#Suhu Di Dieng Hari Ini
Explore tagged Tumblr posts
Text
Pendakian bersama kabut
"naik naik ke puncak gunung tinggi tinggi sekali"
Ternyata lagu itu benar adanya. Alhamdulillah, pada hari sabtu 4 Januari 2020 aku sangat bersyukur karena salah satu bucket listku tercapai di awal tahun ini. Aku bisa melakukan hal yg belum pernah aku coba sebelumnya (naik gunung). Saat aku diajak nina antara exited dan takut karena musim yg sedang tidak bersahabat. "Gimana aku izin ke ibu ya?" "boleh nggak ya?" "aku pengeen" pertanyaan & pernyataan itu yang terlintas dibenakku. Lalu aku berpikir "kapan lagi kalo nggak sekarang aku coba naik gunung".
Aku jawab ke nina "Aku mauuu, aku izin dulu ya. Kapan to?" dan aku nggak mengira secepat itu, ternyata hari sabtu & minggu masih di minggu yang sama nina bilang. (wow it's so fast)
Tapi, aku memberanikan diri izin ke ibu, ayah mau naik gunung dan ibu mengizinkan dengan "yang penting harus bisa tanggungjawab buat diri sendiri". Antara happy, worry, but i'm so exited. Mulai kamis aku berniat harus jogging buat pemanasan, alhamdulillah dikasih hujan sama Allah. Jum'at (3/1) hari terakhir aku bisa pemanasan, aku jogging yang biasanya aku nggak mau kalo sendirian, akhirnya aku pun bisa jogging sendiri.
Sampailah di hari H, aku lebih exited. Walaupun berangkat sore, dan di jalan ada sedikit halangan but i'm so happy. Melakukan perjalanan dengan orang-orang baik. Mendengarkan lagu-lagu yang bikin aku nggak ngantuk, karena aku pelor (nempel molor).
Sampai di Dieng sekitar pukul 21.00 maybe, i forgot, disana dingin yang membuat aku nggak betah untuk diam. Ternyata kita tidak boleh langsung mendaki karena memang sedang hujan. Lalu kita mengisi perut dulu (mie kuah telor yumm) sambil menunggu hujan reda. Setelah itu (22.00) kita siap berangkat.
Saat itu kita bertujuh ada aku, nina, erika, nana, mas rafil, mas ahmad, dan mas ivan. Tak lupa berdoa, pendakian pun dimulai.
Baru awal perjalanan, jantungku udah berdebar keras tak seperti biasanya, nafasku yg pendek membuatku engap. Namun, aku tetap menguatkan tekad "ayo dhe, ini belum seberapa, nanti kalo udah sampai atas mesti kamu happy" cuma itu yg terlintas dipikiranku.
Dengan saling menguatkan, kita melanjutkan perjalanan dan dingin makin mencekam. Tak terasa makin ke atas kabut semakin pekat, malam semakin gelap. Sering kita berhenti di pos-pos untuk istirahat. Dan disitulah aku lebih mengerti artinya perjuangan. Perjuangan untuk naik gunung itu nggak mudah. Kamu butuh usaha, doa, kerjasama, saling mengerti satu sama lain dan pengorbanan.
Intinya sampai diatas pun perasaan capek, lega bercampur ketidakpercayaan muncul "Dhe, kamu udah sampai atas dhe, kamu bisa." disana aku bersyukur kepada Allah yg memberiku kekuatan dan bantuan temen-temen terutama para suhu 😂 kita sampai jam 3.03 pagi.
Bangun tidur dari dalam tenda aku liat diluar terang, aku cepat-cepat buka tenda dan matahari udah muncul. Aku sedih "yaah nggak liat sunrise 😢" tapi Alhamdulillah mataharinya bikin hangat. (iya, kebetulan aku lagi nggak sholat, jadi kesiangan dan aku capek banget). Alhamdulillah aku bisa bobok sekitar jam 4.00 pagi.
Dan cerita pun dimulai... Banyak kenangan yang nggak bakal aku lupakan seumur hidupku. Untuk pertama kalinya aku naik gunung dan aku berhasil. Itu pencapaianmu dhe!
Di pagi yang cerah sedikit berkabut aku bisa menikmati keindahan alam yang Engkau ciptakan. Bagaikan negri di atas awan. And it's so memorable for me. Terimakasih Allah SWT, Ibu, dan teman-teman naik gunungku ❤.
1 note
·
View note
Video
youtube
OPEN TRIP DIENG MURAH!! Fasilitas Paket Wisata Dieng, Wisata Dieng Paket, Paket Wisata Bulan Madu Ke Dieng, Dieng Culture Festival Hipwee, Backpacker Ke Dieng Naik Motor, Obyek Wisata Di Dieng, Wisata Terkenal Dieng, Wisata Pegunungan Dieng Wonosobo, Wisata Gn Dieng
Kami adalah tim perjalanan yang berawal karena memiliki kecintaan yang sama pada dunia wisata di Indonesia. Ada begitu banyak area wisata di Indonesia yang menantang untuk kami eksplorasi, keindahan alam wisata Indonesia
Paket Wisata Dieng 3 Hari 2 Malam dari Jakarta. Nikmati keindahan Gunung Prau dan Golden Sunrise lengkap dengan Wisata Budaya, Candi Dieng, Telaga Warna plus kompleks Goa Alam, Kawah Sikidang, dan lain sebagainya.
Argia Indonesia menyediakan jasa perjalanan yang sangat memudahkan anda untuk berpergian, kami menyiapkan segala kebutuhan anda dari akomodasi, hingga penginapan dan segala kebutuhan anda hingga sampai ketempat tujuan.
For more Information, please call: (+62) 813-8171-5671 - Bpk Nanang or visit Our Website: http://argiaindonesia.com Our Blog: http://travelagentdieng.wordpress.com
(via https://www.youtube.com/watch?v=dQVtirrTHE8)
#One Millionaire Travel#Plateau Wikipedia#Wisata Di Dieng#Lila Travel#Foto Trek#Travel Wisata#Bellinda Dieng Tour#Panduan Wisata Dieng#Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah#Tour Dieng Wonosobo#Peta Wonosobo Dieng#Mobil Travel#Lokasi Dataran Tinggi Dieng#Welcome To Dieng#Suhu Di Dieng Hari Ini#Travel Lampung Palembang#Open Trip Tanjung Lesung#Open Trip Dari Jakarta#Dataran Tinggi Dieng Wonosobo
0 notes
Text
Tinnitus Strikes Back
Yep.
My tinnitus has come back.
Dan sialnya dia kembali di waktu yang kurang tepat.
-
Gue pengen cerita (mungkin agak panjang) tentang bagaimana gue end up hidup dengan tinnitus.
Semua bermula ketika gue memutuskan tinggal di sebuah apartemen di bilangan Pramuka, Jakarta. Lupa Jakarta mana. Kayaknya Jakarta Timur sih.
Anyway, tinggal di apartemen di lantai 21 membuat gue terpaksa menghirup udara artifisial lebih lama dalam sehari. Di kantor, selama 8 jam (minimal), dan di apartemen, selama sekitar 10-12 jam per hari. Tubuh gue, tepatnya hidung gue, ternyata nggak suka dengan apartemen dan udara artifisialnya. Beberapa bulan setelah gue tinggal di apartemen, gue jadi punya alergi. Tiap pagi gue akan bersin-bersin selama beberapa menit. Tiap pagi. Sampai suatu hari gue bangun dengan hidung dipenuhi ingus, susah napas dan pusing. Gue pergi ke dokter THT. Dan saat itu lah gue tau bahwa gue punya alergi rhinitis. Intinya, my nose is just too sensitive dengan kotoran dan perubahan tekanan udara.
Beberapa bulan setelah alergi rhinitis muncul, gue pergi ke Dieng. Pulang dari Dieng, telinga kiri gue budek. Telinga gue terasa kayak kemasukan air, dan kadang-kadang berdenging. Lengkap dengan lubang hidung sebelah kiri yang rasanya mampet terus. Gue pun balik lagi dokter THT. Setelah dicek, telinga kiri gue pada waktu itu mengalami penurunan fungsi. Kemungkinan besar karena gue pergi ke Dieng itu, apalagi gue punya rhinitis. Semuanya kayak saling melengkapi jadi satu. Kompak bikin hidup gue agak kurang seru, waktu itu. Gue pun dikasih obat biar nggak budek lagi. Setelah beberapa hari minum obat, gue merasa semua kembali normal kecuali satu hal. Telinga gue tetap berdenging. Memang nggak 24 jam, tapi sekali-sekali dia suka berdenging dengan pola yang bener-bener random.
Gue pun balik lagi ke dokter THT. Kali ini ke dokter THT yang udah profesor, rekomendasi Bu Didi. Dokter yang membantu kuping dia normal lagi setelah dia tuli pasca scuba diving. Asli, mahal banget itu dokter. Dan nunggu ketemu dia pun lama banget. Tapi, sama profesor dokter THT itu gue dapat penjelasan tentang kemungkinan kenapa telinga gue bisa berdenging dan bagaimana tinnitus itu random banget, bisa hilang dan muncul tanpa suatu sebab yang pasti. Oleh beliau gue dikasih obat banyak banget, mostly obat saraf, satu obat semprot hidung (buat membantu meregulasi tekanan udara di dalam telinga, mengingat gue sering terbang dan gue punya sejarah tinnitus muncul setelah gue dari tempat tinggi), dan… antidepresan yaitu Alprazolam. Khusus untuk yang terakhir, doi bilang, kalau ngerasa butuh, baru diminum. Well Pak Dokter, gak bakal gue minum sih kayaknya. I still can handle this tinnitus.
Fast forward ke kondisi gue sekarang.
Empat hari yang lalu, salju pertama turun di Carbondale. Suhu waktu itu minus 11 derajat Celcius. Gue dan warga dusun bersuka cita menyambut salju. Gak peduli lagi badai, kita pergi ke kampus dan main-main di tengah badai salju. Semua masih terasa normal sampai dua hari yang lalu.
Yep.
With the joy of the falling snow, comes great pain in the ear.
Telinga gue mulai berdenging lagi. Kali ini mulai agak annoying karena bunyi dengingnya nggak ilang-ilang. Bahkan makin parah dan telinga kiri gue mulai terasa nyeri. It was like the worst tinnitus ever. Rasanya kayak pengen “ngelepas” setengah kepala gue saking lelahnya dengan suara denging dan rasa nyeri yang super anjay.
Gue sampai di momen gue butuh Alprazolam.
Tapi dia nggak gue bawa ke sini.
Sial.
Karena udah nggak tahan lagi, akhirnya gue pergi ke… Halodoc. Dokter THT di Halodoc bilang kemungkinan besar tinnitus gue muncul (lagi) karena perubahan suhu yang ekstrim buat anak tropis. Waktu badai salju, suhu minus 11 derajat Celcius. Dua hari berikutnya suhu naik drastis ke 7-8 derajat Celcius. Bisa jadi kuping gue “kaget” dan dia jadi rewel. Dia menyarankan gue untuk minum Ibuprofen dan Dekongestan, yang untungnya dijual bebas di Walmart. Alhamdulillah. Gue terselamatkan dari bill student health center.
Okay.
Gue mulai merasa agak upset sekarang ini sebenarnya. Semacam, “Oh God why?!”
Dengan pengalaman tinnitus muncul setelah gue bermain di tengah badai salju, musim dingin Illinois mungkin akan terasa semakin menyiksa buat gue.
1 note
·
View note
Text
TURISIAN.com – Traveling ke Dataran Tinggi Dieng di Jawa Tengah, Sobat Turisian jangan lewatkan Kawah Sikidang yang menjadi salah satu spot favorit di sana. Selain itu, kawah ini memiliki keunikan yang menarik daripada kawah-kawah lainnya. Kawah yang satu ini masuk ke wilayah Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Di sini Sobat Turisian dapat melihat aktivitas kawah vulkanik secara dekat. Dengan lubang kepundan yang dapat kalian saksikan dari bibir kawah. Dataran Tinggi Dieng terbentuk akibat letusan Gunung Prahu Tua yang terjadi berabad-abad lalu. Meski sudah terjadi berabad-abad yang lalu, aktivitas vulkanis di kawasan ini masih tetap terjadi. Hal ini terbukti dari kondisi Kawah Sikidang hingga saat ini. Begitu memasuki kawasan kawah, Sobat Turisian akan melihat beberapa lubang besar yang mengeluarkan asap tidak terlalu tebal. Menurut pihak pengelola kawasan ini, lubang-lubang besar tersebut merupakan kawah utama di masa lalu. Sementara kawah utama yang ada saat ini berada agak jauh dari pintu masuk. Dari pintu masuk, Sobat Turisian harus menempuh perjalanan sekitar 1 kilometer untuk sampai di kawah utama. Jalan menuju kawah utama pun agak menanjak. Selain itu, di sekitar kawasan ini masih terdapat beberapa kawah kecil yang suatu saat akan menjadi kawah utama, menggantikan kawah utama yang sekarang. Posisi kawah utama yang berpindah-pindah inilah yang melahirkan nama “sikidang”, yang berasal dari nama hewan “kidang” (kijang). Kawah utama yang berpindah-pindah menyerupai sifat kijang yang senang melompat ke sana ke mari. Kisah Legenda di Kawah Sikidang Di luar keindahan bentangan alamnya, objek wisata ini tak lepas dari kisah legenda asal-usul lahirnya nama kawah tersebut. Kisahnya menceritakan seorang gadis cantik yang bernama Shinta Dewi yang terkenal karena kecantikannya. Baca juga: Melihat Kawah Candradimuka yang Elok di Dataran Tinggi Dieng Kecantikan Shinta Dewi dalam Legenda Kawah Sikidang ini pun terdengar oleh Kidang Garungan, seorang pangeran kaya raya. Namun di balik kekayaannya, ada hal aneh pada pangeran ini sesuai namanya. Yaitu Kidang Garungan memiliki tubuh manusia tapi kepalanya merupakan kepala kijang, sehingga bernama “kidang”. Pangeran Kidang pun mengutus pengawal untuk menyampaikan lamarannya kepada Shinta Dewi dengan iming-iming mas kawin yang sangat banyak. Hingga akhirnya Shinta Dewi menerima lamaran Pangerang Kidang. Dalam benaknya, seorang pangeran yang kaya pastilah juga berwajah tampan. Tetapi begitu melihat sosok asli pangeran, alangkah terkejutnya Shinta Dewi. Ia pun menjadi bingung karena dia telah mengiyakan lamaran dari sang pangeran. Gadis ini pun mencari akal untuk membatalkan lamaran. Shinta Dewi lalu memohon kepada Pangeran Kidang agar membuat sebuah sumur yang besar karena masyarakat sekitar sangat kesulitan mendapatkan air. Sumur tersebut harus pangeran buat sendiri dalam satu hari. Pangeran pun menyanggupinya. Pangeran Kidang pun dengan giat menggali tanah menggunakan tangan dan terkadang tanduknya. Melihat itu, Shinta Dewi kembali khawatir kalau-kalau sang pangeran berhasil menyelesaikan permintaannya. Karena kalut, Shinta lalu meminta masyarakat menimbun sumur yang sedang sang pangeran gali. Hal tersebut masyarakat lakukan selagi sang pangeran masih berada di dasar sumur. Saking banyaknya orang yang menimbun sumur itu, Pangeran Kidang akhirnya terkubur hidup-hidup di sumur tersebut. Amarah sang pangeran tak tebendung. Hingga amarah itulah yang kemudian membentuk Kawah Sikidang. Tips & Jam Buka Kawah Sikidang Saat Sobat Turisian aberkunjung ke sini, tipsnya harus mengenakan masker karena udara di sekitar kawasan memiliki bau belerang yang pekat. Selain itu, kalian juga jangan terlalu dekat dengan kawah karena suhu di permukaan kawah utama mencapai 80-90 derajat Celcius. Baca juga: Berkunjung ke Kompleks Candi Arjuna, Percandian Terbesar di Kawasan Dieng Wisata Kawah Sikidang buka untuk umum setiap hari, mulai dari jam 07.
00 WIB sampai 16.00 WIB. Untuk tiket masuk ke tempat wisata ini merupakan tiket terusan dengan Kompleks Candi Arjuna. Harga tiketnya sekitar Rp10.000 per orang. Namun harga ini sewaktu-waktu bisa berubah.*
0 notes
Text
Info Toko Madu Asli Terdekat
Toko madu asli terdekat - Kota Temanggung merupakan kota yang terletak di kaki gunung sumbing. Gunung ini adalah salah satu gunung yang sering dijadikan untuk pendakian para pecinta gunung. Bersebelahan langsung dengan gunung Sumbing adalah gunung sindoro yang letaknya Hanya seperti persis berdampingan.
Toko madu asli terdekat
Bagi yang sudah muncak ke Gunung Sumbing akan sangat terasa keindahannya ketika berada di Puncak. Ada apa di Kabupaten Temanggung sendiri merupakan daerah yang dipimpin oleh Bupati dan suasana di sini ya itu di Kota Temanggung sangat sejuk.
Bagi Anda yang belum pernah ke Temanggung sebaiknya diagendakan untuk wisata ke daerah ini. Selain daerahnya sejuk juga pemandangan gunung di sekitarnya juga sangat indah. Kota ini sekitar 2 jam lebih sedikit dari kota Jogjakarta. Jika dari Jogja kemudian ke arah utara menuju Magelang maka Temanggung terletak setelah Kabupaten Magelang.
Kota Temanggung termasuk kota yang asri karena banyak pepohonan pepohonan. Hutannya juga masih banyak pohonnya tinggi-tinggi. Jalan di Kabupaten Temanggung pun dilalui dengan naik turun jalan perbukitan. Sehingga Anda tidak akan berpikir lagi bahwa kota ini seperti kota Jogja yang wilayah jalanannya datar datar.
Akan tetapi kota ini tidak seramai Kota Magelang yang berada di sebelahnya apalagi seperti kota Jogja. Memang terlihat sepi tetapi sudah terlihat bahwa ini adalah perkotaan.
Toko madu asli terdekat
Kota Temanggung juga terkenal dengan penghasil kopi daun tembakau. Kopi yang dihasilkan oleh Kota Temanggung ini sangat terkenal enak bahkan sudah tersebar di berbagai kota hingga luar negeri. Bagi Anda yang pecinta kopi menikmati kopi Temanggung akan sangat berbeda dari kopi lainnya.
Adapun Temanggung juga merupakan penghasil tembakau. Bahkan pabrikan rokok terbesar di Indonesia pun lebih suka mengambil tembakau dari daerah Temanggung daripada daerah lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh struktur tanahnya yang membuat tembakau itu menjadi sangat istimewa.
Bahkan kalau kita bincang-bincang dengan warga Kota Temanggung kita akan mendapati ada tembakau yang istimewa itu harganya bisa mencapai ratusan ribu per kilo. Tentu merupakan harga yang sangat mahal dibanding harga tembakau yang biasanya.
Bagi Anda yang perokok sejati mendapatkan tembakau dari Temanggung tentu sangat luar biasa.
Tapi ada satu cerita menarik di Kabupaten Temanggung ini. Dahulu ada satu desa yang warganya hampir seluruhnya menyukai sesama jenis. Saat subuh tiba mendadak Desa itu hilang seperti Ditelan Bumi. Padahal Desa itu terkenal dengan penghasil tembakau nya yang sangat luar biasa. Hingga akhirnya dibangunlah satu monumen untuk akan dijadikan peringatan bagi sesama manusia.
Ngomong-ngomong soal Kota Temanggung di sebelah utara Kota Ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Wonosobo. Kabupaten Wonosobo tersebut juga merupakan daerah yang berada di ketinggian Gunung Sindoro dan Sumbing. Di sana juga ada gunung yang sering kita baca di berita kalau suhu di sana ketika musim dingin atau musim penghujan bisa mencapai minus derajat Celcius.
Kondisi udara yang seperti itu pasti sangat dingin. Bahkan di foto dan beberapa berita yang sangat viral embun embun pun bang kristal menjadi es.
Daerah Dieng sendiri merupakan daerah wisata yang sangat terkenal di Indonesia. Hampir setiap hari Minggu tahun wilayah tersebut mendapat kunjungan dari wisatawan yang sangat luar biasa dari berbagai wilayah di Indonesia. Dengan begitu maka wilayah Dieng diartikan sebagai wilayah wisata yang sangat menarik. Di sana terdapat kawah belerang serta danau tiga warna. Bagi Anda yang ingin ke Dieng jangan lupa untuk mengunjungi daerah wisatanya yang sangat menarik.
Toko madu asli terdekat
0 notes
Text
Kubebaskan Aku dari Belenggu
Aku percaya setiap manusia memiliki kebebasan. Bahkan tuhan saja membebaskan manusia untuk memilih agama. Terlepas dari tanggung jawab manusia itu sendiri atas apa yang telah ia pilih. Aku mempercayai itu, kutetapkan daging dan kulit yang menyelimuti jiwa ini akan ku bebaskan. Dari apa saja, negara, masyarakat, bahkan egoku sendiri. Termasuk dari belenggu orang tua.
Tapi apa maudikata, namanya manusia memang selalu menghadapi godaan terutama hawa nafsu. Hati yang tempatnya sangat tersembunyi di dalam tubuh, yang merupakan the center of body ternyata sangat gampang tergoda. Apalagi digoda oleh yang namanya kenangan. Tau kan, yang namanya kenangan semua orang berhak mengenang dalam bentuk apapun asalkan masih dalam 'kurungan' yang wajar. Kan kenangan itu boleh dimiliki siapa saja dan boleh dikenang kapan saja. Mau itu kenangan yang berkaitan dengan manusia, alam, lingkungan, pokoknya siapa saja dan apa sajalah.
Terpenting adalah tetap stay cool dan calm down menghadapi kenangan. Karena manusia punya hati yang rawan sekali untuk berbolak balik. Seperti cuaca di Dieng. Pagi hari langit begitu biru, awan begitu putih, dan surya menyinari tanpa malu dan ragu. Eh lha badalah, mulai melewati waktu dzuhur kabut menjatuhkan diri dari langit, pekat dan dingin. Suhu saat itu mencapai 11° seakan Dieng itu diungkep pake es -kok bisa? Ya begitulah kira-kira analogiku.
Persis yang aku alami baru-baru ini. Kenangan sewaktu masa kuliah ternyata tidak bisa aku tinggalkan begitu saja. Kaya pipis yang gampang aku tinggalkan dimana saja, ya di wc umum stasiun, toilet kampus, kamar mandi pacar, dimana sajalah pokoknya. Kenapa kenangan itu begitu sulit dilupakan padahal waktu dan tempat sudah aku tinggalkan? Jawabannya sederhana. Karena kenangan indah itu memberikan kenyamanan yang luar biasa nyamannya.
Apakah setiap orang memiliki level kenyamanan yang sama? Tentu tidak. Ambil contoh, seperti sebuah ciuman. Teman kosku Rani pernah curhat dicium Dion, pacar sahnya. Kata Rani itu adalah ciuman terindah dalam hidupanya dan sungguh membuatnya merasa nyaman. Rani yang mengaku pertama kali berciuman mengatakan tidak akan pernah melupakan moment spesial itu. Aku sebagai perempuan lugu yang tidak mengerti apa-apa hanya manggut-manggut saja mendengar cerita Rani. Tentu saja, sebisa mungkin aku mencoba membayangkan apa yang diceritakan Rani.
Beberapa minggu setelah itu Rani putus dengan Dion. Malamnya Dion datang ke kosku dengan membawa bunga dan mengatakan dia jatuh cinta setengah mati kepadaku. Lalu dengan gagah dia meminta menjadi pacarku. Aku mengatakan ya tanpa sungkan. Padahal parfum Riko masih menempel di bajuku. Sudah setahun aku pacaran dengan Riko tapi dia adalah laki-laki santu yanh hanya berani sebatas memelukku, pun itu dari belakang. Dalih menerima Dion menjadi pacar bukan karena aku memiliki perasaan yang sama dengannya. Melainkan aku hanya penasaran apakah benar ciuman dari Dion senyaman yang diceritakan Rani kepadaku.
Waktu yang aku tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Dimalam yang syahdu dengan bulan menggantung di langit. Angin semilir membawa gerimis lembut dari barat. Dion mulai memandangiku dengan tatapan yang berbeda. "Kamu cantik kalo malam," katanya merayu. Aku mencoba tersenyum semanis mungkin agar yang kuinginkan terijabahkan. Hanya dalam hitungan detik ia mulai mendekat dan mencium bibirku dengan mesra. Kelopak matanya mulai mengatup. Jemari Dion semakin erat memegang leher dan pundakku. Aku mencoba menutup mata tapi yang ada hanya merem melek. Tak juga kutemukan kenikmatan yang diceritakan Rani. Akupun melotot menunggu Dion melepaskan cengkraman itu. Keesokan harinya aku memutuskan Dion lewat chat whatsapp.
Aku pikir bukan hanya aku saja yang mempermasalahkan kenangan sewaktu kuliah. Buktinya banyak teman-temanku yang memilih bekerja di kota tempat mereka kuliah. Pun demikian dengan aku. Pasca diwisuda aku pontang-panting kesana kemari mencari pekerjaan. Tapi hasilnya nihil.
Kata kebanyakan orang mencari pekerjaan itu susah. Eits, tapi ada pengecualian. Terkecuali bagi mereka yang punya pity, terkecuali bagi mereka yang punya link, terkecuali bagi mereka yang smart dan terkecuali bagi mereka yang punya softskill. Beruntungmya aku memiliki semua itu. Yah walaupun duitku tidak banyak tapi cukuplah untuk menyangoni petugas administrasi. Selain itu namaku juga sudah terkenal, minimal satu fakultas tahu lah siapa aku. Jadi gampang saja kalau aku mencari kontak seseorang untuk meminta pekerjaan.
Aku memang tidak kenal, eh tidak kenal akrab dengan rektor kampusku yang sekarang. Tapi aku kenal dengan jajaran senat disana. Jadi gampang saja. Tapi aku bukanlah kebo dungu yang hanya mengandalkan uang dan relasi saja. Tempurung kepalaku berisi otak segar yang kaya akan ilmu. Jadi tidak lolosnya aku saat mendaftar lowongan kerja bukan karena aku bodoh. Big no. Tidak ada kata bodoh dalam kamusku.
Tidak percaya? Sok atuh, sesekali ajak aku nongkrong di kafe tempat nongkrong anak-anak hits. Mau ngobrol soal apa saja oke. Diajak diskusi soal politik oke, soal sosial ekonomi oke, soal merk pensil alis juga oke, bahkan soal agama pun aku ahli. Memang tidak meyakinkan melihat penampilanku yang begini. Hanya saja tidak terlalu aku tonjolkan dalil dan hadist shahih yang aku hafal. Karena yang menonjol-nonjol itu tidak terlalu baik. Salah-salah nanti aku malah dicekal.
Ngomong-ngomong soal agama, di agamaku restu tuhan tergantung pada restu orang tua. Awalnya aku tidak percaya karena menurutku asal kita berusaha dan berdoa (nah ini) segalanya pasti akan terjadi. Masalahnya disini, bapakku minta (dengan paksa) aku mencari pekerjaan di kampung halaman saja. Di dataran tinggi yang memang tinggi di Jawa Tengah.
Aku tetap keukeuh tidak mau balik kampung. Bapak dan ibu juga keukeuh minta aku balik kampung. Katanya, "Wong kabeh sarjana bae uripe nang kota, lha keprige desa-desa bisa maju!?" (semua sarjana saja hidup di kota, gimana desa-desa mau maju!?). Aku lari tunggang langgang sebelum sabetan sapu lidi mendarat di bokongku. Body itu kan aset yang paling berharga, apalagi aku belum menikah. Bapak dan ibu lalu berteriak-teriak sambil menyumpahi aku tidak akan mendapat pekerjaan kecuali di kampungku.
Bersamaa dengan suara geledek aku tersadar di suatu siang. Aku mendongak menatap langit. Masih siang dan cerah tanpa awan. Kulihat kopi yang aku pesan sudah ada di depan meja. Mungkin tuhan tengah mengingatkan pada sumpah serapah orang tuaku. Kuteguk kopi itu yang ternyata masih panas. Reflek aku menyemburkannya tepat di muka Witri.
"Bajirut...!" teriak Witri sambil melotot ke arahku.
"Wit aku mau cari kerja di Dieng aja," kataku sembari mengelap muka Witri dengan tisu.
"Lah kenapa?"
"Takut kesamber geledek".
Adzan ashar sedang berkumandang saat aku membuka pintu rumah. Bapak tergopoh-gopoh menghampiriku. Tangan kanannya membawa pacul yang terlihat kotor oleh tanah. Ibu juga tergopoh-gopoh mengejarku, tangan kanan membawa irus dan tangan kiri menyincing daster.
"Mau apa kamu, hah?" kata bapak.
"Mau ngajar di sekolah." kataku sambil menatap pacul bapak, takut tiba-tiba benda tajam itu menancap di ubun-ubunku.
Bapak dan ibu melongo. Mereka terheran-heran melihatku. Untungnya senjata tajam bapak sudah tidak di tangan. Aku pun sebenarnya heran dengan apa yang terucap dari mulutku barusan. Aku asal berucap saja mengatakan akan mengajar di sekolah. Aku akan mencoba peruntungan yang satu ini. Kalau gagal aku akan langsung balik ke Jogja. Asumsiku benar. Tuhan memang meridhoi ketika orang tua meridhoi. Kulayangkan pujian kepada tuhan di suatu malam dengan sapaan mesra di awal dan pinta di akhirnya. "Tuhan, tubuhku sekarang terbelunggu oleh hawa dingin yang sewaktu-waktu bisa membunuhku. Maka jangan salahkan hamba kalau sewaktu-waktu pikiran liarku juga membunuh kekaleman anak-anak di sekolah".
Aku perempuan yang gampang sekali merasa bosan. Tidak tahan dengan dinding putih yang menyekat nafasku. Kalau terlalu lama di dalam kelas aku merasa mual. Pernah suatu hari aku mengajar dari jam delapan sampai dzuhur, selepas itu aku muntah-muntah.
Bayangkan saja, di ruang yang hanya berukuran 7x9 meter itu diisi 20 anak, 21 kalau aku juga dihitung. Betapa menegerikannya kami harus berlomba-lomba mendapatkan udara bersih. Jadilah setiap aku yang mengajar anak-anak kubawa ke luar kelas. Kami biasa belajar di halaman utama sekolah, lapangan basket, kantin, atau lapangan berumput yang sebenarnya tidak boleh diinjak. Tentu saja anak-anak aku minta melepas sepatu dan bergulingan di rumput dan tanah. Agar mereka semakin dekat dengan tanah air.
Betapa mengerikannya para orang tua yang mengusik waktu bermain anak-anaknya dengan les setiap sore dan malam. Para orang tua menghubungiku dan datang ke rumah untuk melamar. Memintaku menjadi guru les anak-anak mereka. Aku melongo ketika mengetahui jam sekolah anak-anak SD di kampungku ditambah jam belajar (paksaan) dari orang tua. Mereka masuk di pagi hari pukul tujuh, pulang pukul satu siang. Masih dilanjut sekolag agama pukul dua siang sampai pukul setengah lima sore.
Betapa aku merindukan kawan-kawanku yang dulu pernah mengaku sebagai aktivis mahasiswa. Kawan-kawanku yang duduk satu kelas saat mata kuliah manajemen pendidikan, filsafat pendidikan, inovasi pendidikan, perkembangan peserta didik. Kawan-kawanku yang bercita-cita menjadi agent of change. Kenapa selepas bebas dari kehidupan mahasiswa lantas kami bercerai berai, terpontang panting dengan kehidupan masing-masing, dan lupa pada cita-cita yang agung itu. Aku lantas merindukan mereka.
"Maaf Bu, saya tidak menerima les privat untuk anak sekolah," kataku dia suatu sore saat seorang ibu dengan dua orang anak datang ke rumahku.
2 notes
·
View notes
Text
Perjalanan! 2015 - 2019 (2)
2018; Tahun 2018 mengajarkanku jatuh cinta begitu hebatnya dan patah hati begitu cepatnya. Rasanya masih berat hati menceritakan kembali perjalanan di 2018. Tapi di luar ‘sakit’ yang aku alami, Tuhan beri perjalanan indah yang jauh lebih banyak dari tahun sebelumnya.
Yogyakarta kembali menjadi tempat pelarian saat hati gelisah. Entah hari itu aku berubah menjadi seorang introvert atau tidak. Aku hanya ingin sendiri dan menepi. Tanpa ekspektasi, ketika di sana malah ada manusia asing yang tiba-tiba hadir melalui media sosial, kemudian menetap di hati cukup lama.
Kemudian di bulan Februari aku memberanikan diri untuk bertemu dengan sosok itu. Seorang laki-laki gimbal pencipta bahagia, pemilik peluk ternyaman, penyebab rindu, dan tak pernah berhenti membuat aku bangga berada di dekatnya. Kami melakukan perjalanan luar biasa pada April. Dia dari Nusa Tenggara dan aku dari Jakarta. Kami bertemu di Bali. Lagi-lagi Bali menorehkan luka dan bahagia sama hebatnya.
Tahun ini Hari Idul Fitri jatuh pada bulan Juni. Seperti yang sudah-sudah kami memutuskan untuk pulang ke Kediri. Sesuatu hal yang tak biasa, kami pulang 1 keluarga. Gunung Kelud menjadi tujuan kami, ketika jenuh datang. Kediri tidak akan pernah hilang dari ingatan, walau kelak aku tak punya waktu lagi untuk kembali.
Sungguh Tuhan luar biasa baik. Pada Juli aku diberikan kesempatan pergi ke kota yang tak biasa. Pergi ke kota dengan banyak surga kecil di dalamnya, Banyuwangi. Kota yang berada di timur Pulau Jawa ini sungguh ajaib. Kota ini menjadi salah satu saksi aku melakukan perjalanan seorang diri (selftrip).
Semakin hari semakin ingin mencoba sesuatu yang lebih, sesuatu yang baru. Pada Agustus aku mencoba opentrip ke sebuah dataran tinggi di Wonosobo. Dataran Tinggi Dieng menjadi perjalanan yang tak terlupa. Bagaimana chaosnya itinerary saat itu, suhu 11-13 derajat yang membuatku merasa kurang nyaman. Namun, disela berantakannya perjalanan itu, betapa baiknya Tuhan masih menyelipkan bahagia. Aku dipertemukan dengan tour guide yang sampai saat ini kami masih berkomunikasi baik.
Perjalanan pada Juli ke Banyuwangi membawa kesan tak terlupa. Aku bermalam di rumah singgah dan bertemu dengan tetangga depan kamar yang ternyata anak Tangerang. Setelah perkenalan di Banyuwangi, pada Oktober kami melakukan perjalanan ke Belitung. Aku percaya pada mimpi yang kupeluk erat. 2017 aku pernah gagal pergi, sungguh Allah Maha Mengetahui waktu yang terbaik.
Pada bulan berikutnya, aku kembali didatangi oleh orang asing. Seseorang yang tinggal di Cepu, tapi kerja di Balikpapan (saat itu). Kami kenal dan berkomunikasi intens karena sebuah buku, Rahasia Salinem judulnya. Aku kembali memberanikan diri untuk bertemu dengan orang yang tidak pernah ada di dalam lingkaran pertemananku. Kami memutuskan untuk bertemu di Yogyakarta. Namun, ternyata pertemuan itu tidak berujung baik. Mungkin memang seharusnya yang maya biar saja menjadi maya, tak perlu susah payah diusahakan menjadi nyata.
2019; Dua ribu sembilan belas belum jauh lebih baik dari sebelumnya. Entah kenapa patah hati begitu merajalela dalam benak. Entah kenapa resah belum mau pergi dari hati. Entah kenapa kepala masih saja ramai, padahal aku sedang menyepi.
Tak banyak hari libur di 2019. Aku menikmati hidup dengan berjalan dalam kota dan tak jauh dari rumah. Pada Maret ada seorang teman mengajakku untuk camping. Curug Cipamingkis, Jonggol tujuan kami saat itu. Untuk pertama kalinya aku camping dan pertama kalinya hidup tanpa sinyal selama beberapa jam. Mau tahu rasanya? It’s so peaceful.
Bulan berikutnya, sebuah pertemanan kecil nekat berlibur ke Bandung. Kota yang tak pernah sepi. Kota yang hanya membawa kejenuhan yang baru bagiku, tapi tetap melekat di ingatan karena dinikmati bersama orang-orang penting dalam hidup.
Sungguh sulit aku melalui hidup di 2019, bahkan lebih sulit dibanding tahun sebelumnya. Namun, sungguh Allah Maha Baik diberikannya aku kepercayaan lewat perjalanan-perjalanan kecil. Pada Juli 2019 aku pindah divisi dan melakukan pekerjaan di luar kantor. Indramayu - Cirebon menjadi tujuan business trip yang pertama. So excited and i’m grateful to be (new) Project Technical Support.
To be continue..................
0 notes
Text
First Time, PRAU. (Part 2)
Akhirnya sampai di hari yang dinanti-nanti. Setelah checkout, kami pergi ke salah satu meeting point bareng Bang Hendor. Disana selain kami makan siang, kami juga sortir barang yang mungkin nggak terlalu kami butuhkan di puncak nanti. Tujuannya adalah biar nggak terlalu berat bawaannya. Secara kami bawa logistik yang lumayan banyak. Disana ada pengalaman yang unik, karena baru pertama kalinya gue makan namanya Carica. Katanya sih ini pepaya gunung, personally gue nggak terlalu suka dengan pepaya. Tapi ini enak parahhhh. One of my favorite thing di Dieng. Jam udah menunjukkan kalo jam 2 siang. Udah terlalu siang sebenernya untuk mendaki, tapi yaudahlah.
Kami putuskan untuk lewat Dieng aja untuk pendakian, turunnya lewat patak banteng. Sama sekali nggak ada pikiran gimana tracknya, gimana medannya di kedua jalur itu. Selain Bang Hendor, ini adalah kali pertama untuk kami berempat pergi ke Prau. Jalanan menuju tempat registrasi pertama aja menurut gue cukup bikin capek, karena nanjak banget, panas banget (iyalah jam 2 naiknya) terus jalanan beton gitu. Kebayang kan panasnya gimana dan secara gue anaknya cepat banget keringatan jadi bikin nggak nyaman karena baju udah banjir. Akhirnya sampailah kita di pos registrasi. Registrasi per orang dikenakan 10.000/orang. Setelah regis dan foto-foto di gerbang, kita mulai pendakian.
Karena tas gue yang cukup berat, karena bawa alat masak dan beberapa logistik, akhirnya gue dan Kevin tukeran tas, secara tas dia lebih ringan dibanding gue. Perjalanan lewat dieng memang lebih jauh, tapi kalian nggak akan pernah mengeluh karena banyak banget disuguhkan pemandangan yang luar biasa. Kita nggak pernah istirahat lama-lama karena semakin lama berdiam, semakin dingin juga badan, Untuk gue yang punya sinus, berasa banget di pangkal hidung. Jadi gue sarankan untuk penderita sinusitis, Coba pakai salonpas di hidung kalian. Salonpasnya dibagi 2 ya, Biar bisa ngalir ingusnya.
Disini gue dapet pelajaran dari Bang Hendor, katanya kalo mendaki itu nggak boleh sering-sering minum. Selain akan menghabiskan logistik, kita jadinya bakal ketagihan minum dan minum terus. Lebih baik minum madu, atau ngemut gula merah untuk balikin energi lagi. Cmiiw.
Akhirnya kami sampai di puncak sekitar jam 6 sore. Sambil menikmati sunset di sirip naga, kami foto-foto dan mulai mencari spot untuk mendirikan tenda. Dan ternyata udah rame banget mengingat kami pergi di Bulan Agustus dan beneran abis kemerdekaan. Jadi beneran rame banget udah kayak cluster di perumahan. Tips untuk mendirikan tenda adalah : Cari tempat yang ada pohon gede, atau di kelilingin sama rumput-rumput dengan tinggi sebetis. Gunanya adalah untuk menahan angin jadi tenda nggak terbang.
Cari tempat untuk mendirikan tenda, checklist. Sekarang kami mulai untuk mendirikan tenda. Timmy dengan udah kedinginannya, nggak kuat lagi untuk bantuin kami pasang 2 tenda. Cek suhu ternyata udah 9 derajat. Mantul. Dengan mengigil, kami pasang 2 tenda. Clear. Masukin semua barang dan mulai masak air buat bikin kopi. Para pencari kehangatan memang gini. Kemudian ersol dan timmy mulai hunting stargazing diluar tenda. Kami didalam tenda karna udah nggak kuat kalo harus dingin-dinginan lagi. Rencana awal satu tenda dipakai Ersol, Timmy dan Bang Hendor. Satu tenda lg gue dan Kevin. Tap karena emang dingin banget akhirnya kami putuskan untuk tidur berlima dan tenda satunya untuk tempat tas + logistik.
Sekitar jam 2 pagi, udah nggak tau suhu berapa karena dingin banget (Padahal gue udh pake kaos+flanel+jaket windbreaker+legging+celana gunung+sleeping bag tebel) kebayang dong ya diungkepnya kaya apa. Tapi saat itu kami semua kebangun karena flysheet kami udh terbang setengah. Lol. Pantes dingin banget. Dengan sukarela, Ersol dan Bang Hendor yang tidurnya di pinggir keluar tenda dan pasang pasak lg dengan tanggan yang beneran udah gemetaran. Dan akhirnya kami tidur dengan nyenyak semuanya.
Kayanya gue harus bikin part 3 deh. Takut kepanjangan kalo ditaroh di satu part. Lanjut yukkk!
Author : Rika 🙋🏻♀️
0 notes
Text
Suhu Dingin Dieng Akibat Monsun Dingin Australia
PT. SOLID GOLD BERJANGKA BALI - Suhu dingin membekukan embun di wilayah dataran tinggi Dieng di Jawa Tengah. Suhu dingin tersebut berasal dari aliran massa udara atau monsun dingin dan kering dari wilayah Benua Australia.
"Kejadian kondisi suhu dingin tersebut merupakan fenomena yang normal," kata Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) R Mulyono R Prabowo dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa (25/6).
Secara klimatologis, monsun dingin Australia aktif pada Juni, Juli, dan Agustus, yang umumnya merupakan periode puncak musim kemarau di wilayah Indonesia selatan ekuator. Desakan aliran udara kering dan dingin dari Australia menyebabkan udara lebih dingin, terutama pada malam hari dan di wilayah dataran tinggi atau pegunungan.
"Kondisi musim kemarau dengan cuaca cerah dan atmosfer dengan tutupan awan sedikit di sekitar wilayah Jawa-Nusa Tenggara dapat memaksimalkan pancaran panas bumi ke atmosfer pada malam hari. Sehingga suhu permukaan bumi akan lebih rendah dan lebih dingin dari biasanya," kata Mulyono.
Kondisi ini bertolak belakang dengan kondisi saat musim hujan atau peralihan. Ketika kandungan uap air di atmosfer cukup banyak karena banyaknya pertumbuhan awan dan atmosfer menjadi semacam "reservoir panas" sehingga suhu udara permukaan bumi lebih hangat.
Berdasarkan pengamatan BMKG, dalam sepekan terakhir suhu udara lebih rendah dari 15 derajat Celsius tercatat meliputi wilayah seperti Frans Sales Lega (Nusa Tenggara Timur) dan Tretes (Pasuruan). Suhu di Frans Sales Lega bahkan sampai serendah 9,2 derajat Celsius pada 15 Juni 2019.
Suhu dingin akan lebih terasa dampaknya di wilayah dataran tinggi seperti Dieng dan daerah pegunungan lain tempat kondisi ekstrem dapat menyebabkan terbentuknya embun beku. Suhu dingin menurut prakiraan dapat berlangsung selama periode puncak musim kemarau, Juni-Juli-Agustus, terutama di wilayah Jawa hingga Nusa Tenggara.
SUMBER : REPUBLIKA.CO.ID
0 notes
Photo
#VisitJawaTengah | via 🎥📽️📹📱📲 @aryadidarwanto ~ Rekor baru embun es di Dieng #JatengGayeng #PesonaIndonesoa #WonderfulIndonesia Suhu pagi ini, Senin, 24/06/2019 04.53 WIB, mencapai -8°C. Sebenarnya suhu pagi ini mendekati -9°C. #demangdieng #banjarnegara #instambanjarnegara #pesonabanjarnegara #sekitarbanjarnegara #explorebanjarnegara #banjarnegara24jam #banjarnegarazone #banjarnegaraexplore #banjarnegarakeren #infobanjarnegara #banjarnegarahits #pastrip_id #janganlupajalan #ayodolan #exploreindonesia #mainkesini #instagunung #instagram #parapejalan #wonosobozone #ayodolanwonosobo #diengexperience #pesonaindonesia #wonderfulindonesia #indonesiatravel #jatengwow Sedangkan pada hari Sabtu, 22/06/2019 sekitar pukul 06.00 WIB, suhu Dieng mencapai -5°C di Lapangan Candi Arjuna. Inframe: @triigayudha Shot by: @aryadidarwanto https://www.instagram.com/p/BzE0M8pncCa/?igshid=dhd4m1xaofjt
#visitjawatengah#jatenggayeng#pesonaindonesoa#wonderfulindonesia#demangdieng#banjarnegara#instambanjarnegara#pesonabanjarnegara#sekitarbanjarnegara#explorebanjarnegara#banjarnegara24jam#banjarnegarazone#banjarnegaraexplore#banjarnegarakeren#infobanjarnegara#banjarnegarahits#pastrip_id#janganlupajalan#ayodolan#exploreindonesia#mainkesini#instagunung#instagram#parapejalan#wonosobozone#ayodolanwonosobo#diengexperience#pesonaindonesia#indonesiatravel
0 notes
Photo
Berdasarkan pengamatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (#BMKG), suhu udara kurang dari 15 derajat Celsius tercatat di Ruteng (#NTT), Wamena (#Papua), dan Tretes (#JawaTimur). Bahkan, pada 4 Juli lalu, suhu di Ruteng (NTT) mencapai 12 derajat Celsius. Kondisi ini juga terjadi di beberapa lokasi di #PulauJawa. Dataran Tinggi #Dieng, Provinsi Jawa Tengah, suhu mencapai 14 derajat Celsius disertai penampakan #embun es. Adapun di Bandung, #JawaBarat, temperatur sempat menyentuh 16,4 derajat Celsius. Oleh sebagian orang, situasi ini dikaitkan dengan fenomena #Aphelion, yaitu jarak terjauh Bumi dari Matahari yang terjadi pada awal Juli. Logikanya, semakin jauh Bumi dari Matahari, maka semakin dingin pula cuacanya. Tapi benarkah demikian?. . Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Mulyono R Prabowo, menepis penjelasan itu. . "Faktanya, penurunan suhu di bulan Juli belakangan ini lebih dominan disebabkan karena dalam beberapa hari terakhir di wilayah Indonesia, khususnya Jawa, Bali, NTB, dan NTT kandungan uap di atmosfer cukup sedikit," paparnya. Menurut dia, rendahnya kandungan uap di atmosfer menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh Bumi ke luar angkasa pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer dan energi yang digunakan untuk meningkatkan suhu atmosfer di atmosfer lapisan dekat permukaan bumi tidak signifikan. . "Hal inilah yang menyebabkan suhu udara di Indonesia saat malam hari di musim kemarau relatif lebih rendah dibandingkan saat musim hujan atau peralihan," terangnya. Selain itu, pada bulan Juli ini wilayah Australia berada dalam periode musim dingin dan sifat dari massa udara yang berada di Australia ini dingin dan kering. . "Adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia (dikenal dengan istilah #MonsoonDinginAustralia) semakin signifikan sehingga berimplikasi pada penurunan suhu udara yang cukup signifikan pada malam hari di wilayah Indonesia khususnya Jawa, Bali, NTB, dan NTT", imbuh Prabowo. Sumber : bbc #cuacaekstrem #cuacadingin #tahu_nggak #cuacaindonesia https://www.instagram.com/p/BzAYJWOgFRE/?igshid=1aexo2yb2xub
#bmkg#ntt#papua#jawatimur#pulaujawa#dieng#embun#jawabarat#aphelion#monsoondinginaustralia#cuacaekstrem#cuacadingin#tahu_nggak#cuacaindonesia
0 notes
Text
TURISIAN.com - Pernah ngebayangin nggak, kalau daerah tempat tinggal kalian tiba-tiba ada hamparan es ? Apa hal pertama yang akan kamu lakukan? Pasti kamu akan terpana sesaat. Lalu pikiran kamu akan berimajinasi. Seolah-olah mesin waktu sudah memindahkan kamu ke salah satu negara Eropa itu. Daun yang biasanya hijau, berubah pucat, membeku, berselimut es. Begitupun dengan rerumputan, semua berubah memutih. Well, ini bukan bagian dari kisah kartun Disney yang biasa kamu tonton pada layar televisi. Hal itu nyata, dan sedang terjadi pada kawasan dataran tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah. BACA JUGA: Saatnya Menikmati Salju pada Dataran Tinggi Dieng, Ini yang Harus Dipersiapkan Apa saja fakta yang terjadi disana? 1. Merupakan Fenomena Alam Musiman Fenomena embun yang membeku, atau oleh masyarakat sekitar Dieng menyebutnya dengan bun upas. Sebuah, fenomena musiman yang biasanya terjadi saat musim kemarau. Saat bun upas terjadi, kawasan sekitar dataran tinggi Dieng terselimuti kabut tebal dan embun es. Aktifnya Monsun Australia menjadi salah satu faktor penyebab munculnya embun es. Dan mengakibatkan penurunan temperatur udara yang signifikan. Fenomena ini biasanya terjadi sekitar bulan Juli hingga Agustus. Pas banget nih, buat kamu yang punya rencana untuk berkunjung ke sana dalam waktu dekat. BACA JUGA: 7 Tempat Wisata di Dataran Tinggi Dieng yang Memesona, Menarik untuk Dikunjungi! Fenomena Embun Es 2. Menjadi Daya Tarik Wisata Bun upas memang termasuk fenomena alam yang biasa terjadi di Dieng. Namun, bagi wisatawan yang datang ke sana dan baru pertama kali menyaksikannya. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri. Mereka penasaran ingin mengetahui fenomena embun es yang melanda Dieng. Dapat dipastikan, pemandangan yang tak biasa itu, menjadi objek utama yang diburu para wisatawan untuk diabadikan. Mulai dari rumput, tanah, pepohonan, hingga kawasan Candi Arjuna yang terletak di Dieng pun memutih, diselimuti embun es. For your information Guys, bun upas ini bisa kamu jumpai sekitar pukul 05.00 hingga 07.00 di pagi hari. BACA JUGA: Bukit Asmara Situk , Wisata Banjarnegara yang Menggoda Adrenalin 3. Disebut juga Embun Beracun Tahukah kamu, Guys? Istilah bun upas yang diberikan oleh masyarakat sekitar Dieng, ternyata mempunyai arti embun beracun. Bukan tanpa alasan mereka menyematkan istilah itu. Di balik keindahan fenomena bun upas, ternyata ia menjadi momok menakutkan bagi para petani. Bagaimana tidak, bun upas itu dapat membunuh tanaman perkebunan seketika itu juga. BACA JUGA: 7 Makanan Khas Lebaran yang Ikonik dan Populer di Indonesia Resiko Kesehatan Bagi para Wisatawan Meskipun tipis, embun es tersebut dapat menyebabkan bibit tanaman menjadi menguning dan mati. Selain itu, suhu ekstrem yang melanda kawasan Dieng ini, membawa sejumlah risiko kesehatan bagi masyarakat lokal dan wisatawan. Beberapa gangguan kesehatan yang mungkin terjadi adalah hipotermia, radang paru-paru, hingga kerusakan jaringan. 4. Kemunculannya Harus Diburu Meskipun BMKG sudah memberikan prediksi kemunculan bun upas pada puncak musim kemarau. Yaitu Juli hingga Agustus. Namun tidak setiap hari kamu bisa menemukan bun upas. BACA JUGA: Inspirasi Aneka Kue Kering Tradisional, Cocok untuk Isi Toples Lebaran Tapi Sobat Turisian, jangan khawatir. Beberapa parameternya bisa menjadi acuan petunjuk. Jika suhu siang hari rata-rata turun pada kisaran 10-12 derajat Celcius, maka pada dini hari suhu akan turun lagi. Kisarannya sampai lima derajat Celcius. Saat itulah, embun es berpotensi muncul pada bagian Dieng. Menarik ya, Guys? Pastikan kamu membawa perlengkapan yang memadai ketika berkunjung ke sana ya. Jangan lupa juga untuk mengabadikan momen langka yang terjadi. Selamat menikmati Dieng! ***
0 notes
Photo
[Dari Negeri Diatas Awan] Saya tidak begitu ingat hari apa tepatnya. Saya hanya ingat malam itu jam 3 pagi, suhu di desa Sembungan adalah 9°C. Pertama kali bagi saya tinggal di daerah dengan suhu udara serendah itu. Saya hampir terkena hypothermi, tapi saya bertekad harus tetap kuat karena ingin melihat golden sunrise dari tempat ini. Selepas sholat subuh saya dan keluarga memulai pendakian. Cuaca tidak begitu bersahabat. Entah gerimis atau embun saya sudah tidak bisa membedakan. Kami terus melakukan pendakian hingga pos terakhir, menunggu sampai waktunya matahari terbit. Pukul 06.00, Sayang lagi-lagi kabut menghalangi golden sunrise yang sudah saya nanti sejak satu tahun lalu. Kesal. Karena tidak mudah untuk sampai situ. Rasanya ingin cepat turun dan kembali kedalam dekapan selimut. Tapi ayah meminta saya untuk menunggu sambil beristirahat setelah melewati pendakian pertama kami. Sampailah pukul 07.00 dan saya berhasil mengabadikan momen ini. #travel #dieng #wonosobo #photography #sunrise #sunset #photo #vsco #aesthetic #travel #indonesia (at Dieng - Negri Atas Awan Wonosobo) https://www.instagram.com/p/BxUi-W2goX_/?igshid=3oa0wv9dxfzz
0 notes
Photo
Ribuan Pungunjung Dieng Culture Festival Saksikan Jazz Atas Awan WONOSOB0 – Kalender event Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Dieng Culture Festival (DCF) 2017 resmi digelar, Jumat (4/8). Ribuan wisatawan heboh ikut rangkaian acara yang berlangsung selama tiga hari hingga Minggu (6/8). DCF 2017 resmi dibuka oleh Bupati Banjarnegara Budi Sarwono. Dimulai dengan penampilan grup rebana yang menyanyikan lagu-lagu keagamaan dan pembacaan ayat suci Alquran. Budi Sarwono dalam sambutannya mengatakan, DCF 2017 adalah acara tahunan yang selalu mendatangkan banyak wisatawan. Sehingga dapat memberikan efek positif langsung bagi masyarakat.
Ia mengatakan, dalam tiga hari pelaksanaan akan terdapat berbagai rangkaian acara. Mulai dari panggung Jazz di Atas Awan, Festival Caping dan Ritual Anak Gimbal sebagai acara puncak yang akan berlangsung pada Minggu (6/8) pagi di area Candi Arjuna. Dalam panggung Jazz di Atas Awan yang berlangsung Jumat (4/8) malam, hadir sejumlah pengisi acara diantaranya penyanyi solo Dino Alshan serta mantan vokalis Drive, Anji. Sejumlah hits Anji dibawakan dengan lantunan jazz. Alhasil koor dari lautan pengunjung Jazz di Atas Awan tercipta, menghangatkan dataran tinggi Dieng yang terpantau mencapai suhu 12 derajat celcius tadi malam.
Selain Anji, Jazz di Atas Awan juga menghadirkan Youniverse, Interstellar Space, dan Bless Project. Pada Sabtu (5/8), rangkaian acara Dieng Culture Festival 2017 akan dimulai sejak dini hari. Dimana wisatawan diajak untuk berburu momen matahari terbit di berbagai lokasi dataran tinggi Dieng, seperti SIkunir, Pangonan dan Sekuter. Setelah itu wisatawan juga akan diajak menikmati keindahan Kawah Sikidang, Telaga Warna dan Candi Arjuna. Pada siang hari, pengunjung yang memadati hotel, home stay bahkan ada yang membangun tenda di sekitar kawasan, akan disuguhkan ragam pertunjukan seni tradisional dan Festival Caping Gunung.
Di malam hari, Sendratari Anak Gembel, Festival Lampion, Pertunjukan Musik Akustik dan Festival Kembang Api akan memanjakan wisatawan. Saat tampil, sejumlah hits Anji dibawakan dengan lantunan jazz. lagu berjudul “Dia” menjadi lagu yang ditunggu-tunggu para pengunjung. Saat lagu itu dinyayikan, serentak ribuan penonton ikut bernyanyi, seperti koor raksasa dalam balutan udara dingin khas Dieng. Jazz Atas Awan menawarkan sensasi menikmati musik jazz di alam terbuka dengan suhu 4-5 derajat Celcius pada malam hari. Bahkan dapat mencapai nol Celcius. Suhu di Dataran Tinggi Dieng tergolong sangat dingin sampai dapat membekukan air menjadi es. Bagi penonton yang memiliki tiket khusus dapat menikmati performa jazz sambil ditemani alat penghangat anglo sembari membakar jagung ataupun kentang yang telah disediakan. Dieng Culture Festival 2017 resmi dibuka oleh Bupati Banjarnegara Budi Sarwono, setelah sebelumnya dimulai dengan penampilan grup rebana yang menyanyikan lagu-lagu keagamaan dan pembacaan ayat suci Alquran. Menteri Pariwisata Arief Yahya mengapresiasi digelarnya kembali Dieng Culture Festival (DCF) 2017. Menurutnya ini kolaborasi pentahelix. Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dieng Kulon sebagai komunitas, sukses menginisiasi acara yang terbukti efektif menarik wisatawan. “Indirect impactnya atau media value nya cukup besar. Banyak media asing yang ikut meliput. Ini menjadikan promosi yang kuat. Media value itu sendiri bisa dihitung angkanya,” kata Arief Yahya. Menpar sebelumnya juga telah menetapkan Dieng sebagai satu dari empat kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN) di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Selain Borobudur, Sangiran dan Karimunjawa. "Nantinya akses ke Dieng akan lebih mudah, karena kita akan renovasi bandara di Purbalingga," ujar Arief Yahya. Pria asli Banyuwangi itu mengatakan event ini sebagai bentuk dari aplikasi kolaborasi pentahelix, dimana Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dieng Kulon sebagai komunitas, berhasil menginisiasi sebuah acara yang terbukti efektif menarik wisatawan. Menpar sebelumnya juga telah menetapkan Dieng sebagai satu dari empat kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN) di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Selain Borobudur, Sangiran dan Karimunjawa. "Nantinya di Dieng kita akan renovasi bandara di Purbalingga," ujar Arief Yahya. Dengan penambahan akses tersebut Arief Yahya optimistis sektor pariwisata akan meningkat pesat.(genpijateng)
1 note
·
View note
Text
Dingin
Jadi aku te orangnya biasanya gampang kedinginan. Ntah gara-gara darah rendah atau kekurusan HAHHAH naon ai sia, tapi aku nyimpulinnya gara2 darah rendah dan emang alergi dingin. Bahkan segini dari lahir dibandung pun, dulu2 suka bersin2 gitu tiap pagi, trus meler, ingusan, tapi siangnya mah ilang lagi jadi bukan flu gitu.
Nah terus kemaren makrab WS kan di lembang. Aku udah antisipasi pake sweater + jaket sama bawa hoodie lg grgr takut kedinginan, tak lupa bawa tisu biar kalo ingusan gampang. Tapi anehnya selama disana aku ga kedinginan gitu kayak biasa aja dinginnya, padahal andin bolakbalik bilang gila dingin banget parah trus tangannya emang dingin (gatau cuacanya emg dingin apa andinnya emg kekurusan ???) tp ku tak merasa sedingin itu. Trus tumbenan gitu malemnya alhamdulillah bisa tidur nyenyak dengan jumlah selimut yg sama dan ga pake ingusan. Padahal aku br sembuh dr sakit gitu yg notabenenya hrsnya lebih lemah gt fisiknya, tapi yaudah we.
Nah trus pas dijalan pulang te ngobrol sm dehan kan,
“Wi ko aku ngerasanya dinginnya ga terlalu dingin gitu ya tadi malem”,
“Ih kosama!!!! aku juga, ga ingusan juga tumben padahal biasanya udah ripuh, kenapa ya”
Trus aku mikir kan trus akhirnya aku baru sadar, kayaknya gara2 kita udah pernah ngerasain dingin yg lebih dingin banget pas ke bromo. Ternyata bener dehan juga ngerasa balik drsana kaya lebih tahan dingin gitu.
Soalnya pas ke bromo itu bener-bener titik ter-ter-ter-ter-terdingin yang pernah aku rasain. Pernah si 2x ngerasain suhu belasan gitu di rumah bosscha sama dieng, tapi gak ada yg sebais bromo kemaren sampe bonus hujan angin sama kabutnya, terus2an, slama dua hari :)
Trus aku baru ngerti kenapa dengan naik gunung itu seseorang bisa terbukti gitu kekuatan fisiknya, ternyata emg yang kita alamin tu bener-bener seekstrim itu, pantesan aja orang-orang yang suka daki kuat-kuat.
Huaaa bersyukur udah pernah nyobain camping digunung, terakhir di camping di CIC juga kedinginan mampus cuma ga se ekstrim di bromo banyak bonusnya wkwkkwkw. Semoga masih ada kesempatan dan fisik yang cukup sehat untuk naik gunung lagi abis ini, Aaamiinn... Hihi jadi semangat pengen naik gunung lagi ^^
1 note
·
View note
Photo
Hari ini Jogja lagi puanas bgt!! Siang tadi ketiduran pas ngedit aja sampe keringetan, padahal kipas di sebelah kuping. Panas-panas begini rasanya langsung pingin gas ke Dieng. Kangen sama suhu dibawah 10°nya. Kangen waktu ngomong sampe keluar asep, bisa gaya-gayaan kayak lagi vaping. Atau lari-larian kecil biar ga kaku karena kedinginan. Ahhhh ga bakal pernah bosen sama Dieng. Pernah suatu hari aku berencana punya rumah di Dieng, trus punya kebun sendiri. Makan dari sayur-sayuran dan buah-buahan hasil tanem sendiri. Bisa manjain mata dengan bunga-bunga yang juga ditanem sendiri. Bakal happily ever after lah pokoknya keluargaku nanti. Wkwkwk Dieng fo e betta fyucah.
Oiya, 2 foto ini aku ambil dari Puncak Sikunir. Yang pertama hasil dari nekat, yang kedua hasil waktu jadi tour guide.
3 notes
·
View notes