#calon suami
Explore tagged Tumblr posts
Text
Dear, My Future Husband
Aku menuliskan ini dalam keadaan tidak memikirkan siapa pun. Teruntuk seseorang yang bahkan belum aku ketahui sosoknya seperti apa. Hai, perkenalkan, aku anak pertama dari dua orang bersaudara. Aku tumbuh dan besar dari keluarga yang utuh dan sepertinya normal layaknya keluarga lainnya. Saat menuliskan ini, usiaku 26 tahun 4 bulan 4 hari. Orang-orang mengenalku sebagai sesosok yang ceria, hangat, dan pendengar yang baik. Tapi mungkin nantinya, semakin kau mengenalku, justru kau menemukan aku berbeda dari apa yang orang-orang sampaikan.
Impian terbesarku dalam pernikahan hanya satu. Kita bisa “saling”. Aku selalu memimpikan pernikahan yang di dalamnya terdapat kerja sama. Kita adalah dua orang yang sedang berjuang untuk mendapatkan tujuan yang sama, bukan dua orang yang sedang bersaing untuk mendapatkan pemenang.
Aku adalah orang yang memiliki banyak trauma. Salah satu trauma yang aku punya adalah soal rasa percaya. Mungkin toxic yang aku punya adalah; aku tau bagaimana caranya mencintai, tapi aku gak tau gimana bisa percaya kalau orang lain mencintaiku. Aku tau, trauma ini adalah tanggung jawabku untuk mnyembuhkannya. Tapi kalau boleh aku minta bantuan, tolong yakinkan aku setiap harinya bahwa kau mencintaiku. Aku butuh kalimat yang tersampaikan.
Aku bukan wanita yang senang mengekang. Kau boleh bertemu dengan teman-temanmu. Bahkan mungkin aku juga bukan wanita yang pencemburu. Kau boleh memiliki rekan kerja perempuan. Aku menghargai apa pun yang kau lakukan, selama kau tidak menutupi apa pun yang memang seharusnya aku ketahui dan kau tau batasan.
Aku senang mempelajari hal baru, aku senang bertanya tentang banyak hal. Aku harap kau adalah orang yang bisa aku ajak berdiskusi tentang banyak hal di dunia ini. Tidak perlu berdebat, cukup sampaikan apa yang ingin kau sampaikan atau hal yang kau ketahui, dan aku akan melakukan hal yang sama. Di akhir diskusi, mari kita tutup dengan pelukan yang hangat dan tertawa bersama.
Aku menyukai hal-hal sederhana, sesederhana menikmati teh hangat di kala hujan, menertawakan hal-hal konyol, atau bahkan bernyanyi di atas motor. Kau boleh untuk ikut serta, akan aku kenalkan kau pada hal-hal indah nan sederhana yang ada di dunia ini.
Terakhir, aku ingin mengucapkan banyak terima kasih. Dari banyaknya wanita di dunia ini, terima kasih sudah memilih aku dan membuat aku yakin untuk memilihmu. Mari sama-sama kita wujudkan hubungan sehat dan terus bertumbuh menjadi manusia yang lebih baik lagi kedepannya. Mari kita saling berbahagia hingga ke syugra, suamiku..
- Pekanbaru, 17 Desember 2022
#sedih#wanita#pergi#cerita#cinta#pulang#sajak#bahagia#puisi#sendiri#lelaki#pasangan#calon suami#suami#masa depan#impian#keinginan#harapan#kebutuhan#rumah#kembali#istri
220 notes
·
View notes
Text
TERAMANAH, WA 0821-2237-8089, Buku Suami Qowwam
KLIK https://WA.me/6282122378089, Rumah Tangga Sakinah, Rumah Tangga Sehat, Rumah Tangga Yang Bahagia, Rumah Tangga Yang Sehat, Suami Qowwam, Suami Sholeh, Ciri Suami Sholeh, Suami Sholeh Menurut Alquran, Ciri2 Suami Sholeh
Suami Qowwam adalah, Suami TERCERAHKAN secara Mental dan Spiritual, sehingga sangat relevan dengan Istri, Seluruh Masalah Keluarga dan Masyarakat.
SPESIFIKASI BARANG:
Judul Buku: Serba 4 Menjadi Suami Qowwam
Pengarang Buku: Coach Hafidin
Harga Buku: Rp. 150.000
Halaman Buku: 168 H
Kualitas Buku: JERNIH
No pesanan : @rojali (wa 0821–2237–8089)
Jalumprit, RT.04/RW.01,
Waringinkurung,
Kec. Waringinkurung,
Kabupaten Serang, Banten
Kode Pos 42453
Lebih lengkapnya kunjungi juga :
https://www.tokopedia.com/samawapublisher
Media Sosial :
https://www.instagram.com/coach.hafidin/
#suamisholehmenurutalquran#ciri2suamisholeh#ciricirisuamisholehdalamislam#caricalonsuamiyangsholeh#ciricirisuamiyangsholeh#caramenjadisuamiyangsholeh#suamiyangsholeh#suamiygsoleh#menjadisuamiyangsholeh#Buku Suami Qowwam#Ciri Ciri Suami#Sholeh Dalam Islam#Cari Calon Suami Yang Sholeh#Ciri Ciri Suami Yang Sholeh#Cara Menjadi Suami Yang Sholeh#Suami Yang Sholeh#Suami Yg Soleh#Menjadi Suami Yang Sholeh
0 notes
Text
Melewatkan orang baik..
Tidak ada yang akan kusesali nantinya melewatkanmu ataupun menunggumu. Diantara keduanya ada konsekuensi yang akan memintaku saat aku memilih. Namun satu hal yang aku syukuri, setidaknya aku pernah diperjuangkan dengan sebagaimana mestinya. Meski pada akhirnya masing-masing dari kita memilih diam dan pergi untuk saling menjauh.
Tidak semua perjumpaan akan berujung pada kesepakatan. Tidak semua yang bertemu akan selalu bersama. Demikian, bukan?
Melewatkan orang baik itu nyata adanya. Edisi nemenin ibu jalan-jalan pagi. Pagi ini bertemu dengan salah satu teman pengajian ibu.
Ibu Y: ".... mba dandelion (nama disamarkan) qadarullaah nggak bisa lanjut proses kemarin, Bu."
Keluarga kami cukup dekat sehingga ibu Y seringkali bercerita banyak hal dengan ibuku.
Ibu Y: "Saya sedikit kepikiran, Bu. mba Dandelion setelah proses ta'aruf dengan Ikhwan tersebut, akhir-akhir ini lebih sering menangis, lebih menutup diri dari biasanya. Tapi setiap kali ditanya, jawabannya selalu diam dan memilih menghindar. Barangkali mba Nisa bisa ajak mba Dandelion ngobrol-ngobrol ya. Dari kemarin pengen ngobrol sama Nisa katanya. Tapi takut ganggu mba Nisa."
aku: "nggeh, Bu. Nanti saya coba chat mba Dandelion lebih dulu. Bertanya kabar, semoga bisa sedikit terbuka dengan saya."
Ibu Y: "ikhwan ini datang kerumah menegaskan bahwa tidak bisa melanjutkan proses ta'aruf. Mas F (inisial Ikhwan yg sedang proses) datang dengan kakaknya untuk menegaskan.
Awalnya mba Dandelion mengabarkan kalau akan ada seorang laki-laki yang Alhamdulillaah sudah ngaji dan Insya Allaah baik pemahaman agamanya. Suami saya menyambut dengan senang perihal kabar baik itu. Dan atas izin Allaah keduanya bertemu dan memutuskan untuk proses ta'aruf. keduanya ini saling tertarik dan merasa cocok satu sama lain. Delapan kali datang kerumah dan saling terlibat pembicaraan bersama.
Mas F bilang kalau belum bisa datang bersama bapak ibunya untuk meminta mba Dandelion dikarenakan ibunya sedang dalam kondisi sakit.
Kamipun paham kondisi mas F, dan kami mencoba memberikan garis ketegasan untuk anak perempuan kami satu-satunya ini. Bapaknya (suami saya) tidak ingin putri kesayangannya ini tidak ada kejelasan status. Bapaknya meminta agar ada kejelasan bagaimana kelanjutan dari proses ta'aruf ini. Akhirnya mas F mengatakan akan segera mengkhitbah mba Dandelion dengan cincin pemberian dari Ibunya.
Ketika waktu yang sudah dijanjikan akan datang untuk mengkhitbah, qadarullaah Ibu mas F Allaah panggil lebih dulu (meninggal dunia). Sehingga ini butuh waktu tiga minggu untuk melanjutkan kembali. Dalam waktu tiga minggu, mas F mengabarkan bahwa setelah ibunya meninggal dunia. Ayahnya jatuh sakit. Satu minggu setelah mendapat kabar sakitnya, kami mendapat kabar bahwa ayah mas F tersebut meninggal dunia.
Setelah dua minggu sepeninggal ayahnya, mas F tersebut datang kembali kerumah dengan saudaranya untuk menegaskan kembali bahwa ia akan tetap maju untuk meminang mba Dandelion. Namun butuh waktu untuk membicarakan hal tersebut dengan keluarga besar seperti saudara dari Ayah dan Ibunya sebagai perwakilan yang dituakan. Kamipun menyepakati, karena kami mencoba memahami tentang ujian demi ujian yang mas F lalui.
Dua Minggu berlalu, mas F ini mengabarkan via chat. Yang intinya masih butuh waktu untuk meyakinkan keluarga besarnya untuk melangkahi kakak perempuannya yang belum menikah dan belum memiliki calon. Kata keluarga besarnya, kasihan jika dalam suasana duka seperti ini, kakak perempuannya harus ditinggal apalagi dilangkahi oleh adik laki-lakinya untuk menikah.
Dalam adat jawa, tabu jika ada seorang adik melangkahi kakaknya untuk lebih dulu menikah. Apalagi jika itu adalah adik laki-laki melangkahi kakak perempuannya. Meski mas F ini sudah paham tidak ada demikian dalam agama, namun keluarga besarnya masih kekeh memegang adat demikian.
Sampai satu titik, mba Dandelion meminta kejelasan bagaimana ujung dari proses ini. Akhirnya mas F datang dengan saudaranya lagi untuk menjelaskan situasi yang sedang terjadi. Bahwasanya ia meminta diberi waktu untuk mencarikan calon untuk kakak perempuannya ini sampai akhir tahun ini agar bisa menikah. Harapannya agar ada yang menjaga kakak perempuannya. Setelah kakak perempuannya mendapat jodoh barulah ia bisa dengan lapang menikah.
Mendengar hal itu mba Dandelion memberikan tanggapannya, bahwasanya ia tidak bisa lagi memberikan waktu.
"Lebih baik dicukupkan sampai disini saja. Tidak usah melanjutkan. Saya tidak ingin terus-terusan dalam kondisi status berproses dengan seorang Ikhwan yang belum terlihat kejelasannya untuk sebuah komitmen. kita cukupkan sampai disini saja, jika memang berjodoh maka kita akan bertemu lagi dengan cara baik dan waktu yang terbaik menurut Allaah. Saya tidak ingin menunggu sesuatu yang semu. Saya tidak ingin membatasi diri saya dengan menunggu seseorang yang belum tentu akan menjadi jodoh saya. Saya tidak mau membuka pintu-pintu syaithan dengan mengatasnamakan ta'aruf. Ta'aruf kita sudah berjalan kurang lebih 7 bulan dengan delapan kali pertemuan ini. Saya tidak ingin menutup banyak kemungkinan yang akan terjadi nantinya. Iya, kalau sampai akhir tahun kakak perempuan mas bertemu dengan jodohnya. Kalau masih belum menemukan, bgaimana dengan saya? apakah masih harus menunggu lagi? Saya tidak ingin demikian, ini akan membuka pintu fitnah untuk kita dan keluarga masing-masing. Saya mohon maaf selama proses kata-kata dan sikap saya menyakiti hati mas dan keluarga mas. Semoga setelah ini Allaah beri kita kelapangan hati dan ganti yang lebih baik lagi." Jawaban mba Dandelion saat itu didepan kami semua.
Jelas Bu, saya menangis saat itu juga. Saya kaget anak perempuan saya langsung memutuskan demikian. Suami saya mencoba memahami kondisi anak perempuannya. Dan memutuskan untuk tidak melanjutkan proses ta'aruf ini dengan berat hati.
"semoga kita masih tetap menjadi saudara muslim yang baik ya mas, entah nanti kalian berjodoh atau tidak. Semoga ini adalah keputusan yang terbaik untuk kalian berdua." Ucap Bapaknya mba Dandelion.
"baik, pak. Ngapunten sanget jika saya membuat mba Dandelion dan keluarga kecewa atas sikap saya. Saya bisa memahami keputusan MB Dandelion. Insya Allaah, jika nantinya kakak perempuan saya sudah menemukan jodohnya tahun ini. Dan mba Dandelion masih belum menikah atau masih belum proses ta'aruf dengan siapa-siapa. Semoga masih diizinkan untuk menyambung silaturahmi nantinya ya. Saya meminta maaf untuk segala ucap, tindakan dan hal-hal lain yang kurang berkenan. Semoga Allaah berikan yang terbaik setelah ini." Jawaban mas F saat itu.
Dia Ikhwan yang baik, saya bisa melihat sikap dan kesungguhannya dalam mengupayakan, bu. Selama proses, saya dan suami menyelidiki latar belakang dan keseharian mas F. Bertanya beberapa hal pada tetangganya, dan suami saya juga pernah bertemu dengan mas F dalam barisan sholat subuh berjamaah. Masya Allaah, sekali memang.
Saat mas F berpamitan dan merangkul suami saya, saya melihat mas F menangis dan mengucapkan salam dengan suara yang gemetar. Sementara mba Dandelion langsung masuk kamarnya dan terdengar suara tangisannya.
Saya menangis, suami saya terlihat begitu sedih. Beberapa kali gagal ta'aruf baru kali ini mba Dandelion saya mendengar suara tangisannya. Kami mencoba lapang untuk terus menguatkan satu sama lain. Untuk tetap berbaik sangka kepada Allaah. Tahun ini mba Dandelion berumur 36 tahun, Bu. Hati saya ikut remuk setiap kali harus melihat kegagalan demi kegagalan proses ta'aruf mba Dandelion." Ungkap ibu Y dengan suaranya yang lirih dan menangis.
aku dan ibu hanya bisa saling menatap dan membisu. Ibu menangis seraya memeluk ibu Y untuk menguatkan.
~*
Barangkali kita pernah..
Merasa begitu beruntung ketika diingini oleh seseorang yang begitu baik, didoakan dalam banyak kebaikan, diberi hadiah tanpa melewati batas syariat, saling tak bersua namun saling mengupayakan.
Barangkali kita pernah..
Menjadi begitu istimewa ketika diperjuangkan, begitu bahagia saat kita mengetahui kita adalah seseorang yang diperjuangkan diantara orang-orang baik yang mengupayakannya.
Barangkali kita pernah..
Menjadi satu diantara pilihannya, menjadi tujuan perjalanannya. Meski pada akhirnya ketetapan Allah yang menjadi pemenangnya..
Barangkali kita pernah..
Melepas seseorang yang baik itu, menabahkan diri atas keputusan yang kita pilih. Sebab memaksa berjalan pada tujuan yang sama tidak menemukan titik temunya.
Barangkali kita pernah..
Dibuat takjub atas perjalanan yang Allaah kehendaki. Sesuatu yang kita tangisi dengan begitu, justru memberi lebih banyak arti atas serangkaian hidup yang kita jalani.
Barangkali benar, tidak semua kebaikan-kebaikan itu bertemu dan cocok. Cinta tahu kemana harus pulang, jodoh tahu kemana harus memupuk keshalihan. Menjadi baik adalah tugas kita, mencari jodoh yang baik adalah upaya kita. Pada akhirnya kita akan paham bahwa kita adalah ujian bagi satu sama lain.
*saya sudah izin kepada ibu Y dan mba Dandelion untuk menuliskan kisah ini dimedia sosial saya. Semoga Allaah tolong dan memberikan kelapangan serta ganti yang lebih baik.
#jodoh#tulisan#menulis#catatan#nasihat#wanita#kebaikan#perjalanan#syukur#pernikahan#rumah tangga#rtm#sajak rindu
353 notes
·
View notes
Text
Dialog Masalah
Dok, nanti edukasi pasien ini nggak bisa pakai BPJS ya.
Eh kenapa?
Pasien anak SMA, minum obat xx hampir satu strip, untuk menggugurkan janinnya. Dibelikan pacarnya online.. Jadi masuk kategori pembunuhan terencana.
Ujar staff BPJS di RS-ku.
Dok, anak-anak di SD ini susah akademisnya. Banyak yang ditinggal orang tuanya ke Jakarta, atau single parent.
Seorang kepala sekolah cerita padaku setelah usai penyuluhan.
Dok, tolong periksa pasangan calon penganten ya.
Oke
Tapi sudah positif.
Eh positif apa?
Hamil.
Seorang bidan meminta tolong sambil tersenyum iba.
Dok minta tolong visum ya.
Pasien apa, Mbak?
Ibu-ibu di KDRT, sudah 13 tahun dipukuli suaminya. Hari ini akhirnya berani memeriksakan diri.
Ujar seorang perawat saat kami di IGD.
Dok ini pasien hamil risiko tinggi, jangan lupa dirujuk.
Kenapa Bu?
Usia 15 tahun, sudah hamil 5 bulan
Percakapan di poli KIA.
Iya dok, anak itu dibully temannya karena hitam kulitnya. Sedari kecil susah mengikuti pelajaran, sosial juga kurang. Ibu bapaknya juga sulit diajak kerjasama.
Curhatan seorang guru TK tentang muridnya usai skrining perkembangan.
Bu, Pak. Anda berdua positif terkena penyakit Gonorrhea. Secara objektif ini saya sampaikan ada kumannya.
Lah, Dok? Saya gak tau dok kenapa saya sakit gini setelah menikah dengan suami saya ini!
Saya yakin saya nggak ‘jajan’, Dok. Istri saya pasti yang bawa penyakitnya!
Pertengkaran suami istri di suatu poli Infeksi Menular Seksual (IMS).
Ya Allah.. memang saat ini ummat sedang sakit ya. Semoga pribadi kita dikuatkan, keluarga dikokohkan, dan semoga Allah lindungi ummat dari kemaksiatan.
Selamat terus “belanja masalah” yaa, dan semoga Allah takdirkan kita menjadi yang bisa memberi solusi dari masalah, bukan diam saja, apalagi memperkeruh. Huhu.
-h.a.
156 notes
·
View notes
Text
Hard Conversation
Mungkin ada begitu banyak hal yang ingin kamu ingin diskusikan pada orang tertentu, terlebih orang itu adalah orang yang mungkin sangat signifikan keberadaannya dalam hidup. Seperti calon pasangan, orang tua, suami atau istri, anak-anak, dan relasi-relasi kedekatan lainnya. Suatu hari mungkin ada konflik atau hal yang mengganggu dan ingin sekali dibahas, tapi rasa takut untuk menyakiti pasangan, atau mungkin khawatir justru membuat masalah semakin besar.
Beberapa orang, mungkin memang tidak bisa diajak dalam “hard-conversation” tersebut. Alih-alih bersedia mendengar hal-hal yang tidak nyaman, sudah denial, sudah marah, sudah kadung emosional. Pernah nggak kamu ingin sekali membahas hal yang mengganggu perasaan dan pikiranmu berhari-hari bahkan bertahun-tahun, tapi nggak jadi-jadi. Karena memang tidak mudah untuk memulai percakapannya, juga tidak mudah menyampaikannya. Bahkan mungkin urusan-urusan yang dianggap tabu dalam suami istri, seperti masalah apakah pasangan puas dengan hubungan suami istri yang dijalani. Dengan orang tua, apakah kamu bisa mengungkapkan isi hatimu, keinginanmu yang mungkin berbeda sama orang tua tapi selama ini kamu tak bisa menyampaikannya. Kepada temanmu yang selama ini mungkin kata-katanya pernah menyakitimu, menyakitinya keterlaluan sehingga kamu memilih pergi alih-alih mengajaknya berbicara dahulu? Belum lagi singgungan urusan lainnya, pekerjaan, uang, anak-anak, dan sebagainya. Terlebih orang yang akan kita ajak bicara adalah orang yang memang akan seterusnya kita temui, bahkan setiap hari, bahkan kita tidak bisa menjauh dari mereka secara hubungan. Coba ingat-ingat lagi, seberapa banyak percakapan yang berat kamu sampaikan, sudah sekian lama, tapi kamu tetap takut untuk mengutarakannya. Rasa takut itu menyergap seperti serigala dalam gelap, tapi kita ingin sekali lepas dari beban pikiran dan perasaan itu. Bagaimana cara aku bisa memulai percakapan itu? (c)kurniawangunadi
381 notes
·
View notes
Text
Pengen berbagi cerita bulan ini, masya Allah banget dah. 3x taaruf semua gagal, apakah aku terlalu ruwet dan rewel? Apakah aku terlalu kritis?
1x entah ini ga ada kelanjutan nya, padahal ga bahas-bahas yang serius, 1x nadzor di Solo, berteman dan kenal hampir 2 tahun pernah lost kontak juga. Tapi kayak digantung saja hasilnya. Malah bertanya pada sendiri, ini orang bener serius apa enggak sih, buang waktu saja deh. Oh dia cuman penasaran maybe. Sudah dewasa lho dia.
yang ke 2x kali bener bener syari, pakai perantara, masuk sesi tanya jawab. Sampai pada akhirnya ikhwan nya mundur.
Afwan tuk Pertanyaan² itu tdk Ana jawab jdi Ana putuskan tuk mengundurkan diri dari ta'aruf.
"Moga Anthiy dpt yg lebih spesifik ats pertanyaan² Anthiy/ diskusi dgn ikhwan lain yg lbih baik dari Ana, Aamiin."
Baru tanya mau tinggal dimana setelah menikah dan bagaimana pengelolaan keuangan keluarga besok gimana, eeh udah mundur duluan, dilihat dari hobi dia suka hiking, membaca olahraga, umur sudah sangat matang sebagai laki-laki, pekerjaan mapan ( bekerja di perusahaan asing) harusnya jawaban nya sudah diluar kepala dong. Punya planning ke depan.
Aah bisa jadi aku yang terlalu rumit mengajukan pertanyaan. Ya sudah Alhamdulillah pokoknya,
Yang 3x nya, Ini perantara nya langsung minta nadzor tanpa sesi diskusi atau tanya jawab.
"Oh kok gini, bukan nya sebelum nadzor itu memang harus ada diskusi dulu, untuk lanjut nadzor, tapi ini malah ga boleh tanya tapi langsung nadzor? " gumamku, karena sudah terbiasa pakai pertanyaan dulu, aku bersikukuh buat ngajuin pertanyaan dan list nya sebagai berikut .
Pertanyaan untuk ikhwan, boleh dijawab via wa /chat lewat perabtara atau ketika saat bertemu (nadzor)
1. Masalah tempat tinggal; setelah menikah mau di mana? Kalau belum punya rumah apakah mau tinggal dengan mertua? Atau mengontrak?
2. Visi dan misi menikah nya bagaimana? dan bagaimana cara untuk mencapai visi misi tersebut?
3. Bolehkah nanti setelah menikah lanjut bekerja, traveling? Kalau tidak boleh bekerja gimana solusinya? Apakah buka usaha di rumah? Atau full mengurus rumah tangga?
4. Jika menikah dan sudah lama belum dikaruniai anak bagaimana menghadapinya? Atau sampai akhir menikah tidak diberi keturunan juga bagaimana? Atau diberi karunia seorang anak dengan kondisi yang spesial bagimana?
5. Bagaimana komposisi pengelolan keuangan atau manajemen keuangan rumah tangga besok?
6. Bagimana sifat atau karakter calon mertua atau ipar?
7. Bagaimana sikapnya saat melampiaskan emosi atau melampiaskan ketika marah, kesal dll?
8. Bagaimana pola asuh anak yang akan diterapkan besok setelah menikah?
9. Lebih suka istri yang pendiam, menurut atau yang kritis?
10. Setelah menikah minta pelayanannya yang seperti apa? Misal selalu diambilkan makanan dan minuman atau lain nya. Atau ingin selalu dilayani walau hal-hal sepele.
11. Apakah sudah paham tentang hak dan kewajiban suami istri?
12. Apakah perlu atau dibutuhkan pembagian tugas dalam rumah tangga?
13. Bagaimana kalau banyak perubahan fisik secara signifikan setelah menikah? Masih bisa menerima?
14. Jika pengelolaan keuangan rumah tangga nanti dikelola bersama, bagaimana konsep nya? Apakah berarti istri tahu semua pendapatan dan sumber penghasilan suami secara terbuka? keluar dan masuknya uang dlm rmh tangga?
15. Untuk persiapan mental, finansial dan ilmu sebelum menikah bagiamana ?
16. Kalau Selingkuh, Apa konsekuensinya? hal apa yg bisa dikatakan sebagai perselingkuhan ? standart e selingkuh itu yg kek gimana
17. Tipe yang mendengarkan atau tidak?
Mungkin ini dulu jika ada waktu mungkin saya bisa menambahkan.
Barakalllah fiikum.
Aah ga bisa berkata kata lagi aku, perantara pihak ikhwan merespon begini.
Ahsan di tanyakan pada saat ta'aruf Bu, bisa di sampaikan ke pihak akhwatnya, Alhamdulillah saya sudah pernah memproseskan lebih dari 10kali dan juga baru kali ini ada pertanyaan yg sebanyak itu, kayaknya pertanyaan yg begitu rumit akan menjadi penghalang/Ikhwan akan mundur nantinya, menurut ana selama ke dua pasangnya sebelum/setelah menikah akan Istiqomah dlm tholabul ilmi, menuntut ilmu syar'i akan menjadi kebaikan dlm rumah tangganya, Barokallahu fiikum.
Ahh bagaimana ini konsep nya? Apakah aku harus tanya yang ringan-ringan saja, dan seluruh pertanyaanku dibahas setelah menikah?
Aah bagaimana ini konsep nya.
Sudahlah.
@saarahsatujuan au aahhh gelap kak.
41 notes
·
View notes
Text
FYP (for your pengetahuan)
Kemarin malam, salah seorang (teman) adik laki-laki yang beda usia 8th bertanya padaku:
Lu udah 30 pernah gak kepikiran resiko mengandung?
Ku balas cepat: "Emang nikah cuma persoalan punya anak?" Kemudian dia kesal karna jawabanku begitu wkwk.
Dulu, banget, pas usia ku masih remaja belia kinyis-kinyis, usia lucu-lucunya berkhayal digandeng suami pas wisuda S1, ya, aku terpikir usia 30 keatas rentan hamil, "ayo nikah sebelum 30", pikirku.
Sekarang? ya aku tau, semakin berumur, tidak se-optimal ketika muda, untuk hal apapun, termasuk belajar, bekerja, dll. Tapi, pemikiran resiko hamil itu bukan prioritas, gak kepikiran malah. Mikirin diri sendiri aja dulu, merasa tenang aman dan nyaman gak sama pasangan, kalo gak tenang, ya ngapain ngejar sebelum 30. Pikiran yang sangat sempit.
Jangan sampai kamu mengorbankan diri untuk hal yang superficial. Gak usah jauh-jauh mikirin resiko hamil usia 30, kamu nya jaga kesehatan gak buat persiapan hamil? Tau gak kalo ibu hamil anemia itu bahaya buat anaknya? Tau pentingnya suplemen besi gak? Minum kopi tiap hari, neguk suplemen besi gak pernah, dan galau berat ingin nikah usia 20s. Komedi.
Dikira hamil cuma perkara ada bayi di rahim usia golden age 20s? Kalo mindset para calon ibu muda masih gini, apa yang kamu harapkan generasi emas 2045?
21 Oktober 2023
88 notes
·
View notes
Text
Ikhtiar Menemukan Pendamping Hidup (2)
"Ya Allah, aku memang belum baik. Masih banyak kekurangannya dan malu untuk meminta pasangan yang shalih dan mencintai Quran. Tapi orang tuaku, mereka adalah orang yang baik dan mencintai Quran. Ya Rabb. Kalau memang aku belum pantas mendapatkan suami seperti itu, izinkan orangtuaku mendapatkan menantu seperti itu ya."
Itu doa seorang teman yang dia ceritakan kepadaku. Berhubung dia anak perempuan satu-satunya di keluarga, jadi dari narasi doa seperti itu sudah tersirat maksudnya ke Allah ialah menantu untuk orangtua yang tidak lain akan menjadi suaminya. 😂
Tidak berhenti disitu saja, tapi dia dan ibunya serius untuk merayu Allah agar dihadirkan laki laki shalih dan cinta Quran yang kelak akan menjadi suami dan menantu di rumah tersebut. Karena hajat yang diminta besar, maka wasilah menuju kesana juga tidak main-main. Mereka berdua, tilawah 8 Juz sekali duduk. (Buatku itu sungguh tidak main-main 😂)
Dengan izin Allah, datanglah laki laki shalih, hafizh Quran, pejabat kampus, yang ketika dia menyebarkan undangan, orang-orang terkejut. Haah kamu nikah sama si itu? Masya Allah!!
Padahal tidak pernah berinteraksi sebelumnya dengan calon suami meski satu kampus. Pada usia yang sekeliling sepupunya sudah menyumbang cucu untuk nenek. Masa penantian mencari suami sebelumnya ia putuskan untuk hijrah ke luar pulau selepas sarjana, mengajar di sebuah pesantren selama setahun lalu hijrah lagi ke kota Bandung, melanjutkan studi S2 di ITB. Disana pun melanjutkan kembali hafalan Quran di lingkungan yang mendukung.
Pada usia tersebut, galaunya pasti ada, tapi alih-alih mencoba peruntungan dengan mendekat ke laki-laki yang dianggap berpotensi, atau mengeluh di sana sini, ia lebih memilih mengadukan semua kepada Illahi dengan terus mengasah kualitas diri.
Teringat lagi kisah tiga laki-laki yang terperangkap di dalam gua. Juga ayat di Quran yang membolehkan kita untuk mencari wasilah. Dan sebaik-baiknya wasilah ialah amal shalih.
Jadi, mungkin bisa dicoba sebagai ikhtiar. Mengingat kembali suatu amalan yang sudah pernah kita kerjakan dan kita ingat dalam pengerjaannya, tak ada tersirat nafsu riya disana. Lalu memohon kepada Allah. Ya Rabb, seandainya Engkau ridha aku pernah melakukan hal ini atau hal itu tolong kirimkan pasangan yang shalih untukku, juga menantu terbaik untuk orangtua, dan ipar yang baik untuk kakak adikku.
Namun karena kualitas diri kita jauh dibandingkan tiga laki-laki yang terperangkap dalam gua, doa itu jangan dituntut untuk segera pengabulannya. Terus diucapkan, hingga sampai di titik dimana kita terperanjat syukur karena terpesona dengan indahnya skenario hidup yang Allah ciptakan. Dan tak henti memantaskan diri, untuk senantiasa bertahan menyusuri jalan hidup yang baik meski tak menjadi yang paling unggul disana. Menjadi yang biasa saja tak apa, asal istiqomah senantiasa bertahta.
23 notes
·
View notes
Text
Ada salah satu pesan Abah yang aku ingat perihal memilih pasangan hidup. Beliau bilangnya pakai bahasa daerah yang aku artikan "Ngga papa ngga bagus yang penting baik. Ngga papa ngga kaya yang penting ada". Pas ku tanya apa maksudnya, beliau menjelaskan "Ketika memutuskan untuk memilih calon suami, kamu ngga perlu cari yang ganteng, tapi cari calon suami yang baik. Baik ilmunya, baik sifatnya dan baik akhlaknya. Kamu juga ngga perlu nyari cowo yang kaya, tapi kamu harus tahu dia keturunan siapa, keluarganya seperti apa. Cari calon suami yang memiliki rasa tanggung jawab, kalau dia paham akan tanggung jawabnya, artinya dia akan kerja keras dan berusaha untuk membuat ada (nafkah)".
Pesannya ternyata mencakup semua aspek dalam memilih pasangan hahaha
Btw aku baru sadar, ternyata abahku termasuk ke dalam semua kriteria itu. Meskipun ada minusnya, tapi sampai berpuluh tahunnya berumah tangga, artinya abahku termasuk lelaki yang bisa dipegang janjinya buat bertanggung jawab atas keluarganya.
- 12 Desember 2023
48 notes
·
View notes
Text
Pendidikan (calon) anak
Akhir-akhir ini algoritma media sosialku lagi banyak dipenuhi dengan konten-konten seputar parenting, video lucu anak-anak dan juga konten seputar rumah tangga. Lalu, mungkin dapat ilham dari situ, beberapa hari kemudian aku tiba-tiba kepikiran buat mulai memikirkan bagaimana jenis pendidikan yang ingin aku terapkan ke anakku nanti. Seperti pilihan jenis sekolah, metode pengajaran, dsb.
Lucu juga sih. Kayak, kepikiran buat nyari bapaknya aja belum, ini lebih duluan mikirin sekolah anaknya gimana hahahah.
Nah, mulai dari situ, aku pun mulai melakukan survei dan membuat banyak catatan. Sejauh ini keputusan yang aku buat beberapa di antaranya:
Aku ingin anakku homeschooling aja
keputusan ini aku pilih selain karena aku pengen punya lebih banyak waktu sama anakku dan juga pengen LEBIH banyak dapat bagian buat jadi 'guru' dia, juga karena ada ketakutan dan kekhawatiran sendiri melihat pergaulan dan lingkungan sekolah anak-anak masa sekarang. Iya sih, tidak semua lingkungan dan juga sekolah seburuk yang aku pikirkan, jadi aku gak boleh meregenalisir. Tapi kalau nanti aku bisa dapat sekolah yang mampu mengecilkan kekhawatiran itu, aku mungkin akan memilih opsi 'semi homeschooling'. Kalau dapat kesempatan dan juga rezeki berlebih sama Allah (AAMIIN) aku akan lebih memilih untuk pindah negera aja dan membesarkan anakku di sana. Sampai saat ini, kota Arab Saudi menjadi list negara yang pengen aku tinggali sama keluarga, sekalian nyari beasiswa semoga bisa lanjut kuliah di universitas Madinah ;)
Kurikulum
Kemarin aku sempat nanya-nanya ke kenalan yang punya homeschooling soal bagaimana kurikulum yang beliau terapkan di sekolahnya. Beliau ini mungkin belum tahu aku belum nikah jadi gak merasa aneh saat aku banyak nanya HAHAHA. Dari penjelasan beliau + survei-survei, aku jadi pengen menerapkan kurikulum internasional, arab saudi, dan juga membuat kurikulum sendiri.
Pola/gaya parenting
Ini aku banyak dapat gambaran dari konten-konten orang di sosmed dan juga dari buku-buku yang aku baca, meski banyak juga yang gak aku telan mentah-mentah, tapi aku filter dan sesuaian lagi sama tujuanku sendiri.
Sejauh ini baru hal-hal di atas sih yang masih aku pikirin. Untuk lebih detailnya nanti gimana pasti harus diskusi dan minta pertimbangan lagi sama pasangan kelak. Karena yang pasti bukan cuman aku aja yang mengambil peran, tapi dari suami (CAILAH) juga. Ini juga yang jadi pertimbangan aku untuk benar-benar mencari dan menemukan laki-laki yang punya tujuan dan visi yang sama denganku. Jadi untuk diskusinya nanti pasti lebih mudah karena kita udah punya tujuan yang sama.
Aku paham betul setiap pilihan pasti punya risikonya masing-masing. Sama halnya dengan pilihan-pilihan di atas aku pun juga udah tahu tantangannya akan seperti apa. Mulai dari memikirkan risiko-risiko itulah aku juga ikut memikirkan penyelesaian atau jalan keluarnya nanti gimana, plus mulai mempersiapkan dan melatih diri aku untuk menghadapi itu semua.
Memikirkan betapa besarnya amanah menjadi orang tua, untuk saat ini aku berpikir untuk cukup punya satu anak saja nantinya. Aku sadar betul kesanggupanku seperti apa, dan dengan hanya punya satu anak insyallah aku bisa lebih maksimal dalam mendidik. Aku suka dan sayang sekali sama anak-anak, tapi di satu sisi aku juga sadar diri bahwa keputusan memiliki anak bersanding dengan pemahaman bersedia mengemban tanggung jawab yang besar pula.
Banyak sekali PR yang harus dikerjakan sebelum menikah apalagi punya anak. Persiapan-persiapannya, belajarnya, dan perkara-perkara yang harus diselesaikan. Keputusan melahirkan seorang anak harus diambil oleh kedua belah pihak. Melahirkan anak dengan kesadaran penuh ingin menyayangi dan memberikan yang terbaik untuk mereka.
Mungkin itu yang jadi alasan banyak orang bilang
selesailah dengan dirimu sendiri sebelum menikah
Karena ketika kita sudah selesai dengan diri kita sendiri, kita sudah benar-benar mantap dan siap jadi seorang pasangan dan juga orang tua. Meskipun ada juga yang bilang bahwa jika kita menunggu kata siap, kita mungkin akan menghabiskan waktu seumur hidup. Tapi aku sendiri lebih berpikir bahwa definisi siap tiap orang itu beda-beda, jadi karena itulah baiknya kita buat pengertian 'siap' bagi diri kita masing-masing. Sehingga perasaan 'tak pernah cukup siap' itu bukan datang dari orang lain. Melainkan datang dari diri kita sendiri yang sudah kenal dengan diri kita sendiri, dengan segala kapasitas dan juga hal yang perlu dibereskan terlebih dahulu.
Setiap zaman punya tantangannya masing-masing. Terlebih kita yang hidup di akhir zaman seperti ini. Tantangannya berkali-kali lipat. Namun dengan persiapan yang matang, belajar yang tak henti-henti, doa yang tak pernah putus, kita juga punya harapan yang sama besarnya untuk bisa menemukan pasangan yang baik, dan juga membangun sebuah keluarga yang sama baiknya. Aamiin.
16 notes
·
View notes
Text
Baik Sangka
3 hari sebelum masuk bulan puasa, aku bertemu dengan dosen waktu kuliah dulu. Dosen yang sudah ku anggap seperti ibuku sendiri. Beliau sangat baik maa syaa Allah. Semoga Allah merahmati dan memberikan keberkahan untuk beliau.
Long story short, aku di panggil, "Nak, apakah kamu sudah memiliki pacar atau calon suami ? " Tanya beliau. Tentu saja aku kaget sekali. Seketika ku jawab "Belum ibu".
Beliau ingin mengenalkanku dengan keponakannya. Dari cerita beliau, terdengar 'si dia' adalah lelaki yang baik, punya agama yang baik dan akhlak yang baik in syaa Allah. Aku mengiyakan, mau mencoba untuk kenal. Dan rencana kalau aku iya, si dia akan mengambil cuti dan menemuiku di kemudian hari. Begitu cerita beliau padaku.
Bodohnya, aku tidak menanyakan siapa namanya. Tapi bagiku tidak terlalu penting, kali ini aku menyerahkan semuanya pada Allah. Benar-benar berpasrah. Bagaimanapun akhirnya, Allah mengetahui yang paling terbaik.
Selepas pulang dari pertemuan itu, ku bawa "wacana" Perkenalan itu dalam setiap sujud. Dalam setiap istikhorohku.
Ya Allah.. Aku beristikhoroh dengan ilmu-Mu, aku memohon petunjuk dengan kekuasaan-Mu. Engkau Maha mengetahui sedang aku tidak. Engkau mengetahui segala hal yang ghoib yang tidak ku ketahui. Ya Allah, jika laki-laki yang akan di kenalkan bu A padaku adalah lelaki baik, yaitu baik untuk urusan agama, dunia dan akhiratku. Maka mudahkanlah prosesnya, berkahilah setiap langkah prosesnya, dan takdirkanlah kebaikan pada kami. Persatukan kami dengan ridho-Mu. Namun jika sebaliknya, hal tersebut buruk untuk agama, dunia dan akhiratku nantinya maka palingkanlah dia dariku dan palingkan aku darinya. Berikanlah ganti terbaik. Buatlah aku ridho dengan segala keputusan-Mu.
Kira-kira seperti itu doa yang selalu ku lafadzkan selama 3 minggu terakhir.
Akhirnya Allah jawab doaku dengan "tidak".
Sore itu beliau menghubungiku kembali, seraya meminta maaf karena 'si dia' tiba-tiba ragu, beliau kecewa dengan keponakannya itu. Pun beliau sangat merasa tidak enak denganku.
Sungguh, aku tidak ada prasangka apapun kepada beliau kecuali kebaikan. Beliau adalah ibuku semasa di kampus dulu. Beliau adalah guru yang akan selalu ku hormati.
"Tidak mengapa ibu, doakan kami segera menemukan jodoh kami nggih ibu.. Entah kami berjodoh atau tidak, semuanya sudah Allah atur in syaa Allah. Saya sangat sayang dengan ibu, dan tidak akan ada yang berubah selepas ini. Ibu jangan bosan kalau mau mengenalkan saya loh bu, hehe" Kita kira begitu balasan saya pada chat yang panjang dengan ibu dosen tercinta.
Perihal pasangan hidup, Allah telah mengaturnya. Jangan menuhankan ikhtiar kita, apalagi perihal pasangan hidup. Urusan ini tidak hanya di dunia, tapi juga di akhirat. Maka mintalah petunjuk Allah.
Tulisan ini untuk menasihati diriku sendiri, bahwa bila suatu saat berproses kembali, tetaplah berpegang pada Allah. Minta di pilihkan-Nya. Minta di temani Allah dalam setiap proses ikhtiarnya. Agar tidak salah pilih, agar tidak ada kata "kecewa" Atau patah hati bila proses itu gagal.
Allahku.. Sepenuhnya aku menyerahkan urusan ini pada-Mu.
Blora, 31 Maret 2024
12 notes
·
View notes
Text
TERAMANAH, WA 0821-2237-8089, Buku Suami Qowwam
KLIK https://WA.me/6282122378089, Rumah Tangga Sakinah, Rumah Tangga Sehat, Rumah Tangga Yang Bahagia, Rumah Tangga Yang Sehat, Suami Qowwam, Suami Sholeh, Ciri Suami Sholeh, Suami Sholeh Menurut Alquran, Ciri2 Suami Sholeh
Suami Qowwam adalah, Suami TERCERAHKAN secara Mental dan Spiritual, sehingga sangat relevan dengan Istri, Seluruh Masalah Keluarga dan Masyarakat.
SPESIFIKASI BARANG:
Judul Buku: Serba 4 Menjadi Suami Qowwam
Pengarang Buku: Coach Hafidin
Harga Buku: Rp. 150.000
Halaman Buku: 168 H
Kualitas Buku: JERNIH
No pesanan : @rojali (wa 0821–2237–8089)
Jalumprit, RT.04/RW.01,
Waringinkurung,
Kec. Waringinkurung,
Kabupaten Serang, Banten
Kode Pos 42453
Lebih lengkapnya kunjungi juga :
https://www.tokopedia.com/samawapublisher
Media Sosial :
https://www.instagram.com/coach.hafidin/
#suamisholehmenurutalquran#ciri2suamisholeh#ciricirisuamisholehdalamislam#caricalonsuamiyangsholeh#ciricirisuamiyangsholeh#caramenjadisuamiyangsholeh#suamiyangsholeh#suamiygsoleh#menjadisuamiyangsholeh#Buku Suami Qowwam#Ciri Ciri Suami#Sholeh Dalam Islam#Cari Calon Suami Yang Sholeh#Ciri Ciri Suami Yang Sholeh#Cara Menjadi Suami Yang Sholeh#Suami Yang Sholeh#Suami Yg Soleh#Menjadi Suami Yang Sholeh
0 notes
Text
11 Agustus 2024 Pesan dari Bp. Zainal Abidin: Bagi calon istri, pelajari apa saja kewajiban seorang istri. Bagi calon suami, pelajari apa saja kewajiban seorang suami. -------- Jadi, apa saja kewajiban seorang istri? Dalam Islam, kewajiban seorang istri terhadap suaminya diatur oleh prinsip-prinsip yang bersumber dari Al-Qur'an dan Hadits. Beberapa kewajiban utama seorang istri menurut Islam:
Taat kepada Suami dalam Hal yang Makruf (Baik): -> Seorang istri diwajibkan untuk taat kepada suaminya selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Ini mencakup hal-hal seperti menjaga keharmonisan rumah tangga dan menghormati suaminya. -> Dalam Al-Qur'an, disebutkan, “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka…” (QS. An-Nisa: 34). 2. Menjaga Kehormatan Diri dan Rumah Tangga: -> Istri harus menjaga kehormatan dirinya serta tidak membiarkan orang lain masuk ke dalam rumah tanpa seizin suami. Ini termasuk menjaga aib rumah tangga dan tidak mengumbar masalah rumah tangga ke luar. -> Rasulullah SAW bersabda, "Sebaik-baik wanita adalah yang apabila engkau memandangnya, ia menyenangkanmu; jika engkau memerintahnya, ia mentaatimu; jika engkau bersumpah atasnya, ia menepati sumpahmu; dan jika engkau pergi, ia menjaga dirinya dan hartamu.” (HR. Abu Dawud). 3. Melayani Suami dengan Baik: -> Seorang istri dianjurkan untuk melayani suaminya dengan baik, termasuk dalam hal kebutuhan fisik, emosional, dan spiritualnya. -> Rasulullah SAW bersabda, "Jika seorang istri menunaikan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya, dan menaati suaminya, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja yang ia kehendaki." (HR. Ahmad). 4. Menjaga Harta Suami: -> Istri bertanggung jawab untuk menjaga dan mengelola harta suaminya dengan amanah. Hal ini mencakup menghindari pemborosan dan menggunakan harta sesuai dengan kebutuhan yang benar. -> Dalam Al-Qur'an, disebutkan, "Maka wanita-wanita yang shalih adalah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)…" (QS. An-Nisa: 34). 5. Mendidik Anak dengan Nilai-Nilai Islam: -> Sebagai seorang ibu, istri juga memiliki kewajiban untuk mendidik anak-anaknya dengan nilai-nilai Islam dan membesarkan mereka dalam lingkungan yang Islami. 6. Memberi Dukungan/ Support: -> Istri juga diharapkan memberikan dukungan kepada suaminya dalam menghadapi masalah, serta berusaha untuk menciptakan suasana rumah tangga yang penuh kedamaian dan kasih sayang. Dukungan secara emosional (memberi ketentraman, menghiburnya), dukungan dalam beribadah (mendorong ketaatan kepada Allah, mengajak kepada kebaikan), membantu dalam urusan kehidupan sehari-hari (mengelola rumah tangga, menjaga harta suami), dukungan dalam karir dan pekerjaan (menyemangati dan memotivasi), menjaga keharmonisan dan kedamaian rumah tangga (menghindari konflik yang tidak perlu, memelihara kasih sayang).
Semua kewajiban ini dijalankan dengan dasar cinta, kasih sayang, dan saling menghormati dalam pernikahan, sebagaimana suami juga memiliki kewajiban untuk memperlakukan istri dengan baik, penuh kasih sayang, dan menghormati hak-hak istri sesuai dengan ajaran Islam.
10 notes
·
View notes
Text
Ujian itu bernama, keyakinan..
Jika Allaah sudah berkehendak, dibelahan bumi yang jauh sekalipun. Jika memang takdirnya bertemu dan bersatu, maka mereka akan bertemu dan bersatu dalam kebaikan.
Sebab jika memang jodoh, Allaah akan menggerakkan kedua hati seseorang, bukan hanya salah satu diantaranya.
Pagi ini berjalan-jalan santai dengan ibu, ketika perjalan menuju pulang kerumah. Kami berdua mampir disalah satu teman dekat ibu yang sudah sepuh. Tahun ini memasuki usia 79 tahun, Masya Allaah sepuh sekali. Namun ingatan dan cara bicara beliau ini masih Masya Allaah baik sekali.
Dalam pertemuan kami, banyak sekali hal yang dibicarakan, dan banyak sekali hikmah yang saya dapatkan. Perihal takdir dan kehendak Allaah kepada hamba-hambaNya.
"mohon doanya ya, Bu. Mb Nisa ini sudah empat tahun menikah namun belum Allaah karuniai keturunan. Dua kali keguguran, semoga Allaah beri ganti dengan yang lebih baik lagi." Ucap ibuku kepada teman ibu yang sepuh itu.
"Qadarullaah, ya mb Nisa. Nggak apa-apa, Insya Allaah, baik. Yang penting kita sebagai manusia harus yakin, bahwa Allaah memberikan yang terbaik untuk kita. Mungkin terlihat sedikit lama, tapi percayalah pasti ada kebaikan yang sudah Allaah siapkan nantinya. Karena jika Allaah sudah berkehendak, sekalipun jauh dan nggak mungkin untuk ukuran manusia, hal itu akan terwujud diwaktu yang tepat." Ucap teman ibu dengan mata yang begitu berbinar sambil menatapku.
"Anak perempuan saya yang keempat mbak, dia paling sukses diantara ketiga kakaknya yang laki-laki. Menikah diusia 33 tahun sempat membuat saya dan suami khawatir sebagai orangtua. Perempuan usia segitu sudah waktunya menikah.
Berkali-kali gagal proses ta'aruf sebab dinilai kurang cantik, tak menyurutkan keyakinannya, bahwa takdir Allaah tidak pernah salah. Kalau dihitung-hitung mungkin sekitar lima belas kali gagal saat proses nadzor, mbak.
Singkat cerita, waktu aku ke rumah Malang, saya itu sakit. Dan pergilah berobat ke dokter. Saat itu saya diantar suami dan yang berjaga dokter laki-laki. Ketika diperiksa kami banyak ngobrol tapi saya nggak pernah bilang kalau saya punya anak perempuan yang belum menikah. Intinya, saya diminta untuk kontrol lagi satu minggu jika dirasa masih ada keluhan.
Satu Minggu saya ndak kontrol, karena saya harus balik ke Surabaya esok harinya. Ternyata malam harinya waktu saya dan suami silaturahmi ke rumah kerabat yang lain. Dokter tersebut telpon kerumah saya yang di Malang, nah yang nerima telpon itu anak perempuan saya.
Sampai rumah, anak perempuan saya bilang, "Bu, tadi ada telepon dari dokter A temen ibu katanya. Minta tolong ibu telpon balik, ini nomernya." Anak saya ngasih nomer yang sudah dia catat tadi waktu tadi mereka ngobrol.
Lalu, cepat-cepat saya hubungi dokter tersebut dan bilang kalau mungkin saya nggak bisa balik kontrol pekan depannya. Ketika saya telepon, dokter tersebut malah minta izin mau datang kerumah mau nadzor anak perempuan saya katanya. Saya masih kaget, langsung mengiyakan saja tanpa sempat bertanya kepada suami. Dan benar, keesokan harinya dokter tersebut dateng kerumah mbak, dan bilang kalau dia ini seorang dokter, duda punya anak satu, istrinya sudah meninggal setahun yang lalu karena sakit. Dan kedatangannya disini mau nadzor anak perempuan ibu buat menjadi calon istrinya.
Ditemuin sama Bapak diajak ngobrol panjang lebar dari jam 8 sampai jam 4 sore. Setelah sholat Dzuhur, suami saya bertanya ke anak perempuan saya tentang dokter laki-laki ini dan tentang niat baiknya ini. Siapa yang menyangka mbak Nisa. Anak saya yang sebelumnya nggak pernah pacaran ini, selalu menjaga diri, nggak pernah saya tahu dekat dengan siapa, suka sama siapa, nggak panik dengan usianya yang belum menikah yang penting baginya adalah belajar tentang persiapan pernikahan. Allaah gerakkan hatinya mau untuk proses dengan dokter tersebut. Setelah mereka nadzor dan banyak berbincang. Mereka berdua sepakat untuk lanjut ketahap berikutnya. Dan akhirnya mereka menikah, dikaruniai tiga orang anak.
Anak perempuan saya ini mbak, Masya Allaah sekali. Dia mungkin memang tidak cantik seperti perempuan pada umumnya, tapi hatinya sungguh cantik. Terkadang saya sebagai orangtuanya sampai mikir, ya Allaah apa bisa anakku ini menikah meski parasnya tidak cantik. Namun Allaah menjawab keragu-raguan saya. Allaah datangkan seseorang yang tampan, berbudi baik, bertanggung jawab dan menerimanya apa adanya. Kadang suka nggak nyangka aja dengan kisah perjalanan anak perempuanku ini mbak, namun sekali lagi sayapun takjub dengan kuasa Allaah. Sekalipun mustahil untuk ukuran manusia, tidak ada yang mustahil untuk Allaah. Jika memang jodoh, akan ada jalannya. Jika memang sudah Allaah kehendaki, akan terwujud sebagaimana sukarnya dalam proses itu.
Anak perempuan saya, selalu bilang gini ke saya, "Bu, tidak ada yang sulit bagi Allaah jika Allaah sudah menghendaki. Yakin saja sama Allaah, sebab Allaah sudah menjamin semuanya dengan ukuran kita sebagai manusia. Insya Allaah, keyakinanmu pada Allaah nggak bergeser dengan apapun Bu. Sekalipun usiaku untuk menikah nanti mungkin sudah tidak muda lagi."
Saya selalu membesarkan hati orang-orang yang sedang menunggu apapun itu dengan kisah ini mbak, bahwasanya Allaah Maha Mendengar doa para hambanya yang berdoa dengan penuh keyakinan kepadaNya. Tidak akan tertolak sebuah doa, sebab Allaah mengabulkan semua pinta hambaNya. Saya dulu sampai hampir putus asa, saya sampai mikir bagaimana kalau saya meninggal sementara anak saya masih belum juga menikah. Namun keyakinan saya hanya satu, bahwasanya Allaah tak akan memberikan ujian diluar batas kemampuan saya. Ketika saya diuji sebuah penantian tentang jodoh anak saya. Maka Allaah sudah menyiapkan balasan terbaik setelahnya.
Takjub sekali rasanya mendengar kisah yang penuh hikmah ini. Amalan apa yang dia lakukan sehingga kebaikan itu datang kepadanya dengan banyak kebaikan yang tak terduga-duga. Perihal keyakinan penuh kepada Allaah. Bahwa hanya karena sedikit terlambat, bukan berarti tidak pernah sampai. Semua penantian akan sampai diwaktu yang tepat menurut Allaah.
Before we question Allah timing, we must ask the more important question: am I ready to receive the answer to my prayer?
#tulisan#menulis#catatan#nasihat#wanita#kebaikan#perjalanan#syukur#menikah#pernikahan#pernikahanimpian
412 notes
·
View notes
Text
Hilang Arah?
Apa sih sebenernya yang dicari? Berkali-kali gue dibilangin, jangan terlalu tinggi buat kriteria. Iya ini prolog nya perkara jodoh emang. Di umur 26 ini yang temen-temen gue udah banyak punya anak 2😂 rasa nya udah kebal kalau ditanya kapan nikah. Senyam senyum aja minta doain, Allah yang tau, gue juga sendiri bingung. Kalo jodoh nya udah keliatan juga mau nya cepet gasi wkwk.
Sampai seminggu yang lalu, gue merasa kriteria yang gue masukin cv itu adalah bentuk minimal dari wujud calon suami. Dibanding waktu lulus kuliah kriteria gue udh jauh lebih mending padahal, tapi tetep aja, kata umi gue 1 banding 1000 laki-laki kaya gitu di Indonesia. Dibilangin sama umi kaya gitu jawaban gue sama, "aku cuma satu juga di dunia kok". Nah minggu lalu, gue dibilangin, apa yang kita cari di masa nyari jodoh itu ya yang akan jadi ujian di perjalanan pernikahan. Gue gatau ya asli nya gimana, tapi karena yang ngomong orang soleh jadi shohih dong.
Kata beliau, "maka itulah cari yang paling baik agamanya, karena ujian agama itu lebih mudah dilalui dibanding ujian dari faktor lain yang berat dunia nya". Ihiy, apa tidak telak wkwk. Poin utama nya, ya perbaiki dulu niat nya. Sebelum melangkah lebih jauh lagi.
Kenapa jodoh harus sekufu? Ya supaya fiid dunya wal akhirati hasanah. Tapi menggapai kufu yang sama, perlu proses panjang. Gue langsung ngerunut, apa-apa yang gue sebutkan jadi kriteria nyatanya akhir-akhir ini di gue sendiri abai. Terutama sunnah-sunnah yang sering banget kelewat. Poin utama itu jelas lurusin niat, tapi gue bener-bener lupa sama sekufu agama yang perlu gue usahakan saat ini. Ustadzah nya teh bilang, perbaiki dulu ibadah nya. Klise kan, tapi ya emang makin kesini bukan makin bener ibadah gue malah ngalor ngidul. Tilawah ramadhan aja ga sampe setengah capaian tahun kemarin, what a shame😂
Siapa yang hilang arah? Gue. Punya banyak pinta dan harapan tapi lupa mengetuk pintu langit. Merasa cukup karena hidup ini tidak sejungkir balik tahun-tahun kemarin. Ngga bersyukur banget kan? Tahun ini Allah uji dari sisi yang jauh berbeda dari sebelum-sebelumnya.
Most of part of this notes emang curhat sih wkwk. Ini gue kasih aji-aji dari ustadzah supaya tulisan ini ada berkah nya yakan. Beliau bilang, perhatikan 4 waktu. Apa aja tuh, solat kan 5 bukan 4. Iya ini baru juga buat gue, dan waktu searching susah nyari pembahasan nya. So here's the details :
Sebelum subuh
Setelah subuh sampai terbit matahari
Sebelum maghrib
Maghrib ke isya
Kata nya, manusia cuma diminta waras di 4 waktu itu aja. Waras in terms of kodrat manusia sebagai hamba Allah yang diciptakan untuk beribadah ya. Sisa nya sak karepmu, mau kejar dunia, sok mangga kejar. 4 waktu itu penting karena menandai pembuka dan penutup hari. Dibuka dengan yang baik, ditutup dengan yang baik. Sebelum subuh diisi dengan sholat tahajud dan perbanyak istighfar. Setelah subuh jangan tidur, tilawah plus baca arrahman alwaqiah. Sebelum maghrib banyakin memuji Allah. Rentang maghrib ke isya, mengusahakan untuk sholat isya dengan baik sebagai tanda sudah menutup hari ini dengan baik.
Terakhir, ditambah dengan total rakaat sunnah 40 rakaat, ustadzah bilang insyaAllah khawatir nya hilang. Lho bukan jodoh nya dateng? Iya bukan. Khawatir nya yang hilang. Keraguan akan masa depan dan berbagai kekhawatiran urusan dunia yang sudah digariskan.
At last, semoga yang hilang arah kembali ke jalan yang lurus dan diberkahi Allah. Semoga dijauhkan dari apa-apa yang buruk dan selalu didekatkan kepada kebaikan. Barakallah fiikunna😊😊
12 notes
·
View notes
Text
Cerita Menikah
ada satu kalimat yg membuat saya lebih tenang saat masih sendiri, kurang lebih begini "kita akan menikah hanya ketika Allah mengizinkan kita menikah". saya meyakini bahwa tugas manusia hanya sampai pada doa dan ikhtiar, masalah waktunya kapan adalah sepenuhnya hak Allah
proses taaruf kami berjalan tanpa kami rencanakan (walaupun tentu sudah Allah rencanakan) berlangsung kurang lebih 1 bulan dari taaruf hingga khitbah. banyak hikmah yg saya dapatkan dalam proses taaruf kami. pertama, pentingnya ilmu pranikah, baik ilmu tentang taaruf, khitbah, nikah, managemen keluarga dan lainnya. yaps, ilmu sebelum amal itu penting. itu juga sebagai pembuktian keseriusan kita untuk menikah, "ya Allah saya sudah berusaha belajar tentang pernikahan. tentang menikah dengan siapa, atau menikah dan tidak, terserah Engkau".
kedua, pentingnya punya batasan diri, menentukan apa yg harus dimiliki calon pasangan dan apa yg bisa kita toleransi jika tidak ada pada calon pasangan. segala sesuatunya akan terasa lebih ringan dan tidak membuang banyak waktu jika kita merencanakan dan menuliskan apa yg ingin kita pilih, kurang lebih sederhananya begitu.
ketiga, meminta dibimbing dan menyandarkan diri pada Allah. poin ketiga sangat penting. saya selalu berdoa bahwa saya tidak ingin memilih, saya minta dipilihkan Allah saja. bahkan seminggu sebelum hari akad itu tiba. dari yg tadinya yakin, tiba-tiba terbesit ragu, apakah pasangan saya nantinya bisa menerima, membimbing, dan mengayomi saya (?) terlebih menerima segala kekurangan saya (?) hamdalah setelah sholat, keraguan itu Allah hilangkan.
setelah akad dan mengenal suami lebih jauh, saya tak menyangka akan dipasangkan dengan dia, ya karna ternyata banyak kliknya. masyaAllah. padahal waktu taaruf komunikasi kami terbatas dan dia seperti orang yg pendiam pollllllll, setelah jadi suami malah hobi ndagel 🥲 lagi-lagi saya teringat doa-doa saya ke belakang agar dipasangkan dengan yg se-frekuensi. pernah di suatu pagi, suami bertanya perihal dari mana saya mengenal al-ma'tsurat, saya jawab sejak SMA. apa jangan-jangan kita dipersatukan karna doa rabithah kita? 😄
_____
katanya, jodoh adalah cerminan diri, tapi sampai sekarang saya merasa masih belum cukup baik untuk dia. Allah Maha Baik
semoga Allah mampukan kita untuk mengupayakan kebaikan dan perbaikan ya beb 🤍
14 notes
·
View notes