#fonologi
Explore tagged Tumblr posts
theconceptofkidney · 19 days ago
Text
Reading old foreign lenguage manuals is wild. The author's explaining the fonology in what must have seemed very simple and straightfoward comparisons to spanish sounds meanwhile we're trying to recontruct what dialect the author spoke so we can figure out what they mean by "like a strongly aspirated h", "the strong b" and most egregiously "y is just like spanish y"
2 notes · View notes
replica-model · 4 months ago
Note
🧸 - Does your muse own any sentimental objects from their past? What makes it/them so special?
ASK RECEIVED.
Tumblr media
Does the Key of Lorelei count?
Ahem.
The only kind of sentimental object I can think of might be the book of fonology he got from Tear in the game. It marked the start of him really trying to change himself and learn more about the world around him. Luke canonically isn't very fond of reading, but he actually puts effort into reading the entire book.
I like to think that after he gets home, he'd keep that book in his room and occasionally look at it and think of Tear, haha.
2 notes · View notes
hvemfaen · 6 months ago
Text
Hey! This doesn't really fit my blog aesthetic, but I need participants on a survey for my final exam in phonethics! It should only take 2-5 minutes, and it would help me a lot!
5 notes · View notes
la-scigghiu · 2 years ago
Text
"(...) In principio era il Verbo, e il Verbo era la voce.
Voce, vita.
I fonologi sostengono che la voce imita il ritmo vitale, perché segue il principio della respirazione.
Ogni frase che pronunciamo nasce, cresce, si stabilizza, decresce, muore. Respira con noi.
La voce crea, la voce salva. La voce ha un potere magico. Ce lo dice il mito greco più antico, quello orfico. Orfeo canta, e grazie al potere della sua voce ammansisce i mostri degli Inferi e può scendere nell'Ade a risvegliare Euridice dal sonno eterno. La voce evoca. Ex-vocare: trarre fuori. La voce può evocare i morti, trarli fuori dalle tenebre. Ma la voce è talmente misteriosa che può anche prescindere dalle onde sonore che i fonografi registrano e i fonologi studiano, perché la sua cassa di risonanza è il nostro cuore, o la nostra testa. Essa ci suona dentro, come ha detto Kavakis, e solo noi possiamo sentirla".
.🦋.
Antonio Tabucchi, in "Autobiografie altrui"
6 notes · View notes
listercoid · 22 days ago
Text
Pengertian Bahasa Prancis dan Sejarah Perkembangannya
Tumblr media
Bahasa Prancis merupakan salah satu bahasa Roman yang berasal dari rumpun bahasa Indo-Eropa. Dengan sejarah panjang dan pengaruh budaya yang kuat, bahasa Prancis tidak hanya dipelajari karena keindahannya, tetapi juga karena perannya dalam diplomasi internasional, seni, sastra, dan hukum. Sebagai salah satu bahasa resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Uni Eropa, bahasa ini memiliki tempat yang signifikan di dunia global.
Sejarah bahasa Prancis sangat menarik karena menunjukkan evolusi yang dipengaruhi oleh berbagai budaya dan peristiwa sejarah. Dari asal-usulnya sebagai dialek lokal di wilayah yang kini disebut Prancis, hingga berkembang menjadi salah satu bahasa terpenting di dunia, bahasa Prancis adalah cerminan dari kekayaan budaya dan dinamika sosial.
Asal-Usul Bahasa Prancis
Bahasa Prancis berasal dari bahasa Latin Vulgar, yang merupakan bentuk umum Latin yang digunakan oleh orang-orang di Kekaisaran Romawi. Ketika bangsa Romawi menaklukkan wilayah yang sekarang dikenal sebagai Prancis pada abad ke-1 SM, bahasa Latin Vulgar mulai digunakan secara luas. Namun, di bawah pengaruh bahasa-bahasa lokal, seperti bahasa Galia yang digunakan oleh penduduk asli wilayah tersebut, Latin Vulgar di Prancis mulai berkembang menjadi bentuk baru yang akhirnya menjadi cikal bakal bahasa Prancis.
Pengaruh bangsa Galia sangat besar terhadap bahasa Prancis, tidak hanya dalam hal kosa kata, tetapi juga dalam hal fonologi. Seiring waktu, ketika Kekaisaran Romawi mulai runtuh, bahasa Latin di wilayah ini semakin banyak dipengaruhi oleh bahasa-bahasa setempat, menciptakan variasi dialek yang unik yang dikenal sebagai bahasa Roman.
Perkembangan Bahasa Prancis Abad Pertengahan
Pada abad ke-9, bahasa Prancis Kuno mulai muncul sebagai bentuk bahasa yang berbeda dari bahasa Latin. Salah satu teks tertua dalam bahasa Prancis adalah Serments de Strasbourg (Sumpah Strasbourg) yang ditulis pada tahun 842. Ini merupakan dokumen yang menunjukkan perbedaan yang semakin jelas antara bahasa Latin dan bahasa yang digunakan di Prancis pada masa itu. Bahasa Prancis Kuno terus berkembang dan berubah selama beberapa abad, hingga pada abad ke-14, bahasa Prancis Pertengahan mulai menggantikan bahasa Latin sebagai bahasa resmi administrasi dan hukum di Prancis.
Pada masa Abad Pertengahan, bahasa Prancis sangat dipengaruhi oleh bahasa Franka, bahasa dari suku Frank yang menaklukkan sebagian besar wilayah Prancis. Pengaruh bahasa Franka terlihat dalam banyak kata dan frasa yang masih digunakan dalam bahasa Prancis modern. Pada periode ini juga, bahasa Prancis mulai menyebar ke berbagai wilayah Eropa melalui pernikahan kerajaan, perdagangan, dan invasi militer.
Standardisasi Bahasa Prancis di Era Modern
Pada abad ke-17, bahasa Prancis mulai distandarisasi, terutama melalui upaya L'Académie Française, lembaga yang didirikan pada tahun 1635 untuk mengawasi perkembangan bahasa ini. Standardisasi bahasa Prancis dilakukan untuk memastikan keseragaman dalam penulisan dan pengucapan di seluruh wilayah Prancis, serta untuk menjadikannya bahasa yang lebih mudah dipahami oleh orang-orang dari berbagai daerah. Upaya ini berhasil membuat bahasa Prancis menjadi bahasa yang lebih homogen, meskipun tetap ada perbedaan dialek di berbagai wilayah.
Selama abad ke-18 dan 19, bahasa Prancis mulai menyebar lebih luas lagi ke seluruh dunia melalui kolonialisme. Prancis mendirikan koloni di Afrika, Asia, Amerika, dan Pasifik, dan bahasa Prancis menjadi bahasa resmi di banyak wilayah tersebut. Hingga hari ini, banyak negara di Afrika, seperti Senegal, Pantai Gading, dan Kamerun, menggunakan bahasa Prancis sebagai bahasa resmi.
Peran Bahasa Prancis dalam Diplomasi dan Budaya Global
Selama berabad-abad, bahasa Prancis telah memainkan peran penting dalam diplomasi internasional. Pada abad ke-17 dan 18, bahasa Prancis dianggap sebagai bahasa diplomasi dan digunakan dalam negosiasi internasional. Banyak perjanjian internasional, seperti Perjanjian Versailles, ditulis dalam bahasa Prancis, dan bahasa ini terus digunakan dalam konteks diplomasi global hingga saat ini.
Selain itu, bahasa Prancis juga memiliki pengaruh besar dalam dunia seni, sastra, dan filosofi. Para filsuf Prancis seperti Voltaire, Rousseau, dan Sartre, serta penulis seperti Victor Hugo dan Marcel Proust, telah memberikan kontribusi besar pada literatur dan pemikiran global. Bahasa Prancis juga merupakan bahasa seni rupa dan teater, dengan banyak karya besar dari berbagai genre ditulis dan dipentaskan dalam bahasa ini.
Pengaruh Bahasa Prancis Terhadap Bahasa-Bahasa Lain
Bahasa Prancis telah memengaruhi banyak bahasa lain, terutama bahasa Inggris. Setelah Penaklukan Norman pada tahun 1066, bahasa Prancis menjadi bahasa resmi Inggris selama beberapa abad. Akibatnya, banyak kata dalam bahasa Inggris modern yang berasal dari bahasa Prancis, terutama dalam bidang hukum, politik, dan budaya. Kata-kata seperti government, parliament, justice, dan restaurant semuanya berasal dari bahasa Prancis.
Di Eropa, bahasa Prancis juga memengaruhi bahasa-bahasa lain, seperti bahasa Italia dan Spanyol, melalui interaksi budaya dan politik. Di Kanada, khususnya di provinsi Quebec, bahasa Prancis telah menjadi bagian integral dari identitas budaya dan digunakan secara luas dalam semua aspek kehidupan.
Bahasa Prancis di Abad ke-21
Di era modern, bahasa Prancis terus berkembang dan menghadapi tantangan globalisasi. Meskipun ada persaingan dengan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional, bahasa Prancis tetap menjadi salah satu bahasa yang paling banyak dipelajari di dunia. Saat ini, ada lebih dari 220 juta penutur bahasa Prancis di seluruh dunia, dan jumlah ini terus meningkat karena bahasa Prancis diajarkan di banyak sekolah dan universitas internasional.
Di samping itu, bahasa Prancis telah mengadopsi banyak kata dari bahasa Inggris, terutama dalam bidang teknologi dan bisnis. Istilah seperti email, software, dan internet sering kali digunakan dalam bahasa sehari-hari, meskipun L'Académie Française terus berusaha untuk mempertahankan keaslian bahasa Prancis dengan menciptakan padanan kata-kata tersebut dalam bahasa Prancis.
Kesimpulan
Bahasa Prancis adalah bahasa yang memiliki sejarah panjang dan kaya, dari asal-usulnya di zaman Romawi hingga posisinya sebagai salah satu bahasa terpenting di dunia modern. Perkembangannya dipengaruhi oleh berbagai faktor sejarah, sosial, dan politik, serta peranannya dalam diplomasi, seni, dan budaya global. Di masa depan, bahasa Prancis kemungkinan besar akan terus berkembang seiring dengan perubahan zaman, tetapi tetap mempertahankan warisan budayanya yang kaya.
0 notes
goniecrohanski · 4 months ago
Text
Diagramy fonologi staroangielskiej na aukcji
Dom aukcyjny Christie’s przeprowadzi w środę, 10 lipca aukcję, podczas które wylicytowane będą ręcznie nakreślone przez Tolkiena diagramy fonologii języka staroangielskiego, datowane na 1942 rok.
Dom aukcyjny Christie’s przeprowadzi w środę, 10 lipca aukcję, podczas które wylicytowane będą ręcznie nakreślone przez Tolkiena diagramy fonologii języka staroangielskiego, datowane na 1942 rok. Continue reading Diagramy fonologi staroangielskiej na aukcji
0 notes
glaucophane · 1 year ago
Text
It's a case of two things being true at once: Jade's formal background is in fonology, which Auldrant treats as a branch of physics, and he's also an extremely well-read and accomplished liar.
Tumblr media Tumblr media
3 notes · View notes
jualanbukusastra-blog · 3 years ago
Photo
Tumblr media
Marsono, Fonologi Bahasa Indonesia, Jawa dan Jawa Kuna, Yogyakarta, UGM Press, Nov 2019, 394 hlm, 115.000 Buku berjudul Fonologi Bahasa Indonesia, Jawa, dan Jawa Kuna ini merupakan hasil revisi penelitian yang semula berjudul “Fonologi Bahasa Indonesia dan Nusantara” (Marsono, 2019) sebagai kelanjutan buku Fonetik (Marsono, 1986, 1989, 1993, 1999, 2006, 2008, 2013, 2017, 2018). Buku ini terbagi dalam empat bab, merupakan pengembangan dan revisi hasil penelitian yang penulis lakukan dalam beberapa tahap sebelumnya. Dari uraian pasangan minimal dalam bahasa Indonesia, Jawa, dan Jawa Kuna pembaca dapat mengetahui beban fungsional masing-masing fonem tersebut (apakah tinggi atau rendah) dalam ketiga bahasa tersebut. Dari uraian fonem vokal, konsonan, dan diftong beserta alofon-alofonnya dalam bahasa Indonesia, Jawa, dan Jawa Kuna pembaca dapat mengetahui khazanah fonem beserta realisasi alofon-alofonnya yang berbeda-beda menurut lingkungan distribusi dalam ketiga bahasa tersebut, proses morfofonemik, dan fonemiknya. #Marsono #FonologiBahasaIndonesiaJawadanJawaKuna #Fonologi #bahasa #linguistik #UGMPress #KatalogJBS (di Kedai JBS) https://www.instagram.com/p/CRfoVk9hHDy/?utm_medium=tumblr
1 note · View note
kadaryanto97 · 4 years ago
Photo
Tumblr media
Linguistik Disruptif Pendekatan Kekinian Memahami Perkembangan Bahasa Penulis: Fathur R Hal: 316 pages Penerbit: BUMI AKSARA Ukuran: 15,5 x 23, HVS 60 gr, cover ac 230 gr Cetakan: ke -1  - tahun 2020 Edition:1  ISBN:  978-602-444-737-3 Original Harga Rp105.000 diskon 20% Rp84.000 Sinopsis Buku linguistik disruptif menawarkan pendekatan baru dalam memahami dan mempelajari bahasa. Pendekatan baru tersebut di perlukan karena bahasa mengalami perubahan disrutif akibat pesatnya perkembangan teknologi. Perubahan tersebut tidak bisa di pahami menggunakan teori teori linguistik lama yang fondasi keilmuannya di letakkan pada akhir abad ke 19 atau awal ke 20. #linguistik #sastra #bahasa #trending #bahasaindonesia #sprache #language #budaya #sastraarab #fonologi #semantik #linguistics #puisiarab #terjemahansyair #quote #arabicquotes #katamutiara #tokobukubahasaarab #allughahbookstore #bukubahasaarab #bsa #pba #hmpsbsa #hmpspba #hmjbsa #hmjpba #linguistikarab #balaghah #nahwu #shorof https://www.instagram.com/p/CDbqCzXpF3x/?igshid=asctjvs9qo85
0 notes
studywithcaffeine-blog · 7 years ago
Photo
Tumblr media
september 20th 2017 // had this really good study session where I prepared for todays class last night! even though I found the subject incredibly boring I managed to get a bit done, so I’m happy!
24 notes · View notes
old-knightsvow · 3 years ago
Text
sorry if i talk abt phonology on main i didnt mean to 💔
0 notes
Text
Opaque (english) vs transparent (spanish) language
The phonemic systems of these languages are totally different! This post is also for fun, because I’m sure that linguists and phonologists would pull their hair out if they saw this  :’) ... But it looks almost like a different language!
Here are some songs “pronunciation translated” from English to Spanish.
youtube
And from Spanish to English?
youtube
Post by Sonia-K. Marqués Kiderle, December 2019
0 notes
katahanoi · 4 years ago
Text
Sebagaimana sebuah kata dalam ilmu fonetik dan fonologi pada bahasa inggris. Kalau ia hanya mempunyai 1 silabel, maka 1 kata akan diberi tekanan (stress) semua. Jika 1 kata memiliki lebih dari 1 silabel, maka stress atau penekanannya hanya terjadi di salah satu silabel dan tergantung pada jenis kata apakah itu.
Begitu pula dengan manusia. Kalau ia mempunyai beban dan hanya dipendam seorang diri, maka ia akan tertekan, bebannya menumpuk dan pada akhirnya stress seorang diri. Lain halnya kalau ia berkeluh kesah pada Tuhannya dan bercerita pada orang-orang yang ia percaya. Niscaya bebannya akan berkurang.
Jadi, jangan hanya dipendam saja ya guys. Tell your problem to your God, to your trusted people. :)
-Hon-
19일•9월•2020년
28 notes · View notes
jasasposts · 3 years ago
Text
Sebagian Teori Penerjemahan dalam Terjemahan Bahasa Jepang
Tiap pekerjaan penerjemah mempunyai teori, misalnya penerjemahan lirik lagu memerlukan 2 buah teori, ialah teori penerjemahan serta teori semantik. Kedua teori ini silih berhubungan dalam proses penerjemahan lirik lagu Sejoli Mata Bola ke dalam bahasa Jepang supaya jadi terjemahan yang sangat cocok serta sangat mendekati lirik lagu aslinya. Ikuti sebagian teori penerjemah dalam terjemahan bahasa Jepang berikut; 
Teori Penerjemahan 
Seseorang guru besar teori terjemahan di Universitas Rikkyo di Tokyo, Torikai Kumiko mengatakan kalau penerjemahan tertulis(翻訳) merupakan upaya menerjemahkan secara tertulis isi data dari bacaan tertulis satu bahasa ke dalam bahasa yang lain( Torikai, 1998: 3). Bagi Hoed( 2006), penerjemahan merupakan upaya alihkan pesan ialah arti yang tercantum dari bacaan sesuatu bahasa( bahasa sumber/ BSu) ke dalam bacaan bahasa yang lain( bahasa target/ BSa) yang dikemas dengan penyesuaian terhadap dari serta buat siapa dan dengan tujuan apakah penerjemahan tersebut terbuat. Proses menerjemahkan sendiri setelah itu bisa dimaksud selaku proses mengatakan kembali( Ingriasari, 2012). 
Pada dasarnya ada 2 sistem yang berbeda dalam penerjemahan( Nida serta Taber, 1974). Sistem awal terdiri dari aturan- aturan baku yang diterapkan dengan ketat yang bertujuan supaya ada kesesuaian dari bahasa sumber dengan bahasa target. Dengan demikian, sistem awal bisa dirumuskan jadi: BSu( X)BSa ( X) ialah struktur menengah yang bisa digunakan secara umum buat seluruh bahasa. Sedangkan itu, sistem kedua mempunyai 3 prosedur bertahap dalam menerjemahkan pesan ialah analisis terhadap ikatan gramatikal dan arti kata serta campuran kata dalam pesan, peralihan hasil analisis tersebut dari bahasa sumber ke bahasa target, serta setelah itu restrukturisasi hasil analisis yang sudah dialihkan ke bahasa target jadi pesan akhir yang bisa seluruhnya dipahami dalam bahasa target. Sistem kedua ini bisa ditafsirkan jadi: BSu–( analisis)X–( peralihan)Y–( restrukturisasi)BSa Pada sesi awal, diperlukan analisis gramatikal dan analisis semantik buat memperoleh hasil analisis.
Analisis gramatikal dicoba dengan metode membaca totalitas TSu serta menguasai isi pesan bacaan tersebut secara universal. Pada sesi kedua, penerjemah dalam terjemahan bahasa Jepang menangkap pesan bacaan secara detil serta rinci dengan membebaskan diri dari struktur TSu. Dalam sesi ini, penerjemah kembali memerlukan penyesuaian semantik, misalnya idiom, buat alihkan TSu ke TSa. Terakhir, penerjemah wajib meninjau ulang dan membenarkan pemakaian bahasa yang pas dalam bahasa target, misalnya penyesuaian pemakaian bahasa dengan kisaran umur pembaca, style bahasa lisan serta tertulis, dialek serta sebagainya. Dalam sesi ini penerjemah menciptakan struktur bahasa baru ialah BSa. Sehabis ketiga sesi tersebut dicoba, diperlukan uji coba terhadap hasil penerjemahan tersebut, misalnya dari kesetaraan arti, panjang kalimat, serta sebagainya. Dengan demikian, pesan yang sudah diterjemahkan bisa jadi pesan yang setara dengan pesan dalam bahasa sumber. Proses menerjemahkan mempunyai sebagian hambatan, misalnya ketentuan yang diresmikan atas dasar bahasa itu sendiri( Catford, 1965), perbandingan struktur, semantik bahasa, latar balik budaya juga pengaruhi Bacaan Sumber( TSu) serta Bacaan Target( TSa)( Newmark, 1988), yang mana aspek kebudayaan sendiri bisa berbentuk perbandingan bahasa, sistem sosial, sistem religi, kebudayaan material, ekologi, serta sebagainya( Hoed, 2006). Penerjemahan yang baik serta benar mengacu pada kesetaraan guna dari kalimat yang diterjemahkan, yang mana menitikberatkan pada penyesuaian arti yang didukung oleh bermacam aspek semacam budaya, pertumbuhan warga serta pemakaian kosakata( Nida serta Taber, 1974).
Statment ini diucap dengan sebutan“ functional equivalent”. Kesusahan dalam menciptakan padanan yang pas di dalam BSa sering kali terjalin. Permasalahan ini diucap dengan sebutan“ non- equivalence at word tingkat” ialah keadaan di dikala BSa tidak memiliki padanan yang langsung terhadap kata yang timbul dalam BSu( Baker, 1992). Lorscher( dalam Baker serta Saldana, 1998: 283) mengemukakan kalau buat membongkar masalah- masalah dalam proses menerjemahkan, diperlukan prosedur yang diucap selaku strategi penerjemahan. Ada bermacam sebutan yang mengacu pada penggantian yang dicoba penerjemah dalam proses penerjemah bahasa Jepamg buat alihkan TSu jadi TSa, misalnya“ operation”( Kludy, 2010),“ methods” serta“ procedures”( Vinay serta Darbelnet 1958, 1995),” techniques of adjustment”( Nida, 1964),“ shifts”( Catford, 1965), serta“ transformations”( Retsker 1974 serta Barkhudarov 1975). Strategi penerjemahan terdiri dari pemilihan pandangan hidup, tata cara serta metode penerjemahan yang hendak menciptakan terjemahan yang baik serta cocok. Pandangan hidup Penerjemahan Pandangan hidup didefinisikan selaku kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas komentar( peristiwa) yang membagikan arah serta tujuan buat kelangsungan hidup( KBBI). Pandangan hidup dalam penerjemahan oleh Hoed( 2006: 83) diungkapkan selaku prinsip ataupun kepercayaan tentang“ betul- salah” ataupun“ baik- buruk”, ialah terjemahan semacam apa yang terbaik untuk warga pembaca BSa ataupun terjemahan semacam apa yang cocok serta disukai oleh warga. Venuti( 1995: 23- 31) mengemukakan 2 berbagai pandangan hidup dalam penerjemahan, ialah domestication ialah pandangan hidup penerjemahan yang berorientasi pada BSa serta foreignization ialah ideology penerjemahan yang berorientasi pada BSu. 
Domestication mengusung ilham kalau terjemahan yang dikira baik merupakan yang cocok dengan kebudayaan ataupun cita rasa warga BSa sehingga pembaca tidak merasa kalau itu merupakan hasil terjemahan, sebaliknya foreignization ialah kebalikan dari domestication. Terjemahan yang“ betul”,“ berterima” serta“ baik” merupakan yang cocok dengan harapan pembaca yang menginginkan kedatangan budaya BSu ataupun yang menyangka kedatangan budaya asing berguna untuk warga( Ingriasari, 2012). Tata cara Penerjemahan Tata cara penerjemahkan digolongkan jadi 8 tata cara yang dipecah jadi 2 kelompok( Newmark, 1988: 45- 47). Kelompok awal terdiri dari 4 tata cara yang berorientasi pada source language( BSu), ialah: Word- of- word translation. 
Dalam tata cara ini, penerjemahan dicoba kata demi kata tanpa mengganti lapisan kalimat dalam TSu, serta perkata yang berhubungan yang memiliki aspek budaya dialihkan apa terdapatnya. Tata cara ini baik digunakan selaku langkah penerjemahan dalam terjemahan bahasa Jepang bacaan BSu yang mempunyai struktur yang sangat berbeda dengan BSa; Literal translation. Penerjemahan dalam tata cara ini dicoba secara harafiah dengan mempertahankan perkata serta style bahasa dalam TSu tetapi mengganti struktur BSu jadi BSa. Tata cara ini berguna buat berikan sudut pandang pada penerjemah dalam mengatasi permasalahan, misalnya penerjemahan idiom. Faithful translation. Dalam tata cara penerjemahan ini, aspek format ataupun aspek wujud TSu dipertahankan sepanjang bisa jadi. Tata cara ini banyak digunakan dalam menerjemahkan puisi. Semantic translation. Penerjemahan dengan tata cara ini menitikberatkan pada arti kata sehingga ada sebutan ataupun kata kunci yang wajib didatangkan dalam TSa, misalnya penerjemahan bidang politik. Kelompok kedua dalam tata cara penerjemahan terdiri dari 4 tata cara yang lebih berorientasi pada sasaran language( BSa), ialah: Adaptation. Tata cara ini lebih menekankan pada isi pesan dengan wujud yang disesuaikan dengan kebudayaan BSa, misalnya penerjemahan dalam terjemahan bahasa Jepang dongeng kanak- kanak. 
Gratis translation. penerjemahan ini menitikberatkan pada pengalihan pesan sedangkan pengungkapannya dalam TSa disesuuaikan dengan kebutuhan calom pembaca. Pada biasanya, penerjemahan dengan tata cara ini menciptakan TSa berbentuk rangkuman. Idiomatic translation. Dalam tata cara ini, penerjemahan dicoba dengan mengupayakan penerjemaha padanan, sebutan, ungkapan serta idiom ke dalam BSa, misalnya dalam penerjemahan metafora. Communicative translation. Dalam tata cara ini, penerjemahan tidak wajib dicoba secara leluasa namun cenderung mementingkan isi pesan. Tata cara ini banyak digunakan dalam menerjemahkan pengumuman. Metode Penerjemahan Kesusahan dalam penerjemahan pada tataran kata, kalimat ataupun paragraf bisa ditanggulangi dengan memakai metode penerjemahan( Hoed, 2006: 72). Ada sebagian metode spesial yang bisa jadi pemecahan buat menanggulangi hambatan- hambatan dalam penerjemahan, antara lain: Transposisi, ialah penyesuaian struktur kalimat dalam BSu jadi struktur kalimat dalam BSa. Catford( 1965: 73) mengemukakan kalau ada 2 tipe transposisi, ialah tingkat shift( perpindahan tingkatan) serta category shift( perpindahan jenis). Tingkat shift terjalin bila faktor dalam BSu yang terletak pada tingkatan linguistik tertentu mempunyai padanan terjemahan dengan tingkatan linguistik yang berbeda dalam BSa. Perpindahan ini bisa terjalin pada tingkatan fonologi, grafologi, gramatikal serta leksikal( Ingriasari, 2012). 
Category shift terjalin bila transposisi BSu menciptakan perbandingan struktur, kelas kata, unit serta intrasistem dalam BSa; Modulasi, ialah membagikan isi pesan yang sama namun mengganti sudut pandang ataupun lingkup semantik. Demikian beberapa teori penerjemah dalam terjemahan bahasa Jepang, semoga bermanfaat.
1 note · View note
kotak-nasi · 5 years ago
Text
--- Seperti Ajaran Ki Hajar Dewantara
Saat berstatus sebagai pelajar, siswa sampai mahasiswa, saya gak terlalu pintar. Ranking terbaik yang pernah saya dapat adalah ranking 5. Itu pun hanya satu kali di kelas 4 SD. Selebihnya lebih sering biasa-biasa aja, yang penting naik kelas dan lulus. Lulus kuliah pun harus sakit dua bulan dulu karena mikirin Fonologi; materi yang paling dihindari tapi malah berjodoh jadi skripsi. Nikmat mana yang kau dustakan.
Bahkan dulu kalau ada tugas kelompok dan siswanya suruh milih sendiri temen satu kelompoknya, saya sering minder duluan, kecil hati untuk rebutan. Ya mana ada yang mau sekelompok sama yang gak pinter. Jadi tahu diri aja sambil mlipir jajan ke warung sekolah. Padahal kalau dipikir lagi sekarang, mereka yang rebutan memilih sekelompok dengan si pintar, sama saja dengan mengakui ketidakpintarannya, kan?
Mereka gak tahu aja kalau saya bisa diandalkan dalam ketelitian, tepat waktu, mau usaha lari-lari ke fotocopyan, menghadap guru dan minta bantuan saat benar-benar buntu, dan yang penting, gak mau kalau cuma numpang nama doang.
Mereka hanya tahu pintar adalah soal peringkat, soal nilai yang tidak pernah merah, soal selalu dipuji guru di depan kelas, soal gelar terbaik di belakang kata lulusan. Belasan tahun berlalu, standar dan kriteria pintar masih berputar-putar di sekitar itu. Paham dan tanggungjawab masih jadi kemampuan yang dinomorsekiankan.
Jika bicara salah siapa salah siapa, panjang urusannya. Suka tidak suka, kita adalah sama-sama produk paradigma. Makna pendidikan yang harusnya luas, disempitkan dengan predikat pintar atau bodoh. Hal ini kadung besar. Kadung dipercaya.
Bagaimana pun, segala sesuatu ada baiknya. Sebut saja begitu. Menjalankan pendidikan mempertemukan kita dengan teman-teman, sampai jadi geng (yang rasanya) terbaik satu sekolahan. Kemudian mempertemukan teman-teman satu frekuensi untuk saling menginspirasi, mengerti, membantu, mengasihi, percaya dan menyemangati jika ada yang tertinggal.
Hal-hal baik itu, sadar tidak sadar seperti ajaran Ki Hajar Dewantara secara sederhana tapi lebih luas maknanya,
Ing Ngarso Sun Tulodho, yang berarti di depan (pimpinan) harus memberi teladan.
Ing Madyo Mangun Karso, yang bermakna di tengah memberi bimbingan.
Tut Wuri Handayani, yang mengandung arti di belakang memberi dorongan.
Selamat ulang tahun, Ki. 🌹
2 Mei 1889 - 2 Mei 2020.
41 notes · View notes
nouraarifin1 · 5 years ago
Text
Perihal Mengutarakan Sekaligus Melupakan Antara Menyisir Kenangan sebagai Jalan Cerita
Tumblr media
Bagi sebagian orang seperti saya, yang gagal menempuh studi sastra dan sejenisnya namun tersesat di manajemen dan akhirnya berlabuh pada studi perbacotan a.k.a Ilmu Komunikasi, tetap menganggap puisi sebagai sebuah karya tulis yang memiliki nilai objektivitas akademis yang begitu vital, bersanding dengan prosa dan drama. Menyusun kata demi kata sedemikan rupa rimanya, berkonsep dan terkadang pilih-kasih di tiap proses kontemplatifnya.
Puisi bagiku adalah sebuah evolusi “menyuarakan kegundahan” yang menarik bagi penikmatnya, tak terkecuali seperti saya, orang awam dan telanjang yang ingin belajar bagaimana cara menulis puisi melalui cara yang baik dan benar.
Memang tidak ada disiplin ilmu pasti yang berhasil mengajarkan dan menjadi alat panduan untuk bagaimana cara menyusun kata-kata. Yang sedikit saya tahu, adalah bagaimana pencarian, perumusan, pemutakhiran, dan penciptaan puisi itu ada pada proses petualangan empiris dan spiritual seorang penyair.
Lantas saya dengan sedikit belajar dan banyak polahnya mencoba menulis. Sialnya, justru menghasilkan satu buah puisi yang saya beri judul:
Anastesi
suaramu menggema di tidurku
meletup-letup
seperti balon yang sampai pada ujung tiupan, hatimu yang sesak oleh tipuan
suaramu menyelinap di lengang lapang ranjang
menciptakan keramaian di kepalaku
deham sesekali kau kirimkan
ke ujung daun telingaku yang membiru
di mimpiku, kau adalah rusa yang melompat dari sungai hingga ke danau
kau adalah rintihan hujan yang meminta untuk segera dipulangkan
“kau sungguh-sungguh berhasil membuatku lumpuh”
sungguh nyaring suaramu, andai saja api itu bisa kupadamkan lebih dulu
pukul empat dua puluh
di sisa kunjungan, suaramu semakin utuh
pulanglah, tak akan pernah ada hati yang sepenuhnya sembuh.
Cukup miskin memang diksi-diksi yang kerap muncul dari puisi saya di atas. Menandakan kurangnya wawasan saya dalam pemilihan serta pemilahan kata yang acap kali diperoleh dengan banyak membaca, merenung, atau bahkan dengan sengaja menyumpit kata indah pada sajak-sajak lawas.
Saya sendiri tentu menyadari hal tersebut. Tapi sebagaimana manusia yang waras, saya tentu ingin memulainya dengan hal yang berkesan. Maklum saja saya masih prototipe dan minim referensi. Saya percaya, proses itu tahu diri. Dengan lebih banyak membaca buku  mungkin saja keniscayaan itu akan membentuk pribadi saya menjadi lebih bijaksana, peka, dan selektif memakai kata.
Mengutarakan Nasib ataukah Melupakan Pahit
Mengenal puisi sudah saya lakoni sedari ingusan dulu, tepatnya saat menapaki di jenjang sekolah dasar — kelas empat kala itu. Baru mengenal saja, belum akrab apalagi tahu lebih dalam perihal puisi dan teori penunjangnya. Sepaham-sependek pengetahuan saya saat itu hanya sebatas rentetan kata-kata yang disusun dengan indah. Pula orientasinya yang masih saja berkelindan seputar rima dan suku kata.
Benar-benar mengenal dan berteman dengan puisi adalah di mana saat saya menyandang status sebagai mahasiswa Di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Pulau seberang kala itu. Terlebih saya yang tercatat sebagai Mahasiswa Manajemen FE Lebih memilih  berkegiatan dan ikut berorganisasi di FIB  jurusan Sastra Indonesia, yang kental akan nuansa literasi dan semangat kubu “kanan kirinya”. Dimulai dengan mengakrabi pionir dan tokoh-tokoh kaliber dalam sejarah puisi, seperti: Chairil Anwar, W.S. Rendra, Taufiq Ismail, Goenawan Muhammad, dan masih banyak lagi sehingga luput saya gerayangi. Tak lupa penyair muda, cerdik, liris, melankromatik — penggabungan melankolis dan karismatik — seperti Mas Aan Mansyur, idola saya.
Kepiawaiannya dalam mengolah kata amatlah sensitif. Misalnya saya ambil kutipan kalimat dari salah satu puisinya:
“kau yang panas di kening, kau yang dingin di kenang.”
Tentu sudah jadi barang yang maklum ketika penyair kondang seperti Mas Aan mencipta kata-kata yang magis seperti itu. Tapi bagi saya, untuk saya yang masih terbata-bata akan referensi, kalimat itu sudah cukup melambungkan interpretasi di kepala. Sesederhanakah puisi itu menyita perhatianmu? Kaitan sintaksis yang timbul antara panas-kening dan dingin-kenang seolah menjadi bukti bahwa menjalin kata di puisi tak melulu perihal makna mana yang paling substansial sehingga pembaca kadang kelimpungan memahami maksud puisi kita, namun Mas Aan disana lebih bereksperimen tentang bagaimana puisi itu dicipta dari kemewahan semesta fonologis yang sebetulnya amat sederhana.
Lalu singkat kesempatan berlanjut dengan membeli buku-buku kumpulan puisi dan berakhir dengan membuat sebuah karangan puisi yang begitu pretensius tadi— jauh dari angan-angan solid dan penuh kepura-puraan.
Aftermath
Terkesan tak mensyukuri nikmat Tuhan jikalau saya saat itu tidak meneruskan dan memutuskan untuk mengambil kuliah Ilmu Komunikasi, Tidak menutup kemungkinan saya bisa menulis puisi. Saya percaya Tuhan adalah sutradara paling arif di jagad ini. Sebagai karakter utama, saya cukupkan untuk sekadar menghayati adegan demi adegan yang telah termaktub dalam takdir. Dengan menjadi mahasiswa Komunikasi yang kelak dapat bergaul dengan rumitnya memahami dan mengutuki diri sendiri pada puisi-puisi di kemudian hari.
Selamat untuk segala pilihan. Sukses untuk semua nasib.
Epilog setelah penuntasan,
“Puisi yang baik, titip sapa untuk berjuta-juta kata yang belum sempat ku ketahui keberadaannya. Mampirlah sesekali ke kepala ini, agar nantinya, kata dan kita abadi di jantung pesan ini.”
Wa.
5 notes · View notes