#Nama Anak Perempuan Dan Artinya Taat
Explore tagged Tumblr posts
kikyamci · 16 days ago
Text
Fauziah Hannah Alnilam
Sejak awal kehadiranmu nak, banyak pelajaran yang kami dapatkan. Salah satunya meridhoi takdirNya. Maka salah satu ikhtiar ayah dan umma adalah memberikan nama terbaik untukmu. Nama yang didalamnya tersematkan doa dan harapan kami untuk masa depanmu.
Fauziah. Berasal dari bahasa arab yang artinya kemenangan. Doa dan harapan kami semoga setiap tapak hidupmu selalu teriring kemenangan disisiNya. Menang melawan nafsu jahat dalam dirimu, menang melawan rasa malas, menang untuk belajar dari setiap kegagalan, dan kemenangan tertinggi ketika kedua kakimu berhasil menapaki surgaNya.
Hannah. Ia adalah wanita peradaban. Istri dari 'imran sekaligus ibu dari Maryam. Keluarga mereka adalah keluarga teladan yang Allah muliakan dengan menjadikan salah satu nama surah dalam Al-qur'an, Ali 'imran. Keluarga imran dimana hannah adalah tiang utamanya. Ia seorang istri yang sholehah, ibu yang Allah mampukan mendidik anaknya menjadi perempuan penghulu surga, serta keturunannya menjadi salah satu Rasul utusan, nabi isa alaihissalam. Doa dan harap kami nak, semoga kelak engkau mewarisi sifat mulia hannah, menjadi tokoh perempuan peradaban, istri yang sholehah, tiang keluarga teladan, ibu yang mampu mendidik anak keturunannya menjadi orang yang beradab dan tokoh penting dalam sejarah.
Alnilam. Bintang raksasa berwarna biru dalam sabuk orion. Cahayanya terang dan sangat cantik. Dahulu ia dijadikan penunjuk arah. Alnilam adalah salah satu tanda kebesaran Allah dalam tata surya kita. Dalam bahasa arab ia juga berarti untaian mutiara. Doa dan harapan kami nak, semoga kelak kamu tumbuh menjadi perempuan bak untaian mutiara, mahal, jelita, dan bersinar.
Atas rahmat dan pertolongan Allah,
Fauziah Hannah Alnilam, penyejuk mata hati kami. Perempuan mulia dan taat, jelita dan bersinar seperti untaian mutiara, yang tapak hidupnya beriring kemenangan disisiNya.
Terimakasih sudah berjuang bersama. Mari terus bertumbuh, tunas, dan bermekaran.
Jambi, 30 Oktober 2024. (3,4 kg;50 cm).
-k
2 notes · View notes
amarepandora · 3 months ago
Text
Ruthkhala; Ibu Agung Melahirkan Ras Agung.
Dihadiahkan pada selir ke VII, Rutkhala��sebuah lukisan yang tercipta atas manifestasi perasaan Kabala, sang seniman. Lukisan tersebut menampilkan presensi seorang wanita cantik yang tubuhnya terdiri atas ribuan benang merah, dari tubuhnya, salah satu benang tersebut membentuk bangunan-bangunan lain di sekitarnya, rumah, jalan raya, langit, bahkan anak-anak lain yang tengah berlarian menjamah sepetak jalan bekas kereta kuda melintas. Lukisan tersebut menunjukkan seolah-seolah perempuan adalah bagian paling penting yang membentuk tatanan sosial, bahkan mungkin sengaja dilukis untuk mempertegas bahwa perempuan adalah tatanan sosial itu sendiri.
Rutkhala memandang lukisan tersebut dengan tatap yang berbinar, kemudian beradu pandang dengan Kabala. Baginya adalah sebuah keberuntungan ketika selir Yang Mulia menyukai lukisannya—sebab ia akan mendapatkan emas dan pamor setelahnya. “Dirimu memang tidak pernah gagal dalam membuat sebuah karya seni, Kabala….” Suara Rutkhala memecah hening, ia melempar senyum sembari mengisyaratkan kepada para pelayannya untuk menyiapkan emas.
“Anda terlalu bermurah hati bagi saya yang hina ini, Yang Mulia Selir…” Jawabnya. Kabala harus mengendalikan diri sebaik mungkin, tidak boleh berbesar hati. Sebab meski hanya berstatus sebagai seorang selir, Rutkhala tetap membawa nama Yang Mulia di belakang Namanya—sehingga menghina Rutkhala berarti menghina keluarga kerajaan.
“Hm…. Lukisanmu ini berarti, seorang perempuan memiliki tanggungjawab untuk merawat anak-anak dan rumah mereka ya, Kabala?” Rutkhala bertanya, ia meraih 20 keping emas di tangannya.
Kabala terdiam untuk waktu yang cukup lama—adalah sebuah dosa baginya untuk menentang apa yang dikatakan oleh Ibu bagi seluruh kerajaan, tetapi apa yang dikatakan Rutkhala menggetarkan sebagian substansi jiwa yang kosong dalam dirinya, ia menatap wanita cantik itu dengan penuh iba. Rutkhala masih sangat muda ketika ia diminta sebagai tawanan perang saat Yang Mulia berhasil menguasai kampung halamannya, Vasileia. Ia kemudian tumbuh dan besar di lingkungan kerajaan, diajari cara menjadi istri yang baik, diajari cara menenun, menyulam, menyenangkan raja, bahkan cara tertawa dan berbicaranya pun merupakan konstruksi dogma Ibu suri. Akhirnya, cara Rutkhala memandang dunia kian sempit, ia hanya mengetahui bahwa perempuan secara kodrati adalah entitas yang diberi tugas untuk menyenangkan laki-laki dan melahirkan anak.
“Yang Mulia, saya sungguh meminta maaf bahwa kemampuan melukis saya tidak cukup baik, saya memaksudkan untuk menggambar perempuan yang menjadi tokoh penting dalam tatanan sosial itu sendiri, hamba yang memiliki banyak kekurangan ini pasti akan belajar lebih baik lagi untuk melukis, yang mulia.” Jawab Kabala.
“Hum? Perempuan menjadi tokoh penting?” Rutkhala bertanya, “Bukankah memang demikian? Kamilah yang bertugas untuk melahirkan calon-calon pemimpin masa depan. Oleh karena itu, kami harus terampil dan bermartabat.” Jawabnya.
Kabala tidak berani membantah. Ia tersenyum dan membungkuk kepada Rutkhala, “Anda sunggulah bijaksana Yang Mulia….” Setelah itu, Kabala beralih mengangkat lukisannya menuju kuil kecil tempat sang Selir biasan ya berdoa. Bukan rahasia lagi bagi seluruh penduduk Amare bahwa Rutkhala sang Selir merupakan hamba yang paling taat pada Sang Nirmala, bahkan dikatakan apabila ia tak menjadi Selir, pastilah ia akan menjadi pelayan Dewa.
“De man heft grote kunstwerken geschapen; de vrouw heft de mens geschspen; en Grote Moders maken een Groot Ras” lagi-lagi doa yang sama melantun dari bibir Rutkhala, ia menyempatkan diri untuk menyatukan tangan sembari memejamkan mata ketika melihat patung Sang Nirmala berdiri di sana. Kabala menyeringit, asing dengan lantunan doa yang ia dengar—rupayanya, ketidaktahuan itu hadir dengan jelas di wajah Kabala. “Artinya, laki-laki menciptakan karya seni besar; perempuan menciptakan laki-laki dan Ibu Agung menciptakan Ras Agung.” Rutkhala tersenyum, ia mengelus perutnya yang mulai membesar, doa itu selalu ia lantunkan, dari pagi hingga petang, dari ia masih berstatus sebagai tawanan perang hingga kini menjadi selir kesayangan Yang Mulia, harapan Rutkhala selalu sama, ia berharap dapat memperbaiki status sosialnya dengan melahirkan keturunan ras agung.
Ras Agung bukanlah mereka yang pandai dalam beretorika atau berfilsafat, dalam hegemoni masyarakat Vasileila, keluarga kerajaan adalah satu-satunya kelompok manusia yang dianggap sebagai Ras Agung. Mereka dipercaya merupakan keturunan dewa-dewi minor atau bahkan dikatakan mendapatkan berkah langsung dari Sang Nirmala. Oleh karena itu, Raja yang berada pada puncak hirarki mendapatkan privilase berupa hak yang besar atas sejumlah tanah hingga nyawa jutaan orang di Amare.
Surai berwarna putih dan bola mata berwarna ungu merupakan ciri dari keluarga kerajaan yang dianggap sebagai ras agung, umumnya karakteristik tersebut hanya diturunkan oleh raja kepada anak-anak yang dilahirkan oleh permaisuri, sedang anak-anak selir harus puas dengan genetika sang ibu yang diturunkan kepada mereka. Akhirnya, mereka dimarginalkan, dianggap tidak lebih dari sebuah objek tanpa kendali atas diri—permata, perhiasan, bahkan cendramata (tawanan perang) milik Raja. Oleh karena itu Ruthkala, Selir ke VII sang Agung Raja Amare ke XII selalu merapalkan doa yang sama setiap harinya. Ia berdoa kepada sang Nirmala agar mampu melahirkan keturunan Agung yang mewarisi ciri fisik keluarga kerajaan, sehingga ia tak berakhir sebagai pajangan—entitas yang selalu diobjektifikasi.
Satu-satunya jalan keluar atas setiap penderitaan yang dialami Rutkhala adalah menggantungkan hidupnya pada suaminya. Perempuan selalu dianggap sebagai subordinat laki-laki. Kontribusi mereka yang paling besar bagi masyarakat adalah dengan melahirkan anak laki-laki yang akan menjadi pemimpin.
“Semoga Sang Nirmala mendengarkan setiap doa Anda Yang Mulia, hamba akan turut mendoakan.” Balas Kabala, ia tak berniat menjastifikasi keinginan Rutkhala, seba ia tahu betul, yang tersisa darinya hanyalah sebuah keputusasaan. Tanpa sadar, pernikahan telah membuat Rutkhala menjadi perempuan nirkala, perempuan tanpa sisa.
Semoga Sang Nirmala mendengar.
Tumblr media
0 notes
azilastuff · 3 years ago
Text
Kenapa dalam banyak ayat, ketika ada Allah asy Syakir disertai Allah al 'Aliim?
15 Juli, 10.27 am, ini pesan yang masuk dari Mbak Mila. Bukan sekali-dua kali beliau ketika ingin menjelaskan sesuatu bertanya dulu seperti itu.
Rasanya bingung, karena jelas aku tidak tahu jawabannya apa. Tetapi bilang tidak tahu juga seperti tidak berusaha. Jadi, aku pastikan dulu ke Mbak Mila, "Mba, ini tuh soal yang harus mila jawab, atau cuma cara Mba memulai bahasan sesuatu? Mila sadar dua nama itu deketan aja ngga."
Tumblr media
Akhirnya aku buka buku Fikih Asmaul Husna yang aku punya--di mana aku belum sampai pada nama Allah yang Asy Syakir itu. Ada 6 ayat yang ditulis pada bab Asy Syakir, 2 ayat menggunakan kata شاكر dan 4 ayat dengan kata شكور.
Dua ayat dengan kata Syaakir(un) adalah:
إِنَّ ٱلصَّفَا وَٱلْمَرْوَةَ مِن شَعَآئِرِ ٱللَّهِ, فَمَنْ حَجَّ ٱلْبَيْتَ أَوِ ٱعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ أَن يَطَّوَّفَ بِهِمَاۚ وَمَن تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ ٱللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ
✨ Al-Baqarah 2:158
Sesungguhnya Safa dan Marwah merupakan sebagian syi‘ar (agama) Allah. Maka barangsiapa beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, tidak ada dosa baginya mengerjakan sa‘i antara keduanya. Dan barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka Allah Maha Mensyukuri, Maha Mengetahui.
✨ An-Nisa' 4:147
مَّا يَفْعَلُ ٱللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِن شَكَرْتُمْ وَءَامَنتُمْۚ وَكَانَ ٱللَّهُ شَاكِرًا عَلِيمًا
Allah tidak akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman. Dan Allah Maha Mensyukuri, Maha Mengetahui.
Empat ayat dengan kata Syakuur(un) adalah:
✨ Fatir 35:30
لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُم مِّن فَضْلِهِۦٓۚ إِنَّهُۥ غَفُورٌ شَكُورٌ
agar Allah menyempurnakan pahalanya kepada mereka dan menambah karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Mensyukuri.
✨ Fatir 35:34
وَقَالُوا۟ ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِىٓ أَذْهَبَ عَنَّا ٱلْحَزَنَۖ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٌ شَكُورٌ
Dan mereka berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan kesedihan dari kami. Sungguh, Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun, Maha Mensyukuri,
✨ Ash-Shura 42:23
ذَٰلِكَ ٱلَّذِى يُبَشِّرُ ٱللَّهُ عِبَادَهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِۗ قُل لَّآ أَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلَّا ٱلْمَوَدَّةَ فِى ٱلْقُرْبَىٰۗ وَمَن يَقْتَرِفْ حَسَنَةً نَّزِدْ لَهُۥ فِيهَا حُسْنًاۚ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ شَكُورٌ
Itulah (karunia) yang diberitahukan Allah untuk menggembirakan hamba-hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan kebajikan. Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak meminta kepadamu sesuatu imbalan pun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan.” Dan barangsiapa mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan kebaikan baginya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Mensyukuri.
✨ At-Taghabun 64:17
إِن تُقْرِضُوا۟ ٱللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَٰعِفْهُ لَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْۚ وَٱللَّهُ شَكُورٌ حَلِيمٌ
Jika kamu meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, niscaya Dia melipatgandakan (balasan) untukmu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Mensyukuri, Maha Penyantun.
Kelihatan tidak pola dua penggunaan nama tersebut?
Dengan keterbatasan aku menyimpulkan bab itu, aku jawab pertanyaan Mbak Mila dengan, "Hmm, mungkin flash back waktu mila bilang mila bingung sama perbuatan mila sendiri, tapi Allah mah ngga bingung. Jadi Allah tahu perbuatan mila kayak apa, mana kurangnya mana yang udah pasnya, jadi sama Allahnya juga bisa dibalas krna keMahatahuan Allah ttg amal hamba-Nya. Allah tahu mila ini jujur/ridho atau ngga sama perbuatan tersebut."
Beliau kemudian tanya lagi tanpa merespons jawabanku dulu.
Tumblr media
Karena sudah baca ayat 34 surat Fathir, aku cek lagi ke ayat sebelum dan sesudahnya. Ternyata ini rangkaian ayat yang bagus banget :')
Tumblr media
Di surga, nama yang akan disebut oleh penduduk surga adalah Allah Maha Mensyukuri. Tapi, kenapa? Setelah menunggu hingga besok, Mbak Mila kirim penjelasannya melalui voice note. Sebisa mungkin aku transkrip ke tulisan, ya.
Isi vn Mbak Mila kalau dibuat poin-poin seperti ini:
• Bersyukurnya Allah dengan bersyukurnya manusia itu berbeda. Manusia biasanya bersyukur saat dia tahu dia diberi kebaikan (kita bilang syukron). Misal saat ada yang kasih brownies ke aku.
• Kenapa kata Asy Syakir itu sebelahan sama Al 'Aliim? Manusia itu sering kali merasa ingin menunjukkan kebaikannya supaya manusia itu berterima kasih. Ingin punya image yang baik. Dan ini adalah gharizah-nya manusia (naluri, sesuatu yang manusia memang ingin penuhi--craving for). Dan Allah itu tahu kalau manusia itu memang begitu. Kita pengen kebaikan kita dianggap.
• Dari ayat ini Allah mau bilang, "bahkan saat kamu sembunyikan amal tersebut, dunia itu tidak tahu kita melakukannya, bahkan tidak ada satu makhluk pun yang tahu--Allah itu tahu (Al 'Aliim)."
/me: jadi sama Allah mah dianggap :')/
• Kalau mengecek ayat tentang Luqman menasehati anaknya, perbuatan sekecil apa pun itu Allah tahu dan akan mensyukurinya--mendatangkan balasan.
• Allah mau bikin manusia itu tenang dengan perbuatan kebaikannya. Allah mau gharizahnya manusia terpenuhi. Allah mau ketika manusia beramal itu ngga usah takut karena Allah itu Al 'Aliim.
• Terenyuhnya lagi, penduduk surga itu saat bahagia menyebut nama Allah Asy Syakuur. Karena mereka merasa amal mereka itu sedikit. Kan manusia itu lebih suka menghitung-hitung amal yang besar, kan. Misalnya sedekah 2 milyar. Jadi ngga PD. Padahal justru amal-amal yang dihimpunkan oleh Allah itu amal yang di mata manusia itu keciiil banget.
• Bahkan penduduk surga itu bertanya (terheran), "amal apa ini?" Allah bilang satu tetes air mata yang mengalir ketika engkau melakukan ketaatan di dunia. Jadi bayangin, satu tetes air mata itu, Allah kasih bayarannya. Manusia itu menangis bertetes-tetes dan Allah ganti dengan surga.
/me: lihat lagi di surat Fathir ayat 34/
• Penduduk surga itu bilang, "ya Allah pas dunia kita taat sama engkau sambil menangis. Tapi di surga sekarang ini, tangisan itu seperti tidak pernah terjadi." Ini adalah rasa syukurnya Allah terhadap manusia dan memberikan balasan seperti ini.
/me: Hold up. Dari ayat 34 itu tuh, aku jadi ingat sama thread yang aku pernah buat di instagram tentang why sadness stay longer than happiness. Happiness terasa temporal, tapi sadness seperti selamanya. Bahkan rasa bahagia itu lebih mirip distraksi dari kesedihan aja udah. Happiness is not lingering. Nah, di ayat ini, this is the forever happiness--bahkan sampai bikin kita tuh lupa pernah sesedih itu di dunia :')/
Tumblr media
/me: untuk chat selanjutnya ada kata mastatho'tum yang artinya usaha maksimal yang setiap orang akan beda-beda. (Maksimalnya aku dan kamu berbeda, jadi kita nilai diri sendiri ya nanti). Aku pernah bahas ini di instagram juga. Banyak ayat Allah pakai kata tersebut.
Nah, di bawah sambungan tentang perempuan yang memberi minum anjing.
Tumblr media Tumblr media
Nah, bukannya langsung menjawab, Mbak Mila malah bertanya lagi dengan sesuatu yang lain--yang bikin ciut besoknya, haha :'D
Tumblr media
Hayoo, harus jawab apa :') sepertinya ngga ada yang sempurna. Hiks.
Tumblr media Tumblr media
/me: chat selanjutnya agak panjang, aku copy aja ya..
"Tapi Allah mensyukuri setiap proses dalam serangkaian amal itu.
Misal amalnya shalat. Allah mensyukuri setiap usaha kita segera melangkah untuk wudhu ketika azan berkumandang, mensyukuri ketika kita menunda dulu pekerjaan kita untuk segera shalat, mensyukuri wudhu kita yang benar, daaaann seterusnya.
Walaupun..
Shalatnya belum khusuk misal.
Walaupun wudhunya belum sempurna misal.
Allah ga seperti majikan yang hanya menilai amal itu secara keseluruhan dari hasil akhir, yaitu sempurna atau tidaknya.
Maka, manusia itu balik lagi harus mastatho'tum dalam beramal.
Sampai batas maksimal yang ia mampu, sesuai kadar dirinya, sesuai kejujurannya kepada Allah.
Niatnya, ikhtiarnya, tawakalnya.
Kalau sudah mastathotum, tetiba anak jatuh di depan kita lagi shalat, terus dalam sekejap kita jadi ga khusuk karena hawatir. Allah Asy Syakir akan menerima yang mastathotum tadi (selama niat dan caranya benar).
Maha mensyukurinya Allah juga Allah mengampuni kita dalam ketidaksempurnaan itu. Kita udah selesai shalat nih, ga sempurna pasti shalatnya, ada bagian ga khusuknya. Habis shalat kita istighfar, minta ampun ke Allah, Allah ampuni dan bila Allah berkehendak, Allah asy Syakir akan menyempurnakan amal kita tadi dengan istighfar kita afau amal kita yang lain yang sunnah."
/me: ingat di ayat yang pakai kata Syakuur(un), itu beberapa sandingannya dengan Allah Maha Pengampun. Mbak Mila juga lanjutin dengan kirim ayat tsb.
✨ Fatir 35:30
لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُم مِّن فَضْلِهِۦٓۚ إِنَّهُۥ غَفُورٌ شَكُورٌ
agar Allah menyempurnakan pahalanya kepada mereka dan menambah karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Mensyukuri.
/me: oke, lanjut copy chat-nya Mbak Mila
"Coba mila bayangkan, kalau ada majikan, anak buahnya kerjaannya ga beres, dimana mana ga beres, ngerjain ini ga beres ngerjain itu ga beres, ya ga sesuai lah dengan apa yang dia bilang.
Mungkin ga majikan itu mau berterimakasih terhadap hal² kecil yang beres (maksudnya ada lah dari kerjaan si anak buah tuh sebagian kecil yang selesai)? ENGGAK. Yang ada "saya udah bayar kamu, kamu kerja ga ada yang bener"
Allah berbeda, Allah asy Syakir Mil.
Segitu banyaknya pemberian Allah, Allah mensyukuri yang ga sempurna itu.
Dan ketika hambaNYA menambah dengan istighfar dan amalan sunnah, Allah asy Syakir sempurnakan yang tadi ga sempurna itu."
/me: habis ini Mbak Mila menyinggung Qs. Al Baqarah ayat 158 yang aku tulis di atas.
Tumblr media
/me: aku lanjutin dengan copy, ya. Soalnya limit insert picture hanya 10 aja. Padahal chatnya masih ada :')
"Kata tathowwa'a itu, Mil, mengerjakan dengan ridho, dengan kerelaan. Ridho kepada Allah.. Jadi bukan sekedar taat, tapi mengerjakan ketaatan dengan ridho.
Maka penting ketika mengenalkan amal kepada anak, ajak mereka untuk ridhi melakukannya, bukan terpaksa.
Nak, kalau Aa ridho melakukan amal ini, Allah as Syakir akan mensyukuri amal Aa dengan balasan yang sangat besar, balasan kebaikan yang banyak dan ga bisa kita ukur.
Jadi kan ayat ini menjelaskan tentang ibadah sai yang para sahabat itu dulu ga mau sai karena disekitaran areanya itu suka dipakai penyembahan berhala, ga mau itu ya karena hawatir kan.
Maka Allah menurunkan ayat ini untuk meyakinkan bahwa sai itu ga berdosa dan bahkan dalam beberapa riwayat disepakati sebagai rukun haji.
Nah syariah ini tuh bentuk penghargaan/bentuk syukurnya Allah juga kepada ridhonya Ibunda Hajar ketika kejadian mencari air itu. /me: aku jadi berpikir tentang ibadah kurban juga :')/
Maka siapa yang melakukan ibadah sai dengan keridhoan sebagaimana ridhonya Ibunda Hajar, Allah asy Syakir mensyukurinya dengan memberi balasan disisiNYA.
Jadi kalau kita melakukan suatu amal, ridho, Allah as Syakir akan balas dengan balasan yang sangaf besar yang ga bisa kita ukur."
---
Chat dengan Mbak Mila cukup sampai di situ. Karena habis itu masuk malam lebaran. Aku setelah diskusi sama Mbak Mila spt itu, jadi merasakan dorongan yang fresh terkait mengerjakan amalan yang sunnah dan memohon ampun pada Allah.
Lagi-lagi, rasa yang aku dapat itu, ternyata mengerjakan hal tersebut sangat menyenangkan (aku pernah mau bahas tentang memaafkan itu menyenangkan, tapi belum sempat di instagram). Rasanya itu bukan beban, bukan yang--aduh, kenapa sih harus banyak amal gini.
Justru jadi senang karena aku tahu apa yang aku kejar. Aku mengejar Maha Mensyukurinya Allah. Aku mengejar keridhoan Allah dengan akunya juga harus ridho--rela, lega hati, tenang--pada dan saat mengerjakannya.
Aku sebelumnya tanya juga, Mbak gimana ya dengan yang hari ini ngga jadi haji? Rasanya pasti sedih banget ada di malam ini tapi raga tidak di Mekkah. Mbak Mila kembali bilang, selama hatinya ridho, Allah tetap mensyukurinya.
Wah, itu, buatku, adalah jawaban yang sangat ultimate--juga untuk kesedihan2 yang aku miliki dan rasakan. :') Kamu bisa rasakan ngga betapa sayangnya Allah di ayat2 yang tadi aku copy ke sini?
Tapi sebelum aku tutup tulisan ini, aku mau masukan catatan sedikit dari bab Allah Maha Mensyukuri di buku Fikih Asmaul Husna ini. Aku jadikan poin-poin aja ya..
• Allah Asy Syakur Asy Syakir adalah Rabb yang tidak menyia-nyiakan amalan orang yang beramal yang ada di sisi-Nya, bahkan Dia melipatgandakan pahala tanpa perhitungan, yang menerima sedikitpun dari amalan lalu membalasnya dengan pahala dan pemberian yang banyak lagi lapang.
• Salah satu perkataannya Ibnul Qayyim rahimahullah: Dia bersyukur kepada hamba-Nya dengan ucapan, yaitu menyanjungnya di tengah-tengah malaikat dan di hadapan makhluk lainnya di langit. Dia juga bersyukur dengan perbuatan, yakni apabila hamba itu meninggalkan sesuatu karena-Nya, maka Dia akan memberikan kepadanya sesuatu yang lebih utama dari sebelumnya.
• Di antara rasa syukur Allah adalah Dia memberikan balasan di dunia kepada musuh-Nya lantaran kebaikan dan perbuatan ma'ruf yang telah ia lakukan. Sedangkan pada hari kiamat, Allah akan memberikan keringanan untuknya sehingga Dia tidak menyia-nyiakan kebaikan yang telah ia lakukan. /me: huaaa, sebaik itu lho Allah :''
• Di antara syukur Allah adalah Dia mengeluarkan hamba dari neraka lantaran adanya sebesar dzarrah kebaikan padanya dan Dia tidak menyia-nyiakan ukuran tersebut bagi orang itu ✨
• Allah Asy Syakir sangat sayang pada manusia yang memiliki sifat Syukur /me: Mbak Mila juga pernah sampaikan tentang Asmaul Husna ini, ketika ada nama-nama Allah yang jamal (indah, bagus), Allah suka jika sifat ini ada pada manusia juga.
---
Semoga Allah selalu jaga kita dari rasa tidak bersyukur. Semoga Allah menambahkan rasa menghargai diri sendiri atas amal-amal kecil yang kita bisa lakukan sehingga kita pun ridho dengan hal tersebut dan Allah pun ridho :')
Selamat berlebaran, teman-teman.
Saudari kalian, Mila. 20 Juli, 5.35 am.
8 notes · View notes
sebiruhariini · 5 years ago
Text
Kisah Keluarga Laki-laki biasa dalam Al Qur’an
Ini adalah kisah seorang laki-laki biasa dan keluarganya yang diabadikan dalam Al Qur’an. Tepatnya, laki-laki yang luar biasa di antara laki-laki biasa, di antara manusia biasa lainnya. Tulisan ini merupakan catatan pribadi dari kajian tadabbur ayat siroh oleh Ustadz Baihaqi, Lc di Masjid Darussalam, GTA pada 16 Mei 2019 lalu. Semoga bermanfaat dan dapat kita ambil hikmahnya, terutama bagi penulis :)
Namanya diabadikan dalam Al Qur’an. Ia bukan dari kalangan nabi ataupun rasul, hanya seorang laki-laki biasa. Ya, ialah Imran, yang namanya menjadi salah satu surat awalan dalam Kalamullah.
Adapun hikmah secara umum surat ini;
Ternyata, ada yang bisa ditelaah mengapa surat ini berdekatan dengan QS. Al Baqarah dan QS. An Nisa. Surat Al Baqarah banyak membahas terkait syariat dalam Islam, yakni solat, puasa, zakat, menikah, sampai menceritakan banyaknya penyelewengan yang dilakukan oleh Bani Israil saat itu. Allah swt kiranya hendak menunjukkan bahwa di tengah kerusakan ataupun penyelewangan, tetap ada orang-orang (yang dalam kisah ini ialah satu keluarga) yang teguh mentaati RabbNya. Meskipun terjadi banyak penyelewengan yang dilakukan oleh Bani Israil, namun ada para Nabi atau bahkan keluarga dari orang-orang sholeh yang sudah Allah swt pilihkan. (QS. Ali Imran ayat 33)
Hanya generasi baik dari keluarga yang baiklah yang mampu mengemban syariat agama ini.
Ternyata, sorotan utama dalam kisah keluarga ini bukanlah kepada sosok kepala keluarga, tidak seperti kisah Nabi Adam, Nabi Nuh, dan lainnya. Namun, juga ditampilkan anggota keluarga lainnya, yakni: Hannah (istri Imran), Maryam bintu Imran (anak Imran), Zakaria bin Yahya (sepupu Imran)
Walaupun sosok Imran tidak ditampakkan, tetapi kesholihannya tidak diragukan karena dia memiliki istri, anak, dan kerabat yang sholih dan sholiha. 
Setelah surat ini adalah surat An Nisa, yang akan membahas banyak perihal wanita, karena sudah ditampilkan sosok Hannah, istri Imran.
Selanjutnya, kita akan tadabbur per ayat;
Ayat 33-34: “Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing), (sebagai) satu keturunan yang sebagiannya (turunan) dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
 اصْطَفَىٰ
Dalam ayat 33, ada kata ini. Artinya ialah memilih, menyaring, memurnikan. Allah swt sudah memilih Adam, Nuh, Keluarga Ibrahim, Keluarga Imran melebihi keluarga lainnya, orang-orang lain pada masanya. Bukan sekedar memilih, namun makna kata ini ialah menjadikan mereka tidak bercampur baur dari sifat-sifat buruk, memurnikan mereka). Nabi Adam as dipilih di antara makhluk-makhlukNya; jin, malaikat, dsb. Nabi Nuh as dipilih ketika manusia sudah banyak saat itu dan melewati masa perjuangan dakwah yang sangat panjang. Begitupun dengan nabi Ibrahim as. Allah swt membuat mereka satu keturunan. Imran merupakan keturunan nabi Ibrahim as dari jalur nabi Ishaq as (Sarah). Ibrahim as keturunan nabi Nuh as.  Nabi Nuh as pastilah keturunan nabi Adam as. Hal ini memberikan makna bahwa Allah swt mendengar doa nabi Ibrahim as, ketika ia meminta diberikan anak-cucu yang taat kepada Rabbnya.
Ayat 35: “(Ingatlah), ketika isteri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".
Hannah berdoa kepada Allah swt dan bernadzar bahwa anak yang sedang di dalam kandungannya menjadi hamba yang shalih dan berkhidmat di Baitul Maqdis.
مُحَرَّرًا
Terdapat kata tsb dalam ayat ini, mengandung arti ‘yang bebas’, namun karena pada masa Bani Israil tidak ada istilah memerdekakan budak atau mengenal tawanan perang, maka artinya ialah terbebas dari urusan dunia, menjadi hamba yang murni berkhidmat pada Allah ta’ala.
فَتَقَبَّلْ مِنِّي
Hannah meminta dikabulkan doanya.
Dari ayat ini, kita belajar;
Cita-cita Hannah perihal masa depan anaknya dalam ayat ini merupakan cita-cita tertinggi bagi orang tua, anak untuk berkhidmat pada Allah swt.
Hannah tidak meminta spesifik anaknya laki-laki ataupun perempuan. Padahal semua yang ada di Baitul Maqdis adalah laki-laki. Hannah mengajarkan kita bahwa ia murni hanya ingin anaknya menjadi anak yang taat kepada Rabbnya, tanpa berkeinginan lainnya.
Cita-cita, harapan, dan doa untuk anak itu perlu dipanjatkan sejak dini bahkan dari kandungan.
Ayat 36: “Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: "Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk".
Hannah di sini menyampaikan sebuah udzur. Bahwa yang ia lahirkan adalah anak perempuan, ia khawatir Allah swt tidak menerima nadzarnya. Dari ayat ini kita bisa petik hikmah, bahwa Hannah melahirkan seorang bayi perempuan, itu merupakan kehendak Allah, takdir Allah ta’ala. Lihatlah, bayi yang dinamai Maryam itu, tumbuh dengan baik, dijamin rizqinya (langsung dari Surga), dijaga dengan penjagaan terbaik (melalui wasilah; pamannya, Nabi Zakaria as). Allah swt memberikan takdir yang jauh lebih baik atas apa yang sebelumnya diharapkan oleh Hannah dan orang-orang terdekatnya saat itu.
Maka, jangan pernah kecewa ketika realitas tidak sesuai dengan harapan. Bisa jadi, itu merupakan takdir yang akan membawa pada kebaikan dan keberkahan yang lebih besar lagi.
Lalu, yang memberikan nama itu ialah Hannah istrinya karena Imran telah wafat. Ketika suami telah wafat, maka yang bertugas memberi nama bagi anak ialah istri, dan orangtua punya kewajiban memberikan nama yang baik bagi anak, karena itu adalah doa.
Kemudian, Hannah dalam ayat ini berdoa meminta perlindungan untuk Maryam dan keturunannya (1,2,3,.. generasi)  agar dijauhkan dari syaithan yang terkutuk. Dari ayat ini kita juga belajar bahwa orangtua harus berpikir panjang terhadap keturunannya, tidak berhenti di anaknya saja, namun 1-2-3 generasi yang akan datang.
Perlindungan dari syaithan yang terkutuk mengandung arti bahwa agar manusia selalu ingat siapa musuhnya; ialah iblis dan syaithan. Karena banyak saat ini, yang menjadikan saudaranya sendiri sebagai musuh, dan lainnya. Naudzubillahi min dzalik.
Ayat 37: “Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.”
فَتَقَبَّلَهَا 
kata ini artinya menerima sesuatu dengan ridha. Allah swt menerima nadzar Hannah. Ditandai dengan allah swt menjaga Maryam dan keturunannya, Isa as dari syaithan. Di sini, Zakaria as berperan sebagia wasilah ataupun jawaban dari doa Hannah, agar dijauhi dari syaithan yang terkutuk. Ditandai juga dengan Maryam walaupun ia wanita, namun tetap dapat berkhidmat di Baitul Maqdis. Allah swt yang langsung menjaga Maryam; pertumbuhan fisik dan ruhaniyahnya sangat baik. Walau nabi Zakaria as yang bertanggung jawab untuk Maryam, namun Allah ta’ala memberikan rizqi kepada Maryam (berupa makanan dari Surga).
قَالَ يَا مَرْيَمُ أَنَّىٰ لَكِ هَٰذَا
Dari ayat ini kita juga belajar pentingnya tabayyun (kroscek suatu informasi). Zakaria as bertanya kepada Maryam (tidak memendam sehingga menimbulkan dzon/prasangka buruk), darimana makanan itu? Maryam menjawab, dari Allah swt. Lantas, mengapa Zakaria as langsung percaya? Mungkin bisa saja ada seseorang yang diam-diam pergi ke mihrab Maryam lalu memberikan itu? Zakaria as melihat dari akhlak Maryam selama ini. Jika kita tabayyun kepada orang yang memang baik, ya percaya.
Ayat 38: “Di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa".
هَبْ
artinya karunia dan pemberian tanpa ada harap balasan dari apa yang sudah diperbuat.
Kenapa Zakaria as baru berdoa? Apakah kemarin-kemarin tidak? Ia tentunya sudah berdoa dan karena ada “momen” Maryam dan ibunya, Hannah, ia mengharapkan keajaiban yang sama, untuk diberikan keturunan yang baik.
Ayat 42: “Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).”
 اصْطَفَاكِ
Artinya, memilih. Allah swt memilih Maryam untuk memudahkan baginya menerima hikmah, memilihnya untuk yang diberikan rizqi langsung dari Surga, memilihnya untuk dapat berkomunikasi dengan malaikat langsung.
وَطَهَّرَكِ
Maryam sudah disucikan dari maksiat, dijauhkan dari sentuhan laki-laki, dijauhkan dari perbuatan & kebiasaan buruk.
وَاصْطَفَاكِ
Artinya memilih juga, namun lebih khusus. Ia dipilih di atas wanita-wanita lainnya, yakni melahirkan Isa as tanpa seorang Ayah, dan bayinya dapat berbicara sewaktu kecil.
Beruntunglah Maryam dan semoga dapat kita teladani kebaikan apapun darinya, terlebih perannya sebagai seorang Ibu.
Maka, siapa wanita terbaik yang diabadikan Rasulullah dalam sabdanya; “Cukuplah teladan bagi kalian wanita terbaik di jagat raya ini yaitu: Maryam binti ‘Imran, Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad dan ‘Asiyah istri Fir’aun.” (HR. Tirmidzi)
Mengapa Khadijah? Ia adalah istri seorang nabi, yang memaksimalkan perannya sebagai seorang istri
Mengapa Maryam? Ia adalah ibu seorang nabi, yang memaksimalkan perannya sebagai seorang ibu
Mengapa Fatimah? Ia adalah anak dari seorang nabi, yang memaksimalkan perannya sebagai seorang anak
Mengapa Asiyah? ia tetap berperan sebagai seorang istri yang taat kepada Rabbnya, walau teman hidupnya seorang yang dzalim.
Keluarga merupakan satu kesatuan. Kita ingin agar keturunan kita, bahkan keturunan kakak-adik-abang kita juga mendapat keturunan yang baik, sehingga dapat menjadi 1 keluarga yang utuh. Maka, pastikan saudara kandung kita juga mendapat pasangan yang baik, agar anak-anak kita berinteraksi dengan orang-orang dan keturunan yang baik.
Kondisi saat ini, banyak wanita yang mengeluh, kurang berperannya ataupun kurang memberikan teladannya sosok suami ataupun kepala keluarga yang mereka miliki. Ustadz berpesan, lihatlah perjuangan bunda Maryam, yang tetap memberikan yang terbaik, walau seorang diri menjaga dan menumbuhkan seorang nabi.
Semoga inspirasi keluarga Imran ini dapat menjadi renungan dan dapat kita amalkan segala kebaikannya kelak.
Jika terdapat kesalahan, mohon koreksi. Semoga bermanfaat :)
Wallahu a’lam bishawab.
-hq
17 notes · View notes
tanyanamabayi · 8 years ago
Text
38 Nama Bayi Perempuan Yang Artinya Taat
38 Nama Bayi Perempuan Yang Artinya Taat
tanyanama.com – Nama bayi perempuan berikut ini adalah kumpulan nama lengkap untuk perempuan yang mempunyai arti Taat. Nama anak perempuan ini tentunya bisa dikombinasikan dengan nama lain untuk membentuk sebuah rangkaian nama bayi perempuan 2-3 suku kata yang cocok dimana mengandung makna nama dan arti nama bayi yang bagus bagi calon anak perempuan Anda.
Ketika mencari ide nama bayi perempuan…
View On WordPress
0 notes
gsatriaandika · 7 years ago
Text
Dari lelaki untuk lelaki
Jika nanti kita diberikan amanah sebagai imam keluarga, jadilah sosok pemimpin, pelindung dan sahabat jiwa bagi istri dan anak-anak kita. Yang memadukan ketegasan dan kelembutan, yang menebarkan cinta, bukan yang membuat takut. Yang mengedepankan kemauan baik, bukan menggunakan otoritas kita.
Seorang wanita yang kita jadikan istri itu memang dikatakan sebagai “makmum”. Namun dalam Islam makmum itu bukan sosok yang selalu harus menuruti imam. Seperti halnya dalam shalat, jika imam keliru maka makmum mengingatkan dengan isyarat. Dan jangan karena merasa diri jadi imam, ketika diingatkan makmum karena kita keliru, lalu tidak peduli, bahkan menyalahkannya.
Kita manusia tidak luput dari kesalahan, dan kita pasti diuji dengan kekhilafan dan ketidakjernihan dalam berfikir dan bertindak. Maka ketika hal itu terjadi, kita harus bisa menurunkan “ego” kita, atas nama cinta karena-Nya.
Kita diwajibkan berilmu, begitupun seorang wanita. Jangan halangi dirinya untuk terus belajar dan belajar. Dan jangan halangi dirinya untuk mengamalkan ilmu yang dia miliki bukan hanya untuk dirinya, tetapi bagi anak dan juga suaminya. Membantu kita sebagai seorang suami untuk mendidik anak-anaknya dengan baik. Berikan hak kepadanya untuk meluruskan suaminya ketika diri kita keliru, bukankah itu sebagai bentuk bakti dan cintanya?
Tapi jangan berikan ruang sedikitpun baginya untuk bermudah-mudahan bergaul dengan lelaki, wanita tidak hanya Allah Ta'ala peringatkan agar tidak berhias keluar rumah sehingga menarik perhatian para ajnabi seperti kaum jahiliyah yang dahulu, kitapun memiliki kewajiban untuk bersabar dalam mengingatkannya.
Berbangga ketika dia dikagumi banyak lelaki diluaran sana.. sekali-kali jangan biarkan itu sampai terjadi. Dan jangan membiarkannya berbuat ‘maksiat’ lainnya.
Dimana rasa cemburu mu?
Bahkan Allah Ta'ala murka kepada lelaki yang demikian. Laki-laki yang tidak memiliki rasa ‘cemburu’ kepada keluarganya dan yang membiarkan keluarganya berbuat maksiat (berbuat dosa) adalah yang dikatakan sebagai lelaki dayyuts.
Makna cemburu disini adalah kecemburuan untuk kebaikan dalam agamanya, yang merupakan pendorong kebaikan dalam diri seorang hamba.
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“ثلاثة لا ينظر الله عز وجل إليهم يوم القيامة: العاق لوالديه, والمرأة المترجلة, والديوث…”
“Ada tiga golongan manusia yang tidak akan dilihat oleh Allah (dengan pandangan kasih sayang) pada hari kiamat nanti, yaitu: orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, perempuan yang menyerupai laki-laki, dan AD-DAYYUTS…” (HR. An-Nasa-i, no. 2562, Ahmad, 2/134 dan lain-lain. Dishahihkan oleh Adz-Dzahabi dalam Kitabul Kaba-ir, hal. 55. Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 1/498 mengenai makna hadits ini)
Lawan dari ad-dayyuts adalah al-gayur, yaitu orang yang memiliki kecemburuan besar terhadap keluarganya sehingga dia tidak membiarkan mereka berbuat maksiat. (Lihat Tuhfatul ahwadzi 9/357).
Ancaman keras dalam hadits tentang ini menunjukkan bahwa perbuatan ini termasuk dosa besar yang sangat dimurkai oleh Allah Ta’ala, karena termasuk ciri-ciri dosa besar adalah jika perbuatan tersebut diancam akan mendapatkan balasan di akhirat nanti, baik berupa siksaan, kemurkaan Allah ataupun ancaman keras lainnya. (Lihat Kitabul Kaba-ir, hal. 4) 
Dan yang terakhir, jadilah lelaki yang menyenangkan, dan meneduhkan ketika dipandang, lelaki yang memperlakukan istrinya nanti dengan baik. Bukan yang hanya menuntut agar seorang wanita selalu taat dan menyenangkan jika dipandang.
Karena Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam mewasiatkan kita agar berlaku lemah lembut atasnya, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, (artinya): “Orang yang imannya paling sempurna di antara kaum mukminin adalah orang yang paling bagus akhlaknya di antara mereka, dan sebaik-baik kalian adalah yang terbaik akhlaknya terhadap istrinya.” (HR At-Thirmidzi no 1162, Ibnu Majah no 1987).
Dan tentu pesan ini pun bagi saya juga.
416 notes · View notes
hanamaulida · 7 years ago
Text
#daripadadilemari: Kedudukan Perempuan dalam Islam - HAMKA
Tumblr media
Haji Abdul Malik Karim Amrullah, atau lebih dikenal dengan julukan Hamka atau Buya Hamka adalah seorang ulama besar Indonesia yang saya kagumi. Karena selain berdakwah secara lisan, beliau juga pandai menulis. Jadilah ilmu yang beliau siarkan tak lekang oleh waktu. Tulisan-tulisannya indah. Mendalam menyentuh kalbu. Bahkan bagi pembaca selain muslim.
Buku kedudukan perempuan dalam islam ini adalah karyanya yang ditulis pada tahun 1973. Beruntung saya masih bisa mendapatkan buku langka ini dengan kondisi yang masih baik. Meskipun kertasnya sudah menguning dimakan waktu :")
Pada intinya buku ini menjelaskan tentang kedudukan perempuan yang setara dengan lelaki. Artinya, islam tidak pernah meletakkan perempuan sebagai posisi 'kedua' dalam strata manusia. Selain itu, dibahas pula perdebatan umum yang muncul dari anggapan-anggapan yang mensalahtafsirkan 'feminis' dalam islam. Sehingga untuk permasalahan dalam konteks sekarang, buku ini cukup mampu menjawab.
Pembahasan buku ini diawali dengan surat An-Nisa ayat 1. Bahwa asal muasal manusia adalah satu, kemudian dijadikan dua dari yang satu tersebut, untuk setelahnya dipersatukan kembali (kisah Adam dan Hawa). Dari sini manusia perlu sadar bahwa secara fitrah keduanya saling memerlukan. Tentunya atas dasar takwa kepada Allah, agar kehidupan senantiasa berkah dan terpelihara.
Ayat pertama surat An-Nisa ini hanya satu diantara banyak ayat yang mengistimewakan kaum perempuan. Bahkan terdapat sebuah surat dalam Al-quran yang menggunakan nama perempuan (Maryam). Ini menandakan bahwa betapa Islam menempatkan perempuan pada derajat yang mulia.
Secara keseluruhan, buku ini sangat mencerahkan. Meskipun pembahasannya tidak terlalu dalam (karena buku juga hanya setebal 103 halaman), tapi cukup berguna untuk mengantarkan kita pada pemahaman mendasar tentang bagaimana Islam memposisikan perempuan.
Setiap bab di buku ini dilengkapi dengan ayat dan hadist sebagai acuan. Dan yang lebih menarik lagi, terdapat kisah-kisah keseharian Rasulullah, juga para sahabat yang menguatkan pemahaman.
Misalnya dalam bab "Penghargaan yang Sama". Diceritakan kala pertama Rasul menerima wahyu di gua hira. Peristiwa itu rupanya benar-benar mengguncang perasaan beliau. Bahkan membuat seluruh tubuhnya menggigil. Sehingga ketika sampai di rumah, Rasul langsung meminta Khadijah menyelimutinya sambil bergumam "inniqad khasyitu alla aqli!" Yang artinya "saya rasanya seperti akan gila!"
Lalu apa yang dikatakan Khadijah?
Dengan tenang ia berkata "Tidak, engkau tidak akan gila. Allah sekali-kali tidak akan mengecewakan engkau selama-lamanya. Sebab engkau adalah seorang yang selalu menghubungkan silaturahmi, kasih sayang terhadap siapa saja. .........dan engkau selalu menolong orang lain dalam menghadapi kesukaran hidup"
Kata-kata itulah yang membuat Rasulullah bangkit untuk memikul tanggungjawab sebagai utusan Allah. Sehingga bisa diartikan, bahwa kesuksesan yang dicapai Nabi Muhammad sebagian besar adalah karena hadirnya seorang perempuan di sampingnya.
Masyaa Allah ya. Saya sampai merinding waktu pertama kali baca kisah ini. Betapa penting sikap yang diambil seorang istri di saat-saat yang menentukan. Tak heran jika perempuan dijuluki sebagai tiang negara. Bukan sesuatu yang letaknya terlihat, namun perannya sangat signifikan bagi kokohnya sebuah bangunan.
Lalu dalam bab "Pembagian Tugas", diceritakan sebuah kisah tentang keresahan atas ketidakadilan yang pernah terlintas di benak sekelompok perempuan. Saya pikir kisah ini cukup mampu membantu kita memahami definisi "sama" antara tugas laki-laki dan perempuan.
Begini ceritanya...
Pada suatu hari datanglah seorang perempuan membawa titipan pertanyaan dari sesama kaum perempuan. Ia bertanya kepada Rasulullah:
"Ini soal jihad, ya Rasul. Laki-laki diperintahkan Allah untuk jihad. Kalau mereka menang, mereka mendapatkan pahala. Dan kalau mereka terbunuh mereka akan hidup di sisi Tuhan. Sedang kaum wanita adalah yang selalu menjaga rumah tangga. Apakah gerangan yang akan kami dapat?"
Rasulullah menjawab "Sampaikanlah kepada kawan-kawanmu, bahwasanya taat setia kepada suami dan mengakui akan hak suami adalah sama nilainya dengan perjuangan laki-laki yang engkau tanyakan itu. Cuma sayang sekali, sedikit diantara kalian yang patuh mengerjakannya..."
Ya, sekilas perempuan terkesan diberi tugas yang lebih "ringan" dari laki-laki sehingga secara tidak langsung mengisyaratkan bahwa perempuan itu lemah. Tapi itulah indahnya Islam, memberikan tugas sesuai kodrat. Misalnya secara fisik, perempuan jelas lebih lemah daripada laki-laki. Maka laki-lakilah yang diamanahkan untuk memikul tugas berat, baik dalam medan perang maupun medan hidup (mencari nafkah).
Ujian sekaligus ladang amal perempuan (terutama bagi yang telah menikah) adalah ketaatan pada suami. Apakah ia sanggup menjaga kesetiaan? Apakah ia amanah dalam menjaga harta benda? Apakah ia sanggup bersabar dalam mendidik anak?
Begitupun laki-laki, punya tanggungjawab untuk memuliakan istrinya. Selain dalam bentuk nafkah, juga dalam memberikan ruang bagi perempuan untuk berkarya. Bebas menjadi dirinya, namun tetap dibimbing agar senantiasa sejalan dengan syariat.
"Kalau laki-laki hendak dimasukkan hitungan orang yang muliawan, hendaklah anggap mulia istrinya. Dan kalau istrinya dianggapnya hina, tanda dialah yang hina!" -Buya Hamka.
Demikianlah ulasan #persekutuanbuku kali ini. Mohon maaf kalau kepanjangan (karena banyak sekali hal baik yang sayang kalau nggak dishare). Semoga bermanfaat ya, #daripadadilemari.
Oh ya, saya rasa buku ini bukan hanya wajib dibaca oleh perempuan. Tapi juga laki-laki; agar semakin memahami, untuk selanjutnya memperlakukan kaum ini dengan lebih baik :)
31 notes · View notes
rmolid · 4 years ago
Text
0 notes
ngeja · 6 years ago
Text
Feminisme Vs Emansipasi (Wanita dengan Fitrahnya)
Happy International Women Day!!
Pada tanggal 4 Maret 2018 telah diperingati hari Women's March dengan menyuarakan tuntutan dibarengi dengan aksi long march dari car free day (CFD) Dago hingga ke Gedung Sate Bandung. Nah kebetulan, Aku dan ketiga temanku mengikuti serangkaian acara ini. Intinya, aku bakalan menceritakan gimana sih rasanya ikut aksi ini dan memang banyak yang pro dan kontra atas aksi ini. Kenapa Pro Kontra? Coba simak yuu..
Sebelumnya mungkin banyak teman-teman di sini yang belum tau apa itu Women's March kan? Women's March adalah hari dimana seluruh wanita saling merangkul satu sama lain untuk sama-sama menyuarakan tuntutan dan aspirasi dalam membela hak perempuan yang seharusnya. Mendengar akan dilaksanakan aksi ini, jelas banget langsung pengen gerak ikuatan aksi apalagi sekarang ini banyak banget isu-isu dimana perempuan menjadi objek kekerasan, pelecehan seksual, diskriminasi dll. Saat ikut aksi, rasanya merinding dan nggak nyangka ternyata banyak perempuan-perempuan yang meluangkan waktunya untuk dapat mengikuti aksi ini mulai dari perempuan berpakaian modis, berapakaian terbuka, hingga berpakaian syar'i dari usia anak-anak hingga usia tua pun ada. Pada saat aksi, kita sama-sama menyuarakan tuntutan baik secara langsung maupun melalui papan tuntutan. Selain itu, karna anaknya sensitif banget haha rasanya pengen nangis karna inget sama kondisi di Indonesia saat ini yang sudah darurat akan kekerasan dan pelecehan seksual pada wanita. Pernah denger nggak sih isu dimana ada sekelompok pria dengan nama 'Akhwat Hunter' dimana kelompok tersebut mengkoleksi foto-foto wanita bercadar dengan mencapturenya melalui akun instagram demi memenuhi fantasi seksualnya? Miriiis! Kalo udah kaya gitu, siapa yang harus disalahkan? Siapa yang harus bertanggungjawab? Kami sebagai perempuan sudah berusaha untuk menjaga aurat kita. Hal tersebut yang menjadi salah satu alasan ikutnya aku dalam aksi ini.
Ditengah-tengah aksi, aku mulai menemukan beberapa kejanggalan. Bendera pelangi mulai terlihat dan semakin menunjukan keberadaannya. Ya.. ternyata aksi ini secara tidak langsung mendukung adanya kaum LGBT. Dari situ mulai nggak enak hati, langsung mikir "Apa salah ya ikut aksi ini?" " Apa dengan ikut aksi ini, aku juga mendukung adanya kaum LGBT?" ditambah lagi di akhir aksi ini ada beberapa perempuan yang sengaja memperlihatkan aurat mereka seperti perut, dll.
Dari kejadian ini baru kerasa sih, ternyata kajian sebelum aksi itu penting. Jelas banget kalo sebelum melakukan aksi, wajib banget dilakukan yang namanya kajian supaya kita lebih paham terhadap aksi yang akan dilakukan terutama dampak positif dan negatif bagi diri sendiri serta aksinya nggak cuma sekedar ikut-ikutan doang. Saking antusiasnya mengikuti kegiatan ini, sampai aku dan ketiga teman yang lain tidak memperhatikan tuntutan-tuntutan apa saja yang akan dibawa dalam aksi Women's March ini, dan ternyata dari awal pun aksi ini mendukung adanya LGBT. Sejujurnya agak menyesal ikut aksi ini. Tapi kita ambil positifnya aja, banyak banget sih pelajaran yang bisa diambil dan dikaji untuk kedepannya.
Tidak hanya sampai disitu, selang beberapa minggu kemudian Aku mengikuti kajian di salah satu Universitas di Bandung yang juga membahas mengenai wanita dengan ftrahnya. Entah gimana, pemateri di kajian itu pun tiba-tiba membahas tentang aksi Women's March. Tentu saja, mereka sangat tidak setuju dengan adanya aksi Women's March tersebut apalagi dengan mendukung adanya kaum LGBT di Indonesia karna mereka menganggap bahwa manusia sudah memiliki kodratnya masing-masing termasuk wanita. Wanita harus menjalankan kodratnya sesuai dengan apa yang sudah diatur di dalam Al-Quran.
Dari kajian tersebut, merasa tersindir karna ya jelas banget sebelumnya aku memang ikut aksi Women's March. Tapi setelah merenung dan berfikir lebih dalam haha, aku ikut aksi itu bukan karna hal yang melenceng dari Al-Quran atau mau keluar dari syariat perempuan seharusnya kok. Tujuan ikut aksi ini hanya sebatas ingin menyuarakan dalam segi pendidikan dan hak-hak perempuan sewajarnya yang sudah hilang. *Menuntut hak-hak wanita yang sudah hilang, bukan menuntut adanya persamaan hak antara pria dan wanita* Aku pun tetap tidak membenarkan adanya LGBT atau perempuan yang sewaktu aksi memperlihatkan auratnya di depan umum agar hak wanita dalam berpakaian bisa disetarakan dengan kaum pria. Karna aku tau dalam agama, hal tersebut tidak dibenarkan dan yang terpenting Islam sangat mengutamakan perempuan.
Beberapa hari yang lalu saat baca Al-Quran pas banget baca ayat yang artinya tentang kodrat perempuan. Surat An-Nisa ayat 34 yang artinya " "Kaum Laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Maka perempuan-perempuan yang saleh, adalah mereka yang taat kepada Allah dan menjaga diri ketika suaminya tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka. Tetapi, jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha tinggi lagi Maha besar."
Dari ayat di atas, jelas banget kan kalo Islam sama sekali tidak mendiskriminasi kaumnya dan Islam sangat mengutamakan Perempuan. Tapi keutamaan perempuan yang seharusnya dilindungi berbanding terbalik dengan kondisi saat ini. Aku pun sepenuhnya sangat paham dan sangat setuju dengan apa yang disampaikan oleh pemateri tersebut. Wanita memang berhak memiliki pendidikan yang tinggi, tapi hal tersebut akan salah jika niat kita untuk melebihi kodrat laki-laki dalam berpendidikan. Akan lebih berkah lagi jika pendidikan tinggi kita diniatkan agar kita dapat mewarisi ilmu kita untuk anak-anak kita kelak, karna seperti yang kita ketahui bahwa kecerdasan anak adalah cerminan dari ibunya dan pendidikan terbaik adalah pendidikan yang diperoleh dari ibu sendiri.
Jadi singkatnya, Feminisme berbeda dengan Emansipasi. Gerakan Feminismemenginginkan adanya kesetaraan dan persamaan hak antara perempuan dan pria. Seperti contohnya perempuan menuntut keras agar mereka dapat berkuasa seperti kaum laki-laki atau perempuan yang menuntut agar gaya berpakaian mereka dapat disamakan dengan kaum laki-laki yang bebas memperlihatkan aurat mereka, atau lebih parah lagi ada perempuan yang beranggapan jika kaum laki-laki adalah pemicu adanya masalah dan kaum laki-laki patut dibenci. Sedangkan Gerakan Emansipasiadalah gerakan dukungan kepada para pahlawan perempuan Indonesia yang sudah berhasil mengeluarkan/ membebaskan wanita dari adat istiadat dan kekolotan budaya dalam kehidupan terutama dalam berpendidikan tanpa melupakan kodratnya sebagai wanita. Artinya, seperti yang sudah kita bahas sebelumnya.. Perempuan berpendidikan tinggi bukan untuk mengalahkan kaum pria sebagaimana kodratnya, melainkan untuk menciptakan generasi-generasi pemimpin yang baik, berkualitas untuk Bangsa Indonesia.
Note: Tulisan pindahan dari blogspot
0 notes
littlepoogirls · 6 years ago
Text
Terimakasih Telah Menyakitiku
- Januari 13, 2019
Salahkah bila berhijrah? Semua orang pasti berpikir buat apasih berhijrah? Dan kenapa coba mereka mau berhijrah? Hijrah, itu banyak sih artinya.
Namun, banyak orang mengatakan hijrah adalah suatu perubahan pada diri kita. Tidaklah mudah untuk berhijrah, layaknya seperti membalikan telapak tangan. Semua itu butuh proses. Dan prosesnya itu memerlukan waktu yang lama.
Sama seperti sekarang yang dialami seorang anak perempuan, yang bernama Annis yang masih duduk di bangku SMA ini. Annis adalah seorang anak perempuan yang memiliki wajah yang begitu cantik sehingga tidak salah jika banyak anak lelaki tertarik padanya. Namun sayang, tidak ada satu pun lelaki di sekolahnya itu yang dia suka. Dia juga pernah berpikir untuk tidak pacaran dulu. Tetapi karena temennya sering menceritakan hubungan asmaranya kepada Annis. Lama – kelamaan Annis pun ingin juga merasakan seperti yang di alami temannya itu, yang bernama Shinta.
Suatu hari,  Annis dan Shinta sedang asik duduk di taman sekolahnya, karena bel masuk belum berbunyi. Mereka pun menyempat – nyempatnya beristirahat.
"Tettttttt....... " bel masuk pun berbunyi. Rasanya malas banget buat Shinta dan Annis untuk masuk. Karena pelajaran sekarang adalah pelajaran sejarah, yang mereka benci. Mereka benci bukan karena pelajarannya tapi karena gurunya yang selalu membuat mereka ngantuk. "Duhh sebel deh, kenapa harus ada pelajaran sejarah ya enggak? Belum lagi mendengar dongengan dari Pak Aris (betee deh)" dumel Shinta kepada Annis. "Tau dehh ahh" jawab Annis.
Segera mereka masuk ke kelas. Pelajaran pun di mulai, dan gurunya mulai bercerita. Hingga tiba – tiba "Tok..Tok.." masuklah kepala sekolah kami. Dia tidak sendiri, tetapi ada seorang anak lelaki bersamanya. Ternyata oh ternyata anak lelaki itu adalah murid baru di kelas kami. Spontan saja cewek – cewek di kelas, langsung ribut gajelas. Wajar saja,  karena anak baru ini tampan. Dia pun memiliki tubuh yang tinggi, sehingga cewek – cewek heboh mengaguminya. "Hai semuaa.. Perkenalkan, nama aku Arief, aku pindahan dari Inggris. Alasan aku pindah karena orang tua saya pindah tugas,  jadi mau tak mau saya harus pindah" singkat ujarnya. Semua cewek pun makin histeris, saat dia bilang dia pindahan luar negeri. Dan guru kami berusaha mendiamkan kelas kami dan mempersilahkan Arief duduk. Kalian tahu tidak, saat Arief memperkenalkan dirinya tadi. Aku merasa ada sesuatu yang aneh. Entah kenapa hatiku deg – degan tak menentu. Apakah aku jatuh cinta?
Hari – hari pun berlalu, dan kalian tahu. Hubungan Aku, Shinta dan Arief semakin dekat. Sehingga cewek – cewek di sekolah ku merasa iri dan kesel kepada kami. Kami selalu menghabiskan waktu bersama – sama. Tapi, semenjak si Shinta selalu dijemput sang pacar saat pulang sekolah. Itu membuat Arief dan Aku pulang berdua saja. Rumahku searah dengan rumah Arief, jaraknya tidak begitu jauh dari sekolah kami. Sehingga kami selalu pulang berjalan kaki saja.
Di jalan, kami pun berbincang – bincang. Dan, entah kenapa. Tiba tiba saja Arief memegang tangan ku dan dia menyatakan “Niss, sejujurnya aku menyukai mu sejak pertama kali melihat mu. Mau kah kau menjadi pacar ku?” tanyanya. Spontan saja aku terkejut. Bibir ku tak berkata apapun. Disitu aku diam saja, karena aku masih enggak nyangka. Ini mimpi atau tidak. Sehingga, aku pun tidak tahu kalau kami sudah sampai di rumah ku. ��Nis, kok bengong sih? Udah sampai tuh. Aku pulang ya, sampai ketemu besok” (sambil melambaikan tangannya). Aku tidak membalas lambainya tangannya atau pun ujarnya tadi.
Aku pun masuk kedalam, dan langsung ke kamar. Di kamar, aku masih memikirkan perkataannya tadi kepada ku. Aku terus memikirkan dan terus memikirkan. Sehingga waktu pun udah tiba.
Di malam hari, aku masih teringat terus. Aku enggak tahu harus apa. Karena aku belum pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya. Disisi lain sebenarnya hati ku sangat senang. Karena sebenarnya aku juga menyukainya. Tapi aku takut, dia cuman becanda saja tadi. Aku pun berpikir “Apa aku harus telepon Shinta ya? Karena aku benar – benar bingung harus apa” benaknya. Langsung saja aku menarik handphone di kantong celana ku dan langsung meneleponnya. Aku pun menceritakan semua kejadiannya dan menceritakan apa yang ku rasakan saat mendengarkan ucapan Arief tadi. Dan kalian tahu, Shinta bilang aku harus menerima Arief. Karena dia tahu kalau aku sebenarnya jatuh cinta. Benarkah?
Keesokkan harinya, “Selamat pagi, Annis” sapa Arief kepada ku. Aku tidak membalas sapanya, aku hanya tersenyum. Disitu aku merasakan gugup. Karena aku tahu pasti dia akan menagih pertanyaan kemarin. Daann... ternyata benar “Hmm... Annis, gimana nih pertanyaan ku kemarin, kamu terima aku kan?” tanyanya lagi. Aku di situ bingung mau menjawab apa. Tiba – tiba.. “ Dia terima kamu kok rief, dia juga suka sama kamu tuh. Hehehe” sahut Shinta yang datang dan nyerocos tiba – tiba. Aku pun mati kutu disitu, pipi ku memerah mempertandakan kalau aku malu. “Lihat tuh, pipinya aja merah. Benarkan kata ku” ucapnya lagi. Disitu, aku sangat kesel sama Shinta. Dia udah buat aku malu di depan Arief. Malah bener – bener malu. “Benarkah itu Nis?” tanya Arif lagi kepada ku. Aku pun mengangguk pelan dan mempertandakan iya. Akhirya Aku dan Arief pun jadian.
Hari – hari telah kami lewatin bahkan berbulan – bulan. Tidak terasa aku dan Arief sudah menjalani hubungan ke 6 bulan kami. Tapi, ada suatu kejadian dimana aku dan Arief harus berakhir. Dan kalian tahu tidak di saat hubungan ku berakhir dengan Arief. Shinta pun juga begitu, dia juga berakhir dengan pacarnya. Alasan, aku dan Arief putus. Karena Arief itu ternyata bukan lelaki yang baik. Di selingkuh di belakang ku. Begitu juga dengan Shinta. Kami itu senasib. Kami sama – sama dikhianati oleh pacar kami sendiri.
Disitu, aku ngedrop sekali. Aku sempat enggak mau keluar kamar sampai berhari – hari. Sehingga mama ku juga bingung dengan keadaan ku. Belum lagi, Shinta yang katanya bakalan pindah rumah. Di situ aku merasa sangat sedih sekali. Ibaratnya, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Bayangkan saja dua orang yang sudah ku anggap sahabat dan lebih dari itu, kini meninggalkan ku. Sekarang, aku tidak punya teman dekat lagi. Dan aku merasakan, sia – sia saja dengan waktu yang ada.
Sampai mama ku enggak tega lihat aku terus seperti ini. Hingga akhirnya mama membujuk ku untuk keluar dan dia memperkenalkan aku dengan seorang perempuan muslimah. Dia orangnya cantik, lembut dan baik. Dia adalah anak dari teman mama ku yang akan sebentar lagi menikah dengan pemuda yang sholeh. Calonnya itu seorang insinyur muda yang taat beragama. Dia pun tidak tahu kenapa bisa berjodoh dengan laki – laki itu.
Singkat cerita, katanya dia juga punya pengalaman seperti ku. Tapi, dia tidak mudah menyerah seperti aku. Kalau galau mungkin iya, tapi tidak berlarut – larut. Sebab dia tahu, bahwa Agama kita sendiri juga mengajarkan, bahwa sesuatu hal yang berlebihan itu tidaklah diperbolehkan.
Aku pun mendengarkan semua ceritanya dan juga penjelasannya (sedikit) kepada ku. Entah bagaimana hatiku, rasanya adem banget. Aku jadi ngerasa bodoh. Mengharapkan orang yang tidak pantas untuk kita. Toh kalau memang Allah tidak menyetujui hubungan kami, pasti akhirnya bakal seperti ini juga.
Dari situ, aku semakin sadar dan bener – bener sadar, apa yang ku lakuin selama ini salah dan dosa besar. Dan mungkin Allah membuat begini, karena Allah tahu siapa yang pantas buat ku dan siapa yang tidak pantas buat ku.
Akhirnya aku memutuskan untuk berhijrah menjadi lebih baik. Dan aku sangat senang sekali bisa di perkenalkan dengan kakak ini, Kak Icut namanya. Dan aku bersyukur juga karena Allah ternyata masih sayang dengan ku. Dan memang benar yang di katakan kak Icut selama ini kepada ku. Sekarang, lama – kelamaaan hati dan pikiran ku terbuka sudah. Dan aku memutuskan untuk benar – benar berhijrah karena Allah SWT.
Karena aku tahu rezeki, jodoh, maut itu hanya Allah yang tahu, Sang Maha Pencipta. Jadi kalau masalah ingin tahu siapa jodoh kita kelak. Monggo dekatin Sang Maha Pencipta kita, Allah SWT. bukankah begitu??? :)
-dhe-
#cerpenislami
0 notes
tantradiashari · 7 years ago
Text
Mengapa Hati Membeku?
Muqaddimah
Banyak orang pada zaman sekarang lebih mengedepankan penampilan indah luarnya: tubuhnya, pakaiannya, mobilnya, rumahnya, dan sebagainya. Sebab itu, sering kita jumpai banyak orang apabila sakit maka mereka segara ke dokter, apabila mobilnya rusak maka segera dibawa ke bengkel. Namun, mengapa apabila hatinya sakit mereka tidak segera mengobatinya?! Mereka hanya memperhatikan penampilan luar, tetapi melalaikan keindahan penampilan hati dan batinnya, padahal keindahan hati jauh lebih penting, karena hal itulah tolok ukur kemuliaan di sisi Allah:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللهِ أَتْقَاكُمْ
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa di antara kalian. (QS al-Hujurat [49]: 13)
Dan di dalam sebuah hadits riwayat al-Imam Muslim dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
«إنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلٰكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ».
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk kalian, tubuh atau harta kalian, tetapi Allah akan melihat kepada hati dan amal kalian.”
Oleh karenanya, hendaklah kita lebih memperhatikan kesucian hati kita, di samping juga memperhatikan kesucian badan, pakaian, atau lingkungan kita, karena sumber kebaikan dan keburukan amal perbuatan adalah pada hati. Jika hati baik maka seluruh jasad akan baik. Dan sebaliknya, jika hati rusak maka seluruh jasad rusak.
“Sesungguhnya dalam tubuh manusia ada sekerat daging, jika ia baik maka baik seluruh tubuh dan jika dia rusak maka rusak seluruh tubuh. Ketahuilah ia adalah qalbu.”
Dahulu dikatakan: “Hati ibarat raja, sedangkan anggota tubuh lainnya ibarat prajuritnya yang sangat taat pada titah sang raja. Jika rajanya baik maka prajuritnya akan baik. Sebaliknya, jika rajanya rusak maka prajuritnya rusak.”1
Maka jernihkanlah hatimu, wahai saudaraku, dari noda-noda hati seperti penyakit riya‘, hasad, sombong, dan sebagainya. Jangan biarkan hatimu keras seperti batu. Lembutkanlah ia dengan selalu dzikir dan istighfar kepada Allah. Simaklah baik-baik firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
يَوْمَ لاَيَنفَعُ مَالٌ وَلاَبَنُونَ {88} إِلاَّ مَنْ أَتَى اللهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ {89}
(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. (QS asy-Syu’ara‘ [26]: 88–89)
Adh-Dhahak berkata, “Yakni selamat dan bersih.” Al-Imam al-Qurthubi berkomentar, “Penafsiran ini bagus dan menghimpun semua pendapat yaitu bersih dari sifat-sifat yang tercela dan berhias dengan sifat-sifat yang indah.”2
Ketahuilah, wahai saudaraku, bahwa hati juga bisa sakit seperti layaknya badan, usang seperti layaknya pakaian, berdebu seperti layaknya cermin yang kotor, lapar seperti layaknya perut, dan berkarat seperti layaknya besi. Dan penyakit hati bermacam-macam sesuai dengan virus dan pengaruh yang menyerangnya sehingga hati bisa juga sampai pada taraf mati tatkala mengganti keimanan dengan kekufuran sehingga tak ubahnya seperti binatang.
Dan termasuk penyakit hati yang paling berbahaya adalah kerasnya hati seperti batu bahkan mungkin lebih. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada kaum Yahudi:
ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُم مِّن بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً
Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. (QS al-Baqarah [2]: 74)
Tanda dan fenomena hati yang membeku
Hati yang membeku memiliki beberapa tanda yang bertingkat-tingkat bahayanya, di antaranya:
1. Malas menjalankan ketaatan
Tatkala dia shalat, misalnya, dia mengerjakan shalat sekadar rutinitas gerakan badan saja tanpa ada kekhusyukan di dalamnya, bahkan seakan-akan dia memikul beban di punggungnya yang ingin dia lepaskan secepatnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman menyifatkan kaum munafik:
وَإِذَاقَامُوا إِلَى الصَّلاَةِ قَامُوا كُسَالَ
Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. (QS an-Nisa‘ [4]: 142)
Oleh karenanya, Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam dalam setiap khutbah hajatnya, berlindung dari kejelekan jiwa yaitu malas menjalankan ketaatan dan dorongan untuk kemaksiatan.
2. Tidak tergerak dengan nasihat al-Qur‘an
Dia mendengar lantunan ayat-ayat al-Qur‘an yang berisi janji dan ancaman, namun hatinya tak tergerak sedikit pun, bahkan dia lalai dari membaca al-Qur‘an, bahkan mungkin merasa berat jika dibacakan al-Qur‘an, padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَذَكِّرْ بِالْقُرْءَانِ مَن يَخَافُ وَعِيدٍ
Maka berikanlah peringatan dengan al-Qur‘an orang yang takut dengan ancaman-Ku. (QS Qaf [50]: 45)
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ {2} الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (QS al-Anfal [8]: 2)
3. Tidak tergerak dengan peristiwa alam dan kematian
Sering kali kita mendapati peristiwa-peristiwa dahsyat seperti tsunami, tanah longsor, jatuhnya pesawat, meletusnya gunung, banjir, dan sebagainya. Kita juga sering menyaksikan kematian dan mengunjungi kuburan. Akan tetapi, adakah hati kita tergerak dengan semua peristiwa tersebut? Ataukah tidak berpengaruh sedikit pun?
فَلَوْلاَ إِذَاجَآءَهُم بَأْسُنَا تَضَرَّعُوا وَلَكِن قَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ مَاكَانُوا يَعْمَلُونَ
Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras, dan setan pun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan. (QS al-An’am [6]: 43)
4. Mengutamakan dunia daripada akhirat
Dia selalu menyibukkan diri dengan kepentingan mengejar dunia, lalai dari akhirat.
بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا {16} وَاْلأَخِرَةُ خَيْرُُوَأَبْقَى {17}
Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (QS al-A’la [87]: 16–17)
إِنَّ اللهَ يُبْغِضُ كُلَّ جَعْظَرِيٍّ جَوَّاظٍ سَخَّابٍ فِي الأَسْوَاقِ جِيْفَةٍ بِالَّليْلِ حِمَارٍ بِالنَّهَارِ عَالِمٍ بِالدُّنْيَا جَاهِلٍ بِالآخِرَةِ
“Sesungguhnya Allah membenci setiap orang yang keras, sombong, suka teriak di pasar, bangkai di malam hari, keledai di siang hari, pintar soal dunia tetapi bodoh tentang akhirat.” (HR Ibnu Hibban dan dishahihkan al-Albani di dalam Shahihul Jami’ 7/206)
5. Merasakan kegundahan dan tidak meraih ketenteraman hidup
Karena itu, dia selalu gelisah dan galau dalam hatinya sekalipun menampakkan keceriaan secara lahirnya, karena kebahagiaan yang sebenarnya hanyalah dengan keimanan dan amal shalih semata.
Ibnu Hazm berkata, “Saya berusaha meneliti suatu hal yang dicari oleh semua orang, ternyata saya tidak mendapati kecuali satu perkara, yaitu ketenangan dan hilangnya kegelisahan.”3 Akan tetapi, tahukah Anda kiat untuk menggapainya?! Ketenangan tidaklah diraih dengan melimpahnya harta, cantiknya wanita, tingginya pangkat dan takhta, atau hiburan-hiburan semu yang bersifat sementara! Namun ketenangan hanyalah dapat diraih dengan keimanan dan amal shalih. Bacalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَاكَانُوا يَعْمَلُونَ
Barang siapa mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS an-Nahl [16]: 97)
Ibrahim ibn Adham berkata, “Seandainya para raja dan anak-anak raja mengetahui kenikmatan hati kami, niscaya mereka akan menebas kami dengan pedang-pedang mereka!!”4
Mengapa hati membeku?
Ada beberapa sebab yang menjadikan kerasnya hati, di antaranya:
1. Cinta dunia
Cinta dunia dan lalai dari akhirat merupakan faktor utama kerasnya hati, karena seorang sudah terjangkiti penyakit cinta dunia dan terbuai dengan pesona dan gemerlapnya dunia, maka imannya akan lemah, berat untuk ibadah, lalai dari akhirat dan penghancur kelezatan, dan panjang angan-angan. Dan jika semua ini sudah terkumpul pada diri seseorang, maka kebinasaan adalah kepastian baginya.
Ibnul Qayyim berkata, “Semakin manusia cinta terhadap dunia maka semakin malas dari ketaatan dan amal untuk akhirat sesuai dengan kadarnya.”5
Oleh karenanya, Allah banyak menjelaskan di dalam al-Qur‘an tentang hinanya dunia dan celaan terhadap dunia, di antaranya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang artinya:
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. (QS al-Hadid [57]: 20)
Maka setiap hamba yang ingin menyuburkan imannya hendaknya melawan nafsunya agar tidak tertipu dengan godaan dunia yang sangat banyak. Dan hal itu terwujudkan dengan dua hal:
Pertama: Memahami bahwa dunia ini finisnya adalah fana dan kehancuran.
Kedua: Menyongsong kehidupan akhirat yang penuh nikmat nan abadi.
2. Lalai
Lalai dari kematian dan akhirat seperti siksa kubur, buku catatan amal, melewati jembatan, dahsyatnya adzab neraka, dan sebagainya. Lalai dari peringatan Allah, lalai dari merenungi keajaiban makhluk Allah, dan sebagainya.
Ini penyakit akut lagi berbahaya jika telah mengakar dalam hati dan menyerang anggota badan maka akan menutup rapat pintu hidayah dan mengeraskan hati.
أُوْلاَئِكَ الَّذِينَ طَبَعَ اللهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah, dan mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS an-Nahl [16]: 108)
Allah telah mengabarkan tentang orang-orang yang lalai bahwa hati mereka keras, tidak mengambil manfaat dari nasihat, sehingga membeku seperti batu. Mereka memiliki mata, telinga, namun tidak menggunakan untuk hal yang bermanfaat tetapi malah untuk perbuatan dosa dan maksiat.
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَاْلإِنسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لاَّيَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لاَّيُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لاَّيَسْمَعُونَ بِهَآ أُوْلَئِكَ كَاْلأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُوْلَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS al-A’raf [7]: 179)
3. Teman jelek
Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam pernah bersabda, “Seorang itu berdasarkan agama temannya, maka hendaknya dia melihat dengan siapakah dia berteman.”6
Islam melarang kita berteman dengan teman-teman yang rusak karena tabiat manusia itu meniru temannya. Teman yang jelek agama dan akhlaknya bisa berpengaruh jelek pada hati seseorang (yang berteman dengannya) sehingga terbiasa dengan perbuatan maksiat/dosa.
Maka hendaknya seseorang memilih teman-teman yang baik sehingga membuahkan kebaikan dan manfaat baginya serta pengaruh yang positif baginya dan sebaliknya hendaknya mewaspadai dari teman-teman yang rusak karena pengaruh mereka sangatlah besar. Betapa banyak orang baik menjadi rusak karena teman.
Termasuk dalam hal ini pada zaman kita, teman-teman di dunia maya juga. Maka hendaknya kaum muslimin menjaga dirinya dan rumahnya dari perusak-perusak iman. Hanya kepada Allah kita memohon agar Dia memantapkan iman kita dan menghindarkan kita semua dari perusak-perusaknya.
4. Noda dosa
Jika seorang telah terjatuh dalam dosa maka akan tergoda untuk melakukan dosa lainnya juga sehingga jika dia terbiasa dengan dosa maka akan menjadikannya kelam dan memiliki noda yang membandel sehingga kecanduan dan sulit meninggalkannya.
يقول النبي صلى الله عليه وآله وسلم (( إن العبد إذا أذنب ذنباً نكت في قلبه نكتة سوداء ، فإذا تاب ونزع واستغفر صُقل قلبه ، وإن زاد زادت حتى تعلوا قلبه ، فذلك الران الذي ذكره الله عز وجل ﴿ كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِم مَّا كَانُوا يَكْسِبُونَ ﴾
Sebab, dosa itu sangat meracuni hati dan merusaknya. Bukankah semua kerusakan di muka bumi ini serta segala kerusakan dalam ekonomi, politik, sosial melainkan karena akibat dosa?!!
رَأَيْتُ الذُّنُوبَ تُمِيتُ الْقُلُوبَ … وَيُتْبِعُهَا الذُّلَّ إِدْمَانُهَا
وَتَرْكُ الذُّنُوبِ حَيَاةُ الْقُلُوبِ … وَالْخَيْرُ لِلنَّفْسِ عِصْيَانهَا
Aku mendapati dosa itu mematikan hati
dan terus-menerus dalam dosa menjadikan hina
Meninggalkan dosa adalah hidupnya hati
namun jiwa ingin selalu berdosa. (al-Mujalasah wa Jawahirul Ilmi 2/30)
Dosa sangat berat untuk dipikul andai kita menyadarinya. Kalau Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam yang sedikit dosanya dan diampuni Allah saja, ditegaskan oleh Allah bahwa dosanya telah memberatkan punggungnya, lantas bagaimana dengan dosa kita semua?!
Obat kerasnya hati
Sesungguhnya kelembutan hati adalah nikmat yang agung sekali. Jika seorang memiliki hati yang lembut maka dia akan bersemangat untuk beramal kebajikan. Di antara yang dapat melembutkan kerasnya hati adalah:
1. Menuntut ilmu syar’i al-Qur‘an dan as-Sunnah
Sebab, barang siapa mengenal Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya hatinya akan lembut. Barang siapa tidak mengenal Rabb-nya, niscaya hatinya akan membeku. Hati yang keras hanya dimiliki oleh orang yang paling bodoh tentang Allah sehingga tidak menunaikan hak Allah berupa tauhid dan memurnikan ibadah hanya kepada-Nya sehingga amat mudah baginya untuk menerjang larangan Allah. Berbeda halnya jika dia mencermati keindahan syari’at Allah dan keajaiban makhluk-Nya, niscaya hatinya akan lembut.
Ilmu adalah kunci jitu untuk meraih kesucian hati. Sebab, kesucian hati diraih dengan melaksanakan ketaatan serta menjauhi larangan secara ikhlas dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam. Dan hal itu tidak mungkin terwujudkan kecuali dengan ilmu. Oleh karenanya, Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِيْ اْلدِّيْنِ».
“Barang siapa Allah kehendaki kebaikan, maka Allah akan pahamkan ia dalam agamaNya.”
Maka Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam menjadikan ilmu agama sebagai faktor semua kebaikan, karena dengan ilmu dia mampu beribadah kepada Allah secara benar.
Dan perlu diketahui bahwa ilmu yang hakiki adalah ilmu yang diamalkan. Apalah artinya jika kita belajar, ikut ta’lim dan menuntut ilmu jika kita tidak mengamalkannya. Ibnul Qayyim Rahimahullahuta’ala berkata:
كُلُّ عِلْمٍ وَعَمَلٍ لَا يَزِيْدُ الإِيمَانَ واليَقِيْنَ قُوَّةً فَمَدْخُوْلٌ، وَكُلُّ إِيمَانٍ لَا يَبْعَثُ عَلَى الْعَمَلِ فَمَدْخُوْلٌ
“Setiap ilmu dan amal yang tidak menambah kekuatan dalam keimanan dan keyakinan maka telah termasuki (terkontaminasi), dan setiap iman yang tidak mendorong untuk beramal maka telah termasuki (tercoreng).”7
2. Mengingat kematian dan alam akhirat
Hendaknya kita sering mengingat kematian dan alam akhirat berupa siksa akhirat, dahsyatnya kematian, menyaksikan jenazah, dan mempelajari hal-hal yang berkaitan tentang akhirat. Sebab, hal itu akan menyadarkan kita dari kelalaian kita selama ini sehingga hati kita akan menjadi lembut. Oleh karenanya, Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda mengingatkan kita semua:
«أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَادِمِ اللَّذَّاتِ».
“Perbanyaklah oleh kalian mengingat penghancur kelezatan.”
Sa’id ibn Jubair berkata:
لوْ فَارَقَ ذِكْرُ الْمَوْتِ قَلْبِيْ لَخَشِيْتُ أَنْ يَفْسُدَ عَلَيَّ قَلْبِيْ
“Seandainya mengingat kematian hilang dariku maka saya khawatir hatiku akan rusak.”
Kita harus menanamkan pada diri kita semua bahwa kita di dunia ini hanyalah mampir sebentar, kita semua akan kembali kepada Allah. Namun, bekal apa yang sudah kita persiapkan untuk menghadap Allah???
Allah Ta’ala berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan. (QS al-Anbiya‘ [21]: 35)
Apabila kita mengingat kampung akhirat dan kematian, maka kita akan mendapatkan tiga faedah:
Semangat dalam ibadah, dan membaguskannya karena dia merasa bahwa amalnya masih sedikit dan banyak dosa, barangkali ini ibadah yang terakhir kali.
Segera dalam taubat, dia tidak menunda-nunda (oh, nanti saja kalau sudah tua, sekarang mumpung masih muda senang-senang dulu, dosa-dosa sedikit tidak apa-apa). Subhanallah … siapa yang tahu kapan kita akan meninggal dunia?? Mungkin setahun lagi, sebulan lagi, seminggu lagi, satu jam atau satu menit lagi; kita tidak tahu, lantas kenapa perlu ditunda-tunda??
Qana’ah dengan rezeki dari Allah. Apa yang telah Allah rezeki-kan kepada kita dari yang halal, marilah kita syukuri dan kita merasa cukup dengannya. Adapun apabila kita merasa tidak cukup dengan rezeki Allah, maka gaji per bulan seratus juta rupiah pun masih kurang; demikianlah sifat manusia.
Bagaimana cara mengingat kematian?
Menghadiri majelis-majelis ta’lim yang mengingatkan akhirat. Hasan Bashri bertahun-tahun lamanya majelis kajiannya bukan membahas politik, melainkan kematian dan akhirat.
Ziarah kubur dengan tadabbur.
Menyaksikan jenazah dan mengurusinya.
Mengkaji ayat-ayat al-Qur‘an dan hadits seputar alam akhirat berupa siksa kubur, dahsyatnya kematian, dll.8 Dahulu, Sufyan Tsauri apabila mengingat kematian maka kencing darah.
3. Ziarah kubur dengan penuh renungan
Kita merenung jika sekarang saudara kita yang dikubur di dalam tanah seorang diri tanpa harta dan anak-anak, dia menyadari bahwa kelak dia pun akan menyusul sepertinya. Inilah hikmah terbesar disyari’atkannya ziarah kubur sebagaimana sabda Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam:
«إِنِّي كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا فَإِنَّهَا تُذَكِّرُكُمُ الْآخِرَةَ».
“Sesungguhnya aku pernah melarang kamu berziarah kubur, maka sekarang berziarahlah, karena itu akan mengingatkan kamu terhadap hari akhirat.”9
فَزُوْرُوْا الْقُبُوْرَ, فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الْمَوْتَ
“Berziarahlah ke kubur, karena ziarah kubur mengingatkan kematian.”10
Oleh karenanya, dahulu, para salaf shalih jika ziarah kubur maka mereka khusyuk dan menangis karena merenungi kematian, bukan seperti kebanyakan kita sekarang. Hanya kepada Allah kita memohon ampunan. Maka dari itu, hendaknya siapa saja yang berziarah kubur selalu menghadirkan hatinya, khusyuk dan selalu ingat bahwa dirinya akan kembali kepada Rabb semesta alam.11
Al-Imam an-Nawawi berkata, “Dianjurkan agar seseorang saat berjalan mengantar jenazah menyibukkan diri dengan dzikrullah (dzikir/mengingat Allah) dan memikirkan kesudahan orang yang mati dan mengingat bahwa demikianlah akhir kehidupan dunia dan tempat kembali ahli dunia.
Jangan sekali-kali dia membicarakan sesuatu yang tidak ada faedahnya, karena waktu ini adalah waktu untuk berpikir dan berdzikir. Sangat jelek sekali senda gurau, percakapan yang sia-sia, dan sebagainya. Kalau hal itu tercela dalam setiap keadaan, lantas bagaimana dalam keadaan seperti ini?!
Ketahuilah bahwa pendapat yang benar dari petunjuk para salaf adalah diam ketika mengantar jenazah, tidak mengeraskan suara, baik dengan membaca al-Qur‘an, dzikir, maupun lainnya. Hikmahnya sangat jelas, karena hal itu sangat menenangkan hati dan memusatkan pikiran untuk memikirkan masalah jenazah yang sangat dituntut dalam keadaan ini.”12
4. Merenungi al-Qur‘an
Jika seorang mau merenungi al-Qur‘an dengan penuh menghadirkan hati, maka akan meneteskan air mata dan melembutkan hati. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
لَوْ أَنزَلْنَا هَذَا الْقُرْءَانَ عَلَى جَبَلٍ لَّرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ اللهِ وَتِلْكَ اْلأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
Kalau sekiranya Kami turunkan al-Qur‘an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir. (QS al-Hasyr [59]: 21)
Apakah hati manusia lebih keras daripada gunung?!!
Asy-Syaikh Muhammad Rasyid Ridha berkata, “Ketahuilah bahwa kuatnya agama dan iman tidak mungkin diraih kecuali dengan banyak membaca al-Qur‘an atau mendengarkannya dengan penuh renungan dan dengan niat untuk mengamalkan perintahnya dan menjauhi larangannya.”13
Namun, perlu ditandaskan bahwa maksud membaca al-Qur‘an yang merupakan faktor penyubur iman di sini bukan hanya sekadar membaca saja, melainkan membacanya dan memahami makna kandungannya serta mengamalkan isinya. Oleh karenanya, Allah mengabarkan bahwa tujuan inti al-Qur‘an ini diturunkan adalah untuk dipelajari dan direnungkan bersama.
كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِّيَدَّبَّرُوا ءَايَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُوْلُوا اْلأَلْبَابِ
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran. (QS Shad [38]: 29)
أَفَلاَ يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْءَانَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَآ
Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur‘an ataukah hati mereka terkunci? (QS Muhammad [47]: 24)
5. Memperbanyak dzikir dan istighfar
Kerasnya hati adalah sebuah penyakit yang obatnya adalah dzikir kepada Allah sehingga akan meleleh seperti besi yang meleleh oleh api.
الَّذِينَ ءَامَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللهِ أَلاَبِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS ar-Ra’du [13]: 28)
وقد قال رجل للحسن: يا أبا سعيد أشكو إليك قسوة قلبي . قال : أذِبه بالذكر
Seseorang mengadu kepada Hasan, “Wahai Abu Sa’id, aku mengadu kepadamu kerasnya hatiku.” Maka beliau menjawab, “Lunakkanlah dengan dzikir.”
يقول ابن القيم رحمه الله : (( صدأ القلب بأمرين : بالغفلة والذنب ، وجلاؤه بشيئين بالاستغفار والذكر …)).
Ibnul Qayyim berkata, “Kotornya hati karena dua hal: lalai dan dosa. Adapun menjernihkannya dengan dua hal juga, yaitu: istighfar dan dzikir.”
Ya, kita harus mengakui dosa-dosa kita yang banyak sekali. Kita sedikit amal, banyak dosa, tetapi kita sering mengkhayal bahwa kita penduduk surga, padahal Adam dikeluarkan dari surga hanya karena satu dosa!!
وَاللهِ لَوْ عَلِمُوْا قَبِيْحَ سَرِيْرَتِيْ
لأَبَى السَّلَامَ عَلَيَّ مَنْ يَلْقَانِيْ
وَلَأَعْرَضُوْا عَنِّيْ وَمَلُّوْا صُحْبَتِيْ
وَلَبُؤْتُ بَعْدَ كَرَامَةٍ بِهَوَانِ
لٰكِنْ سَتَرْتَ مَعَايِبِيْ وَمَثَالِبِيْ
وَحَلِمْتَ عَنْ سَقَطِيْ وَعَنْ طُغْيَانِيْ
فَلَكَ الْمَحَامِدُ وَالْمَدَائِحُ كُلُّهَا
بِخَوَاطِرِيْ وَجَوَارِحِيْ وَلِسَانِيْ
وَلَقَدْ مَنَنْتَ عَلَيَّ رَبِّ بِأَنْعُمِ
مَالِيْ بِشُكْرِ أَقَلِّهِنَّ يَدَانِ
Demi Allah, seandainya mereka mengetahui jeleknya hatiku
niscaya seorang yang bertemu denganku akan enggan salam padaku
Mereka akan berpaling dariku dan bosan berteman denganku
aku akan menjadi hina setelah mulia
Tetapi Engkau menutupi kecacatan dan kesalahanku
dan Engkau bersikap lembut dari dosa dan keangkuhanku
Bagi-Mu-lah segala pujian
dengan hati, badan dan lidahku
Sungguh, Engkau telah memberiku nikmat yang begitu banyak
tetapi aku kurang mensyukuri nikmat-nikmat tersebut.14
6. Berteman dengan orang shalih
Karena mereka akan mengambil tanganmu tatkala engkau lemah dan mengingatkanmu tatkala engkau lupa, membimbingmu tatkala engkau tidak tahu, jika engkau kesusahan maka mereka akan membantumu, dan jika mereka berdo’a kepada Allah maka mereka tidak melupakanmu.
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلاَتَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلاَتُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (QS al-Kahfi [18]: 28)
Bahkan di dalam surat al-Kahfi Allah selalu menyebutkan anjing yang bersama para pemuda ashabul kahfi sebagai isyarat pentingnya berteman dengan orang-orang shalih. Hasan Bashri berkata, “Sahabat kami lebih baik bagi kami daripada keluarga kami, mereka mengingatkan kami tentang akhirat, sedangkan keluarga mengingatkan kami tentang dunia.”
7. Selalu melakukan introspeksi
Karena jika seorang tidak melakukan introspeksi/muhasabah dan mengevaluasi kesalahannya, bagaimana mungkin dia akan mengetahui letak penyakitnya. Kalau dia tidak tahu penyakitnya, bagaimana akan mengobatinya?
Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan muhasabah (artinya):
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS al-Hasyr [59]: 18)
Seorang mukmin dia akan selalu mengoreksi dan mengevaluasi amalannya. Dia akan berusaha untuk tidak terjerumus ke dalam dosa dengan menjauhi segala sarana yang dapat merayunya seperti fitnah dunia, wanita dan teman yang jelek. Dan jika dia telah terjatuh ke dalam dosa, maka dia segera bertaubat dan selalu istighfar kepada Allah dengan tekad yang bulat untuk tidak mengulangi dosanya lagi.
8. Beramal shalih
Amal shalih adalah bekal utama yang bisa diandalkan untuk suatu hari yang tidak bermanfaat harta, jabatan, dan anak kecuali orang yang datang menghadap Allah dengan hati yang bersih. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَاكَانُوا يَعْمَلُونَ
Barang siapa beramal shalih baik pria atau wanita dan dia beriman maka Kami akan memberikan kepadanya kehidupan yang bahagia. (QS an-Nahl [16]: 97)
Namun, perlu diketahui bahwa sebuah amal baru disebut shalih jika memenuhi dua syarat:
Pertama: Ikhlas mengharapkan pahala Allah.
Kedua: Ittiba’ yaitu meneladani Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bukan ibadah dengan perasaan dan hawa nafsu sendiri.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman menggabung dua syarat ini:
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS al-Mulk [67]: 2)
Fudhail ibn Iyadh berkata, “Yang paling baik adalah yang ikhlas dan sesuai dengan tuntunan Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam.”
Amalan kebajikan tanpa ikhlas sia-sia seperti debu-debu yang beterbangan, dan amal kebajikan tanpa ittiba’ juga sia-sia hanya memberatkan seperti pengembara yang memenuhi tasnya dengan batu, memberatkan tanpa faedah yang berarti.
Maka bersemangatlah untuk beramal kebajikan dan jangan pernah meremehkannya sekecil apa pun karena kita tidak tahu amal manakah yang diterima di sisi Allah. Siapa tahu amal yang kita anggap remeh justru itu yang menjadikan faktor kita meraih ampunan Allah dan surga-Nya; seperti hadir di majelis ilmu, salam dan jabat tangan, membantu orang, menyingkirkan gangguan dari jalan, dan lain-lain.
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَ
Barang siapa yang melakukan amal kebajikan sekecil apa pun maka dia akan melihatnya. (QS az-Zalzalah [99]: 7)
9. Do’a
Maka seorang hamba, di dalam setiap detiknya selalu membutuhkan pertolongan Allah dan memohon kepada-Nya agar Allah menganugerahkan kepadanya kebeningan hati. Oleh karena itu, Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita untuk berdo’a:
اللّٰهُمَّ آتِ نَفْسِي تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا.
“Ya Allah, berikanlah kepada jiwaku ketaqwaan dan sucikanlah jiwa karena Engkau adalah sebaik-baik Dzat yang menyucikannya.” (HR Muslim: 2722)
1Jami’ul Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab, 1/210.
2Al-Jami’ li Ahkamil Qur‘an 13/115
3Mudawatun Nufus, Ibnu Hazm, hlm. 76.
4Hilyatul Auliya‘, Abu Nu’aim, 7/370; az-Zuhd, al-Baihaqi, 2/81.
5Al-Fawa‘id hlm. 180
6HR Abu Dawud 13/179 — Aunul Ma’bud, at-Tirmidzi 4/589, Ahmad 2/203, al-Hakim 4/171, dan hadits ini hasan. Lihat Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah 2/634 oleh al-Albani.
7Al-Fawa‘id hlm. 86
8At-Tadzkirah, al-Qurthubi, 1/27.
9HR Ahmad: 1173. Dishahihkan oleh al-Albani di dalam ash-Shahihah 2/545.
10HR Muslim: 1621
11Syifa‘ ash-Shudur, Mar‘i al-Karmi, hlm.160.
12Al-Adzkar 1/423–424 (tahqiq Salim al-Hilali)
13Mukhtar Tafsir al-Manar 3/170
14Nuniyah al-Qahthani hlm. 9
Sebagai pengingat, karena terlalu lama kalau scroll di tumblr, terlalu penting untuk sering dibaca ulang.
Dari blog ini 31 Desember 2015
Jazakallahu khairan katsiran, Tadz!
1 note · View note
zakiyaaf · 5 years ago
Text
[RESUME] : Wanita Shalihah Era Milenial. Oleh: Ustadz Abu Fida Hafidzahullahu ta’ala
Masjid Al Ibadah, 10 Dzulqa’dah 1440 H
بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
اَلسَلامُ عَلَيْكُم وَرَحْمَةُ اَللهِ وَبَرَكاتُهُ‎ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ,أَمَّا بَعْدُ
MUQADDIMAH
Sedih. Miris :( Zaman sekarang kita lebih paham siapa Khadarsian dibanding Khadijah. Coba jawab, siapa ayah Khadijah? Iya betul, beliau Khuwailid. Khadijah binti Khuwailid.
Zaman sekarang kita lebih paham hal-hal kekinian daripada hal-hal terkait agama kita sendiri, agama islam. Contoh, seharusnya didalam shalat kita tuh dapat 5 faedah. Kelima faedah itu tentunya bisa didapatkan dengan pemahaman, ilmu, dan bacaan yang benar. Oke kita review lagi kelima poin tersebut:
Shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Allah sebutkan dalam QS. Al Ankaabut 45, “…Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar…”
Shalat menambah nikmat dan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah. Allah sebutkan dalam QS. Al Kautsar 1-2, “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu dan berkorbanlah.”
Shalat bisa menjadi penolong terhadap kesulitan hidup. Allah sebutkan dalam QS. Al Baqarah 45, “Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.”
Orang yang mendirikan shalat adalah orang yang beruntung. Allah sebutkan dalam QS. Al Mu’minuun 1-2, “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam sembahyangnya.”
Shalat itu menyehatkan. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam melihatku ketika aku sedang tidur sambil mengaduh sakit perut. Beliau langsung berkata kepadaku: ‘Hai Abu Hurairoh, kamu sakit perut?’, Aku jawab: ‘Benar, Wahai Rasulullah.’ Beliau memerintahkan: ‘Berdiri dan sholatlah, sesungguhnya sholat adalah obat penyembuh’.”(HR. Ibnu Majah dari Abu Hurairah) 
Sudah cukupkah ilmu kita, minimal untuk perkara paling utama dalam beragama yaitu, shalat? ———————————————————————— QS. An Nisaa 1, “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu."
Secara umum dalam Al Qur’an, Allah menyebutkan wanita dalam dengan 2 nama, yaitu Mar’atun امرأة (Al Mar’ah) dan Nisaaun نساء (An Nisaa).
Al Mar’ah atau Mar’atun mempunyai 3 makna:
Karena sifat wanita cenderung ingin tampil indah, ingin tampil terhormat
Mar’atun diambil dari kata Mir’ah, yang artinya cermin. Ada ungkapan yang mengatakan, “Dunia ibarat perempuan, tersenyumlah kepadanya, ia akan tersenyum kepadamu.” Ada juga ungkapan yang lain menyebutkan, “Wanita itu bagaikan cermin. Sekali kita pecahkan cermin itu dan kita coba menyusunnya kembali, maka ia tidak akan bisa memantulkan bayangan lagi dalam bentuk yang sempurna. Pada saat hatinya pecah, wanita bisa memaafkan namun tidak bisa melupakan.”
An Nisaaun atau Nisaa, mempunyai makna perkumpulan wanita. Nisaa berasal dari kata Nasaa, yang artinya mudah tersentuh. Wanita itu gampang sekali tersentuh hatinya, mudah rapuh.
Contoh, mau kajian ketemu teman, puji sana sini oleh si teman, tanya kabar, ngobrol ini itu. Eh pas ditanya kabar suami, murung, kepancing cerita. Akhirnya ga jadi kajian, malah ngomongin aib suami alih-alih curhat. Ketika ada aib keluarga yang keluar, biasanya keluar dari seorang wanita.
Rasanya sekarang susaaah sekali jadi muslimah yang menegakkan sunnah, kenapa? Sekarang ini banyak orang-orang yang sibuk menyerang wanita muslimah, karena mereka paham kalau ingin menghancurkan islam maka hancurkan dulu akhlak para wanitanya. Melalu apa? bisa dengan tontonan, bacaan, opini-opini yang membuat kita secara ga sadar membenci syariat islam. Contoh, poligami. Allah saja membolehkan, kenapa kita yang hanya manusia, melarang???
Mukjizat Rasulullah, salah satunya adalah Al Quran. Al Quran itu surat cinta Allah semua isinya, firman Allah yang disampaikan oelh malaikat Jibril kepada Rasulullah. Artinya, Al Quran itu adalah pesan langsug Allah kepada kita, hambaNya. Kita baca surat cinta dari manusia aja seneng banget, kenapa surat cinta dari Allah kita biasa aja??
QS. Al Anfaal 2, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka karenanya dan hanya kepada Rabb mereka, mereka bertawakkal."
Wanita. Ada keutamaan wanita di hadapan Allah, salah satunya:
Wanita disebut untsa (أنثى) : Untsa bisa diartikan mengandung, melahirkan, menyusui. Kemuliaan seorang wanita, seperti dalam sabda Rasulullah. Dari Abu Hurairah, beliau berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.'” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)
Kenapa ibu disebut sampai 3 kali sedangkan ayah hanya 1 kali? Dalam ilmu biologi molekuler, ada sel yang namanya mitokondria (terdapat pada wanita). Sel ini yang nantinya mempengaruhi dan dominan menguasai karakteristik anak. 75% karakter anak itu dapat dari ibu, 25% nya dari ayah.
Bagaimana menjadi muslimah yang sholehah di zaman sekarang ini? Perhatikan beberapa poin di bawah ini:
Pahami dulu bahwa fungsi wanita itu untuk melahirkan generasi rabbani dan membawa kestabilan dalam rumah tangganya nanti. Perhatikan ayat yang sering dibacakan saat ijab qabul, QS. An Nisaa 1 “....Dia menciptakan pasangannya, dan dari keduanya. Dia memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak...” dan QS. Ar Ruum 21, “....Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa nyaman kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu mawadah dan rahmah...” Perhatikan beberapa imam besar, mayoritas ditakdirkan oleh Allah menjadi seorang yatim. Lihat bagaimana peran seorang ibu, wanita sholihah dalam menghadirkan generasi Rabbani. Kalau wanita tidak bisa menjaga kestabilan diri sendiri, bagaimana dia bisa menghadirkan kestabilan keluarganya?  Lebih baik mana? ibu sholehah, ayah belum sholeh? atau ibu belum shalehah tapi ayah sholeh? Lebih baik pilihan pertama. Kenapa? Karena kebanyakan waktu seorang ibu dihabiskan bersama anaknya, sedangkan ayah keluar mencari nafkah. Seorang suami yang ditinggal istri, biasanya akan memilih menikah lagi. Kenapa? Karena dia kehilangan sosok wanita kuat dibelakangnya, supporter terbaiknya, seseorang yang menjaga kestabilan dirinya. Ingat kisah Rasulullah yang ketakutan sedemikian rupa setelah mendapatkan wahyu pertama? Separuh rasa takutnya hilang seketika melihat Khadijah. Khadijah dengan penuh kasih sayang berkata kepada Rasulullah “Sayangku, engkau ini orang baik. Tidak pernah menzhalimi orang lain. Jangan takut. Aku akan selalu ada disampingmu.” sembari menyelimuti Rasulullah.  Khadijah itu tidak lebih cantik daripada Aisyah. Tapi, hanya Khadijah-lah yang mampu membuat Aisyah cemburu. Rasulullah selalu mengigau nama Khadijah. Semua itu karena apa? Karena Khadijah memberikan ketenangan jiwa dan pikiran bagi Rasulullah, khususnya dimasa-masa awal kenabian beliau,
Seorang istri berperan sebagai pengingat suami dalam mencari nafkah. Berikan nasihat terbaik sebelum dia berangkat mencari nafkah. Misal, dengan mengingatkan lagi QS. Al Baqarah 168, “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”
Jadilah wanita yang bersyukur. Karena wanita yang bersyukur akan mendatangkan barokah, apapun yang Allah berikan kepadanya, melalui dirinya dan dia bersyukur akan semua itu. Tapi, apabila dia lupa untuk bersyukur, hati-hati malah Istidraj yang hadir dalam kehidupannya, bahkan rumah tangganya.  Dalam surat QS. Al An’aam 44, “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.”
Jadilah wanita yang memahami kewajiban istri. Dijelaskan dalam QS. An Nisaa 34, bahwa kewajiban istri adalah taat kepada Allah dengan cara taat kepada suami. “......Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).....” Apapun kelakuan istri, suami ikut kena imbasnya. Kelakukan istri bagus, suami ikut bagus. Tapi kalau kelakuan istri jelek, suami ikutan jelek walaupun dia ga ikut berbuat jelek
Jadilah wanita yang beriman kepada Allah secara kaffah. Jangan jadi wanita muslimah prasmanan, yaitu yang saat membaca ayat yang Allah turunkan atau saat menelaah hukum-hukum yang sudah ditetapkan, ia hanya mengambil yang hanya disukainya saja.
Jadilah wanita yang menegakkan sunnah
Jadilah wanita yang Rhaadiyah, yaitu wanita yang ridha terhadap apa-apa yang telah Allah tetapkan kepada dirinya, terhadap suami yang diamanahkan kepada dirinya, terhadap anak-anak yang Allah titipkan kepadanya, terhadap orang tua yang telah membesarkannya dan terhadap sahabat atau saudara seimannya yang sudah menyakiti hatinya.
Selama seorang suami tidak mengajak kepada kemaksiatan, istri wajib untuk taat. Bagaimana kalau dapat suami yang ga shalat (ngegemesin dalam agama)? Itu sudah jalan dari Allah. Ada hikmahnya, mungkin Allah anggap amal kita selama ini belum cukup untuk membawa kita ke surga, lalu Allah titipkan seorang suami yang ngegemesin tadi, Allah suruh kita untuk sabar, karena itu ladang pahala yang sangat besar untuk seorang istri.
Coba hitung berapa umur kita sekarang. Misal, 25 tahun. Setengah nya saja sudah habis untuk tidur. Anggap, 12 tahun terbuang untuk tidur. Sisa 13 tahun, digunakan untuk taat dan maksiat. Berapa banyak ketaatan kita yang diterima? sedangkan kemaksiatan sudah pasti berdosa. Nah, kira-kira mampir dulu ga tuh kita ke neraka? Astaghfirullah :(
Kisah penutup kajian: Ada seorang ibu, beliau ahli majelis ta’lim. Suatu ketika dia sedih karena tidak bisa sebebas dulu untuk ikut majelis ta’lim karena kesehatan kaki beliau yang tidak memungkinkan untuk bepergian lagi. Beliau memiliki suami yang Masyaa Allah sangat mensupport hobi beliau ini. Suatu hari, suami bertanya kepada istri, “Ibu masih mau berangkat ta’lim ya?”, “Iya pak, tapi qadarullah seperti ini kondisi saya.”, dengan tersenyum suami berkata, “baiklah, aku akan antar jemput kamu agar kamu selalu bisa menghadiri taman-taman surga itu.” Sang istri bahagia sekali.  Suatu hari, sang suami sedang nonton tivi dengan kedua anak nya. Lagi asik nonton, tiba-tiba datang sang istri, keluar dari kamarnya dengan pakaian terbaiknya, senyum terbaiknya, dan yang paling penting beliau bisa berjalan kembali! Sang suami kaget, anak-anaknya pun kaget. “Maasyaa Allah ibu! sini-sini ibu, duduk sini sama kita!” kurang lebih begitu excited nya mereka menyambut kehadiran istri sekaligus ibu mereka. Lalu sang istri duduk disamping suaminya. Kemudian ibu berkata kepada anak pertama, “Wahai anakku, aku ingin sekali meminum susu buatanmu. Bisakah kau buatkan segelas susu untukku?”, sang anak pertama bahagia sekali mendengar permintaan ibunya, “Tentu ibu! Sebentar, saya buatkan yaa.”. Lalu kepada anak kedua sang ibu juga berkata, “Nak, sudah lama ibu tidak mendengar kamu mengaji. Maukah kau bacaran beberapa ayat Al Quran untukku?” Anak kedua tidak kalah bahagianya mendengar permintaan sang ibu.  Setelah segelas susu datang, beliau meminumnya, kemudian beliau lanjutkan dengan bersandar di bahu bidang suaminya dan menggenggam erat tangan suaminya sembari diperdengarkan lantunan ayat Al Quran dari sang anak. Ternyata, itu adalah akhir dari hidup wanita shalehah itu. Ada pesan yang wanita itu ingin disampaikan dalam cerita singkat ini:
Nak, dulu aku yang menyusui kalian. Sekarang izinkan aku meminum susu yang kau buat dengan tanganmu
Nak, dulu aku yang mengajarkanmu berbicara, membaca Al Quran. Sekarang izinkan aku mendengarkan lantunan ayat suci itu dari mulutmu
Sayangku, dulu akulah yang selalu kau jaga, sekarang izinkan aku menggenggam tanganmu dan memberikan rasa nyaman kepadamu
Wallahu a’lam bishshawwab
Wasalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
0 notes
tuhanmahakuasatermulia · 6 years ago
Text
Persoalan yang Sangat Serius: Pengkhianatan (1)
Tumblr media
Pekerjaan-Ku tidak lama lagi selesai. Tahun-tahunyang kita habiskan bersama menjadi kenangan masa silam yang tak tertahankan. Aku terus mengulang firman-Ku dan belum berhenti menjalankan pekerjaan baru-Ku. Tentu saja, nasihat-Ku adalah komponen penting dalam setiap pekerjaan yang Kulakukan. Tanpa nasihat-Ku, engkau sekalian akan tersesat dan menjadi lebih bingung lagi. Pekerjaan-Ku kini hampir selesai dan sampai pada kesudahannya. Aku masih ingin melakukan beberapa pekerjaan dalam memberikan nasihat, yaitu, menyampaikan beberapa nasihatyang harus engkau sekalian dengarkan. Aku hanya berharap agar engkau sekalian tidak akan menyia-nyiakan segala jerih payah-Ku, dan terlebih lagi, supaya engkau sekalian dapat memahami seluruh perhatian dan pikiran yang telah Kucurahkan, memelihara firman-Ku sebagai dasar dari caramu berperilaku sebagai manusia. Entah ingin mendengar firman itu atau tidak, entah menerima firman itu dengan senang hati atau tidak, engkau sekalian tetap harus menganggapnya serius. Jika tidak, watak dan sikapmu yang sembrono dan tidak peduli akan benar-benar mendukakan Aku dan, bahkan terlebih lagi, membuat Aku jijik. Aku sangat berharap agar engkau sekalian dapat membaca firman-Ku berulang-ulang—ribuan kali—dan bahkan menghafalnya. Hanya dengan demikian engkau sekalian tidak dapat memupuskan harapan-Ku terhadapmu. Namun, tidak satu pun dari engkau sekalian yang hidup demikian sekarang. Sebaliknya, engkau sekalian tenggelam dalam kehidupan tidak bermoral dengan makan dan minum sampai kekenyangan. Tidak satu pun dari engkau sekalian menggunakan firman-Ku untuk memperkaya hati dan jiwamu. Inilah alasan Aku menyimpulkan bahwa wajah asli manusia adalah salah satunya yang akan selalu mengkhianati Aku dan tak seorang pun dapat sungguh-sungguh setia kepada firman-Ku.
“Manusia telah begitu rusak oleh Iblis sehingga ia tidak lagi memiliki wujud manusia.” Ungkapan ini sekarang mendapat sedikit pengakuan dari sebagian besar orang. Dikatakan demikian karena "pengakuan" di sini hanyalah pernyataan dangkal yang bertentangan dengan pengetahuan sejati. Karena tidak seorang pun dari engkau sekalian dapat mengevaluasi secara akurat atau menyelidiki dirimu sendiri sepenuhnya. Engkau sekalian selalu separuh percaya, setengah meragukan firman-Ku. Namun kali ini Aku menggunakan beberapa fakta untuk menjelaskan persoalanmu yang paling serius, yaitu pengkhianatan. Engkau sekalian sudah akrab dengan kata "pengkhianatan" sebab kebanyakan orang pernah berbuat sesuatu yang mengkhianati orang lain sebelumnya. Misalnya suami mengkhianati istrinya, istri mengkhianati suaminya, anak laki-laki mengkhianati ayahnya, anak perempuan mengkhianati ibunya, hamba mengkhianati tuannya, teman-teman saling mengkhianati, sanak keluarga mengkhianati satu sama lain, para penjual mengkhianati pembeli mereka, dan sebagainya. Semua contoh ini mengandung inti sari dari pengkhianatan. Singkatnya, pengkhianatan adalah bentuk perilaku seseorang yang memungkiri janji, melanggar prinsip-prinsip moral, atau bertentangan dengan etika manusia, dan yang menunjukkan hilangnya kemanusiaan. Sebagai manusia, tidak masalah jika engkau ingat bahwa engkau pernah berbuat sesuatu yang mengkhianati orang lain atau jika engkau pernah berulang kali mengkhianati orang lain. Secaraumum, jikaengkau sekalian dilahirkan di dunia ini, engkau sekalian telah melakukan sesuatu yang mengkhianati kebenaran. Jika engkau mampu mengkhianati orang tua atau temanmu, engkau mampu mengkhianati orang lain, dan terlebih lagi engkau mampu mengkhianati Aku dan melakukan hal-hal yang Kubenci. Dengan kata lain, pengkhianatan bukan hanya bentuk perilaku tidak bermoral secara lahiriah, melainkan sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran. Hal semacam ini justru merupakan sumber perlawanan dan ketidaktaatan manusia terhadap Aku. Inilah sebabnya Aku meringkasnya dalam pernyataan berikut: Pengkhianatan adalah sifat manusia. Sifat ini adalah musuh alami setiap orang yang sepadan dengan Aku.
Perilaku yang tidak dapat sepenuhnya taat kepada-Ku ialah pengkhianatan. Perilaku yang tidak bisa setia kepada-Ku adalah pengkhianatan. Menipu Aku dan menggunakan kebohongan untuk mendustai Aku juga merupakan pengkhianatan. Penuh dengan gagasan dan menyebarkannya ke mana-mana adalah pengkhianatan. Tidak melindungi kesaksian dan kepentingan-Ku adalah pengkhianatan. Berpura-pura tersenyum padahal di dalam hatinua meninggalkan Aku adalah pengkhianatan. Semua perilaku ini selalu mampu engkau perbuat, dan juga lazim di antaramu. Engkau sekalian mungkin tidak berpikir itu adalah persoalan, tetapi bukan itu yang Kupikirkan. Aku tidak bisa menganggap bahwa mengkhianati Aku adalah persoalan sepele, dan terlebih lagi Aku tidak bisa mengabaikannya. Sekarang Aku sedang bekerja di tengah-tengah engkau sekalian, tetapi engkau tetap seperti ini. Jika suatu hari tak seorang pun peduli dan mengawasimu, tidakkah engkau sekalian akan menjadi raja-raja di bukit?[a] Saat itu, siapakah yang akan membereskan kekacauanmu apabila engkau sekalian menimbulkan bencana besar? Engkau mungkin berpikir bahwa beberapa tindakan pengkhianatan hanyalah hal yang jarang terjadi dan bukan perilaku berkepanjangan, serta tidak seharusnya dibesar-besarkan secara serius, sehingga menyebabkan engkau kehilangan muka. Jika engkau sekalian sungguh-sungguh percaya akan hal itu, artinya engkau kurang memiliki kepekaan. Semakin banyak orang berpikir demikian, semakin mereka merupakan pola dasar pemberontakan. Sifat manusia adalah hidup mereka, prinsip inilah yang merekapegang dalam bertahan hidup, dan mereka tidak mampu mengubahnya. Sama seperti sifat pengkhianatan—jika engkau dapat berbuat sesuatu yang mengkhianati seorang kerabat atau teman, ini membuktikan bahwa itulah bagian dari kehidupanmu dan sifat yang engkau miliki sejak lahir. Inilah hal yang tidak bisa ditolak oleh siapa pun. Misalnya, jika seseorang gemar mencuri barang orang lain, “gemar mencuri” ini adalah bagian dari kehidupan mereka. Hanya saja sesekali mereka mencuri, dan kadang-kadang mereka tidak mencuri. Terlepas dari apakah mereka mencuri atau tidak, hal itu tidak dapat membuktikan bahwa tindakan pencurian mereka hanyalah sejenis perilaku. Sebaliknya, ini membuktikan bahwa tindakan pencurian mereka adalah bagian dari hidup mereka, yakni sifat mereka. Beberapa orang akan bertanya: Kalau itu sudah sifat mereka, lantas mengapa mereka terkadang melihat barang bagus namun tidak mencurinya? Jawabannya sangat sederhana. Ada banyak alasan mengapa mereka tidak mencuri, misalnyajika barang itu terlalu besar sehingga dapat dilihat banyak orang, atau tidak ada waktu yang tepat untuk bertindak, atau barang itu terlalu mahal, dijaga terlalu ketat, atau mereka tidak terlalu tertarik pada barang bagus itu, atau mereka belum memikirkankegunaannya, dan seterusnya. Semua alasan ini sangat mungkin. Tetapi tidak peduli apa pun, entah mereka mencurinya atau tidak, tidak dapat membuktikan bahwa pemikiran ini hanya terlintas sekejap di dalam diri mereka. Sebaliknya, inilah bagian dari sifat mereka yang sulit diperbarui. Orang seperti itu tidak puas hanya dengan satu kali mencuri, tetapi pikiran untuk menuntut hak atas barang milik orang lain sebagai milik mereka diaktifkan setiap kali mereka menemukan sesuatu yang bagus atau situasi yang cocok. Itulah sebabnya mengapa Aku berkata bahwa pikiran ini adakalanya tidak dibangkitkan, tetapi berasal dari sifat orang ini sendiri.
Siapa pun dapat menggunakan perkataan dan tindakan mereka sendiri untuk menunjukkan wajah asli mereka. Wajah asli ini tentu saja adalah sifat mereka. Jika engkau berbicara berbelit-belit, engkau memiliki sifat tidak jujur. Jika sifatmu sangat licik, caramu melakukan banyak hal akan sangat curang dan licik, dan engkau sangat lihai memperdaya orang-orang. Jika sifatmu sungguh jahat, kata-katamu mungkin sedap didengar, namun tindakanmu tidak dapat menutupi jalan-jalanmu yang jahat. Jika sifatmu teramat malas, semua perkataanmu dimaksudkan untuk mengelakkan kesalahan dan tanggung jawab atas keteledoran dan kemalasanmu. Tindakanmu sangat lamban dan sembarangan, dan sungguh hebat menutupi kebenaran. Jika sifatmu sangat berempati, kata-katamu akan masuk akal dan tindakanmu juga akan sangat sesuai dengan kebenaran. Jika sifatmu amat setia, tutur katamu pasti tulus dan caramu melakukan sesuatu pasti bersahaja, tanpa pernah membuat tuanmu mencurigai engkau. Jika sifatmu sangat bernafsu atau tamak akan uang, hatimu akan sering dipenuhi oleh hal-hal ini. Tanpa disadari engkau akan melakukan beberapa hal yang menyimpang dan tidak bermoral yang akan membuat orang-orang sulit melupakannya, dan terlebih lagi akan membuat mereka jijik. Sama seperti yang Kukatakan, jika engkau memiliki sifat pengkhianat, engkau tidak dapat melepaskan diri dari sifat itu. Jangan percaya pada keberuntungan bahwa engkau sekalian tidak memiliki sifat pengkhianatan hanya karena tidak melukai siapa pun. Jika itu yang engkau pikirkan, engkau terlalu memuakkan. Firman yang kusampaikan setiap waktu ditujukan kepada semua orang, bukan hanya satu orang atau satu jenis orang. Hanya karena engkau tidak mengkhianati Aku pada satu perkara, tidak membuktikan bahwa engkau tidak dapat mengkhianati Aku pada perkara lain. Orang-orang kehilangan kepercayaan mereka dalam mencari kebenaran selama masa-masa sulit dalam pernikahan mereka. Beberapa melalaikan kewajiban mereka untuk setia kepada-Ku selama kehancuran keluarga. Ada yang meninggalkan Aku demi mencari momen sukacita dan kegembiraan. Yang lain lebih suka jatuh ke dalam jurang yang gelap daripada hidup dalam terang dan memperoleh sukacita dari karya Roh Kudus. Beberapa orang mengabaikan saran teman-teman demi memuaskan hawa nafsu mereka akan kekayaan, dan bahkan sekarang tidak mampu mengakui kesalahan mereka dan bertobat. Ada juga yang hanya hidup beberapa waktu lamanya demi nama-Ku agar dapat menerima perlindungan-Ku, sementara yang lain hanya mencurahkan sedikit waktu karena mereka bergantung pada kehidupan dan takut akan kematian. Bukankah semua sifat ini serta tindakan amoral dan tidak bermartabat lainnya hanyalah perilaku orang-orang yang telah lama mengkhianati Aku jauh di dalam lubuk hati mereka? Tentu saja, Aku tahu pengkhianatan mereka tidak direncanakan sebelumnya, tetapi itulah penyingkapan alamiah dari sifat mereka. Tidak ada yang ingin mengkhianati Aku, dan selain itu tak seorangpun yang bahagia karena mereka telah berbuat sesuatu untuk mengkhianati Aku. Sebaliknya, mereka gemetar ketakutan, bukan? Jadi, apakah engkau sekalian berpikir tentang bagaimana cara agar dapat menebus pengkhianatan ini, dan bagaimana engkau sekalian dapat mengubah situasi saat ini?
Catatan Kaki:
a. Pepatah China, arti harfiahnya adalah "para penyamun yang mendiami pegunungan dan menyatakan diri mereka sebagai raja."
Rekomendasi:
3. Asal Usul dan Perkembangan Gereja Tuhan Yang Mahakuasa
55.Bagaimana Alkitab dibentuk? Sebenarnya Alkitab itu jenis buku seperti apa?
Mereka yang Mengasihi Tuhan Selamanya Hidup dalam Terang-Nya
0 notes
belajarislamonline · 6 years ago
Link
📆 Kamis, 24 Muharram 1440H / 04 Oktober 2018
📚 KELUARGA MUSLIM 📝 Pemateri: Ustadz Bendri Jaisyurrahman
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
📝Konsep Pasutri adalah Bil Ma’ruf
💎[Qs.An-Nisa: 19]💎
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَحِلُّ لَكُمْ أَنْ تَرِثُوا النِّسَاءَ كَرْهًا ۖ وَلَا تَعْضُلُوهُنَّ لِتَذْهَبُوا بِبَعْضِ مَا آتَيْتُمُوهُنَّ إِلَّا أَنْ يَأْتِينَ بِفَاحِشَةٍ مُبَيِّنَةٍ ۚ وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mewarisi wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.
📌Ada satu hal yang sering kita lupa bahwa setan selalu berusaha untuk membuat kehancuran pada elemen-elemen manusia yaitu elemen keluarga. Ternyata setan tidak selalu menghancurkan elemen sistem ekonomi ataupun politik, namun setan lebih senang menghancurkan elemen pada keluarga.
🌾Dari Jabir, Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya iblis singgasananya berada di atas laut. Dia mengutus para pasukannya. Setan yang paling dekat kedudukannya adalah yang paling besar godaannya. Di antara mereka ada yang melapor, ‘Saya telah melakukan godaan ini.’ Iblis berkomentar, ‘Kamu belum melakukan apa-apa.’ Datang yang lain melaporkan, ‘Saya menggoda seseorang, sehingga ketika saya meninggalkannya, dia telah bepisah (talak) dengan istrinya.’ Kemudian iblis mengajaknya untuk duduk di dekatnya dan berkata, ‘Sebaik-baik setan adalah kamu.’ (HR. Muslim 2813).
Di akhir hadist ini Iblis berkata kepada setan tiga kali, yaitu Ni’ma anta, ni’ma anta, ni’ma anta, yang artinya sebaik-baik setan adalah kamu (tiga kali).
Hadist ini memberi petunjuk kepada kita bahwa cerai itu perbuatan yang diharapkan dan disenangi setan karena ia dapat membuat kehancuran dalam rumah tangga manusia.
Cerai tersebut haram hukumnya walaupun dibukakan pintunya akan tetapi ini sangat dibenci oleh Allah. Dan ini diharamkan karena prestasi setan yang merusak rumah tangga seseorang yang akibatnya suami dan anak tidak terurus sehingga lelaki tidak percaya lagi dengan wanita. Rasa benci kepada wanita yang terus menerus sehingga yang ada hanya rasa percaya pada laki-laki saja, maka disaat itulah muncul perilaku-perilaku menyimpang seperti LGBT, dan sebagainya. Dan ketika ditanya kenapa faktor itu terjadi, mereka menjawab bahwa faktornya berasal dari hubungan keluarga yang rusak atau yang sering disebut dengan broken home.
Oleh karena itu kita harus berhati-hati dan berusaha membenahi keluarga dengan kasih sayang sehingga hal yang tidak diinginkan ini tidak terjadi dalam rumah tangga kita.
🌻Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhu dari Nabi saw, beliau bersabda:
أَبْغَضُ الْحَلَالِ إلَى اللَّهِ الطَّلَاقُ
“Perkara halal yang paling dibenci oleh Allah adalah perceraian.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Daud di dalam kitab Sunan Abi Daud (2178), Ibnu Majah di dalam kitab Sunan Ibnu Majah (2018), Al Baihaqi di dalam kitab As Sunan Al Kubra (15292), Ibnu ‘Adi di kitab Al Kamil (4/323), dan lain-lain.
Nah, oleh karena itu kenapa kita membahas pasangan suami istri?  Tujuannya adalah agar hal ini tidak terjadi. Untuk itu coba kita perhatikan ayat dalam Al Qur’an bahwa Allah menerangkan relasi antara anak dengan orangtua dan juga orangtua dengan pasangannya.
📝Kali ini kita bahas “antara orangtua dengan pasangannya” yaitu terdapat pada penggalan ayat pada 📖 QS. An-Nisa: 19,
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ
Di akhir ayat ini ada kata “ma’ruf” yaitu berasal dari kata ‘urf yang artinya “suatu kebiasaan yang bisa diterima dengan akal sehat.”
Maka berbeda antara adat di Arab dengan di Indonesia. Kalau di Arab, nama anaknya memakai nasab orangtuanya seperti Umar bin Khattab, yaitu Umar dari anak yang bapaknya bernama Khattab atau kalau yang perempuan “Fatimah binti Muhammad”, artinya Fatimah anaknya Muhammad, hal itu dikaitkan dengan menasabkan nama tersebut dengan nama orangtuanya.
Haram hukumnya di Arab jika menasabkan nama selain nama Ayah kandungnya, ini terjadi pada zaman Rasulullah yang ketika itu Zaid yang dihibahkan kepada Khadijah serta dimerdekakan oleh Rasulullah dan diangkat oleh Rasul sebagai anaknya, lalu Rasul meletakkan namanya dibelakang nama Zaid menjadi Zaid bin Muhammad yang waktu itu ditegur karena itu terlarang disebabkan karena Zaid bukanlah anak kandung Rasulullah saw.
Hal ini berbeda dengan di Indonesia, yang mana ketika seseorang meletakkan nama suaminya dibelakang namanya ketika ditanya “ibu siapa?” maka ia menjawab namanya dan menyertakan nama suaminya dibelakangnya. Hal tersebut diperbolehkan karena pernah suatu hari di zaman Rasulullah ada seorang wanita yang datang menemui Rasulullah, dan Rasulullah bertanya, siapa dia lalu ia menjawab namanya, lalu Rasul bertanya lagi fulanah siapa? Maka wanita tadi menyebutkan namanya diawal dan menyertakan nama suaminya dibelakang. Ini diperbolehkan karena halal dan juga thoyyib yaitu menumbuhkan rasa kasih sayang kepada pasangan.
Di Indonesia berbeda dengan Arab, seperti terkadang dalam kebiasaan sehari-harinya seorang suami memanggil istrinya dengan panggilan Ummi, lalu istri memanggil suami dengan panggilan Abi. Apabila orang Arab mendengar hal ini maka ia akan tertawa karena sebutan Abi hanya ditujukan kepada Ayah kandung begitu juga sebutan Ummi ditujukan kepada Ibu kandung bukan suami atau istri.
Namun ini berbeda konteks dan di Indonesia ini diperbolehkan karena ada konteks Al ma’ruf yaitu Thoyyib (kasih sayang antar pasangan) agar terciptanya kemesraan antara pasangan.
Dan di Indonesia juga berbeda dengan di Arab, jika Rasulullah memanggil Abu Bakar hanya dengan sebutan ya Abu Bakar saja, akan tetapi di Indonesia berbeda ketika seseorang memanggil mertuanya maka ia menyebutnya dengan panggilan misalkan Ayah atau Bapak, Ibu dan lain sebagainya. Maka prinsip hubungan Pasutri (pasangan suami istri) disini adalah:
1⃣ Halal, “memenuhi hak pasangan”
2⃣ Thoyyib, “menumbuhkan cinta dan kasih sayang diantara pasangan”
📌Contoh, misalnya pasangan sedang letih lalu pasangan meminta untuk berhubungan apakah halal? Jawabannya halal akan tetapi apakah ini thoyyib? Tidak, karena seseorang harus melihat dari segi mementingkan perasaan pasangannya yang ketika itu sedang letih.
Ini juga sama halnya dengan seorang suami yang sering komunikasi dengan rekan kerjanya atau teman lamanya seperti chat yang tidak penting dan telepon-teleponan sehingga membuat istri menunggu, apakah konteks ini halal? Jawabannya halal, akan tetapi apakah thoyyib? Tidak, karena si istri tidak suka dengan hal tersebut. Oleh karena itu kebanyakan rumah tangga hancur disebabkan oleh mereka pasangan suami istri saling mengedepankan egonya masing-masing sehingga mengakibatkan timbulnya perceraian.
🔆 Ada ulama yang membiarkan bahwa bernyanyi itu halal jika konteksnya adalah bernyanyi untuk menyenangkan hati pasangan, Apakah ini halal? Jawabannya halal karena ini diperdengarkan kepada istri saja, dan apakah thoyyib? Thoyyib, karena dapat menumbuhkan kasih sayang di antara pasangan tersebut.
📝Maka Islam menjelaskan hal ini relasi dalam hubungan pasutri yaitu laki-laki adalah qiwam bagi wanita, di dalam Al Qur’an Allah menjelaskan,
💎[Qs. An-Nisa: 34]💎
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ ۚ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ ۚ وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ ۖ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
1) Qiwam dengan kasroh. Makna qiwam adalah makanan yang membuat manusia tegak dan berdiri yaitu fungsinya seperti suplemen. Maka fungsi sang suami disini adalah sebagai motivator. Seorang istri memang karakternya di zona nyaman, dari situasi inilah maka suami ini meyakinkan.
Kalau suami punya jiwa qiwam, maka dia akan memberi kenyamanan serta keamanan.
2) Qowwam dengan fathah yaitu adil, karena hak istri dan anak di rumah juga harus dijaga yaitu dengan cara dipenuhi, jika tidak maka keluarga akan hancur.
3) Al Qoyyim yaitu pemimpin di dalam rumah tangga. Seorang suami harus mampu menjadi pemimpin di dalam rumah tangganya.
🌾 Suatu hari 'Aisyah menuduh Rasulullah telah berbuat dzalim, lalu Rasulullah meminta peradilan melalui Abu bakar, ketika Abu Bakar mendengar hal itu Abu Bakar menampar 'Aisyah, akan tetapi Rasulullah kala itu langsung melindungi istrinya, beliau berkata, “Aku telah salah meminta keadilanmu, bukan untuk ini aku datang kesini”, lalu Rasulullah mengambil tepi bajunya dan dilapkan kebagian wajah 'Aisyah yang berdarah. Lalu Rasulullah berkata kepada 'Aisyah, “dosamu telah gugur karena ini”.
Begitu bijaksananya Rasulullah sebagai pemimpin dalam rumah tangganya, ia bahkan tidak memarahi 'Aisyah namun beliau marah ketika mertuanya memukul istrinya.
4) Memberi kecukupan dan mendidik. Ketika istri kita salah, kita harus sabar dalam memperbaiki kesalahannya bukan malah menghukumnya atau menjelek-jelekkannya di depan anak-anak maupun orang lain. Ini juga diajarkan Rasul ketika ia mendidik istri-istrinya, beliau sabar dan selalu menghargai istrinya.
Kesimpulannya, jika suami memiliki keempat sifat ini maka suami akan mampu kuat, tangguh, dan survive di dalam rumah tangganya.
3⃣ 👳⛏Suami adalah Ibarat Petani,
💎[Qs. Al-Baqarah: 223]💎
نِسَاؤُكُمْ حَرْثٌ لَكُمْ فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّىٰ شِئْتُمْ ۖ وَقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ مُلَاقُوهُ ۗ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ
Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.
Makna ladang (tempat bercocok tanam) disini adalah istri. Ibarat ladang jika ingin memanen hasil maka tidak mungkin didapatkan dengan cara yang instan, akan tetapi ia harus digarap terlebih dahulu, dijaga dari hama, lalu disiram dan diberi pupuk agar hasil yang diinginkan baik.
📌Apabila seseorang tidak serius dalam menggarapnya maka hasil panen yang didapatkan pun juga tidak bagus.
Jika seorang suami rutin menanyai kabar istrinya, yang bukan hanya setelah menikah saja akan tetapi di sepanjang pernikahannya, lalu ia bersikap baik serta mengajarkan yang baik yang harusnya ia ajarkan kepada istrinya dengan sabar, maka petani inilah yang akan sukses.
🌷Menikah adalah ibadah maka jadikanlah ini ibadah yang ni’mat, untuk itu seorang suami hendaknya harus ekstra sabar kepada istrinya dan janganlah ia menuntut terlalu banyak.
4⃣ Suami dan Istri Ibarat Pakaian
💎[Qs.Al-Baqarah: 187]💎
أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَىٰ نِسَائِكُمْ ۚ هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ ۗ عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَخْتَانُونَ أَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْ ۖ فَالْآنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ ۚ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ۖ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ ۚ وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.
a) Pakaian itu melindungi. Disini suami dan istri fungsinya sebagai pakaian yang saling melindungi, seperti ketika musim panas maka ia memakai baju yang terhindar dari panas dan ketika musim dingin maka sifatnya suami/istri melindunginya dari udara dingin.
Contoh, ketika istri membutuhkan pembelaan dari suaminya, maka seharusnya suami membela istrinya.
b) Pakaian itu menutup aurat. Disini fungsi suami maupun istri sebagai “menutup aib pasangannya” bukan malah sebaliknya menceritakan aib suami ataupun istri kepada orang banyak.
c) Pakaian itu meningkatkan citra diri. Suami dan istri disini “menunjukkan citra” dari masing-masing pasangan, baik suami maupun istri.
👳 Seseorang kelihatan rapi dan bersih dikarenakan pasangannya. Contoh, ketika suami bepergian dengan istrinya jika si istri meminta suami untuk mengenakan baju yang bagus, dipilihkan oleh istrinya maka hendaknya suami mengenakannya untuk menjaga perasaan istrinya, begitupun dengan si istri dan juga 1menjaga citra diri.
📎 “Makanlah sesuai selera sendiri akan tetapi berpakaianlah sesuai selera pasangan”
📌Contoh, apabila seseorang hendak berpoligami akan tetapi istrinya tidak mengizinkannya maka ia tidak boleh berpoligami, sekalipun poligami itu adalah sunnah akan tetapi mempertahankan keluarga itu hukumnya “wajib”. Jadi apabila tetap dilaksanakan sedang istri tidak menyukainya maka hal tersebut disebut “dzalim kepada istri” karena dapat melukai perasaan istri. Ini termasuk juga kedalam konsep Al-ma’ruf.
d) Pakaian itu disesuaikan waktu dan tempatnya. Disini posisi suami dan istri menyesuaikan, seperti baju untuk kondangan dipakai untuk kondangan, baju untuk ke pasar dipakai untuk ke pasar, dan begitu seterusnya.
📌Contoh, si istri ingin makan bebek goreng akan tetapi suami ada keperluan lain, maka jangan sampai suami menceramahi istrinya panjang lebar, akan tetapi penuhilah ajakannya dengan mempertimbangkan yang baik. Sama halnya dengan Rasulullah ketika beliau meminta Khadijah untuk menyelimutinya maka Khadijah melakukannya.
5⃣ Pasangan suami istri saling tolong-menolong :
a) Berbagi peran di dalam rumah tangga, seperti istri bekerja membantu suami dalam urusan keuangan dalam rumah tangga, akan tetapi ini tidak dijadikan keutamaan.
b) Kerjasama dalam mengasuh. Tidak hanya istri yang mengasuh anak sekalipun istri adalah seorang ibu rumah tangga, akan tetapi suami juga harus memiliki inisiatif dalam membantu istrinya dalam mengasuh anak-anaknya.
c) Mengetahui kekuatan dan kelemahan masing-masing
🌾Intinya menikah adalah mencari ridha Allah, menjalankan sunnah Rasulullah dan mencari yang ma’ruf.
Wallahu a'lam bish shawab
🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁
Sebarkan! Raih Pahala
🍃🍃🌺🍃🍃🌺🍃🍃
Dipersembahkan oleh: manis.id
📱 Info & pendaftaran member: bit.ly/mediamanis
💰Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa a.n Yayasan MANIS, No Rek BSM 7113816637
Info lebih lanjut: bit.ly/donasidakwahmanis
Baca selengkapnya di: http://www.manis.id/2018/10/membangun-hubungan-harmonis-dengan.html
0 notes
arief-wijaya-putra-blog · 7 years ago
Photo
Tumblr media
Adab Suami IstriKewajiban mendidik istri Kewajiban Suami Syekh penazham menerangkan dalam nazhamnya:  "Perintahkanlah istrimu menjalankan shalat, wahai kawan, serta belajar ilmu agama dan mandi yang diwajibkan." Didalam kitab Madkhal dijelaskan, bahwa seseorang wajib mengajari budak-budaknya tentang shalat, membaca Al-Quran dan hal-hal yang dibutuhkan oleh mereka dalam masalah-masalah agama. Kewajiban tersebut juga harus dijalankan terhadap anak dan istrinya, karena diantara mereka tidak ada perbedaan, dimana mereka sama-sama berada dalam kekuasaan dan tanggung jawabnya. Dalam kitab An-Nashihah juga disebutkan, bahwa suami wajib memerintahkan istrinya untuk mengerjakan shalat. Disamping itu suami juga wajib mengajarkan kewajiban-kewajiban agama yang lainnya, seperti hukum-hukum yang berkaitan dengan masalah haid dan mandi. Sebab Allah Swt. memerintahkan seseorang agar dapat menjaga istrinya dari panasnya api neraka melalui firman-Nya, yang artinya: "Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka." (Qs. At-Tahrim: 6) Didalam kitab Al-Waghlisiyyah Syekh Ibnu Arabi mengatakan, bahwa ruang wajib mengajari dan memperbolehkan istrinya mempelajari ilmu-ilmu agama, bahkan harus  mendorong dan memerintahkannya. Kalau tidak, dan istrinya tidak mau belajar, maka keduanya berdosa. Jika istri mau mencari ilmu akan tetapi suaminya melarangnya, maka suaminya berdosa. Sungguh sangat mengherankan jika ada seorang suami marah-marah kepada istrinya karena sang istri menghilangkan uang serupiah, akan tetapi dia tidak marah jika istrinya menyia-nyiakan agama. Dengan kata lain, istri dibiarkan bodoh tentang masalah-masalah agama yang berkaitan dengan dirinya sendiri. Didalam kitab Ihya' pada bab Nikah, Al-Imam Al-Ghazali mengatakan, bahwa seseorang yang pertama kali menggantungkan diri kepada suami ialah istri dan anak-anaknya. Mereka menghadap ke haribaan Allah Swt. seraya berkata, "Ya Tuhan kami, kami mohon sudilah Engkau mengambil hak kami dan laki-laki ini (suami atau ayah), karena orang ini tidak memberi pelajaran kepada kami tentang hal-hal yang tidak kami ketahui, dan makanan yang diberikan kepada kami adalah makanan haram (riba), sementara kami tidak tau." Maka Allah Swt. menghukum laki-laki tersebut berdasarkan pengaduan itu.Nabi Saw. bersabda: "Tiada seorangpun dihadapan Allah Swt. yang membawa dosa lebih besar dari pada kebodohan tentang keadaan keluarganya." Syeh Abu Ali bin Hajwah, mengatakan dalam Syarah Nazham yang berbahar Rajaz, karangan Syekh Imam Mubthi yang artinya, "Kewajiban yang diperintahkan Allah Swt. bagi setiap orang untuk mendidik, membina, dan membimbing orang lain ialah memerintahkan mengerjakan kebaikan dan melarang kemungkaran kepada istri, anak, dan masyarakat secara umum. Barang siapa yang istri dan hamba sahaya serta anak- anaknya tidak mengerjakan shalat, lalu ia biarkan, maka pada hari kiamat dia akan digiring bersama orang-orang yang meninggalkan shalat, walaupun dia termasuk ahli shalat." Banyak orang yang memukul istri, hamba-hamba, dan anak-anaknya karena mereka teledor dalam urusan dunia. Tetapi dia tidak memukul mereka jika mereka teledor dalam urusan agama mereka. Dihadapan Allah Swt. orang tersebut sama sekali tidak mempunyai alasan (ketika Allah menanyakan tentang keluarganya), kecuali dia akan berkata, "Mereka sudah aku perintah, namun mereka tidak mau mendengarkan (tidak mau taat)." Diriwatkan dari Nabi Saw. beliau bersabda: "Barang siapa yang diserahi Allah Swt. untuk memelihara suatu urusan bagi rakyat, kemudian dia tidak memberi kemurahan kepada mereka dengan jalan memberi nasihat, maka dia tidak akan mencium (harumnya) bau surga." Larangan menyebarkan rahasia suami istri Selanjutnya Syekh penazham menuturkan dalam nazhamnya: "Keterangan mendatang adalah berhubungan dengan masalah yang telah dibersihkan maknanya, bagi orang yang menanyakannya." Maksudnya, adalah masalah-masalah yang bertalian dengan nikah, adab menggauli istri dan lain-lain. "Menyiarkan rahasia istri kepada orang lain itu terlarang, wahai kawan, jauhilah sedapat mungkin." Syekh penazham menjelaskan, bahwa suami-istri tidak boleh menyebarkan rahasia pasangannya kepada orang lain. Sebab menyimpan rahasia itu adalah amanat yang wajib dijaga. Juga jika rahasia itu merupakan cela yang wajib ditutupi. Disamping itu, karena ada keterangan hadits, bahwa menyiarkan rahasia itu diancam dengan ancaman yang sangat berat. Didalam kitab Madkhal diterangkan, bahwa ketika seorang suami hendak berkumpul dengan istrinya, sementara diantara keduanya ada rahasia, maka sebaiknya suami (istri) tidak perlu membuka rahasia itu. Pengarang kitab An-Nashihah juga mengatakan, bahwa seorang suami tidak boleh membuka-buka (menceritakan) tentang istrinya (menyampaikan omongan istrinya) kepada orang lain. Karena hal itu merupakan sebagian dari perbuatan orang-orang bodoh. Cukuplah kiranya perbuatan seperti itu dikatakan sangat tidak pada tempatnya. Hal-hal yang Harus Diperhatikan Saat Hendak Mengulang Senggama Syekh penazham menuturkan dalam nazhamnya: "Membasuh zakar itu disunahkan, apabila senggama kedua akan dilangsungkan." Didalam bait tersebut Syekh penazham menjelaskan, bahwa disunahkan bagi suami yang ingin mengulang kembali senggama untuk membasuh zakarnya, karena hal itu dapat menyegarkan tubuh, dan hal itu juga dilakukan oleh Nabi Saw. Pengarang kitab Al-Mukhtashar berkata, "Sunahnya membasuh zakar tersebut berlaku secara umum, baik hendak mengulangi lagi senggama maupun tidak." Pendapat ini juga yang dipegang oleh Imam Ibnu Yunus. Tetapi menurut sebagian ulama sunahnya membasuh zakar itu hanya khusus untuk mereka yang hendak mengulangi senggama. Adapun membasuh zakar setelah bersenggama dengan istri yang pertama dan hendak mengulanginya dengan istri yang lain hukumnya wajib. Hal itu dimaksudkan agar najis yang pertama tidak masuk kedalam vagina istri yang kedua. Sementara membasuh vagina tidak disunahkan, karena (menurut pendapat Imam Abu Hasan) hal itu dapat mengendorkan vagina. Selanjutnya Syekh penazham menuturkan dalam nazhamnya: "Setiap air yang dingin, wahai kawan, jangan diminum setelah melakukan senggama. Demikian pula, wahai kawan, setelah senggama zakar jangan dibasuh dengan air dingin." Syekh penazham menjelaskan, bahwa setelah bersenggama tidak boleh meminum air dingin begitu pula setelah bersenggama tidak boleh membasuh zakarnya dengan air dingin karena bisa membahayakan. Pengarang kitab Al-Idhah mengatakan, bahwa setelah bersenggama hendaknya tidak membasuh zakar dengan air dingin, sebelum zakar benar-benar dingin (lemas). Untuk itu hendaknya menunggu beberapa saat. Syekh penazham melanjutkan nazhamnya sebagai berikut: "Tidur istri seusai senggama, wahai pemuda, adalah dengan lambung kanan, pahamilah keterangan ini. Cara tidur seperti itu menyebabkan anak yang terlahir laki-laki. Kebalikannya dari apa yang saya katakan, anak yang terlahir wanita." Penyusun kitab An-Nashihah mengatakan, bahwa jika suami menghendaki agar anak terlahir laki-laki, maka setelah bersenggama hendaklah suami meminta istrinya supaya tidur miring ke kanan. Apabila menghendaki anak terlahir perempuan maka sebaliknya. Apabila tidurnya hanya untuk istirahat, maka sebaiknya tidur dalam posisi terlentang. Imam Ibnu Ardhun menuturkan, bahwa pengarang kitab Al-Idhah berpendapat, "Apabila suami merasa akan mengalami ejakulasi, maka hendaknya dapat mengubah posisi tubuhnya agak condong ke kanan, demikian pula ketika mencabut zakarnya. Insya Allah anak yang akan lahir adalah laki-laki." Dikatakan, bahwa barang siapa menginginkan anak laki-laki, maka hendaklah memberi nama Muhammad terhadap kandungan istrinya. Selanjutnya Syekh penazham menuturkan dalam nazhamnya:  "Kemudian orang yang bermimpi keluar mani, wahai pemuda, secara rinci hukumnya yang benar telah ditetapkan. Apabila bermimpi hal-hal yang mubah, itu merupakan penghormatan. Jika sebaliknya, itu pertanda penyiksaan, patutlah jika mimpi itu merupakan kenikmatan." Syekh penazham mengingatkan melalui bait-bait tersebut, bahwa sesungguhnya mimpi itu ada tiga macam, yaitu: karamah, uqubah, dan nikmat. Pengarang kitab An-Nashihah menuturkan, bahwa adakalanya mimpi junub itu merupakan: 1. Uqubah (siksaan). Yaitu impian yang tergambarkan didalam mimpi itu merupakan perbuatan yang diharamkan. Mimpi tersebut merupakan siksaan karena mimpi itu tidak akan terjadi, kecuali dari orang yang meremehkan agama dengan melihat atau membayangkan hal-hal yang tidak halal. Mimpi seperti itu juga merupakan suatu penghinaan setan kepada orang yang mimpi tersebut. 2. Nikmat (kenikmatan), yaitu mimpi yang didalamya tidak tergambarkan kotoran apapun melebihi kotoran yang ada pada tubuh manusia. Sementara menolak kematangan sperma dapat menarik syahwat. Selain itu juga dapat menjadikan sebab teraihnya pahala mandi jinabat. 3. Karomah (penghormatan), yaitu suatu impian yang didalamnya tergambarkan apa yang diizinkan syarak. Karena didalam mimpi itu terdapat kenikmatan tanpa ada penyiksaan, maka secara mutlak, karamah lebih utama dari pada kenikmatan. Faedah Imam Tafjaruni mengatakan, bahwa bagi orang yang mengkhawatirkan (takut) dirinya mimpi keluar mani, maka ketika akan tidur hendaklah ia membaca doa berikut ini:  ALLAAHUMMA INNII A'UUDZUBIKA MINAL IKHTILAAFI WA A'UUDZUBIKA AN YYAL'ABAS SYAITHAANU BII FIL YAQDHATI WAL MANAAMI. Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari mimpi keluar mani, dan aku berlindung kepada-Mu dari permainan setan atas diriku dikala terjaga dan tertidur." Doa tersebut dibaca sebanyak tiga kali dan ditambah dengan membaca Ayat Kursi dan ayat terakhir dari surat Al-Baqarah.
0 notes
semestarasa · 8 years ago
Text
Al Khansa' Ibunda Mujahid-Mujahid Sejati
Ada yang pernah dengar nama Al Khansa’? Yang suka syair, mungkin lebih familiar ya dengan nama perempuan ini. Karena ia adalah wanita arab pertama yang jago sekali bersyair.
Nama aslinya adalah Tumazhir binti ‘Amru bin Syarid as-Sulaimi. Sedangkan julukannya adalah Al Khansa’. Kata Al Khansa’ diambil dari kata kha-na-sa (al-khanas) yang artinya hidung yang pipih dan agak menungging ke atas. Jadi Al Khansa’ adalah julukan bagi wanita yang hidungnya seperti itu.
Al Khansa’ sendiri awalnya tidak terlalu mahir bersyair. Bakat syairnya mulai muncul saat saudara kandungnya yang bernama Mu'awiyah bin 'Amru as-Sulaimi terbunuh. Ia meratapi kematian saudaranya dengan bersyair. Lalu disusul pula saudara seayahnya yang bernama Shakhr terbunuh. Sejak itu ia mulai pandai dan suka bersyair.
Saat mendengar dakwah Islam, al Khansa’ datang bersama kaumnya (Bani Sulaim) menghadap Rasulullah saw dan menyatakan keislaman mereka. Ahli-ahli sejarah menceritakan bahwa Rasulullah menyuruhnya melantunkan syair dab kagum atas keindahan syairnya.
Setelah ia masuk Islam, Al Khansa’ menjadi wanita pemberani dan tangguh. Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa Al Khansa bersama keempat putranya ikut dalam perang al-Qadisiyyah. Al-Qadisiyyah adalah nama sebuah daerah yang terletak sekitar 45 Mil dari Kufah, Iraq. Di daerah inilah terjadi peperangan antara kaum Muslimin melawan tentara Persia di zaman kekhalifahan Umar bin Khattab tahun 16 H. Al Khansa’ sangat menginginkan putra-putranya menjadi pejuang di jalan Allah. Saat malam pertama mereka di Al Qadisiyyah, wanita itu berpesan pada anaknya:
“Wahai anak-anakku, kalian telah masuk Islam dengan taat dan berhijrah dengan penuh kerelaan. Demi Allah yang tiada ilah yang haq selain Dia, kalian adalah putera dari laki-laki yang satu sebagaimana kalian juga putera dari wanita yang satu. Aku tak pernah mengkhianati ayah kalian, tak pernah mempermalukan Khal (paman dari jalur ibu) kalian, tak pernah mempermalukan nenek moyang kalian, dan tak pernah menyamarkan nasab kalian. Kalian semua tahu betapa besar pahala yang Allah siapkan bagi orang-orang beriman ketika berjihad melawan orang-orang kafir. Ketahuilah bahwa negeri akhirat yang kekal jauh lebih baik dari negeri dunia yang fana. Allah swt berfirman: 'Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung’ (Q.S Ali Imran ayat 200) Andaikata esok kalian masih diberi kesehatan oleh Allah, maka perangilah musuh kalian dengan gagah berani, mintalah kemenangan atas musuhmu dari Illahi. Apabila pertempuran mulai sengit dan api peperangan mulai menyala, terjunlah kalian ke jantung musuh, habisilah pemimpin mereka saat perang tengah berkecamuk, mudah-mudahan kalian meraih ghanimah dan kemuliaan di negeri yang kekal penuh kenikmatan.”
Nasihat Al Khansa’ ini sangat mengena di hati keempat puteranya. Semangat untuk berjuang di jalan Allah sangat membara. Maka keesokan harinya keempat putera al Khansa’ pergi ke medan perang dengan gagah berani. Mereka berperang hingga titik darah penghabisan. Keempat anak Al Khansa’ gugur di medan perang.
Saat kabar keempat puteranya ini sampai pada Al Khansa’, ia dengan tabah berkata, “Segala puji bagi Allah yang memuliakanku dengan kematian mereka. Aku berharap kepada-Nya agar mengumpulkanku bersama mereka dalam naungan rahmat-Nya.”
Begitulah, apa yang diturunkan seorang ibu pada anaknya, itulah yang akan membentuk sang anak menjadi seperti apa. (dp)
Referensi: buku Ibunda para Ulama (Sufyan bin Fuad Baswedan)
sumber : supermomwannabee.tumblr.com
0 notes