#Tugas akhir kampus
Explore tagged Tumblr posts
Text
0821–6528–0507 (Wa-Call) Jasa Joki Skripsi Tugas Kuliah Buat Website PHP Laravel Murah
0821–6528–0507 (Wa-Call) Jasa Joki Skripsi Tugas Kuliah Buat Website PHP Laravel Murah, Jasa pembuatan program php laravel website tugas kuliah di medan, Jasa pembuatan program aplikasi website tugas akhir kuliah di medan, Jasa pembuatan program aplikasi web tugas akhir kuliah di medan, Jasa pembuatan program PHP Laravel tugas akhir kuliah di medan, Jasa pembuatan program aplikasi web tugas akhir kuliah murah di medan, Jasa Buat program aplikasi web php laravel murah di medan, Jasa buat program website web tugas kuliah akhir di medan, Jasa buat program aplikasi php laravel sistem informasi tugas akhir kuliah medan, Jasa buat program php laravel murah untuk tugas akhir kuliah di medan, Jasa pembuatan software php laravel murah di medan untuk tugas akhir kuliah, Jasa buat website php laravel tugas kampus akhir di medan, Jasa pembuatan website php laravel tugas kampus akhir di medan, Jasa pembuatan web program php laravel tugas akhir kampus di medan,
Halo anda mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas kampus / sedang mengerjakan skripsi tentang pemerograman website dengan PHP / Laravel. Tapi anda bingung tidak tau cara membuatnya aplikasi websitenya.
Tenang. Yuk serahkan pembuatan program aplikasi websitenya nya ke kami saja. 100% Amanah dan Terpercaya. dan tentunya 100% Privacy anda kami jaga
Ayo tunggu apalagi. Pembuatan program dengan menggunakan bahasa pemerograman PHP / Laravel dan Database MySQL
Untuk Harga Pembuatan Mulai Dari Rp. 500.000 (Harga sesuai dengan kebutuhan program yang mau kamu buat).
Untuk Info Lebih Lanjut. Hubungi 0821–6528–0507 (Telp / WA) Dapat Konsultasi Via Online (Google Meet) atau Bisa Jumpa Langsung (Lokasi di Medan)
Tumblr media
1 note · View note
Text
Tumblr media
0821–6528–0507 (Wa/Call) Jasa pembuatan joki website php laravel skripsi murah
0821–6528–0507 (Wa/Call) Jasa pembuatan joki website php laravel skripsi murah, Jasa pembuatan program aplikasi website tugas akhir kuliah di medan, Jasa pembuatan program aplikasi web tugas akhir kuliah di medan, Jasa pembuatan program PHP Laravel tugas akhir kuliah di medan, Jasa buat website php laravel tugas kampus akhir di medan, Jasa pembuatan website php laravel tugas kampus akhir di medan, Jasa pembuatan web program php laravel tugas akhir kampus di medan
Halo anda mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas pemerograman website dengan PHP / Laravel.
Bingung tidak tau cara membuatnya. Yuk serahkan pembuatan program aplikasinya ke kami saja. 100% Amanah dan Terpercaya. dan tentunya 100% Privacy anda kami jaga
Ayo tunggu apalagi. Pembuatan program dengan menggunakan bahasa pemerograman PHP / Laravel dan Database MySQL
Untuk Harga Pembuatan Mulai Dari Rp. 500.000 (Harga sesuai dengan kebutuhan program yang mau kamu buat).
Untuk Info Lebih Lanjut. Hubungi 0821–6528–0507 (Telp / WA)
0 notes
steven-wijaya · 8 months ago
Text
Cerita Sex Teman Kampusku yang menjadi Pemuas Nafsuku
Tumblr media
By penikmat satin 24 Mei 2024
Hari ini aku akan berbagi cerita tentang pengalamanku masturbasi dengan teman kampusku dan dia adalah sahabaku sendiri yang satu kampus denganku.
Akhir-akhir ini aku sering jalan Bersama Maya, dia teman satu kampus yang paling dekat denganku. Mulai dari pulang bareng, makan bareng hingga nonton bareng. Sebenarnya kami sudah kenal sekitar 1 tahun yang lalu dalam kegiatan kampus dan setelah itu kita menjadi temen.
Semenjak Maya putus dengan pacarnya, kami semakin dekat saja dan kemana-mana selalu bareng dan suatu malam pas malam minggu setelah aku dan Maya baru saja selesai menonton acara petunjukan seni budaya disalah satu gedung yang ada dikampus, malamnya aku langsung mengantarkan Maya  pulang ke rumah kontrakanya.
Saat perjalanan dari kampus ke tempat kontarakannya dengan motorku. Sepanjang perjalanan, kami berbincang-bincang ringan. Tak disangka Maya merapatkan duduknya dan memeluku dari belakang sehingga bagian dadanya menempel sekali dibagian punggungku.
Maya tergolong cewek yang manis dan pintar bergaul. Penampilan yang sangat seksi banyak mata laki-laki selalu meliriknya Seperti sekarang ini, dia menggunakan kemeja satin berwarna merah  dibalut bawahan dengan rok warna hitam dengan bahan satin sama seperti kemejanya seatas lututnya.
Sesampai rumah kontakanya terlihat sangat gelap sekali.
“Loh, May lampunya kok gak pada dinyalain sih”, kataku ketika sampai di depan rumah kontrakan.
“Biasa Tom kalau sudah hari sabtu dan minggu mereka pada balek kerumah orang tuanya kecuali aku. Masuk Tom”
“Lah emang teman-teman kamu orang mana sih pakai pulang segala?”, tanyaku.
“Lah mereka kan Cuma asli orang Solo dan Wonogiri aja”.
Kulihat rumah kontrakan Maya cukup besar dan terdapat 3 kamar dan teman-teman yang mengontrak disini juga sama-sama teman satu kampus dengan Maya.
Malam itu aku duduk diruang tamu sambil menunggu Maya keluar dari kamar dan setelah menunggu sekitar 5 menitan begitu keluar dari kamar Maya sudah mengganti pakaian dengan pakaian tidur model daster berkain satin berwarna krem sambil membawa sebuah laptop dan mengajaku pidah ke ruang tengah.
Diruang tengah kami duduk santai diatas karpet lesehan karena memang tidak ada kursi atau sofa di rumah kontrakanku ini.
“Oh ya Tom, ini data-data tugas yang diberiakan oleh dosen kemarin kamu tinggal pidah ke hardisk aja”.
Setelah beberapa tugas aku copy dari laptop ke hardisk ku, aku menemukan beberap file film-film semi thailand yang ada dilaptopnya dan sempat aku buka beberapa filmnya saat Maya meninggalkan aku untuk membuat secangkir kopi panas. Tapi saat aku baru beberapa menit membuka film itu tiba-tiba dari belakang Maya datang.
“Gimana udah belum  copynya ke hardisk Tom”, Tanya Maya kepadaku.
“Tinggal dikit May…tapi lama juga copynya”, kataku.
“Gimana ngak lama kalau pakai nonton film juga”
“Hehehe….”, aku sedikit malu saat Maya berkata seperti itu, aku kira dia tidak tau.
“Ya udah nonton aja Tom”, dengan santainya Maya duduk disampingku.
“Kamu suka ya May nonton film seperti ini”.
“Ya suka aja sih dari pada dikontrakan sendiri,  kadang iseng-iseng nonton seperti ini”.
Sekitar 30 menit, kami nonton beberapa koleksi film yang ada dilaptopnya,  tak terasa kulihat jam dinding sudah menujukan pukul 23:45. Sebenernya copy tugas-tugas kuliah yang dilaptop sudah selesai aku pindah ke dalam hardisk ku tapi karena kita berdua masih focus melihat beberapa adegan seks difilm itu aku jadi lupa waktu.
“Oh ya May, udah malam aku pulang dulu ngak enak kalau ada orang yang lihat”.
“Pulang besok pagi aja Tom, malam ini kamu nginep aja disini,  apalagi  hari udah larut malam”, jawab Maya.
“Tapi ngak enak May, nanti ada orang lihat aku nginep disini”.
“Udah santai aja disini ngak ada siapa-siapa dan bebas kok”.
“Ya udah lah kalau gitu malam ini aku tidur disini, tapi tidur dimana May?”.
“Tidur di kamar aku aja”, katanya sambil senyum.
“Wah ngak enak May, mendingan aku tidur di sini aja”, kataku sambil menunjuk kasur lipat yang diruang tengah.
“Ya udahlah terserah kamu aja”, kemudian Maya masuk kedalam kamar untuk istirahat.
Malam itu aku tidak memiliki pikiran yang macam-macam soal Maya karena aku anggap dia sahabat paling dekat denganku dilingkungan kampus dan Kedekatan kita hanya sebatas teman. Malam itu aku tidak langsung tidur aku masih menonton koleksi film-film semi yang ada dilaptop milik maya.
“Cekreeeeek…” tiba-tiba pintu kamar Maya terbuka dan sejenak aku memperhatikan Maya keluar dari kamar.
“Kenapa May?” terlihat Maya telah melepas Branya dibalik dasternya yang dikenakanya itu, karena jelas sekali ada benjolan kecil yang menjeplak dikain satin dasternya.
 “Belum bisa tidur Tom”, kata Maya sambal duduk di sampingku.
“Ya udah, ikutan nonton Film-film koleksi kamu ini, Ntar juga ngantuk sendiri kamu”, jelasku kepada Maya sambil tersenyum.
“Bukanya ngantuk Tom, malah nanti jadi terangsang kalau nonton setiap ada adegan seksnya”.
“Ya tergantung sih”, kataku sambil kita berdua menonton diatas Kasur kecil diruang tengah.
Setengah jam berlalu kita berdua menonton, lama-lama Maya menyandarkan kepalanya di pundakku. Baru kali ini Maya bertingkah seperti itu. Aku memperhatikan wajahnya yang memang mulai mengantuk, matanya agak sayu sambil memperhatikan film yang ada dilaptop.
“May pindah kamar dikamar saja, tidur di dalam aja”, kataku sambil dengan sopan memegang tangannya.
“Iya Tom”, jawabnya.
Tanganku tidak di tepis olehnya. Maya kemudian beranjak dari duduknya dengan tetap memegang tanganku dan menariknya.
“Temenin yuk Tom”, pintanya, sedikit memaksa dan manja.
“Tapi May”, aku tidak percaya.
Maya menarikku masuk kedalam kamarnya lalu dia merebahkan tubuhnya di sisi ranjang yang dekat tembok. Aku yang masih tidak percaya dengan prilaku Maya malam ini dan aku masih posisi berdiri dekat ranjang. Namun aku tidak berani mengambil inisiatif dengan langsung merebahkan tubuhku diatas ranjang itu.
“Tomi,  sini dong”, kata Maya dengan nada manja sambil menepuk ranjang, menunjukkan kalau  maya minta aku tidur disebelahnya.
Maya sepertinya paham kalau aku merasa tidak enak sekamar dengannya walaupun dirumah itu tidak ada siapa-siapa hanya kita berdua.
Kemudian aku rebahkan tubuhku diatas ranjang disamping Maya. “Tomii…”, panggil Maya. Kedua mata kita langsung saling berpandangan dan Maya mendekatkan kepalanya kemudian bibirnya menyentuh bibirku. Ciuman itu terasa hangat dan lembut.
“Kenapa May?”, aku dibuatnnya kaget dan baru kali ini bibirku dicium oleh seorang wanita yang tanda kutip dia bukan pacar tapi melainkan hanya teman dekat saja dan ketika mulut kita berhenti berciuman.
“Tom…efek nonton film semi tadi aku jadi pengen”, jawab Maya sambil merapatkan tubuhnya. Aku hanya tersenyum mendengar itu.
“Hahaha, Efek kelamaan jomblo juga yah?”, sindirku.
“Iiihhhh….Tomiii…”, Maya memukul tanganku.
Karena aku juga sudah sangat bergairah melihat Maya yang hanya mengenakan daster satin itu dan efek nonton film-film koleksi Maya tadi kemudian aku membalas ciuman dibibirnya. Mayapun membalasnya dengan penuh nafsu dan kita sudah sama-sama saling menyedot antara bibir dan lidah. Aku mulai meraba buah dadanya yang sudah tidak memakai Bra itu. Kuremas-remas buah dadanya sambil kumainkan putting susunya yang masih terhalang kain satin dasternya.
“Uuuhhh…”, suara desahan kecil yang keluar dari sela-sela mulutnya Maya.
Maya juga tidak mau kalah meraba bagian selangkanganku. Dalam hitungan detik saja baju dan celanakau sudah tergeletak disamping kasur. Tanpa menunggu lama, aku meremas dengan lembut kedua buah dadanya yang memiliki putting mungil menojol menjeplak dikain satin dasternya itu.
“Aaaannggghhh…Tomiiiii…”, Maya mendesah.
Aku jiliat bagian puttingnya dan kusedot secara bergantian kiri dan kanan sambil memintir puttingnya yang tidak kusedot tanpa membuka penghalang kain satin yang menetupi kedua putting susunya.
“Teruuus Tomiiii…ungghhh…enaaaak��sedot yang kuat gigit tomiii….”, Maya mulai mendesah sambil mengacak-acak rambutku.
Kemudian tangannya mencoba meraih batang penisku yang sudah sangat tegang lalu dikocok-kocoknya penisku.
“Uuuhhh..enak Mayaaaa…”, lembut banget tangan.
Aku masih tetep meremas buah dadanya dan terus tanpa henti menyedotnya dan kedua tanganku berusaha mencoba membuka celana dalamnya.
“Boleh dibuka May?”, kemudian Maya menghentikan kocokannya dan melihatku.
“Boleh Tom, tapi aku takut…”
“Kenapa? Kamu masih perawan?”, aku jadi penasaran.
“Sebenernya dulu sering kayak gini sama pacarku, cuma gak sampai dimasukin. Biasanya dia hanya digesek-gesekin aja, petting doang”, jelas Maya.
Kemudian Maya mencium pipiku. “Gak pa-pa kan Tom, kalau cuma digesekin?”, tanya  Maya dan aku hanya berusaha tersenyum dan mengangguk saja.
Maya lantas melepas sendiri celana dalamnya. Aku melihat bentuk vagina yang indah dengan rambut yang sudah bersih dicukur habis. Bagian klitorisnya masih tertutup rapat.
“Maya kita main gaya 69 yuk”, kataku memancingnya.
“Ayo aja…Tom biar sama-sama menikmati”.
Maya beranjak berdiri dan menindih tubuhku yang terlentang diatas ranjang. Setelah mengatur posisi supaya nyaman, aku melenguh duluan. “Uuuuhhhhh…Mayaaaa…”, Maya sudah melahap penisku bagaikan es krim.
Penisku terasa hangat di dalam mulutnya. Tangan kiri Maya juga mengocok penisku. Variasi blowjob yang dilakukan Maya membuatku sedikit lupa kalau di depan mukaku terdapat vaginanya. Tidak mau kalah, akhirnya aku mulai memainkan jari-jariku di vaginanya. Kubuka bagian klitoris yang masih tertutup rapat dan ketika sudah terlihat daging kecil menonjol itu lantas ku elus pelan.
“Aaahhhh…”, suara lenguhan Maya tiba-tiba terdengar dikesunyian malam didalam kamarnya.
Tidak berhenti sampai di situ, aku mulai menjilati bagian lubang vaginanya. Desahan Maya makin lama semakin keras. Selain menjilat terkadang aku menyedot dan memasukkan lidahku ke dalam vaginanya. Akhirnya vaginanya semakin basah dan becek, tidak hanya karena ludahku tapi juga cairannya mulai keluar. Setelah merasa cukup dengan posisi 69, Maya beranjak dan merebahkan tubuhnya di sampingku.
Nafasnya sedikit terengah-engah. Bibirnya menyunggingkan senyum. Mungkin itu semacam kode untukku agar aku melanjutkan aksi ini. Aku mulai menciumi wajahnya mulai dari kening, hidung, dan bibirnya. Kemudian turun menuju puncak buah dadanya. Puttingnya sudah tegang maksimal.
Maya begitu menikmati semua perlakuanku terhadap tubuhnya masih terbalutnya licinya kain satin dasternya. Matanya terpejam namun bibirnya sedikit terbuka, dan kadang desahan-desahan kecil keluar dari mulutnya. Perlahan-lahan aku menindih tubuhnya. Mata kita saling sama-sama berpandangan lagi. Bibirnya menyambut bibirku. Aku sudah sangat bernafsu, aku agak tidak menghiraukan permintaan hanya petting saja. Mayapun begitu diliputi hawa nafsu, desahannya semakin intens. Namun dia menghentikan ciuman dan menatap kedua mataku.
“Digesekin aja ya Tom”, kata Maya mengingatkan.
“Aku udah gak tahan lho May. Ntar kalo keenakan terus masuk gimana?”, ledekku.
“Iiihhh…Tomiiii…”, Maya tertawa kecil sambil mencubit lenganku.
“Aku yang nahan Tom, udah pengalaman…”, lanjutnya.
“Tapi aku yang gak tahan. Apa gak usah aja?”, kataku sambil berpura-pura beranjak dari tubuhnya Maya.
“Tomiiii…….”, Maya merengek dan kemudian menarik tanganku.
Bibir kita berciuman lagi. Maya melebarkan kedua pahanya dan meraih penisku supaya tepat berada di depan bibir vaginanya. Kemudian Maya menggesek-gesekkan sendiri penisku dengan tangannya.
“Uuuuhhh…ssshh…”, Maya mulai mendesah ketika aku menggerakkan pinggulku. Kedua tangannya kini merangkul leherku.
“Enak May?”, Maya mengangguk dan ikut menggoyangkan pinggulnya.
“Tomiii… Uuuhhh…”, desah Maya diiringi kepalanya yang bergerak ke kiri dan ke kanan.
Di bawah sana, kepala penisku hanya menggesek-gesek bibir vaginanya yang semakin basah. Ujungnya benar-benar tepat di lubang vagina sehingga kalau aku nekat dan khilaf perawan Maya bisa-bisa tembus oleh penisku.
“Aku ganti diatas aja Tom”, kata Maya.
Kita bertukar posisi, women on top. Maya menekan penisku tepat di belahan vaginanya. Maya lalu mulai bergerak maju mundur. Payudaranya ikutan bergoyang.
“Aaanggghhh…uuugggghhh…Tomiiiii…”, mulut Maya mendesah semakin nyaring
“Tomiiiii…mainin tetek akuuu…ssshh…”. Tanganku lantas meraih dua buah dadanya yang menggantung terhalang kain satin dasternya itu.
Ternyata Maya semakin mempercepat gerakannya. Pinggulnya bergeak ke kiri, ke kanan, ke depan, ke belakang. Mungkin sebentar lagi dia akan mendapatkan orgasmenya. Aku sebenarnya juga sudah tidak tahan karena efek gesekan belahan bibir vaginaya. Tapi sayang sekali kalau cuma petting saja membuat orgasme.
“Aaaaahhhh…Aaahhh….Anghhhh!!!”, Desahan panjang sekali.
Tubuhnya mengejang-ngejang beberapa saat merasakan orgasme kemudian setelah puas merasakan orgasme tubuhnya langsung lemas tergeletak ditubuhku. Maya memeluk tubuhku dan nafas masih memburu. Aku mengelus rambut hitam bergelombang miliknya. Cukup lama juga, kita diposisi seperti itu.
“Tom, belum keluar yah?”,
“Belum May. Tapi kalau kamu capek, ya gak pa-pa kok”, aku mencoba mengerti walaupun
sebenarnya merasa nanggung.
Maya mengubah posisi dan langsung memegang penisku yang masih tegang. Lagi-lagi Tindakan tiba-tiba yang mengasyikkan, Maya melakukan blowjob. Kepalanya terlihat naik turun.
“Aaaaahhh…”, aku hanya bisa mendesis seperti itu.
Kemudian secara reflek aku memegang kapalanya  dan menahannya. Aku menggerakkan pinggul seoalah-olah aku sedang ML dengan mulut mungilnya. Seketika Maya melepas emutannya dan melihatku. Aku agak kaget karena takut dia tidak suka ketika aku menahan kepalanya seperti tadi.
“Mayaaa…aku udah mau keluar? Jangan di mulut may?”, kataku.
“Terus dimana Tom?”
“Aku pingin gesek-gesek dikain satin dastermu”.
Kemudian maya terlentang diatas ranjang dengan cepat aku naik keatas tubuhnya dan langsung saja aku gesek-gesekan batang penisku diatas permukaan perutnya.
“Unggghhh….Mayaaa….enak…banget….”, gesekan penisku dipermukaan kain satin dasternya terasa licin sekali dan membuat cairan spermaku mucrat sangat banyak.
Crottt….crottt…crottt…tubuhku mengejang-ngejag dibawah tubuhnya Maya diiringi cairan sperma yang keluar dan muncrat hingga mengenai bagian buah dadanya. Kemudian Maya menjilat penisku untuk dibersihkan dari sisa-sisa cairan spermaku yang masih keluar.
“Enak Tom gesek disitu”, kata Maya ketika sudah selesai.
“Enak banget terasa licin dan bikin ketagihan May”, Maya langsung merebahkan tubuhnya di sampingku.
“Kapan-kapan kalua mau nanti aku pakai baju tidur seperti ini biar kamu puas Tom, Yuk tidur…”. Katanya.
“Oh ya May aku pakai baju dulu biar ngak kedinginan”, kataku sambil mencoba beranjak dari kasur. Tapi tangan Maya menahan.
“Kenapa May?”
“Kan bisa minta peluk aku Tom”, jawabnya  sambil memelukku.
“Tapi kan AC kamarmu dingin banget May”.
Kemudian Maya beranjak bangun dari ranjang dan mengambil sesuatu dari dalam lemari dan ternyata selimut satin yang sangat lebar bermotif gambar mawar dan langsung menetupi tubuh bugil dan saling berpelukan diatas ranjang.
“Gimana enakan tambah licin dan hangat Tom”, katanya.
“Iya May, kamu ngerti aja sich”, Tiba-tiba tangannya iseng mengelus-elus penisku. Mataku yang hampir terpejam menjadi sedikit melirik ulah iseng Maya.
“Ntar kalau tegang lagi, aku masukin punya kamu nanti”, ancamku.
“Mau dong Tom, hihihi…”, Maya malah menggodaku.
Kemudian dia membalik tubuhnya dan membelakangiku dengan posisi nungging lalu kupeluk dari belakang sambil kugesek-gesekan dikain satin dasternya .
“Sabar ya Tom, ntar ada waktunya pasti kamu akan rasakan kok”, Maya menggumam.
Samar-samar aku mendengar kata-kata yang diucapkannya itu. Namun tidak terlalu yakin dengan maksud kata-kata itu. Perasaanku campur aduk, kaget, senang dan berharap bisa melakukan seperti ini lagi bersama Maya walau sekadar kita masih berteman dan belum menjadi pacar.
207 notes · View notes
kphpdraisme · 2 months ago
Text
Opsi
Terlahir anak terakhir, terlahir pula sebagai wanita. Formula paling lengkap untuk menjadikanmu: membenci pilihan. Kami terbiasa hanya menerima hasil. haha. naluriah namanya~
Dihadapkan dengan banyak opsi adalah musuh alamiahku. Aku tak suka menentukan. silakan orang lain saja yang memilih dan biarkan aku menyempurnakan segala resiko pilihan itu. it's better. Dikatakan bisa, ya bisa. tapi tak suka.
Sama halnya dengan rutinan nyaris dua tahun belakangan, ketika masuk kampus, berhadapan dengan ujian sama setiap harinya, apakah hari ini kualitas iman saya bisa membuat hasrat belajar bertahan hingga akhir?
Pasalnya, duktur-duktur hebat itu tak satu ruangan denganku. mereka yang tak kenal aku itu, jauh diseberang, tak bisa melihat kesini. Andai pun aku menangis takjub di bangku paling depan sambil mengirim jutaan pujian pada tiap kata yang mereka keluarkan, tetap tak akan mereka ketahui.
Maka tantangannya bukan sekadar soal memahami ucapan mereka saja, tantangan itu lebih kepada, seberapa keras hari ini dirimu bisa memaksa dirimu sendiri, menuntut ilmu dengan ikhlas?
Datang ke kampus tanpa sadar jadi memunculkan banyak opsi. bisa belajar pelajaran yang di depan layar, bisa juga mendengar record pelajaran kemarin, atau muhadhoroh syaikh di kanal sebelah, atau mengejar deadline tugas sini dan sana, atau mempersiapkan ujian di jam selanjutnya, atau menuntaskan peer organisasi sebelah, atau, yah, menghimpun tenaga (re:tidur, istighfar deh ini mah)
"kalian tak butuh pengawas, kalian kan belajar hukumnya keikhlasan pada sebuah amal" ucap ustazah suatu waktu ketika kami mengusulkan adanya pengawas di tiap kelas. Iya, paham. paham sekali. tapi piye ya, the struggle is real. benar-benar seperti dilatih mengamalkan apa yang dipelajari, sebuah ikhlas tingkat tinggi! bagaimana caranya ketika belajarmu benar-benar hanya karena-Nya? bagaimana agar berangkat kampusmu berhasil tidak memunculkan opsi kecuali hanya menuntut ilmu saja? bagaimana hingga seluruh upayamu menghargai ilmu itu, the real, hanya untuk dilihat Dia saja?
Maka kembali pada kesimpulan awal, aku benci memiliki opsi. Apalagi saat speaker kelas sedang menjadi ujian kami, suara duktur jadi buram sekali, sehingga terpaksa bergeser pandanganku pada penghuni kelas seberang yang tampak di layar,
mereka yang tidak memiliki opsi kecuali hanya duduk tenang menyimak secara langsung limpahan ilmu itu secara jelas di depan muka. mereka yang tak harus memilih ingin mengerjakan apa ketika melangkahkan kaki masuk pintu depan. mereka yang dipaksa hanya punya satu tuju ketika ke kampus. hadeh, iri sih ya. tapi yasudahlah.
meski penasaran juga sih, pasti Allah latih juga kan. Bentuk latihan ikhlasnya berarti bagaimana ya?
13 notes · View notes
shofiafsa · 9 days ago
Text
Memulai 2025 dengan bismillah, bertemu perjalanan baru dan melanjutkan perjalanan kemarin untuk sampai di garis akhir— semoga Allah izinkan.
Tidak jauh-jauh dari tugas akhir, hari-hari kehidupan di tanah rantau, dan persiapan menuju dunia pasca-kampus. Semester paling di ujung tanduk ini nano-nano rasanya, kerasa bangettt (mau bilang gak kerasa tapi kok gak pas, ya. wkwk)
Aku menyebut tahun 2024 adalah tahun penuh keberanian yang berdampak pada apa yang akan aku fokuskan di tahun 2025. Ada beberapa keputusan hidup yang sampai detik ini aku pun masih belum percaya telah mengambil pilihan tersebut. Terima kasih, shofi.
2025 tidak ada target berkeluarga wkwk, dari kegagalan kemarin rasanya masih butuh rehat dan jeda untuk diri sendiri. Aku ingin fokus pada perbaikan diri sebelum nantinya berusaha berproses lagi, tapi juga tidak menutup jalan dengan ketetapan terbaik dari Allah. intinya gak ngoyo harus tahun ini sih, meski usia menuju kepala tiga udah setengah jalan 20an wkwk tapi aku sangat percaya pernikahan bukan tentang harus usia berapa. Tidak ada target bukan berarti berhenti belajar aku masih sangat semangat belajar terkait keluarga, parenting, relasi, dan pernikahan. Tapi belajar dari upaya kemarin, ternyata masih banyak yang perlu aku perbaiki dan tata ulang lagi. Terkait kesehatan mental dan memahami lebih dalam diri sendiri sebelum akhirnya nanti menerima orang baru. Tentang seorang perempuan yang tidak dibebankan menjadi pencari nafkah utama tetapi aku sangat ingin berdaya dan berkarya.
2025 Insyaa Allah aku akan hijrah ke kota lain. Hampir tujuh tahun aku mendiami kota yang saat ini aku tinggali. Beragam banyak pelajaran hidup telah aku lalui, bertemu teman-teman rasa keluarga, kegagalan, tangisan, canda tawa, semuanya terekam dalam catatan memori menjadi rangkaian cerita yang akan aku kenang di kemudian nanti.
Nasihat untuk diriku di tahun 2025: Fokus, konsisten, persisten. Terlalu banyak komitmen yang mengikat kita tidak akan mengantarkan kemana-mana, pikirkan baik-baik setiap kesempatan yang datang, belajarlah dari tahun-tahun sebelumnya. Apa yang membuat aku terjeda lama untuk lulus adalah karena terlalu banyak fokus pada banyak hal. Kenali prioritas dan berani katakan tidak pada segala sesuatu yang tidak mengantarkan kita ke tujuan.
Nuhun.
Halaman pertama, 1 Januari 2025
2 notes · View notes
kaktus-tajam · 1 year ago
Text
Dakwah dengan Data
“Selamat kak...setelah melalui beberapa proses penilaian Karya Tulis kak Habibah terpilih menjadi 10 Tugas Akhir Terbaik angkatan 13.”
Suatu pesan masuk dari kakak pengurus sekolah pemikiran islam (SPI), beberapa hari sebelum acara puncak (rihlah).
Haha tidak menyangka. Alhamdulillah.. biidznillah.
Langsung kilas balik ke awal semester 1, kepala SPI (Ustadz Akmal) memesankan kami bahwa tugas karya tulis di SPI ini salah satu tujuannya adalah: dapat menjadi landasan ketika diundang jadi pembicara, ngisi materi dan berargumentasi di forum, atau bahkan berdebat.. kita memiliki data, kita punya kajian ilmiah.
Nampaknya beliau bicara dari jam terbang dan pengalaman menghadapi para aktivis islam liberal dan pengalaman keliling menjadi narasumber ya.. bahwa ternyata dakwah tidak boleh tanpa data.
“Misal kita bilang film Barbie itu propaganda feminisme, mana ulasan yang bisa jadi buktinya? Mana datanya? Kajian risetnya?”
“Misal kita bilang buku Secrets of Divine Love itu kontroversial. Lalu dimana letak salahnya yang perlu dikritisi?”
Wah denger itu aku tuh jleb. Berat sih ya. Tapi penting ya. Sebagai yang sama-sama memiliki latar belakang pendidikan di sains (beliau S1 di ITB), jadi menarik. (Oh ya dua topik di atas sudah ditulis oleh teman SPI saya).
Akhirnya itulah salah satu poin yang menjadi motivasiku.
Sempet ragu? Iya. Tentunya. Sempet banyak bertanya, ini sudah benar belum ya? Kalau aku salah malah dianggap diskriminatif tidak ya haha.. dan lain-lain.
Tapi ternyata paling penting bertanya: kira-kira… Allah ridha tidak ya?
Akhirnya sembari meluruskan niat, aku refleksi ulang. Mengingat keresahanku yang hendak studi S2 (walau masih proses cari LoA).. dan pernah takut sendiri: gimana yaa kalau nanti malah involved di suatu research yang produknya dipakai untuk hal-hal buruk? Teknologinya disalahgunakan untuk melanggar aturan Allah?
Akhirnya lahirlah satu paper tentang dilema etika pada metode pencegahan HIV/AIDS, dari perspektif Barat yang sekular dan perspektif Islam.
Selama prosesnya benar-benar menikmati kesusahan menulis (yang akhirnya sampai 20an halaman juga), kesulitan menurunkan abstraksi pikiran dalam tulisan. Mungkin aku keenakan menulis lepas di Tumblr, atau menulis receh di X, yaa? Hehe astaghfirullah. Semoga yang di sini pun bisa menjadi amal jariyah.
Bismillah. Meminta kepada Allah swt. sebagai Yang Memiliki Ilmu, Al-‘Alim. Meminta kepada Yang Memberikan Hidayah dan Petunjuk.
Alhamdulillah Allah berikan kakak pembimbing yang luar biasa beserta beberapa rekomendasi buku authoritative yang bisa dijadikan rujukan, teman-teman diskusi, bahkan inspirasi tokoh-tokoh.
Hari H presentasi deg-degan! Padahal dibanding penyuluhan, dibanding forum di kampus, ini hanya forum kecil. Malah terasa sedang sidang ya haha.
Bersyukur ternyata selain apresiasi, Ustadz Akmal menegaskan kembali apa yang kusampaikan, memberikan highlight hal-hal yang penting. Pertanyaan dari teman-teman juga menambah khazanah pribadi tentang hal-hal yang belum kupikirkan.
Semoga Allah ridha dengan karya kami. dan semoga karya tersebut bermanfaat untuk ummat. Semoga Allah berikan taufiq agar karya kami jadi awal untuk karya-karya lainnya. Menjadi angin sejuk dalam musim semi peradaban Islam, menjadi karya yang menghidupkan jiwa umat yang sedang tertidur, dan menjadi bingkai kokoh dalam kebangkitan umat.
-h.a.
Sebuah kata pengantar. Hehe. Tunggu rilisnya(?).
Tumblr media Tumblr media
14 notes · View notes
ambuschool · 7 months ago
Text
Not an academically excellent
Akutuh pernah blg sm kak @asrisgratitudejournal kalau aku kepikiran pengen kuliah sampe PhD tapi jiper karena akutuh bukan org yg akademis banget gitu. IP ku pas S1 jauhhh dari kata Cum Laude (boro-boro!) cuman 3.23. Tapi ya seengganya masih masuk treshold minimum masuk Unimelb krn UI masih masuk kampus Tier 1 😂
Terus pas menjalani kehidupan disini, pun, temenku ada yg pernah stres lebay gitu katanya nilainya “cuman 80” aku diem aja, karena nilaiku sendiri saat itu cuman 60 😂 dan nilai 60 itu bukan hanya sekali tapiiii… 3 dari 4 assignment ku nilainya 60 🤣😂. Awal2 aku stres, lama2 aku bodo amat. Toh circumstances si temenku dan aku itu berbeda. Para single-single masih bs ambi mencari nilai bagus ya karena belajar memang prioritas dan kegiatan utama paling utama mereka disini kan. Sedangkan aku si mamak-mamak ini blm drama menghadapi anak sakit gak bisa masuk, waktu itu anak blm di childcare jadi ya gak bs disamain circumstances-nya.
Yang lucu, even aku terseok-seok dengan akademikku, akutuh selalu berusaha untuk mengkompensasi dengan hal lain, dari dulu. I am not academically outstanding, again. But i can be shine in another way, hopefully! Kegiatan ekstra-kampus itu sangat menyenangkan buatku.
Waktu S1 banyak ikut kegiatan social enterprise, bikin yayasan, ikut pelatihan, sehingga knowledge aku gak “cuman” di bidang keperawatan aja, atau bahkan sebenernya krn aku gak tll suka sm jurusanku, aku jadi mencari hal lain yg lebih seru 😝
Pun ternyata sama dengan di Unimelb ini. Ya pasti pada taulah betapa ku nanges2 ya menghadapi tuntutan akademik Unimelb ini, tp somehow aku ttp bs melakukan beberapa hal di luar akademik seperti :
1. Ikut seleksi training dari Mc Kinsey sampe tahap akhir. Jadi tahu seleksi Mc Kinsey tuh kaya gimana walau nggak keterima
2. Apply conference local di Victoria dari tugas assignment Nutrition Policy and Politics tntg Industri Susu Formula di Indonesia (belum ada hasilnya, semoga lolos aamiiinn)
3. Apply grant dari Australia Awards. Grant yanv dibuat untuk mahasiswa on-going master ini kubuat bareng sama tim Lab Belajar Ibu. Ini juga blm ada pengumumannya, semoga bisa lolos dan aku bs pulang ke Indonesia walau cm sebentar :”) huhuhuhu aamiin
4. Daftar jadi peserta lomba Geneva Challenge. Ya kaya macem bikin paper yang nantinya akan dpt pendanaan utk convert it into proposal project gitu. Tapi ini belum dikerjain nih, masih ada deadline sampe tgl 14 juli. Timnya ada anak Public Health, Marketing dan Law. Bismillah semoga penulisannya lancar :)
5. Minggu lalu kudaftar juga jadi peserta simulasi sisang PBB gitu untuk ngobrolin tntg climate change. Nah, karena penyelenggaranya adalah climate catch Lab yg emg concern sm kesehatan dan dampak perubahan iklim, ku jaid tertarik bgt buat ikutan, karena topik ini - planetary health - jadi topik yg aku dalamin juga sekarang. Dan ternyata…
Tumblr media
Huhuhhuhu alhamdulillah keterima 😭🙏 insyaAllah akan mewakili Unimelb beserta 11 orang lainnya untuk ikutan simulasi sidang PBB. Sebenernya hal yg udh pernah aku ikutin pas YSEALI di Amerika th 2018. Makanya aku beraniin diri ikut krn sedikit banyak udh tau formatnya gmn. Cumann.. waktu itu acaranya internal ajaa, cuman kita2 doang sesama YSEALI Fellows yg lagi belajar di University of Montana, gak sama banyak org lain. Agak deg2an juga krn yg ini ternyata beneran akan jadi semacam delegates dari masing2 Uni gitu huhuhuhu bismillah!
Somehow ku merasa emang ternyata kupunya “attachment” sm lingkungan. Waktu YSEALI beberapa tahun lalu, akutuh kan nyoba smp 5x ya. Percobaan 1-4 tuh aku pake calir community engagement sama economic empowerment kan, gak lolos! Pas nyoba lewat jalur environment langsung keterima pada percobaan pertama! Wah! Makanya since then kumerasa kaya “Lingkungan is also my thing” gitu.
Bismillahi tawakaltu allawllah, laa hawlaa walla quwwata illa billah. Semoga Allah mudahkan langkah2 kedepannya :)
4 notes · View notes
abidahsy · 8 months ago
Text
Menang
Waktu aku kuliah master beberapa tahun lalu, seorang teman satu tim pernah bilang kepadaku saat tim kami untuk pertama kalinya mendapatkan nilai jelek.
"It's okay, Bid. Gak selalu kan kita menang di pertandingan, yang penting nanti kita menangkan peperangannya,"
Saat itu temanku mencoba menghibur karena melihat wajahku yang kusut sepulang dari kampus. Seharian penuh kami mengerjakan tugas kelompok dan presentasi, tapi feedback yang diberikan cukup buruk. Bagiku mata kuliah yang satu ini memang agak berbeda, pertama materinya lumayan sulit dan yang kedua karena dosennya tricky. Tapi, setelah mendengar kalimat dari temanku aku jadi kembali berpikir.
Ada benarnya juga, 'pertandingan' kali ini kan hanya satu penilaian dari sekian komponen penilaian yang ada. 'Kekalahan' yang terjadi di hari ini bukanlah sebuah akhir dari perjuangan.
Mungkin, memang benar bahwa kami jadi kehilangan kesempatan untuk mendapatkan nilai terbaik sesuai ekspektasi, tapi masih ada kesempatan untuk setidaknya lulus di mata kuliah ini. Untung-untung bisa mendongkrak nilai lewat komponen penilaian yang lain karena nilai akhir nanti akan bersifat akumulatif.
Kalau direfleksikan dengan kehidupan pernikahan, sebenarnya konsep itu juga relevan. Misalnya, ada kalanya kita harus mengalah dan berkompromi dengan pasangan. Mungkin kita tampak 'kalah' dalam beberapa perdebatan, tapi sejatinya kita menang dalam peperangan yang sebenarnya yaitu mempertahankan pernikahan itu sendiri.
Mengutip sebuah bacaan tentang pernikahan: "memilih jodoh itu seperti memilih dengan siapa kamu akan berperang bersama."
Ibarat masuk ke medan perang, memilih jodoh itu seperti memilih dengan siapa kita bersekutu. Pertama, harus sepakat tentang apa yang menjadi 'musuh' yang perlu dihadapi bersama. Kedua, harus punya arah dan tujuan yang sama dalam bertahan hingga menang di medan perang tersebut.
Jadi, berangkat dari pemikiran tersebut aku menulis sudut pandangku tentang urusan yang satu ini.
Setelah pertemuan keempat yang membahas tentang deal breaker, kami sepakat untuk melakukan sholat istikhoroh. Berikut adalah proses perjalananku dalam menemukan jawaban hingga menentukan sikap.
Hari pertama setelah pertemuan keempat, perasaan yang mendominasi adalah perasaan sedih. Aku sibuk memikirkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi yaitu berakhirnya proses ini. Entah mengapa aku merasa itu adalah hal terburuk yang perlu aku antisipasi. Padahal di beberapa proses sebelumnya, momen seperti ini tidak pernah terlalu menggangguku. Mungkin itu karena aku-lah yang biasanya memutuskan untuk menyudahi proses.
Aku mencoba untuk merancang rencana cadangan jika Cahaya yang Baik memilih untuk pergi. Bahkan, aku sudah membuat daftar nama-nama yang akan aku coba proses jika proses dengan Cahaya yang Baik ini sudah berakhir. Bagiku, cara mengobati patah hati yang paling ampuh adalah dengan menyibukkan diri atau mencari hati yang baru.
Aku kira aku sudah bisa tenang setelah menemukan solusi itu, tapi ternyata tidak.
Hari kedua setelah pertemuan keempat, isi kepalaku jadi berantakan lagi setelah ibuk bertanya padaku, "Iya, itu kalau dia (Cahaya yang Baik) memilih untuk tidak lanjut. Kalau lanjut, bagaimana?"
Aduh, aku belum sempat memikirkan hal itu. Skenario yang kupikirkan sejak kemarin adalah kemungkinan yang paling tidak kusukai dan bagaimana cara mengobati hatiku jika hal itu benar-benar terjadi.
Nyatanya, memikirkan skenario positif yang satu ini tidak kalah rumit. Kukira dengan mudahnya aku bisa menjawab, "kalau dia lanjut ya lanjut saja, aku kan sejak awal memang lanjut". Tapi bukan jawaban sederhana itu yang keluar dari mulutku, entah mengapa.
Aku malah merasa sedih kalau Cahaya yang Baik memilih untuk lanjut. Artinya, dia harus menerimaku lengkap dengan masa laluku yang sedih. Aku juga khawatir apakah dengan melanjutkan proses ini dia bisa bahagia? Apakah dengan hidup denganku tidak akan memicu traumanya muncul lagi? Selain khawatir, aku juga malu.
Malu karena aku pernah merasa menjadi orang yang paling menderita di muka bumi, padahal, kisah hidup Cahaya yang Baik jauh lebih menyedihkan lagi. Marah, riuh, dan berisik. Aku tidak bisa membayangkan kalau nantinya aku gagal membahagiakannya, padahal, aku sudah tahu selama ini dia tumbuh berkawan badai. Ditambah lagi, aku juga sedang berjuang menghadapi diriku sendiri. Apakah aku mampu?
Ternyata, urusan yang satu ini tidak sesederhana yang aku bayangkan sebelumnya.
Lalu, sampailah aku di hari ketiga setelah pertemuan keempat. Hari terakhir sebelum kami bertemu kembali di pertemuan kelima esok hari.
Menariknya, di hari ini aku menyadari satu hal. Semua ini menjadi rumit dan berbelit karena aku mencoba menyesuaikan diri atas respon yang akan dia berikan. Menjauhkah atau mendekatkah?
Padahal, terlepas dari dia yang akan menjauh atau mendekat, aku harus tetap percaya bahwa Allah sudah menyiapkan 'sekutu' terbaik yang paling tepat untuk menemaniku di medan perang. Aku hanya perlu terus berdoa, berprasangka baik, dan bertahan selama mungkin. Karena menyerah tidak lagi menjadi pilihan yang tersedia di kamusku kali ini.
Aku juga jadi lebih berfokus pada 2 penggalan terakhir dari doa istikhoroh yaitu (1) Ya Allah, karuniakanlah aku kebaikan dimana saja kebaikan itu berada dan (2) karuniakanlah kerelaan-Mu padaku.
Ya, apapun yang terjadi nanti, yang aku harapkan sebenarnya tidak berubah. Aku mengharap kebaikan dari Allah Yang Maha Baik. Aku juga mengharap kerelaan (kemampuan) untuk menerima apapun skenario pemberian-Nya dengan lapang dada.
Itu sudah cukup. Cukup bagiku Allah dan Allah saja. Selebihnya hanyalah bonus dan tidak akan menjadi hal yang terlalu penting bagiku.
Jika menikah artinya menemukan sekutu yang tepat untuk berperang bersama, aku percaya Allah akan mengirimkanku sekutu yang tepat untuk menjalani itu. Apalagi, saat ini aku sudah dikaruniai sekutu-sekutu yang baik dan lebih dari cukup untuk disyukuri yaitu ayah dan ibuk, saudara-saudara, serta teman-teman yang selalu ada.
Lantas, bukti syukur yang bisa aku lakukan adalah dengan bertahan dan terus berjuang serta berdoa sampai Allah rida dan bilang bahwa aku telah memenangkan peperangan yang sesungguhnya.
2 notes · View notes
sebiruhariini · 9 months ago
Text
Masih tentang hari ini,
Buat Afi, semoga senantiasa Allah mudahkan citanya menuju dr. Afiandra. Katamu, setelah fase coass ini aada rencana lanjut spesialis rehabilitasi medis. Aku harap, Allah menguatkan proses belajarmu yang tidak pendek itu. Semoga juga kamu diliputi kesabaran di setiap prosesnya. Terima kasih sudah mengusahakan hadir hari ini dari RS nun jauh di bagian Barat sana :')
Buat Abida dan Valen pejuang skripsi, semoga Allah lancarkan di setiap persimpangan jalan perskripsian kalian. Tugas akhir itu... proses menuju kedewasaan diri kita. Karena benar-benar kita yang akan mempertanggungjawabkan apa yang kita riset dan tulis. Ini juga tentang bagaimana bisa menjalin komunikasi dengan orang-orang yang sudah lebih tua, dewasa , dan banyak ilmunya dari kita aka.pembimbing. Skripsi yang baik adalah skripsi yang selesai. Jadi, aku harap kalian bisa mensederhanakan ekspektasi dan optimalkan yang ada di depan mata.
Buat Reli, ternyata Ramadhan ini penuh struggle ya rel.. i've just known your situation and i was appreciate you wanna come and share it with us. Relli shalihah, semoga dilancarkan studinya untuk jadi dokter gigi terbaik ya. Kamu selalu cerita tentang circlemu saat ini di kampus yang jauh berbeda dengan di masa sekolah dulu. Kamu yang gak mau ekspektasi lebih ke mereka yang kamu anggap dekat. Tapi, kalau aku boleh kasih saran, wherever you are and whoever you meet, just try to trust everyone. Kita gak tahu niat-niat dari lubuk hati semua orang. Kita juga gak bisa kontrol sikap orang lain ke kita. Tapi satu yang bisa kita lakukan, coba untuk percaya pada siapapun itu. Kita gak akan pernah ketemu teman-teman yang sempurna, teman-teman dengan sikap malaikat. Bahkan tengok diri kita sendiri. Pasti ada kalanya kita jadi orang yang mungkin kita benci. Itulah manusia, tempatnya khilaf.. maka, saranku percaya sama orang-orang di sekitarmu. Husnudzon dengan sikap mereka. Karena Ia sesuai prasangka kita. Dan.. terimakasih sudah mengingatkanku makna Birrul Walidain. Terus jadi Relli yang tetap mengusahakan mengajar ngaji TPA di rumah ya di tengah gempuran kesibukan mahasiswa FKG. Semoga keberkahan selalu bersemayam di rumah dan keluargamu.
Last one, terima kasih juga sudah diingatkan quotes Natasha Rizki yang intinya: jika Allah ngambil 1 dari 10 nikmat, semoga kita gak fokus ke nikmat yang hilang. Tapi, kita masih terus bersyukur terhadap 9 nikmat yang Allah terus hadirkan!
Uhibbukum fillah gais dan semua yang belum bisa hadir hari ini 🤍
3 notes · View notes
dwintaayu-sy · 2 years ago
Text
Orang-orang Ambis Renjana Mengabdi 🌻
Tumblr media
Yaa, kali ini aku akan ceritakan team balik layar dari Renjana Mengabdi. Mereka adalah orang ter-ambis yang aku temui di sepanjang tahun 2022, beruntung bangett bisa kenal dan satu team bareng mereka.
Jika bercerita tentang mereka sudah dapat dipastikan kata dan kalimat tak cukup untuk menuliskan perihal mereka. Adik-adik ambis yang luar biasa, sebelum Renjana Mengabdi lahir secara utuh ada beberapa orang yang sempat singgah dan memberikan ide-ide nya dan tak dipungkiri juga ada beberapa orang yang mundur dan sudah tidak bisa melanjutkan perjalanan di Renjana Mengabdi. Jika ditanya apakah menjelang Renjana lahir tidak ada drama antar satu dan lainnya? Maka jawabannya sudah pasti ada, sini aku kasih bocoran sedikit bagaimana adik-adik ambis ini membuat aku optimis untuk menjadikan Renjana secara utuh. Sebelum Renjana menjadi utuh dulunya kami ada 9 orang, dan seiring berjalannya waktu team Renjana menjadi 8 orang. Kira-kira terbayang tidak 8 orang yang berbeda karakter, ide, serta kemauan dijadikan satu dalam satu wadah. Bisa dipastikan tentu ada hal yang terkadang tidak satu paham, apalagi dengan ditambah pertemuan yang hanya dilakukan secara online. Mis komunikasi pun terkadang tak terelakkan, tapi hebatnya adik-adik ambis ini mengatasi hal itu dan selalu saling backup apapun itu.
Tumblr media
Jujur saja mereka berhasil membuatku iri maksimal, iri dengan kegigihan dan loyalitas mereka untuk Renjana. Di umur mereka yang masih 20tahun yang biasanya anak seumuran mereka lagi senang-senang hunting dan hangout bareng teman sepermainan ataupun doi, tapi mereka lebih memilih memikirkan program yang dapat berdampak untuk banyak orang. Jujur seumuran mereka aku hanya berfokus dan memprioritaskan agar tugas akhir skripsi ku segera selesai tidak ada prioritas lain selain tugas akhir. Namun adik-adik ambis ini rela jatah weekend nya digunakan untuk Renjana, bahkan mereka bisa menyeimbangkan antara kuliah, tugas akhir, organisasi kampus, bahkan ada yang menyambi bekerja dan Renjana menjadi prioritas mereka ditengah-tengah kesibukan. Benar-benar kagum dan salut aku melihat mereka.
April tahun lalu kami berkenalan melalui WhatsApp, membicarakan segala hal hanya melalui WhatsApp grup dan google meet mulai dari perencanaan nama, logo, visi misi sampai tujuan kami berada disini. Hambatan datang silih berganti, tapi lagi-lagi mereka yakin jika niat baik akan ada saja jalannya.
Sampai pada akhirnya lahirlah Ekspedisi Jelajah Nusantara sebagai pembuka perjalanan kami di Renjana. Lagi-lagi aku diyakinkan oleh mereka jika Ekspedisi Jelajah Nusantara ini bisa terlaksana di awal tahun, keambisan dan semangat mereka akhirnya sampai pada diriku. Persiapan dengan waktu yang terbilang singkat mulai dari lokasi, pendanaan, open recruitment relawan, hingga persiapan yang lainnya (nanti akan aku ceritakan lebih lanjut dibagian berikutnya). Adik-adik ambis ini benar-benar berhasil mentransfer energi baiknya, ditengah-tengah kesibukan masing-masing dapat mempersiapkan Ekspedisi Jelajah Nusantara #1 dengan baik.
Aku banyak belajar dari mereka, mengenai pengorbanan, kegigihan, ketulusan, bagaimana mereka mendukung satu sama lain, bagaimana mereka tetap merangkul satu sama lain dalam keadaan suka dan duku, juga bagaimana mereka percaya bahwa setiap niat baik akan selalu ada jalannya, juga perihal bagaimana mereka menguatkan doa agar dipermudah olehNya, dan bagaimana mereka melibatkan Sang Pemilik SegalanNya. Hal ini membuat rasa iri ku semakin maksimal, dibanyak hal aku sangat bersyukur dapat mengenal dan bersama dengan mereka, adik-adik ambis.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Hallo adik-adik ambis ku, Adhit, Adis, Anes, Firdha, Iin, dan Nabhan. Rasanya kata yang dituliskan gaa akan cukup untuk ngegambarin rasa syukur, kagum, dan bangga kepada kalian. Terima kasih untuk kesempatan mengenal kalian, terima kasih untuk sambutan hangat keluarga ini, terima kasih telah menjadikan Renjana utuh, terima kasih untuk banyak warna dalam kehidupan ini, terima kasih tetap berjalan bersama dan merangkul satu sama lain, terima kasih sudah berjuang sampai saat ini, terima kasih untuk semangat yang gaa pernah habis, terima kasih telah mentransfer energi baiknya, terima kasih untuk selalu meyakinkan akak kalau niat baik akan selalu menemukan jalannya, dan terima kasih untuk banyak hal lainnya. Terima kasih juga untuk Nabhan yang sudah mempertemukan akak dengan adik-adik hebat seperti kalian. Maaf yaa guys kalau aku tidak mencerminkan sebagai seorang kakak, akak kalian ini masih banyak ragu-ragu nya, masih sering ilang-ilangngan, dan masih sering pesimis dengan beberapa hal🥲. Ternyata umur tidak dapat menjamin seseorang dapat berbuat lebih baik🥺.
Eitsss, hampir kelupaan ada Ilham Syaif (Amam Baik) yang kemarin membersamai dalam Ekspedisi Jelajah Nusantara#1. Amam terima kasih banyak sudah memberi warna baru dalam Renjana, Amam semoga Renjana nantinya jadi tempat bagi Amam untuk Pulang yaa... Banyak harapan Amam menjadi bagian utuh dari Renjana, semoga yaa mam😁.
Terakhir untuk orang-orang Ambis, Adhit, Adis, Anes, Firdha, Iin, Nabhan, dan Amam.
Semoga tetap sehat jiwa dan raganya.
Semangat kuliahnya, semoga segera selesai.
Dan apapun yang sedang dilakukan dipermudah dan diberkahi olehNya serta dilindungi setiap langkahnya.
Mari kita menabung rindu dahulu,
Sampai ketemu lagi di bulan September🤗.
♥️♥️♥️
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Untuk teman-teman yang ingin tau selanjutnya Renjana Mengabdi akan melakukan Ekspedisi Jelajah Nusantara #2 dimana, follow dan pantengin terus Instagram kita yakk @renjanamengandi.id 🌻🌻
14 notes · View notes
menungguminggu · 2 years ago
Text
Tentang Tugas Akhir Komfil dan Angkatan Dua Ribu Dua Puluh
Beberapa hari yang lalu, saat saya sedang menemani mahasiswa untuk melakukan PKL di Jogja, iseng-iseng saya membuat soal ujian akhir yang berbeda dari tugas -tugas kuliah yang lain. Selain karena nganggur, maksud saya sebenarnya sederhana. Semester ini adalah saat terakhir mata kuliah itu diajarkan dan saya pengen mengakhiri mata kuliah ini dengan pengalaman yang agak berbeda.  Kelas itu kebetulan adalah angkatan tua dan yang sebentar lagi akan menyelesaikan skripsi dan saling berpisah. Saya meminta mereka untuk membuat esai reflektif tentang perjalanan akhir mereka sebagai mahasiswa tingkat akhir. Semacam paksaan untuk melihat ke belakang. Saya meminta mereka untuk berefleksi atas apa-apa yang sudah mereka lewati selama tiga tahun perjalanan mereka sebagai mahasiswa dan meminta mereka untuk berhadapan dengan kenangan serta penyelesalan dalam jangka waktu itu. Nggak perlu pakai kutipan atau daftar pustaka. Yang saya minta cuma cerita personal biasa, dan kalau memungkinkan, sebuah pesan yang bisa disampaikan pada saya sebagai dosen berdasarkan perjalanan panjang yang sudah mereka lalui.
Tulisan ini adalah hasil refleksi saya sendiri setelah membaca esai-esai itu. Kumpulan tulisan yang rasanya ditujukan pribadi pada saya, oleh mahasiswa yang setelah ini akan beranjak pergi dan menjalani hidupnya masing-masing. Tulisan ini pun saya harap akan menjadi semacam pengingat kelak suatu hari nanti, saat hidup telah penat dan dipenuhi hingar bingar, agar saya bisa menghabiskan suatu sore dengan bernostalgia bersama secangkir teh dan ingatan tentang angkatan dua ribu dua puluh.
Berdamai
Dalam sebuah kesempatan seorang rekan di kampus pernah mengatakan kalau saya ini orangnya terlalu idealis. Terlalu peduli pada hidup mahasiswa. Mahasiswa wes gedhe ngono kok mbok pikir angel, komentar rekan saya itu. Dan seperti banyak hal yang pernah sangat dipuja di masa muda lalu dikhianati begitu saja atas nama ‘kedewasaan’, idealisme saya itu suatu hari nanti pasti akan mati. Pada suatu titik saya pasti akan menjadi dosen pada umumnya, yang bekerja dengan profesional dan lebih berpikir soal karir dibandingkan hidup sok peduli dengan perjalanan hidup mahasiswa. Setelah saya pikir-pikir perkataan itu ada benarnya. Tapi di sisi lain saya sendiri yakin bahwa mahasiswa yang saya jumpai setiap hari itu kan ya manusia juga. Maksudnya, manusia kan yang punya cerita dan perjuangannya masing-masing. Saya tahu kalau menjadi mahasiswa itu nggak hanya soal nilai perkuliahan atau prestasi yang dipamerkan di akun instagram departemen. Alesannya ya karena saya pun juga mengalami masa-masa penuh kerumitan dan pertanyaan seperti itu. Masa yang dipenuhi keraguan soal masa depan dan penyesalan masa lampau yang sayangnya belum selesai. Mahasiswa adalah sebuah perjalanan dan saya merasa perjalanan mereka adalah sebuah perjalanan sunyi. Perjalanan yang walaupun diisi dengan riang tawa pertemanan dan gempita perayaan namun selalu hanya bisa dimengerti dan dimaknai oleh diri sendiri. Mungkin itu alasan saya memberikan tugas ini. Ini adalah cara sederhana saya untuk mengerti perjalanan sunyi itu. Di masa akhir perkuliahan ini saya berharap bisa sedikit memahami cerita kalian. Bukan sebagai seorang mahasiswa, tapi sebagai seorang manusia.
Sejujurnya membaca semua esai yang kalian kumpulkan adalah pengalaman mengoreksi UAS paling sulit yang pernah saya lakukan. Bukan karena soal jumlah esai yang harus saya baca, tapi justru karena beragam emosi yang saya alami saat membaca esai-esai itu. Saya merasa bahwa tulisan-tulisan itu begitu jujur dan oleh karenanya terasa seperti sebuah surat pribadi yang secara khusus memang ditujukan ke saya. Muncul perasaan bahwa saya tidak pantas untuk membaca surat-surat itu, karena bagaimanapun juga saya menyadari kalau yang kalian sampaikan adalah itu adalah hal yang sangat pribadi. Masa lalu, trauma, penyesalan, mimpi-mimpi yang saya yakin tidak bisa kalian buka begitu saja karena rasa takut akan keraguan dan cibiran orang lain, hingga prinsip hidup yang saya yakin kalian pegang dengan sakral ditumpahkan dengan apa adanya dalam lembaran esai-esai itu. Saya berkali-kali harus berhenti membaca dan mendapati wajah saya sendiri melamun ke luar jendela setiap selesai membaca satu file pdf. Dalam lamunan itu terkadang saya menyesali diri saya sendiri. Kenapa saya terlambat mengetahui peliknya masalah yang kalian hadapi dan pengorbanan yang kalian lakukan untuk terus berkuliah. Saya menyesali kenapa saya tidak bisa melakukan sesuatu, atau setidaknya berupaya membuat kehidupan di kampus menjadi sedikit lebih mudah. Di saat yang lain saya mendapati diri saya membaca beberapa esai dengan ekspresi tidak percaya, karena sosok yang menulis esai tersebut sangat berbeda dengan apa yang ia tunjukkan di kelas. Seperti saat seorang mahasiswa yang kelihatan heboh dan super-berisik di kelas menuliskan sebuah puisi panjang dan indah untuk menunjukkan duka yang ia rasakan. Atau mungkin saat seorang mahasiswa yang saya pikir pendiam dan ‘malas kuliah’ menuliskan salah satu esai paling indah dan genuine yang pernah saya baca selama menjadi dosen. 
Saya, pada akhirnya, bisa sedikit melihat kalian dengan ‘sebenarnya’.
Titip Pesan
Sekitar tiga bulan yang lalu, saat saya sedang menunggu pesawat di bandara El Tari Kupang, Raif dari angkatan 2019 (yang saat itu baru saja diwisuda) mengirimkan saya sebuah pesan panjang lewat WA. Dalam pesan itu ada satu kata-kata yang sampai sekarang terus saya ingat. Kata Raif “… Saya bersyukur di fase penutup ini saya tidak menyisakan dendam atau kemarahan untuk siapapun di komunikasi, Mas...”. Mungkin apa yang disampaikan Raif itu sangat menjelaskan dari apa yang sekarang saya harapkan dari kalian semua. Lepas dari apapun perjuangan, pengorbanan, trauma, dan penyesalan yang kalian alami dalam perjalanan kalian, saya berharap kalian semua bisa lulus tanpa menyimpan dendam atau kemarahan. Saya berharap lewat esai itu kalian bisa sedikit berdamai, tidak hanya pada teman-teman kalian ataupun kami para dosen, tapi yang terutama dengan diri kalian sendiri. Saya harap kalian bisa berdamai pada ambisi dan mimpi yang belum tercapai, pada hubungan yang tidak ditakdirkan untuk bersama, pada perasaan yang tidak sempat tersampaikan, dan luka masa lalu yang hingga kini belum mengering. Saya tidak bisa menjanjikan bahwa masa depan akan mudah atau semua hal akan baik-baik saja. Yang bisa saya tawarkan adalah sedikit bantuan untuk melangkahkan kaki ke fase berikutnya dalam hidupmu dengan hati yang lebih lapang. Tugas ini pun saya buat sebagai sebuah tempat pemberhentian sejenak di tengah perjalanan panjang yang telah kalian lakukan. Hingga suatu hari nanti, seperti yang dikatakan Ariel di esainya, kalian akan menemukan lagi esai itu di folder kuliah lama kalian dan melihat betapa jauh perjalanan yang sudah kalian lewati. Saya harap esai itu akan menjadi pengingat bahwa bagaimanapun juga kalian tidak perlu membuktikan apapun, pada siapapun. Bagaimanapun juga kalian sudah bertahan sejauh ini, dan kalian tidak membutuhkan persetujuan siapapun untuk memaknai cerita hidupmu. 
Saat mengobrol di kampus kemarin Dayen mengingatkan saya bahwa mungkin semester ini adalah semester terakhir saya mengajar angkatan 2020, sebelum kalian sibuk dengan skripsi dan kewajiban yang lain. Jika itu benar, maka lewat tulisan ini saya ingin menyampaikan salam perpisahan. Setelah ini kita hanya akan bertemu sekilas pada kebetulan-kebetulan kecil, seperti saat kalian masuk malu-malu untuk bimbingan di departemen dan menemukan saya sedang ngobrol nggak jelas dengan Mbak Chusnul dan kalian lewat sambil mengangguk sopan. Toh itu sejatinya adalah sebuah kewajaran. Beberapa bulan dari sekarang mungkin saya hanya akan menjadi  sebatas nama di kontak ponselmu yang sesekali akan mengingatkanmu tentang kenangan kuliah. Tapi jika saya boleh titip pesan pada kalian, sebelum kita menjadi orang asing yang terikat oleh nostalgia, sepertinya hanya satu: Be kind. Saya tidak meminta kalian untuk jadi orang sukses atau pintar atau terkenal. Saya hanya berharap kalian semua bisa menjadi orang baik. Kalau ada hal yang bisa disimpulkan dari seluruh membaca esai itu ialah saya semakin sadar kalau semua orang punya pertarungannya masing-masing. Di balik gemerlap postingan instagram, riuhnya status WA, atau bersinarnya seseorang di kelas sejatinya setiap orang punya permasalahannya sendiri-sendiri. Andaikata kalian membaca esai milik teman-temanmu yang lain saya yakin kalian akan menyadari bahwa ternyata semua temanmu membawa luka dan bebannya masing-masing. Oleh karena itu di tengah dunia yang mungkin akan terasa semakin menghimpit, di kehidupan yang mungkin akan penuh kebingungan dan keraguan, cobalah untuk terus berbuat baik pada orang lain. Jangan menjalani hidup dengan kemarahan ataupun dendam, atau menjalani hidup hanya untuk membuktikan bahwa kamu lebih baik dari siapapun. 
Dadio wong apik yo rek.
Saya harap kalian semua bisa mencapai mimpi yang kalian inginkan. Tapi di atas itu semua, apapun jalan yang akan kalian ambil, saya harap kalian bisa berbahagia seutuhnya. Tidak peduli apakah nanti kalian sukses atau tidak, berhasil atau tidak, mimpi kalian terwujud atau tidak, kalian semua tetap mahasiswaku. I will cherish and treasure all of your essays, as a reminder of all of our classes together. Dari fotografi hingga PPTV. Dari ujian lisan bersama Prof. Ida hingga foto Katir naek naga indosiar di Banyuwangi karena ketinggalan kereta. Suatu hari nanti saya berharap tulisan ini akan mengajakmu kembali sejenak ke kampus untuk bertemu saya lagi. Di sana kamu akan menceritakan perjalanan panjang yang telah kamu lalui dalam tahun-tahun itu, dan kita bisa mengakhirinya dengan pernyataan “Mas Angga, saya sudah bahagia.” 
Sampai saat itu tiba, saya akan terus menunggu cerita-cerita hidupmu di departemen komunikasi. 
Goodluck, angkatan dua ribu dua puluh. Doa saya untuk perjalanan panjang kalian semua. Farewell.
15 notes · View notes
Text
0821-6528-0507 (Wa/Call) Jasa pembuatan program aplikasi PHP Laravel tugas akhir kuliah medan
0821-6528-0507 (Wa/Call) Jasa pembuatan program aplikasi PHP Laravel tugas akhir kuliah medan, Jasa pembuatan program aplikasi website tugas kuliah di medan, Jasa pembuatan program aplikasi tugas akhir kuliah di medan, Jasa pembuatan program aplikasi web tugas akhir kuliah di medan, Jasa pembuatan program PHP Laravel tugas akhir kuliah di medan, Jasa pembuatan program aplikasi web tugas akhir kuliah murah di medan, Jasa Buat program aplikasi web php laravel murah di medan, Jasa buat program website web tugas kuliah akhir di medan, Jasa buat program aplikasi php laravel sistem informasi tugas akhir kuliah medan, Jasa buat program php laravel murah untuk tugas akhir kuliah di medan, Jasa pembuatan software php laravel murah di medan untuk tugas akhir kuliah, Jasa buat website php laravel tugas kampus akhir di medan, Jasa pembuatan website php laravel tugas kampus akhir di medan, Jasa pembuatan web program php laravel tugas akhir kampus di medan,
Halo anda mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas pemerograman website dengan PHP / Laravel.
Bingung tidak tau cara membuatnya.
Yuk serahkan pembuatan program aplikasinya ke kami saja.
100% Amanah dan Terpercaya. dan tentunya 100% Privacy anda kami jaga
Ayo tunggu apalagi.
Pembuatan program dengan menggunakan bahasa pemerograman PHP / Laravel dan Database MySQL
Untuk Harga Pembuatan Mulai Dari Rp. 500.000 (Harga sesuai dengan kebutuhan program yang mau kamu buat).
Untuk Info Lebih Lanjut. Hubungi
0821-6528-0507 (Telp / WA)
Tumblr media
1 note · View note
babydinosaurs · 2 years ago
Text
about grief.
sesi obrolanku dengan masnya via Skype semalam layaknya sesi-sesi obrolan pada umumnya, yang mana biasanya kami menjadwalkan paling tidak sekali dalam seminggu untuk catching up with life melalui obrolan langsung via call. kebetulan, semalam ada hal yang aku coba diskusikan dengan masnya.
tentang bagaimana kali ini aku memproses grief yang aku rasa berbeda dari sebelum-sebelumnya.
beberapa saat yang lalu, tepatnya dua hari sebelum hari raya Idul Fitri, aku (dan keluarga) kehilangan anggota keluarga. bukan pertama kalinya bagi kami dan juga bukan suatu kehilangan yang mendadak, tetapi tetap saja kehilangan ini cukup membuat duka yang mendalam bagi kami.
setelah agenda yang cukup padat selama masa duka sekaligus hari raya itu, ditambah dengan perjalanan darat selama hampir 12 jam, membuat kesehatanku menurun drastis. demam tinggi selama 3 hari yang membuatku sempat kehilangan pendengaran karena saking tingginya suhu tubuh oleh demam, yang alhamdulillah-nya sekarang sudah berangsur-angsur pulih dan pendengaranku kembali lagi. serta tidak lupa apresiasi terbaik untuk masnya yang datang jauh-jauh dari kota asalnya untuk menyempatkan bertemu sebelum aku kembali lagi ke perantauan.
belum pernah rasanya seberat itu meninggalkan rumah. bahkan apabila dibandingkan saat pertama kali aku berangkat untuk merantau, kali ini rasanya berat sekali. mungkin karena keadaanku yang belum sepenuhnya sehat. mungkin karena aku tahu fakta bahwa bapak ibu akan sendirian di rumah, sementara anak-anaknya sudah kembali merantau. mungkin karena aku tahu bahwa aku kembali ke perantauan untuk melanjutkan tugas akhirku yang semakin ke sini semakin membuat stress.
namun hal yang membuatku sendiri juga heran, begitu aku sampai lagi di kamar kos, aku langsung bisa produktif. tas koper sudah langsung diunpack, langsung mengurus pakaian-pakaian yang akan dilaundry, langsung membereskan kamar, langsung mengerjakan banyak hal, sempat menyicil gawean, bahkan besok paginya aku langsung ke kampus untuk bimbingan.
dengan physical state yang masih belum sepenuhnya sehat dan dengan mental state yang masih grieving, aku cukup heran dengan apa yang aku lakukan karena itu seperti bukan ‘aku yang biasanya’. aku tipe orang yang harus memproses perasaan terlebih dahulu sebelum bisa melakukan aktivitas yang lain, karena aku merasa aku tidak sepenuhnya all-in dalam melakukan aktivitas ketika masih memiliki perasaan yang belum terproses. ketika sedang grieving atau sedang sakit, aku butuh waktu sehari-dua hari untuk memproses perasaan dulu. tetapi kali ini cukup aneh karena sejak hari H sampai di kosan dan hari-hari seterusnya, aku langsung menyibukkan diri dari awal hari aku bangun hingga akhir hari aku tidur lagi. orang lain yang tidak mengetahui mungkin akan berpikir, “ini anak kayak nggak ada sedih-sedihnya”.
di sesi Skype dengan masnya saat itu, aku sampaikan keresahanku itu, yang akhirnya kami jadi mendiskusikan perihal itu. dari situ, kami membuat kesimpulan bahwa sebenarnya apa yang aku lakukan itu sebagai coping mechanism atas grieving yang aku rasakan. setiap orang pasti memiliki coping mechanism yang berbeda-beda. bahkan dalam tubuh satu orang pun dapat memiliki coping mechanism yang berbeda tergantung dari grieving yang sedang dirasakan.
“dengan kamu yang bisa langsung produktif, bisa langsung beraktivitas dan berfungsi secara normal, itu bukan berarti perasaan atas grieving-mu itu jadi nggak valid kok. kamu masih merasakan grieving. dan seperti apa yang pernah kamu sampaikan, grief is just love that has no place to go. rasa grief-mu itu sebagai rasa cinta yang belum sempat tersampaikan karena orangnya udah keburu nggak ada. dengan kamu bisa produktif dan bisa berfungsi secara normal itu sebagai bentuk the unexpressed love itu, sebagai bentuk bahwa kamu tetap berhak untuk bahagia. kayak buku yang kamu pinjamkan ke aku tentang processing grief itu, kehilangan bukan berarti membuat kita jadi harus ikut menderita juga. kehilangan itu bukan salah kita, jadi nggak seharusnya kita merasa bersalah atas kehilangan itu.”
setidaknya itu yang masnya sampaikan kepadaku. tapi percayalah, hanya dengan mendengarkan suaranya dan melihat wajahnya walaupun terhalang layar dan jarak sekian ratus kilometer, itu sudah cukup membuatku merasa tenang. sudah cukup membuatku merasa bahwa aku tidak sendirian dalam memproses duka ini. aku akan selalu punya Tuhan, akan selalu punya keluargaku, akan selalu punya teman-temanku, dan akan selalu punya masnya.
11 notes · View notes
nuhashofiya · 2 years ago
Text
life is choice
harus milih sarapan hari ini mau masak atau beli di sekitar kampus aja. minggu ini ngerjain tugas di kost atau pulang ke rumah. baju yang menunpuk di pojokan kamar mau dicuci sendiri atau masuk laundry. ngerjain laporan praktikum sambil nongkrong atau di kost. mau ikut organisasi A, B, atau C. pilihan pilihan sekitar tahun 2018 lalu.
semakin dewasa, ternyata pilihan itu semakin tidak sederhana. rumit, kompleks, dan berjangka panjang bahkan seumur hidup. salah pilih makan siang mungkin hanya menyesal di hari itu saja. memilih untuk mencuci baju sendiri mungkin lelahnya hilang sehari dua hari. ngga bisa ikut nongkrong ngerjain tugas, masih bisa ikut esok hari. tapi sekarang, konsekuensi dari pilihan itu jauh lebih panjang. salah dalam mengambil keputusan bisa menyesal hingga tahunan.
karena itu, kita harus sadar kemana akan menuju. butuh ketenangan, kejelian, dan memikirkan akhir dari sebuah pilihan. dengan keterbatasan pengetahuan dan terhijabnya kita dengan masa depan, tentu saja kita sangat membutuhkan pertolongan dari yang Maha Tau. agar dibimbing, agar diarahkan, agar ditunjukkan pada yang terbaik.
sederhananya, libatkan Allah dalam setiap pilihanmu. pilihan kita.
18 notes · View notes
reachtoyou · 1 year ago
Text
In Temporary Life: As A Final Year Student (3/3)
— Bagaimana rasanya berhasil menyelesaikan pendidikan tinggi yang dipilih sendiri dengan sadar, meski butuh usaha lebih keras? Aku akan menjawab, tentu bangga dan senang. 
Sedikit kilas balik, menurutku quest menyelesaikan pendidikan tinggi cukup jadi momok tersendiri, karena boleh dibilang ini bukan tujuan awalku dalam mengenyam pendidikan tinggi. Namun lagi-lagi, Allah berikan semua yang terbaik bagi hambaNya, dalam porsi yang tepat. Tak dipungkiri, butuh waktu yang cukup lama bagiku untuk bisa “moveon” dari tujuan sebelumnya ke tujuan yang baru, dengan kampus yang berbeda pula.
Perjalanan dalam mengerjakan tugas akhir pun bukan perkara yang mudah. Sempat demotivasi, cukup tertinggal di belakang, serta beberapa rencana gagal selesai di waktu yang kutentukan. Meski kuakui, banyak pihak-pihak seperti orang tua, dosen pembimbing, sahabat yang menyemangatiku untuk terus maju kedepan menghadapi apa yang sudah kumulai. 
Tugas akhir serasa sesuatu yang mustahil aku selesaikan ketika aku masih menjadi mahasiswa. Namun siapa sangka, kemustahilan ini dapat aku ubah jadi sesuatu yang berhasil terlaksana dengan bantuan Allah subhanahu wa ta’ala. Mulai dari pencarian topik, seminar proposal, mencari data responden, seminar hasil, yudisium, hingga wisuda dapat kulalui dengan baik. Sebuah perjalanan besar selama kurang lebih setahun terakhir demi meraih gelar sarjana.
Dari seluruh perjalanan menjadi sarjana, aku belajar banyak hal yang pengalamannya benar-benar kurasakan sendiri. 
Aku belajar untuk berikhtiar sekuat tenaga sebab Allah akan mampukan sisanya. Aku belajar untuk bersabar dalam menjalani sebuah proses karena semuanya dijalani sedikit demi sedikit, progress demi progress. Aku belajar berserah diri pada Allah, sebab ada ranah yang perlu kita usahakan sebagai manusia dan ada ranah yang mutlak menjadi ketentuan Allah. 
Dengan ini, berakhir sudah perjalananku mengambil hikmah sebagai mahasiswa yang berjuang meraih gelar sarjana. Sampai bertemu di perjalanan lainnya!
—Surabaya, 10 November 2023 / 26 Rabi’ul Akhir 1445H
6 notes · View notes
fortilfeldig · 2 years ago
Text
Kepayahan Dalam Menulis (Secara Akademik)
Saya sedang beres-beres drive dan melihat file lama. sial, ternyata tugas akhir saya hampir hampir saja menjadi jurnal - tapi tidak jadi. Penyebab utama adalah kepayahan saya dalam menulis. Kedua, waktu itu saya baru memulai karier pekerjaan sehingga kesulitan mengatur waktu.
Padahal waktu itu kondisinya sudah disupport oleh dosen pembimbing tugas akhir saya, dibantu oleh 2 senior yang akan membantu parafrase, meningkatkan metode penulisan yang benar - tapi apalah daya sepertinya tabrakan waktu dengan awal mula berkarier sungguh menjadi momok.
Kalau-kalau waktu itu saya diberi sedikit waktu dan ketabahan dalam menghadapi situasi yang overwhelming, mungkin sekarang saya bisa melihat nama saya di sebuah jurnal. setidaknya saya jadi punya catatan penulisan akademik yang baik dan terpublikasi.
Mungkin waktu memang tidak mempertemukan saya saat itu dengan penulisan akademik. Mungkin saat itu, waktu sedang berencana untuk menggembleng saya menjadi desainer arsitektural yang cepat dan produktif.
Tapi toh nasi sudah menjadi bubur - penyesalan itu pasti ada, tidak bisa saya pungkiri, dan tentunya perlu saya telan bulat-bulat jika mengingatnya lagi. Namun jika ada satu hal yang boleh saya kutuk sekaligus saya beri masukan adalah kemampuan menulis untuk mahasiswa arsitektur.
Secara pribadi saya merasa mahasiswa arsitektur itu hanya fokus diajarkan mendesain. Tapi jika disuruh menarasikan apa yang didesain - mereka lemah. Apa itu metode penulisan? Alih alih diajarkan di seluruh fakultas teknik, mahasiswa arsitektur kampus saya malah hampir tidak kenal.
Kadang saya berfikir, apakah proses iterasi desain terkadang bisa membuat kekacauan dalam berfikir sehingga kita (mahasiswa arsitektur) kesulitan jika disuruh mengerjakan sesuatu dengan runut? Dalam hal ini menarasikan desain kita.
Atau proses berfikir yang terlalu cepat di kepala dan terlalu sering loncat kesana kemari dalam mencari ide sehingga lagi lagi membuat kekacauan dalam menuangkan tulisan secara runut tentang desain yang kita kerjakan?
Atau memang mayoritas merasa desainnya sangat subjektif dan kurang scientific based, yang penting "it works!" dan terlihat bagus, sehingga untuk menarasikannya secara ilmiah, jadi mentok?
Entahlah - seandainya saya bisa mengulang waktu akan saya pelajari dengan benar bagaimana metode penulisan akademik yang baik, hahaha.
PS: Menurut saya pribadi sebenarnya skripsi saya belum sebagus itu untuk metode penulisannya. Tapi yasudahlah, saya udah lulus juga 🙂
8 notes · View notes