#agus salim
Explore tagged Tumblr posts
rasiooid · 12 days ago
Text
DPRD Kabupaten Bogor Gelar Sidang Paripurna PAW, Agus Salim Dilantik Gantikan Rudy Susmanto
RASIOO.id – DPRD Kabupaten Bogor mengadakan Sidang Paripurna Pergantian Antar Waktu (PAW) untuk periode 2024-2029 pada Selasa, 12 November 2024. Sidang ini bertujuan melantik Agus Salim dari Partai Gerindra sebagai anggota DPRD Kabupaten Bogor, menggantikan Rudy Susmanto yang mundur dari jabatannya karena maju sebagai calon Bupati Bogor pada Pemilihan Bupati 2024. Ketua DPRD Kabupaten Bogor,…
0 notes
hotelbooking · 1 year ago
Link
RedDoorz @ H. Agus Salim Street Staying for a long time, or just need clean clothes? At the hotel, your favorite travel outfits will be kept clean and available with laundry service provided on-site. Please be advised that smoking is not allowed in the hotel to allow cleaner air for all guests. Smoking is limited to designated areas only, for the health and well-being of all guests and staff. Feel right at home during your stay at Knowing that bathroom amenities play an important role in increasing guests' satisfaction, the hotel provides toiletries and towels in some select rooms. If you don't feel like going out to eat, you can always opt for the delicious dining options at the hotel. Take some time to explore Pontianak during your stay at the hotel. Get a photograph of yourself in front of Equator Monument located 3.8 km away, a must-see for anyone visiting Pontianak. Rooms don't get much cheaper than here, being less than 83% of the city's accommodation.
0 notes
jasapendampingjurnal · 2 years ago
Text
Tumblr media
TERCEPAT, Call 0859-6284-8598, Jasa Pendampingan Jurnal Institut Agama Islam Agus Salim Metro Lampung Konsulta
0 notes
mamadkhalik · 2 years ago
Text
Bertahanlah!
"Mas, gimana anak saya? Kok katanya pacaran lagi ya?"
"Mas kok temen-temenku pada futur terus? Capek kalau gerak sendiri, egois banget mikir kuliah, emang kita ga kuliah?"
"Kader hari ini militansinya kurang mas, semua aturan diterabas!"
"Mas kok pekananku ga jalan ya, apa aku pindah aja ya?"
"Mas aku ngerasa gak pantas dapat amanah, gagal aja gitu, banyak kesalahan yang ga perlu dilakukan"
"Assalamualaikum mas, ini saya dapat tugas dari senior, mau daftar dauroh tapi secara waktu belum boleh, apakah bisa dibantu? 🙏"
"Mas tak rabi wae yo, soyo suwe tambah ruwet wae hahaha"
***
Percayalah, Allah tidak akan menakdirkan hambanya susah!
Percayalah, Allah memberikan rezeki berupa kekayaan dan rasa cukup kepada hambanya!
Percayalah, Allah senantiasa menguji hambanya untuk membuktikan bahwa kita layak atau tidak!
Kita adalah penerus risalah Para Rasul yang mulia. Kita adalah penerus keteladanan Abu Bakar Ash-Shidiq, setegas Umar bin Khatab, Sedermawan Usman bin Affan, secerdas Ali bin Abi Thalib, seadil Umar bin Abdul Aziz.
Kita adalah pemuda pemegang panji Islam yang mulia. Penyambung bara api dari Damaskus, Konstantinopel, Cordoba, Mataram hingga Jogja-Surakarta. Kita adalah trah pemberani Bumi Nusantara, seperti Buya Hamka, Muhammad Natsir, Hadji Agus Salim.
Telah dijelaskan, Setiap masa ada tuntutannya, setiap masa ada konsekuensinya, dan setiap masa ada pelaku sejarahnya.
Bukan hanya untuk berbicara, dulu zaman ini begini, zaman dulu begitu. Tapi, kita harus berbicara, mau apa setelah ini?
Selanjutnya, apakah benar yakin berjuang untuk Allah? Atau hanya validasi manusia belaka?
Banyaklah bersyukur, memohon ampun, sembari melapangkan dada dengan kesabaran. Menangislah atas segala dosa yang menghambat langkah dakwahmu.
Berdoalah untuk saudaramu, dari mereka yang lalai, atau bahkan keluar dari barisan ini, juga tak lupa kepada dirimu sendiri, yang lalai menunaikan haknya, dari menanyakan kabar, memberi beban yang tak sesuai kepahaman, atau barangkali zalim atas segala perkataan yang tak disengaja.
Merenunglah lebih lama, atas diamnya barisan ini kepada kepada kezaliman yang nyata. Menunggu Imam Mahdi datang tanpa bergerak dan tak mengubah apapun.
Setelah semua terlewati, kuatkanlah lagi lingkaranya, bersusah payahlah mencari ilmu, sambung silaturahmi dengan sesama saudara, dan yang paling penting, kuatkan rabithohnya!
"Tetaplah di sini. Di jalan ini. Bersama kafilah dakwah ini. Seberat apapun perjalanan yang harus ditempuh, sebesar apapun pengorbanan untuk menebusnya, tetaplah di sini. Jika bersama dakwah saja engkau serapuh ini, sekuat apa engkau jika seorang diri.” (KH. Rahmat Abdullah)
Bertahanlah, sedikit lagi.
64 notes · View notes
coretanthuf · 7 months ago
Text
Tentang memimpin
beberapa waktu lalu, ramai media sosial membahas perhelatan pemilu untuk memilih pemimpin baru untuk negeri ini. namun barangkali kita perlu diingatkan kembali makna memimpin, karena sejauh ingatanku, usai gelaran perhelatan tanda kemenangan, belum pernah kudengar cerita tentang mudah dan membahagiakannya menjadi pemimpin. Sesekali ada, namun sedikit sekali jumlahnya.
Dalam benakku, memimpin bukan perkara kursi dan tampuk kekuasaan, atau angan-angan mengawasi kerja keringat orang banyak. Lebih dari itu, memimpin adalah meluaskan hatinya untuk banyak urusan, menanggung banyak tanggungan, memikul banyak tanpa rasa terpukul.
tentu kita tak akan pernah lupa akan pepatah kuno Belanda, “Leiden is lijden!”. Memimpin adalah Menderita. Begitulah bunyi pepatah yang digunakan Mohammad Roem untuk menggambarkan kehidupan Haji Agus Salim.
The Grand Old Man, julukannya, adalah seorang diplomat ulung yang berulangkali menjadi delegasi Indonesia dalam berbagai perjanjian dengan Belanda dan juga seorang menteri. Meski begitu Beliau tinggal di gang kecil dan becek di pelosok Jakarta.
Lalu siapa yang tak kenal Mohammad Hatta? Proklamator dan Wakil Presiden Indonesia pertama. Hidup sederhana di masa pengabdiannya. Hingga wafat, Hatta tidak pernah kesampaian membeli sepatu bermerek yang di-idamkannya bahkan tagihan listrik rumahnya tak juga terbayar. Hatta rela ditangkap dan dibuang Belanda padahal ia bisa saja menikmati hidup nyaman dengan kekayaan yang keluarganya miliki.
Apakah pepatah memimpin adalah menderita masih relevan untuk Indonesia sekarang? Indonesia kini lebih maju dan dapat menjalankan roda perekonomian. Pejabat dapat menikmati kekayaan yang cukup bahkan melebihi pendapatan rata-rata rakyat. Bahkan kerap kita melihat pejabat kita hidup dengan kemewahan dan bisnis serta lahan yang begitu melimpah.
Tentu kita tak ingin punya pemimpin yang menderita ekonominya karena seharusnya sudah difasilitasi oleh negara dengan baik. Justru karena mereka mendapatkan fasilitas yang sangat baik itu kita layak menuntut mereka mengeluarkan segenap kemampuan terbaiknya untuk mencapai cita-cita bangsa Indonesia.
Kita akan selalu merindukan Pemimpin yang rela mengorbankan urusan pribadi demi kepentingan rakyat. Pemimpin yang menghayati Leiden is Lijden.
Kita rindu pada sosok Pemimpin hebat yang terlahir dari rahim kegelisahan dan karena itulah mereka harus siap untuk menderita.
2 notes · View notes
rifkisyabani · 2 years ago
Photo
Tumblr media
Minangkabau Untuk Indonesia Tanpa mengecilkan dukungan dan sokongan beragam suku bangsa yang kemudian membentuk Indonesia hingga kini, agaknya kita perlu sebuah apresiasi yang tinggi bagi tanah Minangkabau atas kontribusinya sebagai modal pergerakan bangsa. Sejak dahulu saya penasaran kenapa banyak tokoh pergerakan dan bahkan 4 serangkai pembentuk Republik yang disusun oleh Tempo dalam Serial Bapak Bangsa, 3 tokohnya berasal dari tanah Minangkabau, sebut saja Tan Malaka, Sutan Sjahrir, dan Mohammad Hatta. Ketiganya mewakili ideologi yang berbeda, namun memperkaya bagaimana bangsa ini dibentuk. Belum lagi ada Mohammad Yamin dan KH. Agus Salim yang punya nama asli: Masyhudul Haq. Tidak cukup disitu, ada pula tokoh mosi integral yang melahirkan NKRI setelah KMB, dialah Natsir. Di abad 19 akhir bahkan salah satu imam dan guru di Masjidil Haram adalah tokoh ulama besar asal Minangkabau, Syeikh Ahmad Khatib Al Minangkabawi yang kemudian memiliki murid yang menjadi pendiri 3 gerakan dakwah besar di Nusantara: Nahdatul Ulama: KH. Hasyim Asyhari, Muhammadiyah: KH. Ahmad Dahlan, dan Sulaiman Ar Rasuli pendiri Persatuan Tarbiyah Indonesia. Bagaimana tanah di tengah pegunungan Barisan di pesisir Barat Sumatera ini bisa jadi "power house" yang menelurkan tokoh pembaharuan di zamannya? Maka jika menelisik di banyak literatur dan bahkan sejarah dunia pers Minangkabau agaknya pengaruh semangat pan-Islamisme (mengacu pada definisi dari Anthony Reid) yang kemudian mempengaruhi gerakan Padri, interfensi dan modernisasi ala Eropa yang di bawa oleh kolonial Belanda telah mampu memberi inspirasi yang tumbuh deras bersama budaya yang kuat dipegang teguh (salah satunya budaya rantau), telah membawa orang-orang Minangkabau lebih egaliter, terbuka dan progresif. Sementara tanah Jawa di sekitar abad 19, sebelum dan pasca Perang Diponegoro masih dilingkupi feodalisme dan takzim di bawah kekuasaan bangsawan dan kaum ningratnya yang tak sedikit justru kerap menggunting di dalam lipatan bersaing pengaruh satu sama lain hingga dimanfaatkan oleh pemerintah Hindia Belanda yang memusatkan pengaruh politiknya yang saling bersilangan. #sejarah #history #book #sketchnotes #coretanrifki https://www.instagram.com/p/CpZhmNZrP77/?igshid=NGJjMDIxMWI=
18 notes · View notes
audadzaki · 9 months ago
Text
Pemilu di Negeri Nil
Empat hari sebelum pilpres dan pileg di Tanah Air digelar kami di Mesir sudah lebih dulu pesta di KBRI Kairo, tepatnya di bilangan Tahrir di tepian sungai Nil yang permukaannya telihat sejuk itu.
Indonesia adalah satu dari dua negara mayoritas muslim yang jadi sorotan dunia soal prestasi demokrasi, di samping Turkiye. Di saat semua negara penganut demokrasi Timur Tengah chaos, jatuh dalam jebakan demokrasi (democracy trap) kita setiap tahun masih saja merayakan demokrasi terbuka dengan "santun".
Mesir adalah korban akhir2 yang masih anyir oleh darah. Sungai Nil di Tahrir jadi saksi bisu. Mungkin aliran yang terlihat sejuk itu adalah air matanya.
Kenapa demokrasi Indonesia bisa damai? Kabar baiknya: karena kita memang bangsa santuy dan santun. Kabar buruknya: karena elemen politik Islam Indonesia memang tidak pernah menang absolut seperti di negara Timur Tengah yang ujung2nya terbentur.
Kita jadi serba salah, antara bersyukur atau sedih karena selalu kalah.
Kata para peneliti, mimpi umat Islam menang dalam demokrasi sebagai kekuasaan berbasis agama yang absolut adalah utopia. Tapi kita sedang tidak ada pilihan. Mungkin sama seperti KH. Agus Salim dan tokoh bangsa lain saat memutuskan ijtihad untuk membuat negara bangsa Pancasila tujuh puluhan tahun lalu. Hanya ini yang paling memungkinkan saat ini.
Buktinya, prinsip kita setiap kali pemilu adalah "pilih yang paling ringan mudharatnya". Itu cukup jadi bukti bahwa maslahat umat Islam tidak benar-benar sedang dibangun, siapapun presidennya. Umat Islam Indonesia hanya terjebak dalam pilihan yang selalu antara mati atau hidup setengah mati.
Tapi apa gunanya punya pilihan hidup sehidup M*rsi kalau ujung-ujungnya mati sekaligus terinjak-injak?
Jadi maaf Mesir, demi keberlangsungan hidup, ini masih paling baik buat kami saat ini. Meskipun kami tahu, pasti kalah lagi kalah lagi.
@audadzaki
Gannet Misr, 17 Februari 2024. Pemilu kedua kalinya di KBRI tapi selalu yasudahlah.
Tumblr media
2 notes · View notes
aksajenggama · 2 years ago
Text
Tokoh-Tokoh yang Menemukan Tempatnya dalam Kemelut Sejarah
1.
Saya baru selesai membaca ‘Manusia dalam Kemelut Sejarah’ terbitan LP3ES. Saya baru tahu kalau sebenarnya buku ini aslinya merupakan majalah Prisma No. 8 Tahun 1977. Saking laku dan dicari-cari oleh semua kalangan, majalah Prisma edisi itu pun lekas lenyap di pasaran. Untuk memenuhi hasrat pembaca, formatnya pun diubah menjadi semacam buku saku. Edisi yang saya punya merupakan terbitan tahun 2021.
Pada halaman sampul terpampang gambar empat tokoh pergerakan yang legendaris: Tan Malaka, Haji Agus Salim, Soekarno, dan Sjahrir. Lalu tampak samar dalam kelebat hitam putih orang-orang sedang berkumpul mengibarkan bendera merah putih dan spanduk bertuliskan: Satu Tanah Air, Satu Bangsa, Satu Bahasa, Tetap merdeka!
Sampul sederhana itu seolah menyiratkan suatu masa yang krusial dalam proses pembentukan Indonesia sebagai negara. Kita tahu tokoh-tokoh tadi punya andil besar dalam revolusi. Dan gambar itu terang menunjukkan kalau isi buku ini ialah tentang mereka.
Terdapat 9 tulisan tentang 8 tokoh berbeda di dalam buku kecil ini, satu tulisan lain merupakan pengantar tentang biografi sebagai satu bentuk dalam pusparagam penulisan sejarah. Masing-masing menceritakan hidup dan perjuangan tokoh-tokoh penting yang meletakkan dasar-dasar negara Indonesia. Selain keempat tokoh yang gambar termuat pada halaman sampul, terdapat pula kisah mengenai Amir Sjarifuddin, Soedirman, Kahar Muzakkar, dan Rahmah El Yunusiyyah.
Penulisnya pun bukan seorang. Setiap tokoh diceritakan oleh penulis yang berbeda. Termasuk pengantar, ditulis oleh Taufik Abdullah yang juga merangkap sebagai redaksi bersama Aswab Mahasin dan Daniel Dhakidae. Semua yang terlibat dan menyumbangkan kata-kata dalam buku ini merupakan orang-orang besar yang namanya sudah tentu sering didengar oleh mereka yang mengikuti arus perkembangan sastra, ilmu sosial, dan kebudayaan, khususnya sejarah.
2.
Saat mulai membaca buku ini, saya tidak memulainya dari depan. Sengaja. Saya mencari-cari tokoh yang paling ingin saya tahu kisahnya lebih dulu atau kadang disertai pula pertimbangan untuk melihat teknik bercerita seorang penulis tertentu. Dua pertimbangan itu membawa saya pada tulisan berjudul ‘Revolusi Memakan Anak Sendiri: Tragedi Amir Sjarifuddin’ yang ditulis oleh Abu Hanifah.
Saya sebenarnya sudah pernah membaca cerita mengenai Amir Sjarifuddin dalam karya Soe Hok Gie berjudul ‘Orang-Orang di Persimpangan Kiri Jalan’. Tulisan itu skripsi Gie di UI. Isinya memaparkan secara komprehensif latar belakang dan jalannya pemberontakan PKI pada tahun 1948, dan sosok Amir Sjarifuddin memainkan peran penting dalam peristiwa itu.
Pada bagian akhir pemberontakan, dengan sendu Gie menggambarkan ketenangan mantan Perdana Menteri Indonesia itu ketika tertangkap dan hendak menuju lokasi eksekusi mati. Di dalam kereta, pada Kapten Soeharto yang telah menangkapnya, Amir Sjarifuddin meminta bacaan yang menemani perjalanannya. Hanya ada buku William Shakespare berjudul ‘Romeo dan Juliet’. Demikianlah bacaan itu menemani Amir di dalam kereta menuju Solo.
Apa yang dibayangkan seorang revolusioner dengan buku Romeo dan Juliet di tangan? Setelah gerakannya ditumpas dan di luar jendela kereta waktu berlesatan seakan mempercepat akhir hidupnya?
Tak pernah benar-benar ada keterangan tentang ini dalam sejarah.
Aidit, pentolan PKI generasi setelah Amir menyebutkan kalau jelang eksekusi mati, Amir Sjarifuddin dan beberapa kawannya meminta agar mereka diperbolehkan menulis surat pada keluarga. Setelah itu, berkumandanglah lagu Indonesia Raya dan Internasionale dari para tereksekusi mati itu sebelum peluru berlesatan menembus tubuh mereka. Satu ironi dalam sejarah Indonesia, mengingat Amir Sjarifuddin adalah satu tokoh paling penting dalam upaya membangun angkatan bersenjata semasa revolusi. Bagi Aidit, seolah-olah sampai mati Amir Sjarifuddin merupakan Komunis sejati.
Idealisasi semacam ini tidak terlihat dalam tulisan Abu Hanifah.
Ia tak lain merupakan teman kuliah Amir Sjarifuddin yang teramat akrab satu sama lain. Mereka tinggal di asrama mahasiswa yang kini telah menjadi Gedung Sumpah Pemuda. Wajar jika tempat ini di masa silam menjadi tempat berlangsungnya satu pertemuan pemuda paling penting dalam sejarah Indonesia untuk merumuskan identitas nasional. Penghuninya para pembelajar yang bukan kaleng-kaleng. Selain Amir Sjarifuddin dan Abu Hanifah, ada Muhammad Yamin dan Assaat yang juga sama militant dalam belajar dan bergerak.
Asrama itu disebut Indonesis Clubgebow atau Perkumpulan Pelajar-Pelajar Indonesia yang berbasis di Jakarta. Belakangan disingkat IC. Kelompok ini tak lain ialah fusi dari organda-organda setelah sumpah pemuda.
Bagi kebanyakan orang, sumpah pemuda mungkin hanya sekadar hafalan dalam pelajaran sejarah di sekolah dasar. Tetapi, pernahkah kita benar-benar membayangkan seberapa kuat idealisme dari hasil bacaan serius para penggagasnya ketika mereka sama-sama memutuskan untuk melepaskan sekat-sekat kedaerahan di perantauan? Saya pikir itu butuh refleksi yang dalam, kuat, dan tidak sekadar untuk keren-kerenan.
Meski seiring berjalannya waktu orang-orang di asrama itu kemudian menggariskan asas perjuangan mereka di atas ideologi yang berbeda-beda, Abu Hanifah mengatakan mulanya hampir semua mahasiswa di sana kagum terhadap Marx dan Engels.
Mereka mendiskusikan ‘Manifesto Komunis’ secara serius dan membedahnya dari beragam aspek, entah itu historis, visi dan ramalan, moral, hingga bagian revolusionernya.
Apa tujuannya orang-orang yang kebanyakan bersekolah teknik dan kedokteran memusingkan Marxisme? Apakah mereka membaca dan mendiskusikannya untuk memikat hati para gadis? Entahlah.
Abu Hanifah mengaku kalau anak-anak IC tertarik pada Marxisme lantaran ideologi itulah yang seccara sistematis membicarakan kaum yang terjepit, terhina, yang miskin dan merasa tidak mendapat keadilan.
Hal ini bisa jadi benar, sebab pergaulan di masa itu nampaknya membuat perempuan jarang ambil bagian di IC. Maka bisa jadi perhatian yang serius akan isu sosial di Hindia-Belanda merupakan motivasi utama mereka untuk menyediakan waktu mempercakapkan Manifesto Komunis. Di lain waktu, anak-anak IC akan mengunjungi museum demi mendapatkan buku Adam Smith sebagai bahan diskusi. Abu Hanifah bilang, hampir semua menolak Liberalisme Klasik.
Lalu seberapa penting budaya diskusi semacam itu? Seringkali di kalangan anak muda, diskusi dianggap terlalu lama membuang waktu karena kurang heroic. Abu Hanifah bilang, bacaan dan diskusi semacam itulah yang membuat mereka siap, setidaknya secara teoritis, untuk menganggapi perubahan besar saat revolusi pecah. Mereka tahu apa yang harus mereka lakukan karena setidaknya dalam benak, telah tersimpan pengethauan yang mendalam tentang contoh-contoh gerakan yang pernah terjadi di negeri-negeri lain. Dan Itu semua telah dipercakapkan, dibedah secara anatomis untuk kemudian direfleksikan dan diterapkan saat revolusi datang.
Saya kira hal-hal semacam ini sudah amat jarang ditemukan di kalangan mahasiswa yang lebih gemar bermain game online dan meratapi nasib dengan umpatan-umpatan sederhana lalu merasa menjadi paling aktivis hanya karena telah didapuk sebagai fungsionaris lembaga mahasiswa yang program kerjanya jauh dari pengembangan metodologi keilmuan akibat sifat hura-hura.
Setelah diskusi-diskusi panjang, Abu Hanifah dan Amir Sjarifuddin kerap berjam-jam naik andong malam-malam untuk membicarakan hal-hal lain, dari politik hingga gadis-gadis yang mungkin membuat hati mereka berdesir. Aktivisme mereka pun selalu mengambil jeda bilaman musim ujian telah tiba. Hanya kadang-kadang keheningan di asrama bakal pecah oleh sayatan biola Amir Sjarifuddin. Muhammad Yamin biasanya marah jika Amir mengganggu ketenangan belajar mereka. Bila hal itu terjadi, Amir Sjarifuddin dan Abu Hanifah akan tertawa sejenak sebelum kembali pada keheningan dan tenggelam dalam keseriusan masing-masingl.
Dari kedekatan itulah Abu Hanifah mampu memberi interpretasi dengan impresi lain terhadap keterlibatan Amir Sjarifuddin dalam pemberontakan PKI tahun 1948. Baginya, Amir dan Musso terperangkap dalam gerakan revolusi mereka sendiri. Abu Hanifah bilang kalau ia amat bersedih ketika mendengar pidato terakhir Amir Sjarifuddin di radio.
“Perjuangan yang kami adakan waktu ini hanya buat memberi koreksi kepada revolusi-revolusi kita. Revolusi ini tidak berubah dari corak nasionalismenya, yang sebenarnya adalah revolusi merah putih dan lagu kebangsaan kami tetap Indonesia Raya.”
Demikian kata Amir. Bagi Abu Hanifah terang sudah kalau itu semua bukanlah satu sikap seorang komunis.
Ketika membaca kisah Amir dari Abu Hanifah ini, saya benar-benar membayangkan posisinya. Jadilah kita memiliki seorang sahabat yang kemudian berbeda jalan politik. Suatu hari, ketika kita sama-sama terlibat dalam pertempuran dan perjuangan untuk membela satu cita-cita kemerdekaan yang sama, kau mendapati kabar sahabatmu itu dieksekusi mati akibat pemberontakannya sendiri. Kenangan apa yang terlintas di benak Abu Hanifah manakal mendengar pidato itu?
3.
Lalu bagaimana dengan tokoh-tokoh lain dalam buku ini?
Refleksi ini terlalu singkat untuk membahas semuanya. Ada baiknya buku para pendengar membaca langsung buku kecil ini.
Namun ada pelajaran penting yang mesti dirumuskan pada tiap bacaan. Untuk buku ini, kira-kira dapat dijelaskan begini; meski dengan cara pandang berbeda, semua penulis nampaknya berusaha mengajak kita merefleksikan kembali para tokoh-tokoh itu bukan sebagai dewa yang suci dan bebas dari noda. Soekarno ditulis dengan cukup berimbang meski dalam upaya itu Onghokham mendapat kritik karena penggunaan sumber. Tapi coba lihat pembukaannya yang unik untuk menyelidiki Soekarno yang sering sekali kita pandang hitam putih,
“Sukarno adalah pribadi yang kompleks. Dia dilahirkan di bawah bintang Gemini yang menurut pendapatnya sendiri memberi corak yang beraneka-warna pada pribadinya. Persoalan Sukarno erat sangkut pautnya dengan persoalan bangsa kita sendiri. Pada masa puncak-puncak kekuasaannya, Sukarno digelari Pemimpin Besar Revolusi, Penyambung Lidah Rakyat, Amirul Amri, Panglima Tertinggi dan lain-lain. Dan tiba-tiba semua gelar-gelarnya dicopot. Jasa dan peranannya ditiadakan. Malahan dia diejek. Persoalannya kini bukan saja ‘siapakah Sukarno?’ akan tetapi ‘siapakah kita sekarang?’ Apa dahulu kita yang munafik atau sekarang kita munafik? Apa kita semua bersifat Gemini?”
Pembukaan semacam ini jarang sekali ditemukan dalam tulisan-tulisan sejarah Indonesia. Kendati demikian, pertanyaan Onghokham itu merupakan pertanyaan berat dan belum tentu mampu kita jawab.
Pada seluruh bagian buku ini dapat kita temukan kalimat-kalimat serupa. Entah apakah itu merupakan hasil interpretasi, pun juga kesaksian orang-orang yang pernah bertemu langsung dengan tokoh-tokoh seperti itu.
Cara YB Mangunwijaya untuk membuka bahasan soal Sjahrir, misalnya, juga tidak kalah tajam dan reflektif. Dengan mengutip Taufik Abdullah ia katakan,
“Jika Sjahrir bisa ‘bicara’ apakah yang akan dikatakannya tentang dirinya? Ditahan sebagai penghianat negara selama kurang lebih tiga tahun, dibebaskan, diberi kesempatan berobat ke Swiss, dan di hari meninggalnya (9 April 1966) langsung diakui sebagai ‘Pahlawan Nasional’ … Apakah yang akan dikatakannya?”
Mangunwijaya kemudian melanjutkan dengan simpulan umumnya soal moral revolusi,
“Perintisan kemerdekaan bangsa selaku hasil perjuangan politik-praktis yang bersih itu berbuah sukses. Penganut Machiavelli bisa omong apapun, tetapi kemerdekaan bangsa kita bukan buah hasil liku-liku kaum politik yang main rusuh dan bukan berdasarkan prinsip ‘Segala hal dijalankan oleh tujuan’. Kita harus bersyukur, bahwa bangsa dan negara kita bukan hasil gelap, bukan sebentuk haram jadah.”
Kesaksian seorang utusan Belanda yang pernah berhadapan dengan Haji Agus Salim menulis pada catatan hariannya,
“Orang tua yang sangat pandai ini seorang jenius dalam bidang bahasa, mampu berbicara dan menulis dengan sempurna dalam paling sedikit sembilan bahasa, mempunyai hanya satu kelemahan, yaitu selama hidupnya melarat. Pada waktu ini ia jelas bermain ke arah kita. Akhirnya ia Menteri Muda Luar Negeri dan karena itu orang ke dua di samping Sjahrir dalam perundingan. Barangkali ia yang paling pandai dari seluruh mereka itu.”
Dua kutipan pertama barangkali memang ditujukan untuk kita yang nampaknya kerap membutuhkan sosok pahlawan dan penghianat sebagai panduan moral dalam menjalani kehidupan bernegara. Tetapi dua kutipan terakhir memperlihatkan bahwa revolusi kita benar-benar digerakkan oleh tokoh-tokoh yang menjunjung tinggi fair play.
Kisah mengenai tokoh-tokoh revolusi yang memegang teguh prinsip dan idealisme mereka akhirnya harus hidup melarat atau mati di pengasingan dan penghukuman lantaran kemelut politik kerap kita dengar. Apakah itu mengurangi nilai mereka sebagai manusia?
Baubau, 5 Januari 2023
Erikfathul
4 notes · View notes
ingatlah · 2 days ago
Text
Dukungan Tokoh Nasional Warnai Kampanye Akbar Mahyeldi-Vasko di Padang
INGATLAH.COM– Kampanye akbar pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi Ansharullah dan Vasko Ruseimy, berlangsung meriah di Kawasan GOR H Agus Salim, Kota Padang, Jumat (22/11). Dalam kesempatan ini, Mahyeldi menyampaikan rasa terima kasihnya kepada sejumlah tokoh nasional yang turut hadir memberikan dukungan penuh. Mahyeldi menyebutkan beberapa nama besar yang hadir,…
0 notes
ligapetani · 3 days ago
Text
Prediksi Semen Padang Vs PSM Makassar 21 November 2024
Prediksi Semen Padang Vs PSM Makassar 21 November 2024
Ligapetani.com – Prediksi Semen Padang Vs PSM Makassar yang akan berlangsung di Stadion GOR Haji Agus Salim dalam laga pekan ke-11 Liga 1 2024/25, Jumat (21/11/2024) pukul 19.00 WIB. Semen Padang saat ini menempati posisi juru kunci klasemen sementara dengan torehan 5 poin. Sedangkan, PSM ada di posisi enam dengan torehan 17 poin. Semen Padang di laga terakhir mampu menahan imbang Persib Bandung…
0 notes
rasiooid · 25 days ago
Text
DPRD Kabupaten Bogor Apresiasi Dukungan Pemerintah untuk Pondok Pesantren
RASIOO.id – DPRD Kabupaten Bogor memberikan apresiasi terhadap bantuan yang disalurkan kepada pondok pesantren di wilayahnya oleh Dinas dan instansi terkait. Bantuan tersebut mencakup berbagai sektor, mulai dari infrastruktur, ketahanan pangan, hingga penguatan program pendidikan, yang semuanya berperan penting dalam mendukung kemajuan pendidikan pesantren. Wakil Ketua DPRD Kabupaten Bogor, KH…
0 notes
kmandala · 27 days ago
Text
0 notes
shofwankarim · 1 month ago
Text
*Daftar lengkap calon gubernur-wakil gubernur Pilkada 2024 seluruh Provinsi di Indonesia*
*Aceh*
1. Muzakir Manaf-Fadhlullah
2. ⁠Bustami Hamzah-Muhammad Yusuf A Wahab
*Sumatera Utara*
1. Bobby Nasution-Surya
2. ⁠Edy Rahmayadi-Hasan Basri Sagala
*Sumatera Selatan*
1. Herman Deru-Cik Ujang
2. ⁠Mawardi Yahya-Anita Noeringhati
3. ⁠Edy Santana Putra-Riezky Aprilia
*Sumatera Barat*
1. Mahyeldi-Vasko Ruseimy
2. ⁠Epyardi Asda-Ekos Albar
*Bengkulu*
1. Rohidin Mersya-Meriani
2. ⁠Helmi Hasan-Mian
*Riau*
1. Muhammad Nasir-Muhammad Wardan
2. ⁠Syamsuar-Mawardi M. Saleh
3. ⁠Abdul Wahid-S.F Hariyanto
*Kepulauan Riau*
1. Ansar Ahmad-Nyanyang Haris Pratamura
2. ⁠Muhammad Rudi-Aunur Rafiq
*Jambi*
1. Al Haris-Abdullah Sani
2. ⁠Romi Hariyanto-Sudirman
*Lampung*
1. Arinal Djunaidi-Sutono
2. ⁠Rahmat Mirzani Djausal-Jihan Nurlela
*Bangka Belitung*
1. Erzaldi Rosman Djohan-Yuri Kemal Fadlullah
2. ⁠Hidayat Arsani-Hellyana
*Banten*
1. Andra Soni-Achmad Dimyati Natakusumah
2. ⁠Airin Rachmi Diany-Ade Sumardi
*DKI Jakarta*
1. Ridwan Kamil-Suswono
2. ⁠Pramono Anung-Rano Karno
3. ⁠Dharma Pongrekun-Kun Wardana
*Jawa Barat*
1. Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan
2. ⁠Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie
3. ⁠Acep Adang Ruhiat-Gitalis Dwi Natarina
4. ⁠Jeje Wiradinata-Ronal Surapraja
*Jawa Tengah*
1. Ahmad Luthfi-Taj Yasin Maimoen
2. ⁠Andika Perkasa-Hendrar Prihadi
*Jawa Timur*
1. Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak
2. ⁠Tri Rismaharini-Zahrul Azhar Asumta
3. ⁠Luluk Nur Hamidah-Lukmanul Khakim
*Bali*
1. I Wayan Koster-I Nyoman Giri Prasta
2. ⁠Made Mulyawan Arya-Putu Agus Suradnyana
*Nusa Tenggara Timur*
1. Yohanis Fransiskus Lema-Jane Natalia Suryanto
2. ⁠Emanuel Melkiades Laka Lena-Johanis Asadoma
*Nusa Tenggara Barat*
1. Zulkieflimansyah-Suhaili Fadhil Thohir
2. ⁠Sitti Rohmi Djalillah-W. Musyafirin
3. ⁠Lalu Muhammad Iqbal-Indah Dhamayanti Putri
*Kalimantan Barat*
1. Sutarmidji-Didi Haryono
2. ⁠Ria Norsan-Krisantus
3. ⁠Muda Mahendrawan-Jakius Sinyor
*Kalimantan Timur*
1. Isran Noor-Hadi Mulyadi
2. ⁠Rudy Mas'ud-Seno Aji
*Kalimantan Selatan*
1. Raudhatul Jannah-Akhmad Rozanie Himawan Nugraha
2. ⁠Muhidin-Hasnuryadi Sulaiman
*Kalimantan Tengah*
1. Agustiar Sabran-Edy Pratowo
2. ⁠Nadalsyah-Supian Hadi
3. ⁠Abdul Razak-Sri Suwanto
*Kalimantan Utara*
1.Zainal Arifin Paliwang-Ingkong Ala
Andi Sulaiman-Adri Patton
Yansen Tipa Pandan-Suratno
*Gorontalo*
1. Gusnar Ismail-Idah Syahidah Rusli Habibie
2. ⁠Tony Uloli-Rustam HS Akili
3. ⁠Nelson Pomalingo-Mohammad Kris Wartabone
4. ⁠Hamzah Isa-Abdurrahman Abubakar Hamid
*Sulawesi Barat*
1. Suhardi Duka-Salim S Mengga
2. ⁠Andi Ibrahim Masdar-Hasannudin Sokong
3. ⁠Ali Baal Masdar-Arwan Aras
4. ⁠Husyain Syam-Enny Anggraini Anwar
*Sulawesi Tengah*
1. Ahmad Ali-Abdul Karim Al-Jufri
2. ⁠Anwar Hafid-Reny Lamadjido
3. ⁠Rudy Mastura-Sulaiman A. Hambuako
*Sulawesi Utara*
1. Steven Kandouw-Alfred Denny Djoike Tuejeh
2. ⁠Yulius Selvanus-Victor Mailangkay
3. ⁠Elly Engelbert Lasut-Hanny Joost Pajouw
*Sulawesi Tenggara*
1. Andi Sumangerukka-Hagua
2. ⁠Lukman Abunawas-Laode Ida
3. ⁠Tina Nur Alam-LM Ihsan Taufik Riswan
4. ⁠Ruksamin-Sjafei Kahar
*Sulawesi Selatan*
1. Andi Sudirman Sulaiman-Fatmawati Rusdi
2. ⁠Danny Pomanto-Azhar Arsyad
*Maluku Utara*
1. Muhammad Kasuba-Basri Salama
2. ⁠Aliong Mus-Sahril Thahir
3. ⁠Benny Laos-Sarbin Sehe
*Maluku*
1. Murad Ismail-Michael Wattimena
2. ⁠Jeffry Apoly Rahawarin-Abdul Mukti Keliobas
3. ⁠Hendrik Lewerissa-Abdullah Vanath
*Papua Barat*
1. Dominggus Mandacan-Mohammad Lakotani
*Papua*
1. Mathius Derek Fakhiri-Aryoko Alberto Ferdinand Rumaropen
2. ⁠Benhur Tomi Mano-Yermias Biasai
*Papua Tengah*
1. Meki Nawipa-Denas Geley
2. ⁠Wempi Wetipo-Ausilius Youw
3. ⁠Natalis Tabuni-Titus Natkime
4. ⁠Willem Wandik-Aloysius Giyai
*Papua Pegunungan*
1. John Tabo-Ones Pahabol
2. ⁠Befa Yigibalom-Natan Pahabol
*Papua Selatan*
1. Apalo Safanpo-Paskalis Imadawa
2. ⁠Darius Gebze-Petrus Safan
3. ⁠Romanus Mbaraka-Albertus Muyak
4. ⁠Nikolaus Kondomo-Baidin Kurita
*Papua Barat Daya*
1. Bernard Sagrim-Sirajudin Bauw
2. ⁠Abdul Faris Umlati-Petrus Kasihiw
3. ⁠Elisa Kambu-Ahmad Nausrau
0 notes
jasapendampingjurnal · 2 years ago
Text
Tumblr media
TERCEPAT, Call 0859-6284-8598, Jasa Pendampingan Jurnal IAI Agus Salim Metro Lampung Konsultanskripsi.id
0 notes
mamadkhalik · 2 years ago
Text
Merantau
Tumblr media
Bagi saya, tangisan terhebat seorang ibu adalah saat anaknya merantau. Saya masih ingat ketika kakak hendak berangkat merantau, kesedihan itu meluap dan sebagai bungsu hanya bisa menemani dan menenangkan disampingya, meski akhirnya berlinang air mata juga.
Saya jadi teringat Alif di film ranah 3 muara, Muhammad Darwis yang hendak belajar ke Mekah, Natsir Muda yang mengadu nasib ke Bandung, atau yang kisah yang sedang saya baca, Agus Salim yang meneruskan sekolah di HBS Batavia, sampai sang amak harus dipanggil menghadap Yang Maha Kuasa.
Batin terasa sesak sekaligus rindu.
Sampai akhirnya, dalam fase-fase merantau saya mendapat nasihat yang mengutip dari perkataan Imam Syafi'i :
Tumblr media Tumblr media
Semua ada hikmahnya, tergantung pola pikir kita. Mau tetap terpuruk dalam kejumudan atau melangkah menyongsong perubahan gemilang, dengan restu orang tua tentunya.
Jangan lupa untuk berbakti!
#BackToTarbiyah #Merantau
17 notes · View notes
cinews-id · 1 month ago
Text
Dua Tersangka Kasus Mafia Tanah Diserahkan ke Kejari Semarang
SEMARANG, Cinews.id – Dua tersangka kasus mafia tanah di Semarang, Jawa Tengah diserahkan ke Kejaksaan Negeri (Kejari) Semarang untuk segera dilakukan persidangan. Kedua tersangka tersebut adalah Agus Salim yang merupakan Kepala Desa Bedono Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, serta Tiari warga Genuk, Kota Semarang. Kedua tersangka diduga melakukan penipuan tanah dengan modus mendapat ganti untung…
0 notes