#bagimu
Explore tagged Tumblr posts
Text
Pesan Untukmu
Tulisan ini mungkin akan segera menemukanmu, atau mungkin membutuhkan beberapa waktu, entah sehari, seminggu, sebulan, bahkan mungkin beberapa tahun kemudian.
Tulisan ini dibuat di 23 Januari 2025, sebuah penanda waktu yang mungkin bagimu adalah hari yang membahagiakan atau mungkin hari yang membuat sedih. Setiap orang punya ceritanya sendiri di tanggal yang sama.
Aku hanya ingin mengatakan kepadamu bahwa kamu telah berjalan sejauh ini, masih bertahan hingga saat ini. Meski pikiranmu berkecamuk, beberapa kali ingin menyerah, banyak sekali pertanyaan di kepalamu yang membuatmu sulit tidur, serta bingung menerka kemana dan seperti apa ujung dari jalan yang lagi kamu lalui. Bahkan beberapa di antaranya, ada yang sempat kepikiran untuk mengakhiri hidup tapi itu tidak dilakukan hingga saat ini. Bukankah itu hebat? * * * * *
Saat orang lain mungkin telah memiliki apa yang kita inginkan, mencapai apa yang kita harapkan. Sering kita bertanya-tanya, mengapa bagi kita jalan ke sana itu terasa sulit. Ada banyak hambatan, bahkan harus muter-muter. Kadang kita juga berpikir, kenapa untuk memahami sesuatu butuh waktu yang lama. Saat belajar hal baru, kita butuh waktu setahun, mereka sebulan sudah bisa. Kenapa semuanya terasa sulit buat kita? Bahkan saat mereka memiliki impian-impian, hal-hal di sekitarnya tak memberatkan. Mereka mendapatkan dukungan tanpa harus memikirkan tanggungan lain, seperti kita yang mungkin harus banyak berkorban untuk keluarga, saudara, bahkan diri sendiri.
Saat malam menjelang, pelan kita tutup pintu kamar dan sendirian. Pikiran kita terasa rumit, terasa sulit untuk melihat kenyataan bahwa menurut kita, kita belum mencapai apapun. Hal-hal yang jadi impian kita rasanya seperti khayalan saja.
Itu adalah pikiran yang membuat kita sulit bahagia.
Sementara di lain waktu, saat kita berkendara, saat kita bertemu dengan banyak orang di luar sana. Hidup yang menurut kita merana ini, ternyata adalah hidup yang begitu nyaman. Kita masih bisa berteduh saat hujan, masih bisa menikmati makan setiap hari, masih ada waktu untuk berselancar di dunia maya, masih memilik pakaian yang bisa berganti-ganti, masih punya waktu untuk mengaji, dan banyak hal lainnya.
Ahhh kadang hidup yang kita jalani ini, terasa sesak bukan karena apa yang kita miliki, tapi kita terlalu banyak memikirkan apa yang tidak kita miliki.
Rasanya, kita sebenarnya sedang diuji dengan ketakutan diri. Takut akan penilaian orang, takut akan kemiskinan, takut akan hilangnya kesempatan, takut akan umur yang semakin bertambah, takut salah memilih pasangan. Semua rasa takut itu seolah menjadi pemutus jalan antara kita dan masa depan. Sehingga kita terus menerus hidup di hari ini, dengan keadaan yang seolah tak pernah beranjak karena kita tidak pernah berani.
Tidak berani untuk kelelahan nmemperjuangkan impian, tidak berani untuk membuat kesalahan, tidak berani untuk membuat keputusan, tidak berani untuk menghadapi kenyataan, tidak berani untuk bertemu dengan hal-hal yang tidak sesuai ekspektasi.
Jangan-jangan jarak kita dengan tujuan hanya sejengkal, hanya saja butuh keberanian. Sementara kita terus menerus hidup dalam rasa takut seolah tidak punya Tuhan? * * * * *
Tulisan ini mungkin akan kamu temukan suatu hari nanti, entah kapanpun itu ditemukan dan kamu sedang tidak nyaman menjalani hidupmu sendiri? Coba lihat lagi, ada berapa banyak pilihan yang kamu miliki jika kamu berani? Sesuatu yang selama ini kamu berpikir bahwa kamu tidak punya pilihan. (c)kurniawangunadi
297 notes
·
View notes
Text
Mengadukan Ketakutan
Pada setiap hati yang sedang berselimut kekhawatiran, untuk setiap rasa percaya yang mulai memudar dan berganti pada ketakutan, aku tahu bagaimana rasanya, meski kita berbeda jenis dan tingkatannya. Kamu tahu? Seorang guruku pernah menasihati, bahwa rasa khawatir dan ketakutan yang sedang kita rasakan itu adalah bukti dan sinyal dari Allah agar kita segera menyandarkan segalanya itu pada-Nya. Untuk semua khawatir dan takut.
Beenar, Allah sudah menjelaskannya dalam al-Quran bahwa setiap kita akan Allah uji, entah urusan perut, tempat tinggal, kendaraan, pekerjaan dan uang, dan semua burmanya masa depan. Tapi beginilah kita, hamba yang bebal dan enggan membaca firman-Nya, hingga kita lupa dan seakan menyimpan segalanya itu di dalam hati dan pikiran, yang pada ujungnya hanya membuat sakit dan kebingungan tanpa ujung.
Tidak apa-apa, untunglah aku dan kamu masih bisa menyadari keadaan dan berusaha untuk memperbaikinya, terutama soal hati dan niat kita. Sebab ada banyak hal yang Allah mudahkan karena niat dan isi hatinya, padahal secara mata mungkin itu akan terlihat berat dan sangat rumit. Mungkin, selama ini niat kita yang salah dan hati kita yang sebenarnya keruh, hingga tidak bisanya kita berbicara dengan hati kita sendiri.
“Menentukan titik cukup”, kalimat ini sebenarnya singkat tapi penuh dengan berjuta makna.
Barangkali kita yang tidak memiliki titik cukup hingga seakan-akan semuanya terasa kurang dan harus ditambah, atau barangkali kita kehilangan titik cukup hingga kita harus mencicipi sesuatu yang haram dan tidak Allah sukai. Kamu tahu? Dan hal ini yang sering aku terlupa dan tersilap.
Doaku hari ini “yaa Allah, jadikan dunia ini datang ke kakiku dengan hina, hingga aku mudah untuk menginjaknya dan tak menganggapnya besar, mudah pula bagiku menggunakannya untuk kebaikan”
Tidak ada yang salah dari mengadukan hari-hari yang membuatmu tak nyaman, entah dunia yang kian mengkhianati, menakut-nakuti, atau dunia yang membisikkanmu kekhawatiran. Ingat, semua itu datangnya dari setan, tak layak bagimu untuk ikut pada apa yang setan dan keburukan itu ajak.
Semoga, kebaikan yang pernah kita kerjakan di masa lalu, bisa menjadi penerang dan sebab Allah memberikan petunjuk untuk hari ini, hari esok, dan masa depan.
Selamat mengadukan kekhawatiran dan ketakutan pada-Nya, semua akan baik-baik saja kok, asal sandaranmu hanya pada-Nya :)
@jndmmsyhd
307 notes
·
View notes
Text
Zalimnya orang tuamu tidaklah menggugurkan kewajibanmu untuk berbakti kepadanya. Kamu diperbolehkan dengan adab yang baik untuk menasihati dan meluruskan kekeliruannya tapi terlarang bagimu untuk mendurhakainya.
Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepadaKu-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. Al-Ankabut: 8)
©Fajar Sidiq Bahari (@fajarsbahh)
170 notes
·
View notes
Text
bila bumi terasa sempit bagimu padahal sejatinya ia begitu luas, cobalah untuk keluar dan angkatlah kepalamu menghadap langit.
lihatlah, apakah engkau lupa bahwa Allaah yang mampu mengangkat langit setinggi itu dapat menghilangkan deritamu, sesaknya dadamu sebesar apapun yang kau rasa?
wahai diri lihatlah lekat-lekat dalam dirimu. melembutlah dan menunduklah, sayang. itulah mengapa kita tidak boleh berputus asa, seberat apapun hidupmu saat ini. kumohon jangan menyerah. bertahanlah satu hari saja, dan terus begitu.
168 notes
·
View notes
Text
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/daa152ac969d4fddf389f3eecfada14e/e87c4c428d3371b1-0c/s500x750/3960d780edf9a0138a7e5981cfaef714e0aa8de2.jpg)
Sengaja diam, padahal separuh rindu. Sengaja gak ganggu, padahal sepenuh hati menunggu.
Aku terlalu cepat menjadikan mu rumah, sampai aku lupa bahwa dirimu hanya sekadar singgah.
Bagiku, kamu adalah sebuah kepastian untuk diperjuangkan. Sedangkan bagimu, aku masih sekadar keraguan untuk ditetapkan.
114 notes
·
View notes
Text
Kau tahu, manusia adalah makhluk yang tidak akan lelah berpendapat, berasumsi, dan membangun persepsi atas hal-hal yang menarik perhatiannya. Oleh karena itu, jangan menjadikan hal tersebut sebagai acuan. Justru kamu patut bersyukur saat banyak orang yang berpendapat tentangmu, itu artinya kamu menarik perhatiannya. Itulah wujud kecil kepedulian mereka. Kepedulian yang disalurkan dengan berkomentar terhadap hal-hal yang menjadi keputusan dan pilihanmu. Hal itu tidak lain untuk mengujimu, seberapa teguh kamu berdiri di atas pendirianmu sendiri.
Maka sekali lagi bersyukurlah, karena di balik semua itu, Allah menyimpan hikmah-Nya yang indah. Hanya saja, kapan dan bagaimana kamu bisa menguak hikmah yang Allah siapkan itu. Sehingga kelak kamu dapat menikmati keindahan-Nya, juga berterimakasih pada mereka yang pernah menjadi ujian bagimu dalam menentukan pilihan. Mereka yang telah menjadi bagian dari perjalanan hidup ini.
Barakallahu Fiikum🤍✨
Kayyisa Humaira, 4 Januari 2025.
#tulisan#katakata#renungan#motivasi#writing#words#writing life#writers on tumblr#creative writing#menulis
72 notes
·
View notes
Text
Adakah rasa penyesalan darimu karena tidak mencoba lebih keras? Atau mungkin, bagimu, aku memang tidak pernah cukup penting untuk diperjuangkan? Aku terus bertanya-tanya, apa aku terlalu cepat menyerah, atau justru kamu yang tak pernah benar-benar memulai. Setiap malam, bayangan akan 'seharusnya' menghantuiku—seharusnya kita bicara lebih jujur, seharusnya kita saling memahami lebih dalam. Tapi pada akhirnya, hanya aku yang bertahan di persimpangan itu, menunggu sesuatu yang bahkan kamu sendiri tak ingin kejar. Mungkin, penyesalan ini hanya milikku saja, tak pernah dimiliki olehmu.
Adakah sesal? // Andira Wu
55 notes
·
View notes
Text
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/139bff1225fb6718e58634a633f01595/546476d0202f4145-77/s540x810/e9e17c122aed2c4ea4612be2a8e9b3d32d147a88.jpg)
Allah yang mengatur apakah hujan turun atau tidak di suatu tempat, meski awan mendung sudah menggumpal padat hendak gugur sebagai rinai hujan, namun jika belum saatnya—maka sekumpulan awan itu akan menjauh dan berpendar tertiup angin.
Allah yang mengatur pasang surut air di bumi-Nya, meski bulan sudah hampir menutup tahun namun jika kemarau masih belum pergi maka itu adalah kehendak-Nya.
Allah yang mengatur apakah kelopak bunga milik kita akan mekar esok hari, atau harus menguncup dalam waktu yang lebih panjang dari perkiraan.
Hidup kita pun, Allah yang mengatur. Tidak semuanya sesuai perkiraan dan harapan. Tidak semuanya berjalan mulus sesuai rencana. Maka sisakan selalu ruang di hatimu untuk menerima dan berserah pada-Nya, jangan terlalu keras kepala pada angan-inginmu, sebab ada Allah yang lebih tahu yang paling baik dan terbaik bagimu.
Penutup, 30 November 2024 17.54 wita
112 notes
·
View notes
Text
Surat Untukmu
Mas!
Ini surat pertamaku untukmu, dan mungkin akan menjadi satu-satunya.
Aku sudah tahu siapa kamu, seseorang yang kunanti hadirnya bertahun-tahun sudah. Yang belum aku tahu adalah, apakah kelak Tuhan berbaik hati menali kita dalam kisah yang kuinginkan.
Saat pertama kali kau hadir di hidupku, aku begitu terganggu. Kau terlalu banyak bicara, berkomentar dan hal-hal tidak menyenangkan lainnya. Tapi mungkin karena itu aku jadi memperhatikan, sambil gusar dalam dada “siapa sih dia?”
Kesalahanku, seharusnya tak mencari tahu. Seharusnya aku tetap tak melihat pada kedalaman hidupmu. Tidak butuh waktu lama untuk membuatku terpesona dengan bagaimana kau berpikir, bicara, bersikap juga tertawa. Meski aku tahu seberapa biasa bagimu menjadi demikian, dan aku tahu pula ada yang harus aku hentikan sebab tahu kemana muaranya.
Tapi Mas, kenapa kau tetap menyapa dengan senyum sumringah? Tak bisakah kau menduga bahwa ada jiwa kesepian yang kesenangan dengan apa yang kau lakukan? Tak bisakah kau menganggap aku tiada seperti ribuan jiwa lainnya?
Aku tak ingin menjadikanmu tokoh dalam sajak yang berisi makian. Aku tak mau Mas.
Kamu biarlah kata yang selalu aku baca, biarlah gambar yang selalu kulihat, biarlah suara yang selalu kudengar. Itu kenapa aku bentangkan ribuan jarak, menutup semua kemungkinan, agar aku tak mati dalam angan.
Namun jika aku boleh meminta, Mas, berhentilah menjadi laki-laki yang kuinginkan. Aku lelah mempertanyakan bagaimana engkau yang begitu jauh dari defenisiku soal cinta hadir sebagai manfestasi cinta itu sendiri.
Sudah kulihat hidupmu yang jauh dari hingar bingar hidupku. Sudah aku tahu ketidakmungkinan itu. Bisakah kita untuk tak pernah bersinggungan lagi, Mas?
Bahkan jika di kehidupan selanjutnya, mari untuk tak bertemu di kebetulan mana saja. Aku tak ingin meminta kemustahilan kepada Tuhan. Sebab aku tahu, bukan perempuan seperti aku yang kau inginkan.
96 notes
·
View notes
Text
Pelajaran berharga yang kudapat selama hidup:
Jika pasanganmu tidak bisa membuatmu bahagia, maka bahagiakanlah dirimu sendiri, tanpa perlu menyalahkan pasanganmu.
Jika orang tua/wali/gurumu tidak bisa menjadi teladan yang baik bagimu, maka didiklah dirimu sendiri, tanpa perlu menyalahkan orang tua/gurumu.
Jika duniamu berantakan, penuh luka dan kejadian traumatis, maka sembuhkanlah lukamu sendiri, tanpa perlu menyalahkan keadaan.
Jika teman yang pernah kamu tolong enggan menolongmu balik, maka tetaplah jadi orang yang suka menolong, tanpa perlu menyalahkan mereka yang gak nolong kamu balik.
Jika tidak ada orang yang bisa memahamimu, maka belajarlah bersahabat dengan dirimu sendiri, tanpa perlu meyalahkan siapa pun.
Karena pada akhirnya, kita akan sendiri. Jika tidak di dunia, ya minimal di hari akhir nanti (kita dihisab juga sendiri).
Hidup terlalu singkat untuk terus-menerus menyalahkan orang lain. Sementara mereka sendiri mungkin sudah lupa dengan kesalahan mereka padamu, sama seperti kamu yang lupa dengan kesalahanmu pada mereka.
Maka, urus saja apa yang menjadi urusanmu. Perihal dosa orang lain, biarlah Tuhan yang menghakimi. Kamu gak perlu ikutan, itu tugasnya Tuhan.
Tidak ada yang perlu kamu salahkan. Orang lain hanya "robot-robot" Tuhan yang Dia pakai untuk menguji imanmu. Jika kamu menyalahkan mereka, sama saja kamu menyalahkan Tuhan. Karena di dunia ini hanya ada dirimu sendiri (sebagai hamba) dan Allah (sebagai Tuhan).
—That's makna 'Laa ilaaha illallah'.
45 notes
·
View notes
Text
Tulisan : Tumbuh dalam Ketakutan yang Besar
Waktu yang terus melaju semakin menguatkan prasangkamu terhadap hidup. Bahwa hidup harus berjalan sesuai dengan kehendakmu. Kamu merasa harus selalu mengandalkan dirimu sendiri. Karena di masa lalu, tidak pernah ada yang menolongmu.
Hari berganti hari, semakin membuat ketakutanmu menjadi-jadi. Sehingga orang-orang yang bahkan percaya denganmu satu per satu lari dan pergi. Karena setelah kepercayaan yang mereka berikan, bertepuk sebelah tangan. Ternyata kamu tidak pernah percaya sama sekali dengan mereka. Bahkan radar siagamu terus menyala, kepada orang yang bahkan menjadi pasanganmu sendiri kamu sangat takut ia tiba-tiba meninggalkan dan berkhianat, lebih besar prasangkamu dibanding rasa percayamu. Setidakpercaya itu.
Manusia berubah, tapi kamu tidak pernah mau berubah dari sakitnya pikiranmu sendiri. Memilih untuk menjadi seperti itu karena selama ini kamu merasa itu jalan yang paling benar. Menunjukkan kelemahan diri adalah dosa besar bagimu. Karena di masa lalu, kelemahan membuatmu diinjak-injak. Tapi sekarang, pikiranmu menginjak-injak orang lain yang berada di sekitarmu. Tapi kamu tetap merasa bahwa kamu adalah korbannya.
Pikiranmu terus berkecamuk, berusaha untuk mencari hal-hal yang membuatmu berada di posisi benar. Dan yang terjadi, orang-orang yang kini disekitarmu adalah orang terpaksa ada di sana karena urusan saja dan mereka yang kamu rasa setuju dengan semua isi pikiranmu. Tidak pernah ada yang berani mengatakan di depan mukamu bahwa kamu adalah pelaku utama dari masalah hidupmu sendiri.
Masa lalu telah berlalu. Orang-orang yang menyakitimu di sana, beberapa telah mati, beberapa telah memetik dosanya sendiri. Dan kamu tetap membawa mereka semua sebagai gambaran semua orang yang ada di dunia ini selain dirimu sendiri. Bahkan pasanganmu sendiri. Sungguh menyedihkan sekali hidupmu ini.
Apakah kamu tidak cukup merana dengan segala keangkuhan dan kerasnya kepalamu untuk menerima hal-hal yang melembutkan hati? Sampai-sampai, empatimu menguap tanpa sisa. Kamu berbuat sesuatu hanya karena orang lain tidak ingin mengatakan sesuatu yang buruk tentangmu. Sampai kapan kamu akan seperti itu?
Izinkan dirimu di masa lalu pergi. Biarkan dirimu yang baru belajar lagi menjadi dirimu sendiri. Dirimu yang terlahir kembali. Dirimu yang tenang hatinya, yang baik pikirannya, yang berjalan sesuai dengan fitrah-Nya. Yang siapapun berada di dekatmu, mereka merasa tenang. Sehingga mereka terus ingin menjadikanmu sahabatnya, kekasihnya.
Bukan takut dan tertekan, seperti sekarang. Mereka melakukan sesuatu hanya untuk membuatmu senang. Seolah-olah semuanya berjalan dengan baik. Kasihan sekali kamu, dikelilingi oleh orang-orang yang tidak pernah jujur kepadamu.
Dan kamu terus menerus mengelak, bahwa semua baik-baik saja. Mau sampai kapan kamu terus menerus membuat ketakutanmu menjadi kendali atas hidupmu yang berharga? (c)kurniawangunadi
149 notes
·
View notes
Text
Saat kau tampil di depan, coba periksa yis; yang ingin kau tampilkan apakah hanya sebatas dirimu saja, atau keagungan Dzat yang menciptakanmu
Saat kau berbicara, coba periksa yis; yang kau bicarakan secara bangga itu dirimu saja atau kehebatan Al Quran yang menjadi pedoman hidupmu
Saat kau menulis, coba periksa yis; yang kau tulis itu sekadar membuat namamu terkenal atau kau mengenalkan Baginda Nabi Muhammad, yang karena dialah kita sebagai umatnya diperintahkan membaca
Periksa terus ya yis! Kau boleh saja dikenal, diketahui banyak orang, atau sering tampil di depan; tapi itu dalam rangka untuk mengenalkan keagungan Allah, kehebatan Al Quran, keteladanan Rasulullah
Atau jikapun tidak, itu bukan masalah bagimu yis, karena kau memang bukan siapa-siapa, tapi teruslah belajar, teruslah merendahkan hati, teruslah meminta nasihat, teruslah meminta hidayah
Bukankah yang Allah nilai dari seorang manusia itu ketaqwaannya? Semoga dengan itu Allah ridho padamu yis!
-2024
161 notes
·
View notes
Text
Sudah jelaskan ya, orang-orang dengan porsi ujiannya masing-masing. Sebab itu, engga bijak bagimu, merayakan kegagalan dengan membandingkannya dengan kesuksesan orang lain.
Lagian kamu tuhh yaa, ngikutin time linenya siapa sih?
147 notes
·
View notes
Text
pada persimpangan perasaanmu.
ada saat dimana kamu berada dipersimpangan perasaanmu. kamu tidak sedang berbahagia ataupun sedang dalam kondisi bersedih. semuanya biasa saja dan tetap pada tempatnya.
ada saat dimana kamu tetap berada pada tempatmu. tidak sedang menuju sesuatu, ataupun mengejar sesuatu. bagimu hidupmu berjalan sesuai dengan semestinya. tidak berhenti pada sesuatu ataupun tidak sedang meninggalkan sesuatu.
ada saat dimana kamu sedang tidak mengerti atas semua hal. namun saat keadaan kamu sujud dalam sholat mu, kamu menemukan dirimu menangis, kuyup tak bersisa. seusai sholatmu, kamupun tetap menangis. dalam doamu kamupun tetap menangis. tak ku dengar pintamu kecuali kamu hanya menyebut "ya Allaah" saja.
kamu menangis dan terus menangis, kamu begitu terseduh-seduh hingga bengkak kedua matamu yang indah. kamu menangis tanpa terdengar suara.
sedalam apa lukamu sayang? hingga dalam tangismu saja tak ku dengar. sepedih apa sakitmu sayang hingga dalam doamu pun kau tak mengatakan apa-apa. sesak apa batinmu sayang hingga kau sampai menangis dengan mengatup kedua tanganmu. seberapa putus asanya dirimu sayang hingga kau hanya diam dengan begitu dalam doamu. sebab menangis tanpa bersuara adalah hal yang paling begitu memilukan.
tidak suka dengan takdir buruk itu tak apa, yang tak boleh adalah membenci yang memberikan takdir buruk yaitu membenci Allaah.. maka sayang, sedalam apapun lukamu jangan sampai terjerembab pada perasaan membenci Allaah atas ketetapanNya kepadamu ya..
kamu sampai pada hari ini pasti ada maksud dan tujuan yang telah Allaah tetapkan untukmu. tak apa untuk merasa lelah, tak apa untuk merasa bersedih, tak apa untuk merasa tak baik-baik saja. menangis lah jika memang itu sangat menyesakkan. pada persimpangan perasaanmu tak apa untuk menangis sekalipun engkau tak paham mengapa kedua matamu menangis dengan begitunya. barangkali ada luka yang terlalu dalam yang kini muncul dalam permukaan.
setelahnya kulihat dirimu kini begitu tenang. kedua matamu sembab namun kamu masih mencoba tersenyum untuk terlihat baik-baik saja. segala puji bagi Allaah yang telah memberikan ketenangan untukmu, yang tetap menguatkanmu dan membuatmu bertahan sejauh ini..
192 notes
·
View notes
Text
Maka Berdo'alah
Do'a bukanlah sekedar permintaan dari seorang hamba kepada Tuhannya, namun juga merupakan sebentuk pengakuan bahwa kita makhluk lemah yang di setiap detik usianya dan di setiap hembus nafasnya mesti bergantung kepada Allah Yang maha segalanya. Setiap tujuan tak akan tercapai tanpa petunjukNya, segala maksud tak akan terwujud tanpa izinNya dan seluruh upaya tak akan menghasilkan apa-apa tanpa pertolonganNya.
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (Q.S Al-Mu'min : 60)
©Fajar Sidiq Bahari (@fajarsbahh)
60 notes
·
View notes
Text
JARAK AMAN
Hidup, kata John W. Gardner, ialah seni menggambar tanpa penghapus. Apapun yg kita jalani hari kemarin, tak akan bisa kita hapus, bila kemarin berjalan baik bagimu, ia akan mengesankan, bila sebaliknya, ia hanya akan melahirkan penyesalan. Tersebab demikian, rasanya penting bagi kita menjaga jarak aman, jarak yang melahirkan keseimbangan, berhenti pada titik cukup, tidak berlebihan.
Kata orang jawa, "Kesusu ngoyak opo, kesuwen nunggu opo?" (Terburu-buru, apa yang dikejar? Terlalu lama, nungguin apa?). Karena dasarnya ini adalah hidup kita, maka tidak ada yang paling mengerti apapun soal diri kita melainkan diri kita sendiri. Ada masanya orang lain jadi kaya lebih dulu, ada kalanya kita lulus lebih dulu, ada waktu orang lain bahagia lebih dulu, ada kalanya karir kita melonjak lebih dulu. Hal semacam itu pada akhirnya tidak akan kita risaukan secara berlebihan bila kita tau apa yang kita kejar, apa yang kita tunggu, dan seberapa besar jarak aman kita sehingga tidak membuat hidup kita tidak seimbang.
Kalau sedang berkendara, kita akan paham jarak aman akan membuat kita terhindar dari celaka. Memahami rambu akan menjadikan kita selamat.
Tapi ini bukan hanya soal berkendara.
574 notes
·
View notes