#berjodoh
Explore tagged Tumblr posts
Text
Berjodoh dengan kematian?
Banyak hal yang aku pikirkan Salah satunya tentang jodoh Lama sekali aku merenung Terkadang rasanya tak tenang
"Bagaimana kalau aku berjodoh dengan kematian?"
Mungkin Allah tidak mempercayaiku bertemu dengan seseorang Mungkin karena terlalu banyak dosa dan lalai aku lakukan
Karena pada dasarnya, prinsipku terlalu ideal Punya satu pasangan, sampai akhir kehidupan Menurutku, pernikahan adalah hal yang sakral Maka dari itu, disebut sebagai penyempurna separuh agama
Kalau jodohku adalah kematian Tak apa
1 note
·
View note
Text
Flying Solo Tour - MasPam
- 21 Juni 2019, Public, Malang -
0 notes
Text
tidak semua..
tidak semua kebaikan-kebaikan itu bertemu dan cocok. cinta tahu kemana harus pulang, jodoh tahu kemana harus memupuk keshalihan. menjadi baik adalah tugas kita, mencari jodoh yang baik adalah upaya kita. pada akhirnya kita akan paham bahwa kita adalah ujian bagi satu sama lain.
beberapa waktu ini berseliweran tulisan di media sosial seperti ini,
otak: gak harus dia.
hati: gak, harus dia!!
dan aku jadi teringat dengan beberapa kejadian waktu lalu, tentu cerita ini aku tulis sudah atas persetujuan kedua belah pihak. berawal dari suami yang sering dimintai temannya laki-laki untuk dibantu dicarikan jodoh. sejak awal suami tidak ada niatan untuk menjadi perantara seseorang mencari jodoh. namun entah mengapa suami berubah pikiran dan mau membantu temannya mencarikan jodoh.
suami melihat keseharian temannya ini yang Masya Allaah sekali. mulai dari keilmuannya tentang agama, adab, akhlaknya ia yang sopan, lemah lembut, serta secara fisik teman suami ini tergolong tinggi, kulit bersih terawat untuk ukuran laki-laki, berjenggot, dan teduh.
lalu suami membicarakan ini denganku, bertanya kepadaku apakah aku punya teman perempuan yang juga mencari jodoh. aku terpikirkan dengan seorang teman, aku kenal baik sebelum aku menikah bahkan sampai aku telah menikah. dia perempuan yang baik, lemah lembut sekali, tutur bicaranya lembut namun tidak lebay. dia cantik, berpendidikan tinggi (S2), agamanya baik, selama bermuamalah dia orang yang amanah. menurut pandanganku dia akan cocok dengan teman suami.
singkat cerita, aku dan suami bersepakat untuk membantu keduanya menjembatani proses ta'aruf. barangkali Allaah takdirkan mereka berjodoh,. karena akan Masya Allaah, sekali jika memang mereka bersatu. pertukaran biodata keduanya sama-sama ada ketertarikan, cocok dan bersepakat untuk lanjut ditahap berikutnya. tahap berikutnya mereka bertemu untuk nadzor. kedua belah pihak pun setuju, proses ta'aruf berjalan dengan baik.
selama proses ta'aruf berlangsung aku dibuat takjub oleh kedua pasangan ta'aruf ini. mereka benar-benar menjaga diri mereka dari hal-hal kecil selayaknya bermudah-mudahan berkirim pesan tanpa udzur. mereka berdua bahkan tidak tahu nomer satu sama lain. komunikasi dilakukan benar-benar melalui kami selaku perantara. komunikasi berjalan dengan baik, bahkan pertanyaan yang diajukan ketika proses bertemu benar-benar berbobot, tidak menya-menye, point penting ekonomi, pengasuhan anakpun mereka bicarakan dengan baik. keduanya bersepakat untuk lanjut ke proses khitbah dan bersepakat untuk menikah.
ujian dimulai.
ketika kedua belah pihak bersepakat untuk menuju jenjang pernikahan. mereka diuji satu sama lain. orangtua teman perempuanku jatuh sakit, ayahnya stroke. ketika ayahnya sakit, tanggal pernikahan yang sudah ditentukan terpaksa dimundurkan dari rencana. sebab temanku ingin melakukan baktinya sebagai anak sebelum menjadi istri orang. laki-lakinya setuju untuk menunggu beberapa bulan sampai ayahnya sembuh atau setidaknya bisa beraktivitas dengan tidak dibantu.
selama proses perawatan ayahnya, mereka berdua tidak ada komunikasi. benar-benar menjaga satu sama lain. lalu ujian berikutnya datang di pihak laki-laki. ibu dari pihak laki-laki memiliki calon yang ingin dikenalkan ke anak laki-lakinya. awalnya teman laki-laki suamiku ini menolak, sebab ia sudah berjanji akan menunggu ayah calonnya ini sembuh. namun ibunya sudah tidak sabar ingin melihatnya segera menikah, mengingat usianya sudah tidak muda lagi menurut pandangan sang ibu. "35 tahun umur yang sudah seharusnya bisa meanugerahi ibumu ini cucu"
meski teman suamiku ini sudah ngaji, sudah paham, namun ia mengatakan bahwa ia masih perlahan-lahan memahamkan Islam di keluarganya terutama ibu bapaknya. aku memahami ini, bahwa tidak semuanya dari kita cukup beruntung bisa lahir dan tumbuh di keluarga yang paham nilai-nilai dasar agama Islam.
sampailah pada putusan final, suami mendapat undangan langsung dari teman laki-lakinya tersebut. suamiku cukup kaget dan menanyakan bagaimana dengan proses ta'aruf yang ia jalani. sebab dari kabar terakhir keduanya memutuskan untuk ditunda, menunggu dan saling menjaga ditempatnya masing-masing. belum ada salah satu pihak yang memutuskan untuk diakhiri.
pada akhirnya teman suami merangkul suami dengan meminta maaf dan menangis. ia siap pergi menemui teman perempuanku untuk mengakhiri proses ta'aruf nya dan meminta maaf sebab memutuskan sepihak. dia tidak menjelaskan kenapa akhirnya ia memutuskan memberikan. undangan ke suamiku. namun setiba dirumah suami bercerita dan akhirnya kita mencoba memahami sudut pandang satu sama lain, bahwa tidak semua kebaikan-kebaikan akan cocok. tidak semua ikhtiar baik yang dilakukan akan berakhir dengan kesepakatan. bahwa tidak semua rencana manusia akan berjalan sesuai dengan kemauannya. manusia boleh berencana bagaimanapun, pada akhirnya Allaah yang menentukan takdir untuk kita semua.
singkat cerita, aku, suami, dan teman laki-laki suami bertandang kerumah teman perempuanku. untuk meminta maaf, untuk meminta kelapangan hatinya, untuk memutuskan proses ta'aruf ini. aku meminta maaf kepada temanku dan ikut menangis dengannya ketika selesai, dan suamiku juga menenangkan temannya yang menangis dimobil. rasanya semua merasakan sakit tak berdarah satu sama lain.
baru kali ini, aku merasakan sakitnya dari berakhirnya prosesi ta'aruf. bukan karena perempuan ini temanku, atau laki-laki itu teman suami. melainkan sedihnya melihat perpisahan kedua orang yang menurut pandanganku keduanya ini baik, dan akan cocok bila bersatu. namun sekali lagi Allaah lebih tahu mana yang terbaik untuk hambanya.
aku dan suami menghadiri pernikahan teman suami. kami berdua hadir di acara ijab qobulnya. berlangsung khidmat. aku berada diruang tunggu mempelai pengantin wanita. aku duduk bersebelahan dengan seorang ibu yang jika dilihat usianya seperti ibuku sendiri. rupanya benar, beliau adalah orangtua dari calon pengantin. aku memberikan tisu dan minum untuk menenangkannya, dan tak terasa aku dan beliau terlibat obrolan yang mendalam.
selama perjalanan pulang aku terdiam sambil ku takjubi apa yang sedang aku rasakan. aku bercerita kepada suami bahwa aku bertemu dengan ibu pengantin temannya. rupanya si A (inisial nama pengantin) ini sudah yatim sejak umur 5tahun, ibunya membesarkan dia dan kedua saudaranya sendiri. si A ini lulusan terbaik di LIPIA ditahun itu. seorang hafidzah, S2, dan dia punya yayasan tempat untuk anak-anak mempelajari Al-Qur'an. dan disaat yang sama aku mendapat kabar di Wa dari teman perempuanku. bahwasanya ada seorang kakak kelasnya datang kerumah dan memitanya langsung ke orangtuanya. dia menerimanya dan bersepakat bulan depan untuk menikah. sebab calonnya yang juga kakak kelasnya ini sedang menempuh study S3nya ini di Malaysia.
ya Allaah, lalu aku menangis. kedua orang baik ini bertemu dengan pasangannya masing-masing dengan caranya masing-masing. selama perjalanan pulang pembicaraanku dan suami hanya tentang mereka berdua. kami mencoba menelusuri satu per satu yang membuat masing-masing dari kami berpikir tentang bagaimana jodoh itu berjalan. bagaimana ketetapan Allaah itu terjadi.
if something is destined for you, never in million years it will be for somebody else.
Barangkali kita pernah. menjadi satu diantara pilihannya, menjadi tujuan perjalananya. meski pada akhirnya ketetapan Allaah yang jadi pemenang.
barangkali kita pernah. melepas seseorang yang baik itu, menabahkan diri atas keputusan yang kita pilih. sebab memaksa berjalan pada tujuan yang sama tidak menemukan titik temunya.
barangkali kita pernah. dibuat takjub atas perjalan yang Allaah kehendaki. sesuatu yang kita tangisi dengan begitu, justru memberi lebih banyak arti atas serangkaian hidup yang kita jalani.
pada akhirnya kita akan paham bahwa tidak semua kebaikan-kebaikan itu bertemu dan cocok. cinta tahu kemana harus pulang, jodoh tahu kemana harus memupuk keshalihan. menjadi baik adalah tugas kita, mencari jodoh yang baik adalah upaya kita. pada akhirnya kita akan paham bahwa kita adalah ujian bagi satu sama lain.
akhirnya aku memahami kembali, benar ya, seseorang yang begitu menjaga dirinya akan Allaah jodohkan dengan seseorang yang juga terjaga dengan baik. dan akupun juga menyadari bahwa sesuatu yang kita tangisi kelak akan kita syukuri pada akhirnya. Allaah tidak akan membiarkan hambanya yang sudah bersabar tanpa memberikan kabar gembira.
menuliskan ini dengan perasaan masih haru, dan berkaca-kaca, lalu hujan turun. || 19 Januari 2025
#tulisan#menulis#catatan#nasihat#wanita#kebaikan#perjalanan#syukur#doa#rumahtanggamuda#menikah#pernikahanimpian#pernikahan#ujianrumahtangga#ujian#proses#ta'aruf
337 notes
·
View notes
Text
Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepada kami kekuatan untuk terus menjaga komitmen ditengah naik turunnya keadaan, perasaan, dan segala dinamika yang terjadi selama delapan tahun terakhir. Saya mengawali perjalanan ini di umur 26 tahun, rasanya masih sangat muda kalau dilihat dari POV saat ini.
Dipikir-pikir lagi, jika saya melihat kembali ke diri saya di umur itu delapan tahun yang lalu, rasanya terlalu nekat. Banyak hal yang saya rasa belum siap, tapi entah kenapa berani. Mungkin, ada berkah dari ketidaktahuan, yaitu menjadi berani. Allah-lah yang menganugerahkan keberanian.
Rasanya sekarang-sekarang ini, pembahasan terkait pernikahan semakin ke sana ke mari. Marriage is Scary jadi tagline dimana-mana. Sementara yang pernikahannya berjalan baik-baik saja, lebih banyak diam menikmati momen kehidupannya. Jangan salah memilih referensi, itu penting.
Saya di umur itu, dengan segala kekurangannya, sangat terbantu oleh para guru dan mentor yang pernikahannya berjalan dengan sangat baik hingga hari ini. Belajar dari mereka tentang mengapa perlu untuk menikah, apakah menurut mereka sudah cukup siap, dan lain-lain di kala itu. Dengan segala keterbatasan yang kumiliki saat itu, ternyata saya bisa mengambil keputusan tersebut.
Benar juga kata mentor dan guruku saat ini, hampir sebagian besar kebaikan yang akan kita temukan sepanjang hidup misal terkait pekerjaan, finansial, spiritual, dsb. Salah satu cara untuk mencapai sana diawali dengan memilih pasangan hidup yang baik. Bersyukur sekali berjodoh dengan @ajinurafifah, delapan tahun yang lalu dibanding dengan hari ini, pertumbuhan rasanya berlipat eksponensial.
Saya yakin seyakin-yakinnya kalau sebenarnya banyak di antara teman-teman di sekitar saya atau mungkin pembaca di sini yang sudah siap untuk menikah, tapi rasa siap itu tidak bisa diyakinkan oleh diri sendiri karena salah satunya melihat pernikahan ini dari perspektif yang kurang tepat. Tidak mudah untuk yakin bahwa pernikahan membuka pintu rezeki, tidak mudah untuk meyakini bahwa pernikahan itu bernilai separuh agama, dan banyak ketidak mudahan lainnya.
Tapi, apakah tidak mudah itu berarti tidak bisa? :) Terima kasih untuk teman-teman online juga yang turut serta dalam proses bertumbuhku di sini, dari single remaja kuliahan yang galau, bikin suaracerita, buku pertama Hujan Matahari rilis, dan seterusnya hingga hari ini :)
148 notes
·
View notes
Text
Semoga yang pernah hadir dalam hidupku mendapat pasangan yang baik.
Hidup kita pernah beririsan, walau enggak berjodoh, ya gapapa. Terimakasih sudah menjadi bagian dalam cerita hidupku.
Semoga kalian baik-baik. Doakan semoga aku juga baik-baik saja. Aamin.
86 notes
·
View notes
Text
Menyemogakan tulus,
semoga selain diberikan kemudahan bertemu dengan orang yang tulus di sekitar kita, kita juga diberikan kesadaran yang baik untuk menyadari ketulusan itu sendiri, karena kenapa?
Karena rasa tulus itu bukan tabiat, tapi ia adalah kebiasaan yang harus dilatih, dilakukan, diolah menjadi rentetan pengalaman hingga menjadi persepsi.
Alih-alih belajar menjadi orang yang tulus, semoga kita juga bisa berjodoh dengan orang yang ketulusannya membuat kita terus banyak belajar. Mempelajari hidup yang tidak perlu dilebih-lebihkan, merasa cukup berkecukupan, ikhlas menjalani, dan tidak mudah menyerah karena lelah.
Kayaknya seru serumah sama orang yang tulus. Atau, lebih tepatnya;
kayaknya seru menjalani sisa hidup bareng seseorang yang melihat hidup adalah serangkaian pelajaran. Karena seberapa banyak ujian, kita sama-sama sepakat ada hikmah di setiap alurnya.
176 notes
·
View notes
Text
Ya Allah.. Di ramadhan kali ini, aku berdoa dan memohon dengan penuh harap kesrungguhan, jika memang Engkau mentaqdirkanku berjodoh dengan seseorang di dunia ini, taqdirkanlah dengan seorang laki-laki yang tepat menurut-Mu. ia yang hatinya Engkau genggam, ia yang menerimaku seutuhnya. Bukan hanya dia namun juga keluarganya. ia yang dengannya aku merasa cukup dan bersykur. Menjadi partner ibadah hingga jannah-Nya.
145 notes
·
View notes
Note
Kak pernah ga cinta ke seseorang sampai ngerasa kek cintanya tu dalemmm bgt ke dia? Sedalem itu, senyaman itu. Boleh ga si kak, kalo kita punya pola pikir kalo dia yg baik bgt sm kita ini, yg kita pun jg mncintai sebagaimana dia mencintai kita, itu kemudian berjodoh? Bisa ga ya kak mengusahakan takdir itu
Pernah. Sedalam itu dan memang senyaman itu. Pas lulus kuliah S1. Dalam kasus saya, dia juga punya rasa yang sama. Cuma karena kebodohan saya yang saat itu sangat idealis bodoh membuat saya mengambil keputusan super bodoh yang menjadi satu-satunya pilihan yang saya sesalkan. Hal terbodoh yang pernah saya ambil: mengakhirinya.
Bisa. Takdir itu bisa diusahakan karena memang Allah ﷻ menyisakan ruang “usaha” bagi kita agar kita bisa menghargai setiap proses takdir yang kita dapatkan. Apalagi jika sudah ada kecocokan, ya jangan ditunda lama-lama. Karena kita manusia sering banyak berpikirnya. Apalagi ditambah drama-drama komparasi dan buaian mencari yang sempurna. Gegara nampak upil sedikit di hidung, pikiran kita bisa liar dan dijadikan alasan untuk menilai yang macam-macam. Termasuk hal jodoh. Saya orang yang percaya jodoh itu harus diusahakan. Omong-kosong jodoh akan datang dengan sendirinya.
13 notes
·
View notes
Text
Dari Ketakutan, ke Ketakutan yang Lain
Aku ngerasa bahwa hidup itu adalah menjalani satu ketakutan ke ketakutan yang lain. Iya, paham, ini adalah pendangan yang sangat negatif. Tapi kalau kita liat lagi ke belakang, ketika kita kecil, kita takut ngga naik kelas. Takut ngga lulus SD, SMP atau jenjang pendidikan yang lain. Dulu kita takut ngga punya teman. Ketika kita masuk usia dua puluhan, kita takut belum berjodoh dengan seseorang padahal usia terus bertambah tak bisa dijeda. Ada yang relate?
Hidup itu lari dari satu ketakutan ke ketakutan yang lain. Bahkan ketika seseorang telah menikah, ada juga bayang bayang takut tidak mempunyai keturunan. Ketika mempunyai anak, kita takut anak itu terlahir “tidak sempurna”. Belum lagi tentang biaya membangun rumah yang sudah melampung tinggi, yang nggak dibarengi dengan kenaikan gajji yang sepadan. Gimana caranya orang punya rumah senilai 400jt kalau gaji bulanannya 4jt. Gaji itupun belum dipotong biaya bensin dan makan sehari-hari.
Jika hidup adalah lari dari ketakutan ke ketakutan yang lain, bagaimana kita bisa menjalani hidup ini dengan tenang? Padahal Allah sendiri mengatakan bahwa hidup itu adalah keajaiban. Ketika kita bisa bangun lagi di pagi hari, it means that Allah gives you chance to revert back, than enjoy what you want, anything.
“Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.” - (QS Al Jumuah 9-10)
Yang guru ya berati mengajar dengan baik. Yang pebisnis ya berati semangat buat ketemu client. Yang dokter ya berati mendedikasikan dirinya buat kesehatan pasien.
Menyebarkan manfaat. Membangun legacy. Karena pada akhirnya kita akan meninggal.
Dan harapannya, ketika kita bertemu dengan Allah nanti, kita bisa mengatakan “Ya Rabb, aku sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menaatimu dan menebarkan manfaat ke manusia, sebisa yang aku bisa. Dan aku bersyukur dengan kehidupan dunia yang dulu pernah Engkau berikan. Dan hari ini, aku memohon doa dan rahmat kepadaMu agar aku bisa berkumpul lagi dengan keluargaku lagi di surga yang Engkau janjikan bagi orang-orang yang beriman.”
43 notes
·
View notes
Text
Konsep jodoh
dari dulu aku paling bingung dengan konsep jodoh yang tepat itu bagaimana.
apakah orang yang menikah lalu bercerai artinya mereka mendapatkan jodoh yang salah?
apakah orang yang punya pasangan lebih dari satu itu berarti jodoh mereka ada banyak? lalu sebenarnya apa makna berpasang-pasangan itu?
apakah orang yang menjomlo sampai mati itu berarti mereka gak punya jodoh?
apakah orang yang pasangannya meninggal lalu mereka menikah lagi itu berarti jodoh mereka lebih dari satu?
apakah orang yang mengalami kegagalan dalam hubungan lalu akhirnya berjodoh dengan orang tepat itu artinya mereka punya jodoh yang tertukar?
Sampai seorang tamu dalam siniar Raditya Dika bilang gini,
"Menikah dengan seseorang itu tidak lantas menjadikan orang itu jodoh kita. Namun, menikah bisa menjadi salah satu jalan yang kita pilih untuk membuktikan bahwa dia adalah jodoh kita."
dari kalimat itu, aku mengambil kesimpulan bahwa yang namanya jodoh sebenarnya tidak ada konsep yang pasti di dalamnya. karena setiap orang memiliki cerita yang berbeda dan konsep jodohnya sendiri, sehingga nggak bisa kita samaratakan.
menikah pun tidak lantas menjadi sebuah patokan apakah seseorang yang kita nikahi itu telah menjadi jodoh kita yang sesungguhnya, karena masih ada kematian yang menjadi penentu apakah kita akan selamanya tetap bersama orang tersebut.
ada banyak sekali hal di dunia ini yang ternyata akal kita tidak mampu mengerti. bahkan pada sesuatu yang semula kita pikir kita telah memahaminya dengan baik, ternyata masih ada banyak hal lain di dalamnya yang harus kita pelajari lagi.
tapi bukankah itu yang membuat hidup kadang menjadi lebih menarik? di saat satu kesimpulan tak lantas bisa diaplikasikan pada semua kehidupan. ketika setiap orang harus berjuang mencari pemahamannya masing-masing akan suatu hal.
namun, jika boleh kusederhanakan lagi, konsep jodoh yang sesungguhnya buatku adalah saat kita dan pasangan kita bisa bersama sampai di surga nanti. bisa saling mengupayakan kebaikan masing-masing dan mendorong sesama untuk mencari ridho Allah agar kelak kembali disatukan di akhirat nanti di tempat yang lebih baik.
karena langgengnya sebuah hubungan tak serta merta dinilai hanya dari berapa lama waktu kebersamaan selama di dunia, melainkan juga di akhirat. karena di dunia yang sangat sementara ini, bagaimana kita bisa memaksimalkannya agar supaya masih bisa bersama dengan pasangan kita di surganya Allah nanti. karena buat apa punya hubungan yang harmonis di dunia, tetapi di akhirat kelak ternyata jadi berbeda jalan? ketika menikah tidak lantas menjadikan kita mendapatkan nasib baik yang sama di hari penghakiman nanti.
hal ini yang akan aku jadikan patokan dalam memilih pasangan nanti. apakah ia bisa membersamaiku dalam kebaikan tak hanya di dunia tapi juga sampai di akhirat kelak. apakah ia seseorang yang tepat untuk diajak saling bahu membahu mewujudkan cita-cita masing-masing tak hanya di dunia, tetapi cita-cita di akhirat juga.
10 notes
·
View notes
Text
Mungkin sekitar sebulan ini mengurangi sosmed, terutama tidak melihat story orang. Pas lagi gabut pertahanan ini runtuh dan balik lagi lihat story orang. Kagetnya hampir tiap di geser ada postingan teman yang khitbah, prewed, menikah, hamil, dan bahkan baru lahiran. Ternyata waktu mereka posting hampir bersamaan dan itu tidak sedikit alias banyak.
Sambil merenung aku bertanya-tanya “Kapan ya kira-kira berada di posisi mereka? Berbalut kebaya di hiasi senyum manis, berpose lihat cincin di tangan yang cantik”
Alih-alih matikan sosmed lagi, ada inisiatif untuk membalas semua story mereka sembari mengucapkan selamat satu per satu. Awalnya sakit, iri, cemburu, tapi entah ada rasa lega yang tidak bisa di jelaskan. Baru kusadari ternyata rasa iri itu menjelma menjadi rasa bahagia atas kebahagiaan orang lain. Aku beneran ikut bahagia, aku beneran senang melihat mereka senang.
Ya Allah, sebelum hamba berjodoh dengan kematian. Izinkanlah hamba memiliki keluarga yang sakinah mawadah warohmah dan menjadi seorang ibu pencetak peradaban. Tolong izinkanlah.
Mungkin di antara banyaknya cita-cita yang silih berganti. Cita-cita inilah yang tidak pernah berubah sampai sekarang. Sederhana tapi prosesnya ternyata sangat panjang dan menyeka banyak air mata. Rasanya kalau mengandalkan “Menunggu” kok masih ragu “Memang siapa yang beneran akan datang?”. Sementara sampai saat ini yang datang sekedar lewat, mengetuk lalu pergi.
19 notes
·
View notes
Text
Balasan dari Allah
Hal yang menyadarkan bahwa amal shalih tidak akan sia-sia adalah keimanan pada hari akhir.
Shalat tahajjud sendirian, tidak ada yang menyadari bahwa diri ini terbangun tengah malam akan terasa ringan jika ikhlas --percaya penuh akan adanya balasan dari Allah. Mungkin sebagian disegerakan menjadi nikmat dunia.
Membasahi lisan dengan dzikir meski lirih, tidak ada telinga manusia yang mendengar akan terasa nikmat ketika ketenangan hadir dan kebahagiaan bahwa setiap butir dzikir akan ada balasan dari Allah.
Dan seterusnya.
Kalau tidak yakin pada balasan dari Allah nanti di hari akhir, sulit sekali untuk ikhlas.
Termasuk pada janji Allah. Akan dipertemukan wanita baik dengan laki-laki baik. Menjaga diri, memantaskan diri. Jikalau takdirnya berjodoh dengan kematian, tetap ikhlas. Sebab amal shalih yang diusahakan istiqomah tidak sia-sia.
20 notes
·
View notes
Note
Milly, good luck with the job interview yeah. Semangat, kakak.
it went well ko Mba, tapi kita ga berjodoh.. dia api aku air :(
7 notes
·
View notes
Text
Semoga suatu saat nanti kamu dipertemukan dan berjodoh dengan seseorang yang bersyukur punya kamu..
Seseorang yang asik diajak kemana aja, seru diajak ngobrol apa aja.
Orangnya lucu suka bercanda, namun serius dalam hal beragama. Serta kamu diterima dengan baik oleh keluarganya. #amin
44 notes
·
View notes
Text
1on1 Session
........
setelah menyimak apa yang disampaikannya, aku menjawab kurang lebih seperti ini : Kadang, hambatanmu untuk menikah bukan karena tidak adanya orang baik di sekitarmu, bahkan bukan juga karena tidak adanya orang yang tertarik padamu, ada. Tapi semua itu tidak bisa berjalan lebih jauh karena hambatanmu justru terletak pada keluargamu yang memiliki syarat tertentu yang mereka butuhkan (meski tidak kamu butuhkan), ketakutanmu pada pernikahan itu sendiri, dan juga lingkunganmu yang membuatmu merasa bahwa kamu tidak perlu melangkah ke sana.
Jadi, kalau kekhawatiranmu tentang tidak adanya orang baik, aku sangat bisa menyanggah karena mereka banyak sekali. Cuma mungkin tidak sesuai dengan apa yang keluargamu butuhkan seperti suku bangsanya, wetonnya, parasnya, jenis pekerjaannya, bahkan standar kemapanan yang mereka inginkan.
Dan itu terjadi ketika beberapa waktu kemarin aku tahu ada orang yang berniat baik denganmu, tapi keluargamu menolaknya. Sekarang dia sudah menikah dengan yang lain. Tapi itu sudah berlalu dan tidak perlu disesali.
Tapi mungkin ada sedikit perasaan menyesalmu karena dia orang baik yang ternyata tidak berjodoh denganmu. Ya begitulah takdir, memang tidak mudah menerima maknanya seketika.
Tapi pelajaran apa yang berhasil kamu ambil agar kamu berani melangkah dan bisa mempersiapkan diri lebih baik ke sana? Tidak hanya diri sih, tapi juga mempersiapkan keluargamu. Aku tahu persis kalau kamu sudah memiliki gambaran sendiri tentang syarat pasangan dan bentuk keluarga yang ingin kamu bangun. Tapi, aku juga tahu untuk mewujudkan itu, semuanya bertentangan dengan apa yang keluargamu inginkan. Mau nggak, sebelum kamu melangkah ke sana. Kamu kembali ke keluargamu dan mempersiapkan mereka untuk semua gagasan barumu tentang keluarga yang kamu citakan, sesuatu yang amat berbeda dengan cara keluargamu kemarin? (c)kurniawangunadi
70 notes
·
View notes
Note
Teh pernah ga gagal move on? Atau temen teh din ada jg ga yg punya pengalaman pacaran lama tapi ternyata tidak berjodoh? Gimana ya teh cara healing dan move on-nya :(
Halo anon,
Untuk di usia ku sekarang, prinsip nya adalah, kalo gagal ya langsung cari yang lain. Gagal disini misalnya, setelah confess soal potensial hubungan serius di masa depan, ternyata respon beliau "menolak", ya simply langsung move on dan cari yang lain. Investasi perasaan terlalu dalam is a big NO.
Tapi, kalo ditanya soal pengalaman. Hm, untuk case aku, kalo pun misalnya patah hati putus/ditolak, biasanya aku gak butuh waktu lama untuk suka sama orang lain lagi, mungkin dalam rentang 3-6 bulan udah bisa "pindah" wkwk. Dan biasanya, setelah kisah patah hati itu, ada aja orang baru yang dateng yang "mancing" biar "jangan kelamaan stuck sama orang yang gak prioritasin kamu".
Mungkin sebagian besar orang mikir "perlu sembuh dulu, takut malah nyari pelampiasan". Tapi buat ku pribadi, justru perlu orang baru buat bantu agar fokus kita "beralih" dan bisa move ke "sembuh". Orang baru disini, bisa jadi temen cerita atau ya natural temen aja.
Tentu ini case by case, gak semua orang bisa "secepat" itu untuk move on. Tapi aku percaya, dengan "berlatih cepat", move on selanjutnya is just a piece of cake haha.
Jangan mau lama-lama stuck di satu orang. Ingat, umur mu gak bisa diawetin sama formalin. Laki-laki di muka bumi itu banyak.
Good luck untuk move on nya!
5 November 2024
10 notes
·
View notes