#Nata-Dera
Explore tagged Tumblr posts
Text
1 note
·
View note
Video
Japon, HIYO KOKE NO SATO Le jardin de mousses du temple Nata-dera par Olivier Boyer Via Flickr : Map_Hiyo Koke no Sato - Le jardin de mousses du temple Nata-dera_15 www.kanpai.fr/hiyo-koke-no-sato?utm_source=newsletter&...
0 notes
Text
Yasmeen Lari
https://www.unadonnalgiorno.it/yasmeen-lari/
Yasmeen Lari è stata la prima donna a diventare architetta in Pakistan e la prima ad aprire il proprio studio.
Pioniera del brutalismo, è passata alla storia come colei che ha insegnato alle persone povere a costruirsi le case da sole.
La sintesi della sua filosofia progettuale risiede nel rispetto e recupero di tecniche tradizionali e materiali naturali, in un sistema strutturale efficiente e razionale, capace di emancipare le persone, coinvolte nei lavori di costruzione.
Una carriera divisa in due parti, per trentasei anni ha progettato edifici imponenti per poi dedicarsi alla realizzazione di migliaia di abitazioni per comunità colpite da disastri ambientali.
La sua è un’architettura a piedi scalzi rispettosa delle abitudini di vita delle comunità locali: bungalow che riprendono forme tradizionali, palafitte in bambù che resistono a inondazioni e terremoti, abitazioni con terrazze adatte a ospitare pollai.
Nata a Dera Ghazi Khan nel 1941, da bambina è stata ispirata dal lavoro del padre che si occupava di progetti di sviluppo con il servizio civile indiano.Si è laureata alla Oxford School of Technology nel 1964.
Tornata in patria ha dovuto affrontare pregiudizi e difficoltà.
Ha iniziato a lavorare per una società di costruzioni britannica e poi aperto il suo studio, la Lari Associates che l’ha resa celebre in tutto il mondo.
Famosa e prolifica pioniera dell’architettura brutalista, ha costruito imponenti edifici su commissioni statali come la Pakistan State Oil House, il Finance and Trade Center di Karachi e le ABN Amro Bank a Lahore e Karachi.
Parallelamente, ha sperimentato un’architettura che andasse incontro alle esigenze delle fasce meno agiate della popolazione.Insediamenti informali a emissioni zero di carbonio e resistenti ai terremoti, restauro e conservazione di molti villaggi rurali che hanno contribuito a salvare il patrimonio storico e culturale pakistano.
Nel 1978, a Lahore, ha progettato Anguri Bagh Housing, il primo caso di edilizia popolare del paese e il Lines Area Resettlement, un quartiere diffuso composto da alloggi costruiti autonomamente dai residenti di Karachi.
Dal 2000, si occupa a tempo pieno della Heritage Foundation Pakistan, fondata nel 1984 per salvaguardare il patrimonio culturale attraverso progetti di natura sociale.
Dopo il terremoto del 2005, ha promosso programmi di formazione per l’autocostruzione 40.000 residenze a zero emissioni, realizzate in bambù, calce e fango.
Con l’aiuto di formatrici a domicilio, ha messo in condizione le donne delle campagne di costruirsi i chulah, cucine all’aperto in terra battuta e calce, il cui progetto ha vinto il World Habitat Award nel 2018.
È stata insignita anche con il Fukuoka Prize e il Jane Drew Prize.
Consulente UNESCO è stata eletta tra le 60 donne che hanno contribuito maggiormente agli obiettivi dell’organizzazione.
Nel 2021, il Politecnico di Milano le ha conferito la laurea ad honorem in architettura per aver dedicato la sua vita ai diritti delle persone più indigenti, alle emergenze abitative e alla sostenibilità ambientale.
Il lavoro di Yasmeen Lari, per la ricerca paziente delle tecniche e della forma appropriata che pone con sapienza in relazione le tradizioni locali con uno sguardo sul futuro, è in grado di costituire una nuova idea di bellezza, di utilità, di solidità dell’architettura.
0 notes
Text
rab deeyaan glaan, naa rab daa jeada aap g nu psnd, #derasachasauda #motivation
0 notes
Text
Dulu sebelum memutuskan daftar career class, mempertanyakan ke diri sendiri "bisa gak ya komitmen untuk full ikutan kelas selama setahun?" Karena senin-jumat kerja, sabtu-minggu kelas CC. Me be lyke: "KAPAN AKU LIBUR?" 😂😂😂
Minta pendapat ke beberapa orang termasuk kak atik. Pas hari H pra regist belum mantap niat untuk ikut, iseng2 buka link pra regist dan jawab pertanyaannya satu2, lalu tersadar "ternyata aku belum bisa apa2". Akhirnya mantap untuk daftar.
Pas kelasnya udah mulai, masih tetep bertanya2 sm diri sendiri "aku bisa gak ya, apa sih yg aku cari di sini" berusaha mantepin niat dan nata lagi tujuan ikut CC. Karena udh terlanjur basah, yaudah sekalian aja belajar berenang.
Terima kasih kak alia, mas gun dan tim CC semoga pahala mengalir deras untuk semua tim CC.
11 bulan berselang bersama CC, one month left, sedih banget abis ini selesai, dimana lagi bisa nemu lingkungan yg kompetitifnya ngajak2 😂
Tangerang Selatan, 9 November 2021
Dulu sempet remehin diri sendiri "orang2 yg ikut CC keren bgt sih, aku kayaknya gak bakal bisa deh". Ternyata ikut CC ini big decisionku yang mengantarkan aku membuka pintu-pintu lain.
13 notes
·
View notes
Note
eu tenho a sorte de trabalhar num supermercado com pastelaria e não trocaria a minha nata quentinha e café quando faço manhãs por NADA neste mundo!! TODA A GENTE A COMER PASTEL DE NATA E CAFÉ MY TREAT!!! (quem me dera puder fazer isto)
COME ESSE PASTEL E BEBE ESSE CAFE ANON EM NOME DA NAÇÃO
11 notes
·
View notes
Text
old and new home
lelaki berseragam lengkap dengan baju putih dan celana abu-abu itu berjalan dengan rasa bahagia karena ia akan berkencan dengan kekasihnya. setelah beribu-ribu janji yang kekasihnya batalkan akhirnya penantian itu datang. tanpa ragu ia membuka pintu kelas kekasihnya yang berwarna abu-abu .
"nata ayo—
ucapannya terputus ketika melihat kekasihnya akan mencubu seorang wanita. lia, mantan kekasihnya. keduanya menengok ke arah suara tanpa merubah posisi, tangan kekasihnya yang melingkar manis di pinggang sang wanita dan tangan wanita yang menggantungkannya pada leher sang kekasih.
alkina yang melihat itu dengan kedua matanya berusaha untuk tidak mengeluarkan liquid yang sudah siap untuk jatuh membasahi wajahnya.
"ki, ini ngga seperti yang kamu pikir" ucap nata, ia melepaskan tangganya setelah melihat alkina berjalan mundur dan berlari menuju tangga. nata yang melihat itu segera menyusuli alkina tanpa memperdulikan teriakan lia.
"nata! kamu ninggalin aku?! nat!" teriakan liat ia acuhkan. yang ia pikirkan sekarang ialah bagaimana cara menjelaskan kepada sang kekasih tanpa adanya kesalah pahaman.
"ki! berhenti aku mau jelasin! alkina stop!"
alkina tak memperdulikan teriakan itu yang ada di pikirannya adalah tidak melihat nata dan melupakan apa yang ia lihat tadi.
hujan turun dengan deras, tetapi alkina tetap melanjutkan larinya tanpa memperdulikan dirinya jika terkena hujan. jarak antara gedung kelasnya dengan gerbang sekolahnya terpisah oleh lapangan basket yang sangat luas.
"ki awas!"
bruk
jatuh. iya, alkina terpeleset karena gesekan antara sepatu dan lapangan basket yang licin. nata yang melihat itu segera mempercepat larinya dan berjongkok dihadapannya.
"ki kamu gapapa?" tanya nata sembari menyentuh kedua lengan alkina untuk membantunya berdiri tetapi ditepis sang pemilik.
"pergi"
"gak, ki kamu salah paham"
"salah paham apa maksud kamu? aku lihat dengan kedua mata aku!" ucap alkina dengan medongakan kepalanya serta menatap kedua mata kekasihnya dengan mata yang memerah.
"kamu salah kina aku ngelak—
"stop panggil aku kina! kina hanya untuk nata dan nata aku udah ngga ada"
"aku nata kamu. dulu, sekarang ataupun nanti. alkina dengerin aku ya?"
"apa yang perlu aku dengerin dari mulut brengsek kamu hah? masih bisa dipercaya ucapan kamu setelah mulut kamu mengikari janji terus menerus?"
nata yang mendengarkan ucapan itu terasa sangat sakit. seberapa banyak luka yang ia torehkan pada sang kekasih? masih sanggupkah dia mendengar ucapan alkins=a selanjutnya?
alkina bersyukur dengan hujan yang turun kini. ia bisa menangis tanpa laki-laki didepannya melihat liquid yang turun dengan deras, sederas hujan yang seakan merasakan sakitnya.
" iya aku salah! aku minta maaf, tapi denger penjelasan aku dulu. aku ngelakuin itu karena aku—
"karena kamu masih sayang sama mantan kamu! bukan sekali dua kali aku liat kamu jalan sama mantan kamu, bukan sekali dua kali aku ngeliat kamu bermesraan sama dia! aku diam nat, aku diam karena aku masih percaya sama ucapan kamu. ucapan kamu yang bilang kamu rumah aku, rumah yang bisa aku pakai untuk menumpahkan kebahagian, kesedihan dan kesakitan yang aku alamin, tapi apa?! rumah aku udah hancur, hancur karena rumah itu lebih memilih untuk membiarkannya tanpa merawat yang menyebabkan itu hancur sedikit demi sedikit. rumah itu udah ngga bisa aku jadiin tempat aku berlindung."
"bukan itu maksud aku, kina dengerin nata"
"kamu bukan nata dan ngga akan pernah jadi nata."
alkina berdiri sebisanya dengan menahan rasa sakit pada pergelangan kakinya yang terkilir, tapi rasa sakit pada hatinya mengalahkan rasa sakit yang lain. nata yang melihatnya ingin membantu, tetapi pancaran mata kekasihnya sangat tajam.
"nata anter pulang kina ya?"
"kina udah ngga tempat pulang"
"kina punya. rumah nata itu tempat pulang nya, bener?"
"ngga, rumah kina udah hancur. kalaupun ingin dibangun kembali itu butuh waktu yang lama"
"rumah kina bakal cepet kembali kalau kina mau ngebantu"
"cukup, kina capek kalau ujungnya kina yang harus mempertahankan rumah itu sendiri lagi"
tak ada lagi kata yang terucap hanya kaki yang melangkah menjauh dari arena lapangan kearah gerbang yang terbuka ditemani dengan derasnya air yang turun entah itu air hujan atau air mata. nata hanya bisa diam tanpa mengejar kina. rumahnya. kini keduanya sama-sama tidak memiliki tempat untuk berpulang, keduanya tidak memiliki tempat untuk berlindung dari ancaman luar yang bisa membuat keduanya kuat.
kina maafin nata, nata tau nata salah tapi nata ngelakuin itu untuk ngelindungin kina. kina tau ngga? lia itu jahat banget ya ngambil kesempatan, dia manfaatin kecantikannya buat dapetin hati mama biar bisa deket sama aku. aku tau aku juga salah karena ngga bisa nolak, liat selalu ngancem aku kalau ngga mau nurutin kemauannya. kamu tau ngga ancemannya apa? dia mau ngelakuin apapun biar kamu jauh dari aku salah satunya ngecelakain kamu. aku minta maaf karena ngga bisa nolak itu, yang aku pikirin cuman bagaimana cara aku biar tetep bisa bareng sama kamu. aku minta maaf. - dinata.
nat kina kecewa sama kamu, kamu yang ngebuat kina selalu percaya kalau kamu rumah terbaik kina. rumah yang selama ini kina cari, nata tau kina sama sekali ngga di terima di rumah kina. kenapa nata ngebuat kina kayak gitu? sekarang kina ngga tau mau kemana, apa kina itu bang dio aja? mungkin hal ini terjadi karena bang dio kangen sama kina. nata, nata jaga kesehatan ya maaf kalau kina ngga berani ucapin ini karena luka yang kamu kasih ke kina masih baru, kina masih kecewa sama kamu. nata ngga boleh ngelawan mama ya? nata juga sesekali mampir ketempat papa, pasti papa kangen sama nata karena anaknya jarang kesana terus kasih bunga juga ya biar tempat papa tetep bersih dan cantik. nata tetep jadi rumah kina yang terbaik, tapi kina bakal punya rumah yang lebih baik lagi terus ketemu bang dio deh hehe. selamat tinggal nata. - alkina.
— Jaemren.
2 notes
·
View notes
Text
- Obrigado pelo conselho sr Sérgio.
- Me desculpe.
- Tô de brinks migo, valeu por se preocupar comigo, adoro isso demais.
- Sei.
Izaías sai e as 3 que restam vão para a sala e ligam a tv, Sérgio vai para o quarto e se troca logo retornando.
- Posso fazer companhia para vocês?
- Lógico.
Izaías entra sem fazer barulho, deixa o calçado no tapete da sala seguindo para a cozinha, abre o refrigerador, pão, salame, alface, maionese, lanche da madruga ali, pega um copo de suco de uva que sobrara da janta, em pé ao balcão ele degusta aquilo quando a luz é acesa.
- Você?
- Olá Izaías.
- O que foi, perdeu o sono Sérgio?
- Acho que sim, não me convida?
- Claro, acho que não há problemas com isso. Risos.
Eles comem ali e Sérgio limpa a boca de Izaías com os dedos, este não se faz em tímido deixando um dedo adentrar sua boca.
- Você é infernal.
- Tal como diz. Izaías traz Sérgio mais para perto e ali o beijo marca, logo mãos roçam corpos, eles seguem para a sala e ali no tapete Sérgio avança em beijos e caricias, Izaías ali em silêncio recebe a tudo, roupas no chão e Sérgio recebe um boquete dos infernos de Izaías que engole, uma garganta profunda digna de filmes suecos, Sérgio quase grita ali, eles seguem para o quarto, ali na cama de Sérgio, Izaías sorve qualquer líquido de vestígio que ficara em qualquer parte do corpo do homem.
- Você me enlouquece, sabia?
Izaías cavalga o cara ali, tendo as mãos de Sérgio a percorrer as costas e peito do outro, mais línguas, beijos e sussurros profundos surge um quase " eu te amo", sendo abafado por mais doses de sexo.
Cristina sai de seu quarto e vai na cozinha, bebe água, quando vai para seu quarto vê uma peça de roupa jogada na sala, ela pega reconhece ser do sei irmão e vai até o quarto dele, se aproxima e ouve gemidos abafados, ela deixa a peça na maçaneta e segue de volta para seu quarto.
Amanhece, Sérgio acorda ainda de madruga e se veste para o trabalho, sai do quarto deixando Izaías ali nú de bruços em sua cama.
Na hora do café, a maioria dos hóspedes já tomaram e fora para seus respectivos empregos, Izaías ali a preparar o pão de Stéfany, Cristina olha para o irmão, terminado o desjejum ela o chama para uma conversa, os dois seguem para a varanda dos fundos.
- O que foi mana?
- Eu é que te pergunto, ficou louco, como sai com um cara que mora aqui?
- Ah sei, você nos viu, e ai estive bem na minha performance, acho que devo melhorar mais as mexidinhas aqui sabe.
- Pare Izaías, isso não é nenhuma das brincadeiras que esta acostumado, se a tia descobrir, pronto tudo acabado pra vocês, melhor para ele.
- Não por que, afinal somos adultos e donos de nosso narizes.
- Só que ele é hóspede da pensão, se esqueceu desse detalhe, a tia leva isso muito a sério, você sabe bem disso, se esqueceu do que houve no passado?
060221.....
2
Sérgio chega do trabalho, bebe água, entra no quarto, Lucimar estende roupas no quintal, Elisabeth ajuda ela, Stéfany faz a lição de casa na mesa da cozinha, Izaías chega e beija a menina no rosto lhe dando uma barra de chocolate, Stéfany o abraça, pega o caderno e estojo e corre para o quarto.
- Mãe, cheguei.
- Sei, o que fez para a Stéfany?
- Eu, nada.
- Sei, com certeza a mimou com algo.
- Credo mãe, eu, jamais. Risos.
O rapaz segue para o quarto e vê Sérgio ali na cama com um livro da saga Harry Porter.
- O que foi, vai para qual casa?
- Ainda não decidiram.
- Eu sou San Cirilo.
- Então eu vou para a..........
- Já te falaram que você é lindo assim?
- Como?
- De bermuda, sem camiseta, largadão ai, pronto pro abate.
- O quê, vai vir aqui e fazer esse sacrificio?
- Esta louco, o povo ai fora.
- Eu não ligo.
- Nem eu. Izaías parte para a cama de Sérgio, o beijo ali é quente, quando batem a porta.
- Tio, tio. Stéfany ali no corredor, Izaías se compõe e abre a porta, Sérgio já de camiseta.
- Olá meu anjo.
- Vamos jogar bola?
- Só se for agora. Izaías sai junto dela, Sérgio vai atrás, eles ficam quase duas horas brincando com a menina, Lucimar deixara Janete responsável pela janta e decidira por assistir a diversão dos três.
- Meu Deus, eu mereço tanta felicidade?
- Merece e muito mais. Cristina chega por trás abraçando-a.
- Oh minha querida, já veio?
- Aulas vagas, resolvi vir direto.
- E o namorado?
- Acho que acabou.
- Como assim, vocês estão indo tão bem.
- Estávamos mãe, estávamos.
- Vamos, quer desabafar?
- Acho melhor não, uma outra hora, falar nisso vai me fazer sofrer de novo.
- Tudo bem, mais saiba que eu estou aqui sempre para te ouvir e se quiser dar uns pitacos também tá?
- Obrigado mãe.
- Você é um amor em tudo sabia?
- Te amo minha flor.
- Eu é que te amo minha mãe.
Sérgio se dispersa da brincadeira e fixa os olhos no momento mãe e filha ali, Lucimar sem perceber recebe uma bolada de Stéfany.
- Desculpa, sabe, o tio que mandou.
- Izaías, Izaías. Fala alto Lucimar ali para a alegria de Stéfany e risos gerais.
O jantar quase pronto, Lucimar leva a filha para o banho, Sérgio vai para o banheiro, Izaías adianta o passo, no quarto pega toalha e segue.
- Oi.
- Vamos tomar banho?
- Agora?
- Vai logo me mostre que é audacioso.
- Sério?
- Logo.
Izaías entra no banho com Sérgio, em beijos e mãos que passeiam pelos corpos, Izaías inicia a satisfação do homem lhe masturbando ali, Sérgio geme baixinho com a mão de Iza em seu menbro, logo ele estoura em prazer, depois de uma sessão de oral finalizada ao som e água do chuveiro.
Os dois saem limpos e entram no quarto, Iza se joga na cama do homem que tranca a porta.
- Safadinho, o que pretende?
- Te quero todo.
- Adoro, vem.
Beijos selvagens e arranhos nas costas, Iza que faz diversas versões de amor ali, terminando em jatos quentes que faz ambos suarem ali, outro banho e depois a janta, a cozinha já fora desligada, Iza esquenta a comida deles, Sérgio brinca com o cabelo do rapaz enquanto come a refeição, Lucimar sai de seu quarto e assiste ao afeto dos dois, bebe água e retorna ao seu aposento.
- Alguém nos viu.
- Só minha mãe, relaxa, de boas.
- Você é louco mesmo.
- Te amo.
- O quê?
Os meses passam, chega o aniversário de Elisabeth, agora com 20 anos, a moça vibra com aquilo, convidara algumas amigas das baladas para um jantar que Lucimar fizera, depois o corte do bolo e os presentes, Izaías lhe dera as botas que ela tanto queria, Sérgio lhe deu um par de ingressos para uma festa Rave onde só a nata estará.
- É louco Sérgio, deve ter custado o olho da cara.
- Sua irmãzinha merece.
- Obrigado viu, de coração, mais não faz mais isso tá bom, ela tem de se acostumar com o que tem, acredite, isso é viva demais, vai dar trabalho para quem se engraçar com ela. Risos.
A aniversariante pula de alegria ali, já inicia uma competição entre as amigas valendo o ingresso de companhia para a Rave, Cris lhe deu sapatos, Janete lhe dá roupas, Lucimar a presenteia com um lindo colar que Elisabeth amou a ponto de grita mais em alegria.
Cris vai até Lucimar.
- Deve ter custado caro, por que algo assim tão caro mãe?
- Nada, na verdade, era meu, eu ganhei do Celso quando ainda éramos namorados, só para ti, é falso, uma bijou bem feita, só isso.
- Mais é bem lindo, senão dissesse eu jamais acreditaria, para mim parece uma jóia.
A festa vai seguindo e os hóspedes aos poucos vão seguindo para seus quartos pois ainda tem muito trabalho pela semana, Elisabeth pega um pedaço do bolo e vai até Sérgio.
- Vai, abre a boca.
- O quê?
- Abre. ele abre e ela lhe dá o pedaço na boca, Izaías assiste aquilo ainda sem muito entender.
- O que é isso Elisabeth?
- O que foi gente?
Todos ali olham para ela.
- Não posso alimentar meu boy?
- Boy? Izaías questiona aquilo sem se importar com os restantes.
- Que brincadeira é essa Elisabeth, diga logo de uma vez?
- Não, eu não estou brincando, fale para eles Sérgio, diga que estamos saindo há um mês?
- Um mês?
Lucimar entra ali.
- Bem gente, a festa acabou como sempre sua irmã fez o que sempre o faz a gracinha da vez, vamos dormir e amanhã veremos melhor isso.
Cada um para seu quarto, luzes apagadas, agora no quarto Izaías de frente a Sérgio.
- O que foi aquilo, quando ia me dizer?
- Eu a vi na rua, só isso, tomamos sorvete, saimos a um parque, só isso, coisas de amigos, só amigos, acredite.
- Amigos, sei, acredito sabe quando, nunca, ela é minha irmã, se queria ela por que se aproximou de mim, decida de uma vez qual é a sua fruta colega, a pra mim chega, acabou-se por aqui.
- O quê?
- Basta, melhor assim, foi bom, mais agora somos estranhos, é isso, estranhos.
- Chega Izaías, eu também te quero porra, eu te amo.
- Eu menti.
- O quê?
- Quando eu disse que te amava, eu menti, era isso, pronto, sou um mentiroso compulsivo, eu não te amo.
- Iza.
- Eu vou sair, quero respirar, preciso respirar.
- Vou contigo, assim conversa melhor.
- Eu vou sozinho, tá, sozinho.
Ele sai do quarto, faz uma ligação logo na rua pára um carro e ele entra, Sérgio sai logo atrás mais não há tempo de para-lo, ele retorna para a casa.
090221.....
TEXTO INDICADO AO PÚBLICO DE 18 ANOS ACIMA
CONTATOS: paulo fogaçaz/ YOUTUBE.
Sérgio acorda, olha o relógio, duas horas da manhã, ele sai do quarto e vai a cozinha bebe água, ouve um som de fora.
Da janela ele vê Izaías aos amassos com um carinha, som baixo da SAVEIRO do boy.
- O que é isso?
Ele ensaia sair mais desiste, de volta ao quarto ele lembra dos momentos com Iza e lágrimas rolam, minutos depois ouve a porta abrir, Iza entra cantarolando baixinho um rock tipo "Guns", Sérgio vira para a parede.
- O que foi, esta acordado?
- Resolveu falar comigo?
- Não só falar. Iza deita na cama do homem, aos beijos ele se entrega a Sérgio, o rapaz tenta falar algo mais é vencido pelo desejo do sexo.
Chega a hora, Sérgio sai para o trabalho, Iza já esta na cama dele e dorme como um anjo, ele o cobre e o beija na nuca, assim que ele sai, Iza abre os olhos, sai da cama e vai até a sala, da janela vê Sérgio dobrar a esquina.
- Por que fui me apaixonar, logo por você, hein?
Sem resposta ele retorna ao quarto, Lucimar assiste aquilo pela fresta da porta de seu quarto.
Amanhece, Iza vai para a farmácia, Lucimar lhe fizera gemada, pedido dele.
- O que houve á noite?
- Foi boa demais mãe.
- Como assim?
- Namorei e dormi.
- Com quem?
- Segredo dona Lucimar, tchau.
- Eh menino. Diz Lucimar na saída de Iza.
Tempos depois, Lucimar coloca o pudim de leite no refrigerador já fizera bolos, pa~es, afinal, não é fácil alimentar todos hóspedes e família, tem sempre que inventar algo.
Elisabeth vem a cozinha abre o refrigerador e serve dois copos de refri, sendo um para Lucimar.
- Obrigado, que bom que estamos sós, quero muito falar com você.
- O que foi mãe?
- Que negócio é esse de boy love, namoro com Sérgio?
- Ah bem, é isso, eu e ele, a gente tá se conhecendo.
- Pare com isso Elisabeth, sabe que ele...........
- Ele o quê mãe, tem outra?
- Não sei, sei lá, vai saber.
- Calma mãe, eu já fiscalizei, passei meu radar ele tá solteiro.
- Radar bem vagabundo esse seu hein.
- O que mãe?
- Nada, só vou deixar bem claro, não quero confusão aqui, qualquer coisa eu peço o quarto para ele.
- Credo mãe.
- É isso e pronto.
Cris sai do trabalho segue para o ponto a espera do circular para a facul quando pára um carro.
- E ai gata?
- O que foi Rodolfo?
- Olha, a mina esta nervosinha.
- Vai, segue teu rumo, me deixe em paz.
- Tudo bem, não vou ser inconveniente.
- Então vai.
- E a gente?
- Não existe mais a gente.
- E a minha sogra?
- O que foi, gostou de fazer o anjo para ela, só eu sei do que é capaz.
- Se sabe então é melhor ficar bem caladinha.
- Não quero problemas, para mim você já não existe.
- Que bom, beijos gata.
- Adeus. O carro segue e ela se junta a outras pessoas ali no ponto.
Sérgio chega do trabalho, entra no quarto e logo vai para o banho, assim que sai Lucimar o chama.
- Preciso falar com você Sérgio.
- Sim dona Lucimar. O homem termina de secar os cabelos com a toalha e segue para a sala, ali Lucimar lhe oferece biscoitos e chá.
- Obrigado.
- Olha rapaz, serei direta, o que pensa fazendo flertes aos meus filhos?
- Como assim dona Lucimar?
- É o que ouviu, pode dizer, não vou te julgar, só quero entender o por que desse apego ao meu Izaías e agora esse enlaço com a Elisabeth?
- Dona Lucimar.
- Pode falar Sérgio, estou te ouvindo, manda.
- Eu já falei para a Iza, eu não tenho nada com a Beth, só amizade, acredite.
- E o Iza?
- Ele não acreditou, só queria que ele soubesse, eu jamais faria algo de ruim para ele ou qualquer um dessa casa.
- Mais e a Beth, já teve uma conversa franca com ela, aberta?
- Ainda não, eu não quero criar problemas, achei que seria melhor deixar como esta e assim, logo ela desencana.
- Você acha que desse jeito tudo será resolvido?
- Não sei, acho que sim.
- Você é ingênuo demais, filho.
- Como?
- Ela não vai te deixar seguir assim.
- Por que?
- Acha que ela já não sentiu o outro esquema que existe aqui, você e o Iza?
- O que esta dizendo dona Lucimar?
Sérgio fica desconsertado ali diante a pergunta de Lucimar, Janete chega com Stéfany.
- Mãe.
- Oi filhas, trouxeram o que lhes pedi?
- Sim, tudo aqui.
- Bom, muito bom.
Lucimar olha sério para Sérgio que entende, por hora ele escapara do interrogatório, ele sai cumprimentando as meninas, Lucimar abre as sacolas e as garotas guardam as compras de legumes no gavetão do refrigerador.
- E o que vamos comer?
- Arroz, fiz empadão de frango e legumes.
- Oba, delicia. Lucimar ri da felicidade das duas ali, mais ainda tendo em mente tudo que esta acontecendo com o trio, ela sente que Sérgio ainda esconde alguns segredos.
- Mãe.
- Oi filhas, o que estavam dizendo?
As meninas vão contando as novidades a ela e ali Lucimar se distrai enquanto termina o preparo da refeição, logo Izaías chega.
- Olá garotas.
- Oi garotão. Risos.
Izaías brinca ali com elas e logo segue para o quarto, encontra Sérgio dormindo, sem fazer barulho ele pega toalha e segue para o banho, retornando não vê mais o colega de quarto ali, de bermuda e camiseta ele sai e vê Sérgio sentado na calçada frente a casa.
- E ai, pensando na morte da bezerra?
- Acho que vou me mudar.
- Por que, alguém te ofendeu, fez algo de ruim contra você, me diz que eu resolvo, eu juro que resolvo.
- Não, é que, sabe, minha cabeça, as coisas estão indo muito rápido desde que cheguei aqui.
- É pela gente, bobagem moço, vamos seguindo assim, se curte uns e eu outros e se der certo a gente se curte ás vezes e ai?
- Não é o que quero para mim e tenho comigo que nem você, sou claro e limpo aos meus sentimentos.
- Sei, e eu não sou?
- Você foge de seus sentimentos, você ainda brinca de esconde esconde consigo, sabe, eu sei e sinto, você gosta de mim, e eu, cara, eu estou ficando louco por ti.
- A loucura judia, ela ás vezes até cega, isso não é bom, o amor deve ser vivenciado, aprendido, ensinado.
- Quer que eu te ensine?
- Olha só, um mestre em amor aqui na minha frente, Brasil pasmei.
- Esta vendo, você se abala, fica nervoso e parte para a ofensa.
- Eu não te ofendi.
- Me ofende, quando me usa, joga seu corpo no meu, fazemos as loucuras mais gostosas e depois você foge.
- Eu não fujo.
- Quero que prove.
- O quê?
- Agora.
- Como?
- Me beije.
- Não.
- Pronto, ouvi o que eu queria.
Sérgio se levanta e segue para a casa, Izaías o alcança e ali o beija, Cris chega no momento e assiste, alguns hóspedes também, Lucimar sai para fora.
- Que lindo hein, os dois agora no meu quarto.
- Sim.
Ali frente a ela no quarto de Lucimar, Sérgio cabisbaixo enquanto Iza cantarola algo romântico tipo "Adelle".
- E então, vão ou não assumir esse namoro?
- Namoro?
- Seja o que for, é ou não é?
- Eu gosto do Sérgio.
- Eu amo o seu filho.
Dia de sábado, ali num quarto de hotel barato, Izaías faz sexo com um cara, Luciano, 23 anos, eletrecista.
- Nossa você sabe mesmo como gostar disso.
- Eu adoro.
- Tem namorado?
- Tenho você aqui comigo, os dois transando, esta bom pra você?
- Não, é sério a gente bem que pode ser assim........
- Não estrague o momento esta tão bom, não acha, você mesmo ja avaliou e bem, vamos ficar do jeito que esta.
- Quero mais de você.
- Teremos muito gato, só que desse jeito, eu na minha e você na sua vibe, a gente se encontra e rola, tá bom?
- Por que tem de ser desse jeito?
- Vai gatinho, me faz gritar de prazer, vai.
Terminado ali, após o banho, Izaías já vestido se despede de Luciano com um beijo.
Na frente do hotel, Izaías entra no táxi que o deixa em sua casa, ele entra e encontra Sérgio e Elisabeth assistindo filme.
- Oi.
- Veio cedo, o que foi?
- Não preciso da noite toda, para ser feliz, maninha.
- Sei, te conheço.
- O que foi Beth?
- Vá dormir, precisa manter a pele assim, aveludada.
- Vou mesmo ingrata.
Iza entra no quarto e tira a roupa, de bermuda cai em sua cama, chora, só de pensar que em duas semanas depois que teve com Sérgio, sua vida sofrera um giro e agora ele é oficialmente o namorado de sua irmã, ele aceitara por que pegou os dois aos beijos na cozinha, foi o corte final.
Agora ali na sua cama, lágrimas, ele olha para a cama do colega e ali vazia.
Sérgio aos beijos com Beth que o leva para fora da casa, ali nos fundos ela esfrega seu corpo no homem, aos beijos e caricias eles fazem amor na mesa, Beth sente o poder do homem ali fluir nela, lágrimas descem, finalmente ela tivera um homem de verdade que a fizera vibrar e querer muito mais dele, acabado eles seguem cada um para seu quarto, Sérgio entra e vê Iza ali dormindo se aproxima para cobri-lo, mais desiste do ato, tira sua calça e coloca um short e deita, Iza assiste aquilo sentindo um forte desejo de ir até o homem e te-lo para si.
De manhã, café, pães, frutas, Lucimar que reduzira suas palavras aos 3 ali, somente lhes serve e segue para os seus afazeres.
Iza já não suporta mais o gelo dela vai até a mãe.
- Até quando mãe vai ficar assim comigo?
- Acho que você não entendeu, filho que palhaçada é essa aqui dentro dessa casa?
- Mãe.
- Um troca troca, agora seu cacho esta com sua irmã, é isso mesmo, sabe, eu bem devia é colocar um fim nessa palhaçada, ele vai ter de sair.
- Por favor mãe.
- Filho, isso é vergonhoso, eu toco um comércio e não uma boate de sacanagem, nunca imaginaria que teria de passar por isso aqui dentro desta casa.
- Mãe, me perdoe eu sou o culpado, eles não tem culpa, por favor.
- Essa sem vergonhice tem de acabar, e vai acabar isso eu vou fazer.
- Mãe.
- Só vou dar mais uns dias e se isso não se ajeitar, eu o coloca para fora, afinal ele é um bom menino mais ja esta atrapalhando tudo aqui, tudo.
- Tá bom mãe, a senhora que sabe.
110221......
3
Duas semanas depois, Sérgio chega do trabalho num Tempra preto.
- Amor, quelindo, é seu?
- Nosso.
- Você comprou, sério amor?
- É, deu para juntar uma graninha e um amigo estava vendendo, não foi caro, comprei.
- Amei, me leva para um passeio?
- Agora.
Elisabeth entra no veiculo, Lucimar sai e vê aquilo.
- Oi dona Lucimar, a gente vai dar um passeio, tudo bom?
- Sei, por mim, façam o que quiserem.
Ele percebe que ela não gostou da atitude deles, Sérgio sai com Beth, Cris chega minutos depois.
- Filha.
- Oi mãe, o que houve, esta um tanto nervosa?
- Vem comigo.
- Tá.
As duas entram no quarto de Lucimar.
- Me ajude, mexa nas gavetas enquanto eu procuro nos outros lugares.
- O quê, mãe?
- Quero achar aquele papel que o Sérgio me deu aquela vez com o número da Begônia.
- Por que, esta desconfiando dele?
- Não sei não, filha, acho que ele vou ter grandes surpresas quando for ve-la, se é que ela esta viva.
- Mãe.
- Vai, me ajude filha. As duas iniciam ali um pente fino no quarto até encontrarem o número, Lucimar sai dali deixando Cris no comando, tendo em mãos o número ela vai até um orelhão em um bar e faz a ligação, do outro lado uma voz feminina não a convence ser a da velha Begônia.
- Com quem eu falo mesmo?
- Dirce, por que?
- Meu nome é Celina, sou amiga da Begônia, ela esta?
- Begônia, não querida, ela faleceu, ja faz um tempo.
- Meu Deus eu não sabia, quanto tempo faz mais ou menos?
- Olha, acho que ja tem uns 4 anos.
- Nossa, muito hein, meu Deus não acredito que fiquei sem ve-la por tanto.
- Como é mesmo seu nome senhora?
Lucimar desliga e vai para dentro do bar, bebe um refri e come uma coxinha de frango, sai dali pensativa e retorna para a pensão.
- Então mãe, ele mentiu?
- Sim, como eu imaginava, não diga nada, deixe-o do que jeito que esta.
- Mais é sério?
- Vou precisar de um outro favor minha filha.
- Sim mãe.
- Fique no comando por uns dias, vou ter de dar um passeio.
- Até sei onde vai.
- Não fale nada a ninguém, por favor filha, não quero que ele desconfie e assim saia.
- Tudo bem mãe.
Cris e Lucimar ali na cozinha preparam a janta, Iza chega cansado e se joga no sofá da sala junto de 3 senhores.
- E ai meus colegas?
Os homens o cumprimentam, ele conversa um pouco e logo segue para o quarto, Cris vai atrás.
- Mano.
- E ai Cris.
- Teu amigo comprou um carro, a mãe disse.
- Sério, bom para ele e para a outra.
- Você ficou sentido com tudo, não é irmão?
- Cris, ela é nossa irmã, tem todo direito de ser feliz, mais furar o olho do outro, isso é demais.
- Quer que eu fale com a mãe?
- Não, deixe para lá, ela que faça o que bem entender, além do mais não é a total culpada, ele também não vale nada, que sejam felizes a maneira deles.
- É isso mesmo irmão, logo tudo isso acabará, pode ter certeza.
- Por que Cris, sabe de alguma coisa que eu não sei?
- Não, eu não.
- Claro, me desculpe, sabe, ainda estou puto com eles e...........
- Sim eu te entendo, bem vou fazer algumas coisas.
- Sabe, eu estou morrendo de fome.
- Vem comigo, a mãe fez aquela lasanha de berinjela que você ama.
- Sério, enfim uma boa nova, adoro lasanha dela. Risos.
Sérgio chega do passeio com Beth, ela desfila pela sala com o boy e copos de sorvetes.
- Olha o que eu trouxe para vocês. Lucimar olha para ela e sai, Beth dá sorvete a todos quando chega em Iza ela deixa o copo cair no pé do rapaz.
- Desculpa maninho, foi mau, quer um pano para limpar?
- Serve a sua cara, sem graça.
Izaías gruda nos cabelos da irmã que grita ali, Cris e Janete vem a eles e tenta separa-los, aos gritos da caçula sendo puxada pelo irmão, Lucimar grita ali cessando tudo.
- Que merda é essa aqui, vamos parar com isso, eu tenho uma pensão não um manicônio.
Beth toda despenteada vai para os braços de Sérgio que fizera o tempo todo somente assistir ao ataque deles ali, Lucimar vai a eles.
- Sim dona Lucimar.
Sérgio sai com a garota que grita vingança contra Iza.
Iza termina o suco de abacaxi com Luciano, o rapaz lhe faz massagem nos ombros.
- O que eu faço com um gato além de tudo massagista, hein?
- Fica com ele pelo resto de sua vida, e aí?
- Adoro, mais o tempo que me resta pode ser muito mais do que o sentimento agora.
Luciano fica frente a ele e abre o roupão, Iza deixa o copo no criado e joga o rapaz contra a cama, logo caindo em cima deste, eles experimentam as delicias de um 69 bem feito, Luciano fica meio que em transe com a língua de Iza descobrindo e explorando a fenda do menbro genital do homem, o prazer é tão intenso e recíproco que gritos são liberados, Iza é penetrado com direito a gel relaxante, o beijo se inicia adocicado e logo esquenta com as pastilhas do desejo que Luciano comprara, Iza faz diversas posições, até as improváveis a muitos, o que faz Luciano gemer enlouquecidamente.
Após o sexo, ambos fumam cigarros aromáticos ao som de regaee e Iza dança para o cara, logo outra sessão de sexo.
3 notes
·
View notes
Photo
É com grande prazer que damos as boas vindas à ILITIA MONTECCHIO, uma GENASI, da GUILDA DOS CLÉRIGOS. Ela tem 22 ANOS e se parece muito com a humana JUNG CHAE-YEON, mas pode ser apenas algum feitiço. Solis está em festa com a chegada da SELECIONADA.
Ilitia, recebera o nome por causa da deusa, a deusa da gestação, sua mãe implorara por um herdeiro ainda assim após vários abortos desistiu da ideia e talvez por algum milagre a deusa lhe dera a pequena, adotada pelos Montecchios para ser mais uma representação divina e perfeita naquele mundo. A filha, unica, fora tratada com todos os mimos que poderia mas nem por isso se tornou alguém fútil na verdade preferia mil vezes a simplicidade de sentir a grama sobre seus pés, seu maior tesouro. A questão é que nossa selecionada nasceu cega, talvez um castigo por suas vidas passadas ou uma benção, ao ver da mesma, que com tal deficiência aprendeu a dominar a Terra mais do que qualquer um, uma clara representação do Deus da Natureza conectado com ela, sendo uma extensão da mesma.
Por nunca ter realmente visto o mundo Lia tem uma percepção diferente do mesmo, um tanto inocente para uns, um tanto fascinante para outros. Insaciável pela vontade de conhecer cada rocha e construção no mundo não pensou duas vezes em se inscrever na seleção, não só por isso eu diria, mas pela sensação de liberdade, de poder ter o gosto de ser mais do que filha cega que precisava ser protegida do mundo quando tudo que ela queria era o mundo inteiro. Ela não poderia ver o príncipe mas imaginou o mesmo não como uma cavaleiro em um cavalo branco mas como aquele que deixaria que ela seguisse seus passos, ela não poderia dizer que o amava mas estaria eternamente grada pela oportunidade de ser mais do que jamais poderia sonhar ser.
Tem medo de estar um passo atrás das outras selecionadas exatamente pela deficiência, apesar de se sentir sortuda sabe que foi escolhida para representar uma pequena parte da população, uma forma de dizerem que todos podem subir ao poder mas não é disso que seu reino precisa e de fato pretende ser ouvida pelo príncipe, se tiver a minima chance de fazer a diferença ela fara. O Príncipe precisava de um amor, o reino de uma Rainha e Lilittle, apelido para os íntimos, de um Destino, veja bem não poderia ser ruim, afinal o destino tem seus jeitos misteriosos e tudo que que ela quer é descobrir qual seu papel nele, acreditando que a mais reservado que apenas sobreviver.
Por ser descendente da Terra, em si, Lia possui o corpo em seus tons, a pele clara se assemelha a areia da praia e os cabelos e olhos em tons de marrom lama.
Por ser uma Genasi da Terra os poderes de Lia se giram em torno da força, uma pequena contradição para aqueles que acreditam que sua deficiência a torna frágil mas exatamente por não ver consegue ter um maior contado com o solo por além manipula-lo a seu favor pode senti-lo sabendo assim se tem algo de errado. Por causa de sua raça se aprofundar nos domínios do Deus natureza ensinados Guilda dos Clérigos, pode localizar inimigos a certa distancia e é dessa forma que ela vê o mundo, sentindo as vibrações pelos pés, o que foi algo complicado ao entrar no palácio já que a mesma exigia não usar sapatos mas logo descobriu que poderia usa-los sem as solas.
Otimista e destemida: talvez pelas crenças taoistas ou pelo Deus da Terra, mas Lia acredita que a vida segue seu fluxo e que no fim até as piores situações tem uma boa razão que talvez no momento ela não entenda mas ainda assim busca ver o melhor. Talvez pela sua condição, deixara os medos de lado e se arriscara no quarto escuro (literalmente) porque o mundo pode ser dela basta ela querer.
Sem papas na língua e ambiciosa: Ilitia é uma tagarela nata e as vezes acaba passando um pouco dos limites, talvez por ter vivido tão presa. Não que seja algo ruim mas a pequena Montecchio é um tanto destinada a coisas grandes, é curiosa e corajosa, até demais, por isso acaba se metendo em confusões por causa disso tentando mostrar do que ela é capaz.
2 notes
·
View notes
Photo
[Ishikawa Monitor Tour]•Day 1• I got chance to join in Kaga Tour to visit tourism spot in 加賀 Kaga area. It is very nice experience ! 那谷寺 Nata-dera (pict 1&2) is nice place for person who love nature. It is quite and calming place. Next is ゆのくにの森 Yunokuni no Mori (pict 3&4) my favourite from all of places in this tour. You could experience coloring cup or plates of Kutani porcelain. If you have lots of time (and money haha) you could try making your own cup or vase from glass too. Fun isn’t it ? Then, 山中座 Yamanakaza (pict 5&6) is great place to watch dance by geisha. It was my first time watching the geisha performances~ And don’t forget, the tasty Japanese style meals is also provided~ 💕 https://www.instagram.com/p/BuK72lfH_-w/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=xd3k8xr9dc8t
2 notes
·
View notes
Text
1 note
·
View note
Video
Japon, HIYO KOKE NO SATO Le jardin de mousses du temple Nata-dera par Olivier Boyer Via Flickr : Hiyo Koke no Sato - Le jardin de mousses du temple Nata-dera_01 www.kanpai.fr/hiyo-koke-no-sato?utm_source=newsletter&...
0 notes
Text
Speechless sumpah luar biasa yah, I don't know kayak everything makin nyiksa tapi gue ga akan pernah mundur mindset nya sudahlah masih ada masa depan yang harus dikejsr, mulai bertanya siapa yang sebenernya tersiksa disini?. Entahlah semua Bayang-bayang nya jelas di kepala gue, but gue masih still survive masih tetap berusaha buat forget everything, tapi ternyata haha perjuangan yang kamu lakukan, tidak ada harganya han, fokus aja dulu sekarang menyembuhkan lukanya, jika memang harus sndrian dalam menyembuhkan nya yasudah, elu strong man, lagian air mata bukan bertanda elu lemah tapi elu kuat untuk Mengekspresikan diri elu.
Tapi gue sadar bukan gue sendiri disini, ada ipih juga yang punya hati yang luas bertahan sejauh ini menahan ombak yang makin deras, aku mengerti perasaanmu disini gue bilang gue lagi ga berjuang sendiri, tapi gue lagi berjuang sama elu. Gila yaa segini gigihnya setan mau misahin kita ujian pernikahan luar biasa berat, orang ketemu langsung nikah jadi masuk akal mungkin mereka menghindari hal2 ini dan memilih menghadapinya pasca menikah. Hahahaha makasih sayang sudah dan masih terus berjuang.
Tapi dari awal Rayhan madani jatuh cinta dan menaruh mimpi dan cita2 di seorang ipih nurasiah you memang harus udah siap sama resiko ini semua han. Semuanya emangnya udah resiko yang harus elu siap tanggung, selangkah lagi elu hancur lebur, keknya hati gue udah ga berbentuk jika mau mengikuti ego gue sendiri, okay cinta pertama haha dan Overall gue Happy gue tetep happy dan bahagia lah yaa...
Kalo ngenang gimana Rayhan dulu Remember han elu Muhammad Rayhan Madani, yang selalu dikejar tanpa pernah mengejar dan baru kali ini mengejar sedemikian rupa, you Muhammad Rayhan Madani pria yang tak berperasaan mudah sekali meninggalkan di masa lampau tanpa merasa sakit, yaaa saat ini elu adalah pria yang berjuang mati-matian mempertahankan segalanya yang ada cinta mimpi cita dan harapan ( Sujud? Really Sujud? What? Okay berarti emang tingkat cinta gue mimpi gue udah di ujung mana tau yang mungkin udah ga berujung sampai gue bisa lakukan hal itu,) yang tadinya tanpa perasaan dan mudah sekali melepas, elu Muhammad Rayhan Madani yang sering kali jalan sama wanita lain di saat sudah punya pasangan but? Baru kali ini 10 bulan survive menjaga padahal dia tak melihat, dulu bahkan gue lakukan depan mata cewe gue sekarang? Di belakangnya pun gue ga berani saking menjaganya. Bosen bilang ini tapi gue selalu bangga bawa nama dia ipih, ada yang mendekati gue langsung gue blok sikapnya dengan bilang " sorry gue udah punya calon " Haha tapi ga nyesel sama sekali, gue lakukan semuanya atas kehendak gue bukan di tuntut siapapun atas kesadaran diri aja. Masih banyak lagi, Rayhan yang paling benci klo terlihat punya pasangan menjadi orang yang paling bangga jika semua orang tau klo gue punya pasangan, Rayhan yang anti mengeluarkan uang saat ini seperti nya satu-satunya di kepala hanya gimana caranya bikin dia bahagia. I will do everything hahaha. Gue yang paling males dan mager Sumpah Wallahi gue paling mager di ajak jalan, saat ini gue yang intens ngajak pergi seolah-olah selalu ingin sama dia yaa ipih. Entahlah gue mulai ga mengerti diri sendiri sumpah, kayak lagu Eminem kali yaa losing yourself haha. Rayhan yang paling tidak bisa menghargai perasaan berubah menjadi orang yang berdiri saat ini yang bahkan untuk berbicara ketika ada masalah bicara sebisa mungkin tak menyakiti hatinya. GA NYANGKA SAMA SEKALI.
Ketika Cinta Cita Mimpi dan Harapan bisa mengubah seseorang.
Ketika satu-satunya yang ada di kepala adalah memaafkan jika ada masalah antara kita,
Ketika satu-satunya do'a yang tak pernah lewat adalah semoga Allah mudahkan
Ujian dan masalah seolah semakin deras, YA! Kaki sama bahu gue masih kuat sangat kuat! Untuk menahan semuanya. MANA SINI MASALAH SINI DATANG LAGI! GUA MASIH CUKUP DAN SANGAT KUAT! BERANI ELU GANGGU MIMPI CITA CINTA HARAPAN GUE GUE HAJAR DAN GUE SIKAT ELU GUE MASIH KUAT. HATI GUA TAK TERBATAS!
Gue sayang elu ipih
Kita bakalan terus sampai tujuan mimpi2 kita tercapai , gue bakalan jadi orang yang paling menguatkan, jika semuanya sudah hancur gue yang akan bangun nata ulang jika elu sudah enggan. Entahlah itu saja dari gue gatau cuma itu yang terbayang saat ini. Masih banyak pengalaman yang harus gue cari, buku yang harus gue baca dan kajian yang harus gue ikuti. Atau ganti lah kalimat gue jadi kalimat kita.
But gue ga menafikan kok makasih sudah punya hati yang luas dalam menyelesaikan masalah dan makasih sudah bertahan sejauh ini, walau aku tau semuanya ga mudah dan hatimu juga gamudah. So makasih banyak, you are amazing woman. Mungkin berekspektasi Madani seperti apa ternyata tak sesuai i'am sorry. But dimata gue elu bener2 gada kurangnya, karena setiap kekurangan elu jadi kelebihan dan gue cintai hal itu. Makasih sudah punya kesabaran dan hati yang luas.
0 notes
Text
Álbuns 2021: aqueles que mais esperamos
A pandemia em 2020 atingiu globalmente o nosso planeta pela primeira vez por volta de março. Já quase a fazer 1 ano desse esse impacto inicial. Nestes últimos (longos) meses temos estado forçados a confinamentos, a estar fechados em casa e a uma fortíssima restrição de viagens, quer dentro do país, quer obviamente para o estrangeiro.
A área da cultura, aquela que diz-nos mais a dos concertos e festivais, igualmente sentiu um impacto brutal. Inúmeros adiamentos, outros tantos cancelamentos e a vida cultural num limbo bizarro… Tournées mundiais em primeira instância adiadas e posteriormente canceladas. Imensos profissionais de roadies até técnicos de som e luz sem o seu normal “ganha-pão” e com vidas em suspenso. A retoma da atividade ao vivo tem acontecido a conta-gotas e com lotações reduzidas a metade ou até mesmo menos.
A situação também teve consequências relativamente ao lançamento de trabalhos discográficos. Boa parte dos que estavam previstos acabaram por acontecer, alguns adiados dentro do mesmo ano, outros foram prorrogados para 2021 ou ficaram mesmo suspensos. Ainda assim a este nível a situação não chegou a níveis tão caóticos em comparação com os eventos ao vivo.
Agora aproveitamos, em modo resumido, para referir alguns dos discos mais importantes para nós. Alguma da “nata” que veio a público durante os 12 meses de 2020 e que foram os que mais apreciamos logo por consequência os que mais escutamos.
Álbuns 2020: breve destaque aos nossos preferidos ~ Nacional
Pelo nosso Portugal não foi um ano propriamente profícuo em lançamentos de discos. Ainda assim vamos citar alguns novos álbuns de imensa qualidade e que não deixaram o “crédito por mãos alheias”. Sem dúvida que estes discos merecem uma devida audição atenta: Vaiapraia (100% Carisma), dos Evols (III), de Noiserv (Uma Palavra Começada por N), de David Bruno (Raiashopping), da Monday (Room for All), de André Henriques (Cajarana), de Filipe Sambado (Revezo), de B Fachada (Rapazes e Raposas), dos Clã (Véspera), de André Júlio Turquesa (Orgônio), Dino D'Santiago (Kriola), dos Gator, The Alligator (Mythical Super Bubble) ou da dupla Sunflowers (Endless Voyage).
Álbuns 2020: breve destaque aos nossos preferidos ~ Internacional
Fiona Apple (Fetch the Bolt Cutters), Angel Olsen (Whole New Mess), Perfume Genius (Set My Heart on Fire Immediately), Fleet Foxes (Shore), Adrianne Lenker (songs / instumentals), Khruangbin (Mordechai), Phoebe Bridgers (Punisher), Waxahatchee (Saint Cloud), Idles (Ultra Mono), Fontaines D.C. (A Hero’s Death), são alguns dos artistas/bandas que lançaram álbuns no ano passado e que destacaram-se pela grandiosidade em termos qualitativos dos seus trabalhos discográficos.
A parte positiva da outra face da moeda é que tivemos bastantes álbuns novos e que não estavam previstos. Diversos artistas aproveitaram super bem o (demasiado) tempo de confinamento, demonstrando publicamente a sua veia talentosa! Alguns discos são já "filhos" deste tempo de pandemia. Outros desses “filhos” vão, com toda a certeza surgir em 2021.
Álbuns 2021: Aqueles que mais esperamos ~Intro
Neste novo ano, que todos aguardamos com bastante expetativa, num 2021 que seja o retomar de uma certa normalidade. Aguardamos com uma curiosidade bastante afiada por novos álbuns pelo que resolvemos apresentar uma lista de 20 álbuns internacionais e 16 discos nacionais.
Ainda não há muitas edições discográficas com sua data já devidamente determinada, no decorrer do primeiro trimestre do presente ano as confirmações oficiais devem ser conhecidas aos poucos e poucos. O headLiner estará atento ao universo global do planeta música e divulgaremos o que mais pertinente for acontecendo mediante o foco específico da nossa publicação.
Quer tenha sido por parte das editoras em comunicados de imprensa ou pelas próprias bandas/artistas nas suas redes sociais, a lista que apresentamos de seguida é baseada em informação fiável. Eis então os nossos destaques de bandas e artistas a solo que vão editar novos álbuns em 2021.
Álbuns 2021: Aqueles que mais esperamos ~Nacional
Por ordem cronológica listamos agora de seguida as bandas/artistas a solo que vão lançar trabalhos discográficos no decurso dos próximos:
Beatriz Pessoa
Bruno Pernadas
Caio
Catarina Branco
Conferencia Inferno
Cosmic Mass
Ditch Days
Fugly
Meera
Minta & The Brook Trout
Murais
Paraguaii
Sequin
The Lemon Lovers
The Parkinsons
Valter Lobo
º Destaque headLiner ~ Nacional º
Este artista nacional oriundo de Fafe está a ultimar o seu 2º álbum de originais e este novo trabalho discográfico será lançado em breve. Trata-se do sucessor de ‘Mediterrâneo’ cuja pegada melancólica não deixa ninguém indiferente, muito menos daqueles que se reconhecem como fãs do cantautor.
Os temas “O Governo não sabe nada do nosso amor”, “Quem me dera” ou “Oeste” ainda fazem parte viva do que Valter Lobo assume ser musicalmente sendo que agora a sua carreira terá um novo fôlego com um novo capítulo. Lançada no final de 2019 a canção “Ano Novo” foi a primeira pista, as restantes ficarão disponíveis agora em 2021.
|| Nota: artwork com todos os artistas está disponível na nossa página de instagram em @headliner.portugal ||
Álbuns 2021: Aqueles que mais esperamos ~ Internacional
Por ordem cronológica listamos agora de seguida as bandas/artistas a solo que vão lançar trabalhos discográficos no decurso dos próximos meses:
Alice Phoebe Lou
Altın Gün
Big Thief
Black Country, New Road
Courtney Barnett
Darkside
Father John Misty
Iceage
Julien Baker
La Femme
Lucy Dacus
Parquet Courts
Rhye
Roosevelt
Shame
Slowthai
Squid
The War On Drugs
Viagra Boys
Weyes Blood
º Destaque headLiner ~ Internacional º
Natalie Mering, mais conhecida pelo seu nome artístico Weyes Blood, tem 32 anos tratando-se uma das sensações do planeta música sendo que editou 4 álbuns desde 2011. No decurso deste ano é esperado o seu 5º álbum de originais, será o sucessor de ‘Titanic Rising’ lançado em abril de 2019 e o primeiro lançado através da Sub Pop com quem assinou um contrato em 2018.Teremos assim continuidade para temas como “Andromeda”, “Everyday”, “Something to Believe”ou “Seven Words”.
A título de curiosidade de referir que esta californiana já tocou em Portugal diversas vezes tendo passado por Braga (2015 e 2019), Guimarães (2016), Porto (2017) e Lisboa (2016 e 2019).
|| Nota: artwork com todos os artistas está disponível na nossa página de instagram em @headliner.portugal ||
0 notes
Text
- Tá bom filho, vá com Deus.
- Amém dona Lucimar.
Izaías entra no quarto e tira a roupa, de toalha segue para o banheiro, alguns hóspedes o cumprimentam, terminado o banho ele sai de bermuda, entra no quarto, tira este e veste cueca, calça, camiseta, procura pelos sapatos quando vê algo debaixo de sua cama.
- O que é isso?
Ele pega e senta na cama, uma foto, um casal bem jovem, Lucimar avisa da janta e entra.
- Mãe.
- O que é isso filho?
- Quem são estes aqui na foto mãe, você os conhece?
- Meu pai do céu, são seus pais.
- Eles?
- Como esta foto veio parar aqui?
- Você tem fotos deles?
- Tinha uma só, por incrível que pareça igual a essa mais eu a perdi há tantos anos.
- Mãe.
- Me dê por favor.
Izaías entrega para Lucimar que alisa a foto, lágrimas nos olhos, devolve para Izaías.
- Fique com ela mãe, vai que é a sua.
- Obrigada querido.
Lucimar sai cabisbaixo do quarto, foto no bolso do avental, segue para a cozinha, Izaías termina de se arrumar, todos jantam menos Sérgio que ainda não chegara, os hóspedes seguem para os quartos, Lucimar segura ali Izaías e as irmãs junto de Stéfany.
- Bem, filhos, hoje eu ganhei algo especial de Izaías e quero partilhar com vocês. Ela entrega a foto para eles, Cristina ao pegar a foto, se abre em choro, Janete também, Elisabeth se emociona mais não muito.
- Como ela esta aqui, você a tinha?
- Não Cris, na realidade eu tinha uma igual a essa.
- Como?
Izaías entra:
- Mais não é a da senhora?
- Não filho, a minha tinha dedicatória de sua mãe e essa tem data, hora e lembrete, só que a letra é do Osvaldo, seu pai.
- O quê?
- Isso é que esta me deixando aos nervos, como essa foto apareceu aqui?
Todos ali sem saber quando Sérgio entra na casa.
- Boa noite gente.
- Boa noite.
Izaías vai até ele.
- Olhe o que eu achei debaixo da minha cama.
- É minha, mais na verdade é para vocês, fui incumbido de entrega-la a vocês, ah, sempre me esqueço de algo.
- Como assim, explique melhor?
- Minha vó me deu para que entregasse a dona Lucimar, eu procurei muito por ela e olha só veio para as mãos certas.
Lucimar entra:
- Como assim Sérgio, o que tem haver a foto com a sua vó?
- Ela ganhou do seu irmão.
- Como?
- Antes do sr Osvaldo ir embora ele esteve em casa, tomou café e ficou por lá a conversar com minha vó, riram muito e quando ele se despediu dela deixou essa foto para que quando possível eu entregasse a vocês.
Lucimar ouve aquilo ainda descrente da história contada ali.
- Qual é mesmo o número da sua vó, Sérgio?
- Só um instante, vou busca-lo para a senhora. Ele entra no quarto e logo retorna entregando um papel a ela.
- Obrigado.
- Nada, eu havia me esquecido mesmo de da-los a vocês.
Cris acompanha a tia para o quarto, Izaías olha para Sérgio.
- Não vai jantar?
- Eu já comi, obrigado.
- Tá, gente eu vou sair.
- Cuidado, não fique por ai com estranhos.
- Obrigado pelo conselho sr Sérgio.
- Me desculpe.
- Tô de brinks migo, valeu por se preocupar comigo, adoro isso demais.
- Sei.
Izaías sai e as 3 que restam vão para a sala e ligam a tv, Sérgio vai para o quarto e se troca logo retornando.
- Posso fazer companhia para vocês?
- Lógico.
Izaías entra sem fazer barulho, deixa o calçado no tapete da sala seguindo para a cozinha, abre o refrigerador, pão, salame, alface, maionese, lanche da madruga ali, pega um copo de suco de uva que sobrara da janta, em pé ao balcão ele degusta aquilo quando a luz é acesa.
- Você?
- Olá Izaías.
- O que foi, perdeu o sono Sérgio?
- Acho que sim, não me convida?
- Claro, acho que não há problemas com isso. Risos.
Eles comem ali e Sérgio limpa a boca de Izaías com os dedos, este não se faz em tímido deixando um dedo adentrar sua boca.
- Você é infernal.
- Tal como diz. Izaías traz Sérgio mais para perto e ali o beijo marca, logo mãos roçam corpos, eles seguem para a sala e ali no tapete Sérgio avança em beijos e caricias, Izaías ali em silêncio recebe a tudo, roupas no chão e Sérgio recebe um boquete dos infernos de Izaías que engole, uma garganta profunda digna de filmes suecos, Sérgio quase grita ali, eles seguem para o quarto, ali na cama de Sérgio, Izaías sorve qualquer líquido de vestígio que ficara em qualquer parte do corpo do homem.
- Você me enlouquece, sabia?
Izaías cavalga o cara ali, tendo as mãos de Sérgio a percorrer as costas e peito do outro, mais línguas, beijos e sussurros profundos surge um quase " eu te amo", sendo abafado por mais doses de sexo.
Cristina sai de seu quarto e vai na cozinha, bebe água, quando vai para seu quarto vê uma peça de roupa jogada na sala, ela pega reconhece ser do sei irmão e vai até o quarto dele, se aproxima e ouve gemidos abafados, ela deixa a peça na maçaneta e segue de volta para seu quarto.
Amanhece, Sérgio acorda ainda de madruga e se veste para o trabalho, sai do quarto deixando Izaías ali nú de bruços em sua cama.
Na hora do café, a maioria dos hóspedes já tomaram e fora para seus respectivos empregos, Izaías ali a preparar o pão de Stéfany, Cristina olha para o irmão, terminado o desjejum ela o chama para uma conversa, os dois seguem para a varanda dos fundos.
- O que foi mana?
- Eu é que te pergunto, ficou louco, como sai com um cara que mora aqui?
- Ah sei, você nos viu, e ai estive bem na minha performance, acho que devo melhorar mais as mexidinhas aqui sabe.
- Pare Izaías, isso não é nenhuma das brincadeiras que esta acostumado, se a tia descobrir, pronto tudo acabado pra vocês, melhor para ele.
- Não por que, afinal somos adultos e donos de nosso narizes.
- Só que ele é hóspede da pensão, se esqueceu desse detalhe, a tia leva isso muito a sério, você sabe bem disso, se esqueceu do que houve no passado?
060221.....
2
Sérgio chega do trabalho, bebe água, entra no quarto, Lucimar estende roupas no quintal, Elisabeth ajuda ela, Stéfany faz a lição de casa na mesa da cozinha, Izaías chega e beija a menina no rosto lhe dando uma barra de chocolate, Stéfany o abraça, pega o caderno e estojo e corre para o quarto.
- Mãe, cheguei.
- Sei, o que fez para a Stéfany?
- Eu, nada.
- Sei, com certeza a mimou com algo.
- Credo mãe, eu, jamais. Risos.
O rapaz segue para o quarto e vê Sérgio ali na cama com um livro da saga Harry Porter.
- O que foi, vai para qual casa?
- Ainda não decidiram.
- Eu sou San Cirilo.
- Então eu vou para a..........
- Já te falaram que você é lindo assim?
- Como?
- De bermuda, sem camiseta, largadão ai, pronto pro abate.
- O quê, vai vir aqui e fazer esse sacrificio?
- Esta louco, o povo ai fora.
- Eu não ligo.
- Nem eu. Izaías parte para a cama de Sérgio, o beijo ali é quente, quando batem a porta.
- Tio, tio. Stéfany ali no corredor, Izaías se compõe e abre a porta, Sérgio já de camiseta.
- Olá meu anjo.
- Vamos jogar bola?
- Só se for agora. Izaías sai junto dela, Sérgio vai atrás, eles ficam quase duas horas brincando com a menina, Lucimar deixara Janete responsável pela janta e decidira por assistir a diversão dos três.
- Meu Deus, eu mereço tanta felicidade?
- Merece e muito mais. Cristina chega por trás abraçando-a.
- Oh minha querida, já veio?
- Aulas vagas, resolvi vir direto.
- E o namorado?
- Acho que acabou.
- Como assim, vocês estão indo tão bem.
- Estávamos mãe, estávamos.
- Vamos, quer desabafar?
- Acho melhor não, uma outra hora, falar nisso vai me fazer sofrer de novo.
- Tudo bem, mais saiba que eu estou aqui sempre para te ouvir e se quiser dar uns pitacos também tá?
- Obrigado mãe.
- Você é um amor em tudo sabia?
- Te amo minha flor.
- Eu é que te amo minha mãe.
Sérgio se dispersa da brincadeira e fixa os olhos no momento mãe e filha ali, Lucimar sem perceber recebe uma bolada de Stéfany.
- Desculpa, sabe, o tio que mandou.
- Izaías, Izaías. Fala alto Lucimar ali para a alegria de Stéfany e risos gerais.
O jantar quase pronto, Lucimar leva a filha para o banho, Sérgio vai para o banheiro, Izaías adianta o passo, no quarto pega toalha e segue.
- Oi.
- Vamos tomar banho?
- Agora?
- Vai logo me mostre que é audacioso.
- Sério?
- Logo.
Izaías entra no banho com Sérgio, em beijos e mãos que passeiam pelos corpos, Izaías inicia a satisfação do homem lhe masturbando ali, Sérgio geme baixinho com a mão de Iza em seu menbro, logo ele estoura em prazer, depois de uma sessão de oral finalizada ao som e água do chuveiro.
Os dois saem limpos e entram no quarto, Iza se joga na cama do homem que tranca a porta.
- Safadinho, o que pretende?
- Te quero todo.
- Adoro, vem.
Beijos selvagens e arranhos nas costas, Iza que faz diversas versões de amor ali, terminando em jatos quentes que faz ambos suarem ali, outro banho e depois a janta, a cozinha já fora desligada, Iza esquenta a comida deles, Sérgio brinca com o cabelo do rapaz enquanto come a refeição, Lucimar sai de seu quarto e assiste ao afeto dos dois, bebe água e retorna ao seu aposento.
- Alguém nos viu.
- Só minha mãe, relaxa, de boas.
- Você é louco mesmo.
- Te amo.
- O quê?
Os meses passam, chega o aniversário de Elisabeth, agora com 20 anos, a moça vibra com aquilo, convidara algumas amigas das baladas para um jantar que Lucimar fizera, depois o corte do bolo e os presentes, Izaías lhe dera as botas que ela tanto queria, Sérgio lhe deu um par de ingressos para uma festa Rave onde só a nata estará.
- É louco Sérgio, deve ter custado o olho da cara.
- Sua irmãzinha merece.
- Obrigado viu, de coração, mais não faz mais isso tá bom, ela tem de se acostumar com o que tem, acredite, isso é viva demais, vai dar trabalho para quem se engraçar com ela. Risos.
A aniversariante pula de alegria ali, já inicia uma competição entre as amigas valendo o ingresso de companhia para a Rave, Cris lhe deu sapatos, Janete lhe dá roupas, Lucimar a presenteia com um lindo colar que Elisabeth amou a ponto de grita mais em alegria.
Cris vai até Lucimar.
- Deve ter custado caro, por que algo assim tão caro mãe?
- Nada, na verdade, era meu, eu ganhei do Celso quando ainda éramos namorados, só para ti, é falso, uma bijou bem feita, só isso.
- Mais é bem lindo, senão dissesse eu jamais acreditaria, para mim parece uma jóia.
A festa vai seguindo e os hóspedes aos poucos vão seguindo para seus quartos pois ainda tem muito trabalho pela semana, Elisabeth pega um pedaço do bolo e vai até Sérgio.
- Vai, abre a boca.
- O quê?
- Abre. ele abre e ela lhe dá o pedaço na boca, Izaías assiste aquilo ainda sem muito entender.
- O que é isso Elisabeth?
- O que foi gente?
Todos ali olham para ela.
- Não posso alimentar meu boy?
- Boy? Izaías questiona aquilo sem se importar com os restantes.
- Que brincadeira é essa Elisabeth, diga logo de uma vez?
- Não, eu não estou brincando, fale para eles Sérgio, diga que estamos saindo há um mês?
- Um mês?
Lucimar entra ali.
- Bem gente, a festa acabou como sempre sua irmã fez o que sempre o faz a gracinha da vez, vamos dormir e amanhã veremos melhor isso.
Cada um para seu quarto, luzes apagadas, agora no quarto Izaías de frente a Sérgio.
- O que foi aquilo, quando ia me dizer?
- Eu a vi na rua, só isso, tomamos sorvete, saimos a um parque, só isso, coisas de amigos, só amigos, acredite.
- Amigos, sei, acredito sabe quando, nunca, ela é minha irmã, se queria ela por que se aproximou de mim, decida de uma vez qual é a sua fruta colega, a pra mim chega, acabou-se por aqui.
- O quê?
- Basta, melhor assim, foi bom, mais agora somos estranhos, é isso, estranhos.
- Chega Izaías, eu também te quero porra, eu te amo.
- Eu menti.
- O quê?
- Quando eu disse que te amava, eu menti, era isso, pronto, sou um mentiroso compulsivo, eu não te amo.
- Iza.
- Eu vou sair, quero respirar, preciso respirar.
- Vou contigo, assim conversa melhor.
- Eu vou sozinho, tá, sozinho.
Ele sai do quarto, faz uma ligação logo na rua pára um carro e ele entra, Sérgio sai logo atrás mais não há tempo de para-lo, ele retorna para a casa.
090221.....
TEXTO INDICADO AO PÚBLICO DE 18 ANOS ACIMA
CONTATOS: paulo fogaçaz/ YOUTUBE.
Sérgio acorda, olha o relógio, duas horas da manhã, ele sai do quarto e vai a cozinha bebe água, ouve um som de fora.
Da janela ele vê Izaías aos amassos com um carinha, som baixo da SAVEIRO do boy.
- O que é isso?
Ele ensaia sair mais desiste, de volta ao quarto ele lembra dos momentos com Iza e lágrimas rolam, minutos depois ouve a porta abrir, Iza entra cantarolando baixinho um rock tipo "Guns", Sérgio vira para a parede.
- O que foi, esta acordado?
- Resolveu falar comigo?
- Não só falar. Iza deita na cama do homem, aos beijos ele se entrega a Sérgio, o rapaz tenta falar algo mais é vencido pelo desejo do sexo.
Chega a hora, Sérgio sai para o trabalho, Iza já esta na cama dele e dorme como um anjo, ele o cobre e o beija na nuca, assim que ele sai, Iza abre os olhos, sai da cama e vai até a sala, da janela vê Sérgio dobrar a esquina.
- Por que fui me apaixonar, logo por você, hein?
Sem resposta ele retorna ao quarto, Lucimar assiste aquilo pela fresta da porta de seu quarto.
Amanhece, Iza vai para a farmácia, Lucimar lhe fizera gemada, pedido dele.
- O que houve á noite?
- Foi boa demais mãe.
- Como assim?
- Namorei e dormi.
- Com quem?
- Segredo dona Lucimar, tchau.
- Eh menino. Diz Lucimar na saída de Iza.
Tempos depois, Lucimar coloca o pudim de leite no refrigerador já fizera bolos, pa~es, afinal, não é fácil alimentar todos hóspedes e família, tem sempre que inventar algo.
Elisabeth vem a cozinha abre o refrigerador e serve dois copos de refri, sendo um para Lucimar.
- Obrigado, que bom que estamos sós, quero muito falar com você.
- O que foi mãe?
- Que negócio é esse de boy love, namoro com Sérgio?
- Ah bem, é isso, eu e ele, a gente tá se conhecendo.
- Pare com isso Elisabeth, sabe que ele...........
- Ele o quê mãe, tem outra?
- Não sei, sei lá, vai saber.
- Calma mãe, eu já fiscalizei, passei meu radar ele tá solteiro.
- Radar bem vagabundo esse seu hein.
- O que mãe?
- Nada, só vou deixar bem claro, não quero confusão aqui, qualquer coisa eu peço o quarto para ele.
- Credo mãe.
- É isso e pronto.
Cris sai do trabalho segue para o ponto a espera do circular para a facul quando pára um carro.
- E ai gata?
- O que foi Rodolfo?
- Olha, a mina esta nervosinha.
- Vai, segue teu rumo, me deixe em paz.
- Tudo bem, não vou ser inconveniente.
- Então vai.
- E a gente?
- Não existe mais a gente.
- E a minha sogra?
- O que foi, gostou de fazer o anjo para ela, só eu sei do que é capaz.
- Se sabe então é melhor ficar bem caladinha.
- Não quero problemas, para mim você já não existe.
- Que bom, beijos gata.
- Adeus. O carro segue e ela se junta a outras pessoas ali no ponto.
Sérgio chega do trabalho, entra no quarto e logo vai para o banho, assim que sai Lucimar o chama.
- Preciso falar com você Sérgio.
- Sim dona Lucimar. O homem termina de secar os cabelos com a toalha e segue para a sala, ali Lucimar lhe oferece biscoitos e chá.
- Obrigado.
- Olha rapaz, serei direta, o que pensa fazendo flertes aos meus filhos?
- Como assim dona Lucimar?
- É o que ouviu, pode dizer, não vou te julgar, só quero entender o por que desse apego ao meu Izaías e agora esse enlaço com a Elisabeth?
- Dona Lucimar.
- Pode falar Sérgio, estou te ouvindo, manda.
- Eu já falei para a Iza, eu não tenho nada com a Beth, só amizade, acredite.
- E o Iza?
- Ele não acreditou, só queria que ele soubesse, eu jamais faria algo de ruim para ele ou qualquer um dessa casa.
- Mais e a Beth, já teve uma conversa franca com ela, aberta?
- Ainda não, eu não quero criar problemas, achei que seria melhor deixar como esta e assim, logo ela desencana.
- Você acha que desse jeito tudo será resolvido?
- Não sei, acho que sim.
- Você é ingênuo demais, filho.
- Como?
- Ela não vai te deixar seguir assim.
- Por que?
1 note
·
View note
Photo
📸那谷寺庫裏庭園・琉美園 [ 石川県小松市 ] ② Nata-dera Temple Garden "Ryubien", Komatsu, Ishikawa ーー加賀藩三代目藩主 #前田利常 が再建した書院に #小堀遠州 指導により作庭された苔庭と、池泉回遊式庭園“琉美園”。 ........ 続き。 #国指定名勝 の書院庭園から #池泉回遊式庭園 “琉美園”へ。 この庭園の中心になるのが、3つに分かれた見た目の自然の岩盤“三尊石”。奇岩遊仙境のみならずこちらも圧巻⛰ . 先の庭園と同時期(寛永年代)にも一度この三尊石を中心とした庭園が作庭されたそうですが、その後荒廃。現在の庭園は1980年(昭和55年)頃に復元+一部は新たに作庭されたもの。 . 寺院や観光情報を見ていても作庭者の情報が載っていないけれど…1976年に #中根金作 ( #中根庭園研究所 )が“那谷寺奥庭”を手掛けられているんですよね(年代がちょっと違うけれど)。新たに追加された部分のことなのかなー? 奥にある茶室“了了庵”へと向かって小川が流れているのですが、その感じが『三室戸寺』や『大仙公園』っぽいな、と思わないでもない。 . その護岸の石たちが苔むしているのがまた良い!『苔の里』もですが、粟津のあたりは本当に苔が育ちやすいんだな~🌿文化財や観光名所として那谷寺を訪れる人には苔の里を知ってほしいし、苔の里をテレビで見て知った人には、��の庭園のことも知ってほしい…! . ・・・・・・・・ 🔗おにわさん紹介記事: https://oniwa.garden/nata-dera-temple-garden-%e9%82%a3%e8%b0%b7%e5%af%ba%e5%ba%ab%e8%a3%a1%e5%ba%ad%e5%9c%92/ ーーーーーーーー #japanesegarden #japanesegardens #jardinjaponais #japanischergarten #jardinjapones #jardimjapones #японскийсад #japantemple #komatsu #awazu #hokurikutrip #庭園 #日本庭園 #粟津 #小松 #石川 #寺社仏閣 #苔庭 #mossgarden #nakanekinsaku #kinsakunakane #おにわさん #oniwasan (那谷寺 / Natadera Temple) https://www.instagram.com/p/CF6gqiun5eY/?igshid=1sf3b1zwdeyer
#前田利常#小堀遠州#国指定名勝#池泉回遊式庭園#中根金作#中根庭園研究所#japanesegarden#japanesegardens#jardinjaponais#japanischergarten#jardinjapones#jardimjapones#японскийсад#japantemple#komatsu#awazu#hokurikutrip#庭園#日本庭園#粟津#小松#石川#寺社仏閣#苔庭#mossgarden#nakanekinsaku#kinsakunakane#おにわさん#oniwasan
0 notes