#kampungan
Explore tagged Tumblr posts
Text
Mereka Mencari Tuhan (Lyrics Bram Mahahekum)
0 notes
Text
Cerpen : Tidak Dicintai
Aku pikir dengan kamu melamarku dulu, itu menunjukkan bahwa kamu mencintaiku. Dan ketika kamu menikahiku, aku bisa merasakan dan membalas dengan leluasa semua rasa yang nantinya akan kamu wujudkan. Hingga akhirnya, semua bayanganku itu padam waktu kamu mengatakan aku orang kampungan, kalau tidak menikah denganmu - tidak akan ada yang mau denganku. Rasanya pilu waktu mengetahui aku ternyata juga terlalu takut untuk lepas darimu karena memikirkan rasa malu yang akan ditanggung keluargaku karena rumah tangga anaknya ternyata seperti itu. Aku menyadari jika ternyata aku tidak dicintai, sementara aku melihat teman-temanku yang lain begitu dicintai oleh pasangannya. Tapi aku diminta untuk pura-pura, di depan kamera, di depan kolega, di depan keluarga, dan juga di depan teman-teman lama. Kabarnya aku baik-baik saja, kabarnya aku bahagia - buktinya kami sudah beranak tiga. Sebuah keluarga yang sempurna bukan? Tapi yang datang kepadaku bukan ciuman, melainkan kepalan tangan, penghinaan, semua hal yang membuatku semakin kehilangan keberhargaan diri dan juga keberanian. Aku bahkan tidak berani untuk menyapa teman-teman lamaku, tak berani mengunjungi laman orang-orang yang pernah ditolak lamarannya kepadaku dan sangat bertanggungjawab kepada keluarga kecilnya. Aku tak ingin menyesali masa lalu atas keputusanku, tapi bolehkan aku bersedih karena justru salah membuat keputusan? Rumah telah menjadi tabir yang menyimpan semua cerita. Di luar rumah, aku bahkan lupa menjadi diriku sendiri. Tawaku yang dulu riang, kini terdiam. Ide-ideku menguap dan penuh keraguan. Mimpi-mimpiku dulu untuk memberdayakan, kini bahkan aku tak berdaya atas hidupku. Bekerja telah menjadi pelarianku atas riuhnya pikiran. Sesuatu yang terpaksa kulakukan untuk sebentar menyelamatkan diri. Aku tak punya tempat kembali selain Tuhan, tapi jika aku kembali sekarang, bagaimana anak-anakku nanti? Ternyata lebih menyenangkan dicintai, dihargai, diperjuangkan.
146 notes
·
View notes
Text
Lalu, apa alasanmu ingin menikahi anak puteriku, Nak?
Tiba-tiba pertanyaan itu terlontar dari laki-laki paruh baya yang berada didepanku. Disampingnya, duduk seorang gadis teduh berdandan sederhana, ditemani oleh ibunya yang juga berpakaian rapi ketika itu.
Aku yang sudah sedari tadi berbicara panjang lebar basa basi dengan dua orang paruh baya ini mulai memutar otak untuk menjawab pertanyaan ini dengan baik, tertata dan mengena. Aku menegakkan punggung, menghirup nafas dengan rileks, dan merapikan sedikit bajuku yang sudah cukup lusuh karena tebaran angin sore itu.
Di situasi itu, apa yang harus aku lakukan? Kamu sebagai pembaca, apa hal yang bakal kamu lakukan jika kamu berada di posisiku? Kalau aku, mungkin, aku akan cukup bingung menjawabnya.
Karena, kadang, apa yang kita lakukan sering kali tanpa alasan. Tentang makanan yang kita makan, apakah kita betul memikirkan nutrisinya? Tentang kebiasaan scrolling social media yang kita lakukan setiap hari, apakah kita membatasinya? Tentang mengerjakan tugas sekarang atau nanti, apakah kita memang sudah menghitungnya betul-betul agar tidak terlalu mepet deadline? Sepertinya banyak hal di dalam hidup kita yang dilakukan secara otomatis, tanpa sadar.
Tapi untuk ini, aku tak bisa melakukan secara otomatis, aku harus mempunyai alasan. Tapi apa. Aku masih mencarinya. Mungkin ini alasan Fathia menanyakan pertanyaan yang sama dua minggu lalu, agar aku siap ketika ditanya hal yang sama oleh Abinya. Sial, mana ketika itu aku tak menjawab pertanyaan dia dengan baik lagi. Aku hanya menggunakan analogi kampungan untuk menjelaskan mengapa aku memilih dia untuk menjadi pendamping hidupku nanti. Mampus, hari ini aku merasakan akibatnya.
Aku masih memikirkan jawabannya. Waktu seperti berhenti sejenak, sedangkan aku masih bisa memikirkan sesuatu secara leluasa. Aku melihat perempuan itu senyum manis malu-malu kepadaku, percaya bahwa aku bisa menjawab pertanyaan itu dengan baik. Sedangkan aku, masih bergulat dengan pikiranku, menelusuri ruang perasaan didalam hati, berharap aku bisa menemukan jawaban itu.
Pikiranku menyelam ke dalam otakku dengan lebih dalam, ada hal yang harus aku jawab. Ada seseorang yang membutuhkan jawabannya. Kenapa ya aku memilih dia? Apakah karena cantik? Sepertinya bukan itu poin utamanya. Apakah karena dia pendengar? Iya memang, tapi hatiku berkata bahwa aku mempunyai alasan yang lebih tinggi daripada itu. Apakah karena pekerjaannya? Sebentar-sebentar, sepertinya aku tahu. Oke, aku menemukan alasannya!
“Saya ingin menyelamatkan diriku dan anak keturunanku, Abi.” Kataku
Sejenak ruangan tamu rumah ini menjadi hening. Suara detikan jam dinding terdengar lebih keras dari sebelumnya. Suara angin dari sebuah kipas di pojok ruangan juga menjadi terdengar lebih kencang. Waktu seperti berhenti ketika itu. Dan nampaknya perempuan itu juga tidak paham dengan apa yang baru saja aku sampaikan.
“Aku kurang paham dengan jawabanmu, bisa tolong jelaskan lebih lanjut?” Kata pria paruh baya itu
Baik, aku menghela nafas lebih dalam, mengatur intonasi dan ritme paragraf-paragraf panjang yang akan aku keluarkan. Tak lupa, aku juga membaca doa untuk memperlancar lisanku, yaitu doa yang sama ketika Nabi Musa diperintah oleh Allah untuk menghadap penguasa Mesir ketika itu .
“Robbis rohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul 'uqdatam mil lisaani yafqohu qoulii.”
Paragraf pertama aku buka dengan sebuah teori psikologi.
Jadi maksud saya seperti ini, Abi. Saya selalu percaya, bahwa baik buruknya seseorang sangat bergantung pada lingkungannya. Orang akan menjadi baik jika dia berkumpul dengan orang baik. Dan juga sebaliknya, orang akan menjadi “jahat” jika dia berkumpul dengan orang yang kurang baik. Iman juga seperti itu. Bahkan Rasulullah pun pernah bersabda, bahwa hati manusia itu sangat lemah. Dia harus terus diikat dengan pertemanan yang baik.
Saat ini, dunia sudah tidak seaman dahulu. Banyak orang menganggap bahwa berpacaran adalah hal yang lumrah. Menonton tayangan tidak senonoh juga sepertinya sudah menjadi bagian hidup bagi beberapa orang diluar sana. Bahkan, beberapa waktu yang lalu, banyak anak SMP dan SMA di suatu kabupaten mengajukan pernikahan dini. Bukan karena memang sudah siap menikah, tetapi mereka telah hamil diluar nikah.
Kejadian seperti ini yang membuat saya takut. Bagaimana jika anak saya juga seperti itu. Bagaimana jika pada suatu saat nanti anak saya merengek untuk pergi satu malam bersama pacarnya. Apa jadinya jika dia pergi bersama pacarnya kemudian dengan rela pahanya dipegang-pegang oleh pacarnya dan dia tidak merasa risih sedikitpun. Mungkin terlihat klise, tapi saya benar-benar pernah melihatnya di jalan, dengan kedua mata kepala saya.
Disisi lain, orangtua juga tak kalah berzinanya. Ada istri yang selingkuh dengan rekan sekantornya karena dia lebih mendengarkan dan menerima apa adanya daripada suaminya. Ada juga suami yang mempunyai hubungan asmara lain dengan asistennya, yang lebih muda, yang lebih cantik, dan yang lebih sering bertemu di kantornya. Bahkan ada juga orang yang sampai sengaja check in di hotel bersama teman sekantor atau asistennya untuk melakukan hubungan haram itu.
Saya takut jika itu akan terjadi di keluarga saya. Saya boleh menerima cobaan apapun, asal jangan cobaan dalam keluarga dan agama. Karena konon itu adalah cobaan yang paling berat di dunia dan jarang ada orang yang bisa melewatinya dengan baik.
Oleh karena itu, saya harus memilih pasangan yang solehah. Orang yang telah menjaga dirinya. Perempuan yang juga telah berkomitmen lama untuk menjaga hawa nafsunya dengan tidak bermesraan dengan seseorang jika belum sah. Dan, aku melihat, bahwa puteri bapak adalah muslimah yang taat.
Saya pernah mendengar dari sahabatnya bahwa dia selalu sholat hajat sebelum tidur, menjaga shalat tahajudnya seperti dia menjaga barang yang dicintainya, bahkan sahabatnya juga pernah melihat dia tak sengaja tertidur di atas sajadahnya dengan memeluk mushafnya akibat lelah menuntaskan target bacaan hariannya.
Saya mempercayakan hidupku untuk dilengkapi oleh dia.
Saya sangat selektif dalam memilih teman, maka saya juga berhak selektif dalam memilih pasangan. --
Orang yang membeli sepatu mungkin hanya menyesal satu atau dua minggu ketika dia memilih barang yang salah. Orang hanya akan kesal selama satu atau dua tahun jika salah memilih pekerjaan. Tapi, soal pasangan, akan seberapa menyesal jika orang telah salah memilih pasangan?
Saya ingin menyelamatkan diri dari lingkungan yang tidak sehat. Saya ingin menyelamatkan anak dan isteriku dari zina yang telah dihiasi sedemikian rupa. Aku, juga ingin memilihkan ibu yang cerdas dan shalihah untuk anakku nanti. Itulah satu alasanku untuk memilih dia sebagai pasangan saya.
Satu paragraf gagasan ku telah terucap dengan lancar. Aku melihat orang tuanya mengangguk-angguk setuju dengan jawabanku. Hope it will be. Aku menghela nafas sejenak, menyadari ternyata keren juga ya aku bisa mempunyai gagasan yang kuat seperti itu. Ternyata berdebat dengan dosen ketika di kelas psikologi klinis di kampus bisa berguna juga ya untuk melamar perempuan yang aku cintai.
Semoga memang ayah dia bisa mencerna apa yang aku sampaikan, dan semoga apa yang aku harapkan bisa terwujud. Aku ingin segera menggenapkan separuh agamaku.
Bersambung (3/6)
Menjadi yang Kaucintai - Bagian 3
@careerclass @bentangpustaka-blog @langitlangit.yk
271 notes
·
View notes
Text
Adab terhadap Diri
"Hal sepele sih buat sebagian orang, tapi hati saya gimanaaa gitu kalau makan berdiri."
Secuil kisah ini langsung aku jawab dengan anggukan setuju,
"Iya malaah serem yaa Dok.. kalau hati kita nggak peka lagi."
"Iya yaa, hilang sensitivitasnya ya.."
Padahal, kalau kalian pernah ikut konferensi/ simposium/ seminar terutama internasional.. tentu paham bahwa tea break adalah hal krusial untuk networking. Makanan mulai dari cake, buah, sayur dengan hummus, hingga minuman dari jus sampai wine tersedia dengan indahnya (teh juga ada dong, kan tea break.. hehe).
Nah sayangnya, budaya di Barat itu melakukan 'prosesi' ini dengan berdiri.
Inilah praktiknya bab adab. Adab apa? Terngiang suara gurunda,
"Sebagai penghafal Quran, adab terhadap diri sendiri haruslah dijaga. Ia akan sadar, bahwa ada al Quran yang hidup dalam dirinya, dititipkan Allah di hatinya. Maka adab apa pun itu, termasuk makan dan minum, menjadi hal yang sangat besaar."
“Terus gimana Dok?” tanyaku
Mau ikut makan sambil berdiri, rasanya nggak tenang.. tapi kalau ngga ikut mingle nanti dicap eksklusif..
Triknya gimana?
Wah ternyata ada tips menarik dari beliau yang bisa dicontoh,
"Saya biasanya ambil makanan, ikut berdiri dan ngobrol. Namun makanan saya biarkan dulu, toh yang penting ngobrolnya hehe. Nanti, kalau sudah habis waktu tea break dan semua sudah kembali masuk ke ruangan, langsung saya cari tempat duduk dan makan sejenak."
Jadi ingat pesan gurunda ketika pamit untuk exchange,
"Seorang muslim itu, terlihat identitasnya justru ketika situasi dan kondisi tidak memungkinkan namun ia tetap teguh pada pendirian."
---
Pagi itu, Desember 2019, tak terasa hampir 3,5 jam aku dan dr. Iin bercengkerama. Percakapan mengalir begitu saja, dan banyak sekali hikmah yang Allah titipkan lewat beliau. Silaturahmi itu indah, maka selagi aku di Melbourne saya izin menemui beliau di tempat penelitian PhD beliau di Florey Institute of Neuroscience and Mental Health. Sambil duduk menghadap jendela besar di ruang makan, memandang orang-orang di bawah berlalu lalang di langit yang mendung..
Lahir dan besar di Solo, dr. Muthmainah, M. Neurosci menyelesaikan pendidikan kedokteran di Universitas Sebelas Maret. Saat itu, sembari menunggu projek di Rumah Sakit UNS beliau menjadi pengajar, pembimbing tutorial atau skills lab untuk mahasiswa S1. Jatuh cinta pada peran akademisi, akhirnya beliau mencari beasiswa untuk S2 di Australia. Hingga sampailah beliau di University of Queensland, Brisbane dengan beasiswa AAS. Sempat hampir ditarik kembali jadi dosen plus spesialis, beliau mengaku sudah jatuh cinta dengan research sehingga melanjutkan S3 dengan beasiswa LPDP di University of Melbourne.
Selain keresahan itu yang kami diskusikan, aku terharu akhirnya Allah pertemukan dengan dokter sekaligus researcher yang sepakat bahwa sebagai muslim di bidang ini punya peran yang sangat penting. Kenapa?
"Karena ketika menunjukkan diri sebagai muslim yang taat tapi juga profesional.. nggak kampungan, cerdas, berkelas.. di situlah syiar kita sebagai muslim!"
Pas denger kata 'syiar' langsung merinding dan tertohok karena malu. Kadang peranku sebagai agen muslim masih compang-camping. Padahal dr. Iin, sampai berazam kuat untuk bisa melampaui -- minimal setara -- dalam nilai dengan teman-teman sekelas beliau.
Anyway, hari itu aku diajak berkeliling gedung tempat riset itu (yang ternyata mengembangbiakkan domba di lantai 5 untuk hewan coba..) dan dijelaskan pula project PhD beliau tentang stress-induced eating disorder. Melihat beliau berinteraksi dengan colleagues-nya dengan santun dan ramah. Semua disapa, diajak basa-basi (hehe, aku kok masih suka nggak pede ya sama bule).
Daaan selain itu, aku banyak meminta nasehat termasuk tentang keluarga (hehe). Aku pernah menyaksikan researcher yang menganggap work-life balance itu tidak ada. Lalu mereka yang married to his work. Dan mereka yang keluarganya berantakan, jatuh ke perselingkuhan ketika jadi residen, dan lainnya. Naudzubillahimindzalik.
Padahal, sebagai muslim tentu kita pahami ada porsi-porsi untuk masing-masing aspek. Porsi diri, keluarga, pekerjaan, umat. Sesuatu bernama hak. Yang tentu kuncinya terletak pada porsi diri secara vertikal. Terlepas dari ujian yang akan dialami, tentu kita berikhtiar memaksimalkan setiap peran ini.
Maka sebagai wanita, ada sebuah lisensi penting dalam apa pun itu yaitu ridha suami (kalau belum menikah, ayah). Dr. Iin yakin kalau sudah diizinkan sang suami, maka InsyaAllah urusan-urusan menjadi mengalir. Termasuk tantangan mengurus anak ketiga seorang diri sambil Masters, pengorbanan LDR dengan anak-anak di Solo (InsyaAllah segera menyusul).. alhamdulillah.
Research bagi beliau,
"It's exciting that you'd never know what you can find!"
Tidak perlu jadi orang yang pinter bangeet, tapi masuk ke dunia ini butuh modal persistensi: terus bertanya, mencari jawaban dan troubleshooting ketika data bermasalah.
Aku akhir-akhir ini berpikir.. Betapa banyak, research yang akhirnya malah jadi alat menjatuhkan islam? Yang akhirnya keluar dari makna sesungguhnya? Yang akhirnya jauh dari hikmah dan berorientasi memuaskan ego? Yang akhirnya destruktif bagi alam?
Padahal dalam Islam kita mengenal konsep maqasid syariah, yang jika menurut Prof. Hamid Fahmy Zarkasyi.. kegiatan manusia yang berkait dengan menjaga agama, menjaga jiwa, menjaga akal, menjaga harta, dan menjaga keturunan.. idealnya ditambah: menjaga lingkungan.
Selamat curiga bahwa Anda yang membaca, sedang Allah titipkan pesan. Pesan untuk dipinjam Allah menjadi pionir-pionir research dengan islamic worldview di era ini.
- h.a.
Draft tulisan Desember 2019, yang Allah pertemukan kembali pagi ini ketika menyiapkan materi kemuslimahan #murajaah
Semoga Allah jaga beliau
128 notes
·
View notes
Text
kombo spicy mintips : mbak mbak depresot kerja ga sesuai passion telat nakal kena shock culture jakarta, semoga bukan saya wakakakka.
tapi sumpah pengen ngobrolin ini seriyus sih, kadang kita tuh ga sadar aja kita tuh siapa, asalnya darimana, what we're supposed to do, and what we're supposed to be.
Jujurly sebagai orang kampung yang belum lama merantau ke jakarta, melihat mbak mbak gaul nan cakep dan pinterest able banget tuh kayak yawla kenapa sih gue gak dilahirin jadi mbak mbak kalcer jakarta inih wkwkwk. Terus pasti gue tebak sesekali orang orang kampung kaya gue ini kepikiran buat mengikuti mereka, apalagi di tengah quarter life crisis, mumet sama bos, pasti ada ada aja keinginan aneh untuk tatoan, copot kerudung, dan jadi mba mba member yoga pake baju alo wakakakak. Tapi kok kalimat gue ini seolah olah jadi menyalahkan orang yang mencoba memperbaiki diri dengan cara seperti itu ya? kagak lah anjir, cuman gini, orang orang yang terlahir tidak seperti itu dan mencoba seperti itu lalu cocok itu ada, tapiiii ada juga orang orang yang kebetulan tidak dilahirkan untuk menjadi mba mba fancy jakarta, gatau dirinya seperti apa, terus lalu ikut hanyut, jujur liatnya malah kasian dan norak. Kayak lu udahlah diem dan biaso sajoo itu jaaauuhhh lebih baik. Biarin dikatain kampungan, lah emang dari kampung kok mau gimana lagi. Paling utama yang penting ga bau ketek, baju bersih, sopan, kulit terawat, that's fucking enough menurut gue. Bahkan buat se basic itu aja, itu udah berjuta juta, gue juga walo kampungan masih ada minat buat dna salmon sama hifu wkwkwk, tapi kalo untuk jadi orang lain yang jauh dari sifat asli gue dan mungkin se simple menjadi mereka ga cocok sama perawakan gue, ga dulu, takut norak. Malu gue sama temen temen gue dulu yang asli jakarta sama bandung aja malah pada tobat sekarang, pada pake kerudung panjang2, ikut kajian, ya menurut gue fase jadi naq kalcer itu udah mereka lewati dulu pas mereka sma, terutama sma bergengsi macem lab school sma 80, sma 3 bandung. Sedangkan orang orang kampung seperti gue ini, ga merasakan itu pas sma atau smp, sehingga pas ketemu hal itu di jakarta jadi terlihat seperi wah banget, padahal mereka ini ya biasa aja. Ya menurut gue sih buat mba mba mas mas yang ingin mencoba menjadi kalcer ini bisa coba diidentifikasi dulu apa triggernya kalo mau copot kerudung dan bertato dan lain lain, kalo emang itu karena excitement yang telat muncul, mending engga dulu, kasian kalo ngga cocok, terus nanti pas excitement nya udah abis, jadi malu sendiri. Terus kayak selalu inget aja bahwa ada orang orang yang ga diciptakan untuk jadi mereka, no matter how hard yo try to copy them, it won't give the same vibe.
3 notes
·
View notes
Text
Pergi jauh dari kampung.
Kemudian bercita-cita hidup di kampung.
Mungkin kita terlalu kampungan melihat kampung.
4 notes
·
View notes
Text
RUMIT
Bagian kelima dari keriaan bulan sepuluh
Sc: Pinterest
Berminggu sibuk hampir membuatku abai dengan ikrar pada Oktober. Semoga ia tak merajuk karena tiba-tiba telinganya harus dipinjam. Kubuka percakapan malam ini dengan bertanya. Ia dengan air muka teduh betah diam memandangi sebab ia tahu kegemaranku melempar tanya pada angin. "Mengapa sebagian kawula muda betah memelihara gengsi dalam hidup?" tanyaku pelan. Oktober menghela napas panjang lalu memberi tanya kembali, "Kenapa kau bertanya? Apa itu mengganggu pikirmu?" Aku membenarkan. Pikiran yang hinggap dan ricuh berlawanan itu terlalu bising untuk disimpan sendiri. Kupikir sesungguhnya hidup bukan hanya tentang gengsi untuk memperlihatkan kepura-puraan yang mewah beserta keindahan-keindahan semu. Namun, pikiranku yang lain berkata kalau aku ini kampungan. Tidak pernah merasakan "keindahan" hingga tak tahu diri mengomentari hidup orang lain. Oktober kembali menenangkanku. Ia berkata, "Ah, wajar saja mempertanyakan. Selagi tidak merendahkan. Bertanya itu jalan memahami, hanya saja tidak semua bisa menerima dan mengerti." Aku terdiam. Ia belum menjawab pertanyaan awalku. Mungkin ini hanya perbedaan tempat berdiri antara aku dan para pemilik gengsi, aku yang berlebihan dalam berpikir, aku yang cemburu dan denial, atau aku yang ingin memaksakan kesederhanaan pada orang yang tidak ingin hidupnya sederhana? Entahlah. Oktober diam memandangi seperti biasa.
Seperduaarutala, 2023
2 notes
·
View notes
Text
hari ini gajian. tapi udah impulsif buat kalkulasi beli tiket konser yoongi di jkt sama singapore wkwkwk. udah gila tp gue bucin bgt gimana doong :(
serakah bgt. gue ngotot buat ke singapore juga karenaaaaa.... gw takut kalo gue akan dapet experience yg gak enak pas konser yoongi di jkt. (walopun gur berharap banyak gak akan terjadi). gua gabisa ngontrol army indo yg kampungan inii... belum hal hal di luar itu. makanyaa, yg di singapore tetep mau gue usahain gimana caranya..
...daan gimana caranya biar pas kelar tabungan gak abis semuaaaaa :")
I NEED TO SEE YOONGI. I REALLY FUCKIN' NEED IT.
seenggaaknya sampai tahun 2025..
2 notes
·
View notes
Text
SLANK
Slank adalah grup musik Indonesia yang dibentuk oleh Bimbim pada 26 Desember 1983 karena bosan menjadi cover band (band yang menyanyikan lagu dari penyanyi atau band lain) dan punya keinginan untuk menciptakan dan membawakan lagu sendiri. Pada akhirnya, Slank menjadi salah satu grup musik yang berpengaruh di Indonesia. Pada tahun 2008 dan 2009, Slank disebut sebagai Indonesia's Highest-Paid Music Star (bintang musik berbayaran termahal) dengan honor Rp 500 Juta per show/tiap manggung.
Slank merupakan grup musik yang bermula dari Cikini Stones Complex (CSC) pada 25 Desember 1981, yaitu grup musik yang terdiri dari siswa SMA Perguruan Cikini, Jakarta. CSC terdiri dari Bimbim (drum), Boy (gitar), Kiki (gitar), Abi (bass), Uti (vokal), dan Well Willy (vokal), yang banyak mengekspresikan kecintaan pada lagu-lagu Rolling Stones. Grup tersebut tidak bertahan dan bubar, yang kemudian berlanjut menjadi Slank dengan perubahan personel 14 kali, hingga tahun 1996. Formasi terakhir Slank dimulai dari album ke-7, yang terdiri dari Bimbim (drum), Kaka (vokal), Ivanka (bass), Abdee (gitar) dan Ridho (gitar).
Album Slank, diantaranya Suit-Suit... He-He (Gadis Sexy) (1990), Kampungan (1991), Piss (1993), Generasi Biru (1994), Minoritas (1996), Lagi Sedih (1997), Tujuh (1998), Mata Hati Reformasi (1998), 999+09 (1999), De-Bestnya Slank (2000), Ngangkang (2001), Virus (2001), Virus Roadshow (2002), Satu Satu (2003), Bajakan! (2003), Road to Peace (2004), Plur (2005), A Mild Live Reborn Republic Slank (2005), Slankissme (2006), Slow But Sure (2007), The Big Hip (2008), Anthem From The Broken Hearted (2009), Jurus Tandur No.18 (2010), Slank Party (2011), I Slank U (2012), I Slank U Repackage (2012) dan album Slank Nggak Ada Matinya (2013).
Dan banyak pilihan juga tentang slot judi online atau yang biasa kita dengar situs judi online,tapi slot judi online yang terpercaya OKEPLAY 777 yang bisa berikan banyak keuntungan mulai dari bonus-bonus nya apa lagi game-game yang selalu banyak pilihan yang gacor dan tentunya bisa memberikan kita jadi jutawan dan bisa merasakan maxwin
Sementara itu, lagu Gosip Jalanan dari album PLUR yang dirilis pada 2004 berbuah sorotan dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Slank yang saat itu menjadi duta anti-korupsi untuk Komisi Pemberantasan Korupsi dianggap melecehkan dewan melalui syair-syair lagu tersebut. DPR-RI melalui Lembaga Kehormatan Dewan berencana melancarkan tuntutan pada grup anak muda ini, meski kemudian rencana tersebut dibatalkan.
Rencana Slank untuk Go International mulai terlihat di pertengahan 2008. Dengan kolaborasi dengan The Big Hip, sebuah band asal Jepang, menghasilkan sebuah album, The Big Hip. Di album ini, Slank menggunakan tiga bahasa sekaligus: Indonesia, Jepang dan Inggris. Bagi para slanker, sebutan bagi penggemar, Slank akan memberikan bonus berupa VCD Exclusive kegiatan Slank di Jepang bila pembelian kaset atau CD album terbaru Slank.
Selain itu Slank juga mendukung berbagai acara sosial. April 2010, Slank tampil pada acara Earth Live yang mengusung tema lingkungan. Slank menyerukan perlunya hemat dalam menggunakan sumber daya alam termasuk air.
Bimbim meneruskan semangat bermusik mereka dengan kedua saudaranya Denny dan Erwan membentuk Red Evil yang kemudian berganti nama jadi Slank, sebuah nama yang diambil begitu saja dari cemoohan orang yang sering menyebut mereka cowok selengean, atau lelaki urakan, dengan personel tambahan Bongky (gitar utama) dan Kiki (gitar ritme). Kediaman Bimbim di Potlot 14 jadi markas besar mereka dan menjadi situs wajib yang harus dikunjungi para Slankers. Mereka sempat tampil di beberapa pentas dengan membawakan lagu-lagu sendiri pada tahun 1984, Kiki (gitar ritme) memutuskan untuk hengkang dari SLANK. Untuk mengisi kekosongan, pada tahun 1985 Bimbim, Denny dan Bongky memutuskan untuk mencoba menyodorkan kakak kandung Bimbim yaitu Adrian Sidharta (Adri). Kehadiran Adri justru membawa warna baru untuk musik Slank, karena Kakak kandung Bimbim ini memainkan alat musik yang sebelumnya tidak terdapat di Slank, yaitu Keyboard. Belum lama setelah masuknya Adri, Erwan (vokal) memutuskan mundur karena merasa tidak punya harapan di Slank untuk harus melanjutkan pendidikannya di Amerika. Setelah keluarnya Erwan, posisi vokalis di Slank pun diisi oleh dua gadis, yaitu Uti Suharyani dan Lala. Pada tahun 1986 SLANK kembali merubah formasi kembali Bimbim, Denny, Bongky dan Adri merekrut sebagai vokalis. Yaitu Well Welly (mantan vokalis utama CSC), ditarik untuk mengisi vokal dan terbentuklah SLANK Formasi 5. Pada tahun ini, SLANK kerap tampil dari panggung ke panggung yang tentunya dengan dandanan slenge’an dan tetap mengajak kawan-kawan terdekat untuk jadi suporter. Setahun kemudian, Adri (keyboard) memutuskan keluar dari Slank. Posisinya pun digantikan oleh Andre. Dikarenakan tidak kecocokan, Andre dan Well Willy (vokalis utama) yang harus merelakan mundur dari Slank. Denny akhirnya bertindak sebagai vokalis dan Bimbim mengajak Imanez untuk mengisi kekosongan posisi bass. Tidak lama setelah itu, Bongky (gitar utama) dan Imanez (bass) memutuskan keluar dari Slank dan posisinya digantikan oleh Pay dan Jaya serta Sammy sebagai vokalis. Jadi, personil Slank Formasi 8 adalah Bimbim (drum), Denny BDN (bass), Pay (gitar utama), Jaya (gitar ritme), dan Sammy (vocal). Ketiga personil baru pun tidak bertahan lama dan tertatih-tatih Slank kembali mengajak Imanez untuk main Bass, otomatis Denny BDN jadi vokalis dan Anto ditarik sebagai gitaris melodi dan penyanyi. Denny BDN yang harus menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Ekonomi Universitas Pancasila terpaksa mengundurkan diri dari Slank. Jadi, pendiri Slank yang masih tersisa saat itu adalah Bimbim. Anto juga ikut mengundurkan diri dan Bimbim kembali mengajak sang Kakak adalah Adri untuk kembali memberikan alunan Keyboardnya bersama Tole yang bermain Bass dan Imanez yang berpindah ke gitar melodi. Untuk posisi vokal, Slank memperkenalkan seorang wanita vokalis yaitu, Nita Tilana. Tidak lama setelahnya, Nita, Adri, dan Tole sempat menyatakan mundur dari Slank yang kini hanya menyisakan Bimbim dan Imanez saja. Untuk mempertahankan Slank, akhirnya Bimbim dan Imanez kembali menarik Pay untuk mengisi gitar utama dan Well Willy untuk kembali jadi vokalis Slank. Guna memperkokoh, Slank pun mengajak Indra Qadarsih (keyboard) sebagai personil baru. Setahun kemudian, Imanez dan Well Willy mundur dari Slank dan Bongky yang sebelumnya bermain gitar utama, kembali lagi ke Slank tapi kali ini berpindah posisi sebagai bassis, karena posisi gitar sudah diisi Pay. Untuk mengisi kekosongan vokal, Bimbim mencoba untuk mengajak sepupunya, Kaka yang saat itu tengah ngeband bareng,perjuangan panjang terbentuklah formasi ke-13 dengan Bimbim, Kaka, Bongky, Pay dan Indra Q, Slank baru solid. Mereka mulai membuat demo untuk ditawarkan ke perusahaan rekaman.
Setelah berulang kali ditolak, akhirnya tahun 1990 demonya diterima dan mulai rekaman debut album Suit... Suit... He... He... (Gadis Sexy). Album yang menampilkan tembang Memang dan Maafkan itu meledak dipasaran sehingga mereka pun diganjar BASF Award 1991 untuk kategori pendatang baru terbaik. Album tersebut juga seakan menampar industri musik Indonesia yang kala waktu itu masih gencarnya lagu melayu seperti tembang Issabella milik Search. Musik padu-padan rock and roll blues ala SLank akhirnya dekat dengan anak muda di Indonesia. Gaya mereka yang khas, cuek, slengean, tapi bersahabat berhasil menarik massa yang saat itu masih sebatas minoritas.
Album kedua mereka, Kampungan, meraih sukses yang sama. Single dari album ini Mawar Merah dan Terlalu Manis dibuat dalam dua versi. Suka-suka dan Jualan. Namun anehnya, justru lagu yang versi Suka-suka lah yang menjadi hits dan sering dimainkan. Disini Kaka bermain harmonika. Di album Kampungan ini pun, Slank memasukkan lagu Nina Bobo.
1993 Desember, Slank merilis album ketiga Piss! yang merupakan plesetan dari kata peace. Jargon ini menjadi tren pada masa itu. Hits single album ini adalah Piss dan Kirim Aku Bunga dengan cover album seorang model yang meniru pose Jim Morrison walaupun banyak yang berpendapat bahwa model di sampul album tersebut adalah Bimbim, tetapi faktanya model cover album tersebut adalah Adji Tarmo, tetangga seberang rumah Bimbim.
1994, Slank merilis Generasi Biru dengan andalan Generasi Biroe, Terbunuh Sepi, dan Kamu Harus Pulang. 1995 Agustus, Slank mengisi sebuah acara di salah satu stasiun televisi dalam rangka menyambut Hari Jadi Kemerdekaan Indonesia yang ke-50. Mereka membawakan beberapa lagu dari album Generasi Biru. Album kelima mereka, Minoritas, dirilis Januari 1996. Menampilkan single Bang Bang Tut sukses dipasaran. Di album tersebut, Bimbim menyanyikan sebuah lagu miliknya yang berjudul Bidadari Penyelamat tanpa iringan musik apapun, hanya suara Bimbim saja.
Pada saat menggarap album ke enam Lagi Sedih, Bimbim memutuskan untuk memecat Bongky, Pay dan Indra. Namun ada juga yang menyebutkan bahwa Bongky, Indra dan Pay keluar atau mengundurkan diri karena perilaku Bimbim dan Kaka yang sudah terlampau parah dalam penggunaan narkoba. Perpecahan tersebut sebenarnya sudah mulai terlihat di album keempat mereka di lagu Pisah Saja Dulu. Bimbim bahkan berniat untuk membubarkan Slank.
Namun sebuah surat yang ditulis dengan darah oleh seorang Slanker membuatnya mengurungkan niatnya. Yang berisi surat bernada ancaman dan bersumpah untuk membunuh Bimbim jika sampai membubarkan Slank tidak dapat dihindari. Kaka dan Bimbim akhirnya tetap menggarap album keenam dengan bantuan musisi tambahan.
Reynold masuk untuk mengisi posisi gitar dan Ivanka yang waktu itu sering nongkrong di Potlot juga ikut membantu dalam mengerjakan project Slank untuk album keenam dengan formasi masa transisi ini. Album Lagi Sedih dirilis pada Februari 1997. Single Koepoe Liarkoe dan Tonk Kosong membuktikan Slank masih bisa bertahan. Tawaran manggung pun berdatangan. Dan saat tinggal beberapa kota yang akan diselesaikan dalam rangkaian pertunjukan, Reynold menyatakan keluar dari Slank. Alasannya, tidak kuat dengan sifat Bimbim dan Kaka yang suka berkelahi dengan fans diatas panggung. Walaupun saat itu sudah dibujuk untuk menunda pengunduran dirinya, Reynold tetap tidak ingin melanjutkan.
Saat itu lah reformasi di tubuh Slank terjadi. Kemudian, Ivanka yang semula hanya additional bass player akhirnya ditarik resmi menggantikan posisi Bongky. Semenjak memakai jenis narkoba ini, Bimbim yang biasanya pendiam, rapi, tak suka teriak-teriak, tiba-tiba berubah. Demikian juga Kaka. Banyak pengalaman pahit, dari sejak mereka pakai sejak 1994 - 1999. 1998, di Lubuk Linggau, kehabisan narkotika dan sakau karena tidak barang seperti itu disana. Bimbim tidak bisa bangun, ketika wartawan meminta wawancara. Hanya Kaka yang terpaksa dengan susah payah menyambut para jurnalis.
Kini, Slank membantah anggapan bahwa dengan mengonsumsi narkoba seorang seniman bisa lebih kreatif, justru sebaliknya, tanpa menggunakan barang haram tersebut mereka terbukti bisa menghasilkan karya-karya bagus. "Saat membikin album pertama hingga ketiga, kami belum memakai narkoba, tapi album itu terbukti paling bagus. Jadi, tanpa narkoba kami bisa menghasilkan karya yang bagus. Setelah album ketiga, kami menjadi pengguna," ujar Kaka.
Sepeninggal Reynold, pihak manajemen langsung mencari pengganti untuk menyelesaikan sisa kontrak pertunjukan di beberapa kota. Ivanka merekomendasikan Abdee Negara yang sebelumnya sudah bersahabat ketika satu band di Tebet yaitu Flash untuk resmi menggantikan Pay. Sedangkan manager, Lulu Ratna, mengontak Mohammad Ridwan Hafiedz alias Ridho yang baru saja menyelesaikan sekolah gitarnya untuk resmi menggantikan Indra. Namun saat audisi calon gitaris, miskomunikasi pun terjadi. Ridho janji akan ke potlot pukul 2 dan Abdee pukul 4, namun mereka berdua berangkat jam 3 dan akhirnya saling jamming bersama. Setelah diskusi antara Bimbim dan Ivan, dipilihlah kedua-dua nya menjadi anggota tur mereka. Karena pada awalnya Slank hanya ingin mencari seorang Gitaris saja.
Itulah sedikit ringkasan tentang grup band legend di indonesia yang masih mendunia lagu-lagunya dengan gaya slengean yang mungkin bisa membuat anda tertarik untuk mengunjunginya.dan bergabunglah dengan slot judi online terpercaya yang bisa berikan kalian kemenangan yang bisa kalian dapatkan hingga puluhan juta bahkan ratusan juta rupiah,kita bisa tau dengan link RTP gacornya yang bisa kita jadikan estimasi game apa yang sedang gacor dan yang banyak yang dimainkan oleh para player-player yang lain.jadi jangan takut akan slot judi online terpercaya ini ya guys…!
2 notes
·
View notes
Text
Ibu, Ayo Pulang. Hari Ini Kita Makan Enak.
ᅠ
“Kamu nggak perlu bantu Ibu. Tugas kamu itu cuma sekolah. Udah, itu aja,” kata Ibu ketika aku sedang membujuknya supaya aku dapat ikut bekerja. Mencari plastik dan barang bekas di gundukan sampah persimpangan depan sana.
“Aku sekolah sampai siang, PR bisa langsung aku kerjakan begitu sampai di rumah. Jadi sore aku bisa susul Ibu. Boleh, ya?”
“Bangkit.”
“Ibu.”
Benar, kami sama keras kepalanya. Topik yang selalu menjadi bulan-bulanan tiap kami saling tatap tidak pernah sirna. Selalu soal bekerja. Aku bersikeras untuk membantu, Ibu bersikeras menolakku.
Menuntut ilmu memang penting, namun aku belum ingin mati muda dan hidup sia-sia. Sekarang biar kutanya, berpikir membutuhkan tenaga, benar? Dalam satu sampai tiga hari kerja dari pagi ke pagi, Ibu hanya mampu memberiku makan satu atau dua kali. Dua sudah paling banyak. Itupun satu nasi bungkus yang dibagi berdua dengan lauk garam, tempe, dan tahu sisa menginap di warung tegal yang nyaris berjamur; atau telur dadar bilamana beruntung.
Bukan. Bukannya aku tidak bersyukur. Hidupku ini sudah melarat, kawan. Kalau bersikap sombong mungkin aku sudah ditendang Tuhan ke neraka. Maksudku adalah, aku merasa menjadi makhluk yang tidak berguna. Tubuhku sehat dan kuat, apa salahnya aku berbakti dan membantu ibuku sendiri? Berusaha sekeras apapun di kelas aku tetap merasa paling dungu karena sering tidak fokus. Betulan kurang asupan.
Sekarang begini. Aku pernah nekat dan gamblang mengatakan ingin berhenti sekolah pada Ibu. Tapi yang kudapat adalah makian serta tamparan keras di pipi.
“Kamu harus sekolah supaya nggak bodoh dan dibohongi seperti Ibu. Paham, Bangkit?”
Terkadang aku ingin tahu apa yang pernah Ibu alami di masa lalu. Apa hal yang membuat hatinya begitu dingin? Apa hal yang membuat dirinya menjadi kasar? Apa hal yang tidak kuketahui hingga harga diri ibuku terluka sebegitu hebatnya? Segan diriku bertanya; sudah menyusahkan, aku enggan membuat Ibu bersedih.
Keesokan harinya, aku berhenti merayu Ibu. Aku tidak lagi peduli sebagaimana yang beliau inginkan. Aku menjalani hari-hari laiknya pemuda apatis yang sering ditonton tetanggaku pada televisi cembung miliknya. Hanya ongkang-ongkang kaki namun mendapatkan segala nikmat dari jerih payah orang lain.
“Bu, makan sama lauk begini terus—suka?”
“Kenapa? Bosen kamu?”
“Iya. Aku bosen makan tahu tempe. Mau coba makanan enak sekali-kali.”
“Kamu belajar yang rajin, jadi orang yang pintar. Cari kerja yang mapan, nanti digaji. Uangnya bisa kamu pakai untuk beli makanan enak.”
“Kalau gitu, makanan enak versi Ibu apa?”
“Ikan peda. Sayur asem. Ngapain tanya-tanya? Kamu kan nggak punya duit.”
“Sekarang belum punya, tapi Bangkit mau ngumpulin. Nanti kalau udah cukup kita makan itu ya bu!”
Kelewat percaya diri memang sikap yang sudah mendarahdaging dalam diriku. Ibu hanya tertawa, menganggap kalimatku sebagai angin lalu. Maklum, orang miskin seperti kami selalu menghibur diri dengan berkhayal. Sekadar berangan-angan saja, bahagianya sudah selangit. Aku tidak pernah marah bila dilabeli sebagai orang yang norak, udik, kampungan, dan kawan-kawannya. Toh, itu adalah fakta. Orang seperti kami mana pantas merasa tersinggung?
Tapi tahu tidak? Boleh jadi mulutku ini ajaib juga. Baru terhitung seminggu setelah aku berucap demikian, uangnya benaran terkumpul. Tidak banyak sih, hanya dua puluh ribu yang terdiri dari receh-receh hasil aku mengamen. Jangan tanya apakah aku izin pada ibu atau tidak, kamupun tahu jawabannya. Aku mencuri waktu selagi ibu tiada!
“Aku minta Ibu bayar pakai apa ya bisa makan enak begini. Ah iya, senyum manis lima jari aja. Gombal dikit, ah, biar kesel,” monologku saat menyajikan ikan peda dan sayur asem ke dalam wadah.
Cekikikan aku membayangkan wajah bersungut-sungut beliau. Selagi menunggu, aku merapikan matras tipis tempat di mana ia selalu terlelap. Wajahku berubah menjadi murung kala menyetuhnya. Ini ... sudah tidak layak pakai, bisa-bisanya Ibu selalu terlihat nyaman tiap merebahkan tubuh kurusnya di sini?
Satu jam ...
Dua jam ...
Tiga jam ...
Empat jam ...
Lima jam ...
Aneh. Ibu belum juga pulang padahal ini sudah pukul delapan malam. Setelat-telatnya beliau berada di rumah adalah waktu bakda maghrib. Hari sudah larut di mana pasukan nyamuk telah siap berperang denganku, kenapa ibu belum juga pulang? Ibu ke mana?
Aku melirik makanan mewah ala Ibu dengan nanar. Sama sekali belum tersentuh, kujamin rasanya tidak lagi nikmat sebab telah dihinggapi serangga dan dibiarkan dingin berjam-jam.
“Ibu ...”
Aku khawatir pada Ibu. Mataku sudah seperti timbangan dosa—berat—lantaran tidak tidur berharap beliau akan pulang di tengah malam. Nyatanya, sampai pagi pun aku tidak menangkap jejak ibu. Esok dan lusa, juga sama. Ibu telah lenyap dari pandanganku.
Masih sama seperti hari itu, makanan enak kesukaan Ibu tidak pernah berpindah tempat. Aku selalu meletakannya di sana, di lantai tempat kami selalu makan bersama, berharap suatu saat Ibu pulang dan kami dapat menyantapnya.
“Ibu... Ibu...”
“Ibu ke mana?”
“Ayo pulang, Bu. Hari ini kita makan enak.”
“Ibu, kapan pulang? Maaf ... mungkin makanannya udah nggak enak lagi. Tapi kalau ibu pulang, aku bisa beli baru. Aku bisa. Tapi Ibu pulang, ya? Aku nggak mau makan sendiri, Bu.”
ᅠ
ᅠ
Tapi, Ibu tidak pernah pulang.
ᅠ
2 notes
·
View notes
Text
DPP PKB Mengklaim Sudah Menegur Anggota DPR yang Menyebut OTT Kampungan
JAKARTA, Cinews.id – Ketua Harian DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Ais Shafiyah Asfar menegur anggota Komisi III DPR F-PKB Hasbiallah Ilyas, yang menyebut operasi tangkap tangan (OTT) KPK sebagai kegiatan yang kampungan. Hasbiallah sebelumnya menyarankan agar sebelum OTT dilakukan, pelaku yang hendak korupsi ditelepon terlebih dulu. Menurut Ais Shafiyah, OTT memang bukan indikator utama…
0 notes
Text
Aku gatau pikiran aku ini dah termasuk jahat apa engga, tapi rasa sakit hati ini bener2 dah dipuncak bngt...
Aku bersyukur bngt banyak orang yg iri sama aku, jd aku tau rasanya bersyukur ada diposisi skrng...tapi sampe musuhin tuh gila bngt wkwk
Kadang pengen nanya juga knp sampe musuhin ??mbok ya sodara wkwk
Coba nengok kebelakang sbntr mbae pas kamu lagi dipuncaknya aku nangis2 dibelakang krn ga dihargai sama sekali sama semua junjunganmu
Buat kamu gana, kamu sepupu ter alay menurutku!! Awal mula kamu tiba2 diemin aku gara2 aku liburan kebali pas kuliah trs unfol ig okee aku ladenin, hina aku kampungan krn suka mabok naik mobil...sampe pas kamu dipuncak katanya jd manager hp iphone ditenteng kemana mana buat pamer, tujuan kamu apa buat aku panas??engga sama sekali deh, iphone bukan hal yg wajib aku punya...sampe akhirnya kamu kena phk skrng kuliah s2 sambil jd dosen lah apa lah ga peduli akuu..tapi kenapa msh gamau ngomong sama aku?segitunya kamu ngrendahin aku ya hahaha...
Gpp aku gamau ngurusin hidupmu kok aku ga peduli krn kamu bukan keluarga deket aku
0 notes
Text
Assalamualaikum warohmatullohi wabarakatuh selamat malam semua alhamdulilah gue bisa aktif menulis lagi ya seperti biasa gue libur kemaren.
Eh iya gimana sih rasanya hidup ditengah orang-orang yang lingkungannya serba busuk? Bermodus telepon dijalan ujung-ujungnya nyahutin gue entah ngomong apa gue gak ngerti.
Gimana ya rasanya dikatain kampungan ndeso kayak gitu-gitu tuh rasanya gimana? Sumpah gue gak akan pernah lupa sama kejadian itu hormatin orang daerah sih iya tapi lo udah giniin gue bertahun-tahun ya.
Awas aja kalo sampe gue ketularan kutu mentang-mentang rambut gue bondol model laki terus lo seenaknya kayak gitu sama gue, setelah sekian tahun lo giniin gue nyeselnya sekarang telat? Menyesal itu semuanya ada di belakang bukan di depan woyyy.
Capek banget gue diginiin, mana komplek gue dikatain komplek tolol lagi, rusak udah mental gue gara-gara lo dan kamus cinta setengah mampus lo itu.
Jahat banget lo, jelas-jelas jahat udah gak punya hati gak punya apa, goblok udah.
Pengen gue bergaul dengan orang biasa tapi selalu ilfeel mereka tuh.
Seiring berjalannya waktu gue bisa berubah kok amiiinnn 🙏🏻🙏🏻🙏🏻😂😂😂
Makanya orang tuh kalo ngeliat muka gue jadi serem kenapa? Gue tuh pengen punya rambut panjang tapi selalu dijambak dan sakitnya ampun-ampun, selalu kejebak dalam istilah cinta setengah mampus sekali lagi cuma setengah.
Kalo lo mau beli sesuatu apa yang lo mau maka beli jangan cuma ngomong doang capek gue liat orang-orang yang selalu sirik sama gue atau keluarga gue.
Dan terima kasih atas waktunya assalamualaikum warohmatullohi wabarakatuh dan selamat malam.
0 notes
Text
Musik Gondang Memerlukan Perhatian
Jika diibaratkan sebagai manusia, Viky Sianipar melihat musik gondang saat ini tengah bernegosiasi dengan malaikat maut di ruang ICU rumah sakit. Tubuhnya terbaring lemah, hidupnya bergantung dengan alat-alat. Musik gondang sekarat. Perlu perhatian serius!
Seperti nasib budaya tradisional lainnya, eksistensi musik gondang saat ini berada di ujung tanduk. Tak banyak yang perduli, bahkan orang Batak sendiri. “Orang batak sendiri sekarang nggak terlalu peduli dengan budayanya,” kata Pengajar Etnomusikologi IKJ Tarsan Simamora kepada Jurnal Nasional, Jumat (25/4).
Menengok ke belakang hampir punahnya musik gondang tak terlepas dari propaganda penjajah untuk memecah orang Batak. Musik gondang digunakan dalam upacara agama untuk menyampaikan doa manusia ke dunia atas. Ketika musik dimainkan, pemain sarune dan pemain taganing dianggap sebagai menifestasi Batara Guru. “Musik gondang dipergunakan untuk berkomunikasi dengan dunia atas dan rupanya tranformasi pemain musik ini terjadi untuk memudahkan hubungan dengan dunia atas,” tutur Viky.
Kemudian, lanjut dia, masuknya agama Kristen ke Tanah Batak mengubah kebudayaan masyarakat di sana. Bahkan gereja menganggap musik gondang yang identik dengan pemujaan roh nenek moyang sebagai bentuk penyembahan terhadap berhala.
Pada awal abad ke-20 Nommensen minta pemerintah kolonial Belanda untuk melarang upacara bius dan musik gondang. Larangan ini bertahan hampir empat puluh tahun sampai pada tahun 1938. “Itu merupakan pukulan telak bagi perkembangan musik gondang,” ujar Viky.
Viky juga mencoba menelaah kondisi sosial ekonomi masyarakat Batak saat itu, yang hidup dibalut kemiskinan. Jadi boro-boro memikirkan kebudayaan, kata Viky, mereka sudah terlalu sibuk memikirkan keluarganya mau makan apa.
Kondisi tersebut semakin diperparah dengan keadaan kaum muda yang tergilas oleh gelombang budaya Barat yang masuk ke Indonesia. Para generasi MTV ini lebih bangga mempelajari musik dari luar negeri. Musik tradisional seperti gondang ditingal karena dianggap kampungan. “Mereka berusaha meniru Amerika, padahal di Amerika mereka juga tidak dianggap,” kata pemilik Viky Sianipar Music Center tersebut.
Jarangnya musik gondang dipakai dalam upacara-upacara adat Batak, seperti penikahan juga menjadi fakta yang membuktikan minimnya kepedulian masyarakat terhadap kelestarian musik gondang. “Mereka malah lebh sering memakai organ tunggal, hanya satu dua yang menggunakan musik gondang,” tukas Jeffar Lumban Gaol.
Musik tradisional yang seharusnya diletakkan sebagai aset berharga, malah dibiarkan menguap begitu saja. Sehingga bukan suatu hal yang mustahil bila kemudian keberadaan musik gondang menguap tergerus zaman. “Padahal di world music, gondang memiliki lapak yang spesial,” ungkap Jeffar.
Keunikan musik pentatonik
Ditinjau dari kacamata etnomusikologi, gondang merupakan salah satu jenis musik tradisi Batak Toba. Namun gondang juga dapat diterjemahkan sebagai komposisi yang ditemukan dalam jenis musik tersebut. Ada dua ensembel musik gondang, yaitu Gondang Sabangunan yang biasanya dimainkan di luar rumah, di halaman rumah, dan Gondang Hasapi yang biasanya dimainkan dalam rumah.
Gondang Sabangunan terdiri dari sarune bolon (sejenis alat tiup-”obo”), taganing (perlengkapan terdiri dari lima kendang yang dikunci punya peran melodis dengan sarune), gondang (sebuah kendang besar yang menonjolkan irama ritme), empat gong yang disebut ogung dan hesek sebuah alat perkusi (biasanya sebuah botol yang dipukul dengan batang kayu atau logam) yang membantu irama.
Sarune Bolon adalah alat tiup double reed (obo) yang mirip alat-alat lain yang bisa ditemukan di Jawa, India, China. Pemain sarune mempergunakan teknik yang disebut marsiulak hosa (mengembalikan napas terus-menerus) dan biarkan pemain untuk memainkan frase-frase yang panjang sekali tanpa henti untuk menarik napas.
Menurut Viky, keunikan musik gondang terletak pada tangga nadanya. Ia menjelaskan, tangga nada pada musik gondang dikunci dalam cara yang hampir sama dengan tangga nada diatonis mayor yang ditemukan di musik Barat. “Sejauh yang saya tahu, tidak bisa ditemukan di tempat lain di dunia ini,” ujar Viky.
Seperti musik gamelan yang ditemukan di Jawa dan Bali, sistem tangga nada yang dipakai dalam musik gondang punya variasi di antara setiap ensembel, variasi ini bergantung pada estetis pemain sarune dan pemain taganing. Kemudian ada cukup banyak variasi di antara kelompok dan daerah yang menambah diversitas kewarisan kebudayaan ini yang sangat berharga.
Ogung terdiri dari empat gong yang masing-masing punya peran dalam struktur irama. Pola irama gondang disebut doal, dan dalam konsepsinya mirip siklus gong yang ditemukan di musik gamelan dari Jawa dan Bali, tetapi irama siklus doal lebih singkat.
Sebagian besar repertoar Gondang Sabangunan juga dimainkan dalam konteks ensembel Gondang Hasapi. Ensembel ini terdiri dari hasapi ende (sejenis gitar kecil yang punya dua tali yang main melodi), hasapi doal (sejenis gitar kecil yang punya dua tali yang main pola irama), garantung (sejenis gambang kecil yang main melodi ambil peran taganing dalam ensembel Gondang Hasapi), sulim (sejenis suling terbuat dari bambu yang punya selaput kertas yang bergetar, seperti sulim dze dari China), sarune etek (sejenis klarinet yang ambil peran sarune bolon dalam ensembel ini), dan hesek (sejenis alat perkusi yang menguatkan irama, biasanya alat ini ada botol yang dipukul dengan sebuah sendok atau pisau).
Tangga nada yang dipakai dalam musik gondang hasapi hampir sama dengan yang dipakai dalam Gondang Sabangunan, tetapi lebih seperti tangga nada diatonis mayor yang dipakai di Barat. Ini karena pengaruh musik gereja Kristen.
Sayangnya kekayaan musik gondang kurang mendapatkan perhatian. Beberapa musisi menyambung napas musik gondang yang tengah tersengal antara mati dan hidup dengan mengadakan acara Gondang Naposo. “Mirisnya acara tersebut diadakan oleh Dewan Kesenian Jakarta,” kata Jeffar.
Ada banyak jalan yang dapat ditempuh untuk menyelamatkan musik tradisional seperti gondang, di antaranya dengan mengadakan pertunjukkan yang dikemas secara modern. “Media berperan besar dalam menciptakan tren,” ujar Viky.
Senada dengan Viky, Jeffar juga menyarankan agar musisi lebih sering melakukan pertunjukkan musik tradisonal. Selain itu, ia juga menghimbau agar para musisi populer menyelipkan satu dua lagu dalam albumnya, untuk mempengaruhi anak muda. “Mereka punya pengaruh yang sangat besar,” tuturnya. (Grathia Pitalok)
0 notes
Text
Dear Bapak,
Hampir 24 tahun umurku. Tapi waktu kita bersama mungkin hanya berbilang hari.
Aku tumbuh tanpa tahu konsep "Bapak" yang utuh. Aku tidak pernah menyadari ada tidaknya hadirmu, yang aku tahu dalam kepentingan apapun, aku selalu menulis namamu pada kolom nama orang tua.
Aku kecewa, sangat kecewa padamu. Kalau bisa aku ingin sekali berkata-kata kasar padamu.
Kadang aku ingin sekali hidup denganmu, namun aku sadar, bisa jadi hidup tanpamu adalah yang terbaik.
Katamu aku memalukan. Aku tidak cantik, aku kampungan, aku tidak seperti anak lain yang bisa dibanggakan. Dulu aku sakit hati mendengarnya. Tapi semakin besar, ada banyak sekali orang tua yang bilang "Ah andai saja anakku sepertimu".
Pak, aku marah. Tapi aku tahu, dosa besar jika aku terus marah dan jadi membencimu.
Aku sama sekali tidak menemukan gunanya Bapak di hidupku kecuali hanya patungan sperma yang membuatku ada di sini. Ironis, tapi itulah faktanya.
Semua orang menyalahkan aku yang tidak bisa menyayangimu. Tapi mereka tidak ada yang bertanya kenapa bisa sikapku begitu.
Aku tidak bisa menyebutkan apa baikmu. Aku juga tidak bisa menceritakan apa saja yang sudah pernah aku lakukan bersamamu. Hal menyenangkan apa yang kita sukai. Atau adakah hobiku sama denganmu? Selera laguku...
Tapi Pak, aku berjanji. Bahkan jika berat hatiku sebesar tujuh gunung dunia, apapun dan bagaimanapun kondisimu, saat kau perlu dan mau datang padaku, aku akan menerimamu.
Aku berjanji akan tetap jadi baik, dan berusaha untuk bisa menjadikanmu cinta pertamaku. Seperti anak perempuan lainnya.
Pak, semoga hatimu juga terbuka untukku.
1 note
·
View note
Text
[fic][HiroPut] : madeonmarch 2018
1087 words. Bahasa Indonesia. sebetulnya ngga ada judulnya (belum kupikirin), tapi aku inget ini kutulis untuk ikutan event twitter Made on March yang diprakarsai Dika tahun 2018 lampau. gambar: abusedmember [X | instagram]
Untuk @ocehanbebek Maaf nunggu lama banget :’Da
Suara gamelan yang mengalun sayup sudah terdengar bahkan dari lahan parkir. Aku menyentuh pangkal dasiku, meratakannya ke tengah sejajar jas. Kulirik pantulan bayanganku di jendela samping mobil. Titik-titik air menempel di permukaan kaca. Hujan rintik. Aku menghela nafas panjang. Sesaat ragu kembali membayangiku. Ekor mataku menangkap nama pasangan yang dicetak timbul di pelat penanda depan gapura masuk. Tanti dan Erik. Nama pasangannya sih sudah benar…
Aku menelan ludah dan melangkah masuk gedung resepsi. Menghindari titik hujan, ke meja penerima tamu, menuliskan namaku di buku.
Pasangan yang berbahagia ini, pengantin perempuannya adalah kakak sepupuku dari pihak ayah. Kak Tanti anak ketiga dari tujuh bersaudara, tapi dari kecil dia mengasuhku. Kalau membicarakan dia, tak ayal yang kuingat adalah kebaikan-kebaikannya. Dialah orang yang biasa menampungku tiap aku bentrok dengan ayah, juga yang tegar membelaku saat kuutarakan niatku menyusul Ibu ke luar negeri. Waktu pernikahannya yang pertama, aku tidak sempat datang karena kadung kabur keluar rumah. Sekarang di pernikahannya yang kedua… aku menoleh ke sekelilingku, berusaha tidak menemukan wajah siapapun yang familiar, kecuali mungkin Kak Tanti sendiri. Untungnya memang semuanya wajah yang asing.
Mungkin belum ketemu saja.
Aku berjalan lurus langsung ke podium pengantin, membaurkan diri dengan barisan tamu undangan lain yang juga hendak bersalaman memberi berkat. Aku nyaris tidak mengangkat wajah saat aku bersalaman dengan keluarga pengantin perempuan, masih belum siap wajahku dikenali, meski sepertinya ibu Kak Tanti sudah mulai curiga kalau dilihat dari tatapannya. Aku menatap pengantin pria, sekedar membiasakan diri dengan wajahnya, bertanya-tanya apakah ini wajah laki-laki yang bisa dikasih amanat, apakah kali ini kakak sepupuku takkan menyesal memilih lelaki. Saat menatap pengantin wanita baik dia maupun aku sepertinya sama-sama pangling, tidak mengenali satu sama lain. DIa dengan riasan tebalnya, dan aku dengan absennya diriku sejak lulus SMA sampai umur kepala dua sekarang.
“Putra?” matanya melotot saat akhirnya mengenaliku.
Macam-macam perasaan tampaknya tumpah ruah sampai-sampai Kak Tanti tidak berkata-kata lagi, tapi jemarinya mencubitiku dan tangan satunya memukulku dengan buket bunga yang digenggamnya.Tapi kemudian Kak Tanti juga memelukku. “Terimakasih Putra, kamu mau datang.” Aku tidak menjawab, hanya menoleh canggung ke arah pengantin lelaki yang balas menatapku dengan alis terangkat.
Aku turun dari panggung pengantin buru-buru setelah menyumpalkan amplop ke kotaknya. Bersembunyi dari segala tamu pengantin yang berpakaian serba oranye karena yang warnanya seragam begitu biasanya pihak keluarga, apalagi oranye adalah warna favorit Kak Tanti. Aku, ternyata belum siap bertemu kerabatku yang lain.
Aku mengambil buah-buahan potong, memakannya sambil berdiri di sudut ruangan karena tidak kebagian tempat duduk. Suasana resepsi makin menghangat karena di panggung kecil tempat orchestra tampil, sudah membuka sesi karaoke dengan lagu request dari tamu undangan. Panggung itu diisi sejumlah tamu berpakaian serba hijau yang tidak segan ikut bergoyang seiring irama. Saat mengunyah pelan semangka dan melon, diantara ingar bingar sound system tanpa sengaja aku menguping percakapan orang disebelahku. Dengan suara agak keras demi menyaingi dentum dangdut mereka mengkritik tingkah orang-orang diatas panggung. Katanya itu dari keluarga ibu tiri Kak Tanti. Katanya mereka kampungan seperti selera musiknya.
Aku melipir karena jengah.
Saat aku merapat ke stand dimsum, tanpa terelakkan aku bertemu ranjau oranye. Para sepupuku dari pihak ayah. Tanpa berhasil kabur aku digamit setengah diseret menemui saudara-saudara ayah yang lain. Mereka menyayangkan ketidakhadiran ayahku (yang sebetulnya kusyukuri). Sepuluh tahun kepergianku, tanda-tanda perubahan yang paling nyata selain kerut wajah, adalah semakin lengkapnya atribut keagamaan di penampilan mereka. Nyaris semua perempuan di keluarga ini berpenutup kepala. Bahkan balita-balitanya juga. Mereka bermanis-manis memuji bahwa aku makin gagah, tidak berubah (apa maksudnya aku masih kelihatan seperti bocah?). Puja puji pada tuhan terselip di tiap untaian percakapan mereka. Aku bertanya-tanya pola frase mereka memang berubah seiring zaman, atau apa sebetulnya mereka dari dulu begini, akunya saja yang telat sadar? Atau aku sudah terlalu jauh dari tuhan makanya tidak tahan?
Suara hujan yang makin deras di luar tidak membisikkan jawaban.
Tentu saja tidak semua kerabatku pura-pura rindu denganku si anak hilang yang kabur sepuluh tahun lebih. Tidak sedikit sepupuku yang laki-laki, menyindirku menyamakanku dengan anjing tidak tahu terimakasih, membicarakanku dengan bahasa daerah, seakan lupa meski lama di luar pulau tempat lahirku masih sama dengan mereka. Yang sepuh menatapku dengan pandangan tidak nyaman, mungkin bingung mau bereaksi apa terhadapku. Benar, aku mencabut separuh kewarganegaraan. Benar, ada jenjang pendidikan yang tidak kulanjutkan. Benar, di umur 26 aku jadi satu-satunya pria lajang dengan penghasilan paling tidak karuan. Aku bahkan lupa kapan terakhir kali mengikuti Jumatan. Kemudian sebagai pukulan terakhir, setengah memamerkan pasangan dan anak masing-masing, tidak satupun dari mereka yang absen menanyakan pertanyaan legendaris itu…
“Kapan nyusul?”
Yang hanya kubalas dengan senyum setengah hati.
Tidak kuat menghadapi intimidasi kaum oranye, aku pamit mundur ke kamar kecil. Kukira aku bisa menemukan kembali kedamaian jiwaku dalam bilik kecil beraroma jeruk campur amoniak itu. Saat aku terpekur menatap ponsel diatas kloset duduk, lagi-lagi telingaku menangkap hal yang sebetulnya tidak ingin kudengar—bahwa pengantin lelaki meski pandai bicara dan memang manajer yang cakap, konon rumornya punya skandal keuangan yang sampai sekarang belum selesai diluruskan. Betapa sayang, terlebih karena sudah jadi rahasia umum juga, Kak Tanti cerai dengan suami karena mantan suami tidak becus cari tambahan penghasilan.
Aku mengurut pangkal hidungku dan bertanya-tanya apakah ini karmaku karena kabur dari rumah ayah sejak umur enam belas, sekalinya memberanikan diri pulang, aku mendengar hal-hal yang tidak ingin kudengar.
Alarm jam dua belas siang berbunyi dari ponselku di balik saku jas, yang kumatikan buru-buru karena lagi-lagi aku dicari-cari bahkan ke pelosok lavatory. Aku diseret kerabatku yang serba oranye naik ke podium pengantin lagi. Demi foto keluarga, demi memorabilia, katanya. Saat sesi foto akhirnya berakhir, orang-orang ini kembali mengerubungiku, mencecarku memaksa bertukar nomor kontak, yang dengan halus kutolak (tapi mereka terus bertanya dengan galak).
Sosok jangkung berambut coklat yang muncul telat dari gerbang depan tampak bagaikan juru selamat.
Perawakannya yang mencolok membuat semua mata melihatnya. Mata terang, rambut cokelat, setelan berwarna mustard yang entah kenapa kalau dia yang pakai pantas-pantas saja kelihatannya. Tangan kanannya menenteng payung lebar dengan pola jeruk berwarna oranye, nyaris sewarna dengan seragam keluarga pihak ayahku ini.
Wajar. Aku juga dulu terintimidasi dengan tingginya. Dengan rambutnya yang berwarna terang. Dengan campuran kaukasia dalam dirinya yang membuat wajahnya unik diatas rata-rata. Tapi dia sendiri tidak banyak tengok kiri kanan, begitu melihatku dia jalan lurus menghampiriku. Kerabat-kerabatku menatapnya dengan mulut agak ternganga.
“Terima kasih, Putra sudah boleh pulang, ‘kan?” dengan logat asing dia mewakiliku pamit dan tanpa menunggu reaksi mereka yang masih terpana, kami langsung berjalan pergi menuju lapangan parkir.
Syukurlah, hujan sudah reda, hanya menyisakan kubangan-kubangan kecil di antara paving block yang kami sebrangi.
Di dalam mobil yang jendelanya separuh terbuka, anjing kami, Canis, menyalak menyambutku.
0 notes