#kearifan lokal baduy
Explore tagged Tumblr posts
Text
Ekosofi Baduy Banten
Oleh: Sulaiman Djaya, penyair Di jaman kita saat ini, kita kerapkali disuguhi berita dan isu-isu perubahan iklim, cuaca ekstrem dan kerusakan lingkungan atau bencana ekologis akibat residu dan polusi. Mulai dari polusi industri, polusi bahan bakar kendaraan, kepadatan hunian, emisi karbon, atau sampah plastik di mana-mana. Hal itu mau tak mau telah menyita perhatian dan upaya serius dari…
View On WordPress
#Baduy Banten#ekologi baduy#esai baduy#filsafat baduy#kearifan lokal#kearifan lokal baduy#kosmologi baduy#opini baduy#suku baduy
0 notes
Text
SUKU BADUY
Baduy atau Kanekes adalah salah satu desa di wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Di dalamnya terdapat suku Baduy atau urang Kanekes yang merupakan sekelompok masyarakat yang memegang teguh kearifan lokal. Populasinya kurang lebih 26.000 jiwa dan terbagi menjadi dua wilayah, yaitu Baduy Luar dan Baduy Dalam. Perbatasan antara kedua wilayah tersebut ditandai dengan sebuah gubuk terbuat dari bambu sebagai tempat menginap suku Baduy Dalam ketika mereka berladang.slotgacor
Suku Baduy memang sangat ketat memegang adat istiadat, tetapi bukan wilayah terisolasi atau terasingkan dari perkembangan dunia luar. Ada beberapa hal yang menjadi pantangan atau tabu bagi mereka. Salah satunya adalah mengambil foto, terutama di wilayah Baduy Dalam. Pengunjung hanya boleh menggambarkan suasana di dalamnya hanya dengan sketsa.polagacor
Kini, Desa Baduy kerap dikunjungi wisawatan domestik maupun mancanegara. Ada beberapa aturan yang harus ditaati ketika berkunjung ke Baduy. Aturan-atauran tersebut berbeda untuk Baduy Luar, Baduy Dalam, dan perbatasan keduanya.kartugg
0 notes
Link
Anak Yatim dari Dompet Dhuafa melakukan saba Baduy di Kabupaten Lebak untuk mengenal kearifan lokal dan toleransi keberagaman.
0 notes
Text
CATATAN PERJALANAN KKL PRODI PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANGKATAN 2021
Nama : Kintania Salamah Az-Zahra
NIM : 21413241047
Prodi : Pendidikan Sosiologi (Kelas B)
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) adalah sebuah kegiatan yang memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk terjun langsung dalam masyarakat yang mungkin tidak ditemukan di kampus, sekaligus sebagai proses pembelajaran mahasiswa yang sedang membangun dan mengetahui keberhasilan dan permasalahan yang dihadapi.
Pada awal tahun, mahasiswa prodi Pendidikan Sosiologi FIS UNY melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang diselenggarakan selama lima hari, dimulai pada hari Senin, 16 Januari 2023 hingga hari Jumat, 20 Januari 2023. Pada kegiatan ini, mahasiswa akan mengunjungi berbagai tempat di daerah Banten dan Bandung sebagai upaya untuk mengeruk pengalaman secara nyata di lapangan terkait dengan kehidupan sosial yang berada pada masyarakat di sekitar daerah tersebut.
Dalam kegiatan ini, agenda pertama yang kemudian dilaksanakan oleh mahasiswa prodi Pendidikan Sosiologi adalah menghabiskan satu malam di Suku Baduy Dalam, yakni sebuah suku dengan kondisi masyarakat yang masih memegang teguh prinsip hukum adat dan kuat dalam menjalankan kearifan lokal mereka.
Selama perjalanan menuju Suku Baduy Dalam, mahasiswa prodi Pendidikan Sosiologi harus menyiapkan fisik yang kuat, sebab jarak yang harus ditempuh demi mencapai Desa Cikeusik, Cikertawarna, dan Cibeo terbilang sangat jauh dan membutuhkan waktu yang cukup lama dengan berjalan kaki. Selama proses perjalanan menuju Desa, mahasiswa prodi Pendidikan Sosiologi dipandu oleh anak-anak yang berasal dari Suku Baduy Dalam. Tidak hanya memandu, tetapi mereka juga berperan sebagai porter yang kemudian membantu beberapa mahasiswa dalam mengangkat barang bawaan mereka.
Seusai sampai di desa, mahasiswa prodi Pendidikan Sosiologi kemudian dibagi menjadi beberapa kelompok dan dipersilahkan untuk beristirahat di rumah warga. Selama melepas lelah di rumah warga, tak lupa juga masing-masing mahasiswa melakukan interaksi dengan penduduk asli di Suku Baduy Dalam sembari memperhatikan rutinitas dan kehidupan sosial yang berlangsung di suku ini.
Dalam agenda selanjutnya, mahasiswa prodi Pendidikan Sosiologi melanjutkan perjalanan menuju Bandung dan mengunjungi berbagai macam lokasi yang ada di kota tersebut, seperti Kampung Toleransi Gang Luna Bandung, Farm House, serta pusat oleh-oleh khas Jawa Barat. Selama di Bandung, mahasiswa prodi Pendidikan Sosiologi juga mendapatkan kesempatan untuk melakukan wawancara bersama dengan Sub Bidang Kesbangpol Provinsi Jawa Barat yang mengulas terkait dengan kondisi politik di Indonesia beserta dengan minat masyarakat Indonesia dalam melaksanakan pemilu. Usai wawancara tersebut, mahasiswa prodi Pendidikan Sosiologi juga sempat melakukan sesi tanya jawab dengan pihak-pihak yang berasal dari Kampung Saritem, yakni sebuah lokalisasi terletak di Jalan Astana Anyar dan Gardu Jati.
0 notes
Text
Urang Kanekes
Orang-orang lebih mengenal mereka dengan sebutan Baduy, yang berarti pejalan kaki. Terletak di daerah Lebak-Banten, suku ini terbagi menjadi dua golongan, yaitu Baduy luar dan Baduy dalam. Suku Baduy luar terdiri lebih dari 50 desa, sedangkan suku Baduy dalam hanya terdiri dari 3 desa saja, yaitu Cikeusik, Cikertawana dan Cibeo. Setiap desa di suku Baduy dipimpin oleh seorang ketua adat yang disebut jaro atau puun.
Untuk mencapai ke Baduy khususnya Baduy dalam bukanlah hal yang mudah. Jika dari Jakarta, kita harus naik kereta ke stasiun Tanah Abang, dilanjutkan naik kereta arah ke Rangkasbitung di peron 6 st. Tanah Abang. Di stasiun Rangkasbitung perjalanan masih cukup jauh, namun bisa ditempuh dengan angkot ke terminal awe kemudian naik elf ke desa Ciboleger. Sesampainya di desa Ciboleger, barulah perjalanan yang sesungguhnya dimulai yaitu trekking atau berjalan kaki selama kurang lebih 3 sampai 4 jam barulah kita sampai ke Desa yang pertama di Baduy dalam, yaitu Cibeo.
Suku Baduy dalam memiliki ciri khas tersendiri jika dibandingkan dengan Baduy luar. Hal yang paling terlihat adalah mereka masih sangat memegang teguh adat istiadat atau kebudayaan dari leluhur. Salah satunya adalah alas kaki, suku Baduy dalam tidak diperbolehkan menggunakan alas kaki dan mereka harus berjalan kaki, tidak diperbolehkan naik kendaraan apapun, baik itu ojek, angkot, bus, kereta, pesawat, sepeda, MRT, bahkan odong-odong.
Hal yang terlihat dari penampilan luar suku Baduy dalam adalah cara berpakaian. Ciri khas dari warna pakaian mereka adalah hanya putih, hitam dan sarung garis berwarna biru dongker dengan ikat kepala putih, dan tas yang mereka bawa berwarna putih, hampir semua bahan putih menggunakan kain belacu. Tidak ada warna lain di bagi mereka.
Sesampainya di Baduy dalam kami disuguhkan dengan pemandangan yang amat sederhana dari kehiduan sehari-hari suku Baduy. Ada banyak peraturan adat yang masih mereka pegang teguh sampai saat ini, untuk menjalankan kebiasaan turun temurun dari nenek moyang mereka.
Pertama adalah MCK atau WC, jangan harap anda dapat menemukan MCK, WC, toilet, kakus, helikopter atau apapun sebutannya, karena di Baduy dalam tidak ada, jadi orang-orang yang akan melangsungkan hajat BAB, BAK, mandi dapat dilakukan di sungai dengan ditutupi oleh bilik bambu sederhana.
Bisa dibayangkan bersih diri tanpa sabun? Hal ini sudah biasa di Baduy Dalam. Kedua, tidak diperbolehkan menggunakan sabun apapun itu baik sabun muka, sabun mandi, sabun cuci baju, sabun cuci piring, sabun cuci gigi atau apapun. Dan alasan mereka sederhana, karena itu dapat mencemari air dan mengurangi kadar kebersihannya.
Ketiga, di Baduy dalam tidak diperkenankan menyalakan musik dan menggunakan gadget, sebut saja HP atau apapun bentuk gadget yang lain.
Keempat, wisatawan luar negeri tidak diperbolehkan masuk ke Baduy dalam. Terkait hal ini ada beberapa pendapat, kenapa hal ini tidak diperbolehkan. Alasan mendasarnya karena menjalankan kebiasaan leluhur, selain itu mereka menilai bahwa bangsa asing diluar Baduy dulunya adalah penjajah.
Kelima, tidak diperkenankan untuk mengambil poto atau merekam ketika sudah memasuki kawasan Baduy dalam. Jadi segala macam bentuk keindahan, kesederhanaan dan harmoni yang ada di sana hanya boleh kita lihat tanpa bentuk pengabadian dalam bentuk gambar.
Keenam, suku Baduy dalam hanya diperbolehkan menikah dengan sesama suku Baduy dalam, untuk menjaga silsilah leluhur. Namun orang Baduy dalam boleh menikah dengan orang Baduy luar ataupun diluar Baduy, dengan syarat setelah itu mereka sudah tidak menjadi Baduy dalam lagi dan terlepas dari menjalankan kewajiban mereka sebagai suku Baduy dalam.
Ketujuh, suku Baduy dalam tidak diperkenankan untuk bersekolah, kalau Baduy luar boleh bersekolah. Lalu dari mana mereka memperoleh pendidikan? Apakah mereka mengenal huruf? bisa menghitung? Tentu mereka belajar, karena belajar bukan hanya ritual yang terjadi di sekolah, mereka mempelajari itu semua dengan cara melihat kebiasaan yang dijalankan oleh Bapak dan Ibu mereka. Membaca, menulis, menghitung, bahkan kodrat mereka sebagai lelaki dan perempuan harus melakukan apa, hal itu mereka pelajari dari melihat kebiasaan yang dijalankan orang tua mereka. Proses internalisasi disini berjalan dengan sangat baik. Dan banyak hal-hal lain peraturan adat yg dimiliki oleh suku Baduy dalam.
Hal yang membuat saya kagum dengan mereka adalah walaupun kondisi mereka yang terbilang jauh dari peradaban, dan terbelakang, namun dari kesederhanaan yang mereka miliki, itu menjadi keunikan tersendiri yang dimiliki oleh suku Baduy dalam. Tetap menjalankan adat istiadat nenek moyang dan tidak tergoda untuk membuat peradaban mereka lebih "maju". Jangan disangka suku Baduy tidak tahu tentang kemajuan teknologi di dunia luar Baduy dalam, mereka tahu bahkan ada beberapa diantara mereka yang memiliki akun IG (keren kan), namun mereka menggunakan gadget tersebut hanya di luar Baduy dalam, dan menggunakan seperlunya saja.
Dari perjalanan saya ke suku Baduy dalam ini, saya banyak belajar mengenai kesederhanaan, hidup mereka yang menyatu dengan harmoni alam dan tetap memegang teguh kearifan lokal yang mereka miliki. Tentu kita sebagai pendatang harus mampu bijak dalam menyikapi semua adat istiadat yang mereka miliki. Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung, demi tercipta harmoni Unity in diversity.
#urangkanekes#sukubaduy#baduydalam#baduyluar#explorebaduy#jalankaki#ayojalan#multiculture#unityindiversity#anthropology#learningculture#enkulturasi#belajarbudaya#rahmazuraa
1 note
·
View note
Text
Outbound di Baduy untuk mengenal kearifan lokal suku Baduy menjadi salah satu pilihan kegiatan unggulan yang memberikan banyak manfaat untuk pesertanya.
Dengan konsep Adventure, Nature & Culture, peserta outbound di baduy akan di ajak menikmati keindahan alam di a.rea gunung Kendeng tempat dimana warga baduy bermukim.
Melewati jalan setapak, menyeberangi sungai – sungai kecil, serta saling…
View On WordPress
1 note
·
View note
Text
Analisis Nury Sybli, 10 Tahun Perjuangkan Anak Baduy Lawan Buta Aksara oleh Umi Septia Rahayu
Dalam artikel yang diterbitkan pada 25 November 2017 di liputan6.com ini, menceritakan Nuri Sybli, seorang jurnalis yang tergerak untuk memperkenalkan literasi kepada anak-anak suku Baduy agar melawan buta aksara. Kelas baca tersebut dimulai pada tahun 2007.
Alasan ia memulai Kelas Baca adalah seringkali anak-anak suku Baduy hanya menjadi objek wisatawan karena mereka tidak mampu berkomunikasi. Pengenalan huruf pada generasi muda tersebut, agar mereka mengerti menjadi masyarakat adat yang sesungguhnya, bisa menjelaskan tentang tatanan kehidupan adat pada orang luar, dan tidak mudah terpengaruh.
Kelas yang ia jalani sempat terhenti karena ada kesalahpahaman dengan warga Desa Balingbing selama dua tahun. Salah seorang temannya bernama Kang Sarpin, membantu meluruskan kesalahpahaman tersebut. Ia menjelaskan bahwa Nuri hanya memberi pelajaran bukan sekolah formal yang sudah dilarang oleh aturan adat. Kemudian Kelas Baca diadakan lagi pada tahun 2014 dengan jumlah murid yang semakin bertambah banyak.
Menurut saya, Nuri Sybli sangat menginspirasi pembaca untuk selalu berbagi ilmu sekecil apapun itu. Hanya dengan tekad ingin memajukan suku Baduy dan melestarikan kearifan lokal yang nanti akan dijalankan oleh generasi mudanya, ia menjalani pengajaran dengan sukarela dan ikhlas. Walaupun dengan berbagai rintangan, seperti perjalanannya yang jauh selama 30 menit, naik turun bukit, pengajaran terhadap anak suku Baduy yang harus sabar dan telaten, serta donasi buku yang terus-menerus dilakukan.
Feature ini masuk ke dalam Feature Profil dengan penjabaran cerita yang yang mudah dipahami serta jelas artikulasinya. Pembaca dibawa larut dalam cerita feature ini.
Sumber: https://www.liputan6.com/health/read/3174350/nury-sybli-10-tahun-perjuangkan-anak-baduy-lawan-buta-aksara
0 notes
Text
Bangkitkan Pariwisata Baduy, Kearifan Lokal Terus Diperkuat
Bangkitkan Pariwisata Baduy, Kearifan Lokal Terus Diperkuat
Lebak – Sektor pariwisata menjadi motor pemulihan ekonomi yang dapat menggerakkan ekonomi kerakyatan diberbagai bidang. Namun, perlu pendekatan baru dengan memperkuat kearifan lokal yang memiliki nilai-nilai luhur. Asisten Staf Khusus Wakil Presiden RI Guntur Subagja Mahardika menegaskan, nilai-nilai kearifan lokal menjadi nilai jual yang dapat menarik wisatawan domestik dan mancanegara. “Visit…
View On WordPress
0 notes
Text
Cerita Tetua Adat Saat Jokowi Pesan Busana Badui, Namanya Baju Kampret
KONTENISLAM.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam empat tahun terakhir kerap menggunakan baju adat saat sidang Tahunan MPR/DPR/DPD. Tahun 2021 ini, sang Presiden mencuri perhatian dengan mengenakan baju adat Badui dari Provinsi Banten. Jokowi memakai baju adat Badui berwarna hitam lengkap dengan udeng kepala berwarna biru dan sandal hitam. Ia juga membawa tas rajut berwarna cokelat khas masyarakat Badui. Tetua Adat Masyarakat Badui sekaligus Kepala Desa Kanekes, Jaro Saija merasa bangga karena Presiden Jokowi mengenakan pakaian dari Suku Badui. Ia tak menyangka orang nomor satu di Indonesia itu mau memakai baju yang dipakai warga Badui. "Sangat bangga. Bangganya karena Presiden mau memakai baju. Itu kan buat umum (dipakai warga Badui), jadi merasa bangga. Baru kali ini (Baju adat Badui dipakai Presiden)," ujar Jaro Saija saat dihubungi Suara.com, Selasa (17/8/2021). Ia bercerita, awal mula Presiden Jokowi memesan baju adat Badui. Kata Jaro, pada Selasa (10/8/2021), Jokowi melalui ajudannya menghubungi dirinya untuk memesan baju adat untuk dipakai Presiden pada Sidang Tahunan. "Memang saya ditelpon dari ajudan atau pengawalnya, katanya mau pesan pakaian (baju adat Badui) satu," ungkapnya. Tak butuh waktu lama baginya untuk membuat baju yang dipesan Jokowi. Bahkan dua hari setelahnya, baju tersebut sudah selesai dibuat. Sehingga pada Kamis (12/8/2021), ajudan Jokowi yang mengambil baju tersebut di kediamannnya di Desa Kanekes. "Saya ditelpon hari Selasa. Kemudian Kamis langsung diambil di rumah saya," ucap dia. Jaro Saija mengungkapkan, tak ada yang khusus dari baju adat yang dipesan Jokowi. Kata dia, baju yang dipakai Jokowi umumnya dipakai masyakarat Badui, khususnya Badui Luar. Adapun baju adat Badui yang dipesan Jokowi biasa disebut dengan baju kampret atau kelelawar. "Kalau di Badui namanya baju kampret," katanya. Harga Murah Rp 200 Ribuan Terkait kisaran harga baju, Jaro Saija tak menjelaskan secara spesifik. Sebab baju tersebut katanya sangat sederhana. Ia hanya mengatakan, bahwa di pasaran harga satu potong sekitar Rp 200-an. "Sebetulnya nggak bakal mahal kan itu sederhana. Kami mah merasakan bangga bukan hanya karena harga itu, karena dipakai beliau (Jokowi). Itu sederhana. Tapi beliau mau mengenakan pakaian adat Badui. Harga mah sederhana sih, sekitar satu potongnya Rp 200 ribuan. Satu potong pasarannya Rp 200 ribuan itu yang beliau itu. Tapi dia mau pakai seperti orang Badui umumnya, kami sangat bangga," ujarnya lagi. Tak hanya itu, Saija mengaku bangga karena yang dilakukan Jokowi dapat memberikan contoh yang baik mencintai adat istiadat warisan leluluhur bangsa Indonesia. Ia juga berharap masyarakat Badui ke depannya tentram, sejahtera, aman dan makmur. "Harapan-harapannya kami ke depannya yang penting yang lainnya, satu komunitas kami aman tentram sejahtera subur makmur gemah ripah loh jinawi," kata dia. Makna Baju Badui yang Dikenakan Jokowi Sekretariat Pribadi Presiden Jokowi, Anggit Noegroho mengatakan, alasan Jokowi mengenakan baju adat Badui saat Sidang Tahunan bersama MPR/DPR/DPD pada Senin (16/8/2021). Kata Anggit, desain baju adat Badui yang dipilih Jokowi karena sederhana dan nyaman saat digunakan. Makna pemilihan baju Badui menunjukan kesederhanan kemandirian dan kearifan lokal. Hal ini sesuai kondisi yang dihadapi Indonesia saat ini. "Ini sesuai dengan kondisi Indonesia yang saat sedang menghadapi pandemi Covid-19. Ada makna tentang kesederhaan, kemandirian, ramah alam dan pesan kearifan lokal," kata Anggit. Di mana Jokowi ingin memakai pakaian adat yang sederhana. Mengingat saat ini Indonesia masih dilanda Covid-19. "Khusus untuk tahun ini Pak Presiden minta pakaian adat yang sederhana saja, tidak terkesan festive, mengingat kondisi negara sedang menghadapi pandemi Covid-19," ujarnya pula. Anggit menceritakan, bahwa Jokowi meminta dirinya menyiapkan pakaian-pakaian adat dari daerah-daerah yang belum pernah dipakai Presiden di acara kenegaraan sebelumnya. Bahkan Jokowi sendiri yang memilih pakaian adat suku Badui dari opsi pakaian adat lainnya. "Seperti biasa setiap tahun, Sespri diminta menyiapkan pakaian adat dari daerah-daerah. Prioritas memang dari daerah-daerah yang belum pernah ditampilkan. Khusus untuk tahun ini Pak Presiden minta pakaian adat yang sederhana saja, tidak terkesan festive, mengingat kondisi negara sedang menghadapi pandemi covid-19," tutur Anggit. Kata Anggit, dirinya menyiapkan pakaian adat dan dari lima daerah untuk dipakai pidato kenegaraan dan upacara 17 Agustus 2021. Sehingga yang dipilih Jokowi yakni baju adat Badui untuk pidato kenegaraan. "Kami siapkan 8 pakaian adat dari 5 daerah. Dari situ dipilih 2 pakaian adat untuk pidato kenegaraan dan upacara 17 Agustus," katanya lagi.[suara]
from Konten Islam https://ift.tt/3yWeJ4d via IFTTT source https://www.ayojalanterus.com/2021/08/cerita-tetua-adat-saat-jokowi-pesan.html
0 notes
Text
Industri Kreatif di Banten Menjanjikan buat Investor
Geliat kemajuan ekonomi inovatif di Banten jadi kemampuan baru ekonomi Indonesia. Terletak yang vital sudah jadikan Banten sebagai daerah prospektif yang maju dalam beragam sektor, tidak kecuali pada bidang ekonomi inovatif.
Ekonomi inovatif sudah menjelma jadi bidang ekonomi yang prospektif dan terus-menerus untuk masa datang. Karena industri inovatif sebagai penunjang ekonomi bertopang pada kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memercayakan softskill dan daya imajiniasi manusianya.
Berdasar data Tubuh Pusat Statistik (BPS) Banten 2020, kontributor industri inovatif pada PDRB capai 5,8 % pada 2014 dan bertambah 10 % pada 2019. Keadaan ini pasti punya pengaruh pada tersedianya lapangan pekerjaan bahkan juga punya pengaruh pada kontributor export industri inovatif secara nasional.
Sedang berdasar Data Opus Creative Economy Outlook 2020, Banten menjadi satu diantara pengekspor ekonomi inovatif ke Amerika Serikat, Eropa, dan Asia dengan nilai export ekonomi inovatif capai US$ 3,04 miliar atau 15,66 % dari keseluruhan nilai export secara nasional senilai US$ 19,4 miliar.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Servis Terintegrasi Satu Pintu (DPMPTSP) Propinsi Banten, Mahdani merinci, dari 16 Subsektor Ekonomi Inovatif, ada tiga subsektor industri inovatif yang paling prospektif untuk beberapa investor. Satu salah satunya, yaitu Kerajinan Kriya.
"Kerajinan Kriya Nusantara sudah mendapatkan tempat di pasar dunia. Nilai export produk Kriya Banten terus alami kenaikan sampai 68,38 % di tahun 2019," bebernya.
Salah satunya produk kriya ialah Gerabah Bumi Jaya yang berada di Kecamatan Ciruas, Kabupaten Serang. Gerabah sebagai industri kerajinan tangan warisan nenek moyang yang dibuat dari tanah liat dengan nilai bersejarah dan dibikin oleh tenaga trampil.
Gerabah yang mempunyai corak classic ini sudah ditawarkan lewat e-marketplace sampai tembus pasar dunia seperti Korea dan Eropa.
Produk yang lain yang prospektif di Banten, yaitu fesyen. Semenjak 2010 nilai export fesyen Banten terus alami peningkatan dari US$ 2.197,delapan juta pada 2010 jadi US$ 2.612,lima juta pada tahun 2019.
Produk fesyen ciri khas Banten menyebar di sejumlah wilayah seperti Kabupaten Lebak dengan kerajinan tenun Baduy dan batik Banten.
Tenun Baduy jadi unik karena lambang kearifan lokal Warga Tradisi Baduy yang turun turun menjaga nilai adat. Tenun Baduy dan batik Banten sudah sukses tembus pasar dunia dan menjadi satu diantara produk inovatif favorit Banten.
Selanjutnya ada kulineran yang jadi favorit Banten. Kulineran jadi pola hidup untuk semua kelompok, nyaris tiap wilayah di Banten mempunyai kulineran ciri khas masing-masing, seperti pecak bandeng dan Sate Bandeng di Serang yang sudah mempunyai pusat oleh-olehan ciri khas bandeng.
Berdasar hasil penelitian Tubuh Rencana Wilayah Propinsi Banten, 55 % ekonomi inovatif bergerak dalam bidang kulineran.
Perda untuk Sokong Ekraf
Timbulnya pusat kulineran pada pusat-pusat perbelanjaan makin buka kesempatan usaha kulineran semakin janjikan.
"Biasanya mereka ialah UMKM yang naik kelas," ungkapkan Mahdani.
Peningkatan pusat kulineran jadi kesempatan investasi yang dapat memberikan keuntungan investor.
Data BPS menyebutkan, beberapa aktor indusrti inovatif di Propinsi Banten dikuasai oleh angkatan milenial, ini searah dalam jumlah umur milenial di Propinsi Banten yang capai 28,11 % dari keseluruhan komunitas.
Keadaan ini pasti sesuai dengan peraturan Pemerintahan Propinsi Banten yang sudah memutuskan Ketentuan Wilayah Propinsi Banten Nomor 10 Tahun 2014 mengenai Pembangunan Kepemudaan. Di mana untuk memberikan dukungan Program Kepemudaan lewat Bujet Penghasilan dan Berbelanja Wilayah (APBD) sedikitnya 2 % dari keseluruhan APBD.
Gubernur Banten Wahidin Halim menjelaskan, lewat program pembangunan kepemudaan, kekuatan dan peranan pemuda dalam bidang kulineran ini akan makin menggelinjang.
"Hingga nanti milenial itu dapat bekerjasama dengan investor untuk lebih memajukan ekonomi wilayah," ungkapkan Wahidin.
Sementara untuk memberinya kenyamanan melakukan investasi, Pemerintah provinsi Banten lewat DPMPTSP sudah mempersiapkan servis terbaik dan sempurna ke beberapa investor. Yaitu lewat Online Singgel Submission (OSS) yang memberikan kejelasan untuk pebisnis, dalam semua pengurusan hal pemberian izin jadi lebih gampang dan efektif.
0 notes
Text
Sinyal Internet di Kawasan Baduy Diputus
LEBAK – Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Lebak menyatakan bahwa sinyal internet di kawasan suku Baduy dalam yang berlokasi di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, kabupaten Lebak, Banten, resmi diputus atau dinonaktifkan. Kepala Diskominfo Lebak Anik Sakinah mengatakan, pemutusan sinyal internet ini dilakukan pada Agustus 2023 lalu oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi…
View On WordPress
0 notes
Text
Impulsive Trip ke Pedalaman Suku Baduy (#3 - Habis)
Minggu pagi, kami semua bangun dan bersiap menuju pondok kecil di atas bukit untuk menjemput sunrise, Kamera masih diperbolehkan di bukit yang menjadi permbatas kawasan tabu di Baduy Dalam. Dan bagi kami yang biasanya masih berlindung di bawah selimut atau harus bersiap menuju tempat kerja karena tidak mau terjebak macet, pemandangan matahari terbit menjadi hal yang langka.
Kami tak bisa berlama-lama menikmati matahari pagi di atas bukit, karena kami harus segera bersiap mandi, sebelum pulang.
Oh ya, mandi adalah saat paling menyegarkan saat itu, air kali yang masih jernih, dan segar, amat sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja. Kami harus menghormati cara hidup warga setempat yang tidak menggunakan bahan kimia termasuk sabun, odol dan shampo dalam aktifitas MCK. Toh, dengan masih alaminya air kali, kami tetap bisa membersihkan diri.
Usai mengemas barang, dan sarapan bersama kami harus berpamitan dengan Ayah dan Ambu yang sudah menjadi induk semang terbaik selama semalam. Kami kembali trekking, kali ini menempuh rute yang berbeda, jalur Cibeo.
Dengan rute yang agak lebih panjang, kami disuguhi panorama yang tidak kalah indah dengan jalan berangkat kami kemarin. Kami juga menyusuri kawasan lumbung padi warga Baduy Luar dan sempat melihat sedikit aktifitas pagi mereka.
Pukul 11.00 kami sudah sampai di titik perbatasan perkampungan Baduy Luar dengan warga merdeka (sebutan Urang Kanekes untuk warga non Baduy). Kami pun harus meninggalkan suasana perkampungan yang sangat asri ini.
Banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik dari cara hidup orang Baduy. Mereka yang masih teguh menjaga kearifan lokal dengan nilai-nilai tradisi leluhur yang lekat, perlu turut dilestarikan. Entah sampai kapan mereka akan bertahan di tengah gempuran budaya pop dan modernisasi.
Saya sangat berharap generasi muda Baduy Seperti Juli, Aja dan Sanen dapat terus melestarikan budaya, cara pandang dan laku hidup Baduy sampai masa masa yang akan datang.
See you, Ayah, Ambu, Aja, Juli, Sanen, dan semua Urang Kanekes, you’ll be missed, surely.
1 note
·
View note
Text
ERCI Tangerang Sambangi Kearifan Lokal Baduy
Juwita Lala ERCI Tangerang Sambangi Kearifan Lokal Baduy Baru Artikel Tentang ERCI Tangerang Sambangi Kearifan Lokal Baduy Pencarian Artikel Tentang Berita ERCI Tangerang Sambangi Kearifan Lokal Baduy Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : ERCI Tangerang Sambangi Kearifan Lokal Baduy Komunitas automotif di bawah bendera Ertiga Club Indonesia (ERCI) Chapter Tangerang merayakan ulang tahun ke-5 pada 27 Agustus 2017 lalu. http://www.unikbaca.com
0 notes
Text
Mengenal Kearifan Lokal Suku Baduy
Mengenal Kearifan Lokal Suku Baduy
Outbound di Baduy untuk mengenal kearifan lokal suku Baduy menjadi salah satu pilihan kegiatan unggulan yang memberikan banyak manfaat untuk pesertanya.
More Info
rosid : 0856 4834 6891
Whatsapp : http://bit.ly/2WjtONe
Kunjungi juga : https://duniaoutbound.com/
View On WordPress
0 notes
Link
Indonesia terkenal sebagai negara yang memiliki ragam suku bangsa. Menurut sensus BPS tahun 2010, terdapat sekitar 1.340 suku bangsa di tanah air kita ini. Kamu pasti mengenal beberapa suku dengan populasi yang besar, seperti Jawa, Sunda, Minang, Padang, Batak, Bali, dan Bugis. Namun, masih ingatkah kamu ketika duduk di bangku sekolah dahulu, soal Suku Badui?
Suku Badui merupakan salah satu suku adat yang terkenal dengan kemampuannya dalam menjaga kelestarian alam sekaligus kearifan lokal. Suku ini merupakan etnis Sunda yang hidup di alam pegunungan Kendeng, Desa Kenekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten. Orang Badui berpegang teguh pada cara hidup tertutup, mereka terlepas dari godaan
http://upajiwa.com/index.php/detik/9612-fakta-unik-suku-badui-eksistensinya-saat-ini-idn-times
0 notes
Text
Terima kasih baduy atas pengalamannya :') abis ini ku akan menulis refleksi tentang perjalanan saya disana dan semua itu adalah tentang perjalanannya, bukan sampai di tujuannya.
Terima kasih topi rimba FIM yg nyuuuwww. Kuy mulai ceritanyaaaa!
--------------------------------------------------------------
Trekking dan hiking terakhir saya adalah di national glacier park, tapi sungguh, hiking disana dengan keadaan kering cenderung agak adem, gak ada apa-apnya dengan trek kami kemarin dan hari ini.
Baduy adalah salah satu temapat yang paling ingin saya datangi di banten. Karena saya pengen banget ketemu sama orang2 komunitas adat dan juga pengen tahu bagaimana mereka bisa survive ditengah gempuran modernisasi.
Perjalanan ini mengingatkan saya ada perjalanan saya ke gunung gede. Parah sih, teman perjalanan emang matters banget. Alhamdulillah dalam perjalanan ke baduy kali ini saya dapet temen-temen yang sama-sama sengkleknya. Suka ngebanyol, we share the same jokes, gak ada jaim sama sekali! Trip ini dipenuhi oleh ciwi-ciwi : ada zahra (teman saya di FIK), Milas (junior saya di FIK), Nata (teman AFS zahra) dan nabila (saudara Nata) ada juga Dimas (teman AFS zahra) dan Andri (teman Dimas di kampus).
Ya know what? I do believe, jokes is relate to education level, lol. Rude? I am. Kami semua ber 7 datang dari kampus ternama di Ibukota, UI, Unpad, IPB. Terus pas cerita2 ngejokes lumayan nyambung juga, like... "Duh babe, ini gue besok ke bandara langsung di usir kaliya dah dekil kek gini"
Anyway.. dalam perjalanan ini saya banyak berkontempelasi juga bahwa setiap perjalanan pasti memiliki makna. Perjalanan ini masyaa allah beratnya! Kami jalan kaki selama 5 jam naik turun bukit, hujan, licin :')
Saya mencoba nge-relate perjalanan saya ini dengan kehidupan yg sebenarnya. Bahwa memang setiap perjalanan itu susah, terjal, berbatu, licin, melelahkan, dan semua pilihan ada di kita : mau lanjut terus atau menyerah?
Sepanjang jalan saya juga mencoba belajar mengenai kearifan-kearifan lokal seperti betapa mengagumkannya arsitektur jembatan yg memiliki pondasi di atas instead of dibawah karena mereka gapengen mengganggu sungai.
Leuit mereka yg ternyata di design anti tikus dengan menaruh piringan diantara tiang-tiangnya.
Bagaimana mereka mencuci piring tanpa sabun namun tetep bisa bersih padahal sekadar pakai abu gosok dan sponge nya berupa daun bambu.
Bagaimana mereka tetap merasa merekalah yg terbaik dengan tidak mau berpindah menjadi kaum baduy luar atau menjadi orang biasa dan tetap kembali ke kampungnya walau mereka telah menjelajah tempat lain yg 'jauh lebih beradab'.
Saya belajar mengenai evolusi fisiologis karena saya percaya kaki-kaki mereka akhir ya berevolusi menjadi sangat kuat dan lebar karena mereka terbiasa tidak pakai sendal berjalan kemana-mana.
Bagaimana mereka berinteraksi dengan org yg sering kali menganggap mereka tontonan.
Tentang keluguan mereka.
Tentang buang air besar mereka di sungai yg saya percaya jauh lebih baik di bandingkan orang-orang yg sudah tahu mengenai toilet tapi tetap melakukan hal tsb atau bahkan orang2 yg sudah punya toilet tp kurang ajar pembuangannya langsung ke sungai. Saya percaya orang-orang adat seperti ini bukan penyumbang polusi yg besar walau masih melakukan BABS.
Saya juga berkontempelasi saat sholat isya, apakah sesungguhnya perubahan itu memang hanya sekadar diajarkan saja tanpa harus menuntut lebih? Perubahan itu kan mereka yg perlu, mereka yg inginkan, kenapa kita selalu repot-repot? Kenapa kita memaksa? Kenapa kita merasa diri kita lebih baik dari mereka? Innalillahi :'
Tapi saat saya berpikir seperti itu, dengan konteks saya di pandeglang hr ini saya banyak menegasikan perkataan saya sendiri.
Saya juga berpikir tentang pembangunan di daerah dan mencoba mendefinisikan pembangunan yang berhasil itu yg seperti apa. Duh kayanya butuh banget diskusi sama orang yg sering keluar negeri tapi juga rendah hati untuk mendengarkn keresahn saya. Bukan orang terlalu mendominasi kaya radhiyan dan juga orang yg terlalu negatuf kaya acil, well, let we try ke acil deh, ya.
Saya tiba-tiba kembali lagi berpikir mengenai keinginan saya untuk menjadi seorang gubernur padahal, duhhh, Banten luas bgt boi! Seluas itu! Apa ainna sanggup?
Mengenai kearifan lokal, sampai kapan bisa dipertahankan dan resisten terhadap perubahan?
Banyak sekali yg saya pikirkan.
Perjalanan pulang jauh lebih menyenangkan dibandingkan perjalanan pergi yang sering kali berorientasi pada tujuan akhir dibandingkan menikmati perjalanan.. ah, ainna.. masih harus banyak berjalan untuk menjadi lebih arif..
Ini adalah salah satu perjalanan terberat tahun ini karena benar-benar seperti berpetualang sendiri.
Ke makassar, kemana-mana diantar. Ke ujung genteng dan sawarna, naik kendaraan pribadi. Jalan-jalan di Lombok, nyewa mobil sendiri. Sekarang naik kendaraan umum dan effort banget sumpah mirip bgt sm perjalanan ke gunung gede. Ah, gunung gede, terima kasih bang udin yg rela-rela menemani saya walau sesungguhnya beliau sudah gantung sepatu karena trauma pernah nyasar berjam-jam di gunung. Perjalanan tadi saya juga merasa, kenapa saya banyak menyia-nyiakan, ngebuang orang yg emang mau berkorban buat saya?
Well, perjalanan sebenernya lebih banyak untuk saya pribadi berkontempelasi, pun kemarin walau sehari menyempatkan ke sukabumi sendirian, dalam perjalanannya saya seperti memberikan jeda kepada diri saya sendiri yang sedang lelah dengan kegiatan rumah sakit, sebelum berhadapan dengan ujian praktikum yang entah kenapa saya takut sekali karena dari 6 minggu, saya gak masuk selama 4 minggu :')
Dalam perjalanan kali ini, saya lebih memahami mengenai komunitas adat yg selama ini hanya saya ketahui dari buku sokola rimba dan saya pelajari ketika pelatihan metode sokola.
Akankah saya ke badui lagi? Belum tahu... Saya kadang merasa, tak perlu lah ke suatu tempat 2x karena masih banyak tempat lain yg belum saya singgahi.
Honeymoon impian saya, awalnya adalah menjelajahi pulau sumatera selama sebulan, tapi setelah dipikir-pikir masih banyak daerah di Jawa juga yg belum saya kunjungi. G-Land, museum manusia purba di Jaawa Timhr, karimun Jawa, Waduk Jatiluhur, even rancaupas,Wah banyak, deh :') coba pas nikah kaya raya, ya. Kita naik pesawat ke surabaya, beli mobil dari surabaya terus kita bawa deh balik ke jakarta hahahahahaha. Shalawatin aja dulu~~~
0 notes