#jika cantikmu itu
Explore tagged Tumblr posts
Text
Jika Cantikmu Itu
Jika cantikmu itu milikku, takkan kubagikan dengan siapapun. Jika ocehanmu itu milikku, takkan kubiarkan orang lain mendengarnya. Jika orang lain bilang ku serakah, biarkanlah. Sebab, aku tak ingin engkau menjadi gula yang dikerumuni semut. Hanya kamu milikku dan aku milikmu.
#cerita cinta#cerita cinta ahsae#Cerita Pendek#cerpen cinta#jika cantikmu itu#milikku#prosa#prosa ahsae#prosa cinta
1 note
·
View note
Text
Aku tidak bisa menunda jawaban dari pertanyaanmu hari ini untuk besok, akan aku cari tahu semua rasa penasaranmu sekarang juga.
Jika salah satu pertanyaanmu soal perasaan dan kamu menanyakan kepastian aku masih sayang atau sudah hilang perasaan? aku akan selalu menjawabnya tanpa ragu. Hanya saja itu tidak mungkin terjadi bukan?
Jadi biarkan saja rasa ini tertanam dengan sendirinya, entah kelak akan jadi pohon yg penuh buah atau pohon yg tumbuh hanya sesaat lalu nanti akan mati? aku belum tahu.
Tapi setidaknya cinta yg tulus ini aku sudah tanamkan di tempat yg paling dekat denganmu
Bila kamu beruntung dengan dalih rasa penasaran, semuanya akan mudah kamu lihat dengan mata cantikmu, hatimu akan menuntunnya.
5 notes
·
View notes
Text
Untuk bidadari ku
Aku percaya di dunia ini tak ada yang sempurna, tapi 99% dirimu sempurna.
Puluhan tahun terus membersamaiku tanpa terlewatkan sedikitpun.
Seorang bidadari cantik, pemilik mata coklat, alis tipis, dan warna rambut yang kian hari kian berubah, sedikit menyebalkan ketika ku tau rambut itu kian hari kian putih tapi tak sedikitpun mengurangi rasa cantikmu
Terimakasih sudah selalu ada di setiap episode paling buruk di hidupku. Terimakasih selalu memelukku saat aku benar-benar rapuh dan tak berdaya. Terimakasih selalu mendengarkan setiap keluh kesah ku. Terimakasih sudah menjadi teman di ujung hari untuk berbincang bersama sampai hal-hal tak penting sekalipun. Dan terimakasih untuk setiap malam tanpa henti untuk terus mendoakan ku, dari setiap doa-doa yang kau panjatkan pada Tuhan aku yakin 90% doa itu untuk ku.
Maaf
Maaf
Maaf
dan maaf hanya bisa merepotkan mu mulai dari di dalam kandungan, hingga sekarang ⅔ perkataan sering ku bangkang. Maaf belum bisa menjadi apa yang kau mau, menjadi seseorang yang baik, dan berguna bagi orang lain. Maaf masih sering tak mendengarkan mu, dan maaf belum bisa menjadi apa yang sering kau semogakan pada Tuhan.
Kau sempurna, kau yang terhebat, kau yang selalu ada, kau yang selalu mengusahakan apa yang ku mau, dan kau yang mengutamakan ku di bandingkan dirimu sendiri.
Aku selalu berdoa agar kau sehat, kau bahagia, dan kau hidup lebih lama lagi. Kita belum melihat Ka'bah seperti cita-cita kita, kita belum ke Turki seperti mimpimu, kita belum menulis satu buku bersama seperti harapanmu.
100% hidupku bersamamu. Duniaku bersamamu adalah kebahagiaan, jika kau pergi lantas di mana aku harus mencari kebahagiaan?
Mah....
Terimakasih atas segalanya. Atas pengorbanan, waktu serta tenaga selama ini
Terimakasih untuk selalu mengajarkan untuk menjadi manusia
dan Terimakasih telah memberikan banyak cinta kasih tulus tanpa syarat
Tulisan ini hanya sebagian kecil bentuk rasa cintaku padamu.
Tertanda cinta
2 notes
·
View notes
Text
Malam, jam-jam seperti ini memang menyenangkan ya jika memikirkan sesuatu tentangmu. Ndan memang benar, tak semua kata dapat mewakili rasa. Setiap individu punya arti cinta masing-masing. Yang berbeda hanya caranya, ingin mengutarakan atau hanya ingin menyimpannya saja.
Aku ingin kita kembali bertukar cerita. Aku ingin kita berbagi telinga mengenai keluh kesah seperti hari-hari minggu dulu. Aku ingin menjadi tempat bersandarmu. Tapi aku tidak ingin memaksa takdir untuk menyatukan kita. Memang benar, aku hanya mampu berencana, namun semesta yang menentukan.
Ndan kamu itu cantik. Cantikmu tidak perlu pengakuan dari orang lain. Kamu hanya butuh keyakinan dari diri kamu sendiri. Ndan, terimakasih telah terlahir didunia ini sebagai pribadi yang pernah memilih untuk mengenalku. Untuk percaya padaku, dan pribadi yang perduli padaku. Meskipun kini kamu hidup dalam nostalgiaku.
Setiap malam aku dibayangi rasa takut. Meski aku terlihat biasa-biasa saja diluar, tapi dikepalaku, aku menyimpan banyak tanda tanya tentang kepergianmu; "apa alasannya?"; "harus berapa kali kamu menghancurkanku agar kamu tahu aku benar-benar mencintaimu?"; "harus berapa lama aku menunggu suaramu menyebut namaku kembali?"; "harus berapa lama kamu tidak menganggapku ada?"; "siapkah aku menanggung rindu yang tak kunjung terbalas?"
Setiap aku melihatmu, hatiku terbakar nyala api yang membuatku ingin menangis. Aku memang tak menuntut agar semuanya berjalan seperti apa yang aku mau, tapi diammu sungguh menyiksa relung jiwa dihatiku. Semakin kupaksa biasa saja, semakin aku merasakan sakitnya. Ndan, meskipun kamu telah membuat banyak ukiran luka dihatiku, aku tidak akan pernah menyesal karena jatuh cinta padamu. Rasa cintaku tetap jatuh seperti itu, aku nyaman selama luka itu diberikan olehmu, tanpa berfikir panjang aku akan membiarkan hatiku jatuh padamu, karena itulah caraku menyayangimu, kuharap kau dapat memahaminya dengan baik.
Untuk sabtu malam, aku ingin berdamai dengan kenangan tentangmu, aku tidak ingin memandang kenyataan dengan kebencian karena besok kamu tetap saja melihatku sebagai sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh mata. Maka semesta, tolong... berpihaklah padaku sebentar saja. Setidaknya sampai aku terbiasa untuk menerima segala sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan yang kupunya.
Untukmu,
Selamat tidur manusia berhati batu, aku sudah gagal memecahkan batu dihatimu; tulisan ini untuk Ndan yang menggunakan huruf R.
Dari aku; sang tangan badai, tulisanku seperti air yang akan terus mengalir untukmu, jatuh seperti rintik hujan, menyala seperti badai petir. Ndan, aku masih hidup dan mencintaimu sampai hari ini.
2 notes
·
View notes
Text
dirayapi hampa berkali-kali namun kamu cantik seperti bulan
mentari.. menari mengecup bulan dengan sinarnya. bulan bukanlah spesies bintang, namun ia amat cantik maka ia begitu dicintai oleh cahaya.
• • •
kak, jika tiap malam kamu selalu hadir dengan senyum yang secantik bulan itu, maka aku seperti halnya laut yang riuh memasang-dan menyurutkan molekul airku karena ia kagum akan komposisi gaya yang kamu tuaikan dengan masif. akulah laut yang terkoyak dengan perkasa bersama gelombang yang tampak marah namun aku hanya penuh dengan ekspresi berikut air mata yang berani terjun dalam sendirian. aku melukiskan laut berkali-kali, dan aku memandangi bulan berkali-kali, dan aku sang laut jatuh cinta pada bulannya dalam jumlah yang tak dapat lagi diperhitungkan.
dalam perempatan rasi bintang aku selalu menemuimu karena angkasa bukan sekat yang cukup raksasa untuk mengentaskan kita, karena seperti halnya aku yang menatap bulan berkali-kali dan mengaksarakan keindahannya, karena seperti halnya kamu dan bulan yang begitu mewah akan segala puisi yang dahaga akan bahasa.
kamu dan bulan begitu cantiknya, dan aku rela berperang bersama angin menyusuri luasnya bumi mengawalmu mengorbit dan merotasi. seperti halnya yang telah mentari pula lakukan dengan korbankan cahaya bintangnya untuk menyalakan cantikmu; pun seperti halnya bahasa yang menyalakan puisi-puisinya.
iya kak, bulannya cantik, seperti kamu. dan senyum-senyummu.
tetap mengembara dengan cahaya, karena kamu hanya temukan aku dalam gelap dan dingin yang meruntuhkan tulang para pelaut. karena akulah laut yang sunyi dan hitam ketika malam. dan ia terluka karena sang penghancur.
• • •
serpihan hangat setiap malam darimu begitu menyisa pada raut-raut organ perasaku yang hampir enyah diratapi hancur. manusia selalu takut akan kosa kata hampa dari sang penghancur, dan aku pula pulang kelelahan dan hampir menangis.
7 notes
·
View notes
Text
Lamunan Masa Depan
Aku mungkin tak pernah tahu bagaimana dan seperti apa rasanya kencan yang sempurna, namun harap kecilku, jika suatu hari kita bisa jalan kaki ke kedai kopi vintage di tengah kota itu, aku dengan kopi gula aren yang gulanya sedikit dan kamu dengan pesanan non-coffee ‘chocolate’ favoritmu (karena tersadar lambungmu tak kuat menyeruput kopi), lalu mengobrol tentang film Netflix yang kita tonton kemarin dan akan kita tonton lagi nanti malam, maka rasanya aku ingin pergi ke momen itu sekarang juga. Setelahnya, aku menemanimu memesan lagi satu donat manis dengan es krim vanila yang seraya kemudian ku katai hal itu bisa membuatmu gendut, tapi kita berdua sudah saling tahu, kalau besoknya kita akan lari pagi setelah menyiram pot-pot tanaman di kebun yang kamu paksa untuk aku beli.
Aku ingin jatuh cinta dari keseharian yang sederhana, dari bagaimana matamu menyipit ketika tertawa, dan bagaimana kamu dan aku memasak menu baru di dapur sembari ditemani tontonan tutorial pada chanel youtube chef handal kesukaanmu. Lalu kita akan selalu sarapan pagi bersama di ruang tengah dari rumah yang aku desain pakai The Sims, dan kamu cukup gila juga menyetujui keinginanku (tapi tentunya kita menyewa arsitek setelahnya sebagai konsultan). Di salah satu dinding, ada lukisanku yang juga turut serta kamu bantu melukisnya (di saat itu juga, aku pertama kalinya baru tahu dirimu berbakat akan hal itu), meskipun kamu menyangkalnya seru!
Di akhir pekan cerah, kita bergegas ke ujung kota menikmati sunset sore yang sangat bersahabat dengan langit jingganya, aku duduk di sebelahmu, kamu menyandarkan kepala di bahuku lalu memulai obrolan sederhana seraya berkata “Aku nggak pernah bisa menyangka kita akan sampai di titik ini”, katamu.
Lalu aku yang menatap langit sore, hanya bisa mendongak berkata “Aku juga, tapi ini adalah kehidupan yang selalu aku masukan di dalam doaku”. Kemudian ku abadikan moment itu dengan handphone-ku yang segera ku edit ditambahkan sound track lagu Andra and The Backbone - Sempurna. Perihal mempostingnya di instastory, semua tergantung keputusanmu, karena katamu; “terkadang hubungan sepasang jauh lebih baik diprivasi”.
“Aku juga masuk dalam doamu itu?” tanyamu. Kali ini aku terdiam dulu sejenak. Angin sepoi-sepoi berhembus tenang menyentuh ragaku, dan agak mengusutkan sedikit hijab cantikmu. Bayangmu yang tadinya di sampingku seketika berubah menjadi siluet karena kamu mendadak lekas berdiri membelakangi cahaya langit sore di hadapanku yang awalnya memenuhi ruang penglihatanku, karena menanyakan hal itu. Jawabku, “iya”.
— reksi pranata
5 notes
·
View notes
Text
NARRATION:
[HEEJAY] Sampai nanti, sampai matahari jadi tua bangka dan habis cahayanya.
[HEEJAY] Di semesta lain.
[HEEJAY] Gugusan misteri merahasiakan perasaan-perasaan sayang.
[HEEJAY] Di kota yang tidak pernah tidur, sedepa adalah sedekat-dekatnya.
[HEEJAY] Rama adalah apa menjulang dan sulit diabaikan.
[HEEJAY] Surga ada hanya dari diam tanpa kata.
[HEEJAY] Satu per satu, hingga jadi satu-satunya.
[HEEJAY] Di atas kita, langit bisa utuh dan runtuh sesuka yang punya.
[HEEJAY] Jika pada akhirnya dewa menyeranah kita, maka biarkan saja.
[HEEJAY] Malam ini cintanya telungkup dan meringkuk.
[HEEJAY] Ada sesuatu dari cara Jongseong menatap.
[YANGSUN] Siapa tahu mungkin skenario itu bisa jadi nyata.
[JAYHOON] Ramai kota: investasi bodong dari mereka yang jatuh cinta.
[JAYHOON] Begitu musik dimainkan, leburnya darah dan jiwa jadi satu-satunya yang dimuliakan.
[HEESEUNG - RIKI] Jadi remaja itu magis.
[HEESEUNG - RIKI] Sejauh apapun kamu mendaki, tinggimu selalu dinaungi.
[HEEJAKEHOON] Layak untuk cantikmu, itu aku.
[JAYHOON | NSFW] This Blood's Pumping Crazy (Can We Do It Again?)
[HEESEUNG | NSFW] Ruangan ini disekat dinding tapi kita sebebas udara.
SNS AU:
[HEEJAY] BLUEMING
[HEEJAY] Kenangan; nama lain dari petualangan tak terulang.
[HEEJAY] Ngomentarin remaja.
[HEEJAY] Pasusu; pasangan suami sedikit lucu:
Part 1
Part 2
Part 3
I've Loved You Seven Summers Now (I Still Want Them All) ㅡ Narration | commissioned work.
[HEEJAY] Ethan Jay (one tweet compilation):
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
3 notes
·
View notes
Text
Cantik
Semua tentang kamu itu cantik, Amadeus Dexter Alexander.
Tentang bagaimana kamu yang sangat menyukai bunga mawar hingga turut tampak seperti kelopak yang mekar.
Tentang bagaimana kamu yang datang di waktu yang tidak terduga namun mungkin saja memang itu cara semesta mempersatukan dua insan yang telah berpencar.
Tentang bagaimana kamu selalu menyapaku dengan semangat yang seakan tidak pernah pudar.
Tentang bagaimana kamu membuatku jatuh cinta berkali-kali dengan kilau cahayamu yang selalu berpendar. My angel of light, I said.
Cantik
Aku pernah mengatakan bahwa kamu sangat cantik ketika kamu bahagia maupun tersenyum.
Namun, kalimatku tidak sepenuhnya benar.
Sebab, kalimatku buat kamu kerap sembunyikan luka agar aku tetap suka. Kamu kerap sembunyikan luka agar aku tidak curiga jika kamu sedang tidak baik-baik saja.
Sayangku, bagi lukanya ke aku, ya? Aku mau kamu ceritakan seluruh masalahmu, jadi tempat kamu untuk berbagi cerita.
Biar aku ubah kalimatku di atas. Kamu selalu cantik dalam keadaan apapun, saat sedang tersenyum maupun saat sedang rapuh dengan dada bergemuruh.
Cantik
Aku selalu menyukai bagaimana kamu memandang dunia dengan netra cantikmu, netra yang sama yang selalu memandangku penuh kehangatan. Pendapat yang di luar nalar, senantiasa buatku berdecak kagum dan kagumi kamu lebih banyak lagi.
Cantik
Itu bagimana gagap manismu tercermin saat aku lempar rayuan picisan. Rona merah di kedua pipi serta ranum yang tidak henti mengerucut hingga aku berhenti. Kamu itu lucu banget, tau?
Cantik
Bentala berkali lipat terlihat lebih cantik saat kamu hadir untuk isi kekosonganku. Entah ini berkat kehadiranmu atau memang duniaku saat ini hanya kamu. Keduanya tidak ada yang keliru.
Satu bulan kebelakang, duniaku memiliki lebih banyak warna sedari biasanya. Biarpun kamu mendeskripsikan dirimu sebagai monokrom, namun nyatanya kamu beri banyak warna untuk seorang Lakshan Mandala Dinanta.
Cantikku, selamat satu bulan menjalin hubungan. Tidak pernah sekalipun terlintas di pikiranku tentang penyesalan. Malah, aku selalu bersyukur dengan garis takdir yang diberlakukan. Meski tingkah lucu kamu seringkali buat aku kewalahan, namun bagiku itu adalah suatu karunia Tuhan.
Sama aku terus yang lama, mau? Aku menyayangimu. Terlampau sangat.
Milikmu seutuhnya,
Manda.
0 notes
Text
Aku pasrah saja, jika memang cantikmu tak terjamah. Senyummu rumit, kadang membuatku ngeri. Penuh misteri di sudut-sudut bibir tipis yang selalu ingin kulihat itu. Cantik, orang kurang waras juga tau kau mempesona. Sampai kapanpun, ku persilakan cantikmu membungkam otakku, dengan senang hati.
0 notes
Photo
Masih yakin jika diam saja dirumah tidak akan membuat kulitmu kusam? Kamu salah besar, Sahabat Marwah! Terlalu lama di rumah ternyata bisa bikin kulit kusam. Hal itu karena udara yang masuk ke rumah bisa saja telah tercemar sejumlah partikel kecil, seperti kotoran dan sulfur dioksida, yang menciptakan radikal bebas pada kulit. Jadi, kamu harus tetap menggunakan sunscreen meskipun tidak pergi kemana-mana. Tetap rutin menggunakan rangkaian skincare dari @marwahskincarepadang untuk mengoptimalkan perawatan kulit cantikmu! Nah, untuk konsul dan Pemesanan bisa Online via Whatsapp: 📞 Elia Niki Oktafia : 085356955773 👥 Facebook : marwahskincarepadang #marwahskincare_padang #marwahskincarepadang #nikhyoktafia #marwahskincare #marwahskintreatment #marwahskin #marwahcilacap #marwahkediri #wajahkusamhilang #wajahkusam #wajahkusamberjerawat (di MarwahSkincare_Padang) https://www.instagram.com/p/CnudXMDSd3G/?igshid=NGJjMDIxMWI=
#marwahskincare_padang#marwahskincarepadang#nikhyoktafia#marwahskincare#marwahskintreatment#marwahskin#marwahcilacap#marwahkediri#wajahkusamhilang#wajahkusam#wajahkusamberjerawat
0 notes
Text
Biar aku yang mundur.
Berlibur bersamamu memang menyenangkan, aku senang kala ku bisa menjagamu, namun sakit hati juga tak tinggal diam untuk ikut andil di sepanjang jalan. Kau tertawa kala bersamanya, kau mengambil gambar dengannya, kau bahagia didekatnya. Dan tak sedikit pun kau melirik padaku. Cemburu ? Tentu saja, meski ia juga sahabatku, namun aku sadar aku tak punya kuasa untuk itu.
Aku mencintaimu, kau tau itu. Namun apa daya, bila kau tak menginginkanku menggenggam hatimu. Aku yang selalu perhatian padamu tapi mengapa ia yang kau datangi kala bahagiamu. Memangnya apa yang telah ia perbuat untukmu? Tangismu kau limpahkan padaku, sulitmu kau berikan padaku, bahkan disaat butuhmu kau selalu datang padaku.
Ya, dibandingkan dengannya, aku memang kalah jauh. Aku sadar akan hal itu. Ia lebih tampan, lebih menawan, pantas jika disandingkan dengan paras cantikmu. Ia pun juga lebih pantas jika bersarang di galerimu atau di instastorymu. Tak apa, biar aku yang mundur. Ia lebih pantas untukmu, toh ia juga sahabatku. Mesti sakit, aku tetap mendukung semua tentang bahagiamu.
Mungkin, aku memang hanya pantas menjadi "temanmu" bukan kekasihmu. Kau nyaman dengan sikapku, tapi tidak dengan paras ku. Tak apa meski perhatianku tak berbalas. Mungkin setelah ini namamu akan ku hapus dari untaian doa ku. Sebelum itu, aku akan meminta pada Tuhan supaya rasaku padamu tak terlalu dalam dan memulai memandangmu tanpa mengharapkanmu. Aku mundur dari sayembara podium hatimu.
#tentangmu
18 notes
·
View notes
Text
Cantik akan menjadi luka, jika rasanya belum merdeka.
Merdeka dari KBBI bermakna bebas (dari perhambaan, penjajahan dan sebagainya); berdiri sendiri; tidak terkena atau lepas dari tuntutan; tidak terikat; tidak bergantung pada orang lain; leluasa.
Bagaimana?
Cantik merdeka itu jika dia tetap melangkah ke depan. Siap dengan perang pemikiran mengadapi ideologi penjajahan.
Mampu tegap berdiri sendiri dengan penuh percaya diri. Tidak terkena pengaruh negatif yang banyak berkelana, tetapi afirmatif positif. Lepas dari tuntutan standar kecantikan pendapat orang kebanyakan.
Tidak terikat bayang-bayang masa lalu yang memikat. Tidak bergantung pada hal yang membuat buntung. Tidak gemar membuang waktu pada hal yang tidak bermutu.
Leluasa cantik menjadi pribadi yang menarik potensi versi masing-masing dan berperilaku apik bukan malah nyentrik.
Untukmu wanita di mana pun berada. Semoga selalu ingat selamanya. Cantikmu harus merdeka, karena kamu sangat berharga.
58 notes
·
View notes
Text
[13] Satu Yang Tak Bisa Lepas
Tubuh itu bergetar hebat diikuti dengan kursi yang didudukinya ikut terguncang, matanya ia pejam secara paksa menimbulkan kerutan di dahi yang telah dipenuhi keringat dingin, tangannya menggenggam tangan lainnya bermaksud menguatkan. Giginya ia gertak dengan keras, napasnya tak beraturan, suara berisik timbul dari bibirnya yang kini sudah memucat. Orang-orang disekitarnya hanya melihatnya ingin tahu lalu pergi dengan abai, bahkan orang di meja sebrangnya memotret tubuh itu tanpa permisi kemudian tertawa pelan.
Tentang Dian
Sebuah suara menyapa telinganya bersama hembusan angin yang menerpa wajahnya. Sekarang bibirnya yang jadi korban gigitan, suara napasnya terdengar jelas akibat dari napas yang semakin tak beraturan, air matanya menetes di antara kerutan paksa di kelopak matanya. Tiba-tiba sebuah pelukan datang dari arah sampingnya.
"Jangan takut Dian, aku ada di sini sama kamu," ucap seseorang itu yang malah membuat pemuda bernama Radian itu semakin kencang menangis.
"Pergi! Sana pergi jauh," teriak Radian sambil melepaskan tangan yang memeluknya. "Lu tuh gak nyata! Bisa gak sih bikin gue tenang sekali aja, gak usah datang lagi dan seolah lu tuh masih hidup."
Dengan teriakkan dan tangisannya itu, Radian sukses menjadi pusat perhatian orang-orang. Radian sadar dengan semua aksi yang ia lakukan di tengah keramaian ini, tapi ia sama sekali tidak dapat menahan semuanya, ia kehilangan kontrol akan dirinya sendiri. Mungkin esok hari sosok Radian dengan kegilaannya ini akan menjadi bulan-bulanan masyarakat di sosial media karena ia yakin orang yang berbondong-bondong melihat hanya menjadikannya bahan hiburan semata.
...
Enam bulan yang lalu.
Aku masih di sini Alin, menanti harap yang yang sudah pasti tak tergapai. Di bawah pohon cemara yang akarnya semakin tua dimakan masa. Akar itu meliuk membentuk pangkuanmu yang sering kali menjadi sandaranku kalau hujan tengah menimpa hariku.
Malam ini juga hujan Alin, langit benar-benar menghitam karena tak seorang pun menemani rintik yang semakin deras berjatuhan. Kilat petir dengan gemuruhnya tak ingin nampak, menambah kesan pilu pada diriku yang malam ini masih diam terbujur kaku di depan jendela kamar. Aku terus mengalihkan pandanganku ke ujung jalan yang sepi di bawah sana, barangkali kamu datang dengan payung kuning kesukaanmu, melukiskan secarik warna pada bumi yang malam ini meringkuk sendu.
Apa kamu tahu Alin? Kabar hilangnya pesawat di penghujung bulan Oktober itu membawa papahku pulang dan kembali pergi. Papahku Alin, yang kamu cintai atau mungkin sempat kamu cintai. Yang kau pilih sore itu di bawah pohon cemara yang pucuknya ramai bersenandika. Aku kira sore itu kamu mau menggenggam kembali tanganku yang sedikit dingin karena beberapa hari kebelakang kau tak kunjung menemuiku lagi, tetapi nyatanya kamu mengucapkan kata-kata yang masih lekat dalam ingatanku.
"Dian maaf," ucapmu sore itu sambil menundukkan wajah cantikmu. Aku tak langsung menjawab, memalingkan pandanganku ke arah lain berusaha menyeka air mata yang memaksa mengalir.
"Kenapa?" tanyaku dengan suara parau.
"Aku tak punya pilihan lain selain itu, aku juga punya mimpi sepertimu."
"Mimpi? Dengan menghancurkan keluargaku?" kataku dengan emosi yang meradang, aku lihat kamu juga ikut tersulut.
"Udah aku bilang, aku gak punya pilihan lain selain menerima ajakkan papahmu. Aku ini bukan orang yang berada, enggak sepertimu Dian yang bisa dengan mudah mendapatkan apapun yang kamu mau." Kini aku dapat melihat wajahmu dengan jelas, tapi rasanya memuakkan.
"Tapi Lin ini tuh jalan yang salah! Masih ada cara lain yang bisa aku bantu."
"Cara apalagi? Aku juga berusaha di sini, aku enggak semata-mata melakukan hal ini Dian."
"Astaga Lin, Aku gak pernah nyangka kamu mau melakukan hal sebodoh itu." Aku memegang kepalaku frustasi. Kamu pun diam membisu dan kembali menundukkan kepala.
"Besok, aku pergi."
"Dan mulai besok jangan temui aku lagi," pasrahku sambil meninggalkanmu yang menangis tersedu-sedu di bawah pohon cemara itu.
Terkadang aku bingung dengan perasaanmu, apa kamu benar-benar menangis karena meninggalkanku atau menangis karena bimbang memikirkan mana yang lebih menguntungkan untukmu, aku atau papah.
Keesokan harinya aku berbohong Alin, aku turut mengantarkanmu ke bandara tanpa sepengetahuanmu. Kamu begitu cantik menggunakan dress merah muda itu dengan senyuman bahagia yang terpancar jelas di wajahmu, tanganmu tak tinggal diam, menggandeng tangan papahku yang gagah dengan seragamnya. Hari itu baru pertama kalinya aku menelan rasa manis dan pahit bersamaan.
Aku muak dengan rasa yang tak kunjung reda ini Alin, di satu sisi aku sangat membencimu. Rasanya aku ingin memutarkan takdir yang bersemayam dalam darahku atau membelokkan alur yang selama ini tengah berjalan. Tuhan benar-benar pandai menulis skenario kehidupan sampai aku bermimpi menjadi Tuhan. Aku telah gila, Lin.
Semenjak kamu pergi hari itu, aku jadi menutup mataku kalau melihat wajah papah di rumah. Tak ada lagi sapa hangat yang aku layangkan padanya. Kamu seharusnya beruntung Lin, karena aku tidak memberitahu ibu tentang hubungan gelapmu itu. Aku sendirian berjalan di jalan pilu ini Lin, memikul duka-duka yang malah semakin meradang dan nyatanya bukan hanya duka saja di sini, ada juga kaidah rindu di dalamnya yang semakin membuat perasaanku limbung tak tentu arah.
Seperti yang aku lihat sekarang, hujan semakin deras, langit sempurna menghitam, tak ada gemuruh apalagi rembulan. Mungkin hujan adalah bentuk iba Tuhan pada orang-orang yang patah hati dan kehilangan. Kalau saja kamu bisa terbang dan melihatku langsung di balik jendela lantai dua ini, kamu akan melihat deraian aliran air di wajahku yang pucat pasi.
Satu hari setelah kabar papah akan pulang besok, pundakku yang memang lesu semakin merunduk berbanding terbalik dengan ibu yang bersiap ke pasar membeli beragam bahan yang akan diraciknya menjadi makanan yang membuat perutku kenyang. Sering kali aku membayangkan bagaimana peran ibu digantikan olehmu jika papah benar-benar menjual hatinya, aku kembali meringis dengan jutaan ranting pohon cemara yang menusuk ulu hatiku. Aku juga mendengar kamu ikut pulang dari studimu di Ibukota sana, ada bisikkan rindu yang memaksa diutarakan kepadamu namun bisikkan itu aku tepis susah payah dengan tamengnya ibu.
Hari itu aku sedang menalikan sepatu, bersiap berangkat sekolah, di dapur tercium aroma khas masakan ibu. Kabar hilangnya kontak pesawat yang dikemudikan papah sontak membuat aku dan ibu berpandangan kaku, kalau diingat lagi hari itu seluruh sarafku seperti terputus dalam hitungan detik. Walau aku sudah terlanjur membenci papah, rasa sesak karena kehilangan itu masih tercipta di hati ini Alin. Kehilangan itu semakin terasa ketika sekelebat wajahmu terlintas di kepalaku. Kini papah benar-benar pulang bersamamu.
Beberapa hari berlalu, peti mati datang ke rumahku diikuti rangkaian bunga ucapan belasungkawa. Aku tak kuat melihat isi peti itu, ibu menjadi bisu Alin, jiwanya ikut mati dalam peti itu. Orang-orang berdatangan mengucapkan turut berduka cita. Aku yang menguatkan diri menyapa beberapa dari mereka dan menyiapkan acara pemakaman dengan kedua mata yang sembab.
"Radian, turut berduka cita. Semoga papahmu diterima amal baiknya di sana," kata salah satu kerabatku.
"Iya tante, terima kasih sudah datang."
"Kalau boleh tahu, kecelakaannya tuh bagaimana? Kok bisa sih, kan papahmu bisa dibilang udah terbiasa terbang."
"Iya Dian, kok bisa sih kaya gitu," ucap yang lainnya.
"Ih ibu-ibu gak tahu ya itu ada di sosial media penjelasannya," sambar yang lainnya.
"Tapikan itu masih diselidiki. Kita gak tahu gimana kebenarannya."
"Ibu tahu gak sih, si Mbah Kangkung pernah meramalkan ini."
"Masa sih bu, hari gini masih percaya gituan. Apa mungkin ini tuh konspirasi ya?"
Aku hanya diam saja Lin, mendengarkan celotehan asal yang keluar dari mulut orang tua sok tahu itu. Terkadang aku bertanya apa orang benar-benar datang kesini untuk turut berduka cita atau hanya ingin sekadar tahu alasan kematian seseorang dan berdiskusi di depan peti matinya. Pertanyaan seperti itu selalu aku dapatkan tidak hanya sekali dua kali, sepertinya aku adalah narasumber gratis untuk memenuhi keingintahuan mereka tanpa memikirkan keluarga yang berduka. Sepertinya sudah menjadi kebiasaan acara pemakaman menjadi salah satu tempat wawancara yang sekaligus menyediakan konsumsi.
"Radian, turut berduka cita," ucap seorang temanku.
"Turut berduka cita, Radian." Susul yang lainnya dari belakang. Baru aku mau menjawab keduanya.
"Eh Dira? Apa kabar? Udah lama kita enggak ketemu."
"Merisa? Baik nih mer, apa kabar kamu? Ih sumpah yah selesai kelulusan semuanya pada berpencar."
Aku hanya diam dan terasingkan melihat mereka yang bertukar kabar di depanku. Apa kematian seseorang juga adalah ajang reuni dadakan? Aku semakin heran Lin.
Aku masuk ke dalam rumah, figura foto papah yang gagah dengan seragamnya terpampang jelas di depan petinya. Di samping peti itu ibu menangis dalam diam sambil mendekap foto papah yang lain. Tiba-tiba flash kamera menyorotiku dan ibu disusul orang yang datang dengan keadaan tangannya memotret peti papah. Aku bisa menebaknya Lin, kecanggihan teknologi membuat orang-orang melakukan apapun demi mendapatkan ketenaran dan perhatian orang lain dengan mudah. Itu pamanku Lin, seorang jurnalis abal-abal yang selalu memotret dan membagikan segala informasi fenomenal lewat aplikasi WhatsApp yang informasinya tak pernah benar. Sepertinya kematian papah akan mendatangkannya rezeki bagi banyak orang karena kabarnya menarik untuk diperbincangkan.
Alin, setelah acara pemakaman itu orang-orang pulang meninggalkan aku dan ibu yang masih berkabung di rumah. Malamnya hujan menyerobot berdatangan membasahi tenda yang belum dirapikan. Papah sudah kembali ke bumi setelah lama mengudara. Ibu masih diam mendekap foto papah di ruang tengah. Aku berdiam kaku di kamar sambil bulak balik menyuruh ibu beristirahat. Lampu dirumahku rasanya meremang dan sunyi ikut bertamu melewati pintu depan yang belum tertutup karena menunggu tukang yang membereskan tenda.
Padahal Lin, biasanya aku sering berdua dengan ibu, tapi suasana ini terlalu asing dan menyesakkan. Bayang-bayang papah masih lekat di kepala ini Lin, ikatan batin yang menjalin ini memang susah untuk diputuskan. Bahkan aku lupa dengan kabarmu yang sudah ditemukan atau belum, yang sudah berpulang atau masih mengawang.
Tiga hari setelah kejadian itu, ibu masih belum beranjak dari sana. Dapur masih sepi dari peradabannya. Aku hanya memakan mie instan karena hanya itu yang dapat aku masak sambil sering kali membujuk ibu memakannya juga. Kakiku masih lemas digerakkan Lin. Aku masih belum kembali hidup seperti sediakala.
Hujan terus mengguyur rumahku setiap malam dengan aku yang menatapnya di balik jendela kamar. Belum satupun rembulan menemuiku setelah papah berpulang. Aku masih berharap kamu hidup dan bertamu ke rumahku, biarlah kedatangan itu bukan untukku, tapi untuk papah.
Setiap hari aku berharap, semakin lama juga wujudmu nyata. Aku sering melihatmu berlalu lalang kebingungan di depan gerbang rumah. Entahlah itu kamu atau bukan tapi yang jelas aku semakin gila Lin.
...
Radian terbangun dari tidurnya yang lelap, ia memandangi keadaan ruangan yang sekarang terang benderang dengan beberapa lampu yang masih menyala. Ia menatap ke arah pinggir, tirainya masih tertutup. Ia merenggangkan badannya dan bangkit duduk. Radian mengingat percakapan panjangnya dengan seseorang di balik tirai itu kemudian ia tersenyum. Senyum itu tak memudar sedetik pun saat ia meraih kertas di meja samping tempat tidur.
'Lin akhirnya aku berhasil menuliskan takdir seseorang, Ruth benar-benar hidup! Sekarang aku sudah menjadi Tuhan.'
3 notes
·
View notes
Text
#Diary—Agung Moehadji Soemo Soemadi
Duhai cintaku…ada begitu banyak yang ingin kutuliskan tapi kutakut tinta seluruh Furāt akan habis sebelum benar-benar bisa kusampaikan setitik perasaan yang kusimpan untukmu. Dari sekian banyak wanita yang ada, ALLAH menyayangiku dan memilihmu untuk menjadi belahan jiwaku dalam kehidupan ini dan kehidupan nanti, in syā ALLAH. Dulu, hidupku gersang dengan begitu banyak kesedihan dan keputus-asaan tapi kemudian engkau datang ke dalamnya dan menggantinya dengan sepenuhnya kebahagiaan, suka cita dan kegembiraan. Engkau bukan hanya melengkapi separuh dari dienku tapi juga membuatku menjadi manusia yang lebih baik dan khususnya menjadi seorang Mu’mīn. Tiada kata yang cukup untuk bersyukur kepada ALLAH karena menjadikanmu masuk ke dalam hidupku. Sungguh, engkau menarik seorang bocah biasa menjadi laki-laki dewasa.
Rasanya hanya sepintas engkau mencerahkan hari-hariku. Engkau telah menjadikanku orang yang paling bahagia di dunia. Ketika aku datang kepadamu semua kesedihanku yang ada segera lenyap, namun jauh darimu duka menempel di hatiku bagai ular. Engkau bukan hanya menunjukkan potensiku yang sesungguhnya tapi juga memberiku anak-anak sebagai warisan Islām. Sungguh, aku menjadi seorang laki-laki tanpa apapun penyesalan!
Sekarang…ketika kujauh darimu, kurindukan semua hal kecil yang kau lakukan untukku yang membuatmu satu dalam sejuta, laksana berlian hakiki! Sifatmu yang tegas dan kuat membuatku jatuh cinta berkali-kali saat kupandang dirimu. Setelah itu, aku meninggalkanmu tanpa pilihan lain! Kusenang bagaimana engkau terbiasa membangunkanku untuk tahajjud dengan memercikkan air di wajahku. Memang ketika itu rasanya menjengkelkan dan aneh…tapi ALLAH Maha Tahu betapa di saat ini aku merindukan apa yang kau lakukan dulu. Andai saja engkau bisa melakukannya sekali lagi, hidupku mungkin akan menemukan ketenangannya lagi. Makanan yang kumakan di sini membuatku menghargai makanan yang biasa kau siapkan untukku dan anak-anak kita dengan menghabiskan berjam-jam di dapur dan tak sekali pun engkau pernah mengeluh…mā syā ALLAH…meski makanan di sini juga tak begitu buruk. Andai saja aku bisa makan sepiring nasi yang kau buat sekali lagi...
Kusuka bagaimana engkau berupaya ekstra berdandan hanya untuk bisa menyenangkanku. Kalau saja kubisa memandangimu lagi dengan warna merah lembayung! Engkau memegang teguh Islām bahkan di saat-saat sulit dan tak pernah sekalipun mengeluh. Pemikiranmu dan intelektualmu yang tinggi membuatku menjadi pengagummu nomor satu. Betapa beruntungnya diriku memiliki isteri sepertimu. tapi saat ini…ketika aku berada di sini untuk berjuang di jalan Rabb kita demi mencari ridha-Nya, benar-benar sangat kurindukan dirimu. Tak satu pun hari berlalu melainkan kurindukan suasana canda denganmu dan anak-anak yang kau berikan padaku. Setiap malam, bulan di Syām mengingatkanku pada wajah cantikmu dan kerinduanku bersama keluarga kita hanya semakin besar. Berapa lama aku harus menunggu untuk bisa melihat malaikat-malaikatku lagi?
Di sini pertempuran semakin sengit, duhai cintaku. Dan kerasnya perang justru mengingatkanku pada kelembutanmu. Aku khawatir tak bisa bertahan lama, dan jika ALLAH menghendaki aku mati sebelum tibanya surat ini, maka janganlah engkau bersedih karena aku berada di tempat yang lebih baik, in syā ALLAH. Tak kurasakan tegang sebelum mati karena kutahu kalau anak-anakku berada di tangan terbaik. Besarkan mereka menjadi singa-singa muda Islām yang tegas dan percaya diri. Mereka harus menjadi hamba ALLAH yang kuat tapi rendah hati seperti ayah mereka. Katakan kepada mereka bahwa ayah mereka berada di tempat yang lebih baik dan cemas menunggu ibu mereka dan diri-diri mereka untuk bergabung dengannya, bi’idznillāh…di tempat luar biasa yang disebut Jannah.
Terima kasih, duhai cintaku…karena engkau begitu sabar, begitu religius dan karena sudah sudi menjadi isteriku…isteri seorang mujāhid! Aku akan mencintaimu sampai akhir, bahkan setelah hari itu!
Assalāmu’alaikum warahmatullāhi wabārakatuh
yang tetap mencintaimu
Hamba ALLAH, Abu Rani
1 note
·
View note
Text
Haiii, ini aku seseorang yang bersyukur karena hampir memilikimu dan hampir bersamamu.
Biarpun bumi sedang kacau-kacaunya jikala kamu disini mungkin akan reda segala risau, dunia mungkin sedang hancur tapi duniaku tetap utuh, senang rasanya jika hidup di bumi terus bersamamu.
Pintaku hanya satu pada semesta; semoga aku bisa melihat tawa cantikmu di usia senjaku. Meski bukan aku pemilik tawa cantik itu.
-Rivqil Umar
#sajak rindu#tentang rindu#sajak#sajakcinta#patah hati#patah#sajak patah#sajak galau#galauberat#kata galau#galauquotes#galau#tulisan#sajakpendek#sajak puisi#sajakrasa#sajakhati#sajakrindu#puisi rindu#rindu dalam hati#senjaku#sakit hati
21 notes
·
View notes
Text
Tidak Cantik
Kepada setiap perempuan, ketahuilah kamu itu cantik. kamu berharga. you're precious. Jika sekitarmu tidak membuatmu lebih baik, mulailah dengan menghargai dirimu sendiri. Bicaralah pada dirimu, kamu itu cantik dan berharga. you are beautiful in your own way.
Tuhan telah menciptakan kamu sebaik-baiknya untuk versi cantikmu sendiri. Bagaimana mungkin kamu bilang kalau ciptaan Tuhan tidak menawan. Padahal kamu yang terus sibuk membanding-bandingkan, hingga lupa berterimakasih dan menjaga pemberian Tuhan.
Kita tidak perlu memaksa orang lain untuk menerima, sekalipun kita menyukainya. Nanti akan ada saatnya segelintir orang yang mau menerima diri kita seutuhnya, dan bisa jadi kita juga menyukainya.
145 notes
·
View notes