#emosi jiwa
Explore tagged Tumblr posts
Text
memek bangsat zhang yixing cowok cina gaada akhlak.
0 notes
Text
Ke mana Rasa Benci Bermuara
Mereka bilang, “Jangan selami rasa sakitmu! Itu hanya akan membuatmu membentuk rasa benci, dan kamu akan berubah menjadi orang yang jahat. Image jahat tidak cocok denganmu.” Entah bagaimana, ketika kita secara nekat menyelami rasa sakit atau pengalaman yang menyakitkan, tanpa sadar kita pun akan menjalin persahabatan dengan rasa benci. Perasaan yang muncul ini, yaitu rasa benci, adalah respon,…
View On WordPress
#emosi#Ke mana Rasa Benci Bermuara#keperawatan jiwa#masa lalu#Menyelami masa lalu#Perasaan Benci#perawat#perawat jiwa#Tujuan Rasa Benci
3 notes
·
View notes
Photo
Mari kita menjaga Kesehatan Mental kita. Artikel yang bagus tentang Kesehatan Emosional telah dibuat oleh Meta di Facebook. Saya menulis ulang artikel ini pada blog saya agar mudah dibaca. Blog saya dalam Bahasa Indonesia dapat dibaca di: https://astridamalia.blogspot.com/2023/02/kesehatan-emosional-diambil-dari-meta.html Saya berharap agar artikel ini dapat membantu semua orang. Mari menjadi sehat. * * * Let's take care of our Mental Health. A good article about Emotional Health has been made by @meta on @facebook. I rewrite this article on my blog, so it is easy for everyone to read. My blog in English Language can be read here: https://astridamalia.blogspot.com/2023/01/emotional-health-taken-from-meta.html I hope the article can help everyone. Let's be healthy. #mental #health #sehat #depression #depresi #stress #stres #suicide #emosi #emotional #emosional #blog #yoga #meditation #therapy #meditasi #terapi #jiwa #life #help #love #kindness #live #happy https://www.instagram.com/p/CoKbxenyNW9/?igshid=NGJjMDIxMWI=
#mental#health#sehat#depression#depresi#stress#stres#suicide#emosi#emotional#emosional#blog#yoga#meditation#therapy#meditasi#terapi#jiwa#life#help#love#kindness#live#happy
0 notes
Text
Kemarin temanku ada yg hampir percobaan bunuh diri. Tapi suicidal thoughts udh cukup sering mampir di kepalanya, dan ini adalah rencananya yang kesekian kali. Puncaknya, dia mau memulangkan dirinya bersama kereta-kereta yang melaju kencang di stasiun. Alhamdulillah Allah masih sayang. Alih-alih ke stasiun, dia mau belok ke poli Jiwa utk rehab. Orang tidak akan pernah menyangka jika sosok ini punya problem yg bikin dia pengen mengakhiri hidup. Dari luar dia nampak baik. Sangat baik. Sama aku seringnya kelewat tengil. Sering mancing emosi. Tapi juga berbaik hati utk berbagi lokasi jajan dan jalan.
Tau apa sebabnya? Rumah dan orangtua. Bersyukurlah orang-orang yang dapat merasakan hangatnya rumah dan kasih sayang orang tua. Bersyukurlah sesiapa yang merindukan rumah dan apa-apa yang ada di dalamnya. Bersyukurlah kamu yang menjadikan rumah sebagai tempat berpulang, serta peluk hangat Ayah-Ibu sebagai peluk ternyaman. It's such a blessing. Buat sebagian orang mungkin itu sederhana. Tapi bagi lainnya, rumah yang ramah adalah hal yang luar biasa.
Tapi teruntuk sesiapa yang luka dan trauma bertumbuh dari apa yang kita sebut rumah, percayalah, itu bukan akhir dari segalanya. Kamu boleh pergi dari rumah sejenak, tapi jangan pergi dari dunia. Kamu mungkin berpikir jika kamu adalah beban dan tidak ada yang menginginkanmu sebab perkataan" yang menusuk dari orang² yang kita sebut keluarga itu, tapi sekali lagi, percayalah, ada banyak orang yang bersyukur dengan keberadaanmu, ada orang-orang yang menyayangimu meski tak pernah berucap, ada teman-teman yang diam-diam mengulum senyum akan tingkahmu.
Stay alive and keep your life, pelukku untuk segala pelikmu 🌻
64 notes
·
View notes
Text
33 Tahun : Dinamika, Kestabilan, dan Tujuan
Alhamdulillah tiba masanya di usia 33 tahun. Sepuluh tahun yang lalu aku masih menjadi mahasiswa yang baru akan sidang tugas akhir, menggendong segudang pertanyaan akan ke mana setelah lulus nanti. Pertanyaan yang akhirnya telah kujalani jawabannya dalam 10 tahun terakhir.
Dinamika di usia ini berbeda, dulu kupikir kalau sudah melewati fase Quarter Life Crisis di rentang usia 20-30, berikutnya akan baik segala sesuatunya. Ternyata tidak gais! Ada fase krisisnya sendiri, bahkan ketika memiliki pekerjaan - masih mempertanyaan apakah diri ini akan menjalaninya seumur hidup, apakah akan selamanya bekerja ini sampai nanti di tepian liang lahat?
Belum lagi urusan pertemanan yang semakin selektif. Lebih cenderung mencari teman-teman sefrekeuensi di urusan-urusan dunia dan akhirat. Menghindari orang-orang yang rumit bin ruwet. Memilih untuk memperkecil lingkaran orang-orang dekat, tapi kebutuhan untuk meluaskan jejaring untuk membangun privilage untuk anak-anak tetap diperlukan. Semacam kontradiktif memang, tapi menjadi orang tua - mulai bisa merasakan apa yang diupayakan orang tua dulu, berusaha untuk memudahkan jalan anak-anaknya.
Di tengah pekerjaan yang sangat dinamis, ternyata menjalani hidup di usia ini cenderung untuk mencari kestabilan. Baik itu secara emosi, finansial, relasi, dan hal-hal lainnya. Kalau bisa tidak perlu bermasalah dengan orang lain atau apapun agar tidak mengganggu kestabilan ini. Jiwa-jiwa petualang terasa berbeda sekali, apalagi saat anak-anak mulai masuk usia sekolah. Penyesuaian terhadap waktu mereka, kebiasaan, dan hal-hal baru yang baru mereka temukan pertama kali dalam hidup sehingga tidak ada habisnya pertanyaan baru setiap hari atas rasa ingin tahunya yang membuncah, sudah cukup untuk menjadi tantangan hari demi hari.
Mulai memikirkan lebih dalam juga terkait tujuan dari akhir hidup ini. Apa sih yang mau dikejar dengan segala hal yang menyita waktu selama ini? Mulai lebih tenang ketika ada masalah, mulai lebih bijaksana (menurutku) dalam melihat kesempatan, sehingga tidak mudah teralihkan dari tujuan. Mulai menata lagi makna-makna hidup, mulai melihat diri sebagai makhluk yang kecil dan lemah, tidak ada alasan untuk sombong dan merasa paling benar.
Menjalani usia 30an ini benar-benar berbeda.
Pesan yang mungkin bisa kutinggalkan di sini ketika dibaca oleh teman-teman yang masih 20an, coba lakukan assesment ke dalam diri sendiri (bisa dgn bantuan ahli), apakah saat ini secara mental dan emosional ada hal yang perlu dibetulkan atau memang sudah matang. Sehingga jika ada hal di dalam diri yang perlu untuk kita sembuhkan lukanya, traumanya, maka selesaikanlah itu. Kalaupun memakan waktu, ambillah.
Sangat menenangkan bisa mencintai dan menghargai diri sendiri. Sangat menenangkan jika kita bahagia menjalani hidup dengan diri ini, dengan cara berpikirnya, dengan sudut pandangnya, dan juga dengan segala hal yang melekat pada badannya. Kurang dan lebihnya telah diri terima. Dan diri tahu betul, akan ngapain dengan badan dan jiwa ini.
Sampai bertemu di usia 30-an kalian. Nanti kita cerita-cerita lagi :)
175 notes
·
View notes
Text
Jiwa
Hari ini gue lari sore dengan rute kost ke Galaxy Mall. Cukup struggle karena Surabaya bukan kota yang ramah pejalan kaki. Sebenernya gue bisa lari ke KONI atau ITS. Tapi karena gue pengen menikmati jalanan kota sore hari, gue akhirnya random aja lari ke GM.
Setelah sekian minggu tenggelam dalam pekerjaan, sore ini pertama kalinya gue hidup dengan pelan. Dari pagi gue bersih-bersih kost dan meal prep. Sore harinya gue lari ke Galaxy Mall dan nyari buku di Periplus. Udah lama juga gue nggak baca buku. Gue beli Edible Economics-nya Ha Joon Chang. Masih gue baca beberapa halaman sampai kemudian gue harus sholat maghrib. Ini semua gue lakuin tanpa memegang HP.
Senin pagi tuh list kerjaan gue udah banyak banget. Gue udah mikir hari ini bakal ke kafe buat nyiapin kerjaan besok sampai hati gue sendiri bilang:
"Kamu mending istirahat biar besok fit. Udah lama banget kamu nggak istirahat"
And yes, gue akhirnya istirahat.
Lalu apa yang gue rasain di fase istirahat hari ini?
Selama gue bekerja cepat beberapa minggu ini, gue nggak burn out. Tapi mulai ada kebiasaan-kebiasaan baik yang gue skip seperti baca buku, minum vitamin, olahraga kardio, dan masak.
Mana yang lebih nyaman hidup slow living atau fast pace? Dua-duanya boleh asalkan berkah. Asal kita tidak jauh dari Allah.
Gue pelan-pelan masuk ke fase yang demikian. Tidak terlalu memikirkan mau dikasih kehidupan yang slow atau fast. Yang penting Allah ngasih kenyamanan untuk beribadah wkwk karena gue bukan orang yang tahan diuji dalam ketidaknyamanan ~XD
Menata jiwa agar selalu terhubung kepada Allah itu butuh hidayah. Kadang hidayah itu datang di saat kita hidup dengan lambat. Lewat perenungan-perenungan tentang diri kita. Tapi tidak jarang juga hidup yang lambat membuat pikiran kita kemana-mana.
Ada hal menarik yang gue temui ketika gue rutin treatment untuk ADHD. Bahwa memahami jiwa itu sangat bermanfaat untuk tazkiyatun nafs. Dulu gue banyak skeptis karena khawatir pendekatan psikologis itu sekuler. Tapi setelah gue belajar banyak hal, sama sekali tidak. Psikolog itu membantu kita untuk merawat jiwa, memproses trauma, juga memproses emosi. Hingga kita menjadi manusia yang bisa berpikir sehat dan menata kehidupan kita pelan-pelan.
Kehidupan serba cepat terkadang membuat kita kehilangan hubungan dengan diri sendiri. Tapi tidak jarang juga di kehidupan yang serba cepat ini membantu kita untuk memberikan manfaat ke banyak orang.
Jadi mau bagaimanapun fasenya memang perlu disyukuri.
Tapi kalau kelak gue ditakdirkan bisa membuka lapangan kerja sendiri..... gue berharap bisa ngasih gaji yang banyak, ngasih waktu istirahat yang proper, karena kita tidak akan mungkin membantu manusia untuk berkembang tanpa memberi mereka ruang yang cukup dalam memahami diri sendiri. Karena sebesar apapun usaha manusia merawat dirinya sendiri, ia tidak akan bisa terlepas dari pengaruh lingkungan. Semoga Allah menganugerahkan lingkungan yang membantu kita menjadi manusia yang baik dan damai.
51 notes
·
View notes
Text
Kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah permulaan kesembuhan.
Pernahkah kena panict attack? tiba-tiba tidak bisa menguasai diri, tubuh terasa berat, napas tersengal, dan pikiran tak lagi jernih? Panik itu, meski terlihat sederhana, bisa menjadi akar dari banyak masalah kesehatan, baik fisik maupun mental.
Rasulullah ﷺ mengingatkan kita melalui sebuah kebijaksanaan, “Kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah permulaan kesembuhan.” Ucapan ini tak hanya sarat nilai spiritual, tetapi juga selaras dengan temuan ilmiah modern.
Kepanikan sebagai Separuh Penyakit
Dalam dunia medis, kepanikan dikaitkan dengan peningkatan hormon stres, yaitu kortisol dan adrenalin. Ketika kita panik, detak jantung meningkat, tekanan darah melonjak, dan sistem kekebalan tubuh melemah. Studi yang dipublikasikan di Journal of Psychosomatic Medicine menyebutkan bahwa stres berkepanjangan dapat meningkatkan risiko gangguan jantung, pencernaan, hingga kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi.
Namun, Islam mengajarkan kita untuk menjadikan ketenangan sebagai tameng. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Ketenangan sebagai Separuh Obat
Ketenangan adalah penawar alami bagi gejolak emosi dan fisik. Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan oleh Harvard Health Publishing, teknik pernapasan dalam, dzikir, dan meditasi terbukti mampu menurunkan kadar kortisol dalam tubuh, meredakan kecemasan, dan meningkatkan konsentrasi.
Rasulullah ﷺ juga memberikan contoh untuk selalu tenang dalam menghadapi situasi sulit. Ketika para sahabat merasa ketakutan saat hijrah, Rasulullah dengan tenang berkata kepada Abu Bakar: “Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” (QS. At-Taubah: 40)
Kesabaran sebagai Awal Kesembuhan
Kesabaran bukan sekadar pasrah, melainkan sebuah langkah aktif untuk menerima, bertahan, dan berusaha mencari solusi. Dalam psikologi modern, kesabaran berhubungan dengan resilience atau ketangguhan, yakni kemampuan untuk bangkit dari situasi sulit. Rasulullah ﷺ bersabda: “Kesabaran adalah cahaya.” (HR. Muslim)
Kesabaran membawa kita pada pengendalian diri, memberikan ruang bagi pikiran jernih, sehingga tubuh dan jiwa memiliki waktu untuk menyembuhkan diri. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153)
Maka itu,
Kepanikan boleh jadi separuh penyakit, tetapi ketenangan adalah setengah dari perjalanan menuju kesembuhan. Dan kesabaran? Itulah awal dari segala solusi. Dalam menghadapi hidup, belajarlah untuk menenangkan hati, mengingat Allah dalam setiap keadaan, dan bersabar atas segala ujian.
Nikmati prosesnya. Karena seperti kata Ibnul Qayyim: “Sabar itu seperti kepala bagi tubuh. Jika kepala hilang, maka tubuh pun mati. Begitu pula jika kesabaran hilang, maka seluruh amalan akan hancur.” 🌿
20 notes
·
View notes
Text
Salam Kenal dari Buku-buku Heal Yourself Untuk Warga Tumblr!
Sejak menulis di sosial media (dalam berbagai jenisnya) selama hampir 10 tahun, saya merasa Tumblr banyak berperan. Agak lupa kapan persisnya, tapi kalau nggak salah sejak 2015 saya menulis disini. Waktu itu sempat ada masanya dimana saya hampir setiap hari menulis: pagi-pagi sebelum berangkat ke kantor, atau malam hari sebelum tidur. Seru banget! Awalnya hanya ingin menjemput nyaman usia menguraikan benang-benang kusut di kepala sambil berlatih menulis. Tapi ternyata, atas seizin Allah perjalanan menulis saya itu mempertemukan saya dengan @kurniawangunadi @prawitamutia @iqbalhape-blog-blog (eh bener nggak ya ini akunnya kak Iqbal? Atau yang mana sekarang?) dan @satriamaulana hingga akhirnya kami merilis buku Bertumbuh.
Long story short, sejak saat itu saya semakin nyaman menulis. Dalam 4 tahun terakhir, bersamaan dengan semakin fokusnya saya di dunia Psikologi Islam dan menjadi Psikolog Klinis, atas seizin-Nya saya menulis buku-buku dalam topik Psikologi dan kesehatan jiwa dari perspektif Islam. Sayangnya, saat itu, sejak Tumblr sempat di-banned, saya lama sekali meninggalkan halaman biru tua ini. Jadi belum banyak berkabar tentang buku-buku yang Alhamdulillah sampai dengan saat ini sudah menemani ribuan orang berproses untuk memulihkan diri.
Ini dia buku-bukunya. Salam kenal ya, warga Tumblr! Boleh banget bantu re-blog ya supaya buku ini bisa berkenalan dengan lebih banyak teman disini.
Ini buku pertama, judulnya "Untukmu yang pernah Terluka." Buku ini membahas tentang luka batin yang kita rasakan dalam dinamika kehidupan dan mengajak kita untuk memandang luka dari sudut pandang yang berbeda dengan memulangkan setiap luka kepada tempat pulang yang sebenarnya. Buku ini cocok untuk kamu yang sedang memiliki banyak luka batin yang menumpuk dan ingin memulihkan diri dari semua luka itu.
Ini buku kedua, judulnya "Tumbuh dari Luka." Buku ini membahas tentang bagaimana kita dapat bertumbuh dari luka-luka yang pernah kita alami di sepanjang hidup meski sebelumnya kita mengira bahwa hidup kita sudah berakhir karena datangnya luka. Buku ini cocok untuk kamu yang sedang merasa bahwa luka menghadirkan banyak drama di hidupmu dan ingin menjemput hari baru yang lebih bermakna dan menumbuhkan usai pengalaman-pengalaman traumatis.
Ini buku terbaru, baru rilis beberapa bulan lalu, judulnya "Mendewasakan Rasa." Buku ini berisi pembahasan tentang emosi dari sudut pandang Psikologi dan Islam, menggambarkan cara-cara konkret mengelola emosi, serta memberikan gambaran yang lugas sekaligus mengakar mengenai emosi dalam konteks kehidupan sehari-hari, pranikah, keluarga, dan pernikahan. Buku ini cocok untuk kamu yang ingin belajar menjadi dewasa dalam menghadapi emosi atau punya masalah terkait pengelolaan emosi.
Mohon doanya, ya. Semoga buku ini bisa menjadi amal shalih sekaligus bukti bakti kepada Allah atas karunia hidup, ilmu, iman, dan berbagai kebaikan yang selalu dicurahkan-Nya setiap hari. Baarakallahu fiik.
PS. Buku-buku ini tersedia di Shopee dan Tokopedia Heal Yourself Official, ya.
31 notes
·
View notes
Text
Prinsip Stoik untuk Menjadi Kuat dan Tenang di Tengah Tantangan Kehidupan
Dalam pandangan Epictetus, ada beberapa prinsip: 1. Mendengarkan lebih banyak daripada berbicara - Kebijaksanaan seringkali terletak pada suara orang lain. Ketika kita mendengarkan dengan penuh perhatian, kita membuka diri untuk belajar dari orang lain dan mendapatkan sudut pandang baru.
2. Membayangkan yang terburuk - Penyebab utama kecemasan adalah kekhawatiran akan hal-hal yang tidak pasti. Dg membayangkan yang terburuk kita bisa mempersiapkan diri untuk situasi terburuk.
3. Bersiaplah untuk gagal - Kegagalan adalah bagian alami dari kehidupan. Semua orang gagal, bahkan orang-orang yang paling sukses. Tetapi banyak orang takut gagal, dia takut dianggap bodoh atau tidak kompeten. Kita harus bersiap untk gagal. Belajar dari kesalahan. Analisis apa yang salah. Gunakan informasi untuk perbaiki diri di masa depan.
4. Sadari bahaya "keberuntungan" - Keberuntungan kadang menjadi bumerang. Beberapa orang mungkin memanfaatkan kita untuk keuntungan mereka sendiri. Jangan biarkan keberuntungan mengubahmu. Tetaplah rendah hati dan berpegang teguh pada nilai-nilai moralmu. 5. Jangan bergantung pada satu harapan - Kita perlu punya banyak tujuan dalam hidup. Beberapa tips: - bayangkan beberapa kesuksesan di masa depan, seolah-olah sudah terjadi. Tulislah berbagai tujuan yang ingin km capai. Fokus pada proses, bukan hasil. 6. Ingat kematian - Kita akan mati suatu hari nanti. Ini bukan berarti kita menjadi takut atau pesimis, sebaliknya, artinya kita harus "hidup" setiap hari seakan-akan itu hari terakhir kita. Dengan cara ini, kita akan lebih menghargai waktu yang kita miliki dan akan cenderung fokus pada hal-hal yang penting dalam hidup. Tips: - Sempatkan waktu untuk merenungkan kematian. Pikirkan hal yang penting dalam hidup. Fokuslah pada saat ini dan hiduplah setiap hari seakan itu adalah hari terakhir kita.
7. Kekayaan sejati terletak pada jiwa yang puas - Kebahagiaan adalah tentang bersyukur atas apa yang kita miliki, bukan menginginkan apa yang tidak kita miliki. Orang yang bijak adalah orang yang tidak bimbang atas hal-hal yang tidak dimilikinya, melainkan bersuka cita atas hal-hal yang dimilikinya. Hargai apa yang sudah kita capai alih2 fokus pada apa yang tidak kita miliki. Tips: - sempatkan waktu untuk bersyukur setiap hari - fokuslah pada hal-hal positif dalam hidup - bandingkanlah diri dengan orang yang kurang beruntung
8. Kerendahan hati adalah kunci untuk belajar - Kerendahan hati adalah sikap yang mengakui bahwa kita tidak mengetahui segalanya. Dengan bersikap rendah hati, kita akan lebih terbuka untuk belajar hal-hal baru. Kita juga akan lebih menghargai pengetahuan dan pengalaman orang lain. Kita perlu untuk bersedia belajar dari orang lain dan belajar menerima bahwa kita mungkin salah. Tips: - Dengarkan orang lain dg penuh perhatian - Berani untuk bertanya - Bersikaplah terbuka untuk belajar dari kesalahan - Jangan menganggap diri kita lebih baik dari orang lain
9. Rasa bersalah adalah kebodohan - Rasa bersalah adalah emosi yang kompleks yang dapat memiliki dampak besar pada kehidupan kita. Rasa bersalah yang jelek adalah yang membuat kita rendah diri, menyesal, depresi, dan yang membuat kita berfokus pada masa lalu dan tidak membuat kita belajar dari kesalahan. Ada 3 jenis sikap orang dalam menangani rasa bersalah: - Orang yang sempit pikiran menyalahkan orang lain atas kesalahan mereka. Mereka tidak mau bertanggung jawab atas tindakan mereka sendiri. - Orang biasa menyalahkan diri mereka sendiri atas kesalahan mereka, mereka merasa malu dan menyesal tetapi mereka tidak mengambil tindakan untuk memperbaiki kesalahan mereka. - Orang bijak melihat rasa bersalah sebagai kebodohan. Mereka berfokus pada masa depan dan memperbaiki kesalahan mereka. Memaafkan diri sendiri. Yang ketiga adalah yang terbaik.
10. Berteman dekatlah dengan orang-orang yang positif Teman bisa berpengaruh pada diri. Pikiran dan sikap negatif bisa menular. Khususnya untuk yang pertahan dirinya masih lemah, berteman dekatlah dengan mereka yang positif. Orang positif akan membantu kita melihat dunia dengan cara yang lebih positif. 11. Reaksi anda membentuk takdir anda Apa yang terjadi pada kita tidak selalu ada dalam kendali kita. Namun bagaimana kita bereaksi adalah sepenuhnya dalam kendali kita. Reaksi kita membentuk takdir kita. Kita bisa memilih tetap ada dalam kesedihan atau kita bisa memilih untuk membuka jalur pengetahuan diri. Ketika kita memilih untuk bereaksi secara positif, kita membuka diri untuk kemungkinan baru. Kita dapat belajar dari pengalaman kita dan menjadi orang yang lebih kuat dan lebih bijaksana. Tips: - fokus pada hal-hal yang dapat kita kendalikan - jangan menyalahkan orang lain atas situasi anda - pelajari dari pengalaman anda - bersikaplah optimis terhadap masa depan 12. Lakukan kewajiban Kita semua punya kewajiban sesuai dg bagian kita. Penting untuk memenuhi kewajiban kita. Kita harus melakukan tugas kita tanpa menunggu kesenangan atau pujian dari orang lain. Matahari tidak memerlukan pujian atau pesona untuk terbit setiap hari. Matahari hanya melakukan apa yang sudah seharusnya dia lakukan tanpa mengharap pengakuan. Lakukan itu karna itu hal yang benar untuk dilakukan. Ketika kita melakukan kewajiban kita, itu adalah hal yang baik untuk diri kita sendiri dan untuk orang lain. Tips: - Kenali peran Anda - Fokus pada hal-hal yang bisa dikendalikan - Jangan menunggu kesenangan atau pujian untuk melakukan pekerjaan Anda 13. Abaikan mereka yang membenci anda - Kita semua pernah mengalaminya. Penting untuk tidak membenci mereka yang membenci kita. Kita perlu untuk mengabaikan mereka. Mereka tidak layak untuk waktu dan perhatian kita. Mereka tidak pantas untuk kita habiskan energi kita untuk membenci mereka. Mengembangkan kebencian hanya akan menyakiti diri kita sendiri. Kebencian akan membuat kita menjadi orang yang negatif dan tidak bahagia.
14. Kesederhanaan - Kemewahan adalah hal yang menarik. Kita semua ingin hal-hal yang kita inginkan dan butuhkan. Namun apakah kemewahan itu benar-benar membuat kita bahagia? Sejatinya, kesederhanaan adalah kunci untuk kebahagiaan. Hidup sederhana dapat membuat kita lepas dari tekanan dan kecemasan. Kemewahan membutuhkan komitmen dan banyak energi sehari-hari untuk dapat mempertahankannya. Kita harus bekerja keras untuk mendapatkan barang-barang mewah, juga untuk merawatnya. Ketika kita memilih hidup sederhana, kita berhenti dikelilingi tekanan tanggal jatuh tempo tagihan. Ketika hidup sederhana, kita lebih ada banyak waktu untuk menikmati hal-hal yang penting, spt: keluarga, teman, dan hubungan kita dengan diri sendiri. Kesederhanaan dapat membantu kita lebih menghargai hal-hal yang kita miliki.
15. Jangan biarkan orang lain mengendalikan kehidupan anda - Kita hanya akan bisa marah jika kita membiarkan diri terganggu oleh orang lain. Sebaliknya, jika kita bisa mengendalikan emosi kita, kita akan menjadi orang yang lebih kuat dan lebih bahagia. Kita memiliki kunci internal di dalam diri kita. Beberapa kunci membawa kita ke kebahagiaan, sementara yang lain langsung menuju ke kehancuran emosional. Kunci yang menuju kehancuran emosional adalah kunci yang kita serahkan kepada orang lain. Kita menyerahkan kunci ini ketika kita membiarkan orang lain mengendalikan emosi kita. Solusi: mendirikan suatu penghalang yang mencegah kita terpengaruh dengan sikap orang lain. Kita bisa membangun penghalang ini dengan menyadari bahwa setiap individu adalah pemilik dari apa yang mereka katakan. Kita juga mempunyai kekuatan untuk memutuskan apa yang kita pilih untuk didengar. Ketika kita menyadari hal ini, kita akan lebih sulit untuk mendengar dan terpengaruh dengan sikap orang lain (khususnya yang negatif). Tips: - fokus pada diri sendiri dan pada hal yang kita sukai - jangan biarkan orang lain menguasai pikiran anda - bersikaplah positif dan optimis
16. Persahabatan adalah kekayaan sejati Persahabatan adalah hubungan yang sangat berharga. Teman sejati adalah orang selalu ada untuk kita, baik dalam suka maupun duka. Mereka akan mendukung kita saat kita membutuhkannya, dan mereka akan membuat kita tertawa saat kita merasa sedih. Persahabatan juga dapat memberikan kita rasa kebersamaan dan ikatan yang kuat. Teman-teman kita dapat membantu kita untuk lebih terhubung dengan dunia sehingga bisa membuat kita merasakan dukungan dan cinta. Tips: - jadilah diri sendiri - jadilah pendengar yang baik, luangkan waktu untuk mendengarkan teman-teman anda - berikan dukungan - bersedialah membantu teman-teman anda saat mereka membutuhkannya - nikmatilah kebersaman - luangkanlah waktu untuk bersama teman-teman anda
17. Selalu cari kebaikan dari setiap situasi - Penting untuk memiliki sikap positif dalam hidup. Ketika kita mencari kebaikan dalam setiap situasi, kita akan lebih mudah dalam menghadapinya. Kita juga akan cenderung melihat peluang baru yang tidak kita sadari sebelumnya. 18. Jangan khawatir pada hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan - Kehidupan bisa menjadi hal yang kompleks dan penuh tantangan. Kita seringkali dihadapkan pada hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan. Ketika kita fokus pada hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan, kita hanya akan membuat diri kita sendiri menjadi stress dan gelisah. Kita adalah pemilik pendapat kita sendiri tetapi bukan reputasi kita. Kita bisa mengontrol apa yang kita pikirkan dan rasakan, tetapi kita tidak dapat mengontrol apa yang orang lain pikirkan atau katakan. Kita juga memiliki keinginan dan semangat untuk mencari, tetapi kita tidak dapat mengontrol jumlah keberuntungan dan kesuksesan kita. Kita bisa bekerja keras dan berusaha sebaik mungkin, tetapi kita tidak dapat menjamin mendapat hasil spt yang kita inginkan. Oleh karena itu, khawatir dan menjadi pahit pada hal-hal yang tidak dapat kita kendalikan hanyalah membuat keputusan untuk membuang-buang waktu.
Source: diringkas dari video di laman https://www.youtube.com/watch?v=bQD367YMTH4
31 notes
·
View notes
Text
Untuk temannya sabrina (saya)
Dan sabrina.
Di pagi hari, sebuah cahaya tiba berupa pesan dari guruku pada salah satu grup kelas online kami. Setelahnya, aku jadi tak perlu restock kontak lens, ternyata ghodul bashar jalur lepas kacamata bisa berguna juga, wkwk Alias, wahai Fatimah dan Sabrina, Tidak usahlah banyak mau tau. pusing.
---------------------------Revision ver. setelah emosi saya stabil, haha.
Cahaya ini manakala datang, telak terhujam padaku. Seperti jawaban atas tanya yang lama dinanti. Sebutlah sebuah resah; aku tak pernah percaya pada diriku, tak percaya pada pilihanku. Kepalaku terlalu bising, ucapan orang lain juga terlalu sulit diterima. Syukurlah, Maha Baiknya Tuhanku, tetap diberikan kebaikan pada lemah ini, setidaknya aku dimudahkan untuk tawakkal dan bersandar pada-Nya.
Maka demi hadirnya cahaya ini di suatu pagi, aku seakan mendapat alasan untuk mempercayai diriku, akhirnya. Ternyata aku masih punya harapan!
Meski berarti, harus menempuh jalan bernama; ghadul bashar.
Ini sulit, sungguhan. Aku terlalu cinta manusia. Dibanding membaca susunan kata, aku lebih senang membaca emosi, gerakan, dan mimpi seseorang. Menelaah guratan wajah, merenungkan nada bicara, mempersambung satu data-dengan-data lainnya, dengan sangat mudah bisa kulakukan. Namun, setelah dipikir lagi, makhluk ini pula yang kerap Allah jadikan ujian untukku.
Tanpa perlu sengaja banyak melihat, kepalaku sudah penuh. Dengan data-data sekedarnya saja, aku sudah lelah. Lah sekarang, kenapa gaya-gayaan ingin tahu banyak hal ya? okelah bila yang ingin diketahui ini jelas bisa kupertanggungjawab-kan, lah ini, saya pun tahu sendiri betapa hatiku bermain di pinggir jurang, bila mengetahuinya?
tahu, jadi pusing sendiri. tahu, jadi kepikiran sendiri. tahu, jadi harus ambil langkah.
Maka sejak hari itu, aku menambah point baru di proposalku pada-Nya. Aku mau dikasih kejernihan hati! Aku mau dikasih kebenaran firasat! Aku mau punya jiwa yang kuat!
Ya berarti, dengan doamu itu ya, Fatimah, tidak usah banyak melihat hal-hal yang tak jelas. Tak jelas Allah bakal suka atau tidak. Tak jelas bisa kau pertanggungjawab-kan atau tidak. Sudahlah, yang jelas-jelas saja Dia sudah suka dan ridho, baru dilihat.
Sulit sekali sih ya hem. Tapi agaknya, jalan menuju-Mu memang begini semua ya, yaa Rabb? setiapnya, meminta semua dariku.
-------------------
Untuk guruku, Semoga Allah jaga beliau. Salah satu guruku yang pintarnya menguar sekali. Tiap bicara selalu mengutip ulama A dan B dari kitab A dan B, permisalan yang diberikan juga kerap mengundang tawa, menarik. Beliau sungguhan hebat mengelaborasi berbagai ilmu beliau (sekarang pun sedang ambil s1 lagi di ptn indo. ya Allah berkah-berkah ustad!) Paling indah, tentu adabnya. Cara beliau menukil ucapan ulama dahulu, cara beliau menghadapi muridnya yang bertanya tiba-tiba, pilihan kata-kata beliau setiap mengomentari kasus di kehidupan nyata, dan cara mengajarnya.
Aih, nikmat sekali memandang ilmu-ilmu yang menjelma nyata itu...
Semoga Allah balas setiap hurufnya ya, ustad. Lately kajian beliau anywhere ya masuk telingaku. asik banget sih soalnya. pinter banget juga. dah. sekian.
9 notes
·
View notes
Text
Aku di November
Menghabiskan akhir pekan di bulan november tahun ini dengan menciptakan momen bersama si 'mawar tak berduri'.
Siapa yang tak kesal akhir pekan yang harusnya bisa beristirahat dengan tenang, malah disibukkan dengan kegiatan organisasi yang beruntun? Aku lah orang yang kesal itu. Aku tau aku tak sesibuk orang lain yang di akhir pekannya bahkan tak ada waktu istirahat, tapi aku merasa perlu untuk otak dan tubuhku beristirahat. Tugas yang menumpuk dan ujian yang beruntun membuatku merasa lelah jika tubuh ini tak direhatkan barang sejenak. Tapi mau bagaimana lagi, aku punya amanah juga tuntutan untuk menghadiri kegiatan organisasi. Jika aku memilih untuk absen, aku pun tak punya alasan tepat yang bisa ku ajukan. Walaupun banyak mengeluh di awal ujungnya aku tetap mengikuti kegiatan tersebut.
Minggu pertama, baru saja memasuki tanggal baru di bulan november aku sudah harus mendatangi acara bookdate dan diskusi isu publik.
Minggu kedua, aku harus merelakan 2 hari waktu liburku untuk mendatangi acara pelatihan dasar organisasi. Acara ini dimulai dari jum'at hingga sabtu, yang artinya juga aku yang baru menyelesaikan sesi perkuliahanku mau tak mau harus mendatangi acara organisasi. Di hari minggu aku kembali keluar dari kontrakan. Pada hari ini aku menjual baju bekas yang dimana kegiatan ini merupakan salah satu program dari divisi yang sedang aku jalani saat ini.
Minggu ketiga, aku bisa bernafas sejenak dari padatnya kegiatanku dari akhir bulan oktober.
Minggu keempat, ini adalah ujung dari perjalanan organisasi yang aku ikuti setahun terakhir. Lagi dan lagi aku mengeluh ketika aku tahu tempat pelaksanaan kegiatan di minggu ini akan diadakan di Bekasi yang mana tempat tersebut jauh dari tempat tinggalku dan menempuh waktu yang lama untuk sampai disana. Bahkan, orang-orang menyebut Bekasi dengan 'planet lain'. Karena rasa tanggung jawab yang ada di diriku pastinya aku ikut kegiatan tersebut dengan mengeluh di awal (sepertinya aku dan mengeluh sudah menjadi satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan). Tak banyak ber-ekskpektasi untuk minggu yang melelahkan ini, tapi nyatanya Allah jadikan indah di akhir perjalanannya. Allah jadikan celetukan dan tawa dari teman-teman sebagai penghibur dari lelahnya minggu ini. Aku tak pernah menyangka di minggu ini dua emosi yang bertentangan diluapkan; senang dan sedih. Aku tak pernah mengharapkan akan ada tangis yang membersamai di dalamnya, tapi begitulah kenyataannya. Kumpulan momen kecil yang tercipta sama dengan momen berharga yang sayang untuk dilupakan.
Minggu kelima, bagian penerimaan. Momen berharga itu begitu melekat, rasanya jiwa ini berhenti di minggu lalu dan untuk sadar pun butuh waktu satu minggu.
November, bulan kesebelas yang penuh cerita.
November mengajakku memetik makna bahwa selalu ada senyum dibalik duka.
Aku bahagia tiba di bulan November ceria.
Ingin rasanya hati tersenyum dalam tawa.
(November ceria, karya: Ozy V. Alandika)
8 notes
·
View notes
Text
Bismillah, tarik napas...
Baiklah hari-hari PMS akan segera hadir. Mari kita hindari trigger-trigger yang berpotensi membuat emosi jiwa :)
9 notes
·
View notes
Text
Aman dan Nyaman
Aku baru sadar ketika kugali lagi diriku sendiri. Ternyata, yang aku butuhkan terkait pasangan itu aku bisa memperoleh rasa aman dan nyaman. Selaras dengan arti "Sakinah" bila mendoakan orang menikah.
Rasa nyaman dan amannya meliputi apa? Luas banget!
Aku nyaman jadi aku sendiri di depan pasanganku. Entah itu salto, ekspresif, apa pun yang tidak merugikan orang lain dan enggak makan rumput tetangga.
Aku nyaman untuk cerita dan membuka kelemahanku pada pasanganku. Dia gak ngejudge, validasi apa yang kurasakan, ngepuk-puk, kemudian bertanya akan hal yang membuat aku nyaman lagi.
Aku nyaman menjadikan pasanganku tempat bersandar. Dia cukup kuat bahunya, bisa nopang aku dan kerandoman hidupku yang sering kali masih belajar mengelola diri dan emosi. Bukan tak jadikan samsak, tapi aku akan terus belajar untuk manajemen emosiku, karena ini tanggung jawabku sebagai manusia wkwk.
Aku aman untuk nyanding dia. Obrolannya setara, nyambung, guyonannya juga setara. Aku aman untuk cerita apa pun, didengarkan dengan baik, diberi masukan dan sudut pandang bila aku minta.
Aku aman terkait tanggung jawab dia sebagai laki-laki terhadap tampilannya sendiri. Dandan rapi dan pantas, enggak bau badan dan mulut pas ketemu aku maupun orang lain. Ajining rogo soko busono benar-benar diterapkan secara nyata. Bukan berarti harus fashionable, namun dandan rapi dan pantes.
Aku aman terkait karakternya. Bagaimana cara mengendalikan diri, bagaimana memperlakukan pasangan dengan sebaik-baiknya cara. Bagaimana tetap ngerti batasan, enggak merendahkan pasangan di depan orang lain. Bisa berbaur dengan orang lain tanpa rasa kikuk berlebih. Bisa memanajemen emosinya dengan baik yang membuat aku gak ketakutan dan mikir, "Orang ini marah perkara apalagi ya ke aku?"
Aku aman terkait finansial. Ini dasarnya aku enggak muluk-muluk. Yang penting setiap bulan ada yang bisa dibuat pegangan, punya tabungan, minim (kalau bisa ya enggak ada) utang, tanggungan aman, bisa ngasih keluarga masing-masing. Kalau perkara finansial, aku bisa bantu juga buat usahakan lewat kerjaku (kalau aku tetap dibolehin kerja ding wkwkw).
Aku aman untuk melakukan apa yang kusuka. Bekerja. Olahraga. Ngegym. Nulis. Berkarya. Bermanfaat bagi orang lain. Berdaya. Belajar. Ketemu teman. Mimpiku enggak diremehkan, kegiatanku enggak dikekang asal tahu waktu dan paham akan tujuan dan risiko yang dihadapi.
Aku merasa aman aman berbagi apa pun ke pasanganku. Berbagi peran, saling backup satu sama lain, kerja sama, minta tolong, berbagi suka, keresahan, hal-hal random yang baru kami temukan bersama.
Aku merasa aman saat bersama dia di satu acara. Ketemu keluarga besar, reuni, atau acara yang sering kali ada celetukan sensitif, yang bikin aku gak nyaman. Pasanganku bisa sigap lindungi aku, belain aku di depan keluarga maupun teman-temannya, bahkan siap menghindarkan aku dari hal-hal yang membuatku gak aman.
Aku aman melihat pasanganku kelak bisa jadi rumah bagi aku, cinta pertama bagi anak perempuannya, guru yang baik bagi anak laki-lakinya. Aku merasa beruntung dan aman bisa mencarikan figur bapak yang baik untuk mereka.
Tentu, yang paling penting, aku aman terkait ilmu pengetahuan dan ilmu agama yang dimiliki pasanganku. Enggak fixed mindset. Mau belajar dan tumbuh bareng. Salatnya tertib. Ngajinya oke, minimal bisa ngajari aku juga. Diajak ibadah lainnya juga ayo.
Oh, juga mau diajak sehat bersama wkwkwk. Diajak olahraga ya ayo. Makan makanan yang sehat. Enggak merokok. Istirahat cukup. Aku merasa aman bila pasanganku tumbuh sehat jiwa raga.
Akan di-update seiring berjalannya waktu dan kapasitas pengetahuanku.
26 notes
·
View notes
Text
Jiwa yang Sakit
Masih lanjutan obrolan dengan psikiater kemarin. Dari mulai tentang kondisi diri, fenomena pernikahan, dan banyak diskusi lainnya.
Banyak orang yang nggak menyadari bahwa hambatan dalam hidupnya sebagian besar berasal dari dirinya sendiri, memang ada di dalamnya peran lingkungan, orang lain, dan lain-lain. Tapi keputusan atau respon atas masalah tersebut, berasal dari cara berpikir / sudut pandang terhadap masalah dan bagaimana keputusan itu diambil.
Bagaimana caranya agar kita tahu, kita itu bagaimana? Asesmen, kalau mau tahu lebih cepat. Memang bisa melewati proses pembelajaran hidup, tapi mungkin butuh waktu, butuh banyak sumber daya. Proses untuk mengenal diri memang sebuah perjalanan panjang, dari hasil diskusi sebelumnya aku pun lebih terbuka untuk memahami kenapa hidup membentukku seperti sekarang. Apa yang harus dipertahankan, ditingkatkan, atau direduksi karena hal itu berpotensi merusak fungsi hidup ataupun hubungan sosial.
Aku belajar untuk bisa memahami kenapa cara pengambilan keputusanku demikian. Apa yang membuatnya jadi demikian. Aku juga menyadari kalau banyak sekali masalah yang terjadi itu lebih karena pikiran. Tidak benar-benar ada, tapi di ada-adain. Bahkan dalam kondisi mental emosional yang benar-benar bermasalah, ada orang lewat depan kita - salah, padahal orang tersebut nggak kita kenal, cuma lewat doang.
Dalam narasi yang kubaca beberapa waktu yang lalu, setiap orang itu ibarat truk sampah, dan kadang dia perlu untuk membuang sampah-sampah itu jika sudah penuh. Sayangnya, nggak semua orang bisa mengontrol dimana buang sampahnya.
Emosi kita dijalan raya, di tempat kerja, di sekolah, di media sosial, dan sebagainya bisa jadi karena manajemen emosi tersebut tidak bisa kita kendalikan dengan baik, atau mungkin orang lain tidak bisa mengendalikan itu dengan baik sehingga dia buang sampah emosinya kepada kita. Padahal menurut kita, nggak salah apa-apa. Kita cuma lewat doang. Entah mungkin hidupnya penuh kebencian, penuh ketidaksukaan, kita nggak tahu. Kalau ada orang yang kayak gitu, biarin aja lahh gak usah diurus, ujar psikiaterku kemarin.
Memahami perspektif masalah dari sudut pandang yang tepat dan luas membuat kita lebih mudah menjalani hidup. Karena nggak semua masalah, itu masalah. Tapi juga tidak mematikan kepekaan untuk melihat masalah.
Hidup manusia itu kayak buku. Kita sering tak bisa membacanya dari luar, tapi kadang, buku itu menceritakan isinya sendiri tanpa kita perlu membacanya. (c)kurniawangunadi
263 notes
·
View notes
Text
Sejak ditinggal ibu wafat 5 tahun lalu, gue ngerasain bahwa setelah nyawa kita hilang setenganya, akan selalu butuh waktu yang lama untuk memperbaiki hidup.
Ada tahap-tahap yang membutuhkan kesabaran. Nggak akan langsung 100 persen pulih. Psikolog dan psikiater adalah sarana dasar untuk menyembuhkan jiwa yang luka. Di luar itu, kita yang masih harus bersabar merawat jiwa sekaligus bertahan hidup pelan-pelan.
Gue ngerasain progressnya. Bergeser dari kamar yang berantakan dan seharian cuma di kasur menjadi workaholic dan jalanin hidup yang tidak mindfull sama sekali karena lari dari kenyataan. Sekarang? Kadang masih sedih meskipun sudah lima tahun berlalu. Tapi sudah lebih berani menghadapi kenyataan, punya cita-cita, punya tujuan hidup dan bisa merasakan emosi normal layaknya manusia dengan jiwa yang sehat. Depresi terkadang membuat perasaan kita hambar, numb dan seperti tenggelam di titik gelap. Saat kamu sampai di situ, kamu harus yakin bahwa it is just a bad day. Hidup kamu masih harus berjalan sampai Allah sendiri yang memanggil kamu :")
101 notes
·
View notes
Text
Persepsi Ramadan
Ramadhan waktu SD rasanya seru, karena sekolah jadi pulang awal. Tidak sabar pakai baju baru waktu lebaran dan libur panjang.
Ramadhan waktu SMP lebih seru, karena tiap berbuka ibu sering bikin es. Tidak sabar tiap lebaran bertemu dengan saudara sepantaran dan dapat THR.
Ramadhan waktu SMA menyenangkan, karena punya teman ngabuburit. Tidak sabar tiap lebaran makan makan besar dan makan berbagai macam kukis.
Ramadhan waktu kuliah terasa hambar, jauh dari rumah dan punya agendanya masing2. Terasa mulai membosankan dan berat.
Ramadhan waktu awal bekerja, tidak jauh beda, hampir tidak ada excitement,skeptis. Hanya berharap untuk cepat libur saja.
Ramadhan saat ini. Menyadari bahwa kemarin ramadhan terasa membosankan, karena aku berjangkar dari apa yang bisa kulihat, kudengar, kukecap, kuraba, kuhirup. Ketika ada unsur yang hilang, Ramadhan terasa tidak ada artinya. 'Sama saja seperti bulan lainnya, hanya lapar dan haus saja'. Tapi, ternyata bukan hanya tentang menahan lapar dan haus. Aku bukan sedang menghadapi tubuhku yang lapar, haus dan lemas. Tapi menghadapi pikiranku. Saat ini lebih sulit menahan emosi ketimbang menahan lapar. Lebih sulit menahan apa yang ada dalam pikiranku, tentang oranglain, tentang pekerjaanku, tentang diriku. Berlipat lipat menjadi lebih sulit karena disaat yang bersamaan aku pun menahan haus, lapar dan lemas. Puasa bukan hanya memberi jarak antar makan dan minum, tetapi memberi jarak antara pikiran ku dengan diriku. Mengijinkan diriku untuk menonton pikiranku sendiri.
Kalau idulfitri artinya memang 'kembali berbuka' dan 'kembali fitri', bagiku esensinya bukan kembali ke 0. Tapi bagaimana diriku akhirnya kembali terbuka pada fitrah manusia yang dapat menyeimbangkan antara pikiran, tubuh dan jiwa.
Aku pikir selama ini aku sudah cukup paham dengan diriku sendiri. Seberapa batas tubuh menahan haus dan lapar. Tapi ternyata bukan hanya itu, tapi, seberapa jauh aku bisa mengendalikan diriku sendiri, seberapa jauh aku punya kontrol penuh atas pikiranku sendiri.
Setidaknya, ini bagiku, mungkin orang lain punya pengalaman dan persepsi yang berbeda.
15 notes
·
View notes