#Jurnal Psikolog Keluarga
Explore tagged Tumblr posts
Text
Pekan ini aku banyak bersinggungan dengan Anak Berkebutuhan Khusus di SLB. Mulanya karena aku ambil data dari orang tua di SLB" solo raya, lalu tadi UKM mengadakan pengmas di SLB, aku ngemc di sana. Jujurly ini adalah momen pertama aku bersinggungan dan berinteraksi dengan mereka secara nyata: berusaha ngobrol dengan anak-anak mental retarded meski banyak missnya, digelendotin bocil-bocil down syndrom yang udah ga utuh keluarganya :", dan interaksi lain yang bikin aku lumayan heart-warming, hiks.
Lalu tetiba aku ada pertanyaan, orang-orang dengan difabilitas mental ini tuh kena kewajiban syar'i alias menjadi mukallaf, ngga, ya? Secara, orang dengan retardasi mental kan kemampuan kognitifnya jauuh untuk bisa memahami banyak hal, terlebih mana yang salah dan benar. Bahkan norma-norma mereka pun tentu berbeda dengan orang kebanyakan. Aku tau ini pertanyaan yg tidak bisa dijawab sembarangan, bahkan aku diskusikan dengan temanku pun dia lebih memilih untuk menjawab 'tidak tau' meski punya pendapat pribadi. Tapi kan pertanyaan semacam ii memang gabisa dijawab dengan pendapat, memangnya anda ulama?! Yah, akhirnya aku mencoba browsing jurnal dan berbagai literatur meski belum dapat jawaban pasti.
Teringat kalimat prof. Taufik, dekan Psikolgi UMS sekaligus dosen favorit kami, beliau mengatakan jika umat memang membutuhkan psikolog-psikolog yang memiliki keilmuan pula dalam bidang Fikih. Dalam ranah keluarga misalnya, seringkali daripada tanya ke ustadz, dalam konseling keluarga tuh pasutri sering menanyakan hukum-hukum yang sudah masuk ranah ahli fikih, tentu tidak bisa menjawab sembarangan, apalagi tanpa ilmu yang memadai.
Pada akhirnya aku menemukan hikmah, mengapa dulunya aku yang saat MA kekeh sekali mendalami fikih namun Allah belokkan ke Psikologi barangkali adalah untuk dapat menjadi bagian dari puzzle yang dapat menjawab permasalahan umat. Bukan, aku bukan ahli fikih pula. Namun belajar fikih bagiku adalah hal yang menyenangkan dan berusaha untuk terus kupelajari selama ini. Sebab memanglah suatu ilmu tidak dapat berdiri sendiri :) Dan semoga Allah memperkenankan daku untuk dapat memahami ilmu-ilmu tersebut, pula mengamalkannya.
2 notes
·
View notes
Text
aku lagi nangis karena dari beberapa menit ini mencoba bottled up my feeling. Aku mencoba buat belajar tadi, ttg dekol botany or something, tp w frustasi bgt dalam connecting the dots. W sampein itu ke fiki. W slelau gitu. W cape gitu trs. Akhirnya w memutuskan untuk berhenti dan istirahat setelah 2,5 jam an berkutat mencari sumber. Terus tiba2 abil reply my sw, dia bilang kangen ngga? Omaygat it warms my heart bgt ketika w tau w merasa diperhitungkan. Trs dia kek yg encourage me untuk join tpsa. Di situ w bergejolak karena di saat w mempertanyakan kemampuanku, ada orang yg eprcaya sama aku. Tp di saat yg sama w juga takut sama kepercyaan yang udah orang kasih ke aku. Di situ yg jadi cycle, whts wrong with me. Knp w punya self image yg kek gini. W jadi beneran kepikiran ttg bpd yg nuhek omongin kmrn. Jujur w capek bgt ngerasa kayak gini trs. W dah bikin appointment sama psikolog, tp w udah kek 'afuh ngomong apa ya, ngeframing cerita gmn ya biar ga melulu ke masalah childhood trauma. Gmn yaa biar w dapet diagnosis. Knp ya w kepengen bgt dapet diagnosis. Knp ya w selalu ingin menjadi total, ga mau di ambang. Kenapa w susah banget menjadi unnamed' W selalu punya tendensi untuk punya identitas yg jelas, batasan yg jelas, punya validasi yang jelas atas yg w lakuin. W pengen belajar nyanyi dengan serius biar ada legitimasi dan kepercayan diri bahwa w sufha melalui proses belajar itu secara 'formal', begitu pula sama renang, begitu pula dengan studi2 soshum ini. W selalu merasa ga percaya sama diriku sendiri bahwa w mampu mengajari diriku sendiri. W selalu punya tendensi melakukan sesuatu dengan benar. W cape gitu mulu
W akan coba untuk breakdown hal2 yg perlu w sampaikan ke psikolog di sini
Low self esteem yg banget, referring ke omongan mas lele n abil
Kesusahan dalam maintain relationship sama orang, i tend to pushed them away atau simply akunya yg menjauh
W kesusahan dalam belajar, w ga nyaman sama excitement yg terlalu tinggi yg bikin w pusing bgt, jujur w gatau ini tu normal atau ngga, tp w sering butuh untuk zone out dari tempatku belajar biar lebih relax, makanya w sering tiba2 ke dapur, nyari makan, atau ngapain lah,pokok biar nerveku ga tegang2 banget, karena jujur cape banget. Ini yg bikin w avoid this whole process of learning.
ttg turning point kapan ini semua mulai, yakni setelah kuliah ini. Ini pertamnya w gabisa menuhin ekspektasi ku untuk 'erasa aman' dengan diriku sendiri. Ya mgkn awalnya karena rapuhnya pondasi yg w punya, yak lagi2 karena trauma
Oiya w inget juga, pertama kalinya w escaping from my struggle tu ternyata pas tk gegara pas lomba qiroah. Sejak itu w gapernah bener2 punya kepercayaan diri. W masih suka nangis kalo inget jni. Jujur cape bgt dalam 3 hari ini w 2x nangis tiap malemnya. Atau karena mau haid yak. Aduh w kudunya bikin jurnal haid si menbuat tracking my mood swing
nyari tau apakah w ada suspect ke sana atau ngga, kapan w perlu ke psikiater atau ngga, perlu setutin apa si w ke psikolog. Aduh jujur w cape bgt men
Ttg generational trauma, ttg my siblings n nanya referensi psikolog klinis keluarga di sby. N gmn w ahrus menanggapi relasiku ke mereka
Mgkn annti bakal
1 note
·
View note
Text
NHW Pekan 6
Kali ini saya tuangkan dalam bertuk deskriptif, semua bisa di ambil hikmahnya yaa..
Qadarullah bulan ini sangat luarbiasa fluktuaktif, dari mulai komunikasi, emosi, dan manajemen waktu antara ranah domestik dan publiknya. Hhhhmm.
Untuk ulat yang melekat dihati saya, pertama ada mbak Nurlita yang dari pertama kenalan sesama ulat hutan kemarin, respon dan sambutannya luarbiasa. Menurut saya, kami merasa dekat walau jauh tak pernah bertemu juga tentu saja baru kenal dari hutan kupu cekatan ini, karena adanya NHW yang mengharuskan mengeksplor diri dengan berkenalan dengan ulat kupu yang belum dikenal, bukan keluarga, juga bukan satu regu. Mbak ini adalah salah satu ulat hutan favorit saya, berawal dari melihat go live, hingga kenalan di dua media sosial.
Bentangan jarak kita jauh luarbiasa. Beliau di IIP Samkabar, saya di IIP Tasikmalaya. Oh iya bagi yang belum tau Samkabar, meliputi Samarinda dan Kalimantan Barat yaa, dan Tasikmalaya meliputi Tasik, Ciamis, Kota Banjar, dan Pangandaran.
Di IIP menarik, bukan?
Eh lanjut kembali, baiknya mbak lita beliau memerintahkan tugas kali ini, tentang buddy yang akan saya pilih. Beliau bertanya dan bahkan hingga mau mencarikan. Qadarullah beliau udah dapet teman satu keluarganya.
Dan saya pun bertemu dengan ulat hutan kedua favorit saya yang tidak kalah seru, yaitu teh Yulmia, kami satu regu, dan kalo tidak salah dulu saat pengajuan logo, saya memilih beliau,hehe. Qadarullah diakhir saya disempatkan berkolaborasi dengan beliau. Sangat luarbiasa bukan.
Saya bertanya kepada keduanya mengenai makanan favorit untuk tugas kali ini, kurang tepatnya saya menyampaikan pertanyaan langsung hanya, "teh/mbak kalo boleh tau makanan favoritnya apa?"
Teh Yulmia menjawab; "saya afirmasi dan quality time", dan saya catat.
Ini hadiah dari saya untuk teh yulmia
Uniknya ketika dengan mbak lita, saya ajukan pertanyaan yang sama, beliau menjawab benar-benar makanan. Hingga saya bingung awalnya, hehe namun karena ditanya hal serupa, saya pun menjadi menjawab dengan menjelaskan benar-benar "makanan". Hihi
Kemudian saya bilang kembali, dengan tambahan sesuai arahan tugas, hingga beliau menjawab: "motivasi waktu, mbak".
Semalaman sembari saya menuntaskan yang lain, hingga lupa dengan memberi hadiah, saya memberi hadiah hanya sempat kepada teh yulmia, sedangkan pada mbak lita nya belum. Padahal pagi ini mbak lita beri saya hadiah yang keren luarbiasa tentang komunikasi, yaitu psikologi komunikasi. Begitu pun teh Yulmia yang mengingatkan saya, malem-malem saat saya menuntaskan pekerjaan lain, hadiahnya ada berupa jurnal mengenai komunikasi produktif. Sungguh lebih dari sekedar baik...
Jadii malu, niatnya dari awal mau skip, tapi berkat mereka berdua dengan kebaikannya, hingga rasanya masa udah ada yang baik-baik, bisa melewatkannya begitu saja.
Ngide lah akhirnya, bernarasi di tumblr saja.
Dan makanan pekan ini adalah hadiah-hadiah dari teteh dan mbaknya.
Dan saya akhirnya memilih dan dipilih menjadi buddynya teh Yulmia, terima kasih banyak ya teh, mari bekerja bersama kedepannya.
Bismillahirrahmanirrahim, menjadi lebih baik lagi.
#bundacekatanbatch5 #regu7starlight
0 notes
Text
Terapi dan advis untuk stress dari Psikolog (1/5/2024)
1. lakukan teknik napas dalam
2. bayangkan kamu masuk ke sebuah tempat yang pernah kamu datangi, yang indah dan nyaman sekali dan hanya kamu yang bisa masuk
3. butterfly hug & menuliskan jurnal rasa syukur setiap hari : masih bisa bernafas, masih bisa berjalan, masih bisa sarapan dll
4. berpikir positif dan mencintai diri sendiri: -betapa berharganya diri sendiri, saya memiliki potensi yang besar
-berbuat baik kepada diri sendiri: menjaga pola hidup sehat
5. lakukan afirmasi positif: saya sehat, saya kuat, saya cantik, saya dicintai, saya aman, saya bebas, saya hebat, saya bisa melewati ini semua
6. menimbang jumlah positif dan negatif untuk ambil keputusan
7. memvalidasi perasaan, terimalah jika memang kamu sedang sedih
8. kamu boleh menangis sesekali
9. jangan takut memiliki harapan
10. ada yang lebih berat cobaannya darimu
11. bercerita kepada orang yang dipercaya /menulis jurnal untuk mengurangi beban
12. menggali pengalaman positif yang pernah dialami: pengalaman menyenangkan bersama keluarga, bersama teman atau sahabat, pengalaman berhasil, atau pengalaman sukses
0 notes
Text
Melalui kebijaksanaan Rahman: Membangun pertahanan psikologis, melawan penipuan investasi
Di dunia investasi, menghadapi lingkungan pasar yang kompleks dan berubah-ubah serta janji keuntungan tinggi yang menarik, sangat penting untuk mempertahankan mental investasi yang sehat. Rahman, seorang ahli keuangan yang terkenal, telah mendalami hubungan erat antara mental sehat dan menghindari penipuan investasi. Dia menunjukkan bahwa investor sering membuat keputusan impulsif karena fluktuasi emosi, yang merupakan kelemahan yang dimanfaatkan oleh penipu.
Rahman menekankan bahwa dengan membangun dan memelihara mental investasi yang stabil dan rasional, investor dapat efektif mengenali dan menghindari penipuan investasi yang potensial. Mental investasi yang sehat tidak hanya melibatkan penilaian rasional terhadap risiko keuangan, tetapi juga pengelolaan dan kontrol emosi diri. Berdasarkan hal ini, dia menawarkan beberapa strategi kunci untuk membantu investor membangun mekanisme pertahanan diri dan melindungi diri mereka dari penipuan.
Rahman menyarankan: Meningkatkan pengetahuan keuangan, meningkatkan kemampuan identifikasi
Mengenali dan mengelola emosi sendiri adalah langkah pertama dalam mempertahankan mental investasi yang sehat. Rahman menunjukkan bahwa fluktuasi pasar sering memicu reaksi emosional dari investor, seperti ketakutan dan keserakahan, yang jika tidak dikontrol, dapat menyebabkan keputusan impulsif dan terjebak dalam perangkap penipu. Untuk menghindari ini, dia menyarankan bahwa investor perlu mengambil waktu untuk menenangkan diri sebelum membuat keputusan investasi apapun, mengingat kembali rencana dan tujuan investasi mereka, memastikan keputusan didasarkan pada analisis rasional bukan dorongan emosional sesaat.
Rahman merekomendasikan penggunaan jurnal atau log investasi untuk mencatat pemikiran dan kondisi emosional selama proses pengambilan keputusan. Ini tidak hanya dapat membantu investor mereview dan belajar di masa depan, tetapi juga menyediakan outlet untuk pelepasan emosional saat membuat keputusan, mengurangi kemungkinan perilaku impulsif.
Rahman analisis: Mengontrol emosi, menghindari keputusan impulsif
Pengetahuan investasi yang cukup dan informasi yang benar adalah senjata terbaik untuk menghindari penipuan investasi. Rahman menjelaskan bahwa penipuan investasi sering memanfaatkan ketidaktahuan investor tentang pasar atau produk tertentu, dengan menyediakan informasi palsu atau ekspektasi pengembalian yang berlebihan untuk menarik investor. Dia sangat menyarankan agar investor terus belajar teori investasi baru, dinamika pasar, dan pengetahuan produk keuangan, meningkatkan kemampuan penilaian dan identifikasi risiko mereka.
Dia juga menyarankan agar investor secara rutin menghadiri seminar investasi, membaca publikasi keuangan profesional, dan memperhatikan pandangan investor dan analis berpengalaman. Dengan cara ini, investor tidak hanya dapat mendapatkan informasi pasar yang akurat secara tepat waktu, tetapi juga belajar bagaimana menganalisis dan menilai peluang investasi dari berbagai sudut pandang, meningkatkan pemahaman dan kemampuan aplikasi strategi investasi mereka.
Rahman menekankan: Membangun jaringan dukungan, bersama-sama melawan penipuan
Memiliki jaringan dukungan yang dapat diandalkan sangat penting untuk mempertahankan mental investasi yang sehat dan menghindari penipuan investasi. Jaringan ini harus mencakup investor lain, penasihat keuangan, serta keluarga dan teman-teman yang dipercaya. Dia berpendapat bahwa dengan berbagi ide dan keputusan investasi dengan orang-orang ini, investor dapat memperoleh umpan balik yang berharga, membantu mereka melihat peluang investasi dari berbagai perspektif, sehingga menghindari prasangka atau perilaku impulsif sepihak.
Penasihat keuangan profesional tidak hanya dapat menyediakan saran berdasarkan analisis mendalam, tetapi juga membantu investor mengidentifikasi jebakan investasi dan penipuan yang potensial, Rahman menganjurkan untuk secara aktif mencari nasihat dan panduan dari para profesional selama proses investasi. Berpartisipasi dalam komunitas investasi dan forum juga merupakan cara efektif, di mana investor dapat belajar dari pengalaman dan pelajaran orang lain, sambil berbagi pandangan dan pertanyaan mereka sendiri, bersama-sama membangun lingkungan investasi yang transparan dan saling mendukung.
Analisis dan saran praktis dari Rahman, tidak hanya meningkatkan kesadaran investor tentang pentingnya menjaga mental investasi yang sehat, tetapi juga menyediakan mereka dengan serangkaian strategi efektif untuk mencegah dan melawan penipuan investasi. Dengan mengenali dan mengontrol emosi, terus meningkatkan pengetahuan investasi, serta membangun jaringan dukungan, investor dapat menjaga pikiran mereka tetap jernih di pasar keuangan yang kompleks dan berubah-ubah, membuat keputusan investasi yang lebih rasional dan stabil, menjauh dari ancaman penipuan, menuju jalan kesuksesan investasi.
0 notes
Text
Memungut Hikmah 🍉 : Coping Mechanism from Palestinians
Pontianak. 10:52. 13122023.
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Alhamdulillahilladzi bini'matihi tattimush shalihaat.
Beberapa minggu lalu saya ketemu video penjelasan bagaimana orang-orang Palestina berhadapan dengan ujian genosida ini. Meminjam istilah teman-teman yang belajar psikologi, kurang lebih coping mechanism namanya. Berdasar penjelasan di klikdokter, coping mechanism adalah cara menghadapi situasi yang menyebabkan stres atau tekanan, baik dari faktor luar maupun dalam. Cara tersebut dapat membantu kita untuk mengatur perasaan emosional yang muncul akibat situasi penyebab stres. Kita coba bahas berdasarkan penelitian ilmiah berikut ini, namun penelitian ini ditulis tahun 2018 dengan sampel responden para pengungsi Palestina, inshaAllah masih nyambung dengan keadaan sekarang, sebagai bekal kita.
Full article
Ada 5 strategi coping yang digunakan orang-orang Palestina, tentu hal ini sangat bisa kita adopsi dalam kehidupan sehari-hari, meniru ketangguhan mereka, binashrillaah, seizin Allah AzzawaJalla:
1. Giving cultural and religious meaning to painful experiences
Memberikan makna budaya atau makna agama dari peristiwa yang dialami. Berdasar atas keyakinan atas kekuasaan Allah AzzawaJalla telah mengatur takdir apapun yang terjadi dalam hidup mereka. Itulah mengapa kita saksikan pada banyak video, hal yang kita nilai musibah, mereka ucapkan alhamdulillaah atau hasbunallah wa ni'mal wakiil. Dzikir-dzikir yang membuat kita banyaaaaaak belajar.
2. Individualism to collectivism
Mengenyampingkan masalah pribadi, dan memandang keseluruhan sebagai masalah kelompok. Bukan hanya diri sendiri yang diuji, namun semuanya.
3. Normalization and habituation
Sudah terbiasa hidup dalam situasi konflik, dalam keadaan tidak nyaman. Bukan hal baru bagi mereka diperlakukan tidak manusiawi oleh zionis. Sedih ya? Luar biasanya Allah ar Rohmaan ar Rohiim, walau diperlakukan tidak manusiawi, mereka justru menjadi sebaik-baiknya manusia. Bahkan menurut saya, banyak sekali contoh akhlak mulia dari mereka yang diperkenankan Allah bisa kita lihat dan teladani. Padahal ya, sepengetahuan saya, beberapa kali pengalaman berinteraksi dengan manusia yang diperlakukan tidak baik, bisa menjadikannya juga tidak baik. Luar biasa ya orang-orang Palestina ini Allah sayangi dan muliakan.
4. Belonging, acceptance, expectation and readiness
Penerimaan
Ndak kuat saya rasanya menulis ini. Kalau berdasar jurnal ya... mereka sudah menerima hidupnya ya begini. Tapi saya simpulkan, mereka sudah sangat yakin, bahwa dunia hanya sementara, sebentaaaaar saja, kendaraan menuju akhirat yang abadi. Innal 'aisya 'aisyul aakhiroh.
5. Social support
Dukungan sosial dan keluarga. Coba deh diingat-ingat lagi video evakuasi bayi yang tertimbun reruntuhan, bayinya dicium-cium sayaaaaaang oleh abang-abang relawan. Kabarnya kalau ada anak yang orang tuanya meninggal, keluarga dan lingkungan pun sangat berbesar hati memelihara.
Teladan ber-Islam yang sesungguhnya.
Semoga Allah meridhai untuk memperbaiki urusan agama, dunia, dan akhirat mereka.
#liberationofmind before #liberationofLand
Salam,
ayuprissakartika.
0 notes
Text
Memahami Dampak Psikologis Pandemi: Pembelajaran dari Denny JA
Pandemi COVID-19 yang sedang melanda dunia telah membawa berbagai dampak yang signifikan, tidak hanya dalam hal kesehatan fisik, tetapi juga dalam kesehatan mental dan psikologis. Dalam situasi yang penuh ketidakpastian dan perubahan drastis dalam kehidupan sehari-hari, penting bagi kita untuk memahami dampak psikologis pandemi ini dan belajar dari pengalaman orang lain yang telah menghadapinya. Salah satu tokoh yang telah memberikan wawasan berharga mengenai dampak psikologis pandemi adalah Denny ja. Denny Joesran Arifin atau yang lebih dikenal dengan nama Denny JA adalah seorang pakar komunikasi dan motivator yang telah berkontribusi dalam memberikan pemahaman tentang pentingnya menjaga kesehatan mental di tengah pandemi ini. Dalam konteks pandemi COVID-19, dampak psikologis dapat dirasakan oleh semua orang, tanpa memandang status sosial, usia, atau latar belakang. Perasaan cemas, takut, dan stres yang berkepanjangan dapat membawa dampak yang negatif terhadap kesehatan mental seseorang. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami dampak-dampak ini dan belajar dari pengalaman orang lain seperti Denny ja. Denny JA telah berbagi wawasan yang berharga tentang cara menghadapi dampak psikologis pandemi ini melalui berbagai wawancara dan tulisan yang telah diterbitkannya. Berikut adalah beberapa pembelajaran penting yang dapat kita ambil dari pengalaman beliau: 1. Mengakui dan memahami perasaan yang dirasakan Dalam situasi yang sulit seperti pandemi ini, sangat penting bagi kita untuk mengakui dan memahami perasaan yang kita rasakan. Denny JA menekankan pentingnya tidak menutupi atau menekan emosi yang dirasakan, tetapi justru membuka diri untuk menghadapinya secara sehat. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti menulis jurnal, berbicara dengan orang terdekat, atau mencari bantuan profesional jika diperlukan. 2. Membangun rutinitas dan menjaga kesehatan fisik Dalam kondisi pandemi yang membuat banyak orang harus tinggal di rumah, rutinitas sehari-hari dapat terganggu. Hal ini dapat berdampak negatif terhadap kesehatan mental. Oleh karena itu, Denny JA menekankan pentingnya membangun rutinitas harian yang sehat, seperti menjaga waktu tidur yang teratur, berolahraga secara teratur, dan menjaga pola makan yang seimbang. Menjaga kesehatan fisik juga sangat penting dalam menjaga kesehatan mental. 3. Mencari sumber informasi yang terpercaya Pandemi ini juga telah menyebabkan munculnya banyak informasi yang tidak terverifikasi atau bahkan hoaks. Denny JA menekankan pentingnya mencari sumber informasi yang terpercaya dan menghindari penyebaran informasi yang belum terbukti kebenarannya. Dengan demikian, kita dapat mengurangi kecemasan yang tidak perlu dan tetap memperoleh informasi yang akurat. 4. Berbagi pengalaman dan memberikan dukungan kepada orang lain Dalam situasi sulit seperti pandemi ini, penting bagi kita untuk saling mendukung dan berbagi pengalaman. Denny JA mendorong kita untuk tidak merasa sendirian dan mencari dukungan dari keluarga, teman, atau komunitas yang sejalan. Berbagi pengalaman dan emosi dengan orang lain dapat membantu mengurangi beban psikologis yang dirasakan. Melalui pengalaman dan pemikiran Denny JA, kita dapat belajar banyak tentang cara menghadapi dampak psikologis pandemi ini. Dalam situasi yang sulit ini, penting bagi kita untuk tetap menjaga kesehatan mental dan mencari dukungan yang diperlukan. Denny JA telah memberikan panduan yang berharga dalam hal ini. Dalam kesimpulannya, pandemi COVID-19 telah membawa dampak psikologis yang signifikan bagi banyak orang. Denny JA telah memberikan wawasan berharga tentang pentingnya mengakui perasaan, membangun rutinitas sehat, mencari sumber informasi yang terpercaya, dan berbagi pengalaman dengan orang lain. Dengan belajar dari pengalaman dan pemikiran Denny JA, kita dapat menjadi lebih kuat dalam menghadapi dampak psikologis pandemi ini.
Cek Selengkapnya: Memahami Dampak Psikologis Pandemi: Pembelajaran dari Denny JA
0 notes
Text
Tukar Helm
Selama 3 tahun berusaha untuk lebih dari "exist". Kenyataannya gue cuman mentok di situ. Berusaha kaya orang gila keluar dari kepala gila. Ga bisa. Ya kepala gue nempel terus, nguasain seluruh eksistensi gue. Setiap hari berandai, kalau aja tukar pikiran sama support system gue, semudah tukar helm . Setengah mati ngejelasin, curhat tentang kondisi gue, apa yang terjadi di kepala, tetep aja, kata-kata gue terbatas, kalimat-kalimat gue normatif, analogi gue terlalu umum. Ujung-ujungnya salah paham lagi.
Gue pun salah dan dangkal, tolol dan kekanak-kanakan. Gue sendiri butuh 3 tahun dengan gak ngapa-ngapain gini, buat ngerti cara kerja hidup gue selama ini. Tapi gue udah bosen nyet, bosen tiap hari bunuh diri di kepala, bosen cerita ke temen, bosen ngerasa ga bisa capai apa-apa lagi, bosen ga punya hobi lagi, bosen ngerasa butuh bantuan, bosen nyari bantuan, bosen dibantuin, dan dibantu dengan cara yang salah ternyata!
Udah bosen capek. Dulu capek hidup, nggak nyet sekarang. Gue bosen hidup. Bener-bener ga ada hal yang rewarding dari hidup. Ada emang celahnya dari kebuntuan bosen ini, tapi celahnya terlalu kecil. Gue udah teriak-teriak minta tolong buat gue bisa masuk ke celah itu. Ga masuk, ga ada yang liat, ga ada yang paham.
Selama ini gue ga pernah ngerasa sendiri. Gue punya temen banyak. Semuanya care, semuanya empati dan ga pernah ngecewain kalo emang gue butuh. Gue juga punya keluarga yang ngeprovide abis, ga pernah ngasih gue pressure yang ga masuk akal. Tapi itu semua hal yang ada di luar "helm" bajingan ini. Eksternal. Akhirnya gue sadar, selama ini gue dan support system gue adalah dua entitas yang berbeda, berpisah. Belum lagi hal-hal eksternal lain yang selama ini gue pikir adalah bagian dari gue kaya hobi, percintaan, pendidikan. Gue sendiri, terpisah.
Pertama kalinya gue ngerasa sendiri, kesepian, buntu, bingung, dan gagal. Hal-hal yang selama 22 tahun gak pernah gue rasain. Lucu banget. Bisa loh gue selama 22 tahun ga pernah ngerasa gagal dalam hal apapun, gue selalu bisa persepsiin kegagalan sebagai bagian dari proses. Tanpa kesedihan, tanpa putus asa.
Sekarang, dengan kesendirian yang gak bisa orang lain ngerti, gue paling paling dianggap lagi "istirahat", "nganggur", "semedi", atau istilah mirip lainnya. Padahal ternyata gue selama ini gini. Ini gue sebenarnya. Selama ini gue masking segala aspek tetek bengek identitas dan pencapaian biar keliatan gue gak "sendiri dan terpisah".
Gue iri, orang lain udah bisa sadar mereka "sendiri dan terpisah" dari mereka kecil. Ga ada proses ribet buat sadar, gagal ya gagal, gila ya gila, ga normal ya ga normal, telat ya kadang telat kadang engga, and life must go on. Gue iri. Gue ga bisa liat kurva normal kehidupan ini dari lama. Ngerasa hidup ya dijalanin manual, padahal bisa otomatis.
Banyak berharap karena jurusan psikologi, terus gue bisa lebih gampang pelajarin tentang diri sendiri. Eh si monyet ternyata jurnal-jurnal aja saling berdebat. Terus yang mana yang kebenaran sesungguhnya untuk dirujuk? Full potential? Terus apa potensi orang kayak gue?!!!!!!! Segimana fullnya???!!!!! Caranya gimana?!!! Siapa yang bisa jawab?!!!!! Jurnal yang mana?!! Kitab suci yang mana?!!! Sholat yang berapa rakaat?!! Dosen yang spesialis apa?!! Dokter yang ngasih obat apa?!!
Gue ngapain aja hidup 25 tahun, cuman buat nemuin diri sendiri ternyata manifestasi setumpuk daftar cara-cara yang salah untuk survival spesies manusia. And yet here, i still exist.
Fuck you, monyet.
0 notes
Text
MENCARI MAKNA
BAB 6. MAKNA BAHAGIA
Setelah beberapa kali melakukan konsultasi dengan Dokter Alexandra dan mengonsumsi obat yang diresepkan, Riani akhirnya dapat mengembalikan jam biologisnya untuk dapat tidur seperti semula. Terbebas dari insomnia yang mendera. Mata panda miliknya perlahan memudar. Raut mukanya pun tampak lebih segar. Riani teringat pesan yang disampaikan Dokter Alexandra di pertemuan terakhir sesi konsultasi.
“Hati dan pikiran kita ini serupa ruangan. Kita sendirilah yang memiliki kendali untuk mengaturnya, memberikan izin siapa saja yang boleh memasukinya. Semakin kita memberikan izin ke banyak orang untuk masuk ke dalamnya, maka akan semakin besar peluang mereka untuk membuat kita sakit. Tapi, ketika kita tidak membiarkan mereka masuk kedalam hati dan pikiran kita, mau mereka berbuat sesuka hati mereka untuk menyakiti, itu tidak akan memengaruhi kita.”
Dokter Alexandra juga menyarankan Riani untuk menulis jurnal, setiap kali ia berada dalam perasaan tidak nyaman. Mengungkapkan segala pikiran, merilis emosi yang tidak boleh dipendam. Sedangkan untuk membantu Riani menyelesaikan permasalahan rumah tangganya, Dokter Alexandra memberi rujukan ke psikolog keluarga.
"Masalah rumah tangga itu bisa terselesaikan jika kedua belah pihak saling berupaya untuk menyelesaikannya bu, tidak hanya salah satu. Alangkah baiknya, jika suami juga bisa tau apa dan bagaimana seharusnya bertindak sebagai suami dan kepala rumah tangga yang baik. Jika ibu berkenan, akan saya beri rekomendasi dan rujukan untuk ibu dan suami menemui psikolog keluarga,"pesan Dokter Alexandra di sesi terakhirnya konsultasi.
"Baik, dok."
Kini, Riani merasa menjadi pribadi yang baru dilahirkan kembali setelah mati suri. Mulai menata kembali kehidupan yang sempat berantakan. Dia memiliki hak sepenuhnya untuk dirinya sendiri. Tidak lagi akan memikirkan orang lain, tapi juga tidak mengacuhkannya. Dia hanya ingin bersikap adil, sebab apapun yang terjadi dalam dirinya adalah tanggung jawabnya sedangkan orang lain belum tentu akan peduli. Ya, dia akan bersikap lebih bijaksana.
(end)
1 note
·
View note
Text
Kayaknya beberapa tokoh rajin buat konten books recommendation tiap akhir tahun. Yang kutahu di 2022 ini ada Bill Gates, Gita Wirjawan, dan Maryam Qonita. Aku coba untuk ngikutin mereka dalam hal share kebaikan melalui rekomendasi buku di tahun 2022 tapi karena rasanya 2022 ini gak banyak buku yang aku baca bahkan yang selesai cuma beberapa. Jadi kubuat books recommendation aja, yang isinya buku-buku terbaik yang pernah aku baca selama hidup.
5 my all time favorite books
GRIT oleh Angela Duckworth
Buku pengetahuan terbaik tentang pengembangan diri yang pernah aku baca. Ditulis dengan bahasa yang sangat mudah dipahami. Bu Angela Duckworth berhasil menuliskan buku yang isinya jurnal-jurnal pengembangan diri dengan sangat renyah, seolah kita sedang membaca novel. Baik terjemahan maupun bahasa aslinya, sama-sama mudah dipahami.
Buku ini tentang penelitian-penelitian yang beliau lakukan sebagai seorang psikolog pengembangan diri, berhasil menemukan tentang kekuatan gairah dan kegigihan. Kesuksesan seseorang tak hanya bisa dinilai dari seberapa pintar mereka tapi lebih dari itu, kesempatan sukses akan lebih besar ketika semua dilakukan dengan gairah dan kegigihan. Menarik studi kasus yang beliau paparkan dalam buku ini. Aku jadi semakin sadar sama kekuatan istiqomah. Kunci dari semua kunci adalah istiqomah. Doing something continously. Doa terus, kejar terus.
Serial Anak Mamak oleh Tere Liye
Buku ini temanya keluarga. Aku pribadi udah baca semua serinya, sangat menarik gaya penulisan Pak Tere Liye dalam buku ini. Penggambaran tentang latar desa di pedalaman hutannya detail. Cara membangun suasana petualangan masa anak-anak nya dapat mengulik ingatanku akan masa kecil. Ceritanya syarat akan nilai keteladanan.
Buku ini tentang petualangan empat saudara, Eliana, Pukat, Burlian dan Amelia yang masing2 diceritakan dalam empat buku berbeda yang ceritanya saling terhubung. Diantara semua serial ini, saya paling terkesan sama Pukat, si anak pendiam yang pintar. Berbeda dengan adiknya Burlian yang kocak. Overall, paling keren adalah cara Tere Liye menceritakan karakter masing-masing anak dengan menghadirkan konflik-konflik sampai kemudian bagaimana mereka menyelesaikannya.
The Tipping Point oleh Malcolm Gladwell
Semua buku Pak Malcolm Gladwell bagiku adalah sesuatu tapi yang ini paling berkesan. Dibanding buku-buku lain yang diangkat berdasarkan penelitian ini salah satu yang terbaik menurutku. Dari segi terjemahan bahasa, walaupun tidak se-renyah GRIT tapi cukup mudah dipahami.
Buku ini berisi tentang bagaimana ide, tren sosial dan kebiasaan sosial dapat menjadi faktor ajaib yang menyebabkan sebuah informasi dan produk menjadi terkenal. Salah satu studi kasus yang ditampilkan adalah fenomena Tipping Point-nya merk Hush Puppies. Merk yang terkenal pada era 1950an kemudian turun terus pamornya sampai pada era 1990 an secara tiba-tiba naik daun lagi. Sebenarnya sebab musabab nya tidak diketahui dengan pasti, namun pada era kebangkitan hush puppies saat itu diduga berawal dari sekelompok anak-anak hipster yang menggunakan sepatu Hush Puppies bekas dari satu club malam ke club malam yang lain di daerah Manhattan. Boom... setelah itu penjualan Hush Puppies naik berkali kali lipat dari sebelumnya.
Mortal Engines oleh Philip Reeve
Salah satu buku sci-fi yang pernah saya baca dan kesan pertama langsung suka. Tau buku ini justru berawal dari nonton filmnya. Merasa banyak hal janggal dan alur yang dirasa banyak lompatnya akhirnya berusaha mengulik lebih dalam terkait filmnya. Sampai kemudian mengetahui kalau filmnya diadaptasi dari buku. Kalau tidak salah ada empat seri buku, Mortal Engines adalah yang pertama. Cukup susah kalau mau cari buku yang asli baik terjemahan maupun bahasa inggris. Sepertinya stok di Indonesia sudah habis, kudu beli dari luar dengan konsekuensi ongkir mahal.
Buku ini science fiction banget. Bercerita tentang dunia di masa depan, dimana teknologi sudah sangat maju namun daratan sudah tidak dapat menunjang kehidupan manusia. Jadilah setiap kota harus berjalan diatas mesin, mereka harus terus bergerak agar tetap hidup. Konsekuensi dari terus bergerak adalah butuh sumber daya atau energi, untuk mendapatkan energi sumber terbesar adalah kota lain sehingga mereka harus memakan kota-kota yang lain. Btw, kalau dalam cerita ini latar utama berada di London, London masa depan yang berada diatas mesin-mesin bergerak.
Switch oleh Chip Heat dan Dan Heat
Ini satu buku yang membuatku amaze. Alasannya karena sesuai konteks dalam berorganisasi dan sering aku alami. Terutama studi kasus tentang bagaimana merubah perilaku dalam berorganisasi tapi uniknya menggunakan pendekatan lakukan perubahan pertama pada diri sendiri. Berkaitan dengan mindset.
Satu hal yang unik adalah penulis menggunakan analogi Pawang, Gajah dan Jalan. Jadi dalam diri kita itu ada sisi logika yang bernama Pawang dan sisi emosional yang bernama Gajah serta Jalan yang dapat digunakan Pawang dan Gajah sampai pada tujuannya yaitu perubahan. Salah satu studi kasus menarik adalah bagaimana seorang utusan PBB yang diberi tugas untuk menyelesaikan kasus stunting di sebuah desa pedalaman Vietnam. Utusan tersebut menemukan solusi yang tanpa biaya karena menemukan fakta bahwa yang menjadi penyebab hanya kesalahan pengolahan makanan yang dilakukan oleh orang tua yang ada di desa tersebut.
Ini 5 buku rekomendasi saya, semoga bermanfaat. Sekian terimakasih.
0 notes
Text
DIJAMIN, Call 0878-7604-0136, Psikologi Kepribadian Keluarga Bunda Lucy
Klik https://wa.me/087876040136, Psikolog Keluarga Pada Hamil,Psikolog Keluarga Pada Hari Ibu,Psikolog Keluarga Pada Hipertensi,Psikolog Keluarga Pada Hukum,Psikolog Keluarga Pada Hidup Sehat
Bunda Lucy Trauma Center PTB Duren Sawit Blok D3/1 Klender Jakarta Timur (Dekat Sekolahan SDIT Arrahma)
psikologkeluarga #psikologkeluargayogyakarta #psikologkeluargajogja #psikologkeluargapasuruan #psikologkeluargasidoarjo#psikologanakjakarta #psikologanakdanremaja #psikologanakaremajakeluarga #psikologanakdandewasa #psikologanakharapanindah
#Jurnal Psikolog Keluarga#Artikel Psikolog Keluarga#Buku Psikolog Keluarga#Fungsi Psikolog Dalam Keluarga#Makalah Psikolog Keluarga#Psikolog Hukum Keluarga#Manfaat Psikolog Keluarga#Fungsi Psikolog Keluarga
0 notes
Text
Perhatian masyarakat serta kesadaran atas kesehatan mental, tidak terlalu menjadi perhatian utama, padahal seperti yang diketahui bahwa kesehatan mental selalu berhubungan dengan kesehatan fisik supaya meminimalisir penyakit.
Tapi, apakah teman Asaren memahami kesehatan metnal ? dan bagaimana mengenalinya ? berikut ini kami merangkum hal-hal yang menyangkut akan kesehatan mental yang pastinya wajib kamu ketahui.
Pengertian kesehatan mental
Mental adalah yang paling berkaitan erat tentang watak dan batin manusia, yang tak lain dan tak bukan, kondisi saat batin ataupun watak setiap orang baik dalam normal, tertekan, tenang, akan mempengaruhi aktivitas sehari-hari.
Mengutip dari CDC (Centers for Disease Control and Prevention) bahwasanya kesehatan mental juga menyangkut kesejahteraan psikologis, kondisi sosial setiap manusia, hal seperti ini tentu akan membuat kita sebagai manusia dapat merasakan sesuatu, bertindak, mengalami stress hingga melakukan suatu tindakan.
Begitupun sebaliknya, bahwa ketika seorang mengalami kondisi mental yang tidak baik, tentu akan mengalami stress, emosi bahkan tidak bisa bekerja dan berpikir dengan baik.
Kerap juga ketika seseorang yang mengalami mental tidak baik, relatif memiliki hubungan sosial yang buruk dengan orang sekitarnya, seperti menarik diri dari kehidupan sosialnya.
Meski begitu, jika mengacu pada CDC, gangguan mental atau kesehatan mental yang memburuk, adalah sesuatu yang sama sekali berbeda, tiap individu bisa saja mengalami mental yang buruk, tapi masih belum terdiagnosis gangguan mental.
Berbeda dengan orang yang telah terdiagnosa mental illness, bisa saja mengalami periode fisik, mental dan sosial yang membaik.
Seberapa pentingnya kesehatan mental ?
Kesehatan mental, menjadi sesuatu yang terpenting di tiap jenjang hidup manusia, dari masa anak-anak, remaja sampai dewasa, bahkan banyak disebutkan juga dari berbagai jurnal ilmiah kondisi mental masa kecil tentu akan berpengaruh terhadap perkembangan jiwa seseorang sampai dewasa kelak.
Maka dari itu, setiap masing-masing orang penting memiliki jiwa dan mental yang sehat, seseorang bisa merasakan beragam manfaat guna menjalani kehidupannya, contohnya adalah akan lebih mampu mengatasi beban dan tekanan.
Sedang secara fisik maupun jasmani, akan berhasil terjalin hubungan baik antar sesama manusia, dan bisa berkontribusi di kehidupan bermasyarakatnya bahkan secara produktif, dan menyadari potensi dalam diri.
Tidak sampai disana, kesehatan fisik dan mental yang berkaitan, sebagaimana ketika orang mengalami gangguan mental, depresi bisa saja memicu risiko yang berkaitan problem fisik di hari mendatang, seperti penyakit jantung, stroke, hingga diabetes tipe 2.
Begitupun ketika mengalami kondisi fisik yang memburuk, bisa juga memberikan efek risiko sakit mental terhadap seseorang, maka dari itu, dengan menjaga fisik juga mental terus sehat, sangatlah wajib dilakukan,agar penyakit tidak datang merusak keseharianmu.
Yang bisa mempengaruhi mental seseorang dari waktu ke waktu adalah tuntutan sosial atau bahkan tuntutan dari dalam sendiri, suatu contoh ketika mentargetkan,diusia 30 harus memiliki tabungan ratusan juga, pastinya kita akan memforsir diri untuk mencapai tujuan tersebut, dalam kondisi seperti ini, kegagalan akan membuat diri kita menghukum diri sendiri
Lain daripada itu, faktor seperti kerusakan kimiawi dalam otak, kelainan genetik sampai masalah biologis, juga bisa saja menimbulkan penyakit mental, seperti trauma terhadap kekerasa, pelecehan sampai pengalaman hidup yang menyakitkan.
Beberapa penyebab lainnya adalah riwayat keturunan keluarga, kemudian kurangnya olahraga, pola makan buruk, pemakaian obat terlarang dan alkohol yang berlebihan hingga pengaruh gaya hidup.
Beberapa hal yang bisa diterpakan untuk memperbaiki kondisi mental yaitu seperti dengan olahraga, relaksasi meditasi sampai beberapa obat tertentu yang diresepkan oleh profesional yang terpercaya, terlebih jika berkaitan dengan mental illness.
Menjaga Kesehatan Mental
Menjaga kesehatan mental adalah suatu keharusan bagi setiap orang, karenanya dengan menjaga mental tetap sehat, manusia akan terhindar dari beberapa penyakit dan bisa menjalani atau menikmati kehidupannya.
Beberapa tips yang dapat kamu terapkan adalah dengan cara-cara sebagai berikut.
Mencurahkan rasa terhadap orang yang kamu percayakan, yang bisa saja membuat kamu merasa dalam dukungan dan tidak sendiri, jika kamu meragukan siapapun, cara terbaik adalah dengan bantuan profesional.
Olahraga dan olahbatin, seperti dengan menggerakkan tubuh agar tetap berkeringat dan mendekatkan diri dengan sang pencipta atau meditasi. Pola makan sehat, supaya fungsi otak dan organ tubuh tetap berjalan dengan baik.
Kurangi rokok, jika kamu adalah perokok, hindari juga alkohol, apalagi obat anti depresan jika kamu mendapatkannya diluar rekomendasi saran profesional.
Efek panjang dari rajin olahraga adalah selain menjaga emosi dan suasana hati adalah membuat tidur jadi nyenyak.
Tetap terkoneksi dengan beberapa orang, seperti relasi kerja, teman baik, komunitas, tidak terkecuali saudara dan keluarga.
Terbuka, terbukalah atas perasaanmu pada orang terdekat yang kamu percayai, sehingga tanpa harus ragu merepotkan jika kesulitan menghadapi sesuatu.
Jalankan hobi dengan senang,yang berkaitan dengan olah fisik, lakukan dengan bahagia.
Bersyukur, meskipun kenyataan hidup seringkali mengecewakan, cobalah untuk menurunkan ekspektasi terhadap sesuatu dan belajar mensyukuri apa yang kamu miliki.
Membantu, tidak hanya meminta bantuan, membantu seseorang dalam kesulitan adalah hal yang baik untuk kamu.
Positif thinking, dengan berpikir positif akan membawa vibes positif di hari-hari kamu, serta memberimu afirmasi yang juga positif.
Sinar matahari, hal yang paling alamiah sebagai makhluk hidup, sinar matahari sangatlah kita butuhkan, selain darinya kita dapat mengkonsumsi vitamin D secara alami.
Kenali diri, tidak jauh berbeda dengan rasa syukur, karena mengetahui kapasitas diri, bisa dengan meditasi atau bantuan teknologi canggih yaitu tes dna, dengan produk asaren, kamu bisa mengenali dirimu, selengkapnya kamu bisa kunjungi situs resmi https://asaren.ai
Selain dapat melepaskan senyawa kimia yang merusak tubuh, vitamin D bisa meningkatkan mood, tentunya menjalankan hal-hal diatas secara kontinyu akan memberikan efek positif, lakukan tanpa harus merasa bosan.
Bantuan profesional seperti psikolog ataupun psikiater amatlah dibutuhkan dan tidak bisa dibantah lagi kehadirannya, pastikan kamu menghubunginya jika kondisimu sudah terlampau parah, desperate sampai mengalami kecenderungan menyakiti diri sendiri hingga orang lain.
7 notes
·
View notes
Text
Babling
Ketika kecil, tidak banyak orang yang menunjukkan afeksi ke saya melalui ekpresi ataupun kata-kata. Keluarga saya tidak epkspresif dan cenderung ngerasa awkward kalau menyampaikan rasa sayang lewat kata-kata.
Di luar rumah, saya harus berjuang dengan bullying. Ketika saya membela diri, saya malah dihukum sama guru. Ini membekas sekali di kepala saya. Saya jadi bingung bagaimana harus bereaksi dengan banyak hal. Karena saya ngerasa tiap saya bereaksi, saya semakin salah.
Bagi saya, alur menghadapi bullying itu seharusnya:
kita dibully -> kita lapor ke guru -> guru menindak pembully.
Tapi yang terjadi adalah:
kita dibully -> kita lapor ke guru -> guru tidak menindak tukang bully -> kita melawan -> kita disalahkan.
Ini kayaknya saya masih dendam banget sama masa kecil ~XD Nggak ya teman-teman. Semua sudah selesai. Saya cuma mau cerita perjalanan saya nulis aja.
Kejadian yang nggak nyaman di masa kecil ini mempengaruhi perkembangan saya. Pernah nggak sih kalian ngerasain temen kalian sedang nggak baik-baik aja terus kalian clueless harus ngapain? Selama belasan tahun, saya tuh kayak gitu. Saya sebenarnya cukup peka dengan lingkungan namun saya seringkali tidak tahu bagaimana cara bereaksi. Akhirnya, saya memilih pura-pura untuk tidak tahu. Jadinya, saya kayak tumbuh tanpa empati gitu.
Ketika saya terapi ke psikolog, beliau mengajarkan ke saya untuk mengenali bermacam-macam emosi dan memahami apa penyebabnya. Beliau juga mengajarkan saya untuk menuliskan perasaan-perasaan saya di jurnal. Mengenal banyak emosi membuat saya pelan-pelan berubah. Saya mulai berani mengatakan apa yang saya inginkan ke orang lain. Saya mulai bisa menjawab curhatan teman meskipun awkward di awal. Saya pelan-pelan mulai bisa berteman dengan cara yang wajar. Hhhaa.... jadi kalo misal ada yang nanya gimana cara bereaksi terhadap curhatan? Nggak ada templatenya. Yang penting tuh kamu tulus dan berusaha menempatkan diri di posisi teman kamu. Temen kamu bakal bisa ngerasain ketulusan kamu kok.
Nah soal menulis emosi di jurnal, saya ngerasa life changing banget sih. Meskipun kayak curhat doang, saya jadi ngerasa ada jeda gitu antara trigger dengan reaksi. Semisal saya lagi marah banget. Alih-alih ngebentak orang atau nangis doang gara-gara nggak bisa apa-apa, saya malah jadi diem dulu sambil menulis di kepala tentang apa yang saya rasain, apa pemicunya. Dari situ saya kebayang harus terus tetep marah, nangis atau yaudahlah tinggalin aja ~XD
Nah, saya semakin suka dengan hal-hal berbau ekspresi dan emosi ketika saya menonton drama. Dalam drama, saya menemukan lebih banyak emosi dan reaksi-reaksi atasnya. Saya merasa itu membahagiakan sekali untuk dilihat. Sewaktu saya membaca interview para aktor korea, saya menemukan bahwa ada banyak aktor dan aktris yang sebenarnya introvert namun mereka merasa sangat hidup ketika berakting. Saya dulu mengira bahwa akting hanyalah sekedar membaca dan memperagakan dialog. Ternyata tidak. Dalam berakting, kita juga harus merasakan emosi karakter. Berempati. Kemudian melukiskan emosi tersebut melalui mimik wajah dan gesture tubuh kita
Saya bukan orang yang bisa berakting.
Tapi saya menemukan akting dalam bentuk lain.
Ketika saya menulis cerpen, saya sering memilih sudut pandang pertama. Meskipun kosakata saya tidak banyak dan saya kerap terbata-bata, saya bahagia. Dulu saya mengira bahwa menulis itu sekedar menata diksi. Ternyata tidak. Ketika kita menggunakan sudut pandang orang pertama, kita seperti “berakting” menjadi karakter tersebut. Hanya saja, aktingnya lewat tulisan ~XD
Saya kayak ngerasa hidup saya spark joy lagi gara-gara ini. Kadang-kadang, saya punya impian untuk menjadi scriptwriter. Namun saya menertawakan impian saya sendiri karena saya udah masuk usia 30 tahun dan punya karir yang udah settle. Akhirnya? Yaudah santai aja. Ga usah muluk-muluk. Yang penting nulis dulu. Saya tidak membatasi diri nanti akan menjadi apa, Saya hanya ingin melakukan apa yang saya suka. Saya membaca. Saya menulis. Entah itu menulis kode, menulis cerita, menulis essay atau hanya sekedar menulis curhatan di tumblr seperti pagi ini.
Sebenarnya, saya bukan penulis yang baik.Tulisan saya berserakan di banyak tempat. Nggak tersimpan rapi. Saya belum terlalu aware dengan EYD. Kosakata saya cuma sedikit. Tapi ketika ditanya, apa modal utama kita dalam menulis, saya bisa mengatakan dua hal:
Empati dan perspektif.
Tulisan tanpa empati hanya akan menjadi tulisan yang menghakimi banyak orang. Tulisan tanpa perspektif yang luas hanya akan menjadi lukisan pikiran orang yang egois.
Kadang-kadang, saya menulis untuk mendokumentasikan perspektif saya. Makanya saya lebih suka membaca tulisan saya sendiri karena saya khawatir kalau misalnya perspektifnya sempit, tulisan saya hanya akan melukai orang-orang yang tidak tersentuh oleh perspektif saya.
Seperti apa cara kerja perspektif dan empati itu?
Pekan lalu, saya ngobrol dengan teman saya tentang serial animasi Nussa Rara. Banyak orang yang mengkritik bahwa serial tersebut hanya mewakili kalangan tertentu. Saya ogah berdebat sih perkara ini. Subjektif sekali soalnya. Tapi saya mengutarakan satu hal yang tidak disinggung teman saya.
“Kamu tau nggak kalo Nussa itu pakai kaki buatan?“
“Iya sih. Tapikan tetep aja itu ngajari anak eksklusif“
“Nggak ada karya yang sempurna. Ada karya yang dianggap baik oleh kalangan tertentu tapi dikritik oleh kalangan lain. Dan mestinya itu bukan problem yang besar sih. Karya itu sangat cair dan bisa terus menerus dikembangkan. Silahkan dikritik tapi jangan abaikan sisi baiknya”
Berfokus ke baju kokonya Nussa akan membuat kita melewatkan kaki palsu Nussa. Padahal sebenarnya itu lompatan yang cukup bagus lho.
Pernah mikir nggak, betapa berartinya karakter Nussa bagi orang yang terlahir dengan fisik yang berbeda?
Saya sebenarnya enggan membawa topik ini ke permukaan karena saya juga agak bingung harus melukiskan dengan vibe yang bagaimana wkwk. Orang lain kadang berpikir bahwa orang yang terlahir berbeda harus selalu dikasihani. Sejak dulu, orang-orang yang lahir dengan fisik yang berbeda selalu serba salah menghadapi perasaan ini.
Film Nussa membawa vibe yang berbeda. Mereka membuat karakter yang manusiawi untuk anak difabel. Manusiawi karena memiliki perasaan. Bisa menjadi kakak yang baik. Bisa ngasih nasihat. Bisa merajuk. Kadang bisa nakal juga.
Anak kecil itu belajar lewat apa yang mereka lihat. Anak kecil yang tidak pernah melihat orang difabel mungkin gugup dan bersikap canggung kalau ketemu teman difabel. Atau kalau nggak gitu, mereka akan curious nanya sementara teman difabelnya malah merasa canggung :D Belum lagi orang dewasa langsung bisik-bisik:
“Pssst....jangan gitu. Kasihan“
Kalau di TV ada banyak representasi yang manusiawi bagi orang-orang yang terlahir dengan fisik berbeda, anak-anak akan dengan mudah menerima orang-orang difabel sebagai teman mereka.
Besar dengan perasaan sadar bahwa kita berbeda dengan orang lain itu berat sekali. Apalagi jika perbedaan tersebut menjadi bahan olok-olok. Atau kita jadi harus terbebani dengan ekspektasi orang lain bahwa:
“Orang yang cacat dari lahir, biasanya akan punya kelebihan di sisi lain“
Padahal ya nggak kayak gitu wkwk. Mereka juga orang biasa. Jahat banget kalau kita nggak menyediakan fasilitas tapi malah membebani dengan macam-macam ekspektasi.
Saya bersyukur punya orang tua yang menyayangi saya tanpa syarat. Saya nggak kebayang kalau orang tua saya juga ikut membeda-bedakan saya atau memandang saya dengan rasa kasihan.
Tidak banyak serial yang menjadikan orang-orang dengan fisik berbeda sebagai tokoh yang manusiawi. Sejauh ini, yang saya temui masih Tyrion Lannister di Game of Thrones, JJ. Dimeo di Speechless, dan Nussa di Nussa Rara.
Sewaktu pertama kali nonton Game of Thrones, saya seneng banget sih. Selama ini, orang-orang dengan dwarfism selalu menjadi bahan olok-olok di TV. Akhirnya, kita kadang membayangkan bahwa orang dengan dwarfism itu selalu lucu dan nggak marah ketika diolok-olok. Tyrion Lannister merubah pandangan penonton Game of Thrones.
Ketika terlahir dengan fisik yang berbeda, saya tidak pernah berharap menjadi spesial. Begitupun ketika membuat atau menonton cerita. Saya selalu membayangkan bahwa kita tidak perlu terlalu membebankan banyak sifat baik nan spesial ke karakter. Cukup menjadi manusia biasa aja. Bukan superhero.
Sewaktu kecil, saya sangat menghindari pujian. Saya tidak bahagia dengan itu. Apa artinya pujian kalau kita tidak bisa membaur dengan orang lain. Bagi saya, menjadi manusia biasa yang bisa menyapa banyak orang dengan hangat jauh lebih menyenangkan daripada menjadi superhero yang berdiri di podium dan melihat orang lain ada jauh di bawah panggung.
Ketika orang lain mengajarkan saya untuk balas dendam positif alias berusaha lebih baik dari orang yang ngebully, saya justeru berharap bisa hidup di dunia tanpa bullying sehingga saya bisa menjalani hari-hari dengan normal. Bersekolah dengan normal. Makan siang dengan normal. Motivasi saya ke PTN dulu sebenarnya cuma itu. Urusan cita-cita ingin menjadi apa, itu bisa dipikir nanti.
Makanya pas Bapak saya bilang bahwa kalo saya jadi jurnalis, saya akan jarang di rumah. Saya bisa langsung belok ambil jurusan teknik di Surabaya. Yang penting saya dapat kampus yang bagus dan bisa bertemu dengan teman-teman yang baik.
Panjang banget ya ceritanya ~XD
Anyway saya terlahir dengan fisik yang berbeda namun seluruh organ tubuh saya berfungsi dengan baik sehingga saya bisa kemana-mana dengan nyaman tanpa fasilitas tambahan apapun. Kalau orang yang seperti saya aja mengalami kesulitan menyesuaikan diri dengan dunia luar sewaktu kecil, apalagi orang-orang yang beneran difabel sampai terbatas mobilitasnya.
Kadang-kadang saya pengen membuat karakter kartun tuna daksa yang ceria tapi jadi ribet banget kalo kemana-mana sampai kemudian anak kecil pada nanya ke ortunya:
“Kenapa sih nggak ada kendaraan umum atau bangunan yang friendly untuk mereka?“
Kalau teman-teman nyari data di internet, difabel itu banyak banget. Kok bisa nggak kelihatan di ruang publik? Ya karena ruang publik kita nggak ramah buat mereka.
So, kalau kita tidak mampu membantu mereka menyediakan sarana dan prasarana, mungkin kita bisa membantu dengan menunjukkan keberadaan mereka lewat cerita. Nussa bagi saya adalah awalan. Saya berharap setelahnya, representasi difabel yang manusiawi akan lebih banyak lagi.
Oke. Semoga dari sini kebayang tentang perspektif dan empati yak. Kalau kita tidak membawa itu dalam menulis, bisa jadi tokoh difabel dalam cerita ya ga bakal jauh-jauh dari bahan bercandaan atau superhero yang ga manusiawi banget.
Jadi, kalau kita ingin menjadi penulis, yang perlu kita perkaya bukan cuma diksi. Tapi juga perspektif dan empati.
Tumblr dari dulu adalah tempat saya berlatih dan mendokumentasikan perspektif-perspektif saya. Kadang saya private kalau terlalu sensitif. Kadang saya share ke publik kalau memang ramah buat dibaca banyak orang. Meskipun nggak menutup kemungkinan juga kalo misal ada yang nggak suka. Jadi kalau misal kalian baca tumblr saya kemudian di dalamnya ada pikiran yang menyinggung, saya mohon maaf :D
Saya tuh sebenarnya introvert tapi cukup outspoken. Tiap kali ada trigger, jari saya akan dengan lincah menulis. Kalau rapat dan ada yang nggak cocok, saya bakal susah menahan diri untuk bicara dan kadang memotong orang lain -_- Kebiasaan ini lagi saya latih biar berkurang. Huhu nggak sopan soalnya.
Menjadi outspoken kalau nggak dilatih tuh bahaya. Soalnya kita gampang banget terpicu alias triggered. Kita bisa menjadi orang yang terlalu banyak berbicara tapi kata-kata kita nggak ada esensinya dan bahkan menyakiti orang lain. Makanya, kita selalu butuh rem. Kekayaan perspektif mengajarkan kita meluaskan sudut pandang. Empati mengajarkan kita untuk membatasi tentang apa saja yang perlu kita tulis dan apa saja yang tidak.
Dulu,
Saya belajar bahwa menulis adalah tentang keberanian. Selagi kamu benar, sampaikan kebenaran tersebut meskipun pahit.
Hari ini,
Saya lebih suka untuk memaknai kegiatan menulis hanya sekedar untuk berbagi perspektif dan berusaha memahami perspektif orang lain.
Saya nggak berharap apa yang saya tulis bakal disukai banyak orang. Orang tuh seleranya beda-beda. Jadi kita nggak bisa maksa memenuhi ekspektasi banyak orang. Tapi saya berusaha agar tulisan di halaman ini nggak nyelekit ke banyak orang.
Di dunia ini, ada banyak orang yang menjalani hidup dengan berat. Tentunya akan menyenangkan bila tulisan kita bukan menjadi hakim tapi menjadi teman bicara mereka saat mereka berisitrahat.
Saya sendiri percaya bahwa kebenaran mutlak itu ada. Tapi manusia kadang punya keterbatasan untuk menjangkaunya secara langsung. Kita terus berproses untuk mendekatinya perlahan. Kita tidak pernah tahu apakah kita bisa benar-benar menggenggamnya dengan erat, kelak. Kebaikan Allah yang memberi kita perlindungan di akhirat kelak.
Cukup berdoa sama Allah biar diberikan hari-hari yang baik sehingga hati kita tenang dan bisa mempelajari banyak hal yang mendekatkan diri kita pada kebenaran.
:)
58 notes
·
View notes
Text
Penanganan dalam memulihkan sesuatu yang hilang dalam diri (trauma terhadap kehilangan)
Setiap manusia pernah dan akan merasakan kehilangan, baik itu kehilangan orang tua, sahabat, kerabat, dan hewan peliharaan.
Namun tidak semua orang mampu mengatasi kesedihan dalam dirinya, dan pada akhirnya mereka merasa hampa seperti ada sesuatu yang hilang dalam diri mereka. Oleh sebab itu muncullah gejala emosional yang mengindikasikan gangguan mental.
Ibarat berjalan dengan tulang tulang yang patah, seseorang dengan trauma akan kehilangan akan merasa bahwa hidup mereka sangat hampa, mereka berkali kali mencari sesuatu yang mampu membuat mereka bertahan. Maka dari itu, seseorang dengan trauma akan kehilangan harus mampu menangani luka luka psikologis nya, baik itu dengan bantuan psikolog ataupun dengan metode metode yang bisa dilakukan sendiri
Seperti metode penangangan memulihkan aspek yang hilang dalam diri berikut ini
1. Berikan waktu untuk diri kamu
Wajar jika pada awalnya kamu tidak langsung menerima atau tidak percaya terhadap kondisi kehilangan atau musibah yang kamu hadapi. Memberikan waktu untuk diri sendiri agar tidak perlu berpura-pura, sedih kalo memang sedih, dan menangis jika ingin menangis, tidak perlu terlihat tegar
2. Luapkanlah perasaan
Mungkin kamu adalah orang yang tertutup dan enggan mengungkapkan kesedihan. Namun, agar bisa pulih dengan lebih cepat, hindari menyembunyikan perasaan terlalu lama. Memendam perasaan dan berpura-pura tegar bukanlah cara yang efektif untuk mengatasi sedih karena kehilangan. Malah hanya akan membuat kamu semakin terluka.
Oleh karena itu, jujurlah pada perasaan kamu dan luapkanlah dalam tangisan atau mungkin amarah. Menangis dapat bermanfaat bagi fisik dan mental karena membantu melegakan hati dan perasaan.
3. Ekspresikan perasaan kamu dengan cara yang kreatif
Cobalah luapkan rasa sedih kamu dengan berkarya. Selain dapat membantu mengatasi duka cita, hal ini juga dapat mengabadikan kenangan kamu dengan orang yang terkasih. Jika kamu suka menulis, tuliskan pengalaman kehilangan itu dalam sebuah jurnal atau surat. Kamu dapat mengenang kegiatan atau perkataan orang terkasih di dalam catatan tersebut.
Bisa juga kamu coba cara lain seperti melukis atau menggambar wajah orang tersebut, membingkai benda favoritnya, atau menciptakan lagu tentangnya. Kamu juga bisa mencoba cara sederhana seperti menyimpan fotonya dalam liontin atau bingkai kemudian ditaruh di meja kerja. Sehingga kamu dapat merasa orang tersebut masih selalu bersama kamu sehari-hari.
4. Jagalah kesehatan fisik kamu
Hermioni N. Lokko dari Massachusetts General Hospital mengatakan bahwa emosi erat kaitannya dengan fungsi neurologi atau saraf seseorang. Kondisi fisik dan emosi dapat saling mempengaruhi. Ketika berada dalam kondisi fisik yang baik, kamu akan merasa lebih baik secara emosional.
Seperti kata pepatah “mens sana in corpore sano” yang artinya dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Menjaga kesehatan fisik dapat menguatkan jiwa dan membantu kamu mengatasi sedih karena kehilangan.
Oleh karena itu, lakukanlah pola hidup sehat seperti tidur yang cukup, makan dengan benar, dan berolahraga. Aktivitas yang sehat dapat membantu Anda menjalani hidup dengan lebih baik.
5. Cari dukungan dari keluarga dan teman
Rasa sedih akan semakin menjadi-jadi jika kamu menghadapinya seorang diri. Untuk mengatasi duka cita, mintalah dukungan dari orang-orang terdekat kamu seperti keluarga dan teman.
Percayalah bahwa orang-orang di sekitar kamu akan merasa dihargai jika dimintai bantuan. Beri tahu mereka apa yang kamu butuhkan. Keluarga dan teman setia akan menjadi pendukung terbesar kamu, mungkin menyediakan bahu untuk menangis atau membantu mengatur pemakaman.
6. Bergabung dengan komunitas
Rasa duka bisa membuat kamu merasa sangat kesepian. Jika kehadiran keluarga dan teman belum cukup untuk mengatasi rasa sedih karena kehilangan, cobalah bergabung dengan komunitas tertentu.
Kamu bisa menghubungi rumah sakit setempat, penampungan, rumah duka, dan pusat konseling untuk mencari dukungan di daerah kamu. Di sisi lain, membantu orang lain memiliki manfaat tambahan untuk membuat kamu merasa lebih baik. Ini adalah fakta bahwa berbagi cerita dapat membantu setiap orang.
Dalam kasus rasa duka yang sangat parah, kamu mungkin membutuhkan konseling dengan psikolog atau ahli kesehatan mental.
7. Lakukan kegiatan baru yang menyenangkan
Cara lain yang bisa kamu coba untuk mengatasi duka karena kehilangan adalah dengan mencoba kegiatan baru. Dengan begitu pikiranmu dapat teralihkan dan tidak larut dalam duka cita berkepanjangan.
Kamu bisa mencoba kegiatan yang menyenangkan untuk melepas stres dan rasa sedih seperti berkemah, traveling, berkebun, memasak, dan lain-lain. Kamu juga bisa mencoba kegiatan baru yang bersifat rutin seperti mengikuti kursus memasak, melanjutkan sekolah, belajar fotografi, memulai bisnis, dan lain sebagainya.
(Sumber : Buku "pertolongan pertama pada emosi anda" by Guy Winch, Ph.D., dan halodoc.com)
#psychology#trauma#sharing#self reminder#note to self#writing#journal#sharingkita#menulis#tulisan#catatan#renungan#salmalaode
4 notes
·
View notes
Text
Belajarnya pembelajar
Beberapa hari lalu Hamidah share di story instagram sesuatu yang rasanya simpel dan ngga untuk dibuat pusing. Tapi ternyata, ehm.. apapun yang kita lakukan didunia digital ini pasti memiliki efek ya entah kita sadar ataupun tidak, dan.. kita bertanggungjawab sepenuhnya akan hal-hal yang kita posting tersebut.
Jadi singkatnya, Hamidah share story IG sebuah foto sikat gigi bayi dengan caption kurang lebih begini “Jadi inget pas magang di Rumah Autis, ini adalah salah satu alat bantu untuk anak dengan down syndrome dan speech delay”
Beberapa menit selanjutnya ada balasan dari orang yang sangat dekat dengan Hamidah, kami masih keluarga, masih berhubungan darah, bahkan. Kurang lebih seperti ini “ wah kaya hadiah yang pernah dikasih untuk anak ku ya” dan percakapan yang berujung pada “iya tapi alhamdulillahnya anakku ngga speech delay, dan semoga adik-adiknya pun Allah jaga dan lahir dengan sempurna”. Intinya percakapan yang merujuk bahwa aku, atau salah satu dari keluarga inti ku pernah membeli kado yang ditujukan untuk anaknya dan kado itu khusus untuk ABK.
Pleasee ya Rabbb. Rasanya amburadul banget pas bacanya. Antara males nanggepin tapi merasa bahwa itu adalah suatu kewajiban (dari apa yang Hamidah tulis sebelumnya diatas), kewajiban sebagai ilmuwan psikologi/orang yang paham, dan juga kewajiban sebagai saudara :) banyak dan panjang banget bukkan jalan pikiran hamidah alias ribed :)
But it’s even worse, karena anda sedang berbicara dengan seorang kakak dari anak ABK. Harus memahamkan hal yang aneh banget, tapi banyak orang diluar sana yang memang seperti itu jalan pikirnya. Sibuk dengan pikirannya sendiri dan menyimpulkan sendiri kemudian marah-marah tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Haha
Sikat gigi bayi, jelas kegunaan aslinya adalah untuk bayi. Gue yakin banget kalo di internet dan jurnal-jurnal akan banyak banget pembahasannya tapi males aja searching dan jelasinnya, wasting time.
Digunakan oleh para ABK yang memiliki hambatan verbal, ya hanya sebagai alat bantu aja maliihh.. yang dengan itu bisa merangsang otot dan syarafnya agar direnggangkan dan pada akhirnya bisa lebih mudah melafalkan kata-kata. Bukan akhirnya langsung menarik kesimpulan bahwa sikat gigi bayi=untuk para anak berkebuutuhan khusus.
Sepertinya kata-kata educate urself sebelum apapun perlu di kampanyekan penggunaannya secara aktif ya, bukan hanya viral edukat eduket tapi tetep aja ngga berubah-berubah :)
Hamidah mode dumel
Bekasi, 14/6/2021
3 notes
·
View notes
Note
Assalamu 'alaikum, kak Yasir. Sy telah melakukan tindakan dan mengambil bbrp keputusan yg ternyata salah, dlm hidup sy selama 2 th terakhir menjalani pendidikan S2. Akhirnya sy jadi yg paling lambat progresnya dibanding tman kelas yg lain. Pdhl dulu, sy termasuk aktif di kelas. Sy minder banget dan merasa gagal krn blm mulai tesis smpai skrg. Perasaan ini malah bikin sy berusaha mencari pengalihan shingga progres sy tetap melambat. Mohon saran dan nasihatnya, kak. Trimakasih.
Wa’alaykumussalam Wr Wb.Maaf banget–kalau kamu masih baca blog ini, saya baru jawab sekarang. Ini pertanyaan udah lama banget. Mungkin kamu udah selesaikan S2 kamu saat ini.
Saya ingin berpendapat tentang ini karena barangkali ada temen-temen lain yang sekarang situasinya mirip dengan situasi kamu saat itu.
Apa yang kamu alamin sedikit banyak juga saya rasain meski dalam konteks dan kadar yang berbeda. Kalau saya konteksnya adalah karir. Saya akan berbagi hal yang saya lakukan yang kira-kira relevan untuk menghadapi situasi itu.
Pertama, berangkat dari kepercayaan bahwa kita ini ga buruk, ga bodoh. Kita perlu sadar bahwa kita punya kekuatan. Kalau bisa, coba telusuri bukti-bukti di masa lalu bahwa kita ini orang yang keren, prestatif, cerdas, atau atribut positif lainnya.
Hanya saja, situasi sekarang ga mendukung kita untuk menjadi versi terbaik diri kita. Entah itu karena keputusan-keputusan yang kita ambil maupun karena faktor eksternal.
Bukan mengajarkan untuk punya mental playing victim ya, cuma menurut saya sah jika kita ngerasa ada hal-hal di luar diri kita yang memengaruhi pikiran dan mental kita sehingga entah bagaimana kita jadi ga optimal. Justru, ini perlu kita identifikasi supaya kita ngerti apa yang terjadi.
Kedua, menurut saya ya, dalam situasi kayak gini kita perlu mengumpulkan banyak energi mental dan mengurangi saluran-saluran yang mengurasnya. Misalnya, kalau dengan break satu pekan kamu bisa ngerasa ke-recharge, so be it. Kalau dengan interaksi sama temen-temen kamu ngerasa terkuras, bilang aja bahwa kamu lagi perlu sendiri dan kurangi interaksi sama mereka.
Sesuatu yang sangat boleh menjadi egois ketika kondisi mental kita kurang sehat. Ini advice yang saya dapat waktu saya konsultasi ke psikolog.
Ketiga, kita perlu lingkungan yang suportif. Diantara cara menciptakannya ya kita mesti cerita situasi kita, ketakutan kita, ke orang-orang yang berurusan sama kita. Supervisor, peer, keluarga, dll. Ini berguna untuk menetapkan ekspektasi dari orang lain kepada diri kita, menghilangkan sebagian beban untuk tampil “sempurna” di mata mereka, sebagai bonus barangkali mendapatkan dukungan moral dari mereka.
Keempat, bikin milestone-milestone kecil dan belajar mengapresiasi diri kita sendiri. Coba bikin jurnal harian di mana kita mengapresiasi hal-hal positif yang terjadi hari itu. Ini membantu mengarahkan pikiran kita untuk fokus pada hal baik dan ngga tenggelam dengan pikiran negatif, karena seringkali kita tuh di mata orang baik-baik aja, tapi kita sendiri secara mental “memukuli” diri kita sendiri habis-habisan.
Dari situ, semoga bola salju positivitas bisa bergulir, makin besar dan makin kuat sehingga mengantarkan kamu kembali ke performa terbaik kamu.
126 notes
·
View notes