Tumgik
#Jejak-jejak di Tepi Sungai
mariafraniayu · 6 months
Text
Jejak-jejak di Tepi Sungai: Sebuah Cerita di Balik Layar
Saya menerbitkan satu buku lagi! Sebenarnya, buku selanjutnya ini sudah terbit beberapa waktu yang lalu. Namun, perlu waktu yang cukup lama untuk memproses pikiran dan perasaan yang muncul ketika buku ini berhasil lahir dan siap dilumat pembaca. Buku yang saya terbitkan kali ini berjudul, “Jejak-jejak di Tepi Sungai (Kumpulan Catatan-catatan Perjalanan untuk memahami Diri Selepas Pergi)”. Buku…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
lelihdyt · 2 years
Text
Masih Jelas Berjejak
Pada perkara yang telah diputuskan bersama beserta tapak kaki yang telah kita pilih akan melangkah kearah mana, kau tau, tak ku temukan celah kosong untuk menatap sesuatu tanpa jejak.
Ganjil yang sempat menggenap memberi segebung cerita dan kini ia melahirkan bayang-bayang yang sulit untuk ditepis.
Sungguh, tak bisa ku pungkiri waktu berjalan pun tak juga menyurutkan daya ingatku, bahkan meski hanya sebesar noktah yang pernah terpaut disana.
Bahkan kali ini, aku terpaku pada ingatan tentang bagaimana seseorang bisa sedemikian rupanya bersedia menanggalkan dirinya sendiri demi perubahan yang diinginkan orang lain.
Tidak, kali ini aku bukan sedang mengingatnya, tapi lagi-lagi semua itu terbesit di ingatan tanpa bisa ku tepis. Ya, hari-hari berlalu bukannya membuatku semakin melupa namun malah sebaliknya, sebab ternyata, tak pernah ada yang hilang semenjak hari itu, karena ia masih ada disana, di ruangan yang penuh kasih sayang, di jatung hati.
Hai, hari ini ingin ku sampaikan dan ku beritahu, bahwa sampai detik ini semua tentangmu masih lekat bersamaku, bersama rasa yang sempat ku bangun dengan susah payah, kau tau semuanya meninggalkan jejak, bahkan terhadap hal-hal kecil yang dahulu mungkin hanya sekilas.
Hari-hari berlalu, tapi tak satupun cerita yang sudah sukses terluput dari ingatanku. Aku terus berupaya, tapi biarkan ia mengalir seperti arus air di sungai, tanpa dipaksa untuk dibendung, sebab kelak arus itu akan tau kemana ia akan bermuara.
Bersama pijakan-pijakan yang sedang ku buat kokoh, aku percaya suatu saat nanti kita akan berdamai, terutama aku, berdamai dengan segala cerita dan rasa yang sempat terbentuk, berdamai bersama keputusan-keputusan yang sudah kita yakini dapat memberikan kebaikan.
Hilang dan lupa bukan wewenangku, maka itu tak akan pernah ku paksa, sejatinya aku hanya sedang menikmati prosesku sebelum akhirnya terbiasa.
Bekasi, 12 Januari 2023. Pukul 17:37. Ditulis bersama rasa yang belum berubah.
14 notes · View notes
wisatakotajakarta · 2 months
Text
Menelusuri Jejak Sejarah di Menara Syahbandar Museum Bahari
Menelusuri Jejak Sejarah di Menara Syahbandar Museum Bahari
Museum Bahari Jakarta yakni salah satu jejak peninggalan sejarah maritim Indonesia yang kaya. Terletak di kawasan pelabuhan tua Sunda Kelapa, museum ini menaruh jenis artefak dan kabar yang mencerminkan sejarah panjang perdagangan dan pelautan di Nusantara. Berdiri di tengah bangunan bersejarah dari masa kolonial Belanda, Museum Bahari memberikan wacana mendalam seputar peran laut dalam menyusun perekonomian dan adat istiadat Indonesia.
Museum ini bukan cuma tempat penyimpanan benda-benda maritim, melainkan juga sentra pelajaran sejarah bagi masyarakat biasa. Mengunjungi Museum Bahari tidak cuma membawa kita memandang masa lalu melewati koleksi artifak, tetapi juga memahami bagaimana laut dan perdagangan maritim menjadi identitas penting bagi bangsa Indonesia. Artikel ini akan membahas sejarah dan perkembangan Museum Bahari Jakarta, mulai dari awal pendirian sampai keadaan dikala ini.
Sejarah Awal
Sejarah Museum Bahari Jakarta berawal dari era kolonial Belanda, dikala wilayah ini diaplikasikan sebagai gudang penyimpanan oleh Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) atau Perusahaan Hindia Timur Belanda pada abad ke-17. Gudang-gudang ini dirancang untuk menyimpan beraneka komoditi penting seperti rempah-rempah, kain, teh, dan kopi sebelum diekspor ke pelabuhan-pelabuhan di Asia dan Eropa. Terletak di dekat Sungai Ciliwung, gudang-gudang ini menjadi bagian penting dari rantai pasokan global.
Bangunan museum saat ini terdiri dari dua kategori gudang, merupakan gudang di tepi barat dan timur Sungai Ciliwung. Gudang-gudang di tepi barat yang adalah komponen dari rumit VOC sekarang diaplikasikan sebagai Museum Bahari. Dibangun dengan gaya arsitektur Belanda, gudang ini memiliki langit-langit tinggi dan ruang yang luas, mencerminkan kebutuhan akan penyimpanan yang aman dan efisien.
Seperti banyak bangunan tua lainnya di Jakarta, gudang-gudang ini sudah mengalami sejumlah renovasi sepanjang abad ke-17 dan ke-18 untuk menyesuaikan dengan meningkatnya volume barang yang masuk dan keluar dari Jakarta. Renovasi ini termasuk penambahan ruang penyimpanan, koreksi infrastruktur, dan adaptasi kepada kebutuhan logistik modern pada masa itu.
Pengaplikasian Selama Jangka Perang
Pada mulanya, gudang-gudang VOC di kawasan Sunda Kelapa betul-betul penting untuk pengepakan rempah-rempah, kain, teh, dan kopi yang kemudian diekspor ke beragam belahan dunia. Pengelolaan VOC berakhir pada akhir abad ke-18, dan wilayah tersebut mengalami bermacam-macam perubahan fungsi dan keadaan selama periode selanjutnya.
Selama Perang Dunia II, ketika Indonesia berada di bawah pendudukan Jepang, gudang-gudang ini diambil alih dan digunakan oleh militer Jepang sebagai daerah penyimpanan logistik. Pengaplikasian oleh Jepang menandai masa susah di mana banyak infrastruktur mengalami kerusakan pengaruh perang brutal dan perubahan kebijakan ekonomi yang drastis.
Setelah Indonesia meraih kemerdekaan pada tahun 1945, bangunan-bangunan ini mengalami masa transisi kepemilikan. Pemerintah Indonesia mengambil kendali atas banyak properti yang dulunya dimiliki oleh penjajah, termasuk gudang-gudang di wilayah Sunda Kelapa. Selama permulaan kemerdekaan, tempat ini diterapkan oleh beragam lembaga negara untuk penyimpanan sampai walhasil pada tahun 1970-an, ada inisiatif untuk melestarikan bangunan bersejarah ini.
Lewat restorasi yang jitu dan pengolahan ulang fungsi, tiga dari empat bangunan gudang dipakai sebagai Museum Bahari semenjak tahun 1977. Transformasi ini menandai kebangkitan kembali wilayah hal yang demikian sebagai laman bersejarah yang bukan hanya merepresentasikan masa lalu maritim Indonesia, tapi juga menjadi sentra edukasi tradisi dan sejarah bagi generasi akan datang.
Perkembangan dan Renovasi
Transformasi gudang-gudang bersejarah ini menjadi Museum Bahari tak terjadi dalam semalam. Pada tahun 1970-an, pemerintah Indonesia menyadari skor sejarah luar biasa yang dimiliki oleh bangunan ini dan memulai proyek restorasi besar-besaran. Proyek ini bertujuan tak cuma untuk memulihkan kondisi jasmaniah bangunan tetapi juga untuk menyiapkan fungsinya sebagai museum yang mampu menjelaskan kekayaan sejarah maritim Indonesia.
Renovasi pertama terjadi pada tahun 1976 dengan proyek restorasi besar yang melibatkan koreksi struktural dan keindahan bangunan. Karakteristik arsitektur kolonial Belanda dipertahankan dengan sungguh-sungguh baik, termasuk langit-langit tinggi, balok kayu besar, dan jendela-jendela besar yang memungkinkan peredaran udara alami. Renovasi ini penting untuk menentukan bahwa bangunan bisa bertahan lama dan konsisten aman bagi pengunjung.
Pada tanggal 7 Juli 1977, bangunan ini legal dibuka sebagai Museum Bahari. Pembukaan ini menandai awal baru bagi bangunan tua ini, yang sekarang tidak cuma menjadi ikon sejarah namun juga tempat pembelajaran dan penelitian seputar warisan maritim Indonesia. Tiap-tiap bagian dari museum ini dirancang untuk memberikan pandangan mendalam seputar pelbagai aspek maritim, dari teknologi navigasi hingga budaya dan kehidupan pelaut.
Semenjak pembukaannya, Museum Bahari sudah mengalami sebagian fase pembetulan dan peningkatan fasilitas. Ini termasuk penambahan galeri baru, peningkatan mutu pameran, dan pembaruan berita untuk memutuskan pengalaman pengunjung yang lebih baik. Renovasi terus-menerus ini mencerminkan janji untuk menjaga dan memelihara sejarah maritim yang penting bagi identitas bangsa.
Koleksi dan Pameran Utama
Museum Bahari Jakarta merupakan rumah bagi koleksi yang luar umum yang memberikan ilustrasi menyeluruh seputar sejarah maritim Indonesia. Salah satu energi tarik utama museum ini yaitu koleksi replika dan contoh kapal tradisional dari pelbagai tempat di Nusantara. Pengunjung bisa melihat replika kapal pinisi yang terkenal dari Bugis, kapal perang kora-kora dari Maluku, dan kapal kayu dari era Majapahit yang menurut relief di Candi Panataran.
Selain replika kapal, museum ini juga menampilkan beraneka alat navigasi yang digunakan oleh pelaut Indonesia pada masa lalu. Alat-alat seperti sextant yang dipakai untuk navigasi astronomi, alat penunjuk arah tradisional, dan peta angkatan laut Indonesia dari beraneka jangka waktu sejarah dipamerkan dengan rapi. Pameran ini tak hanya menampilkan teknologi navigasi melainkan juga mengilustrasikan kemajuan maritim yang sudah dicapai oleh bangsa Indonesia semenjak zaman dulu.
Galeri foto dan dokumentasi maritim juga menjadi komponen penting dari koleksi museum. Pengunjung dapat memandang foto-foto unik yang membuktikan kehidupan pelaut, pelabuhan, dan kapal dari bermacam-macam era. Salah satu pameran yang menarik ialah koleksi foto dari zaman kolonial yang menonjolkan kegiatan di pelabuhan Sunda Kelapa dan cara kerja bongkar muat barang dagangan.
Museum Bahari juga menunjukkan pameran ekologi maritim yang menandakan keanekaragaman hayati laut Indonesia. Pameran ini meliputi display flora dan fauna maritim, termasuk koleksi unik seperti kerang raksasa, ikan yang diawetkan, dan beragam spesimen laut lainnya. Edukasi perihal konservasi laut juga menjadi bagian integral dari pameran ini, yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga ekosistem laut.
Tidak hanya itu, museum ini juga memamerkan seni dan kebiasaan maritim seperti peralatan memancing tradisional, seni ukir perahu, dan alat-alat yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat pesisir. Koleksi ini memberikan wawasan tentang bagaimana laut sudah membentuk budaya dan kehidupan sosial masyarakat di pelbagai wilayah Indonesia.
Dengan seperti itu banyaknya koleksi yang dipamerkan, Museum Bahari Jakarta memberikan pengalaman yang kaya dan mendalam bagi pengunjung yang berharap memahami lebih jauh perihal sejarah dan kultur maritim Indonesia.
Tragedi Kebakaran Tahun 2018
Pada tanggal 16 Januari 2018, Museum Bahari mengalami tragedi yang menghancurkan, yakni kebakaran besar yang menghanguskan beberapa besar rumit museum dan barang-barang koleksinya. Kebakaran ini terjadi pada pagi hari dan dengan pesat menyebar ke seluruh komponen gedung yang terpenting terbuat dari kayu, akibat korsleting listrik.
Akibat dari kebakaran ini betul-betul besar, baik dari segi lahiriah ataupun mental. Sejumlah besar artefak bersejarah yang bernilai tinggi hilang dalam kebakaran tersebut, termasuk sebagian koleksi replika kapal dan artefak maritim lainnya. Selain itu, beberapa komponen dari struktur bangunan yang berusia ratusan tahun juga rusak parah.
Menyusul kebakaran hal yang demikian, ada upaya keras untuk menyelamatkan dan mengamankan barang-barang koleksi yang tersisa. Regu penyelamatan bekerja tanpa henti untuk memulihkan apa yang dapat diselamatkan dari reruntuhan. Barang-barang yang sukses dievakuasi kemudian dibawa ke daerah yang lebih aman untuk diperbaiki dan direstorasi bila memungkinkan.
Kebakaran ini membawa perhatian besar dari masyarakat dan pemerintah, mengingat pentingnya Museum Bahari sebagai pusat sejarah maritim dan warisan budaya. Setelah insiden hal yang demikian, ada dorongan untuk meningkatkan standar keamanan dan pemeliharaan untuk mencegah kejadian serupa di masa akan datang. Pemerintah dan berjenis-jenis institusi kebiasaan bekerja sama untuk merencanakan restorasi dan pemulihan museum, dengan tujuan mengembalikan kejayaannya sebagai salah satu ikon bersejarah Jakarta.
Pengunjung yang datang sesudah kebakaran masih dapat melihat sebagian koleksi yang berhasil diselamatkan dan dipamerkan kembali. Walaupun pengaruh kebakaran masih terasa, upaya pemulihan terus dikerjakan, dan museum konsisten membuka pintunya bagi publik sebagai daerah pelajaran dan refleksi seputar kekayaan maritim Indonesia.
Insiden kebakaran ini menjadi pengingat akan pentingnya konservasi dan perlindungan kepada situs-website bersejarah, serta pentingnya mendukung upaya pemulihan supaya Museum Bahari bisa terus menginspirasi generasi akan datang.
Signifikansi Ekonomi dan Istiadat
Museum Bahari Jakarta tak cuma mempunyai nilai sejarah yang mendalam, tetapi juga memainkan peran penting dalam ekonomi dan adat istiadat Indonesia dikala ini. Sebagai pusat edukasi dan liburan, museum ini menarik ribuan pengunjung tiap-tiap tahunnya, bagus lokal ataupun mancanegara. Dengan demikian, Museum Bahari berkontribusi signifikan pada sektor pariwisata Jakarta dan memperkuat citra kota sebagai destinasi liburan bersejarah.
Aktivitas ekonomi, museum ini memberikan pengaruh positif dengan mewujudkan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar, bagus dalam bidang pariwisata, pemeliharaan bangunan, ataupun edukasi. Kecuali seperti tur pemandu, penjualan karcis, dan warung suvenir di sekitar museum ikut mendorong perekonomian lokal. Selain itu, museum ini kerap menggelar pameran, acara kultur, dan seminar yang menarik pengunjung dan pelajar, membangkitkan ketertarikan serta memupuk kesadaran akan sejarah maritim bangsa.
Dari perspektif budaya, Museum Bahari yaitu jendela yang membuka pandangan terhadap kekayaan tradisi maritim Indonesia. Pameran dan koleksi di museum ini membuktikan beragam aspek kehidupan maritim yang tidak hanya berhubungan dengan teknologi dan perdagangan, tetapi juga seni, mitologi, dan kehidupan sehari-hari masyarakat pesisir. Kecuali replika kapal tradisional, alat navigasi kuno, dan artefak maritim lainnya memberikan gambaran komprehensif perihal bagaimana laut telah menjadi bagian integral dari identitas nasional bangsa.
Kecuali itu, museum ini berfungsi sebagai tempat pelestarian tradisi maritim yang sekarang semakin tergerus oleh modernisasi. Dengan menonjolkan pentingnya laut dalam perkembangan ekonomi dan sosial Indonesia sejak masa lampau sampai kini, Museum Bahari mengingatkan masyarakat akan pentingnya menjaga ekosistem laut dan keberlanjutan sumber energi maritim.
Kesadaran akan peran penting laut yang diangkat oleh museum ini juga menginspirasi generasi muda untuk mempelajari sejarah dan kultur maritim lebih dalam. Edukasi melewati pameran interaktif, tur pendidikan, dan program-program komunitas yang diadakan oleh museum betul-betul berharga dalam menyusun pemahaman kritis mengenai pentingnya laut bagi kelangsungan hidup bangsa.
Dalam jangka panjang, Museum Bahari diharapkan terus memainkan peran vital dalam memperkenalkan dan melestarikan kekayaan sejarah maritim Indonesia, sembari menunjang upaya pengembangan pariwisata dan ekonomi kultur yang berkelanjutan.
Fasilitas dan Pengalaman Pengunjung
Museum Bahari Jakarta menawarkan bermacam-macam fasilitas yang dirancang untuk memberikan pengalaman yang menyeluruh dan edukatif bagi pengunjung. Sebagai destinasi liburan bersejarah, museum ini berusaha menetapkan bahwa setiap pengunjung mendapatkan wawasan yang mendalam perihal warisan maritim Indonesia. 
Tetap fasilitas yang tersedia di museum ini meliputi:
1. Galeri Pameran Wisata:
   Galeri ini memperlihatkan koleksi tetap museum, termasuk replika kapal tradisional, alat navigasi, peta angkatan laut, artefak maritim, dan pameran flora dan fauna laut. Pembagian ruang pameran yang sistematis memudahkan pengunjung untuk meniru alur cerita sejarah maritim Indonesia.
2. Pemandu Kios:
   Museum Bahari menyediakan pemandu wisata yang berpengetahuan luas perihal sejarah dan koleksi museum. Pemandu menolong membeberkan setiap pameran dengan rinci dan menjawab pertanyaan pengunjung, sehingga kunjungan menjadi lebih bermakna dan informatif.
3. Fasilitas Edukasi:
   Museum ini menawarkan program edukasi, termasuk tur untuk pelajar, workshop, dan seminar seputar sejarah maritim. Program-program ini dirancang untuk melibatkan pengunjung dari bermacam-macam umur dan latar belakang, serta memupuk atensi pada sejarah dan tradisi maritim.
4. Perpustakaan dan Arsip:
   Perpustakaan di dalam museum menyediakan pelbagai bahan bacaan seputar maritim, sejarah Indonesia, dan penelitian ilmiah. Fasilitas ini sangat berguna bagi peneliti, pelajar, dan siapa saja yang tertarik memperdalam pengetahuan mereka tentang topik maritim.
5. Toko Suvenir:
   Warung ini menjual berbagai suvenir unik yang berkaitan dengan tema maritim, seperti miniatur kapal, buku sejarah, dan barang-barang kerajinan tangan. Toko suvenir menjadi kesempatan bagus bagi pengunjung untuk membawa pulang kenang-kenangan dari Museum Bahari.
6. Rehat Resto dan Minggu:
   Untuk kenyamanan pengunjung, museum juga menyediakan zona rehat komplit dengan kafe yang memperkenalkan berjenis-jenis makanan dan minuman ringan. Pengunjung dapat beristirahat sejenak sebelum melanjutkan eksplorasi di museum.
7. Menara Syahbandar:
   Menara amati ini menyediakan pemandangan menawan ke arah Pelabuhan Sunda Kelapa dan sekitarnya. Dari sini, pengunjung dapat melihat aktivitas di pelabuhan dan menikmati suasana masa lalu saat wilayah ini masih aktif sebagai sentra perdagangan maritim.
Museum Bahari buka dari hari Selasa sampai Ringkasan, pukul 08:00 sampai 16:00. Harga karcis masuk cukup terjangkau dengan kelompok khusus untuk si kecil-buah hati, pelajar, dan dewasa. Untuk menempuh museum, pengunjung dapat menggunakan beraneka sarana transportasi biasa dari sentra Jakarta, termasuk bus, taksi, serta pilihan bepergian yang lebih menarik seperti naik perahu ke pelabuhan terdekat.
Dengan bermacam-macam fasilitas dan koleksi menarik, Museum Bahari Jakarta menawarkan pengalaman yang menyeluruh, edukatif, dan menginspirasi bagi seluruh pengunjungnya.
Lewat
Museum Bahari Jakarta yakni permata terselubung di antara banyak destinasi bersejarah di Jakarta. Melalui koleksi yang kaya dan bermacam-macam, museum ini memberikan pandangan mendalam perihal sejarah maritim Indonesia yang panjang dan berkelok. Bangunan bersejarah yang dulunya dipakai oleh VOC untuk penyimpanan rempah dan komoditas lainnya kini menjadi sentra edukasi dan pelestarian budaya maritim yang penting.
Sejarah panjang museum ini, mulai dari fungsinya sebagai gudang penyimpanan pada masa kolonial Belanda sampai masa pendudukan Jepang selama Perang Dunia II, memperlihatkan betapa signifikan peran kawasan ini dalam ekonomi dan perdagangan global. Transformasi gudang-gudang ini menjadi museum pada tahun 1977 menandai upaya serius untuk menjaga dan memelihara warisan sejarah yang sangat berarti bagi bangsa Indonesia.
Tragedi kebakaran pada tahun 2018 menjadi peristiwa kritis yang mengingatkan kita betapa rentannya warisan adat istiadat dan sejarah kita. , upaya pemulihan yang terus berlangsung, serta dedikasi para pengelola dan pendorong museum, memperlihatkan komitmen kuat untuk melestarikan dan membangun kembali kejayaan Museum Bahari.
Sebagai destinasi tamasya dan edukasi, Museum Bahari mempunyai peran penting dalam pendidikan dan pemberdayaan masyarakat. Fasilitas yang ditawarkan, mulai dari pameran interaktif sampai program edukasi dan perpustakaan, memutuskan museum ini dapat terus menginspirasi generasi mendatang seputar pentingnya sejarah maritim Indonesia. Pengunjung dari bermacam-macam lapisan masyarakat bisa belajar dan menghargai kekayaan adat istiadat maritim yang sudah menyusun identitas bangsa ini.
Pada walhasil, Museum Bahari Jakarta bukan cuma sekadar tempat untuk memandang artefak bersejarah, tetapi juga daerah untuk merenung dan menghargai perjalanan panjang negara ini lewat laut. Museum ini penting dalam menjaga memori kolektif bangsa dan membangkitkan kesadaran akan pentingnya menjaga warisan maritim untuk masa depan yang lebih baik.
Dengan peningkatan dan restorasi berkelanjutan, diinginkan Museum Bahari Jakarta dapat terus menjadi sumber ide dan pengetahuan bagi semua pengunjungnya. Mengunjungi Museum Bahari merupakan pengalaman yang tidak cuma edukatif tetapi juga mengharukan, mengingatkan kita pada masa lalu sembari memberikan keinginan untuk masa depan.
museum bahari jakarta
0 notes
Link
0 notes
summerhasgoneaway · 2 years
Text
Senja di Vienna Woods
Cerpen ini dimuat di Detik pada 17 Maret 2023
Jika aku bisa bertemu kembali denganmu, aku ingin kita bertemu di Vienna Woods.
Meskipun aku tahu, kau tak akan datang, kau telah pergi, jauh meninggalkan Vienna, jauh meninggalkan Austria yang sendu.
Aku selalu ingat ketika kau masih di sini bersamaku. “Ayo kita menari bersama di Vienna,” katamu meniru syair sebuah lagu dari Leonard Cohen. Maka kitapun menari di tepian sungai Triesting layaknya sepasang kekasih di orkestra Opera Ball. Lalu tiba-tiba kau menarik tanganku, mengajakku berjalan lebih jauh. Kita bergandengan tangan melewati gereja Leonardi, menyusuri pohon beech di sekelilingnya dan menuju bukit Schopfl. Sampai akhirnya kita duduk berangkulan di pohon oak, menghadap barat ke bebatuan gunung Alpen menunggu senja tiba.
“Aku mencintaimu sebanyak pohon oak yang ada di Vienna Woods ini,” katamu.
“Aku mencintaimu sepanjang sungai Triesting yang ada di Vienna Woods ini,” balasku.
Sebanyak apapun pohon oak atau berapapun panjang sungai Triesting yang ada di Vienna Woods, aku tahu cinta kita tak akan terukur. Mungkin melebihi jumlah semua pohon yang ada di Vienna. Mungkin melebihi panjang semua sungai yang mengalir di seluruh Austria ini. Bahkan mungkin melebihi semua cerita cinta yang ada di dunia ini.
Pernah suatu hari aku melihat kau berlarian di tepian danau Neusiedler mengejar kupu-kupu. Kau melepas sepatu hak tinggimu dan menaruhnya di dekat sebuah pohon beech. Kau mengangkat sedikit rok terusanmu dengan tangan kirimu sedangkan tangan kananmu mencoba meraih sang kupu-kupu. Jejak kakimu meninggalkan bekas di rerumputan Vienna Woods. Rambut panjangmu tergerai terurai di udara seperti daun-daun pohon oak yang bersemi di bulan Juni.
Senja belum datang tapi kau sudah kelelahan. Kau tak mampu mengejar kupu-kupu tersebut dan beralih memelukku dari belakang yang sedang duduk di tepi sugai.
“Cukup kupu-kupu saja yang terbang jauh, kau jangan,” katamu saat itu.
Aku tidak akan terbang jauh. Aku akan seperti Vienna Woods, tetap diam dan menunggu kau datang.
Seketika aku memikirkan kembali setiap kata-kata yang pernah kau ucapkan itu. Bagaimana aku tahu? Kau pergi dan entah kapan akan kembali. Hingga hari ini aku masih setia menunggumu di Vienna Woods. Bahkan aku mulai melupakan raut wajahmu, rambut hitammu, dan hangatnya genggaman tanganmu.
Namun di Vienna Woods, entah kenapa semua kenangan dengan mudah muncul kembali. Hanya dengan memandang bunga-bunga yang bersemi di sepanjang sungai Triesting, seketika semua ingatan tentangmu muncul kembali. Aku merasa masih bisa melihat jejak kakimu yang tertinggal di rerumputan. Namun jejak kaki itu seolah pergi menjauh. Jauh meninggalkan diriku dan Vienna Woods.
Aku juga masih ingat ketika kita bersenda gurau pada awal musim gugur. Kau tiba-tiba berkata, “aku ingin sekali menikah di gereja Leonardi di Vienna Woods suatu hari nanti. Aku membayangkan seseorang akan berjalan, datang menjemputku dari arah Viennese Basin, menemuiku di pintu gereja Leonardi, memegang tangan kananku, dan mengucap janji di sini.”
Namun jika aku mencermati kembali kata-katamu saat itu, aku sadar kau tidak pernah menyebut namaku. Akupun tidak pernah bertanya, dengan siapa kau akan menikah. Saat itu aku yakin, bahwa dirikulah yang kau bayangkan, dirikulah yang kau rindukan, dirikulah yang akan bersamamu hingga hari tua dan hidup bahagia di Vienna Woods.
Terkadang aku memimpikan kau datang kembali padaku dan berkata, “untuk Vienna Woods dan dirimu, aku kembali.”
Namun aku tahu dan aku selalu meyakinkan diriku lagi kalau kau tidak akan pernah datang kembali. Kau telah pergi. Jauh meninggalkan Vienna, jauh meninggalkan Austria yang sendu.
*
Teng!
Lonceng di gereja Leonardi berdentang. Dari kejauhan, aku melihat seorang gadis bergaun putih berdiri di pintu menghadap ke dalam gereja. Ia memegang seikat bunga di tangan kanannya. Rambut panjangnya terurai menutupi seluruh punggungnya. Gaun putihnya jatuh hingga ke lantai menutupi seluruh kakinya. Ia diam seolah menunggu seseorang. Kekasihnya tentu saja.
Sebuah pernikahan yang kau idamkan, dalam hatiku berkata. Pernikahan di gereja Leonardi di Vienna Woods. Tempat dimana semua kenangan dan impianmu berasal. Hari ini seseorang di sana akan mewujudkannya. Ah, aku berharap itu adalah diriku. Namun tidak mungkin tentu saja. Harus berapa kali lagi aku meyakinkan diriku bahwa kau telah pergi.
Hingga senja tiba, gadis di gereja Leonardi terlihat masih sendiri menunggu kekasihnya tiba. Malam semakin dekat. Burung-burung senja terbang perlahan dari arah Vienesse Basin. Rerumputan di tepi sungai Triesting telah dipenuhi daun-daun yang jatuh dari pohon beech di sekitarnya.
Aku beranjak melihat lagi ke sekeliling Vienna Woods. Aku masih berharap kau datang. Entah sampai kapan. Mungkin selamanya. Seperti gadis di gereja Leonardi yang juga setia menunggu kekasihnya datang dan akan melangsungkan pernikahan yang indah di Vienna Woods.
Tepat pada akhir senja sang gadis menengok ke belakang tepat ke arah diriku dan tersenyum. Sebuah senyuman yang membangkitkan kenangan di Vienna Woods antara kau dan aku.
Aku tidak akan pernah melupakan senyumanmu itu.
klik di sini untuk melihat tautan artikelnya
0 notes
breve-historia · 2 years
Text
Peninggalan Kerajaan Tarumanegara
Peninggalan Kerajaan Tarumanegara
Peninggalan Kerajaan Tarumanegara - Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan bercorak Hindu tertua di nusantara sehabis Kutai. Letak kerajaan ini terletak di tepi Sungai Citarum, Jawa Barat. Pendiri Kerajaan Tarumanegara merupakan Maharesi Jayasingawarman dari India. Kerajaan Tarumanegara berdiri pada abad ke- 4, lebih tepatnya tahun 358 serta menggapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Raja Purnawarman( 395- 434).
Pada periode kekuasaan Purnawarman, rakyat hidup tenteram serta Tarumanegara sukses memahami 48 kerajaan wilayah. Secara universal, daerah kekuasaannya meliputi nyaris segala Jawa Barat. Data ini didapatkan dari sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara semacam Prasasti Kebon Kopi, Prasasti Tugu, serta masih banyak yang lain. Semacam dikenal, Tarumanegara tercantum salah satu kerajaan yang menyisakan banyak peninggalan, baik berbentuk prasasti, patung, sampai candi.
Prasasti Peninggalan Kerajaan Tarumanegara
Prasasti-prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara ditulis memakai huruf Pallawa dengan Bahasa Sanskerta. Dari 7 buah prasasti peninggalan Tarumanegara, 5 antara lain ditemui di Bogor, satu di Jakarta, serta satu lagi di Lebak Banten. Berikut ini 7 prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara.
Prasasti Ciaruteun ataupun Prasasti Ciampea
Pada prasasti yang ditemui di Sungai Ciaruteun ini ada lukisan laba- laba dan telapak kaki Raja Purnawarman, yang diibaratkan kaki Dewa Wisnu. Berikut ini isi Prasasti Ciaruteun." Kedua( jejak) telapak kaki yang semacam( telapak kaki) Wisnu ini milik raja dunia yang gagah berani yang termasyur Purnawarman penguasa Tarumanegara."
Prasasti Jambu (Prasasti Koleangkak)
Prasasti ditemui di puncak Bukit Koleangkak, Desa Pasir Gintung, Kecamatan Leuwiliang. Pada prasasti ini pula berukir sejoli telapak kaki serta diberi penjelasan berupa puisi 2 baris. Berikut ini isi Prasasti Ciaruteun." Yang termasyur dan setia kepada tugasnya yakni raja yang tiada taranya bernama Sri Purnawarman yang memerintah Taruma dan pakaian perisainya tidak bisa ditembus oleh panah musuh- musuhnya; kepunyaannyalah kedua jejak telapak kaki ini, yang senantiasa sukses menghancurkan benteng musuh, yang senantiasa menghadiahkan jamuan kehormatan( kepada mereka yang setia kepadanya), namun ialah duri untuk musuh- musuhnya."
Prasasti Kebon Kopi
Prasasti Kebon Kopi terbuat dekat 400 Meter serta ditemui di perkebunan kopi kepunyaan Jonathan Rig di Ciampea, Bogor. Pada prasasti ini ada foto sisa tapak kaki gajah si raja. Berikut ini isi Prasasti Kebon Kopi." Kedua jejak telapak kaki merupakan jejak kaki gajah yang brilian semacam Airwata milik penguasa Tarumanegara yang jaya serta berkuasa."
Prasasti Tugu
Prasasti Tugu ditemui di wilayah Tugu, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Prasasti ini dipahatkan pada suatu batu bundar panjang serta isinya sangat panjang di antara peninggalan yang lain. Isi Prasasti Tugu melaporkan letak bunda kota Kerajaan Tarumanegara serta menerangkan penggalian Sungai Cabdrabaga oleh Rajadirajaguru serta penggalian saluran( sungai) yang bernama Gomati yang panjangnya 11- 12 kilometer oleh Purnawarman. Penggalian ini dimaksudkan buat menjauhi bencana alam berbentuk banjir serta kekeringan yang terjalin di masa kemarau. Prasasti Cidanghiang (Prasasti Lebak)
Prasasti ini ditemui di Lebak, pinggir Sungai Cidanghiang, Pandeglang, Banten. Isi Prasasti Cidanghiang berbentuk pujian kepada Purnawarman selaku panji segala raja, keberanian, keagungan, serta keperwiraan sebetulnya dari segala raja dunia.
Prasasti Muara Cianten
Prasasti ini awal kali ditemui oleh N. W. Hoepermans pada 1864 di tepi Sungai Cisadane. Berikut ini isi Prasasti Muara Cianten." Ini ciri ucapak Rakryan Juru Pengambat dalam tahun( Saka) kawihaji( 8) panca( 5) pasagi( 4), pemerintahan begara dikembalikan kepada raja Sunda.
Prasasti Pasir Awi
Prasasti yang dipahat pada batu alam ini pula ditemui oleh N. W. Hoepermans pada 1864. Tetapi, lokasinya terletak di kawasan hutan perbukitan Cipamingkis, Kabupaten Bogor. Prasasti Pasir Awi berpahatkan foto dahan dengan ranting serta dedaunan dan buah- buahan( bukan aksara) dan foto sejoli telapak kaki.
Patung peninggalan Kerajaan Tarumanegara
Patung Rajasari
Patung Rajasari tercantum patung tua yang tidak dikenal secara tentu posisi penemuannya yang asli. Tetapi, patung ini diperkirakan ditemui di wilayah Jakarta. Patung Rajasari menggambarkan tentang Raja Purnawarman yang mempunyai watak semacam Dewa Wisnu.
Patung Wisnu Cibuaya I
Patung yang berasal dari abad ke- 7 ini dikira bisa memenuhi prasasti- prasasti peninggalan Purnawarman. Perihal ini meyakinkan terdapatnya aliran seni di Jawa Barat. Patung Wisnu Cibuaya I memiliki persamaan dengan patung yang ditemui di Semenanjung Melayu, Siam, serta Kamboja. Tidak hanya itu, patung ini pula memiliki persamaan dengan langgam seni Pallawa dari India Selatan.
Patung Wisnu Cibuaya II
Patung Wisnu Cibuaya II diyakini berumur sangat tua sebab persamaan yang ditemui dengan patung Seni Pala pada abad ke- 7 serta 8.
Candi peninggalan Kerajaan Tarumanegara
Tidak hanya prasasti serta patung, ada Lingkungan Percandian Batujaya di Karawang, Jawa Barat, yang diperkirakan peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Lingkungan percandian ini terletak di Desa Segaran, Kecamatan Batujaya serta Desa Telukbuyung, Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten Karawang. Di lingkungan ini, ada dekat 62 web candi yang terletak di tengah- tengah sawah serta dekat permukiman penduduk.
0 notes
rakryannusantara · 2 years
Text
Peninggalan Kerajaan Tarumanegara
Peninggalan Kerajaan Tarumanegara
Peninggalan Kerajaan Tarumanegara - Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan bercorak Hindu tertua di nusantara sehabis Kutai. Letak kerajaan ini terletak di tepi Sungai Citarum, Jawa Barat. Pendiri Kerajaan Tarumanegara merupakan Maharesi Jayasingawarman dari India. Kerajaan Tarumanegara berdiri pada abad ke- 4, lebih tepatnya tahun 358 serta menggapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Raja Purnawarman( 395- 434).
Pada periode kekuasaan Raja Purnawarman, rakyat hidup tenteram serta Tarumanegara sukses memahami 48 kerajaan wilayah. Secara universal, daerah kekuasaannya meliputi nyaris segala Jawa Barat. Data ini didapatkan dari sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara semacam Prasasti Kebon Kopi, Prasasti Tugu, serta masih banyak yang lain. Semacam dikenal, Tarumanegara tercantum salah satu kerajaan yang menyisakan banyak peninggalan, baik berbentuk prasasti, patung, sampai candi.
Prasasti Peninggalan Kerajaan Tarumanegara
Prasasti-prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara ditulis memakai huruf Pallawa dengan Bahasa Sanskerta. Dari 7 buah prasasti peninggalan Tarumanegara, 5 antara lain ditemui di Bogor, satu di Jakarta, serta satu lagi di Lebak Banten. Berikut ini 7 prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara.
Prasasti Ciaruteun ataupun Prasasti Ciampea
Pada prasasti yang ditemui di Sungai Ciaruteun ini ada lukisan laba- laba dan telapak kaki Raja Purnawarman, yang diibaratkan kaki Dewa Wisnu. Berikut ini isi Prasasti Ciaruteun." Kedua( jejak) telapak kaki yang semacam( telapak kaki) Wisnu ini milik raja dunia yang gagah berani yang termasyur Purnawarman penguasa Tarumanegara."
Prasasti Jambu (Prasasti Koleangkak)
Prasasti ditemui di puncak Bukit Koleangkak, Desa Pasir Gintung, Kecamatan Leuwiliang. Pada prasasti ini pula berukir sejoli telapak kaki serta diberi penjelasan berupa puisi 2 baris. Berikut ini isi Prasasti Ciaruteun." Yang termasyur dan setia kepada tugasnya yakni raja yang tiada taranya bernama Sri Purnawarman yang memerintah Taruma dan pakaian perisainya tidak bisa ditembus oleh panah musuh- musuhnya; kepunyaannyalah kedua jejak telapak kaki ini, yang senantiasa sukses menghancurkan benteng musuh, yang senantiasa menghadiahkan jamuan kehormatan( kepada mereka yang setia kepadanya), namun ialah duri untuk musuh- musuhnya."
Prasasti Kebon Kopi
Prasasti Kebon Kopi terbuat dekat 400 Meter serta ditemui di perkebunan kopi kepunyaan Jonathan Rig di Ciampea, Bogor. Pada prasasti ini ada foto sisa tapak kaki gajah si raja. Berikut ini isi Prasasti Kebon Kopi." Kedua jejak telapak kaki merupakan jejak kaki gajah yang brilian semacam Airwata milik penguasa Tarumanegara yang jaya serta berkuasa."
Prasasti Tugu
Prasasti Tugu ditemui di wilayah Tugu, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Prasasti ini dipahatkan pada suatu batu bundar panjang serta isinya sangat panjang di antara peninggalan yang lain. Isi Prasasti Tugu melaporkan letak bunda kota Kerajaan Tarumanegara serta menerangkan penggalian Sungai Cabdrabaga oleh Rajadirajaguru serta penggalian saluran( sungai) yang bernama Gomati yang panjangnya 11- 12 kilometer oleh Purnawarman. Penggalian ini dimaksudkan buat menjauhi bencana alam berbentuk banjir serta kekeringan yang terjalin di masa kemarau. Prasasti Cidanghiang (Prasasti Lebak)
Prasasti ini ditemui di Lebak, pinggir Sungai Cidanghiang, Pandeglang, Banten. Isi Prasasti Cidanghiang berbentuk pujian kepada Purnawarman selaku panji segala raja, keberanian, keagungan, serta keperwiraan sebetulnya dari segala raja dunia.
Prasasti Muara Cianten
Prasasti ini awal kali ditemui oleh N. W. Hoepermans pada 1864 di tepi Sungai Cisadane. Berikut ini isi Prasasti Muara Cianten." Ini ciri ucapak Rakryan Juru Pengambat dalam tahun( Saka) kawihaji( 8) panca( 5) pasagi( 4), pemerintahan begara dikembalikan kepada raja Sunda.
Prasasti Pasir Awi
Prasasti yang dipahat pada batu alam ini pula ditemui oleh N. W. Hoepermans pada 1864. Tetapi, lokasinya terletak di kawasan hutan perbukitan Cipamingkis, Kabupaten Bogor. Prasasti Pasir Awi berpahatkan foto dahan dengan ranting serta dedaunan dan buah- buahan( bukan aksara) dan foto sejoli telapak kaki.
Patung peninggalan Kerajaan Tarumanegara
Patung Rajasari
Patung Rajasari tercantum patung tua yang tidak dikenal secara tentu posisi penemuannya yang asli. Tetapi, patung ini diperkirakan ditemui di wilayah Jakarta. Patung Rajasari menggambarkan tentang Raja Purnawarman yang mempunyai watak semacam Dewa Wisnu.
Patung Wisnu Cibuaya I
Patung yang berasal dari abad ke- 7 ini dikira bisa memenuhi prasasti- prasasti peninggalan Purnawarman. Perihal ini meyakinkan terdapatnya aliran seni di Jawa Barat. Patung Wisnu Cibuaya I memiliki persamaan dengan patung yang ditemui di Semenanjung Melayu, Siam, serta Kamboja. Tidak hanya itu, patung ini pula memiliki persamaan dengan langgam seni Pallawa dari India Selatan.
Patung Wisnu Cibuaya II
Patung Wisnu Cibuaya II diyakini berumur sangat tua sebab persamaan yang ditemui dengan patung Seni Pala pada abad ke- 7 serta 8.
Candi peninggalan Kerajaan Tarumanegara
Tidak hanya prasasti serta patung, ada Lingkungan Percandian Batujaya di Karawang, Jawa Barat, yang diperkirakan peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Lingkungan percandian ini terletak di Desa Segaran, Kecamatan Batujaya serta Desa Telukbuyung, Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten Karawang. Di lingkungan ini, ada dekat 62 web candi yang terletak di tengah- tengah sawah serta dekat permukiman penduduk.
Demikianlah penjelasan singkat tentang peninggalan Kerajaan Tarumanegara
0 notes
slythereeen · 4 years
Text
Book Review: Why Man Want Sex and Women Need Love
Pengen liat cowo yang beneran tulus tanpa menilai dari wajahnya. Ada?, - Screenshot twittter @hali_halaa 
Pernah kepikiran gak kenapa si beberapa cowok itu selalu nyari yang cantik parasnya kebanding cantik hatinya (beautiful heart). Padahal kan gak tau ya even cantik parasnya, tapi ternyata kelakuannya naudzubillah gitu, terus ninggalin si cowok kalau si cowok udah bukan sultan lagi, udah gak punya kerjaan lagi, udah gak punya status lagi dan lain lain. Padahal kan cantik itu gak abadi, waktu terus berjalan. Seiring waktu kecantikan itu perlahan mulai pudar. Kenapa si . . .
Siang ini saya mau bahas review buku yang judulnya cukup wow. Apa itu? Why Men Want Sex and Women Need Love (Lagi-lagi dari Allan & Barbara Pease, Penulis Why Men Don't Listen and Women Can't Read Maps). Disclaimer dulu kalau buku ini bukan cerita tentang namaku andri, umur 18 tahun dan akhirnya harus ikut meneduh karena saat itu hujan (Anak twitter can relate), tapi buku ini nyeritain perbedaan antara cowok sama cewek dari segi biologis. Kenapa cowok suka nyari yang cantik (eh ternyata yang cantik nyarinya yang b aja. ini jadi bahasan kita di lain hari. why hottest girl dates an ugly man), emang kenapa cowok hubungannya sama sex? terus kenapa yang butuhin cewek itu cinta?"
Ada satu cerita menarik yang harapannya bisa nge gambarin perbedaan cowok dan cewek secara stereotipikal. Gini ceritanya
Empat cowok pergi buat mancing, mancing ikan ya bukan mancing cewek lain di Mall. Udah satu jam duduk di tepi sungai, si A bilang "percaya gak gue harus ngapain biar dapet izin istri buat kesini. Gue ngasih janji ke si bebebz buat nata ulang tiap ruangan di rumah"
si B bilang "hilih niti riwing di rimih, gitu doang lu. Gue harus janji ke doi buat nanem rumput di belakang rumah terus ngebuat ayunan buat bocil bocil"
si C senyum "eh lu ya, lu beruntung namanya kalau cuman gitu doang. gue harus janji ke pacar gue buat renov dapur sama ngebuat saung-saungan (pergola) di halaman. Huh pasti capek ini mah"
Ketiganya lanjut mancing, terus mereka sadar si D itu diem diem aja dari tadi. Mereka penasaran dong apa janji yang harus ke ceweknya biar bisa ikut mancing "Jerry, lu harus bilang apa ke doi biar bisa pergi ke sini. kepo dongs"
SI Jerry yang diem-diem aja dengan santai bilang "simple si, gue atur ulang alarm jadi jam 05.30, terus pas alarm bunyi gue matiin. Doi bangun, gue peluk istri, terus nanya 'memancing atau 4646? (Men Want Sex)', doi ngebalikin badan terus bilang jangan lupa suruh gue bawa jaket (Women Need Love). Udah haha"
Dr Lucy Brown dari Einstein College of Medicine & Helen Fisher mindai otak cowok sama cewek. Dalam penelitiannya itu bilang pas seseorang jatuh cinta, bagian otak yang bernama Nukelus Caudata sama Ventral Tegmental itu langsung aktif.
fyi, Nukleus Caudata itu bagian otak yang terkait sama ingetan, emosi, dan perhatian. Sedangkan Ventral Tegmental itu bagian otak yang nyalurin sel-sel dopamin ke bagian otak lagi. Makanya katanya pas kamu (cowok atau cewek) lagi ngebucin itu kaya orang T0L0L (dimabuk cinta), ventral tegmental bakal menuhin nukleus caudata dengan dopamin.
mereka ngasih foto pacarnya 3000 mahasiswa yang jadi objek penelitian. Dari hasil pindai MRI didapet kesimpulan kalau cewek lebih banyak pake bagian Nukleus Caudata, Septum (otak yang disebut pusat kenikmatan) sama korteks parietal posterior (produksi citra mental dan pengalihan ingatan). Sedangkan kalau cowok lebih banyak pake korteks visual di wilayah otak including yang relate sama rangsangan seksual. Makanya proses jatuh cinta cowo ke cewek itu ada di matanya (bagian visual). liat yang glowing langsung auto fokus. liat selebgram di explore auto ditahan duluscrollingnya. Sedangkan cewek jatuh cinta ke cowok itu terletak di ingatan yang disimpan otaknya
Perbedaan yang disebutin dibuku ini tuh katanya cowok pake mata mereka sebagai alat utama buat nilai cewek yang miliki potensi seksual. mean while gitu ya, cewek bakal pake ingatan buat nge nilai karakteristik si cowok yang dianggap punya potensi jangka panjang. 
Terus ada satu hal unik disebutin, tau ga sih kalau cowok bisa lebih cepet jatuh cinta dari pada cewek. Cewek gak tau kan ini hayooo. it’s our secret. Bibit bibit pelakor exists nih hati hati haha. Ko bisa? Next lah
di biology of love, katanya cinta itu semacam reaksi kimia yang terjadi di otak. Gak lain karena ada nya dopamine sama norepinephrine (yang nge create effect of love pada pandangan pertama), oxytocin (dikenal juga sebagai hormon pelukan, hormon yang ngebuat jatuh cinta), testosterone dan oestrogen (hormon sex yang nyebabin dorongan buat ngedesak kebutuhan fisik, dorongan sex, nyiptain nafsu dan ketertarikan seksual terjadi). Inget pelajaran biologi SMA lah ya, bab reproduksi. Bab yang kalau dibahas cowok-cowok yang biasanya ngantuk jadi semangat belajar
Ko cewek butuh cinta? bukan sex?
ini gegara cewek punya level oxytocin yang lebih tinggi kebanding cowok, makanya cewek lebih dalam dalam hal cinta. semakin banyak oxytocin yang diproduksi, semakin dalam ikatan si cewek sama si cowoknya. denger nama doi aja udah aduhai langsung kepikiran, atau dengerin lagu yang kamu sama doi banget itu ningkatin oxytocin. Biasanya di cie-cie in pipinya langsung merah soalnya hormone nya pompa darah ke pipinya terus pipinya panas dan merah deh
Ko cowok bisa dengan mudah jatuh cinta?
Hasil riset juga nunjukin kalau cowok ngeliatin aktifitas yang lebih tinggi di dua daerah otak: the visual stimuli (ini ngejelasin kenapa cowok suka sama cewek glowing), dan satu lagi penile erection, cowok ngelakuin itu pas ngeliat cewek buat ngukur kemampuan mereka buat ngukur kemampuan mereka ngehasilin bayi yang sehat, ini ngejelasin kenapa cowok suka kaya lagu RAN, cinta pada pandangan pertama
Terus gimana kalau cewek? studi bilang area otak yang erat sama memory recall jadi aktif pas nge evaluasi cowok, tertarik atau engga gitu. Maksudnya? cewek bakal inget semua detail dari kelakuan si cowok, atau bahkan ia bakal nyari semua data. kepo lah sampai jejak digitalnya juga dicari, dia jujur gak ya dia bisa dipercaya ga ya, kalau dia ngasih semua tentangnya ke si cewek. 
Saya pernah jadi mata-mata temen buat nyari tau semua tentang si cowok. Gils itu yang namanya harus detail parah, bener bener detail sampe niatnya apa dan lain lain
Dah kepanjangan. itu tadi cuman sekian kecil yang ada dibukunya. Chapter lain sih bilang kenapa kita dicintai dan mencintai itu penting sama adanya hubungan antara dicintai dan kesehatan buat hidup lebih lama. Ada juga sih katanya 7 tipe cinta dasar kaya romantic love, pragmatic love, altruistic love, common love, sama familial love. Itu kita bahas setelah ini yaw.
Segitu dulu, judul bukunya unik sih tapi pas dibuka isinya bukan tentang 4646 doang, tapi lebih ke hasil riset. overall bagus ko buku ini. Cocok buat masuk wishlist 
Kesimpulan
Jadi ada cowok yang tulus gak liat wajah? tadi udah dibahas ya gimana reaksi kimia di otak bekerja. Kalau kata saya sih gak perlu insecure kalau misal gak ngikutin standar cantik sekarang. Fokus perbaiki personality atau nambah cerdas aja. Soalnya banyak juga cowok yang liat dari sisi lain kaya sosok keibuannya, personality nya, agamanya, diamnya, tulisannya (katanya banyak tumblr couple ya haha), cerita strugglenya. Istilahnya yang inner beautynya dapet. Atau malah yang sapiosexual, yang suka karena kecerdasannya.
sedikit fakta, tau gak kalau pemenang Miss Korea tahun 2018 itu termasuk Miss Korea yang kontroversial? Ko bisa? Jadi mba Soo Min Kim ini yang kalau kata saya cerdas banget (keliatan dari cara ngomongnya) itu dapet banyak komen positive pas diumumin jadi juara. Tapi banyak juga yang negative. Katanya she is too fat to be Miss Korea. Tinggi mba nya 173 cm, biar dia acceptably skinny by Korea Standar itu 47-48 kg (kata si mba nya). At the same time, si mba nya 58.9 kg (deket 60). Ini kontroversi karena gak ngikutin standar acceptably skinny. More bisa diliat di “Meet The Controversial Winner of Miss Korea 2018″ dari ASIAN BOSS. Intinya yah berat sih kalau selalu ngikutin standar fisik mah. Semangat be your self
120 notes · View notes
nadineksn · 4 years
Text
CHAPTER 68
***
Kendaraan lapis baja.
"Selamat. Kita akan tiba di pangkalan dalam 15 jam."
Lu Feng bertanya, "Bagaimana situasi di pangkalan?"
"Distorsi telah menyebabkan kepanikan dan kebingungan di seluruh tempat. Beberapa alat *presisi tidak dapat digunakan. Untungnya, kutub magnet buatan berfungsi dengan baik."
*(Presisi adalah tingkat konsistensi dari pengamatan yang ditentukan dari besarnya perbedaan dalam nilai data yang dihasilkan. Biasanya digunakan di sebuah alat untuk mengukur tingkat ketepatan/kefektifan alat.)
"Apakah distorsi terjadi ketika kutub magnet tidak berfungsi?"
"Ya."
Lu Feng berkata, "Aku dan orang yang selamat telah tinggal di tambang magnetit akhir-akhir ini. Dan di sana tidak ada distorsi."
"Itu karena medan magnet. Medan magnet dapat menahan distorsi sampai batas tertentu." Dokter menjelaskan. "Pada saat itu, Mercusuar dalam kekacauan. Kami memegang harapan terakhir kami pada Pangkalan Bawah Tanah dengan bertukar hasil penelitian tahun ini, namun tidak ada hasilnya. Semua penelitian mereka didasarkan pada gen biologis."
"Lalu aku secara ilegal mengakses saluran komunikasi departemen penelitian."
Lu Feng mengangkat alisnya.
"Setelah diskusi dan menggabungkan beberapa petunjuk, seperti ketika distorsi terjadi, kami pikir ini mungkin terkait dengan medan magnet. Jadi, untuk sementara kami meningkatkan kekuatan kutub magnet buatan." Dokter berkata, "untuk sementara ini efektif, setidaknya ini memberi sedikit waktu untuk bertahan hidup."
Dokter bersandar di kursi mobil. "Namun, menurut prediksi, distorsi akan meningkat secara bertahap dan akan menghancurkan manusia dalam tiga bulan."
Dia berhenti sejenak, memandangi langit kelabu di kejauhan dan juga elang cokelat yang terbang di langit. "Sulit membayangkan semua upaya yang dilakukan manusia untuk bertahan hidup dari zaman kuno hingga saat ini sia-sia dan kita menjadi saksi peristiwa kehancuran manusia."
Dia kembali menatap Lu Feng. "Jujur, kamu jauh lebih tenang daripada yang aku harapkan."
"Apakah kamu dipukul?" Dia menambahkan, "Aku tidak tahu jenis apa An Zhe itu, tetapi dia berhasil lolos dari pertahanan ketat pangkalan. Normal jika kamu merindukannya. Bahkan jika kamu menangkapnya, kamu tidak perlu menahannya. Jangan terlalu khawatir tentang itu."
Lu Feng tidak berbicara.
Dia mengulurkan tangannya. Sesuatu yang lembut dan seputih salju keluar dari lengan bajunya, dengan lembut membungkus jari-jarinya dengan penuh kasih sayang.
Dia melihatnya.
Anehnya, perasaan lembut memenuhi benaknya. Dia merasa seperti telah kembali ke momen ketika An Zhe bersandar di dadanya. Di malam hari, mereka tidur bersama. An Zhe selalu memunggungi Lu Feng, tetapi begitu dia tertidur, dia akan berbalik dan bersandar dengan lembut ke dada Lu Feng. Di pagi hari, dia tidak akan tahu mengapa. An Zhe akan mengerutkan alis indah itu dan berbalik. Lalu Lu Feng memeluknya dari belakang.
Ternyata ini adalah beberapa hari yang paling berkesan dalam hidupnya. Miselium seputih salju melilit jarinya.
Dokter membeku. "Bagaimana kamu mendapatkannya? Kamu membawanya kembali?"
"Ya."
"Bagaimana dengan An Zhe?" Dokter berbicara dengan sangat cepat. "Apakah kamu membunuhnya?"
Spora itu tampak ketakutan oleh suara keras pria yang tiba-tiba itu, dia menyusut dan kembali ke lengan Lu Feng.
Kemudian setelah beberapa saat, spora itu muncul lagi di lehernya dan dengan penuh kasih mengusap leher Lu Feng. Lu Feng menjawab dengan ringan, "Dia pergi."
"Kenapa kamu bisa membiarkannya pergi? Apa sebenarnya dia!?" Mata dokter melebar. "Bisakah dia melindungi dirinya sendiri?"
Lu Feng menyentuh spora lembut dan tidak menjawab.
Dalam kegelapan, wajah orang disampingnya terdiam, menjadi siluet. Dokter memandangnya sambil mengerutkan kening, "Bagaimana dengan pistolmu?"
Di atas atap
Menyaksikan konvoi menghilang di kejauhan, An Zhe menggerakkan tubuhnya yang kaku dan berdiri dari hamparan bunga. Hujan lebat kemarin memenuhi lantai dengan air. Dan pada saat ini, beberapa makhluk seperti filamen berputar-putar di air, seperti mereka baru saja dilahirkan.
Kemudian begitu langit cerah, air yang terkumpul akan segera mengering. Tak lama setelah lahir, mereka akan segera menghadapi kematian.
Ini berlaku untuk semua makhluk hidup. Akankah spora-nya hidup lebih lama dari makhluk yang sekarat ini? Dia berharap begitu.
An Zhe dengan sabar menunggu kesempatan. Begitu elang bertengger, dia naik ke punggungnya. — Elang terbang itu tidak memperhatikannya, mungkin karena dia terlalu ringan dan kurang gizi. An Zhe menemukan tempat untuk duduk di punggungnya yang luas, dan bukan bulu yang menutupi tubuh elang, tetapi sisik yang tumbuh saling menumpuk dengan beberapa tentakel transparan yang saling terkait yang tumbuh di antara celah dalam sisiknya. Elang berburu di sekitar kota. Setelah menelan tanaman merambat yang menyerupai daging dan bergulat dengan monster raksasa bersayap kelelawar selama setengah jam, ia pergi dan meninggalkan tempat ini.
An Zhe menentukan arah terbangnya menggunakan Bintang Polaris dan standar peta. Setelah menyadari bahwa jalurnya telah menyimpang, dia diam-diam pergi menyelinap. Dia menyerap nutrisi tanah untuk semalam dan ragu-ragu untuk waktu yang lama sebelum mengeluarkan pistol hitam mengkilat dan selusin peluru dari ranselnya.
Pistol ini milik Lu Feng tetapi dia menemukannya di ranselnya setelah Lu Feng pergi. — Kolonel sering mengambil barang-barang An Zhe, termasuk ranselnya, dan An Zhe menduga hal ini menyebabkan dia meninggalkan pistol ini.
Dia berhasil menarik monster bersayap kupu-kupu sebagai alat transportasinya dengan suara tembakan.
Tiga hari kemudian, dia mendarat lagi. Saat dia sedang mencari target tunggangan berikutnya, An Zhe menemui monster yang sangat jelek dengan tubuh seperti mayat. Monster ini memiliki banyak karakteristik monster semut. Dan ia terbiasa memakan jamur sebagai makanannya. An Zhe ingin melarikan diri tetapi tubuhnya sudah sangat lemah. Ketika dia hampir dimakan, pistol Lu Feng melindunginya. Dia secara tidak sengaja menembak perut lunak monster itu, sementara monster itu berhenti untuk waktu yang singkat, dia berguling ke sungai berlumpur dan melarikan diri.
Ketika hari menjadi semakin dingin, monster yang takut dingin mulai pergi ke selatan. Tentu saja, mereka juga saling memangsa dalam proses tersebut. Terkadang, tidak ada jejak kehidupan di dataran dan hanya satu atau dua pemenang yang sangat besar yang terlihat. Terkadang, makhluk-makhluk sosial seperti gajah bermigrasi ke selatan seperti sungai hitam. An Zhe mengikuti mereka dan ikut mengalir dalam arusnya.
10 hari kemudian, dia akhirnya menemukan seekor burung yang tidak terbang ke selatan. Setelah lebih dari 20 hari di punggung burung yang terbang, dia melihat bayangan panjang dan besar muncul di cakrawala, seperti bekas luka di dunia ini.
Menurut manusia, pusat dari Abyss adalah zona patahan yang panjang dan sempit yang disebabkan oleh gempa berkekuatan 8,0 Skala Richter pada *zaman bencana. Tempat ini memiliki radiasi yang sangat tidak normal yang telah melahirkan monster-monster mengerikan yang tak terhitung jumlahnya. Zona patahan pusat ini meluas ke arah luar. Sedangkan bagian utara Abyss adalah dataran luas yang ditutupi oleh hutan lebat, diisi dengan semua jenis jamur dan banyak monster yang tidak aktif. Di selatan ada dataran tinggi dan pegunungan yang luas.
>*(Kalau lupa zaman bencana, aku ingetin zaman bencana itu 'ketika jamur dan bakteri dan virus mematikan muncul di kota manusia')
Burung itu pergi ke tepi Abyss, lelah, dan menemukan sepotong kayu mati besar, bertengger untuk beristirahat.
Cabang-cabang tiba-tiba bergetar. Bulu burung itu terangkat, sayapnya terbentang, dan burung itu memekik keras.
— Tidak tahu kapan tanaman merambat hitam tebal muncul di kayu mati, tetapi itu sudah menjerat kuat di sekitar kaki burung itu.
Suara burung seputih salju mengepakkan sayapnya riuh ketika ia diseret ke tengah pohon bercabang yang padat. Lehernya yang indah terangkat tinggi, paruhnya yang runcing dan panjang membentang ke langit abu-abu. Sambil dia berjuang, tanaman merambat melilit lehernya dengan fleksibel, kemudian bagian mulut dengan taring tajam mengigit lehernya.
Darah berceceran dan burung sepanjang lima atau enam meter itu terbelah menjadi dua, bulu-bulu berserakan ke tanah.
An Zhe memegang ranselnya dan mendarat di atas bulu-bulu di tanah. Dia berdiri dan menginjak tanah busuk di mana cairan hitam mengalir. Setelah mengambil beberapa langkah, dia mendongak dan melihat burung itu dimakan oleh ribuan tanaman merambat.
Lalu, tanaman merambat tersebar dengan rasa puas.
Hutan lebat, tanaman merambat, dan jamur raksasa bergabung untuk menghalangi cahaya langit dan meredam suara pertempuran.
Ini adalah Abyss, tempat dimana tulang orang dimakan. Tidak ada hewan pengerat atau arthropoda karena mereka terlalu lemah. Hanya ada makhluk yang 100 kali lebih kuat dari mereka, tidak akan terkalahkan. Tanah Abyss sangat bernutrisi karena terendam semua daging dan darah, yang mungkin menjadi alasan jamur tumbuh.
An Zhe berjalan melewati tempat ini dengan langkah ringan. Tanah ditutupi lumut, ranting-ranting mati, dan dedaunan terjatuh, begitu lunak sehingga mirip dengan rawa, ia berjalan di atasnya tanpa membuat suara.
Dia jelas merasa suasana Abyss telah berubah. Biasanya, perkelahian, dan pembunuhan akan terjadi setiap saat dan monster yang kuat sering berjalan-jalan di hutan untuk memeriksa wilayah mereka. Tetapi, dia telah berjalan jauh hari ini dan hanya menemui ular python yang diam.
Mereka semua tampak tidak aktif.
Namun, An Zhe tidak peduli tentang datang dan perginya monster. Dia menatap tempat tak berujung ini, dimana bahkan sinar matahari tidak bisa masuk.
Di sisi kirinya ada jamur merah gelap setinggi 10 meter yang berdiam di antara beberapa batu besar dan lendir terus mengalir dari penutup payungnya. Tubuh besar ini tampak bernafas, naik dan turun di udara.
An Zhe menempelkan jari pada batangnya dan merasakan tekstur yang dilapisi lendir. Dia belum pernah melihat jamur seperti itu sebelumnya.
Tiba-tiba, matanya dipenuhi rasa takut. Dia membuang muka.
— Dia tidak mengenalinya. Dia tidak mengenalinya.
Dia terengah-engah sambil berlari terhuyung-hyung melintasi hutan lebat. Ini adalah Abyss, dengan tanah berlumuran darah, rawa-rawa dengan air hitam, dan monster mengawasi secara diam-diam. Ini adalah Abyss, tetapi ini bukan lagi tempat yang familiar di ingatannya.
Abyss begitu besar. Bagaimana dia bisa menemukan gua-nya? Dia mencoba mengingat jamur karakteristik yang dia andalkan untuk mengingat rute.
Karena itu, dia terus berjalan, terus mencari sambil menggunakan kaki dan miseliumnya. Setelah satu hari, setelah malam, dan pagi hari — bagaimanapun, setiap dataran tampak sama dan setiap gua kosong.
Tidak ada petunjuk dan tidak ada tempat yang akrab. Dia tidak tahu berapa banyak matahari terbenam yang dilihatnya dan berapa kali dia kecewa dengan gua yang kosong.
Dia tidak tahu berapa lama, tetapi dia tidak bisa bergerak dan miseliumnya tidak lagi selentur dan sefleksibel sebelumnya. Miselium ini meleleh dan pecah, tubuh manusianya menjadi sangat lemah karena hidupnya habis dikonsumsi.
Tanaman merambat yang mati menyandungnya di tepi sebuah danau yang sunyi.
Batu-batu tajam memotong lutut dan telapak tangannya. Dia berlutut di tanah, mengubur wajahnya di telapak tangannya, gemetaran.
Dia tidak bisa menemukannya, dia tidak bisa menemukan gua.
Kehidupan jamur hanya satu musim. Yang lama mati sementara yang baru tumbuh. Penampilan Abyss berubah setiap generasi jamur baru. Jalan itu, jalan yang dia ingat selama ini tidak ada lagi.
Dia mati-matian memandangi langit yang dikelilingi jamur dan kayu mati. Dia tidak tahu hal-hal akan menjadi sedemikian kejamnya.
Lu Feng benar. Dia tidak tahu seberapa besar dunia ini.
Kecuali dia memiliki umur panjang, mustahil untuk menemukannya. Dia ditakdirkan untuk mati dalam perjalanan ke gua.
Tidak ada yang abadi di dunia ini. Bahkan sumpah awalnya.
Air mata asin mengalir ke luka-luka kecil di wajahnya yang disebabkan oleh duri. Rasa sakitnya tajam tetapi masih jauh dari rasa keputusasaan di hatinya.
Dia tersentak, melihat ke air danau yang tenang.
Dia tertegun.
Ada suara di dalam air, frekuensi yang tak terlukiskan memanggilnya, dan seluruh dunianya menjadi kabur dan tidak nyata.
Lompat ke bawah, lompat ke bawah, semuanya akan berakhir.
Tidak ada kebahagiaan, tidak ada rasa sakit.
Dia terpanggil dan tersihir oleh suara itu. Kemudian dia berjalan ke tepi danau. Airnya begitu jernih, mencerminkan penampilannya. Dia dan AnZe sangat mirip sehingga ketika gelombang air mengaburkan penampilannya, terlihat seperti An Ze yang memanggilnya.
Ia dilahirkan tanpa mengetahui apa-apa dan akan mati tanpa tahu apa-apa.
Di Abyss, di ... tempat yang menyedihkan ini.
Sebuah suara tiba-tiba memenuhi telinganya. Itu suaranya sendiri.
"Di sana di ketinggian yang menyedihkan," kata suara itu dengan lembut. "Kutuk, berkati, aku sekarang dengan air matamu yang ganas, aku berdoa."
"... Jangan bersikap lembut pada malam yang baik itu."
"Jangan bersikap lembut pada malam yang baik itu." Dia bertanya, "Apa artinya itu?"
Lin Zuo, guru di Taman Eden, menjawab, "jangan menerima kematian dengan kelembutan."
Setelah jeda singkat, kata-kata itu berubah lagi.
"Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku." Dia dengan lembut melantunkan puisi untuk seseorang. Mereka berjalan jauh bersama dan tidak tahu apa yang akan mereka temui di hadapan mereka. Pada hari itu, di alam liar, pria itu berjalan bersamanya dalam kegelapan sementara angin bertiup. Apa yang dia dipikirkan itu saat itu?
Dalam menghadapi nasib buruk yang akhirnya membinasakannya, apakah orang itu merasakan keputusasaan yang sama? Bagaimana dia bertahan?
Dia...
An Zhe menundukkan kepalanya dan menemukan bahwa dia entah mengapa mengeluarkan lencana hakim lagi. Tepi tajam lencana menusuk tangannya yang sudah berlumuran darah.
Momen ilusi tiba-tiba hilang dan dia mengambil beberapa langkah mundur dengan tajam.
Dia berpikir, 'Apa yang baru saja aku lakukan?'
Pergelangan kakinya terasa sangat sakit. Batu yang baru saja memotong telapak tangannya telah mengenai pergelangan kakinya lagi. Dia membungkuk untuk memindahkan batu abu-abu yang tajam itu, sehingga makhluk lain tidak akan tersandung. Tetapi tiba-tiba dia menemukan sesuatu.
Ada tanda arang gelap di batu, seolah-olah ditulis dengan cabang pohon hangus. Sebuah panah bengkok, jelek, menunjuk ke tenggara.
Dia berpikir, dengan pengetahuannya yang terbatas, tidak ada makhluk di Abyss yang bisa menggambar panah.
Dan batu aba-abu yang aneh ini, sepertinya dia pernah melihatnya sekali atau dua kali di tempat-tempat lain di Abyss. Tetapi dia fokus mencari gua sehingga dia tidak memperhatikan.
Dia melihat sekeliling dan akhirnya memilih untuk pergi ke arah yang ditunjuk oleh panah. Setelah berjalan untuk waktu yang lama, batu abu-abu lain muncul tiba-tiba di tanah yang datar, setengah terkubur di tanah dan setengah lagi terlihat. Bagian yang terbuka memiliki panah yang digambar di atasnya.
An Zhe terus berjalan. Bukan hanya batu abu-abu yang ditandai. Terkadang, ada tanda di batang pohon atau tulang putih. Setelah lima hari, dia menemukan bahwa dia berjalan ke selatan Abyss, berjalan di dekat dataran tinggi. Lingkungan dataran tinggi kering dan keras sehingga hanya sedikit monster yang pergi ke sini.
Tetapi pada hari yang sama, dia tidak dapat menemukan batu lain.
Dia berdiri melamun di bawah pohon, mencoba melihat sekeliling dan bertanya-tanya apakah dia salah jalan.
Tiba-tiba.
Sebuah batu kecil menghantam bahunya.
"Tersesat?" Suara tawa pria terdengar di belakangnya.
An Zhe berbalik ke arah suara pria itu.
Seorang lelaki berambut hitam tinggi, ramping, dan tampan berdiri di dekat pohon, memegang batu abu-abu di tangan kanannya dan mengedip padanya. "Tanda panahnya ada padaku. Aku belum meletakkannya."
(mengedip* yang wink)
Melihatnya, An Zhe perlahan mengerutkan kening.
"Tang Lan?" Dia memanggil sebuah nama.
"Apakah kamu mengenalku?" Pria itu tersenyum padanya dengan senyum kasualnya. "Aku belum pernah bertemu denganmu di pangkalan."
"Aku juga belum pernah bertemu denganmu." An Zhe berbicara setelah mengkonfirmasi kembali penampilan pria itu. "Aku tahu Hubbard."
Saat nama Hubbard disebutkan, senyum kasual tiba-tiba menghilang dari wajah pria itu.
***
Penulis memiliki sesuatu untuk dikatakan:
Hubbard memberiku petunjuk ke utusan kecil, bab 9 dan bab 10.
12 notes · View notes
kemungkinan-blog · 5 years
Text
'Tak habis lagi ke kaitkan kehilangan Acap dengan Jinn, Bunian?' - Wanita ini dakwa kehilangan Acap tiada kaitan dengan makhluk halus tapi...
Tumblr media
Sudah seminggu lebih, namun Acap atau nama sebenar Mohammad Ashraf Hassan, 29, masih belum ditemui selepas dilaporkan hilang pada Sabtu 23 Mac lalu. 
Kehilangan peserta larian Gopeng Ultra Trail itu masih menjadi misteri. Pihak berkuasa dengan sukarelawan sudah puas mencari, namun tidak menemui sebarang tanda atau petunjuk. 
Ada yang percaya, Acap telah disembunyikan oleh makhluk halus, tidak kurang juga yang menawarkan bantuan dari jauh untuk mengesan kedudukan Acap. 
Perkara itu turut mendapat perhatian dari seorang wanita yang berpandangan bahawa kehilangan Acap tidak perlu dikaitkan dengan jin atau bunian. 
TAK HABIS lagi ke kita ini dengan Jinn dan Bunian? Seolah-lah macam kita ni satu bangsa yang tidak berpendidikan. Asal hilang dalam huan je semua salahkan Jinn dan Bunian. 
Acap bukan hilang disebabkan Jinn atau kena sorok bunian. Hutan bukan tempat keras atau ada bunian cun lepak tepi sungai mandi manda. Ia tempat perlindungan dan rumah bagi haiwan-haiwan liar yang Allah ciptakan. That is what forest do. A home for God made Creatures. 
Orang tak biasa masuk hutan memang akan sesak. 40 percent chance mereka akan sesat sebab tak biasa denga keadaan hutan. Kadang-kadang orang biasa masuk hutan pun boleh sesak. Panik dan keletihan akan memburukkan lagi keadaan. Ramai orang yang sesat akan berhalusinasi mendakwa nampak makhluk tertentu. 
Itu tidak betul, tapi hanya permainan minda bila kita rasa hopeless, ketakutan, panik, letih dan sebagainya. Bunyi burung hantu pun kita claim bunyi pontianak, padahal tak ada apa pun. Cicak pun kita nampak macam naga. 
Asal orang hilang dalam hutan, semua Melayu nak claim ini hasil kerja Jinn dan Bunian? Pakai seksi nanti Jinn marah? Ya Allah, sesatnya kau punya pemahaman. Seolah-olah Jinn yang pegang hutan itu, sedangkan Allah berfirman yag semuanya di bawah kekuasaan Dia. 
Mat Saleh bogel dan buat seks dalam hutan tak pernah pula hilang. Relaks je bogel-gogel dalam hutan Langkawi. Tak kena sampuk hantu laut pun? 
Awek Melayu berzina di tepi sungai, lubuk tupah, Sungai Ulu Yam dan bagai, tak sesat pun? Elok je balik, minggu depan repeat lagi sampai maghrib tepi sungai dengan BF. Kau pernah dengar bohjan dengan awek rempit kena sorok hantu sebab bermaksiat kat lubuk tupah?
Kau pernah bercampur dengan cave explorer tak? Bercampur dengan mat saleh, mereka ada ilmu dalam bab-bab ini. Pantang mereka paling besar adalah 'panik'. Kalau tersesat atau menghadapi kesukaran, jangan sesekali panik. Kena kawal perasaan. You panic, you die!
Bila kau panik, kau punya judgement akan jadi impaired dan keputusan kau buat banyak jadi tak betul. Bila tak betul, kau akan membahayakan diri sendiri dengna keputusan mengarut. 
Contoh, Abu sesat dalam hutan. Kemudian nampak anjing hitam yang disangka adalah jin sebab mustahil boleh jumpa anjing dalam hutang apatah lagi berwarna hitam. Jadi, dalam keadaan panik, keletihan dan ketakutan, Abu decide untuk melarikan diri dari anjing hitam itu. 
Kesan kepada Abu, dia berlari lebih jauh ke dalam hutan dan ini akan menyukarkan para penyelamat untuk mencari Abu. Abu juga akan hilang kesan atau jejak hutan yang dulu dia lalui. 
Yang sebenarnya berlaku, anjing tersebut adalah anjing orang asli. Jika Abu bertenang dan mengekori ke mana anjing itu pergi, Abu mungkin sampai ke perkampungan atau rumah orang asli dibawa anjing tersebut. 
Kenapa Abu lari? Sebab dia panik, letih dan impaired judgement. Ketakutan akan membuatkan kita fikir yang bukan-bukan. Dalam kes sesat di hutan atau gua, selalunya mangsa akan mengalami delusi dan halusinasi. 
Kes Abu itu hanya contoh sahaja. Banyak situasai dalam hutan di mana kita perlu banyak diam dan bertenang. Tak boleh kaitkan dengan Jinn atau Bunian. Ini akan memburukkan lagi keadaan. 
Mat Saleh sesat berbulan di laut, tak pernah claim dia kena sorok dengan hantu air atau jin buih. 
Sementara di ruangan komen, netizen tidak bersetuju dengan pandangannya dan meminta Auni Ameera berdiam diri dari mengulas mengenai misteri kehilangan Acap, kerana dia seolah-olah tidak mempercayai kewujudan benda-benda ghaib. 
Tumblr media
Sumber: Auni Ameera
BERITA BERKAITAN:
'Baki 7 hari lagi kalau tak jumpa, maka ia tidak akan timbul lagi ke alam kita' - Individu kongsi lokasi Acap berada
from The Reporter https://ift.tt/2FUrHXh via IFTTT from Cerita Terkini Sensasi Dan Tepat https://ift.tt/2UqloTd via IFTTT
10 notes · View notes
lesgobipu · 2 years
Text
04. Kerajaan Tarumanegara
Informasi Kerajaan
Corak: Hindu (aliran Wisnu) Berdiri: abad ke-4 Letak: Sundapura, Jawa (dekat Bekasi)
Tarumanegara, kata Tarum berasal dari Sungai Citarum. Kerajaan Tarumanegara merupakan lanjutan dari Kerajaan Salakanegara.
Bukti Kerajaan
Percandian Batujaya dan Percandian Cibuaya di dekat Sungai Citarum.
Ditemukannya 7 Prasasti Batu (5 di Bogor, 1 di Jakarta, 1 di Banten).
1. Prasasti Kebon Kopi
Isi:  Kedua jejak telapak kaki adalah jejak kaki gajah yang cemerlang seperti Airawata kepunyaan penguasa Tarumanagara yang jaya dan berkuasa.
Ditemukan di Perkebunan Kopi milik Jonathan Reig di Bogor. Isinya lukisan telapak kaki gajah (disinyalir lukisan dari telapak kaki gajah Airwata/gajah Dewa Wisnu) yang membuktikan bahwa Kerajaan Tarumanegara menganut agama Hindu beraliran Wisnu.
2. Prasasti Tugu
Ditemukan di Tugu (Bekasi/Jakarta Utara). Isinya pembangunan Sungai Gomati sepanjang 12 km untuk saluran irigasi (perintah dari Purnawarman) dan penggalian Sungai Candrabraga (sekarang dikenal sebagai Kali Bekasi) oleh Rajadirajaguru.
Selain itu, ada juga penanggalan di bulan Februari (phalguna) dan April (caitra) meskipun tidak lengkap. Ada juga keterangan upacara selamatan Brahmana di Kerajaan Tarumanegara dan persembahan sebanyak 1.000 ekor sapi.
3. Prasasti Cidanghiyang/Lebak
Ditemukan di Lebak (Banten). Berisi pujian terhadap keberanian Raja Purnawarman dan baris-baris puisi.
4. Prasasti Ciaruteun/Ciampea
Ditemukan di tepi sungai Ciaruteun Bogor. Ada lukisan laba-laba dan lukisan telapak kaki Raja Purnawarman. Telapak kaki Raja Purnawarman diibaratkan sebagai simbol kekuasaan & subtitusi Dewa Wisnu sebagai pelindung rakyat.
5. Prasasti Muara Cianten
Ditemukan di Bogor, berisi lukisan telapak kaki dan ditulis dalam aksara Ikal (belum dapat diidentifikasi isinya).
6. Prasasti Jambu 
Isi:  Yang termashur serta setia untuk tugasnya ialah raja yang tiada taranya bernama Sri Purnawarman yang memerintah Taruma serta baju perisainya tak dapat ditembus oleh panah musuh-musuhnya; kepunyaannyalah kedua jejak telapak kaki ini, yang selalu sukses menghancurkan benteng musuh, yang selalu menghadiahkan jamuan kehormatan (kepada mereka yang setia kepadanya), tetapi merupakan duri untuk musuh-musuhnya.
Ditemukan di Perkebunan Jambu di Bogor. Juga berisi lukisan telapak kaki dan pujian terhadap pemerintahan Raja Purnawarman.
7. Prasasti Pasir Awi
Ditemukan di Bogor, juga ditulis dengan aksara Ikal yang belum dapat dibaca.
Struktur Kerajaan
Rajadirajaguru, pendiri Kerajaan Tarumanegara. Dimakamkan di Sungai Gomati.
Dharmayawarman, anak dari Rajadirajaguru. Dimakamkan di Sungai Candrabraga.
Purnawarman, anak dari Dharmayawarman.
Suryawarman, raja Tarumanegara ke-7.
Linggawarman, raja terakhir Tarumanegara.
Peristiwa Penting
Menjalin Persahabatan dengan Cina.
Berita Dinasti Sui: pada tahun 500, ada utusan dari Tolomo yang berkunjung. Berita Dinasti Tang: pada tahun 600, ada utusan dari Tolomo yang berkunjung.
Dalam berita Cina, Tarumanegara disebut sebagai Tolomo.
Pembangunan Ibu Kota Baru
Purnawarman membangun ibukota baru bernama Sundapura pada tahun 397 yang terletak di sekitar pantai. Sebelumnya (saat masih menjadi Kerajaan Salakanegara dan dipimpin oleh Jayasingawarman) beribukota di Kota Perak.
Kerajaan Salakenegara runtuh karena kawasannya diduduki oleh Kerajaan Magada, lalu Jayasingawarman mengungsi ke Jawa dan mendirikan Kerajaan Tarumanegara.
Keruntuhan Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara terpecah menjadi Kerajaan Sunda/Padjajaran yang dipimpin Tarusbawa dan Kerajaan Galuh yang dipimpin Wretikandayun.
0 notes
arsyadsworld · 3 years
Text
Piknik Histori Sangat Termasyhur di Jambi
Propinsi Jambi ada cocok di tengah Pulau Sumatera. Tempatnya dikempit empat propinsi, ialah Sumatera Selatan, Riau, Sumatera Barat, serta Bengkulu. Jambi terhitung dari 3 propinsi yang miliki kesamaan nama berikut nama ibu kotanya seusai Bengkulu serta Gorontalo.
Meski wilayahnya termasuk kecil diperbandingkan propinsi yang lainnya di Sumatera, Jambi bertindak penting dalam sejarah perubahan Sumatera. Sebelumnya Belanda masuk ke Nusantara, Jambi merupakan pintu masuk sejumlah saudagar dari beberapa negara, seperti China, India, Persia, hingga Arab.
Sebab itu umum, banyak terdapat titik piknik histori di Propinsi Jambi. Jejak tapak kemajuan Jambi diawali pada waktu Kerajaan Jambi kuno, kesultanan, atau seusai masuknya Islam di Sumatera hingga waktu penjajahan Belanda tetap bisa dihadapi sampai waktu ini.
Terus, piknik histori apa yang ternama di propinsi yang bernama Sepucuk Jambi Sembilan Lurah ini?
Situs Candi Muarojambi
Tumblr media
Situs Candi Muarojambi bisa di sebut yaitu situs terluas serta sangat historis di Jambi. Berada bersisihan dengan saluran Sungai Batanghari, sungai paling panjang di Sumatera. Diketahui selaku situs kota kuno di Sumatera, posisinya ringan digapai, cuma karena makan waktu kira-kira 30 menit perjalanan darat dari pusat Kota Jambi.
Candi yang dikatakan selaku warisan waktu Hindu-Buddha ini adalah yang terluas di Asia Tenggara. Luasnya sampai 12 km persegi atau 8x luas Candi Borobudur di Magelang, Ja-teng. Sejauh perjalanan menuju posisi candi, pengunjung bisa nikmati eloknya serangkaian beberapa rumah pentas tradisionil penduduk ciri-khas Melayu Jambi.
Mushola Seribu Tiang
Tumblr media
Mushola seribu tiang julukannya, akan tetapi nama resminya yaitu Mushola Agung Al-Falah. Sama pada web Candi Muarojambi, mushola ini ada dalam tepi Sungai Batanghari. Pembedanya, Mushola Seribu Tiang ini berdiri di jantung Kota Jambi.
Selaku tempat beribadah terbesar di Jambi, jejak tapak kemajuan Islam di Jambi tak lepas dari hadirnya mushola ini. Mushola yang ada dalam Jalan Sultan Thaha Syaifuddin No 60, Kelurahan Legok, ini diresmikan Presiden Soeharto di 1980. Posisinya lumayan dekat dengan Lapangan terbang Sultan Thaha, Jambi, ialah seputar 20 menit saja.
Kelenteng Hok Tek
Tumblr media
Kelenteng paling tua di Jambi ini ada dalam Jalan Husni Thamrin, Kelurahan Beringin, Kecamatan Pasar, Kota Jambi. Di papan nama usia bangunan beribadah ini tertera 154 tahun lalu. Di segi lain dari papan itu, tertulis keterangan sehubungan seseorang yang udah memberinya bantuan waktu bertandang ke kelenteng di tahun 2489 Imlek (1838 M).
Bangunan Kelenteng Hok Tek menghadap arah timur laut, sama dengan tecermin dari altar yang ada pada dalam bangunan. Seperti kelenteng pada biasanya, wujud atap tempat depan bangunan berjurai serta pelana (hsuan shan). Serta, tempat inti serta samping atapnya bersifat pelana dengan dinding tembok (ngang shan).
Rumah Batu Olak Kemang
Tumblr media
Olak Kemang yaitu nama suatu kampung yang berada di Kecamatan Danau Teluk, Seberang Kota Jambi. Dukuh ini tak jauh dari Kota Jambi yang cuma terpisah oleh saluran Sungai Batanghari. Kampung ini begitu termasyhur di Jambi sebab ada suatu situs historis, ialah Rumah Batu Olak Kemang. Antiknya, bangunannya merefleksikan gabungan tiga budaya, ialah China, Eropa, serta Islam di waktu kesultanan.
Kampung Olak Kemang ada dalam segi utara Kota Jambi. Kampung ini dapat dicapai cuma beberapa waktu saja dari Kota Jambi dengan melintasi Sungai Batanghari. Di sini gak cuma kental dengan kebiasaan Islamnya, namun juga bervariasi jejak tapak histori masuknya Islam di Sumatera dan tonggak berdirinya Kesultanan Jambi.
Rumah Batu jadi satu bangunan cukup mencolok di tengah pemukiman penduduk Kampung Olak Kemang. Menurut pembicaraan Syarifah Aulia yang pengurus Rumah Batu, rumah yang dijaganya itu adalah peninggalan seseorang penebar agama Islam di Kota Seberang di zaman ke-18 yang memiliki nama Sayyid Idrus Hasan Al-Jufri yang disebut Pangeran Wiro Kusumo.
Kuburan Raja Orang Kayo Hitam
Tumblr media
Ketimbang nama sejumlah raja lain di Jambi, Raja Orang Kayo Hitam bisa di sebut terkenal di Jambi. Narasi figure Raja Melayu Jambi ini bergabung dengan bervariasi narasi yang ikutiinya. Kuburan Orang Kayo Hitam ada pada Kampung Simpang, Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim). Dari Kota Jambi menghabiskan waktu kira-kira dua jam perjalanan darat buat tuju situs raja sangat historis di Jambi ini.
Itulah Rekreasi Sejarah Paling Terkenal di Jambi, tempat rekreasi bersejarah mana yang ingin kamu kunjungi bila kamu berliburan ke jambi? Untuk Kamu yang saat ini tinggal di Palembang, dan hendak melakukan perjalanan ke Jambi. Lincah Travel, menawarkan jasa transportasi dengan fasilitas antar jemput / door to door, yang akan menjemput dan juga mengantarkan Kamu ke Jambi.
Kami menyadari, bahwa harga merupakan faktor penting yang patut untuk dipertimbangkan, ketika akan melakukan perjalanan, Dalam hal ini perjalanan Kamu dari Palembang ke Jambi. Untuk itu, Lincah Travel Palembang Jambi memberikan harga yang kompetitif untuk Kamu, yang saat ini membutuhkan Jasa Transportasi Travel Palembang Jambi dengan harga yang Murah.
0 notes
memorandumcoid · 3 years
Text
Langit Hitam Majapahit - Bulak Banteng (2)
Langit Hitam Majapahit – Bulak Banteng (2)
Sementara itu, Bondan dan kelompok yang dipimpin Ra Caksana mulai menyusuri sungai kecil yang melintas di tepi Alas Jatipurwo. Bondan dan Ra Caksana sepakat untuk menyebar. Setelah menyeberangi jembatan, mereka berpencar dalam dua atau tiga kelompok kecil. Keduanya membagi kekuatan menjadi dua kelompok kecil dan mulai secara teliti menelusuri jejak-jejak pelarian Ki Cendhala Geni dan Ubandhana.…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
Judul: Di Tepi Sungai Dajlah
Penulis: Hamka
Terbitan: Jejak Tarbiah
Dan sekarang, terkumpullah ingatanku ke tanah yang akan kusinggahi. Tanah Iraq dan ibu kotanya Baghdad. Maka terkenanglah akan riwayat-riwayat yang telah lama dibaca dalam buku. Baik buku-buku waktu masa kemegahan Islam, atau buku-buku hikayat 1001 malam yang terkenal dan masyhur itu.
Teringatlah bahwasanya sejak zaman purbakala, tanah Iraq, iaitu hujung sebelah Utara dari Jazirah Arab, di tepi sungai-sungai Dajlah dan Furat, adalah negeri yang telah melalui riwayat beribu-ribu tahun.
Disanalah dahulu kalanya berdiri Kerajaan Babylonia. Dan di negeri Babylonia itulah meninggal Iskandar Masedonia ketika dia hendak pulang kembali ke Yunani, sesudah menaklukkan tanah Parsi dan sebahagian dari tanah India. Iaitu 3 abad sebelum AlMasih dilahirkan.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
0 notes
lutfiarifin · 7 years
Text
Tikus dan Manusia
Novel Karya John Steinbeck 
Judul asli : Of Mice and Men
Satu
Beberapa mil di sebelah selatan Soledad, Sungai Salinas mengalir tepat di tepi lereng bukit, dalam dan hijau. Airnya juga hangat, karena telah melulur berkelap-kelip di atas pasir kuning di bawah sinar matahari sebelum mencapai kobakan yang dangkal. Pada salah satu sisi sungai, lereng anak bukit berwarna emas melereng hingga Pegunungan Gabilan yang kukuh dan berbatu, namun di sisi lembah aliran sungai berjajar segaris dengan deretan pepohonan – pohon dedalu tampak segar dan hijau bersamaan dengan setiap datangnya musim semi, di bawahnya berserakan tangkai dari daun terendahnya sisa-sisa dari banjir di musim dingin; dan pohon ara dengan bercak-bercaknya, berwarna putih, dahannya yang terlentang dan rantingnya yang melengkung di atas kobakan. Di tepian yang berpasir di bawah pohon, dedaunan bertumpuk dan sangat kering di mana seekor kadal membuat gerakan yang sangat cepat saat ia berlari di antaranya. Kawanan kelinci muncul dari semak-semak untuk duduk di atas pasir pada waktu petang, dan permukaan yang basah dipenuhi oleh jejak rakun di malam hari, dan oleh bentangan alas anjing dari kompleks peternakan, dan oleh tapak kaki belah dari rusa yang datang mencari minum dalam kegelapan.
Ada sebuah jalan setapak melewati pepohonan dedalu dan di antara pohon ara, sebuah jalan yang sering dilewati oleh bocah-bocah yang turun dari kompleks peternakan untuk berenang di bagian genangan yang dalam, dan sering dilewati oleh para petualang yang turun dengan letih dari jalan raya pada saat petang untuk berkemah di dekat sungai. Di depan dahan pohon ara raksasa yang melintang rendah terdapat tumpukan abu yang terbentuk dari banyak sekali bekas api unggun; dahan itu kini telah menjadi halus oleh para pria yang pernah duduk di atasnya.
Sore di hari yang panas mulai menghembuskan angin di antara dedaunan. Bayangan awan memanjat perbukitan menuju puncak. Di atas pasir pada tepi sungai kelinci-kelinci duduk diam seperti patung batu kelabu. Kemudian dari arah jalan raya negara bagian terdengar bunyi langkah kaki di atas daun ara yang kering. Kelinci-kelinci tadi segera bersiaga tanpa suara. Seekor burung kuntul yang kaku berusaha mati-matian untuk terbang ke udara lalu mencatuk turun ke permukaan sungai. Untuk sesaat tempat tersebut tampak seperti tak berkehidupan, lalu dua orang laki-laki muncul dari jalan setapak dan berjalan menuju bukaan keluar pepohonan di dekat genangan hijau.
Mereka berjalan segaris pada jalan setapak, bahkan saat tiba di bukaan, yang satu tetap berjalan di belakang yang lain. Mereka berdua mengenakan celana denim dan dalam balutan mantel denim dengan kancing kekuningan. Keduanya memakai topi hitam yang tidak jelas bentuknya dan keduanya membawa gulungan selimut yang terikat kemas, yang tersampar di pundak mereka. Pria pertama pendek dan gesit, wajah yang gelap, dengan mata yang jelalatan dan tajam, sosok yang kuat. Setiap bagian darinya tampak jelas: kecil, tangan yang kuat, lengan yang ramping, hidung ramping dan kurus. Di belakangnya berjalan seseorang yang berkebalikan dengannya, seorang pria yang sangat besar, wajah yang tidak dapat tergambarkan, dengan mata pucat yang besar, bahu miring nan lebar; dia berjalan dengan berat, menarik kakinya perlahan, seperti seekor beruang menarik cakarnya. Lengannya tidak mengayun, tapi tergantung begitu saja.
Pria pertama berhenti sejenak di tanah terbuka, dan yang mengikuti hampir menabraknya. Dia membuka topinya dan mengelap gelang kain dengan jari telunjuknya dan menyingkirkan embun lembabnya. Kawannya yang besar menjatuhkan selimutnya dan meloncat turun meminum dari permukaan kobakan hijau; meminum dengan tegukan yang panjang, mendengus di dalam air seperti seekor kuda. Pria yang kecil melangkah gelisah di sampingnya.
“Lennie!” dia berkata dengan tajam. “Lennie, demi Tuhan jangan minum terlalu banyak.” Lennie lanjut mendengus di dalam genangan. Pria yang kecil membungkuk dan menggoyangkan bahunya. “Lennie. Kau akan sakit lagi seperti semalam.”
Lennie mencelupkan seluruh kepalanya ke bawah, beserta topi dan apa saja yang melekat, kemudian dia duduk di tepian dan dari topimya menetes-netes air pada mantel birunya dan mengalir ke punggungnya. “Air ini bagus,” dia berkata. “Kau minumlah sedikit, George. Minumlah sedikit air yang bagus ini.” Dia tersenyum riang.
George melepas buntelannya dan meletakkannya dengan hati-hati pada tepian kobakan. “Aku tidak yakin air ini bersih,” katanya. “Terlihat berbusa.”
Lennie memain-mainkan tangannya dalam air dan memutar-mutarkan jari-jarinya sehingga air tersebut memercik-mercik; lingkaran riak melebar hingga sisi lain genangan itu lalu memantul kembali. Lennie memerhatikan dengan seksama semua ini. “Lihat George. Lihat apa yang terjadi.”
George berlutut di samping kolam dan mencauk air dengan cepat dengan tangannya untuk minum. “Terasa biasa saja,” dia mengakui. “Jangan terburu-buru seperti itu, juga. Kau tidak harus minum air banyak-banyak saat sedang istirahat,” dia berkata dengan putus asa. “Kau juga bahkan tidak harus meminum air dari selokan jika kau memang haus.” Dia memercikkan sesauk air ke wajahnya dan membilaskan dengan tangannya, di bawah dagunya dan di sekitar tengkuk. Kemudian dia membenarkan posisi topinya, menjauh dari sungai, berlutut dan memeluk lututnya. Lennie, yang dari tadi mengamati, menirukan posisi George sama persis. Dia menarik topinya sedikit ke bawah matanya, sama seperti posisi topi George.
George memandang murung ke permukaan air. Ujung matanya merah padam bersama silau matahari. Dia berkata dengan geram, “Harusnya kita sudah sampai ke peternakan jika sopir bus bajingan itu tahu apa yang ia katakan. ‘Ja jalan sedikit saja keluar dari jalan raya,’ katanya. ‘Ja sedikit lagi.’ Hampir empat mil, anjing, sejauh itu. Cuman karena si bangsat itu terlalu malas untuk berhenti di gerbang peternakan. Aku yakin si bajingan sialan itu tidak layak untuk mampir di Soledad. Menyuruh kita keluar dan bilang ‘Ja jalan sedikit lagi.’ Aku berani sumpah itu lebih dari empat mil. Mana panas lagi, sialan.”
Lennie melihat dengan segan kepadanya. “George?”
“Yeah, apa maumu?”
“Kemana kita pergi, George?”
Pria kecil itu menarik ujung topinya dan memandang dengan marah kepada Lennie. “Jadi kau sudah lupa, begitu? Harus aku bilang lagi, hah? Tuhan Yesus, bajingan sialan!”
“Aku lupa,” Lennie berkata dengan lirih. “Aku tidak akan lupa lagi. Demi tuhan, George.”
“Oke – oke. Akan aku ulang. Kayak tidak ada kerjaan saja aku. Habis waktuku buat kasih tahu kau, habis itu lupa lagi, harus ulang lagi.”
“Aku sudah berusaha,” kata Lennie, “tapi aku tidak juga mengingatnya. Tapi aku masih ingat soal kelinci-kelinci itu, George.”
“Persetan dengan kelinci. Semua yang kau ingat cuma soal kelinci itu. Oke! Sekarang dengarkan dan kali ini kau harus ingat jadi kita tidak akan lagi terkena masalah. Kau ingat kejadian di parit samping jalan Howard dan melihat apa yang tertulis di papan itu?”
Wajah Lennie berubah menjadi senyuman gembira. “Kenapa, oh, tentu saja, George. Aku ingat itu … tapi … apa yang akan kita lakukan? Aku ingat banyak gadis yang lewat dan kau bilang … kau bilang …”
“Persetan dengan apa yang aku bilang. Kau ingat waktu kita pergi ke Murray and Ready's*, terus mereka memberikan kita kartu pekerjaan dan tiket bus?”
“Oh, tentu saja, George. Aku ingat semuanya sekarang.” Tangannya mencari-cari sesuatu di dalam saku mantelnya. Dia berkata dengan hati-hati, “George … punyaku hilang. Pasti jatuh.” Dia menengok ke tanah dengan putus asa.
“Kau memang tidak punya, anjing! Aku yang pegang keduanya. Kau pikir aku bakal biarkan kau pegang sendiri kartumu?”
Lennie menyeringai lega. “Aku… aku kira menyimpannya di dalam saku.” Tangannya bergerak lagi meraba sakunya.
George menatap galak kepadanya. “Apa yang kau ambil dari sakumu?”
“Tidak ada apa-apa di dalam sakuku,” Kilah Lennie dengan cerdik.
“Aku tahu tidak ada apa-apa. Kan sudah kau pindahkan ke tanganmu. Apa yang kau sembunyikan di tanganmu?”
“Aku tidak punya apa-apa, George. Sumpah.”
“Ayolah, kasih sini.”
Lennie menjauhkan genggaman tangannya dari George. “Ini hanya seekor tikus, George.”
“Tikus? Tikus hidup?”
“Uh-uh. Hanya tikus mati, kok. Aku tidak membunuhnya. Sumpah! Aku pungut tadi. Aku pungut sudah mati.”
“Sini kasih aku!” Kata George.
“Ah, biarkan aku menyimpannya, George.”
“Sini!”
Genggaman tangan Lennie menurut. George mengambil tikus itu dan melemparnya ke seberang sisi genangan air, ke arah rimbunan semak-semak. “Apa yang mau kau lakukan dengan tikus mati, hah?”
“Aku bisa mengelus-elusnya kalau kita sedang jalan,” kata Lennie.
“Begini, kau tidak boleh mengelus tikus kalau sedang jalan bersamaku. Kau ingat sekarang kemana kita pergi?”
Lennie tampak terkejut kemudian merasa malu, sehingga menyembunyikan mukanya di balik lututnya. “Aku lupa lagi.”
“Yesus Kristus,” kata George pasrah. “Baiklah, begini, kita akan bekerja di peternakan seperti yang kita datangi di utara sana.”
“Di utara?”
“Di Weed.”
“Oh, tentu saja. Aku ingat. Di Weed.”
“Peternakan yang akan kita datangi ada di bawah sana sekitar seperempat mil lagi. Kita akan ke sana dan menemui bosnya. Sekarang, perhatikan ini – aku akan memberikan tiket bekerja kita, tapi kau tidak perlu berkata apa-apa. Kau hanya perlu berdiri dan tidak usah bicara. Kalau dia tau kau itu idiot, kita tidak akan dapat pekerjaan, tapi kalau dia lihat kau bekerja sebelum dia mendengarmu bicara, kita aman. Paham?”
“Tentu saja, George. Aku paham.”
“Oke. Saat kita pergi menemui bosnya, apa yang akan kau lakukan?”
“Aku … aku … “ Lennie berpikir. Wajahnya mengerut karena berpikir.
“Aku … tidak usah bicara. Cukup berdiri saja.”
“Anak pintar. Begitu kan keren. Kau ulang lagi dua tiga kali biar kau tidak lupa lagi.”
Lennie mengulang-ulangi pelan, “Aku tidak usah bicara … aku tidak usah bicara … aku tidak usah bicara.”
“Oke,” kata George. “Dan jangan ulangi lagi apa yang pernah kau lakukan di Weed.”
Lennie terlihat kebingungan. “Yang aku lakukan di Weed?”
“Oh, jadi kau sudah lupa, ya? Baiklah, tidak akan aku ceritakan, aku khawatir kau akan melakukannya lagi.”
Cahaya pemahaman menyeruak dari wajah Lennie. “Mereka mengusir kita dari Weed,” dia meledak penuh kemenangan.
“Mengusir kita, dengkulmu,” kata George dengan jijik. “Kita melarikan diri. Mereka mencoba mengejar kita, tapi mereka tidak berhasil menangkap kita.”
Lennie terkekeh bahagia. “Berani taruhan, aku tidak melupakannya.”
George berbaring pada pasir dan melipat tangannya di bawah kepalanya, dan Lennie menirukannya, mengangkat kepalanya mengecek apakah dia melakukannya dengan benar. “Oh Tuhan, kau memang bermasalah,” kata George. “Aku bisa hidup enak dan nyaman jika tidak ada kau yang mengekoriku terus-terusan. Aku bisa hidup dengan mudah dan mungkin punya seorang pacar.”
Beberapa saat Lennie berbaring dengan tenang, dan kemudian dia berkata dengan penuh harapan, “Kita akan bekerja di peternakan, George.”
“Betul sekali. Kau paham sekarang. Tapi kita akan tidur di sini karena aku punya rencana.”
Hari telah bergerak cepat. Tinggal puncak Pegunungan Gabilan saja yang tersinari cahaya matahari yang telah lenyap dari daerah lembah. Seekor ular air meluncur di atas permukaan genangan, kepalanya menongol seperti periskop kecil. Alang-alang tersentak sedikit karena riak air. Jauh dari arah jalan raya seorang pria meneriakkan sesuatu, dan pria lain membalas teriakan itu. Dahan pohon ara berdesir akibat hembusan angin yang tiba-tiba hilang begitu saja.
“George – kenapa kita tidak pergi ke peternakan dan mencari makan malam. Mereka punya makanan di peternakan itu.”
George berputar ke sampingnya. “Tidak usah banyak alasan. Aku suka di sini. Besok kita akan pergi bekerja. Aku melihat mesin penebah di bawah sana. Artinya kita akan mengisi kantung gandum, sibuk dengan pekerjaan kita. Malam ini, aku akan berbaring di sini dan memandang langit. Aku lebih suka begini.”
Lennie bangkit berlutut dan memandang kepada George. “Berarti kita tidak punya makan malam?”
“Tentu saja kita punya, jika kau bersedia mengumpulkan ranting dedalu. Aku punya tiga kaleng kacang di dalam bungkusanku. Kau siapkan apinya. Aku akan memberikanmu sekaleng jika kau sudah menyusun ranting-rantingnya. Lalu kita akan memanaskan kacangnya dan makan malam.”
Lennie berkata, “Aku suka kacang pakai saus.”
“Oke, tapi kita tidak punya saus. Kau pergilah cari kayu. Dan jangan kau melakukan hal konyol. Sebentar lagi akan gelap.”
Lennie berjalan ogah-ogahan dan menghilang di balik semak-semak. George masih berbaring di tempat yang tadi sambil bersiul pelan. Muncul gemercik seperti sesuatu yang mencebur di sungai dari arah yang telah diambil Lennie. George berhenti bersiul dan mendengarkan. “Bajingan miskin,” dia berkata pelan, kemudian melanjutkan siulannya.
Baru sebentar, Lennie datang kembali dengan menerjang semak-semak. Dia membawa sebuah ranting dedalu kecil di tangannya. George bangkit.
“Oke,” dia meminta dengan kasar. “Berikan tikus itu!”
Namun Lennie berusaha membuat gerakan pantomim yang sulit dipahami. “Tikus apa? Aku tidak punya tikus.”
George menggenggam tangannya. “Ayo. Berikan kepadaku. Kau tidak boleh menyimpan apa pun.”
Lennie bimbang, berbalik, menatap tajam ke jejeran semak-semak seolah dia berpikir untuk kabur. George berkata dengan dingin, “Kau harus berikan aku tikus itu atau haruskah aku memukulmu?”
“Berikan kau apa, George?”
“Kau tahu apa, sialan. Aku mau tikus itu.”
Lennie dengan enggan meraba sakunya. Suaranya pecah sedikit. “Aku tidak tahu kenapa aku tidak boleh memilikinya. Ini bukan tikus siapa pun. Aku tidak mencurinya. Aku menemukannya tergeletak di pinggir jalan.”
Tangan George tetap menadah dengan angkuh. Perlahan, seperti anjing pemburu yang tidak mau membawakan bola kepada tuannya, Lennie mendekat, mundur, mendekat lagi. George menabok jari-jarinya dengan keras, dan saat itu juga Lennie membuka tangannya yang menyimpan tikus itu.
“Aku tidak melakukan hal yang buruk dengan ini, George. Hanya membelainya.”
George bangkit dan melempar tikus itu sejauh mungkin ke arah semak belukar yang gelap, lalu dia melangkah ke genangan air dan mencuci tangannya. “Kau ini tolol. Tidakkah kau berpikir aku dapat melihat kakimu basah karena kau masuk ke sungai untuk mengambil tikus itu?” Dia mendenger rengekan Lennie yang menangis dan berguling-guling. “Menangis kayak bayi saja! Yesus Kristus! Pria besar sepertimu.” Bibir Lennie bergetar dan air mata berlinang di matanya. “Aw, Lennie!” George meletakkan tangannya pada bahu Lennie. “Aku tidak membuangnya tanpa alasan. Tikus itu tidak bersih, Lennie; selain itu, kau mengelus-elusnya pula. Carilah tikus yang bersih dan akan aku biarkan kau menyimpannya sementara waktu.”
Lennie duduk di tanah dan sesenggukan dengan sedih. “Aku tidak tahu di mana lagi, tidak ada tikus yang lain. Aku ingat seorang nyonya pernah memberikan tikus kepadaku setiap kali dia mendapatkannya. Tapi nyonya itu tidak ada di sini.”
George mencemooh. “Nyonya, hah? Kau bahkan tidak ingat siapa nyonya itu. Itu bibimu sendiri, Bibi Clara. Dan dia tidak pernah lagi memberikanmu tikus. Karena kau selalu membunuh mereka.”
Lennie menatap dengan sedih ke arahnya. “Merek begitu kecil,” katanya menyesal. “Aku hanya mengelus mereka, dan tiba-tiba mereka menggigit jariku jadi aku menjepit kepalanya sedikit lalu mereka mati – karena mereka begitu kecil.
“Aku harap kita menangkap kelinci, George. Mereka tidak terlalu kecil.”
“Tai kucing dengan kelinci. Kau juga tidak bisa dipercaya dengan tikus yang tidak hidup. Bibi Clara-mu memberikanmu tikus karet dan kau tidak memainkannya.”
“Itu tidak enak untuk dielus,” kata Lennie.
Cahaya matahari terbenam sirna dari puncak pegunungan dan wilayah lembah telah memasuki waktu akhir petang, dan kegelapan tampak sebagian di antara pohon dedalu dan pohon ara. Seekor ikan besar muncul dari permukaan genangan air, meneguk udara lalu tenggelam kembali secara misterius ke dalam air yang gelap, meninggalkan riak melingkar dan melebar pada permukaan air. Di atasnya daun-daun tergerus lagi dan segumpal kecil kapas dari pohon dedalu mengayun turun dan mendarat di permukaan genangan.
“Kau akan mengambil kayu-kayu itu, kan?” Pinta George. “Ada banyak di balik pohon ara. Kayu yang terseret karena banjir. Kau mengerti?”
Lennie pergi ke balik pohon dan mengeluarkan sampah daun dan ranting kering. Dia melemparkannya ke dalam bekas tumpukan kayu bakar dan kembali untuk mengambil lebih banyak lagi. Kini hari hampir berganti malam. Sayap merpati mengepak di atas air. George berjalan mendekati tumpukan api dan menyalakan daun kering. Lidah api menggeretak di antara ranting dan mulai bekerja untuk menghasilkan api unggun. George membuka buntelannya dan mengeluarkan tiga kaleng kacang. Dia berdiri di dekat api, cukup dekat dengan jolakan, tapi tidak sampai bersentuhan dengan api tersebut.
“Kacang ini bahkan cukup untuk empat orang,” kata George.
Lennie menyaksikannya dari sisi lain api. Dia berkata dengan tenang, “Aku suka kacang pakai saus.”
“Baik, kita tidak akan makan apa pun,” sembur George. “Apa saja yang tidak kita miliki, itu yang kau inginkan. Oh Tuhan Maha Besar, kalau saja aku sendirian, aku bisa hidup dengan mudah. Aku bisa mendapatkan pekerjaan, dan tidak mendapat masalah seperti ini. Tidak kacau sama sekali, dan saat akhir bulan tiba aku akan mendapatkan lima puluh dolarku dan pergi ke kota dan membeli apa pun yang aku inginkan. Kenapa tidak, aku juga bisa tidur di sarang lonte sepanjang malam. Aku bisa makan di tempat mana pun yang aku inginkan, di hotel atau di mana pun, dan memesan apa saja yang bisa aku pikirkan. Dan aku bisa melakukannya setiap bulan. Minum bergalon-galon wiski, atau duduk di meja biliar dan bermain kartu atau menyodok bola biliar.” Lennie memegang lututnya dan menatap geram kepada George. Dan wajah Lennie dipenuhi rasa takut. “Dan lihat apa yang aku dapatkan sekarang,” George melanjutkan dengan marah yang meledak-ledak. “Aku mendapatkan kau! Kau tidak bisa mempertahankan pekerjaanmu sendiri dan kau membuatku kehilangan setiap pekerjaan yang aku dapatkan. Membuatku terpaksa berpindah-pindah tempat ke seluruh penjuru negeri sepanjang waktu. Dan itu bukanlah yang terburuk. Kau selalu melibatkanku dalam masalah. Kau melakukan hal-hal buruk dan aku yang akan mengeluarkanmu dari masalah itu.” Suaranya terus naik hingga hampir berteriak. “Kau anak sundal sialan. Kau membuatku seolah terendam di air panas sepanjang waktu.” Dia melakukan gerakan selayaknya anak gadis ketika mereka memimik satu sama lain. “Keinginanmu untuk mencoba memakai setelan anak gadis itu – pun ingin mengelus-elus seekor tikus – bagaimana mungkin dia paham kalau kau hanya ingin mencoba pakaiannya? Dia meronta mundur dan kau menahannya seolah dia seekor tikus. Dia berteriak dan kita terpaksa bersembunyi di saluran irigasi sepanjang hari dengan orang-orang kampung mencari kita, dan kita harus menyelinap di dalam kegelapan dan keluar dari daerah itu. Setiap saat seperti itu—setiap saat. Aku harap aku bisa memasukkanmu ke dalam kerangkeng bersama jutaan tikus dan membiarkan kau bersenang-senang.” Kemarahannya tiba-tiba lenyap. Dia memandang menembus api kepada wajah Lennie yang tampak menderita, lalu dengan malu dia mengalihkan pandangan ke kobaran api.
Suasana mulai gelap, namun kobaran api menyinari batang-batang pohon dan ranting yang melengkung di atas. Lennie merangkak perlahan dan hati-hati mengitari api unggun hingga dia cukup dekat dengan George. Dia berjongkok. George membalik kaleng kacang agar sisi sebelahnya terkena api. Dia berpura-pura tidak memedulikan Lennie yang sangat dekat di sampingnya.
“George,” sangat pelan. Tidak ada jawaban. “George!”
“Apa maumu, hah?”
“Itu hanya bercanda, George. Aku tidak mau pakai saus. Aku tidak akan makan saus walaupun ada saus di sampingku.”
“Jika ada, kau boleh memakannya.”
“Tapi aku tidak akan memakai saus, George. Aku akan memberikan semuanya untukmu. Kau bisa mengoles kacangmu dengannya dan aku tidak akan menyentuhnya sama sekali.”
George masih menatap murung ke arah api unggun. “Saat aku memikirkan omong kosong hidup tanpa dirimu, aku jadi gila. Aku tidak akan bisa tenang.”
Lennie masih berlutut. Dia melihat ke arah kegelapan di seberang sungai. “George, kau mau aku pergi saja dan meninggalkanmu sendiri?”
“Memang kau bisa pergi ke mana, anjing?”
“Ya, aku bisa, kok. Aku bisa pergi ke perbukitan sana. Di tempat yang mungkin ada guanya.”
“Begitukah? Bagaimana kau akan makan? Kau bahkan tidak sadar kalau kau tidak punya apa-apa untuk dimakan.”
“Aku akan mencari sesuatu, George. Aku tidak butuh makanan enak dengan saus. Aku akan berbaring di bawah matahari dan tidak ada yang akan menyakitiku. Dan kalau aku menemukan tikus, aku bisa menyimpannya. Tidak akan ada yang mengambilnya dariku.”
George menatapnya segera dan mencari tahu. “Aku telah menjadi orang jahat, begitukah?”
“Kalau kau tidak menginginkanku aku bisa pergi ke bukit dan mencari gua. Aku bisa pergi kapan pun.”
“Jangan – Tunggu! Aku hanya bercanda, Lennie. Karena aku ingin kau tetap bersamaku. Masalah dengan tikus itu adalah kau selalu membunuh mereka.” Dia berhenti sejenak. “Katakan apa yang kau ingin aku lakukan. Pertama-tama, aku akan mencarikanmu seekor anak anjing. Mungkin kau tidak akan membunuhnya. Itu lebih baik dari tikus. Dan kau bisa mengelusnya lebih keras.”
Lennie menghindari umpan tersebut. Dia merasakan keuntungannya. “Jika kau tidak menginginkanku, kau cukup mengatakannya, dan aku akan pergi ke bukit-bukit itu – ke atas bukit-bukit itu dan tinggal sendiri. Dan tidak akan akan ada yang mencuri tikus-tikus dariku.”
George berkata, “Aku ingin kau tinggal denganku, Lennie. Yesus Kristus, seseorang akan menembakmu untuk diberikan ke ajak kalau kau sendirian. Jangan, kau tetap bersamaku. Bibi Claramu tidak akan suka kau berkeliaran sendirian, meskipun dia sudah meninggal.”
Dengan licik Lennie buka suara, “Ceritakan kepadaku – tentang yang waktu itu.”
“Yang waktu itu yang mana?”
“Tentang kelinci-kelinci itu.”
George tersentak, “Kau tidak akan bisa mengecohku.”
Lennie memohon, “Ayolah, George. Ceritakan dong. Tolonglah, George. Seperti yang kau lakukan waktu itu.”
“Tapi kau akan menyukainya, kan? Baiklah, akan aku ceritakan, setelah itu kita akan makan ….”
Suara George berubah menjadi lebih berat. Dia mengulangi kata-katanya secara berirama seakan dia sudah menceritakannya berulang kali. “Orang-orang seperti kita, yang bekerja di peternakan, adalah orang-orang paling kesepian di dunia. Mereka tidak memiliki keluarga. Mereka tidak punya tempat tinggal. Mereka datang ke peternakan dan bekerja keras mengumpulkan uang lalu pergi ke kota dan menghamburkannya, dan satu pertama yang kau tahu adalah mereka bekerja keras di beberapa peternakan lain. Mereka juga tidak punya apa pun untuk dicari buat masa depan.”
Lennie sangat senang. “Itu dia – itu dia. Sekarang ceritakan apa yang akan terjadi dengan kita.”
George melanjutkan. “Kita tidak akan menjadi seperti itu. Kita memiliki masa depan. Kita punya seseorang untuk diajak berbicara yang akan peduli dengan kita. Kita tidak akan duduk di bar mana pun untuk menghambur-hamburkan uang hanya karena kita tidak punya tempat untuk didatangi. Jika mereka, orang-orang itu masuk penjara mereka akan membusuk dan tidak akan ada yang memedulikan mereka. Tapi kita tidak seperti iti.”
Lennie memotong. “Tapi kita tidak seperti itu! Dan kenapa? Karena … karena aku punya kau untuk menjagaku, dan ada aku untuk menjagamu, itulah alasannya.” Dia tertawa gembira. “Lanjutkan, George!”
“Kau sudah mengetahuinya. Coba kau lanjutkan.”
“Tidak, kau saja. Aku lupa beberapa bagian. Ceritakan apa yang akan terjadi.”
“Oke. Suatu hari – kita akan mendapatkan uang bersama-sama dan kita akan memiliki sebuah rumah yang kecil dan beberapa hektar lahan dan seekor sapi dan beberapa ekor babi dan  – “
“Dan ‘hidup dengan keuntungan dari hasil panen’,” Lennie berteriak. “Dan juga kelinci. Lanjutkan, George! Ceritakan tentang apa yang akan kita miliki di taman dan soal kelinci di kandang dan tentang hujan di musim dingin dan tungku penghangat, dan bagaimana krim kental di atas susu yang bisa langsung dicolek. Ceritakan tentang itu, George.”
“Kenapa kau tidak cerita sendiri? Kau sudah tahu semuanya.”
“Tidak … kau saja. Tidak akan sama rasanya kalau aku yang cerita. Lanjutkan … George. Bagaimana aku merawat kelinci-kelinci itu.”
“Baiklah,” kata George, “kita akan memiliki kebun sayuran dan kandang kelinci dan ayam. Dan ketika hujan turun di musim dingin, kita hanya akan berkata persetan dengan bekerja, dan kita akan menyusun kayu di perapian dan duduk di dekat situ dan mendengar rintik hujan di atap – Gila!” Dia mengeluarkan pisau kecilnya. “Sudah cukup dengan ceritanya.” Dia mengarahkan pisaunya ke atas salah satu kaleng kacang, membuka tutupnya dengan pisau dan memberikan kaleng itu untuk Lennie. Kemudian dia membuka kaleng kedua. Dari saku bajunya dia mengeluarkan dua sendok dan menyerahkan yang satu ke Lennie.
Mereka duduk di dekat api unggun dan memasukan kacang ke dalam mulutnya dan mengunyah dengan lahap. Sebagian kacang belepotan di sekitar mulut Lennie. George memberi isyarat dengan sendoknya. “Apa yang akan kau bilang besok jika bos peternakan menanyaimu?”
Lennie berhenti mengunyah dan menelan. Wajahnya tampak berkonsentrasi. “Aku … aku tidak akan … mengatakan apa pun.”
“Nah, pintar! Bagus, Lennie! Mungkin kau telah menjadi lebih baik. Saat kita mendapatkan beberapa hektar tanah, aku akan membiarkanmu memelihara kelinci, Oke?
Terutama jika kau tetap mengingatnya.”
Lennie sesak dipenuhi kebanggaan. “Aku bisa mengingatnya,” katanya.
George menggerak-gerakan sendoknya lagi. “Perhatikan ini, Lennie. Aku ingin kau untuk memerhatikan sekeliling tempat ini. Kau harus mengingat tempat ini, bisa? Peternakan sekitar seperempat mil mengikuti jalan itu. Cukup ikuti sungai?”
“Tentu,” kata Lennie. “Aku bisa mengingat ini. Bukankah aku masih ingat untuk tidak mengatakan apa pun?”
“tentu saja kau bisa. Baik, perhatikan. Lennie – jika kau mendapatkan masalah, sepeerti yang selalu kau lakukan sebelum-sebelumnya, aku ingin kau datang ke sini dan bersembunyi di semak-semak.”
“Sembunyi di semak-semak,” ulang Lennie dengan lambat.
“Sembunyi di semak-semak hingga aku datang. Kau bisa ingat, kan?”
“Tentu aku ingat, George. Sembunyi di semak-semak hingga kau datang.”
“Tapi kau tidak akan membuat masalah sebab jika kau melakukannya, aku tidak akan mebiarkanmu memelihara kelinci.” Dia melempar kaleng kosongnya ke arah semak-semak.
“Aku tidak akan mendapat masalah, George. Aku tidak akan berkata apa pun.”
“Oke. Bawa ke sini barang bawaanmu taruh dekat api unggun. Tempat ini bagus untuk kita tidur. Di atas kita terlindungi dahan dan daun. Jangan tambahkan kayu bakarnya. Biarkan saja apinya padam.”
Mereka menata tempat tidur mereka di atas pasir, dan ketika nyala api makin pendek semburatnya menjadi semakin redup; ranting yang berkeluk menghilang dan tinggal cahaya samar-samar yang semakin redup menunjukan di mana batang pohon berada. Dari kegelapan Lennie memanggil, “George – kau sudah tidur?”
“Belum. Kau mau apa?”
“Nanti kelincinya warnanya harus berbeda, ya, George.”
“Siap,” George menjawab sambil menahan kantuk. “Kelinci merah dan biru dan hijau, Lennie. Jutaan kelinci.”
“Kelinci yang bulunya tebal, George, seperti yang aku lihat dulu waktu pameran di Sacramento.”
“Siap, yang bulunya tebal.”
“Karena kalau tidak aku bisa pergi, George, dan tinggal di gua.”
“Kau juga boleh pergi neraka, anjing,” kata George. “Sekarang diamlah.”
Cahaya merah samar terlihat dari daerah pertambangan. Di atas bukit dekat sungai seekor ajak melaung, dan seekor anjing menjawabnya dari sisi lain di seberang sungai. Daun pohon ara berdesir dalam hembusan angin malam.
>>Bagian Satu tamat<<
Diterjemahkan oleh: Lutfi Arifin
Murray and Ready's : Agensi pemberi pekerjaan pada masa depresi di Amerika Serikat. Pengumuman info pekerjaan biasanya dipajang pada papan tulis.
Novel ini sudah pernah diterjemahkan oleh sastrawan mutakbar Indonesia, eyang Pram. Silahkan cari di toko buku terdekat untuk mencari terjemahan dengan kualitas yang adiluhung dan bahasa kolot ala beliau.
7 notes · View notes
stmaaryam · 7 years
Photo
Tumblr media
Aku tak pernah paham Mengapa hujan selalu jatuh berkali-kali Bahkan dengan senang hati. Pun aku tak pernah tau Seperti apa niat hujan Yang selalu ingin jatuh Di tempat yang sama Aku bertanya, Kau menyenangkan katak-katak di tepi sungai? Ataukah kau jatuh Untuk seorang anak kecil Yang selalu berbinar menatap Satu per satu air jatuh Yang kemudian memantul Membentuk sebuah mahkota indah Di atas kepala? Sulit di mengerti. Bagaimana mungkin hal yang sama tapi membuat keadaannya berbeda? Bahkan Anak kecil dalam diriku Selalu riang menyambut hujan Ingin berlari bermain di bawah bumi yang mulai basah. Tapi sisi lain dalam diriku tidak begitu Entahlah.. Tak bisa di nafi kan Macam Rindu yang Keras kepala ingin pulang Namun tak ada jejak Yang bisa ku pijak Bagaimana mungkin ia bisa pulang Sementara tujuannya Sudah hilang? Sekali lagi cukup ku tanya niatmu. Hujan, kau datang untuk apa ?
1 note · View note