#Youth Ministry
Explore tagged Tumblr posts
Text
One time in youth group, we all played mafia late at night. A bunch of kids going around, scaring each other, hiding and pretend killing each other in a large church with 2 floors, classrooms, a library and 2 chapels. What could possibly go wrong?
There was another night where we had a sleep over at the church. NO ONE slept. Divergent movies were playing in one of the rooms on a projector. Those who did fall asleep got their face drawn on. We had all the cookies and sugar we wanted at the snack bar the leaders put together. There was karaoke too. I liked that in the morning, we got fresh chocolate chip pancakes the leaders made in the kitchen 😋.
One time our youth pastor lost a bet and let one of us shave his head.
DIY waterslides on the church hill.
Spraying each other with silly string.
Screaming contests.
I don't care if you're not Christian, everyone should experience the unhinged memorable adventures of youth group.
'Cause it ain't no sunday school.
4 notes
·
View notes
Text
Weaving Hearts: Towards becoming a reconciling presence
0 notes
Text
🇵🇷 It was the last day of VBS at Union Church; however, tomorrow and Friday we will continue the youth camp for the older kids. Today, the kids got make their own pizzas. The highlight of VBS was making slime, which has always been a hit. 🎨🍕
#vbs#youth camp#youth ministry#pizza#homemade slime#balloons#salsa dancing#Bomba dancing#Wednesday morning#kids arts and crafts
4 notes
·
View notes
Text
Rising up from the dust and shining like the menorah!! Are you want to get healed by God? Let’s catch this words, click the link!
0 notes
Text
18 testimonies as we turn 18 as a ministry
This ministry, the G4 Mission, was started on Feb. 16, 2006, after a Duke Jeyaraj email! This Feb. 16 (2024) we complete 18 years of existence. Here are some selected testimonies that came to us via WhatsApp and Social Media handles: #1 I want to commend you for several of your healthy practices – a Christian Leader from Pune on 11 May 2022 #2 Wow! You leave no stone unturned! – a School…
View On WordPress
0 notes
Text
One time my youth pastor said that all pornography is rape bc there's no way that many women would agree to being filmed having sex
Same guy also said that nobody in the real world wants to be a bdsm submissive and the only way to experience being a dom was to rent a sex trafficking victim
So in case you were wondering why so many people have such a backwards view on sex and sexuality, it's likely from somebody like that
8 notes
·
View notes
Text
Gagasan Pastoral Kaum Muda Berdasarkan Dokumen Christus Vivit
Part. 1
1 Latar Belakang Dokumen
1.1 Proses dalam Sinode Kaum Muda 2018
Pada tanggal 3-28 Oktober 2018 dilaksanakan sinode para uskup dengan tema pembicaraan “Orang Muda, Iman dan Discernment Panggilan”. Sinode ini dilaksanakan dalam rangka meneruskan semangat misi di zaman sekarang yang didengungkan oleh Paus Fransiskus yaitu Evangelii Gaudium. Sinode Keluarga dan Seruan Apostolik Amoris Laetitia juga dilaksanakan dengan tujuan untuk menjawab seruan Evangelii Gaudium, dan keduanya telah menjadi aksi nyata yang mendahului sinode kaum muda dan seruan Apostolik Christus Vivit. Lewat Sinode bertema “Kaum Muda, Iman dan Diskresi Panggilan” Gereja mau melihat ke dalam bagaimana Gereja dapat membimbing kaum muda untuk berkembang dengan beberapa indikasi antara lain: menyadari dan menerima panggilan pada kepenuhan hidup dan kepenuhan cinta. Gereja juga meminta anak muda untuk berkontribusi tentang dengan cara apa Gereja dapat mewartakan Kabar Gembira secara efektif di zaman ini.[1]
Gereja menyadari bahwa Gereja perlu menjadi lebih terbuka pada suara kaum muda. Di zaman ini di mana kaum muda hidup, Gereja menyadari pentingnya kehadiran kaum muda dalam tubuh Gereja. Hal ini dirasa penting sebab untuk menjalankan dan mengamalkan dengan semakin baik evangelisasi, tidak bisa tidak Gereja harus melibatkan kaum muda. Demi pewartaan yang lebih efektif, kaum muda diajak untuk turut terlibat dalam pewartaan zaman ini.
Dalam kesempatan yang sama, membawa pewartaan yang efektif berarti membutuhkan peninjauan ulang pula. Lewat sinode ini, Gereja ingin melihat kembali perjalanan Gereja selama mendampingi dan membimbing kaum muda. Hal ini menjadi penting sebab zaman berubah dengan cepat dan akhirnya membawa perubahan juga pada masyarakat dan kebudayaan kontemporer. Perubahan zaman yang cepat ini telah menyebabkan angkatan zaman ini sungguh berbeda dengan orang tua dan juga para pendidik. Aspirasi, kebutuhan perasaan dan bagaimana cara orang muda zaman ini berelasi, telah berubah.[2]
Sinode ini dilaksanakan dengan proses yang cukup komprehensif. Di dalamnya ada kuesioner secara online. Ada juga testimoni personal yang tidak sedikit jumlahnya. Selain itu pertemuan pra-sinode juga memberi kesan mendalam untuk pelaksanaan sinode.[3] Proses ini mau menunjukkan bahwa sinode ini bukanlah sebuah sinode yang berkutat pada pemikiran filsafat-teologis dogmatik belaka, melainkan benar-benar mengacu pada kehidupan riil kaum muda dan juga situasi zaman yang sedang dan terus berubah ini.
Kalau kita bicara zaman sekarang, kita melihat sebuah panorama dunia kontemporer yang selalu berdasar pada ilmu pengetahuan. Sering kali ilmu pengetahuan ini juga dikaitkan dengan dominasi penguasaan teknologi.[4] Dengan perkembangan ilmu pengetahuan, aneka kebutuhan manusia mulai dimudahkan. Sejak ditemukan mesin uap, masalah sosial mulai bermunculan karena segala sesuatu yang dikerjakan dengan tangan mulai dikerjakan oleh mesin uap. Orang yang dapat bekerja adalah orang yang dapat menguasai pengetahuan tentang teknik menggunakan mesin uap. Kini sudah berkembang zaman komputerisasi, dunia maya, dan bahkan robotisasi. Asimo 2000 yang dibuat oleh perusahaan kenamaan Jepang yaitu Honda telah cukup membuat dunia tercengang karena kepintarannya melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah seperti menyapu, mengepel, dan juga membersihkan perabotan di rumah.
Dapat tergambarkan masyarakat macam apa yang akan mengisi dunia ini ketika penggunaan teknologi semakin dianggap lumrah dan wajar, tergambarkan juga bagaimana masyarakat mengalami ketimpangan terutama bagi mereka yang tidak dapat menguasai teknologi. Kaum muda kita sekarang hidup dalam konteks seperti itu. Mereka dididik dalam konteks perkembangan teknologi yang masif. Oleh sebab itu pendekatan teologis dogmatis maupun filosofis perlu dilengkapi dengan pengetahuan kontekstual tentang situasi masyarakat dan juga zaman yang berkembang ini.
Memang menarik bahwa dalam seluruh proses pelaksanaan sinode ini, banyak elemen hadir dan memberikan kontribusi, antara lain konferensi para uskup, dukungan para imam, kelompok para religius, umat awam, para ahli, guru-guru, dan elemen-elemen lainnya. Semua sumbangsih mereka dirangkum dalam Instrumen Laboris yang adalah dasar kokoh untuk didiskusikan selama sinode berlangsung. Setelah diskusi sinode berlangsung, disusunlah dokumen akhir dari sinode yang merupakan kumpulan hasil dari semua proses dan mengarahkan untuk langkah ke depannya. Dokumen akhir sinode mengekspresikan aneka kesadaran, interpretasi dan juga keputusan-keputusan bapa-bapa sinode.[5]
Dengan adanya keterlibatan dari aneka elemen, dapat dirasakan perbedaan dalam hasil diskusi, yakni kesadaran bahwa Gereja tidak berdiri sebagai sebuah otoritas, melainkan teman seperjalanan. Begitulah para bapa sinode menggambarkan perjalanan mendampingi kaum muda bukanlah sebuah pelayanan di mana otoritas menuntun dan serta merta mengarahkan dengan otoritas ataupun kuasa Gereja. Dalam berdiskusi tentang pelayanan kaum muda, para bapa sinode mengambil contoh Yesus yang datang kepada dua murid yang sedang berjalan ke Emaus (Luk 24,13-35).
Dalam kisah perjalanan dua orang murid ke Emaus, Yesus hadir di tengah-tengah mereka dan berjalan bersama mereka. Yesus mendengarkan mereka secara saksama dan dengan penuh perhatian Yesus mewartakan Sabda kepada mereka. Yesus membuka mata mereka dan mereka menyadari Yesus, hingga mereka kembali segera kepada para rasul yang lain. Demikianlah dalam dokumen akhir sinode (Final Document, selanjutnya disingkat “DA”) para uskup tentang kaum muda terdapat tiga bagian besar, yaitu:
1) ”Yesus berjalan bersama mereka.”
2) ”Mata mereka terbuka.”
3) ”Dengan segera mereka pergi.”
1.2 Garis Besar Isi Dokumen Akhir (Final Document)
1.2.1 “Yesus berjalan Bersama Mereka”
Pada bagian ini para bapa sinode mengungkapkan sebuah pandangan tentang bagaimana Gereja berusaha berperan seperti Yesus yang telah datang mendekati para murid dari Emaus.[6] Setelah hari kebangkitan-Nya, Yesus mulai menampakkan diri kepada para murid-murid-Nya. Salah satu peristiwa penampakan itu terjadi di perjalanan dua orang murid yang sedang menuju Emaus. “Dua orang murid berjalan dari Yerusalem menuju Emaus dan mereka bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang terjadi. Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka.”
Para bapa sinode mau menunjukkan bahwa tindakan Yesus ini menjadi salah satu bentuk pastoral Yesus. Yesus hadir dan berjalan bersama orang muda. Selama perjalanan kedua murid itu bercakap-cakap tentang apa yang terjadi. Yesus yang hadir di tengah mereka tidak hanya sekedar hadir di antara mereka, tetapi juga sembari mendengarkan dengan saksama tentang apa yang mereka pikirkan terkait peristiwa Paskah. Maka di sini para bapa sinode mau menegaskan bahwa pertama-tama Gereja ingin seperti Yesus, yaitu hadir dan mendengarkan.
Mendengarkan merupakan sebuah perjumpaan. Perjumpaan itu menuntut kerendahan hati, kesabaran, kesediaan untuk memahami, juga usaha-usaha untuk memberikan tanggapan dengan jalan-jalan yang baru (DA 6). Dalam artikel ini dikatakan tentang bagaimana kualitas mendengar yang benar, yaitu seperti Yesus. Paska Konsili Vatikan II Gereja memang sudah menjadi lebih terbuka daripada sebelumnya, namun tak dapat dipungkiri, belum tentu sifat terbuka ini benar-benar mengakomodir sifat mendengarkan dengan kualitas Yesus. Ketika mencoba mendengarkan orang lain, godaannya adalah mendengarkan begitu saja tanpa ada perhatian terlebih kesediaan untuk memahami.
Keprihatinannya adalah adanya kecenderungan dalam Gereja untuk menyediakan paket-paket jawaban dan solusi-solusi yang sudah ada, tanpa memberi ruang bagi peran kaum muda untuk memunculkan sendiri apa yang mereka perlukan untuk menghadapi tantangan-tantangan dunia (DA 8). Kualitas mendengarkan khas Yesus adalah sebuah kualitas mendengarkan dengan adanya kesediaan untuk memahami, dan juga ada kesabaran serta kerendahan hati. Tanpa kesabaran dan kerendahan hati, kembali Gereja akan mengulang kembali kesalahan yang sama yaitu tergoda untuk memberikan paket jawaban dan solusi-solusi praktis yang sudah ada namun terkesan usang juga. Tentang Gereja yang ingin mendengarkan suara dan wajah kaum muda terungkap aneka wujud dan realita kehidupan kaum muda yang mengalami aneka tantangan antara lain, perubahan-perubahan zaman, pengucilan, diskriminasi gender, dan kolonisasi budaya.
Dalam bab ini diungkapkan juga bagaimana relasi dengan kaum muda dilihat. Relasi yang dimaksud tentu juga terkait pada kaum muda dengan kehidupannya antara lain dengan perkembangan zaman, ajaran Gereja, perubahan yang masif, akar-akar kebudayaan bawaan lahir, tentang seksualitas dan gender dan juga terkait dengan moralitas hidup dan Gereja.
Bab ini bahkan mengajukan beberapa persoalan yang dihadapi kaum muda. Para bapa sinode menerima masukan bahwa kaum muda sangat ingin diterima apa adanya dengan segala dimensi orisinalitas mereka (DA 45). Adapun karakter lainnya adalah mereka ingin punya komitmen pada kehidupan sosial. Bentuknya bisa beragam mulai dari menjadi volunteer dan aktivis, warga negara yang aktif dan juga kelompok-kelompok yang bergerak di bidang solidaritas sosial. Pendampingan sangat diperlukan agar karakter tersebut terpelihara dalam kegiatan bermasyarakat, dan kaum muda dapat menyumbangkan kreativitas dan juga segala bakat mereka untuk ikut terlibat dalam kehidupan dunia (DA 46).
Dalam kaitan dengan hidup religius dan spiritual, kaum muda dipengaruhi oleh konteks sosial dan budaya di mana mereka tinggal. Oleh sebab itu penghayatannya pun berbeda-beda antara satu wilayah dengan wilayah yang lainnya. Pencarian mereka di bidang hidup spiritual dan agama adalah pencarian makna hidup. Agama dan religiusitas dikaitkan dengan pencarian makna hidup yang mereka jalani. Sayangnya kerap kali pencarian ini ditemukan dalam bentuk bantuan psikologis ketimbang keterbukaan pada misteri Allah yang hidup (DA. 48-49). Dimensi sosial dan religius dalam kaum muda mengarahkan mereka pada hasrat untuk terlibat dan masuk dalam suatu gerakan konkret. Oleh sebab itu para bapa sinode menyarankan agar diadakan pendampingan yang memang melibatkan mereka. Mereka membutuhkan bantuan juga dari teman sebaya, serta komunitas yang autentik, serta penuh dengan rasa persaudaraan (DA. 52-57).
1.2.2 “Mata Mereka Terbuka”
Setelah mendengarkan kedua murid itu bercakap-cakap tentang peristiwa salib, Tuhan menyampaikan sabda-Nya pada mereka sehingga mata mereka terbuka. Pada bagian ini para bapa sinode memaparkan tahapan selanjutnya yaitu tahap di mana mata para murid terbuka akan kehadiran Yesus yang berjalan bersama mereka. Dalam tanda Ekaristi, akhirnya kedua murid menyadari siapa yang berbicara dengan mereka sepanjang jalan. Tentu saja ini juga merupakan karya Roh Kudus. Roh Kudus itu pula yang membimbing mereka pada pengalaman autentik bersama Allah (DA 58-62).
Pada vigili menjelang World Youth Day 8 April 2017, Paus Fransiskus mengatakan, bahwa banyak orang dalam hidupnya menghabiskan banyak waktu untuk bertanya “siapa saya” dan itu tidak masalah. Namun pertanyaan utamanya adalah, “untuk siapa aku hidup?” (DA 69). Lewat pertanyaan ini Paus Fransiskus mengajak kaum muda untuk melihat makna terdalam hidupnya yaitu pemberian diri kepada Allah melalui sesama. Apakah kaum muda sudah menjalani hidup demi orang-orang yang dikasihinya, atau hanya masih memikirkan diri sendiri?
Untuk membantu kaum muda membuka mata, diperlukan orang dewasa yang sanggup mendampingi mereka. Mendampingi bukan pertama-tama dengan arahan-arahan dan perintah, atau bahkan paksaan. Mereka butuh pendamping yang mendorong mereka untuk tumbuh dan berkembang. Dalam ikatan keluarga, di sanalah kaum muda mendapatkan bantuan macam itu. Memang dalam banyak kasus, keluarga tidak begitu sempurna dan terbatas, tetapi di tempat inilah mereka pertama kali mendapatkan bantuan macam itu (DA. 70-72).
Keterbukaan pada Roh Kudus mengantar kaum muda pada kematangan. Dengan pendampingan yang tepat dari orang dewasa yang tepat, kematangan pribadi dapat dicapai. Dari kematangan pribadi itu akan tumbuhlah panggilan dalam hati kaum muda. Figur Yesus memberikan daya tarik tersendiri bagi kaum muda sebab ia sederhana dan miskin, namun tetap terlihat baik. Figur Yesus membantu mereka untuk menemukan hidup iman, panggilan dan juga kemuridan. Dari Maria, kaum muda belajar bagaimana menanggapi panggilan dengan jawaban “ya” (DA 81-83).
Dengan aneka kekayaan rohani Gereja, kaum muda diperkenalkan dengan banyaknya kharisma dalam tarekat-tarekat. Pendampingan dalam mengenali panggilan menjadi bagian kunci dari orang-orang yang ingin mulai memilih (DA 104). Panggilan itu dapat dikenali dan ditemukan dalam Sabda dan juga dalam diri Gereja. Bapa sinode mengungkapkan bahwa Allah bicara melalui hati, dan inilah yang perlu disadari kaum muda, untuk mendengar Allah bicara dalam hati mereka. Untuk itu, mereka perlu dilatih ber-discernment. Perjumpaan dengan Tuhan selalu berada di dalam hati manusia. Para pendamping kaum muda perlu dilatih dalam pengalaman mendampingi kaum muda untuk berjumpa dengan Tuhan (DA 110-113).
1.2.3 “Dengan Segera Mereka Pergi”
Bab ini lebih membahas pertama-tama semangat para pendamping dan pelayan pastoral kaum muda. Melalui sub judul “Dengan segera mereka pergi” Paus Fransiskus ingin menyampaikan tentang bagaimana proses pendampingan kaum muda haruslah seperti Yesus dan para murid-Nya. Yesus yang menjumpai kedua orang di Emaus mendorong hasrat para murid itu untuk segera pergi dan mewartakan kepada murid lain-Nya tentang perjumpaan mereka. Lebih spesifik Paus Fransiskus mengajak kaum muda dan para pendamping pastoral untuk memiliki hasrat untuk berjumpa dengan Yesus dan kemudian pergi menjangkau banyak kaum muda tentu saja dengan lebih dahulu melakukan pertobatan setelah perjumpaan itu. Pertobatan ini bukan hanya di bidang spiritual melainkan juga di bidang pastoral dan karya misionaris.
Sebagaimana Yesus hadir dan berjalan bersama dua murid ke Emaus, kaum muda meminta Gereja berjalan bersama mereka. Sinode pun dilaksanakan demikian, yaitu dengan cara kolaborasi antara para bapa sinode dengan kaum muda. Sinode selalu menjadi salah satu cara bagaimana Gereja terbentuk. Dalam relasi antara Kristus, sesama dan komunitas, iman diwariskan. Dalam kerangka misi, Gereja dipanggil untuk mengadopsi beberapa cara atau pola relasi seperti ini. Gereja dalam sinode adalah Gereja yang mendengar, yang menyadari bahwa mendengarkan bukanlah sekedar mendengar. Mendengarkan juga berarti saling mendengarkan, sehingga ada relasi di dalamnya (DA 122). Dari sikap saling mendengarkan itu, para bapa sinode menyerukan agar Gereja memiliki kesiapsediaan mengambil peran untuk menyediakan pembagian tanggung-jawab yang dinamis dengan setiap anggota Gereja. Diharapkan, pembagian tanggung jawab yang dinamis ini juga dapat dilaksanakan di aneka level, antara lain di wilayah gereja lokal, konferensi episkopal, dan bahkan dalam level gereja universal (DA 123).
Pembagian tanggung jawab di aneka level itu perlu dilakukan mulai dari level paling lokal yaitu Gereja Paroki, bahkan lebih dalam lagi pembagian tanggung jawab dalam kelompok kecil di dalam keluarga-keluarga bersama keluarga lainnya di dalam lingkungan Gereja dan masyarakat. Pembagian tanggung jawab itu menuntut adanya pembaruan di dalam paroki. Para bapa sinode memandang bahwa paroki-paroki perlu melakukan pembaruan. Pembaruan itu meliputi gaya hidup dan juga struktur dalam Gereja. Bahkan komunitas Gereja harus terbuka pada otoritas sipil dan juga jaring-jaring hidup sosial lainnya (DA 132).
Pembaruan dalam katekese juga mendesak. Para bapa sinode merasa penting sekali untuk menemukan tipe-tipe yang tepat dalam bahasa dan metodologi untuk menyampaikan katekese kepada kaum muda. Katekese tidak kehilangan esensinya, berisi perjumpaan dengan Kristus, tetapi juga dengan penyampaian bahasa dan metodologi yang tepat (DA 133).
Selain itu, bab ini mengajak agar Gereja menjadi rumah bagi para kaum muda. Gereja perlu menampilkan diri sebagai rumah yang setia menyambut dengan ramah, dipenuhi dengan atmosfer kekeluargaan seusai dengan yang dinasihatkan oleh Paus Fransiskus dalam Ensiklik Evangelii Gaudium art. 288. Gereja diharapkan menunjukkan sifat keibuannya, dan juga dari situ, nampak tindakan kenabian yang membawa sukacita, di mana Gereja menerima setiap orang yang datang dan menjadi rumah bagi kaum muda (DA. 138).
Dengan sikap terbuka ini, Gereja memperbarui karya misioner Gereja. Para bapa sinode menyadari adanya beberapa hal-hal penting yang menjadi tantangan Gereja dewasa ini. Tantangan itu antara lain misi dalam dunia digital (DA 145), meruntuhkan tembok dan membangun jembatan bagi para migran (DA 147), peranan perempuan di dunia kontemporer (DA 148), seksualitas yang autentik, bersih dan bebas (DA 149), Politik-ekonomi-pekerjaan dan rumah bersama (DA 151), konteks interkulturalitas dan interreligiusitas (DA 155), dan Dialog ekumenis (DA 156).
Pada bagian akhir bab ini, dibahas oleh para bapa sinode bagaimana dengan aneka situasi tantangan kontemporer di atas, Gereja menyiapkan diri dalam formasi yang integral. Cirinya antara lain, konkret, kompleks dan integratif (DA 157). Hal ini juga merupakan usaha Gereja untuk mendampingi kaum muda agar sungguh “siap dan segera pergi” melaksanakan tugas yang mereka terima dari baptisan. Dalam terang pembaruan ini, diperlukan juga formator-formator baru untuk dipersiapkan (DA 158). Formator-formator itu akan membentuk para rasul-rasul misionaris yang siap menjawab kebutuhan iman kontemporer (DA 159).
Tugas spesifik dari formasi yang integral bagi para calon tertahbis dan juga biarawan-biarawati dirasa penting oleh bapa sinode. Para formator tidak hanya punya kualifikasi tinggi, tetapi juga mampu membangun persaudaraan dan punya empati untuk mendengarkan, kompeten dalam tugasnya bersama dengan tim formasi lainnya termasuk dengan kaum perempuan (DA 163).
1.2.4 Rangkuman
Pada bagian “Rangkuman”, ditegaskan beberapa poin penting, yakni meski berbeda-beda dalam panggilan hidup, kita semua dipanggil pada satu panggilan yang sama yaitu panggilan kepada kesucian. Kaum muda meminta dan merindukan Gereja yang autentik, kokoh, transparan dan juga penuh sukacita (DA 165-166). Kesucian itulah yang akan membangunkan dunia dari kegelapan korupsi. Kaum muda membutuhkan orang-orang kudus yang juga akhirnya bisa melahirkan orang-orang kudus lainnya. Nampak jelas dalam sinode ini, bahwa pembentukan dan pembinaan kaum muda sungguh-sungguh bagian esensial dalam Gereja.
[1] Synod of Bishops, Preparatory Documen XV Ordinary General Assembly (2018), tersedia dari http://www.synod.va/content/synod2018/en.html Diakses pada 10 September 2019, 3.
[2] Synod of Bishops, Preparatory Documen XV Ordinary General Assembly, 5-6.
[3] Synod of Bishops, Final Document of the Synod of Bishops: Young people, The Faith, and Vocational Discernment (2018). Tersedia dari http://www.synod.va/content/synod2018/en.html, 3.
[4] Synod of Bishops, Preparatory Documen XV Ordinary General Assembly, 5.
[5] Synod of Bishops. Final Document of the Synod of Bishops: Young people, The Faith, and Vocational Discernment, 3
[6] Synod of Bishops. Final Document of the Synod of Bishops: Young people, The Faith, and Vocational Discernment, 4.
0 notes
Video
youtube
5 Tips on How to Increase Youth Ministry Participation
0 notes
Text
I recently went on a youth ministry retreat and got the chance to meet so many people on this faith journey. So many kids like me.
It was incredible, standing in a room surrounded by the love of God and the way the we all sung loudly together in perfect harmony .
1 note
·
View note
Audio
(Pastor Chris Mullis) Youth Pastor, Amy Harris, share the touching story about what of her most memorable youth from over 25 years of youth ministry and how we all have important roles to play to help one another through life.
0 notes
Text
Who else is tired of being bullied by older generations? 🙄
I was listening to a podcast today about "ministering to the youth," and the guests' conversations took me back to when I was a teenager at church. We weren't taken seriously, our faith wasn't taken seriously, and none of the adults listened to us.
Sound familiar?
Youth groups seem like more like an attempt to keep teenagers separate from the rest of the congregation, rather than a place made for them. Even the term "youth group" is condescending—who uses "youth" to describe anything except for adults who've forgotten what it was like to be a teenager?
Talking to out-of-touch adults reveals a lot about their opinions of "the youth." But so does a quick Google search:
"Entitled"? "Sensitive"? By whose standards, hm?
Anyway, long story short, I've been trying to imagine what the "youth group" I grew up going to would look like if it were actually made for me and my peers.
For starters, we'd be allowed to participate in more than just the (youth) worship band. What about ministries usually reserved for adults, like the tech team or offering plate collectors? What about sharing testimonies—or even messages!—with the rest of the congregation?
I keep thinking of what Paul said to Timothy in 1 Timothy 4:12 -
"Don’t let anyone look down on you because you are young, but set an example for the believers in speech, in conduct, in love, in faith and in purity."
What do you think? What do you wish you could do at church that the older generations haven't allowed you to do?
2 notes
·
View notes
Text
NCYM 2024: In my point of view
A Reflection by Diovelene Francisco, Youth Coordinator It was on the 17th of July, 2024 that we arrived at St. John the Evangelist School of Theology Academic building inside the Seminary Compound. At that moment, the learnings, encounters and opportunities opened up for us and the participant-youth leaders of the National Conference for Youth Ministers hosted by the archdiocese of Palo. NCYM:…
0 notes
Text
��� For the majority of the day at VBS, our overall emphasis was on creating. The arts and crafts table was the busiest as we started our activities for the morning. I also got in on the action with the kids and created some projects too. 🇵🇷
#vbs#youth camp#kids arts and crafts#youth ministry#Bible lessons#pom poms#scissors#scratch paper#stamps#glue#painting#coloring#journals#Tuesday morning#San Juan Puerto Rico
3 notes
·
View notes
Text
Engaging Student Ministry as a Senior Pastor
Kyle and Matt have a variety of ministry experiences, but primarily served as student and senior pastors. As pastors, however, there's value in engaging student ministry...even from the "first chair." If you're looking for trustworthy Christian higher education that equips you to think biblically, reason truthfully, and share God's Word effectively, Texas Baptist College is the place for you. TBC focus is Christ-centered, Scripture-driven, and student-focused. And the best way to experience TBC is to attend its Spring Preview Day on March 31.
Tour the campus, speak with faculty members, chat with fellow students, and experience the unique campus community of Texas Baptist College during Spring Preview Day.
Register today at texasbaptistcollege.com/preview
0 notes
Text
Imma be honest guys, I used to be an Assistant Youth/Kid Pastor in my Church, it's uhm an experience, I don't think my Church at that time was ready for my Unhinged and Chaotic energy in its Purest Christian Form
One time, I think we were preaching David and Goliath story for the umpteenth, I got really Tired and was so bored of telling Kids how David sling his Stone and killed Goliath, so when the Youth Pastor left to go to the Toliet, I stepped out and look Dead into the Kid Audience and was like, "You know what happened to Goliath?"
The kids:
Yeah he got knocked out! *boxing sounds*
Me, Manically Laughing:
NO....Goliath got Killed
The Kids:
Wait what? *atmosphere change*
Me, Crazed eyes ready to destroy Children's Pristine and Innocent Vision of the Bible:
Turn your Page to 1 Samuel, Chapter 17, verse 50
David ran and stood over him. He took hold of the Philistine’s sword and drew it from the sheath. After he killed him, he cut off his head with the sword.
The Kids were Shocked because well the church gave them Regular Bibles not Children's Bible, so they saw the difference immediately.
Me:
I WANT YOU TO CONSIDER THAT GOLIATH WAS PROBABLY 9 FEET TALL, HE WON'T BE GIVEN A REGULAR SWORD MORE LIKE THE STANDARD SWORD TO ACCOMMODATE HIS SIZE AND STRENGTH WOULD HAVE BEEN A GIANT PHILISTINE VERSION OF AN ODACHI OR ZWEIHÄNDER
*shows a picture of an Odachi and a Zweihänder, Kids still shocked*
David has to be REAL HECKEN STRONG TO WIELD SUCH A WEAPON TO CUT OFF A HEAD OF 9 FOOT TALL MUSCLE BOI.The Fact, God only asked him Swing the Stones was just an act of Confidence that you could do anything if you try hard enough that in led gave David enough Confidence to reveal what hidden Strength he has to wield such an absolute unit of a Weapon.
David Wrestled Lions, Remember that, he always had that strength, he just need confidence and God gave him that.
The Kids just finally understood the meaning of this Chaotic massage, the Children's worldview was shattered, I was left off by the people of the youth Ministry for breaking Childhood Dreams and being Inappropriate somehow but I also strengthened their Faith in God at the same time so I was respected by the Younger portions of the Youths.
So I am a very Unhinged Youth Minister, would you like to hear anymore stories?
#church#youth ministry#church memes#christian memes#dark chrisian memes#yes I break Worldviews#and yet they love me#if you want biblical advice go to god not me#SWORDS
13 notes
·
View notes
Text
Call Me Shepherd
So, if you are reading this, you either stumbled upon it by incredible accident or you know me and what to see what this Nova Shepherd thing is all about. Either way, welcome to my new blog about my youth ministry journey in Nova Scotia. So here is the quick and dirty version of what is going on, God called me back into ministry a couple of years ago by having friends affirm my calling to be a youth pastor, and that kicked off going back to school, (Tyndale to be exact, I finished my degree in May of 2022) and then God put a calling to go east from Ontario in my family and my heart, which eventually lead to Nova Scotia and in particular to my wife, daughters and I buying a house in a beautiful little community named Glace Bay. (I can't forget our dog Chase too, who happily rode 4 days in the back of our Jeep Compass for the move) Now as I write this I still don't officially have a job yet, (although I am meeting with the head of a youth program in a couple of hours to hopefully fix that but, this is where God has called nonetheless) So, saying all that, why is this Blog called Nova Shepherd you might ask, (or you don't, I have no clue how curious you are as a person) so let me tell you. Over the last twenty years or so I have done a lot of youth ministry, even as a volunteer youth pastor, and recently at the church I was attending it was almost second nature to call the people who were on staff as Pastor, before saying their name, such as my friend and mentor Pastor Kareem which the teens all call PK for short. So this led to me taking the title of Shepherd with the younger kids of the group, partly because I didn't want people to call me the short form of Pastor Peter, (PP, agh, the memories of being taunted with as a kid) and since my greatest spiritual gifting is Shepherding, I asked the kids to call me Shepherd instead, and I will be truthful, I liked it, (there is also a tie into my favorite TV show Firefly that also makes me smile, if you know you know, and if you don't, watch the show, it is great) So, this comes back the title of this whole blog and all, and why I call this Nova Shepherd? Well, first of it is a play on words, which I am fond of, being called to Nova Scotia which means New Scotland, and starting this journey as a fresh slate with no one really knowing me in the province, I have decided to embrace my Sheep Guy calling and have actually been introducing myself to people as Shepherd, crazy, I know, but it feels right, (Nova Scotia, Nova Shepherd, it makes sense in my head at least) So, I am a new shepherd, trying to lead a whole new flock of young people to a life with Jesus, and if you're game, you can come along, as I will post thoughts and updates through text and videos here about this nova adventure I am on, (see what I did there with the Nova and the New, words are fun) So, if you see me make sure to come say hi, and call me Shepherd.
2 notes
·
View notes