#cari kita
Explore tagged Tumblr posts
Text
Cari Kita merupakan Situs pencarian yang sangat aman dan memudahkan dalam mencari situs yang kamu inginkan.
1 note
·
View note
Text
Buat Kita yang Hidupnya Lagi Ada Aja Ujiannya
"Orang yang tumbuh dalam keadaan serba mudah", nasihat Ibnu Qayyim suatu hari, "ia tak akan merasakan apa yang dihadapi oleh mereka yang terbiasa dengan ujian."
Orang yang biasa nyaman, kena masalah ringan rasanya terombang-ambing. Orang yang sudah biasa, ya sudah terbiasa.
Ini bukan tentang cari-cari masalah. Jangan berharap dapat ujian. Itu yang Rasul ajarkan.
Tapi, hakikatnya hidup ini adalah gelombang ujian demi ujian. Allah ciptakan seperti itu, justru agar kita bertumbuh dan makin kuat. Allah menyayangi kita dengan menguatkan kita; lewat diuji.
Orang yang sudah biasa menjalani hidup yang penuh tantangan; ia lebih cermat, hidupnya dinamis, dan ia belajar dari pengalamannya.
Dan berpindahlah kita dari mentalitas berbunyi "kenapa aku yang diuji?", menjadi mentalitas: "apa yang Allah ingin ku pelajari dari ujian ini?"
—ceritaedgar, Founder Gen Saladin
#renungan#catatan#kontemplasi#islamic#inspirasi#islamicquotes#daily reminder#quotation#tadabbur#edgarhamas
343 notes
·
View notes
Text
Mewujudkan Mimpi di Umurmu Kini
Takut ya? Lebih menakutkan daripada bertahun yang lalu? Saat mimpi dibenturkan sama realita dewasa, bekerja dari pagi hingga petang, bahkan kadang jarang pulang. Harus membiayai diri sendiri, sebagian yang lain ikut membiayai keluarga, adik-adik, bahkan saudara jaug. Saat tanggungan diri seolah-olah hanya bertumpu pada diri kita. Mimpi kita terasa semakin tak nyata, jauh tak tergapai. Takut untuk mengubah lajur hidup, karena penuh ketidakpastian. Takut mengubah arah, karena takut ditertawakan.
"Buat apa susah-susah ke sana, padahal yang sekarang sudah pasti. Cari yang pasti-pasti saja!" Ujar mereka.
Aku tahu hatiku bilang apa, tapi otakku tak bisa menerima. Bahwa hidup yang sementara ini, jangan hanya memikirkan diri sendiri, katanya. Tapi hatiku bilang, kalau tidak bahagia, tiada ketenangan, buat apa dipertahankan?
Aku ingin sekali mengikuti kata hatiku. Tapi aku sangat takut tak bisa membeli makan besok. Takut tak bisa hidup nyaman. Takut sekali seperti tak bertuhan. Astaghfirullah hal adzim.
Kalau aku meniliki diriku berpuluh tahun lalu, aku tak sebahagia itu. Apakah aku bisa hidup dengan pilihanku? Apakah aku bisa menjalani hidup ini tanpa harus berpikir materialistik? Ya Allah, anugerahkan kepadaku rasa cukup, anugerahkan kepadaku keberanian. Anugerahkan kepadaku rasa aman. Bahwa menjadi hambamu, aku tahu takkan Kau biarkan kekurangan, takkan kau biarkan tersesat di jalan. Sebagaimana Engkau anugerahkan kepadaku saat aku kecil dulu, untuk berani bermimpi, mudah bahagia, dan tak melihat dunia ini dari sudut pandang uang. Sehingga aku merasa sangat berkecukupan :) (c)kurniawangunadi
337 notes
·
View notes
Text
RTM (Rumah Tangga Muda): Melanjutkan Mimpi
Sebab pernikahan itu adalah menyatukan impian yang sekiranya bisa disatukan, seni untuk menyamakan tujuan agar langkah kaki bisa berjalan beriringan, dan pernikahan adalah cara menambah ilmu dan amal
Tahun 2019 sampai 2022 adalah tahun yang lumayan panjang dan penuh lika-liku untuk perahu saya dan istri, disamping pekerjaan saya sebagai seorang penulis, freelance, ngegarap beberapa proyek ekspor impor dengan teman-teman, membimbing umrah dan sebagainya, saya pun memiliki kewajiban untuk melanjutkan impian saya, meneruskan S2.
Benar, saya dan istri saling bergantian, istri saya dulu yang mengambil S2 saat itu dan saya mengumpulkan uang sekaligus menunggu kelulusan S1 saya. Biaya perkuliahan S2 di Malaysia (IIUM) lumayan mahal juga sebenarnya. Tapi, saat itu kami berpikir "ah, gapapa. Insyaallah nanti ada rezekinya, sebab tujuan kita baik pasti Allah bantu". Tahun 2020 bulan desember pun akhirnya saya melanjutkan S2 di kampus yang sama dengan istri, yang pada saat itu pula istri sedang menulis final thesis. Dan alhamdulillah tahun 2021 istri lulus Magister dengan nilai terbaik.
Pada saat kelulusannya, saya merasa bahagia, dan dari situlah kepercayaan saya pada janji-Nya itu semakin nyata. Allah mudahkan semua rencana kami dan juga cukupkan kebutuhan kami.
Tahun 2023 kami berdiskusi perihal siapa yang akan terlebih dulu melanjutkan jenjang S3, berujung pada keputusan saya yang lebih dulu melangkah ke S3 di kampus yang sama (IIUM), sementara istri sabar dulu sambil saya segera menyelesaikan studi ini, mungkin setelah itu baru dia yang akan melanjutkan ke jenjang berikutnya.
Tujuan kenapa kami melanjutkan kuliah awalnya berbeda-beda, hingga akhirnya kami menyatukan narasi bahwa "ilmu yang kami cari ini adalah persembahan kami sebagai rasa syukur pada Allah dan juga modal kami untuk mendidik anak-anak dan keluarga kami, bukan untuk nyari kerja”.
Sampai hari ini, mendekati penghujung tahun 2024, keyakinanku soal apa yang Allah takdirkan itu selalu baik semakin kuat, entah bagaimana nanti masa depan itu biarlah Allah yang mengaturnya, sebab itu ranahnya Allah, bukan ranahnya manusia untuk memikirkannya.
Untuk teman-temanku, yang akan menikah atau telah menikah, menyatukan visi dan tujuan pernikahan itu tidak mudah, ada banyak hal yang harus diistikhorohkan bersama-sama, diobrolkan dan dibicarakan bersama-sama. Meski akan ada bagian dari mimpi kita yang harus ditunda dulu, gapapa. Setiap cerita memang pasti berbeda alurnya, bukan?
Semoga Allah mudahkan langkah kita, lindungi keluarga kita, dan Allah berikan keberkahan untuk setiap waktu dan usaha kita.
— Ditulis di kereta menuju Gambir
Ahad, 17 November 2024
@jndmmsyhd
155 notes
·
View notes
Text
Berdoalah, Sampai Kita Lupa
Belakangan ini, saya sedang belajar memaknai bahwa doa adalah tentang proses-proses di dalam hidup. Menyampaikannya kepada Allah adalah proses dimana kita mengenali dengan baik apa yang menjadi kebutuhan kita dan alasan mengapa kita membutuhkannya, sampai jawabannya lurus selurus mungkin. Mengulang-ngulangnya adalah proses dimana kita belajar berprasangka baik, meski tidak pernah terbayang kapan doa itu akan menjadi nyata. Menunggu keputusan-Nya atas doa itu pun proses dimana kita akan dipertemukan-Nya dengan berbagai dinamika hidup hingga kita berpikir, "Apakah benar saya menginginkannya? Apakah benar ini adalah satu-satunya sumber ketenangan dan kebahagiaan yang saya cari? Apakah benar harus saat ini?" dan seterusnya.
Tentang berdoa, suami saya pernah bilang, "Berdoa aja terus, sampai kita lupa kalau kita pernah punya doa itu, sampai kita tidak lagi fokus pada kapan doa itu akan dikabulkan. Di saat-saat seperti itu, biasanya Allah berikan, bukan?" Ketika mendengarnya, saya sedikit bingung, "Bagaimana bisa kita lupa pada doa yang setengah mati kita harapkan? Kalau sesuatu itu penting bagi kita, bukankah kita tidak akan semudah itu untuk melupakannya?" Kemudian,
Perjalanan memaknai nasehat suami tersebut rupanya mempertemukan saya dengan sebuah pemaknaan bahwa lupa yang dimaksud bukanlah terlepasnya doa dan pengharapan kita itu dari ingatan, tetapi terlepasnya diri kita dari ikatan dan harapan yang tinggi terhadap kapan dan bagaimana doa tersebut harus dikabulkan.
Terus berdoa, tetapi lepaskan ikatan terhadap pengabulannya. Oh, ya Allah! Ini sulit sekali. Tetapi, saya jadi berpikir lagi, "Kalau kita meninggikan harap pada sesuatu yang kita doakan hingga terus-menerus diingat, dipikirkan, didambakan, sampai patah hati ketika belum dikabulkan, bukankah sesuatu itu mungkin sekali menjadi illah (sumber kecintaan) kita di dalam hidup? Satu-satunya illah kan hanya Allah. Lalu bagaimana jika dengan harapan yang tinggi itu kita ternyata sedang menghadirkan tandingan-tandingan-Nya di hati kita tanpa kita sadari?"
Astaghfirullah. Ya Allah, terimakasih atas makna berharga yang Engkau hadirkan ini. Ampunilah aku, yang dalam berdoa pun ternyata masih tidak tahu diri. Mampukanlah aku untuk tetap bersabar dan menjalani hidup sebagaimana arahan-Mu tanpa berfokus pada apa-apa yang belum ada dan belum termiliki.
Wallahu 'alam bishawab.
230 notes
·
View notes
Text
Riset bahwa perempuan berbicara 13000 kata lebih banyak daripada laki-laki itu supaya kita lebih panjang doanya.
Salah satu cara memutus kebiasaan buruk adalah dengan mencari amal baik yang mirip karakternya. Misalnya ingin mengurangi bergosip, maka cari amal baik yang butuh banyak bicara juga; berdoa.
Ingin mengurangi kebiasaan mengeluh, berdoa juga. Ingin mengurangi sumpah serapah yang nggak perlu, berdoa juga.
Kalau jatah kata dalam satu hari sudah habis untuk berdoa, mungkin kita nggak butuh lagi debat kusir di sosmed, mengeluh kesana kemari, dan julid disana-sini.
Mungkin ya. Tulisan yang agak cocoklogi, tapi semoga menjadi ikhtiar supaya lisan kita nggak menyeret anggota tubuh yang lain ke neraka. Aamiin.
191 notes
·
View notes
Text
Salmah
Berapa” Tanya Salmah kepada penjual ayam.
“Sepuluh ringgit saja” jawab taukeh ayam.
Salmah menghulurkan duit sepuluh ringgit dan berlalu dengan membimbit beg plastik yang
berisi ayam. Ketika berpusing , Salmah terlanggar seseorang lalu terjatuh plastik ayamnya.
Salmah tunduk mengambil ayamnya di atas simen market. Pada ketika yang sama seorang lelaki
turut tunduk untuk menolongnya memungut beg plastiknya.
“Maafkan saya” sapa lelaki tersebut.
Salmah mengangkat mukanya.
“Abang Din” Sahut Salmah.
Lelaki tu cuma tersenyum.
Mereka sama-sama berdiri.
“Abang dari mana ni?”Tanya Salmah.
“Mari kita berbual ditempat lain” Lelaki berkenaan berpusing dan diikuti oleh Salmah.
Fikiran Salmah bercelaru. Abang Din yang sedang diikutinya ini adalah bekas “pengurus”
nya
semasa “bekerja” di ibu kota dulu. “Kontrak”nya semasa dia bekerja dulu,dia akan
dibenarkan berhenti bekerja setelah berumur 35 tahun dan sekarang Salmah sudah berumur 38
tahun. Bererti dia telah berhenti bekerja dengan Abang Din 3 tahun dulu.
Mereka sampai di warong makan dan memilih untuk duduk di bawah payong yang terjauh
daripada
orang lain. Abang Din terus tersenyum merenung Salmah yang duduk di hadapannya.
“Macam mana abang Din boleh sampai ke sini?” Tanya Salmah.
“Kau masih cantik macam dulu jugak Salmah…… kau buat apa sekarang?” Tanya abang Din.
“Biasalah bang ..balik kampung kena kerja cara kampung. Mah menjahit baju di rumah.
Cara
Kampung bang…nak cari rezeki yang halal”
Abang Din cuma tersenyum.”Udahlah Mah ,jangan cakap fasal halal haram… kita ni nak hidup.
Abang datang ni pun fasal cari makan juga ini….Mah pun tahu kan.”
“Mah tahu bang….. lapan tahun bang… Mah kerja dengan abang”
Suasana senyap seketika.
“Kau dah kawin ke Mah”
Salmah cuma senyum sinis. “ Siapa nakkan Mah ni bang…Mah pun tak berani nak terima kalau
ada orang minat pun…Mah takut orang tahu kerja Mah dulu tu…kut-kut ada antara mereka yang
pernah melanggan Mah dulu. Rioh sekampung”
“Takkan ada kat dalam kampung ni”
“Mana tahu bang…..Mah sendiri pun mana ingat siapa yang melanggan Mah atau tidak…..
Kadang-kadang Mah rasa macam kenal saja, apatah lagi kalau orang tu asyik senyum kat Mah”
“Apa kata kalau hari ini kau ikut aku ke Bandar” Pintas Abang Din.
“Buat apa bang…abang nak suruh Mah buat kerja tu lagi ke?”
“Tidaklah gitu…. Abangkan manusia yang pegang pada janji…Ha… abang dah lepaskan kau dulu…
maka lepaslah tapi kali ini anggaplah kita ada hubungan sosial saja bukan urusniaga.”
Salmah bermenung seketika.
“Kita ke rumah Mah dululah bang…kat rumah mah tu pun bukannya ada orang…. biar Mah
tukar baju dan hantar ayam ni dulu”
“Elok juga lain kali boleh aku ke rumah kau pulak”Jawab abang Din sambil bangun. Dia
meninggalkan wang di atas meja sebagai bayaran minuman yang mereka minum.
“Hah Dol kau pun ada?” tanya Salmah pada Dol yang sedang menanti di kereta.
“Hai Kak …lama tak jumpa” Salmah masuk dalam kereta di tempat duduk belakang.
“kau kerja dengan abang Din lagi” Tanya Salmah kepada Dol.
“Alah Kak……. Abang Din ni baik…dia jaga saya dari kecik lagi..lagi pun saya dapat
apa yang saya suka kalau kerja dengan abang Din ni..heh……” sambil tergelak.
Salmah fahamlah tu apa yang dia suka tu. Perempuan lah apa lagi. Sekarang ni budak Dol
ni merupakan orang kanan Abang Din lah..Body-guard sesuai dengan badannya yang besar dan
sasa.
Abang Din cuma tersengeh.
“Arah mana kak?”tanya Dol.
“Kau jalan terus..sampai simpang sana kau belok kiri” Kereta proton Perdana menderu
menyusuk ke dalam kampung. Melalui kawasan sawah dan dusun. Rumah di sini masih lagi
jauh-jauh antara satu sama lain. Dengan berlatar belakangkan banjaran bukit, kawasan
perkampungan ini sungguh tenang.
“Masuklah bang…Dol….”Salmah terus ke dapur menyimpan ayam yang dibelinya ke dalam
peti ais lalu terus menuangkan air teh sejuk yang sedia ada dalam peti ais ke dalam gelas
lalu di bawa keluar.
Abang Din berdiri dipintu memerhati keadaan sekeliling kampung. Memang rumah Salmah ni
jauh dari rumah orang. Dol duduk bersandar di sofa. Mata Dol tajam menerjah ke dalam
bukaan baju Salmah yang menyerlahkan sebahagian dari buah dadanya apabila Salmah
menghidangkan air.
“Akak ni masih cantik macam dulu” Puji Dol.
“Aku pun kata begitu jugak tadi… kadang kala menyesal aku lepaskan dia dulu….. hilang
perigi mas aku”
“Abang dengan Dol ni sama saja…kalau nakkan barang orang tu asyik memuji sajalah tu.
Mah rasa perkataan abang dengan Dol ni sama saja untuk semua ayam abang yang kat bandar
tu… jemput minum bang” Sambil melabuhkan ponggongnya yang bulat ke atas sofa.
Abang Din turut duduk di sofa dan Dol menghirup air yang dihidangkan.
“Yang abang beria-ia mengajak Mah ke bandar tu buat apa?”
Sambil meletakkan gelas minuman Abang Din bersandar semula.
“Aku sebenarnya rindukan kau ni….bila aku berjumpa dengan kau tadi”
“Maksud abang… abang nak pakai Mah?”
“Aku tahu kau memang cepat faham….hah…..” sambil tergelak.
“A.. a.. kak…. Dol pun rindukan akak”
Salmah faham benar mengenai nafsu serakah manusia berdua ini. Sebenarnya dia sendiri pun
macam terpanggil apabila bertembung dengan abang Din tadi. Memang dah tiga tahun dia
tidak merasa balak sejak “bersara” dari perkhidmatannya dengan Abang Din.
“Takpayahlah ke bandar bang….. kat sini saja lah” sambut Imah.
Bulat mata Abang Din dan Dol. “Boleh ke Mah?” tanya Abang Din.
“Abang nak sekarang ke?” tanya Salmah.
“Kalau boleh apa salahnya…adik aku dalam seluar ni pun rasa macam garang je ni”
“Dah gian lah tu” Gurau Salmah sambil bangun berjalan ke pintu. Sampai di pintu dia
menoleh ke arah Dol.
“Dol masukkan kereta ke belakang rumah” Pinta Salmah.
Dol bergegas bangun dan turun tangga. Salmah terus memerhati dipintu.
“Abang tak nak mandi dulu ke?” tanya Salmah lagi.
“Lepas nantilah mandi” Abang Din dah mula membuka bajunya.
“Lamanya si Dol “ Salmah bagaikan tak sabar.
Tiba-tiba Dol menjengah di sisi rumah “ Hah bawak kasut tu naik ke dalam”
Dol mengikut dan Salmah masih memerhati ke sekitar jalan ke rumahnya. Memang lengang
tidak kelihatan seorang manusia pun yang ada. Setelah puas hatinya yang tidak ada
orang yang akan datang ke rumahnya Salmah menutup pintu rumah.
Apabila dia menoleh ke belakang sudah bersedia dua lelaki yang dulunya sentiasa
menjamah tubuhnya tak tentu masa dalam keadaan semula jadi tanpa seurat benang lagi.
“Emm cepatnya” Sambil memegang tangan lelaki berdua tu ke dalam bilik.
Esah mengayuh basikalnya perlahan-lahan di atas batas padi. Bimbang takut terjatuh
pula ke dalam sawah yang kebetulan sedang penuh dengan air dan padi yang baru di tanam.
Janda muda ni membimbit beg plastik yang berisi kain yang baru dibelinya di bandar. Dia
perlu ke rumah Salmah untuk menjahit baju dengan cepat memandangkan dua hari lagi dia akan
menghadiri kenduri kawannya di kampung sebelah. Kalau dia terjatuh bererti habislah
kotor kain yang baru dibelinya tu.
“Auhhhhhhh bangggg nikmatnyaaaaaaa!!!!!!”Keluh Salmah. Balak Abang Din menikam
tenggelam dalam cipap Salmah yang tidak pernah diterokai sesiapa dalam masa 3 tahun ini.
Rindu dan giannya pada balak lelaki tidak terkata lagi.Kalau dulu semasa dia
menyundal dapat merasakan berbagai jenis balak berkali-kali dalam sehari tetapi
selepas balik ke kampung perigi cipapnya menjadi kering kontang terbiar tidak diusik
sesiapa.
Abang Din mula menyorong tarik dengan tenang. Sebagai bapak ayam dia cukup mahir untuk
memuaskan nafsu perempuan. Dia tahu walaupun perempuan yang dijaganya mendapat balak
daripada pelanggannya setiap hari tetapi mereka tetap menanti balaknya untuk
mendapatkan kepuasan sebenar dalam seks. Kebanyakan pelanggan mementingkan diri ‘
sendiri,mereka mementingkan kepuasan diri dan hanya menggunakan sahaja perempuan yang
meraka sewa tanpa mengambil kira kepuasan pasangannya. Bagi kebanyakan pelanggan,
perempuan yang mereka sewa hanyalah alat untuk memuaskan nafsu mereka bukan untuk
keseronokan bersama.
Esah menyorong basikalnya masuk ke lorong rumah Salmah. Hatinya terasa keciwa
apabila melihat pintu rumah Salmah tertutup,namun apabila melihat tingkapnya terbuka
dia gagahkan hati untuk mencuba, kalau-kalau Salmah ada di dapur. Sabaik sahaja hampir
dengan tangga Esah membuka mulut untuk memberi salam.
“Yeahhhhh banggg kuat lagiiiiiiiiii……Mah nak sampaiiiiii nieeee…… ahh.. ahhhh….
ahhhh……. aughhhhh!!!!!!” Esah tidak jadi memanggil.Mulutnya ternganga.
Darahnya berderau. Lututnya lemah. Dia tahu bunyi tu. Dia boleh banyangkan
apa yang Salmah sedang lakukan. Dia giankan bunyi tu. Dah dua tahun dia bercerai
dengan suaminya yang merengkok di penjara kerana dadah.
Esah melangkah perlahan mencari akal. Dia melihat keliling. Tak ada orang.
Dia pergi ke bawah rumah Salmah. Memang bunyi Salmah mengerang menjadi-jadi.
Bunyi katil berenjut juga menjadi-jadi. Dia merasakan cipapnya terangsang.
Dia mencari lobang untuk diintainya.Tiada.
“Ah!!!! Ah!!!!! Ahhhhh!!!!! Aaaaaaaah!!!!!! pancut bang……Mah tahan nie………
biar sampai sama-sama haaahhhhhhhhhh auhhh!!!! yeah!!!! yeahhhh!! yeahhhh!!!!!!!!!!”
suara Salmah meninggi.
Esah terus melilau,bagai kucing jatuh anak mencari lobang untuk diintainya ke dalam
bilik Salmah. Masih juga tidak berjaya. Kemdian terlintas satu jalan untuk dicubanya.
Dia melangkah ke dapur. Dia perasan ada sebuah kereta besar di hadapan pintu dapur.
Perlahan-lahan dia membuka pintu dapur. Perasaannya lega apabila mendapati pintu itu
tidak berkunci. Dia membukanya dan terus menutupnya kembali. Diletaknya plastik kain
di atas meja makan,dia berjengket-jengket menuju ke bilik tidur Salmah.
Di hadapan pintu bilik kelihatan bersepah pakaian lelaki dan pakaian Salmah sendiri.
Bagaikan seorang mata-mata gelap yang ingin menangkap seorang penjenayah dia
mendekatkan mata ke pintu bilik yang terbuka luas.
Kelihatan seorang lelaki yang berkulit hitam manis sedang menunjah balaknya yang
besar panjang dengan lajunya ke cipap Salmah yang sedang mengangkang lebar dengan
lututnya yang berlipat rapat hampir ke dadanya. Dari kedudukannya Esah dapat
melihat balak hitang telah pun terpalit dengan cecair putih keluar dan masuh cipap Salmah.
“Ye banggggggggggg sekaranggggggg!!!!!!!!!”jerit Salmah.
Ketika itu Esah melihat cecair mani memancut keluar dari cipap Salmah setiap kali
balak hitam itu di tarik keluar.Melimpah dan meleleh turun melalui salur ke bawah
duburnya dan membentuk satu tompokan di atas cadar biru laut. Henjutan lelaki tu
berhenti selepas beberapa ketika. Sekali lagi air mani membuak keluar apabila
balak hitam itu dicabut keluar. Cipap Salmah ternganga buat seketika dan air mani
terus melelah. Salmah meluruskan kakinya dan terus terkangkang lebar.
Lelaki berkulit hitam itu bangkit. Kelihatan peluh yang bermanik di belakangnya
meleleh turun ke ponggong. Salmah kelihatan menarik nafas panjang-panjang.
Buah dadanya yang menggunung dan mukanya kelihatan berminyak dengan peluh. Rambutnya
kelihatan tidak menentu. Wajahnya mencerminkan kepuasan yang tidak terhingga.
Tanpa di duga kelihatan lelaki lain yang berkulit cerah melangkah dari sudut yang
tidak dapat dilihat oleh Esah sebelum ini. Pastinya lelaki ini tadi duduk di kerusi
solek yang terlindung dari padangan Esah. Lelaki hitam tadi pula hilang dari pandangan…
tentunya duduk di kerusi solak yang diduduki oleh lelaki yang berkulit cerah ni.
Salmah kelihatan tersenyum apabila lelaki berkulit cerah melutut naik ke atas katil
diantara dua pahanya. Mata Esah bagaikan terbeliak melihat balak orang ini,jauh
lebih besar daripada lelaki tadi. Hampir sembilan inci agaknya. Bukan sahaja panjang
tetapi besar pula.
Kelihatan Salmah menarik bucu cadar dan mengelap cipapnya yang kelihatan banyak cecair
di situ. Salmah menggenggam balak yang bakal diterimanya. Emmm kelihatan cukup
segenggam penuh.
“Makin besar si Dol ni bang berbanding dulu” Komen Salmah.
“Dia kuat makan…latihan juga cukup..”jawab lelaki tadi dari tempat duduknya.
‘Aughhh!!!” Terkeluar suara Salmah apabila balak besar itu terus meneroka cipapnya yang
licin sampai ke pangkal.
“Ohhh…… ketatnya Kak” Keluh lelaki berkulit cerah.
Salmah terus mengangkat lututnya sekali lagi.
“Henjut Dol..henjut biar akak puas”
Dol mula menghenjut.Kelihatan cecair yang ada dalam cipap Salmah terus meleleh keluar
setiap kali Dol menarik balaknya. keluar.
Esah merasakan cipapnya juga mengeluarkan cecair. Salmah dah pancut berkali-kali
menyebabkan Esah yang mengendapnya juga tak tahan lagi. Dia mula membuka ikatan kain
sarong yang dipakainya lalu melangkah ke dalam bilik Salmah. Abang Din terkejut pada
mulanya tetapi melihat perempuan yang separuh bogel melangkah masuk dia terus berdiri
dan menyambut tangan perempuan itu lalu dibawanya ke katil.
“Kak, Esah tak tahan lagi kak”
Salmah juga turut terkejut namun dia mengukir senyum sambil menganggukkan kepala kepada
Abang Din menandakan OK. Abang Din membuka baju-T Esah dan seterusnya pakaian dalam.
Kelihatan seluar dalam merah jambu yang dipakainya basah di antara dua pahanya. Esah
terus berbaring di sebelah Salmah dan Abang Din terus mendatanginya.
“Ouuuuuuhhhhhh!!!!!! Kak ….nikmatnyaaaaa!!!!!!” Balak Abang Din terus rapat sampai ke
pangkal.
Suara Salmah dan Esah bersahut-sahutan hingga ke tangah hari. Mereka bergilir, mereka
bertukar, mereka mencari kepuasan demi kepuasan. Selepas terlelap tengah hari itu,
Esah dan Salmah masuk dapur memasak ala kadar. Selepas makan mereka sambung lagi hingga
ke petang.
Esah sampai ke rumah hampir senja.
Dua hari kemudian kelihatan Esah dengan baju baru yang dijahit oleh Salmah menaiki Proton
Perdana menuju ke ibu kota. Salmah melambaikan tangan. Esah membalasnya. Umur Esah
baru 28 tahun bererti dia akan berkhidmat untuk Abang Din sebagai ayam dagingnya selama 7
tahun lagi. Tak tahu berapa banyak balak yang akan dirasainya dan sebanyakmana pula air
mani yang akan ditadahnya. Misi Abang Din masuk kampung mencari ayam baru nampaknya
berjaya. Esah yang kehausan selama ini akan terubat kekosongan itu. Dan Salmah………
hanya menanti ketibaan Abang Din dan Dol sekali sekala menjenguknya di kampung. Mengisi
periginya yang sentiasa kontang. Mungkin…… kalau ada jodoh dia juga akan mencari
sorang suami buat teman hidup dikala tua. Selepas tiga empat tahun, tidak seorang pun
pelanggannya akan mengingati wajahnya lagi. Mereka semua mementingkan diri sendiri
dan manusia memang mudah lupa.
“Bila kau balik Esah?” Tanya Salmah.
“Semalam kak” Jawab Esah yang kelihatan ceria dengan blaus warna perang dan seluar slek
kemas.
Rambutnya kini di potong pendek.
“Seronok kerja dengan Abang Din?” tanya Salmah lagi sambil menuangkan air dari teko ke
dalam cawan.
“Biasalah kak, akak pun tahu kerja ni, kadang kala seronok dan kadang kala mengecewakan
tetapi terpaksa tunjuk seronok jugak…nak ambil hati pelanggan”
“Jemput minum Sah” Pelawa Salmah.” Kau tak kena orientasi ke Sah?” tanya Salmah lagi.
Hampir terbelahak Esah apabila mendengar pertanyaan tu.
“kena kak..teruk Esah dibuatnya…Esah rasa macam jalan tak betul dua tiga hari”
Salmah tersengeh mendengar cerita Esah. Dia faham benar, kalau bekerja dengan Abang Din,
setiap ayam jagaannya akan melalui orientasi tertentu. Dia masih ingat lagi, ketika dia
mula tiba di ibu kota dulu, Abang Din mengurungnya dalam bilik beberapa hari. Ketika itu
dia hanya digunakan oleh Abang Din seorang sahaja. Siang malam, tak tentu masa. Masa tu
Salmah merasakan bagai sedang berbulan madu sahaja. Tetapi pada satu malam tiba-tiba
sahaja dia didatangi oleh lima lelaki dari berbagai bangsa. Walau pun dia telah
mengetahui tentang kerjanya dari rakan-rakan yang lain tetapi dia sebenarnya tidak
menjangkakan akan didatangi oleh lelaki berbagai bangsa lima orang dalam satu masa.
Mahu tak mahu dia terpaksa melayan mereka habis-habisan sampai pagi. Leguh kangkangnya
tidak usah nak cerita. Apabila menjelang pagi, tubuhnya menjadi kain buruk, lembek
tak bermaya. Cipapnya melekit dan sentiasa melelehkan mani yang dipancutkan ke
dalammnya bertubi-tubi. Masa tulah dia kenal balak kulup, hitam cerah, besar kecik, lama
sekejap. Perkara yang paling menyakitkannya ialah apabila benggali yang ada bersamanya
malam tu melunyai
bontotnya berkali-kali, malahan dia yang terakhir meninggalkan Salmah pada pagi
itu dengan radokan bontot yang paling power sekali yang dialaminya. Apabila Abang Din
masuk biliknya Salmah masih tertiarap dengan mani meleleh dari lubang duburnya bercampur
dengan mani lain yang terus meleleh dari cipapnya di bawah ke atas tilam.
“Kau kena berapa orang Sah” tanya Salmah lagi.
Esah cuma mengangkat tangan dengan menunjukkan enam jari. Emmm enam orang lah tu.
Salmah cuma tersenyum.”Sekarang ni kau dah pandai melayan pelanggan lah ni?”
“Alah Kak…ayam baru…ramailah pelanggan….cuti ni pun Abang Din tak bagi cuti panjang.
Esok saya dah kena balik, nanti rugi perniagaan”
“Kumpulkan harta Sah…tapi jaga kesihatan….jangan lupa untuk makan makjun ke …. air akar
kayu ke… semua tu membantu menyegarkan tubuh badan….pelanggan suka…kita pun sihat”
“Abang Din pun pesan jugak..malahan dia pun turut perkenalkan saya dengan pembekal
ubat-ubatan tu”
Jauh di sebuah rumah di kaki bukit kelihatan dua lelaki separuh umur sedang berbual
di laman rumah lama ynag tersergam besar.
“Aku rasa dah sampai masanya aku kahwin semula” Sani menghembuskan asap rokok ke udara.
“Apahal pulak …tiba-tiba nak kawin ni” Tanya Kassim sambil meletakkan akhbar di atas
meja kopi dihadapannya.
“Aku rasa aku tak mahu lagi ke bandar setiap kali aku nak lepaskan gian pada perempuan.
Lagi pun anak lelaki aku pun dah besar-besar belaka kecuali Jiman saja yang masih
sekolah. Itu pun setahun dua lagi berangkatlah dia ke mana-mana tu. Masa tu tinggal
aku sorang-sorang”
“Elok juga cadangan kau tu..ada calon ke ?”
“Kau ingat tak pagi tu…perempuan yang aku tunjukkan pada kau tu…”
“Yang mana satu?”
“Alah masa kat pasar tu… dia sedang beli ayam kemudian dia terlanggar dengan seorang
lelaki”
“Ahhhh ye…aku ingat…tapi aku ingat wajah dia tu macam biasa aku tengoklah…tapi
di mana ye?”
“Dia tu duduk di hujung baruh sana, baru balik ke kampung ni….dia tu tukang jahit…janda”
“Emmm…kalau yang tu…kira OK…solid juga..aku pun berkenan”
“Maaf sikit…kalau kau nak cari yang lain…Esah tu pun janda juga…solid juga..hah kau
ambil lah dia”
“Esah dekat tali air tu?”
“Ahah… Esah mana lagi yang janda dalam kampung…kan dah dua tahun dia bercerai
sebab suaminya masuk penjara kerana dadah..aku pasti dia tu tengah gian lelaki habis punya”
“Hummmh kalau Esah tu…mana ada kat kampung ni lagi……dah hampir sebulan
berhijrah ke bandar…. aku dengar kerja kilang ke apa”
“Sapa nama perempuan tu?”
“Mengikut Pak Mat yang jaga kebun aku tu…namanya Salmah.”
“Salmah….emmmm aku rasa pernah jumpa….” Kassim terus berfikir seorang diri.
Memang mereka berdua kaki perempuan. Kalau giankan perempuan mereka akan ke bandar
melanggan mana yang patut. Namun aktiviti mereka ni tidak diketahui oleh anak-anak
mereka. Kassim dan Sani dah sepuluh tahun menduda dan nampaknya mereka seronok
dengan cara begitu sehinggalah Sani mengemukakan idea barunya untuk berkahwin.
Dua bulan kemudian Salmah berkahwin juga dengan Sani. Kassim kecewa sebab dia pasti
Salmah ni kira OK, Dia perasan yang Salmah ni cantik dan solid juga. Kecewa sebab
tidak terfikir untuk mendapatkan Salmah lebih awal dari Sani, namun dia merasakan
pernah berjumpa dengan Salmah nie. Walau pun begitu dia berharap kawan baiknya ini
tetap bahagia dengan isteri barunya. Perkahwinan ini diadakan secara ringkas. Salmah
hendakkan bagitu dan Sani pun setuju begitu. Malah anak mereka yang bekerja di bandar
Dee dan Jee hanya diberitahu melalui talipon sahaja.
Malam pertama Salmah dan Sani kecoh sikit. Malam tu hujan lebat. Jiman yang
sepatutnya di bawa oleh Kassim untuk ke bandar tidak dapat pergi. Kassim dan
Jiman terperap saja di rumah. Sani yang berharap untuk meriah dengan Salmah
terpaksa kawal keadaan.
Jiman sebenarnya faham benar perkara yang akan berlaku pada malam tu. Kebetulan
biliknya sebagai anak yang paling bongsu adalah bersebelahan dengan bilik ayahnya. Kasim
yang tidur di bilik tamu agak hampir dengan dapur dan jauh sedikit dari bilik Sani. Namun
Kassim juga tahu dan ingin lihat kelakuan kawan baiknya dengan isteri barunya.
Malam tu Salmah juga berdebar-debar untuk berhadapan dengan suami barunya. Dah
lama dia tak berdebar bila berhadapan dengan orang lelaki tetapi kali ini dia berdebar
pulak. Sani tidak menutup lampu bilik tidurnya dan dia nampaknya tidak bersungguh-sungguh
untuk menjamah Salmah.
“Kenapa tak tutup lampu bang?” tanya Salmah.
“Biarkanlah mah, abang suka dalam cerah gini” tangannya mula membuka baju tidur
Salmah.
“Kan Kassim dan Jiman ada kat luar tu” Bisik Salmah lagi namun dia terus membiarkan
Suaminya membuka pakaiannya.
“Malam ni special untuk dia orang” Jelas Sani.
“Special?” Salmah hairan.
“Ehemm biar dia orang intai kalau dia orang mahu… abang suka kalau kerja kita ni diintai
orang.”
“Peliklah abang ni” Tangan Salmah mula membelai dada Sani.
Jiman di bilik sebelah cuma memasang telinga. Air hujan yang lebat menyebabkan satu
perkara pun tidak dapat didengarinya. Dia memadamkan lampu biliknya. Dia dah sedia
lubang di dinding antara biliknya dengan bilik ayahnya. Bukan lubang baru, tapi kalau
dia hendak turun rumah …biasanya dia intai dulu ayahnya ada atau tidak dalam bilik.
Nampaknya lobang tu dah menjadi makin berfaedah pulak. Kalau tak dapat dengar …dapat
tonton lebih baik.
Sani mula menjilat cipap isterinya. Salmah membuka kangkangnya sambil tangannya membelai
kepala suaminya. Ah lamanya dia tidak merasa belaian sedemikian.
Kassim juga gelisah. Dia kenal benar rakannya Sani. Rakus dengan perempuan. Dahlah
dua bulan mereka tidak ke bandar. Sejak berangan nak kawin dulu Sani tak mahu ke
bandar lagi. Dia benar-benar kepinginkan tubuh Salmah. Nah malam ni Salmah dah jadi
miliknya. Tentu berasap ni.
Sambil terlentang dia memikirkan banyak perkara. Pertama sekarang ni kawan kaki
perempuan dia dah berubah tak mahu hidup liar lagi, kedua dia masih memikirkan tentang
Salmah… siapa perempuan ni sebab macam dia biasa benar tetapi tidak dapat dipastikan
di mana dia pernah jumpa dan ketiga, bagaimana dia nak intai kawannya malam ni.
Sani mula terlentang membiarkan Salmah urus balaknya yang mengembang. “Besarnya bang…
keras lagi” komen Salmah. Sani bangga dengan senjata yang dianugerahkan kepadanya.
Dengan senjata itu setiap perempuan yang ditidurinya puas dengan pemberiannya.
“Ohhhh emmm” keluhnya apabila Salmah mula menyonyot kepala balaknya yang berkilat.
Tangannya membelai bahu Salmah, jarinya menggosok-gosok tanda bulat merah dibahu itu.
Dia ingat benar tanda tu. Tanda kelahiran itu dia tidak akan lupa. Dia tahu siapa
Salmah. Sejak terpandang wajah Salmah hari tu dia terus teringat akan tanda merah tu.
Empat atau lima tahun dulu dia pernah menyewa perkhidmatan Salmah. Dia bawa balik
ke rumah sewaannya di satu perumahan mewah di bandar raya. Bayarannya mahal tetapi
berbaloi. Satu hari suntuk dia dan Kassim tidak kemana-mana. Mereka berdua
menggiliri Salmah sampai pagi esoknya dan Salmah melayan mereka dengan tidak
pernah menunjukkan tanda keletihan. Dia amat puas dengan layanan itu. Tidak
pernah dia menikmati layanan perempuan sebagaimana yang dilayan oleh Salmah.
Kerana itu dia ingat Salmah sampai bila-bila. Namus selepas pada itu dia tidak
lagi berkesempatan untuk ke bandaraya dan kalau ke sana pun dia tidak lagi
berjumpa dengan Salmah sehinggalah dua bulan lalu di pasar pagi itu.
“Mah abang dah tak tahan ni” Keluh Sani. Salmah naik ke atas suaminya sambil
memegang balaknya yang tegang dan kembang.
“Pusingan ni biar Mah mula dulu” sambil menurunkan tubuhnya ke atas balak
suaminya yang terpacak menanti. Cipapnya membuka untuk menerima kepala
balak yang berkilat.
“Ohhhh banggg” Keluh Salmah.
Tangan Sani memegang kiri dan kanan pinggang Salmah.
Salmah membiarkan balak suaminya terendam seketika sambil digerakkan otot
dalaman dengan usaha kemutan yang bertenaga. Matanya tepat ke mata suaminya
sambil mengukir senyum.
“OK ke bang” tanya Salmah.
“Barang Mah best…” Tangannya mula membelai buah dada Salmah yang bulat
besar dan masih lagi tegang putih melepak.
“Asalkan abang suka, Mah rasa bahagia bang”
Sani menarik isterinya supaya bertiarap di atas tubuhnya sambil mengucup
bibir mungil isterinya. Balaknya membengkok ke atas besar tersumbat dalam
cipap ketat isterinya.
Mata Jiman terbeliak melihat ponggong putih ibu tirinya dengan balak ayahnya
penuh tersumbat dalam lubang cipap yang dihiasi bulu hitam di kiri dan kanan
bukaannya. Perlahan-lahan Jima membuka kain yang di pakainya. Sambil tunduk
melihat balaknya sendiri, dia juga merasa bangga kerana balaknya juga tidak
kurang besarnya dari balak ayahnya. Mestinya kesan baka yang turun kepadanya.
Perlahan-lahan Jiaman mengurut bakanya yang sememangnya sedang sakit kerana
tarlalu tegang dengan cecair pelincir sudah pun meleleh keluar dari hujungnya.
Apabila Jiman melekatkan matanya ke lubang semula Salmah telah pun menonggang
balak ayahnya. Jelas kelihatan balak ayahnya keluar masuk dengan ibu tirinya
menegak dan melentik belakangnya sambil menghenjut.
Kassim gelisah lagi. Dia keluar dari biliknya dan berjalan ke pintu bilik
sahabatnya. Hujan diluar kian reda, bunyi bising timpaan hujan ke atas atap
rumah makin perlahan. Apabila dia sampai sahaja ke pintu bilik telinganya
telah menangkap bunyi suara Salmah yang mengerang dan mengeluh.
“Mah nak sampai ni bang…. Yeah!!!! Yeah !!!!!! emmmmmahhhhhhhhhh!!!!!!!!”
Kassim mendekatkan matanya ke lubang kunci. Jelas kelihatan Salmah sedang
naik turun di atas tubuh Sani. Pandangan dari sisi menampakkan seluruh tubuh
Salmah. Buah dada yang yang bulat dan tegang, ponggongnya yang melentik dan
perutnya yang rata. Kassim dapat melihat tubuh Salmah yang semakin laju
henjutannya dan kepalanya kian melentik ke belakang. Namun dia tidak dapat
melihat balak kawanya dan cipap Salmah. Perlahan-lahan Kassim juga meramas
balaknya sendiri yang keras macam paku terlekat di dinding dari atas kain
pelikat yang dipakainya.
“Ahhhhhh!!!!!!!!!!!! Banggggggggg!!!!!!!!!!!” suara Salmah bagaikan menjerit.
Mata Kassim terus kembali semula ke lubang kunci. Kelihatan Salmah tertiarap
diatas badan Sani. Mereka berkucupan dan tiba-tiba mata Kassim membuka luas.
Dia dapat melihat tanda merah di bahu Salmah. Dia ingat siapa Salmah sebenarnya
dengan jelas sekarang. Tiba-tiba tangannya meramas balaknya dengan kuat dan air
maninya tiba-tiba terpancut di dalam kain pelikat dengan derasnya. Das demi das.
Dia menggigit bibir takut terkeluar sebarang bunyi dari mulutnya sendiri. Sekali
lagi dia merapatkan mata ke lobang kunci. Kelihatan Sani menaiki tubuh Salmah dan
mula menghenjut.
Perlahan-lahan Kassim berundur dengan kainnya basah melekit dengan maninya sendiri.
Malam bagi Sani masih awal, dia boleh berjuang sampai lima atau enam kali dalam satu
malam tetapi bagi Kassim tiada gunanya dia menunggu dilubang kunci. Langkahnya
membawanya ke bilik tidurnya. Salmah….dia ingat benar sekarang.
Dibilik sebelah bilik pengantin Jiman juga dah tak berdaya untuk berdiri. Dia dah
pancut dua kali ke dinding. Dengan hujan yang telah berhenti biar fantasinya
mengambil alih pandangannya. Dia berbaring di atas katil bujangnya dengan ulikan
suara erangan dan keluhan ibu tirinya yang cantik sedang berjuang lautan asmara
dengan ayahnya yang perkasa.
“Bang kita tutup lampu bang” cadang Salmah.
“Biarlah Salmah…..abang suka tengok wajah ayu Salmah”
“Ohhhh banggggg……..hayun bang hayunnnn Mah tahan nieee” malam terus merangkak
berlalu namun bagi Salmah dan Sani semua itu tak penting lagiii. Mereka terus
belayar dari satu pelabuhan ke satu pelabuhan lain..
Salmah kelemasan. Selepas makan pagi tadi suaminya dan Kassim menariknya ke
dalam bilik dan sekali lagi mereka melunyai tubuhnya. Bergilir-gilir dan
setiap rongga yang ada pada tubuhnya digunakan sepenuhnya sehingga masing-masing
tidak berdaya lagi. Perlahan-lahan dia menolak tubuh Kasim yang hampir terlena
di atas tubuhnya ke tepi. Di sebelahnya, kelihatan suaminya turut tertidur.
Terlentok macam anak kecil.
Salmah terlentang dengan kangkangnya masih luas. Merenung ke siling rumah.
Sebentar kemudian terdengar Kassim juga berdengkur. Matanya juga turut merasa
berat, maklumlah dia juga tidak cukup tidur sejak malam tadi. Malam pertamanya
dengan suami barunya ini Sani. Pagi pulak selepas Jiman ke sekolah, dia masih
lagi melayan kehendak suaminya yang turut mahu dia melayan sahabat karibnya,
abang Kasim. Kebingungan dengan kehendak suaminya yang menyerahkan tubuhnya
kepada orang lain pada hari kedua perkahwinannya menyebabkan Salmah hanyut
dengan pemikirannya dan terus terlena.
Jiman menaiki motosikalnya melintasi batas padi. Jalan in jarang dia lalui
sebab sempit dan tidak melalui kawasan kedai. Dia selalunya lepak seketika
di kedai dengan Jusoh dan Komis atau Maniam sambil minum atau merokok dalam
kedai makan Mamak Hameed. Disitu kawasan yang selamat dari pandangan dan
Mamak Hameed pun sporting tidak tegur kalau dia merokok. Kalau kedai Joyah
ke atau kedai Ketua Kampung, mampus dia kena marah oleh bapanya sebab mereka
akan melaporkan perbuatan merokoknya kepada bapa. Bukanlah ketagih sangat
merokok tu tapi saja ikut perangai kawan . Saja suka-suka. Tak merokok pun
tak mati.
Keluar dari jalan atas batas padi dia tiba di kawasan rumah Mak Usu yang
kelihatan kosong dan tertutup. Dia berhentikan motosikalnya memerhati rumah
tersebut. Sekarang Mak Usu dah jadi Mak tirinya. Pernah juga sebelum ni
dia melihat Mak Usu semasa dia berulang alik balik dari sekolah namun dia
tak pernah tengur. Memang Mak Usu cantik menyebabkan dia tidak puas untuk
terus merenung tubuhnya kalau berselisih dalam perjalanan atau ketika dia
sedang menyapu halaman namun dia tidak ada keperluan untuk bertegur sapa.
Mak Usu pun baru setahun dua ni saja duduk di rumahnya di kampung ni.
Dalam memerhati rumah tersebut kedengaran bunyi bising di kawasan belakang rumah.
Jiman pun menongkat motornya dan terus berkejar ke belakang rumah. Dia lihat Seman,
budak penagih sedang cuba membuka pintu dapur rumah.
“Oi kau buat apa tu hah Seman” jerkah Jiman.
Seman terkejut dan terus melarikan diri. Jiman tersenyum. Nasib baik dia ada
kalau tidak habis rumah Mak Usu. Tidak ramai budak menagih di kampungnya tetapi
Seman adalah salah seorang yang terjerumus dilembah hitam ini. Dia selalunya
bergabung dengan budak kampung seberang. Bodoh punya kerja.
Perlahan-lahan Jiman menghidupkan motorsikalnya dan menuju pulang. Perutnya
pun dah keroncong. Apabila sampai ke rumah Jiman menongkat motorsikalnya di
bawah pokok manggis. Dia lihat seluruh kawasan rumahnya lengang macam tak ada
orang, namun kereta bapanya dan Pakcik Kasim masih di bawah rumah. Tidak mahu
mengganggu dia masuk ikut pintu dapur. Dia faham benar bapa dan Mak Usunya tu
orang baru. Entah apa yang sedang dibuatnya, Jiman bukan tak tahu. Bukan tak
syok tapi takut mereka segan pulak.
Jiman letak beg di atas almari dapur dan terus membuka saji. Emm masih
ada nasi goreng. Melangkah di peti ais untuk mengambil minuman kakinya
tersepak kain yang bersepah. Dia mengeleng kepala melihat kain pelekat
dan baju tidur Mak Usu bersepah di lantai. Jiman memungutnya dan menyangkutnya
di kerusi. Dia terus mengambil sebotol air dari peti ais dan diletakkannya di
meja. Dia melangkah ke singki. Tiba-tiba dia merasa kakinya melekit. Dia
melihat tapak kakinya basah dan licin. Dia petik gosok dengan hujung jari
telunjuknya dan dibawa ke hidung. Sah bau air mani. Sekali lagi dia mengelengkan
kepala. Sah Mak Usunya kena tala di singki. Jiman senyum bersendirian. Waktu nak
duduk sekali lagi dia ternampak tompokan air mani di atas kerusi yang hampir
nak kering. Sekali lagi dia menyiasat dengan jarinya. Sah.
Berjalan ke singki sekali lagi membasuh tangan dia duduk di meja dan makan.
Dah tak tahan lapar. Selesai makan nanti dia terus ke bilik. Kalau ada rezeki
dia dapat intai Mak Usu dengan bapa tengah projek lagi.
Salmah tersedar apabila merasakan buah dadanya dihisap orang. Perlahan-lahan dia
membuka matanya.
“Emmm…Abang Kasim tak puas lagi ke? Aughhh ganaslah abang nie” Salmah menepuk
bahu Kasim yang menggigit piting buah dadanya.
Ketika itu Sani turut terjaga. Perlahan-lahan dia bangun dan bersandar ke kepala
katil.. Mencapai kotak rokok di atas meja lalu menyalakan sebatang dan menyedutnya
perlahan-lahan. Salmah menyedari suaminya sudah bangun mula membelai balak suminya
yang kini benar-benar hampir dengan mukanya. Merocoh balak suaminya dengan lembut
menyebabkan balak suaminya cepat menegang.
“Sani…boleh aku dulu?” tanya Kasim. sambil mengambil kedudukan antara paha Salmah.
Sani cuma tersenyum.
“Silakan, hari ini kau tetamu aku”
Salmah mula menjilat kepala balak suaminya.
Kasim menekan kepala balaknya ke cipap Salmah.
“Ohhhhhh emmmm” Keluh Salmah sambil terus menghisap balak suaminya.dan ponggongnya
menyuakan cipapnya ke atas sedikit bagi membolehkan balak Kasim terus rapat ke dalam.
“Ahhhhhhh ehhemmmmmmmmmmpphhhhh” Jiman mendengar suara Mak Usunya apabila dia
menghampiri biliknya. Jalannya tiba-tiba menjadi perlahan. Dia membuka pintu
biliknya, masuk dan menutupnya kembali dengan perlahan. Keinginannya untuk
segera ke lubang intaiannya cukup tinggi. Jarak dari pintu ke tepi dinding
bagaikan terlalu jauh. Berjengket-jengket dia dan akhirnya sampai jua ke lubang
idamannya.
“Emm best “ Jiman bercakap seorang diri. Jelas ibu tirinya sedang mengangkang
menahan untuk bapanya. Oppps bukan, Jiman hampir tak percaya apa yang dilihatnya.
Bukan bapaknya yang menyetubuhi ibu tirinya tapi Pak Cik Kasim. Macam mana boleh
terjadi nie.
“Tekan banggg Kasimmmm tekan dalammm yeahhhh Mah dah dekat nie” Kelihatan ibu
tirinya mengayak ponggongnya melawan setiap tusukan balak Pak Cik Kasim.
“Oh Mak Usu curang pada bapa” fikir Jiman.
Bagaimana bapanya yang tegas boleh tak ada di rumah ketika ni. Fikiran Jiman celaru.
Rasa tak sanggup dia nak lihat kejadian disebelah. Mak Usu yang baik padanya kini
curang pada bapanya. Namun begitu keinginan Jiman untuk menonton adegan ghairah terus
menarik matanya untuk terus mengintai. Tiba-tiba dia lihat di penjuru pandangan
sekonyong-konyong tubuh bapanya yang juga dalam keadaan bogel dengan balaknya yang
besar panjang mencanak keras naik ke katil. Bulat mata Jiman. Perasaan marah pada
Mak Usu dah bertukar menjadi ghairah yang amat sangat. Bukan Mak Usu curang, tapi
dalam pengetahuan bapa rupanya.
“Aghhhhhhhhhhhhhhh!!!!!!!!!” Jerit mak Usu. Mata Jiman kembali ke dalam bilik bapanya.
Kelihatan Mak Usu mengelepar dan melentik-lentik badannya. Pak Cik Kasim yang
kelihatan berminyak berpeluh tertiarap di atas badan Mak Usu yang juga kelihatan
berpeluh dan tercungap-cungap.
Perlahan-lahan Jiman menurunkan zip seluarnya. Dengan sedikit kepayahan akhirnya dia
berupaya mengeluarkan balaknya yang keras menegang.
“Ohhhh abangggg emmmm” Mata Jiman beralih ke lubang sekodingnya sekali lagi.
Kali ini bapanya pula yang menghenjut Mak Usu. Bunyi pap !pap !pap nya begitu
jelas mungkin kerana cipap Mak Usu dah becak dek air mani Pak Cik Kasim.
Kelihatan Pak Cik Kasim bangun dan berjalan keluar bilik.
“Hayun bang, henjut biar mah pancut lagiii emmmyeahhh lagi bang…. lagiiiiiiii”
Mak Usunya mula mengayak ponggongnya sekali lagi. Perlahan-lahan Jiman mula
merocoh balaknya.
Kasim ke bilik air membersihkan badannya. Dia rasa tidak bermaya sekali.
Empat kali dia henjut Salmah pagi ini. Puas sungguh. Lama dia mandi.
Apabila dia keluar kelihatan Salmah berkemban dengan tuala bersandar di luar bilik air.
Rambutnya kelihatan kusut masai. Keliling matanya kelihatan lebam sedikit..kurang
tidurlah tu. Apabila Kasim hendak mengusiknya Salmah memberikan isyarat bahawa Jiman
ada di biliknya. Kasim terus berlalu masuk kebiliknya.
Jiman terlentang di atas katilnya. Dia sekali lagi pancut airmaninya ke dinding
tepat ketika bapanya mencut dalam cipap ibu tirinya. Fikirannya mula ligat berfikir.
Dia mesti cari akal. Kalau Pak Kasim dapat ibu tirinya..dia pun mesti dapat jugak
“Mulai hari ini kau jangan datang lagi ke rumah aku ni” Kata Sani pada Kasim Kasim
tercengang. Salmah juga tercengang. Jiman mendengar dari dalam bilik.
“Biar betul ni Sani” Balas Kasim.
“Aku serious ni” Terus Sani “Kau jangan datang lagi sehingga kau kawin dan bawa
isteri kau kemari.”
Kasim menganggukkan kepalanya. Baru dia faham.
Salmah juga faham yang suaminya nak merasa cipap isteri Kasim pulak setelah dia
menyerahkan cipapnya kepada Kasim. Lama Kasim bermenung, sesekali dia merenung
wajah Sani dan sesekali beralih kepada wajah Salmah.
“Baiklah Sani, aku akan cuba, aku tahu susah aku nak dapat isteri macam Salmah
ni dan aku nak ucapkan terima kasih kepada kau dan Salmah kerana menjadi rakan
karib aku dari dulu hingga sekarang” Kasim bangun dan bersalam dengan Sani “Aku
harap kau berdua bahagia” Sambil mencium pipi Salmah.
Hampir senja itu kelihatan kereta Kasim keluar dari kampung tu.
“Esok abang akan ke bandar uruskan hal perniagaan, mungkin lusa baru abang balik.
Mah duduklah dengan Jiman” Sambil berpegang tangan mereka beredar dari pintu
setelah kereta Kasim jauh meninggalkan halaman rumah. Jiman yang berada di
ruang tangga yang turut menghantar Pak Cik Kasim berlalu turut mendengar
rancangan bapanya dan Jiman juga ada rancangan tersendiri.
“Pak boleh tak esok Mak Usu pergi tengok rumahnya sebab tadi Seman anak Pak Abu
tu sedang mencungkil pintu dapur, nasib baik Jiman lalu kalau tidak harus rumah
tu dah dicerobohinya”
Sani berhenti daripada berjalan ke dalam bilik dan menoleh ke arah anak bongsunya
itu dan berpandangan dengan Salmah.
“Elok juga, tapi Jiman kenalah temankan…boleh?” Sani senyum sambil terus memimpin
isterinya masuk ke bilik. Jiman juga tersenyum.
Sayup-sayup kedengan muazzin melaungkan azam menandakan masukkanya waktu maghrib
dan pada ketika itu juga Salmah mengeluh dan mengerang menerima tujahan daripada
suaminya yang entah kali keberapa hari tu.
“Ye bangggg uhh uhh uhhhh uhhh emmmm” Suara Salmah diiringi oleh bunyi katil.
Jiman sekali lagi ke lobang ajaibnya dan tangannya secara automatik membelai zakarnya.
Hayun Pak…..Jiman nak pancut bersama.
#by_lanmaxtremeblog
264 notes
·
View notes
Text
Di usia segini baru sadar bahwa ternyata bukan banyaknya aset, kekayaan, atau apa pun versi "kehidupan sempurna" kata orang, yang kita cari.
Tapi hati yang jauh dari rasa iri, ketika melihat ke atas.
Hati yang jauh dari sifat sombong, ketika melihat ke bawah.
Hati yang diberikan ketenangan, kendati seluruh dunia di sekitarnya kacau balau.
Itu kenapa akhir dari shalat adalah salam ke kanan dan salam ke kiri.
Karena finalisasi dari kehidupan manusia bukan hanya untuk ke kanan terus (senang terus). Bukan juga untuk ke kiri terus (sengsara terus). Tapi "salam".
Keselamatan dari hal-hal yang menyenangkan agar tidak terlena dengannya.
Juga keselamatan dari hal-hal yang menyengsarakan, agar tidak terlarut dengannya.
Finalisasi dari shalat adalah keseimbangan. Dan shalatmu adalah cerminan dari hidupmu.
#shalat#islam#writers on tumblr#female writers#self worth#self love#love#life quotes#tulisan#quotes#self care#tumblr quotes
92 notes
·
View notes
Text
UPAYA..
ketenangan yang seperti apa yang ingin kau cari jika cara-cara yang kau tempuh saja semakin membuatmu jauh dari Allaah. kebahagiaan yang seperti apa yang ingin kau dapatkan jika dalam proses menujunya saja semakin membuatmu lupa apa itu penghambaaan kepada Allaah. lalu, senyum yang seperti apa yang ingin kau upayakan jika dalam mewujudkannya kau lupa apa itu kejujuran.
semua hal yang kau tempuh dan kau upayakan adalah semu jika hal itu tak sesuai dengan syariat yang telah ditetapkan. jalan kebenaran memang melelahkan dan sedikit banyak berkelok ataupun sangat jauh. namun percayalah, jalan itu adalah jalan keselamatan yang mungkin pada hari ini banyak dari kita yang lupa bahwa perjalanan yang abadi dan sangat panjang itu bernama akhirat.
dunia ini sementara, ambilah peran dan bekal secukupnya untuk menuju akhirat. secukupnya ialah engkau tak merasa tamak pada apa-apa yang bukan menjadi bagianmu, dan engkau merasa cukup dan bersyukur pada apa-apa yang telah ditetapkan untukmu.
ketenangan, kebahagiaan, senyum tulus hanya akan hadir setelah jalan yang tempuh adalah sebuah jalan yang murni. yang benar-benar karena Allaah semata engkau melakukan itu semua. sebab konon katanya, jalan-jalan yang tidak sesuai syariat yang telah Allaah tetapkan. semuanya hanya bersifat sementara dan tak pernah benar-benar akan terasa sampai hatimu.
maka percayalah pada syariat yang telah ditetapkan, meski kamu sendiri, meski sedikit jauh dan berkelok, meski mungkin membutuhkan waktu yang sedikit berbeda dengan orang-orang di sekitarmu. setelah Allaah memberimu kelembutan hati dan hidayah kepadamu. jaga baik-baik hal itu dengan tetap menempuh pada jalan kebenaran. teruslah berjalan dan teruslah meminta pertolongan Allaah dalam segala hal..
136 notes
·
View notes
Text
Teruntuk perempuan-perempuan yang telah berjilbab syar'i bahkan yang memakai cadar, stop menormalisasi kebiasaan upload foto.
Tidakkah peringatan tentang mudhorat upload foto telah tersebar sekian kali? Lantas mengapa masih bermudah-mudahan berulang kali?
Jangan sampai kalian menjadi orang-orang yang fisiknya tersembunyi di dalam rumah, tapi foto-fotonya tersebar ke segala penjuru dunia maya. Dinikmati, dipandangi, dikomentari dari segala sisi.
Memang benar, tidak ada dalil mutlak yang menyebutkan larangan perihal upload foto.
Tapi ulama-ulama kita telah memberi peringatan kepada kaum wanita untuk tidak bermudah-mudahan menampilkan dirinya. Karena mudhoratnya amat besar, fitnahnya menyambar-nyambar.
Tidak semua hal mesti dipertontonkan. Tidak semua hal mesti dibagi ke ruang publik. Jika bukan untuk mencari validasi, lantas apa tujuan dari foto-foto itu tersebar? Untuk dilihat banyak orang, bukan? Untuk mendapat like dan komentar, 'kan?
Hanya karena sebagian influencer bercadar juga memposting foto-foto mereka, lantas kamu pun menjadi pengikutnya? Menjadikan dirimu menghempaskan rasa malu layaknya mereka?
Jika ada 100 orang lelaki yang menyukai akhwat bercadar dengan ribuan foto yang tersebar di akun mereka, percayalah 10 orang di antaranya justru menganggapmu aneh dan tebar pesona. Bahkan ada yang menggunjingmu di kelompok-kelompok mereka.
Tidakkah kau merasa malu? Saat namamu naik daun di kalangan para lelaki. Bukan, bukan karena prestasi. Tapi karena hobimu berfoto selfie dan tebar pesona di sana-sini.
Maka berhentilah mencari-cari alasan perihal foto itu mesti disebar. Berhenti mencari-cari pengakuan atas dirimu. Berhenti memancing orang lain berbuat dosa dengan foto-fotomu.
Karena jika hari ini kau berhujjah perihal lelaki yang mesti menundukkan pandangan, lantas mengapa kamu tidak berusaha untuk menjaga diri dan kehormatan?
Kamu mungkin melakukan kesalahan kemarin atau mungkin hari ini. Tapi esok, berjanjilah untuk tidak lagi.
Dan bukankah salah satu bagian dari hijrah adalah berhenti mengupload foto diri?
07.23 p.m || 25 November 2024
Source : @ulvafdillah
#tulisan#ulvafdillah#cerita#tulisansepanjangtahun#puisi#puisiindonesia#sajak#prosa#daily poem#kisah#nasihatislami#nasihat#uploadfoto#hijrah#perempuan#wanita#cadar#selfreminder#islampost#islamic#moslem
70 notes
·
View notes
Text
Tenang di Dunia Yang Sibuk
Kalau kamu lagi ngerasa galau banget tentang hidup ini, aku saranin untuk nontonin konten Youtube dari Kang Zein Permana. Ajib banget.
Beberapa minggu kebelakang memang lagi marathon konten-konten beliau di Youtube. Ternyata ada loh psikolog muslim yang easy going dan relate banget sama anak muda.
Saat ini aku lagi baca buku beliau yang berjudul "Tenang di Dunia Yang Sibuk". Buku ini ngebantu banget dalam proses berdamai dengan gemuruh pikiran.
Boleh jadi, sebab riuhnya pikiran kita bukan soal dunia luar, tapi hilangnya komando kita untuk mengontrol pikiran kita sendiri. Kata beliau dalam bukunya, konflik terbesar yang dialami manusia adalah konflik dengan dirinya sendiri.
Pikiran kita ibarat lalu lintas yang padat berisi harapan-harapan, ekspektasi, memori, dan penyesalan masa lalu yang bermuara kepada persimpangan yang berisi utopia kehidupan, ekspektasi, standar orang lain, tekanan keluarga, atau ketakutan dalam menghadapi masa depan.
Lalu gimana caranya kita tenang?
Yang pertama adalah kesadaran. Ini mirip banget sama isi buku Remake dari mas Bagas Rais di tulisanku yang berjudul hidup untuk orang lain.
Kita harus sadar bahwa kita tidak bisa mengontrol faktor eksternal, yang bisa kita kontrol adalah persepsi kita sendiri. Dari sini kita harus menyeleksi arus informasi yang berpotensi menghilangkan jati diri. Hidup ini nggak boleh mematok standar dari orang lain. Seminimalnya itu.
Yang kedua adalah tanggungjawab. Hidup kita adalah tanggungjawab kita untuk mengaturnya. Mulai dari input seperti apa dan mau dibawa kemana.
Terkadang kesalahan kita tidak mampu menganalisis kebutuhan yang cocok untuk diri sendiri dan tujuan apa yang hendak dicapai. Dari sini akan berpotensi menjadi stress dan cenderung menyalahkan pihak lain atas kegagalan dari ekspektasi kita. Padahal semua bermula dari input yang kita berikan untuk diri kita sendiri yang kurang pas atau kadang too much information.
Yang terakhir adalah kemampuan menavigasi komplektivitas hidup. Soal ini kita perlu pinter-pinter cari lingkungan. Kita akan jadi wangi kalau dekat dengan penjual parfum.
Manusia tidak bisa hidup dengan dirinya sendiri, perlu ada orang yang saling mengingatkan satu sama lain dalam kebaikan. Tapi ya namanya manusia pasti banyak mengundang kecewa kan? Ini balik lagi ke soal Tauhid bagaimana kita benar-benar meresapi kabar bahagia dan pertolongan dari Allah beriringan dengan ujian yang diberikanNya juga.
Urusan teknis, kita jalani apa yang bisa kita ikhtiarkan sembari tetap jangan hilang harapan. Kegagalan dunia itu adalah proses untuk pendewasaan diri.
Ya intinya jalani dan hadapi. Semoga Allah mudahkan. Aamiin.
Ahad, 08 Desember 2024 Sedang Belajar Tenang
#abamenulis#menyambutkemenangan#seperempadabad#mengerikan#catatankemenangan#dakwahkampus#pemudaislam#ceritabukuaba#monologpemimpin
62 notes
·
View notes
Text
Postingan
Saya hanya mau bilang sedikit. Kalau lagi pakai media sosial, Instagram misalnya, selalu luangkan waktu untuk merespon postingan temanmu. Meski dengan sekadar celetukan lucu, pujian, doa, dan reply-reply random. Kadang kita tidak sadar telah menjadi zombie yang angkuh: hambar melihat aktivitas orang lain dan sentralistik egois terhadap diri sendiri. Ini yang menjadikan media sosial akhirnya penjara pikiran yang menyesatkan. Memuat jiwa-jiwa jadi kosong melompong.
Gunakan momen postingan tersebut untuk terlibat percakapan dengan mereka. Bahkan sekadar komentar receh pun tidak bermasalah. Kita bisa tetap jadi orang yang ramah tanpa perlu berpura-pura. Bukan buat siapa-siapa atau cari perhatian manusia. Bukan. Tapi untuk menjaga diri kita sendiri dari karakter yang tidak memanusiakan manusia.
Ambil bagian membentuk sirkel yang positif dan saling terhubung dengan kebaikan-kebaikan.
249 notes
·
View notes
Text
Belajar Mengakhiri
Tumbuh dewasa mempertemukan kita dengan banyak hal yang rasanya harus kita pelajari. Menempatkan diri kita pada kondisi awal untuk banyak hal, belajar ini dan itu, memulai ini dan itu. Banyak hal yang ingin kita kuasai, ingin kita segera lakukan.
Sampai-sampai di saat dewasa, seiring berjalannya peran-peran baru yang mungkin kita ambil, prioritas yang mulai berubah, dan segala hal yang terjadi membuat kita harus mengakhiri sesuatu. Tapi, kita tidak tahu cara mengakhirinya dengan baik.
Beberapa pertemanan juga mungkin telah melewati masanya, orang-orang yang dulu dekat, suka pergi bareng, tiba-tiba menjauh dengan sendirinya. Tidak ada masalah apapun, tapi tiba-tiba saja rasanya semakin jauh dan semakin jauh hingga benar-benar menghilang tanpa sempat kita ucapkan salam perpisahan.
Mungkin kita juga belum pernah belajar mengakhiri pekerjaan. Saat kita bekerja di tempat orang lain atau bersama dengan orang lain. Saat kita menemukan kesempatan yang lebih baik, menemukan hal yang kita cari. Kita harus mengakhiri satu hal untuk kemudian memulai hal baru lainnya.
Dalam perjalanan, bahkan saat kita mungkin sedang kebingungan bagaimana caranya bisa memulai fase baru menjalani kehidupan berumah tangga. Ada teman kita yang kesulitan untuk mengakhiri rumah tangganya yang sudah sulit diselamatkan karena perselingkuhan, kekerasan, dsb. Ia tidak pernah diajarkan keberanian untuk mengakhiri sesuatu. Dan kita pun demikian, belum cukup belajar keberanian untuk mengakhiri hal-hal buruk yang menyelinap dalam kehidupan kita.
Ada banyak hal yang butuh kita akhiri untuk keluar dari masalah atau untuk memulai hal baru. Tapi, apakah kita telah belajar banyak tentang cara mengakhiri agar sesedikit mungkin menyakiti diri sendiri? Agar apa yang kita akhiri itu benar-benar berakhir tanpa meninggalkan masalah-masalah baru?
Apa hal yang sedang ingin kamu akhiri tapi kamu sendiri kesulitan hingga saat ini?
(c)kurniawangunadi
178 notes
·
View notes
Text
ridhonya Allah
Kata orang, hidup ini isinya mencari ridho Allah dengan beribadah. Jika Allah ridho, sesuatu itu akan terjadi. Namun, kalau dipikir-pikir, bukankah semua yang terjadi dalam hidup ini adalah atas izin dan ridho Allah? Semua takdir baik dan takdir yang menurut manusia kurang baik, bukankah semuanya adalah karena ridho Allah? Seperti kata seorang guru, tidak ada sehelai daun pun yang jatuh dan hanyut bersama aliran sungai dalam gelapnya malam tanpa ridho Allah.
Mungkin, ternyata ridho Allah itu tidak untuk dicari. Ridho Allah adalah semua takdir yang sudah dan yang masih akan terjadi. Oleh karena itu, ridho Allah hanya perlu dijalani. Justru, yang perlu dicari dan diusahakan itu adalah ridho diri kita sendiri. Kita ridho atas Tuhan kita, agama kita, nabi kita. Kita ucapkan itu berkali-kali dan kita mengupayakannya.
Kerap kita tertukar antara ikhlas dan ridho—atau menganggap keduanya sama. Ikhlas itu dari dalam ke luar. Ikhlas itu melakukan segala sesuatu karena Allah dan untuk Allah. Ikhlas itu tidak mengharapkan balasan apa-apa selain kebaikan dari Allah. Ikhlas adalah soal apa-apa yang bisa kita upayakan.
Sementara, ridho itu dari luar ke dalam. Ridho itu adalah soal bagaimana kita menerima yang terjadi kepada kita. Takdir dari Allah, perlakuan dari orang lain. Apakah kita ridho? Ridho adalah perihal yang di luar kendali kita. Ridho adalah tentang bagaimana yang ada di luar kita itu kita bawa ke dalam diri kita.
Kita harus ikhlas memperjuangkan keridhoan diri kita sendiri. Selanjutnya, kita harus ikhlas memperjuangkan keridhoan dari orang-orang terkasih kita, yang dari sanalah kasih dan sayangnya Allah akan tersulur. Terakhir, kasih dan sayang Allah itulah yang kita cari. Semoga kita mendapatkannya.
Terhadap hal-hal yang bisa kita kendalikan, ikhlaslah. Terhadap hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan, ridholah. Selamat memperjuangkan hati yang selalu ridho dengan ikhlas. *
[Tulisan di atas merupakan salah satu tulisan dari draf buku Yang Berbahagia]
prompt 4.
adakah hal-hal di dunia ini yang belum kamu ridhoi? kira-kira, apa upayamu agar bisa ridho?
234 notes
·
View notes
Text
Onde-onde
Jadi waktu aku ulangtahun kemarin, suami lagi dinas ke Surabaya. Sebenernya kemarin udah agak sebel karena dia selalu menerima pekerjaan di hari ultahku, setelah mikir-mikir lagi aku nggak jadi sebel karena ya kan kerjaan itu--aku juga yang menikmati😂
Nah, jadwal dia pulang dinas itu dini hari. Dia minta jemput. Wah pikiranku sudah berkelana kemana-mana, hmmm pasti dia mau kasih kejutan ini☺️☺️. Tapi lagi-lagi aku mencoba berpikir jernih, kayanya sih nggak mungkin ya dia kasih aku kejutan. Secara, dia nggak semanis itu😂
H-2 jam sebelum aku jemput dia, dia tanya nih, capek nggak aku, kalo capek gausah jemput. Oh fix ini emang ga ada kejutan apa-apa🤣 kalau kasih kejutan, pastilah dia keukeuh aku jemput ya kaaan... yaudah aku bilang capek jadi dia naik ojol aja pulangnya.
Besok paginya, dia bangunin aku dengan ucapan "Selamat ya!! udah tiga puluh tahun". Udah🤣 nggak ada kejutan, nggak ada kado, nggak ada apa-apa. Untungnya aku ga berharap apa-apa juga yah...
Terus aku cerita tuh... "aku pikir kamu bakal kasih aku kejutan lho, kan ada kesempatan itu, kamu pulang tengah malam, bisa jadi yg pertama ngucapin, bisa bawa hadiah atau bunga, atau apa gitu..."
Dia bilang, "iya maaf ya, aku nggak pinter beginian, kamu tau sendiri... ajarin aku ya gimana cara nyenengin kamu hari ini."
"Hehe iya nggak papa, aku juga tau diri. Tapi hari ini aku mau beli onde-onde kesukaan aku."
Dijawablah "okee!!! Kamu mau apalagi?"
"Aku mau beli nakas (meja kecil samping dipan) ya!"
"Siap tuan putri!"
Terus malamnya kita mau cari onde-onde, seperti biasa, di keluarga kami ada ritual makan dulu sebelum ke mall supaya ga kalap (ritual yg awalnya bagiku nyebelin karena ORANG GILA MANA YG KE MALL GA MAKAN???!!!) 😅
Singkat cerita, kita makan dan aku bilang ke manajer restonya kalo aku ultah, ada promo ga wkwkwkwk, turns out dikasi kejutan sama restonya🥰
Oke selese makan, kita ke mebel dan aku jadi dibeliin nakas, selese deh hadiah pertama, gas kita mau beli onde-onde. Dan ternyata jeng..jeng!! dia ada meeting😂
Mau nangis tapi masa iya nangis karena ga dibeliin onde-onde???? Mau ga ngambek tapi udah terlanjur ngambekk🤣🤣
Setelah dipikir-pikir, aku udah dibeliin nakas jadi aku ngambeknya cuma semalam aja. Hahaha.
Besok paginya aku sudah seperti mbak-mbak 30 tahun yg mature dan melanjutkan hari dengan gemilang. Aku menyapa suamiku dengan penuh senyum (wkwk), aku bikin sarapan, dan kami cerita-cerita lagi...
Setelah dipikir-pikir (wow aku banyak berpikir ya), aku bersyukur atas hubungan sehat dan dewasa ini.
1. Kami bahkan bisa menyampaikan dan bercerita dengan santai apa adanya perihal aku kecewa dia ga kasi kejutan, bukannya ga semua hubungan bisa?
2. Dia belikan apa yang aku butuh dan aku mau (nakas), meski ada hal yg kelewat, tapi namanya manusia hanya bisa merencana dan aku menerima, meski menerima dengan ngambek dikit wkwk
3. Dia minta maaf
Hehe aku pikir onde-onde cuma bumbu dari inti cerita ini. Aku bersyukur sekali diberi hubungan yang sehat. Hubungan sehat bukan berarti tanpa ngambek, tanpa perdebatan, atau tanpa ada gejolak. Hubungan sehat itu, perlibatan dua orang dalam suatu hubungan, yang dua-duanya terlibat aktif untuk saling menerima dan memberi yang terbaik. Hubungan sehat itu sesimpel nggak saling menyakiti. Kita bisa aja merasa sakit, tapi bukan karena pasangan kita sengaja menyakiti.
Ini cukup buat hadiah di tahun ini. Onde-ondenya besok aku beli sendiri bisa😅
120 notes
·
View notes
Text
Banyak dari kita
Banyak dari kita yang fokusnya ke "nyari jodoh" nya aja, memperbaiki diri yang nambah ilmu tentang pernikahan, komunikasi, keuangan, bahasa cinta pasangan, reproduksi, parenting, dll. TAPI lupa, lupa buat menjaga kesehatan badan sendiri, sebagai aset kesehatan sendiri, yang kamu nikmati untuk diri sendiri, dan di masa depan untuk keluarga mu.
Gak usah jauh-jauh ke persiapan hamil, mencegah stunting, XYZ, apa iya udah sayang sama badan sendiri? biar bisa kerja fokus gak anemia makanya mesti minum suplemen besi-folat. Apa iya udah aware sama dampak kurang vitamin D karna anti-matahari? makanya mesti minum suplemen vit D. Udah nyoba aktif olahraga? Udah konsumsi lebih sering buah sayur biar gak cuma gorengan yang masuk ke tubuh? Dan sederet praktek "sehat" lainnya, yang seringkali luput, seringnya ya ngopi sambil join kelas parenting.
Lupa, seakan yang penting itu ilmu pernikahan-parenting, cari calonnya, nikah, hidup bahagia. Kesehatan diri sendiri gak dipikirin.
27 Januari 2024
193 notes
·
View notes