#diperjuangkan
Explore tagged Tumblr posts
Text
EFFORT
Saya kadang aneh dengan kebanyakan perempuan di Indonesia. Jamak mereka merasa dirinya harus dikejar, diraih, diusahakan. Mereka merasa sudah tertanam di DNA masing-masing bahwa perempuan harus diupayakan dan lelaki harus mengupayakan. Laki-laki harus mengejar mereka jika tertarik. Bahkan mereka rela jika menganggap diri mereka bagaikan trofi yang diperjuangkan. Ini dasarnya dari mana? Mentalitas begini yang justru melestarikan budaya patriarki, male-dom, dan objektifikasi perempuan. Seolah perempuan itu materi yang kadang perlu diperebutkan. Tidakkah cukup hikayat-hikayat masa lalu tentang perempuan yang selalu menjadi simbol piala; subordinat yang tidak pernah menjadi aktor utama alias figuran-figuran? Mengapa masih mempertahankan budaya subordinasi ini sementara peradaban kita telah berkembang? Bahkan, agama yang bersifat holistik sampai turun tangan membebaskan kita dari ketidaksetaraan kedudukan.
Padahal, hubungan itu yang seharusnya diperjuangkan. Sama-sama mengupayakan, sama-sama saling melengkapi. Tidak ada yang dibuat lebih berupaya, semua sama-sama punya upaya. Bertemu di titik tengah. Laki-lakinya ke situ, perempuannya juga ke situ. Karena upaya yang tidak seimbang hanya akan menghasilkan dominasi sepihak. Bahkan, ada yang akan fatique lebih dahulu karena usaha telah keluar banyak. Ini yang membuat hubungan langgeng karena semua pihak punya effort yang sama.
161 notes
·
View notes
Text
Seperti halnya safar, ada tempat-tempat yang memang hanya ditakdirkan untuk kita lewati, bukan sebagai pelabuhan utama. Jadi, jika ditakdirkan untuk lewat maka biarkanlah ia hanya sekedar lewat saja. Tak usah diperpanjang cerita dan masanya.
Ibarat mawar hitam yang kamu temukan di jalan, namun tak layak untuk diperjuangkan.
Yang lewat, pokoknya biarkan lewat saja.
Ruang semesta, November 2024.
237 notes
·
View notes
Text
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/daa152ac969d4fddf389f3eecfada14e/e87c4c428d3371b1-0c/s500x750/3960d780edf9a0138a7e5981cfaef714e0aa8de2.jpg)
Sengaja diam, padahal separuh rindu. Sengaja gak ganggu, padahal sepenuh hati menunggu.
Aku terlalu cepat menjadikan mu rumah, sampai aku lupa bahwa dirimu hanya sekadar singgah.
Bagiku, kamu adalah sebuah kepastian untuk diperjuangkan. Sedangkan bagimu, aku masih sekadar keraguan untuk ditetapkan.
114 notes
·
View notes
Text
Sungguh, setelah lelah dan capek yang panjang ini, akan ada waktunya kebahagian itu kita dapatkan. Sebab tak mungkin janji Tuhan itu salah dan meleset. Seperti seorang yang berpuasa, selapar dan sehaus apapun itu, pasti tiba waktunya ia berbuka.
Tidaklah akan ada kenikmatan dan kelezatan yang bisa kita dapatkan dan cicipi, setelah kita mati-matian bermujahadah, bersusah payah, dan memakan lelah juga keringat.
Kadang harus menepi sejenak, untuk beristirahat dan menenangkan diri. Kadang juga harus menyendiri sebentar, untuk memastikan bahwa apa yang sedang diperjuangkan itu memang layak untuk diusahakan.
Setelah ikhtiar yang panjang ini, maka biarkan doa-doa kita yang bekerja, menemani langkah-langkah terakhir yang sudah semelelahkan ini.
Sebut nama-Nya, saat lapang dan sempit. Sabar, sebentar lagi Allah berikan hadiahnya, ya :)
@jndmmsyhd
93 notes
·
View notes
Text
Berpikir Positif pada Hidup Sendiri
Dulu aku sempat bertanya-tanya pada guruku,"Mengapa kita membuat rencana sedemikian rupa buat masa depan, padahal ujung-ujungnya kalau takdirnya berkata lain - ya bubar semua."
Aku pernah berpikir buruk tentang masa depanku sendiri. Sewaktu kuliah dan bingung harus ke mana setelah itu, aku masih tidak yakin bahwa masa depanku akan bisa mencapai hal-hal yang pernah kutulis dalam rencanaku.
Guruku mengajarkan untuk tidak pernah putus harapan kepada Tuhan. "Jika saat ini kamu memiliki bibit tanaman ditanganmu, tetaplah tanam sekalipun kamu tahu besok pagi akan kiamat." Aku belajar untuk berpikir positif dengan hidupku sendiri.
Karena dari hidup yang telah berjalan, aku diajarkan oleh mereka jika orang pertama yang "hijack" hidupku adalah diriku sendiri.
Diriku sendiri yang mematahkan mimpi.
Diriku sendiri yang tidak yakin sama diri sendiri. Diriku sendiri yang menghalangi untuk mengambil kesempatan karena terus menerus memelihara rasa takut.
Diriku sendiri yang tidak pernah memberi penghargaan yang layak untuk apa-apa yang sudah dilakukan.
Diriku sendiri yang mengerdilkan apa-apa yang aku lakukan.
Diriku sendiri yang menghalangiku mendapatkan pelajaran karena terus menerus merasa benar dan keras kepala, tidak bisa menerima nasihat.
Diriku sendiri yang menghalangiku dari orang-orang baik karena aku berdiam diri, mengurung diriku, tak mau mulai berkenalan dengan orang dan membuka diri.
Diriku sendiri, yang selama ini melakukan semua itu. Dan aku tidak bisa menerima kenyataan itu, melempar kesalahan-kesalahan diri sendiri ke orang lain. Orang lain yang jahat, orang lain yang begini dan begitu. Seolah-olah hidupku paling menderita dan tidak bisa melihat orang lain yang kubenci juga bahagia. Hidupku penuh dengan rasa benci.
Dulu.
Kini aku merasa telah melewati semua itu. Banyaknya orang yang silih berganti dalam hidup. Ada yang membawa kebaikan, ada yang membawa pelajaran. Yang penting bisa terus melihat dari sisi positif, melihat ke dalam diri dan banyak refleksi.
Dunia ini terus berjalan dengan beragam situasi. Ada kondisi baik, ada kondisi yang mungkin tidak sejalan dengan apa yang kita inginkan. Tetaplah membuat rencana buat hidup sendiri. Hal-hal baik di masa yang akan datang yang ingin diraih, yang ingin diperjuangkan. Percaya terus kepada Tuhan yang memiliki hidup, Dia tidak mungkin membuat takdir yang buruk. Semua takdir itu baik, kita sajalah yang sering salah memahami maksudNya. Mungkin karena keterbatasan ilmu kita, atau mungkin karena bebalnya diri kita, kerasnya hati kita untuk menerima nasihat dan kebenaran.
Semoga diri ini terus dimudahkan untuk bisa memahami hal-hal tersirat dalam hidup. Semoga hati ini dilembutkan sehingga mudah menerima kebenaran. Semoga lisan dan tangan ini juga mudah dikendalikan, agar tidak keluar kata-kata buruk yang menyakiti orang lain. Dan juga, menyakiti diri sendiri.
524 notes
·
View notes
Text
Adakah rasa penyesalan darimu karena tidak mencoba lebih keras? Atau mungkin, bagimu, aku memang tidak pernah cukup penting untuk diperjuangkan? Aku terus bertanya-tanya, apa aku terlalu cepat menyerah, atau justru kamu yang tak pernah benar-benar memulai. Setiap malam, bayangan akan 'seharusnya' menghantuiku—seharusnya kita bicara lebih jujur, seharusnya kita saling memahami lebih dalam. Tapi pada akhirnya, hanya aku yang bertahan di persimpangan itu, menunggu sesuatu yang bahkan kamu sendiri tak ingin kejar. Mungkin, penyesalan ini hanya milikku saja, tak pernah dimiliki olehmu.
Adakah sesal? // Andira Wu
55 notes
·
View notes
Text
Mutual
"Fitrah perempuan itu dikejar", kata banyak perempuan.
Menurutku, gak gitu konsepnya. Mesti mutual, saling, gak bisa cuma jadi si-paling ingin diperjuangkan.
Kalau suka, let him/her know. Kalau respon nya anyep, mundur, bukan malah denial. No response is a response.
Entah kamu ada di posisi yang tertarik, atau yang di-tertariki, let him/her know what you feel, what your response. Kasih batasan yang jelas. Kalau ditolak, cari yang lain, manusia bukan cuma dia.
24 April 2024
205 notes
·
View notes
Text
Mimpi.
Aku pernah punya banyak mimpi, sampai aku lupa bahwa aku pernah memimpikan hal-hal tersebut. Saat ini, Allaah memberikan kesempatan aku untuk menjalani beberapa mimpi itu. Kadang aku merasa takut dan khawatir, juga excited, tidak jarang juga menangis diam-diam karena ternyata tidak selalu mudah juga yaa melalui dan menjalani mimpi tersebut.
Mungkin aku tidak akan sampai disini jika bukan karena Allaah. Mungkin aku juga masih diposisi yang sama, stuck, tidak belajar, kurang berkembang, dan kurang pengalaman, bila terus menerus tidak berani mengambil pilihan signifikan dan memutuskan jalan yang berbeda, yang risiko dan konsekuensinya juga cukup besar ini.
Beberapa hal memang tidak sesuai yang diharapkan, tapi pada bagian lain ternyata lebih baik dari yang diekspetasikan. Banyak yang harus terus dan lebih diperjuangkan, tapi juga ada yang harus direlakan dan diikhlaskan. Kita tidak bisa memaksakan semua hal.
Dan apapun rencana yang sudah kita siapkan, semoga Allaah senantiasa meridhoi-Nya dengan sebaik-baik balasan.
65 notes
·
View notes
Text
Jika Allah memudahkan dan mempercepat doamu, kamu harus siap dengan segala konsekuensinya. Pasti ada hal-hal yang harus diperjuangkan setelahnya. Dan butuh usaha yang tak biasa. Jaga niat baik, tetap berprasangka baik, dan lakukan apa yang bisa dikerjakan dengan setulus hati. Semoga Allah jaga selalu.
170 notes
·
View notes
Text
Melewatkan orang baik..
Tidak ada yang akan kusesali nantinya melewatkanmu ataupun menunggumu. Diantara keduanya ada konsekuensi yang akan memintaku saat aku memilih. Namun satu hal yang aku syukuri, setidaknya aku pernah diperjuangkan dengan sebagaimana mestinya. Meski pada akhirnya masing-masing dari kita memilih diam dan pergi untuk saling menjauh.
Tidak semua perjumpaan akan berujung pada kesepakatan. Tidak semua yang bertemu akan selalu bersama. Demikian, bukan?
Melewatkan orang baik itu nyata adanya. Edisi nemenin ibu jalan-jalan pagi. Pagi ini bertemu dengan salah satu teman pengajian ibu.
Ibu Y: ".... mba dandelion (nama disamarkan) qadarullaah nggak bisa lanjut proses kemarin, Bu."
Keluarga kami cukup dekat sehingga ibu Y seringkali bercerita banyak hal dengan ibuku.
Ibu Y: "Saya sedikit kepikiran, Bu. mba Dandelion setelah proses ta'aruf dengan Ikhwan tersebut, akhir-akhir ini lebih sering menangis, lebih menutup diri dari biasanya. Tapi setiap kali ditanya, jawabannya selalu diam dan memilih menghindar. Barangkali mba Nisa bisa ajak mba Dandelion ngobrol-ngobrol ya. Dari kemarin pengen ngobrol sama Nisa katanya. Tapi takut ganggu mba Nisa."
aku: "nggeh, Bu. Nanti saya coba chat mba Dandelion lebih dulu. Bertanya kabar, semoga bisa sedikit terbuka dengan saya."
Ibu Y: "ikhwan ini datang kerumah menegaskan bahwa tidak bisa melanjutkan proses ta'aruf. Mas F (inisial Ikhwan yg sedang proses) datang dengan kakaknya untuk menegaskan.
Awalnya mba Dandelion mengabarkan kalau akan ada seorang laki-laki yang Alhamdulillaah sudah ngaji dan Insya Allaah baik pemahaman agamanya. Suami saya menyambut dengan senang perihal kabar baik itu. Dan atas izin Allaah keduanya bertemu dan memutuskan untuk proses ta'aruf. keduanya ini saling tertarik dan merasa cocok satu sama lain. Delapan kali datang kerumah dan saling terlibat pembicaraan bersama.
Mas F bilang kalau belum bisa datang bersama bapak ibunya untuk meminta mba Dandelion dikarenakan ibunya sedang dalam kondisi sakit.
Kamipun paham kondisi mas F, dan kami mencoba memberikan garis ketegasan untuk anak perempuan kami satu-satunya ini. Bapaknya (suami saya) tidak ingin putri kesayangannya ini tidak ada kejelasan status. Bapaknya meminta agar ada kejelasan bagaimana kelanjutan dari proses ta'aruf ini. Akhirnya mas F mengatakan akan segera mengkhitbah mba Dandelion dengan cincin pemberian dari Ibunya.
Ketika waktu yang sudah dijanjikan akan datang untuk mengkhitbah, qadarullaah Ibu mas F Allaah panggil lebih dulu (meninggal dunia). Sehingga ini butuh waktu tiga minggu untuk melanjutkan kembali. Dalam waktu tiga minggu, mas F mengabarkan bahwa setelah ibunya meninggal dunia. Ayahnya jatuh sakit. Satu minggu setelah mendapat kabar sakitnya, kami mendapat kabar bahwa ayah mas F tersebut meninggal dunia.
Setelah dua minggu sepeninggal ayahnya, mas F tersebut datang kembali kerumah dengan saudaranya untuk menegaskan kembali bahwa ia akan tetap maju untuk meminang mba Dandelion. Namun butuh waktu untuk membicarakan hal tersebut dengan keluarga besar seperti saudara dari Ayah dan Ibunya sebagai perwakilan yang dituakan. Kamipun menyepakati, karena kami mencoba memahami tentang ujian demi ujian yang mas F lalui.
Dua Minggu berlalu, mas F ini mengabarkan via chat. Yang intinya masih butuh waktu untuk meyakinkan keluarga besarnya untuk melangkahi kakak perempuannya yang belum menikah dan belum memiliki calon. Kata keluarga besarnya, kasihan jika dalam suasana duka seperti ini, kakak perempuannya harus ditinggal apalagi dilangkahi oleh adik laki-lakinya untuk menikah.
Dalam adat jawa, tabu jika ada seorang adik melangkahi kakaknya untuk lebih dulu menikah. Apalagi jika itu adalah adik laki-laki melangkahi kakak perempuannya. Meski mas F ini sudah paham tidak ada demikian dalam agama, namun keluarga besarnya masih kekeh memegang adat demikian.
Sampai satu titik, mba Dandelion meminta kejelasan bagaimana ujung dari proses ini. Akhirnya mas F datang dengan saudaranya lagi untuk menjelaskan situasi yang sedang terjadi. Bahwasanya ia meminta diberi waktu untuk mencarikan calon untuk kakak perempuannya ini sampai akhir tahun ini agar bisa menikah. Harapannya agar ada yang menjaga kakak perempuannya. Setelah kakak perempuannya mendapat jodoh barulah ia bisa dengan lapang menikah.
Mendengar hal itu mba Dandelion memberikan tanggapannya, bahwasanya ia tidak bisa lagi memberikan waktu.
"Lebih baik dicukupkan sampai disini saja. Tidak usah melanjutkan. Saya tidak ingin terus-terusan dalam kondisi status berproses dengan seorang Ikhwan yang belum terlihat kejelasannya untuk sebuah komitmen. kita cukupkan sampai disini saja, jika memang berjodoh maka kita akan bertemu lagi dengan cara baik dan waktu yang terbaik menurut Allaah. Saya tidak ingin menunggu sesuatu yang semu. Saya tidak ingin membatasi diri saya dengan menunggu seseorang yang belum tentu akan menjadi jodoh saya. Saya tidak mau membuka pintu-pintu syaithan dengan mengatasnamakan ta'aruf. Ta'aruf kita sudah berjalan kurang lebih 7 bulan dengan delapan kali pertemuan ini. Saya tidak ingin menutup banyak kemungkinan yang akan terjadi nantinya. Iya, kalau sampai akhir tahun kakak perempuan mas bertemu dengan jodohnya. Kalau masih belum menemukan, bgaimana dengan saya? apakah masih harus menunggu lagi? Saya tidak ingin demikian, ini akan membuka pintu fitnah untuk kita dan keluarga masing-masing. Saya mohon maaf selama proses kata-kata dan sikap saya menyakiti hati mas dan keluarga mas. Semoga setelah ini Allaah beri kita kelapangan hati dan ganti yang lebih baik lagi." Jawaban mba Dandelion saat itu didepan kami semua.
Jelas Bu, saya menangis saat itu juga. Saya kaget anak perempuan saya langsung memutuskan demikian. Suami saya mencoba memahami kondisi anak perempuannya. Dan memutuskan untuk tidak melanjutkan proses ta'aruf ini dengan berat hati.
"semoga kita masih tetap menjadi saudara muslim yang baik ya mas, entah nanti kalian berjodoh atau tidak. Semoga ini adalah keputusan yang terbaik untuk kalian berdua." Ucap Bapaknya mba Dandelion.
"baik, pak. Ngapunten sanget jika saya membuat mba Dandelion dan keluarga kecewa atas sikap saya. Saya bisa memahami keputusan MB Dandelion. Insya Allaah, jika nantinya kakak perempuan saya sudah menemukan jodohnya tahun ini. Dan mba Dandelion masih belum menikah atau masih belum proses ta'aruf dengan siapa-siapa. Semoga masih diizinkan untuk menyambung silaturahmi nantinya ya. Saya meminta maaf untuk segala ucap, tindakan dan hal-hal lain yang kurang berkenan. Semoga Allaah berikan yang terbaik setelah ini." Jawaban mas F saat itu.
Dia Ikhwan yang baik, saya bisa melihat sikap dan kesungguhannya dalam mengupayakan, bu. Selama proses, saya dan suami menyelidiki latar belakang dan keseharian mas F. Bertanya beberapa hal pada tetangganya, dan suami saya juga pernah bertemu dengan mas F dalam barisan sholat subuh berjamaah. Masya Allaah, sekali memang.
Saat mas F berpamitan dan merangkul suami saya, saya melihat mas F menangis dan mengucapkan salam dengan suara yang gemetar. Sementara mba Dandelion langsung masuk kamarnya dan terdengar suara tangisannya.
Saya menangis, suami saya terlihat begitu sedih. Beberapa kali gagal ta'aruf baru kali ini mba Dandelion saya mendengar suara tangisannya. Kami mencoba lapang untuk terus menguatkan satu sama lain. Untuk tetap berbaik sangka kepada Allaah. Tahun ini mba Dandelion berumur 36 tahun, Bu. Hati saya ikut remuk setiap kali harus melihat kegagalan demi kegagalan proses ta'aruf mba Dandelion." Ungkap ibu Y dengan suaranya yang lirih dan menangis.
aku dan ibu hanya bisa saling menatap dan membisu. Ibu menangis seraya memeluk ibu Y untuk menguatkan.
~*
Barangkali kita pernah..
Merasa begitu beruntung ketika diingini oleh seseorang yang begitu baik, didoakan dalam banyak kebaikan, diberi hadiah tanpa melewati batas syariat, saling tak bersua namun saling mengupayakan.
Barangkali kita pernah..
Menjadi begitu istimewa ketika diperjuangkan, begitu bahagia saat kita mengetahui kita adalah seseorang yang diperjuangkan diantara orang-orang baik yang mengupayakannya.
Barangkali kita pernah..
Menjadi satu diantara pilihannya, menjadi tujuan perjalanannya. Meski pada akhirnya ketetapan Allah yang menjadi pemenangnya..
Barangkali kita pernah..
Melepas seseorang yang baik itu, menabahkan diri atas keputusan yang kita pilih. Sebab memaksa berjalan pada tujuan yang sama tidak menemukan titik temunya.
Barangkali kita pernah..
Dibuat takjub atas perjalanan yang Allaah kehendaki. Sesuatu yang kita tangisi dengan begitu, justru memberi lebih banyak arti atas serangkaian hidup yang kita jalani.
Barangkali benar, tidak semua kebaikan-kebaikan itu bertemu dan cocok. Cinta tahu kemana harus pulang, jodoh tahu kemana harus memupuk keshalihan. Menjadi baik adalah tugas kita, mencari jodoh yang baik adalah upaya kita. Pada akhirnya kita akan paham bahwa kita adalah ujian bagi satu sama lain.
*saya sudah izin kepada ibu Y dan mba Dandelion untuk menuliskan kisah ini dimedia sosial saya. Semoga Allaah tolong dan memberikan kelapangan serta ganti yang lebih baik.
#jodoh#tulisan#menulis#catatan#nasihat#wanita#kebaikan#perjalanan#syukur#pernikahan#rumah tangga#rtm#sajak rindu
361 notes
·
View notes
Text
Konsep “Me Time” yang Tepat
Seringkali kita kurang menghargai sesuatu sampai akhirnya sesuatu itu hilang dan ‘sulit’ didapatkan lagi.
Aku baru sadar, waktu luang yg dahulu dimiliki saat single ternyata LUAR BIASA BERHARGA karena saat sudah berkeluarga, waktu luang itu langka. Bukannya tidak ada sama sekali, namun sekalinya ada waktu luang, harus digunakan baik-baik!
Karena kalau tidak? Dampaknya fatal. Bisa berpengaruh kepada bagaimana ‘roda rutinitas’ bekerja dikeluargaku. Aku tidak bisa sembarangan menggunakan waktu luangku untuk berleha-leha berjam-jam tanpa melakukan apa-apa yg memenuhi kebutuhan batinku. Kupikir, ada baiknya waktu luang itu digunakan untuk “me time” atau quality time bareng keluarga.
Tapi concern-ku saat ini lebih ke “me time”. Karena..
Bu Elly Risman pernah berkata, “Me time itu penting banget dan itu HAK, perlu diperjuangkan!”
Tapi bagaimana kita menggunakan me time tersebut juga perlu dipikirkan. Kebanyakan dari kita, menggunakan me time nya itu dengan scrolling medsos. Consume content terus… dari yg ‘terlihat’ penting sampai yg ngga penting banget.
Scrolling sambil rebahan, berharap dapat hiburan tapi malah makin lelah. Lelah mental sampai pikiran kacau. Terpapar berita negatif maupun hal-hal receh yg ngga aplikatif untuk kehidupan kita, itu bisa merusak “produktivitas” kita.
Produktif disini bukan berarti harus selalu “menghasilkan”, akan tetapi sesuatu yg mampu mengisi batin dan pikiran kita. Hingga akhirnya diri kita bisa ke recharge dan semangat lagi menjalani hari :)
Adakalanya kita harus membiarkan diri kita ini ‘merasa kosong’ dan kebosanan.
Jauhkan diri dari distraksi media sosial yg makin sini makin minta perhatian kita. Makin bikin kita reaktif dengan apa-apa yg muncul di fyp dan story orang-orang.
Mari coba belajar mengerem tangan kita untuk tidak selalu membuka hape, mengecek notif, dan membuka sosmed. Biarkan diri kita merasa kebosanan. Sampai kebosanan tersebut memecut otak kita untuk melakukan sesuatu yg lebih ‘menyenangkan’. Kreativitas itu lahir dari rasa bosan.
Semisal, mengisi waktu me time dengan MEMPELAJARI SESUATU atau MEMBUAT SESUATU. Pastikan me time kita tidak sia-sia.
Mari sibukkan diri dengan yg baik-baik 🪴✨
Tangerang, 5 Oktober 2024 | 11.32 WIB
129 notes
·
View notes
Text
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/0c80071b6a64660a8dbea470425da643/1c464ec542f23efe-7b/s540x810/e45ae23232b9babf3b35e0b3283bb37af6d63bab.jpg)
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/c54657e1e4128ccfd69f6f3b30dc4bca/1c464ec542f23efe-c0/s540x810/c26fb39d8e1cb36877e7c51fd864aa30cf819ba8.jpg)
Salah satunya screenshoot dari snapgram mba @tyasmomiji
Sekumpulan kontemplasi awal tahun
Tak ada yang bilang menjadi dewasa itu indah dan menjadi anak kecil itu selalu bahagia dengan rekah. Kalau menakar banyak keinginan dalam hidup dengan harapan semua hal akan berjalan sempurna, maka hanya akan lebih banyak menanamkan luka daripada menikmati setiap rute perjalanan dan ujiannya.
Ketika menyadari bahwa hidup seperti berjalan di dalam sebuah labirin takdir yang akan membawa kepada satu tujuan yang pasti, maka ambisi-ambisi, seakan memiliki batas untuk diperjuangkan dan beberapa mimpi seakan memiliki kata cukup hanya untuk dibayangkan saja. Karena beberapa hal yang terlalu dipaksa dengan keras kepala, jika bertabrakan dengan ekspektasi maka hanya akan membenamkan kita ke dalam kekecewaan yang panjang.
----
Menampilkan potongan-potongan hidup dalam ranah sosial, nampak seperti membiarkan orang lain mengunjungi diri tanpa permisi. Seakan-akan tampak menyenangkan atau sebenarnya haus akan rasa peduli? Menjadi hati-hati berhadapan dengan hasrat yang bergejolak tatkala ingin membagikan rasa senang yang sedang dicecap, apakah setiap hati yang melihat akan turut berucap syukur atau malah memantik rasa iri? Pun menjadi lebih tahu diri saat membagikan hal-hal yang membuat sedang sedih, apakah kepedulian sesaat dari orang lain akan menghapus rasa sedih itu? Bukankah Allah yang membuat kita tertawa ataupun menangis? Maka semoga dengan Allah sudah mengetahui segala isi hati itu sudah memberi rasa cukup.
---
Belajar bodoh amat dengan segala perspektif orang lain. Entah mengapa mengerdilkan diri dan seolah tak terlihat pada realita hidup jauh lebih menenangkan daripada menjadi sorotan padahal bukan pahlawan. Hidup rasanya menjadi lebih sesak tatkala mempertimbangkan apa pikiran orang lain tentang kita? Apakah kita sudah cukup baik di mata mereka? Lalu jika sudah baik, apakah kita akan mendapat medali juara? Semestinya segala niat diluruskan hanya untuk mengharap ridha Allah. Jika sudah dirasa benar dan tidak merugikan siapa-siapa dalam urusan pekerjaan, maka mau apa dikata orang, untuk apa kita pusingkan? Mari belajar kuat dan percaya kepada diri sendiri.
Jumat, 12 Januari 2023 10.59 wita
256 notes
·
View notes
Text
Ikhtiar Perempuan Menemukan Pendamping Hidup (1)
Aku pernah menemani seseorang yang berkali-kali proses taaruf. Berkali-kali Allah belum kehendaki juga proses itu terjadi. Sampai suatu hari dia minta untuk bertemu di masjid. Berdua saja. Ia ingin ada ruang untuk menangis sesenggukan.
Di tempat dimana tak ada orang yang ia kenali harus melihatnya memakai topeng tangguh. Di tempat dimana ia merasa tenang, tapi tetap butuh seorang teman. Menangis bukan karena menggugat takdir Rabb Semesta Alam. Tapi menangis kelelahan menanggung harapan dari orang-orang sekitar. Lelah sekali ia. Kami berpelukan.
Ingatkan tentang, bahwa sejatinya jika belum Allah kehendaki bukan karena Allah tak mau beri, tapi Allah selamatkan kita dari rencana takdir yang kita pikir indah dijalani. Allah ingin kita maksimal dan meraih Surga lewat peluang yang saat ini Allah bentangkan.
Baik itu jalan studi, berbakti, berkhidmat untuk umat, merawat luka diri sendiri, ataupun peluang lainnya yang aroma Surga tercium disana.
Aku juga pernah menemani sepasang anak manusia yang berproses taaruf. Sudah sampai tahap pengenalan orangtua. Sudah sampai pembahasan mahar dan lainnya. Tetiba kandas prosesnya. Terguncanglah mereka berdua.
Butuh waktu untuk kembali menata. Butuh orang-orang baru untuk kembali menemani dan senantiasa memberikan penguatan, bahwa proses pernikahan tetap akan selalu layak untuk diperjuangkan. Dan mereka mau.
Memulai kembali dengan lebih hati-hati prosesnya. Dengan sikap yang lebih dewasa. Dengan harapan yang lebih ditata. Dengan niat yang lebih dikuatkan untuk selalu Lillahi Ta'ala. Dengan keyakinan bahwa Allah pasti siapkan jalan keluar bagi orang-orang yang mau berusaha.
Lantas sejauh mana sebetulnya perempuan boleh berikhtiar untuk menemukan pendamping hidupnya? Sampai batas mana kita mengangkat tangan kelelahan dan ingin memilih berhenti saja memikirkannya?
103 notes
·
View notes
Text
Memprasangkai Takdir
bismillaah,
Seseorang pernah menulis, “Sesuatu yang dicitakan harus diusahakan dan diperjuangkan dengan maksimal walaupun merupakan jenis takdir yang tidak dapat dirubah di lauhul mahfudz.” Pilihan itu melazimkan perjuangan, meski memperjuangkan itu sendiri juga adalah pilihan :”).
…
Kita tentu sudah mengetahuinya bahwa apa yang telah-sedang-dan akan terjadi pada hidup kita, semuanya sudah tercatat rapih di lembaran Lauhul Mahfudz. Dinamakan “Mahfudz” karena dianya terjaga dan terpelihara dari perubahan, kata Ustadz
Lalu untuk apa kita letih-letih berusaha, berikhtiar sepenuh hati, jika toh hasil akhirnya sudah diketahui dan tidak bisa diubah? Bagaimana jika ternyata hasil akhirnya tidak sesuai dengan ingin kita, tidak sesuai dengan apa yang telah kita ikhtiarkan? tidakkah semua harap, usaha dan doa kita menjadi sia-sia?
Para sahabat pun juga tidak terlepas dari kegelisahan ini, ketika Rasulullaah SAW menyampaikan sabdanya tentang bahwasanya siapa saja yang kelak akan menjadi penduduk surga dan penduduk neraka sudah ditetapkan, bahkan jauh sebelum manusia itu dilahirkan di dunia.
Para sahabat gelisah, dan bertanya, “Wahai Rasulullah, berikanlah penjelasan kepada kami tentang agama kami, seakan-akan kami baru diciptakan sekarang. Untuk apakah kita beramal hari ini? Apakah itu terjadi pada hal-hal yang pena telah kering dan takdir yang berjalan, ataukah untuk yang akan datang?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Bahkan pada hal-hal yang dengannya pena telah kering dan takdir yang berjalan.”
Ia bertanya, “Lalu apa gunanya beramal?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Beramallah kalian, karena masing-masing dimudahkan (untuk melakukan sesuatu yang telah ditakdirkan untuknya).” (HR. Muslim, no. 2648)
Sekelas sahabat yang keimanan dan amal shalihnya paling top diantara ummat Rasulullah aja khawatir, ya, apalagi yang butir-butir debu kayak kita 😭
Jadi, untuk apa beramal kalau hasil akhirnya toh sudah diketahui?
Kita beramal, kata Ustadznya kemarin, untuk memprasangkabaik-i ucapan Rasulullaah di atas, bahwa “masing-masing akan dimudahkan untuk melakukan sesuatu yang telah ditakdirkan untuknya��.
Usaha yang kita lakukan, adalah bentuk dari prasangka baik kita, optimis kita, juga harap kita bahwa kita sedang berjalan menuju takdir yang in syaa Allaah telah Dia tetapkan untuk kita.
Ta-tapi bagaimana jika ternyata takdir Nya berkehendak lain? yaudaah tinggal nangis aja sampai lega 😭😭😭
Wa maa indallahi khair, in syaa Allaah. Setiap yang Allaah tetapkan, in syaa Allaah tersebar banyak hikmah di dalamnya. Ini kenapa senantiasa meluruskan niat, senantiasa dan terus menerus berdoa, berpasrah pada Nya menjadi kebutuhan utama kita sebagai hamba Nya. Karena kita benar-benar ga bisa apa-apa tanpa Nya, bahkan me- “it’s okay it's okay it's okay” diri sendiri aja juga ga akan bisa tanpa pertolongan dan rahmat dari Nya.
Bukan kita yang hebat, Allaah yang beri pertolongan dan mampukan.
51 notes
·
View notes
Text
Aku aslinya dua orang, hahaha
Aku aslinya dua orang, atau mungkin lebih. Ada aku yang terlihat, dan ada aku yang bersembunyi. Aku seperti koin yang terus berputar di udara, tak pernah benar-benar tahu sisi mana yang akan jatuh terlebih dahulu.
Ada hari di mana aku menjadi langit mendung, berat dan abu-abu, menggantung rendah di atas segala hal. Aku adalah rasa lelah yang enggan pergi, kabut yang membungkus pikiran dan hati. Kata-kata yang keluar dariku menjadi berat, dingin, seolah menggambarkan setiap sudut gelap yang kurasakan. Di hari itu, aku menulis dengan tinta pekat, menuangkan luka dan ketakutan yang tak dapat kuucapkan.
Tapi ada hari lain. Hari di mana aku menjadi matahari, terang dan hangat, menyentuh apa saja yang mendekat. Kata-kataku melompat-lompat, penuh harapan, seolah dunia ini begitu indah dan layak diperjuangkan. Di hari itu, aku menulis dengan cahaya, seolah tak ada mendung yang pernah menggantung di langitku.
Aku menulis sesuai suasana hatiku, bergantung pada sisi mana dari diriku yang muncul. Aku cerah, aku mendung. Aku adalah dua sisi yang saling melengkapi, namun sering kali saling bertentangan.
Kadang aku bertanya, siapa aku sebenarnya? Apakah aku sisi cerah yang menyembunyikan luka di balik senyumnya? Atau aku sisi gelap yang berusaha menutupi harapan yang masih ada di sudut kecil hatinya?
53 notes
·
View notes
Text
Ternyata Ini Maksud-Nya
Bismillah. Dalam rangka mau mendokumentasikan awal sebuah fase baru. Dengan segala dinamika yang terjadi selama beberapa bulan terakhir, meski dijalani dengan asam lambung, sakit kepala, keluar masuk RS, dan lain-lain. Ternyata hikmahnya adalah menguatkan dan menaikan level komunikasi dan hubungan kami dalam pernikahan. Berhasil melewati satu fase dan siap menyambut penuh prasangka baik di depan Allah sudah menyiapkan banyak hal.
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/d9fdac11ba02d026271e3d008cf4ec3c/a0ee31a28b1dea60-66/s540x810/7a226c6c20d6143a95a514c1237b3bd02e1ed3c9.jpg)
Kalau dipikir ulang, tahun ini semakin matang dalam emosi, lebih mudah berprasangka baik, mulai bisa menentukan keputusan-keputusan penting dan cukup ekstrem. Keputusan yang dampaknya akan ditanggung sekeluarga, disepakati untuk ditanggung bersama. Di sepakati untuk diperjuangkan dan dihadapi. Bersedia menjalani waktunya, karena untuk sampai ketujuan tentu butuh waktu. Sesuatu yang mungkin ditakutkan jika menikah akan merelakan satu per satu mimpi, ternyata tidak terjadi.
Setiap keluarga pasti akan ada fase naik turun, fase turbulensi yang kuat. Sekalipun kamu menikah dengan orang yang kamu cintai dan mencintaimu, tetap akan ada masalahnya. Setiap masalah yang berhasil dilewati, akan menaikan level dalam hubungan dengan pasangan.
Apalagi masalah komunikasi, beberapa waktu lalu saat @ajinurafifah ngobrol sama psikolog. Ada pertanyaan yang mengkonfirmasi apakah ada hal-hal yang tidak bisa/tidak berani ia bicarakan denganku sebagai suaminya, jawabannya ternyata tidak ada. Dan baru disadari, kalau ternyata memang di satu dua tahun terakhir. Komunikasi semakin baik dan itu baru terjadi di tahun ke 7 dan 8 pernikahan, butuh waktu juga ternyata untuk sampai di tahap kualitas komunikasi seperti saat ini. * * * * * Semangat untuk terus teman-teman yang mungkin lagi di fase ujian naik level dalam menguatkan hubungan. Memang rasanya berliku, emosi naik turun. Memang demikian turbulensinya.
Paling tidak, kalian sepakat untuk ke tujuan yang sama. Perdebatan sepanjang jalan adalah hal yang wajar, selama bisa dibicarakan, ada yang mulai bersedia menerima, bersedia dengan perbedaan cara pandang, dan juga bersedia untuk mulai minta maaf. Setiap masalah, sangat mungkin untuk ditemukan jalan keluar. Mari kita wujudkan mimpi kita dalam membangun keluarga yang baik, yang bertujuan, yang diri bisa merasa aman di dalamnya. Meniadakan kekhawatiran yang selama ini dimiliki saat belum menikah.
114 notes
·
View notes