#ceritakuliah
Explore tagged Tumblr posts
Text
Kemarin tanganku sakit, sudah lama aku tak bawa "beban berat" nyata. Bolak balik kubawa bajuku, baju Rafif, baju Kanaya, dan baju Mbah uti kerumah baru. Ah jadi ingat jaman kuliah aku juga antar adik kos yang pindah dari kos ke pondok. Waktu itu aku kecewa padanya karena dia adik yang baik, teman yang sama "anehnya" denganku, teman yang bakal selalu ada saat kehidupan kuliah menyenangkan dan menyedihkan. Tapi aku sadar saat itu aku sekedar "temannya" atau anggap saja "saudarinya" tapi saat itu aku juga tak bisa berbuat apa-apa.
Hanifah kehilangan bapaknya saat usia 19 tahun. Aku yakin dunianya runtuh saat itu. Bagiku yang terlahir di keluarga Cemara, aku belum punya perasaan sedihnya hani. Tapi aku ikut menangis. Aku tau betapa sayangnya bapak Hani kepadanya. Begitu juga Hani kepada bapaknya. Kalau dunia Hani berubah banyak sejak saat itu, tapi aku tau Hani baik-baik saja.
Aku pikir dia bakal berubah. Ya, memang sedikit berubah, namun hanya sedikit. Adik kecil yang bongsor itu menjadi lebih dewasa dan matang. Aku lihat dari matanya dan cara bicaranya. Tapi sikapnya terhadapku tidak berubah, dia masih teman yang "aneh" seperti aku. Dia masih baik, bahkan menjadi lebih baik dibanding sebelumnya.
Disini lagi-lagi Allah membuktikan bahwa setiap kejadian yang menimpa setiap hambanya adalah yang terbaik. Aku tidak bisa mendeskripsikan lagi bagaimana kehidupan Hani setelah di pondok, dengan kesibukan yang mengarah kepada-Nya aku yakin Hani menjadi gadis yang luar biasa. Sampai 13 tahun ke depan siapa sangka Hani sekarang sudah menjadi kepala sekolah.
Tanganku sakit kemarin. Hari ini tanganku sudah sembuh.
Allah maha Baik
1 note
·
View note
Text
Selain foto, kenangan itu banyak wujudnya. Bisa dalam bentuk wangi parfum, poster film, rak-rak toko buku langganan, warna baju favorit, warung nasi padang, stasiun kereta, pasar ikan hias, varian Indomie favorit, ruko tutup yang jadi tempat berteduh dari hujan badai, sampai tukang sate langganan.
Yang bikin kesal bukan karena kamu yang memilih untuk pergi, tapi karena aku selalu saja ingat kamu bahkan di segala pojok kota ini.
2 notes
·
View notes
Text
InsyaAllah segera.
Kaya: telat amat ceritanya baru sekarang, kan udah lulus masih cerita soal kuliah aja, basi ga sih ceritanya, yaelah udah lewaaat, bukannya kerja malah cerita masa lalu hadeh.
Cuma, sah-sah aja kan, selalu ada hikmah yang bisa dipetik dari perjalanan masa lalu. Setiap momen berharga, saya mau membagikan momen-momen berharga itu untuk dijadikan pelajaran tanpa harus orang lain mengalaminya (dalam hal ini permasalahan ya), atau kalaupun mengalaminya mereka punya referensi cara untuk menghadapinya.
Ya gitu, mohon doanyaa!
5 notes
·
View notes
Text
KKN
Cerita yang terlewatkan tanpa sadar. Bisa jadi cerita ini awalnya ingin dituliskan di blog tetangga, tapi menghilang begitu saja karena kehilangan kemampuan menyelesaikan rangkaian cerita. Oleh karenanya, diputuskan akan membagikan sedikit foto di sini terlebih dahulu sebelum semua cerita hilang begitu saja.
KKN bersama Haedar, Ghulam, Diska, Acha, dan Sutra (bonus: Yahya).
Ya, betul. Ini adalah gambar yang dibuat pada minggu-minggu awal kegiatan (Bonus: Hafezza).
Beberapa hiburan. Es kelapa muda dari pohon sendiri + susu + nutrisari. Permainan kartu setiap malam dan segala jenis hukumannya. Jembatan penghubung dua kabupaten dan tempat memancing Ghulsky. Rumah pohon yang saat itu masih dibangun + segala jajanan dari warung Pakde dan warung pojok.
Tidak semua orang yang berbeda-beda bisa bersama dan saling memberi toleransi untuk waktu yang cukup lama. Tidak semua cerita perlu diceritakan, tidak semua cerita perlu diketahui orang lain. Terima kasih sudah bersedia menahan dan terima kasih untuk semua kenangan.
Terima kasih yang istimewa untuk mbak Rendri & Nisa sudah menemani untuk waktu yang panjang.
0 notes
Text
Cerita Bocah Pesimis Seenak Udel Saat Kuliah
Nemu pic ini di folder HP lama.
Tahun 2014.
Tulisan ini dibuat saat ada festival jejepangan gitu di UGM dan lagi ada festival Tanabata, yang nulis-nulis harapan di kertas warna-warni lalu digantung di pohon bambu.
Ya... anaknya ga ambisius banget ya Bun dulu bisa cumlaude, padahal masih semester awal kuliah. Buat tulisan ini aja pas masih semester 2. HAHAHAHA!
Kek IP yang penting di atas 3.2 aja udah bersyukur sekali, mudah puas anaknya, heran banget sama diriku dahulu. Karena targetku kuliah dulu adalah : bermain dan explore Jogja selama masa perkuliahan -> alhasil beneran IPK jeblok di bawah 3 pas awal kuliah.
Setelah itu mulai panik.
Emak sudah esmosih tingkat dewa karena itu transkrip nilai dikirim ke alamat rumah setiap semesternya.
"Dahlah, balik aja ke Jambi sini daripada kuliah jauh-jauh gak bener!!!" Kata Emak mengancam anaknya yang memang sudah sepantasnya diancam ini.
Nah...
Yang aku heran kenapa itu transkrip bisa tepat sasaran banget ke rumahku ga pake nyasar gitu loohhh. Padahal temen-temen aku yg rumahnya di Jogja pada banyak ga nerima transkrip. Aku loh, di Sumatra, Jambi pulak- bisa sampe dengan selamat itu transkrip. Literally sampe semester akhir loh! Tanpa skip!!! Thanks UGM, love you full servicenya muah :'*
Dengan jungkir balik dan kayang (ga sih lebay kalo ini), akhirnya aku bisa memperbaiki IP persemesternya setidaknya nyentuh angka 3. Lalu nilai yg D aku ulang satu-persatu.
Dan...
HIYAH LULUS BENERAN IPK GA CUMLAUDE DAN MEPET DI ANGKA HARAPAN TERSEBUT GUYS!
Ngakak sih lihat ini.
Kudu hati-hati kalau berdoa, kalau kekabul kaget kan lu, nyesel ga doa yang sekalian tinggi :)
Gapapa-gapapa, setidaknya ini bisa jadi cerita buat diposting di Tumblr Cha. Good job.
0 notes
Text
Kubebaskan Aku dari Belenggu
Aku percaya setiap manusia memiliki kebebasan. Bahkan tuhan saja membebaskan manusia untuk memilih agama. Terlepas dari tanggung jawab manusia itu sendiri atas apa yang telah ia pilih. Aku mempercayai itu, kutetapkan daging dan kulit yang menyelimuti jiwa ini akan ku bebaskan. Dari apa saja, negara, masyarakat, bahkan egoku sendiri. Termasuk dari belenggu orang tua.
Tapi apa maudikata, namanya manusia memang selalu menghadapi godaan terutama hawa nafsu. Hati yang tempatnya sangat tersembunyi di dalam tubuh, yang merupakan the center of body ternyata sangat gampang tergoda. Apalagi digoda oleh yang namanya kenangan. Tau kan, yang namanya kenangan semua orang berhak mengenang dalam bentuk apapun asalkan masih dalam 'kurungan' yang wajar. Kan kenangan itu boleh dimiliki siapa saja dan boleh dikenang kapan saja. Mau itu kenangan yang berkaitan dengan manusia, alam, lingkungan, pokoknya siapa saja dan apa sajalah.
Terpenting adalah tetap stay cool dan calm down menghadapi kenangan. Karena manusia punya hati yang rawan sekali untuk berbolak balik. Seperti cuaca di Dieng. Pagi hari langit begitu biru, awan begitu putih, dan surya menyinari tanpa malu dan ragu. Eh lha badalah, mulai melewati waktu dzuhur kabut menjatuhkan diri dari langit, pekat dan dingin. Suhu saat itu mencapai 11° seakan Dieng itu diungkep pake es -kok bisa? Ya begitulah kira-kira analogiku.
Persis yang aku alami baru-baru ini. Kenangan sewaktu masa kuliah ternyata tidak bisa aku tinggalkan begitu saja. Kaya pipis yang gampang aku tinggalkan dimana saja, ya di wc umum stasiun, toilet kampus, kamar mandi pacar, dimana sajalah pokoknya. Kenapa kenangan itu begitu sulit dilupakan padahal waktu dan tempat sudah aku tinggalkan? Jawabannya sederhana. Karena kenangan indah itu memberikan kenyamanan yang luar biasa nyamannya.
Apakah setiap orang memiliki level kenyamanan yang sama? Tentu tidak. Ambil contoh, seperti sebuah ciuman. Teman kosku Rani pernah curhat dicium Dion, pacar sahnya. Kata Rani itu adalah ciuman terindah dalam hidupanya dan sungguh membuatnya merasa nyaman. Rani yang mengaku pertama kali berciuman mengatakan tidak akan pernah melupakan moment spesial itu. Aku sebagai perempuan lugu yang tidak mengerti apa-apa hanya manggut-manggut saja mendengar cerita Rani. Tentu saja, sebisa mungkin aku mencoba membayangkan apa yang diceritakan Rani.
Beberapa minggu setelah itu Rani putus dengan Dion. Malamnya Dion datang ke kosku dengan membawa bunga dan mengatakan dia jatuh cinta setengah mati kepadaku. Lalu dengan gagah dia meminta menjadi pacarku. Aku mengatakan ya tanpa sungkan. Padahal parfum Riko masih menempel di bajuku. Sudah setahun aku pacaran dengan Riko tapi dia adalah laki-laki santu yanh hanya berani sebatas memelukku, pun itu dari belakang. Dalih menerima Dion menjadi pacar bukan karena aku memiliki perasaan yang sama dengannya. Melainkan aku hanya penasaran apakah benar ciuman dari Dion senyaman yang diceritakan Rani kepadaku.
Waktu yang aku tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Dimalam yang syahdu dengan bulan menggantung di langit. Angin semilir membawa gerimis lembut dari barat. Dion mulai memandangiku dengan tatapan yang berbeda. "Kamu cantik kalo malam," katanya merayu. Aku mencoba tersenyum semanis mungkin agar yang kuinginkan terijabahkan. Hanya dalam hitungan detik ia mulai mendekat dan mencium bibirku dengan mesra. Kelopak matanya mulai mengatup. Jemari Dion semakin erat memegang leher dan pundakku. Aku mencoba menutup mata tapi yang ada hanya merem melek. Tak juga kutemukan kenikmatan yang diceritakan Rani. Akupun melotot menunggu Dion melepaskan cengkraman itu. Keesokan harinya aku memutuskan Dion lewat chat whatsapp.
Aku pikir bukan hanya aku saja yang mempermasalahkan kenangan sewaktu kuliah. Buktinya banyak teman-temanku yang memilih bekerja di kota tempat mereka kuliah. Pun demikian dengan aku. Pasca diwisuda aku pontang-panting kesana kemari mencari pekerjaan. Tapi hasilnya nihil.
Kata kebanyakan orang mencari pekerjaan itu susah. Eits, tapi ada pengecualian. Terkecuali bagi mereka yang punya pity, terkecuali bagi mereka yang punya link, terkecuali bagi mereka yang smart dan terkecuali bagi mereka yang punya softskill. Beruntungmya aku memiliki semua itu. Yah walaupun duitku tidak banyak tapi cukuplah untuk menyangoni petugas administrasi. Selain itu namaku juga sudah terkenal, minimal satu fakultas tahu lah siapa aku. Jadi gampang saja kalau aku mencari kontak seseorang untuk meminta pekerjaan.
Aku memang tidak kenal, eh tidak kenal akrab dengan rektor kampusku yang sekarang. Tapi aku kenal dengan jajaran senat disana. Jadi gampang saja. Tapi aku bukanlah kebo dungu yang hanya mengandalkan uang dan relasi saja. Tempurung kepalaku berisi otak segar yang kaya akan ilmu. Jadi tidak lolosnya aku saat mendaftar lowongan kerja bukan karena aku bodoh. Big no. Tidak ada kata bodoh dalam kamusku.
Tidak percaya? Sok atuh, sesekali ajak aku nongkrong di kafe tempat nongkrong anak-anak hits. Mau ngobrol soal apa saja oke. Diajak diskusi soal politik oke, soal sosial ekonomi oke, soal merk pensil alis juga oke, bahkan soal agama pun aku ahli. Memang tidak meyakinkan melihat penampilanku yang begini. Hanya saja tidak terlalu aku tonjolkan dalil dan hadist shahih yang aku hafal. Karena yang menonjol-nonjol itu tidak terlalu baik. Salah-salah nanti aku malah dicekal.
Ngomong-ngomong soal agama, di agamaku restu tuhan tergantung pada restu orang tua. Awalnya aku tidak percaya karena menurutku asal kita berusaha dan berdoa (nah ini) segalanya pasti akan terjadi. Masalahnya disini, bapakku minta (dengan paksa) aku mencari pekerjaan di kampung halaman saja. Di dataran tinggi yang memang tinggi di Jawa Tengah.
Aku tetap keukeuh tidak mau balik kampung. Bapak dan ibu juga keukeuh minta aku balik kampung. Katanya, "Wong kabeh sarjana bae uripe nang kota, lha keprige desa-desa bisa maju!?" (semua sarjana saja hidup di kota, gimana desa-desa mau maju!?). Aku lari tunggang langgang sebelum sabetan sapu lidi mendarat di bokongku. Body itu kan aset yang paling berharga, apalagi aku belum menikah. Bapak dan ibu lalu berteriak-teriak sambil menyumpahi aku tidak akan mendapat pekerjaan kecuali di kampungku.
Bersamaa dengan suara geledek aku tersadar di suatu siang. Aku mendongak menatap langit. Masih siang dan cerah tanpa awan. Kulihat kopi yang aku pesan sudah ada di depan meja. Mungkin tuhan tengah mengingatkan pada sumpah serapah orang tuaku. Kuteguk kopi itu yang ternyata masih panas. Reflek aku menyemburkannya tepat di muka Witri.
"Bajirut...!" teriak Witri sambil melotot ke arahku.
"Wit aku mau cari kerja di Dieng aja," kataku sembari mengelap muka Witri dengan tisu.
"Lah kenapa?"
"Takut kesamber geledek".
Adzan ashar sedang berkumandang saat aku membuka pintu rumah. Bapak tergopoh-gopoh menghampiriku. Tangan kanannya membawa pacul yang terlihat kotor oleh tanah. Ibu juga tergopoh-gopoh mengejarku, tangan kanan membawa irus dan tangan kiri menyincing daster.
"Mau apa kamu, hah?" kata bapak.
"Mau ngajar di sekolah." kataku sambil menatap pacul bapak, takut tiba-tiba benda tajam itu menancap di ubun-ubunku.
Bapak dan ibu melongo. Mereka terheran-heran melihatku. Untungnya senjata tajam bapak sudah tidak di tangan. Aku pun sebenarnya heran dengan apa yang terucap dari mulutku barusan. Aku asal berucap saja mengatakan akan mengajar di sekolah. Aku akan mencoba peruntungan yang satu ini. Kalau gagal aku akan langsung balik ke Jogja. Asumsiku benar. Tuhan memang meridhoi ketika orang tua meridhoi. Kulayangkan pujian kepada tuhan di suatu malam dengan sapaan mesra di awal dan pinta di akhirnya. "Tuhan, tubuhku sekarang terbelunggu oleh hawa dingin yang sewaktu-waktu bisa membunuhku. Maka jangan salahkan hamba kalau sewaktu-waktu pikiran liarku juga membunuh kekaleman anak-anak di sekolah".
Aku perempuan yang gampang sekali merasa bosan. Tidak tahan dengan dinding putih yang menyekat nafasku. Kalau terlalu lama di dalam kelas aku merasa mual. Pernah suatu hari aku mengajar dari jam delapan sampai dzuhur, selepas itu aku muntah-muntah.
Bayangkan saja, di ruang yang hanya berukuran 7x9 meter itu diisi 20 anak, 21 kalau aku juga dihitung. Betapa menegerikannya kami harus berlomba-lomba mendapatkan udara bersih. Jadilah setiap aku yang mengajar anak-anak kubawa ke luar kelas. Kami biasa belajar di halaman utama sekolah, lapangan basket, kantin, atau lapangan berumput yang sebenarnya tidak boleh diinjak. Tentu saja anak-anak aku minta melepas sepatu dan bergulingan di rumput dan tanah. Agar mereka semakin dekat dengan tanah air.
Betapa mengerikannya para orang tua yang mengusik waktu bermain anak-anaknya dengan les setiap sore dan malam. Para orang tua menghubungiku dan datang ke rumah untuk melamar. Memintaku menjadi guru les anak-anak mereka. Aku melongo ketika mengetahui jam sekolah anak-anak SD di kampungku ditambah jam belajar (paksaan) dari orang tua. Mereka masuk di pagi hari pukul tujuh, pulang pukul satu siang. Masih dilanjut sekolag agama pukul dua siang sampai pukul setengah lima sore.
Betapa aku merindukan kawan-kawanku yang dulu pernah mengaku sebagai aktivis mahasiswa. Kawan-kawanku yang duduk satu kelas saat mata kuliah manajemen pendidikan, filsafat pendidikan, inovasi pendidikan, perkembangan peserta didik. Kawan-kawanku yang bercita-cita menjadi agent of change. Kenapa selepas bebas dari kehidupan mahasiswa lantas kami bercerai berai, terpontang panting dengan kehidupan masing-masing, dan lupa pada cita-cita yang agung itu. Aku lantas merindukan mereka.
"Maaf Bu, saya tidak menerima les privat untuk anak sekolah," kataku dia suatu sore saat seorang ibu dengan dua orang anak datang ke rumahku.
2 notes
·
View notes
Text
Dosen
Sebagai seorang mahasiswa, dosen kadangkala menjadi momok besar dalam rangka penentuan nasib masa depan. Dosen yang notabene memberikan ilmu dan mentransfer berbagai teori, tetapi dengan kurang ajarnya mahasiswa menggambarkan sosoknya bak monster yang menakutkan.
Mungkin hal itu juga menjadi salah satu alasan mahasiswa rela sikut-sikutan pada saat krs-an, apalagi kalau tidak memilih dosen yang menyenangkan dan mencampakkan dosen yang seram. Ya.. walaupun tidak semua dosen demikian, ada juga yang citranya nyaris tak ada cela, digandrungi oleh hampir seluruh mahasiswanya (re: dosen idaman sejuta mahasiswa) karena personalitasnya atau cara ngajarnya atau bahkan tampangnya.
Wajar lah ya namanya manusia juga butuh nutrisi untuk mata biar makin semangat kuliahnya dan nggak ngantuk kalo dijejali slide yang puluhan jumlahnya.
Tidak terkecuali dengan saya, saya menganggap setiap dosen punya caranya sendiri dalam menyampaikan materi pun juga selalu ada aturan main yang harus ditaati.
Salah satu dosen yang menarik bagi saya adalah Pak Taufiq El-Rahman. Pria paruh baya yang mendalami Hukum Perdata itu dilabeli ‘baperan’ oleh mahasiswanya karena beliau selalu naik darah jika ada peraturan kelas yang dilanggar. Tidak hanya amarah yang akan keluar, tapi beliau juga tak akan segan keluar ruangan dan berhenti mengajar dengan wajah yang memerah tanda sedang naik darah.
Sebenarnya ia hanya mensyaratkan satu hal, yaitu mengikuti aturan. Kalau masuk di kelasnya haram hukumnya menyalakan hp untuk apapun urusannya, kecuali minta ijin untuk menelepon si ayang di luar ruangan.
Mungkin bagi sebagian besar mahasiswa millenials itu hal yang sepele tapi bagi beliau itu suatu kesalahan besar. Memang benar, kesalahan kecil yang selalu dibiarkan kelamaan nanti jadi makin biasa atau bahkan tidak dipandang sebagai kesalahan lagi. Sebagai generasi millenials yang amat sangat sulit untuk berpisah dengan telepon pintar bawaan zaman itu, saya merasa bahwa sudah seharusnya bisa berpikir untuk bijaksana dalam menggunakannya.
Yang menarik adalah alasan beliau melakukan hal demikian. Ada cerita dibalik larangannya. Beliau selalu bercerita diawal kuliahnya bahwa ia memiliki trauma yang mendalam terhadap dering handphone, karena orangtuanya. Ya, beliau mengaku bahwa ia harus kehilangan orang-orang yang dicintainya itu pada saat mengajar di kelas dan mengetahuinya melalui telepon. Jelas sudah.
Dengan nada bicara yang sedikit memelas beliau berkata, “Saya gak minta apa-apa dari kalian. Saya tau kalian anak-anak pilihan. Tidak ada yang saya ragukan dari kualitas otak kalian. Yang saya ragukan adalah kemauan kalian untuk jadi pintar. Secara personal saya minta jaga hati bapak. Saya sudah cukup sakit hati, jadi jangan ditambah lagi. Dan saya hanya mau itu, mahasiswa saya pintar dan tau etika.”
Kalimat demikian yang keluar dari mulut beliau membuat air mata saya sedikit menggenang, atas apa yang beliau kehendaki bukan semata-mata untuk melarang. Dari sini saya belajar bahwa menjadi manusia memang tidak bisa seenaknya, ada perasaan yang harus dijaga dan bagaimana menempatkan diri dalam situasi yang seharusnya.
1 note
·
View note
Text
Pengalaman menjadi anak LDK
Sudah 4 semester aku bergabung bersama LDK Al-Fath Universitas Telkom. Rasanya senang bisa menemukan keluarga baru di tanah rantau yang jauh dari keluarga. Di Al-Fath aku mendapatkan keluarga yang saling mengingatkan perihal akhirat.
Bersyukur bisa bergabung dengan Al-Fath. Di LDK Al-Fath tugas utama tiap kader atau anggota adalah berdakwah dengan target dakwahnya yaitu lingkungan kampus.
Di semester satu aku bingung ingin ikut organisasi apa di kampus. Ada beberapa pilihan organisasi islam waktu itu. Namun aku memutuskan memilih Al-Fath.
Setelah menjadi anggota Al-Fath, aku banyak mendapatkan teman baru, mulai dari teman fakultas sendiri sampai fakultas lain. Saat semester satu aku hanya staff di Al-Fath FEB. Aku menjadi pengurus Al-Fath FEB saat semester 3.
Banyak kegiatan Al-Fath yang sudah aku ikuti. Mulai dari kegiatan kajian, ikut kepanitiaannya, dan kegiatan lainnya.
Di Al-Fath ukhwah islamiyah sangat terasa kental. Saat ini aku sudah memasuki semester 5, sudah 2 tahun aku menjadi bagian dari LDK Al-Fath Universitas Telkom.
Semoga dakwah yang aku lakukan di Al-Fath bisa terus berlanjut sampai nanti aku menjadi masyarakat yang sebenarnya.
#ceritakuliah
4 notes
·
View notes
Text
Gue seneeeng banget kalo inget momen-momen liburan bareng temen-temen sejurusan pas kuliah. Di tahun keempat, di Pulau Seribu.
Bener-bener lepas semua orang berekspresi dan menikmati tiap sudut pulau, pemandangannya, suasananya, momennya, akrabnya. Gue bener-bener liat kebahagiaan yang begitu indahnya karena mereka sejenak bisa lepas dan lupa dari rutinitas tugas yang tadinya begitu membuat stress.
Tapi ketika menulis ini gue jadi sedih juga, inget bahwa bentar lagi harus pisah dengan orang-orang seru dan unik seperti mereka. Kawan-kawan yang ga banyak drama dan realistis. Cukup untuk mengisi warna terbanyak dalam kehidupan perkuliahan gue.
Kita disatukan oleh beragam kesusahan ala anak kuliah, apalagi kalo bukan tugas. Ngeluh bareng-bareng, ngehujat bareng-bareng, begadang bareng-bareng. Jokes yang udah sefrekuensi membuat kita sering ketawa bareng-bareng meski kadang gatau yang lucu apa. Ketawa karna resonansi, liat orang lain ikut ketawa.
Asli kehidupan perkuliahan emang tiada duanya dibanding masa-masa sekolah gue sebelumnya. Mungkin ga semua orang yang kuliah punya pandangan yang sama. Tapi ini versi gue. Gue menemukan cerita remaja terindah gue disini. Menemukan diri gue, menemukan cara pikir gue, menemukan kebaikan dan batasan yang gue belum pernah dapet sebelumnya. Gue banyak belajar hal baik disini yang tentunya sangat berharga dan mengubah hidup gue 135 derajat dari sebelumnya.
0 notes
Text
Setelah Kuliah #2
Lulus SMA setiap orang akan memikirkan berbagai macam kemungkinan. Melanjutkan pendidikan ke bangku perkuliahan atau langsung bekerja atau menikah dengan pasangan pilihan. Semua bebas meilih dan konsekuen dengan pilihannya. Eh, bisa saja semua itu dilakukan dengan berbarengan.
Memasuki bangku perkuliahan akan banyak harapan-harapan yang dipikirkan. Baik harapan milik seseorang itu sendiri,…
View On WordPress
0 notes
Photo
Bapak Agus, adek Iyo, adek cici, ibu nita.. Kangen keluarga ini 😙 kangen kosan dwi putri dan para penghuni terdahulu nya 😊 #anakkosan #ceritakuliah #kosdwiputri #kos #koskosan #keluarga #family #yonandaagustina #cicioktaviani #bapakkos #ibukos #zhella #zhellaoktariayunita (di Km 24 Nagasari)
#anakkosan#koskosan#zhellaoktariayunita#family#kos#keluarga#ceritakuliah#kosdwiputri#cicioktaviani#ibukos#zhella#bapakkos#yonandaagustina
0 notes
Photo
Segala Rasa (on Wattpad) https://my.w.tt/UiNb/WWCJVyEUpI Kemelut tentang menentukan orang yang tepat, menyampaikan perasaan dan jujur terhadap diri sendiri serta keadaan.
#romance#ceritacinta#ceritakuliah#ceritaromantis#ceritasahabat#chicklit#cinta#friendzone#lakilaki#love#mahasiswa#perempuan#persahabatan#romantis#sahabat#story#teman#books#amwriting#wattpad
1 note
·
View note
Photo
(1/2) Masuk FKG Unpad?? 🙉🙊🙈 . Hmmh.. Berawal dari anak temen papah tadi nanya² soal FKG, dan adek² kelas XII yg pada nanya kenapa saya pilih FKG, saya jadi ingin nulis #flashback cerita bagaimana pengalaman saya akhirnya masuk FKG. . Oke, cerita di mulai ▶ #DiarygramGisha . Saya adl orang yg cita citanya gak konsisten, dari jaman SD sampe SMA pun cita cita saya selalu berubah rubah, malah saat awal masuk SMA kecil sekali persentase saya untuk kuliah😅 Kenapa? 😢 Karena saya sadar papah saya hanya seorang tenanga honorer di Kantor Kecamatan, sedangkan Ibu saya IRT biasa tpi punya usaha catering kecil²an.. Mikirnya yaudahlah ya kuliah bisa nanti juga sembari kerja pake uang sendiri!! 😬 . Terus th 2012 awal saya tahu ada program BidikMisi (bantuan dana utk msuk PTN bagi yg kurang mampu tapi memiliki potensi akademik yg baik), nah barulah saya mulai semangat lagi menata diri utk bisa kuliah, belajar yg bener, dan cari cari info jurusan di PTN.. 👊💪 . . Kelas XII saya menentuka pilihan ingin menjadi "Guru SLB" utk mereka yg berkebutuhan khusus, saya bulatkan tekad utk memilih jurusan "Pendidikan Luar Biasa" UPI (dulu namanya itu kalo gasalah, sekarang ganti katanya tp gatau jd apa.. Hehe).. Alasanya, mm gatau kenapa saya selalu yakin dibalik kekurangan dan keterbatasan mreka saya "akan menemukan" kelebihan yg orang lain mgkin tidak miliki 😎😎 . . Namun, tetoooot... Bebrapa minggu lagi menjelang pendaftaran SNMPTN tiba² tekad saya yg sudah bulat perlahan menjadi setengah bulat, 🌓😂 karena ada satu guru yg tiba² menyarankan saya utk masuk FKG.. Guru: "Gish, kamu masuk kedokteran gigi saja!" Saya: "Hah, gimana Pak? FKG?" 😱😱😱 G: "Iya, kamu pilih FKG aja coba pokoknya!" S: "Hehe.. Pak, moal ka-otak-an ku abimah. Kedoteran pan sesah, menyangkut hidup dan mati manusia" 😂 G: "Bisa.. Di coba dulu aja!" . . Krik krik...😒😒😒 (Dalam hati) Hellooooo masa seorang Gisha masuk kedokteran, Mikirnya gimana, BIAYAnya dari mana walopun BidikMisi juga kan setidaknya harus punya buat nge-backup takutnya gacukup atau ada hal tak terduga lainya, ah pokoknya GAK MUNGKIN SAYA MASUK FKG!! "Pikir saya!" . . *to be continue* #ceritakuliah #fkgunpad #ceritamasukunpad (di Fakultas Kedokteran Gigi Unpad)
0 notes
Photo
Fieldtrip Eksplorasi Panas Bumi, Gedongsongo, Ungaran.
November 2019.
0 notes
Text
0 notes
Text
cempreng
2:31am
kelas konsentrasi lain sering digabung pada mata kuliah seminar tertentu. awalnya tidak terlalu memperhatikan mbak-mbak konsentrasi lain yang mendapat giliran maju. baru setelah berganti presenter, ada yang menarik penuh perhatianku. suara mbaknya yang satu itu cempreng dan lucu. aku harus menahan tawa ketika bilang "suaranya lucu" ke teman sebelahku.
beberapa tahun berlalu.
anak keduaku ternyata bersuara cempreng dan lucu. aku baru ingat dan sadar beberapa hari lalu. saat aku bilang "suaranya lucu", kelahirannya tinggal beberapa minggu. 😅
#ceritakuliah
0 notes