#Kuliah siap kerja
Explore tagged Tumblr posts
Text
Tips Memilih Jurusan Kuliah Agar Siap Kerja
MEMILIH jurusan kuliah adalah keputusan penting yang akan memengaruhi jalur karier dan masa depan seseorang. Saat ini, persaingan di pasar kerja semakin ketat, oleh karena itu, penting untuk memilih jurusan yang tidak hanya sesuai minat, tetapi juga memberikan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh pasar kerja. Berikut adalah panduan untuk memilih jurusan kuliah agar siap kerja: 1.…
View On WordPress
0 notes
Text
Ibadah Andalan selama Ramadhan ?
Rasanya baru dikasih prompt 2 udah degdegan saya kak Mut. Hehe
Izin flasback semoga bisa menarik benang dari prompt 2 ini.
Saya sedari kecil diajarkan puasa tanpa paksaan. Alhamdulillahnya sepertinya sekali puasa langsung full buka sampe magrib. Tidak ingat betul kapannya yang pasti saya punya memori indah waktu waktu Ramadhan.
Kalo ditanya dulu semangat berpuasa full sebulan karena di iming imingin akan di kasih THR sama bapak di hari raya. Ah namanya juga anak anak ya kan.
Lanjut semakin bertambahnya usia saya makin happy ketemu bulan Ramadhan. Kalau kecil masih semangat karena diimingi imingin uang THR, maka di fase sekolah saya semangat karena saya harus berlomba lomba mengisi buku ramadhan yang diberikan sekolah. Saya harus mengisi full bahkan sampai kultum kultum dan ttd ustad atau imamnya harus lengkap. Hehe maklum waktu sekolah menjadi waktu ambisius walau emang engga selalu terbaik pertama.
Pas SMA lanjut sampai kuliah sudah tidak ada motif atau iming imingan lagi. Sejak ini rasanya ramadhan mengalir dan berlalu begitu saja😭tapi sejak ini saya menemukan sesuatu bahwa saya paling merindu shalat jamaah shubuh di masjid. Saya engga pernah melakukan shalat jamaah shubuh di masjid kecuali waktu ramadhan aja. Rasanya kalo saya sedang halangan abis sahur harusnya bisa ikut siap siap buat berangkat ke masjid tapi ini engga bisa. Ada rasa sedih aja gitu.
Berlanjut ketika fase pre klinik, co-ners sampe akhirnya kerja yang shifting mengharuskan saya berdamai jika tidak selalu saya menunaikan shalat shubuh berjamaah di masjid. Jika sedang shift malam mau gak mau shalat shubuh dilakukan diruangan. Rasanya sungguh sedih banget banget😭
Jadi kalo ditanya andalan ? Ya shalat shubuh berjamaah di masjid adalah ibadah yang rasanya saya selalu rindukan. Mungkin karena dosa dosa saya kenapa dihari selain ramadhan saya tidak bisa menunaikannya. Tapi semoga saya berharap di sisa usia saya bisa melaksanakan shalat jamaah shubuh di masjid di selain waktu ramadhan. Semoga.
Izin kak @prawitamutia prompt 2 agak degdegan. Lihat prompt 3 makin makin hehe
#day2
9 notes
·
View notes
Text
Nikah
Dulu kirain w udah nikah di umur 25 (maks 26 lah), dan mungkin anak udah 2 kali ya sebelum 30 (kaya Mama). Tapi jadinya ternyata nikah di umur 28 hampir 29 wgwgwg tapi to be fair I do not feel that old? Padahal inget banget dulu pas masih kerja di kampus umur w 22 baru lulus, terus ngobrol sama kaka-kaka umur 27-28 yang pada belum nikah terus w mikir HAH TUA BGT.
Maafkan aku kakak-kakak, ternyata umur segini emang gak tua (tua amat). Haha. Secara mental w merasa memang sudah cukup dewasa dan sudah siap nikah, sih - kalau 2-3 tahun yang lalu mungkin masih agak gak jelas sebagai manusia.
Intinya ya alhamdulillah deh bisa ketemu sama Gio (thx Bumble), w emang males memulai dari scratch sama stranger, jadi pas ketemu orang di dating apps juga w cuma nge-swipe right yang dari ITB. Haha. Lebih gampang di-background check, soalnya, dan yang jelas gak terlalu pusing nyari shared experience dan selalu bisa berangkat dari topik-topik yang kampus related.
Berhubung Gio lagi S2 jadi sebenernya dari akhir Agustus tahun lalu tuh kami LDR haha -_- untung aja w kerja ya dan dia juga sibuk kuliah, jadi sebenernya nggak terlalu banyak waktu untuk berantem (wk) walau ya nggak terhindarkan lah untuk beberapa kali. Cuma alhamdulillah selalu bisa di-resolve dengan baik. Emang deh komunikasi itu penting banget.
Jadi kemarin Gio balik dari Belanda tanggal 4 Juli, kami nikah tanggal 15, terus tanggal 8 Agustus aku dan dia flight ke Eropa - ceritanya mau honeymoon sekalian Gio balik ke Delft. Cukup lancar lah momen-momen awal menikah. Haha.
Sekarang LDM dulu nih sampe Juli/Agustus tahun depan :-) bismillah aja deh pokoknya!!
21 notes
·
View notes
Text
Pengalaman Nyata di Dunia Kerja: Magang di Emran Digital Academy
Tempat PKL Jurusan Multimedia Malang, Tempat PKL Jurusan OTKP Malang, Tempat PKL Jurusan Perkantoran Terdekat Malang, Tempat PKL Jurusan RPL Malang, Tempat PKL Jurusan RPL Malang Malang
HUBUNGI SEKARANG!!! 0851-7986-7884, Tempat PKL Jurusan Multimedia , Tempat PKL Jurusan OTKP , Tempat PKL Jurusan Perkantoran Terdekat , Tempat PKL Jurusan RPL , Tempat PKL Jurusan RPL Malang
"Lowongan Magang Mahasiswa di Emran Digital Academy: Peluang Emas untuk Mengasah Keterampilan Digital Anda
Di era digital yang berkembang pesat saat ini, memiliki pengalaman praktis sebelum terjun ke dunia kerja menjadi sangat penting bagi mahasiswa. Salah satu tempat yang menawarkan kesempatan berharga tersebut adalah Emran Digital Academy. Terletak di Jl. Raya Kedawung No 99, Ngijo, Kec. Karangploso, Kab. Malang, Jawa Timur, Emran Digital Academy menyediakan berbagai lowongan magang yang dirancang untuk membantu mahasiswa mengembangkan keterampilan dan pengetahuan mereka di bidang teknologi dan digital.
Kenapa Magang di Emran Digital Academy?
Pengalaman Nyata: Magang di Emran Digital Academy memberikan mahasiswa kesempatan untuk terlibat langsung dalam proyek-proyek nyata. Anda akan bekerja di bawah bimbingan para profesional berpengalaman yang akan membantu Anda memahami dinamika dunia kerja yang sesungguhnya.
Keterampilan Praktis: Program magang ini dirancang untuk membantu Anda mengasah keterampilan praktis yang sangat dibutuhkan di industri. Anda akan belajar menggunakan perangkat lunak terbaru, teknik pengembangan web, dan strategi pemasaran digital yang relevan.
Networking: Selama magang, Anda akan berinteraksi dengan berbagai profesional di industri digital. Ini adalah kesempatan yang sangat baik untuk memperluas jaringan Anda, yang dapat berguna di masa depan saat Anda mencari pekerjaan tetap.
Fleksibilitas: Emran Digital Academy memahami bahwa mahasiswa memiliki komitmen akademis. Oleh karena itu, mereka menawarkan jadwal magang yang fleksibel, memungkinkan Anda untuk menyesuaikan waktu magang dengan jadwal kuliah.
Lingkungan Kreatif: Di Emran Digital Academy, Anda akan berada di lingkungan yang mendukung kreativitas dan inovasi. Tim yang dinamis akan memberikan Anda kebebasan untuk mengekspresikan ide-ide Anda dan berkontribusi dalam pengembangan proyek.
Siapa yang Cocok untuk Magang di Emran Digital Academy?
Lowongan magang di Emran Digital Academy terbuka untuk semua mahasiswa, terutama mereka yang sedang belajar di bidang Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), Desain Grafis, Pemasaran Digital, dan bidang terkait lainnya. Baik Anda mahasiswa tingkat awal maupun akhir, kesempatan ini dapat memberikan pengalaman berharga yang akan memperkaya CV Anda.
Cara Mendaftar
Jika Anda tertarik untuk mengikuti program magang di Emran Digital Academy, proses pendaftarannya cukup sederhana. Anda dapat menghubungi mereka melalui CALL/WA di 0851-7986-7884 untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai proses pendaftaran dan syarat-syarat yang diperlukan. Pastikan untuk menyiapkan dokumen pendukung seperti CV dan surat lamaran yang menunjukkan ketertarikan Anda terhadap posisi yang dilamar.
Lowongan magang di Emran Digital Academy adalah kesempatan emas bagi mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan dan mendapatkan pengalaman kerja yang berharga. Dengan bimbingan para profesional dan kesempatan untuk terlibat dalam proyek nyata, Anda akan siap untuk menghadapi tantangan di dunia kerja yang semakin kompetitif. Jangan lewatkan kesempatan ini untuk mengembangkan potensi Anda dan ciptakan masa depan yang lebih cerah bersama Emran Digital Academy!
Untuk informasi lebih lanjut dan pendaftaran, silakan hubungi Emran Digital Academy melalui CALL/WA: 0851-7986-7884. Alamat magang: Jl. Raya Kedawung No 99, Ngijo, Kec. Karangploso, Kab. Malang, Jawa Timur. Bergabunglah dan wujudkan impian karier Anda!"
#across the spiderverse#artists on tumblr#asexual#barbie#donald trump#easter#margot robbie#michael cera#rwby#ryan gosling
2 notes
·
View notes
Text
Lowongan Magang 2 Bulan: Peluang untuk Menjadi Kreatif di Emran
Tempat PKL RPL terdekat Malang, Tempat PKL SMK Malang, Tempat PKL SMK Jurusan Akuntansi Terdekat Malang, Tempat PKL SMK Jurusan Broadcasting Malang, Tempat PKL SMK Jurusan DKV Malang
HUBUNGI SEKARANG!!! 0851-7986-7884, Tempat PKL RPL terdekat , Tempat PKL SMK , Tempat PKL SMK Jurusan Akuntansi Terdekat , Tempat PKL SMK Jurusan Broadcasting , Tempat PKL SMK Jurusan DKV
"Lowongan Magang Mahasiswa 2 Bulan di Emran Digital Academy: Peluang Emas untuk Meningkatkan Karier Anda
Dalam dunia yang semakin kompetitif saat ini, pengalaman praktis menjadi salah satu faktor penentu dalam kesuksesan karier seorang mahasiswa. Salah satu cara efektif untuk memperoleh pengalaman ini adalah melalui program magang. Emran Digital Academy menawarkan lowongan magang selama 2 bulan yang ditujukan untuk mahasiswa yang ingin mengembangkan keterampilan serta menambah pengalaman di dunia kerja. Artikel ini akan membahas lebih dalam tentang manfaat magang di Emran Digital Academy dan bagaimana Anda dapat mengambil langkah menuju masa depan yang lebih cerah.
Mengapa Memilih Emran Digital Academy?
Pengalaman Praktis yang Berharga
Magang di Emran Digital Academy tidak hanya memberikan kesempatan untuk belajar teori, tetapi juga mengaplikasikan pengetahuan dalam proyek nyata. Selama dua bulan, mahasiswa akan terlibat dalam berbagai proyek yang menantang, memungkinkan mereka untuk memahami dinamika kerja di industri digital.
Bimbingan dari Para Profesional
Di Emran, mahasiswa akan dibimbing oleh mentor berpengalaman di bidangnya. Mentor ini tidak hanya akan memberikan pengetahuan teknis, tetapi juga panduan dalam hal soft skills yang penting untuk dunia kerja, seperti komunikasi, kerja sama tim, dan manajemen waktu.
Lingkungan Kerja yang Kreatif dan Inovatif
Emran Digital Academy dikenal dengan atmosfer kerja yang mendukung kreativitas. Mahasiswa diundang untuk berpikir out-of-the-box dan menyampaikan ide-ide inovatif. Lingkungan yang kolaboratif ini memungkinkan mereka untuk belajar dari satu sama lain dan mengeksplorasi solusi baru.
Jadwal Fleksibel
Emran memahami bahwa mahasiswa memiliki jadwal kuliah yang padat. Oleh karena itu, program magang dirancang dengan fleksibilitas yang memungkinkan mahasiswa untuk menyesuaikan waktu magang mereka dengan kegiatan akademis.
Kesempatan Membangun Jaringan
Selama magang, mahasiswa akan memiliki kesempatan untuk bertemu dan berinteraksi dengan profesional dari berbagai bidang. Jaringan yang dibangun selama dua bulan ini bisa menjadi aset berharga dalam mencari pekerjaan di masa depan.
Siapa yang Cocok untuk Magang di Emran?
Lowongan magang di Emran Digital Academy terbuka untuk semua mahasiswa, terutama mereka yang belajar di bidang Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), Desain Grafis, Pemasaran Digital, dan bidang terkait lainnya. Apakah Anda seorang mahasiswa tahun pertama atau akhir, program ini adalah kesempatan yang tidak boleh dilewatkan untuk meningkatkan CV Anda dan memperoleh pengalaman yang sangat berharga.
Cara Mendaftar
Proses pendaftaran untuk magang di Emran sangat mudah. Anda hanya perlu menghubungi Emran Digital Academy melalui CALL/WA: 0851-7986-7884 untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai syarat dan prosedur pendaftaran. Pastikan Anda menyiapkan dokumen penting seperti CV dan surat lamaran yang menunjukkan ketertarikan serta kualifikasi Anda.
Kesimpulan
Lowongan magang mahasiswa selama 2 bulan di Emran Digital Academy adalah kesempatan emas bagi Anda untuk mendapatkan pengalaman praktis yang sangat dibutuhkan di dunia kerja. Dengan bimbingan para profesional, lingkungan yang inovatif, dan kesempatan untuk memperluas jaringan, Anda akan siap untuk menghadapi tantangan di dunia karier yang semakin kompetitif. Jangan lewatkan kesempatan ini untuk mengembangkan potensi Anda dan membangun masa depan yang lebih cerah!
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi Emran Digital Academy di CALL/WA: 0851-7986-7884. Alamat magang: Jl. Raya Kedawung No 99, Ngijo, Kec. Karangploso, Kab. Malang, Jawa Timur. Bergabunglah dan wujudkan impian karier Anda!"
2 notes
·
View notes
Text
Malu
Malu Hampir 3 tahun setelah lulus kuliah tapi karir masih nggak berkembang. Perasaan menyesal pasti pernah ada. Buat apa kuliah capek-capek tapi setelah lulus ijazah nggak kepake. Malu Berjuang belajar bikin CV yang se-ATS mungkin, belajar kiat-kiat daftar kerja dan wawancara yang profesional yang selama ini nggak ada yang ajarin jadi kaya nyusun puzzle yang bahan-bahannya bahkan harus dicari juga, ngurusin birokrasi syarat-syarat ngelamar kerja, nyobain daftar kerja kesana kemari. Sempet ada yang nyangkut sampe wawancara habis itu terhenti karena situasi dan transportasi. Atau abis wawancara gada kelanjutannya. Sempet lolos walaupun cuma di perusahaan outsearching tapi terhalang restu orang tua. Sempat dikasih modal sm temen buat souvenir tp diri ini amat tak berbakat dibidang itu. Dan ternyata semakin kesini bisnis dan usaha itu untungnya minim sekali. Sempat dibujuk daftar jadi guru honorer tapi hati nggak kuasa untuk ngebiarin orang tua menderita lebih lama dengan penghasilan guru honorer yang nggak seberapa. Malu Keputusan terbaik yang bisa diambil saat itu dan sampai sekarang ya kerja di PT. Jadi budak korporat. Dan yang bikin kecewa kerjaan ini nggak pake ijazah kuliah yang udah mati-matian diperjuangin. Awalnya malu, tapi kalo di pikir-pikir kerjaan ini yang lumayan mencukupi kebutuhan diri dan keluarga. Syukurlah kerjaan ini berhasil bantu adik bungsuku mendaftar sekolah SMA.Tapi tetep aja malu si, kaya buat apa kuliah kalo akhirnya pabrik lagi pabrik lagi. Oh Allah tolong kasih jalan lain dong buat rezekiku yang lebih prestisius gitu. Lebih lurus lagi ketemu orang-orang di kerjaan. Malu Sejak lulus sampe sekarang nggak pernah publish masalah kerjaan atau karir. Teramat malu karena predikatku sebagai lulusan terbaik. Tak mau mengecewakan para dosen yang sudah mendidik selama kuliah. Alangkah lebih baik mereka nggak tau apa-apa dan beranggapan aku menghilang. Menurutku itu lebih baik. Pun dengan teman-teman seangkatan kuliah bahkan teman-teman di kerjaan. Malu rasanya jika mereka tau aku hanya bisa jadi seperti ini. Sementara banyak diantara teman-teman kuliah yang bisa berbuat lebih. Hanya beberapa orang yang aku percaya mengetahui situasiku. Tapi ada juga yang ngegapin situasiku. Yasudahlah tak mau ambil pusing. Beban hidup, desakan keluarga dan masyarakat apalagi soal nikah sudah cukup membuat muak. Selama ini aku merasa sudah membohongi banyak orang. Atau minimal menyembunyikan sesuatu. Tapi toh ini adalah privasiku. Kehidupan manusia lain juga gak akan berpengaruh apa-apa akan pengetahuan mereka terhadap situasiku. Apalah aku sekarang yang belum jadi apa-apa. Terkadang aku berfikir dan merenung untuk merekonstruksi situasi ini. Membuat semua sealami mungkin. Bersikap jujur dengan menampakkan semuanya. Memberitahu semua orang siapa aku dan potensi yang ingin aku kembangkan. Berusaha bangkit untuk mengakui bahwa saat ini aku sedang gagal. Perjalananku sedang dalam jalan yang sulit. Dan membiarkan pikiran orang berkelana semau mereka atas apa yang aku sajikan. Berulangkali aku merenungkannya namun berulangkali pula hati dan diri ini belum siap. Dengan situasiku sekarang saja sudah banyak komentar tak sedap, pertanyaan sinis, senyuman palsu, judgmen dan pembullyan yang aku rasakan. Tak mau menambah buruk situasi dengan pengakuanku. Aku sudah cukup lega karena berhasil bayar utang, bantu rumah, nyekolahin adik dan sebentar lagi merenovasi rumah. Masih ada beberapa rencana dan tabungan juga skill yang ingin kupersiapkan demi menunjang kehidupanku di masa depan. Ini semua amat berat dalam keadaan sehari-hari nya. Hanya saja aku awali semua dengan bismillah. Niat untuk mencari nafkah dan rezeki yang halal. Meluruskan niat-niat baik selanjutnya. Bersyukur dengan keadaan sekarang dan berpegang dengan kepasrahan penuh kepada Allah. Sungguh semuanya bakal berat tanpa itu. Apalagi bekerja di PT dimana setiap menit dan jam berjalan serasa lebih lama. Omongan dari manusia tak berpendidikan dan beretika yang terkadang menusuk hati dan memperberat tekanan pikiran. Maka memang benar perkataan "your company isn't your family". Benar-benar nggak ada yang bisa aku percaya lagi di dunia itu. Tiap orang seperti hidup di hutan. Jika kamu nggak makan maka kamu yang dimakan. Maka jangan harap bertemu lingkungan kerja yang supportif. Kamu bisa kerja dan dapat bagian saja udah untung. Maaf Untuk semua hati yang merasa aku sakiti jika suatu saat tau situasiku dan pengakuanku. Untuk semua orang yang selama ini mendukung dan menjadi support sistemku terutama orang tua dan adik-adikku. Maaf karena aku belum jadi apa-apa. Maaf karena aku belum memberikan sumbangsih selayaknya orang dengan pendidikan yang tinggi lakukan. Maaf karena sikapku yang menjadi lebih apatis. Maaf buat kekasihku yang seringkali jadi sasaran amarahku karena tekanan hidup yang berat. Aku berharap dan berdoa juga berusaha mencari jalan untuk kehidupan yang lebih baik dan bermanfaat. Semoga Allah mengabulkannya. Semoga saat itu tiba kalian yang menyayangiku masih sempat melihatnya. Dan kalian yang membenciku masih sempat merasakan manfaat dari apa yang aku lakukan.
24 notes
·
View notes
Text
Sekolah S1 dan S2 bedanya apa?
Baru tau kalau ‘hidup tuh demikian’ setelah terjun ke dunia kerja. Setelah terjun ke dunia kerja, ternyata ada banyak kampus yang akreditasinya beragam, dan jauh banget dari standar yang selama ini dijalani. Sekolah pun sama, diri baru tau kalau ternyata ada sekolah dengan akreditasi yang tidak setara juga—yang jauh banget dari standar yang dipahami selama menjalani masa-masa sekolah.
Selama masa pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga jenjang magister, alhamdulillah mendapatkan pendidikan di sekolah yang grade-nya kelas menengah ke atas di tingkatannya. Tentu, di sekolah tersbut diisi oleh beragam orang dari berbagai wilayah dan kalangan, dan juga dengan kualitas guru yang alhamdulillah mumpuni. Dari hal ini diri akhirnya terbiasa menghadapi persaingan dengan berbagai orang dengan kelas yang setara.
Alhamdulillah bisa merasakan jadi mahasiswa yang kuliah di kampus negeri terbaik Aceh, yang bahkan kampus S1 dan S2 akreditasinya sama-sama unggul saat ini, bahkan sekarang termasuk kampus PTN-BH juga.
Balik lagi, yang mahal dari pendidikan itu adalah lingkungannya.
Atas dasar apa yang diterima, diri berupaya mewariskan itu ke anak-anak kelak. Semoga mereka bisa merasakan hadiah pendidikan terbaik yang bida diberikan.
Saaat ini, diri bekerja di kampus yayasan pemda, dan tempat kerja yang sebelumnya merupakan kampus yayasan pribadi, yang kedua-duanya adalah kampus swasta. Di kampus yayasa pemda ini, diri tidak bisa menafikan kalau kampus ini adalah suatu yang sentral banget di kota ini. Kampus ini terbiasa terlibat atas sesuatu yang buka porsinya, tapi bisa memberi benefit bagi berdirinya institusi tercinta. Terlbiat politik harus siap. Terlibat sasaran-sasaran dari berbagai sisi harus bersiap juga. Beruntungnya menjadi bagian dari institusi insyaAllah bisa mengangkat reputasi diri.
Visi-misi dan sumber dana adalah dua hal yang menjadi indikator penting dari berbagai institusi pendidikan tinggi di daerah. Hal ini mempengaruhi kinerja dan pada siapa tunduk diberikan. Bahkan, cara mereka menghasilkan lulusannya juga tergantung pada kebijakan dan kepentingan institusi. Apapun itu, segala gap yang terjadi merupakan suatu yang tidak perlu dipermasalahkan karena semua punya dalih demi kepentingan bersama.
Diri menyadari kalau apa yang dijalani dulu dan apa yang kini dihadapi adalah dua kelas yang tidak setara, jika dikomparasikan pun akan tetap tidak sebanding. Jadi, sebagai karyawan diri bertugas menjalankan apa yang diembankan, ikut aja gimana aturannya, selagi rejeki yang dihasilkan halalan tayyiban.
Beberapa waktu lalu di time line twitter nemu tweet ini yang sampe di repost ulang.
Tulisan ini terinspirasi dari thread tersebut. Bahwa ternyata banyak yang juga menyadari bahwa grade dari pendidikan menentukan banyak hal di kemudian hari. Diri juga menyadari kalau, berproses itu selalu membuahkan hasil yang tidak sama pada setiap orang. Tempat di mana kamu ditempa dengan prosesmu juga penting banget. Relasi yang menemani dan menjatuhkanmu di masa berproses juga penting. Karena kelas kehidupan diterpa sejak di masa ini.
Jika diibaratkan dengan rumah, jenjang S1 itu seperti pondasi, ini penting banget. Jenjang S2 atau pun S3 adalah yang menjadikan indah rumahnya. Tanpa pondasi yang kokoh, jika terjadi bencana gempa bumi maka bangunan tidak akan bertahan juga. Atau seindah apapun tampilan luar, jika pondasinya tidak kuat maka bangunan tersebut akan rapuh juga.
Penting banget untuk menentukan pendidikan S1 hendak ke kampus mana. Jangan asal menentukan. Karena pondasi diri kedepannya bahkan di dunia kerja, diterpa sejak pendidikan S1.
Pentingnya pendidikan itu bukan dibagian gelar atau ijazahnya, bukan dibagian keren cover luarnya saja. Bahkan diri begitu terkejut ketika tau ada dosen lulusan S2 yang ga tau value dari pendidikannya. Anehnya, dia masih merasa tidak berdaya, dia merasa tidak bisa memberi kontribusi apapun. Lha, selama sekolah S2 ga diajarin gimana harusnya sebagai lulusan S2? Padahal kini dia sudah jadi dosen ber-nidn. Setelah nanti kamu jadi lulusan dan menjadi bagian masyarakat, maka kamu wajib survive, wajib mengembangkan dirimu sendiri. Kamu tidak lagi dibimbing seperti ketika dulu sebagai mahasiswa. Itu sebabnya salah satu tujuan pendidikan adalah memberikan problem solving.
Jangan heran ketika nanti di dunia kerja bertemu karyawan yang titelnya banyak tapi kerjanya ya B aja.
Walau nanti di dunia kerja, yang pintar dan memiliki kapabilitas, akan kalah dengan mereka yang mahir berdalih—berbicara dan punya relasi orang dalam.
Dari pengalaman yang diperoleh, ternyata ada beberapa orang yang merasa bisa memperkuat pondasi dengan memperindah tampilan luar sebuah bangunan. Lha gimana? Jadi mereka yang merasa kurang percaya diri dengan pendidikan S1 nya berusaha mencoba untuk lanjut sekolah ke jenjang yang lebih tinggi lagi di kampus ternama dengan dana dari orangtua yang mumpuni. Mungkin mereka merasa dengan pendidikan lebih tinggi dari yang lain mereka bisa merasa lebih unggul dan lebih percaya diri. Ini adalah hak masing-masing orang.
Kok diri seperti iri ya? Bukan. Tapi poin pentingnya adalah, bangun pondasi yang kokoh dulu, jika pondasi sudah kokoh, mau kerja di masa saja, walau lulusan S1 atau apalah, insyaAllah akan tetap berhasil dan berjaya. Yang terpenting itu kapabilitas dan bertahan.
11 notes
·
View notes
Text
Semua orang punya cara efektif belajarnya masing-masing. Aku sendiri sudah mencoba berbagai cara, dan cara paling efektif adalah dengan mencatat seperti ini.
Sedangkan temenku ada yang bahkan dia ga bisa dengan cara mencatat, katanya ilmu tsb kerasa ga masuk ke otak. Membaca buku dengan diulang adalah cara yang paling efektif baginya.
Akupun sempat keheranan. “Hah? Kok bisa ada orang yang kayak gitu? Aku kalau baca doang tanpa membuat kesimpulan kerasa ilmunya cuma numpang lewat aja.”
Unik banget ya manusia? Bisa seberbagai macam itu?😮
Di lain sisi, metode belajar mencatat seperti ini kadang suka membuatku keteteran. Waktu yang kuhabiskan untuk belajar menjadi lebih lama dibandingkan yang lain.
Tulisan mesti rapi, tak lupa menggunakan banyak pena & stabilo—minimal 2 pena dan 2 stabilo berbeda warna—😆
Ketika kuliah dulu aku pernah membuat catatan yang sangat alakadarnya. Tulisan ga rapi dan hanya menggunakan 1 warna pena saja dikarenakan waktu belajar yang terbatas.
Lalu gimana hasilnya?
Hasilnya apa yang aku catet itu ga masuk ke otak. Lalu ketika aku ingin mengulang membaca catetan tersebut, otak aku kayak ga mau nerima😭
Seberpengaruh itu tulisan ‘jelek’ bagiku si anak visual ini😴
Akhirnya daripada daripada, aku memutuskan untuk mencatat ulang dan membuat catatan serapi mungkin.
Sekarang aku sedang melanjutkan kuliah S1-ku di UT. Kata mereka yang sudah mendahului, santai aja kuliah di UT yang penting selalu mengerjakan tugas dan mengikuti ujian.
Semester lalu seperti trial and error bagiku. Belajar enggak, tugas rada asal-asalan. Saat ujian tiba, belajar sama sekalipun engga. Faktor lainnya adalah karena keteteran kerjaan juga😅
Aku udah siap untuk mengulang semua matkul kalau nilainya jelek. Eh ketika pengumuman nilai keluar, ternyata nilaiku sangat aman. Hampir sekali mendekati cumlaude, huft cukup menyesal sih🙂
Hal ini membuatku termotivasi. “Lah kuliah tanpa effort besar aja bisa dapet ip segini, berarti kalau belajar lebih giat lagi, nilaiku bisa lebih bagus dong?”
Makanya aku berniat di semester depan untuk lebih baik lagi dalam mengelola waktu belajar. Walaupun hingga saat ini usahanya masih setengah-setengah sih hehe😵💫 tapi yaudah setidaknya berusaha akan lebih baik daripada semester lalu.
Aku sendiri sempat merenung, kok bisa aku kuliah asal-asalan? Padahal ilmu-lah yang mengangkat derajat manusia. Kalau aku kuliah ga niat begini artinya aku ga menghargai ilmu.
Artinya aku sama aja dengan orang-orang yang tujuan kuliah hanya untuk mendapat gelar. (Ps: tanpa bermaksud menyinggung siapapun.)
Aku ga mau menjadi orang yang kayak gitu. Tujuanku kuliah untuk menambah wawasan. Semakin berilmu, semakin luas kebermanfaatan yang bisa diberikan kepada orang lain.
Allahumma inni as aluka ilman naafi'an wa rizqon thoyyiban wa amalan mutaqobalan
Ini adalah doa yang kupanjatkan setiap selesai shalat dan doa yang terdapat pada dzikir pagi sebelum memulai hari.
Pada akhirnya, ilmu yang diperoleh ini diharapkan bisa membuahkan amal shaleh yang akan menaikkan derajat hamba di mata Allah, bukan hanya sekedar di mata manusia.
Maka dari itu, niat menuntut ilmu—melanjutkan S1 ini— harus dipanjangkan agar dapat menjadi hamba yang bertakwa kepada Allah.
Ditambah lagi, aku memiliki mimpi melanjutkan S2 di luar negeri. Tentu memerlukan effort yang lebih bukan? Kalau aku sekarang kuliahnya asal-asalan, gimana nanti mau lanjut S2-nya?
Bisa jadi kerja sambil kuliah ini adalah tantangan yang mesti aku lalui dulu sebelum nanti kuliah S2 di luar negeri. #CIELAH #MIMPIDULU
Maka dari itu, aku mesti berusaha dengan sungguh-sungguh. Ga ada keberhasilan yang diperoleh dengan berleha-leha.
1 note
·
View note
Text
Habis Ini Mau Ngapain?
Bagi aktivis IPM, dan mungkin organisasi lain yang menyita waktu cukup panjang di masa muda, ada kisah menarik sekaligus menggelisahkan di bagian akhir.
Di akhir periode, apalagi di pimpinan pusat akan muncul pertanyaan:
Mau ngapain setelah purna dari PP IPM?
Mau kerja atau kuliah?
Sudah dapat apa aja di IPM?
Punya keahlian apa aja?
Aku kira pertanyaan-pertanyaan semacam ini nggak akan mendatangiku. Karena aku cukup percaya diri dengan apa yang aku lakukan di IPM. Aku juga merasa sudah banyak sekali terobosan kecil dan besar aku perbuat di IPM. Diriku juga banyak tumbuh dan berkembang lewat proses-proses di IPM setidaknya selama 10 tahun belakangan.
Tapi begitu akhir periode ini datang, ternyata aku cukup gelisah juga dengan pertanyaan-pertanyaan itu.
Aku memang sedang kuliah S2 dan sejauh ini yakin akan aman-lancar sampai selesai. Tapi masih belum 100% yakin untuk lanjut S3. Selain urusan biaya dan sadar diri karena nggak pintar-pintar amat, aku juga belum yakin karena pengen lanjut tapi sangat menghindari jadi dosen dengan tuntutan jadwal dan administrasi yang bikin pening.
Terkait pekerjaan, aku juga pengen punya uang banyak, tapi juga nggak siap dengan rutinitas pekerjaan. Kerja pagi-sore dan hanya punya waktu luang saat weekend masih aku buang jauh-jauh dari imajinasiku.
Soal keahlian, aku bisa menulis. Cukup baik sebagai social media admin & analyst. Juga punya pengalaman di manajemen tim dan kepemimpinan. Bahasa Inggris-ku juga nggak buruk-buruk amat.
Tapi, tentu saja aku belum cukup yakin bisa bersaing di dunia profesional betulan. Nggak ada apa-apanya dibanding orang-orang keren yang bersliweran di linimasa media sosia.
Ada juga teman-teman, secara pribadi maupun yang terhubung dengan kerjaan, perlu aku pikirkan dan aku coba bantu. Salah satunya karena posisiku di IB. Ini bener-bener perlu uang, bukan cuma manajemen dan pikiran-pikiran yang canggih aja.
Untuk saat ini, aku nggak tau apa yang bakal terjadi besok. Aku punya idealisme yang cukup besar, tuntutan yang tinggi, niat baik yang terlalu optimis, tapi nggak cukup percaya diri dengan kualitas diriku sekarang. Aku juga berharap dapat lebih banyak titik terang dan keajaiban.
Aku cuma bisa mengusahakan, berharap diriku bisa diajak berpikir lebih keras, bekerja lebih efektif, lebih disiplin, berkolaborasi dengan orang lain, dan bikin keputusan serta pilihan yang tepat.
Sisanya, aku baru bisa percaya bahwa beban bisa dituntaskan dan mimpi-mimpi bisa terjadi. Kata kutipan setelah aku nonton film 5 cm kemarin:
"Yang bisa dilakukan seorang makhluk bernama manusia terhadap mimpi-mimpi dan keyakinannya adalah mereka hanya tinggal mempercayainya."
Di dalm KA Manahan, 11.36 WIB
27 Juli 2023
11 notes
·
View notes
Text
Jika dirasa-rasa, kehidupan ini lucu juga. Kita yang membuat ekspektasi, ketika tidak tercapai kita marah-marah. Lalu, menyalahkan diri sendiri. Padahal hasil bukanlah kendali kita. Barangkali ekspektasi kita yang terlalu tinggi, belum tersupport oleh kapasitas diri kita yang masih terlalu rendah. Aku jadi teringat dengan sebuah ayat Al Qur’an yang mengatakan, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan untuk mengatakan, 'kami telah beriman' TANPA diuji?!...” Apakah setelah menetapkan ekspetasi, tidak akan ada ujian untuk mengetahui kesungguhan diri untuk mencapainya? Sesuatu yang barangkali selalu ingin dihindari manusia, UJIAN.
Ada hal yang yang pernah terpikir olehku, membayangkannya akan menjadi hal yang menyenangkan jika aku benar-benar berada pada situasi itu. Namun, nyatanya di hari ke-100 aku menjalaninya, mungkin masih hitungan jari aku benar-benar menjalani peran ini dengan bahagia.
Suara riuh anak-anak terdengar hingga dalam rumah. Teriakan goal sesekali terdengar, membuatku ingin sekali segera menontonnya seperti hari-hari sebelumnya. Tinggal sedikit lagi apa yang aku masak siap disajikan di atas meja makan. Menu nutrisi penting untuk tubuh jompo kami, jangan sop. Kuah telah mendidih sempurna, rasa sudah pas, dan wortel sudah cukup empuk untuk digigit. Kumatikan kompor, kuambil eros, kugayung jangan sop beserta isinya dari panci ke mangkok. Kubawa menu terakhir ke atas meja. Voila! Makan malam sudah siap, waktunya bersantai sejenak menonton pertandingan anak-anak di depan rumah.
Tanah luas itu tepat berada di depan rumah kontrakan. Satu-satunya tanah yang paling luas yang ada di perumahan ini. Tanah yang seringkali dijadikan tempat tanding bola, badminton outdoor, sampai acara nikahan tetangga. Fasum serbaguna tempat menjalin silaturahmi antar tetangga, juga tempat berita terbaru dengan cepat menyebar.
“Tante Rayya!!!” suara pertama yang kudengar saat membuka pintu pagar rumah. Mbak Anggun melambaikan tangan si bungsu ke arahku. Kubalas dengan lambaian tangan paling tinggi dan senyum seriang mungkin. Kuberjalan menuju mereka dan membiarkan pintu pagar terbuka sedikit. Kugerak-gerakkan jari jemariku, membuat pertunjukkan sederhana yang membuat si bungsu tertawa riang. Dia mengangkat tangannya seakan-akan memberitahu bahwa aku pengen digendong tante Rayya. Kusambut tangan itu, lalu kugendong putri kecil yang baru berusia enam-belas bulan itu.
“Kok telat, dhek?” tanya mbak Anggun ketika mengalihkan si bungsu kepadaku.
“Iya, mbak. Menu makan malam kali ini sedikit ribet,” jawabku sekenanya.
“Merayakan sesuatu?”
“Enggak. Permintaan paksu.”
“Oh…,” jawab mbak Anggun mengakhiri topik permenuan.
“Itu siapa mbak?” tanyaku sambil menunjuk seorang gadis yang baru muncul dari belokan jalan menuju ke arah lapangan, melewati kami dengan senyuman, lalu masuk ke rumah yang berjarak tiga rumah dari rumahku.
“Itu Gina. Putri sulung Bu Joko. Dia dulu merantau ke Medan. Udah hampir satu bulan ini dia ditugaskan di Surabaya. Jadi, bisa pulang sebulan sekali. Nggak kayak dulu, setahun sekali aja sudah untung.”
Gina. Pertama kalinya ada seseorang yang membuatku teringat akan masa laluku sejak kepindahanku ke perumahan ini. Gadis berkerudung krem, ber-PDL mirip dengan yang pernah kupakai dulu, bersepatu safety dengan besi di bagian atasnya, dan tentu dengan ransel yang barangkali berisikan laptop, takut tiba-tiba si bos besar bertanya mendadak tidak peduli staffnya sedang cuti atau tidak.
***
Tahun lalu...
Menjejakkan sepatu safety di tengah tanah yang lebih sering berlumpur di kala hujan adalah salah satu scene kehidupan yang telah kubayangkan sejak mengenal apa itu praktek kerja lapangan saat kuliah. Bau semen yang begitu khas. Pepohonan yang hampir tidak ada sama sekali. Lonjoran besi di mana-mana. Tentu, tak ketinggalan, tangga scaffolding yang ngeri-ngeri sedap saat menaikinya. Tangga yang kubenci sekaligus kusuka dalam satu waktu. Karena dengannya-lah aku bisa mendapati pemandangan kota dari lantai tertinggi dan menjadi perempuan pertama yang menikmatinya sebelum menjadi viral saat gedung ini telah sempurna.
Bulai Mei yang digadang-gadang akan memasuki musim kemarau, ternyata telah mengalami cuaca yang labil dan upnormal. Sudah seminggu lebih hujan turun terus menerus tanpa henti, menyebabkan pergeseran jadwal pengecoran sangat di luar prediksi. Pawang hujan? Sayangnya itu tidak bekerja. Allah rupanya tidak menulis takdir bahwa pawang hujan itu akan berhasil dalam misinya kali ini. Seminggu lebih kami hanya bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan di dalam ruangan. Untungnya, lantai basement, mezzanine, lantai 1, lantai 2 dan lantai 3 telah tuntas proses cor. Pekerjaan arsitek dan Mechanical Electrical (ME) bisa masuk, sambil berharap hujan segera berhenti dan proses pengecoran lantai 5 segera dilakukan.
Hari ini, hari pengecoran pertama setelah off tujuh hari. Dengan semangat yang mulai membara lagi, aku mengikuti proses pengecoran yang memakan waktu satu hari penuh untuk memenuhi separuh bekisting plat lantai 5 yang telah diisi oleh besi-besi yang teranyam.
Roger... roger... Readymix terakhir datang! Readymix terakhir datang! Siap-siap test slump! Akhirnya, sebentar lagi pengecoran hari ini selesai.
"Rayya... Rayya... Rayya...," suara handy talky memanggilku.
"Ya, pak!" jawabku.
"Mbak, kamu order berapa kubik? Ini kenapa sisa banyak sekali?"
Deg! Aku yang mendengar pertanyaan itu langsung menutup mata dengan tangan kiriku. Teringat sebuah kertas berisi rincian BOQ yang digunakan acuan untuk order readymix ke supplier setiap harinya. BOQ yang kubaca adalah BOQ lama untuk pengecoran tertulis untuk pengecoran plat dan balok sekaligus 72 meter kubik. Sedangkan untuk pengecoran hari ini di jadwal baru hanya 65 meter kubik. Artinya tujuh meter kubik tersisa.
"Order tujuh puluh dua meter kubik, pak," jawabku dengan sedikit cemas. Aku telah melakukan sebuah kesalahan dan aku baru tersadar di detik-detik terakhir pengecoran malam ini akan tuntas.
"Gimana sih kamu, mbiaaaak! Kamu baca BOQ lama? Kesepakatan kita kan di rapat kemarin hanya 65 meter kubik!!!"
"Iya, pak! Maaf!" jawabku lemah. Sudah terbayang bagaimana marahnya Pak Roto yang berusaha semaksimal mungkin mempercepat pekerjaan di lapangan, namun, aku mengacaukannya.
"Pak Roto! Pak Roto! Ijin masuk, pak!" Aku mendengar suara yang tak asing masuk menyela percakapan kami.
"Iya, Ryan! Kamu ada area yang bisa dicor malam ini?!"
"Ada, pak. Tujuh meter kubik siap diterima di area tower A sisi utara."
"Oke, Ryan. Yok, semuanya siapkan jalan menuju tower A sisi utara! Segera! Beton makin mengeras. Duit ini! Duit. Yok, segera habiskan! CEPET! CEPET! CEPET!" Seketika nafasku lega. Tujuh meter kubik beton terselamatkan malam ini.
Suara handy talky masih terdengar riuh. Bintang-bintang yang meramaikan langit malam seakan menyapaku dan bertanya apakah kau baik-baik saja? Lampu-lampu yang memberikan terang cahaya untuk para pencari nafkah di atas anyaman besi di lantai 5 itu seakan memberitahu ini pengecoran terakhir hari ini, sebentar lagi kita akan istirahat. Tenanglah. Sisa tujuh kubik itu telah ada solusinya. Are you okay, Rayya?
"Belum pulang, mbak?" suara di belakangku membuat kuterkejut. Portofon terlepas begitu saja. Buk. Jatuh tepat di luar railing balkon Site Office, untung tidak sampai terpantul ke luar lebih jauh. Aku menunduk dan melihat sebuah tangan sedang mengambil portofon melalui sela-sela railing yang tidak terlalu rapat, lalu memberikannya padaku seraya berkata, "Sampeyan terlihat lelah."
"Hehe. Makasih, pak! Maaf ya, merepotkan. Kalau nggak ada bapak, aku bisa pingsan mempertanggungjawabkan kelebihan orderan malam ini."
"Tenang mbak. Tadi tukangku mau kerja lembur menyiapkan balok dan plat untuk jadwal pengecoran besok. Dan udah diceklist. Kalau bisa dicor malam ini, kenapa nggak! Toh, kita semua yang untung kan," Ryan menoleh ke arahku,
“He’em.”
"Sampeyan nggak pulang, karena khawatir ta, mbak?
“Nggak. Lagi pengen aja mengamati proses cor hari ini. Udah lama nggak lihat proses cor malam ditemani semarak lampu di atas sana.”
“Hahaha. Apa istimewanya, mbak?”
“Suka aja. Malam nggak selamanya ditemani bintang-bintang. Juga nggak selamanya mendapatkan cahaya rembulan. Lampu-lampu itu selalu menemani proses cor hingga tetes beton terakhir. Seakan pagi atau malam tak ada beda cahayanya. Sama-sama terang.”
“Puitis sekali. Biasanya manusia-manusia yang puitis punya tingkat kekhawatiran yang tinggi.”
“Bisa jadi iya. Bisa jadi enggak. Karena khawatir itu akan selalu ada membersamai manusia. Itu salah satu bentuk ujian manusia.”
“Sampeyan tak perlu terlalu mengkhawatirkan kejadian malam ini! Perjalanan masih panjang. Masih ada sepuluh lantai lagi.”
“Haha! Iya masih sepuluh lantai lagi ya. Masih panjang perjalanan drama proyek ini!”
“Namanya juga hidup, mbak. Kalau nggak ada drama, kata anak muda, nggak asyik,” ucap Ryan menirukan ekspresi anak muda, “Hidup itu ada yang bisa kita kendalikan, ada yang tidak. Dan kita tidak perlu mencemaskan hal yang tidak bisa kita kendalikan.”
"Sepakat! Dan kenyataan bahwa kita punya tingkat kekhawatiran yang tinggi membuat hidup lebih berwarna. Seperti malam ini. Kukira akan mulus, ternyata jantungku berdegub lebih kencang di saat-saat terakhir, ketika mengetahui aku kelebihan order. Antara merasa bersalah membuat kekacauan atau merasa beruntung akhirnya target kita hari ini terlampaui tanpa terencana. Hahaha. Allah itu Maha Baik ya!”
“Hahaha. Jantungku juga berdegub kencang sekarang, mbak."
"Mulai… Udah, ah! Makasih untuk ruang tujuh kubiknya. Jangan kapok kerja satu tim denganku. Ingat istri dan anak di rumah.” Aku menepuk bahunya dan membalikkan badan, melangkah meninggalkannya, dan masuk ke dalam kantor. Aku berjalan menuju meja kerjaku yang terlihat sangat berantakan dari jarak sepuluh meter. Barangkali jika ada orang-baru melihatnya, ia tak akan percaya bahwa pemilik meja itu adalah seorang wanita berkerudung yang dulu sering mendapatkan imej seorang ukhti. Sayangnya imej itu perlahan luntur semenjak aku memutuskan bergabung dengan kontraktor ini tiga tahun lalu. Rok yang biasa kupakai, kini telah menggantung di lemari selama sekian tahun. Aku belum pernah memakainya lagi. Tugas negara yang mengharuskan berteman dengan lumpur, tangga scaffolding, dan tumpukan material, membuatku harus memilih untuk menggantinya dengan celana. Setiap hari. Bahkan di jadwal cutiku, sekalipun.
Kertas berisikan gambar kerja, surat perintah cor, notulen rapat, dan memo-memo lainnya berantakan menutupi hampir seluruh meja hingga menyisakan satu luasan kecil yang telah tertutupi oleh sebuah tas kertas berwarna coklat. Aku berhenti tepat di depan mejaku sendiri. Mulai berpikir, apakah aku memesan makanan dari ojol, kurasa tidak. Tanganku reflek meraih tas itu dan membukanya. Sebuah buku bercover dua manusia yang berada di depan dua lukisan. Lukisan bunda maria dan langit-langit Masjid Hagia Sophia. Buku yang telah lama menjadi incaranku itu telah sampai di mejaku begitu saja. Aku melihat ada sebuah note di dalam tas itu.
"Buku untuk menemani perjalanan bertemu keluarga di kampung halaman. Semoga cutimu menyenangkan ya, mbak!"
Aku pun menoleh ke arahnya dan tersenyum. Dia penyelamat tujuh kubik betonku.
----
Esok harinya…
Bunyi sirine kereta terdengar. Gerbong besi yang konon tingkat keamanannya ditemukan oleh Eyang Habibie saat di Jerman ini bergerak perlahan membawaku menuju kampung halaman yang kurindu. Seperti biasa, tempat favoritku di samping jendela. Rumah-rumah penduduk yang hanya selemparan batu dari rel, terlihat sangat padat. Pemandangan anak-anak berlarian kejar-kejaran membuat senyuman akhirnya mampir di pagi ini. Pakaian yang tergantung pada kawat di pinggir rel pun tak mau kalah tampil dengan anak-anak kicik itu. Kereta semakin mempercepat lajunya ketika telah lepas dari kampung pinggir rel itu. Pemandangan berganti dengan berjajarnya kendaraan yang sedang antre hendak melewati pembatas kereta api. Kereta api sungguh menjadi rajanya kendaraan di darat ini.
Pramusaji mulai berlalu lalang menawarkan sarapan pagi atau sekadar camilan dengan kadar msg yang bikin nagih. Tapi ku hanya melihatnya, tak memanggilnya. Masih enggan untuk menyarap di jam sepagi ini. Ku melihat jam tangan di pergelangan kiriku, masih dua jam lagi kereta ini sampai pada kampung halamanku.
Aku membuka goodie bag yang sedari tadi sudah memanggil-manggil untuk kubuka. Kuraih sebuah buku yang masih dalam bungkusnya. Novel perjalanan 99 Cahaya di Langit Eropa. Aku sudah pernah membaca ulasannya di mana-mana. Itu yang membuatku tertarik untuk membacanya. Tak kusangka, Ryan memberikannya tepat di saat jadwal cutiku tiba dan di tengah huru hara cuaca yang tak menentu penyebab keterlambatan progress di lapangan dan tragedi tujuh kubik beton. Sungguh laki-laki yang jika ia masih single, kuingin sekali berdampingan dengannya seumur hidup.
Hanum Rais Salsabila. Wanita yang pernah kekeuh untuk menjalani LDR dengan suaminya, akhirnya memilih untuk membersamai suaminya, Rangga, yang sedang melanjutkan studi di benua Eropa. LDR? Akankah esok aku juga akan LDR dengan suamiku? Seperti kebanyakan pekerja proyek lainnya? Sebuah pertanyaan yang tiba-tiba muncul dan tanpa tahu kapan akan terjawab, karena hilal imam pun belum nampak. Berkarir terus di dunia perproyekan? Hm…sepertinya cukup empat tahun saja, tidak lebih. Karena aku memilki impian menjadi seorang dosen, dosen yang memiliki pengalaman di lapangan. Menjadi dosen pun artinya menetap di satu domisili. Lalu bagaimana jika mendapatkan suami yang tetap memilih bekerja di proyek? Akankah aku tetap menuju impianku, ataukah berubah haluan mengikuti ke manapun suamiku nanti pergi. Ah…persoalan ini rumit tanpa solusi sebelum bertatap muka dengan my future husband.
Roda kereta sekali lagi menderit. Berhenti di stasiun S, stasiun ke-5, selama 10 menit. Seperti di stasiun sebelumnya, di stasiun ini juga ramai dengan penumpang naik. Meskipun terhitung stasiun kecil, stasiun ini telah menjadi pusat mobilitas tertinggi di kotanya.
Sepuluh menit termasuk waktu yang pendek. Penumpang yang hendak naik, telah mempersiapkan diri di belakang garis kuning. Ketika kereta benar-benar berhenti, mereka sat set wat wet memasuki gerbong kereta agar tidak tertinggal. Aku yang telah satu jam berada di dalam gerbong kereta mengamati aktivitas di luar yang sudah mulai lengang.
“Hey!” seorang laki-laki tiba-tiba duduk di sampingku. Seketika aku menoleh ke arahnya dan cukup terkejut dengan kehadirannya. “Ga nyangka ya, bisa ketemu di sini.”
“Hey!” jawabku dengan muka bingung. Laki-laki yang sudah empat tahun tak pernah jumpa, hari ini Allah kirimkan tanpa duga di sampingku. Terbesit di pikiranku, anak ini kenapa tahu aku duduk di sini? Dia secret admirer? Stalker ku yang tak pernah kutahu?
“Sebuah kebetulan yang Allah takdirkan ya,” ucapnya sambil menunjukkan tiket kereta yang tertulis nomor kursi beserta gerbongnya. Tiket yang wujudnya berbeda dengan yang kupegang. Tiket yang menunjukkan dia memesannya beberapa jam sebelum kereta ini datang. On the spot. Takdir ilahi.
“Ikutan reuni hari ini?” tanyanya membuyarkan lamunanku.
“Emang ada reuni?” jawabku yang baru sadar dari lamunan dan membetulkan posisi duduk.
“Ada. Kamu ga ikutan ikatan alumni kampus?”
“Nggak.”
“Pantes. Hari ini ada reuni kampus. Kabarnya sih akbar gitu. Mau bareng ke sana?”
“Kamu beli tiket dadakan hanya untuk reuni kampus? Sungguh anak kampus beneran. Nggak berubah, ya?” tanyaku menoleh dengan menghadapkan tubuh sedikit serong ke arahnya.
“Hahaha. Enggak. Dadakan beli tiket karena dipanggil bos besar. Harus segera sampai sebelum adzan dhuhur berkumandang.”
“Kamu kerja di Malang, sekarang?”
“Nggak. Aku kerja di kota ini. Bos besar di kota Malang.”
“Oh…”
“Mau ikutan reuni nggak? Ayo, datang bareng. Udah lama kita nggak dateng acara bareng.”
“Nggak. Aku mau jumpa bapak ibu.”
“Udah, ikut aja. Ntar aku anterin sampe rumah.” Deg! Anak ini! Tetap dengan sifatnya. Tidak berubah. Sekali jumpa denganku, aku harus turut serta dengannya. Dia pun akan rela membayarnya dengan mengantarkanku sampai depan pintu rumah dalam keadaan perut kenyang dan bertemu bapak ibu sekadar menceritakan kegiatanku bersamanya di hari itu. Takut akan dicap sebagai teman putrinya yang nggak baik.
Iya. Teman. Kami hanya teman. Teman yang seringkali memunculkan gosip bahwa kami memiliki hubungan lebih. Gosip itu pun sempat membuatku mempertanyakan kejelasan hubungan kami.
“Yo,” tanyaku saat kami memutuskan belajar bersama di teras perpustakaan.
“Hm,” jawabnya pendek sambil menulis tugas kuliah.
“Kita jadian aja, yuk!” ajakku to the point yang membuat Rio menghentikan gerakan pulpennya.
Satu detik. Dua detik. Tiga detik. “Nggak, ah!” jawabnya tanpa menatapku.
“Kenapa?” desakku dengan menatapkan mataku ke arah matanya walau aku harus menempelkan pipiku di atas meja dan kakiku sedikit berjinjit. Demi melihat ekspresi wajahnya yang masih menunduk mengerjakan tugas kuliah.
Akhirnya dia meletakkan pulpennya dan menatapku dalam-dalam, “Aku suka kamu. Kamu itu istri-able, bukan pacar-able. Aku lebih seneng ngejaga kamu dengan hubungan seperti ini. Tidak perlu terbebani dengan perasaan kita masing-masing. Karena perasaan yang kita miliki itu sudah fitrah. Kalau pun suatu saat nanti akhirnya kita terpisah jarak dan waktu, kamu nggak perlu mencemaskan aku, aku pun tidak akan mencemaskanmu. Aku punya impian, kamu pun punya impian. Kita raih impian kita masing dulu. Jika sudah waktunya, nanti pasti akan bersama. Percaya!” Ia mengakhiri kalimatnya dengan senyuman menyakinkanku.
Mendengar jawabannya, aku hanya bisa diam. Terpaku. Berpikir keras. Dia suka aku? Sejak kapan? Jadi, selama ini dia menghabiskan banyak waktu denganku, karena dia ingin menjagaku? Kok bisa sih? Momen yang tak akan pernah kulupakan sepanjang hidupku. Dan hari ini ingatan akan momen itu tetiba muncul kembali setelah sekian tahun. Sikapnya. Cara bicaranya denganku. Sama. Tidak berubah.
“Kamu suka baca buku?” sekali lagi dia membuyarkan lamunanku.
“Oh, ini? Nemenin aja. Biar ga bosen di kereta. Ga ada yang diajak ngobrol.”
“Oh… buku bagus itu. Sembilan puluh sembilan cahaya di langit Eropa. Seorang Napoleon Bonaparte yang diduga tertarik dengan islam, sengaja membangun Eropa dengan titik awal di Arc de Triomphe menuju Ka’bah. Jika dugaan itu benar, sungguh Islam benar-benar telah memberikan cahaya di seluruh muka bumi ini. Panglima selevel Napoleon tunduk dengan cahayaNya,” penjelasannya membuktikan bahwa ia masih sama dengan Rio yang dulu. Lelaki cerdas. Suka membaca sekaligus menganalisa. Aku selalu kagum dengan cara dia berpikir.
“Dan negeri Eropa telah sedemikian pesat berkembang dengan mengamalkan nilai-nilainya, sayang mereka belum mengimani agama ini,” tambahku.
“Sepakat!” ucapnya menoleh ke arahku seraya menyodorkan gawainya, “Simpan kontakmu di hape ini ya.”
Pertemuan tak terduga yang menjadi awal hubungan kami terajut kembali. Setahun lagi, satu impianku sempurna aku jalani. Bekal pengalaman di lapangan menambah portofolio dan rasa percaya diriku untuk memulai karir di dunia pendidikan formal. Rio pun begitu, satu impiannya akan sempurna ia jalani, satu tahap lagi menjadi Site Engineer Manager termuda di perusahaan yang sudah ia incar setahun sebelum kelulusan.
***
Calon imam mulai nampak hilal. Namun, jawaban atas pertanyaan, akankah aku menjalani hubungan jarak jauh setelah menikah, bagaikan memasuki taman labirin. Bingung, pusing, serasa masih jauh menemukan muaranya.
Menikah tidak sebercanda itu. Menikah artinya siap untuk membangun sebuah peradaban baru penerus generasi penjaga bumi. Memang, semua-muanya sekarang serba berteknologi, bahkan yang jauh menjadi dekat. Tapi, apakah sebuah pernikahan jarak jauh hanya satu-satunya pilihan, padahal kita masih bisa memilih pilihan lain yang lebih Allah ridhoi? Takut rezeki akan seret karena harus resign dari kerja dan memilih untuk mengusahakan selalu bersama? Bukankah menikah sendiri adalah sebuah rezeki? Rezeki yang harus dijaga. Bukankah Allah menakdirkan seorang manusia yang menjadi pasangan kita untuk menjadi penenang jiwa, pembuka pintu rezeki untuk kita? Tentu, secanggih apapun teknologi, bonding yang paling powerfull adalah ketika bertatap muka langsung, bukan dengan video call. Secanggih apapun teknologi, keberkahan rumah tangga akan lebih banyak turun ketika sepasang suami istri lebih sering bercengkrama di bawah satu atap rumah, bukan dalam satu forum chatting teknologi. Secanggih apapun teknologi, manusia akan lebih merasa tidak sendirian, ketika pasangannya berada dalam jangkauan penglihatannya, walau tidak sedang beraktivitas yang sama. Ah… ketika keduanya menjadi pekerja proyek yang harus berpindah-pindah domisili memang memiliki konsekuensi ini. Menikah dengan LDM atau salah satu bersedia untuk ikut ke manapun pasangannya ditugaskan. Dan itu yang menjadi dilemaku ketika Rio datang kepada orangtuaku memintaku menjadi istrinya, sebulan setelah pertemuan kami di kereta kemarin. Berdiskusi dengan orangtuaku pun serasa ah…sudahlah!
“Kamu bakal resign?” tanya mama terkejut ketika aku menyampaikan rencana resignku.
“Iya, Ma.”
“Kenapa? Kenapa kamu harus resign?” Mama terlihat mulai menunjukkan emosi ketidaksetujuannya terhadap rencanaku.
“Aku nggak mau LDR-an Ma setelah nikah,” terangku.
“Kamu yang nggak mau atau Rio yang nggak ngijinin kamu berkarir?” Mama memulai pertanyaan-pertanyaan menyelidik.
“Rio ngijinin aku berkarir. Akunya nggak mau LDR-an abis nikah, Ma,” aku masih santai menjawab segala pertanyaan Mama.
“Rayya. Menjadi istri itu nggak harus selalu di rumah aja! Kamu bisa berkarya di luar rumah,”
“Ma… ini pilihan Rayya. Rio juga nggak maksa Rayya buat ikut dia ke mana pun penempatannya. Kenapa mama emosi, sih?”
“Karena wanita tanpa kemandirian finansial hanya akan membuat dia tidak berdaya, Rayya!!”
“Tapi kemandirian finansial juga akan membuat wanita tersebut abai terhadap suaminya, Ma!!”
“Rayya!” Plak! Tamparan mendarat di pipiku.
Pertama dalam seumur hidup, mama menamparku. Aku tercengang, wajahku memerah panas, air mataku menggenang. Aku tinggalkan mama di ruang makan, dan BRAK! Aku tutup pintu kamar sekeras yang kubisa. Aku berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis, tapi gagal. Sekeras apapun aku menahannya, ia tetap jatuh.
Tamparan? Hanya berdiskusi tentang hal itu, mama sampai menamparku? Salahnya di mana? Ketika nggak setuju, haruskah dengan menampar? Toh, apa yang aku utarakan adalah sebuah fakta. Kesibukan mama di luar rumah membuat mama abai terhadap ayah.
Tubuhku terasa tegang dari ujung rambut hingga ujung kepala. Jantungku berdegub kencang, nafasku cepat, membuat aku berjalan mondar mandir entah sudah berapa putaran. Aku paksakan duduk di tepi ranjang, kupaksa bernafas lebih sadar, tapi air mata tetap mengalir dan pikiran secepat kilat me-recall memori-memori masa lalu. Tanganku masih mengepal, emosi tak tertahankan membuatku memukul-mukul bantal dan teriak sekencang mungkin. Aku tidak peduli apa kata tetangga.
Tok! Tok! Tok!
“Rayya… Ayah boleh masuk?”
Aku tidak menyahut panggilan ayah. Tak lama, Ayah sudah duduk di sampingku, di tepi tempat tidur. Kami menghadap ke arah luar jendela, ke titik yang sama.
“Nak, maafkan mamamu ya! Dia sama sekali nggak bermaksud menampar kamu. Itu refleks dari emosinya yang memuncak.” Aku masih sesenggukan, kepalan tanganku mulai merenggang.
“Kamu lihat pohon itu, Nak? Mungkin usianya seusiamu lebih mudah beberapa tahun. Kamu inget nggak, kalau kita yang menanamnya bersama-sama saat kamu umur tiga tahun? Kamu merengek terus untuk ikut ayah merapikan halaman itu. Rengekanmu sungguh membuat gempar tetangga jika ayah tidak menuruti. Akhirnya, ayah mengizinkan kamu ikut menanam beberapa pohon. Salah satunya pohon ini. Dulu, dia hanya setinggi ini ketika di tanam,” ayah memanjangkan lengan kirinya, “sekarang, tingginya sudah melebihi atap rumah kita. Banyak hal yang ia lewati. Panas matahari yang membakar. Hujan badai yang membuatnya basah kuyup. Petir menggelegar yang selalu tertarik dengannya. Lihatlah, ia semakin berdiri kokoh. Dari ranting yang setebal lengan ini, menjadi pohon yang kita peluk pun tak sanggup mempertemukan jari jemari tangan kiri dan kanan kita. Dari daun yang tidak bisa melindungi kita dari terik matahari, menjadi rimbunan daun yang jika kita duduk di bawahnya kita bisa berteduh sepanjang hari. Nggak ada hidup yang santai kayak di pantai terus menerus, Nak. Mungkin ini salah satu badai kecil yang harus kamu hadapi.”
“Trus aku harus gimana, Yah?” tangisku mulai mereda dan kepalan tanganku mulai membuka.
“Kamu boleh marah. Kamu boleh nangis. Terima semua emosi yang menghampirimu. Salurkan semuanya. Nggak ada yang salah dengan emosi itu,” ucap ayah sembari mengelus kepalaku, “Kami, orangtuamu, hanya manusia biasa, Nak. Seringkali kami khilaf terhadap kamu. Marah. Ngomel. Atau sampai memukul kamu. Kami pun sama denganmu, berusaha memahami kamu, tapi terkadang tidak paham jalan pikiran kamu. Ada banyak hal yang berbeda antara kami dan kamu. Suatu saat, ketika kamu sudah menjadi kami, kamu akan mengerti,” ayah merangkulku.
“Tapi sakit, Yah! Mama nggak harus ngomong gitu kan di depan Ayah tadi,” kuletakkan kepalaku di pundak ayah. Sandaran paling nyaman dan paling menenangkan.
“Pssst!”
“Kenapa ayah selalu diam? Kenapa ayah nggak ngomong?” aku menegakkan kepala dan memutar tubuhku sedikit menghadap ke arah ayah.
“Pernah, Nak! Ayah pernah,” ayah tetap menghadap ke arah keluar jendela dengan wajahnya yang tetap meneduhkan. “Tapi, setelah itu, Ayah sadar. Mama kamu hanya seorang manusia biasa, yang asal penciptaannya dari tulang rusuk. Tulang rusuk yang akan selalu bengkok. Tulang rusuk yang jika dipaksa untuk lurus, ia akan patah. Ketika patah, ia tak lagi bisa berfungsi menjaga hati si empunya tubuh. Dan Ayah tidak ingin mamamu patah. Ayah memilih untuk mengalah agar kapal ini tetap berlayar. Jika tidak ada salah satu dari kami yang mengalah, sudah sejak lama kapal ini karam, Nak.”
Dari wajah ayah, aku melihat bahwa pohon yang telah menjadi kokoh dan rimbun itu adalah ayah. Ayah yang menjadi ayah rumah tangga untukku, anak semata wayangnya. Ayah yang menjadi kepala sekolah untuk guruku, mama. Guratan pada wajahnya mengisyaratkan bahwa telah banyak kejadian besar dalam rumah tangganya yang telah ia taklukkan dengan usaha maksimalnya. Telah banyak hal yang tentu ia korbankan agar kapalnya tetap berlayar mengarungi samudra kehidupan yang penuh kejutan.
“Mamamu hanya khawatir dengan kamu, Nak. Ia sadar sekali, walau wajahmu sangat mirip dengan Ayah, namun karakter dan sifatnyalah yang ada pada diri kamu. Mamamu tahu kalau kamu nggak akan betah terus menerus di dalam rumah dengan aktivitas rumah yang monoton. Mamamu tahu kalau kamu suka pekerjaan yang menantang, dan mengurus pekerjaan domestik itu kurang menantang.”
“Trus, yang tentang kemandirian finansial? Selama ini aku melihat mama bertindak seenaknya terhadap ayah. Mentang-mentang menghasilkan duit sendiri, aku nggak mau merasa lebih tinggi dari suamiku nanti, Yah.”
Ayah tersenyum, “Setiap awal pernikahan, tidak semua pasangan baru memiliki finansial yang cukup, Nak. Dulu, Ayah belum seperti sekarang. Ayah belum bekerja dengan penghasilan yang tetap dan cukup setiap bulannya. Sedangkan Mamamu, sudah. Ayah belum bisa memberikan sepenuhnya kebutuhan lahir Mama kamu. Kebutuhan dapur pun kadang sebulan cukup, kadang enggak. Sisanya ditutupi oleh penghasilan Mama kamu. Mama kamu khawatir kalau Rio yang sekarang seperti Ayah yang dulu. Mamamu hanya ingin memastikan kamu tidak perlu mengalami apa yang ia alami dulu di awal pernikahan.”
“Rio kan sudah kerja empat tahun, Yah!”
“Itu belum menjamin pengaturan keuangannya baik, Rayya. Kamu sudah pernah membicarakannya?”
Aku terdiam, karena memang aku belum pernah menyentuh topik itu sama sekali. Aku masih merasa itu hal tabu untuk diobrolin di awal.
“Bicarakanlah, Nak! Agar itu bisa membuat kamu lebih tenang menjalani rumah tanggamu nanti. Mama dan Ayah memiliki sebuah kesepakatan yang kami buat agar Ayah nyaman, Mama nyaman, dan kapal ini tetap ajeg walau badai menghadang. Salah satunya tentang pengaturan keuangan. Di dalam agama kita, berlaku hukum keterpisahan harta antara suami dan istri. Itu yang kami sepakati di awal. Mungkin mama terkesan abai terhadap Ayah, tapi sebenarnya tidak. Kami memiliki waktu bersama untuk membicarakan segalanya dan menyepakati solusinya. Kami menjalankannya dan tidak mempedulikan apa kata orang. Karena kamu adalah buah hati ayah mama, ketika tadi kamu mengeluarkan statement itu, perlu menurut ayah meluruskannya.”
Kalimat-kalimat ayah membuatku makin terdiam. Ada banyak hal yang tidak kutahu tentang pernikahan. Yang kutahu ayah dan mama selalu bertemu setiap hari, setidaknya saat sarapan dan makan malam. Saat itulah kami membicarakan segala hal tanpa distraksi gawai. Setelahnya, mereka tak banyak bicara dan sibuk dengan urusannya masing-masing, walau berada dalam satu tempat. Ternyata itulah cara mereka mendukung satu sama lain, memberikan ruang berkarya untuk menumbuhkan potensi yang ada.
Satu atap. Ruang berkarya. Bertumbuh. Keberkahan. Banyak kata kunci yang berseliweran dalam benakku, memberikan andil pada keputusan besar yang akan kubuat. Menikah, pasti. Rio adalah lelaki yang entah sejak kapan ia berhasil mencuri perhatianku dan membuatku yakin bahwa kami bisa bertumbuh bersama. Berfokus pada rumah, ini yang masih kupertimbangkan. Keinginan paling besar dalam hidup setelah pernikahan adalah bisa sering bertatap muka dengan suami membicarakan banyak hal tentang masa depan keluarga kami.
"Abis nikah, aku resign, ya! Aku bakal ikut kamu di mana pun penempatan kamu," kataku kepada Rio saat kami mulai membicarakan masa depan di teras perpustakaan yang sering kami singgahi dulu waktu kuliah.
"Kamu yakin bakal melepaskan karir kamu, Rayya?" kata Rio yang cukup terkejut dengan pernyataanku.
"He'em. Bulan depan kita sudah menikah. Tepat empat tahun aku menimba ilmu di dunia perproyekkan. Kurasa cukup dan satu impianku telah sempurna tercapai. Waktu yang tepat untuk mencoba hal baru," jawabku mantap.
"Apa yang membuatmu mengambil keputusan itu? Kamu pintar. Kamu punya nilai akademis yang baik. Dan kamu punya kesempatan besar untuk meniti karir di perusahaanmu sekarang. Aku ga masalah kalau kita nanti harus LDM. Toh, aku kerja setiap hari dan hampir selalu lembur. Terus gimana dengan rencana sekolahmu?"
"Aku masih ingin lanjut sekolah, tetapi mungkin itu bisa kita bicarakan lagi. Hal terbesar yang ingin aku capai dalam pernikahanku adalah aku pengen kita jumpa setiap hari nantinya. Aku pengen kita bisa pillow talk mendiskusikan banyak hal untuk masa depan keluarga kita. Tanpa alat komunikasi untuk menghubungkan jarak kita yang jauh. Dan tentunya, aku pengen mencium tanganmu setiap pagi saat kamu berangkat kerja dan mendoakanmu dalam jarak dekat. Urusan rumah serahkan saja padaku," aku menatapnya sambil tersenyum, "tentu dengan satu syarat."
"Apa itu?" tanyanya menyelidik.
"Kasih aku uang jajan khusus, ya! Hahaha," jawabku sambil tertawa.
"Hmm... baik," jawab Rio dengan senyum manyun lalu membetulkan posisi duduknya, "betewe, terima kasih, ya! Sudah mau mengalah untuk selalu bersama saat menikah nanti. Jujur, aku tidak berekspektasi kalau kamu bakal memutuskan hal itu. Tentang sekolahmu nanti, insya Allah akan aku dukung."
"Itu soal prinsip, Rio," jawabku. Keputusan telah dibuat. Ada rasa deg-degan membayangkan seorang Rayya yang suka lembur, sering ngeluh kalau pulang larut, selalu pakai PDL setiap hari, akan menjadi Rayya yang sering berada di rumah, mengerjakan segala hal di rumah agar suaminya senang saat pulang rumah rapi, makan malam sudah tersedia. Uwuuu banget.
***
Hari ke-30 setelah resepsi pernikahan.
Mendapatkan keberkahan, memang harus mengalahkan ego. Surga tak didapatkan hanya dengan tawa riang. Karena tawa riang yang terlihat menyenangkan, seringkali membawa manusianya terjerembab dalam neraka.
Tiga puluh hari berada di rumah saja, ternyata memang bukan Rayya yang sebelumnya. Benar kata ayah dan mama. Pekerjaan rumah itu monoton dan kurang menantang bagiku. Tak seperti hari-hari sebelum menikah, awal pagi selalu terisi dengan semangat membara, ada perasaan bahwa aku akan menemui sesuatu yang menyenangkan di tempat kerja. Setelah pernikahan, awal pagi seperti itu hanya bertahan seminggu. Selebihnya, aku harus terus mencari hal yang membuatku bisa tetap bersemangat mengawali hari. Mulai dari nonton Youtube Devina Hermawan untuk menemukan resep simple tapi endeus, sampai cek out peralatan mbenthel untuk menemani sore yang kadang gabut. Tapi semuanya tetap tidak bertahan lama. Aku harus terus mencari sesuatu yang membuat Rayya yang dulu kembali. Rio pun merasakannya.
“Yang,” ucap Rio suatu saat makan malam di hari ke-50 pernikahan kami.
“Hm…,” jawabku pendek sambil mengunyah makanan.
“Nggak pengen balik kerja?” tanyanya agak kurang jelas karena sedang mengunyah makanan.
“Kenapa, yang?” tanyaku balik ketika suapan terakhir telah sempurna kutelan.
“Biar kamu bisa ceria seperti dulu.”
“Emang sekarang nggak ceria?” tanyaku sambil merapihkan meja makan dan menunggu Rio selesai dengan makanannya.
“Enggak,” jawabnya menggeleng. Ia telah menghabiskan seluruh makan malamnya.
“Kok bisa?” aku menyandarkan diri ke kursi makan.
“Yang… gapapa banget lho, kalau kamu mau kerja lagi. Aku dukung. Dulu kan aku pernah bilang, gapapa banget kalau kamu mau meniti karir dan kita LDRan.”
“Tapi aku tetep nggak mau LDRan, Yang.”
“Oke, kamu nggak mau LDRan. Kamu cari kerja yang bisa kerja dari rumah aja. Karena kamu yang sekarang seperti bukan kamu. Ga bisa diajak bercanda seperti dulu. Bawaannya sensi mulu. Padahal dulu kalau aku becandain, reaksi kamu ga seserius itu. Aku nggak tau ya, kamu ada pikiran apa. Ini hanya dugaanku. Kamu kangen kerja ya?”
“Aku nggak tau aku kangen kerja atau nggak, Yang. Tapi rasanya aku useless di rumah ini. Ya…meskipun pekerjaan domestik setiap hari ngantre, tapi masih ada perasaan yang nggak bisa aku jelasin dengan kata-kata.”
“Hayuk, aku bantu menemukannya.”
“Apa?”
“Yang bikin kamu bingung.”
“Yakin?”
“Emang kamu sudah tau?”
“Kemarin aku mulai menuliskan apa yang bikin aku kayak gini. Hanya, ini perlu divalidasi sama kamu.”
“Coba apa aja?”
“Sepertinya karena aku terbiasa untuk menghasilkan uang sendiri, Yang. Mendapatkan uang bulanan dari kamu, seharusnya bisa sama bahagianya ketika mendapatkan uang dari keringat sendiri. Nominal besarannya sama. Beban kerjanya lebih ringan.”
“Hey, mengurus rumah itu nggak ringan, Sayang.”
“Ringan. Hanya monoton. Itu yang membuat tantangannya tak sebesar ketika aku di proyek dulu. Selain itu, aku tidak berjumpa dengan manusia lain. Tidak ada yang bisa kuajak ngobrol.”
“Kamu nggak pernah maen ke rumah mbak Anggun, istrinya mz Pras, teman kantorku? Kan rumahnya di depan kita.”
“Pernah. Tapi feelnya berbeda.”
“Fix, kamu memang butuh kembali ke dunia sipil, Yang.”
“Gitu, ya?”
“Iya. Kamu rindu dengan duniamu, Yang.”
“Kamu ga papa?”
“Aku nggak papa. Aku ridho. Asalkan aku tetap menjadi prioritas pertama kamu,” jawabnya memberikan senyuman menyakinkan itu lagi.
Berada di tempat asing, tanpa teman dan keluarga, membuatku lebih memilih untuk berdiam diri di rumah. Ingin sonjo, tapi mulai dari mana. Seringnya, bukan aku yang mendahului, tetapi para ibu-ibu tetangga yang memulai. Tanah luas yang di depan kontrakan menjadi penyelamatku dari kesendirian. Ibu-ibu tetangga tiba-tiba menyapa dan mengajak bergabung menonton anak mereka bertanding. Seringkali aku iyakan. Setidaknya aku telah mencoba untuk membaur dan memperkenalkan diri kepada mereka. Tapi, tetap saja ada sebuah ruang yang kosong tak bisa terisi oleh hal-hal itu. Entah apa itu.
Hingga, suatu ketika ada yang menelponku. Di hari ke-100, di pagi hari setelah Rio berangkat kerja. “Halo, Assalamu’alaikum,” aku menjawab telepon dari nomor yang asing bagiku.
“Wa’alaikumsalam, Rayya. Ini Bu Kris,” suara empuk di seberang sana membuatku teringat akan masa lalu yang menyenangkan. Ada rasa yang mulai mengisi ruang kosong itu. Tapi aku belum tahu apa.
“Eh, bu Kris. Apa kabar? Maafkan nomornya belum tersave,” jawabku basa basi.
“Nggak papa. Kamu sekarang di mana?”
“Di Banyuwangi, Bu. Ibu di Banyuwangi?”
“Iya. Ibu di Banyuwangi. Sekarang sedang di hotel Amaris. Kalau Rayya tidak sibuk, boleh kita bertemu?”
“Jam berapa ibu senggang?” aku langsung mengiyakan. Sudah lama aku tidak berjumpa dengan Bu Kris. Sudah lima tahun berlalu.
“Rayya senggang jam berapa?”
“Sekarang senggang, bu.”
“Sekarang aja, yuk! Ibu tunggu di restoran hotel, ya.”
“Baik, bu,” kataku bersemangat. Bu Kris. Wanita yang pernah menjadi atasanku saat aku magang di kantor BUMN besar. Wanita yang sudah seperti ibuku sendiri. Ibu ideologisku.
Tak banyak kata, kulaju motor menuju Hotel Amaris. Ada banyak hal yang terlintas di dalam ingatan. Pengalaman magang pertama selepas lulus kuliah. Pertama kali mengenal dunia kerja yang nyatanya mengharuskan kita memberikan toleransi terhadap hal-hal yang tidak sesuai teori di perkuliahan. Pertama kali gejolak batin muncul begitu hebat dan Bu Kris lah yang memegang tangan ini agar tidak masuk dalam pusaran kegalauan yang terlalu dalam. Semoga hari ini pun Bu Kris membawa berita baik.
“Hai, Rayya,” teriakan Bu Kris membuatku menoleh, lalu menuju ke arahnya.
“Assalamu’alaikum, bu!” aku meraih dan mencium punggung tangannya.
“Wa’alaikumsalam. Wah, Rayya makin bersinar saja wajahnya. Sini, duduk!” bu Kris menepukkan tangan ke kursi sebelah tempat ia duduk.
“Makasih bu. Ada agenda apa, bu di sini?” tanyaku basa basi di sampingnya.
“Ada yang harus ibu urus di sini. Tapi ibu nggak bisa lama-lama di kota ini.”
“Ibu sudah berapa hari di sini?”
“Sejak kemarin siang. Turun pesawat, ibu langsung menuju lokasi. Ibu mikir, siapa ya yang bisa ibu delegasikan untuk melanjutkan tugas ini. Semalaman ibu mikir. Iseng ibu buka instagram dan story kamu muncul. Jadilah, pagi ini ibu telpon kamu. Untung nomor kamu nggak ganti,” ucap Bu Kris dengan logat bugisnya yang khas, “Terus terang, kerjaan ibu di kantor pusat sedang menumpuk dan harus selesai akhir bulan ini. Dan agenda ini permintaan pak Bos.”
“Kerjaannya tentang apa?” ruang yang kosong itu terasa mendapatkan angin segar.
“Jadi, pak Bos punya lahan di sini. Beliau ingin membuat rumah lengkap dengan kebun pangannya. Apa ya istilah yang sedang in sekarang ini, per..per…”
“Permaculture, bu?”
“Nah, iya! Rayya tahu tentang permaculture?”
“Sedikit bu.”
“Bagus. Belajar yang banyak tentang itu ya! Tugas ini rencananya ibu delegasikan ke kamu. Pak Bos juga sudah tahu kinerjamu. Kukira dia akan setuju kalau project ini kamu yang handle. Kamu masih di sini dalam jangka lama kan?”
“Insya Allah begitu. Nanti saya diskusikan dengan suami ya, bu!”
“Kenapa? Suamimu melarang kamu kerja?”
“Oh, nggak, bu. Malah sebaliknya. Saya dulu yang terlalu keukeuh untuk berhenti bekerja dan memilih untuk mengurus rumah saja. Ternyata, mengurus rumah lebih melelahkan dan membosankan. Tantangannya tidak sesuai dengan saya. Hehe”
“Haha. Rayya… Rayya,” Bu Kris menepuk bahuku, “seringkali Allah menguji hambaNya dengan ekspetasi yang ia buat sendiri.”
Aku bengong mendengar kalimat bu Kris. Allah sedang menguji keinginanku? Apakah aku serius menjadi ibu rumah tangga yang hanya mengerjakan pekerjaan rumah, ataukah aku bisa berpikir lebih realistis bahwa berkarya pun tak masalah bagi seorang istri?
“Okeh, nanti bicarakan dengan suamimu ya. Semoga apapun keputusan kalian, ridho Allah menyertai.”
“Amin.”
Pagi yang membawa angin segar, walau Banyuwangi di atas jam 10 pagi sudah sangat membuat gerah. Sepulang dari Hotel Amaris, aku beraktivitas melanjutkan pekerjaan rumah yang belum selesai. Kali ini, mengerjakan rumah lebih menyenangkan dari sebelumnya. Aku merasakan ada yang berbeda dalam diriku. Apakah benar adanya bahwa aku rindu dunia sipil? Ah, jika sepulang dari berjumpa Bu Kris membuatku lebih bersemangat, artinya benar. Aku memang rindu.
“Yang,”
“Hm…”
“Tadi aku jumpa dengan Bu Kris.”
“Bu Kris siapa?”
“Ohya, aku belum cerita ya. Jadi, dulu setelah lulus kuliah, aku mendaftar magang di perusahaan A. Nah, Bu Kris ini atasan aku.”
“Oh… iya. Trus?”
“Dia menawariku kerjaan.”
“Kerjaan apa?”
“Kamu tahu permaculture kan? Salah satu list impian yang aku tuliskan bulan lalu?”
“Kemandirian pangan?”
“He em. Nah, Pak Bosku dulu itu punya tanah di sini. Mau bangun permaculture itu. Luasnya memang hanya 500m2. Rumah tinggalnya juga maunya dibangun sederhana aja. Mendengar itu tadi, seakan gayung bersambut tau nggak, Yang?”
“Kamu mau mengambil kesempatan itu?”
“He em.” jawabku tersenyum mantap.
“Nah, kita dong! Cahaya mata yang selalu kurindukan sudah kembali.”
“Heh?”
“Iya, aku ijinin kamu mengurus project itu. Aku percaya, kamu bisa atur waktu antara pekerjaan, suami, dan rumah.”
“Aaaah, terima kasih, Sayang!” kupeluk Rio dan kucium pipinya. Barangkali jika ku ditanya, hal apa yang aku syukuri saat ini, aku akan menjawab, memiliki Rio sebagai teman hidup sekaligus teman bertumbuh.
17 notes
·
View notes
Text
Sefruit Tips running dari Kuch bestie!
Abangkuuu, si bestie since 2007 alias sobi semasa kuliah yg asalnya kami bergeng tapi udah beda cerita alias mencar2. Tapi kami selalu keep in touch bertiga, 1 lg sedang hijrah ke Jepang ikut suaminya study S2.
Bestie ku ini runner since 2015 kalogasalah, aslinya org Batak masih single krn org Batak harus nikah sama Batak lg yg marganya jg harus di tentukan (rumit bukan! Hiks). Kampungnya di Lampung tapi kerja di Jkt dan kantornya ituuu di senayan dkt GBK, singkat crt join lah dia komunitas lari. Bestie ku ini sulit bergaul alias introvert, nyari teman jg kesulitan. But look at him now.. Sejak ikut komunitas runner pergaulannya semakin luas, dapet "keluarga" disana, enjoy "pertemanan sehat". Bahkan ikut marathon sampe luar negeri. Singapore dan Japan Marathon Finisher. Terakhir kulihat storynya abis ikut yg di Bali. So prouddddd!
Ternyata skrg selain sibuk kerja, punya side job jd asisten coach sampe udah punya sertifnya. Mantap kuch! Katanya coaching buat korporat jadi dapet uang lah pasti.. Dan ini menyita wkt dan tenaga dan pikirannya, jadi kaya sibuk dan cape bgt tp dia enjoy sih..
Karena aku lg menyenangi lari langsung ku japri aja yakan.. Minta tips2nya, selalu enakeun kalo menjelaskan secara teoritis itu, si pintar memang. Alhamdulillah dapet insight baru jadinya.. Terimakasih kuccchhh Rikho!
Biarpun dia ngga ngerti bahasa sunda paling dikit bahasa casual karena kan tinggal di bdg selama kuliah. Ya gitu jadi manggilnya urang-maneh atau uang aing wkwk
Dicurhatkeun aja progress ku yg beginner ini. Capture-an ini hanya sebagian aja, sisanya dibawah msh banyak pertanyaan2. Dan aku blg tunggu pertanyaan2 berikutnya nanti hahaha.
Siap laksanakan kuchhh, tinggal di eksekusi nih.. Bentar kapan lari yaa? Hari ini kita ST dulu InsyaAllah kalo ngga ujan haha @sagarmatha13
4 notes
·
View notes
Text
Apa keputusan yang pernah kamu ambil dalam waktu yang singkat dan beresiko tinggi?
Well, that kind of question made me frequently questioning my self a whole of night after Career Class event of ifthar last night. Pertanyaan yang membuat aku berpikir selama ini adakah hal hal besar yang sudah aku ambil dan memiliki resiko yang lumayan tinggi (profile resiko setiap orang tentu berbeda-beda).
Karena semakin dewasa kita tidak punya waktu untuk memikirkan sesuatu terlalu lama -Mas Gun-
Setelah kupikir-pikir ada 4 hal besar keputusan yang aku ambil yang bagiku hal tersebut memiliki resiko yang tinggi :
1. Merantau
I think mostly of us merasa bahwa merantau bukan hal yang mudah di jalani. Jauh dari keluarga, dari lingkungan biasa kita tinggal dan tumbuh, dari rasa bergantung, belum lagi menahan rindu ke keluarga terutama orang tua yang well, to be honest tidak mudah sangat tidak mudah. Menjadi diri yang harus mandiri, mengurus semuanya sendiri, berusaha menguatkan diri dan hal hal lainnya yang kita mesti berdamai dengan itu tapi berbeban. Dan at that time, aku memutuskannya tidak dalam jangka waktu yang lama i can say mungkin kurang dari 3 bulan. 2015 akhirnya aku memutuskan untuk merantau kuliah di Semarang, and i found my self cannot deal dengan keputusan berat ini, 2 bulan isinya mostly air mata karena kangen rumah, mau makan roti aja susah karena ngga punya uang (saat itu saya kuliah dengan beasiswa), part time untuk menyambung hidup, hingga harus sering-sering puasa.
2. Switch Career
Long story short after keputusan pertama yaitu merantau untuk kuliah, di bulan Oktober 2019 alhamdulillah bini'matihii thatimussalihat aku lulus kuliah dan lanjut kerja di Semarang masih within city. Tapi di setahun saya kerja di branch office saya sudah harus ambil keputusan berat lagi, yaitu ambil opportunity pindah ke Head Office di Jakarta dengan role yang berbeda atau stay di branch office saja dengan role yang sama dengan yg saat itu kujalani. Saat itu aku punya kebebasan untuk memilih. Jujur sudah sangat nyaman dengan orang-orangnya yang ada di branch office, nyaman dengan segala hal dimana aku tinggal selama 5 tahun di sana. Tapi kesempatan kadang hadir dalam hidup kita di posisi kita merasa belum siap. Aku ingat sekali tawaran itu datang di bulan Oktober dan pada akhirnya di hampir akhir November aku memutuskan untuk berangkat ke Jakarta, pindah ke head office dengan role baru. Aku harus siap dengan segala tuntutan kerja yang barangkali lebih tinggi dan baru, bertemu dengan biaya hidup di Jakarta yang tidak murah, dan tidak punya saudara atau teman di Jakarta. Dan switch career ini terulang lagi di akhir 2022 lalu, dimana aku memutuskan untuk talked to my lead " I think it is enough for me to be here Pak, i need to advance my experiences through moving to another division and grab something there". Saat itu atasan saya hanya bilang "kamu siap dengan segala resikonya ?" i said "this is my own decision without any influences from others and i think one of the most challenging regarding this decision that i need to face is that high risk". Ternyata benar saja, setelah melalui proses yang panjang, saya harus menjawab pertanyaan banyak orang tentang jurusan saya, menghadapi pertanyaan retoris beberapa orang "emang kamu bisa ?" , banyak yang ribut, bahkan dikira karena kedekatan saya dengan beberapa atasan. Well, resiko tetaplah resiko yang kalau dijelaskan ke orang lain tidak menjamin akan menghadirkan pemahaman yang utuh kepada mereka.
3. Memutuskan untuk tidak melanjutkan taaruf
Untuk masalah yang satu ini sepertinya keputusan yang paling berat yang pernah aku ambil selama ini. Dimana beberapa bulan lalu aku berproses untuk taaruf, tetapi di waktu itu aku declare ke diri bahwa di tahun 2023 ini I will only focus on my study in order to up leveling my quality of self. Tetapi justru yang datang ada beberapa dan permintaan orangtua untuk menyegerakan. Long story short setelah ditanya terus menerus, akhirnya aku mencoba berproses dengan satu di antara mereka setelah sebelumnya aku istikharah. Kami berproses dengan jalur yg syar'i dan indeed tidak ada komunikasi apapun di antara kami waktu itu. Di sesi bertemu untuk konfirmasi banyak hal terkait masa depan dan segudang printilannya, aku menemukan more than 80% meet my criteria. Tetapi ada sekitar less than 20% yang for me itu adalah issue. Berat sekali waktu itu saya hanya dikasih waktu 3-7 hari untuk istikharah dan memutuskan untuk lanjut atau tidak. Aku mencoba benar-benar berlepas diri dari pengaruh orang dan literally menyerahkan semuanya kepada Allah. Masih ingat sekali doa yang waktu itu diminta adalah "Ya Allah, aku tidak benar benar tau mana yang benar dan salah. Aku ingin dari setiap jawaban yang nantinya aku berikan adalah datangnya dariMu bukan dariku. Aku ingin yang memilihkan pasangan hidup yang aku harapkan sampai ke surga adalah Engkau bukan aku. Sebab Engkaulah yang tau sementara aku tidak" hampir setiap istikharah hal yg sama aku minta. Pada akhirnya setelah 7 hari, aku memberikan jawaban ke guru ngajiku dan mengatakan "Ibu maaf, saya tidak bisa melanjutkan prosesnya. Cukup sampai disini dan biar saya saja yang simpan alasannya kenapa tidak jadi". Waktu itu aku berpikir bahwa jika aku deal dengan less than 20% issue ini, bisa jadi di masa depan akan mengikis more than 80% yang cocok denganku, aku mencoba realistis dan logis. Bukan berarti aku tidak memaafkan ketidaksempurnaan, bukan seperti itu. Akupun sadar diriku bukan orang yang sempurna, tapi dalam hal ini pihak yang bersangkutan belum selesai dengan issuenya. Sementara aku sadar aku bukanlah orang yang berkapasitas untuk membantu menyelesaikan issue tersebut. Berpasangan adalah proses seumur hidup bahkan harapanku sampai ke surgaNya nanti, yang aku rasa tidak bisa asal asalan dalam memilih, even di luar sana banyak tuntutan menikah karena banyaknya alasan. Aku tidak tahu apakah proses ini hadir hanya untuk menguji apa yang sudah aku deklarasikan di awal atau memang ini bagian dari proses hidupku di saat itu ?
4. Memulai bisnis dengan segala keterbatasan
Menaklukkan rasa takut dengan go ahead saja ternyata amat tidak mudah. Dengan segala keterbatasan yang aku punya dan berbekal dari pengalaman yg minim, i decided to start my own bussiness dengan segala keriwehan di dalamnya. Saat itu hanya memerlukan less than 1 minggu untuk memutuskan mau mulai usahanya atau tidak. Begitu dimulai, pesanan berdatangan dan i just stand with my self mengerjakan semuanya sendiri, di kosan pula. Sampai ada hari ini dimana saya harus menyiapkan pesanan di luar kapasitasku, waktu itu chance itu aku ambil dalam rangka menguji kesanggupan diri. Tapi pada nyatanya, aku menangis menjalaninya, sungguh tidak mudah bingung dan capek. Pulang kerja sudah sangat sore, masih harus belanja, menyiapkan beberapa bahan untuk buat pesanan di malam harinya dan bangun di dini harinya, menyiapkan bekal untuk makan siang, dressing up untuk ke kantor. Sehingga kurasakan waktunya sangat amat mepet antara urusanku dengan jam kerja kantor. Aku menangis, dan ingat sekali doa yang kuminta pada saat itu, kukatakan pada Allah, "Ya Allah, Engkaulah yang punya waktu, Engkau yang mengatur semuanya, jika Engkau ridhoi usaha ini berjalan sebagaimana mestinya, maka jangan biarkan aku menghianati pekerjaan utamaku di kantor dengan mengambil jatah waktu untuk menyelesaikan pesananku". Pada akhirnya usahaku berjalan sekitar satu bulan. After that, aku memutuskan untuk istirahat dulu, dan di tahun ini aku memulainya kembali bersama teman, lumayan bebannya dibagi dan mental lebih sehat karena menghadapinya bersama sama.
Dari 4 hal di atas aku mengambil pelajaran bahwa memang benar apa yang dikatakan Mas Gun @kurniawangunadi "semakin dewasa, waktu kita untuk mengambil keputusan itu semakin singkat" dan mungkin semakin berani juga. Keputusan-keputusan yang kita ambil bukan lagi tentang "hari ini jajan ngga ya ?" tapi sudah hal hal yang urusannya dengan masa depan dan berjangka panjang bahkan sampai level seumur hidup.
Stress stressnya kita dalam menghadapi keputusan itu juga bagian dari proses belajar kita, kita tidak akan rugi dengan itu as long as kita bisa manage stressnya dengan baik. Karena memang, stress itu dibutuhkan menjadi bagian dari hidup kita dan di posisi yang flat juga tidak nyaman. Yang tak kalah penting, proses itu mengajarkan kita di episode selanjutnya untuk go ahead saja dalam mengambil keputusan besar, artinya kita sudah tidak takut lagi dan lebih bisa memahami profil resiko di masing-masing diri kita.
Pelajaran hidup memang tidak sesimpel itu, sehingga tidak diajarkan di sekolah. Ia hadir dari pengalaman hidup, paralel dengan perjalanan hidup. Bagaimanapun hidup ini berjalan, semoga kita termasuk satu diantara banyak orang yang diberikan kapasitas oleh Allah untuk dapat mengambil pelajaran dan hikmah dari hal hal yang kita hadapi. Bertumbuh itu tidak nyaman, hanya menjanjikan banyak pengalaman dan kebijaksanaan. Nyaman itu, nanti di sana, di surgaNya.
8 notes
·
View notes
Text
Solusi Penyimpanan Besar yang Menghasilkan Uang
Apakah Anda pernah merasa kesulitan dalam menyimpan data digital Anda? Atau mungkin Anda ingin memanfaatkan ruang penyimpanan besar secara cerdas? Jika ya, maka Terabox adalah solusi yang Anda cari! Terabox adalah aplikasi penyimpanan data berbasis web yang tidak hanya menyediakan ruang penyimpanan besar, tetapi juga memberikan kesempatan untuk menghasilkan uang. Di artikel ini, kita akan membahas mengapa Anda harus menginstal Terabox dan bagaimana cara menggunakannya.
Apa Itu Terabox?
Terabox adalah platform penyimpanan data yang sangat mudah digunakan. Dengan Terabox, Anda dapat mengunggah dan menyimpan berbagai jenis file, mulai dari foto dan video hingga dokumen dan file audio. Aplikasi ini memungkinkan Anda untuk mengakses data Anda dari mana saja, kapan saja, selama Anda terhubung ke internet. Ini sangat berguna jika Anda ingin menyimpan data penting Anda, seperti pekerjaan, tugas kuliah, atau kenangan pribadi.
Salah satu keunggulan Terabox adalah kapasitas penyimpanan yang besar. Anda dapat menyimpan sejumlah besar file tanpa perlu khawatir tentang kehabisan ruang. Selain itu, Terabox juga menyediakan opsi untuk mengatur file Anda dalam folder, sehingga Anda dapat dengan mudah mengorganisasi dan menemukan file yang Anda butuhkan.
Bagaimana Terabox Menghasilkan Uang?
Salah satu fitur menarik Terabox adalah kemampuannya untuk menghasilkan uang bagi penggunanya. Ketika Anda mendaftar dan menggunakan Terabox, Anda akan diberikan tautan rujukan pribadi. Tautan ini dapat Anda bagikan kepada teman, keluarga, atau rekan kerja Anda. Setiap kali seseorang mendaftar dan menggunakan Terabox melalui tautan rujukan Anda, Anda akan mendapatkan komisi.
Jadi, semakin banyak orang yang Anda ajak mendaftar dan menggunakan Terabox, semakin banyak uang yang dapat Anda hasilkan. Ini adalah cara yang cerdas untuk memanfaatkan penyimpanan data Anda sambil menghasilkan uang tambahan. Anda bahkan dapat menggabungkan tautan rujukan Anda dengan website atau blog Anda untuk meningkatkan potensi penghasilan Anda.
Bagaimana Cara Menginstal Terabox?
Menginstal Terabox sangat mudah. Berikut langkah-langkahnya:
1. Pertama, buka tautan berikut: TERABOX APP LINK
2. Klik tombol “Daftar” atau “Sign Up” dan isi informasi pribadi Anda untuk membuat akun.
3. Setelah Anda mendaftar, Anda akan dapat mengunduh aplikasi Terabox ke perangkat Anda.
4. Buka aplikasi Terabox, dan Anda siap untuk mulai mengunggah dan menyimpan data Anda. Jangan lupa untuk membagikan tautan rujukan Anda kepada teman dan kenalan Anda agar Anda dapat mulai menghasilkan uang.
Terabox adalah solusi penyimpanan data besar yang juga memberikan peluang untuk menghasilkan uang tambahan. Dengan kapasitas penyimpanan yang besar dan kemampuan berbagi tautan rujukan, Anda dapat memanfaatkan Terabox untuk mengatur data Anda sambil menghasilkan penghasilan tambahan. Jadi, jangan ragu untuk menginstal Terabox sekarang dan mulai mengambil keuntungan dari layanan penyimpanan yang luar biasa ini!
Jangan lupa untuk mendaftar melalui tautan TERABOX APP LINK dan mulai berbagi Terabox dengan teman-teman Anda. Semakin banyak orang yang Anda ajak mendaftar, semakin banyak uang yang dapat Anda hasilkan. Terima kasih telah membaca, dan selamat menggunakan Terabox!
2 notes
·
View notes
Text
Lowongan Magang 2 Bulan: Kembangkan Kreativitas Anda di Emran
Tempat PKL Desain Grafis Malang, Tempat PKL Malang, Tempat PKL DKV Malang, Tempat PKL Fotografi Malang, Tempat PKL Fotografi Terdekat Malang
HUBUNGI SEKARANG!!! 0851-7986-7884, Tempat PKL Desain Grafis , Tempat PKL , Tempat PKL DKV , Tempat PKL Fotografi , Tempat PKL Fotografi Terdekat
"Lowongan Magang Mahasiswa 2 Bulan di Emran Digital Academy: Peluang Emas untuk Meningkatkan Karier Anda
Dalam dunia yang semakin kompetitif saat ini, pengalaman praktis menjadi salah satu faktor penentu dalam kesuksesan karier seorang mahasiswa. Salah satu cara efektif untuk memperoleh pengalaman ini adalah melalui program magang. Emran Digital Academy menawarkan lowongan magang selama 2 bulan yang ditujukan untuk mahasiswa yang ingin mengembangkan keterampilan serta menambah pengalaman di dunia kerja. Artikel ini akan membahas lebih dalam tentang manfaat magang di Emran Digital Academy dan bagaimana Anda dapat mengambil langkah menuju masa depan yang lebih cerah.
Mengapa Memilih Emran Digital Academy?
Pengalaman Praktis yang Berharga
Magang di Emran Digital Academy tidak hanya memberikan kesempatan untuk belajar teori, tetapi juga mengaplikasikan pengetahuan dalam proyek nyata. Selama dua bulan, mahasiswa akan terlibat dalam berbagai proyek yang menantang, memungkinkan mereka untuk memahami dinamika kerja di industri digital.
Bimbingan dari Para Profesional
Di Emran, mahasiswa akan dibimbing oleh mentor berpengalaman di bidangnya. Mentor ini tidak hanya akan memberikan pengetahuan teknis, tetapi juga panduan dalam hal soft skills yang penting untuk dunia kerja, seperti komunikasi, kerja sama tim, dan manajemen waktu.
Lingkungan Kerja yang Kreatif dan Inovatif
Emran Digital Academy dikenal dengan atmosfer kerja yang mendukung kreativitas. Mahasiswa diundang untuk berpikir out-of-the-box dan menyampaikan ide-ide inovatif. Lingkungan yang kolaboratif ini memungkinkan mereka untuk belajar dari satu sama lain dan mengeksplorasi solusi baru.
Jadwal Fleksibel
Emran memahami bahwa mahasiswa memiliki jadwal kuliah yang padat. Oleh karena itu, program magang dirancang dengan fleksibilitas yang memungkinkan mahasiswa untuk menyesuaikan waktu magang mereka dengan kegiatan akademis.
Kesempatan Membangun Jaringan
Selama magang, mahasiswa akan memiliki kesempatan untuk bertemu dan berinteraksi dengan profesional dari berbagai bidang. Jaringan yang dibangun selama dua bulan ini bisa menjadi aset berharga dalam mencari pekerjaan di masa depan.
Siapa yang Cocok untuk Magang di Emran?
Lowongan magang di Emran Digital Academy terbuka untuk semua mahasiswa, terutama mereka yang belajar di bidang Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), Desain Grafis, Pemasaran Digital, dan bidang terkait lainnya. Apakah Anda seorang mahasiswa tahun pertama atau akhir, program ini adalah kesempatan yang tidak boleh dilewatkan untuk meningkatkan CV Anda dan memperoleh pengalaman yang sangat berharga.
Cara Mendaftar
Proses pendaftaran untuk magang di Emran sangat mudah. Anda hanya perlu menghubungi Emran Digital Academy melalui CALL/WA: 0851-7986-7884 untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai syarat dan prosedur pendaftaran. Pastikan Anda menyiapkan dokumen penting seperti CV dan surat lamaran yang menunjukkan ketertarikan serta kualifikasi Anda.
Kesimpulan
Lowongan magang mahasiswa selama 2 bulan di Emran Digital Academy adalah kesempatan emas bagi Anda untuk mendapatkan pengalaman praktis yang sangat dibutuhkan di dunia kerja. Dengan bimbingan para profesional, lingkungan yang inovatif, dan kesempatan untuk memperluas jaringan, Anda akan siap untuk menghadapi tantangan di dunia karier yang semakin kompetitif. Jangan lewatkan kesempatan ini untuk mengembangkan potensi Anda dan membangun masa depan yang lebih cerah!
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi Emran Digital Academy di CALL/WA: 0851-7986-7884. Alamat magang: Jl. Raya Kedawung No 99, Ngijo, Kec. Karangploso, Kab. Malang, Jawa Timur. Bergabunglah dan wujudkan impian karier Anda!"
#across the spiderverse#artists on tumblr#asexual#barbie#donald trump#easter#margot robbie#michael cera#rwby#ryan gosling
2 notes
·
View notes
Text
Lowongan Magang Mahasiswa 2 Bulan: Kembangkan Kreativitas Anda
Tempat PKL RPL terdekat Malang, Tempat PKL SMK Malang, Tempat PKL SMK Jurusan Akuntansi Terdekat Malang, Tempat PKL SMK Jurusan Broadcasting Malang, Tempat PKL SMK Jurusan DKV Malang
HUBUNGI SEKARANG!!! 0851-7986-7884, Tempat PKL RPL terdekat , Tempat PKL SMK , Tempat PKL SMK Jurusan Akuntansi Terdekat , Tempat PKL SMK Jurusan Broadcasting , Tempat PKL SMK Jurusan DKV
"Lowongan Magang Mahasiswa 2 Bulan: Peluang Emas untuk Meningkatkan Karier Anda
Dalam era yang semakin kompetitif ini, pengalaman kerja menjadi salah satu kunci utama untuk memasuki dunia profesional. Magang merupakan langkah awal yang sangat penting bagi mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman berharga, terutama di bidang yang mereka minati. Emran Digital Academy menawarkan program lowongan magang selama 2 bulan, memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk terlibat langsung dalam dunia kerja sambil mengembangkan keterampilan yang diperlukan.
Mengapa Memilih Magang di Emran Digital Academy?
Pengalaman Praktis yang Berharga
Magang di Emran Digital Academy tidak hanya memberikan kesempatan untuk belajar teori, tetapi juga memungkinkan mahasiswa untuk menerapkan pengetahuan mereka dalam situasi nyata. Dengan bekerja di lingkungan yang dinamis dan kreatif, mahasiswa dapat memperluas wawasan dan mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang industri yang mereka pilih.
Bimbingan dari Para Profesional
Di Emran Digital Academy, mahasiswa akan bekerja di bawah bimbingan mentor berpengalaman yang siap membantu mereka mengembangkan keterampilan dan pengetahuan. Mentor akan memberikan feedback yang konstruktif, membantu mahasiswa untuk tumbuh dan belajar dari setiap pengalaman yang mereka hadapi selama masa magang.
Jadwal Fleksibel
Emran Digital Academy memahami bahwa mahasiswa sering kali memiliki jadwal kuliah yang padat. Oleh karena itu, mereka menawarkan jadwal magang yang fleksibel, memungkinkan mahasiswa untuk menyesuaikan waktu magang dengan komitmen akademis mereka. Hal ini memberikan mahasiswa kesempatan untuk tetap fokus pada studi mereka sembari mendapatkan pengalaman kerja.
Lingkungan yang Kreatif dan Inovatif
Emran Digital Academy berkomitmen untuk menciptakan lingkungan kerja yang mendukung kreativitas dan inovasi. Di sini, mahasiswa didorong untuk berpikir di luar batas dan menyampaikan ide-ide mereka. Lingkungan yang kolaboratif ini dapat memicu inspirasi dan membantu mahasiswa mengembangkan ide-ide baru yang dapat diterapkan di dunia nyata.
Peluang Jaringan yang Luas
Selama masa magang, mahasiswa akan berkesempatan untuk berinteraksi dengan profesional di berbagai bidang. Jaringan yang dibangun selama magang bisa menjadi aset berharga untuk masa depan karier mahasiswa, memberikan mereka akses ke peluang pekerjaan dan kolaborasi yang mungkin tidak mereka dapatkan di tempat lain.
Siapa yang Cocok untuk Magang di Emran Digital Academy?
Lowongan magang di Emran Digital Academy terbuka untuk semua mahasiswa, terutama mereka yang belajar di bidang Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), Desain Grafis, Pemasaran Digital, dan bidang terkait lainnya. Baik Anda mahasiswa tahun pertama atau akhir, peluang ini sangat berharga untuk memperkaya CV Anda dan mendapatkan pengalaman yang tak ternilai.
Cara Mendaftar
Bagi mahasiswa yang tertarik untuk mengikuti program magang ini, proses pendaftarannya cukup mudah. Anda dapat menghubungi Emran Digital Academy melalui CALL/WA: 0851-7986-7884 untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai syarat dan prosedur pendaftaran. Pastikan untuk menyiapkan dokumen seperti CV dan surat lamaran yang menunjukkan ketertarikan serta kualifikasi Anda.
Lowongan magang mahasiswa selama 2 bulan di Emran Digital Academy adalah kesempatan emas bagi Anda untuk mendapatkan pengalaman praktis yang sangat dibutuhkan di dunia kerja. Dengan bimbingan para profesional, lingkungan yang inovatif, dan kesempatan untuk memperluas jaringan, Anda akan siap untuk menghadapi tantangan di dunia karier yang semakin kompetitif. Jangan lewatkan kesempatan ini untuk mengembangkan potensi Anda dan membangun masa depan yang lebih cerah!
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi Emran Digital Academy di CALL/WA: 0851-7986-7884. Alamat magang: Jl. Raya Kedawung No 99, Ngijo, Kec. Karangploso, Kab. Malang, Jawa Timur. Bergabunglah dan wujudkan impian karier Anda!"
2 notes
·
View notes
Text
Merantaulah, akan kau temukan pengganti keluarga, saudara, dan kerabat yang kau tinggalkan
Sebuah kutiapan dari Imam Syafi'i
Dan ternyata itu bener. Terimakasih mbak2 atas surprising moment in that night. Semoga ini bisa menjadi milestone buat Qusnul dan Nada agar senantiasa lebih dekat dengan Sang Pemilik Ilmu. Pun Qusnul dan Nada berdoa, semoga apa apa yang mbak mbak hajatkan bisa terkabul, biidznillah.
Hopefully yang mau masuk kuliah Allah diberikan tempat yang terbaik untuk tholabul ilmi, yang masih studi dimudahkan studinya, yang prepare S2 dimudahkan preparenya, yang mau penelitian dilancarkan penelitiannya, yang siap nikah didekatkan jodohnya, yang kerja dimudahkan dan dihindarkan dari lingkungan yang kurang baik. Aamiin :p
Oh iya, dibawah atap asrama ini semoga Allah jadikan sebagai tempat untuk senantiasa dekat dengan Qur'an, dekat dengan ilmu, dekat dengan kebaikan dan keberkahan.
Last but not least, semoga Allah memudahkan kita dalam menempa diri selama setahun ke depan, saling berdinamika menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Saling menguatkan satu sama lain. Sister lillah till Jannah 💫
Kindly praying for the best wishes you're
2 notes
·
View notes