Azrul. Suaminya hanya tersenyum dengan teguran Haslina.
“Has suka?” Soal Azrul sambil mencumbui buah dada Haslina.
“Takutttttt ” Jawab Haslina perlahan dengan perasaan malu, sambil menarik seluar dalam Azrul hingga terlondeh. Azrul membantu dengan menanggalkan seluar dalamnya dan terus menarik kain batik yang dipakai oleh Haslina dan menanggallan seluar dalannya sekali.
“Nak takut apanya ” Ujar Azrul perlahan sambil mukanya terlekap difaraj Haslina. Lidah Azrul bermain-main diantara lurah faraj dan kelentit Haslina.
“Nanti rabakkkkkka uwwwww ..”Rintih Haslina bila biji kelentitnya dihisap oleh Azrul.
Hampir sepuluh minit mereka beraksi membangkitkan birahi akhirnya Azrul telah bersedia untuk membenamkan. Zakarnya kedalam faraj Haslina. Isterinya hanya pasrah menanti tusukan zakar yang telah lama dia idamkan. Azrul mengesel-gesel kepala zakarnya dialur faraj Haslina yang telah lecak berair.
“Arrrhhh, banggggg.. besarnyaaaa aaarrrhhh” Rintih Haslina bila kepala zakar Azrul mula meneroka kecelah lubang farajnya. Sedikit demi sedikit zakar Azrul tenggelam. Haslina menejamkan maka menikmati tusukan yang belum pernah dirasainya selama bersama bekas suaminya dulu. Terasa setiap liang rongga farajnya dipenuhi oleh zakar Azrul.
“Uhhhhhoooooihhhhhhh” Haslina merintih lagi bila zakar Azrul terpenam sepenuhnya kedalam farajnya. Tusukan zakar Azrul membuatkan pinggul Haslina terangkat dan dia segera kakinya merangkul pinggang Azrrul.
Lima belas minit mereka bertarung akhirnya Azrul tewas dia memancutkan spermanya kedalam ronga faraj Haslina. Diikuti klimaks dari Halina. Azrul dapat merasakan kemutan demi kemutan disekeliling zakarnya. Setelah reda Azrul terbaring disebelah Azlina.
“Bekas husband U dulu macam mana” Ujar Azrul sambil memeluk Haslina sambil jarinya mengusap lembut dan mesra buah dada Haslina.
“Tak santak pun, tapi ok saja…” Ujar Haslina manja berbaur malu dengan pertanyaan dari suaminya itu. Fikirannya automatik mengimbau kenangan sewaktu bersetubuh dengan arwah suaminya dulu.
“Eeeeeee.. dah bangunnnn..” Tegur Haslina yang baru menyentuh zakar Azrul.
“Salah ker ‘dia’ bangun?” Balas Azrul separuh bangga kerana zakarnya telah kembali mengeras.
“Teruklah Hass nanti nak layan ” Ujar Haslina sambil mengurut zakar Azrul penuh kemesraan.
“Tu ler pasal, ‘dia’ suka dengan kemutan Hass ” Bisik Azrul sambil menindihkan badannya keatas tubuh Haslina yang memang telah berbogel. Zakar Azrul melunsuri lurah faraj Haslina sambil meluncur zakar Azrul menyentuh kelentit Haslina.
Haslina telah pana, dunia telah hilang yang ada adalah kenikmatan yang tidak pernah diperolehinya sepanjang perkahwinannua dengan bekas suaminya dulu. Waktu mula perkahwinan dengan bekas suaminya dulu dia tidak dapat bersetubuh dua kali dalam satu malam. Acap kali lepas mengeluarkan air mani, zakar arwah suaminya akan lembik hingga ke pagi. Pernah Haslina lepas bersetubuh dia mengusap zakar arwah suaminya, namum masih lembik kadang2 hingga Haslina terlelap zakar bekas suaminya masih tidak mahu mengeras lagi.
Berbanding dengan Azrul, baru sepuluh minit tanpa perlu dirangsang, zakar Azrul dah kembali mengeras. Setelah mencapai klimaks pertama dan persetubuhan kedua dalam selang waktu tidak sampai setengag jam dari persetubuhan pertama membuatkan Azrul mampu bertahan lebih lama. Persetubuhan kedua Azrul terus menggunakan gear lima, dia menghayunkan zakarnya dengan laju. Faraj Haslina yang telah berair berbunyi setiap kali sorong tarik zakar dibuat oleh Azrul.
“Arrrrhh..banggggg…..” Rintih Haslina penuh birahi. Bibir farajnya tertarik keluar sewaktu Azrul menaruk zakar dan kembali tenggelam bila zakar Azrul terbenam. Kemutan berirama didalam faraj Haslina dapat dirasakan dan ini meningkatkan birahi Azrul.
“Senakkk banggg .ohhhhh ssssedappp” Haslina meracau kenikmatan yang tidak terhingga.
“Aaaaaabbbbgggggggaaaaahhhuuuuahhh ahhhh .” Haslina mengerang kuat diikuti tubuhmya bergetar dan kejang. Serentak itu juga Azrul melepaskan airmaninya kedalam faraj Haslina. Azrul dapat rasakan kemutan demi kemutan dizakarnya dan Haslina merasakan ada pancutan yang hangat menghambur deras didinding rahimnya. Mereka akhirnya terkulai layu, mereka tertidur berbogel hingga ke pagi.
Setelah sebulan Haslina bergelar isteri kepada Azrul, dia begitu bahagia. Azrul menyediakan semua kelengkapan keperluannya, bagi dirinya, masalah duit tidak timbul kerana gaji suaminya hampir RM15k sebulan. Duduk dirumah mewah, Haslina rasakan dirinya bagaikan permaisuri. Hinggalah pada satu malam hitam dalam hidup mereka bersuami isteri apabila rumah mereka dimasuki oleh perompak.
“Keluarkan semua barang berharga!!!” Tengking si perompak kepada Haslina, terkejut Haslina bila ditengking dengan kuat. Suaminya yang menyedari rumah mereka dimasuki perompak cuba melawan tapi tidak berjaya. Kepala suami Haslina diketuk di kepala hingga pengsan. Perompak telah mengikat tangan dan kaki suami Haslina.
Sambil menangis teresak-esak Haslina berjalan ke bilik tidur dan membuka alamari solek dana menyerahkan emas yang menjadi pakaiannya seharian. Tidak puas hati dengan hasil rompakan itu, ketiga-tiga perompak telah menyelongkar semua alamari didalam bilik tidur dan menjumpai wang tunai sebanyak RM30k disamping beberapa barang kemas. Semuanya dianggarkan lebih dari RM80k yang berjaya dirompak dirumah Azrul dan Haslina.
Salah seorang perompak menolak Haslina dengan kuat keatas katil, tolakan yang kuat menyebabkan Haslina jatuh terlentang diatas tilam, sewaktu terjatuh, kain yang dipakai oleh Haslina tersingkap.
“Nanti…nanti… kita kenduri dulu” Sahut salah seorang perompak sambil merentap pakaian tidur yang dipakai oleh Haslina hingga terkoyak. Payu dara Haslina terburai dan menjadi tatapan ketiga-tiga orang perompak. Haslina menutup payu daranya dengan tangan. Namun salah seorang dari perompak itu menarik seluar dalam yang dipakainya. Haslina cuba menendang tapi kedua belah kakinya telah dipegang oleh perompak itu. Cubaan Haslina untuk meronta tidak berjaya menandingi kekuatan ketiga-tiga perompak yang sedang memegang tubuhnya.
“Adik beri kerjasama, kita orang tak cederakan adik” Ugut salah seorang perompak itu lagi. Haslina tetap berusaha meronta selagi ada tenaga. Namun perompak itu mahu segera membuatkan Haslina lemah. Salah seorang dari perompak itu terus menjilat kelentit Haslina yang sedang kering. Dia menjilat dan menggintil biji kelentit Haslina dan sesekali melurutkan lidahnya kedalam alur faraj Haslina. Seorang lagi perompak memerah buah dada sambil menggintil punting susunya. Hampir tiga minit akhirnya lurah Haslina mula digenangi air nikmat. Haslina kian terangsang.
Dari luar bilik tidur, Azrul telah mula sedar, dia membuka matanya dan nampak isterinya sedang digomoli oleh ketiga-tiga orang perompak. Azrul cuba mengagaahkan diri untuk bangun tapi tidak berjaya. Ikatan di kaki dan tangannya begitu kuat untuk Azrul bergerak.
“Hoi!!!! jangan apa2kan isteriku” Jerit Azrul dari luar bilik membuatkan salah sorang perompak meninggalkan santapannya dan mendekati Azrul, dia mengheret Azrul dan diletakkan disebelah Haslina. Kemudian dia menarik pakaian yang dipakai oleh Hasrul hingga terkoyak. Azrul meronta untuk melawan, tapi dia masih tidak berjaya melepaskan diri dari ikatan yang mengikatnya.
“Cakap, boleh atau tidak kami rogol bini, kau, cakap!!!!” Jerkah salah seorang perompak sambil memegang pisau sambil menarik zakar Azrul, perompak itu mula mengelar zakar Azrul hingga berdarah. Azrul masih cuba meronta.
“Cakap!!! boleh tidak rogol bini kau!!! Cepat!!!” Jerkah perompak itu lagi kali ini dia menekan pisau lebih kuat menyebabkan Azrul menjerit kesakitan. Dalam rasa sakit itu dia melihat Haslina memberi isyarat supaya dia merelakan dirinya diperkosa.
“Yaaa…..yaaa…..bolehhh….” Jerit Azrul tewas dengan tekanan yang dibuat oleh perompak itu. Darah meleleh dari kulit zakarnya, tapi bukan satu kecederaan yang serious. Haslina menitiskan air mata kerana dia terpaksa melayan tiga orang perompak dihadapan suaminya sendiri.
“Bagus….bagus…, sekarang kau tengok saja, tau” Ujar perompak itu sambil mengangkangkan kaki Haslina seluas-luasnya. Setelah itu perompak itu berdiri dicelah kelangkang Haslina dan menanggalkan seluarnya lalu memaksa Haslina membuka mata. Apabila Haslina membuka mata dia dapat melihat zakar perompak sedang mengeras dan cuba menusuk farajnya. Haslina pasrah dia menantikan saat farajnya ditusuk oleh zakar perompak itu. Nafsu birahinya telah semakin memuncak.
“Aaaaaahhhhhhhhhuuuuuwwww…” Rintih Haslina apabila zakar perompak itu menjalar masuk kedalam farajnya. Kawan perompak yang lain beralih kearah Azrul dan melihat Azrul sedang menangis menyaksikan isterinya diperkosa dihadapan matanya sendiri.
“Kau cakap pada bini kau, berikan kami layanan terbaik” bisik kawan perompak itu kepada Azrul perlahan supaya tidak didengari oleh Haslina yang sedang menikmati hubungan seks dengan kawan mereka.
“beri mereka layanan terbaik” Arah Azrul kepada isterinya dengan berat dan terpaksa. Haslina memberikan isyarat dengan menganggukkan kepala perlahan.
“Wowww….!!!! kemutan bini kau luar biasa” Ujar perompak yang sedang merogol isteri Azrul.
“Ohhh…..macam kena urut…” Puji perompak itu lagi sambil menusukkan zakarnya dengan laju kedalam faraj Haslina.
“aaaahhhh….aaaaaa” Rintih Haslina perlahan.
“Lepaskan suara tu kuat-kuat!!!” Jerkah perompak yang sedang menghenjut faraj Haslina. Perompak itu mencabut zakarnya dan menujahkannya kembali dengan laju terus terbenam kedasar faraj Haslina.
“Auuuwwwww…. yaaaaaaaaahhaaahhhh” Jerit Haslina kuat sambil mengangkat punggungnya tinggi, dia tidak mahu dijerkah lagi, dia memberikan tentangan yang benar-benar diharapkan oleh perompak itu. Haslina mengemut kuat dan sentiasa mengerang untuk membangkitkan lagi birahi perompak itu.
“Uhhhhhhh….uhhhhhh…uhhhhhhhh……aaaaaahhhhhh h…. Keluh perompak yang merogol Haslina sambil memancutkan air maninya kedalam faraj Haslina.
“AAAAaaaaaahahhhhhhhhhhaaaaahhhhhhhhhhhhuuuuuuhhhh hh” Jerit Haslina panjang sambil badangnya kejang diikuti renjatan beberapa kali. Faraj Haslina mengemut kencang tanpa diarahkan. Haslina dapat rasakan pancutan air mani perompak itu hangat menghambur didinding rahimnya dan Haslina juga dapat rasakan seluruh lubang farajnya penuh dengan zakar perompak itu.
Setelah perompak pertama selesai merogol Haslina, kini giliran perompak kedua dan seterusnya perompak ketiga. Kesemuanya Haslina berikan layanan yang sama, kemutan yang kuat suara ringitan bernafsu, pelukan mesra, kucupan-kucupan dibibir, leher dan dada kesemuanya Haslina lakukan semata-mata kerana dua matlamat iaitu kerana kenikmatan dan yang kedua untuk suaminya selamat dari dicederakan oleh perompak itu.
“Lupa tanya nama, siapa nama adik?” Soal perompak itu yang sedang memakai seluar dalam, Haslina membuka kelopak matanya sedikit, nampak zakar perompak itu yang telah layu.
“Has” Jawab Haslina lemah sambil memejamkan matanya semula. Kelopak matanya amat berat untuk dibuka, dia benar-benar rasa amat letih dan tidak bermaya.
“Ingat, jangan report polis, jika tidak mahu video ini tersebar” Ugut salah seorang perompak sambil menunjukkan video Haslina dirogol depan Azrul, dengan lemah Azrul menganggukkan kepala setuju untuk tidak membuat laporan polis.
“Terima kasih, Has, kerana berikan kami ini..” Ketiga-tiga perompak itu mengucup bibir dan mencium pipi Haslina sambil memasukkan jari telunjuk kedalam faraj yang terbuka besar mengikut acuan zakar ketiga-tiga perompak yang besar dan panjang setanding dengan zakar suaminya. Kemudian perompak itu membuka ikatan tangan Azrul dan mereka terus hilang didalam kegelapan malam membawa hasil rompakan.
Azrul dengan lemah membuka ikatan kakinya dan mendapatkan Haslina yang telah terbaring lena Azrul dapat melihat lubang faraj Haslina ternganga luas, dengan perlahan Azrul merapatkan kaki Haslina dan menyelimutinya dengan penuh kasih sayang. Walaupun isterinya telah dirogol dihadapan matanya, kasih sayangnya tidak berkurangan. Azrul akan membawa isterinya ke klinik untuk cuci air mani ketiga-tiga perompak itu supaya tidak menjadi janin.
220 notes
·
View notes
Text
Lina
Hati Lina hanya tinggal sebahagian sahaja. Ada orang yang tidak pernah memulangkannya, walaupun Lina hanya pinjamkan sekejap. Ada yang pulangkan dengan penuh kelukaan. Ada yang sudi berikan sebahagian hatinya pula sebagai ganti. Dan jika nak tahu, setiap hati manusia ada nilai yang tersendiri.
Sekali hati terluka, kadangkala sukar untuk mengubati-nya. Ada kalanya, mengambil masa yang lama. Bila tiba sesuatu yang tidak diingini, mungkin pemilik hati itu akan menyendiri sehingga hatinya pulih semula. Hati yang diberi ini bukan untuk suka-suka. Ianya lahir atas satu kepercayaan. Dari situ, wujudlah rasa kasih sayang. Jika hilang rasa percaya itu, maka sukarlah untuk hati itu kem-bali indah.
Namanya Haslina, nama glamour Lina je, sudah berumah-tangga hampir 5 tahun. Anak gadis sebuah kampong dari Utara tanahair. SRppun tak sempat ambil sebab sudah dikahwinkan dengan suaminya, Talib (22 tahun ketika itu) seorang anggota tentera. Lina nikah di usia 16 tahun. Kini usianya sudah 21 tahun dan suaminya 27 tahun.
Dulu Lina kolot sikit baik pemikiran ataupun sikap, tapi setelah berkahwin dan bercampur dalam masyarakat sojar Lina jadi open minded kata orang very liberallah. Cuma Lina masih belum dikurniakan cahayamata. Tambah suaminya jarang mengauli disebabkan tugas askarnya dan kekurangannya.
Selalunya kami bertemu secara secret dan discreet. Tidak di dalam kem. Bahaya. Lina berani sebab dia yang ajak aku keluar dan libur-libur sebab dia bosan. Boring dengan ketiadaan suaminya. Terkejut juga aku ketika membayar gaji untuk para isteri yang dibuat potongan gaji oleh suami masing-masing, Lina menghadiahkan aku sekotak rokok marlboro. Aku terima juga dan terkejut bila kudapati terselit nota kecil mengajak aku keluar tengok wayang. Aku memberanikan diri dan setuju bertemu.
Aku duduk di sisi Lina sehingga bahu bersentuhan. Lina tunduk. Rambutnya yang hitam menutupi muka. Angin berlari-lari di padang memaksa dedaun pohon meliuk-liuk menari. Aroma tubuhnya menusuk hidung segar rasanya. Lina kelihatan ayu berbaju kurung moden.
“Lina, cuba lihat burung itu,” kata N.
Lina mendongak pada seekor burung kecil yang bertenggek di atas sebatang kayu reput di pinggir tasik.
“Tadi mereka sama-sama terbang, tapi suatu ketika mereka akan berpisah dan membawa halatuju masing-masing,” kata N penuh makna.
Sebatang ranting kecil pohon cemara tempat mereka berteduh jatuh di hujung kasutnya. Tangan kasarnya pantas mencapai, mematah-matahkan ranting kecil itu dan mengeluh perlahan.
Lina memang pandai berbual dan cara dia membuat aku hilang kekok dan juga gementar. Banyak perkara yang diperbincangkan oleh Lina. Seharusnya Lina memang nampak seorang yang berpengetahuan. Banyak topik yang boleh dikupasnya. N mengagumi Lina, isteri Lans Koperal Talib yang kini bertugas dalam hutan selama tiga bulan dalam satu operasi mencari dan memusnah peng-ganas kominis. Walaupun tidak berpelajararn tinggi namun dia suka membaca.
Wanita moden sering mengadu terhadap layanan suami keatasnya. Pada suatu hari Lina menceritakan bahawa suaminya tidak lagi mengajaknya makan di kedai. Mementingkan diri dan bila bersetubuh suaminya hendak buat cepat-cepat. Tidak romantik dan tidak mencumbu rayu. Boring kata Lina. Malah banyak waktunya Lina tidak klimaks dan puas bersama suaminya. Bila sikap suami begini hati Lina rasa luka. Jiwanya kosong. Dia mengorak langkah dan menumpu-kan perhatian kepada pegawai-pegawai muda dalam batalion dan cuba mengoda mereka. Aku tergoda..
Dalam mess di sebuah bilik yang memandang ke laut.. Lina kususupkan masuk ke bilikku.. Kalau aku kena kantoi hilang senioriti.. Silap-silap kena buang kerja. Namun aku gamble dan Lina juga gamble..
“Cepatlah N..” pinta Lina sudah tidak sabar lagi. “Cepat apa?” N saja mendera Lina sambil tersenyum. “Masuk cepat N, nak ni! Nak batang you tu..” rayu Lina lagi.
Lina merasai dinding vaginanya mula berdenyut-denyut bagaikan meminta-minta batang N. Sebelum masuk, N menyuakan batangnya ke mulut Lina untuk diku-lum. Sempat Lina memain kepala kote N denganlidahnya. Kemudian menjilat batang dan mengigit manja kepala kote N sehingga ke takut. Di samping itu Lina emngulum buah pelir N dan menyonyotnya. Mencepak bagai kepedasan makan gulai lemak cili api.
N melebarkan kangkangku dan mula menggesel perlahan batangnya betul-betul tepat dilubang puki Lina.
“Aarrgghh, sedapnya Nn..” Lina merenggek dan merintih perlahan menerima tusukan nikmat butuh N yang besar, panjang keras dan tegang itu.
N membenamkan kotenya hingga ke pangkal dan nikmat-nya tak dapat digambarkan.. Terasa penuh seluruh lubang burit Lina dihuni dan direndam Dik batang N.
“Huhh.. Haa.. Sedap nn.. Mak oi.. Abah oi.. Sedapnya dikongkek begini.. N kongkek kuat-kuat..” jerit Lina mengerutkan mukanya sambil dia menerima seluruh batang N dalam vaginanya.
N berbisik perlahan sambil menjilat dan mengigit cuping telinga Lina apabila seluruh batangnya telah memenuhi lubang pussy Lina.
“Hhmm.. Sedapnya batang you N.. O sedapp,” raung Lina penuh nikmat. Dia mendesah-desah dan merenggek-renggek. “Shsshh.. Huu.. Ketatnya lubang puki Lina nie.. Kemut Lina.. Kemut kuat-kuat..” balas N menambah dan merangsang ghairah Lina. “N.. Henjutlah.. Henjut kuat-kuat. Henjut laju-laju. Senakk ni N. Panjang kote N nie” rayu dan renggek Lina sambil mengelinting tubuhnya dan dia memalingkan mukanya ek kiri dan ke kanan sambil tangannya mencakar-cakar belakang N. Lina mengerang kuat dan keras.
N menyorong tarik batangnya perlahan-lahan sambil meramas-ramas punggung Lina yang mengancam itu. Lina merintih kesedapan sambil sesekali punggungnya terangkat-angkat mambalas tujahan nikmat butuh N.. Memberikan Lina seribu kenikmatan.
“Ohh.. Nikmatnya N.. Jangan berhenti N.. Kuat kongkek aku N. Henjut kuat-kuat,” rayuku sambil mengigit dada N dan memegang punggungnya kemas rapat ke tundunku. “Eemm, I rasa.. Kemut kuat lagi Lina.. Kemutt..” balas N membuatkan Lina tambah bersemangat.
Aku terus memasukkan batangku hingga ke pangkal tundun Lina lalu aku membiarkan keadaan itu tanpa bergerak. Kemutan dinding vagina Lina mencengkam ke batangku. Nikmatnya tidak dapat kubayangkan.
“Aduhh.. Mak aii panasnya lubang puki you Linaa..”
N meramas buah dada Lina dan menyuruh Lina mengubah kedudukan. Lina diminta menonggeng. N mula ‘fuck’ Lina secara doggie. Kedudukan yang amat disukai oleh Lina kerana dengan cara itu, butuhr N dapat masuk lebih dalam dan buah pelirnya melanyak biji kelentit Lina. Tak lama selepas itu, Lina melepaskan nikmat klimaks dan N tanpa henti-henti terus-menerus menghentak pukinya.
Lina baring telentang semula. Aku menyorong tarik batangku di puki Lina. N merapatkan kedua-dua belah kaki Lina dan terus ‘fuck’. Dengan cara ini, N dapat merasakan batangnya dikemut dengan kuat. Sekejapan akibat geselan batangku dan dinding vagina Lina, dia meraung dan menjerit-jerit mahu klimaks. N memberi isyarat kepada Lina yang dia akan ‘cum’. N memantaskan henjutannya dan Lina menerima hentakan yang kuat kat cipapnya.
Lina telah menjerit kesedapan.. “Kuat N.. Sedap N.. Laju-laju N.” Itu sahaja kata-kata yang keluar dari mulut Lina. Tiba-tiba Lina terdiam dan mengejangkan tubuhnya. Lina telah sampai klimaxnya.
Lina memberitahu N yang dia sedang subur dan memintanya jangan melepaskan air maninya ke dalam farajnya. Aku mencabut zakarku serta-merta lalu Lina mengulum batangku. Dia memuntahkan air maniku. Setelah memastikan zakarku sudah bersih, aku membelai rambut Lina dan mengusap pipinya sambil mengucapkan terima kasih atas hadiahnya tadi. Aku juga mengucup bibirnya sambil tanganku mengusap dan meramas buah dada Lina.
“Sayang, Lina mintak maaf kerana tak membenarkan N pancut dalam. Lina takut ngandung nanti” kata Lina sambil mengusap dadaku sambil mengucup bibir dan mukaku. “Apa salahnya Lina mengandung? Kan dulu Lina sendiri kata yang Lina mahu rasa mengandung soalnya.” “Itu betul tapi Lina takut suami tahu?” “Ok.. Kita tunggu suami you pulang dari operasi. Masa tu dia ada dan setubuh you. Dalam pada tu kita meetlah dan make love. Kalau Lina sangkutpun masa tu tak hal, suami tak sangka dan tak tahu.” “Baiklah. Lina setuju kita cuba. Nanti bila melahirkan muka bayi tak ada iras suami?” “Uiks.. Jangan bimbang. Kalau muka bayi yang bakal lahir tu mirip Lina.. Kan selamat. Kalau wajah N pun takkan suami Lina nak mempertikaikan.”
Lina sengih sambil aku menyonyot puting susu Lina yang pinkish itu. Kulitnya halus. Pukinya ketat dan dia pandai mengemut batangku.
Setelah kami dapat bersetubuh beberapakali di belakang suaminya dan aku memancutkan air maniku dalam lubang puki Lina. Di bulan kedua, Lina dan suaminya dapat bersama setelah suaminya balik dari operasi, barulah Lina disahkan mengandung.
Tidak dapat dibayangkan betapa gembiranya Lina dan suaminya tambah pula N. N berasa bangga dapat mewanita dan mengandungkan Lina yang mana suaminya tidak berkemampuan berbuat demikian walaupun mereka bersenggama. Tanpa pengetahuan suami Lina, N masih mengongkek Lina bila peluang ada. Biarpun Lina sudah besar perutnya, N masih lagi merodok lubang puki Lina semau-mau dengan batangnya.
Dunia begitu gila!! Alangkah anehnya perubahan dunia yang begitu pesat dalam tempoh kurang dari setengah abad!! Tetapi ini hanya merupakan perbedaan di antara kereta kuda dan kapal terbang jet sahaja. N dan Lina masih ingin mendengar tapak kaki kuda di jalan raya. Ini bukan pula bererti kami mengajak supaya kembali kepada keluhuran zaman lampau dan nilai-nilainya yang ideal, malah Lina menyeru agar setiap golongan wanita sentiasa ingat bahawa dia ialah seorang wanita dan selamanya tetap tinggal sebagai wanita baik tidak semesti tempatnya di syurga manakala jahat belum tentu neraka rumahnya. Yang gila itu manusia sendiri.
Rahasia kandungan Lina tetap dipegang oleh Lina dan N. Hanya mereka berdua sahaja yang tahu. Suami Lina tidak namun dia berbangga yang Lina mengandung juga akhirnya. Hehehe!!
Lina tetap mendapat bekalannya dari N. Tambah N suka menyetubuhi Lina waktu perutnya membesar. Bagai menyiram benihnya segar bugar.
Keseronokan.. Dimiliki oleh insan yang benar-benar berusaha untuk memilikinya tapi sayang sekian lama aku mencarinya.. Kutemui di sini.. Lina yang mengandungkan anakku sedang suaminya yang terhegeh-hegeh mendapat nama.
487 notes
·
View notes
Text
Menyikapi Akun "Rumahati"
Sebenarnya sudah sangat lama isu ini terpendam karena banyak user Tumblr yang berinteraksi dengan saya terlibat dengan akun @rumahati. Terlibat dengan artian: dikontak. Dihubungi perihal ajakan untuk sedekah secara personal ke kegiatan yang bersangkutan dengan rekening pribadi. Tapi kemudian ada beberapa problem yang teman-teman sampaikan dan berkaitan dengan saya juga.
Awal mula isu ini muncul dari posting-an ini KLIK. Silakan baca dulu jika ingin tahu. Tapi di tulisan ini juga sudah saya sertakan, karena ini versi dari saya semoga dapat gambaran lain dari tulisan yang sudah ada.
Catatan: di posting-an ini ada banyak link yang bisa dibaca. Tinggal klik "KLIK" tersebut.
Setidaknya, ada tiga momen yang membuat saya akhirnya berkesimpulan kalau sosok di balik akun Rumahati cukup problematik.
Pertama, saat dia membuat posting-an di Tumblr yang diduga ditujukan ke saya. Interaksi saya dengan akun tersebut, yang kemudian memperkenalkan diri sebagai "SW" dan biasa dipanggil "U", pertama dari Message di Tumblr ini. Dia merespon posting-an saya yang sedang mencari tim kreatif untuk lembaga filantropi yang saya miliki: Ide Berbagi. Juga dia ingin bergabung ke grup filantropi Tumblr yang saya buat. Chat-nya masih ada dan dia akhirnya bergabung juga di grup Whatsapp tersebut. Namun, tidak banyak interaksi yang dia lakukan di grup Whatsapp itu.
Dia pernah chat saya berkonsultasi tentang program sosial dan menjabarkan program personal yang dia punya. Saya ingat betul jawaban yang saya berikan ke dia salah satunya bahwa model lembaga saya tidak menyalurkan ke personal, tapi ke komunitas atau penerima manfaat yang komunal (kelompok anak atau masyarakat). Sementara dia menyalurkan secara personal dan targetnya personal juga. Apalagi pakai rekening pribadi. Tentu ini tidak masuk kriteria lembaga dan prinsip saya. Lagipula, cara dia sulit untuk dimintai pertanggungjawaban.
Nah, ternyata karena penolakan ini dia membuat posting-an. Awalnya, saya tidak tahu karena tidak saling follow. Tapi ada mutual yang follow akun tersebut dan merasa ditujukan ke saya. Saya diberi tahu (gambar kiri). Isinya begini (gambar kanan):
Saya tidak terlalu menggubris karena tidak menyebutkan siapa, tidak tag/mention akun saya, atau yang memang jelas ditujukan ke saya. Tidak terlalu peduli. Cuma ini momen inisiasi pertama yang membuat saya agak terperanjat. Salah satu bukti dari kesalnya dia dari prinsip saya itu bisa dilihat di chat yang dia sendiri ketik di sini: KLIK. Tulisan tersebut juga membahas tentang Rumahati.
Kedua, setelah dia gabung di grup Whatsapp komunitas Tumblr yang saya buat, yang kemudian menjadi komunitas donatur "Searah" dan kini alhamdulillah menjadi Yayasan Visi Searah Cendekia (KLIK untuk lihat Instagram VISECA), dia menghubungi beberapa anggota grup secara pribadi dan menawarkan sedekah. Ada beberapa anggota grup yang konfirmasi ke saya soal ini. Ini salah satunya:
Ini momen kedua di mana menurut saya tidak etis sekali mengontak orang yang baru dikenal memanfaatkan nomor pribadi yang diambil dari grup kami. Grup ini awalnya sampai 200-an orang. Seingat saya ada lebih dari 5 orang yang mengonfirmasi ke saya. Saya hanya bisa menyarankan agar kalau memang mau donasi, minta kejelasan perihal dokumentasi, dsb. Yang saya sayangkan di sini dia mengambil nomor pribadi teman-teman Tumblr dari grup yang saya buat untuk kepentingan pribadi.
Ketiga, setelah banyak orang yang menanyakan ke saya perihal akun Rumahati dan merasa jengkel dengan model penagihan yang dia lakukan. Ini bahkan bukan orang-orang yang berasal dari grup Whatsapp saya tadi. Jadi, ada beberapa orang baik yang sesekali donasi ke dia dan bahkan ada yang sampai rutin. Cuma, banyak dari mereka yang risih dengan Rumahati karena tiap minggu ditanyakan dan seolah ditagih untuk berdonasi. Ini bukan saya yang mengatakan tapi eks donatur Rumahati sendiri. Mereka bahkan merasa seperti berhutang dan dikejar-kejar. Tapi saat ditanya dokumentasinya, tidak pernah mau menunjukkan. Sampai akhirnya mereka memblokir akses Whatsapp dan juga akun Tumblr Rumahati.
Ada banyak yang mengadu seperti ini. Tapi saya malas untuk mengubek lebih dalam memori Whatsapp saya. Saya sertakan chat dari dua orang yang sebal dan akhirnya memblokir Rumahati berikut:
Itu tiga hal yang saya merasa memang akun Rumahati ini problematik, terlepas dari kepribadian atau masalah pribadi yang dia miliki. Tidak ada yang tahu mengapa begini.
Masalah terbesar dari Rumahati ini ada di transparansi. Setiap kali diminta dokumentasi atau bukti penyaluran, selalu ada alasan. Tidak ada foto, kuitansi, atau apapun itu. Ini yang saya sampaikan dari awal ke teman-teman Tumblr—termasuk ke akun Rumahati itu waktu dia konsultasi—bahwa donasi ke personal itu peluang fraud-nya sangat besar dan transparansi jadi kunci. Orang-orang tidak akan tertarik dengan model kegiatan sosial begini. Tapi, ya namanya orang baik itu banyak dan di mana saja, termasuk di Tumblr ini, masih ada yang percaya donasi personal model Rumahati. Kalau kejadian akumulatif seperti saat ini, bagaimana? Susah kita menentukan kejelasan antara amanah atau tidaknya.
Itu tiga hal yang membuat saya berkesimpulan kalau Rumahati ini problematik. Sebenarnya saya sudah tidak menggubris karena tidak satupun dari problem di atas menyasar saya langsung. Jadi, tidak terlalu peduli. Sampai akhirnya kemarin ada akun yang mengangkat ini jadi pembahasan (KLIK di sini). Saya tidak menduga ternyata sampai hampir Agustus 2024 ini masih juga bermasalah. Silakan baca juga di sini KLIK, di sini KLIK, dan di sini KLIK.
Dan, ternyata ada problem lain yang orang-orang lain dapatkan: hutang. Setidaknya sudah dua akun yang mengaku diminta meminjamkan uang untuk Rumahati demi alasan ini-itu, tapi pembayarannya lama bisa setahun dan itupun susah ditagihnya (nama ada di saya). Saya tidak ada masalah dengan hutang-piutang karena itu urusan personal dan sebuah kewajaran. Tidak perlu malu atau mempermalukan orang lain karena hutang. Tidak. Jangan ada yang menghakimi orang lain karena hutangnya selama ada niat untuk melunasi. Tapi kalau ternyata ada pola gunung es, saya kira ini bagian dari problematika yang lebih besar.
Problem puncak dari Rumahati ini saya kira karena dia menghilang tiba-tiba setelah topik ini diangkat ke Tumblr kemarin. Akunnya menghilang, Whatsappnya raib, dan semua akses yang dia punya putus begitu saja. Memunculkan pertanyaan besar: kenapa? Orang jadi menduga-duga. Padahal, seharusnya masih bisa dijelaskan dengan baik-baik jika memang intensinya tidak untuk disalahgunakan. Jawab saja satu persatu dan buktikan kalau dugaan-dugaan itu tidak benar. Apalagi kalau ternyata dia ada masalah yang memaksa dia untuk bersikap demikian. Selama masih dalam batas logika, etika, dan moral saya kira orang-orang mudah untuk memahami.
Saya pribadi tidak ada urusan dengan Rumahati selain menyayangkan karena ini mencoreng dunia filantropi. Satu lagi alasan yang akan membuat orang enggan untuk berdonasi. Saya pun sedang tidak menuduh terkait amanah donasinya, karena saya bukan donatur dia dan tidak punya alasan untuk meminta transparansi. Karena nama saya disebut dia di salah satu postingan terbaru ini KLIK, akhirnya saya memutuskan buka suara untuk menyikapi.
79 notes
·
View notes
Text
Kadang aku menertawakan diriku sendiri, sungguh! Apalagi jika sedang rindu. Temu yang tak mampu ditaut mengkonversi diri menjadi cemburu.
Bisa kubayangkan seberapa lebar ia akan tertawa, atau aku harus menerima realita yang ada. Seberapa muram duka yang kini menyelimutinya.
Aku tahu, sebagai figuran aku hanya diundang ketika ia dan heroinnya membutuhkan massa untuk menyaksikan mereka. Sekarang, setelah aku terjatuh sendirian, mati pula aku mendekam menunggu waktu, kapan mereka kembali memadu kasih untuk kusaksikan kembali. Hanya dengan cara itu, satu-satunya yang kemampu untuk membayar semua nyeri di ulu hati.
Ah, memang menyedihkan sekali jatuh cinta sendirian.
72 notes
·
View notes
Text
192.
Aku ada di sana, begitu juga kau, menetap, abadi. Satu-satunya hal terbaik yang sesekali mungkin seringkali mampir;bertamu.
Mengingatkan jika kita pernah tertawa bersama dan bermimpi tinggi bahwa kita akan selamanya bersama. Meyakini diri jika perpisahan tidak akan pernah menyentuh kata kita seinci pun.
Tempat itu akan menjadi sudut tersendiri. Barangkali suatu waktu ingatan tak sengaja memutar ulang, menampilkan sosok yang pada saat itu masih belum tahu kemana arah dan tujuan.
Kita pernah indah, walau setelahnya babak belur saling bertanding memberi luka. Kita pernah berkorban, meski sesudahnya beradu ego yang sulit dikalahkan.
Aku senang. Kau pun ku harap demikian. Dendam dan semua duka yang pernah kita tulis di akhir cerita semoga terbayar lunas dengan kehadiran mereka; orang baik yang kini bersedia mendampingi kita.
Mereka mungkin tak lantas menyembuhkan sakit pada masing-masing kita namun penerimaan dan pemaklumannya dengan segala masa lalu tentang kita adalah alasan kuat untuk mempertahankan mereka di sisi kita.
Menyakitkan memang mengetahui bahwa yang masih bisa kita miliki adalah kenangan dan kini di sanalah kita berada.
Jalan Jauh, 19.11 | 13 Juli 2024
68 notes
·
View notes
Text
Begitu banyak orang-orang yang hadir dalam hidup kita. Ada yang sekedar figuran, muncul sebentar lalu menghilang, ada yang sempat menjadi pemeran pendukung, bahkan ada yang kita anggap sebagai pemeran utama kedua. Meskipun pada akhirnya harus menghilang di episode selanjutnya. Bahkan menjadi tokoh yang ingin kita lupakan, tak mau lagi tahu apalagi peduli tentang hidupnya. Hanya karena konflik antara kita dan dirinya yang tak bisa lagi membuat mereka bertahan dalam episode hidup kita. Namun, kadang ada saja momen di mana mereka harus muncul lagi. Membuyarkan titik fokus kita akan masa kini yang sedang dijalani. Kabar tentangnya tiba-tiba muncul, tanpa kita cari, tanpa kita minta, ia datang dengan sendirinya. Menghadirkan kabar kebahagiaan yang justru membuat luka dalam diri kita terkelupas kembali. Mengeluarkan rasa sakit tanpa darah. Menyulut rasa dendam yang belum padam.
Bukan, bukan soal iri dengan kebahagiaannya. Namun, karena kekesalan terhadap diri sendiri. Mengapa dulu begitu bodoh dipermainkan oleh seseorang? Ah sudahlah, bukan saatnya meratapi yang telah terjadi. Toh semua itu sudah menjadi bagian dari takdir yang harus diterima.
Sialnya, sisi buruk diri terkadang mendorong untuk membuktikan kebahagiaan kepada mereka yang pernah menorehkan luka. Seolah-olah meraung "Aku bisa hidup lebih bahagia dari kamu." Padahal ini jelas salah. Kebahagiaan yang kita rasakan akan terasa hambar jika dijadikan sebagai alat untuk unjuk gigi.
Wahai hati, lapanglah untuk segala hal yang menyakiti. Ikhlaskan apa-apa yang pernah terjadi. Jangan memelihara dengki, jangan memendam dendam. Itu hanya akan membuat dirimu mati perlahan. Jangan pernah membuktikan kebahagiaan kepada siapa pun. Nikmatilah hidupmu tanpa bayang-bayang masa lalu. Syukurilah setiap karunia yang Allah berikan. Jadilah pemaaf tanpa harus menunggu permintaan maaf. Kamu berhak bahagia atas dirimu sendiri. Rasa sakit yang pernah kamu rasakan biarkan menjadi pupuk penyubur kebijaksanaan dalam dirimu. Tetaplah bertumbuh, Sayang.
@penaalmujahidah
45 notes
·
View notes
Text
Berdamai
"Ini harus diminum seterusnya ya," ujar dokter. "Seterusnya itu berarti nggak boleh putus ya, Dok?" tanyaku. "Iya, seumur hidup." tegas beliau. * * * * * Lain waktu, ketika kumpul sama walimurid anak-anak lainnya. "Wah, saya ya minum obat itu mas udah dari umur 25 malah. Dah sepuluh tahun!" ujarnya. "Walahhh," sahutku. "Dibawa santai aja mas," tambahnya. * * * * * Lainnya lagi. "Lhoo masgun, sama kayak bapaku, dari sebelum aku ada ya beliau udah konsumsi obatnya. Diminum terus yaa jangan putus." katanya. "Wahh begitu yaa?" aku menimpali. "Yoiii, semangat masgun!" jawabnya. * * * * *
Kini juga bersahabat sama tensimeter. Beberapa hari sekali ngecek. Bela-belain beli, agar lebih mudah kontrol kondisi hipertensi ini. Awal-awal periksa, dulu, masih denial :"Kok bisa!", "Apa? Diminum seumur hidup obatnya?" dan lain-lain. Sekarang udah bisa menerima dengan baik, lebih legowo. Kondisi ini justru memberikanku semangat baru untuk memperbaiki pola hidup lebih baik. Berusaha bertahan lebih lama dalam hidup ini meskipun kita tahu bahwa umur itu rahasia Allah. Tapi, melihat anak-anak yang masih kecil, semakin menguatkan doa : "Semoga aku dimampukan menjadi ayah yang baik, mendampingi mereka tumbuh dewasa, menikahkan mereka, hingga mereka menjadi menjadi orang tua yang amanah." Mulai juga bisa memilah mana hal-hal yang penting dan prioritas dalam hidup. Ada hal-hal yang perlu dilepaskan dan direlakan. Seperti kopi yang selama ini kuminum, kini enggak lagi. Proses menata ulang ini seperti mereset kembali kehidupan di umur 33. Rasanya bagaimana? Seru. Dinikmati dan disyukuri saja. Kini, alarm pun bertambah satu selain pengaturan alarm lainnya yang sudah ada. Alarm buat minum obat. Buat yang masih muda, saranku lebih aware lagi soal kesehatan. Kalau suka naik asam lambung apalagi sampai gerd. Sering sakit kepala. Dan berbagai respon tubuh lainnya. Segera medical checkup, baik cek fisik maupun cek psikis. Ini sangat penting. Harganya bisa jadi lumayan, tapi lebih mahal lagi kalau sakit. Hati-hati dengan hal-hal yang sering kita konsumsi setiap hari. Perhatikan aktivitas hidup kita. Cermati apa yang sering kita pikirkan setiap harinya.
Jika nanti ketemu sama takdir berkeluarga, anak-anak kalian akan membutuhkan kalian lebih lama hidup di dunia ini. Membutuhkan energi kalian untuk mengejar-ngejarnya berlarian tanpa henti. Dijaga baik-baik anugrah Tuhan berupa badan ini. Semangat yaa!
260 notes
·
View notes
Text
Mana yang lebih baik? Bersyukur atau bersabar?
Sesuatu yang kamu tangisi pada hari ini, kelak akan sangat kamu syukuri nantinya. Ini benar adanya, demikianlah takdir Allaah Ta'ala kepada kita.
Ada seorang perempuan, sejak kecil kedua orangtuanya bercerai. Perempuan ini tinggalah bersama kakek dan neneknya sampai ia menginjak kelas enam sekolah dasar. Ibunya merantau ke suatu kota untuk bekerja, ayahnya menikah kembali. Sejak SMP sampai SMA ia dirawat oleh ayahnya dan ibu tirinya.
Selama kehidupan bersama ayah dan ibu tirinya, ia juga hidup dengan 3 saudara tirinya yang lain. Dua laki-laki dan satu perempuan. Cerita ibu tiri yang sering kita dengar dulu, yang tak pernah adil kepada anak tirinya, ini nyata adanya. Singkat cerita selama perempuan itu hidup bersama mereka, perempuan ini menjalani kehidupannya dengan totalitas membantu keluarga ayahnya tersebut.
Setiap harinya tidak pernah benar-benar mendapatkan uang saku dari ibu tirinya, ia selalu dapatkan saat ayahnya memberinya uang saja. Jika tidak diberi maka ia tak memiliki uang saku. Setiap harinya seusai pulang sekolah, wajib baginya membantu ibu tirinya menyiapkan barang dagangan. Ayah dan ibu tirinya memiliki warung makanan dengan berbagai macam jenis lauk yang dijual. Ia tak pernah sekalipun pergi bermain dengan teman-teman seusinya,bahkan untuk libur sehari saja ia tak pernah dapatkan. Sementara ketiga adik tirinya tidak demikian, tak pernah sekalipun ikut membantu menyiapkan dagangan. Padahal usia mereka tidaklah begitu jauh.
Namun ia tidak pernah mengeluh, sekalipun didepan kakek neneknya kala kakek neneknya berkunjung untuk menjenguk keadaannya. Ia selalu mengatakan baik-baik saja, sekailpun kenyataannya tidak demikian. Ia telan sendiri, ia lalui kesakitan dan kepahitan itu sendiri.
Kala tidak ada yang sholat dan mengaji dilingkungan tinggalnya, ia tetap melakukan kewajiban dan ketaatan itu sekalipun ia sendiri. Ia perempuan yang cantik dan pandai dalam hal agama, menjaga diri dan kehormatannya dengan baik. Tak tertarik sekalipun untuk pacaran, sekalipun teman-temannya sudah banyak yang memiliki pacar. Baginya menjaga kehormatan adalah salah satu jalan untuk terus menjaga ketaatan kepadaNya.
Ia yang ikhlas melakukan semuanya, tanpa mengeluh, tanpa menceritakan penderitaannya kepada dunia sekalipun kepada kakek neneknya atau kepada ibunya. Allaah balas keikhlasannya dengan menghadirkan seseorang yang tulus mencintainya.
Tepat setelah lulus dari SMA dia di persunting oleh seorang laki-laki baik yang juga begitu menjaga dirinya. Laki-laki penyabar, dan seorang penghafal Al-Qur'an. Hingga kini,ia bercerita banyak kepadaku, suaminya adalah laki-laki terbaik yang ia kenal. Sangat baik kepadanya bahkan dari ayahnya dulu. Katanya, "Allaah sepertinya sedang membalas kesabaranku atas hal dulu dengan kehadiran suamiku saat ini."
Kini, ia dikarunia tiga orang anak. Bahkan sampai saat anak-anaknya tumbuh dewasa, suaminya masih dengan sabar terhadapnya, membantu pekerjaan rumah tanpa diminta, mencukupkan dan mengajarkan ia agama hal yang tak ia dapatkan dulu. Allah karuniakan anak-anak yang sopan dan santun, serta penghafal Al-Qur'an. Allaah kabulkan doanya meski harus melalui hal-hala yang membuatnya harus menangisi banyak hal.
"Saat kamu diuji, bukan Allaah tak tahu kamu menangis dan kesakitan. Allaah tahu kondisimu yang sedang tidak baik-baik saja itu. Namun Allaah ingin menguji kesabaran dan keyakinanmu kepadaNya. Allaah uji kamu dengan sesuatu yang menguras perasaanmu, agar kelak kamu begitu mensyukurinya dengan banyak syukur yang berlipat." Ucapnya kepadaku.
"Kalau inget-inget masa sulit itu, rasanya masih terasa sakitnya. Namun kalau melihat kondisi pada hari ini rasanya begitu bersyukurnya diriku. Allaah kuatkan hati dan keyakinanku untuk tetap pada prinsipku. Bahwasanya Allaah bersama orang-orang yang bersabar. Sabar itu bukan berarti kamu nggak boleh menangis, boleh, kamu boleh nangis. Sabar itu bukan berarti kamu harus selalu baik-baik saja, seolah tidak ada kepahitan. Nggak, kamu boleh untuk tidak baik-baik saja dan menceritakan semuanya kepada Allaah. Dan sabar itu bukan berarti kamu harus diam dan pasrah menunggu semuanya. Nggak, bukan demikian. Sabar itu artinya kamu pun harus berjuang dijalanmu saat ini dengan terus berupaya meminta pertolongan kepada Allaah. Itulah sabar yang sesungguhnya." Ujar dia kembali..
Kini aku mengerti, mengapa hasil dari sebuah kesabaran adalah rasa syukur. Sebab untuk melalui semuanya dan bertahan dalam kondisi yang tidak menyenangkan, bukanlah hal yang mudah. Sungguh, kalau bukan karena Allaah yang menguatkan, tentulah sedikit sekali orang-orang yang bersabar pada keyakinan mereka.
Jadi, mana yang lebih baik? Bersyukur atau bersabar? “Seorang mukmin itu sungguh menakjubkan, karena setiap perkaranya itu baik. Namun tidak akan terjadi demikian kecuali pada seorang mu’min sejati. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar, dan itu baik baginya” (HR. Muslim no.7692).
Terimakasih untuk ceritanya, bersyukur sekali bisa mendengar cerita ini langsung disaat mungkin hati sedang butuh untuk diingatkan dan dikuatkan..
*aku sudah izin kepada pemilik cerita ini untuk menuliskannya kembali di media sosialku. Semoga Allaah menganugerahi pernikahan kalian dengan banyak keberlahan dan kebahagiaan didalamnya..:"
Perjalanan pulang || 17.37
#ruang sepi#tulisan#menulis#catatan#nasihat#wanita#kebaikan#perjalanan#syukur#akumenulis#pernikahan#rumahtanggamuda#rumah tangga#bapak#ibu#anak#bahagia
203 notes
·
View notes
Text
Pembuka Generasi Pembebasan
Edgar Hamas, (@cerita.edgar) Founder Gen Saladin
Ketika akun IG saya disegel Meta, entah kenapa saya malah merasakan sesuatu; kelegaan. Lega, karena ternyata apa yang saya tulis dan sampaikan ternyata digelisahkan.
Lalu saya senyum sendiri, membatin, "akun IG tumbang, bisa buat lagi. Tapi nyawa di Gaza yang hilang, tidak."
Edgar Hamas ini bukan nama pena. Ia nama asli saya sejak lahir. Ia menjadi satu kebanggaan tersendiri buat saya sampai sekarang. Bagi Syaikh Ahmad Yasin sendiri, lahirnya H@mæs adalah sebuah penanda terbitnya generasi baru setelah 40 tahun zionazi bercokol di Palestina.
Beliau bilang, bahwa 40 tahun adalah fase yang dibutuhkan untuk mengganti generasi satu ke generasi selanjutnya. Syaikh Yasin tadabburi itu dari perjalanan Bani Israil dalam Al Qur'an, kala dihukum oleh Allah di Padang Tiih 40 tahun lamanya.
Setelah 40 tahun, apa yang terjadi?
Muncul generasi baru yang berbeda cara pandang dari yang lalu.
Jika yang dulu adalah generasi pengecut yang takut untuk masuk ke Palestina, maka generasi baru yang dipimpin oleh Yusya bin Nuun ini memutus rantai kepengecutan itu. Mereka membuka lembaran keberanian dalam sejarah.
Itulah mengapa Syaikh Yasin menggambarkan bahwa generasi umat ini akan terbagi menjadi 3 kali 40 tahun. Yang gelombang pertama adalah generasi yang merasakan awal penjajahan. 40 tahun kedua adalah perlawanan, dan generasi 40 tahun ketiga adalah "tahrir", pembebasan.
Jadi, yang kamu lihat hari-hari ini, adalah mukadimah bagi lahirnya generasi pembebasan, insyaallah. Sebab banyak pula analis, jurnalis hingga sejarawan yang mengatakan,
"dunia akan sangat berbeda antara sebelum gerakan Thufanul Aqsha (Badai Al Aqsha) dan setelahnya."
Kamu pun, merasakannya...
Umat ini tidak akan tidur selamanya. Ada sunnatullah bahwa segala sesuatu itu terus bergulir, dan sejarah pun membekali kita dengan contoh-contoh yang nyata. Pasukan Crusader tumbang, Mongol runtuh, Buwaih luruh. Zionazi? Bahkan mereka pun tahu umur mereka menuju senjakala.
Saya sering menyampaikan bahwa kita adalah generasi yang ada di persimpangan sejarah. Kita akan lihat "shifting" yang banyak. Yang dulu kuat, mulai sekarat. Yang dulu adidaya, kini mulai meminta-minta. Dan kau tahu tanda sebuah peradaban akan hancur?
Kezalimannya menjadi-jadi.
#renungan#catatan#kontemplasi#islamic#inspirasi#islamicquotes#daily reminder#quotation#tadabbur#edgarhamas
324 notes
·
View notes
Text
Jejak Debu
Ada dua orang berada dalam satu ruangan, seorang laki-laki dan seorang perempuan. Si laki-laki lebih menyukai jendela yang selalu tertutup, sedangkan si perempuan memilih untuk selalu membuka jendela dengan alasan ingin menikmati keindahan di luar. Setiap kali si laki-laki menutup jendela itu, pasangannya selalu menuduhnya terlalu posesif dan tak mampu melihat kebebasan, lalu ia membuka kembali jendela yang sebelumnya ditutup oleh pasangannya.
Tak berselang lama, debu-debu beterbangan dari luar mengotori semua yang ada di dalam ruangan itu. Setelah debu-debu mulai mengotori ruangan, laki-laki itu mencoba menahan diri. Ia membersihkan meja yang mulai buram dan merapikan barang-barang yang tertutupi lapisan debu. Namun, setiap kali ia selesai, debu kembali masuk melalui jendela yang terbuka.
Dengan nada tenang, ia berkata kepada pasangannya, "Bukankah lebih baik kita menutup jendela untuk menjaga kebersihan? Kita tetap bisa menikmati keindahan dari sini, tanpa harus membiarkan debu masuk." Perempuan itu hanya tersenyum tipis, lalu menjawab, "Kau terlalu khawatir. Debu ini hanyalah sebagian kecil dari kebebasan yang kita miliki. Aku tak ingin mengurung diri hanya demi kenyamanan. Lebih baik menikmati udara segar meski sedikit kotor, daripada terjebak dalam ruang yang pengap."
Hari demi hari berlalu, dan debu semakin menumpuk. Laki-laki itu akhirnya lelah dan berhenti mencoba. Ia menyerah untuk menutup jendela, menyerah membersihkan ruangan, dan menyerah berdebat. Namun, ia juga mulai merasa sesak, bukan hanya karena debu, tetapi karena ketidakmampuan mereka untuk sepakat.
Di matanya, kebebasan yang terus diupayakan pasangannya kini berubah menjadi beban yang tak lagi mampu ia tanggung. Perempuan itu pun mulai menyadari perubahan dalam diri laki-laki tersebut. Namun, bukannya mencoba mencari jalan tengah, ia tetap pada pendiriannya, merasa bahwa kebebasannya adalah hal yang tak boleh dikorbankan.
Begitu pula laki-laki itu, yang kini memilih diam, membiarkan segala sesuatu berlanjut sebagaimana adanya, meski di hatinya, ia tahu bahwa mereka perlahan-lahan terpisah oleh hal kecil yang tak pernah terselesaikan.
Mereka masih berada dalam ruangan yang sama, tapi hati mereka kini terpisah, dibatasi oleh debu-debu yang tak pernah mereka bersihkan. Jendela itu tetap terbuka, namun pemandangan indah di luar tak lagi berarti, karena yang ada di dalam perlahan-lahan mulai rusak, tak ada lagi yang peduli untuk menjaga apa yang sebenarnya mereka miliki bersama.
— Arsualas
21 notes
·
View notes