#curhatan mahasiswa
Explore tagged Tumblr posts
wafaauliya · 2 years ago
Text
Victim Blaming: Kekerasan Simbolik Terhadap Perempuan
Tahun 2017 lalu, Agni (bukan nama sebenarnya) seorang mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta melaporkan bahwa dirinya mengalami pelecehan seksual ketika sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Pulau Seram, Maluku. Agni yang saat itu ingin kembali ke penginapan putri terjebak hujan deras. Ia akhirnya menginap di pondok pelaku yang merupakan teman laki-laki satu kelompok KKN-nya. Di pondok ini lah Agni menerima pelecehan seksual dari pelaku. Agni kemudan melaporkan tindakan pelecehan seksual ini ke Dosen Pendamping Lapangan (DPL). Namun, alih-alih mendapatkan dukungan, Agni justru mendapatkan kata-kata kurang mengenakkan yang justru menyalahkan dirinya sebagai korban.
Dikutip dari KOMPAS.com, Tommy selaku kuasa hukum pelaku justru menyalahkan dan mempertanyakan keputusan Agni yang tidak melakukan pelaporan kepada polisi. “Kenapa korban hanya melakukan curhatan kepada Balairung? Kenapa tidak melapor ke polisi? Polisi itu tempatnya menegakkan hukum,” ungkapnya. Sementara itu, dikutip dari balairungpress.com, salah seorang pejabat DPkM juga mengatakan bahwa Agni turut bersalah dalam kasus ini. Ia bahkan menyamakan Agni dengan gereh atau ikan asin dalam bahasa Jawa. “Jangan menyebut dia (Agni) korban dulu. Ibarat kucing kalau diberi gereh pasti kan setidak-tidaknya akan dicium-cium atau dimakan,” katanya.
Miris, namun hal ini sungguh terjadi. Agni mungkin hanya satu dari sekian banyak perempuan lain yang mendapati perilaku serupa ketika melaporkan atau menceritakan pelecehan dan kekerasan seksual yang dialaminya. Kalimat-kalimat seperti “Kamu seharusnya tidak pulang sendirian larut malam”, “Kalau mau pergi makanya jangan pakai celana pendek” atau “Kenapa waktu kejadian kamu tidak berteriak?” masih sering terdengar diucapkan kepada para penyintas kekerasan seksual. Perlakuan menyalahkan korban yang dikenal dengan istilah victim blaming menjadi hal yang sering ditemukan di lingkungan masyarakat yang patriarkis dan cenderung menormalisasikan rape culture.
Kekerasan Seksual dan Victim Blaming
Dalam Deklarasi Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan, kekerasan terhadap perempuan dimaknai sebagai “tindak kekerasan yang didasari pada perbedaan gender yang mengakibatnya adanya kerugian fisik, seksual, dan psikologis, atau menimbulkan kerugian pada perempuan, termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan, perampasan kemerdekaan yang terjadi di depan umum ataupun dalam kehidupan pribadi” (United Nations General Assembly, 2015). Sementara itu. dalam Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS) pasal 1 angka 1 dijelaskan bahwa, “Kekerasan Seksual adalah setiap perbuatan merendahkan, menghina, menyerang, dan/atau perbuatan lainnya terhadap tubuh, hasrat seksual seseorang, dan/atau fungsi reproduksi, secara paksa, bertentangan 2 dengan kehendak seseorang, yang menyebabkan seseorang itu tidak mampu memberikan persetujuan dalam keadaan bebas, karena ketimpangan relasi kuasa dan/atau relasi gender, yang berakibat atau dapat berakibat penderitaan atau kesengsaraan secara fisik, psikis, seksual, kerugian secara ekonomi, sosial, budaya, dan/atau politik.” Dari sini dapat kita ketahui bahwa kekerasan seksual tidak hanya seputar pemaksaan hubungan seksual saja, namun juga perbuatan-perbuatan lain seperti catcalling, memegang atau melihat bagian tubuh tertentu, dan ejekan-ejekan secara verbal juga termasuk dari kekerasan seksual. Kekerasan seksual dapat terjadi baik kepada perempuan maupun laki-laki. Walaupun begitu, hingga saat ini perempuan merupakan kaum yang lebih banyak menjadi korban kekerasan seksual. Menurut data pengaduan ke lembaga layanan kekerasan seksual yang tercatat di CATAHU 2022, terdapat 2.456 kasus kekerasan seksual sepanjang tahun 2021. Sementara itu, berdasarkan data pengaduan Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), terdapat 2.204 kasus kekerasan seksual sepanjang tahun 2021 dengan 1.051 kasus kekerasan seksual dilakukan di ranah publik (Komnas Perempuan, 2022).
Penyebab kekerasan seksual sendiri tidak lain dan tidak bukan adalah patriarki. Patriarki sendiri merupakan sistem sosial yang melihat perempuan sebagai kaum subordinasi kelas dua dan menempatkan perempuan di bawah laki-laki dalam struktur sosial masyarakat. Sistem patriarki menjadi akar utama terjadinya kekerasan seksual terhadap perempuan. Sistem ini membuat perempuan berada dalam posisi inferior. Dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan, perempuan ditempatkan sebagai kaum yang lemah dan berhak didominasi hingga kekerasan seksual yang dialami perempuan dianggap wajar karena sudah menjadi “tugas” perempuan menjadi objek fantasi laki-laki (Fushshilat & Apsari, 2020). Tak hanya kekerasan seksual, patriarki juga membatasi ruang gerak perempuan. Banyak perempuan yang mengalami diskriminasi berbasis gender dalam ranah pendidikan, ekonomi, hingga pemerintahan akibat sistem patriarki yang menganggap laki-laki haruslah didahulukan dibanding perempuan. Diskriminasi terhadap perempuan juga lah yang kemudian membuat kasus kekerasan seksual semakin sulit untuk diatasi. Diskriminasi terhadap perempuan ini lah yang kemudian melahirkan fenomena victim blaming terhadap penyintas kekerasan seksual, seperti yang terjadi pada Agni.
Victim blaming merupakan istilah yang menyalahkan korban terhadap suatu bencana atau kesalahan yang menimpa dirinya (Alfi & Halwati, 2019). Fenomena victim blaming ini dapat terjadi di berbagai kasus sosial seperti kemiskinan, pembunuhan, dan tentu saja kekerasan seksual.  Banyak perempuan korban kekerasan seksual yang justru disalahkan dan dianggap tidak bisa menjaga diri karena memakai pakaian yang terlalu terbuka, dianggap terlalu berlebihan dalam menginterpretasikan tindakan laki-laki, bahkan dianggap lemah karena tidak bisa melawan perlakuan kekerasan dari laki-laki. Tak hanya itu, alih-alih berfokus pada pelaku kekerasan seksual, pemecahan masalah kekerasan seksual justru malah berfokus pada “edukasi” kepada korban. Perempuan diminta untuk selalu berpakaian tertutup, untuk tidak pulang larut malam sendirian, bahkan diminta untuk belajar bela diri agar dapat melawan. Padahal, permasalahan utama dari kekerasan seksual ada pada pelaku, dan bukan korban. Victim blaming juga mengakibatkan semakin banyak perempuan yang takut untuk bersuara ketika mengalami kekerasan seksual. Reaksi masyarakat yang justru malah menyalahkan korban serta hukum dan pemerintahan yang tidak berjalan sebagaimana mestinya membuat banyak perempuan korban kekerasan seksual memilih untuk tutup mulut. Bungkamnya korban akan berdampak kepada semakin sulitnya kasus kekerasan seksual ini diatasi.
Victim Blaming sebagai Bentuk Kekerasan Simbolik
Victim blaming berupa kalimat-kalimat penyalahan yang dilontarkan kepada penyintas kekerasan seksual dapat dikategorikan sebagai bentuk kekerasan simbolik. Bourdieu (1991), mengatakan bahwa kekerasan simbolik merupakan kekerasan yang tersembunyi atau tak kasat mata yang dibaliknya menyembunyikan praktik dominasi dan objek yang mengalami tidak menyadari bahwa dirinya merupakan korban dari kekerasan simbolik. Ciri lain dari kekerasan simbolik adalah kekerasan ini dilakukan di kehidupan sehari-hari secara repetitif atau berulang-ulang. Kekerasan simbolik memiliki kaitan erat dengan konsep habitus yang juga dikemukakan oleh Pierre Bourdieu. Habitus sendiri merupakan kekuatan yang ada pada diri seorang individu dan merupakan sumber pemikiran yang kemudian dikonkretkan lewat tindakan individu tersebut. Menurut Bourdieu (1991), akar dari kekerasan simbolik adalah adanya dominasi gender. Dominasi laki-laki terhadap perempuan terbentuk dalam struktur-struktur sosial produktif dan reproduktif yang terjadi atas pembagian seksual yang memberikan bagian terbaik kepada laki-laki (Bourdieu, 2001). Sistem yang dilembagakan oleh dominasi gender, dikhususkan dominasi laki-laki, ini kita kenal dengan sebutan sistem patriarki.
Haryatmoko (dalam Novarisa, 2019) mengatakan bahwa wacana patriarki sebagai sistem merupakan bagian dari kekerasan simbolik karena sistem ini “menjebak” perempuan untuk berpikir dan bertindak berdasarkan wacana dari dominasi laki-laki. Perempuan kemudian juga memandang sistem patriarki atau dominasi simbolik laki-laki sebagai suatu hal yang dapat diterima dan menjalankannya seakan-akan hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar. Hal ini terjadi dikarenakan sistem patriarki ini telah diinternalisasi menjadi habitus para pelakunya sehingga para pelaku menjalankan peran masing-masing sebagai suatu kewajaran (Novarisa, 2019). Habitus patriarki yang merupakan sumber pemikiran individu kemudian dikonkretkan lewat berbagai tindakan dan salah satunya adalah victim blaming terhadap penyintas kekerasan seksual.
Sistem patriarki yang mengakar di masyarakat menjadi salah satu penyebab marak terjadinya fenomena victim blaming. Dominasi laki-laki yang kuat dalam sistem sosial masyarakat membuat laki-laki diposisikan sebagai pihak yang memiliki kuasa lebih atas perempuan. Perempuan dianggap sebagai objek yang diciptakan untuk membuat laki-laki tergoda, sehingga ketika kekerasan seksual terhadap perempuan terjadi, hal tersebut diasumsikan sebagai kesalahan perempuan yang tidak menjaga dirinya agar tidak “menggoda” laki-laki entah karena pakaiannya yang kurang tertutup, atau pergi larut malam, atau memakai parfum yang terlalu wangi. Sementara perilaku laki-laki dijustifikasi karena merupakan hal yang wajar bagi laki-laki jika tergoda melihat perempuan yang “tidak-menjaga-dirinya”. Fenomena victim blaming ini terjadi akibat sistem patriarki yang mana laki-laki memiliki dominasi yang besar dalam sistem masyarakat baik dari cara berpikir mereka maupun tindakan mereka. Sistem patriarki sangat sulit dihilangkan karena telah menjadi habitus dan baik secara sadar maupun tidak sadar sistem ini diamini oleh masyarakat.
Kesimpulan
Kekerasan seksual masih menjadi PR besar di masyarakat. Budaya victim blaming di masyarakat menjadi salah satu penyebab kekerasan masih sulit untuk diatasi karena perempuan sebagai korban masih terus disalahkan atas kekerasan seksual yang menimpanya sementara pelaku mendapatkan justifikasi atas perilakunya. Selain itu, budaya victim blaming akan berdampak buruk bagi korban terutama dari sisi psikologis. Budaya victim blaming juga memungkinkan korban-korban lainnya tidak berani untuk melapor karena takut disalahkan atas kekerasan seksual yang dialaminya. Terdapat berbagai faktor terjadinya victim blaming seperti kurangnya rasa empati terhadap sesama, kurang edukasi mengenai kekerasan seksual, dan tentu saja budaya patriarki yang mengakar kuat di masyarakat. Jika perempuan masih dianggap sebagai objek dan laki-laki adalah kaum yang berhak mendominasi dan berkuasa atas perempuan, maka kasus kekerasan seksual akan terus sulit diatasi. Kita harus dapat menyingkirkan bias gender ketika melihat kasus kekerasan seksual agar dapat dengan adil menimang dan memberikan solusi yang tepat atas kasus ini.  
Daftar Pustaka
Alfi, I., & Halwati, U. (2019). Faktor-faktor Blaming the Victim (Menyalahkan Korban) di Wilayah Praktik Kerja Sosial. Islamic Management and Empowerment Journal, 1(2), 217–228. https://doi.org/10.18326/imej.v1i2.217-228
Bourdieu, P. (1991). Language and Symbolic Power (G. Raymond & M. Adamson, Trans). Polity Press.
Bourdieu, P. (2001). Masculine Domination (R. Nice, Trans). Stanford University Press.
Fushshilat, S. R., & Apsari, N. C. (2020). Sistem Sosial Patriarki Sebagai Akar Dari Kekerasan Seksual Terhadap Perempuan Patriarchal Social System As the Root of Sexual Violence Against Women. Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 7(1), 121. https://doi.org/10.24198/jppm.v7i1.27455
Komnas Perempuan. (2022). Bayang-Bayang Stagnansi: Daya Pencegahan dan Penanganan Berbanding Peningkatan Jumlah, Ragam dan Kompleksitas Kekerasan Berbasis Gender Terhadap Perempuan. CATAHU 2022: Catatan Tahunan Kekerasan Terhadap Perempuan Tahun 2021.
Maudy, C. (2018). Nalar Pincang UGM atas Kasus Perkosaan. Balairungpress.com. https://www.balairungpress.com/2018/11/nalar-pincang-ugm-atas-kasus-perkosaan/
Novarisa, G. (2019). Dominasi Patriarki Berbentuk Kekerasan Simbolik Terhadap Perempuan Pada Sinetron. Bricolage : Jurnal Magister Ilmu Komunikasi, 5(02), 195. https://doi.org/10.30813/bricolage.v5i02.1888
United Nations General Assembly. (2015). Declaration on the Elimination of Violence Against Women. Retrieved from stopvaw.org: http://www.stopvaw.org/declaration_on_the_elimination_of_violence_against_women
Wismabrata, H. M. (2019). Fakta Kasus Dugaan Pelecehan Mahasiswi UGM saat KKN, Kuasa Hukum Pertanyakan Pelapor hingga Ombudsman Panggil Rektor UGM. KOMPAS.com. https://regional.kompas.com/read/2019/01/03/17140741/fakta-kasus-dugaan-pelecehan-mahasiswi-ugm-saat-kkn-kuasa-hukum-pertanyakan?page=all
Ditulis sebagai tugas Ujian Akhir Semester, mata kuliah Teori Sosiologi Modern
3 notes · View notes
aqiiimr · 27 days ago
Text
Belum jodoh (lagi)
Aku mau cerita, jadi hampir satu bulan, tepatnya sudah jalan 2 minggu ayahku masuk RS dengan komplikasi tiga sahabat. 1 minggu pertama dirawat di ICU 1 minggu sampai sekarang di RPD. Ketika pindah ke RPD aku ketemu ading mahasiswa yg dulu sempat magang di ruang IBS. Sekarang sudah jadi PNS. Interaksi kami jd lumayan sering di sini. Ngobrol bercanda ketika dia jaga. Singkat kata. Kayaknya aku mulai suka. Rencananya mau tanya temenku yang juga perawat di ruangan ini. Daaan... untungnya malam ini dia jaga. Kebetulan dia anak rantauan. Jadi iseng bertanya, apakah di PP dari rumah ke tempat kerja karena rumahnya cukup jauh. Nyesss setelah mendapat jawabannya. "Iya ka, aku PP soalnya anakku ga bisa ditinggal sama ibu, mana 2 orang sekaligus dititipin. Yaahh kecewa lagi dong niatnya mau butterfly era tapi lagi-lagi layu sebelum berkembang era 😅
Entahlah ini sudah kesekian kalinya. Tidak tahu rencana apa yang disiapkan Tuhan padaku masalah jodoh ini. Selalu berputar-putar tentang ditolak, sudah ada pasangan atau akunya yang tidak suka. Jujur sudah mulai tahap pasrah. Umur udah mendekati 35 tahun disaat teman-teman seumuran sudah punya anak. Aku stuck di fase single fighter saja. Memang katanya timeline kita tidak ada yang sama ada yang cepat ada yang lambat. Tapi tekanan itu memang tidak mudah untuk diabaikan. Jadinya cuman bisa berbaik sangka sama rencana Tuhan. Baiklaaa cuman itu aja curhatan dadakan malam ini. Adios
0 notes
azizulumar · 4 months ago
Text
Mau Sampai Kapan?
Kondisi KAMMI bertahan pada stuck yang terus menerus. Tidak ada perubahan yang cukup atau setidaknya perancangan strategi untuk menghadapi tahun-tahun berikutnya. Lantas dengan harapan yang tinggi akan tetapi dengan minimalisnya ide dan kontribusi membuat KAMMI berada pada ke-fanaan imajinasi tentang masa depan.
Terus terang saja, KAMMI memiliki kelemahan pada ukhuwah. Padahal ukhuwah itulah yang selalu ditonjolkan sebagai landasan persaudaraan. Ukhuwah yang dirajut atas dasar kepahaman, dan saling mengerti satu dengan lainnya. Situasi ini membuat kondisi tubuh KAMMI semakin kritis hari demi hari.
KAMMI telah ketinggalan zaman, bagiku seperti itu. Konsep yang kita hadirkan sekarang layaknya dakwah secara sembunyi-sembunyi. Dan akan terus seperti itu, jika hal tersebut terjadi secara konsisten maka perekrutan KAMMI hanya akan tertuju pada mereka yang telah mengenal dakwah dari sekolah IT dan sejenisnya. Maka tidak relevan pula jika KAMMI mengharapkan adanya perekrutan diatas ratusan mahasiswa kecuali perekrutan itu terjadi di kampus berbasis tarbiyah.
KAMMI harus bisa mulai mengembangkan diri dan fokus zaman. Pengembangan diri ini berlaku dalam hal kaderisasi yang lebih mengepentingkan pada potensi anggota secara strategis. Kaderisasi harus mampu mengemban amanah sebagai pelaksana pembinaan dan pemberdayaan yang terfokus pada peningkatan kualitas. Artinya harus ada tujuan jelas secara duniawi seperti prestasi, jiwa kompetitif, atau event sebagai bukti peningkatan kualitas.
Kemudian, fokus zaman artinya KAMMI diharapkan bisa beradaptasi dengan zaman secara akseleratif. KAMMI dapat bergerak lebih cepat dengan mengikuti trend yang ada dan bisa mengikuti kebiasaan pemuda di zaman tersebut. Di beberapa kampus, KAMMI telah kehilangan namanya sebagai basis politik mahasiswa. Lantas jika KAMMI tidak berbenah dan mencaritahu fokus gerakan penggantinya, maka KAMMI hanya akan menjadi organisasi "saja".
Akan tetapi, akselerasi yang dibangun ini haruslah ditopang dengan beberapa pelaku strategi yang terkoordinir. Mulai dari pengurus yang senantiasa siap menghadapi tantangan, alumni yang berada sebagai back up dan teman cerita, ataupun AB2 sebagai penggeraknya. Tapi sayangnya KAMMI sekarang mengalami kemunduran. Posisi-posisi yang kini seharusnya sebagai tulang punggung mengalami penurunan kader secara berkala.
Sikap tawaduk di KAMMI UIN masih menjadi satu sifat yang terkadang saya benci. Tawaduk bukan mengecilkan potensi atau kemampuan anda dengan mengalihkan posisi/amanah ke orang lain. Tapi tawaduk yang mestinya dilakukan adalah mengetahui potensimu dengan baik, lalu kamu dapat mengukur dengan melihat kondisi sekitarmu, apakah pantas kamu melakukannya. Bukan menghindari tapi mengetahui diri dan kondisi, itu yang harus dilakukan sekarang.
Pada intinya, kondisi KAMMI akan terus seperti ini saat mereka yang telah menjadi tulang punggung KAMMI hanya berada pada koridor ketawadukan yang salah. Maka kembali lagi ada banyak persoalan yang perlu diselesaikan secara BERTAHAP. Maka mari saya harap dengan sangat, bahwa kondisi KAMMI sebagai wasilah dakwah harus diperbaiki, kalianlah yang bisa memperbaiki, karena jika kalian saja tidak peduli maka siapa yang akan peduli.
Curhatan pribadi : posisi ketua itu tidak menakutkan jika jundi menghormati dan qiyadah memahami. Cuma terkadang namanya manusia suka lupa dan lalai.
0 notes
bubblejoystory · 8 months ago
Text
My First First Teaching Experience
Hari ini aku pengen nulis untuk sekedar sharing aja sambil mengisi waktu long holiday. Jujur selama sebulan kemarin lagi sibuk-sibuknya urusan networking dengan komunitas lain di Surabaya. Mendekati kontrak kepengurusan komunitas abis makin banyak undangan tiap weekend wkwk. Finally, akhirnya bisa me time menikmati hari tanpa kegiatan hahaha (sebagai introvert perlu banget untuk me time). Karena gara-gara terlalu sibuk sama kegiatan jadi lupa kalo perlu sekali-sekali istirahat.
Sebelumnya, aku mau sharing kalo udah menjalani my daily life as a lecturer selama 2 bulan. Aku mendapatkan pengalaman yang mungkin gak akan aku dapatkan saat masih menjadi PNS (Pegawai Negeri Startup). Jujurly, gak pernah nyangka sebelumnya kalo balita yang dulu pernah duduk di meja praktikum sekarang berdiri ngajar di depan hahahaha. Yeap, sedikit cerita saat aku masih balita usia 4-5 bulan, bapakku membawaku ke kampus karena di rumah gak ada yang bisa mengasuh. Aku ditaruh di atas meja praktikum sambil duduk menunggu bapakku selesai mengajar wkwk. Gak bisa bayangin mahasiswa ngeliatin balita lagi duduk di atas meja praktikum waktu itu 🤣 Lucu banget kali ya hahaha. Untungnya aku bukan termasuk tipe balita yang rewel nangis minta pulang wkwk. Masih bisa terkendali lah 😁
Saat ini statusku aku udah mendapatkan beban mengajar karena kondisi kekurangan tenaga pengajar. Semua calon dosen baru diberi beban mengajar supaya gak kaget menghadapi mahasiswa. Aku mendapatkan beban mengajar untuk empat kelas dan matkul yang diajarkan sama semua. Jadi, cukup belajar satu kali, sisanya tinggal bangun tidur terus ngajar, jelasin materi langsung hafal di luar kepala hahaha. Minta maaf banget untuk kelas hari pertama yang selalu menjadi kelinci percobaanku setiap ganti materi baru ya 🤣
Mungkin sebagian dari kalian penasaran gimana rasanya ngajar mahasiswa jaman now? Well, fyi perbedaan usia mahasiswa yang aku ajar gak sampe lebih dari 10 tahun. Yaaa.... bedanya sekitar 8 tahunan lah yaa wkwk. Jadi, feelnya masih kayak kakak ngajarin adeknya hahaha. Kalo kalian tanya apakah gak grogi saat hari pertama ngajar? Ohhh jangan ditanya awal2 pasti grogi banget, beneran kaku wkwkwk. Isi kepala udah campur aduk harus perfect dan gak boleh salah menyampaikan ke mahasiswa. Rasanya udah overthinking duluan kalo ngajar gak diperhatiin mahasiswa atau malah mereka gak paham sama sekali sama materinya.
Saat hari pertama ngajar, banyak sekali hal-hal yang lucu dan absurd ketika ngajar. Hari pertama banyak mahasiswa yang kurang nyaman kalo manggil "Bu". Jadi, aku sering denger beberapa mahasiswa di kelas masih panggil "Kak" wkwk. Belum lagi mahasiswa yang caper bolak-balik suka tanya, maklum mayoritas isi kelasnya cowok. Apalagi ada beberapa mahasiswa yang tipenya kritis suka ngajakin aku diskusi di sela-sela praktikum sampe jam kelasnya selesai. Karena sikap kritisnya aku jadi bingung juga enaknya jawab apa supaya biar keliatan pinter wkwk. Akhirnya mengeluarkan template, "Oh baru tau saya ada cara kayak gitu. Bagus sih pertanyaannya nanti coba saya cari referensinya di Google ya." 🤣 Bahkan, ada mahasiswa yang sempet curhat soal pacarnya *ehhhh. Yaa w dengerin aja abisnya lucu banget 🤣 Kayak kakak dengerin curhatan adeknya. Karena jamanku jadi mahasiswa baru mau curhat ke dosen aja gak ada nyalinya cuy wkwk.
Kata orang-orang jadi pengajar itu butuh hati seluas samudera biar bisa sabar nanganin murid atau mahasiswa di kelas. Yes, setuju bangetttt. Terkadang bingung baca ekspresi mereka saat di kelas beneran paham atau gak. Karena mereka diem aja ngang ngong bingung gak paham dimananya wkwkwk. Jadi, harus sabar banget jelasin berulang-ulang sampe paham 🤣 Mendadak langsung paham perasaan dosenku dulu ketika ngalamin hal yang serupa. Harus lebih sabar lagi ngehandle mahasiswa jaman now wkwk. Ada yang pernah tidur di bawah meja enak banget atau main push rank di tengah-tengah perkuliahan. Tiap menemukan kelakuan mahasiswa yang aneh-aneh selalu ngomong ke diri sendiri buat jangan emosi, cukup ditegur aja. Beneran takut kelepasan euy. Kalo ditegur, pasti nanti mereka ngerasa malu sendiri wkwk. Takut jadi viral entar 😂 Cukup kasih "ultimatum" aja di kelas biar jadi rajin semua, "Kalian mau nyelesaiin praktikum itu tanggung jawab kalian ya. Jadi, jangan protes sama saya kalo tiba-tiba nilainya dapet 0. Coba kalian introspeksi diri sebelum protes." Atau sharing cerita ke mereka kalo jaman sekarang susah cari kerjaan, di luar sana masih banyak yang berjuang cari kerja, biar termotivasi rajin belajar untuk meningkatkan skill mereka. Ternyata reaksi mereka langsung mendadak jadi aktif diskusi dan ngerjain bareng temen sekitarnya (alhamdulillah jadi rajin wkwk). Kalo ada yang tidur aku suruh temen sebelahnya bangunin. Eh, ketika udah bangun malah dikerjain sama satu kelas, mendadak jadi bahan lawakan satu kelas wkwk. Langsung auto malu sendiri 😂 Jadi, emang beneran harus membangun hati seluas samudera hahaha. Yang paling selalu aku inget jangan sampe kita sebagai dosen menyindir soal material karena mereka hidup dari latar belakang keluarga yang berbeda. Mungkin beberapa dari mereka belum mampu beli laptop sehingga harus mengerjakan bareng dengan temennya saat praktikum, yang penting udah keliatan berusaha untuk belajar.
In my opinion, tantangan dosen jaman sekarang itu harus bisa ngajar dengan metode yang kreatif supaya kelas itu terasa hidup dan yang dipelajari jadi asyik buat mereka. Karena mengajar jaman sekarang ini gak bisa disamakan dengan generasi-generasi sebelumnya, lebih banyak tantangannya. Jadi seorang pengajar juga harus pinter story telling. Nah, ini jadi PR ku sekarang belajar story telling biar kelasnya gak boring haha, kudu banyak baca dan update banyak hal. Satu hal yang paling harus dikasih underline menjadi seorang dosen itu sebenernya beban moral guys. Kita harus ngasih contoh yang baik. Gak cuma bikin pinter anak orang aja, tetep harus ngajarin attitude yang baik biar jadi manusia berakhlak. Buat apa kan manusia pinter tapi tidak berakhlak 👍 Aku jadi makin ngerti kenapa kalo ngajarin orang ilmu jadi berkah. Karena semakin sering sharing ilmu, semakin jadi paham sama ilmu yang gak kita pahami saat dulu jadi mahasiswa.
Beberapa orang terdekat termasuk keluargaku sendiri melihat aku seperti lebih enjoy menjalani pekerjaan yang sekarang. Lebih terlihat happy daripada sebelumnya yang tiada hari tanpa sambat haha. Mungkin ini kali ya yang dinamakan perjalanan mencari jati diri. Kadang kita merasa kurang sesuai atau stuck di karir atau pekerjaan tertentu sehingga menyebabkan kita harus berpetualang mencari yang cocok dengan diri kita. Semuanya butuh proses, gak bisa instan. Mungkin banyak yang bertanya kenapa memilih switch career di bidang pendidikan. Makin ke sini akhirnya menyadari kalo uang itu belum tentu bisa bikin kita bahagia. Hal yang bisa bikin aku bahagia sekarang adalah self appreciation ketika orang yang kita ajar menjadi orang hebat di masa depan. Artinya, ilmu yang kita sampaikan berkah dan bisa bermanfaat bagi orang banyak. Once again selamat buat diri sendiri karena udah menemukan jati diri dan the meaning of happiness in life 😊
P.S. Sharing cerita ini mungkin bisa jadi persiapan buat kalian yang akan mulai mengajar. Semoga bermanfaat 😊
0 notes
salsputrir · 1 year ago
Text
Tumblr media
OSCE AJAIB
Kemarin ada kejadian ajaib buat gue pribadi.
Sore setelah OSCE hari pertama, tepatnya sehabis gue numpang solat ashar di kamarnya si "x". Tiba-tiba deeptalk antara gue sama dia terjadi begitu saja.
Seperti biasa konflik batin dirasakan pada kebanyakan mahasiswa fk setelah dibantai banyak stase. Nangis dan ngeluh menjadi topik utama curhatan dia ke gue. Tentu sebagai temannya gue bantu menguatkan. Sampai tercetuslah kata-kata ajaib ini dari mulutnya,
"Kayaknya lu jawaban dari doa-doa gue deh", ucap dia masih sesegukan.
"Eh? Lu doa apa pula?", jawab gue.
"Selama di SMP-SMA gue selalu dapet temen yang toxic, ditambah gue dirumah sendirian dan ortu pun sibuk. Gue selalu ngerasa pendam semuanya sendirian, emosi gue gabisa tersalurkan dengan baik. Maka jadilah gue yang seperti ini, ga bisa menerima diri sendiri dan melihat diri banyak kurangnya.
Sebelum kesini, gue berdoa di perkuliahan nanti dapat teman yang mau menerima segala baik buruknya diri karena memang gue butuh orang yang seperti itu. Bersyukur bgt dapet temen kayak kalian, terutama lu. Gue jadi percaya kalau orang baik itu masih ada, kata-kata lu banyak nguatin gue. Dukungan lu ke gue bukan main terhadap apa yang mungkin gue rasa gabisa tp lu selalu percaya gue bisa. Lu banyak kasih insight baru, lu ajak gue melihat masalah dari kacamata yang berbeda. Pelan-pelan itu semua mengubah diri gue jadi seseorang yang berani keluar dari zona nyaman gue. Sal panjang umur ya, sumpah gue butuh orang kayak lu. Jangan kemana-mana ya. Makasih banyak serius, gue sayang lu. Makasi ya".
Gue pun dipeluknya erat-erat.
Sore itu bagi yang tidak mengetahui isi hati manusia mungkin melihat cerita ini akan menafsirkan hanya ada 1 doa seorang hamba yang terjawab, padahal sebenarnya ada 2 doa terjawab sudah. Doanya dan doa gue.
Jauh sebelum kejadian sore itu. Saat diawal gue merasa menyesal mengapa harus kuliah disini, di kampus yang menurut gue tidak akan membawa dampak pesat bagi proses bertumbuh diri gue. Lagi-lagi saat itu gue hanya bisa menyalahkan Tuhan terhadap apa yang tidak gua ketahui,
"Ya Allah kenapa harus disini? Emangnya siapa yang butuh aku disini? Bisa jadi apa aku disini?", batinku saat berdoa dulu.
Maka di atas motor menuju perjalanan pulang, gue menangis sejadinya. Bukan perihal OSCE atau pujian teman gue tersebut, melainkan karena akhirnya gue mengetahui alasan ditempatkan disini. Terjawab dengan dialog ajaib sore tadi.
0 notes
anovsblog · 1 year ago
Text
21 Agustus 2023, 16.30 WITA
Profil Penulis
Tumblr media
Nama : Amanda Novianto
Nim : 20652071
Mahasiswa Politeknik Negeri Samarinda
Jurusan Administrasi Bisnis
Program Studi Manajemen Pemasaran
Semester 7 (C)
MARKETING POLITIK
Pembahasan : Mengenal politikus muda dan Elektabilitas artis muda yang terjun dalam dunia politik
1. Politikus muda
TSAMARA AMANY ALATAS
Tumblr media
Biografi :
Tsamara lahir di Jakarta pada 24 Juni 1996. Dia merupakan anak dari seorang pengusaha tambang bernama Muhammad Abdurachman Alatas.
Dia menempuh pendidikan sarjana (S1) bidang Ilmu Komunikasi di Universitas Paramadina, Jakarta, pada 2018.
Menjelang pemilihan umum (Pemilu) 2019, Tsamara bergabung dengan PSI dan didapuk menjadi Juru Bicara pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Joko Widodo -KH. Ma'ruf Amin.
Tsamara pernah menikah dengan seorang jurnalis bernama Ismeth Alatas pada 2015. Namun, rumah tangga mereka kandas dua tahun kemudian.
Dua tahun setelah bercerai, Tsamara kemudian menikah dengan seorang akademisi dari Universitas New York bernama Ismail Fajrie Alatas.
Kiprah Profesional Tsamara Amany
Pernah magang di balai kota bersama pak ahok saat menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta
Tsamara rupanya pernah menjadi staf magang di Balai Kota DKI saat Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menjabat sebagai gubernur.
Ketika masa magangnya habis, dia pun mengunggah momen terakhirnya bersama Ahok di akun instagramnya.
"28 April 2016 — Pamitan kepada Pak Ahok karena masa magang di Balaikota harus berakhir. Kebetulan sama-sama pakai encim dan koko, akhirnya foto ala-ala Betawi," tulis Tsamara.
Saat magang bersama Ahok, dia ditugaskan dalam tim untuk membantu Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), simplifikasi perizinan memulai usaha, dan meningkatkan peringkat izin memulai usaha dari 167 (2015) menjadi 151 (2016) dalam survei Bank Dunia.
Ketua DPP Partai solodaritas Indonesia (PSI)
Setelah bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Tsamara langsung diberi posisi sebagai Ketua DPP bidang eksternal semenjak April 2017.
Menjadi Saksi di Mahkamah Konstitusi
Tsamara juga pernah menjadi saksi untuk Gerakan Nasional Calon Independen (GNCI). Saat itu dia tengah berjuang untuk para calon independen di pilkada.
Aksinya memberikan keterangan pada Mahkamah Konstitusi pun dia unggah di akun instagramnya.
"3 Agustus 2015 — Bersaksi untuk Gerakan Nasional Calon Independen (GNCI) demi meringankan syarat calon independen maju dalam pilkada di pengadilan paling sakral di Republik ini, Mahkamah Konstitusi. Alhamdulillah gugatan dikabulkan," tulis dia.
Penulis Buku Politik
Tsamara Amany meluncurkan buku politik pertamanya berjudul "Curhat Perempuan". Buku yang kali pertamanya di bedah pada 17 April 2017 itu merupakan kumpulan artikel yang ditulis Tsamara selama tiga tahun terakhir.
"Buku tersebut bukan hanya curhatan remeh temeh, tetapi curhatan seorang wanita belia yang sangat berbobot dan peduli terhadap negaranya," ungkap Hamid Basyaib yang merupakan salah satu pembicara dalam diskusi bedah buku yang berlangsung di Grand Cemara Hotel, Jakarta seperti diunggah di akun Facebook Universitas Paramadina.
Awal mula Tsamara menyukai dunia politik karena sering menyaksikan berita kerusuhan pada 1998 bersama orang tuanya. Ia makin akrab dengan politik karena pernah magang di Balai Kota DKI Jakarta sehingga dapat melihat langsung kerja-kerja politik.
Maka tak heran jika Tsamara bergabung pada salah satu partai politik, yakni Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Tak main-main, ia bahkan telah menjabat sebagai Ketua DPP PSI.
Bukan tanpa tujuan, mengapa Tsamara terjun ke dunia politik. Ia ternyata ingin menjadi Gubernur DKI Jakarta. “Aku mau jadi Gubernur Jakarta kalau usiaku sudah memenuhi syarat,” tutur Tsamara saat acara Friday Talk.
Tsamara mengaku sangat mengagumi Gubernur DKI Jakarta nonaktif, Basuki Tjahaya Purnama. Selain itu ia juga mengidolakan sosok pemimpin seperti Presiden RI, Joko Widodo.
“Aku juga mengidolakan Bung Karno. Retorikanya bagus,” ujarnya.
Ia mengajak kaum muda untuk peduli pada politik, karena peduli politik adalah cara paling masuk akal untuk berkontribusi dalam masyarakat.
“Satu perubahan pada satu anak muda akan berdampak besar pula pada perkembangan negara kita untuk menjadi yang lebih baik,” ujar Tsamara.
Rekam Jejak
Tsmara Amany Alatas ajak generasi muda bijak gunakan media sosial.
Bagi Tsamara Amany Alatas, media sosial menjadi lahan untuk menyebarkan berita dan artikel baik untuk dikonsumsi oleh publik. Perempuan muda yang namanya viral setelah terlibat tweetwar dengan Wakil Ktua DPR Fahri Hamzah itu mengemukan pentingnya memanfaatkan media sosial dengan cara yang baik di kalangan anak muda.
Menurutnya, sebelum dirinya menjadi politisi seperti sekarang, semua pendapat politik dan pandangannya tentang politik ia kemukakan lewat media sosial. Lewat artikel-artikel yang dia unggah itulah namanya menjadi viral.
"Jadikanlah sosial media sebagai saluran menyampaikan informasi yang baik. Jangan sampai menggunakan media sosial untuk hal-hal pamer yang tak ada gunanya dan dapat menjadi beban pada diri kita sendiri," tukas dia.
0 notes
60b3r · 2 years ago
Text
Tridharma Perguruan Tinggi Dosen
Merespons tulisan Didi Achjari, Masih Menarikkah Menjadi Dosen di Indonesia? dikutip dari obrolan curhatan saya di grup WhatsApp Indonesian Bioethics Forum.
Saya sebagai Gen Z, cita-cita ingin jadi dosen, skillset dan kualifikasi lulusan Bioetika, tapi sulit cari kerja karena untuk posisi-posisi pengajar Bioetika tersebut, Perguruan Tinggi masih lebih memilih cari yang dokter untuk kemudian disekolahkan Bioetika dan/atau carinya yang memiliki kualifikasi linear. Padahal bioetika kan lintas disiplin. Padahal Bioetika tidak mesti kedokteran. Lagipula, apa maksud dari "harus linear"? Memangnya ada S1 Bioetika?
Beban dosen yang mengemban tridharma perguruan tinggi juga masalah. Kan itu tridharma perguruan tinggi, kok dosennya yang menjalankan fungsi? Kan mestinya yang tajamnya penelitian, bisa dikurangi jam ngajarnya, dan sisi lain juga yang doyan mengajar, penelitiannya di corresponding author saja. Status quo, ketiga pillar itu diemban satu orang. Pantesan burnt out.
Saya sih sampai sekarang tidak bosan untuk belajar dengan guru2 senior disana-sini, bagaimana berbakti buat ilmu pengetahuan dan negeri. Tetapi jika perut belum terisi nasi, siapakah yang akan mensponsori perjuangan saya menjadi guru baru kelak nanti?
Saya ada guru yang saya hormati, beliau kalau mengajar di kelas bikin ngantuknya minta ampun, amat membosankan, dan ujiannya tidak niat (pilihan ganda 20 nomor untuk ujian tengah semester). Akan tetapi, kalau urusan penelitian beliau sangat rajin. Bisa memeriksa puluhan naskah PKM selama sehari.
Satunya lagi ada pengurus komite olimpiade sains nasional. Lama malang melintang di kalangan OSN Biologi dan Kimia. Sangat suka mengajar, kuis-kuisnya sangat kreatif berupa beragam case studies, kala mengajar mahasiswa diajak debat dan diskusi. Tapi beliau malas penelitian minta ampun. Sampai sekarang dia hanya S2 saja, dan publikasinya sedikit.
Ini contoh kalau sebenarnya dua model dosen ini diklasifikasikan dan ditugaskan dengan baik di Perguruan tinggi, ya bisa mereka mengurus ketiga pilar perguruan tinggi dengan bagi tugas. Kolaborasi, kata Prof. Anita Lie. Akan tetapi, saat serdos kok seolah-olah tuntutannya bukan begitu? Seakan-akan semua Tridharma Perguruan Tinggi ini harus diemban oleh seluruh individu dosen? kalau begitu, ganti saja titelnya menjadi Tridharma Dosen.
Si dosen yang pertama ini, sekarang putus asa karena hobi penelitiannya diisi dengan kuliah-kuliah receh ketemu para mahasiswa baru yang masih bodoh yang harusnya dipegang dosen kedua. Dosen yang kedua, beliau frustrasi karena kecintaannya dia membangun pondasi keilmuan mahasiswa baru dengan mengajar mata kuliah pengantar harus ditarget mengirimkan proposal PKM, yang harusnya cocok di-handle oleh dosen pertama.
Mereka berdua sempat saya sambangi karena saya mau curhat soal bagaimana peluang karir jadi dosen, eh mereka pada akhirnya malah mencegah saya jadi dosen karena "masih banyak cara lain mengabdi kepada masyarakat yang tidak dehumanisasi".
1 note · View note
diahfatimatuzzahra · 7 years ago
Text
Upaya Berliku Menuju Sarjana Bermutu
Kuliah itu bukan balapan lulus atau tinggi-tinggian IPK. Jalani saja dengan ‘tanggung jawab dan versi terbaik menurutmu’.
–Anonim
Kalimat di atas merupakan pernyataan yang setidaknya dapat menggambarkan jawaban saya untuk pertanyaan “Bagaimana kamu memaknai IPK?” atau “Kuliah yang benar itu yang bagaimana?”. Meskipun terkesan sedikit munafik, namun realitanya, selama 6 semester saya menjalani peran sebagai mahasiswa, IPK bukanlah menjadi suatu hal yang saya nomorsatukan. Saya sangat ingat betul dengan cita-cita yang saya semogakan pada saat pertama kali melangkahkan kaki di kampus psikologi. Saat itu cita-cita saya hanya satu, yaitu bisa lulus dengan predikat cumlaude. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, ternyata perilaku saya enggan mendukung cita-cita tersebut. Di perjalanan, saya menemuakan rintangan-rintangan, yang sejatinya semua rintangan itu bersumber dari diri saya sendiri.
Di awal semester, tepatnya di tahun pertama kuliah, saya belum bisa sepenuhnya menikmati proses perkuliahan. Di tahun pertama, saya lebih banyak menghabiskan waktu untuk bereksplorasi dan melakukan penyesuaian terhadap gaya belajar yang terasa asing bagi saya. Belajar psikologi adalah suatu tantangan, di mana saya harus belajar untuk berpaling dari pelajaran eksak. Saya harus gemar membaca, mendalami teori, dan melakukan hal-hal yang menurut saya sangat membosankan dan melelahkan. Sebab dari dulu saya lebih sering berkecimpung di mata pelajaran eksak seperti kimia, fisika, dan matematika. Dan di awal-awal semester inilah tantangan terberat saya menjadi mahasiswa psikologi benar-benar terasa.
Tak mau didera stres akademik berlarut-larut, akhirnya saya memilih organisasi sebagai tempat pelarian sekaligus media yang menurut saya sangat manjur untuk meningkatkan minat baca. Saat itu, yaitu pada semester 1 dan 2, saya bergabung dengan UKMF Psikojur dan Kesppi. Dengan bergabung di Psikojur saya berharap agar minat membaca dan menulis saya bisa lebih meningkat. Sedangkan di Kesppi, saya berharap dapat mendalami ilmu Psikologi Islam yang bagi saya sangat penting untuk dipelajari.
Namun di tahun kedua, saya mulai merasa bahwa kedua organisasi tersebut belum cukup bisa membuat minat baca saya meningkat. Kemudian, bergabunglah saya ke dalam lembaga pers mahasiswa yang lingkupnya lebih besar, yaitu LPM Manunggal Undip. Dan sesuai ekspektasi, di Manunggal saya dibiasakan untuk membaca koran atau berita setiap hari. Di samping itu, tuntutan tugas liputan dan pembuatan berita juga secara tidak langsung menuntut saya untuk gemar membaca. Dari situlah kemudian saya menyadari bahwa ‘tanpa membaca saya bukan apa-apa, dan tanpa menulis saya bukan siapa-siapa’.
Selain di Manunggal, sebagian besar waktu semester 3, 4, dan 5 saya juga tersita untuk 3 organisasi lain, yaitu Psikojur, Kesppi, dan Paguyuban Karya Salemba Empat Undip. Berawal dari semester 4 sampai 5 inilah akademik saya mulai berantakan. Tanggung jawab sebagai ketua divisi dan beberapa penanggung jawab kegiatan kepanitiaan membuat saya sulit membagi waktu. Saya menyadari bahwa kesibukan tersebut bukanlah alasan untuk menomorsekiankan akademik. Sebab yang menjadi sumber masalah, sejatinya adalah diri saya sendiri. Saya kurang bisa mengatur waktu dan menentukan prioritas. Akibatnya, saat semester 5, tepatnya pada bulan Agustus hingga Oktober, saya sering kali terlambat atau bahkan tidak masuk kelas.
Suatu ketika, saya merasa lelah berorganisasi dan menyadari bahwa selama ini saya mengerjakan terlalu banyak hal namun kurang bisa fokus ke satu tujuan. Dan dari situ, saya mengambil keputusan untuk lebih fokus ke akademik pada semester 6 dan 7. Yang itu artinya saya harus mengurangi keterlibatan saya dalam organisasi. Akhirnya, tepat di awal semester 6 saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari LPM Manunggal dan Kesppi, sehingga yang tersisa hanya LPM Psikojur sebagai pemimpin redaksi dan Paguyuban KSE Undip sebagai pengajar saung pintar. Harapan saya, dengan mengurangi jumlah organisasi, saya memiliki peluang untuk dapat memberbaiki IPK saya yang belum memenuhi target. IPK saya hingga semester 6 ini baru mencapai 3,(sekian). Angka yang cukup memprihatinkan untuk calon sarjana yang ingin memperoleh predikat cumlaude, bukan? Itulah sebabnya mengapa saya sangat mantap untuk melepaskan organisasi dan memilih fokus pada akademik di semester 6 dan 7.
Upaya untuk lebih serius di semester ini sejujurnya belum begitu terealisasi, karena ternyata sulit untuk membiasakan diri rajin belajar meskipun tidak ada ulangan. Sejujurnya saya merasa seperti menemukan suatu aktivitas yang lebih mengesankan di luar psikologi. Saya memiliki beberapa komunitas menulis baik fiksi maupun non fiksi. Hampir setiap hari teman-teman di komunitas tersebut memberikan informasi mengenai tanggal rilis buku atau novel mereka. Semangat berkarya yang begitu menggebu di komunitas tersebut membuat saya begitu ingin menghasilkan karya seperti mereka. Hal itulah yang kemudian membuat saya merasa tidak bisa fokus dan memprioritaskan apa yang seharusnya diprioritaskan. Terkadang saya terlalu asyik menulis hingga membuat saya mengesampingkan tugas akademik. Di satu sisi saya kesal dengan diri saya sendiri, namun di sisi lain saya menikmatinya.
Entahlah.
Meski demikian, saya akan tetap berusaha memperbaiki nilai dan memperluas pemahaman di sisa perkuliahan ini. Pertama, saya sudah berhasil menjadi seseorang yang gila bacaan. Dan yang kedua, beban organisasi saya sudah berkurang sehingga memiliki lebih banyak waktu untuk belajar. Tentu saya akan memanfaatkan kedua peluang tersebut. Dan sebenarnya, saya memahami betul bahwa penyebab kegagalan saya mendapatkan IP tinggi di semester-semester sebelumnya adalah karena kekurangmaksimalan saya pada saat belajar UTS atau UAS. Selama ini saya selalu belajar dengan menggunakan sistem kebut semalam. Oleh karena itu saya berharap di dua semester terakhir ini saya dapat meningkatkan kualitas belajar dan lebih memprioritaskan akademik.
Perihal upaya memenuhi target Angka Kredit Mahasiswa (AKM) di setiap semester, sejauh ini saya tidak memiliki hambatan. Keaktifan di organisasi serta keikutsertaan pada beberapa kepanitiaan dan pelatihan membuat saya dapat dengan mudah mendapatkan poin AKM. Hanya saja, saya tergelitik untuk membuat kategori sumber poin AKM saya lebih berwarna. Oleh karena itu, di semester yang tersisa ini saya berencana untuk lebih banyak menulis dan lebih serius mengikuti beberapa perlombaan essay atau jurnalistik agar daftar poin AKM tidak dipenuhi dengan kegiatan-kegiatan organisasi saja.
Sebagai langkah konkret, pada semester 6 ini saya mengikuti 2 pelatihan kepenulisan online, yaitu Kelas Artikel yang diselenggarakan oleh Inspirator Academy dan Pelatihan Menulis Online yang diprakarsai oleh penulis muda Indonesia, Wildan Fuady. Kemudian dari ilmu yang saya dapatkan, saya memanfaatkan peluang untuk mengirimkan naskah opini ke beberapa media nasional maupun lokal. Dan untuk saat ini, saya sedang rajin mempelajari beberapa opini Harian Kompas sebagai upaya agar tulisan saya dapat diterima redaktur pelaksana. Karena bagi saya, harian kompas adalah media cetak yang paling sulit ditembus. Ketertarikan saya terhadap dunia jurnalistik ini lantas membuat saya berpikir, “Sepertinya mengambil S2 Ilmu Komunikasi Undip boleh juga.” Namun, hati saya tidak begitu serius menanggapinya, mengingat cita-cita untuk menjadi psikolog masih sangat melekat di dalam sanubari. Entahlah. Semoga upaya berliku menuju sarjana ini, dapat mengantarkan saya menjadi lulusan yang berguna. Semoga saja.
*Ditulis sebagai tugas MK Pengembangan Diri dan Karir
1 note · View note
menjadidiri · 3 years ago
Text
Suatu sore, Abi yang sebelumnya ga pernah bahas nikah, tetiba ngirim chat "terusan" dari temannya.
"Belum lama sy mendapatkan curhat pilu dari seorang akhwat yang tidak mendapatkan haknya dari suami dalam pernikahan. Ia menikah melalui proses ta'aruf dikenalkan orang. Namun, si ikhwan yang sama-sama ngaji ini selama pernikahan tidak menjalankan fungsinya dengan baik dalam memenuhi nafkah keluarga. Etos kerja tidak ada, lebih banyak menganggur. Sementara si akhwatlah yang akhirnya harus bekerja sebisanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Apalagi sudah ada anak. Tidak ada kemauan untuk survive mencari nafkah untuk keluarga. Setiap melamar kerja, kerja sebentar saja lalu keluar. Bahkan mereka tak punya sepeserpun uang saat kelahiran anak mereka.
Kenyataan pilu ini membuat sy merasa harus menuliskan ini. Wahai Bapak-bapak yang punya anak binaan. Apakah qodoya rowa'i bab tanggung jawab binaan pd keluarganya tidak termutaba'ahi dengan baik? Apakah di kalangan ikhwan, bab tanggung jawab utama mencari nafkah ini tidak betul-betul dipantau? Hingga harus ada produk gagal bina seperti ini.
Memanglah bukan selalu salah pengajiannya. That's personal issue. Tapi kalau sampai ada ikhwan ngaji yang dzolim sama istri dalam waktu lama seperti ini, siapa yang patut turut dievaluasi? Selain tentunya si ikhwan ini.
Itulah yang membuat saya tidak lagi mau membantu ta'aruf orang jika saya tidak betul-betul mengenal baik siapa yang akan dita'arufkan. Bayangkan betapa merasa bersalahnya dan dzolimnya kita jika salah merekomendasikan orang begini.
Sunggung Jaman dulu modal endorse "aktivis mahasiswa, aktif banget, dulu ketua ini itu" atau "anak ngaji" masih bisa buat modal seorang akhwat memutuskan menerima seorang ikhwan. Setidaknya ikhwan jaman dulu mentalnya masih ada untk berjuang, tak membiarkan anak istri terdzolimi. Masih bisa diharapkan etos kerjanya. Sekarang? Semua endorse itu sungguh tidak cukup.
Kemarin saya ditanya, "Bun, hal urgent apa yang bunda tanyakan pada calon suami saat ta'aruf dulu?"
selain bab ibadah, ngaji, pandangan soal pernikahan, peran suami-istri, ekspektasi satu sama lain, soal birrul walidain, tinggal dimana, dll itu, saya sangat menekankan untuk menanyakan bab pekerjaan dan gaji bulanan.
Pertanyaan bab apa pekerjaannya, berapa gajinya ini menjadi hal yang sangat urgent tidak terlewat untuk ditanyakan pd taarufan ke ikhwan-ikhwan masa kini. Bukan soal besar gajinya yang kemudian jadi pertimbangan utama (meskipun ini juga tidak terlarang), tapi kita harus menggali apakah si ikhwan ini tipe laki-laki yang mau gerak "gelem obah" buat mencari nafkah.
Sebagaimana curhatan yang datang pd saya, si ikhwan nggak betahan kalau kerja. Sebentar-sebentar resign. Makanya, mencari tahu riwayat pekerjaannya menjadi penting. Kalau jarak antara masuk dan resign sebentaran doang, bisa jadi ya orangnya bosenan, dan pasti ada catatan kenapanya.
Banyak ikhwan nekat melamar akhwat, masih nganggur tp berdalih sedang merintis usaha. Jika akwat mendapat calon seperti ini, bilang "sedang merintis usaha", gali dulu usahanya apa, kira-kira penghasilkan per bulannya selama masa merintis ini berapa, riwayat pekerjaan sebelum merintis usaha saat ini apa.
Status "ikhwan ngaji" , "ikhwan semanhaj"sekarang sungguh tak bisa jadi jaminan bahwa dia bakal baik dalam hal menafkahi keluarga.
Tipikal generasi saat ini yang tidak betah bertahan lama dalam satu pekerjaan, membuat mereka mudah untuk resign dan berpindah-pindah tempat kerja. Itu tak apa, asal kepastian nafkah itu tetap menjadi tanggung jawab yang mampu ia jaminkan pada istri dan anak-anak. Sekali lagi bukan besarnya ya. Tapi ADAnya.
Laki-laki jaman dulu besar rasa tanggung jawabnya pada keluarga. Tak akan mereka membiarkan anak istrinya kelaparan. Pekerjaan apapun akan dilakukan asal bisa menafkahi anak istri. Tapi sekarang banyak laki-laki yang justru menghilangkan maruahnya sendiri dengan menjadi benalu bagi kehidupan istri. Tidak jelas pekerjaannya. Belajarlah dari orang-orang sepuh yang masih hidup sekarang, meski hidup mereka sedernaha, apa adanya, tapi mereka punya effort buat kerja untuk menghidupi keluarga.
Untuk ikhwan yang mau cari istri di saat merintis usaha, tak apa merintis usaha, tapi jika memutuskan untuk mempersunting akhwat, paling tidak dia harusnya punya tabungan untuk bertahan hidup sekurang-kurangnya selama 6 bulan sampai usahanya settle. Kecuali jika orang tua si ikhwan mensupport bab finansial sebelum benar-benar mapan, ataukah ortunya tipe yang melepas anak 100% mau kelaparan sebodo amat sudah nikah ini. Ini harus jelas.
Tidak harus PNS tapi track record kerjanya jelas.
Konsep qona'ah itu menerima seberapapun yang diberikan suami. Bukan menerima jika harus dizholimi suami yang nggak punya etos kerja. Menikah dan menjalani rumah tangga bagaimanapun tetaplah butuh biaya. Listrik, rumah (jika ngontrak), makanan sehari-hari.
Buat akhwat, jangan silau dengan predikat ikhwan ngaji, atau mantan ketua organisasi mahasiswa. Karena hidup yang sesungguhnya sangat berbeda dengan ketika kita diorganisasi. Kalau butuh uang kegiatan, tinggal mengajukan proposal. KERJA. USAHA. Sebab stabilitas ekonomi keluarga juga menjadi salah satu yang memberikan ketenangan dalam rumah tangga. Dan ini yang harusnya diupayakan semua qowwam.
Jika mau membuat manuver dalam hidup, mbok yao tetap mempertimbangkan hak-hak istri, khususnya hak mendapatkan tempat tinggal, pakaian dan makanan yang layak.
Semoga menjadi pelajaran untuk yang hendak menta'arufkan, atau hendak menjalani ta'aruf. Tidak ada yang tidak ahsan untuk ditanyakan. Kecuali bab aib yang tak perlu dibahas.
Juga menjadi PR kita untuk membesarkan anak laki-laki yang faham tanggung jawab, mandiri, punya etos kerja."
Awalnya ga terlalu kepikiran, tapi ternyata baru ngeh kalo abi ingin bilang, bahwa harga diri seorang laki-laki itu terletak pada tanggung jawabnya. Sholeh memang yang utama namun tanpa tanggungjawab tak berarti apa-apa. tanggung jawab untuk dunia dan akhiratnya karena islam itu menyeluruh.
4 notes · View notes
kelinci-bulan · 3 years ago
Text
Journaling 11/04
Aku memulai hari ini tepat saat pergantian hari di jam 00.00 karena sedang dinas malam. Aku gak sempat tidur sama sekali :" terus jam 03.50 sahur di RSUI makan dari gizi dan nyemil jco (yummyyy 🥰). selesai dinas jam 09.20, aku meninggalkan banyak PR ke Ners Gusya, huhu maaf ya ners :"
Pulang dinas naik BUS UI nunggu 5 menit, turun di halte kutek, terus jalan kaki ke kostan, di jalan sambil chatingan sama ners Novi terus ketemu kucing lucu yang bisa ku elus tipis-tipis.
Sampai di kostan mandi dan tidur di kamar wiwi, minta wiwi buat bangunin aku sholat zuhur.
Pas bangun aku gaenak badan, jadilah goler-goleran dikasur sambil ngerjain miro.com dan sambil nunggu hanna dan fajar datang. Habis itu lanjut sholat ashar dan ngasih minum Iqbal (kaktus) tapi airnya kebanyakan hwaa aku kalap :(
Tumblr media
Hanna fajar datang. Kita buka puasa bareng di steak moen moen. Kami makan setelah sholat maghrib. Aku pesan chicken hot plate, nasi dan air mineral, yippiyy aku suka menu yang aku pesan. Makan nasinya dibantuin fajar karena porsinya kebanyakan.
Tumblr media
Terus pergi dari steak moen moen, aku minta mampir ke Nice So dulu buat beli masker dan tisu wajah, tadi ada post it lucu tapi gak jadi aku beli karena impulsif dan aku tau itu keinginan bukan kebutuhan
Habis dari Nice so, fajar sholat tarawih di Masjid At-Taqwa, aku dan hanna sholat tarawih berjamaah di kostanku. Aku jadi imam, tapi ada 1 surat yang aku kebalik bacanya jadinya kuulangi lagi :(
Nelpon fafa buat datang, tapi fafa futsal dulu sambil nunggu kami. Selesai tarawih, karena keBMannya Hanna, kami ke bebek madura (makanan favorit sejak zaman mahasiswa). Aku sama fajar pesan setengah porsi, hanna satu porsi (memang hanna perut karung banget 😅)
Kami makan sambil ngobrol, dengerin curhatan Fajar yang habis putus sambil dikasih soundtrack sama abang pengamen, lagunya Tulus (Hati-hati di jalan). Bisa pas gitu ya momennya 😅
Fafa datang yeayy. Pesenin makan buat Fafa. Nunggu fafa makan sambil ngobrol.
Sudah malam kami pulang
Tumblr media
Fajar pulang ke Tangerang, Hanna pulang ke salemba diantar fajar. Fafa pulang ke kostan temannya, aku pulang ke kostanku diantar fafa
Sampai kostan aku bersih-bersih, skin carean dan journaling tumblr
Jam 00.32 aku mengakhiri hari. Alhamdulillah terima kasih untuk hari ini
2 notes · View notes
ummu-haura · 3 years ago
Text
Since 2015.
Hallo, tumblr. Ga terasa ya sudah 6 tahun mengenalmu. Banyak sekali kisah yang aku tuangkan disini, dari cerita-cerita masa lalu hingga cerita masa kiniku, meskipun tidak semua kisah itu bercerita tentangku.
Aku ingat sekali, awal mula aku menulis disini isinya hanya seputar curhatanku tentang masa kuliah, mengingat saat pertama kali berada disini, aku masih mahasiswa semester dua yang hobby sekali mencurahkan isi hati di sosial media tanpa followers dan following :D aku menjadi kanmu seperti buku harian, yang setiap harinya ku isi dengan curhatan ku tentang keseharianku di kampus, haha. Untung saja, semua tulisan itu kini berhasil ku private ya, karena aku sendiri saja geli membacanya ulang, apatah lagi orang lain :'D
Meski begitu, aku bahagia sekali, karena kamu ada. Aku bisa dengan leluasa menuangkan banyak kisah yang aku sendiri tidak bisa jabarkan pada mereka yang ada di dunia nyataku. Disini mereka ga ada, jadi ngerasa punya ruang untuk berkisah sendiri, tanpa perlu mereka tahu.
Semakin lama, kisah yang ku tuangkan pun semakin berbeda. Dari tahun ke tahun yang menjadi “siapa” di balik tulisanku pun berubah. Tidak selalu sama, karena memang di tiap waktu pasti kita akan menemukan orang, tempat, dan kisah yang berbeda-beda. Kisah yang berlalu itu sudah menjadi satu buku yang sudah selesai ku tulis dan ku baca, dan sudah ku simpan rapi disuatu tempat yang bernama kenangan.
Kini, aku lebih senang merepost tulisan-tulisan yang berlalu lalang di berandaku , ada yang memang serelate itu dengan keadaanku, ada yang menjadi self reminder untuk diriku, dan ada pula yang memang aku suka dengan tulisan itu. Kurang rasanya jika hanya ku beri tanda suka, inginnya ku repost saja, hehe.
Terimakasih ya tumblr, sudah hadir. Sudah menjadi tempat terbaik untukku menuangkan segala isi kepala, kisah, dan tulisan-tulisan sebagai bentuk pengingat untuk diriku.
Terimakasih, sudah menemani perjalanan panjang kisahku, yang dari sini aku tahu bahwa setiap waktunya kisah itu berubah, tidak sama. Dan saat membacanya ulang, membuat ku tertawa, terharu, dan kadang juga sampai membuat mataku berkaca-kaca, ternyata sudah sejauh ini ya perjalanan kisahku yang aku tuangkan menjadi sebuah tulisan. Yang dulunya ku tangisi, ternyata sudah bisa ku tertawai, begitulah proses perjalanan tiap kisah itu.
Terimakasih, sudah menjadi tempat dimana aku menemukan mereka, orang-orang dengan beragam tulisannya yang membuatku kagum, tulisan-tulisan yang berhasil menamparku, dan tulisan-tulisan yang turut menjadi sebab kebaikan datang. Semoga Allah memberkahi mereka.
Terimakasih, sudah menemukanku dengan mereka yang juga senang menulis :)
Sekali lagi, terimakasih ya sudah menemani selama 6 tahun ini, meski pun dulu tumblr sempat menghilang beberapa waktu lamanya :')
7 notes · View notes
thetriviasbee · 4 years ago
Text
01:42
Hallo tumblr, pengen cerita nih. Enggak sih, sebenernya cuman pengen ngomong gitu tapi kebetulan ini udah malem dan nggak tau harus ngomong sama siapa (Dan nggak tega juga kalo menghubungi temen atau siapapun yang nggak ada disini karena ini cerita ya bisa dibilang nggak (terlalu) penting juga sih). Curhat receh aja nggakpapa lah ya. Hehe
Jadi begini,
Sebenernya perasaan aku saat ini adalah perasaan yang biasa biasa aja tapi cenderung ke arah mood yang lagi bagus...Alhamdulillah *semoga seterusnya seperti ini XD. Lagi happy aja karena kemarin lusa tanggal 26 Juni 2021 akhirnya telah resmi jadi sarjana, Alasannya kenapa happy adalah ketika sudah diwisuda maka artinya aku bisa bernafas sejenak untuk menghirup udara segar kehidupan pasca perkuliahan--walaupun aku paham betul justru kehidupan pasca perkuliahan itu lebih berat dibandingkan menjadi seorang mahasiswa, paham banget. Tapi pikirku, nggak ada salahnya untuk kasih reward kepada diri sendiri setelah apa yang dilalui selama kurang lebih 4 tahun ini. Jadi, aku berencana untuk jalan-jalan keesokan harinya, kalo jaman sekarang biasa disebut “Me time” ciee me time segala wkwkk*. Lalu karena happy nya keterusan, alhasil tadi sore ngide buat memasak siomay ayam. Rasanya bener-bener enak dan emang mirip sama siomay ayam yang dijual 6 ribuan di luaran, lumayan lah untuk percobaan pertama dari seorang Muti (yang biasanya tinggal makan doang dari masakan ibu negara xixi)--nggak ada fotonya karena tadi sore nggak ngide buat foto karena saking fokusnya sama masakan sendiri:” maafkan.
Keadaan sekarang adalah lagi main laptop sambil leyeh leyeh gegoleran di kasur. Main laptop sambil buka twitter, lalu mentok, lalu scrolling instagram, mencari video youtube bertema walking on the street, baca-baca tulisan orang, lalu nonton youtube lagi, lalu sekarang lagi ngetik di tumblr. Selama seharian ini aku happy banget ngerjain apapun gitu. Kalo besoknya ada acara suka malah jadi pengen ngerjain banyak hal. Jadi jam segini belum tidur padahal besok nanti habis solat subuh nggak boleh tidur lagi karena aku tetap harus beberes rumah.
Sebenernya aku pengen banget bisa nulis perasaanku sedetail mungkin tapi gimana ya ternyata kok nggak bisa, hahahahaha. Pokoknya semoga hari ini menyenangkan, semua orang happy, lancar, semua sesuai yang diharapkan, dan cuaca mendukung!
Ini adalah curhatan yang receh banget sih.. tapi nggak apa apa deh ya, hehe. Nggak tega kan kalo aku harus gangguin orang lain buat curhat receh kaya gini doang? maka dari itu, kadang ngomong di tumblr adalah solusinya hehehee. Selamat hari Senin, selamat beraktivitas semuanya!^^
Senin dini hari,
Yogyakarta, 29 Juni 2021
3 notes · View notes
rosesareblaack · 4 years ago
Text
What does it feels like, having a relationship for 5 years with one person?
2020,
hubungan yang udah gue bangun selama ini telah menginjak tahunnya yang kelima. Bukan hubungan terlama yang pernah kalian dengar, tapi ini hubungan terlama yang pernah gue pertahankan. Sebutan ‘life partner’ bukan lagi hal yang berlebihan setelah benar-benar menjadi pundak satu sama lain. Hubungan lima tahun ini dipertahankan sembari sama-sama bertumbuh dan pelan-pelan mendewasakan diri. Bukan hanya saling mempertahankan satu sama lain, tapi juga sama-sama mengembangkan diri, menyesuaikan semua perubahan yang terjadi dalam diri masing-masing. Sebagian besar ombaknya bukan dari luar, tapi dari dalam diri kita sendiri. Berbagi beban tentang life crisis yang sama-sama kita pernah rasakan, berbagi concern besar maupun kecil yang muncul karena berubahnya lingkungan sekitar. Intensi untuk pisah juga bukan sesuatu yang tidak mungkin.
Ada masa di mana ombak di luar terlalu besar, kapal kita jadi ikut bocor sana-sini, belum kuat karena biasanya cuman dihadapkan sama ombak kecil. Saling rebut-merebut, siapa yang kali ini harus tambal lubangnya haha.
Beruntung, dari awal menurut gue kerangkanya sudah cukup kuat untuk dibawa berlabuh sana-sini. Masih butuh renovasi di beberapa tempat, tapi gak tenggelam.
Susah? ya susah… :D
Manusia bukan sesuatu yang konstan, manusia itu dinamis. Padahal ya comfort zone itu ada di saat semua gak berubah dan tetap di ‘tempatnya’. Jujur, setiap ada perubahan gue sering ngerasa cemas. Menurut gue, hal paling berat dalam hubungan 5 tahun ini ya adaptasi. Transisi dari anak SMA yang pikirannya hanya berkutat pada bucin-bucin-bucin menjadi mahasiswa yang 24 jamnya dibagi untuk banyak hal. Belum lagi dengan lingkungan baru, orang-orang baru, circle baru yang satu sama lain gak kenal. Beda dengan masa SMA yang bergaul sama itu-itu aja. Mungkin gak semua ngerasain hal yang sama, tapi biasanya cinta di masa SMA identik dengan hal-hal bucin, di mana kalian lagi dibutakan rasa kasmaran anak remaja. Saat jadi mahasiswa, mulai deh dihadapkan realita dan perubahan drastis di mana tadinya hidup kalian hanya satu sama lain, jadi punya hidup masing-masing, harus saling mengenalkan dunianya masing-masing lagi.
Selama 2 tahun terakhir, gue dan dia menjalankan hidup sebagai mahasiswa yang sama-sama sibuk. Jadwal saling ganti-gantian sibuk, kalau gue ada waktu dia engga, kalau dia ada waktu gue engga. Pada akhirnya, kita terbiasa buat quality time sembari cari makan di penghujung hari. Jadi keinget quote di salah satu drama korea favorit gue, Dinner Mate.
“Sometimes, you’re willing to give up on everything as long as you can have dinner while feeling the warmth from him.”
Kadang makan lagi setelah makan di kampus, kadang gak makan cuman nemenin, bisa juga makan di atas jam 12 alih-alih supaya bisa ketemu dan ngobrol sebelum menutup hari. Menurut gue, makan itu salah satu hal yang bisa mendekatkan orang. Salah satu kegiatan yang menyenangkan, healing, apalagi kalau dilakukan sama orang terdekat, sekalian deh curhat dan tukar cerita. Gue gak mau bahas secara psikologinya karena nanti harus cari sitasi lagi hehe, tapi makan memang suatu hal yang sering buat kalian ngerasa lebih baik kan? Sekali lagi, mau share salah satu quote favorit gue dari Dinner Mate yang merupakan dialog psikiater gila, Kim Hae Kyung, terhadap salah satu pasiennya yang nyaris bunuh diri karena rasa bersalahnya atas kematian istrinya dalam perjalanan menuju makan malam bersama malam itu.
“Couples who share meals together every day are happier than couples who share the same bed. That’s how important it is to eat together, face to face.”
Selama lima tahun, gue berusaha selalu menekankan dia untuk jujur di segala hal. Gue gak menerima white lies, tujuannya ya karena gue gak mau image yang gue kenal gak sesuai dengan apa yang dia rasakan, apa yang mau dia lakukan. Sayang juga kalau selama 5 tahun hanya kenalan dengan ‘topeng’ seseorang bukan? Di sisi lain, reality hits you. Semua orang bisa egois, even your partner. With or without his intention, it hurts. Gak menutup kemungkinan, gue pun pernah dibohongin untuk mengurangi perdebatan gak penting, tapi menurut gue pribadi, being lied to is the worst. So i prefer to accept every bitter truth.
Menurut gue, masalah hubungan yang terbilang cukup lama ini biasanya justru kenyamanan yang berlebihan, terbiasa menjadi ‘rumah’ satu sama lain. Hal ini pernah gue diskusikan dengan salah satu sahabat gue di mana saat itu gue mulai lelah menjadi ‘rumah’ seseorang yang hanya dikunjungi saat lelah, susah. “Cape gak sih, kita tunggu dia untuk ada waktu buat kita tapi begitu ada yang dikasih lihat cuman cape dan bete,” kira kira begitu curhatan gue saat itu haha. Pernah juga salah satu mantan protes, “Kita gak ada romantis-romantisnya, kayak sahabatan aja sangking deketnya. Jadi bosen”. Tapi, setelah dipikir-pikir ya namanya juga kita yang selalu ada dan siap kalau pasangannya jatuh jadi harus gimana lagi kan? Emang tugasnya saling jadi pundak satu sama lain. Yah justru mungkin kalau kita gak bisa leaning on each other’s baru bingung. Bersyukurnya adalah selama ini gue dan pasangan gue selalu menempatkan diri sebagai teman di segala hal. Rasanya kayak satu orang untuk berbagi semua moment. Bisa jadi temen nyanyi, temen motoran, temen nugas, temen diskusi, bahkan jadi fotografer-model. Menurut gue pribadi, kalo cuman jadi ‘pacar’ gak akan asik dan rawan jenuh. Ya itu pelajaran dari hubungan gue sebelumnya sih, makanya di hubungan ini gue berusaha menempatkan diri sebagai segalanya.
Terakhir, love is fluctuating.
People really changes the way they wanted to be. Ada saatnya bahagia, ada saatnya sedih, layaknya hidup aja. Mungkin gak selamanya bahagia, tapi semoga kalian yang lagi menjalankan hubungan bertahun-tahun gak lupa untuk menghargai dan mengapresiasi mereka yang selalu ada dan bikin bahagia. Please, don’t take them for granted, appreciate every little things. Jangan sampai karena mereka selalu ada, kalian lupa kalau mereka juga bisa pergi kapan pun mereka lelah atau merasa tidak dibutuhkan. Itu juga akan menghindari penyesalan di diri kalian kalau sialnya hubungan kalian gak berakhir indah. “Mungkin akhirnya tak jadi satu, namun bersorai pernah bertemu” kata nadin. 
Semoga pertemuan itu gak ditemani dengan penyesalan karena kurang memperjuangkan, kurang menghargai, tapi ditemani rasa ikhlas dan suka cita karena telah berbagi manis dan pahitnya hidup.
Anyway, selamat merayakan 5 tahun kita bertemu, No.
xx
15 notes · View notes
octaraisa · 5 years ago
Text
Gagal Paham Soal Perempuan
Tulisan ini saya salin dari blog ini :”). Isinya menarik, maka saya bagi ke sini xD. Semoga bermanfaat :). Jadi gini gaes, beberapa hari yang lalu saya baca tulisannya Dr. Abbas syauman dengan judul “ahkām al-marah wa mustajaddāt al-‘ashr.” Inti tulisannya adalah meluruskan pandangan-pandangan keliru terkait perempuan.
Tumblr media
Dari sarpati tulisan beliau inilah kemudian saya kembangkan jadi tulisan ini. Berikut beberapa hal yang seringkali gagal dipahami secara proporsional:
1. Perempuan itu fitnah. Laki-laki?
Ada 3 fitnah utama bagi para lelaki di dunia ini; harta, tahta, dan wanita. Kenapa wanita terakhir? Soalnya itu puncak fitnah terberat buat kaum pria, berkali lipat lebih berat dari firnah akhir bulan bagi mahasiswa. Ih malah curhat~ kenawyh? Soalnya Rasul sendiri bilang kan, ‘tiada fitnah yang lebih dahsyat bagi lelaki dari fitnahnya wanita.’
Tapi apakah para lelaki tidak bisa jadi fitnah buat perempuan?
Iya, rasul bilang perempuan itu fitnah bagi para lelaki. Tapi itu tidak lantas menafikan potensi fitnah laki-laki bagi perempuan. Karena menetapkan sesuatu itu bukan berarti menafikan yang lainnya,‘itsbātu syai-in lā yanfī ghairahu.’ Gitu kaidahnya gaes.
Imraatu azīz aka Zulaikha di kisah Nabi Yusuf ‘alaihissalam adalah contoh kongkrit perempuan yang terfitnah oleh pesona lelaki. Bahkan ‘grup rumpinya’ sampai mengiris jari jemarinya ketika melihat ketampanan nabi yusuf, sampai terucap kalimat, ‘iih, ini mah bukan manusia. Ini sih makhluk kayangan~’
Okey, katakanlah untuk Nabi Yusuf ‘alaihissalam mungkin kasus spesial. Jadi mari kita ambil kasus jaman now yang kekinian; fenomena fanwar antar sasaeng opa-opa tampan, perang bulliying di jagat medsos, bahkan tak jarang adu jotos di dunia nyata. Bagaimana anda menafsirkan fenomena ini? Meski mungkin tidak 100% tepat, setidaknya dari beberapa sisi ini merupakan contoh kongkrit perempuan yang terfitnah oleh para laki-laki, kan?
Banyak lelaki yang bertekuk lutut di hadapan kecantikan perempuan, tapi di sisi lain juga tidak sedikit kita temukan perempuan merelakan banyak hal sampai hal paling berharga yang dia miliki disebabkan janji manis dan gombalan para lelaki. Dahsyat juga congornya lelaki yak~
Ini artinya sebagain menjadi fitnah bagi yang lainnya bukan? ‘Waja’alna ba’dlakum liba’dlin fitnah. Atashbirūn?’
“Kami jadikan sebagian kalian menjadi fitnah bagi yang lainnya. Maukah kalian bersabar?”
2. Poligami
Okey, mungkin anda bosan dengan bahasan ini, sejujurnya sih saya juga. Ada dua curhatan tulisan saya yang khusus bahas tentang ini, tapi saya gak anjurin cari dan baca ko, soalnya mungkin tidak begitu berfaedah juga untuk anda. Tapi ringkasnya begini;
Ada dua kubu ekstrim berkenaan dengan hukum poligami;
Pertama, para pelaku dan tim sorak-sorai poligami yang mengambil hukum kebolehan poligami, tapi lupa atau pura-pura lupa dengan syarat yang ditetapkan, padahal syaratnya disebut di ayat yang sama yang dijadikan sebagai dalil kebolehan poligami (An-nisa: 3)
Kedua, para penolak poligami dan haters orang-orang yang berpoligami. Alasannya bahwa syarat poligami itu adil, sementara Allah sendiri bilang ‘walan tastathī’ū an ta’dilū walau harashtum’ di (An-nisa: 129) ‘sampai kapanpun kaliantu gak bakal bisa adil seusaha apapun.’ Kalau begitu, berarti kan poligami gak bisa dilakuin dong~
Dua kutub ekstrim ini salah memahami syariat poligami, karena cuma nyomot sebagian ayat dan ninggalin yang lainnya. Hanya menjadikan ayat sebagai legitimasi ego mereka masing-masing. Yang benar itu mengamalkan dalil, bukan mendalili amal (ego) gaes~
Yang benar, poligami itu syariat yang Allah tetapkan sebagai sebuah solusi, bisa diamalkan dikala syarat dan ketentuannya dipenuhi. Udah gitu aja.
3. Rida suami, surganya istri
Memang ada banyak hadits yang menyebutkan bahwa keridaan suami bagi istri adalah jalan menggapai keridaan Ilahi. Tapi apakah ini bisa menjadi legitimasi bahwa suami bolah berlaku sewenang-wenang terhadap sang istri?
Oh, tentu saja tidak ferguso! Kesewenang-wenangan adalah kezaliman, Allah sendiri bilang di hadits qudsi, ‘ini harramtu adz-dzulma ‘alā nafsī waja’altuhu bainakum muharraman.’ Kata Allah, ‘Akutu mengharamkan kezaliman pada diri-Ku. Maka akupun mengharamkannya di antara kalian.’
Makanya, jika rida suami bisa mengantarkan istri masuk surga, maka zalim terhadap istri bisa bikin suami masuk neraka. Kan nabi sendiri bilang, ‘berbuat baiklah pada para perempuan,’ terus beliau juga bilang, ‘yang paling baik dari kalian itu yang paling baik sama istrinya.’ Yakaan?
Dan lagi, yang namanya relasi antara suami-istri kan di agama kita diatur hak dan kewajibannya. Tidak hanya satu arah, tapi berlaku timbal balik. Gitu gaes~
4. Istri kudu izin sama suami
Istri kalau mau safar harus ijin dulu sama suami, kalau gak ijin potensial jadi istri yang durhaka. Kalau suami mah mau pergi kemana-mana juga bebas. Gak usah ijin-ijin sama istri.
Dari mana pemahaman ini berakar? Apakah ada sandaran ideologis berupa dalil yang menopangnya, ataukah ini sekadar konsekuensi perubahan status pacaran ke pernikahan? Maksudnya, kalau dulu pas jaman pacaran si cowok harus selalu menyuplai informasi tentang dimana, sama siapa, dan lagi ngapain dia ke ceweknya. Maka atas nama keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia setelah menikah gantian dong, istri yang kudu laporan. Wkwkwk~
Well, saya gak tahu. Eh btw, ini bukan berarti saya mendukung hubungan yang disebut dengan pacaran ya. Saya tetap timnya ‘jomblo fi sabilillah, jomblo mulia atau mati syahid.’ Laah?!
Tapi memang beginilah seringkali yang dipahami oleh kebanyakan masyarakat kita. Istri kudu ijin, sementara suami mah bebas. Padahal yang benar suami juga perlu mendapat ijin istri saat melakukan safar, karena kalau istri dirugikan baik secara moril atau materi menjadi keharusan bagi suami untuk tetap tinggal membersamai si istri. Begitu agama kita mengajarkan, sayangnya hanya sedikit yang mau mengambil pelajaran~.
628 notes · View notes
diarialiya · 4 years ago
Text
Rarely Used Privilege(s)
Kalau di hape mungkin sering kali ya liat kategori “rarely used apps” tiap kali memori penuh (yang hapenya canggih memori gede can’t relate sih) atau di Instagram ada daftar akun “least interacted with” di daftar following. Nah kalau di hidup kita ga ada yang kaya gitu ya? daftar pahala dan dosa mungkin, biar tiap ngelakuin apa-apa mikir dulu ada berapa tabungan pahala atau jatah dosanya pfft ngawur. Sayangnya untuk hal-hal abstrak yang penting buat kita pikirin, ga ada tuh keterangan status pemakaiannya, mungkin ini yang namanya ujian kehidupan, supaya kita memahami konsep islam-iman-ihsan (ukhti mode : ON) wkwk. 
Balik lagi ke bahasan utama, salah satu dari hal abstrak dalam hidup adalah privilese, yang sempet jadi bahasan viral beberapa bulan lalu, tapi aku ga begitu involve ngikutin obrolannya, malah baru tau terakhiran awal mula obrolan itu dari thread apa wkwk. Menarik sih bahasan privilese ini seru buat diobrolin dan sebenernya aku udah pernah bahas di podcast Almosphere, boleh dengerin yaa, kalau mau. Cuman kali ini aku mau nulisin hal lain tentang privilese sekalian buat nambah bahasan. Kenapa baru nulis sekarang? ya soalnya akhir-akhir ini bahasan tentang privilese muncul lagi di pikiranku hehe.
Minggu lalu aku dikasih kesempatan buat sharing bareng adik-adik tingkat dua yang baru masuk fakultas. Dari panitia sih minta diceritain pengalaman selama di kampus, tapi sejujurnya aku hanya mahasis(w)a biasa bukan mapres atau presma gitukan, malah jadi orang balik layar mulu yang kerjaannya megang hape, laptop,kamera hehe. Jadi lah aku bikin materi dari sebuah opini yang kukasih judul “Our Privileges on College Life” hiyaa sok inggris banget emang.
Aku bilang kalau setidaknya ada tiga privilese yang mahasiswa punya, yaitu hak buat dapet pendidikan yang lebih tinggi (education), kesempatan buat ngikutin banyak kegiatan (opportunities), dan jejaring dari banyak kalangan (network). Penjelasan tiap poinnya kebayang lah ya, karena sebenernya aku mau cerita yang lain di luar materi itu. Btw kalau ada tambahan privilese lain yang dirasain selama jadi mahasiswa feel free to discuss ya.
Lanjut ke cerita lainnya, jadi beberapa hari yang lalu adik tingkat di beasiswa nanya “Kak Aliyaa, kenal alumni B* yang jadi dosen ga?” hm pas dapet chat ini I have no idea, karena aku ga kenal banyak senior, anaknya jarang pedekate sama kating kalau gada urusan wkwk. Jadi aku lempar deh pertanyaan itu ke grup regional,trus dapet beberapa jawaban,
“Hm siapa yaa”
“Ada yang di U*I kalau ga salah”
me : still have no idea who is she/he
Trus temenku ini ngirimin poster kegiatan beasiswa pas Ramadhan lalu, jadi ada acara ngabuburit sambil webinar gitu. Daaan...
plot twist dong pas liat speakernya, karena itu ternyata sepupu aku :”)
Aku tau sih dia juga alumni beasiswa yang sama, beda 5 angkatan trus beda regional, tapi ga pernah ngobrol banyak karena jarang ketemu.
Trus kenapa gitu kalau itu sepupu kamu, Al? Hehe jadi gini, aku ngerasa kecolongan aja sih, se-gapeka itukah aku sama saudara sendiri? Kaya “astaghfirullah emang ya silaturahmi sama keluarga tuh harus dijaga” pasti banyak banget manfaatnya. Sebenernya aku pengen dapet insight dari saudara-saudaraku, apalagi aa sepupuku ini dulu kuliah di negara yang aku mau, kan bisa banget ya buat diminta ceritain pengalaman disana. Tapi nyatanya kita ketemu cuma tiap ada acara keluarga besar seremonial jadi boro-boro mau deep talk. Bisa ajasih kayanyaa, aku aja alasan wkwk.
Nah ini relate sama rarely used privilege yang tidak lain dan tidak bukan adalah jejaring keluarga. Mungkin beda cerita sih kalau ada bisnis keluarga besar tujuh turunan atau emang keluarga tinggal satu komplek gitu ya. Ini mungkin relate sama aku yang keluarganya ngerantau sendiri beda pulau sama keluarga besar. Syukurnya tiap lebaran masih ada agenda silaturahmi keluarga bueesar banget, walaupun jadinya makin bingung sih, ini siapa itu siapa dia siapa aku wkwk. Kumpul keluarga besar tiga generasi mah udah biasa ya, ini lima generasi dong sebani dari keluarga kakeknya kakekku.
Aku gatau sih di keluarga lain masih banyak yang nerapin acara kaya gini apa engga, tapi menurutku bagus buat dipertahankan. Cuman ada satu kekhawatiran yang dari SMP aku pikirin, jadi kalau pas kumpul keluarga besar aku kan cuma diem diem aja mojok sendiri haha kakekku sering negur sampe sekarang aku masih inget “kamu tuh sama keluarga kenalan dong” lupa lagi apa lanjutannya pfft tapi yang aku khawatirkan adalah nanti kalau aku dan generasiku (sepupu-sepupu beberapa kali) udah jadi bapak ibu, apa kita masih bisa pertahanin agenda ini, sekarang aja kita ga saling kenal. Soalnya yang biasa jadi panitianya tuh om tante aku, auto jadi EO agenda bani.
Trus apa privilege dari jejaring keluarga? Semoga hadits ini cukup jadi alasan ya. Sekian curhatan hari ini, aku jadi kepikiran mau nulis apalagi gara-gara bahas keluarga yeay!
"Siapa yang suka dilapangkan rezekinya  dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung tali silaturahmi." (HR. Abu Hurairah)
Tumblr media
p.s : ini pohon keluarga Black di rumah 12 Grimmauld Place. Btw siapa yang punya pohon keluarga kaya gini? Seru banget ga sih nelusurinnya, belum lagi biasanya ada aja tuh yang status di keluarganya dobel, misal sepupu dari keluarga ayah nikah sama ponakan dari keluarga ibu, itu siapanya kita ya? wkwk
sumber gambar : insider.com
7 notes · View notes
cuteredruby · 4 years ago
Text
Curhatan Mahasiswa Tingkat 3
Siapa disini yang suka ngeluh kalau banyak tugas?? Hayoo ngaku nih?
Aku juga saat ini masih menjadi orang yang mengeluh ketika banyak tugas yang harus aku selesaikan. Rasanya tuh kayak lelah, capek, pengen cepet beres, ah pokoknya pengen cepet-cepet berakhir!
Tapi tahu ga sih, seharusnya kita merasa bersyukur karena dikasih kesibukan?
Lah kok?!
Karena, waktu kita terisi oleh kebaikan sehingga tidak terbuang dengan hal yang sia-sia yang malah akan menjerumuskan kita ke lubang kemaksiatan. Hal ini justru merupakan kabar baik bagi kita, karena itu artinya "Peluang kita melakukan hal yang tidak bermanfaat semakin kecil, selain itu ketika kita meniatkan segala sesuatu karena-Nya, pasti Allah akan kasih kita kebahagiaan dengan pahala atas lelah yang dirasakan". Masya Allah!
Selain itu, pikirkan juga, masih banyak orang di luar sana yang justru ingin memiliki kesibukan, masa kita yang sekarang dikasih kesempatan untuk meningkatkan kualitas diri malah banyak ngeluh? Mau gimana masuk ilmunya kalau kitanya ngeluh terus?
Yuk, mari kurangi mengeluhnya dan semangat menempuh tingkat 3 perkuliahan. Semoga pundak kita dikuatkan oleh Allah ya, salam dari pejuang sem 6 hihii ☺🤗
1 note · View note