#alat rumah sakit
Explore tagged Tumblr posts
Text

GRATIS Konsultasi, CALL 0817-6739-069, DOKUMEN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS Klik https://wa.me/628176739069, Persetujuan Teknis Pengolahan Limbah B3
Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 22 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, terdapat pasal 126 yang berbunyi badan air dapat dimanfaatkan sebagai penerima limbah bagi usaha dan/atau kegiatan dengan tidak melampaui baku mutu air. Namun, jika sudah tercemar, wajib dilakukan pengurangan dan pemanfaatan kembali. Nah, bagaimana cara menyusun dokumen pertek sesuai dengan regulasi terbaru hingga study kasus pemodelannya? Melalui PT. Enviromedia Unggul Sejahtera, kami dapat membantu badan usaha dan / atau kegiatan dalam hal melayani Konsultasi & Pendampingan Izin Lingkungan (AMDAL, UKL-UPL, dan SPPL), PROPER, izin IPAL dan TPS Limbah B3.
PT. ENVIROMEDIA UNGGUL SEJAHTERA, beralamat di: GELORA SPACE, JALAN BRAGA NOMOR 109, Desa/Kelurahan Braga, Kec. Sumur Bandung, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, Kode Pos: 40111 Website: http://www.enviromedia.co.id IG: enviromedia.id Fast Respon: Hubungi: 0817-6739-069 atau Klik https://wa.me/628176739069 #Limbahindustrimigas, #Limbahcairdomestik, #Limbahindustrifashiondantekstil, #Persetujuanteknisipal, #Limbahindustrikulit, #Persetujuanteknisipal, #Limbahcairrumahsakit, #Limbahindustripengolahansusu2022, #Airlimbahindustri, #Pengolahanlimbahcairdomestikdanindustri Alat Pengendali Emisi Genset, Rincian Teknis Penyimpanan Limbah B3 Rumah Sakit, Contoh Pertek Limbah B3, Contoh Persetujuan Teknis Pembuangan Air Limbah, Contoh Kajian Pembuangan Air Limbah Ke Air Permukaan Pdf, Izin Tps Limbah B3 2022, Rintek Limbah B3, Pertek Limbah Domestik, Desain Tps Limbah B3, Contoh Kajian Teknis Limbah B3, Dokumen Amdal Dalam Pelestarian Lingkungan Kawasan Industri Jababeka, Dokumen Amdal Disusun Oleh Pemrakarsa Proyek Untuk Selanjutnya Disahkan Oleh Lembaga Yang Berwenang Kawasan Industri Terboyo Semarang, Dokumen Amdal Disusun Oleh Pemrakarsa Proyek Untuk Selanjutnya Disahkan Oleh Lembaga Yang Berwenang Kawasan Industri Segajung, Dokumen Amdal Menurut Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup Bsb Industrial Park, Penyusunan Dokumen Pertek Air Limbah Kawasan Industri Lion.
#Limbahindustrimigas#Limbahcairdomestik#Limbahindustrifashiondantekstil#Persetujuanteknisipal#Limbahindustrikulit#Limbahcairrumahsakit#Limbahindustripengolahansusu2022#Airlimbahindustri#Pengolahanlimbahcairdomestikdanindustri#Alat Pengendali Emisi Genset#Rincian Teknis Penyimpanan Limbah B3 Rumah Sakit#Contoh Pertek Limbah B3#Contoh Persetujuan Teknis Pembuangan Air Limbah#Contoh Kajian Pembuangan Air Limbah Ke Air Permukaan Pdf#Izin Tps Limbah B3 2022#Rintek Limbah B3#Pertek Limbah Domestik#Desain Tps Limbah B3#Contoh Kajian Teknis Limbah B3#Dokumen Amdal Dalam Pelestarian Lingkungan Kawasan Industri Jababeka#Dokumen Amdal Disusun Oleh Pemrakarsa Proyek Untuk Selanjutnya Disahkan Oleh Lembaga Yang Berwenang Kawasan Industri Terboyo Semarang#Dokumen Amdal Disusun Oleh Pemrakarsa Proyek Untuk Selanjutnya Disahkan Oleh Lembaga Yang Berwenang Kawasan Industri Segajung#Dokumen Amdal Menurut Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup Bsb Industrial Park#Penyusunan Dokumen Pertek Air Limbah Kawasan Industri Lion.
0 notes
Text
DPRD Kaur Sidak RSUD: Temukan Fasilitas Rusak Desak Perbaikan Segera
DPRD Kaur Sidak RSUD: Temukan Fasilitas Rusak Desak Perbaikan Segera KANTOR-BERITA.COM, KAUR|| Komisi II dan III DPRD Kabupaten Kaur melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kaur pada Jumat, 31 Desember 2024. Sidak ini bertujuan untuk memastikan kualitas pelayanan serta kondisi fasilitas dan peralatan medis di rumah sakit tersebut, Hasil peninjauan lapangan…
#Alat medis#alat medis rusak#desak perbaikan#DPRD Kaur#fasilitas medis#RSUD Kaur#rumah sakit#Sidak#Pelayanan Kesehatan
0 notes
Text

TERBAIK, Call/WA 08131-6666-928, Jasa Terapi Pegal Linu PMD Fohoway Kediri, Jawa Timur
KLIK https://wa.me/6281316666928, Jasa Terapi Elektrik, Jasa Terapi Diabetes, Jasa Terapi Elektrostatik, Jasa Terapi Digital, Jasa Terapi Elektromagnetik
"Alhamdulillah Layanan Terapi PMD sudah hadir di Kediri Raya… Kenapa Harus PMD (Portable Magic Device) ?
Empat Alat Medis Fisioterapi rumah sakit yang harganya Mencapai Ratusan Juta ada dalam 1 Alat yang namanya PMD & harganya lebih terjangkau & kita bisa bawa kemana mana karena ukurannya yang kecil.
PMD Alat Terapi Fisik sekelas Fisioterapi modern pertama di Indonesia yang menggabungkan Technologi Tradisional Tiongkok & Technologi Modern.
Mempunyai 4 Alat Fungsi Keren yaitu:
GETARAN ( Mengaktifkan sistem syaraf pada Tubuh),
LASER (Melancarkan peredaran darah serta Menurunkan kekentalan darah, menghancurkan kolesterol, lemak & trombus( bibit stroke) & menormalkan kadar gula dalam darah),
VAKUM/ BEKAM ( Melancarkan peredaran darah yg terhambat pada titik2 akupuntur, meningkat fungsi organ tubuh, membuang racun dlm tubuh & memperbaiki sirkulasi darah),
HEAT (Meningkatkan pembuluh darah & memperkuat otot, menghangatkan bagian rahim, memperbaiki suhu perut, meningkat Imunitas & metabolisme tubuh.
Solusi Sehat Tanpa Obat.
Dengan Terapi PMD, kekentalan darah cepat terurai, Darah menjadi lancar,.. Yuk…tunggu apa lagi, Segera Hubungi kami untuk mendapatkan layanan Terapi PMD, Perumahan tugurejo asri Blok A 17, Kec. Ngasem Kabupaten Kediri, Jawa Timur
(HUB:08131-6666-928) www.bisnisfohoway.com"
jasaterapikediri, #jasaterapiPMDFohoway, #jasaterapipanggilan, #jasaterapistroke, #jasaterapidiabetes, #jasaterapiasamurat, #jasaterapisyarafkejepit, #jasaterapiterapisegalapenyakit, #jasaterapiterbaikkediri, #jasaterapimodern
#Alhamdulillah Layanan Terapi PMD sudah hadir di Kediri Raya...#Kenapa Harus PMD (Portable Magic Device) ?#1. Empat Alat Medis Fisioterapi rumah sakit yang harganya Mencapai Ratusan Juta ada dalam 1 Alat yang namanya PMD & harganya lebih terjangk#2. PMD Alat Terapi Fisik sekelas Fisioterapi modern pertama di Indonesia yang menggabungkan Technologi Tradisional Tiongkok & Technologi M#3. Mempunyai 4 Alat Fungsi Keren yaitu:#• GETARAN ( Mengaktifkan sistem syaraf pada Tubuh)#• LASER (Melancarkan peredaran darah serta Menurunkan kekentalan darah#menghancurkan kolesterol#lemak & trombus( bibit stroke) & menormalkan kadar gula dalam darah)#• VAKUM/ BEKAM ( Melancarkan peredaran darah yg terhambat pada titik2 akupuntur#meningkat fungsi organ tubuh#membuang racun dlm tubuh & memperbaiki sirkulasi darah)#• HEAT (Meningkatkan pembuluh darah & memperkuat otot#menghangatkan bagian rahim#memperbaiki suhu perut#meningkat Imunitas & metabolisme tubuh.#4. Solusi Sehat Tanpa Obat.#Dengan Terapi PMD#kekentalan darah cepat terurai#Darah menjadi lancar#..#Yuk...tunggu apa lagi#Segera Hubungi kami untuk mendapatkan layanan Terapi PMD#Perumahan tugurejo asri Blok A 17#Kec. Ngasem Kabupaten Kediri#(HUB:08131-6666-928)#www.bisnisfohoway.com#TERBAIK#Call/WA 08131-6666-928#Jasa Terapi Pegal Linu PMD Fohoway Kediri
0 notes
Text
Mulailah dari Gelisah
“Ada satu pesan terakhir?”
Ketika pada podcast LPDP aku ditanya satu pesan akhir, aku teringat nasihat mendalam dari KH Budi Ashari: “mulailah dari rasa gelisah.”
Eh gimana gimana? Rasa gelisah memangnya positif ya?
Ternyata yang dimaksud di sini adalah rasa keprihatinan pada suatu isu. Pada suatu masalah. Pada suatu problematika.
Rasa gelisah itu bisa amat berbeda di tiap orang. Ia hadir sebagai titipan pada hati tiap individu, yang beragam latar, cara pandang, pengalaman hidup, dan lingkungannya.
Kata kakak saya yang seorang dokter anak… banyaak sekalii bayi prematur di Indonesia yang tidak tertolong karena mahal dan terbatasnya inkubator. Kenapa harus impor inkubator sementara alat ini mudah dan murah dibuat? Kenapa harus mengikuti spek ukuran di jurnal ternama? Padahal realitanya di masyarakat, kamar mereka sempit dan bersebelahan dengan kandang kambing. Mana mungkin cukup? Kenapa alatnya terlalu berat sehingga sulit ditransportasi, sementara pasien kita hidup di pegunungan dengan akses jalan kaki terjal?
Ujar seorang Professor teknik mesin penggagas gerakan inkubator gratis untuk bayi prematur di Indonesia.
Aku sakit kanker kelenjar tiroid di usia muda, usia dimana seharusnya aku bersenang dan bermimpi. Tidak hanya fisikku yang sakit, mentalku jatuh. Padahal aku sendiri kuliah psikologi. Bagaimana dengan remaja dan pemuda lain di luar sana yang sendiri menghadapi sakit kronis? Yang dikucilkan? Yang tiap hari harus konsumsi obat? Yang tiap bulan tamasya-nya ke Rumah Sakit?
Ujar seorang penggerak komunitas pasien penyakit kronis.
Rasa gelisah itu tidak bisa direkayasa.
Rasa itu muncul dari belanja masalah pada realita. Muncul dari ilmu tentang kondisi ideal yang kemilau dari hasil literasi, diskusi, dan keyakinan atas ayat-ayat suci. Semakin berilmu, semakin gelisah.
Semakin tinggi ilmunya, semakin sadar akan standar ideal yang menjadi acuan, dan betapa tidak idealnya kondisi saat ini.
Sesederhana acuan penanganan “door-to-needle-time” pasien stroke 15 menit yang sulit diterapkan. Yang kemudian mendorong tim dokter saraf merevolusioner sistem pre-hospital penerimaan pasien stroke dengan mengintegrasikan alat CT scan di ambulans.
Atau sekompleks kenapa suasana kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan umat terjadi di tengah masyarakat.. sementara pada kitab suci dan tuntunan Nabi telah dipercontohkan sebagai panduan. Yang kemudian membangkitkan seseorang berjuang mendirikan madrasah. Kemudian memberi akses pendidikan yang kini menjadi aliran amal… dari ribuan sekolah di Indonesia dari bangku TK hingga perguruan tinggi. Iya, KH Darwis, pendiri Muhammadiyah.
Rasa gelisah itu bukan kebetulan.
Dipertemukan tokoh ini dan itu, orang ini dan itu. Dipertemukan bacaan-bacaan buku. Dipertemukan guru-guru. Dipertemukan ujian ini, kondisi itu.
Jadi mulailah dari rasa gelisah. Jika belum menemukan rasa itu, mungkin itu tanda baik dari Allah untuk kita lebih semangat mencari ilmu, semangat belanja masalah, semangat membaca buku. Lalu temukan celah-celah itu. Celah besar antara realita dan kondisi ideal.
Berdirilah di celah itu, rasakan kegelisahannya. persempitlah celah itu, mulailah dari situ.

Nanti akan Allah bukakan jalan untuk menjawab kegelisahannya.
InsyaaAllah.
Nabi Muhammad SAW adalah orang yang amat peduli. Amat khawatir dan gelisah tentang kondisi umat dalam kondisi kebodohan dan kerusakan serta kebiadaban saat itu. Ber-tahannuts di gua Hira, bukan karena menghindari masyarakat, justru karena beliau SAW adalah sosok yang selalu hadir di tengah masyarakat.. Rasulullah SAW merasakan kegundahan, kegelisahan, keprihatinan mendalam.
Wallahua’lam.
-h.a.
Kalau kamu, rasa gelisahnya terhadap apa?
56 notes
·
View notes
Text
Bertukar Peran
Sebagai anak yang selalu merantau, saya bersyukur belakangan bisa banyak menghabiskan waktu di rumah. Dahulu, saya hampir tak pernah menyadari orang tua menua. Sekarang, saya melihat bagaimana peran yang kami jalankan perlahan mulai bertukar.
Sepanjang hidup, saya melihat ayah sebagai sosok yang selalu mandiri. Terlampau mandiri. Semua ia selesaikan, bahkan permasalahan orang lain. Ia bisa melakukan segalanya dan selalu ada untuk kami semua. Namun, belakangan saya mulai melihat perubahan yang awalnya samar tapi perlahan makin kentara.
Jarang-jarang mulai datang permintaan tolong kecil. Terasa begitu aneh karena dahulu tak pernah terucap kata tolong dari bibirnya. Anak-anaklah yang selalu merepotkan dan membutuhkan bantuan, bukan sebaliknya.
Entah mengapa, saya merasa pilu. Baru kini merasa ayah yang serba bisa mulai menua. Mungkin semua orang memang menghadapi fase ini. Herannya, peralihan kecil ini sangat berdampak bagi saya.
Begitu juga dengan ibu. Makin bergantung pada anak-anak, obat-obat, serta alat-alat lain yang identik dengan konsep sakit dan tua. Ibu yang dulu selalu aktif bersepeda hingga berjam-jam kini melangkah perlahan sembari menahan linu.
Ibu yang senang bepergian dan punya banyak kemauan kini harus berkompromi dengan tubuh dan keterbatasan kondisi. Masih punya banyak harapan dan tujuan, tapi dihalangi oleh sakit yang selalu menghantui. Seandainya saja kami anak-anak bisa membantu mengurangi semua rasa nyeri.
Dengan segala ego orang tua, mereka masih kerap menolak. Tak mau dibantu bila tak benar-benar perlu. Terkadang kami pun kurang tanggap. Tidak tahu bahwa di balik kata 'tidak usah' sebetulnya mereka butuh. Tidak tahu bahwa apa yang bisa kami selesaikan dalam sekejap adalah sesuatu yang sulit bagi mereka. Apalagi jika menyangkut teknologi yang memang kian lama makin memusingkan. Kita saja terkadang ngos-ngosan mengejar ketinggalan dari anak-anak kecil yang digital natives, bagaimana dengan mereka?
Memang hidup selalu penuh dengan perubahan. Di usia kepala tiga ini, saya merasa seperti 'baru lahir' dan harus belajar lagi memahami posisi seorang anak. Mencoba mengerti pergeseran peran dan relasi dengan orang tua. Peka adalah kuncinya. Sisanya akan berjalan baik selama ada kepedulian dan rasa cinta.
Mungkin inilah gelisah yang dirasakan para anak saat melihat orangtuanya merapuh. Selain membantu, hanya doa yang makin sering terucap. Sehat selalu, papa dan mama. Mulai kini, biarkan kami yang mengambil peranmu.
28 notes
·
View notes
Text
Dan yang banyak terjadi, segalanya terasa hambar; jika sedang kamu miliki.
Mereka yang saat ini dikarunia tubuh yang sehat tak henti memimpikan banyak hal; ingin jalan kesana-kemari, punya istana mewah dan saldo berdigit-digit, membantu banyak orang dengan harta dan tenaga, dan masih banyak lagi.
Namun apa yang diimpikan oleh mereka yang saat ini sedang terkapar tak berdaya di ranjang rumah sakit dengan infus dan alat bantu nafas? Hanya satu; sembuh.
Ternyata benar, berharganya hidup hanya akan terasa saat kita bersedia untuk bersyukur.
Kalau untuk mensyukuri titipan-Nya saja masih enggan, lupakah bahwa semua ini juga akan dimintai pertanggungjawaban?
8 notes
·
View notes
Text
Sepenggal Tulisan Bising Diri Sendiri [ Bag. 2]
***
Bising, bising sekali omongan orang lain tentang keluargaku. Aku sudah bias, mana peduli mana yang hanya gosip. Ayah yang menafkahi kami dengan harta yang haram, ibu yang jarang dirumah, kami yang tercabik-cabik nama baiknya. Aku malu sekali. Aku hanya bisa berdo'a semoga suatu saat nanti mereka diberi hidayah oleh Tuhan.
Saat aku Kelas 3 SMA, Ayah jatuh sakit, parah sekali. Habis fasilitas yang kami punya, mulai dari rumah, transportasi, alat komunikasi. Mobilitas hidup kami benar benar hancur. Mungkin ini cara Tuhan membersihkan dosa masa lampau keluarga ini. Kakakku mengungsi di rumah kerabat, dekat dengan kampusnya. Aku terpaksa diasuh oleh yayasan tempatku bersekolah, aku yang setiap hari mencicipi masakan yang entah seperti apa rasanya. Tapi bagiku itu lebih enak kebanding memakan harta haram ayah.
Hampir setahun ayah sakit, akhirnya menemukan titik terang. Apa ayah bertaubat dari pekerjaannya? Tidak. Dan aku terpaksa masih betah diasuh yayasan lagi.
Satu bulan kemudian, pandemi menyerang. Itu tidak berpengaruh terhadap pekerjaan ayah. Aku berjanji tidak ingin lagi memakan harta haram. Aku kembali bertahan di asrama yang berukuran 3x5 m ini. Aku menghidupi mimpi-mimpiku sendiri sejak tahun itu. Masa kejayaan orang tua yang telah habis, kata orang. Aku menarik diri dari keramaian satu tahun itu, lebih dari puasa sosmed yang anak muda sekarang katakan. Aku harus segera menuntaskan perjuangan ini, hingga lulus bersekolah. Aku mengajar di surau seberang sekolah dan berdagang untuk sampingan.
"Nanti kalau udah lulus SMA, langsung kerja!!! Bales budi orang tua!!!" Ujar salah satu bibi dari ayah saat lebaran. Berat sekali bertemu keluarga besar ayah yang berpikiran kolot, dan setolol itu. seolah anak lahir, diasuh kedua orang tua berarti sama dengan berhutang. Bukankah itu kewajiban orang tua membesarkan anak? siapa pula yang menginginkan dilahirkan? "nasib tersial adalah dilahirkan" celoteh filsuf yunani seolah memenuhi kepalaku.
Aku ingin pulang, tapi entah kemana.
Aku bisa saja mengambil beasiswa prestasi di perkuliahan, berkat sertifikat lomba yang sering kujuarai. tapi reguler, yang berarti akan hidup dengan harta haram keluargaku lagi. Dan itu juga berarti aku harus hidup berdesakkan di kontrakkan petak, karena rumah ludes terjual. Akhirnya aku memilih jalan dengan mencoba berbagai beasiswa keagamaan, dan berakhir di asuh oleh salah satu yayasan pesantren terkemuka di kota ini. Seratus persen!!! Tentunya setelah mengikuti panjangnya seleksi. Persetan! Aku hanya ingin keluar dari lingkaran iblis ini.
Sesekali ibu menelponku dan ingin mengirimiku uang, tapi aku tak pernah mau lagi.
Berat sekali rasanya, kamu bisa membayangkan?
Memasuki tahun ke dua menjadi santri yayasan, Ayah mendapat hidayah, berhenti dari pekerjaannya, do'aku terkabul, terimakasih Tuhan. Ia berdagang, Ibu masih bergelut menjadi ART semenjak badai melanda keluarga kami. Pembersihan dosa, ujarku dalam hati.
Tahun kedua merupakan tahun terberatku di tempat ini, tuntutan dari yayasan semakin banyak, maklum, beasiswa seratus persen. "Kalian harus bener belajar di sini, setoran 2 lembar perhari, hadist juga, kitab pun jangan terlewat. Makanan yang hari ini kalian makan ga gratis, donatur, UMMAT yang membiayai kalian! Malu kalian kalau makan tapi gasampe target!!!" Bentak salah seorang ustadz kami. Semenjak itulah lidahku mati rasa memakan makanan yang di sungguhkan di sana.
Ajaib, aku berhasil lulus lebih cepat dari kalender pendidikan. Berbagai target di sana telah kucapai. Alhamdulillah. Aku bisa pulang ke rumah. Aku berjanji tidak ingin pulang sebelum pendidikan selesai di sana. Sisanya hanya persiapan mengabdi.
Liburan semester 4 dari total 6 semester, aku kembali ke rumah. Aku tersenyum melihat kontrakkan petakan. Tak apa, ujarku, Aku ikhlas, Tuhan. Kebanding menempati harta haram yang mendarah daging di setiap sudut tembok. Satu hal yang baru kusadari, ibu jarang di rumah, Terlibat hutang selepas badai keluarga kami.
Ayah? yang ayah lakukan hanyalah duduk di teras, tatkala di rumah, lebih sering makan dan tidur di rumah saudaranya yang kolot dan bodoh itu. aku dan kakakku (yang satu tahun kedepan akan menikah) terpaksa berkecimpung melunasi hutang mereka. kami menyisihkan uang dari keringat kami sendiri. Adikku? Adik kecilku bahkan masih kelas 2 SMP, ia masih terlalu lugu untuk memahami kondisi keluarga kami, yang ada dipikirannya mungkin masih bermain dan mencari jati diri.
Akhir semester 6, hutang mereka habis dan lunas, begitu pula tabunganku dan tabungan menikah kakak. Kakakku terpaksa menikah sederhana. habis sudah dream wedding dia, "gapapa, yang penting halal dulu." Ujarnya. Ya Tuhan, aku melihat wajah paling ikhlas di wajah kakakku. Bahkan aku menangis saat menuliskan ini.
Aku ingin pulang, tapi entah kemana.
Saat ini aku sudah bisa menabung diam-diam, aku ingin melanjutkan sekolah, aku juga ingin mempersiapkan masa depan. Tidak banyak, tapi aku ingin memulai rumah tangga lebih siap nantinya.
Aku ingin pulang, tapi entah kemana. Aku ingin sekali saja tidur, nyenyak, tenang, tanpa memikirkan apa yang akan datang, hari esok, tuntutan. Tanpa memikirkan keluargaku yang begitu berkecamuk. Aku ingin sekali beranjak. Meninggalkan semua ini. Keluarga... yang membuat hidupku segetir seperti ini.
Kamu bisa bayangkan? Kontrakkan ini, tepatnya keluarga ini, bising sekali, sehingga aku tidak bisa mendengar diriku sendiri.
Aku hanya perlu terus berlayar, mengembara, jika besok pun kalian tidak lagi mendengar kabarku, mungkin aku tersesat di samudera atau di suatu pulau, atau bisa juga kapalku karam, sebab perjalanan ini kususuri sendiri.
*****
Satu jam aku menceritakan detail kejadian menyakitkan itu kepada seseorang yang kupanggil "umi". Pandanganku kosong, aku ingin menangis tapi tak memiliki tenaga. Sudah terkuras, aku tak memiliki kalimat sedih untuk menggambarkan itu semua.
Tiba tiba pelukan menghantamku. Umi memelukku sembari terharu.
"De, kamu sekarang udah umi anggap anak umi. Jangan pernah ngerasa sendiri ya de. Umi bangga sama kamu, kamu hebat."
Tangisku baru pecah. Saat aku menyadari bahwa ada orang lain, bukan dari keluargaku, yang memiliki sebongkah hati sehangat itu. Aku tak lagi mampu menahan hebatnya kesedihanku. Aku tak mampu lagi membohongi perasaan sedihku. Aku menangis. Aku benar-benar merasa ditemani. Kebisingan ini sedikit mereda. Penerimaan. Kepercayaan diri yang lama hilang seolah hadir kembali. Kekhawatiranku, mereda. Aku menangis. Aku merasa lemah ketika menangis, tapi bolehkah aku menangis kali ini saja? Karena besok aku harus kembali berjuang untuk mimpi-mimpi, aku harus kembali berlayar, aku tak boleh berhenti sekarang.
#30haribercerita#30harimenulis#poem#puisi#sajak#quotes#tulisan#tumblr#30harimenulissuratcinta#cerita#jokpin#tereliye#novel#art#literasi#cinta#love#keluarga#ayah#ibu#parenting
46 notes
·
View notes
Text
Mima dan Minggu Pertama kelahirannya
kali ini izinkan aku untuk melanjutkan cerita apa yang terjadi setelah lahiran, ya tidak seperti ibu lain yang setelah lahiran bisa pulang bersama bayinya kerumah, aku harus pulang tanpa mima, mima masih harus menginap di NICU selama satu minggu.
masih teringat beratnya satu minggu itu berlalu, ketika masuk rumah, melihat tempat tidur bayi, dan segala barang yang sudah kami persiapkan tapi terasa hampa karena belum ada penghuninya.
malam dimusim dingin yg biasanya memang lebih panjang, tapi minggu itu entah kenapa terasa lebih panjang, lebih sepi sunyi.
hari hari berlalu dengan cukup banyak airmata yang jatuh dan gemuruh dikepala yang tak habis habis, yang aku bayangkan adalah, bagaimana mima disana? apakah dia cukup hangat? apa dia sudah tidur atau sedang menangiss, apakah mima sudah cukup minum susunya?
selama disana mima minum ASI yang setiap hari ayahnya antarkan, di minggu yang seringkali hujan dan bersalju,dengan jarak tempuh sekitar 1jam PP, terimakasih yaa ayaahh untuk perjuangan nyaa❤️❤️🥺
kondisi tubuhku yang masih pemulihan membuat keadaan semakin mellow, belum lagi keadaan ruhiyan yang sedang nifas jadi makin aja tambah futur huhuu, selain menangis, tanganku tak henti mencari informasi tentang apa yang terjadi pada mima lewat internet, aku sibuk mencari kenapa dan kenapa, tapi semakin dicari malah terasa makin pusing, semakin aku mengira hal hal yg buruk, akhirnya jadi makin sedih dan banyaknya menyalahkan diri sendiri.
lalu dihari keempat kami kerumah sakit untuk bertemu dengan dokter anak, ternyata selain kami banyak orangtua lain yang juga bayinya berada di NICU, kata dokter kondisi mima yang lahir lewat bulan, memang memicu dia mengeluarkan mekonium didalam kandungan atau ketika persalinan, padahal bbrapa jam sebelum lahir ketika dicek kondisi air ketubannya masih oke, Denyut jantungnya ketika dicek sebelum lahiran pun masih oke, kata dokter ada kemungkinan dia mengalami stress dijalan lahir atau ketika persalinan, dan akhirnya ketubannya terhirup, Alhamdulillah nya mekoniumnya tidak ikut masuk ke pernafasannya. bahasa medisnya Congenital Pneumonia,bisa juga TTN (mangga di googling sendiri), sekarang kondisi pernafasannya sudah lebih baik, dalam beberapa hari İnshaAllaahh bisa kembali kerumah. Alhamdulillah atas segala kebaikanmu yaAllah.
mendengar penjelasan dokter Aku jadi lebih tenang, lalu kami diperbolehkan untuk melihat kondisi mima didalam, yaAllah kuperhatikan ada banyak bekas jarum suntik dikaki kecilnya, sepertinya itu bekas jarum untuk ambil darah, ada rasa haruu mima sudah kuat dan hebat sedari kecil, memang terlihat sekarang kondisinya lebih baik, selang dan alat bantu oksigennya sudah dilepas, mima tidur dengan nyenyak dan terlihat tenang, seolah memberi kekuatan untuk kami.
dan waktu jenguk pun berakhir, aku sempat melihat kesekitar ruang NICU yang berisi puluhan bayi dengan berbagai kondisinya, yang bahkan kondisinya terlihat tidak lebih baik dari mima
yaAllahh kembali lagi aku diingatkan untuk tetap bersyukur atas segala hal yang terjadi.
kembali kerumah, aku merasa lebih tenang dan pelan pelan membangun semangat hidup wkkw, aku semakin semangat untuk belajar ilmu mengasuh bayi baru lahir, aku tonton video seputar pembekalan cara menyusui, memanage produksi ASI dsb
aku seperti punya semangat untuk fokus mempersiapkan diri lebih baik untuk menyambut mima. aku juga membersihkan kembali rumah, mengkondisikan agar rumah benar benar nyaman ketika nanti mima datang
Alhamdulillah di hari ke 7 aku dipanggil untuk latihan menyusui langsung, yaAllah haru sekali ketika bisa memeluk langsung mima dan menyusui secara dekat, kupandangi lekat lekat dirinya, Alhamdulillah yaAllah atas nikmatMu. Alhamdulillah Alhamdulillah 🥺😭
setelah pemeriksaan secara menyeluruh oleh dokter, akhirnyaaa besok kami boleh membawa mima pulang, sebelum pulang mima juga diskrining OAE(tes pendengaran) dan ayahnya sempat meng adzankan mima di nursery room, huhu nangis bombayyy dehh.
kami pun pulang kerumah dengan diiringi salju yang turun hari itu, Alhamdulillah yaAllah terimakasihh atas pelajaran berharga di 1 minggu ituu.bimbing kami agar bisa menjalani peran kami ini dengan sebaik baiknya..
#30haribercerita #30hbc2507
3 notes
·
View notes
Text
Kemarin, di Rumah sakit
Bukankah, memang seperti ini harusnya Rumah Sakit bekerja?
Lampu temaram, wewangian lembut menenangkan, tv dinyalakan tanpa jelas tayangan, dengan bangku-bangku berisikan suami istri menunggu giliran dipanggil,
Atau pekerja kantoran yang menyandarkan kepalanya sembari melepas penat,
Atau nakes bermasker dan baju lengkap, hilir mudik mengganti alat-alat kesehatan.
Bukankah, harusnya semenangkan ini, menanti dirawat?
Tidak dengan tekanan peluru sniper. Atau ancaman bom. Atau pekikan ibu yang menemukan jasad anaknya. Atau ayah yang mencari jasad anaknya. Atau operasi yang tak berjalan karena tiada bahan bakar, tiada obat, tiada anestesi. Atau tangisan yang riuh mencekam, karena operasi tetap berjalan, dengan tanpa anestesi.
Tanpa lampu temaram, tanpa setitik cahaya.
Wahai Gazaku, yang Rumah Sakitnya lebih banyak menerima korban jiwa daripada korban luka,
Semoga tiap darah yang tergenang, dan mengukir dinding-lantai itu,
Menjadi saksi atas, tiap nyawa, yang tidak diam pada kezhaliman.
Wahai Gazaku, hari ini aku masih iri padamu. Pada harap tinggi akan janji Tuhan kita yang kau yakini tanpa tapi.
Dan, aku benar benar iri.
12 notes
·
View notes
Text

Solusi Hemat, CALL 0817-6739-069, PENCEMARAN AIR AKIBAT LIMBAH INDUSTRI ADALAH Klik https://wa.me/628176739069, Air Limbah Industri Diperkirakan Telah Mencemari Lingkungan Sekelompok Siswa
Semenjak diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, maka untuk penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan yang melakukan kegiatan pembuangan dan/atau pemanfaatan Air Limbah wajib mengajukan perubahan Persetujuan Lingkungan dalam hal: A. Perizinan pembuangan dan/atau pemanfaatan air limbah belum mencakup standar teknis pemenuhan baku mutu air limbah; atau B. Terdapat perubahan usaha dan/atau kegiatan, perubahan Persetujuan Lingkungan harus dilengkapi dengan Persetujuan Teknis dan/atau SLO. Melalui PT. Enviromedia Unggul Sejahtera, kami dapat membantu badan usaha dan / atau kegiatan dalam hal melayani Konsultasi & Pendampingan Izin Lingkungan (AMDAL, UKL-UPL, dan SPPL), PROPER, izin IPAL dan TPS Limbah B3.
PT. ENVIROMEDIA UNGGUL SEJAHTERA, beralamat di: GELORA SPACE, JALAN BRAGA NOMOR 109, Desa/Kelurahan Braga, Kec. Sumur Bandung, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, Kode Pos: 40111 Website: http://www.enviromedia.co.id IG: enviromedia.id Fast Respon: Hubungi: 0817-6739-069 atau Klik https://wa.me/628176739069 #Pengolahanairlimbah, #Limbahcairdomestik, #Limbahcairdomestik, #Persetujuanteknis, #Limbahcairpindang, #Airlimbahjadiairbersih, #Limbahindustrifarmasi, #Limbahindustrimigas, #Pengolahanairlimbah, #Airlimbahindustri Persetujuan Teknis Ipal, Contoh Persetujuan Lingkungan, Contoh Standar Teknis Pembuangan Air Limbah, Contoh Kajian Teknis Ipal, Peraturan Tentang Izin Lingkungan Terbaru, Contoh Pertek Air Limbah, Contoh Kajian Pembuangan Air Limbah Ke Air Permukaan Pdf, Alat Pengendali Emisi Genset, Contoh Kajian Teknis Limbah B3, Rincian Teknis Penyimpanan Limbah B3 Rumah Sakit, Contoh Dokumen Pertek Limbah B3 Kawasan Industri Makasar, Dokumen Amdal Menurut Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup Ketapang Ecology And Agriculture Forestery Industrial Park, Pertek Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah Greenland International Industrial Center (Giic), Dokumen Amdal Bersifat Terbuka Atau Tertutup Kawasan Industri Mos/Jatiluhur Industrial Smart City, Limbah Industri Yang Menyebabkan Pencemaran Air Kawasan Industri Sei Mangkei.
#Pengolahanairlimbah#Limbahcairdomestik#Persetujuanteknis#Limbahcairpindang#Airlimbahjadiairbersih#Limbahindustrifarmasi#Limbahindustrimigas#Airlimbahindustri#Persetujuan Teknis Ipal#Contoh Persetujuan Lingkungan#Contoh Standar Teknis Pembuangan Air Limbah#Contoh Kajian Teknis Ipal#Peraturan Tentang Izin Lingkungan Terbaru#Contoh Pertek Air Limbah#Contoh Kajian Pembuangan Air Limbah Ke Air Permukaan Pdf#Alat Pengendali Emisi Genset#Contoh Kajian Teknis Limbah B3#Rincian Teknis Penyimpanan Limbah B3 Rumah Sakit#Contoh Dokumen Pertek Limbah B3 Kawasan Industri Makasar#Dokumen Amdal Menurut Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup Ketapang Ecology And Agriculture Forestery Industrial Park#Pertek Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah Greenland International Industrial Center (Giic)#Dokumen Amdal Bersifat Terbuka Atau Tertutup Kawasan Industri Mos/Jatiluhur Industrial Smart City#Limbah Industri Yang Menyebabkan Pencemaran Air Kawasan Industri Sei Mangkei.
1 note
·
View note
Text
Senyuman dibalik Desa Apulu

*Note* cerita ini tidak nyata/sungguhan. Terinspirasi murni dari mimpi dan imajinasi saya.
Suatu hari, keluarga kecil yang terdiri dari seorang gasdis bernama Hana dan kedua orangtuanya pindah ke sebuah desa terpecil bernama desa Apulu. Mereka terpaksa pindah karena masalah keuangan. Desa itu tampak damai, dengan penduduk yang ramah serta murah senyum. Sepanjang jalan menuju rumah mereka yang baru, mereka disambut hangat dengan senyuman dan lambaian tangan dari para penduduk yang sedang beraktifitas di luar. Mereka telah sampai di rumah baru mereka, rumah tua yang sederhana. Walau begitu rumah itu masih berdiri kokoh. Seluruh anggota keluarga sibuk berberes-beres dan memindahkan barang mereka dari bagasi mobil kedalam rumah.
Ditengah kesibukan mereka, terdengar suara laki-laki mendekati kediaman mereka. Ternyata dia adalah kepala desa beserta keluarganya, mereka membagikan hasil panen mereka sebagai penyambutan kedatangan keluarga Hana. Mereka saling berkenalan satu sama lain. Sari anak kepala desa ikut berkenalan dan langsung mengajak main Hana. Karena pekerjaannya sudah selesai Hana minta izin ke orangtuanya dan langsung bermain di ladang. Terdengar suara teriakan ibu Hana yang bilang ”Pulang sebelum senja ya” saat Hana berlari bersama Sari ke arah ladang.
Dia akhirnya bisa akrab dengan gadis yang seumuran dengannya, gadis itu bernama Sari, dia adalah anak kepala desa. Ibunya cantik. Namun Sari dan keluarganya itu sudah menargetkan keluarga Hana, dan berencana menjadikan Hana sebagai wadah untuk dirasuki. Entah apa niatnya namun warga desa juga mengetahui hal ini. mereka sepertinya memiliki tujuan jahat yang sama.
Sudah ada 1 bulan keluarga Hana tinggal di desa itu dan menjalani kehidupan yang sederhana. Hana dan keluarganya tidak merasa curiga sama sekali, karena warga desa dan kepala desa memang berlakuan baik di depan mereka, bahkan ada beberapa warga yang sampai membagikan hasil panennya ke keluarga Hana dengan cuma-cuma.
Malam itu, keluarga Hana diundang ke balai desa untuk menghadiri sebuah ritual penyambutan. Warga desa duduk melingkar, lilin-lilin menyala di sekeliling mereka, dan mereka mulai melantunkan mantra dengan suara lembut yang semakin lama semakin menggema. Hana tiba-tiba merasakan sakit luar biasa di tubuhnya. Matanya membelalak, tubuhnya bergetar, lalu mendadak ia terangkat sedikit dari tanah sebelum terhempas ke belakang.
Saat itu, sesuatu masuk ke dalam tubuhnya.
Hana tidak sepenuhnya kehilangan kesadaran, tapi ia bisa merasakan sesuatu—atau seseorang mencoba mengambil alih dirinya. Dengan suara yang bukan miliknya, ia berkata, "Ayah... Ibu... akhirnya aku kembali... Aku akan—" Namun, kalimat itu terputus. Liana berhasil menarik dirinya kembali. Nafasnya tersengal-sengal, tubuhnya dingin, dan ia melihat kepala desa serta istrinya menatapnya dengan senyuman kosong.
Orang tua Hana panik dan meminta penjelasan. Kepala desa dengan santai menjelaskan bahwa ini hanya bagian dari tradisi penyambutan, dan terkadang roh-roh desa suka bermain-main dengan pendatang baru. Mereka mengatakan bahwa kesurupan semacam itu bukanlah hal yang aneh. Meskipun penjelasannya terdengar masuk akal, ada sesuatu dalam tatapan warga desa yang membuat bulu kuduk meremang. Mereka menatap keluarga Hana seperti pemangsa yang sedang menunggu waktu yang tepat.
Sudah 2 bulan lamanya Keluarga Hana tinggal di desa itu, mereka mulai menyadari bahaya yang mengintai mereka. Mereka sudah curiga sejak awal, tapi kini mereka tahu pasti bahwa warga desa ini tidak waras. Mereka berpura-pura tidak tahu, bertindak seolah masih mempercayai warga desa, namun di balik itu, mereka mulai menyusun rencana.
Malam berikutnya adalah bulan purnama, saat ritual terakhir akan dilaksanakan. Warga desa berencana membunuh keluarga Hana dan mempersembahkan tubuh Hana sebagai wadah bagi sosok yang mereka sebut sebagai "Dia". Mereka telah menyiapkan alat-alat ritual dan altar di lapangan desa. Saat kepala desa memimpin doa, mereka mendekati keluarga Hana dengan pisau di tangan.
Namun, mereka tidak pernah menyangka bahwa keluarga Hana sudah lebih dulu bersiap.
Saat kepala desa memberi aba-aba, ayah Hana bergerak lebih cepat. Dalam sekejap, ia menebas tiga pria yang memegang senjata. Ibu Hana mengeluarkan belati yang telah ia sembunyikan dan menikam mereka yang mencoba mendekat. Hana sendiri, dengan tatapan hampa, berhasil menikam Sari dengan pisau. Mereka bertarung dengan ganas, membalikkan keadaan dalam hitungan menit.
Tak ada yang selamat dan tak ada warga yang tersisa. Dengan luka dan darah di tubuh mereka, keluarga Hana menatap tumpukan mayat warga desa dengan ekspresi dingin. Mereka mengumpulkan tubuh para penduduk dan membakarnya di tengah lapangan. Rumah kepala desa dibiarkan terbakar hingga hanya menyisakan abu.
Esok paginya, saat matahari mulai terbit, keluarga Hana meninggalkan desa yang kini sunyi. Mereka berjalan menjauh, dengan senyum samar di wajah mereka yang tak kalah menyeramkan dari warga desa yang telah mereka habisi.
2 notes
·
View notes
Text

#7/30 : HARI ITU : KAMIS, 23 JANUARI 2020
Sepekan sebelum hari menyedihkan itu, Bapak masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit RS.Sardjito Jogja. Oksigen terpasang rapi, suara sesekali masih bisa kudengar, masih sempat bercerita banyak hal. Termasuk suatu pesan yang sampai hari ini masih selalu terngiang di kepala.
Intinnya, "Saya nuntun kamu naik sepeda sampai kamu bisa mengayuhnya sendiri. Maka, kalau suatu saat nanti saya melepas itu, saya percaya kamu bisa mengayuhnya sendiri dan memilih jalanmu tanpa bantuan saya. Saya tidak mungkin selalu ada."
Tentu saja tidak sama persis, kurang lebih begitulah pesan yang tersampaikan. Bapakku memang begitu filosofis, cerdas dan berwawasan luas, banyak orang mengakui itu. Maka, untuk urusan ngobrol saja bisa sambil belajar dan mendapatkan pencerahan.
Oke lanjut bercerita, singkatnya sepekan aku lalui dengan waktu yang terasa lebih lama. Aku setia menemani Bapak yang kian hari kian melemah, yang tadinya masih bisa diajak bercanda atau mengobrol ini itu, masih bisa minta disuapi minum, masih minta dibenarkan selang infus, diantar ke kamar mandi dan lainnya. Mendadak terdiam, sejak malamnya tubuh bapak melemah, kian detik kian menit suarannya menghilang.
Aku berusaha menggoyangkan tubuhnya pelan, tidak ada respon.
Aku memanggil-manggil, tidak ada respon.
Nafas masih ada, tubuh masih hangat. Tapi nihil. Bapak tidak bisa diajak komunikasi.
Aku masih sendirian saat itu, keluargaku semuanya sedang berada di perjalanan begitu aku mengabari bahwa Bapak dinyatakan dalam kondisi kritis.
Dadaku sesak, nafasku tidak teratur, pikiranku kalut. Aku menggenggam tangan bapak, merapalkan semua doa yang kubisa. Aku minta kesempatan pada-Nya, meminta dengan sungguh.
Beberapa menit setelahnya, suster memintaku ke ruangan konsultasi dekat pusat perawat ruangan. Disana, tampak dokter jaga, seorang wanita muda yang menatapku nanar, dia memintaku melihat ke layar monitor yang memperlihatkan paru-paru, Iya. Milik bapakku.
"Mbak, kondisinnya sudah makin parah. Sel kanker sudah menyebar hampir ke seluruh paru-paru bapak. Mohon banyak didoakan, kami bisa melakukan tindakan bantuan, tapi itu hanya akan menyiksa bapak, Mbak. Sekarang keputusan di tangan Mbak, jika diizinkan kami akan melepas semua alat. Mbak, menunggu sembari didoakan semoga proses bapak cepat,"
Badanku lemah, tubuhku bergetar, mataku perih sekali sampai buram dan air mata itu menetes begitu saja. Makin deras, makin sesak juga dadaku. Aku tahu maksdunya.
Iya, Bapakku sudah akan selesai.
Perlahan dengan langkah gontai, aku mencoba kembali ke kamar inap, belum sampai di pintu dan membukannya, Mbak Isti. Bulikku dari keluarga bapak, datang. Dia yang setia menemaniku merawat bapak.
Aku tidak bisa membendung apapun lagi, tangisku pecah. Mbak Isti memelukku erat, aku menangis sejadinnya.
"Aku belum siap kehilangan Bapak," kataku.
"Ikhlas ti, ikhlas. Kasihan Bapak," Jawab Mbak Isti, seingatku.
Waktu berjalan, aku sholat dan berdoa supaya proses bapak tidak dipersulit. Aku minta pada-Nya, bapak dipanggil dengan cara yang baik.
Aku ikhlas.
Hari itu, Kamis, Malam Jumat sore. 23 Januari 2020.
Semua keluarga berkumpul. Termasuk Mama dan Adik perempuanku yang baru akan lulus SD. Aku sesekali menatap mereka, sedih. Tidak tega.
Dokter mulai bicara, "Dengan ini kami nyatakan Bapak Mutohar telah meninggal dunia." Kurang lebih begitulah.
Tidak, aku mencoba kuat. Aku tidak boleh kebanyakan menangis. Kasihan Bapak.
Singkatnya, kami semua mengantar Jenazah Bapak ke rumah simbah di desa pucanganom, kecamatan rongkop, gunungkidul. Simbah kakung, saat itu masih ada. Lemah tatapannya kosong. Simbah putri tampak lebih kuat, meski aku paham betapa menyakitkannya ditinggalkan anak lebih dulu. Omku, beliau pendiam, tapi aku yakin omku lebih dari sedih kehilangan kakak satu-satunnya.
Sahabatku, Umu Hani @haniumu-blog Bahkan dia setia menemaniku di Jogja saat semua ini terjadi, menjadi bagian penting dan salah satu penguatku.
Jumat siang, Bapak dikebumikan. Sesuai impiannya, dikuburkan di tempat kelahiran.
Di hari baik itu, Jumat.
Aku ikhlas. Aku hanya sesekali merindukan obrolan apapun itu dengan Bapak.
[Ditulis di rumah simbah, Senin, 15 April 2024]
8 notes
·
View notes
Text
DUKA LARA DAN SUKA CITA
-
Setiap hari kubuka Tiktok.
Selalu kulihat banyak video.
Terus diposting orang orang Gaza.
Bercampur antara duka lara dan suka cita.
-
Anas sang jurnalis di Jabalia.
Menyiarkan berita bombardir pesawat jet.
Menghancurkan rumah dan sekolah.
Mayat anak anak tergeletak dimana mana.
-
Hamada sang juru masak di Khan Yunis.
Bersemangat memasak shawarma ayam.
Lalu dia membagikan untuk anak anak.
Mereka tertawa gembira bisa makan enak.
-
Motasem sang jurnalis di Beit Lahia.
Mendatangi beberapa tenda pengungsi.
Anak anak di dalam tenda tenda itu.
Semuanya kurus kering kelaparan.
-
Mona sang relawan di Al Mawasi.
Sibuk membagikan bahan bahan kebutuhan.
Beras , tepung , minyak , gula , mie.
Para pengungsi senang menerimanya.
-
Bisan sang jurnalis di Al Maghazi.
Bertemu banyak rombongan pengungsi.
Mereka kelelahan berjalan jauh.
Sandal dan sepatu mereka sobek semua.
-
Tito sang badut di Gaza Utara.
Selalu enerjik menghibur anak anak.
Bermain , bernyanyi , berjoget.
Tertawa gembira bersama sama.
-
Dr Mohammed di rumah sakit Kamal Adwan.
Merasa kelelahan dan ketakutan.
Sendirian mengurusi orang orang terluka.
Sementara rekan rekannya ditangkap semua.
-
Said sang relawan di Al Nuseirat.
Tanpa lelah memasang tenda tenda.
Memasak makanan dan membagikan barang.
Untuk pengungsi yang terlantar.
-
Saleh sang jurnalis di Khan Yunis.
Menemukan anak lelaki saat tengah malam.
Menangis sendirian di kuburan ibunya.
Tidak mau kembali ke tenda hingga pagi tiba.
-
Dahlan sang relawan di Deir El Balah.
Mengadakan acara nonton kartun bersama.
Anak anak berkumpul dan merasa gembira.
Nonton kartun sambil makan popcorn.
-
Ahmed sang jurnalis di Al Nuseirat.
Merasa kasihan melihat anak anak di dalam tenda.
Mereka kepanasan saat siang terik.
Dan kebanjiran saat hujan deras.
-
Samaa sang gadis pemain biola di Tel El Hawa.
Duduk di bawah pohon sambil memainkan biola.
Anak anak yang melihatnya tampak tenang.
Terlarut melupakan semua penderitaan.
-
Youmna sang jurnalis di Shujaiya.
Bertemu anak anak yang terlantar.
Mereka memungut sisa makanan dari sampah.
Dan meminum air kotor dari comberan.
-
Alaa sang tukang cukur di Al Nuseirat.
Mencukur rambut orang orang tanpa bayaran.
Dia cukup senang mendapat sedikit imbalan.
Rokok , roti , kopi atau ucapan terima kasih.
-
Hossam sang jurnalis di stadion Yarmouk.
Meliput banyak pengungsi yang berdatangan.
Mereka kelelahan , kelaparan , kehausan.
Terlantar tak punya tenda.
-
Renad sang gadis cilik di Deir El Balah.
Selalu ceria memasak berbagai makanan.
Dia memasak maqluba tanpa ayam.
Harga ayam naik tinggi tak terbeli.
-
Doaa sang jurnalis di rumah sakit Al Nasser.
Mengunjungi anak anak yang terluka.
Ada yang tangan dan kakinya buntung.
Ada yang kulitnya mengelupas terkena fosfor.
-
Israa sang guru di Al Bureij.
Mengajak rekan rekannya membuka tenda sekolah.
Mereka memberi alat menulis dan menggambar.
Anak anak senang bisa sekolah lagi.
-
Hind sang jurnalis di rumah sakit Al Aqsa.
Menyiarkan berita yang mengerikan.
Tenda tenda di sekitarnya hancur berantakan.
Terbakar terkena bombardir pesawat jet.
-
Samih sang pemuda pemain oud di Deir El Balah.
Penuh semangat bernyanyi sambil memainkan oud.
Sementara teman temannya lincah menari dabke.
Menghibur orang orang yang mengungsi.
-
Samara sang jurnalis di Al Zaitun.
Mendatangi tenda tenda para pengungsi.
Banyak anak anak yang kulitnya gatal.
Penuh borok dirubungi lalat.
-
Abdullah sang petani di Khan Yunis.
Nekat menyelinap kembali ke kebunnya.
Agar dia bisa memanen sekarung buah olive.
Cukup untuk dibagi para pengungsi.
-
Faiz sang jurnalis di Rafah.
Meliput jalanan yang sepi.
Tak ada apapun selain mayat mayat berlumuran darah.
Tewas bergelimpangan diserang quadcopter.
-
Hassan sang dosen di Al Rimal.
Tanpa lelah melakukan kuliah online.
Para mahasiswa bersemangat melanjutkan kuliah.
Tak peduli dengan kekacauan , kesulitan dan keterbatasan.
-
Mahmoud sang jurnalis di Shujaiya.
Menutup hidungnya sambil melakukan liputan.
Mayat mayat membusuk menjadi tulang belulang.
Dimakan anjing anjing liar yang kelaparan.
-
Abdallah sang relawan di Deir El Balah.
Sibuk mengurusi banyak kucing liar.
Dia mengobati dan memberi makan.
Lalu membelai belai dan bermain main.
-
Mousa sang penyelamat sipil di Beit Hanoun.
Merasa putus asa tidak bisa menolong.
Orang orang yang terluka tertimpa bangunan.
Merintih rintih kesakitan menunggu kematian.
-
Fadi sang relawan di Al Maghazi.
Terus bergerak bersama rekan rekannya.
Mereka memasang solar panel , mengebor sumur dan membuat.
Para pengungsi memuji kerja keras mereka.
-
Yousef sang petugas medis di rumah sakit Al Quds.
Merasa ketakutan naik ambulance.
Drone pengebom terus mengejar.
Meledakkan jalanan yang dilewati.
-
Menna sang pelukis di Al Shati.
Menyuruh anak anak untuk mengantri.
Sementara dia melukis wajah mereka satu persatu.
Lukisan semangka , Handala dan bendera Palestina.
-
Nofal sang jurnalis di Shujaiya.
Mewawancarai seorang pria kurus penuh luka.
Pria itu baru saja dibebaskan dari penjara.
Terus disiksa hingga mengalami trauma.
-
Maha sang jurnalis di Deir El Balah.
Bersantai di pantai sambil memandangi senja.
Sementara anak anak muda di sekitarnya.
Penuh semangat bermain sepakbola.
-
Naji sang sopir taxi di kota Gaza.
Menyetir mobilnya pelan pelan sambil menangis.
Dia sedih melihat seluruh kotanya hancur lebur.
Tak ada yang tersisa selain puing puing reruntuhan.
-
Fatema sang relawan di Al Shati.
Berkumpul bersama anak anak perempuan di tenda besar.
Mereka duduk di tikar sambil membaca ayat ayat Al Quran.
Terdengar merdu hingga meneguhkan keimanan.
-
Ouda sang jurnalis di Jabalia.
Bertemu seorang pria yang naik kereta keledai pelan pelan.
kereta keledai itu mengangkut mayat anak anak yang berlumuran darah.
Ada yang kepalanya pecah , ada yang perutnya hancur.
-
Nour sang jurnalis di kota Gaza.
Tertawa senang melihat anak anak muda di sekitarnya.
Mereka bermain parkour melompati puing puing reruntuhan.
Lalu mengibarkan bendera Palestina di atas atap yang hampir roboh.
-
Khaled sang jurnalis di Beit Hanoun.
Tergesa gesa meliput pengeboman drone di jalanan.
Ledakan bom menghancurkan mobil hingga ringsek.
Orang orang di dalam mobil tewas mengenaskan berlumuran darah.
-
Ashraf sang insinyur elektronik di Al Nuseirat.
Tampak senang memamerkan barang barang buatannya.
Kipas angin , lampu meja , charger ponsel hingga kulkas.
Semuanya dibuat dengan rongsokan yang dia temukan.
-
Lubna sang jurnalis di rumah sakit Al Shifa.
Meliput kengerian setelah pembantaian massal.
Ratusan mayat membusuk bergelimpangan dimana mana.
Semuanya hancur tak berbentuk setelah dilindas tank dan buldoser.
-
Firas sang relawan di Al Bureij.
Naik truk bersama rekan rekannya ke tempat pengungsian.
Begitu tiba mereka langsung membagikan sepatu , mantel dan jaket tebal.
Anak anak senang tak lagi kedinginan.
-
Jumana sang janda di Al Mawasi.
Menangis teringat suaminya yang tewas tertembak quadcopter.
Dia juga lelah berusaha bertahan hidup tanpa suaminya.
Sementara anak anaknya masih kecil semua.
-
Rami sang pemuda kreatif di Al Nuseirat.
Mengumpulkan banyak kardus bekas dari tempat sampah.
Setelah itu dia membuat beraneka mainan kardus untuk anak anak.
Mobil mobilan , motor motoran , kapal kapalan dan lainnya.
-
Wedad sang gadis remaja di Al Mawasi.
Termenung sedih sambil memegang kunci tua dan kunci baru.
Kunci tua itu milik neneknya yang terusir dari rumah sejak 1948.
Kunci baru itu miliknya sendiri yang terus dibawa setelah rumahnya dihancurkan.
-
Mosab sang pelukis mural di Rafah.
Membawa banyak peralatan lukis dan cat beraneka warna.
Dengan penuh semangat dia melukis mural di reruntuhan tembok yang lebar.
Yang dia lukis adalah sosok Handala sedang makan semangka.
-
Dokter Ayaz di rumah sakit Al Awda.
Menangis melihat bayi bayi prematur yang tidur dalam inkubator.
Tak ada kiriman bahan bakar untuk terus menyalakan listrik yang hampir padam.
Bayi bayi prematur itu akan segera mati satu persatu.
-
Aboud sang pemuda kreatif di Al Maghazi.
Mengajak anak anak membuat layangan besar bendera Palestina.
Lalu mereka menerbangkan layangan besar itu di tepi pantai.
Siapapun yang melihatnya merasa masih punya harapan.
-
Duka lara yang dialami orang orang Gaza masih terus berlanjut.
Tapi orang orang Gaza masih terus melanjutkan suka cita.
Melakukan apapun yang masih bisa dilakukan.
Menikmati apapun yang masih bisa dinikmati.
-
November 2024
By Alvian Eleven
#puisiindonesia#sajak puisi#puisi#gaza genocide#free palestine#palestine poetry#from the river to the sea palestine will be free
2 notes
·
View notes
Text
Morning routine~

Kalo di rumah uber udah jadi rutinitas pagi lah yaa ngetreadmill, tapi ttp 2 hari sekali aja deh kek biasa karena terakhir hari senin jadi hari rabu ini jadwalnya lari dan InsyaAllah nanti lanjut jumat.
Nemo masih sakit, pagi2 jg udah muntah lg kepancing dr batuknya. Lemes gamau makan apa2, maunya goleran tidur, khawatir bgt kaaaaan huhuuuuu. Minum susu dikit bgt pula. Maunya tidur di sofa sambil nonton tv ketiduran. Ibu sambil lari kalo gt yah..

Udah lama ngga 7k dari sejak bulan puasa, mentok di 6k. Wlpn tadi dah bosen yaudah gpp nambah 1k lg eeh berhasil jg indoor run sampe 7k, baru pertama kali nih haha. Pace jg kek biasa di 7 aja cukup, ngga ngos2an HR msh sama aman ko avg 149 ya pokonyamah alhamdulillah nakeun easy run tanpa beban. Pegel di tulang kiri deket selangkangan jg ngga, soalnya senin pegel cuy sampe minta dipijetin sama suami tp alhamdulillah besoknya dah normal lg..
Jadi pgn outdoor run, tp kudu balik dulu ke rumah krn ngga bawa alat tempurnya nih. Alhamdulillah jadwal lari teratur lg 2 hari sekali, soalnya kalo skip terus nanti "lupa form" kata mama runner mah dahlah mama runner mah keknya tiap hari olahraga, ngga tanggung2 HM trail running ke dataran tinggi, dah next level jam terbangnya jg.
Oiya kemarin ica bestie runnerku dan mama runner ktemu di event LebaRUN yumaju x asics yg wkt itu mama runner ngajakin aku tp kan yaa mudik oguttt. Trus mreka berdua foto bareng hahaha. Kata mama runner "hayu nih mama nemo belom ikut event ah" wkwkwk iyaa mam santuy, kadang belom pede nih. Event hotel elroyale running 7k aja yg di share ica bestie aku ngga daftar2 huft kata ica kabarin kalo mau daftar laaah akunya kaga daftar2 maaf ya caa, kawanmu ini belom pede dan banyak pertimbangan huhu.. Mudah2an suatu saat nanti ada waktunya ikut event yaa penasaran aja vibenya sama pgn punya atuh medali kek org2 wkwk, ngga ambis jg sik..
4 notes
·
View notes
Text
SADARI untuk Menyadari
"Sebuah cerita nyata, dari salah seorang pasien wanita. Usianya 39 tahun, masih usia kepala tiga dan terbilang muda. Pasien tersebut memiliki anak tiga, dengan anak terkecil berusia setahun, masih balita dan memerlukan ibunya. Kali terakhir bertemu, saat pasien tersebut meminta rujukan ke poli penyakit dalam bagian onkologi atau kanker, masih cukup stabil saat itu kondisinya. Walaupun selalu ada perasaan seperti tertahan yang terlihat dari semburat raut wajahnya tiap kali aku bertemu dengannya. Dorongan semangat yang diberi untuk rutin menjalani kemoterapi, selalu dibalas oleh senyum kecil yang menyimpan rahasia."
Bayangkan jika pasien itu adalah anda duhai wanita. Bagaimana rasanya saat divonis menderita kanker payudara stadium tiga. Bagaimana rasanya saat dijelaskan bahwa sel-sel ganas tersebut sudah menjalar ke mana-mana. Bagaimana rasanya saat harus menjalani kemoterapi setiap minggu, saat kehidupan sudah cukup dan tenang di desa. Bagaimana rasanya harus bolak-balik kontrol ke rumah sakit dan menempuh waktu perjalanan yang cukup lama. Bagaimana rasanya meninggalkan anak yang masih kecil merengek-rengek memanggil mama. Pasrah, tak bisa berbuat apa-apa. Dan bagaimana rasanya, seandainya mengetahui bahwa harapan hidup tak lagi lama.
Kanker masih merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di negeri kita. Kanker leher rahim dan kanker payudara masih bersaing sengit untuk menempati urutan teratas dalam merenggut nyawa wanita. Padahal, kanker payudara dapat dicegah dengan deteksi dini yang dilakukan sendiri oleh tiap wanita. Caranya sangat mudah dan sederhana. Tidak ada alat dan bahan yang diperlukan untuk memeriksa. Lantas, bagaimana caranya?
SADARI artinya pemeriksaan payudara sendiri. Pemeriksaan dilakukan oleh diri kita sendiri, dengan melihat dan meraba payudara sendiri. SADARI dilakukan semenjak seorang wanita mendapat haid pertama kali. Untuk mengetahui perubahan payudara dari waktu ke waktu, SADARI perlu dilakukan setiap 1 bulan sekali. Waktu terbaik untuk melakukan SADARI adalah seminggu setelah periode menstruasi. SADARI bisa dilakukan saat berada di depan kaca, saat berbaring, atau saat mandi.
Pertama, lihat terlebih dulu, apakah ada yang tampak berbeda di payudara. Apakah ada payudara yang terlihat lebih besar dibandingkan yang satunya. Apakah ada kulit yang mengerut di puting dan area sekitarnya.
Setelah melihat, barulah meraba. Boleh lumuri tangan dengan pelembab atau minyak agar lebih memudahkan saat meraba. Angkat tangan pada sisi payudara yang ingin diperiksa, sementara tangan lain akan meraba. Lakukan pemeriksaan dengan meraba secara melingkar searah jarum jam, lakukan bergantian untuk keduanya. Sentuh dan rasakan apakah kira-kira terdapat benjolan di payudara. Selanjutnya, pencet perlahan puting untuk melihat apakah ada cairan yang keluar. Jangan buru-buru, lakukanlah dengan saksama.
Jika setelah SADARI ditemukan benjolan atau ada sesuatu yang dirasa mengganjal, maka jangan langsung panik dan cemas. Cukup datanglah ke puskesmas. Tenaga kesehatan akan melakukan SADANIS atau pemeriksaan payudara secara klinis. Jika ditemukan benjolan, pasien akan dilakukan rujukan ke dokter ahli untuk pemeriksaan lanjutan. Harapannya, deteksi dini dapat menemukan kasus kanker yang masih stadium dini. Peluang pengobatan dan kesembuhan sangat tinggi apabila kasus ditemukan lebih awal dan dini. Jadi, tunggu apa lagi? Segera lakukan SADARI untuk menyadari.
"Rupanya, kali terakhir bertemu dengan pasien tersebut benar-benar menjadi pertemuan terakhir kami. Tiba-tiba aku dikabari bahwa pasien tersebut telah menutup mata untuk yang terakhir kali. Mata berkaca, bergetar rasanya hati. Hanya doa dan harapan yang mampu diberi. Terima kasih, karena kisah ini akan selalu menjadi pembelajaran yang sangat berarti bagi kami."
***
2 notes
·
View notes
Text
Tidak akan Terulang
'Sejatinya waktu itu tidak akan terulang, pun momen yang ada di dalamnya', bunyi dari salah satu buku yang sempat kusentuh saat main ke Togamas Lumajang
Buku itu berjudul, Ichigo Ichie oleh Hector Garcia. Sudah menjadi kebiasaan bagiku, buat melihat lihat atau membuka plastic wrap buku (jangan ditiru :v) untuk sekedar membaca satu dua hal dalam suatu buku, untuk menanyakan, "Apakah buku cocok dengan kebutuhanku saat ini? Apakah aku perlu membaca nya? Apakah urgent, Nad?"
Jauh sebelum aku mengetahui bahwa konsep itu adalah konsep tertulis, ternyata konsep ini sudah tertanam bagiku sejak SD, usia 8 tahun. Kala itu, Mama pernah ngendika, "Tiap waktu itu berharga, nak. Maka jangan disia-siakan"
Aku, usia 8 tahun, memikirkan ulang sembari melihat detik jam dinding di rumah. Jam dinding bewarna merah bertulsikan SGM—hadiah kemitraan Puskesmas dimana Mama bekerja dengan produk susu SGM kala itu.
"Tik tik tik", jam itu berdetik dengan irama yang konsisten, tidak kurang, tidak lebih, selalu tepat iramanya. Semakin aku berfikir, kalau hari ini adalah tanggal 6 Juli 2008, maka sejatinya ini adalah tanggal 6 Juli 2008, hari Ahad pukul 13 menit 18 detik 12 sepersekian detik 08.
"Benar juga ngendika Mama," Tidak akan ada yang bisa mengulang, 6 Juli 2008, hari Ahad, pukul 13, menit 18, detik 12, sepersekian detik 08. Walaupun, sepersekian detik akan terulang, tapi tidak dengan detiknya. Walaupun, setiap detiknya akan terulang, tapi tidak dengan menitnya. Walaupun menit akan berulang, tapi tidak dengan jamnya. Dan finalnya, tanggal 6 Juli 2008 memang tidak akan terulang.
Aku terdiam dan berfikir, "Kalau sepersekian detik saja tidak akan dapat diulang, maka kewajiban untuk menggunakan waktu sebaik mungkin akan makin besar, makin berat beban yang ada di pundak, beban untuk mempertanggungjawabkan"
Prinsip ini pun tertanam dalam diri, dan mulai mengimplementasikan secara langsung saat itu. Misal, dengan membawa buku untuk membaca di perjalanan mobil antar jemput sekolah. Bahkan, saat itu, kamus aja takbaca dan hafalkan, "Daripada ngelamun", kataku tiap ada orang yang mengomentari. Atau lainnya, kebiasaanku mendengarkan murrotal saat di perjalanan, untuk sekedar mengulang ulang bacaannya hingga hafal—ini yang aku terapkan saat aku menghafal QS Al Mulk dan QS al Waqiah. Pernah juga, dalam perjalanan mudik lebaran ke Malang menggunakan mobil, aku tidak tidur, tapi aku sengaja membawa buku RPUL (Rangkuman Pengetahuan Umum Lengkap, buku ini populer di jaman SD ) hanya untuk mencocokan setiap plat mobil/motor yang kulihat dan mengetahui darimana pemudik itu berasal dan jadi hafal. Aku juga pernah menghitung SPBU yang terlewati dari Solo - Surabaya, hanya untuk menebak nebak, faktor apa saja yang mempengaruhi pembangunan SPBU. Lalu, membahasnya ketika jam Sains Club di SD. Anehnya lagi, setiap mandi, aku selalu membaca—hingga hafal komposisi alat mandi di bungkusnya, untuk melihat fungsi kandungannya. Misal, fungsi flouride untuk gigi juga SLS untuk kulit kepala. Dan lucunya, pertanyaan ini keluar saat Lomba Cerdas Cermat TATV Solo, pertama kali masuk TV buat lomba haha. Heboh banget dulu nonton TV yang ada akunya :")))
Tapi, seiring aku tumbuh dan memahami tentang waktu. Rasanya, semakin besar pula pemahaman ku atas kebesaran Allah,
1. Waktu adalah Makhluk Allah
Sebagaimana seluruh keberadaan di alam raya ini, maka waktu adalah makhluk Allah. Waktu ada dalam kekuasaan Allah, pun pergantian siang dan malam yang dijadikan sebagai tanda - tanda kebesaran Allah (QS Ali Imran 190)
2. Yang membedakan adalah keberkahannya
Salah satu manfaat memiliki teman LDFK jaman pre klinik, seorang hafiz lulusan PPTQ Nurul Fiqri Lembang, yang sekarang memempuh koas sambil mengambil S2 Manajemen Rumah Sakit. Yang luar biasanya, ia tetap bisa membagi waktu koas, mengerjakan tugas lapsus referat dll, dengan mengikuti kuliah online juga offline S2 nya di akhir pekan juga menjaga hafalannya. MasyaAllah. Lalu kutanyai dia, "Apa sih yang menjadikan kamu bisa mengatur waktu dengan sebaik itu, Ni?". "Kalau kata guruku di Yordania ya Nad, semua orang itu punya waktu yang sama, 24 jam. Yang membedakannya itu keberkahannya. Apa yang kita bisa lakukan juga manfaatkan dalam waktu 24 jam itu. Ada yang bermalas malasan, ada juga yang berlomba lomba dengan menjadikan istirahat sebagai prioritas terakhir." "Aku juga kadang terseok seok kok Nad, apalagi stase pedi", imbuhnya merendah. Iya. Keberkahan. Suatu yang dicari dalam berjalannya waktu. Apasih keberkahan waktu itu?
3. Keberkahan Waktu : Ketaatan dan Sibuk Menambah Amal
Amal. Ia tumbuh juga bertambah, apabila waktu bisa kita gunakan dengan baik. Lihatlah bagaimana ulama menghabiskan waktu di depan buku. Lihatlah bagaimana Ibnu Khaldun menguasai berbagai macam ilmu, mulai dari fiqh hingga politik yang tertulis dalam The Muqaddimah.
Lalu, apakabar kita, pemuda akhir zaman, yang banyak menyepelekan waktu bahkan ilmu. Yang menjadikan tameng ketidaktahuan sebagai tempat berlindung, tanpa berusaha untuk tahu. Yang mendahulukan istirahat sebelum lelah.
Sudah saatnya, gagasan untuk mengadirkan rasa pengawasan; Muraqabah. Juga generasi yang menggaungkan visi misi ulang yang terstruktur ; Mu'ahadah. Menapakkan kesungguhan; hati yang tulus.; Mujahadah. Serta taklupa melakukan evaluasi ; Muhasabah, dalam rangka melakukan perbaikan atas kesalahan; Mu'aqabah. Bahwa sejatinya waktu itu,
Tidak Akan Terulang
2 notes
·
View notes