#delusif
Explore tagged Tumblr posts
Text
Visi Web Pragmatic Opsi Tanpa Lecet Gacor 99,9% Keren
Petonjuk jika suatu arena yg luwas serta byk berisi kan smua tajuk yg gak ngikis kesabaran dan murni bosan kita mmg sngt syulite bener utk kita gak luluh dan simpati utk mengtop up kan sebesar nya nyali mnjdi stasionary yg terkenal mulai berkisar dari tujuh ratus terkecil minimal yg dpt anda gerai kan pda monumen situs westernian berjibaku enteng menang terdngr kok muahal betul yak, krna bagi sektor yg dh makai umpan dolar psti emg punya kansumer yg ingin dia manjain dan lbih terperangkap delusif nya judimaxwin2.com cntoh mmg menyasar kan jejaring nya agar di mancing kelompok strata dgn keuangan yg lbih nyantuy jdi bagi nya kehilangan dua smpai tiga kali pun ttp bisa memesan kompleks simbol utk bernego kembali pkai kepala dingin, sbgai pedomen saja bhwa link naungi markas resmi sdh terbebas dgn kecacatan atau disatifaksi sejak dini yg tiap pengawal.
Maupun izin yg terstablish pada laman dan taman blkng sitenya ini terjamin gak cmn utk display menarique aja melain kan pnya roler dan peran vital nya sndiri sprti komisaris dri labster permainan yg multi fungsi utk mengawasi tingkat keberjayaan nuansa aspek ktika dah masok dlm reotorika games entah itu kenyamanan opening melodi nya atau tak ditemu kan inkonsistensi dlm animasi nya akan mnjdi bakul dan rely pada pundak nya mrka sdng kan BMM juga bkn skedar model utk perjalanan singkat namun terspefisik utk mengincar performansi dri seksi permodalan duit nya jika mulai melenceng dari paymen yg udah di tangguh kan pda kontrak akan perlahan di teror saja smpai kmbali ke track merekam yg ternormalisasi lagi jdi kesan nya smua swalembaga ini ada yg dri instansi ketenaga kerjaan devisa asing tpi smua dpt tegoran yg ckup keras dan verbal yakni utk menyejahtera kan mreka yg blm menikmatin ke biadaban dari cq9 dlm monitor dan jangkauan yg positif krna terdampar pda pesisir dekat filipin pun jdi ketiban rejeki saja utk lgsg terafeksi pancaran radiasi travo pusat dgn lbih selektif utk memilih penguatan konten jika berbau amis kawe.
0 notes
Text
Inferno
Dua puluh tujuh tahun seratus dua puluh sembilan hari usiaku hari ini. Sebagai seseorang yang menggilai musik, tentu sebutan Club 27 sangatlah kekal di memori otakku. Betapa tidak, deretan nama musisi favoritku mati setelah menginjakkan kakinya di usia 27 tahun. Jim Morrison, Janis Joplin, Kurt Cobain, Jimi Hendrix, Amy Winehouse, Dave Alexander, dan Mia Zapata adalah sederet nama yang mati tanpa mengetahui seperti apa rasanya berada di usia 28 tahun.
Dalam film 3 Hari Untuk Selamanya, Yusuf yang diperankan Nicholas Saputra berkata bahwa usia 27 tahun adalah usia yang krusial. Di usia inilah kita akan mengambil keputusan penting yang akan mengubah hidup kita. Di usia ini pula Tuhan akan menutup beberapa pintunya untuk kita dan membukakan beberapa pintu yang lainnya. Tentu kematian dapat kita maknai beragam, bisa jadi pintu yang tertutup atau terbuka. Begitu pun hal-hal lain yang sintasi di usia ini. Masih ada ratusan hari lagi yang akan ku lalui sampai pada akhirnya ku tutup lembaran usia 27 tahunku jika datang kesempatan itu padaku.
Aku masih membujang. Menikah untukku adalah langkah besar dalam hidup dengan segala pertimbangan baik dan buruk yang mesti dikompromikan, khususnya dengan diriku sendiri. Bagi sebagian besar orang, menikah mungkin adalah hal yang dinantikan dengan amat dalam hidup. Kebahagiaan besar menunggu di pelupuk mata. Tidak dengan diriku. Aku masih memandang langkah besar ini sebagai momok dalam hidupku. Menjalin kontrak seumur hidup dengan seorang wanita yang mungkin saja tidak merawat kebahagiaan denganku semur hidupnya, seumur hidupku. What a big mistake in life! Apakah mungkin aku tetap bisa menjadi diriku sendiri setelah menikah? Apakah mungkin aku tetap bisa berhubungan baik dengan teman-temanku? Apakah aku tetap bisa tertawa lebar dan melepaskan beban dengan adik-adikku? Apakah aku tetap bisa menjalankan hobiku sebagai obat anti-depresanku?
Aku pikir aku mampu untuk bertindak sebagai seorang pasangan yang suportif untuk wanitaku kelak. Aku akan mendukung segala kegiatan positif yang dikerjakannya. Tapi, apakah aku bisa dapatkan sosok wanita yang seperti itu pada diriku? Entahlah. Apabila memang tidak, rasa-rasanya membujang seumur hidupku juga tak kalah menyenangkannya.
Tak sedikit contoh yang ku dapatkan dari pernikahan di usia muda yang tidak berjalan mulus. Cita-cita yang diharapkan pupus begitu saja. Kebahagiaan hanya menjadi sesuatu yang delusif dan pada akhirnya hanya menjalani sisa hidup dalam keterpaksaan. Terpaksa tidak bahagia demi bermain topeng keluarga yang utuh di depan anak dan keluarga besar.
Untukku, memiliki pasangan yang berpikiran progresif dan berwawasan luas pun menjadi salah satu pondasi penting untuk membangun sebuah korporasi bernama “keluarga”. Aku tak sudi anak-anakku kelak tidak menggantungkan cita-citanya setinggi langit, tidak cerdas, tidak pintar, dan tidak berbudi luhur. Terkhusus di sisi kepintaran, menjadi pintar bukan berarti penurut. Jikalau hanya sekadar nurut, kerbau pun penurut. Aku akan teramat senang apabila anak-anakku nanti menjadi seorang pembangkang. Pembangkang yang konsisten mendobrak norma-norma usang yang tak lagi relevan dipraktikkan di eranya nanti. Aku bahkan tak akan menuntut mereka untuk menjadi anak-anak yang berbakti padaku, menjadi anak-anak yang berutang budi kepadaku karena setiap anak yang terlahir di dunia itu tak pernah sekalipun memohon untuk dilahirkan. Ku yakin itu penyebab mereka menangis kala keluar dari rahim ibunya. Akulah sebagai orang tua yang mengharapkan kehadiran mereka di dunia. Maka, akulah yang berutang untuk memberikan pendidikan yang layak untuk mereka. Bukan hanya dalam sebuah ruang artifisial bernama kelas dan dalam sebuah institusi bernama sekolah, tapi pendidikan yang mengarahkan mereka menjadi manusia madani hingga bertemu masa di mana aku bisa melepas mereka berkelana dalam lebatnya hutan kehidupan.
Ayahku berusia 33 tahun ketika memutuskan untuk menikah dan ibuku terpaut 10 tahun lebih muda darinya. Entah apa yang mendorongnya untuk mengambil keputusan besar itu, terlebih dengan seorang perempuan yang tidak hanya terpaut jauh dalam jumlah usia, tetapi juga dari pola pikir, pengetahuan, dan pengendalian emosi. Konflik-konflik besar menjadi tontonanku hampir setiap hari saat hampir ku tinggalkan usia balita sampai kedua orang tua ayahku meninggal. Ku yakin kebahagiaan dalam pernikahan -jika memang hal itu ada dan ia rasakan- usianya tidak lebih dari 5 tahun pertama. Atau mungkin malah kurang dari itu. Sayangnya dia masih terlalu angkuh untuk berkata jujur padaku di sisi ini.
Ibuku bukan sosok yang berpendidikan tinggi. Tentu tidak berpendidikan tinggi bukan jadi kepastian seseorang tidak berwawasan luas. Tapi kedua hal tadi berjalan beriringan dalam diri ibuku. Memori masa kecilku banyak diasosiasikan buruk apabila bersinggungan dengan dirinya. Ia adalah sosok yang belum selesai dengan dirinya, bahkan dengan konflik-konflik dalam dirinya sendiri. Ia adalah sosok yang tidak tahu ke mana emosi dalam dirinya harus disalurkan, tidak memiliki skill bertahan hidup, dan yang lebih berbahaya, tidak tahu cara mendidik anak. Kekerasan demi kekerasan menjadi makanan harianku. Benar memang dia mencintai aku sebagai anaknya, tapi caranya salah. Aku yakin betul cinta seorang ibu kepada anaknyalah cinta sejati di dunia ini. Tapi jika hanya sekadar cinta, ibu monyet menggendong anak monyet, ibu babi menyusui anak babi, dan ibu anjing pun mencarikan makanan untuk anak anjing. Tentu bukan sosok perempuan seperti ini yang ku idamkan hadir di hidupku, apalagi menjadi pasangan hidupku.
Entah pengakuan seperti apa yang nantinya akan dikatakan ayah kepadaku, menarik untuk ku ketahui. Akan aku tunggu dengan sabar. Yang jelas, aku berasumsi bahwa ibuku bukanlah sosok yang dicintainya. Gadis pujaannya mungkin saja telah mati dalam kehidupannya. Menikah dengan orang lain, dikhianati/mengkhianati, menghilang di telan bumi, atau bahkan mungkin juga ayahku seorang pecundang yang tak berani berkata jujur tentang perasaannya kepada gadis itu. Entahlah, aku tak tahu. Yang ku tahu, Sujiwo Tejo pernah berujar “Menikah itu nasib, mencintai itu takdir. Kamu bisa berencana menikahi siapa, tapi tak dapat kau rencanakan cintamu untuk siapa”. David Bayu dapat menggambarkan dengan baik sosok pria yang kalah, menyerah, dan harus berdamai dengan keadaan dalam lagunya yang berjudul Deritaku. Memang, laki-laki hanya bisa jatuh cinta satu kali dalam hidupnya, sisanya hanya menjalani hidup dan aku tak siap untuk menyesali langkah besar yang ku ambil dalam hidupku.
-Sid Isa: 28 April 2023-
1 note
·
View note
Text
“Semua orang terlahir untuk menjadi keparat dan siapapun yang berkata sebaliknya pastilah delusif atau kalau tidak, ya, pendusta kelas berat.”
0 notes
Text
Sebelum terlelap
Sendu malam hari semakin terasa
Ketika yang terdengar hanya angin pendingin udara
Tatkala gelap semakin membuat aku delusif
Sehingga rinduku semakin masif
Samar-samar ku hadirkan kau dalam pikiran
Berbisik bahwa kau nyata dalam bayangan
Sampaikan cerita tentang betapa lelahnya hari ini
Bertanya bagaimana dengan hari mu kali ini
Walau akhirnya semua tak terucap
Walau akhirnya semua tak terjawab
Hingga aku menangis terlelap
#aksaraberdebu#sajak#puisi#puisipendek#puisimalam#sajakliar#syairmalam#akasara#rindu#terlelap#menangis#kau#delusif#malam
16 notes
·
View notes
Video
instagram
Finally! Heavy music to entertain your quarantine! DELUSIF by @TIKAM_Official is available on youtube. Heavy streaming everyone! . Music by @awkordes ~ Lyric by @cak_boker ~ Guitar & Bass recorded by Kordes ~ Drum & Vocal recorded at @daztaniansprod ~ Edited, Mixed and Mastered by @wnrst ~ Video by Cak Boker @instingcreative ~ Castle and Tentacle Artwork by @pepigrind ~ . More info : 0896-7755-7985 (Cak Boker) . . #TIKAM #Delusif #Surabaya #NewSingle #Metal #Metalhead #MetalBand #Covid19 #Pandemic wkwkw (di Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia) https://www.instagram.com/p/B-zGc16nj1B/?igshid=iciiz0twazfw
1 note
·
View note
Text
Mantra 'Delusif' Dari Tikam Bersua Akan Kemurkaan Melawan Ketakutan
Setelah melewati era Jurnal Amarah pada tahun 2017 lalu, Tikam sementara fokus mempunyai agenda untuk meliar menjajah gigs lokal. Kini mereka kembali memperkenalkan "Delusif" sebagai single terbarunya yang dikemas dalam format video lirik melalui kanal Youtube. Jikala kita menyimak single Delusif, Tikam masih konsisten dengan permainan elemen diantara musik Deathcore dan Metalcore ditambahkan sajian lirik berbahasa Indonesia yang lantang bersua akan hal-hal bersifat kemurkaan.
Tikam menyajikan Delusif dengan berlatar belakang seseorang yang berusaha keluar dari zona nyaman untuk menemukan tempat dimana dia bisa survive dengan mengandalkan potensi dalam dirinya. Kemasan dalam video lirik Delusif ini merangkum tentang dimana bukan sesuatu hal yang mudah untuk menaklukkan rasa ketakutan pada seseorang. Namun semua itu hanya sebuah produk dari olahan pikiran kita yang membentuk rasa takut itu sendiri, semua hanya delusi yang harus kita lawan dengan memulai untuk melakukan perubahan.
Proses recording untuk sesi drum dan vokal dikerjakan di Daztanians Production dengan dibantu Johan, sedangkan untuk gitar dan bass disini Tikam merekamnya secara mandiri. Berlanjut pada mixing dan mastering dipercayakan oleh Itok Winursito. Namun saya merasakan ada yang kurang dari proses finishing dalam single ini, karena output sang drummer terlalu lebih menonjol ke depan, sehingga sedikit mengalahkan dari kedua gitaris. Harusnya jikala bisa lebih imbang maka semuanya akan lebih terasa gahar, karena sangat disayangkan dari pattern riff-riff gitar yang dihasilkan sudah terlihat bervariatif namun terdengar kurang kuat dari segi output. Tapi secara garis besar menurut saya inilah materi Tikam yang jauh lebih dewasa dari sebelumnya.
Simak klip video liriknya disini
Ditulis oleh Fadly Zakaria.M
0 notes
Text
Aku adalah rangkaian amarah yang dilemparkan pada dinding-dinding tak berperasaan. Juga setumpuk penyesalan yang menghiasi dada beberapa orang.
Aku adalah isak tangis yang tertahan. Juga bulir-bulir air mata yang diseka dalam diam.
Aku adalah setumpuk kenangan masa lalu yang dibungkus rapi sebagai hantaran kebahagiaan. Juga suara-suara yang tak terdengar akibat ketakutan.
Aku adalah rentetan kecewa yang memilih menyelamatkan diri. Juga perasaan paling dalam yang senang bersembunyi.
Aku adalah puisi-puisi yang penuh kejujuran. Juga diksi-diksi yang disusun apik namun tidak pernah dilirik.
Aku adalah tulisan-tulisan. Juga rahasia-rahasia menjemukan.
Denganku kau akan lebih kelelahan. Denganku kau akan menemukan banyak kebingungan.
Denganku kau akan bertanya-tanya. Sebab aku adalah bacaan rumit yang butuh perhatian.
Aku adalah warna-warna delusif. Denganku kau akan hidup dalam dunia elusif.
Dan aku adalah hela napas yang kerap kali kau dengar. Juga degup yang menyimpan ribuan cemburu dalam debar.
12:27 a.m || 12 Februari 2022
#tulisan#ulvafdillah#cerita#puisi#tulisansepanjangtahun#puisiindonesia#sajak#prosa#daily poem#kisah#monolog#kumpulan puisi
90 notes
·
View notes
Text
Old Movies ? Yes Please !
Rebecca ( 1940 )
Film ini mengisahkan seorang wanita yang menikah dengan seorang pria yang terhormat dan kaya raya bernama Tn. Maxim de Winter setelah ia berusaha menghentikan pria tersebut dari usaha untuk bunuh diri.
Sebenarnya, Tn. de Winter tidak sedang berusaha untuk bunuh diri saat itu. But one thing leads to another, dia menikahi wanita yang berusaha untuk menolongnya tersebut.
Apa yang unik dari kisah ini adalah bahwa tidak ada yang pernah menyebut nama asli dari wanita yang menolong Tn. de Winter tadi, yang akhirnya setelah menikah dengan Tn. de Winter selalu dipanggil dengan sebutan "Ny. de Winter", "Sayang," atau "Istriku".
Tn. de Winter membawa istri barunya ke kediamannya, Manderley. Di sanalah kisah sesungguhnya dari film ini dimulai.
Sebenarnya, ia bukanlah "Ny. de Winter" pertama. Istri pertama dari Tn. de Winter adalah Rebecca, seorang wanita misterius yang telah meninggal. Ny. de Winter yang baru tahu bahwa dirinya adalah istri kedua dan bahwa Rebecca telah meninggal, tetapi ia sama sekali tidak tahu apa - apa mengenai Rebecca.
Ny. de Winter kedua, seorang wanita muda dengan sifat yang lembut dan naif dan sedang berusaha untuk menyesuaikan dirinya di kehidupan pernikahannya yang baru, lama - kelamaan menyadari bahwa siapapun si Rebecca ini, yang sepertinya begitu dipuja oleh orang - orang dan terutama kepala pelayan rumahnya, telah membayangi perannya sebagai istri dari Tn. de Winter, bahkan dalam kematiannya sekalipun.
The Innocents ( 1961 )
The Innocents bercerita tentang seorang guru privat muda yang bekerja untuk sebuah keluarga yang kaya raya yang tinggal di pedesaan. Ia dipekerjakan oleh paman dari calon murid - muridnya walaupun sebenarnya wanita muda ini belum begitu berpengalaman.
Wanita itu bernama Nn. Giddens, dan meskipun kurang berpengalaman, ia terlihat ( setidaknya dari sudut pandang penonton ), bahwa dia berpikir bahwa anak - anak adalah bagai makhluk tak bersalah yang harus diselamatkan atau dilindungi. Jadi Nn. Giddens benar - benar peduli pada anak - anak didiknya.
Tetapi ada hal - hal aneh yang terjadi di kediaman tempatnya mengajar; untuk suatu sebab, ia sering melihat penampakan hantu yang mengganggunya. Hal - hal ini terjadi berkali - kali hingga ia bertanya pada anak - anak didiknya apakah mereka sekiranya mengenal sosok - sosok yang selama ini ia lihat. Ketika mereka tidak memberikan jawaban yang cukup baik, Nn. Giddens akhirnya bersikap memaksa dan membuat anak - anak didiknya ketakutan.
Pada akhirnya, pertanyaannya adalah, Apakah benar Nn. Gidden melihat semua penampakan itu atau semua itu justru pikirannya yang delusif ? Apakah ia memang ingin menyelamatkan anak - anak didiknya, yang sebagaimana anak - anak adalah tak bersalah, atau ia yang justru menyakiti mereka meskipun tanpa sadar ?
Hush Hush Sweet Charlotte ( 1964 )
Film ini menceritakan tentang Charlotte, yang memiliki kekasih seorang pria yang telah beristri bernama John Mayhew. Pada malam di mana mereka seharusnya kabur bersama, Charlotte menemukan John telah terbunuh dengan sadis. Karena trauma dan ketakutan, dengan gaun penuh darah ia berjalan ke tengah - tengah pesta yang sedang diadakan di rumahnya dan di situlah orang - orang mengira bahwa Charlotte pasti pembunuh dari kekasihnya sendiri.
Bertahun - tahun kemudian, Charlotte telah menjadi tua dan kediamannya harus digusur. Tetapi ia tetap bersikeras untuk mempertahankan rumahnya tersebut. Ia tinggal sendirian bersama seorang pelayan.
Charlotte menulis surat pada sepupunya, Miriam untuk membantunya mempertahankan kediamannya. Miriam datang, dan di saat - saat itulah kewarasan Charlotte sepertinya mulai menghilang.
Charlotte seringkali mendengar piano di kediamannya berbunyi dan menyayikan lagu yang John dulu pernah buatkan untuknya. Ia juga melihat sosok kekasihnya itu, lengkap dengan kepala terpenggal dan tangan yang dipotong.
Ayah Charlotte percaya bahwa putrinya memang orang yang membunuh John Mayhew. Charlotte justru percaya bahwa ayahnya-lah yang membunuh kekasihnya. Tetapi siapa pembunuh yang sebenarnya ?
Can you find these movies in Netflix Indonesia ? Not sure. I can't even access Netflix for some reason. Jadi pastinya, apa yang saya lakukan adalah mengetikan judul film + sub eng. That's about it.
1 note
·
View note
Text
Menghadang Cinta Dengan Dalil Agama: Sebuah Kesia-siaan (?)
Akhir minggu ini saya memutuskan untuk membatasi aktivitas. Menolak beberapa undangan acara dengan dalih menghadiri janji yang sudah saya buat. Saya memang tidak berbohong.Toh, saya memang membuat janji dengan diri saya sendiri untuk menghabiskan waktu bersama (red-seorang diri). Saya merasa lingkaran sekitar saya perlahan mulai menyebalkan. Bukan karena karakter mereka, tetapi nuansa pembicaraan yang kami bangun akhir-akhir ini kerapkali menyasar atau sengaja menyangkut dengan wacana pernikahan. Saya sejujurnya tidak membenci wacana itu sendiri. Hal yang membuat saya jengkel adalah ketika wacana pernikahan dibebankan terlalu banyak lelucon, angan-angan, kesenangan delusif, keyakinan teologis yang sempit, dan sederet beban yang akhirnya mengikis kemuliaan dan martabat dari wacana pernikahan itu sendiri.
Selama tumbuh dan berkembang di kampus, saya tumbuh dalam lingkungan pergaulan para aktivis dakwah kampus (ADK). Bukan, saya bukan bagian dari ADK itu sendiri. Saya bahkan tidak pernah mengafirmasi bahkan sampai mengonfirmasi diri saya sebagai ADK. Adalah beban moral menerima tanggungjawab nama tersebut. Sebagian ADK, bisa dibilang, adalah kelompok yang relatif puritan dalam memandang wacana asmara. Mereka begitu kering dalam hal ini dan memiliki pandangan kaku dalam mendefinisikan asmara. Mungkin bagi mereka, hubungan asmara adalah sesuatu yang harus dipertanggungjawabkan melalui pernikahan. Tidak ada cara lain merayakan asmara selain dengan merawat jarak dan memberi kepastian. Bagi saya hal ini tidaklah salah. Namun, sebagaimana saya amati, saya melihat bahwa ketika hak merayakan asmara mereka terkekang oleh norma puritan yang sudah lama terbangun, hal ini hanya menciptakan arus bawah yang semakin deras.
Saya yakin, ada sebagian ADK yang cukup malu, gengsi atau bahkan akan merasa teralienasi ketika mereka merayakan asmara dengan cara yang di luar kebiasaan. Sebut saja untuk aktivitas berbicara dengan lawan jenis tanpa hijab, menyebut lawan bicara dengan sebutan nama, (bukan diawali dengan kata ukh atau akh), duduk berdampingan dan bicara berdua, atau bahkan sekadar berbalas pesan di atas jam 9 malam. Sejujurnya saya tidak mempermasalahkan isu ini. Ini kembali pada keyakinan teologis atau prinsip masing-masing. Namun, saya melihat ada sebuah lubang besar yang menganga dalam suasana puritan tersebut. Lubang menganga -yang saya pikir secara potensial hampir sebagian dari kita tahu namun pura-pura tidak mengetahui- yang membuat sebagian ADK ini “tersiksa” secara batin dengan penerapan “norma puritan” tersebut sehingga mereka memutuskan mengambil jalan sunyi yang membuat kita bahkan sulit mengetahui sejauh mana mereka melampaui batas toleransi -yang secara agama- kita sepakati. Jelas, jalan sunyi ini layaknya sebuah persekongkolan yang bahkan kita tidak pernah mengerti apakah pada akhirnya hanya memberi dampak bagi satu dua orang semata atau sialnya bisa berdampak kepada banyak hal. Sial sekali bukan?
Asmara sebagai bagian dari fase hidup manusia adalah keniscyaan. Itu juga hal yang manusiawi dimana bisa menimpa mereka, dari para bedebah sampai para orang suci. Perkara hati adalah hal yang kompleks dan tidak bisa dipahami hanya berdasar pendekatan teks agama atau bahkan ilmu humaniora. Kadang kita juga perlu merasa dan mengalami agar benar-benar mengerti fase hidup tersebut.
Pada titik ini saya mulai berpikir bahwa tidak bijak untuk terlalu banyak mengatur tata pergaulan para sebagian ADK yang dimabuk asmara ini. Mereka sudah besar dan akan terus mendewasa seiring dengan bertambahnya pengalaman. Bagi saya, kemuliaan sebuah pengalaman terletak dari proses pergulatan yang dibangun, proses jatuh bangun, kekecewaan, terabaikan, patah hati, sampai pengucilan. Mereka, para sebagian ADK ini perlu mengalami hal ini ketika kita bicara dalam konteks belajar merayakan asmara. Mereka darah muda, mereka pernah, sedang, atau akan mengalami mabuk cinta, bucin atau sejenisnya. Mereka punya hak merayakan perasaan cinta lawan jenis dengan versi mereka masing-masing sekaligus hak untuk menerima konsekuensi dari jalan cinta yang mereka ambil. Konsekuensinya pun bisa beragam; bahagia dalam pernikahan, patah ditinggal, dikucilkan, dikecewakan, bahkan sampai dibuat merana seumur hidupnya. Pada akhirnya, mereka akan bertanggungjawab atas pilihan yang mereka ambil di awal. Dan hal ini mendasar ini sepatutnya sudah mereka mengerti.
Celakanya, terlalu sering memvonis sebagian ADK yang tengah dimabuk asmara dengan dalil agama hanya membuat mereka semakin jauh atau bahkan mengambil jalan sembunyi untuk menyalurkan hasrat mereka sehingga sulit diawasi. Dalil agama menjelma menjadi sumber ketakutan bagi mereka. Pada akhirnya yang mereka ingat tentang Tuhan adalah Tuhan Maha Penyiksa, bukan lagi tentang Tuhan Maha Penyayang.
Menurut hemat saya, untuk menghadapi sebagian kawan ADK seperti ini adalah dengan memberi nasihat sewajarnya. Dampingi sepatutnya tanpa perlu secara arogan masuk ke wilayah privasi mereka kecuali memang mereka yang menunjukan itikad keterbukaan. Jika mereka hendak “bermain api”, maka ingatkan konsekuensi yang akan diterima. Jika akhirnya mereka terbakar, jadilah orang bisa dijadikan rumah untuk mereka pulang dan berobat. Menjadi pendengar rasa sesal mereka yang baik tanpa sedikitpun terlintas untuk menghakimi. Ajarkan kepada mereka bahwa segala sesuatu memiliki harga yang pantas untuk dibayar, begitupun soal mempertanggungjawabkan rasa.
Dengan mengalami, segala pelajaran maupun nasihat akan lebih membekas di hati.
Pada akhirnya saya percaya bahwa wacana pernikahan tidak akan lagi menjadi hal yang menjengkelkan untuk didengar ketika percakapan tersebut dibangun dari pengalaman yang penuh kehati-hatian, bukan angan-angan pendek kebahagiaan. Perkataan yang penuh kebajikan adalah pikiran yang dibutuhkan untuk memenuhi ruang pembicaraan tentang pernikahan. Kebajikan ini hanya bisa diperoleh dari pergulatan sengit di masa lalu maupun nilai (value) yang berhasil kita petik dari proses mengalami itu sendiri. Saya percaya bahwa, secara sedehana, pandangan seperti ini bisa dimulai dengan tidak terlalu mengekang para sebagian ADK ini untuk merayakan asmara ketika tiba masa mereka untuk jatuh kepada lawan jenis mereka, apalagi menghadang dengan membawa dalil-dalil agama. Saya sedikit mengerti bagaimana pengalaman rasa itu mempengaruhi mereka; semakin rasa itu dilawan, semakin rasa itu menguat. Jika memang ingin menghadang mereka, silakan mengedepankan nalar dan rasionalitas. Jika memang tidak mampu, maka biarkan mereka seraya memberi nasihat yang sewajarnya.
25 notes
·
View notes
Text
Kita paham segala ini sesederhana temporer. Dan delusif adanya jika damba ingin sepanjang masa
Michelle 14 Januari 2020
1 note
·
View note
Text
situs slot gacor hari ini
Kenangan Mesin Slot dan Slot Online
Space dan pokies adalah beberapa game judi tertua dekat dunia baru. Mereka cek permulaan membuat pada dasar abad ke-20, dan dari itu memesona perhatian aneka orang. Selanjutnya ini adalah ikhtisar gathering mesin space dan bagaimana mereka sedia berkembang selagi bertahun-tahun.
Versi pertama berbunga mesin space terlihat hendak tahun 1891. Pittman dengan Sachs gubah mesin dan lima beduk, masing menyinggir simbol ketupat bangkahulu poker. Bagi pemain jayeng permainan ini, mesin enggak akan membayar; melainkan, kafe yang memukul mereka hendak menyediakan air bagi kaum pemain.
Itu akan berperan empat musim lagi sebelum Charles Fey akan memajukan versi mesin space nang contracting kita kenal saat ini. Mesin melontarkan pembayaran angsur kepada anggota saat sira mengungkapkan huruf angka yang bersatu hati. Popularitas game ini terkecoh dengan amat cepat, ampai kelompok against judi memberlakukan larangan mesin space di awal abad ke-20.
Larangan itu hanya berlangsung beberapa hari, dan itu tidak lama sebelum space menjadi bersundak lagi dekat kasino. Itu selama hari 1950-a hingga mesin space mulai berprofesi populer pada seluruh bidang. Pada tahun 1953, kongsi game Australia, Aristocrat, mencatat tren baru ini dengan memutuskan untuk membuat merek sendiri dari mesin atraksi elektronik nang disebut pokies. Mesin julung perusahaan disebut 'Anggota Klub'. slot terbaik
Meskipun hendak cukup bahari sebelum kita melihat space on the web, kasino di Las Vegas mulai membuat instrumen opening elektronik, menjauh dari tipikal, pergelaran space otomatis yang sedia menjadi bersundak selama bertahun-tahun. Mesin ini lebih damai daripada space mekanik dengan membuatnya kian sulit akan individu lakukan menipu kasino. Selama kini, space elektronik juga memeriksa penemuan genset angka acak yang membuat opening berlagak semakin tidak terduga.
Selagi beberapa dekade berikutnya, space akan tentu sama. Anyar pada perputaran abad kita mulai cek munculnya space on the web. Pergelaran space online pertama diketahui sekitar musim 2001, ketika kasino web pertama ditayangkan. Perusahaan bak Microgaming berarak ke dasar, menazamkan beberapa alat space online pertama yang tersedia bikin umum.
Selagi sepuluh tahun anak bungsu, opening sedia menjadi kira game contracting populer dekat kasino on the web, selain membangun lebih berasal 80% honorarium kasino tanah. Di angkasa on the web, pemain dapat menemukan ratusan permainan opening electronic yang berbeda, banyak di antaranya memajukan tema yang menyenangkan beserta inventif. Pemain juga dapat menemukan aneka opening game bermerek bersama bertema, nang menampilkan teknologi permainan delusif.
1 note
·
View note
Text
Orang-orang yang trolling, nyebarin hoaks soal loe, dan sebagainya (alias delusif) di medsos loe hanya akan membuat loe malah makin ngetop, meski loe nggak mau ngetop, Guys.
Selamat, yaa.
Tenang, gue doakan dan dukung yang terbaik buat loe semua pokoke. Juga semoga selalu dalam berkah dan lindungan-Nya dimanapun loe berada. Amin.
👻
0 notes
Photo
Ngene iki wayahe ekspresi melet malah ketutupan stick 🤣 Rapopo wis, LOSS DOLLL 😆 . [📸 @lordasyiqun] . #RWiryawanSK #TIKAM #Delusif #Metalhead #VirtualConcert #Karantivi #OnlineConcert #Covid19 #NewNormal #Drummer #DrummerIndonesia #Sidoarjo #Surabaya #Photography #Music #Metal #Underground #BlastBeats #VastDrumsticks #MeinlCymbals (di Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia) https://www.instagram.com/p/CCVparUg4t0/?igshid=1lzopa7agllqr
#rwiryawansk#tikam#delusif#metalhead#virtualconcert#karantivi#onlineconcert#covid19#newnormal#drummer#drummerindonesia#sidoarjo#surabaya#photography#music#metal#underground#blastbeats#vastdrumsticks#meinlcymbals
0 notes
Text
𝗦𝗶𝗻𝗴𝗸𝗮𝘁.
Tempo hari kutemukan seikat bunga Daisy di saku jaketku. Entah sejak kapan ia dengan nyaman berdiam diri disitu. Saat kulihat ternyata ada pesan manis yang tertulis dari kamu, Bunga. Lamat-lamat kulafalkan, ternyata hatiku goyah. Bunga, aku takut. Sama sepertimu.
Tapi, bolehkah aku yang tak pernah 'memulai' ini rindu? Rindu akan surai panjangmu yang dihembuskan angin. Pun rindu akan sepimu yang menenangkan. Bunga, aku beranikan diri untuk rindu walaupun dengan kita yang akan menjadi 'akhir'.
Bunga.
Bunga.
Bunga.
Satu nama yang selalu kuselipkan dalam doa, melantunkan rindu, berbisik dalam sujud agar terdengar hingga ke langit. Tatkala gelap di sepertiga malamku makin delusif, membuat rinduku semakin masif.
Aku dengan tidak keberdayaan ini, ingin menjadi apa-apa yang bisa membuatmu ingin lama. Bahkan lebih dari selamanya.
Kalau kamu tanya sampai berapa lama kita bersama, jawabannya ada pada baris ketiga paragraf keempat. Dan kamu harus paham, bahwa bersamamu; aku sangat membenci judul isi pesan ini.
0 notes
Text
Di palung paling dalam ini, ada elegi yang tak habis menyuarakan tentangmu.
Pada sebuah ruang paling delusif, kata-kata menari anggun dalam mendeskripsikanmu.
Mereka giat bekerja, tak peduli soal duka maupun lara.
Ia hanya tahu bahwa renjana ini begitu keras kepala.
Meski mungkin harus berakhir destruktif, ia tetap berpuisi ria.
Kutanya, "Soal apa?"
"Rindu," jawabnya.
10:26 p.m || 01 Juli 2020
#tulisan#tulisansepanjangtahun#ulvafdillah#cerita#catatan#tumblr stories#poems on tumblr#daily poem#poem#poetry#poets on tumblr#prosaku#prosa#kumpulan puisi#puisiindonesia#puisi#sajakku#sajakindonesia#sajak
32 notes
·
View notes
Text
The Color Wheel : Tak Sama Tapi Serupa.
Seseorang biasanya memiliki cara tertentu dalam menjalin suatu hubungan. Entah itu suatu hubungan pacaran, adik-kakak, orang tua-anak, selingkuhan-peselingkuh, mantan istri-suami. Tak ada aturan baku ketika berhubungan dengan orang lain, selama dapat dipertanggungjawabkan serta ada komitmen, entah seabsurd apapun model hubungan tersebut. J.R (Carlen Altman) dan Collin (Alex Ross Perry) sepasang kakak beradik nampaknya menyiasati sendiri hubungan mereka. Kisah itu dimulai saat J.R mengajak Collin untuk mengadakan perjalanan ke apartement dosen J.R . Dosen ini pernah tidur dengan J.R dan memberinya iming-iming pekerjaan baru. Jarak tempat tinggal Collin ke apartemen dosen J.R yang cukup panjang mengharuskan mereka untuk mengambil jeda perjalanan. Dari sinilah adegan-adegan menggelitik hadir dalam hubungan kakak-adik ini.
J.R, Collin dan Delusi.
Pada awal paruh film, Alex Ross Perry sebagai sutradara menggambarkan mereka bagaikan ambivalen yang saling beradu satu sama lain. Tokoh J.R mengalami delusi. Saat ada orang bertanya apa pekerjaannya sekarang. Kendati menjawab, “Ya, aku lulusan sarjana yang masih menganggur”, Ia malah berkata bahwa dirinya adalah seorang pembawa acara berita di stasiun televisi dan memiliki rekan-rekan penting di dalam jaring spektrum sosialnya. Ia digambarkan ceria, meletup-letup dan penuh racau saat menjelaskan tentang pekerjaan yang ia geluti. Jawaban yang diberikannya selalu gonta-ganti. Antara orang satu dengan yang lain pasti tidak sama. Kadang ia mengaku bahwa ia bekerja di stasiun A, kadang juga ia mengaku bahwa ia masih dalam tahap percobaan. Dari penjelasan sebelumnya, Nampak bahwa J.R adalah seorang yang hidup dalam gelembungnya sendiri demi atensi dari orang yang bertanya. Kadang, sedikit kebohongan jauh lebih enak terdengar ketimbang pernyataan klasik dan membosankan seperti : “Ya, aku pengangguran”, bukan?
Lain lagi dengan Collin. Ia digambarkan sebagai lelaki dengan idiom “apa adanya dan adanya apa”. Collin kelewat jujur, ia tidak terlalu memusingkan apa kata orang tentang dirinya. Hidupnya seperti arus kali yang mengalir begitu saja. Collin pernah bercerita bahwa ia ingin menjadi penulis, tapi sepertinya ia tidak ingin melanjutkan cita-cita itu. Ia juga pernah bercerita bahwa ia ingin menjadi guru, namun ya menurutnya itu hanya angan-angan saja. Ia tak memiliki tekad dan gagasan yang kuat dalam hidup.
Kedekatan hubungan mereka mulai nampak pada di kamar motel. Ketika mereka sedang duduk berdua di ranjang motel. Collin bercerita bahwa ia pergi liburan bersama kedua orang tuanya, lalu J.R bertanya mengapa dirinya tidak diajak, Collin memang tak mengajaknya karena khawatir jika J.R bawel dan membuat onar, J.R menyangkal bahwa ia tidak bawel dan merupakan kesayangan kedua orang tua, namun Collin tetap bersikukuh bahwa J.R bawel dan pembuat onar. Sikap Collin yang menyangkal semua pernyataan delusif milik J.R merupakan cara mereka terhubung di sepanjang film.
Kendati fokus film berada di hubungan J.R dan Collin yang rumit, film ini juga menyorot bagaimana kehidupan pasca lulus J.R yang delusif serta haus atensi. Bisa dilihat ketika J.R tak sengaja bertemu teman sekolahnya yang kebetulan sedang mengadakan pesta. J.R memanfaatkan kesempatan dengan dalih mencari relasi di pesta tersebut. Awalnya J.R mengaku bahwa ia adalah pembawa berita di suatu stasiun TV, kemudian berubah menjadi perawat ketika teman-temannya membeberkan pekerjaan mereka yang rata-rata adalah pekerja kelas menengah. J.R seakan kehabisan kata, ia dipermalukan secara tidak langsung. Lidahnya tercekat. Di pesta itu ia juga turut serta membawa Collin yang juga bernasib serupa dengan kakaknya, ia disebut sebagai pecundang dengan orang yang sengaja menumpahkan minuman ke dirinya. Pada adegan ini, mereka tampak benar-benar lelah dan mengalah pada para kaum kelas pekerja menengah tersebut.
J.R, Collin dan Realita
Di rumah singgah inilah dramaturgi hubungan J.R dan Collin semakin intens. Adegan ketika mereka berbaring berdua di sofa panjang saat J.R bercerita mengenai pekerja kelas menengah. J.R mengatakan yang kurang lebih “Persetan dengan mereka, kita bintang, kita bebas melakukan apa saja”, pernyataan J.R mungkin terdengar naïf tetapi itu menegaskan suatu hal : mereka senasib. Di akhir paruh film , Alex Ross Perry menggambarkan bahwa kendati sifat mereka ambivalen, mereka tetap orang yang sama : memiliki masa depan yang tak tentu. J.R dan Collin yang sama-sama gamang dengan kehidupannya mendatang menyikapi hal tersebut dengan cara yang berbeda. J.R menghadapinya dengan sikap delusif nan narsis, sedangkan Collin mengalir di arus hidup yang deras. Alex Ross Perry kemudian menambahkan bumbu gairah di film setelah beberapa adegan kemudian; Collin mencium J.R dengan khidmat. Alex Ross Perry tidak meng-glorifikasi hubungan “yang beda” (atau yang mungkin disebut Inses), ia membiarkan itu dengan natural dalam sorotan kamera film 16mm, menyorot apa adanya yang ada di depan layar dengan teknik kamera handheld yang membuat film ini terasa natural dan tidak dibuat-buat atau bahkan dieksploitasi.
Apa yang dirasakan oleh J.R dan Collin mungkin dirasakan oleh sebagian dari anda. Fase ketika di mana bingung mengerjakan apa untuk menyambung hidup ke depan. Hal ini dirasakan ketika pasca lulus sekolah atau kuliah dengan jebakan tanda tanya besar, “Habis ini mau kemana?”. Tanda tanya besar ini biasa disebut dengan krisis seperempat abad atau dikenal dengan quarter life crisis. Dalam buku “Ramen Noodles, Rent and Resumes: An After‑College Guide”, Kristen Fischer menyatakan bahwa quarter-life crisis adalah perasaan khawatir yang hadir atas ketidakpastian kehidupan mendatang seputar relasi, karier, dan kehidupan sosial yang terjadi sekitar usia 20-an.
Hubungan J.R dan Collin yang awalnya digambarkan merupakan ambivalen yang saling beradu satu sama lain menjadi satu padu ketika mereka sadar bahwa mereka senasib. Rasa senasib ini diperoleh oleh rasa-rasa krisis separuh abad yang mereka rasakan. Dua hal inilah yang menjadi pembahasan di film ini. Sayangnya, dua bahasan ini tidak teracik dengan apik menjadi satu kesatuan utuh oleh Alex Ross Perry, ada beberapa bagian yang merasa sedikit jomplang dan tak terceritakan dengan baik. Dituturkan dalam kamera film 16mm dengan warna hitam-putih, dialog yang mengalir dan fluid serta peforma yang meyakinkan hubungan kakak-adik yang unik serta pencarian jati diri dan ketidakmenentuan di kala krisis separuh abad dari Alex Ross Perry dan Carlen Altman.
The Color Wheel adalah salah satu film favorit saya. Salah satu kenalan saya di Twitter, Ghina membuat daftar rekomendasi film favoritnya di blog filmnya, Journal Of Review. Film yang direkomendasi cocok untuk kalian yang menyukai film-film romansa atau fiksi ilmiah dengan sentuhan yang berbeda. Ayo, simak tulisannya di sini ! Favorite Movies: Before Sunrise, Snowpiercer & A Ghost Story Review
Penulis : Galih Pramudito
Desain : Hotman Nasution
The Color Wheel | 2011 | Durasi : 83 Menit | Sutradara : Alex Ross Perry | Negara Asal : Amerika Serikat | Pemeran : Carlen Altman, Alex Ross Perry, Bob Byington.
Galih Pramudito
Salah satu pendiri Mania Cinema. Pernah aktif di komunitas Sinelayu dan menjadi juru program Palagan Films di Pekanbaru. Kebanyakan waktunya ia habiskan untuk menonton, membaca, makan, selebihnya melamun. Saat ini tengah menyelesaikan studi Ekonomi Islam di UII Yogyakarta.
0 notes