#dawam rahardjo
Explore tagged Tumblr posts
Text
Sosialisme Pak Dawam
Waktunyakah kita menegaskan Sosialisme ala Indonesia seperti diinginkan almarhum Maestro Intelektual Indonesia, M. Dawam Rahardjo? Emang iyakah sudah waktunya melakukan deratifikasi semua agenda politik dan ekonomi nasional kita yang sudah bablas merangsek ke dalam jebakan Neo-Liberalisme Global? Kata Dawam Raharjo pemimpin partai politik era kini bukanlah ideolog bercirikan pemimpin…
View On WordPress
0 notes
Text
Pendaftaran Dawam-Ketut di Lampung Timur Ditolak, PDIP Siap Tempuh Jalur Hukum
Lampung Timur — DPD PDIP Lampung berencana untuk mengambil langkah hukum setelah pendaftaran pasangan bakal calon kepala daerah Dawam Rahardjo dan Ketut Erawan ditolak oleh KPU Lampung Timur. Penolakan ini terjadi karena pasangan tersebut tidak berhasil menyelesaikan pendaftaran melalui Sistem Informasi Pencalonan (Silon) hingga batas waktu perpanjangan yang ditetapkan. Sekretaris DPD PDIP…
0 notes
Link
Adik Dawam Rahardjo Bupati Lamtim Jadi Penghuni Jeruji Besi Diduga Terlibat Kasus Tipu Gelap Proyek
0 notes
Text
Dinilai Tak Peduli Kesehatan Rakyat, Bupati Dawam Dituntut Mundur
Massa dari berbagai elemen peduli kemanusiaan yang tergabung dalam Koalisi Lampung Timur Menggugat (KLTM), Kamis (7/12/2023) pagi hingga siang, menggelar aksi demo di depan kantor Pemerintah Kabupaten Lampung Timur. Aksi massa ini menyusul skandal kemanusiaan berupa penonaktifan 180.924 warga Lamtim dari kepesertaan BPJS Kesehatan atas inisiatif Plt Kadiskes dr Satya Purna Nugraha. Warga Lamtim yang menggelar aksi demo di halaman kantor pemkab tersebut ditemui oleh beberapa pejabat, di antaranya Plt Kadiskes dr Satya Purna Nugraha, Kadis Sosial Agus Subagyo, Kepala BPJS Lamtim Imam Subekti, Sekretaris BPKAD Sukartono, juga Asisten I Tarmizi, dan Asisten II Hanafi Masputra. Dalam orasinya, beberapa punggawa KLTM selain meminta pemkab mengaktifkan kembali BPJS Kesehatan 180.924 warga kurang mampu, juga menilai Bupati Dawam Rahardjo selayaknya mengundurkan diri karena tidak ada kepedulian terhadap masalah kesehatan rakyatnya. Dawam Rahardjo dinilai tidak memiliki kepekaan atas nasib mayoritas masyarakat Lamtim yang saat ini hidup dalam kondisi sulit. Kebijakan memberangus kepesertaan mereka dari BPJS Kesehatan, semakin memperparah kondisi ekonomi masyarakat Lamtim secara umum. Fauzi Ahmad, salah satu orator aksi demo KLTM, meminta APH melakukan penyelidikan terhadap skandal kemanusiaan ini. Karena terdapat perbedaan data antara Dinas Kesehatan dan BPJS. Sedang Husnan Efendi, orator lainnya, menyatakan, seluruh elemen masyarakat Lamtim yang peduli kemanusiaan, tidak akan tinggal diam atas adanya kebijakan pemkab yang tidak berpihak kepada rakyat tersebut. “Kami akan terus menyuarakan kepedulian kemanusiaan bagi ratusan ribu saudara kami sesama warga Lamtim yang dinonaktifkan BPJS Kesehatannya,” kata Husnan Efendi dengan lantang. Sesuai dengan surat pemberitahuan kepada Polres Lamtim, aksi massa dari berbagai elemen masyarakat peduli kemanusiaan tersebut akan berlangsung selama tujuh kali. Setelah Kamis (7/12/2023) hari ini, KLTM akan kembali menggelar demo pada hari Senin (11/12/2023) secara berturut-turut hingga Jum’at (15/12/2023) pekan depan. Sebagaimana diketahui, persoalan penonaktifan 180.924 warga Lamtim dari kepesertaan BPJS Kesehatan ini bermula dengan adanya surat yang ditandatangani dr Satya Purna Nugraha selaku Plt Kadiskes Lamtim ditujukan kepada Kepala BPJS Kesehatan Cabang Metro, tertanggal 22 November 2023 silam. Surat berkop Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Timur bernomor: 440/5019/10-SK/2023, dengan lampiran satu berkas itu, memuat perihal: Penonaktifan Peserta PBI APBD dan Tambahan Data UHC Kabupaten Lampung Timur Tahun 2023. Surat tersebut mendasarkan kepada rencana kerja antara Pemkab Lamtim dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Cabang Metro, Nomor: 440/1278/04-SK/BID III/12/2023 tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional Bagi Penduduk Kabupaten Lamtim dalam rangka Universal Health Coverage (UHC). Terkait dengan itu, Plt Kadiskes Lamtim menyampaikan beberapa hal. Pertama; bahwa untuk mendukung program UHC di Kabupaten Lamtim tahun 2023, sesuai dengan rencana kerja yang ada, Pemkab Lamtim harus menganggarkan iuran dan bantuan iuran peserta penduduk PBPU sekurang-kurangnya sebesar Rp 56.021.641.200. Kedua; kebutuhan anggaran program UHC tersebut, pada APBD Perubahan 2023 hanya teranggarkan sebesar Rp 41.230.879.200, dan berdasarkan surat tagihan/permintaan pembayaran PBPU dan PB pemkab serta bantuan iur PBPU dan PB pemkab tahap I tanggal 6 Oktober 2023 sebesar Rp 34.443.061.950 baru terbayarkan sebesar Rp 23.464.191.450 (68%). Ketiga; dengan tidak terpenuhinya penganggaran program UHC tahun 2023 dan realisasi pembayaran klaim yang belum mencapai 100%, akan berpotensi terhadap adanya hutang/carry over program UHC pada tahun anggaran 2024. Keempat; mengingat terbatasnya anggaran APBD Kabupaten Lamtim, maka untuk meminimalisir besaran hutang/carry over program UHC, Pemkab Lamtim bermaksud mengajukan penonaktifan peserta BPJS tahun 2023 per 1 Desember 2023 sebanyak 180.924 peserta, yang terdiri dari peserta PBI APBD sebanyak 45.324 peserta, dan tambahan data UHC sebanyak 135.600 peserta. Dengan terungkapnya surat Plt Kadiskes Lamtim, maka persoalan ini menjadi terang benderang. Jumlah warga yang dinonaktifkan kepesertaannya dari BPJS bukan 250.000 jiwa, melainkan 180.924 peserta. Dan masalah utamanya tidak lain adalah kondisi keuangan Pemkab Lamtim yang memang morat-marit. Berdasarkan data BPK Lampung, pada akhir tahun 2022 lalu, hutang belanja Pemkab Lamtim mencapai Rp 209.538.085.856,97 dengan defisit keuangan riil sebesar Rp 155.256.168.950,61. Kondisi ini merupakan peningkatan keterpurukan dalam tata kelola keuangan dibandingkan tahun 2021. (Sugi/harun Al Rasyid) Read the full article
0 notes
Text
Bupati Lamtim M Dawam Rahardjo membuka Forum Konsultasi Publik (RKPD) Tahun 2023
Bupati Lamtim M Dawam Rahardjo membuka Forum Konsultasi Publik (RKPD) Tahun 2023
Sukadana,bidiklampung.com – Pemerintah Kabupaten Lampung Timur mengadakan Forum Konsultasi Publik Rancangan Awal Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2023. Kegiatan yang berlangsung di Gedung Pusiban Kompleks Pemkab Lamtim, kamis (20/01/2022). Hadir dalam Kegiatan tersebut Sekdakab, para Asisten, para Staf Ahli, Inspektur para Kepala OPD, para Camat, Perwikalan Forum Kades, Tokoh…
View On WordPress
0 notes
Text
Innalillahi, Cendekiawan Muslim Dawam Rahardjo Meninggal Dunia
New Post has been published on https://suarandeso.com/11147/innalillahi-cendekiawan-muslim-dawam-rahardjo-meninggal-dunia/
Innalillahi, Cendekiawan Muslim Dawam Rahardjo Meninggal Dunia
Dawam Rahardjo Cendekiawan muslim meninggal dunia, Rabu (30/5) sekitar pukul 21.55 WIB. Dawam meninggal diusia 77 tahun di Rumah Sakit Islam Jakarta. Berita duka ini juga disampaikan oleh Ketua ICMI Jimly Asshiddiqie melalui akun twitternya “Innalillahi wanna ilaihi rojiuun. Mari kita...
0 notes
Text
Warganet Doakan Kesembuhan Begawan Ekonomi Dawam Rahardjo
SuaraJakarta.co, JAKARTA – Langit mendung menyelimuti langit Jakarta hari-hari ini. Pasalnya, Begawan Ekonomi Prof Dawam Rahardjo sedang merintih sakit di Ruang ICCU RS Fatmawati Jakarta Selatan.
Hal itu sebagaimana terungkap dari foto yang diunggah oleh Wakil Ketua DPR Fadli Zon yang menjenguk Guru Besar Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Malang itu, Sabtu (23/9).
“Siang tadi menjenguk…
View On WordPress
0 notes
Text
Di Duga Keluarga Bupati Lampung Menjadi Otak Pembagian Proyek Pembangunan
Di Duga Keluarga Bupati Lampung Menjadi Otak Pembagian Proyek Pembangunan
Lampung // kilatnusantara.com Baru satu tahun berjalan memimpin di kabupaten Lampung Timur, salah seorang keluarga Bupati Dawam Rahardjo, yaitu adik kandungnya, diduga kuat mengatur pembagian pekerjaan proyek di pemkab Lampung Timur, aroma busuk musawarah mufakat untuk menguntungkan diri sendiri di lingkungan orang dekat bupati Dawam kini mulai terhendus ke publik. Bedarsarkan informasi yang…
View On WordPress
0 notes
Text
SENYUM MUJAHID SYAFII MAARIF
Oleh Hamid Basyaib
SEPEDA motor Honda CB 125 Pak Syafii Maarif memasuki kampus UII Jl Cik Di Tiro Jogja, lalu dengan langkah cepat ia menuju kantor majalah Himmah yang kecil di ujung koridor. Ia datang untuk rapat perkenalan dengan pengelola majalah mahasiswa itu. Ia tanpa banyak tanya langsung menerima permohonan untuk menjadi penasihat di sana.
Semua peserta rapat sudah siap, dan Pak Syafii berkata: "Sebelum rapat dimulai, saya ingin tahu yang mana yang namanya Hamid Basyaib." Orang-orang tersenyum. Beberapa menyahut, "Itu yang persis di sebelah Bapak." Ia kontan menoleh ke sebelah kanannya, memandangi saya dengan tajam beberapa saat, sebelum ia berkata, "Oh, Anda rupanya!" Ia tidak menyebut "kamu".
"Tulisan Anda itu tidak benar! Fazlur Rahman tidak seperti yang Anda gambarkan. Dia adalah sarjana Muslim yang sangat bertanggung jawab terhadap Islam. Maryam Jameelah itu bukan tandingannya!" Setelah diam sejenak, "Tapi bahasa Indonesia Anda cantik! Bagus."
Ia merujuk artikel tiga halaman berjudul "Fazlur Rahman" yang saya tulis di edisi terbaru majalah Himmah. Saya hanya tersenyum mendengar pembelaan Pak Syafii terhadap gurunya di Universitas Chicago itu; tidak berani menyanggah karena modal saya pas-pasan, hanya berdasarkan buku kecil Maryam Jameelah (Margaret Marcus), eks penganut Yahudi yang antara lain menyebut Fazlur Rahman adalah musuh Islam dari dalam dan karenanya lebih berbahaya daripada musuh yang terbuka.
Lagi pula Pak Syafii belajar bertahun-tahun dari pakar Islam Pakistan yang hebat itu, maka tentu ia lebih mengenalnya (dua tahun kemudian, Agustus 1985, saya sempat menemui Fazlur Rahman, tapi dalam status sebagai pengagum beratnya, saat ia dan isterinya hadir di diskusi di kampus IAIN Sunan Kalijaga dengan moderator Prof. Mukti Ali).
Sejak "insiden" itu kami akrab. Ia, katanya, sangat senang terhadap sikap saya, yang mengritiknya tapi pada saat yang sama memintanya menjadi penasihat majalah yang saya kelola. “Begitu semestinya orang Islam dalam berbeda pendapat! Perbedaan tidak menjadi permusuhan. Kita tetap harus bisa bekerja sama.” Tema ini lalu terus ditekankannya sampai bertahun-tahun kemudian — dengan hasil yang mengecewakannya.
***
Kadang Pak Syafii menjemput saya di kampus dan mengajak ke Pesantren Pabelan di dekat Ambarawa. Berboncengan di Honda CB-nya, kami bisa tiba cepat di Pabelan karena tidak melalui jalan raya. Ia hapal jalan-jalan tikus ke sana, masuk dan keluar kampung-kampung di sepanjang jalan Jogja-Pabelan. Sambil terguncang-guncang, saya tanya bagaimana ia bisa tahu jalan-jalan alternatif yang rumit itu. “Dulu saya sering lewat sini,” katanya.
Saya rasa dia enggan menjawab panjang bukan karena harus konsentrasi di tengah jalanan yang buruk. Itu mungkin karena ia enggan mengenang apa yang ia alami dulu: dari beberapa sumber saya dengar ia di masa mudanya sering berjualan kambing ke kampung-kampung untuk mendapatkan nafkah guna menghidupi keluarga kecilnya. Itu kisah yang terlalu panjang, dan pahit, untuk dituturkan oleh seorang doktor yang baru lulus dari universitas top Amerika dan sedang memegang setang motor dengan khusyuk.
Di ruang tamu rumah Kiai Hamam Dja’far di Pabelan, kadang ada Mas Dawam Rahardjo, Arief Budiman, Aldy Anwar, Armahedi Mahzar. Dua yang terakhir adalah tokoh-tokoh ITB, yang punya persambungan dengan Pabelan karena dihubungkan dengan para aktifis Yayasan Mandiri, sekumpulan aktifis mahasiswa ITB, antara lain Sugeng dan Mochtar Abbas, orang Aceh yang kemudian jadi lurah Pabelan berkat dukungan Kiai Hamam.
Aldy Anwar adalah kerabat Haji Agus Salim yang terkenal pintar sebagai mahasiswa Fisika, tapi tidak menyelesaikan studinya, namun menekuni peluang mengembangkan helio energy (sumber matahari) sebagai bagian penting dari ambisi besarnya untuk melahirkan masyarakat yang "hemat energi, kaya nilai".
Kembali ke Jogja malam hari, Pak Syafii mengembalikan boncengannya ke tempat semula, kampus UII. Sebelum berpisah, ia memaksa saya menerima separuh honor yang didapatnya dari forum Pabelan. Saya menolak, tapi dia melesakkan uang itu ke kantong baju saya. Itu jumlah yang cukup besar untuk seorang mahasiswa miskin.
Padahal di forum itu saya cuma melongo melihat orang-orang pintar bertukar pendapat -- yang saya sudah lupa apa isinya -- dan tidak ada seorang pun yang mempedulikan kehadiran saya, dan sewajarnya mereka bersikap begitu. Hanya saya sendiri yang peduli terhadap tindak-tanduk setiap peserta, misalnya tentang Mas Dawam Rahardjo, yang bersarung dan menggerogoti apel sendirian, yang cuma bikin ngiler.
Kesibukan masing-masing membuat kami tidak bisa berjumpa sesering dulu. Tapi suatu siang Pak Syafii menjemput saya dan mengajak melihat rumah yang sedang dibangunnya di kompleks baru Nogotirto, di Godean. Kami pun melihat-lihat, menerobos barisan kayu yang malang melintang, dan ia menerangkan calon ruang yang ada satu per satu.
“Lumayan besar rumahnya, Pak," saya bilang tentang bangunan sekitar 120 m2 itu. “Ya, ini sebetulnya terlalu besar,” ucapnya. Ini hanya untuk anak dan isteri saya. Kalau saya sendirian, saya cukup indekos di satu kamar saja.”
***
Suatu sore saya mengunjunginya di kampus IKIP tempat ia mengajar. Kabarnya ada ruang baru untuk dosen. Maka saya datang untuk melihat keadaannya. Ternyata yang dimaksud "ruang dosen" itu berupa kamar-kamar 2,5 x 2,5 meter persegi (mungkin juga lebih kecil) yang berbaris seperti WC umum. Saya lihat Pak Syafii seperti terhimpit di antara timbunan buku di meja dan barisan bukunya di rak seadanya.
"Beginilah nasib dosen negeri, kalau Anda mau tahu,” katanya. "Doktor lulusan Amerika pun hanya mendapat ruang kerja begini saja.”
Saya berbasa-basi menghiburnya, meski saya sebetulnya kaget melihat kondisi yang tidak layak itu. Memang mudah disimpulkan bahwa perguruan tinggi kita umumnya tidak memuliakan ilmu meski hal itu adalah urusan utamanya. Spirit itu terlihat dari kondisi ruang dosen yang disediakan.
Universitas kita jauh lebih mementingkan aspek-aspek birokrasi pendidikan dan kepangkatan. Ruang dekan jauh lebih baik daripada ruang dosen. Gedung rektorat pasti merupakan gedung yang paling mentereng di seantero kampus -- ruang laboratorium harus dipastikan berada di pojok yang sangat sulit ditemukan. Kini, 40 tahun sejak saya mengunjungi Pak Syafii Maarif di ruang kerjanya yang mini, saya tidak melihat perubahan berarti dalam piramida sosial di kampus-kampus kita.
***
Ahmad Syafii Maarif pulang ke Jogja dari Chicago di akhir 1983 dengan battle cry “umat Islam seribu tahun berhenti berpikir!” Inilah judul wawancaranya di majalah Prisma; dan diulanginya dalam banyak kesempatan. Simptom itu ia rujukkan pada Abu Hamid Al Ghazali, terutama pada karya monumentalnya, “Ihya Ulumuddin”.
Sudah jamak dianggap oleh kalangan pembaru Islam bahwa kemacetan berpikir di kalangan umat Islam adalah gara-gara terbitnya karya Ghazali itu, yang menekankan purifikasi mental individual. Kalangan Syiah biasanya menyanggah anggapan “kemacetan berpikir” ini dengan menyatakan bahwa itu hanya terjadi di wilayah Sunni. Sedangkan di kalangan penganut Syiah, pemikiran tetap subur; para ulama Syiah biasanya juga merangkap filosof — status yang dianggap identik dengan ketekunan berpikir.
Pengaruh Ghazali sedemikian besar, sampai seorang orientalis Inggris, Montgomery Watt, memastikan bahwa sufi Persia itu adalah orang kedua terpenting dalam Islam setelah Nabi Muhammad dalam mempengaruhi pikiran umat Islam.
Syafii Maarif — yang sebelumnya tidak dikenal sebagai aktifis pembaru Islam, mungkin karena berasal dari Universitas Cokroaminoto Jogja yang kurang ternama — dengan caranya sendiri ikut dalam barisan pembongkar kebekuan Ghazalian. Ia adalah bagian dari barisan sarjana baru Muslim lulusan universitas Barat, bersama dengan Saifullah Mahyudin, Sahirul Alim, Amien Rais, Kuntowijoyo, Yahya Muhaimin, Ichlasul Amal, Mochtar Mas’oed dan beberapa lainnya.
Berbeda dari mereka semua, Syafii satu-satunya yang menekuni studi Islam, bukan di Al Azhar seperti ribuan santri sebelumnya, tapi di Universitas Chicago, Amerika Serikat — meski “belajar Islam ke Barat” sudah dimulai oleh satu-dua orang dari generasi sebelumnya seperti H.M Rasjidi (Prancis dan Kanada) dan Harun Nasution (Kanada).
Beberapa bulan sesudah kepulangan Syafii, kembali pula Nurcholish Madjid, juga dari Chicago, dan sama-sama dibimbing oleh Fazlur Rahman. Suatu kali Cak Nur diundang berdiskusi di kampus UII bersama Fachry Ali, dengan moderator Habib Chirzin. Acara itu benar-benar menyegarkan. Dan malam harinya diadakan diskusi terbatas di sebuah hotel — semua orang ingin memanfaatkan optimal kehadiran Cak Nur.
Saya terlalu muda untuk punya hak hadir di acara yang sangat terbatas itu. Tapi Pak Syafii mengajak saya, dan dengan itu kursi saya terjamin tersedia di acara itu. Sedikit pun tidak ada materi diskusi itu yang saya ingat. Saya hanya terpesona oleh kecemerlangan Cak Nur yang, menurut Kiai Hamam Dja’far yang pernah sekamar dengan Cak Nur di Pondok Gontor, “ayat Quran dan hadis selalu ada di ujung lidahnya”, sehingga sangat mudah bagi Cak Nur untuk mengeluarkannya setiap ia memerlukannya.
Sambil berjalan keluar dari hotel, Pak Syafii bertanya, “Bagaimana pendapat Anda tentang diskusi tadi?”
“Saya jadi malas belajar, Pak,” jawab saya sekenanya.
“Lho, kenapa?”
“Sekeras apapun saya belajar, saya tidak akan bisa sepintar Nurcholish Madjid… Orang itu hebat sekali!”
Pak Syafii menyergah, “Tidak benar sikap Anda! Keliru! Anda pasti mampu…”
Ia bilang ia berangkat ke Amerika untuk mengambil studi S2 pada usia 42 tahun, dan dalam keadaan tidak mengerti apa-apa. “Anda baru 21 tahun sudah jauh lebih mengerti dibanding saya ketika berumur 42. Anda harus doktor di bawah 30 tahun!”
***
Ketika Fazlur Rahman ke Jakarta pada 1985, ia mengatakan ia punya dua murid kesayangan di sini. “Nurcholish Madjid adalah mujaddid (pembaru), dan Syafii Maarif adalah mujahid (pejuang),” kata profesor Islamic studies itu.
Sampai hari-hari terakhirnya, Syafii Maarif — yang dulu kumis tebalnya membuat ia mirip bintang Hollywood Burt Reynolds — menjalankan peran mujahid itu dengan caranya sendiri. Ia terus meneriakkan battle cry “Umat Islam seribu tahun berhenti berpikir”, dengan beragam elaborasi.
Sebagai Ketua PP Muhammadiyah dan kemudian “Buya Guru Bangsa”, belakangan ia mengungkapkan kepedihan hati dan pesimismenya terhadap masa depan Indonesia secara keseluruhan, bukan hanya tentang kondisi umat Islam beserta corak pemikiran keagamaannya.
Ia tak henti meratapi apa yang dipandangnya sebagai kehancuran moralitas elit dan warga dalam berbangsa dan bernegara, dengan nada pesimistik yang terasa terlalu getir dan melampaui situasi sebenarnya.
***
Barangkali Pak Syafii sengaja menaifkan diri dalam menyuarakan kerisauannya tentang Indonesia. Ia tentu tahu state policies, beserta dampak-dampaknya pada kehidupan sosial warganegara, adalah urusan yang jauh lebih kompleks untuk dinilai semata-mata berdasarkan patokan ahlak religius, perangkat tunggalnya dalam melontarkan kritik-kritiknya yang keras — terhadap pejabat negara, juga elit-elit ormas Islam radikal.
Tapi suara moral Syafii Maarif, yang telah ditabungnya sejak ia remaja di kampung halamannya di Sumpur Kudus, Sumatera Barat, tetaplah diperlukan, termasuk untuk urusan-urusan yang dianggap tak relevan untuk dicampuri oleh mode ahlak individual. Baginya, segala macam perkara di dunia yang sementara ini — dari soal kebersihan WC umum di terminal bis sampai hubungan-hubungan internasional yang rumit dan berdimensi luas — adalah untuk keperluan menyejahterakan Manusia — dengan M.
Dan untuk itu semua orang yang mengenalnya cukup dekat pasti mengerti bahwa kehidupan dirinya sendiri adalah monumen yang meyakinkan tentang kebenaran apa yang disampaikannya. Ia sahih. Kerisauannya yang diungkapkan dengan sepenuh kesungguhan tercetus dari kemanusiaannya yang tulus; dari kejujurannya yang tanpa ampun; dari kesederhanaan perilakunya. Dan pasti juga dari ketidakpeduliannya pada pemilikan harta benda.
Ia, yang sampai berumur 40an mencita-citakan terbentuknya Negara Islam di Indonesia, seakan menjalani hidup dengan kemurungan konstan. Tetapi saya kira jenis kemurungan semacam itulah yang justeru memberinya energi besar untuk mencapai usia 87 tahun.
Kini ia tak lagi murung. Sejak pukul 10 pagi tadi, ia selalu tersenyum. ***
0 notes
Text
Giat Kepala Satuan Polisi Pamong Praja kabupaten Lampung Timur Drs Syahmin Saleh MM.
Dalam rangka Mendapingi bupati Lampung Timur Dawam Rahardjo sekaligus Menghadiri acara Reses DPRD Provinsi Lampung Daerah Pemilihan VIII kabupaten Lampung Timur. Di Aula Atas setdakab Lampung Timur, selasa 24 mei 2022
0 notes
Text
Kapolres Lampung Timur Hadiri Festival Seni Budaya Silat Kesti TTKKDH
Kapolres Lampung Timur Hadiri Festival Seni Budaya Silat Kesti TTKKDH
LAMPUNG7COM | Kapolres Lampung Timur AKBP Zaky Alkazar Nasution hadiri festival seni budaya Silat Kesti TTKKDH Lampung Timur, di Dusun V, Desa Muara Jaya, Kecamatan Sukadana, Sabtu (30/7) pagi. Turut hadir dalam festival tersebut, Bupati Lampung Timur, Dawam Rahardjo, Komandan Kodim (Dandim) 0429/Lamtim Letkol Czi. Indra Puji Triwanto, Ketua DPP KESTI TTKKDH Provinsi Lampung Drs. H. Risman Hamid,…
View On WordPress
0 notes
Link
Adik Dawam Rahardjo Bupati Lamtim Jadi Penghuni Jeruji Besi Diduga Terlibat Kasus Tipu Gelap Proyek
0 notes
Text
Jadi Bacaleg DPRD Provinsi, Tusbariah Dawam Raharjo Berpotensi Menggunakan Fasilitas Negara
Ketua Tim Penggerak PPK (TP PKK) Kabupaten Lampung Timur, Tusbariah Dawam Raharjo, dinilai oleh masyarakat berpontensi menggunakan fasilitas negara untuk kegiatan politik. Bawaslu diminta segera bertindak, Jum’at (24/11/2023). Diketahui Tusbariah Dawam Raharjo sudah terdaftar sebagai Bakal Caleg DPRD Provinsi Lampung dari Dapil Lampung Timur (Lamtim). Hingga dia kerap mengadakan berbagai kegiatan yang sangat memungkinkan sebagai sarana promosi atau kampanye dirinya. Pada Jum’at (24/11/2023), Ketua TP PKK Lampung Timur Yusbariah Dawam Rahardjo menghadiri acara Kampanye Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) di Lapangan Desa Gunung pasir Jaya, Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur. Pada kesempatan itu Yusbariah yang membuka acara tersebut menyampaikan Langkah gerakan masyarakat hidup sehat dan mengajak masyarakat untuk mendukung gerakan cegah stunting dalam seribu hari. “Khusus ibu hamil wajib menjaga dan memeriksakan kehamilannya di tempat kesehatan terdekat, Ayo kita dukung gerakan cegah stunting dalam seribu hari pertama kehidupan,” ujar ketua TP PKK Lamtim ini. Usai membuka Germas, Yusbariah Dawam Rahardjo memberikan bantuan tambahan makanan untuk para ibu hamil, Lalu memberikan praktik langkah pembuatan Eco Enzyme agar bisa dimanfaatkan untuk para ibu-ibu rumah tangga. Sebelumnya, Ketua TP PKK Kabupaten Lampung Timur, Yusbariah Dawam Rahardjo menggelar kegiatan Gerakan Masyarakat (Germas), di Aula Rumah Dinas Bupati (Rumdisbup). Terselenggaranya kegiatan PKK Kabupaten Lampung Timur, melalui surat undangan yang ditandatangani ketua PKK Kabupaten Lampung Timur bernomor 64/Skr/PKK/Lam-Tim/XI/2023. Perihal undangan Germas, Rakor dan Pengajian. Menyikapi hal tersebut, Fauzi Ahmad, warga Desa Mataram Marga, Kecamatan Sukadana, mempertanyakan kegiatan PKK Kabupaten Lampung Timur, Rabu pagi hingga petang, di Aula Rumah Dinas Bupati Lampung Timur. Menurutnya, ketua PKK kabupaten tersebut, saat ini sudah terdaftar dan ditetapkan sebagai calon legislatif Daerah Pemilihan (Dapil) Lampung 8, dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). “Semua masyarakat juga tahu, suaminya (Bupati Red) adalah ketua partainya, tentu sangat menguntungkan pribadinya, sebagai caleg, dengan dukungan fasilitas negara, itu tidak dapat dipungkiri,” ujar Fauzi, Rabu (22/11/23). Menilai hal itu, sebagai masyarakat daerah Lampung Timur, Fauzi meminta ada tindakan dari Bawaslu setempat. “PKK tentu berkaitan erat dengan kedinasan, dari tingkat desa, kecamatan sampai kabupaten dan seluruh ASN ada di dalamnya, baiknya ada tindakan dari Bawaslu,” tandasnya. Bawaslu Lampung Timur diminta untuk segera mengambil tindakan. Sayangnya sampai berita ini diterbitkan Bawaslu Lamtim belum bisa dikonfirmasi. (Tim) Read the full article
0 notes
Text
Kapolres Bersama Bupati Lampung Timur Pantau Vaksinasi di Ponpes sekaligus berikan paket Sembako
Kapolres Bersama Bupati Lampung Timur Pantau Vaksinasi di Ponpes sekaligus berikan paket Sembako
Kapolres dan Bupati Lampung Timur memantau Langsung Vaksinasi Santri Bupati Lampung Timur (Lamtim) Dawam Rahardjo bersama Kapolres AKBP Zaky Alkazar Nasution, S.H, S.IK, M.H, memantau pelaksanaan vaksin terhadap santri di Pondok Pesantren Darussalamah, Desa Braja Desa, Kecamatan Way Jepara, Kabupaten Lampung Timur, Senin (6/9/2021). Selain melakukan vaksin, Bupati dan Kapolres juga memberikan…
View On WordPress
0 notes
Photo
Kumpulan Cerita Pencerah Nasehat Kyai Lugni Penulis : Emha Ainun Nadjib, dkk Penerbit : SEGA ARSY ISBN : 978-6028635-30-5 Tahun : 2020 (Cet Ketiga) Tebal : 178 halaman Ukuran : 14,3 x 20,5 cm Original Harga : Rp49.000 Sinopsis * Matahari Islam Berpendar-pendar-Emha Ainun Nadjib * Syahadat Saridin-Emha Ainun Nadjib * Bersalaman dengan Gadis Gila-Emha Ainun Nadjib * Leher Kambing si Miskin-Emha Ainun Nadjib * Kang Kasanun-A. Mustofa Bisri * Gus Jakfar-A. Mustofa Bisri * Nasihat Kiai Luqni-A. Mustofa Bisri * Bersih Desa-Mohammad Sobary ‘ Kenduri-Mohammad Sobary " Dunia Kecil di Desaku-Mohammad Sobary * Tuhan Tersenyum-Mohammad Sobary * Reinka rnasi-Mahbub Junaedi * Pendidikan Politik Sejak Dini-Mahbub Djunaedi * Rumah yang Terang-Ahmad Tohari * Belum Haji Sudah Mabrur-Ahmad Tohari * Mas Parman Mencari Tuhan-M. Dawam Rahardjo * Pohon Keramat-M. Dawam Rahardjo #nasehat #islam #hijrah #nasehatislam #muslimah #muslim #dakwah #nasehatulama #motivasi #sunnah #tausiyah #pemudahijrah #selfreminder #cinta #beraniberhijrah #muhasabah #muhasabahdiri #dakwahsunnah #indonesia #nasehatmuslim #islamituindah #nasehatislami #renungan #nasehatdiri #islamicquotes #nasehatbijak #istiqomah #hijrahku #dakwahtauhid #inspirasi https://www.instagram.com/p/CFIJPpxJI5h/?igshid=quacjnonn375
#nasehat#islam#hijrah#nasehatislam#muslimah#muslim#dakwah#nasehatulama#motivasi#sunnah#tausiyah#pemudahijrah#selfreminder#cinta#beraniberhijrah#muhasabah#muhasabahdiri#dakwahsunnah#indonesia#nasehatmuslim#islamituindah#nasehatislami#renungan#nasehatdiri#islamicquotes#nasehatbijak#istiqomah#hijrahku#dakwahtauhid#inspirasi
0 notes