#kenapa tidak bahagia
Explore tagged Tumblr posts
nurunala · 25 days ago
Text
Bu, Pak ... Setiap membuka sosial media, sepertinya semua orang hidupnya bahagia. Kenapa sepertinya cuma aku yang hidupnya begini-begini saja? Sehari-hari melakukan hal kecil yang tidak berarti apa-apa.
---
Nak ...
Kalau yang kamu maksud 'semua orang' itu adalah teman-temanmu, kamu beruntung karena punya teman-teman yang bahagia.
Tetapi, Nak... Setahu kami, orang-orang memang cenderung menggunakan sosial media untuk berbagi kebahagiaan.
Luka, kesedihan, kemalangan, biasanya disimpan sendiri. Atau diceritakan ke sahabat terdekat.
Kamu pun begitu, kan?
Memang tidak semua perasaan perlu diumumkan. Tidak semua kejadian layak dipublikasikan.
Dan benar, mungkin di antara temanmu ada yang terlihat keren karena melakukan hal besar. Bersyukurlah, kamu bisa terinspirasi dan belajar dari mereka.
Kamu enggak perlu berkecil hati. Karena Tuhan menyuruh kita berjuang sesuai kesanggupan.
Nak ...
Kalau kamu belum bisa melakukan hal besar, tidak apa-apa. Kamu tetap bisa melakukan hal kecil dengan kesungguhan yang besar.
223 notes · View notes
cahayaandalusi · 25 days ago
Text
Tuhan dan Sifat Transaksional Manusia
“Kok bisa ya dia hidupnya selancar itu, padahal sholatnya aja bolong-bolong” 
“dia kerjaannya dugem tiap malem, tapi kok ya hidupnya lancar, lulus S1, kerja di perusahaan bonafide, lalu kuliah S2 ke Amerika” 
Haffffttt.. 
Berkali-kali pikiran seperti itu muncul di kepalaku akhir-akhir ini, sampe sempet beberapa kali aku bertanya pada beberapa kawanku, kok Tuhan begitu? 
menilas balik kejadian tahun lalu, masih ada part marah dalam diriku. Aku kurang apa ya saat itu? dan semua pertanyaan “ternyata aku belum cukup” untuk Tuhan “melihatku” dan “menolongku”. 
Sejak kejadian itu, aku enggan “mendekat”. Bahkan meminta dengan sungguh pun rasanya enggan. Kenapa? Banyak muncul perasaan “Ngapain aku berbuat baik dan ‘beribadah’ toh nyatanya pertolongan Tuhan jauh adanya? 
“Ya mending aku gausah beribadah dengan baik aja, toh nyatanya beribadah dan tidak sama adanya?”
Sampai kemudian hari ini aku berpikir, bahwa selama ini aku menganggap hubungan dengan Tuhan hanyalah hubungan transaksional. Jika aku beribadah dengan tekun, maka harusnya Tuhan memudahkan seluruh hidupku. Jika aku melakukan ritual A B C, Tuhan akan memberiku apa yang aku mau. Yap, mungkin itu yang selalu terngiang di kepalaku sejak kecil.   
“kalau mau hidupnya lancar, rajin sholat Dhuha sama Tahajud”, lalu aku melakukan itu semata-mata agar urusan duniaku lancar. Maka, saat tidak datang sesuai mauku, aku marah. 
“kalau mau dilancarkan saat ujian, baca surat A B C, dzikir X Y Z”, sampai ternyata ujianku tidak lancar, aku marah. 
Sekali lagi, hubungan dengan Tuhan aku anggap hanya hubungan transaksional biasa. Jika aku beribadah dengan baik, Tuhan harus memberiku apa yang aku mau dalam hidup. 
Tapi padahal, ibadah dan “kesuksesan” yang aku harapkan adalah dua hal berbeda. Ibadah adalah kewajiban sebagai seorang manusia, terlepas dari segala atribut yang melekat, bahkan terlepas bagaimanapun takdir yang membersamai manusia. Jika aku mempercayai Tuhan, maka aku juga harusnya melakukan ibadah-ibadah yang harusnya datang dengan “kepercayaan” itu. 
Sedangkan kesuksesan, pencapaian, atau apapun itu namanya, tidak hadir dari “karena aku beribadah dengan giat, aku akan mendapat apa yang aku mau”. Tidak. Kesemuanya datang dari usahanya diri, dan tentu saja takdir yang mengiringi. Tapi sekali lagi, ibadah, bagaimanapun bentuknya, sebagus apapun, tidak kemudian serta merta membuat Tuhan memberikan apa yang kita mau. 
Itu hak prerogatif Tuhan :) Manusia, yaudah, menjalani hidup dengan bahagia aja heheh toh kalau mau lebih dalam melihat, ternyata banyak sekali nikmat yang sudah Tuhan berituh.
Bandung, 23 October 2024 
116 notes · View notes
mbeeer · 8 months ago
Text
Tumblr media
Saya sebenarnya tidak ingin besar kepala.
Tapi, pernahkah kamu memikirkan saya di saat kamu telah hidup bersama satu atap dengannya?
Kamu jangan salah, saya selalu berdoa semoga kamu ditemukan oleh orang yang bisa mencintai kamu lebih besar dari saya. Saya juga tidak pernah berharap kelak kita akan bersama lagi entah dengan cara yang bagaimana.
Saya hanya penasaran saja.
Sebab, saya terkadang masih memikirkan kamu di sela-sela hidup saya. Saya bukan tidak bisa melangkah. Bukan juga saya ingin kita bisa kembali bersama. Saya hanya kadang mengingat bahwa dulu kita pernah begitu bahagia.
Bahagia yang sayangnya tidak lagi bisa saya temukan di siapa-siapa.
Ngomong-ngomong, kamu tau kan kalau saya ini tipe manusia yang sangat realistis kalau menyoal tentang hidup? Toh dulu kamu bahkan sering kesal karena keras kepala dan logika saya yang kadang-kadang tak bisa kamu terima.
Tapi apakah kamu tau? Belakangan ini saya sering membayangkan tentang sebuah pertanyaan aneh:
"Apakah ada semesta lain di mana hubungan kita kemarin bisa baik-baik saja dan sekarang kita masih bisa bersama?"
Entah kenapa. Mungkin saya hanya penasaran saja.
Penasaran tentang sebuah kemungkinan yang apabila dulu kita tidak jadi berpisah dan tetap bersama, maka sedang sebahagia apa kita sekarang, ya?
309 notes · View notes
menyapamentari · 6 months ago
Text
Pernah berada di titik menjadi seseorang yang tidak berguna, tidak pantas dan begitu menyedihkan. Rasanya hanya ingin pergi, hanya ingin berlari, hanya ingin sendiri.
Bila ditanya kenapa sampai seperti itu ? Mungkin kita pun tak tau bagaimana menjelaskan jawabannya. Hanya bisa diam. Dan tetap menjalani hidup.
Pernah begitu takut tidak bisa menjadi sebab bahagia seseorang. Perasa sekali, sampai - sampai jatuh sendiri karenanya.
Rasanya hanya ingin mundur, tidak membebani, dan membiarkan diri hanyut dalam pemikiran diri sendiri.
Kala itu, tahun - tahun dimana usia terus bertambah mendekati kepala tiga namun tak juga terlihat kapan doa - doa perihal pasangan hidup akan terwujud.
Yang ku ingat, sampai pada saat aku memilih berserah, berpasrah pada Allaah bagaimana akan mengaturnya.
Hingga benar, di usia ke dua puluh sembilan bi idznillaahi ta'ala aku menikah, di usia dimana banyak dari teman - teman seusiaku telah jauh lebih dulu berumah tangga.
Nyatanya, bukan tentang siapa yang lebih dulu, bukan pula tentang memaksa Allaah menyegerakan apa yang menjadi pinta, apalagi merasa lebih mengetahui. Nyatanya, waktu terbaik itu Allaah telah mengaturnya.
Dan lantas tak selesai begitu saja, sebab setelah menikah episode kehidupan baru itu dimulai. Sebagaimana kita mengerti, kita akan mengarungi samudera kehidupan, yang ternyata ujian - ujiannya tak seperti saat sendiri bukan ? :')
Namun, sama seperti saat - saat sebelumnya, semoga hari - hari selanjutnya, kita senantiasa berharap pada pertolongan Allaah ya ♡
Jangan sampai merasa mampu melaluinya sendiri. Sungguh, pernikahan itu bukan tentang seberapa angka usia kita. Bersyukur pada setiap fase perjalanan hidup kita ya, semoga dengan demikian hati senantiasa dalam rasa tenang dan rasa cukup.
Laa hawla wa laa quwwata illa billaah.
167 notes · View notes
nisakhairunnisa · 2 months ago
Text
Tentang Jodoh & Rizqi
Tumblr media
Itu kenapa manusia diberi akal, karena kita selalu hendak dihadapkan dengan pilihan-pilihan. Kita yg pilih jalan apa, dengan cara apa. Kita diberi akal u/ bisa memilih mana yang salah, mana yang benar. Yang keliru dihindari, sekalipun itu menyenangkan bagi diri. Yang benar ikuti, sekalipun itu mungkin bagi kita tak menyenangkan hati dan tak menguntungkan sama sekali.
Karena hari ini, betapa banyak manusia yang memilih jalan yang keliru karena menyenangkan bagi diri. Betapa banyak manusia yang menghalalkan segala cara hanya untuk dunia yang ia ingini. Betapa banyak yang memilih bahagia di dunia, tanpa peduli bagaimana keadaan di akhirat nanti.
Dari Sahl bin Sa’ad berkata, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah bersabda, “Seandainya dunia ini sama nilainya dengan sayap nyamuk di sisi Allah. Niscaya Ia tidak akan memberikan minuman dari dunia itu kepada orang kafir, meskipun hanya seteguk air” (HR. Tirmidzi. Syeikh Albani menshahihkan hadis ini)
Ya Rabb, jaga selalu diri ini dari jalan yang keliru, sekalipun berlimang kebahagiaan dunia di dalam nya. Tunjukan selalu ya Allah, bahwa yang benar itu benar, dan yang salah itu salah. Ilhami kami dengan hidayah kebaikan, agar jodoh & rizqi yang kami dapatkan tak dilempar dengan penuh kemurkaan.
Bandung, 10 September 2024
94 notes · View notes
andromedanisa · 4 months ago
Text
tujuan, kita.
pelajaran yg didapat hari ini;
Pada kehidupan yang semakin dewasa rasanya begitu melelahkan, terkadang kita menemukan atau seringkali memutuskan untuk merubah arah jalan kita agar segera sampai pada tujuan kita lebih cepat. hidup dan serangkaiannya yang seringkali membuat kita lelah, terkadang tidak memberikan kita kesempatan untuk sekadar memberi jeda beristirahat atau bahkan untuk sekadar bernafas.
lalu munculah pertanyaan dalam diri perihal tujuan hidup yang sedang kita jalani sampai detik ini. kenapa Allaah menciptakan kita, apa tujuan yang sesungguhnya kita hidup di dunia, mengapa ada banyak penderitaan, mengapa tidak bahagia saja dan serangkaian pertanyaan lainnya.
saat-saat genting sekalipun, rasa putus asa dan ingin keluar dari pekatnya permasalahan terkadang seringkali memunculkan pertanyaan perihal mengapa kita diuji dengan sebegitu hebatnya. mengapa ujiannya begitu berat sekali hingga terasa sesak dalam melaluinya. lalu mempertanyakan diri, sanggupkah badai ujian yang berat ini terlewati.
rupanya satu persatu permasalahan itu terurai dan terselesaikan. bagaimana bisa? siklus kehidupan rupanya memang demikian.
Allaah tidak menciptakan kita tanpa tujuan. apa yang Allaah lakukan kepada kita, pasti ada sebuah tujuan dibaliknya. dan tentu saja kita paham, bahwa seluruh hidup ini adalah ujian yang setiap dari diri kita pasti mengalaminya, bahkan rasa bahagia sekalipun. jadi kita tidak akan lagi berkata,
"bagaimana mungkin orang baik hidupnya sulit dan orang jahat hidupnya menyenangkan dan terlihat bahagia."
padahal kita semua tahu, selevel nabi saja ujiannya tidak mudah. kehilangan orang yang beliau cintai berkali-kali, difitnah, diusir, dicaci maki, dan penderitaan lainnya yang masih banyak lagi. dari sini kita belajar, bahwa semuanya atas izin Allaah. segala rasa sakit, ataupun rasa bahagia, semua atas izin Allaah.
Kami akan menguji kalian , benar-benar menguji dengan berbagai macam hal.
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍۢ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍۢ مِّنَ ٱلْ��َمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ
"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah: 155)
maka tidak ada keadaan yang Allaah berikan kepada kita yang tak memiliki tujuan. dari semua tujuan itu akan selalu ada hikmah di dalamnya. jika ada yang bertanya, "lalu apa hikmahnya?"
ya, nggak tahu. barangkali mungkin saat ini belum tahu hikmahnya, tapi bisa jadi kita akan menemukan jawabannya nanti. atau barangkali kita tidak akan pernah mendapatkan jawaban dari pertanyaan itu. maka yang perlu kita ingat dan yakini lekat-lekat. bahwa Allaah telah merencanakan semuanya, kita hanya diminta untuk bersabar sampai pertolongan Allahah itu datang kepada kita. dan sabar tak berarti pasrah atau berdiam diri. kemampuan untuk berdoa, meminta pertolongan Allaah adalah salah satu bentuk sabar yang diupayakan diawal kita ditempa sebuah badai.
upayakan apa yang memang bisa diupayakan, jangan berputus asa pada apa-apa yang sudah menjadi tujuanmu hingga akhir. percayalah, dalam setiap mimpimu apalagi itu sebuah kebaikan, Allaah akan menolongmu setiap waktu tanpa jeda, tanpa tapi. sebaik itu Allaah kepada diri kita. lalu mengapa kita memandang selain kepadaNya?
maka telisik kembali, tujuan apa yang sedang ingin kamu upayakan? semoga Allaah menolong diri kita setiap waktu untuk mendekatkan kita pada tujuan yang sedang kita upayakan.
menilik kembali || 15.21
99 notes · View notes
nonaabuabu · 6 months ago
Text
Hidup yang Begini-Begini Saja
Aku sering berpikir, sepertinya poin paling besar yang menjadi pembeda seseorang dengan orang lain adalah dirinya sendiri; ceritanya, perjalanannya dan kompleksitas cara berpikirnya. Itu kenapa aku sering sekali merasa seharusnya aku menuliskan ceritaku, perjalananku, dan semua huru-hara hidup yang membuat jatuh bangun.
Namun di sisi lain, masih sering sekali skeptis sama diri sendiri; 'Memang apa yang kau tawarkan dari cerita itu? Hei, lihat dirimu, masih saja terlunta-lunta urusan hidup.' Tapi, itu menariknya kan? Kita sering melihat, cerita duka hanya dibaca jika disampaikan oleh orang yang sudah bersuka ria. Cerita sedih dilirik jika sudah ada titik bahagia. Kegagalan didengarkan saat ada kesuksesan yang turut bisa dijual. Lalu kenapa kita yang seringnya merasa masih begini-begini saja, bersusah payah untuk didengarkan dengan berbagai strategi dan upaya, padahal kisah sendiri adalah kisah yang tiada duanya.  Tapi sebenarnya apa itu menjadi begini-begini saja?
Uang? Kekuasaan? Kecantikan? Popularitas? Semua itukah yang membuat kita menjadi seseorang? Atau terlalu naif kita untuk memahami, bahwa banyak hal yang terjadi dalam hidup ini meski tanpa semua itu.
Aku tak cukup bijak untuk mengambil kesimpulan, tak cukup lainnya untuk didengarkan, namun ayolah, untuk diri sendiri setidaknya kita mau menerima dan mengerti, bertahan sejauh ini menjadi seseorang yang memahami kebaikan bukankah sebuah pencapain? Mari sama-sama hitung orang di sekitar kita, berapa hati yang menghilangkan kebaikan dalam dirinya demi semua hal yang sifatnya materi itu? Bahkan tanpa sadar kita sering melakukannya.
Pemahaman ini, pelajaran ini, bisa jadi sesuatu yang diketahui banyak orang. Tapi ada saja alasan yang digunakan untuk memaklumi bahwa adil menjalani kehidupan yang penuh kelicikan dan kepura-puraan demi semua pencapaian yang hingar bingar. Sehingga hadirlah sentimen bahwa menjadi seseorang yang berintegrasi dengan kejujuran, kebaikan dan prinsip menjalani hidup tidak seperti orang kebanyakan menjadi sebuah pilihan yang terlalu naif. Sayangnya aku juga pernah percaya itu.
Pada satu titik aku juga pernah menjadi si orang paling stress bahkan depresi akan hidup yang masih begini-begini saja. Melihat kiri kanan yang penuh dengan pencapaian, mendengar depan belakang yang penuh tekanan. Titik yang akhirnya membuat diri tak hanya stagnan dalam bergerak namun juga berhenti dalam berpikir. Hanya karena agar sama dengan orang lain, agar diterima di semua kalangan, dan agar-agar lain yang kalau kupikirkan sekarang, untuk apa?
Mungkin jika tidak melalui semua itu tak banyak yang kupelajari soal hidup. Mungkin hidup yang begini-begini saja adalah pengalaman yang tidak sembarang orang miliki, jadi kenapa harus merasa bahwa tak ada hal yang bisa kuceritakan sebab aku masih begini-begini saja?
Aceh, 02 Mei 2024
114 notes · View notes
irawanyusuf · 6 months ago
Text
Tumblr media
Jika hidup, mati, dan rezeki sudah diatur oleh Tuhan, kenapa engkau mesti khawatir soal siapa jodohmu, kapan kamu sukses, di mana nanti bisa memiliki rumah, dan segala tanyamu yang teramat risau itu.
Jalani saja. Hidup adalah tentang percaya bahwa ada Tuhan yang Maha segala. Terpenting adalah senantiasa berusaha semampunya kita dan berdoa, selebihnya serahkan kepada-Nya.
Jadi, nikmatilah hidup. Sebab memang, jam manusia akan selalu terburu-buru sedangkan jam Tuhan akan selalu tepat waktu. Yang untukmu akan untukmu, yang bukan untukmu tidak akan menjadi milikmu.
Bahagia ya!
64 notes · View notes
dinisuciyanti · 6 months ago
Text
Berkarir dan Ambisius
Tadi nemu twit selewat, gini intinya:
Cewek tuh kalo udah punya pasangan yang membuatnya aman, biasanya langsung pede berkarir dan ambisius.
BENTAAARRR DULU. Gimana gimana?
Personally, gak perlu nunggu ada pasangan sih buat confident dan ambitious berkarir. Kenapa jadi segala-gala nunggu mesti ada pasangan? Kenapa harus nahan-nahan shining karna takut para kandidatnya insekyur?
Kurang-kurangin perasaan kek gitu. Sengaja meminimalkan potensi juga tidak membuat kamu dapat pasangan lebih cepat.
Berkarir yang optimal selagi single, go ahead! Lagian buat diri sendiri juga ujung-ujungnya, gaji naik ya buat kamu juga.
Kurang-kurangin pemikiran kalo apa-apa akan lebih baik lebih bahagia kalo ada pasangan. Kesuwen nunggu pasangan. Yang pasti-pasti aja!
16 Mei 2024
62 notes · View notes
kurniawangunadi · 1 year ago
Text
Cerpen : Are You Near Me?
Aku meraih helmku yang kugantung di spion motor. Agak basah sedikit karena tadi gerimis dan aku salah menggantungnya. Tak apa, mungkin nanti kerudungku basah sedikit. Tak masalah.
Aku melajukan motorku menuju kesepian. Aku selalu benci pulang dari tempat kerja ini, karena aku akan bertemu dengan diriku sendiri di atas motor yang kukendarai, pikiranku yang berlari ke sana kemari, kos yang dihimpit oleh gang sempit dan dinding yang lembab. Sepinya seperti itu.
Aku pernah tidak seperti ini. Aku pernah tak terhitung bepergian ke sana kemari, menaiki kereta apapun jenisnya, menyeberangi pulau, menginap di masjid, di McD, di terminal, pom bensin, dan segala hal yang dulu kupikir akan mempertemukanku dengan banyak jawaban dari pertanyaan.
Tumbuh dewasa, menamparku dengan realita yang berbeda. Aku butuh uang, aku bekerja, kemudian semua abisi itu menguap tak bersisa. Aku merasa kehilangan gairah hidup, terjebak dalam rutinitas sehari-hari yang membuatku lelah. Aku dulu berpikir akan mengarungi dunia, hidup dengan diriku yang bahagia. Kini untuk bahagia, aku lupa bagaimana caranya, aku lupa merasakannya. Aku belajar, hidup ini tidak selalu semenyenangkan itu. Aku berusaha sebaik mungkin meski aku tahu, itu takkan membawaku lebih jauh lagi.
Aku pernah bersimpuh menangis, mengadu kepada Tuhan kenapa hidupku begitu kosong, tak lagi seisi dulu, tak lagi sebahagia dulu. Apakah aku akan begini seumur hidupku? Aku tidak mau. Bolehkah aku minta kepadaNya untuk mengubah takdirku, tak apa jika caraNya mungkin akan membuatku harus tertatih-tatih.
Dan benar saja. Di penghujung umur 29 ini, aku masih tak tahu akan ke mana, dengan siapa aku akan menikah, tak tahu. Gelap. Setertatih itu aku dengan takdirku sendiri.
Aku ingin sekali menemukan sesuatu yang kubutuhkan, meski aku tidak benar-benar tahu apa yang aku butuhkan. Dia Maha Tahu. Jika memang dia ada didekatku, buatlah dia menyapaku terlebih dahulu. Aku takut salah memilih. Aku mohon dengan sangat, pilihkanlah. (c)kurniawangunadi
347 notes · View notes
alizetia · 1 year ago
Text
Tumblr media
Pernah ada usia usia dimana aku merasa harus menjelaskan diriku kepada orang yang salah memahami maksud baikku karena kurangnya ilmu atau dangkalnya cara berpikir mereka, berkomentar ini itu, bahkan menyebarkan isu yang jelas jelas miring (ghibah yang terselubung).
Setelah mengetahui hal itu fase berikutnya adalah fase penerimaan, terasa ada yang cekit cekit, sedih di dada, kenapa ya orang pada jahat jahat betul.
Ilmu bertambah, pemahaman membijak, kedewasaan berkembang.. Dan satu kalimat imam syafi'i di atas sungguh tepat. Masa masa muda dulu rasa sedih, tidak terima, atau merasa terdzalimi oleh beberapa hal yang dilakukan orang lain, bisa jadi karena tidak memahami kebaikan diri sendiri, tidak memahami karakter diri sendiri. Memangnya kenapa orang menilai ini itu yang bukan kita banget? Nilai diri kita ndak berkurang di mata Allah atau bahkan terusik.
Ketika kita kenal diri kita ndak begitu.. Kita akan tenang bahkan tak menganggapnya sama sekali. Atau ketika kita kenal jenis jenis emosi dan mengapa itu muncul ke permukaan perasaan kita. Kita akan lebih paham bagaimana untuk menanggulanginya :)
Bahagia itu sebuah bentuk kemampuan selain ia juga merupakan berkat dari Allah yang Maha Pengasih..
#catatanharian
340 notes · View notes
milaalkhansah · 6 months ago
Text
Self Worth
Kalau self worth gua lagi tinggi (baca: alay), kadang tuh gua suka kepikiran, kalau orang yang nanti jadi pasangan gua tuh pasti beruntung banget.
Gua jago masak (dan enak), gua pinter cari uang (gua dari SMP udah punya penghasilan sendiri), gua seneng belajar jadi bisa lah diajak diskusi apa pun, gua suka (BANGET) sama anak kecil, jadi pasti nanti akan (berusaha) jadi ibu yang baik ((CAILAH)), gua jago beres-beres rumah, gua jadi pelawak bisa, jadi serius bisa, all in one lah pokoknya, oh iya gua juga cantik, yaa meskipun gak secantik artis korea.
Gua selama ini merawat diri dengan baik, jadi akan kurang ajar banget kalau usaha yang selama ini gua lakukan belum cukup juga untuk menganggap kalau gua ini cantik. Yaa walaupun balik lagi—definisi cantik tiap orang beda-beda. Kalau bagi diri gua sendiri, gua udah cukup layak untuk dianggap cantik dan menarik.
Untuk mengetahui nilai diri sendiri baik nilai yang ada di dalam (hati) dan di luar (fisik) itu gak semata-mata didapatkan dari asumsi semata, karena itu orang narsis namanya.
Gua pun begitu.
Pemahaman akan diri sendiri yang gua miliki saat ini itu gak gua dapatkan hanya dari pengalaman gua dalam belajar memahami diri gua sendiri, tetapi juga dari validasi yang gua dapatkan dari orang lain.
ya, gua baru sadar kalau mencari pengakuan akan nilai diri kita dari orang lain itu gak selalu hal yang negatif. Namun malah bisa membuat kita menjadi semakin kenal dengan diri kita sendiri. Dengan catatan, kita gak menjadikan pengakuan mereka sebagai tolak ukur siapa diri kita yang sebenarnya, dan juga tentu saja pengakuan yang kita dapatkan berasal dari orang-orang yang memang udah bersama kita dalam waktu yang cukup lama. Sehingga melalui interaksi cukup lama tersebut, kiranya sudah cukup lah untuk mereka menilai bagaimana diri kita, dari hal-hal 'konsisten' yang mereka lihat/rasakan dari diri kita.
gak hanya dari segi nilai diri, gua juga uda cukup paham sama berbagai kekurangan yang gua miliki. Meskipun belum semuanya, setidaknya beberapa kekurangan tersebut sudah gua usahakan untuk benahi dan juga perbaiki.
Mengetahui nilai dan kekurangan diri gua dengan baik secara gak sadar membuat gua menjadi lebih tenang dalam banyak hal. Salah satu contohnya dalam melepaskan seseorang. Gua dari dulu selalu berusaha konsisten, orang-orang yang gua izinkan untuk masuk dalam kehidupan gua saat ini hanyalah orang-orang yang mempunyai nilai yang sama dengan gua, jadi saat gua berkenalan dengan seseorang yang gua rasa orang ini gak mempunyai nilai yang sama—gua tanpa perlu pikir panjang lagi, tidak akan menganggap orang itu siapa-siapa.
Manfaat lain dari mengenal diri sendiri adalah gua juga gak takut lagi untuk ditinggalkan. Dulu, salah satu ketakutan gua untuk mengenal seseorang adalah gua takut banget ditinggalkan. Gua takut tanpa orang itu, gua gak bisa lagi apa-apa. Yah, gua sebodoh itu dulu. Sekarang? Pergi lu, kalau cuman jadi beban aja, gua bisa semuanya sendiri. Wkwk.
Salah satu persiapan gua juga sebelum menikah atau bersama seseorang nanti adalah memastikan diri gua sendiri MASIH & BISA tetap bahagia dan juga MANDIRI tanpa adanya orang tersebut. Sederhananya gua gak mau menggantung kan kebahagiaan atau hidup gua sendiri sama orang lain.
Jadi semisal pasangan gua nanti meninggal, gua masih mampu untuk bertahan hidup. Karena toh, sebelum sama dia juga gua udah punya penghasilan sendiri. Pelajaran ini gua ambil langsung dari Mama gua, karena dengan kepala mata gua sendiri, rasa malu dan harga diri belio bahkan beliau jual, hanya supaya anak-anaknya masih bisa makan. Dan gua gak mau kayak gitu.
Hal ini juga yang menjadi alasan kenapa Mama selalu memberikan nasihat sama gua untuk mencari seorang laki-laki yang udah punya pekerjaan alias bertanggungjawab dengan hidupnya sendiri. Gak harus kaya loh, tetapi setidaknya dia punya cukup kesadaran diri bahwa biaya hidupnya harus ditanggungnya sendiri, jadi dia akan berusaha bagaimana pun untuk tidak menjadikan dirinya sebagai tanggungan orang lain, sekalipun orang tuanya sendiri.
Lagian, gua aja yang cewek bisa nafkahi diri gua sendiri, masa situ yang laki-laki gak bisa?
Sampe sekarang gua tuh suka heran, kok bisa-bisanya yaa ada cewek mau-maunya biayain cowok? Kalau udah suami istri, dan suaminya emang qodarullah berada di dalam keadaan sedang/sudah gak bisa lagi cari nafkah, misal sakit, yaa itu gak masalah karena kondisinya berada di luar dari kehendaknya. Tetapi kalau udah belum suami istri, dan si laki-laki masih sehat walfiat, tetapi kerjaannya gak jelas apa dan cuman modal mulut doang si cewek mau-maunya aja biayain si cowok, fix si cewek bego banget.
Selain itu, karena gua juga udah tau seberapa bernilai diri gua sendiri, seandainya nanti gua (nauzubillah) memilih pasangan yang salah, sehingga dia meninggal kan gua, gua gak akan mudah terpuruk, menyalahkan diri gua sendiri, apalagi bertanya-tanya tentang apa yang salah dari diri gua. Tetapi gua akan yakin, dia ninggalin gua karena yaa dia aja yang bodoh.
Dalam hal memilih pasangan pun gua menjadi lebih mudah. Karena gua udah tahu, laki-laki seperti apa yang gua mau dan gua butuhkan. Sehingga saat gua bertemu dengan laki-laki yang gak nemu di dua hal tadi, gua sudah tau apa yang gua harus lakukan.
Semoga gua bisa ketemu dengan laki-laki yang juga udah tau nilai dirinya dengan baik. Karena yang gua inginkan dalam sebuah hubungan terutama sebuah pernikahan adalah saling, bukan paling...
Saling mengusahakan kebaikan masing-masing, saling berjuang membahagiakan, saling menasihati, saling sabar, dan berbagai kata 'saling' lainnya.
Gua gak mau berada dalam hubungan yang timpang sebelah. Alias gua sama pasangan gua berlomba-lomba menjadi si yang paling. Gua mau kita berdua selalu sama-sama.
Proses memahami nilai diri adalah proses yang panjang dan akan dilakukan seumur hidup. Dan gua tahu pasti ada keadaan di mana gua salah menilai diri gua sendiri. Namun gua akan selalu yakin, kalau gua adalah seseorang yang sangat layak dan sangat pantas untuk dicintai.
Jadi anggap saja saat ini gua masih sendiri bukan karena gak ada yang suka sama gua, tetapi belum ada laki-laki yang cukup beruntung untuk memiliki gua.
Mari menjadi alay sekali-kali...
38 notes · View notes
sarasastra · 2 months ago
Text
Today's Story
Suamiku bercerita sore tadi, ada seorang pria yang memutuskan untuk 'pensiun dini' diusianya yang baru 37 tahun. Konon katanya ia bekerja keras sejak muda untuk mengumpulkan uang agar hidupnya dan keluarganya jauh lebih nyaman.
Terbukti, kini ia sudah terbiasa membiayai kebutuhan keluarga dengan lancar. Transferan uang ke istri aman, uang untuk keperluan anak-anak juga aman. Tabungan pun gemuk.
Tapi suatu hari, ia mendatangi seorang financial advisor. Ia terlihat gusar dan begitu kebingungan. Hatinya kosong. Ada perasaan kehampaan yang melingkupi dirinya.
"Pak, saya ada uang sejumlah 16 milyar rupiah. Kira-kira harus saya apakan ya uang itu?"
"Bapak bisa coba diinvestasikan saja pak biar uang Bapak nantinya makin bertambah (banyak)."
"Hmmm tapi saya pikir itu bukan ide bagus."
"Oh kenapa pak?"
"Saya tidak dalam posisi membutuhkan uang lebih banyak lagi. Untuk apa?"
"((Wow! Mengejutkan pernyataannya))"
Sang penasehat keuangan pun heran dan tercengang dibuatnya. Bagaimana mungkin ada orang yang terlihat tidak bahagia memiliki uang sebanyak itu?
Bahkan setelah memiliki kondisi keuangan berlebih, ia masih saja merasa hampa.
"Pelajaran penting! Ini pelajaran penting sekali! Terima kasih Pak, Bapak sudah mengajari saya satu hal. Bahwa uang yang banyak saja ternyata tidak menjamin kebahagiaan kita."—sepertinya ini tidak benar-benar diucapkan olehnya kepada Bapak tersebut.
Padahal selama ini seringkali kita berpikir bahwa banyak masalah yang bisa saja terselesaikan dengan 'adanya uang'. Tapi ternyata tidak selalu demikian.
Tahu apa hal yang membuat kita bisa bahagia diatas urusan uang itu?
Yakni dengan "MEMBERI".
Semakin kita berbaik hati membantu, menolong dan memberi (dengan harta kita). Untuk tujuan kebaikan dan kemaslahatan, maka secara magis perasaan bahagia itu akan hadir.
Bahagia karena kita mampu memberi manfaat. Bahagia karena kita bisa membantu menyelesaikan satu perkara kesusahan orang lain. Kita punya andil dan peran.
Kalau dalam ajaran Islam, konsep memberi yang dimaksud cerita diatas adalah; SEDEKAH.
Bukan memberi secara cuma-cuma tanpa menilik siapa yang berhak. Bukan memberi tanpa perhitungan apalagi tanpa tujuan.
Tapi sedekah yang diniatkan karena Allah. Karena paham bahwa hal itu baik, disukai Allah dan berpahala.
Kalau Allah suka dengan perbuatannya, maka semoga keridhaan itu hadir. Harta yang disedekahkan menjadi berkah.
Berkah untuk hidupnya, untuk jiwanya, untuk keluarganya, untuk keseluruhan harta miliknya.
Percaya bahwa ada hak orang lain sedikitnya di dalam harta yang kita miliki. Maka "keluarkanlah". Beri sedekah. Latih hati kita bermurah berbuat kebaikan.
Ketika kita melaksanakan kebaikan dengan memberi, maka jangan kaget kalau hidup kita jauh lebih tenang dan bahagia.
Itu karena curahan rahmat Allah dan rahimNya kepada kehidupan kita saat ini.
Tangerang, 11 September 2024 | 23.28 WIB
21 notes · View notes
mbeeer · 1 year ago
Text
Glimpse of Us
Akhir tahun ini, saya mendapatkan sebuah jawaban yang dulu selalu mengganjal di kepala saya.
Jawaban dari pertanyaan yang padahal sudah saya ikhlaskan. Yang kalaupun saya tidak tau, hidup saya akan tetap seperti ini. Tidak ada yang berubah. Pun kalaupun saya tahu, saya juga tidak akan berbesar kepala.
Sebab seperti yang sudah saya bilang, pertanyaan itu sudah saya ikhlaskan.
Pertanyaan tentang,
“Kenapa jalan kita terus bersebrangan kalau sebenarnya kita tidak bisa bersama? Kenapa kita tidak bisa bersama padahal saya tau bahwa perasaan kita sama?"
Di pertemuan terakhir sebelum pada akhirnya saya dan dia tidak akan pernah bisa bertemu lagi, kami sempat bertemu sekali lagi. Kali itu, semua terasa berbeda. Kali itu, untuk pertama kalinya, kami berdua sama-sama merasa bisa memperjuangkan hubungan itu.
Tapi lagi-lagi hidup begitu lucu.
Hidup saya saat itu tiba-tiba tertahan oleh sesuatu hingga saya tidak bisa menghubunginya. Dan selepas pertemuan itu, kami tak pernah bertemu lagi, saling hilang kabar, dan berpisah jalan.
Banyak yang terjadi di hidup kami berdua setelah bertahun-tahun tak bertemu. Dia sudah bahagia dengan buah hati dari seseorang lelaki yang sebenarnya dulu saya pernah berdoa untuk bisa ada di tempatnya. Sedangkan saya masih tetap ada di sini. Dan baik-baik saja.
Tapi akhir tahun ini saya mendengar sebuah cerita, bahwa sebenarnya tanpa saya ketahui, di pertemuan terakhir itu dia mencari saya. Tapi sayangnya, saya tidak bisa ditemukannya.
Dan kalian tau apa yang lebih lucu? Alasan dia mencari saya saat itu adalah, karena saat itu dia akan bertemu dengan lelaki asing. Namun, dia merasa ragu dan ingin membatalkan pertemuan itu karena dia merasa lebih baik menghabiskan waktu dengan saya.
Sayangnya, saat itu dia tidak bisa menemukan saya.
Dan kalian tau siapa orang yang akan dia temui saat itu?
Orang itu adalah suaminya yang sekarang.
Bayangkan apa jadinya kalau saat itu dia menemukan saya? Mungkin semuanya berbeda.
Tuhan memang Maha bercanda..
182 notes · View notes
mnurulwathoni · 1 year ago
Text
Untuk semua ketidak beruntungan yang lalu, aku putuskan untuk tetap berterimakasih karena dalam perjalanan penuh liku itu di sanalah aku sedang merasa sedekat-dekatnya denganmu Allah.
Puncak dari segala kecewa itu adalah ketika kau memilih berserah, dan saat itulah kau benar-benar menjadi manusia dan saat itu pula satu-satunya yang kau punya hanya Allah.
Tidak semua takdir akan selalu sama, karena perbedaan jalan hidup adalah bentuk salah satu ujian juga, apa kau akan bersyukur atau akan menyalahkan tuhan atas semuanya, dan apa kau tau siapa yang sedang mengujimu? Allah.
Untuk hidup ini aku persembahkan duniaku yang kadang aku sendiripun tak mengerti mengapa? Selama ragaku atas nama hambamu serumit apapun jalan hidupku aku tidak akan pernah kenapa-kenapa ya Allah.
Untuk sesuatu yang baik-baik semoga lekas menemukanku, cukup dekatkanku selalu dengan apa-apa yang tuhanku menyukainya, karna bahagia manalagi bisa disebut bahagia jika tampa ada terselip namamu, Allah.
Sungguh aku ingin mencintaimu sedalam engkau mengetahui isi hatiku yang terdalam, aku mencintaimu aku mencintaimu dan aku mencintaimu, Allah.
Aku menulis ini dengan sedikit airmataku terjatuh, sebagai saksi betapa hati dan jiwaku membutuhkanmu, Allah.
SUDUT PANDANG JILID 2
128 notes · View notes
kayyishwr · 1 year ago
Text
Ini Khusus Buat UMMI!
Suatu ketika di ruangan sekre BEM UNS, aku beranikan diri membuka obrolan dengan seseorang yang saat itu membawa pacarnya ikut rapat -ya sebenernya ini gak sekali aja, aku suka mensurvey kenapa orang memilih untuk pacaran, dan jawabannya beragam, lain kali aja dibahasnya- lalu percakapan terjadi, dan aku beranikan diri dan InsyaAllah- semoga Allah mampukan juga-memegang prinsip itu sampai hari ini; saya katakan pada orang itu "kalau aku si gak pacaran yak wkwk, soalnya masih punya ibu, mba perempuan, dan adik perempuan juga; perempuan-perempuan yang lebih berhak untuk dikasih perhatian dsb"
Ya, untuk apa kita memberi perhatian yang bahkan bertemu kita saat sudah besar; apakah dia memberi perhatian saat kita kecil?
Ah rasa-rasanya sebermanfaat apapun punya pacar, tetep tidak bisa dibanding dengan kasih sayang seorang Ibu
Ini ku tulis khusus buat UMMI!
Ya walaupun kalau diingat-ingat rasanya masih kurang memberikan sesuatu yang bisa membalas jasa beliau, semoga kelak ini bisa menjadi saksi bahwa aku berikhtiar untuk berbakti kepada orang tua
UMMI! Yang disebut tiga kali baru kemudian ayah, betapa dahsyat doa dan ridho jika kita mendapatkannya
Yakinilah dan buktikan; karena iman tak sekadar di hati atau di lisan;butuh juga untuk dibuktikan "ridho Allah bersama ridho orang tua" pembahasan soal ridho, paling mudah dimaknai sebagai membuat senang; maka buatlah orang tua kita senang
Suatu waktu, aku pun baru tau cerita ini setelah mba cerita, abah sampai bilang "emang ya, doa seorang ibu itu ga bisa dikalahkan; konteksnya ummi pengen aku di kedokteran, abah pengen aku di LIPIA"
Banyak keajaiban lain yang aku rasakan, tapi masih ku simpan, rilis tunggu di waktu yang tepat
Berbaktilah, buatlah orang tua kita senang, terutama ibu kita; walaupun kita rasa pola pendidikan yang salah, kurang tepat, tidak seperti teman-teman yang lain atau prasangka-prasangka buruk yang muncul; doakanlah dan mintakan maaf atas ketidaktahuan dan kesalahan mereka, dan tidakkah kau ingat, kau ada hari ini dengan segala yang kau capai, karena kau lahir dari seoang ibu?
"Jika seorang anak tak pernah mendoakan kedua orang tuanya" begitu aku baca sebuah hadist di buku Bahagia Merayakan Cinta yang diriwayatkan oleh Hakim, "niscaya rejekinya akan berhenti"
Dan aku tutup dengan sebuah nasihat dari Ibu Harsini, perawat di RSUD Moewardi di Poli Bedah Anak, "mas, berbaktilah pada ibumu yak. Saya gini-gini sebagai menantu, tetep ngasih ruang buat suami saya berduaan sama ibunya, kenapa? Karena saya itu ketemu suami saya pas udah besar, udah sukses, nah yang mendidik suami saya bisa jadi seperti itu siapa? Ya ibunya!"
Ah, terima kasih Ibu Harsini, nasihat yang sangat hangat, buat aku yang jarang pulang, dan selalu rindu dengan masakan UMMI!
Jadi, ini khusus buat UMMI!; semoga Allah ridho!
136 notes · View notes