#Peran Generasi Muda
Explore tagged Tumblr posts
Text
Peringatan Hari Pahlawan di Bengkulu Utara: Ziarah Tabur Bunga di TMP Ratu Samban
Peringatan Hari Pahlawan di Bengkulu Utara: Ziarah Tabur Bunga di TMP Ratu Samban KANTOR-BERITA.COM, BENGKULU UTARA|| Peringatan Hari Pahlawan di Kabupaten Bengkulu Utara tahun ini berlangsung penuh khidmat. Kegiatan tersebut digelar melalui upacara Ziarah Nasional yang diadakan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Ratu Samban, Desa Gunung Agung, Kecamatan Arga Makmur, pada hari minggu, (10/11/24),…
#"Teladani Pahlawanmu#Andi Muhammad Yusuf#Hari Pahlawan#meneruskan perjuangan#Penghormatan jasa pahlawan#Peran Generasi Muda#Peringatan Hari Pahlawan#Pjs Bupati#Semangat juang#Upacara Hari Pahlawan#Ziarah TMP Ratu Samban#Bengkulu Utara#Cintai Negerimu"#Persatuan Bangsa
0 notes
Text
Peran Pramuka dalam Pembentukan Generasi Muda Indonesia
Pramuka bukan sekadar organisasi ekstrakurikuler yang menyenangkan bagi anak-anak dan remaja, tetapi lebih dari itu, pramuka memegang peran penting dalam membentuk karakter dan moral generasi muda Indonesia. Sebagai sumber untuk menanamkan nilai-nilai luhur, pramuka telah berhasil menjalankan misi pendidikan yang mengajarkan pentingnya kedisiplinan, kebersamaan, rasa tanggung jawab, serta…
0 notes
Text
Jadi Narasumber Sosialisasi, Ramli Ondang Tekankan Pentingya Peran Pemuda dalam Pilkada
Hargo.co.id, GORONTALO – Anggota KPU Kota Gorontalo, Ramli Ondang Djau menekankan peran penting generasi muda dalam menentukan masa depan Kota Gorontalo melalui Pilkada yang berkualitas. Hal tersebut ditegaskannya saat menjadi narasumber dalam kegiatan Sosialisasi Pendidikan Pemilih yang berlangsung di Universitas Bina Taruna pada Selasa, (29/10/2024). Menurutnya, pemilih muda memiliki pengaruh…
#Generasi Muda#Kota Gorontalo#KPU Kota Gorontalo#Masa Depan#Narasumber#Pemuda#Peran Penting#Pilkada 2024#Pilkada Kota Gorontalo#Pilkada Serentak 2024#Pilwako 2024#Sosialisasi
0 notes
Text
Warga Bujur Timur Bersatu Dukung Pasangan Berbakti di Pilkada Pamekasan
PAMEKASAN, MaduraPost – Suasana di Desa Bujur Timur, Kecamatan Batumarmar, Pamekasan, begitu hangat pada Rabu (18/9/2024) malam. Sejumlah tokoh masyarakat dan pemuda milenial berkumpul di rumah H. Zubairi untuk menyatakan dukungan mereka terhadap pasangan calon Muhammad Baqir Aminatullah-Taufadi, atau yang dikenal dengan nama “Pasangan Berbakti,” pada Pamekasan 2024. Muhammad, salah satu tokoh…
#Deklarasi dukungan#Desa Bujur timur#Dukungan Warga#generasi muda#kabupaten pamekasan#Kecamatan Batumarmar#Komitmen Pelayanan#Latar Belakang Pesantren#Masyarakat terdampak#Muhammad Baqir Aminatullah#Pamekasan Maju#Paslon Berbakti#Pemuda Milenial#Peran Pemuda#Perubahan Pamekasan#Pilkada Pamekasan 2024#Ra Bakir#Taufadi#tokoh masyarakat#Visi-Misi
0 notes
Text
Dalam menghadapi tantangan yang semakin kompleks di bidang pertanian dan pangan, peran pemuda terbukti sangat penting dalam memastikan kemandirian pangan. Melalui inovasi, kreativitas, kemampuan beradaptasi, dan semangat kewirausahaan, pemuda telah membuktikan potensi besar mereka dalam menciptakan perubahan positif dalam sektor pertanian. Pemuda memiliki akses yang luas terhadap teknologi dan informasi, yang memungkinkan mereka untuk memanfaatkan teknologi modern dalam mengoptimalkan produksi pertanian. Dengan semangat kewirausahaan yang kuat, mereka mampu mengembangkan usaha pertanian yang berkelanjutan dan beragam, mendukung kemandirian pangan masyarakat. Selain itu, pendidikan dan pembelajaran berkelanjutan memainkan peran sentral dalam mempersiapkan pemuda untuk menghadapi tantangan pertanian modern. Program pendidikan formal dan non-formal memberikan wawasan dan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi tenaga kerja yang kompeten dan inovatif dalam pertanian. Pemuda juga dapat menjadi agen perubahan melalui aktivisme, kolaborasi, dan partisipasi dalam forum internasional. Melalui suara mereka, mereka dapat mempengaruhi kebijakan dan praktik pertanian yang lebih berkelanjutan, serta mendorong perubahan positif dalam skala yang lebih besar. Oleh karena itu, kita menegaskan kembali pentingnya peran pemuda dalam memastikan kemandirian pangan. Kita mengajak pemuda untuk terus berkontribusi dalam pertanian berkelanjutan dan kemandirian pangan, serta terus berinovasi dan berkolaborasi untuk menciptakan masa depan pertanian yang lebih berkelanjutan, produktif, dan inklusif. Dengan semangat dan usaha mereka, pemuda dapat menjadi pionir dalam menjaga ketahanan pangan global dan menciptakan dunia yang lebih baik.
#petani muda#petani milenial#Peran Penting Pertanian dalam Pangan#Generasi Pemuda dan Potensinya dalam Pertanian#Kontribusi Pemuda dalam Kemandirian Pangan#Pendidikan dan Pembelajaran Berkelanjutan#Pemuda sebagai Agen Perubahan Pertanian
0 notes
Text
Semakin kesini, semakin melihat; bahwa masalah di luar sana adalah masalah yang begitu kompleks.
Mulai dari anak muda yang banyak dan dengan berbangga-bangga meninggalkan syari'at, menanggalkan ilmu, mengagungkan pemikiran kekinian dari barat, juga menyepelekkan waktu. Buku dianggap kuno, ketidaktahuan menjadi tameng untuk berlindung, yang sebenarnya mereka bukan tidak tahu, tapi tidak mau tahu.
Mulanya dari segi pengasuhan terhadap anak, banyak ibu yang melupakan perannya. Merasa perlu bersaing dengan kaum laki laki, merasa tidak cukup, maka perlu meninggalkan rumah untuk merasa tercukupkan. Anak ditelantarkan, ilmu tidak diajarkan, tumbuh kembang dan kasih sayang terlupakan. Padahal sebenarnya rumah adalah singgasana jihad terbaik untuknya.
Keteladanan kepada orangtua akhirnya turun, merasa tidak iba, meninggalkan bakti dan santun diri. Yang bermula pada kurangnya peran dari kedua orangtuanya, anak generasi saat ini tumbuh subur dengan demoraslisasi, kesenangan sesaat menjadi aksi, tanpa memikirkan akhirat dan hidup setelah mati.
Mau dibawa kemana? Padahal fitrah sudah tertulis, peran sudah terlukis, apakah akan meninggalkan fakta dengan hanya menangis? Urgensi peran menjadi kunci setelah ilmu.
Maka, sibukkan diri dengan ilmu dan perbaikan. Lakukan aksi, minimal apabila tidak sanggup, lakukan sesuai apa yang telah dicontohkan oleh Nabi. Dari ilmu, lalu pengamalan diri, yang nantinya akan memberikan contoh. Barangkali memang tidak seberapa aksi, tapi ini baru permulaan. Lanjut dengan memberikan sumbangsih, untuk terus berdiskusi dengan khayalak muda mudi, bahwa sejatinya kitalah pemegang kebaikan untuk generasi setelah ini.
Maka, sibukkan diri dengan kiprah yang pasti. Konsep dakwah profesi. Sebagai seorang dokter, mampu menggabungkan ilmu kedokteran dengan ilmu surgawi. Bahwa, sejatinya, semua itu adalah samudra ilmu Allah, yang wajib diselami dengan niat dan kokoh motivasi. Memberikan pelayanan terbaik, dengan niat memperbaiki baik dari segi kesehatan maupun kemakmuran juga modal untuk kebaikan generasi. Generasi yang sehat dari segi dzahir dan batin. Kebaikan demi kebaikan terwujud untuk ummat madani. Dengan ridha juga ilmu Allah, semoga hal itu dapat terwujud.
Pelajari ilmu dengan niat juga prinsip yang kokoh. Bahwa, suatu saat, saat gelar dokter mengawali nama, maka kewajibanmu adalah implementasi ilmu, bukan lagi anak koass yang banyak salah juga berlindung di belakang punggung konsulen. Engkau yang dianugerahi Allah kesempatan untuk berilmu kedokteran juga mengilmui ilmu-ilmu agama, maka gunakanlah kesempatan saat ini dengan baik. Lewat perantara kebaikan Allah, tangan-tangan mu itu yang mampu menenangkan pasienmu, membantu pasienmu, memberikan pasienmu pelayanan juga nasehat-nasehat terbaik, agar mereka pulang dengan senyum merekah, dan mengucap, "Terima kasih banyak dokter". Walaupun kata kata itu sebenarnya perlu untuk diluruskan, diteruskan, bahwa sejatinya itu adalah pujian dan ucapan untuk mengucap keagungan kepada Sang Pemberi Petujuk, "Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam".
Semoga bisa terfokus dengan apa yang menjadi tujuan, apa yang sedang diperjuangkan, juga apa yang menjadi cita-cita. Selagi, Allah berikan anugerah kesempatan, lalu untuk apa menggalaukan hati, berperisangka, merasa sendiri, yang padahal Allah sudah menuliskan nama untuk bersanding di Lauhul Mahfuz. Nama untuk saling mengikat mistaqan galidzha yang mengetuk langit. Yang sudah tertulis, sudah tertakar, juga sudah tersimpan.
Maka, berikanlah hamba Mu ini hati yang tenang yaAllah, hati yang mudah menerima, dan hati yang mengikhlaskan sedalam dan seluas samudra. Dan titik kepasrahan menjadk titik akhir.
15 notes
·
View notes
Text
Duabelas
Umurnya masih muda, banyak cita-cita tinggi yang belum tercapai, tapi mereka memilih mengembangkan cinta dini itu atas dasar fitrah manusia.
Sosok pria dan wanita masih berstatus putih abu-abu, merayakan hari lahirnya pria dengan memberikan hadiah sebagai bentuk kenangan dan tanda bahwa dia adalah miliknya.
Romantis sekali. Tapi dia lupa bahwa itu adalah jebakan.
_______
Banyak pikiran tentang manusia-manusia yang memilih berjalan pada manisnya larangan dan menepiskan teguran.
Bagaimana tidak, mereka adalah harapan pada gersangnya akhlak diatas muka bumi, mereka adalah generasi emas yang harusnya memiliki cita-cita mulia dan mereka adalah manusia yang dinanti-nantikan menjadi warna pada kegelapan.
_______
Sebenarnya fitrah untuk mencintai dan dicintai adalah mutlak, hanya saja untuk saat ini peran itu belum diamanahkan kepadamu.
Kamu akan mendapat giliran, biarlah Pencipta yang memberikan takdir itu pada waktu yang tepat.
Kenapa tidak sekarang?, karena belajar mu belum cukup, mencintai Pencipta masih kurang, hubungan dengan manusia di bumi belum lancar, jadi jalankan saja tugasmu yakni belajar menjadi lebih baik dari kemaren, itu lebih dari cukup.
_______
Selamat berbahagia, atas usahamu yang masih memegang teguh Perintah Pencipta, aku bangga✨
14 notes
·
View notes
Text
Peran pendidikan agama islam dalam membentuk masyarakat yang peduli sosial dan lingkungan
Saya Sudarminso Mahasiswa uin raden fatah Palembang memenuhi tugas mata kuliah Bahasa indonesia dosen pengampuh Ibu Istiqomah M. Pd
Pendidikan Agama Islam (PAI) memiliki peran yang sangat fundamental dalam pembentukan karakter individu dan masyarakat. Tidak hanya berfungsi sebagai sarana untuk mentransmisikan ajaran agama, PAI juga dapat menjadi agen perubahan sosial yang menanamkan nilai-nilai kemanusiaan, kepedulian terhadap sesama,serta penghargaan terhadap alam sebagai amanah dari Tuhan. Islam sendiri mengajarkan prinsip keseimbangan antara hubungan manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan lingkungan hidup, yang dikenal sebagai konsep tasfiyah (penyucian diri) dan tazkiyah (penyucian jiwa).Salah satu tantangan besar di dunia modern adalah meningkatnya kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh perilaku konsumtif dan tidak bertanggung jawab. Dalam hal ini, pendidikan agama Islam memiliki potensi besar untuk membentuk masyarakat yang lebih peduli terhadap masalah sosial dan lingkungan. Nilai-nilai sosial seperti keadilan, empati, tolong-menolong, serta kewajiban menjaga alam merupakan ajaran yang sangat penting dalam Islam, yang dapat dijadikan dasar untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik. Namun, untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan agama Islam perlu diintegrasikan dengan nilai-nilai sosial dan lingkungan yang relevan dengan kondisi saat ini. Pendidikan agama Islam yang hanya terfokus pada aspek ritualistik dan doktrinal saja, tanpa memperhatikan pengembangan karakter sosial dan kepedulian terhadap lingkungan, tentu tidak akan memberikan dampak yang maksimal. Oleh karena itu, esai ini bertujuan untuk menggali lebih dalam bagaimana peran pendidikan agama Islam dalam membentuk masyarakat yang peduli sosial dan lingkungan, serta bagaimana ajaran Islam dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menciptakan perubahan positif. Islam mengajarkan tentang Kepedulian sosial secara jelas mengajarkan nilai-nilai sosial yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Konsep ukhuwah (persaudaraan) yang diajarkan dalam Al-Qur'an dan Hadis menekankan pentingnya menjaga solidaritas sosial, saling membantu, dan menanggulangi kemiskinan serta ketidakadilan. Dalam Surah Al-Baqarah (2:177), Allah SWT menyebutkan bahwa kebaikan adalah bukan hanya dalam hal ibadah ritual, tetapi juga dalam berbuat baik kepada sesama, seperti memberi makan orang miskin, menolong yang membutuhkan, dan menegakkan keadilan. Oleh karena itu, pendidikan agama Islam memiliki kewajiban untuk mengajarkan nilai-nilai ini kepada generasi muda agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang peka terhadap penderitaan sosial dan siap berkontribusi pada masyarakat. Ajaran tentang lingkungan hidap dalam Islam, hubungan manusia dengan alam sangat dijaga. Al-Qur'an mengajarkan bahwa bumi dan segala isinya adalah amanah dari Tuhan yang harus dijaga kelestariannya. Dalam Surah Al-Baqarah (2:164), Allah menyebutkan bahwa segala yang ada di bumi merupakan tanda kebesaran-Nya yang harus dimanfaatkan dengan bijak dan tidak merusak.
Selain itu, dalam banyak hadis, Rasulullah SAW mengingatkan umat Islam untuk menjaga kelestarian alam, seperti tidak menebang pohon sembarangan, tidak mencemari air, serta tidak berlebihan dalam penggunaan sumber daya alam. Pendidikan agama Islam yang menekankan nilai-nilai ini dapat membentuk individu yang peduli terhadap lingkungan dan berkomitmen untuk menjaga kelestarian alam. Peran Pendidikan Agama Islam dalam Mewujudkan Masyarakat yang Peduli Sosial dan Lingkungan,Pendidikan agama Islam harus mampu mengintegrasikan ajaran agama dengan isu-isu sosial dan lingkungan yang sedang berkembang. Kurikulum Pendidikan Agama Islam yang relevan dengan tantangan zaman dapat mengajarkan siswa tentang pentingnya kepedulian terhadap sesama dan lingkungan. Guru-guru PAI dapat membimbing siswa untuk memahami bahwa kewajiban sosial dan kewajiban menjaga alam adalah bagian dari pengamalan agama yang sahih. Melalui pengajaran yang berbasis pada nilai-nilai ajaran Islam yang universal, siswa akan terbiasa dengan konsep keadilan sosial, empati terhadap sesama, serta rasa tanggung jawab terhadap bumi,Sebagai contoh, dalam konteks pendidikan lingkungan hidup. sekolah dapat mengadakan program-program yang melibatkan siswa dalam kegiatan sosial dan lingkungan, seperti kegiatan menanam pohon, pengumpulan sampah, dan bakti sosial untuk membantu orang yang membutuhkan. Kegiatan ini tidak hanya mengajarkan siswa tentang pentingnya menjaga alam dan membantu sesama, tetapi juga memberikan pengalaman langsung tentang bagaimana nilai-nilai Islam diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan Agama Islam memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk masyarakat yang peduli sosial dan lingkungan. Dengan mengajarkan nilai-nilai sosial dan peduli terhadap lingkungan yang diajarkan dalam Al-Qur'an dan Hadis, pendidikan agama Islam dapat membentuk individu yang tidak hanya taat beribadah, tetapi juga memiliki empati terhadap sesama dan bertanggung jawab terhadap kelestarian alam. Oleh karena itu, pendidikan agama Islam harus dikembangkan agar dapat mengatasi tantangan sosial dan lingkungan yang ada, serta menjadikan masyarakat yang lebih baik dan lebih peduli terhadap sesama dan alam sekitar.
Referensi
Al-Qur'an dan Hadis – Ayat-ayat dan hadis-hadis tentang kepedulian sosial dan lingkungan hidup, seperti Surah Al-Baqarah (2:177), Surah Al-Baqarah (2:164), dan berbagai hadis Rasulullah SAW mengenai perlindungan alam dan kewajiban sosial. Muhaimin, A. (2016). Pendidikan Agama Islam dalam Membangun Karakter Bangsa. Jakarta: Kencana. Hasan, M. (2019). Islam dan Lingkungan Hidup: Perspektif Agama dalam Konservasi Alam. Jakarta: Rajawali Pers. Nawawi, A. (2018). Pendidikan Agama Islam dan Tantangan Sosial Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azra, A. (2013). Pendidikan Agama Islam di Indonesia: Sejarah, Konsep, dan Isu Kontemporer. Jakarta: Prenadamedia Group.
Dengan adanya panduan yang jelas dari ajaran Islam dan pelaksanaan pendidikan yang efektif, kita dapat berharap bahwa masyarakat akan semakin sadar dan peduli terhadap pentingnya menjaga keseimbangan sosial dan lingkungan.
2 notes
·
View notes
Text
Peran Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Generasi Muda yang Moderat
Saya Muhammad Naufal mahasiswa UIN RADEN FATAH PALEMBANG memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia dosen pengampuh ibu Istiqomah M.Pd
Di era kuatnya arus globalisasi, informasi, dan teknologi sangat mudah bagi kita untuk mendapatkan informasi-informasi baru yang akurat, ter-update dan juga akurat. Akan tetapi, dibalik kemudahan dalam memperoleh informasi tersebut terdapat bahaya negatif yang dapat menerpa generasi muda Islam yaitu maraknya penyebaran budaya-budaya asing yang dapat merusak pemikiran umat Islam khususnya di kalangan anak muda. Budaya asing memang tak selamanya buruk, namun dari budaya asinglah banyak masuk pemikiran-pemikiran ekstrim yang tidak sejalan dengan ajaran agama Islam, seperti Radikalisme, Ateisme, dan Ekstremisme.
Disinilah Pendidikan Agama Islam berperan dalam mendidik generasi muda agar tetap menjadi insan yang berjiwa moderat ditengah-tengah perang ideologi yang terjadi saat ini, terutama dalam membentuk sikap moderat yang dapat membawa kedamaian, toleransi, dan dapat merangkul keberagaman dalam budaya dan kehidupan sosial. Sebagaimana yang kita ketahui Indonesia adalah negara multikultural, pendidikan agama Islam yang moderat dapat menjadi solusi dan kunci untuk menumbuhkan sikap saling menghargai dan hidup berdampingan dalam keberagaman baik itu dalam budaya, bahasa, ras, suku dan juga agama.
Peran Pendidikan Agama Islam bukan hanya untuk sekedar ibadat dan muamalat, akan tetapi Islam itu dapat dilihat dari cara kita menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan usaha yang maksimal dalam pendidikan generasi muda agar menjadi seorang muslim yang moderat, berpikiran maju dan tidak terpaku dengan pemikiran barat, dan juga seimbang antara dunia dan akhiratnya. Sebagaimana yang tercantum dalam surah Al-Baqarah (2) ayat ke 143 yang artinya “Dan demikian pula kami telah menjadikan kamu (umat Islam) “umat pertengahan” agar kamu bisa menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.” (Q.S. Al-Baqarah;143).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata Moderat berasal dari kata “Moderasi” yang berarti penghindaran kekerasan atau penghindaran keekstreman atau dapat juga diartikan selalu menghindari perilaku atau pengungkapan yang ekstrem, dan cenderung ke arah jalan tengah. Kata ini diambil dari bahasa latin Moderatio yang berarti kesedangan, atau penguasaan diri. Dalam Islam sendiri, Moderat diartikan sebagai titik tengah yang berada dalam rentangan sisi ekstrem kiri dan kanan. Sisi kiri memahami Islam secara ekstrem dan kanan memahami Islam dalam konteks yang sangat lentur, berfokus pada sikap toleransi, keterbukaan, serta pemahaman yang seimbang terhadap ajaran Islam, tanpa mengabaikan prinsip-prinsip dasar agama. Islam Moderat mengutamakan pemahaman yang kontekstual, menghargai perbedaan, dan menekankan pentingnya perdamaian serta kerukunan dalam kehidupan bermasyarakat.
Pendidikan Agama Islam mengajarkan pemahaman Islam yang holistik, bukan hanya sebatas ritual atau hukum agama. Generasi muda perlu diajarkan tentang pesan universal Islam yang mendorong perdamaian, keadilan, dan toleransi antar umat beragama. seperti, dalam mengajarkan prinsip rahmatan lil-‘alamin (rahmat bagi seluruh alam), PAI dapat memperkenalkan ajaran Islam yang menekankan pentingnya kasih sayang, menghormati sesama, dan berbuat baik terhadap lingkungan. Moderasi beragama dalam konteks Islam mengacu pada sikap pertengahan antara ekstremisme dan kemunduran dalam beragama. PAI dapat menanamkan konsep wasathiyah (keseimbangan) yang mengajarkan umat Islam untuk tidak bersikap ghuluw dalam menjalankan agama, namun juga tidak meremehkan ajaran agama (tajfif). Dalam hal ini, PAI bisa menekankan pentingnya bersikap adil, tidak fanatik, dan menghindari radikalisasi.
Pendidikan Agama Islam yang moderat mengajarkan untuk menghargai perbedaan, baik itu perbedaan agama, budaya, maupun pandangan. PAI dapat mengajarkan kisah-kisah nabi yang menunjukkan sikap toleransi terhadap kelompok lain, seperti bagaimana nabi Muhammad SAW menjalin hubungan baik dengan orang-orang non-muslim di Madinah, termasuk dalam hal berbagai ruang publik dan menjaga perdamaian antar kelompok. Untuk mengedepankan generasi muda yang moderat, PAI juga harus mengedepankan pentingnya dialog antar agama. Melalui dialog ini, generasi muda diajarkan untuk memahami dan menghargai perbedaan budaya dan agama. Pendidikan Agama yang mengedepankan dialog bisa menciptakan sikap saling menghormati dan mengurangi potensi konflik yang berasal dari kesalahpahaman antar umat beragama. PAI harus mendorong agar generasi muda berpikir kritis dan tidak menerima begitu saja ajaran yang bisa menyesatkan. Dengan memberikan pengetahuan yang mendalam tentang tafsir dan fiqh yang sahih serta sejarah Islam yang penuh keberagaman, anak muda diajak untuk tidak mudah terpengaruh oleh ideologi ekstrem. PAI perlu membimbing generasi muda untuk memahami konteks ajaran Islam yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang moderat. Di era digital ini, pemanfaatan teknologi dapat memperkaya pembelajaran PAI. PAI bisa menggunakan media sosial, website, dan platform pembelajaran online untuk menyebarkan informasi yang benar tentang moderasi beragama, menghindari informasi yang bias atau ekstrem, dan memfasilitasi diskusi yang konstruktif di kalangan pelajar. Teknologi juga bisa menjadi alat untuk memperkenalkan konsep toleransi dan kesatuan dalam keberagaman melalui video, podcast, atau diskusi daring dengan narasumber yang berkompeten. PAI tidak hanya mengajarkan teori, tetapi juga memberikan ruang bagi siswa untuk mengalami langsung ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, melalui kegiatan sosial, seperti membantu sesama tanpa memandang agama atau etnis, atau menjalankan ibadah dengan penuh kesadaran dan niat yang baik. Pengalaman-pengalaman ini dapat membentuk generasi muda yang lebih empatik, inklusif, dan moderat.
Pendidikan Agama Islam juga harus seiring dengan penguatan pendidikan karakter yang menekankan pada akhlak mulia, seperti kejujuran, kerja sama, menghargai perbedaan, dan berempati. Generasi muda yang dibentuk dengan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai agama akan lebih mudah menerima perbedaan dan menjalani kehidupan dengan sikap yang moderat dan penuh toleransi. Dalam hal ini PAI juga berperan penting dalam memberikan pemahaman tentang bahaya radikalisasi yang bisa merusak tatanan sosial. Melalui kajian-kajian tentang agama yang sesat dan ekstrem, generasi muda diingatkan tentang pentingnya menjaga keberagaman dan tidak mudah terpengaruh oleh ideologi yang mengarah pada kekerasan dan intoleransi. Pendidikan Agama Islam dalam konteks kebangsaan juga penting untuk menciptakan generasi yang menghargai ideologi negara, seperti Pancasila di Indonesia. Dalam hal ini, PAI dapat mengajarkan bahwa Islam mengajarkan untuk mencintai tanah air, menghormati konstitusi, dan menjaga persatuan di tengah keberagaman, sehingga generasi muda dapat berperan aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara secara moderat.
Konsep Islam wasathiyyah sangat penting untuk masuk dan menjadi bagian dari mata pelajaran keislaman di lingkungan satuan pendidikan Islam. Sebagaimana hasil studi dari Masnur Alam, bahwa melalui penerapan konsep pendidikan Islam wasathiyyah masyarakat Muslim dapat meningkatkan wawasan dan kesadaran tentang pentingnya nilai-nilai Islam yang humanis. Misalnya, bagaimana memaknai konsep jihad sebagai kerja keras untuk meningkatkan kesejahteraan, menerima pluralisme, inklusivitas, toleransi dan tindakan yang rasional. Jihad bukan lagi dipandang seabgai “perang”, tetapi lebih sebuah upaya sungguh-sungguh atau bekerja keras dalam menghidupi keluarga, dan berjuang dengan sungguh-sungguh untuk memperbaiki masyarakat. Menjadikan diri inklusif, menerima agama lain, tidak merendahkan kelompok lain, transformasi, kepercayaan, rasa hormat, cinta, serta penerimaan dan penghargaan terhadap pluralisme.
Agar konsep Islam wasathiyyah/moderat ini tidak berhenti pada level wacana, maka menurut Mohammad Ahyan Yusuf Sya’bani, diperlukan upaya pembudayaan dengan menginternalisasikan nilai-nilai Islam moderat di lingkungan pendidikan. Prinsip-prinsip hidup toleran, adil, anti kekerasan,, inklusif, egaliter, mengedepankan proses dialog dalam menyikapi setiap permasalahan menjadi sangat penting untuk ditanamkan kepada peserta didik. Salah satu caranya adalah dengan melakukan pembiasaan. Mengingat peserta praktikum pembelajaran di dalam kelas tidak selamanya mampu memberikan pengalaman multikulturalisme yang komprehensif kepada peserta didik.
Jadi kesimpulannya Pendidikan Agama Islam sangat penting bagi generasi muda Islam, karna dengan Pendidikan Agama Islam akan menjadi landasan atau pondasi bagi keimanan generasi muda agar dapat membentengi diri dari paham-paham yang menyimpang dan juga sikap-sikap yang tidak terpuji seperti intoleran, radikalisme dan ekstremesme, mengingat negara Indonesia adalah negara yang multikultural, kita menjunjung tinggi sikap toleran, respek terhadap golongan lain. Dan juga agar generasi penerus di Indonesia menjadi muslim yang moderat.
Referensi
Al-Qur’an, surah Al-Baqarah (2:143)
Huda, M. (2021). Peran Pendidikan Agama Islam dalam Membangun Karakter Moderat pada Generasi Muda. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 6(1), 78-92.
Nugroho, Y. (2019). Implementasi Moderasi Beragama dalam Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah. Jurnal Pendidikan Islam dan Multikulturalisme, 7(3), 210-225.
Rahman, M. (2023). Integrasi Moderasi Beragama dalam Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Indonesia. Journal of Islamic Studies and Education, 8(4), 301-315.
Suryani, D. (2022). Pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap Pembentukan Sikap Moderat di Kalangan Remaja. Jurnal Penelitian Pendidikan Agama, 14(2), 145-160.
Azzam, A. (2020). Moderasi Beragama dalam Pendidikan Agama Islam: Strategi dan Implementasi di Indonesia. Jurnal Pendidikan Islam, 9(2), 123-145.
Masnur Alam. “A Collaborative Action in the Implementation of Moderate Islamic Education to Counter Radicalism,” international Journal of innovation, Creativity and Change 11, no. 7 (2020): 497-516.
Mohammad Ahyan Yusuf Sya’bani,”Culture of Religious Moderation Through the Actualization of Islamic Education Wasathiyyah to Improve Religious Reconnection and Tolerance in Indonesia” in international Seminar on Health, Social and Humanities (Atlantis Press, 2020), 528-536.
2 notes
·
View notes
Text
"Peran pendidikan agama islam dalam menangkal radikalisme di kalangan generasi muda”
Radikalisme merupakan ancaman nyata yang semakin berkembang di era globalisasi, terutama di kalangan generasi muda. Ideologi radikal, yang sering kali bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan ajaran agama Islam yang rahmatan lil 'alamin (rahmat bagi seluruh alam), menyasar generasi muda melalui berbagai cara, termasuk media sosial dan forum-forum diskusi daring. Pendidikan agama Islam memiliki peran strategis dalam menangkal radikalisme, dengan mengajarkan nilai-nilai moderasi (wasathiyyah), toleransi, dan kasih sayang yang diajarkan dalam Al-Qur'an dan sunnah Nabi Muhammad SAW.
Artikel ini akan membahas peran pendidikan agama Islam dalam menangkal radikalisme di kalangan generasi muda, meliputi pendekatan kurikulum, metode pembelajaran, dan strategi yang dapat diterapkan dalam lingkungan pendidikan formal maupun nonformal. Radikalisme dapat diartikan sebagai paham atau ideologi yang menginginkan perubahan mendasar secara cepat dan sering kali menggunakan cara-cara ekstrem untuk mencapai tujuan. Dalam konteks agama, radikalisme sering kali ditandai oleh sikap intoleransi, eksklusivisme, dan penggunaan kekerasan untuk memaksakan pandangan Radikalisme tidak hanya mengancam individu tetapi juga masyarakat secara keseluruhan. Dampaknya meliputi:
Isolasi Sosial: Orang yang terpengaruh radikalisme sering kali memisahkan diri dari masyarakat umum.
Konflik Antar-Komunitas: Radikalisme dapat memicu konflik horizontal, terutama di masyarakat yang beragam seperti Indonesia.
Ancaman Terhadap Keamanan Nasional: Dalam kasus ekstrem, radikalisme dapat mengarah pada terorisme.
Konsep Wasathiyyah (Moderasi) Islam mengajarkan konsep moderasi, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an:"Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan..." (QS. Al-Baqarah: 143).Konsep ini menekankan keseimbangan dalam beragama, menjauhkan umat dari sikap berlebihan (ghuluw) dan ekstremisme. Pendidikan agama Islam dapat menangkal radikalisme melalui penanaman nilai-nilai berikut:Tauhid: Pemahaman tauhid yang benar membantu siswa memahami bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan kasih sayang dan keadilan.Akhlak Karimah: Mengajarkan akhlak yang baik, seperti toleransi, penghormatan terhadap perbedaan, dan empati terhadap sesama.Persaudaraan (Ukhuwah Islamiyah, Wathaniyah, dan Basyariyah): Pendidikan Islam menanamkan persaudaraan antarumat manusia, tanpa membedakan suku, bangsa, atau agama.Kurikulum pendidikan agama Islam di sekolah dan perguruan tinggi harus dirancang untuk menangkal radikalisme dengan memasukkan: Kajian Sejarah Islam: Menampilkan tokoh-tokoh Islam yang mempromosikan perdamaian dan toleransi.Studi Kasus Radikalisme: Mengajak siswa untuk menganalisis penyebab dan dampak radikalisme serta bagaimana Islam mencegahnya.Pendidikan Multikultural: Menekankan pentingnya menghargai keberagaman sebagai bagian dari ajaran Islam. 1. Metode Pembelajaran Dialog dan Diskusi: Mendorong siswa untuk berdialog tentang isu-isu kontemporer, seperti radikalisme, dalam lingkungan yang terbuka dan aman.Pendekatan Kontekstual: Mengaitkan nilai-nilai Islam dengan realitas kehidupan sehari-hari agar siswa lebih mudah memahami relevansinya.Penggunaan Teknologi: Memanfaatkan media digital untuk menyebarkan konten pendidikan yang moderat, seperti video, podcast, dan e-learning.2. Pelatihan Guru,Guru agama perlu diberikan pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang Islam yang moderat dan cara menyampaikannya kepada siswa. Guru juga harus menjadi teladan dalam perilaku dan sikap.3. Kegiatan Ekstrakurikuler Kegiatan seperti diskusi lintas agama, seminar tentang bahaya radikalisme, dan pelatihan kepemimpinan dapat membantu memperkuat pemahaman siswa tentang Islam yang damai dan inklusif. Peran Keluarga dan Masyarakat Keluarga Keluarga adalah lingkungan pendidikan pertama bagi anak. Orang tua harus memberikan teladan yang baik dalam beragama dan aktif mendampingi anak dalam memahami ajaran Islam. Selain itu, komunikasi yang baik antara orang tua dan anak dapat mencegah anak terpapar ideologi radikal.Masyarakat Tokoh agama dan organisasi masyarakat memiliki peran penting dalam menangkal radikalisme. Mereka dapat menyelenggarakan kegiatan seperti pengajian, seminar, atau kampanye publik yang menekankan pentingnya nilai-nilai moderasi dalam Islam.
Beberapa tantangan dalam upaya menangkal radikalisme melalui pendidikan agama Islam antara lain: Minimnya Pemahaman Agama: Masih banyak guru atau pendidik yang belum memiliki pemahaman yang memadai tentang Islam moderat. Akses Informasi yang Tidak Terkontrol: Generasi muda sering kali terpapar informasi radikal melalui media sosial tanpa bimbingan. Kurangnya Dukungan dari Lingkungan Sosial: Lingkungan yang kurang mendukung dapat menghambat upaya pendidikan agama dalam menangkal radikalisme.
Rekomendasi untuk Meningkatkan Efektivitas Revitalisasi Kurikulum Pemerintah perlu merevisi kurikulum pendidikan agama Islam agar lebih relevan dengan tantangan kontemporer, seperti isu radikalisme.Penguatan Peran Guru,Guru agama perlu dilatih secara intensif untuk memahami dan mengajarkan Islam moderat.Kampanye Digital Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk memproduksi konten digital yang mempromosikan Islam sebagai agama yang damai dan moderat.Kolaborasi Antar lembaga Kerja sama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat harus diperkuat untuk menciptakan lingkungan yang mendukung nilai-nilai moderasi.
Pendidikan agama Islam memiliki peran yang sangat penting dalam menangkal radikalisme di kalangan generasi muda. Dengan mengajarkan nilai-nilai moderasi, toleransi, dan kasih sayang, pendidikan agama dapat menjadi benteng yang kuat melindungi generasi muda dari pengaruh ideologi radikal. Melalui pendekatan kurikulum yang tepat, pelatihan guru, dan kerjasama antara berbagai pihak, pendidikan agama Islam dapat membantu menciptakan generasi yang tidak hanya religius, tetapi juga toleran, inklusif, dan berkontribusi bagi perdamaian dunia.
Referensi:
Amin, A. (2017). Islam Moderat dan Tantangan Radikalisme di Era Globalisasi. Yogyakarta: LKiS.
Departemen Agama RI. (2020). Panduan Pendidikan Agama Islam dan Moderasi Beragama. Jakarta: Kemenag RI.
Wahid, A. (2018). Islam sebagai Rahmatan lil 'Alamin. Jakarta: PT Gramedia.
Hidayat, N. (2021). “Peran Pendidikan dalam Menangkal Radikalisme.” Jurnal Pendidikan Islam, 15(2), 23-34.
Yusuf, M. (2019). Strategi Pendidikan Islam dalam Menghadapi Radikalisme. Bandung: Alfabeta.
2 notes
·
View notes
Text
Pj Bupati Bengkulu Tengah Pimpin Upacara Hari Kesaktian Pancasila 2024: Meneguhkan Komitmen Menuju Indonesia Emas
Pj Bupati Bengkulu Tengah Pimpin Upacara Hari Kesaktian Pancasila 2024: Meneguhkan Komitmen Menuju Indonesia Emas KANTOR-BERITA.COM, BENGKULU TENGAH|| Pemerintah Kabupaten Bengkulu Tengah, menggelar Upacara Peringatan Hari Kesaktian Pancasila pada Selasa pagi, 1 Oktober 2024, di halaman Kantor Bupati Bengkulu Tengah. Acara tersebut menjadi momen penting dalam memperingati kedudukan Pancasila…
#G30S PKI#Jasa Pahlawan Revolusi#Mengamalkan Pancasila#Pancasila sebagai Ideologi Bangsa#Peran Generasi Muda#Peringatan Hari Kesaktian Pancasila#Upacara Hari Kesaktian Pancasila#Bengkulu Tengah#Hari Kesaktian Pancasila#Heriyandi Roni#Indonesia Emas 2045#Pj. Bupati Bengkulu Tengah
0 notes
Text
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI ERA GLOBALISASI
Pendidikan agama islam dalam memasuki era globalisasi pendidikan khususnya Pendidikan agama islam dihadapkan dengan berbagai tantangan, baik di bidang politik , ekonomi , bahkan sosial budaya tantangan yang dihadapi oleh masyarakat sesungguhnya , secara tidak langsung menjadi tantangan pendidikan islam. Adapun tantangan yang dihadapi di era globalisasi ini yaitu pertama perkembangan mass alture yang disebabkan oleh pengaruh kemajuan media massa yang tidak lagi bersifat lokal, melainkan nasional bahkan global peran globalisasi mempunyai pengaruh yang besar dan kehidupan manusia dalam berbagai aspek kehidupan, baik itu ekonomi, politik, sosial, bahkan pendidikan dalam hal ini globalisasi telah mengubah aspek kehidupan khususnya kehidupan umat islam.
Perubahan ini tidak dapat dihindari akibat ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang hal ini menguggat kesadaran umat islam akan pentingnya Pendidikan islam dan penguasaan ilmu teknologi merupakan kewajiban bagi mereka. Pada masa -masa ini di era kemajuan yang disebut dengan globalisasi, sebenarnya Pendidikan agama islam memiliki peluang yang cukup dalam mengembangkan kualitas kinerjanya mengingat meningkatnya animo masyarakat terhadap islam.
Peningkatan animo masyarakat ini membuat kalangan orang tua khususnya kelas menengah muslim, semakin berusaha mendapatkan Pendidikan agama islam yang berkualitas bagi anak anak mereka di era globalisasi ini kemajuan industri telah menuntut masyarakat untuk memiliki kemampuan dalam meghadapi segala tantangan yang ada saat ini oleh karena itu Pendidikan diharapkan bisa berperan dan menepatkan dirinya sebagai Lembaga Pendidikan yang mempunyai kontribusi yang banyak dalam memperjuangkan eksistensi dalam dunia Pendidikan
Dampak ilmu pengetahuan dan teknologi juga berpengaruh terhadap globalisasi globalisasi juga telah menciptakkan dunia yang semakin terbuka dan saling ketergantungan antarnegara dan antar bangsa negara negara yang ada di dunia bukan saja semakin terbuka satu dengan yang lainnya tetapi juga ketergantungan satu sama lain karena saling ketergantungan satu sama lain dan saling keterbukaan ini jadi semua negara semakin terbuka terhadap pengaruh globalisasi dan globalisasi juga menyebabkan arus yang begitu cepat serta banyak dan beragam arus informasi Dan arus informasi tersebut tidak hanya berpengaruh terhadap pengetahuan tetapi juga terhadap nilai-nilai Pendidikan agama islam semakin berkembangnyya kebiasaan yang mengglobal dalam gaya hidup seperti pola berpakaian , kebiasaan makan , dan kegiatan rekreasi yang semakin seragam khususnya di kalangan kaum muda berimplikasi pada aspek sosial , ekonomi dan agama . sehingga terkadang nilai nilai agama ditinggalkan dianggap sepele dan ketinggalan sementara mereka yang mrngikuti trend di media sosial dianggap maju dan modern padahal mulai meninggalkan nilai-nilai agama dan moral dalam kehidupannya.
Adapun tantangan di dalam pendidikan agama islam di era globalisasi ini menghadapi berbagai tantangan . pertama , krisis moral ini diakibatkan oleh adanya acara acara di media elektronika dan media massa lainnya, menyuguhkan pergaulan bebas seks, bebas, konsumsi alkhohol dan narkotika, perselingkuhan seks bebas, konsumsi al-kohol, pornografi dan kekerasan, hal ini akan berakibat pada perbuatan negatif generasi muda seperti tawuran, pemerkosaan, hamil di luar nikah, penjambretan, pencopetan, penodongan pembunuhan, malas belajar dan tidak punya integritas dan krisis akhlak. Kedua krisis kepribadian dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menyugahkan kemudahan kenikmatan dan kemewahan akan menggoda kepribadian seseorang. Nilai kejujuran, kesederhanaan, kesopanan, kepedulian sosial akan terkikis. Untuk sangat dibutuhkan dalam bekal Pendidikan agama agar kelak dewasa tidak menjadi manusia dengn kepribadian rendah, melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme, melakukan kejahatan, merusak alam unutk kepentingan pribadi , menyerang kelompok yang tidak sepaham.
Dan juga globalisasi ini juga dipengaruhi informasi dan budaya asing sehingga kita bisa berpikiran negatif seperti sekularisme yaitu paham yang memisahkan nilai-nilai keagamaan dari nilai-nilai dan aspek aspeknya, liberalisme yaitu pendekatan yang lebih terbuka , kritis , dan konteksual terhadap ajaran agama dan menekankan kebebasan berpikir , toleransi radikalisme sikap ekstrem dan kaku yang menolak keberagaman serta cenderung memaksakan pemahaman agama tertentu dan juga Pendidikan agama islam ini penting untuk kita jangan sampai kita terbawa arus globalisasi di zaman sekarang seperti membentuk karakter kita yang mana kita memperbaiki akhlak kita dan jujur Amanah dan bertanggung jawab dan juga dalil yang ada di al qurran tentang Pendidikan agama islam di era globalisasi di surah mujadillah (58-11)
‘’allah akan meninggikan orang orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu berapa derajat’’
Di dalam Pendidikan agama islam ini globalisasi bisa merubah segalanya dimulai dengan dari segi aspek khususnya umat islam dan juga perubahan yang terjadi termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi hal ini jangan sampai kita berpengaruh dengan era globalisasi di zaman sekarang yang mana di era kemjuan tersebut apa yang bisa disebutkan sebagai globalisasi yang bisa memengaruhi kita dan juga kitab isa memanfaatkan atau kita pelajari dalam Pendidikan agama islam ini Adapun manfaatnya adalah kitab isa memplajari ilmu agama islam ini agar memberikan tuntunan dan ajaran yang di landaskan al-qurran dan hadist serta dapat mengenal yang mana baik dan mana yang buruk untuk diri kita dapat mendekatkan kepada allah swt membangun kebasaan berpikir ilmiah, dinamis, dan krisis terhadap persoalan-persoalan seputar pendidikan agama islam. Memberikan dasar berpikir inklusif terhadap ajaran islam dan terhadap perkembagan ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh intelektual di luar islam yang mana yang di dalam al-qurran surah al-baqarah ayat 2.
‘’kitab (al-qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamanya (ia merupakan) petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa’’
Yang maksudnya dalam era globalisasi, pendidikan agama islam menjadi petunjuk untuk menjaga identitas keislaman dari pengaruh budaya yang bertentangan dengan syariat. Adapun peran Pendidikan agama islam di era globalisasi yang pertama menjaga akhlak yang man di dalam pendidikan agama islam kita di ajari akhlak seperti kita sopan santun sama orang yang lebih tua dan yang terpenting dengan kedua orang tua kita kedua membantu dan mempertahankan nilai-nilai keislaman Pendidikan agama islam membantu peserta didik memahami dan mempertahankan nilai-nilai keislaman di tengah arus globalisasi ketiga mengembangkan nilai-nilai moral dan spiritual Pendidikan agama islam dapat membekali peserta didik dengan nilai nilai moral dan spiritual yang kuat ketiga membantu mempertahankan nilai-nilai keislaman pendidikan agama islam membantu atau memahami dan mempertahankan nilai-nilai keislaman di tengah arus globalisasi keempat mengajarkan memanfaatkan teknologi dengan bijak pendidikan agama islam dapat mengajarkan peserta didik untuk memanfaatkan teknologi dengan bijak dan memiliki filter terhadap hal hal negatif yang ada di dalamnnya agar tidak terperosok ke dalam jurang yang lebih dalam lebih siap lagi dalam menghadapi perkembangan di era globalisasi tidak semua perkembangan yang sekarang terjadi akan menimbulkan dampak yang baik bahkan terjadinya era globalisasi ini memberikan dampak ganda.
Dampak yang menguntungkan dan dampak yang merugikan, adapun dampak yang menguntungkan akses luas ke sumber keilmuan islam melalui teknologi, dakwah lebih mudah dan global lewat media sosial, pemblajaraan lebih inovatif dengan bantuan teknologi, dampak yang merugikan informasi agama sering tidak terfilter, memunculkan pemahaman yang salah, pengaruh budaya luar melemahkan nilai- nilai islam , berkurangnya interaksi langsung antara guru dan murid.
KESIMPULAN
Jadi dapat disimpulkan bahwasanya Pendidikan agama islam memiliki peran yang tidak tergantikan dalam membentuk karakter, moral, dan prespektif keislaman individu di tengah tentengan era globalisasi bahwasannya Pendidikan agami slam tidak hanya membekali individu dengan pemahaman mendalam terhadap nilai-nilai lokal dengan dinamika global, menciptakan jembatan yang meghubungkan tradisi dan kemajuan guru memegang peran kunci sebagai fasilitator model peran siswa melalui tantangan si era global ini, memastikan bahwa nilai-nilai agama tetap relavan dan memberikan panduan dalam menjawab pwerubahan sosial , teknologi ,dan ekonomi
Refrensi
Abdul khobir, “Pendidikan agama islam”, (2006), Jurnal Forum Tarbiyah, Vol 1 No.6.
Bramtyo Adi Ahmad Rahmadani Raden Fayyaz Rashad Prasetyo, “agama sosial dalam budaya”, (2006), Vol 1 No.6.
AL-QUR’AN SURAH MUJADILLAH AYAT (58-11).
AL-QUR’AN SURAH AL-BAQARAH AYAT 2.
Aan Gunawan jurnal penelitian ibnu Rasyid kotabumi.
2 notes
·
View notes
Text
Berlatih Menerapkan Ilmu Parenting pada Jiwa-Jiwa Gen Z, dalam kehidupan sehari-hari
Dunia parenting saat ini bingung bagaimana mendidik Generasi Z (1995-2010) yang unik dan cenderung berfikir instan. Gen Z adalah generasi yang terkenal dengan celetukannya menemukan istilah-istilah baru seperti FOMO (Fear of Missing Out), FOPO (Fear of Other's People Opinion), YOLO (You Only Live Once), dll. Hal ini dikarenakan kehidupan sehari-hari mereka tidak lepas dari adanya teknologi informasi dan media sosial. Adanya Artificial intelegence membuat mereka menjadi person yang tumbuh dengan banyak kemudahan untuk mencapai atau mendapatkan sesuatu.
Banyak studi mengatakan bahwa kemampuan ekspresi komunikasi Gen Z juga dangkal, seringkali terjadi mispersepsi, ketersinggungan dan memunculkan stigma sendiri.
Ditambah lagi, Gen Z juga sering kali mempunyai masalah dengan krisis identitas dan tekanan sosial. Mereka juga banyak yang harus berjuang dengan stress dan kesehatan mental. Jika mereka sedang ada masalah, maka mereka cenderung menyalahkan keluar/keadaan dikarenakan kurang adanya introspeksi diri.
Tak diragukan lagi, Anak Gen Z sangat suka bersosial media. Sosial Media adalah wadah bagi mereka untuk pengakuan akan eksistensi dirinya pada publik. Semakin banyak follower semakin dipuji-lah dia di dunia pertemanan. Dengan adanya sosial media ini, secara tidak langsung membuat Gen Z sulit mencerna esensi hidup. Mereka lebih suka sesuatu yang viral dan praktis dengan menegasikan hakikat kehidupan. Oleh karena itu, tak jarang kita lihat banyak selebgram/youtuber yang jauh berbeda kehidupan realitanya dari dunia maya.
Dengan fenomena tersebut maka Interaksi orang tua dengan anak Generasi Z sangat perlu kita perhatikan, demi terciptanya hubungan baik antara orang tua dan anak. Sebagai orang tua, kita perlu menjadi Best Friend yang baik untuk mereka. Dalam berinteraksi dengan mereka, Orang tua sangat disarankan untuk senantiasa menghargai ide-ide mereka, dapat ber-empati terhadap kesulitan-kesulitannya, serta selalu siap mendengarkan segala keluh kesahnya. Tak lupa kita juga harus menurunkan ego kita sebagai orang yang lebih tua yang sering kali merasa lebih tau/lebih benar karena lebih berpengalaman.
Peran kita sebagai orang tua bisa dapat kita lakukan dengan cara mendukung mereka secara emosional, berkomunikasi positif, selalu mendukung bukan merendahkan. Sebagai contoh: kadang anak berkeluh kesah tentang tugas kuliahnya yang banyak. Kita sebagai orang tua kadang secara natural akan mengatakan "Yo Jenenge Kuliah yo ngono rek, nek gak akeh tugas kapan pintere". Pada generasi Y atau X bahkan Baby Bloomer akan mungkin otomatis berfikir seperti itu. Karena kita terbiasa pada zaman muda, bahwa sesuatu yang kita inginkan harus dilalui dengan pengorbanan. Gen Z yang bisa kita katakan adalah generasi yang berfikir instan tidak akan dapat berfikir jauh seperti itu, karena kurangnya pengalaman dalam menghadapi persoalan. Mereka cenderung kurang mandiri dan berfikir central hanya tentang dirinya sendiri, serta kurang bisa melihat dari banyak perspektif.
---------- analog dengan hal tersebut -----------
Ilmu parenting pada Gen Z yang notabene masih berumur anak-anak/remaja ini bisa kita analogikan dengan Umur Jiwa Manusia. Klasifikasi Jiwa Manusia dapat ditentukan dari sudah berapa lama evolusi sang Jiwa menjadi Manusia.
Terdapat 4 klasifikasi Jiwa manusia:
Jiwa anak-anak
Jiwa remaja
Jiwa dewasa
Jiwa tua.
Pernahkah kita melihat seorang kawan atau tetangga yang sudah tua, tetapi sikap dan sifatnya masih seperti anak-anak? Atau pernahkah kita melihat seorang anak umur dibawah 12 tahun tetapi bijak dalam bersikap layaknya orang dewasa?
Semua pertanyaan itu bisa kita jawab jika kita meyakini adanya evolusi jiwa.
Jiwa anak-anak dan remaja pada orang-orang di sekeliling kita bisa kita lihat kesamaannya dengan sifat generasi Z. Kita sebagai manungsa, perlu mencermati bagaimana peran dan interaksi kita pada para jiwa Gen Z (jiwa anak² maupun remaja) , agar menciptakan hubungan dan komunikasi yang baik dengan mereka. Jangan sampai kita tersulut Ego jiwa dewasa/jiwa tua kita yang terkesan memberi nasehat yang cenderung menggurui. Seringkali hal ini akan memicu para jiwa anak-anak dan remaja akan menjadi sangat sebal, terjadi mispersepsi dan letupan emosi.
Oleh karena itu, kebijaksanaan para Jiwa-Jiwa yang telah dewasa/tua sangat diperlukan agar para Jiwa Gen Z dapat lebih tercerahkan. Sejatinya jiwa dewasa/tua sudah lebih paham bahwa jiwa manusia yang masih bersifat anak²/remaja adalah suatu sunatullah. Kita semua tak bisa lepas dari proses evolusi jiwa. Sehingga, perlu bagi kita untuk lebih berlatih menerapkan ilmu parenting pada Sekolah Bhumi agar jiwa kita menjadi semakin bertumbuh serta bijak dalam berperan dan berinteraksi dengan sesama manusia. Dengan harapan, jiwa kita semua segera dapat kembali pulang bersatu dengan sang Cahaya,
"Nyawiji marang Gusti ingkang Murbeng Dumadi"
Amin ya rabbal 'alamiin.
ASw
Sekolah Bhumi, 5 Oktober 2024
#sawiji#old soul#jiwa tua#generasi z#jiwa anak-anak#jiwa dewasa#jiwa remaja#interaksi orang tua#indonesia#filsafat kehidupan#sekolah bumi#filsafat hidup#learning
4 notes
·
View notes
Text
Pada momen hari Ibu ini, mari buat percakapan untuk diri di masa depan yang harapannya bisa dibaca ketika kelak Allah izinkan menjadi Ibu.
Aku tidak tau kapan Allah akan sampaikan ke momen itu. Yang kutau, dalam sejarah kehidupan yang telah dijalani, Allah selalu paling hebat dalam menyusun timeline hidup beserta berbagai kejadian didalamnya.
"Halo Anak Baik yang sedang bertumbuh menjadi Ibu Baik, bagaimana perasaanmu? Bagaimana hari harimu? Apakah nama putramu sesuai dengan nama yang telah kau siapkan? Apakah nama putrimu sesuai dengan nama yang sudah kau siapkan? Apakah suamimu semakin baik dari kali pertama bertemu? Apakah ikatan kalian semakin menguat dari waktu ke waktu?
Apakah ketakutan di masa muda yang kau pelihara, tentang kehamilan yang meletihkan, persalinan yang menyakitkan, pemberian ASI di tengah malam yang menyita waktu rehat, dan aktifitas harian Ibu rumah tangga yang nampak monoton itu masih ada? Ataukah ketakutan itu sudah sirna ketika Allah pertemukanmu dengan bayi kecil yang masih menyisakan pancaran sifat RahimNya Allah?
Kau tau, saat kau menuliskan refleksi ini di tahun 2023 ada sebuah tekad yang bersemayam dalam jiwa. Ada semangat yang berkobar dan belum dipadamkan oleh semburan realita. Tentang dirimu yang ingin menjadi Ibu terbaik bagi generasi yang telah Allah titipkan.
Tentang pembinaan bernafaskan nilai Quran, yang harapannya dengan bekal itu putra-putrimu bisa gagah menghadapi zaman dengan Iman yang kuat tertanam.
Tentang pengenalan para maestro tokoh heroik dalam kancah peradaban Islam yang diberikan sejak dini, dengan harapan dalam setiap tingkah laku mereka kelak akan bersandar pada sang teladan.
Tentang penuansaan yang hangat dan pemberian pemahaman yang baik bagi dunia dakwah yang digeluti agar kelak mereka hidup dalam kecintaan terhadap nafas pergerakan ini. Bukan malah merasa menjadi korban atau memilih tak peduli.
Juga tentang tekad untuk memprioritaskan keluarga atas urusan lainnya, karena semua peran di luar sejatinya bisa digantikan tapi kedudukan seorang ibu bagi anak dan seorang istri bagi suami adalah peran penting yang harus diprioritaskan.
Atau tentang penghargaan yang akan kau berikan untuk keragaman karakter dan potensi yang dimiliki oleh putra putrimu. Tentang jiwa pembelajar yang ingin selalu kau jaga agar tetap bisa menyesuaikan diri dengan zaman yang berlaku.
Lantas bagaimana keadaanmu saat ini, Anak Baik? Bilangan tahun ke depan yang akan kamu jalani, mari lakukan refleksi kembali.
Jika apa-apa yang telah tertuliskan ini menjadi nyata bersyukurlah banyak banyak pada Sang Maha Kuasa. Namun pabila apa-apa yang tertulis jauh dari realita, maka jangan pernah berputus asa. Karena selama kematian belum menjemput, masih ada peluang tuk wujudkan tekad dan cita-cita.
Untuk Ibrahim atau Zukhrufa yang nanti akan menjadi putra atau putri pertama Ibu dan Abi, mari kita sama-sama bertumbuh menjadi hamba yang senantiasa diridhai olehNya, Nak.
Tidak akan kalian selalu temukan hal-hal yang membuat hati senang, karena seringkali kesulitan atau hambatan itu yang membuat jiwa kita semakin matang. Namun satu yang harus diyakinkan, Allah Yang Maha Baik tak akan pernah meninggalkan kita sendirian, selama hati senantiasa tertaut dengan Iman.
Saat ini Ibu dan Abi sedang berkutat menuntaskan amanah pendidikan. Agar kelak bisa menapaki anak tangga selanjutnya agar kami terus berkembang. Antara kami saat ini terpisah jarak yang membentang dipagari awan dan lautan. Semoga Allah pertemukan keluarga kecil kita nanti di waktu terbaik dengan kehadiran kalian yang membuat pandangan mata kami tenang.
Kita belajar dan berjuang sama-sama untuk jadi keluarga yang mendatangkan keberkahan bagi sekitar ya, Nak. Sampai masanya nanti Ibu melepas kalian untuk melanjutkan kehidupan dewasa, semoga sudah kuat tertanam nilai-nilai kebaikan yang berlandaskan Iman dan Quran."
22 Desember 2023.
8 notes
·
View notes
Text
Dalam era pertanian modern, peran Petani Milenial menjadi semakin penting dalam menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang. Dengan inovasi dan kreativitas mereka, Petani Milenial telah membawa perubahan positif dan kemajuan ke sektor pertanian Indonesia. Petani muda memiliki potensi besar untuk menggerakkan industri pertanian dan meningkatkan kemandirian pangan di Indonesia. Dengan mengadopsi teknologi canggih dan praktik pertanian yang berkelanjutan, Petani Milenial membantu menciptakan peluang ekonomi dan pemberdayaan bagi masyarakat lokal. Memang ada beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh Petani Milenial, seperti akses ke modal, tanah, dan pasar. Namun, melalui kolaborasi yang baik dengan pihak terkait seperti pemerintah, industri, dan penelitian, solusi inovatif dapat ditemukan untuk mengatasi masalah ini. Secara keseluruhan, Petani Milenial memiliki masa depan yang cerah dalam mendorong transformasi digital, menjaga lingkungan, dan mempromosikan kemandirian pangan. Dengan dukungan dan dukungan yang tepat, mereka akan terus menggerakkan pertanian Indonesia ke depan.
#petani muda#petani milenial#Peran Petani Muda dalam Pertanian#Inovasi dan Teknologi dalam Pertanian#Inovasi dan Teknologi Tanaman#Inovasi dan Teknologi Pemeliharaan Tanaman#Inovasi dan Teknologi Pasca Panen#Keberlanjutan dan Lingkungan dalam Pertanian Modern#Pembaruan Generasi dalam Pertanian#Inovasi yang Menghasilkan Hasil Maksimal#Metode Pertanian yang Berkelanjutan#Meningkatkan Kemandirian Pangan#Petani Milenial dan Program Kemerdekaan Pangan#Peluang Ekonomi dan Pemberdayaan#Transformasi Digital dalam Pertanian#Memanfaatkan Big Data dan Analitik#Platform Digital untuk Pertanian#Penggunaan Drone dalam Pertanian#Kolaborasi antara Petani Milenial dan Pihak Terkait#Tantangan dan Solusi untuk Petani Milenial#Masa Depan Cerah Petani Milenial#Meningkatkan Produktivitas dan Efisiensi#Memperkuat Keberlanjutan Pertanian#Menjaga Kemandirian Pangan#Menemukan Peluang Ekonomi#Memperkuat Kolaborasi
0 notes
Text
Katak Hendak Jadi Lembu : Buya Hamka tentang Racun Pemusnah Bangsa
Di dalam salah satu karyanya yang masyhur, berjudul “Dari Hati Ke Hati” Buya Hamka memberikan pesan penting, khususnya kepada generasi muda untuk menjauhi gaya hidup mewah, sebagai racun pemusnah bangsa.
Gaya hidup mewah merupakan racun yang amat berbahaya yang dapat memusnahkan kekuatan suatu bangsa, sebab orang akhirnya ingin hidup melebihi kekuatannya. Fenomena ini seperti digambarkan sebuah pepatan “Katak hendak jadi lembu”.
Syahdan, menurut Buya Hamka, taktik penjajahan jiwa yang dilakukan oleh bangsa penjajah kepada sebuah negara yang baru saja merdeka ialah dengan membangkitkan keinginan untuk hidup mewah.
Hal ini tidak lain karena kemewahan hidup membuat cita-cita menjadi pudar, dimana selalu ada dorongan untuk melebihi kemewahan orang lain baik dalam membangun dan menghiasi rumah, kendaraan, gaya hidup dan kemewahan dalam hal “hiburan” seperti perjudian dan pelacuran dalam sekian makna.
Karena gaya hidup mewah tersebut juga, muncul kemudian praktik korupsi, penyelundupan, bahkan penjualan rahasia negara. Kesetiaan pada negara dan semangat patriot pun hilang, berganti dengan keinginan untuk memenuhi gaya hidup mewah tadi.
Rumah tangga pun akhirnya rusak. Suami-istri tidak lagi menjalankan peran sebagai orang tua sebagaimana mestinya. Akhirnya, anak yang menjadi korban. Generasi penerus bangsa yang seharusnya ikut berperan dalam memperbaiki kerusakan, malah melanjutkan kerusakan yang dibuat, bahkan menambah keruh keadaan.
Oleh karena itu, kita sebagai anak bangsa terlebih seorang muslim, seharusnya memiliki visi besar dalam hidup untuk ikut terlibat dalam memperbaiki keadaan, dimulai dari memperbaiki diri salah satunya dengan menjauhi prinsip gaya hidup mewah.
Jadikan, kisah perjuangan para pahlawan bangsa yang telah berjuang merebut kemerdekaan bangsa sekalipun harus hidup dengan penuh kepayahan sebagai inspirasi, bukan justru para pecundang dan pengkhianat yang bekerjasama dengan penjajah hanya demi keuntungan dirinya sendiri.
Sleman, 10 April 2023
19 notes
·
View notes