#Sayap-sayap Patah
Explore tagged Tumblr posts
Text
[ADA WAKTUNYA]
Allah beri, ketika kamu siap.
Bisa jadi apa-apa yang masih tertahan untuk sampai kepadamu saat ini karena memang kamu belum siap.
Iya, manusia seringkali keliru menafsirkan kata siap. Seolah telah mempersiapkan segala sesuatu dengan matang namun nyatanya Allah yang lebih tau batas kemampuannya.
Ada banyak kejadian dalam hidup yang hadir sebagai pembelajaran. Beberapa diantaranya sebagai contoh bahagia dan sisanya berdiri di sisi sebaliknya.
Seperti misalnya seorang istri TNI yang harus menyiapkan diri atas berbagai macam hal yang mungkin terjadi saat suaminya bertugas. Jika kabar duka datang, kesedihan itu akan tetap hadir tak peduli seberapa matang persiapannya untuk menyambut kehilangan. (Diintisarikan dari film Sayap-sayap Patah)
Begitu pun hal-hal bahagia. Seringkali hadir saat kita memang sedang butuh-butuhnya. Atau mungkin ditunda sementara, sampai kita jenuh dan mencerca nasib, namun akhirnya Allah datangkan dalam bentuk yang jauh lebih indah. Sebuah bahagia yang megah.
Terkadang kita lupa akan doa-doa yang pernah dipanjatkan, namun Allah tidak. Dihadirkannya satu-persatu jawaban saat kita siap.
Karenanya, sebuah iseng-iseng berhadiah kalau kita hobi nyeletuk hal-hal baik. Karena kita tak pernah tau, doa dan harapan yang mana yang akan Allah ijabah lebih dahulu.
Lagi, kita yang terbatas seharusnya percaya pada Ia yang tak terbatas. Percaya penuh pada segala yang Ia rencanakan. Karena permintaan Iblis yang terkutuk saja Allah ijabahi, apalagi permintaan hambaNya yang ikhlas penuh ketundukan?
#30haribercerita#30harimenulis#muhasabah#petuah#do'a#hidup#belajar#sabar#diri#self improvement#islamdaily#tawakal#yakin#20 Syawwal
62 notes
·
View notes
Text
Bersembunyi di Balik Gemerlap
Aku memang bukan yang paling bersinar, justru seringkali aku merasa paling redup
Berusaha menyembunyikan diri dibalik bayangan
Yang semakin hari semakin menelanku hingga membuatku kelam
Aku selalu berusaha menutup mata
Karena tidak sanggup menahan kilauan
Seiring waktu berjalan, seiring keberanian terkumpul
Perlahan aku membuka mata, sedikit demi sedikit
Dengan kecepatanku, bukan orang lain
Bukan dipaksakan atau memaksakan
Aku mulai bisa melihat,
Bahwa, sinar yang ada di sekelilingku bukan untuk menyilaukanku
Tetapi untuk menghangatkanku..
Terima kasih sudah hadir, sudah memperjuangkan hingga sampai titik ini ya Mas Gun dan Mbak Al juga tim Career Class lainnya
Terima kasih sudah membuka jalan, agar bunga - bunga dapat bermekaran, agar sayap yang patah dapat kembali terbang, agar yang kehilangan bisa kembali pulang..
Salam hangat, Tq
32 notes
·
View notes
Text
Lagi lagi, aku berada diujung tebing curam. Tak mungkin melanjutkan, namun terlalu lelah untuk kembali dan menyerah. Aku sudah tahu, bahkan hafal diluar kepala, bagaimana akhirnya bertekuk lutut seolah mengakui kesalahan. Dan itu membuatku mati rasa.
Entah keberapa kalinya dunia ini menertawakanku seolah berbisik untuk kembali melakukan yang sama. Hanya ada kegelapan tanpa akhir yang membentang luas dihadapanku. Tak bisa melihat apapun, bahkan diriku sendiri.
Diujung jalan ini, kemana kita seharusnya pergi?
Kita harus menjadi apa setelah ini?
Dalam bentuk apa takdir membentuk diri?
Aku sudah kewalahan, terlalu lelah untuk kembali memikirkan jalan keluar.
Satu-satunya yang kurasakan adalah kecewa. Nyaris kehilangan diri sendiri untuk kesekian kali.
Apa ada yang mendengarku?
Bisakah seseorang memelukku?
Sayap ini kembali patah, sialnya lagi terhanyut entah kemana.
Aku terlalu takut untuk membuka mata.
14 notes
·
View notes
Text
WP #54 TADIKA MESRA
Pict: pinterest
Benarkah ilusi?
~~~~~~~~~~~~
Engkaulah rasi bintang yang menunjukkanku jalan pulang ketika aku terhilang.
Engkaulah matahari yang bercahaya terang ketika langitku diselimuti oleh temaram.
Engkaulah sayap yang membawaku terbang tinggi menuju tempat yang belum pernah kuketahui.
Tetaplah di sini.
Menemaniku menghapus sepi yang tiada bertepi.
Melewati malam yang kelam tanpa ikut tenggelam.
Bangunkan aku dari ilusi, tetapi jangan pernah pergi.
Tunggulah aku.
Yang belum ingin menyerah menemukanmu.
@hardkryptoniteheart
———
Di semesta raya
Biar cintaku mati saja
Namun rinduku tetap ada
Hidup di kepala masing-masing kita
Tak perlu ada temu
Biar waktu-waktu menjemu
Di antara doa-doa yang beradu
Saling menempuh tunggu
Berdampingan mencipta delusi
Terselimuti syair-syair patah hati
Semoga selalu saja begini
Sampai menemukan pelangi baru lagi
@by-u
———
Aku pikir rindu hanyalah bagian ilusi yang mengada-ngada. Namun, pikiran itu terbantahkan saat ku dapati aku rela menempuh jarak yang sangat jauh hanya untuk dapat bertemu denganmu.
Aku pikir, rindu hanyalah tubuh tanpa ruh—bagian dari Ilusi orang-orang yang kesepian. Namun, rindu ini memberi harapan dalam keputusasaan. Memberi waktu untuk menunggu. Memberi warna untuk segala lembaran ingatan yang kelabu.
Aku pikir, rindu hanyalah ilusi yang tersesat di dalam bilik kepalaku. Namun ku dapati karena ketersesatannya itu...hatiku selalu terketuk dan tanganku senantiasa menengadah untuk mendoakan keselamatanmu
Rupanya, rindu melampaui ilusi, ia nyata. Hidup dalam setiap jiwa yang mencintai.
@kkiakia
———
Dalam waktu aku mengenangmu engkau hadir sebagai kisah terindah dalam hidupku.
Saat bayangmu semakin nyata dirimu kian sirna di telan kenyataan.
Peluklah aku walau hanya sementara , dan biarkan aku merasakan cinta yang sama lagi.
Ceritamu selalu tertulis indah dalam ruang imajiku.
bagai sajak yang tak bisa ku pahami.
Seperti puisi yang tak pernah bisa aku rangkai.
Saat semua tak lagi sama kau hidup dalam anganku sebagai ilusi yang terindah.
Buatlah semu menjadi nyata karna di dalam ilusi dirimu adalah sebuah kenyataan.
@kevinsetyawan
———
Para perempuan itu jadi sering berilusi, karena seorang lelaki.
Ia berbaik hati kepada semua orang, katanya. Karena pendidikan yang baik, karena itu ajaran agama, karena memang begitulah ia sejak masa kanak-kanak, _katanya lagi._
Karena sebab-sebab yang sama, ia mencari pembenaran dengan melakukannya secara terus-menerus kepada semua teman ~perempuan~ nya, ialah yang sebenarnya telah menciptakan berbagai ilusi di kepala semua orang yang menerima kebaikan hatinya. Bagi beberapa yang paham, ia berlebihan, dan memang begitu kenyataannya.
Ia seakan sengaja memberi kesempatan bagi banyak orang untuk menafsirkan bahwa kebaikannya punya maksud yang berbeda-beda. Kawan lamanya membela, "Ia hanya ingin mencari kemana arah kompas perasaannya. Ia mudah terbawa perasaan, (meski ia seorang lelaki) karena hal-hal yang sederhana, karena pertolongan kecil, karena kata-kata yang bijak dan satu lagi, ..."
"Rupa." Sela salah satu perempuan yang mulai paham.
"Ternyata kau sudah tahu jawabannya"
Dan meski sudah tahu bahwa kebaikannya milik semua orang, mereka, para perempuan yang telah berkali-kali kelimpungan dengan perasaan, masih menyimpan benih perasaannya pada tempat yang dikhususkan. Sembari berharap, pengharapan yang buta, semoga perasaan yang dirawatnya itu berhasil menjadi indah.
Padahal pengharapan mereka seperti pengharapan kepada matahari untuk menyinari rumahnya seorang."
Tapi para perempuan itu tidak menyadari, mengapa menjerumuskan diri mereka sendiri dengan mempercayai ilusi yang timbul karena kebaikan seperti ini?
@haloinifaiq
———
Bahwa di jaman baru ini,
Kita diharuskan untuk bertahan....
bertahan hidup dengan seluruh kemampuan yang ada
berusaha dengan segala daya dan sisa percik cahaya
menembus gelap yang entah sampai kapan....
entah ada ujungnya atau tidak....
lantas entah karena aku memang bodoh atau terlalu banyak menelan bualan para filsuf
aku semakin tak peduli dengan semua yang dikatakan "kebiasaan - kebiasaan baru" ini
aku justru merasa takut....
bahwa pada akhirnya, jika-pun aku sanggup bertahan aku akan terjebak dalam ilusi sesat ini....
Bahwa aku bertahan karena aku berusaha! Atas usahaku sendiri! Bukan karena memang masih direstui-NYA....
dengan demikian aku menjadi binatang kufur yang pongah
dan lantas untuk apa lagi aku bertahan lama-lama
@lucifermorningstark
———
"GITA CITA"
Tenang
Biar kutemui bapakmu
Kutanyai mau tidak dia jadi bapakku
Ibumu? Oo sudah tentu dia juga
Pasti mereka mau?
Oo belum tentu
Pokoknya kamu tenang saja.
Meski ini baru sebatas ilusi adanya.
@barakelana
———
Serangkaian takdir yang menyapa, terikat doa hingga mewujud menjadi nyata.
Banyak nyata yang terlewati begitu bermakna.
Meskipun pada akhirnya, menyublim sampai tidak ada lagi yang tersisa.
Harus kemana lagi kubagikan intuisi yang selalu menyala ini?
Terlalu lama disimpan sendiri yang ada malah membuatnya tidak lagi menyala.
Hingga akhirnya—
Intuisi yang menyala ini, menyumblim juga menjadi ruang tanpa suara.
Bagaimana bisa?
Intuisi. Resonansi. Senada-seirama pernah begitu apik menjalankan perannya dengan nyata—
Tetapi, kenapa nyata-nyata yang sudah terlewati menjelma menjadi cerita-cerita yang tidak bisa lagi kuraba?
Ilusi—Delusi.
Padahal sebelumnya Intuisi—Resonansi.
@aksara-rasa
———
Besok, akan ku masuki duniamu yang sepi.
Akan ku jadikan diriku nyala pijar di tengah sunyi.
Akan ku warnai harimu dengan warna-warni.
Masih besok belum hari ini, ketika mencintaiku bagimu sudah bukan ilusi.
@langitawaan
———
Atau memang benar adanya?
~~~~~~~~~~
Ruang Kelas Tadika Mesra, 29 Januari 2023.
66 notes
·
View notes
Text
Bukan hanya tidak bisa melebarkan sayap. Bahkan ia memang tidak bisa terbang sama sekali. Katanya akan didukung dengan angin kencang tapi ternyata angin itu malah tambah merusak sisa sayapnya yang satunya lagi. Sampai ujung-ujungnya mereka bilang, "Salahmu sendiri tak mau belajar terbang, atau setidaknya bila tidak bisa terbang, kau bisa berlari saja." Berlari kemana? Bahkan kompasnya sudah patah sejak dulu atau bahkan ia buta akan arah mata angin. Satu hal yang selalu ia pegang erat selama ini hanyalah lembaran-lembaran firman, yang katanya, "Bila percaya padaNya, kita akan selalu temukan jalannya." Kendati disini buntu, tidak apa-apa. Mungkin saja ia yang buta karena disini terlalu gelap. Semoga cahaya segera datang menyembuhkannya, meski tidak bisa terbang dan melebarkan sayap, setidaknya semoga setelah ini ia bisa berlari sejauh mungkin dan tidak akan pernah kembali.
3 notes
·
View notes
Text
Terhubung di Selo Panggung
Matahari telah menyingsing saat perjalanan dihadapkan dengan cuaca yang tiba-tiba ekstrim. Seakan pertemuan makhluk yang bernyawa dengan singgasana pahlawan revolusioner teruji oleh aktivitas alam.
Jiwa-jiwa yang dibawa dalam tubuh makhluk-makhluk bernyawa ini mengudara dan memunculkan biasan di langit.
Seolah Tuhan mendengarkan raungan jiwa-jiwa yang gelisah ini terkait perundingan terselubung penguasa menggulingkan rakyat. Ia menyampaikan salamnya kepada kami di bumi.
Sebelum ini dituangkan dalam Tumblr, perjalan ini mengingatkan aku pada sebuah kata pembuka dalam novel Kahlil Gibran "Sayap-sayap Patah" , sang pujangga itu menuliskan "Di sini, semua harapan Gibran, yang hidup sebagai tawanan cinta melampaui lautan, dikuburkan. Tepat di sini laki-laki itu kehilangan kebahagiaan, mengering air matanya, dan tak ingat lagi pada senyumnya."
Entah karena apa, selain perjalanan revolusioner yang memukau, kisah cintanya mengingatkan aku pada sajak sang pujangga dalam novelnya. Aku merasakan perjalanan cintanya yang epic, seakan-akan tokoh yang berharga selalu dikecewakan oleh perjalanan cintanya.
Dua puluh menit kemudian, makhluk-makhluk ini tiba di pusara "Tan Malaka" mengucapkan salam dan bacaan ayat-ayat Tuhan untuknya. Lembaran-lembaran itu dibasahi oleh langit yang mungkin saja bersedih karena ia tampak muram sepanjang perjalanan kami kemari.
Tak lama setelah berpamitan dengan jasad yang terkubur dibawah pusara itu, seakan jiwa kami terhubung.
"Ia boleh saja tak bernyawa, namun jiwanya masih membara. Ia boleh saja terbelenggu, namun ia berhasil mendidik makhluk dungu dengan tintanya."
Keterhubungan ini seperti penuh pesan yang seharusnya tersampaikan pada generasi penerus.
"Tak seharusnya kalian tunduk pada kata cinta, ia hanya akan merenggut banyak sisi kehidupan mu di muka bumi. Patahkan lah hatimu oleh dirimu sendiri, gantungkan lah harapan mu pada bangsa ini sesuai dengan hal apa yang mendidik dan karena apa engkau terdidik."
Terimakasih untukmu dengan cinta dan tinta yang menyampaikan perubahan untuk negeri ini. Salah satu makhluk-makhluk bernyawa ini mungkin saja akan melanjutkan perjuangan mu.
3 notes
·
View notes
Text
Sajak Perpisahan
Setelah semua patah ke tangkai paling ujung manakah kita akan hinggap?
Setelah semua memerah ke tubuh paling perih manakah kita akan saling menyayat?
Akan kita kenang sebagai apa bekas luka cinta di sayap?
2013
*Dipetik dari halaman 65 Antologi Puisi sendiri Mahkamah untuk Secangkir Kopi, Sepilihan Puisi Herman Syahara 2013-2016, dimoderasi 2023.
41 notes
·
View notes
Text
MATI
air langit membentur tanah
hawa dingin menusuk tulang
petir bersahutan tiada henti
melonjakkan tubuh bergetar
raung gelap bertemankan lilin
mengisi suasana sunyi beralasakan pedih
melintaskan kenangan indah
nan mustahil terulang
sayap patah tak terobati
goresan luka hati tak dihiraukan
tapak kaki penuh paku
tangan berpegang pada beling
entah mengapa
tak dirasa sakit itu
apakah penyakit?
atau... sudah terbiasa?
2 notes
·
View notes
Text
Sayap Patah
Ia ingin terbang jauh, sungguh amat jauh. Pandangannya menerabas ruang dan waktu. Lamunannya sampai hingga Negeri Kangguru. Menimba ilmu dan pulang menyelamatkan negerinya yang sedang diujung tanduk. Meski hanya sedikit perannya namun sungguh ia ingin berdampak untuk negerinya.
Saat tengah mempersiapkan diri, meluruskan niat, serta memastikan kembali apa yang jadi tujuannya, ia terhenti cukup lama. Sayapnya patah. Sebelah. Kini tinggal yang kanan. Ia menangis, mengaduh, sakit katanya. Ingin dilepaskannya sayap patah itu. Ingin diletakkannya agar bisa menghentikan rasa sakitnya. Namun, jika itu ia lakukan maka pupus sudah. Akankah lagi ia mendaftarkan diri untuk menyesal? Seperti dahulu, saat dirinya tak memperjuangkan. Bertahun-tahun disesalinya keputusan itu. Bukan, bukan sebab gagal yang membuat dirinya menyesal. Tapi saat dirinya bahkan tak sekalipun memperjuangkan apa yang ingin ia perjuangkan.
Sampai kini, bahkan didetik ini semua menjadi bias. Sebab ia terbiasa tak memperjuangkan apa yang nuraninya mau. Ia terbiasa menjadi lilin. Yap. Menerangi lalu hancur. Akankah kembali pada kesalahan yang sama? Barangkali, sayap patah tadi hanya pertanda. Hanya penguat. Bahwa dirinya mampu sampai pada tujuannya meski sayapnya hanya yang kanan. Ia akan sampai pada tujuannya sebab keyakinannya pada Sang Maha Segala. Ia menjadi tersadar, bahwa bukan sayap utuh yang menghantarkannya pada tujuan.
Ia tersadar untuk hidup sebenar-benar hidup. Berhenti menuhankan ikhtiar diri. Ia tersadar bahwa dirinya memang lemah namun ia tahu Tuhannya Maha Segala. Ternyata sayap patah itu hanya jalan. Jalan yang memang tak mudah, tapi jalan itu menghantarkannya pada tujuannya. Bukankah tak perduli seberapa terjal suatu jalan, asalkan ia benar-benar jalan yang menghantarkan pada tujuan? Tak apa sayap itu patah. Tak apa. Selama ia masih menjaga yakinnya pada Rabbnya. Selama ia masih berhusnudzan atas takdir terbaik dari Rabbnya. Sungguh tak apa. Nikmati saja.
24 notes
·
View notes
Text
Sayap yang terlanjur patah
"Mengudaralah yang tinggi", katamu.
Maka ku harap sayapku akan mengepak lebar lalu terbang menembus angkasa.
Bercengkrama dengan masa lalu, bertukar mimpi dan saling melangitkan doa. Kita sama-sama belajar bagaimana dapat tumbuh setelah jatuh, bagaimana bisa menikmati rasa pahit semanis gula, dan bagaimana menjadi manusia yang hebat.
Waktu terus berjalan, mengantarkan kita pada kesementaraan nan semu. Terlihat abadi padahal lebih lama saja tidak. Yang kukira indah ternyata hanyalah nuansa awan peneduh berubah abu lalu menghujan.
Tertatih berjalan kita beriringan, meski jauh jarak tak iyakan kita untuk lebih dulu dan meninggalkan di belakang. Iyah,, beriringan menata nada agar melodinya indah didengar.
Mengepak bag elang katamu, menjadi pemberani dan terus maju ke depan. Bagaimana aku merasa sendiri? Sedang hadirmu terus menyertaiku.
Sayapmu patah, tuturmu. Aku dengar baik-baik lalu kumaknai sedalam mungkin. Agar tidak ada arti yang terlewat dari sebaris kalimat itu. Iyah,, sejak kala itu,, aku jaga segalanya, semampuku.
Selalu aku usahakan agar terlibat dalam penerbanganmu, meminjamkan sebelah sayapku agar sampai di sana, di tempat yang kamu impikan.
Namun sebenarnya sanubariku sudah mengira, memberimu ruang sebelum benar memiliki pada akhirnya akan ditinggalkan dan ruang itu tidak akan serta merta kosong setelah kepergianmu. Iyah,, masih melekat bag tuan masih duduk di dalamnya.
Pada akhirnya, pelajaran yang kita dapat jauh lebih bermakna dari setiap mimpi-mimpi yang sempat kita ucap bersama. Kamu tahu? Semogaku tak pernah lekang pada asa untuk tetap melihatmu baik-baik saja, sekalipun nanti garis takdirnya akan lain. Yang perlu kita percaya adalah, bahwa Allah telah menyiapkan kenyataan terbaik bagi kita masing-masing.
Ku harap, meski kini tak lagi pada cerita yang sama, doamu masih mengakasa atas kebaikan-kebaikan yang pernah ada dan akan ada, menyelipkan nama paling sederhana yang menjadi bagian dari masa lalumu, sekedar memberi semoga agar diri dapat melapang ikhlas.
Iyah, meski sayap sudah terlanjur patah, semoga terbangmu dan terbangku akan tetap tinggi mengudara. Mengepak sayap kita masing-masing dan menjadi hebat versi kita masing-masing.
Selamat menjemput cita, tuan
#quotes#reading#writing#poems on tumblr#writers on tumblr#motivation#words#aestehtic#story#longing#self love#self care#self ship#memories
5 notes
·
View notes
Text
Alhamdulillah, beberapa hari lalu kami berkesempatan makan malam berdua untuk merayakan satu tahun perjalanan pernikahan. Kami menunggu makanannya cukup lama, tapi berkat itu kami jadi punya waktu mengobrol. Obrolan pun sampai ke topik: memaknai kembali sakinah mawaddah warahmah. Tiga harapan di doa yang paling sering kami terima saat menikah tahun lalu. Maknanya tidak main-main, dan bisa luas sekali untuk dibahas. Tidak banyak yang kami bahas saat itu, tapi setidaknya ada beberapa hal yang menginspirasi saya menulis tentang ini.
Sakinah, artinya tenteram dan tenang. Kami percaya sebuah pernikahan yang menghadirkan rasa tenteram akan meringankan dan membebaskan hati. Saya teringat sebuah penggalan kalimat yang ditulis Kahlil Gibran di buku Sayap-Sayap Patah (Broken Wings), diterjemahkan oleh Sapardi Djoko Damono: "Cinta adalah satu-satunya kebebasan di dunia karena cinta itu membangkitkan semangat yang hukum-hukum kemanusiaan dan gejala-gejala alami pun tak bisa mengubah perjalanannya." Satu-satunya hal yang tidak bisa dipaksakan adalah cinta. Pernikahan bisa dipaksakan, tapi tidak dengan cinta. Kami ingin menghadirkan cinta yang membebaskan itu, yang memberdayakan sebuah pernikahan bukan membelenggu. Salah satu kuncinya adalah dengan membentuk pernikahan yang tenteram, dimana ada komunikasi yang baik disertai rasa saling percaya, bertanggungjawab, dan mau untuk mengerti. Ketenteraman memberi ruang pada tubuh dan jiwa untuk berkarya sebebas-bebasnya, terbang tanpa rasa takut, karena tahu bahwa selalu akan ada rumah yang nyaman untuk kembali.
Mawaddah, yang berarti kasih sayang. Menurut kami, mawaddah adalah bentuk cinta yang bersumber dari fitrah manusia - yaitu cinta dengan alasan. Manusia adalah makhluk rasional dan pernikahan adalah sebuah keputusan, produk dari rasionalitas manusia. Sebuah pernikahan bisa terjadi karena alasan-alasan yang kuat, bukan? Entah karena kecocokan pandangan, kebutuhan untuk ditemani, ataupun alasan-alasan lain. Adanya alasan dalam pernikahan tidak menihilkan cinta, justru ia bisa jadi menguatkan. Pernikahan menghadapkan kita pada berbagai realita hidup yang mungkin tak terbayangkan sebelumnya. Kita dihadapkan pada pilihan-pilihan yang akan menentukan nasib pernikahan. Kemampuan kita untuk berpikir dan berlogika justru dapat menyelamatkan pernikahan. Ia mampu menumbuhkan ribuan alasan untuk menguatkan dan menambah kasih sayang dalam pernikahan. Mungkin inilah salah satu kunci banyak pernikahan yang bisa dijalani dengan bahagia hingga akhir hayat.
Rahmah, yang bisa diartikan ampunan, karunia, atau cinta tanpa syarat yang diberikan oleh Allah. Kata rahmah sendiri dekat dengan kata rahim yang juga bisa diartikan sebagai rahim seorang ibu. Rahmah adalah bentuk cinta yang paling murni karena bersumber dari penciptanya - yaitu Allah. Di titik ini mungkin saya belum benar-benar bisa menguraikan makna rahmah. Tapi yang saya yakini, cinta dari Allah ini selalu ada dan luas sifatnya. Namun seringnya, manusia terlalu keras kepala, sok tahu, dan merasa mampu melakukan berbagai hal tanpa pertolongan dan cinta-Nya. Keinginan untuk bisa mengendalikan semua hal dalam pernikahan inilah yang mungkin menjadikan pernikahan terasa sulit, bahkan mungkin menyakitkan. Manusia menciptakan sendiri keterbatasan untuk mampu menyadari, memahami, menerima, dan mencicipi betapa manis dan luas rahmah-Nya. Saya percaya, kemauan untuk menyadari ketidakberdayaan lalu berserah dan mengharapkan rahmah-Nya mengizinkan sebuah pernikahan untuk terus tumbuh. Saya ingin keputusan-keputusan yang kami ambil dalam pernikahan didasari dengan harapan untuk mendapat rahmah-Nya, agar kami mampu menumbuhkan dan menguatkan cinta apapun kondisinya. Saya teringat kata Erich Fromm, cinta yang murni tak hanya membuat kita bisa mencintai dan dicintai, tapi juga menjadi seorang pencinta. Seorang pencinta tak perlu objek untuk dicinta, ia akan mampu mencintai segala hal - semua yang dilabeli baik atau buruk - karena segala yang ia manifestasikan adalah cinta. Mungkin mengharapkan rahmah ini mendidik kita menjadi seorang pencinta. Saya belum benar-benar paham bagaimana menjadi seorang pencinta itu, tapi setidaknya sedikit paham bahwa rahmah adalah bentuk cinta yang menyadarkan betapa sebuah pernikahan tak akan berdaya tanpa pertolongan dan luasnya ampunan serta karunia-Nya.
Semoga kami bisa meraih sakinah mawadah warahmah dan mampu terus memaknainya. Semoga catatan ini juga bisa menjadi pengingat untuk perjalanan kami.
Tak lupa, terima kasih Kemal untuk satu tahun yang menyenangkan ini.
4 notes
·
View notes
Text
ELEGEIA
Kumpulan awan berarak-arak, saling bercengkerama lalu malaikat menjelma menjadi tawa diantaranya. Tak perlu lama penjaga langit murka, Ia merapal mantra mengutuk imantaka. Sejenak raut semesta menggelap dan sesegera menjatuhkan sayap-sayap kepedihan ke Bumi.
Berkalang temaram, aku menatap Ia dengan seksama. Alisnya saling bertaut, Ia menundukkan kepala dalam-dalam. Barang sesaat airmatanya menitik, sedihnya tercabik. Tak sanggup Ia meneguhkan diri. Hatinya penat, bebannya berat. Segala yang terpendam kehilangan kemauan untuk tetap diam. Semua tertuang dalam hening kata yang menggantung pada bajra di penghujung senja.
Anarawata, hatiku patah berkeping-keping melihat Ia gundah gulana.
"Jangan tinggalkan aku," bisiknya nyaris tanpa suara. Ruang kosong di antara jemarinya penuh dengan lingkar-lingkar asa. Aku hanya mampu tertegun dalam sunyi. Jawabku tercekat-cekat tak mampu aku berucap.
Duhai, Andamar, andai saja aku dapat memilih jalan suratan. Doaku, semoga kelak engkau mampu menyalakan askara bagi gempita harsa: jadikan Ia candu renjana pada lelana cintaka.
Aku menengadah, menyenandungkan tanya pada Nastabala. Demi masa, aku ingin mendedah rajut takdir yang sesegera terkoyak sandyakala. Aku menyanjungkan aksama pada seluruh loka dan helai udara dimana ingatan bermuara. Pijarnya pernah membara, lalu tiba-tiba dipaksa lupa.
2 notes
·
View notes
Text
Sebuah Karya @jakabiaunillah_
BAHAGIALAH KEKAL
Tiada yang meminta seperti ini semua mata seakan tertuju pada cahaya,
bukan mata kebahagiaan, namun kebencian yang ia rasakan, kembalikanlah
tangismu yang dulu, tangis kebahagiaan ketika pertama kali melihat dunia,
kembalikanlah senyum pertamamu ketika ibumu ter senyum. hiraukan
penglihatan, Kembalikanlah semua kebahagiaan itu, semua, jangan sampai
tersisa. Berbahagialah karena Tuhan telah memilih kita untuk berada di dunia.
Tersadar hanya sebutir pasir di tepi samudra sedangkan engkau maha
kaya sang pencipta yang tersusun secara rapi seindah bulan purnama dalam
wujud insan semanis isi dunia Benar kata Mbah Nun “Seharusnya kita harus
gembira bisa sejalan dengan Tuhan” karena Tuhan yang telah merencanakan
semuanya.
Begitulah seharusnya hidup bukan hanya berdiam diri menunggu masa,
setiap insan di batasi usia terbangkanlah sayap sayap asa Sertakan Tuhan dalam
setiap masa. Tak perlu sedu sedan itu, semua akan berlalu dengan sendirinya,
yang perlu kau lakukan ialah Melegitimasikan tentang kebaikan Tuhan,Tuhan
bahagia maka kita ada.
Seseorang bertanya apa bedanya kebahagiaan sama kesenangan? Simpel
sebenarnya, menurutku ”kebahagiaan bersipat kekal namun kesenangan sirna,
seharusnya hidup ini di barengi kebahagiaan karena dengan kebahagiaan semua
ria.
Teruntuk diriku dan dirimu maaf sebesar besarnya, kepalaku yang berisik, Maaf
bila terlalu banyak hal yang dipikirkan, meski masalah yang kecil kita selalu
membesar besarkannya, yakinilah Tuhan tidak memberikan masalah yang kita
tidak bisa pikul Hati yang rapuh, Maaf bila membuatmu patah dan hampir hancur berkali
kali, padahal kita tahu sendiri bahwa perlu kesabaran untuk sembuh dan hati
sifatnya berbolak balik, jadi tunggu hatimu tenang dengan mendekat kepada
yang terdekat itu kebahagiaan hakiki
Kaki yang selalu menopang Maaf bila perjalanan kita kali ini masih
setengah dari jalur kesuksesan, Menjemput masalah masalah yang panjang,
yakinlah kaki!!! Ketika berjalan membawa nama tuhanmu dengan kebahagiaan
tidak akan terasa Masalah masalahmu.
Terlepas dari semua salahku, Tuhan!!!
Dan aku mewakili seluruh Manusia, Kami Minta Maaf sebesar besarnya,
yang selalu Memekik memekik memekik setiap hari, tanpa ada terbesit di dalam
pikiran dan hati kita semua,bahwa ada Engaku yang selalu dekat. Yang selalu
jahat dengan dirinya sendiri. Sekali lagi Minta Maaf Than Kami Salah.
Rasakan getarna kalbu yang mengguncang dunia sembuh seperti narma
yang mengaril perlahan namun pasti dimana arah tujuan meniringin tetap
semagan dan memberikan motivasi keaada diri sediri, berupaya meberikan
dirisendiri rasa semangat yang strong dan memaksimalkan hidup dalam
keabadian yang kekal....
SEMBUH SEPERTI NARMA
par dengan kalimat yang sering masuk di beranda IGku, Kalimat itu ntah
kenapa sering kali membacanya berulang ulang, kata kata itu bilang gini
“Belajarlah untuk terbiasa sendiri, tidak dia undang, diabaikan, ditinggalkan
ataupun dibuang” Sebuah kalimat yang biasa namun membuat qalbu tersentuh,
aku mengingat lagi beberapa kejadian di mana aku terdiam seorang, menatapi
kemalangan nasib, tentang sebuah ajakan yang sederhana yang tiada aku
dapatkan,aku berusaha menjadi mereka agar tidak di abaikan, aku yang rela
mengalah agar aku tidak di tinggalkan, tapi nyatanya semua itu tidak
membuatku nyaman berada di sekeliling yang menerimaku dengan syarat
nyatanya tidak membuat hari menjadi tenang, aku seringkali di hantui oleh rasa
takut akan di tinggalkan, diabaikan, disepelekan, tapi setelah aku keluar dari
mereka aku bisa mengerti bahwa menjadi berbeda itu tidak masalah, tidak
menjadi peran utama
ya juga tidak masalah, buktinya aku lebih bahagia
dengan diriku yang sekarang, diriku yang lebih waras yang lebih berani untuk
sendiri, Aku tidak butuh siapapun untuk diakui diri ini ada di bumi.
Dari kecil memang sudah terbiasa untuk tidak memiliki semuanya, karena
notabenenya memang bukan dari keluarga yang utuh, tapi ini berbeda, waktku
kecil itu sistemnya besok juga lupa tapi kalau sudah besar kata tidak bisa itu
kayak racun tahu tidak, kalau tidak sanggup ya udah tamat,iyah sihh katanya
semua orang punya keterbatasan, tapi rasa failed again itu bener bener nggk
enak Masak tidak bisa, masak gagal lagi, begitu doang, yang aku bisa apasih.
Kenapa sih, bagaimana sih dan akhirnya berjuang tanpa ujung di kepala.
Mari sembuh tanpa bercerita, kalian sering kali mendengar kalimat ini
bukan, awalnya aku merasa biasa saja, bercerita sama tidak bercerita menurutku
sama saja, karena sembuh itu tentang waktu bukan tentang peran tentang peran manusia lainnya. Tapi ternyASata aku salah, karena seseorang yang memiliki
tempat pulang tidak akan merasakan menangis sendirian, sembuh tanpa cerita
perlu peroses yang panjang, karena manusia membutuhkan manusia lain untuk
saling mendengarkan, jadi untuk kamu yang berhasil melewatinya sendirian,
semoga kuat untuk bertahan Kamu Hebat.
Mereka berkata cobalah berdamai dengan hal hal yang tidak bisa kau
rubah, nyatanya ini tidak semudah itu mereka tidak tahu bahwa tidak ada yang
benar benar damai meskipun wajahku selalu terlihat tenang, yah benar, banyak
yang bilang Fisikmu kuat tapi hatimu lemah, aku bertanya tanya kenapa hidup
orang lain terlihat mudah, aku bertanya kenapa orang yang aku sayangi satu
persatu pergi dengan cepat, kenapa aku gagal kesekian kalinya, dan banyak hal
yang tidak bisa aku jelaskan, aku akan tetap hidup dengan hal hal yang tidak
bisa aaku rubah, tapi aku masih belum bisa benar benar berdamai, aku sering
kali menangisinya.
Sering kali kuadukan pada semesta bahwa aku hanyalah manusia yang
tidak bisa melanjutkan hidup. Tapi ia bilang bahwa ini adalah kesanggupanku
pada Tuhan. Apa yang harus kulanjutkan pada perjalananku jika lebih banyak
sakit yang kutemukan??, sebagiannya hanyalah luka yang akan tetap lebam.
Bukankah sia-sia saja jika aku harus tetap begini Tuhan?. “tetaplah melaju”
sabdamu, maka dengan itu aku perlahan mencari arti hidupku dan segala hal
yang kucaci maki dan ku beri sayang akan selalu ku kudekap erat. Berjanjilah
untuk selalu disamping diriku yang terlantar.
3 notes
·
View notes
Text
Halaman patah
Pada halaman itu, kukira bahagia tak akan kutemukan di kemudian waktu. Coret-coret tak jelas menuliskan kisah yang buntu. Langit yang tak berbatas meyakinkanku dengan kelabu. Angin pun tak berkawan, memutar ulang cerita ia tak mau.
Namun segala cerita yang sedang kita jalani, Belum akan menemui titiknya, kecuali memang sudah dicukupkan olehNya. Dan pada halaman saat ini, Aku membaca hal yang ternyata pernah kubaca sebelumnya.
"Setiap cerita kita hanyalah akan berhenti pada tanda koma. Panjangnya ia hanya sementara, pendeknya ia juga sementara. Berat rasa yang diikat hanya sementara, ringan rasa yang diingat juga sementara.
Setiap peran punya waktunya, setiap momen ada orangnya."
Terima kasih atas cinta yang Engkau tuliskan untukku, malaikat tanpa sayap yang menemani diri memeluk menerima cerita indahMu. Bahkan mereka telah menjadi bagian dari cerita itu sendiri.
Mereka memang bukan rumah, namun mereka akan menjadi bilik yang selalu kurindu untuk berteduh.
6 notes
·
View notes
Text
"Yang namanya Nikah itu bukan kayak digelarin karpet merah bertabur bunga. Tapi, kadang ada ombak, gempa, bahkan tsunami. Hanya ada 2 kunci untuk menghadapinya yaitu sabar dan syukur. Keduanya layaknya sepasang sayap, jika salah satunya patah, maka bisa membuat kita jatuh."
"Jadi menikah itu adalah tentang saling belajar untuk senantiasa sabar dan syukur."
(Nasehat ustadz Suhari dalam Kajian Nikah di Walimah seseorang yang kuanggap sebagai kakak)
2 notes
·
View notes
Text
Untuk yang Masih Berdetak
Bagaimana pagimu hari ini? Masihkah terasa berat beranjak dari ranjang? Apakah rasa enggan terus mengikat tubuh dan jiwamu?
🎶 Untuk hati yang terluka, tenanglah kau tak sendiri. Untuk jiwa yang teriris, tenang, ku kan temani. 🎶
Sayap-sayapmu telah lama patah. Hidup yang kamu harapkan diruntuhkan kenyataan sejak dalam angan. Tiada lagi gairah seperti dulu. Kamu tak tahu mesti ke mana mencari. Dunia telah lama berpaling. Tepatnya mereka.
Hari-hari berjalan se-apa-adanya dengan kerapuhan dalam dirimu. Bersyukur jika tidak ada yang mengguncang tatanan jiwamu. Sedikit saja ada yang mengusikmu, buyarlah sudah. Pikiran-pikiran kelam cepat hinggap. Duniamu yang baru saja mekar kembali layu.
Kamu sudah lelah berlayar. Kapalmu karam. Mereka memaksamu bertahan. Tapi kerap kali juga menjatuhkanmu. Lantas kembali menuntutmu menghadapi dunia. Dunia yang seperti apa? Hidup yang bagaimana? Hidupku rasanya seperti bukan milikku, katamu.
Kamu ingin merajut mimpi-mimpi itu, satu per satu. Dengan luka-luka tak kasat mata, kamu mencoba menata puing-puing yang runtuh. Belum genap utuh satu pijakan, angin kencang menyapu, kembali berserakan. Kenapa jalanku begitu terjal? Aku juga ingin apa yang kulakukan berjalan mulus.
Aku...aku ingin mengatakannya padamu, kamu berharga. Kamu boleh tidak percaya. Tapi bagiku begitu adanya.
Dan terima kasih telah bertahan. Pastilah sesak menahan sendirian. Untuk luka-luka yang kamu sembuyikan, mari kita sembuhkan. Mungkin akan menjadi perjalanan yang panjang dan melelahkan. Melawan dunia sendirian tidak mudah, tapi ada kawan bersamamu.
Tak apa belum sekarang, perlahan-lahan dulu. Tak usah banyak dengarkan suara sumbang. Jika harus melawan, lawanlah! Kata hatimu utamakan.
Mulailah bergerak membuat memori baik saat ini untuk menumpuk memori buruk masa lalu. Ia tidak bisa kamu hapus, tapi setidaknya kamu memiliki amunisi baru untuk melawannya.
Bertahanlah. Percayalah.
Jika masih ada yang percaya padamu, mengapa kamu tidak?
Pictures from Pinterest
@careerclass
4 notes
·
View notes