Tumgik
#Impian Para Muda Mudi
rezticia · 2 years
Text
Rambling thoughts (20)
Ternyata rambling thoughts saya sedikit ya. Beberapa tahun micro-blog ini terisi, hanya sembilan belas post tentang ke-semrawut-an pikiranku.
Sudah lama sekali aku meninggalkan kegiatan tulis-menulis. Jiwa-raga lelah, sungguh-sungguh lelah. Namun, kali ini ada sesuatu yang ingin aku bagi, yakni impianku. Impian menjadi manusia yang tidak mau menindas orang lain karena masih muda, masih junior, masih tidak mengerti, masih planga-plongo. Impian menjadi manusia tidak tempramental, tidak langsung menghakimi tanpa mendengarkan banyak sisi cerita. Impian menjadi manusia yang mau mendengarkan, mau menjelaskan, mau berkompromi dengan hal yang seharusnya bisa dikompromi. Impian menjadi manusia yang berusaha untuk memahami manusia secara utuh-sebagaimana Allah menciptakan manusia yang sangat amat detil dan menyeluruh.
Namun, mewujudkan itu adalah hal yang sulit. Impianku sulit. Salah satu faktornya adalah diriku yang terlalu give in dengan segala keadaan di lapangan-termasuk manusia-manusia di dalamnya. Benarlah dalam hadis nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam tentang teman pembuat parfum dan pandai besi. Mungkin, saat ini aku adalah pandai besi. Entah kapan aku menjadi pembuat parfum, yang menyeruakkan keharuman semerbak kebaikan di jalan Allah. Mungkin, suatu saat nanti, Allah temukan lagi aku dengan rombongan pembuat parfum, sehingga aku terpercik sedikit keharuman kebaikannya.
Sesungguhnya aku merasa tersesat. Apakah ini pilihanku menjadi pandai besi? Apakah ini pilihanku menjadi teman pandai besi?
Suatu saat aku ingin impianku terwujud. Ketika aku tidak muda lagi, aku ingin menjadi manusia bijaksana (bila belum kembali kepada Allah) dan membimbing para muda-mudi tanpa amarah dan kesal. Aaaamiin ya rabbal 'aalamiin.
3 notes · View notes
thrsblog · 3 years
Text
Tentang Privilege
Tumblr media
Di era digital sekarang ini, sangat mudah bagi setiap individu untuk melihat pencapaian orang lain. Bukan itu saja, mencari informasi tentang latar belakang kehidupan orang lain pun sangat mudah di dapat bahkan hanya dengan bermodalkan jari, gawai, dan akses internet. Dalam hitungan detik, informasi yang ingin di dapatkan langsung tampil pada layar. Ya, itulah mengapa sekarang ini tidak sedikit muda mudi merasa insecure atas pencapaian orang lain.
Well, ketika seseorang berhasil dengan pencapaian mereka, ada saja komentar sumbang di luar sana.
"Wajarlah, orang tuanya berduit"
"Gak heran. Lingkungannya mendukung"
"Oh, pantes aja. Dia kan punya banyak privilege"
Jujur sih, aku termasuk salah satu orang yang komentar seperti itu juga. Aku adalah tipe orang yang suka melihat kisah perjalanan manusia yang sukses dengan impian mereka. Ya, klasik lah. Aku sedang berupaya mencari motivasi dan jalan agar aku bisa mengikuti jejak mereka. Siapa di sini yang gak mau sukses? Ada?
Ku namai proses pengamatanku pada manusia-manusia sukses itu sebagai proses penemuan. Tentu saja, ada banyak hal yang ku dapat saat aku menjadi seorang detektif dadakan. Di luar dari segala hak istimewa mereka, aku juga menemukan keinginan dan tekad kuat dalam diri mereka. Belum lagi, usaha gila yang mereka lakukan untuk mencapai impian mereka. Saat ku sadar akan hal itu, saat itu juga ku singkirkan pemikiranku tentang hak istimewa yang mereka punya.
Saat itu juga aku ingat sebuah teori, bahwa kita tidak bisa memilih dilahirkan seperti apa. Kita tidak bisa memilih siapa orang tua kita, seperti apa bentuk wajah kita. Ya, sebagaimana aku tidak bisa memilih hal di atas, mereka juga. Jadi, pencapaian mereka saat ini tidak mutlak datang dengan sendirinya. Mereka berjuang, mereka berkorban, mereka berupaya. Aku membayangkan, seandainya mereka hanya bergantung dengan privilege mereka, belum tentu mereka berada di titik kesuksesan sekarang.
Ada hal yang sangat krusial di luar dari privilege itu sendiri. Yaitu, tujuan, impian, cita-cita. Once you have goals, saat itu juga kamu tahu apa yang harus kamu lakukan. Impianku boleh saja sama dengan manusia-manusia sukses itu, tapi aku juga harus bisa memetakannya, melihat lagi siapa diriku. Ketika mereka bisa mencapainya dengan lebih mudah, maka aku dilarang berkecil hati. Tugasku hanyalah fokus pada usahaku.
Mungkin menjadi seperti Nadim Makarim, Belva Devara, Maudy Ayunda, dan para manusia sukses lainnya terlalu sulit atau bahkan mustahil. It's okay, mungkin aku tidak harus menjadi sebesar mereka, ada jalan lain yang lebih cocok untuk ku tentunya.
Pada akhirnya, aku berhenti pada titik "menjadi berarti tidak selamanya harus menjadi besar. Dalam sebuah bangunan, mungkin kamu hanya menjadi butiran pasir yang tidak akan pernah terlihat saat bangunan itu jadi. Namun, karena pasirlah bangunan itu bisa berdiri kokoh dan indah".
Aku percaya, bahwa Allah menciptakan manusia dengan "hak istimewa" masing-masing. Tugas kita hanya fokus pada apa yang kita punya. Bukan malah sibuk melihat milik orang lain lalu mempermasalahkannya. Aku percaya, kesuksesan itu ada saat kita berupaya. Dan akan hilang saat kita berhenti berupaya.
Juli, 25 2021.
3 notes · View notes
ariofourpointo · 6 years
Text
Impian Satu Abad
Tumblr media
--Sebuah Narasi--
"Seabad yang lalu, kau sulut riak di seantero bumi. Kau gegap-gempitakan segenap jiwa manusia yang bersatu dalam ikatan kebangsaan.
Seabad yang lalu, kau teriakkan dengan lantang ikrar-mu sebagai bangsa merdeka. Bangsa yang berambisi menghadirkan peradaban yang bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
Seabad yang lalu, muda-mudi Nusantara mengguncang dunia, meninggalkan jejak sejarah untuk dinapaktilasi, supaya insan-insan Indonesia tak takut bermimpi besar dan tak gentar dalam mewujudkannya.
Dan hari ini, kami persembahkan padamu, Ibu Pertiwi, masyarakat Indonesia yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Sebagai wujud bakti kami kepada negeri ini, sebagai wujud kenangan kami akan para pendahulu kami.
Sebagai pengingat bagi para penerus kami, bahwasanya mereka terlahir dari rahim-rahim manusia yang berani bermimpi besar, dan tak gentar mewujudkan mimpi-mimpi itu.
Hari ini kami persembahkan, manifestasi impian satu abad Indonesia.
Salam Indonesia Emas 2045"
Aku, kamu, dan mereka adalah kita, kumpulan pejuang yang militan bagi kemaslahatan segenap tumpah darah Indonesia.
Ketika kita tuliskan nama kita di atas secarik kertas janji itu, sudah sepatutnya kita tulis pula sumpah itu di dalam sanubari.
Resapilah kawan, bahwasanya kita adalah garda terdepan untuk mewujudkan impian satu abad Indonesia. Dan kita akan bersama-sama bacakan dengan lantang narasi di atas ketika waktunya tiba.
Aku, kamu, dan mereka adalah kita. Kita adalah pejuang Indonesia Emas 2045.
Dirgahayu, Indonesia 🇮🇩
-A.D.-
1 note · View note
arofiudinn · 4 years
Text
LA LA LAND: KISAH ROMANSA YANG TAK MELULU SOAL CINTA
Memilih, diakui atau tidak, memang salah satu pekerjaan yang paling sulit dilakukan. Apalagi saat dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama pentingnya, siapapun pasti akan merasa pusing dan galau. Premis mengenai pilihan dalam kehidupan inilah yang diangkat dalam film romansa berjudul La La Land ini.
La La Land adalah sebuah film bergenre drama musikal yang bercerita mengenai perjalanan dua insan muda, Sebastian dan Mia, dalam mengggapai mimpi mereka. Tokoh Sebastian yang diperankan oleh Ryan Gosling merupakan seorang musisi jazz amatir yang gigih mengejar panggung besar yang diimpikannya. Sedangkan Mia, yang diperankan oleh si cantik Emma Stone, dikisahkan sebagai pekerja café yang beraspirasi menjadi aktris dan meraih popularitasnya sendiri.
Tak sampai di sana, ternyata takdir mempertemukan kedua muda-mudi berambisi besar ini. Selanjutnya, mungkin seperti yang bisa ditebak juga dari poster dan trailer filmnya, keduanya saling jatuh cinta dan berkomitmen untuk menjalin hubungan asmara. Akan tetapi di saat yang sama, keduanya pun tak bisa melepaskan impian yang sudah susah-payah mereka bangun dengan kerja kerasnya. Terlebih, Los Angeles, yang disetting menjadi latar tempat dalam film ini terkenal sebagai tempat yang tak kenal ampun bagi mereka yang hanya setengah hati mengejar mimpinya menjadi seorang professional.
Di sinilah muncul dilema mengenai hal berharga mana yang akan mereka pilih, mimpi atau cinta? Apakah mereka bisa sukses menggapai keduanya atau harus ada satu yang dikorbankan?
Melalui film La La Land, sang sutradara Damien Chazelle akan menyuguhkan jawaban versi dirinya dari persoalan pilihan dalam hidup yang kita alami setiap hari ini. La La Land juga tidak bisa dianggap sebagai film romansa biasa karena di dalamnya Damien pun mempertontonkan indahnya perjuangan mengejar mimpi. Menurut penuturan Damien, fokus pada ambisi dan impian para tokoh dalam film ini merupakan salah satu pesan utama yang ingin ia sampaikan kepada penonton.
"Aku ingin film ini menjadi surat cinta dariku bagi impian-impian, dan orang-orang yang berjuang mewujudkannya. Juga bagi orang yang memperjuangkan impiannya walau kadang dicemooh oleh masyarakat," ungkapnya seperti dikutip dari laman firstshowing.net.
Sejak screening awalnya di Festival Film Venice di Italy pada 31 Agustus 2016 lalu, La La Land sudah menuai banyak pujian dari penonton dan para kritikus film. Tak hanya penyutradaraan dan cerita film saja yang banjir pujian, para pemeran film ini seperti Ryan Gosling dan Emma Stone pun disanjung atas briliannya akting mereka dalam La La Land. Respon positif tersebut tak pelak membuat banyak orang mengantisipasi film ini. Salah satunya adalah Bilqis (21). Bilqis mengungkapkan dirinya sangat tertarik menonton film ini karena deretan para bintangnya yang dikenal sebagai artis kelas atas.
“Aku sebelumnya emang udah pernah liat film Ryan Gosling yang judulnya The Nice Guys, dan dari situ aku dibuat kagum banget sama aktingnya. Aku enggak nyangka dia bisa sebagus itu di genre komedi. Dan walaupun La La Land genrenya drama romansa dan musikal, tapi aku tetap nunggu kejutan yang bakal dikasih Ryan di film ini,” ucap Bilqis.
Selain Bilqis, Erlan (21) yang juga merupakan seorang mahasiswa ini turut menyatakan ketertarikannya terhadap La La Land. Dari trailer yang sudah ia saksikan, ia langsung merasa terjerat oleh eleman musikal yang ditampilkan di dalamnya. “Gue sih sebenernya jarang nonton film musikal ya. Tapi gue ngerasa film ini (La La Land) kayaknya bakal bagus soalnya musiknya di trailer juga enak didenger dan visualnya keliatan menjanjikan,” ungkapnya.
Film besutan Damien ini kini sudah ditayangkan secara luas di Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya. Namun La La Land belum masuk ke teater-teater di negara-negara Asia, termasuk Indonesia. Penikmat film Indonesia hanya bisa berharap agar film berkualitas yang sudah memenangi banyak penghargaan ini bisa menyambangi bioskop tanah air. (tj1)
  DAMIEN CHAZELLE: MENCIPTAKAN KEAJAIBAN DALAM FILM MUSIKAL
Film di zaman modern ini secara luas dianggap sebagai salah satu medium hiburan yang mampu memberikan kepuasan lengkap kepada penikmatnya. Sekarang pun jenis dan bentuk film sudah semakin beragam sejelan dengan perkembangan teknologi dan berkat kreativitas pada sineas di belakang layarnya. Salah satu sineas film yang saat ini sedang ramai diperbincangkan namanya adalah Damien Chazelle.
Ia adalah sutradara yang membesut film drama musikal La La Land yang saat ini kepopulerannya sedang memuncak. Namun, di balik kesuksesannya itu, Damien selaku sutradara menghadapi banyak tantang dalam mewujudkan lakon musikal modern ini, salah satunya adalah genrenya. Pemilihan genre musikal sebagai genre La La Land oleh Damien ini tidak terlepas dari beberapa risiko. Pertama, genre musikal saat ini bukanlah genre yang populer di kalangan masyarakat. Bahkan beberapa film bergenre sejenis yang pernah diproduksi sebelumnya tak begitu menuai sukses yang besar. Tak sedikit pula penikmat film yang menganggap genre ini terlalu klise dan sudah usang.
Akan tetapi, Damien mencurahkan segala usahanya untuk menyelesaikan proyek film yang sudah dimulainya sejak 2010 bersama rekannya, Justin Hurwitz, yang sekaligus menjadi komposer bagi film ini. Menilik sedikit sejarahnya, mereka berdua sudah menjalin hubungan yang erat sejak berada di bangku college. Damien dan Justin pun sudah pernah bekerja sama dalam film yang sama-sama bertema musik yakni Whiplash. Namun, berbeda dengan Whiplash yang hanya menjadikan musik sebagai tema, La La Land benar-benar menerapkan musik secara keseluruhan dalam film ini.
Damien mengaku ia memang merasa nervous dan beberapa kali dilanda keraguan saat menggarap filmnya ini, tapi ia percaya bahwa genre musikal adalah sebuah genre yang abadi dan selalu bisa dinikmati kapan saja oleh siapa saja. “Seteah era 60-an orang-orang berpikir bahwa genre musikal itu kuno. Tapi, menurutku sebenarnya tidak demikian. Justru ada semacam tantangan dan kemauan untuk lepas dari anggapan itu. Dan bagiku, gagasan bahwa emosi bisa membuat kita menyanyi dan menari itu akan selalu terasa modern,” ucapnya seperti dikutip dari laman dailycal.com.
Damien mewujudkan visinya itu melalui dilema dan pilihan antara cinta dan mimpi yang tentunya terasa modern. Bahkan, saat ini banyak orang yang merasa dipusingkan oleh dua pilihan tersebut. Dan perjuangan kedua tokoh dalam film ini, Sebastian dan Mia, yang diperankan oleh Ryan Gosling dan Emma Stone, yang tak lepas dari rintangan itulah yang membuat drama musikal ini terasa nyata. Tak hanya itu, sisi menarik lain dari La La Land adalah aura magis dan keajaiban yang ditampilkan lewat nada-nada, nyanyian, dan tarian di dalamnya.
Penyeimbangan antara cerita perjuangan nyata dan keajaiban yang tercipta dari musik, baik lagu maupun scoring, dan tariannya inilah yang dijadikan resep Damien dalam meracik film musikal ini agar bisa diterima dan dinikmati penonton. Justin Hurwitz, komposer La La Lang menambahkan “Itu memang tujuan kami, untuk membuat sebuah film musikal yang tidak terasa kuno dan terinspirasi dari apa yang kita cintai.”
Selain cerita dan musiknya, trik lain Damiean adalah dengan tetap menonjolkan aspek pendukung dalam film ini, seperti desain dan editing warna dan tone film dan wardrobe yang dikenakan para pemerannya.
Pada akhirnya, La La Land bisa menjadi penghibur lewat musik dan ceritanya sekaligus membuat penontonya memikirkan kembali tentang mimpi-mimpi mereka. Hal ini juga yang menjadi harapan Damien. Ia mengatakan bahwa saat ia berniat membuat film musikal mengenai impian, ia pun harus mengakui bahwa terkadang kenyataan yang ada tidak selalu sesuai dengan mimpi kita. “Aku ingin membuat film ini menjadi sebuah kisah tentang mimpi dan kenyataan di zaman sekarang yang dikemas dalam musikal. Dan ini, menurutku, belum pernah dilakukan sebelumnya,” ujarnya sembari berharap. (tj1)
0 notes
tatizi · 4 years
Text
Ustadz kok gitu
Tumblr media
Sebuah sinema tak terduga serasa berulang pada ranah kehidupan. Bukan persoalan putaran makna dalam sepenggarisan. Meliuk menyayat tiada terperihkan. Yuhu, bukan percintaan lah orang berpaham ini di agungkan.
Menitih peluh, para orang ini bertali kumpul. Menyingsing lengan menarik pergelangan. Menyeka kening, bersibak lantai. Berlipat sajadah milik sendiri.
Hari itu ada agenda rutinitas dari pihak takmir masjid. Kajian rutin dua pekan sekali untuk kesempatan berkumpul bersama rindu. Beriring tausyiyah penghangat kalbu yang sedikit menderu, sesekali pemateri ustadz muda yang menjeritkan hati ibu-ibu. Malam yang bermula, pada kajian yang menjadi penghangat dada.
Seperti biasa, kehidupan berjalan normal di hari-hari itu. Jauh-jauh itu, selang beberapa hari sebelum hari sabtu malam minggu. Di mana di sana muda-mudi saling berpangku. Uhuuu, anget-anget gimana gituu.
Kebayang kan gimana rasanya di peluk dari belakang saat berboncengan? Hehe. Entah, sepertinya keadaan seperti itu menegangkan. Tapi tak sebegitu menegangkan pada sabtu malam itu. Di saat para pengurus takmir yang berkali-kali melarikan mata kesana dan ke sini.
Malam itu, sholat isya berjamaah di tunaikan. Ke khusukan menyeka batin para hamba yang memelah asa, wujud bakti mereka pada tuhannya. Mengesampingkan derunya klakson dan longlongan motor di jalan sebelah samping masjid itu. Mereka masih sibuk dalam keterdiamannya selepas wudhu.
Mereka sibuk dengan ibadah sunahnya, menata shaf dan sajadahnya. Menengadahkan tangan sembari memohon impiannya segera di wujudkan. Jodoh yang jauh segera di dekatkan. Dia yang masih berada di pelukan orang lain agar secepatnya di pisahkan.
Itulah kiranya impian-impian pemuda itu sembari menengadahkan tangan sepenggalahan bahu. Hampir-hampir saja menyentuh dagu. Tapi tak sanggup mengangkat terlalu tinggi hingga menyentuh hayalnya untuk mendapatkanmu. Berharap dapat menyeka air mata tanda tiada lagi gelisah.
Iqomah di kumandangkan, shaf pun mulai di rapikan. Di musim virus ini shaf di renggangkan. Di beri jarak agar satu-sama lain saling berjauhan. Namun hanya semeter saja, tak sejauh jarak aku dan kamu yang tak pernah saling sedikitpun memperdulikan.
Bukan karena ragu, kedua kaki tak saling bertemu. Bukan karena bimbang, shaf antar satu sama lain saling merenggang. Bersipak rindu pada meter yang memisahkan mata kaki satu dengan yang lain. Namun sebatas hanya mematuhi protokoler kesehatan yang di terapkan di saat musim virus covid-19 seperti ini.
Shalat di laksanakan khusuk khudhu hingga salam di tunaikan. Melengok ke kanan dan ke kiri, yang sekarang terkadang satu sama lain tengah terhalang sudut pandang. Namanya juga di perkampungan, seperti apapun kondisi yang sedang terjadi, etika masih menjadi titik dalam mereku pergaulan sesamanya. Meski tengah di batasi, mereka tak ayal masih dalam kesempatan untuk berjabatan tangan.
Tapi tenang sih, mereka sudah pakai handsinitizer yang tengah di sediakan oleh pengurus masjid. Malam itu memang sedang ada agenda tambahan selepas salat isya. Seperti yang saya timpalkan di awal, agenda rutin dua pekan sekali adalah mengisi hati. Bukan dengan dia yang tak pernah membalas whatsapp mu, tapi lebih daripada itu.
Siang itu, di hari sabtu kepala bagian kajian mengecek segala perlengkapan. Sound system aman terkendai, begitupun dengan tempat yang akan di huni. Siap sedia, meski hanya menyisakan dua helai ubin yang retak oleh olesan semen yang kelihatannya hasil dari mendapatkan hadiah. Kok gitu, iya... di potong sepuluh persen buat pajak.
Ya maklum lah yang terjadi kemudian. Hasilnya adalah ubin terbelah ketika terinjak. Persis seperti rapuhnya hati ini ketika dirimu menginjakkan dengan beberapa untaian semu tanda dirimu tak mau. Menyisakan tangis yang menderu, mengharu biru berputar-putar di pikiranku.
Di hari itu, persiapan tengah di lakukan jauh hari. Paling tidak sepekan sebelum kajian itu di laksakana untuk penyediaan jasa pengisi perut secara bergiliran oleh para jamaah. Begitu pula dengan petugas penyedia, media penyambung lidah dengan pembicara. Jauh-jauh hari rasanya sealanya akan siap sedia.
Sebelum hari-h, pemateri kajian pun sudah di hubungi oleh salah satu petugas. Dan terbalas di kemudian dengan kesiapan. Pengurus pun menghela nafas riang seakan segala sudha terereskan. Tinggal menunggu bagaimana kesiapan dari segi yang lain untuk segera di selesaikan.
Hari berganti, hingga yang di nantikan itupun tiba. Siang hari, sang penghubung pemateri mulai bergerak kembali. Dari siang hingga penghujung hari, mencoba menlin lidah ke sana-sini. Tapi coba lihat, sepertinya ada yang berbeda di petang ini.
Layar tertekan-tekan tiada berkesudahan. Berharap cemas semua akan di mudahkan. Tapi, sayangnya segala tak akan berjalan sedemikian rupa. Suasana seketika berubah menjadi tak biasa.
Hingga, waktu yang di nantikan itu tiba. Para jamaah tenga duduk di tempatnya masing-masing. Mengobrak-abrik shaf yang lepas dari kawalan imam yang sudah menghilang. Hingga kemudian melebar membentuk lingkaran besar yang tak akan pernah mengecil sepeti lagu kanak-kanak yang pernah di lantunkan dua belas tahun yang lalu.
Satu dari satu makanan di sajikan. Makanan ringan, aneka jajanan pasar dan segelas minuman, tersaji dalam sebuah kerdus putih kecil. Jamaah masih menanti, tanpa kepastian seperti halnya dia yang membagikan alamat kosnya saja susahnya tak karuan. Eh, di kemudian malah udah asyik selfi sama anak orang, susaaaah.
Beberapa waktu telah terlewati. Tampaknya jamaah sudah terlalu lama menunggu. Hal itu agak sedikit berbeda dengan keadaanmu. Iya, bagaimana tidak? Kamu kan juga sudah terlalu lama, tapi terlalu lama sendiri.
Hampir satu jam lewat sudah para jamaah menunggu. Ada yang tersuntuk, terkantuk hingga terhantuk. Panitia masih mencoba menghubungi ponsel sang pemateri. Scroll, pencet, scroll, pencet, hingga tiada henti.
Akhirnya setelah beberapa lama percobaan, akhirnya telfon itu di angkat.
“ustad dimana, ini jamah sudah nunggu”, ucap panitia yang menghubunginya.
“wah saya lagi ada acara di luar kota”, balas sang pemateri.
“loh kan ustadz waktunya ngisi hari ini” lanjut penghubung terkejut.
“lha, bukannya ahad malam ya pak?” jawab pemateri dengan kebingungan.
Sang penghubung tampak geram. Sedikit terheran-heran dengan keadaan. Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi. Bukankan di awal jauh-jauh hari pesan whatsapp yang di kirimkan itu sudah penuh dengan kejelasan? Apakan harus nunggu putus hubungan dulu agar bisa meminta kejelasan? atau menuggu di kode dulu kemudian minta kejelasan agar tidak salah paham? Entah apa yang ada di pikirnnya waktu itu.
Pengajian pun akhirnya mau tidak mau harus di lanjutkan dengan pemateri dadakan. Di isi akhirnya kemudian oleh ketua takmir itu sendiri. Karena bagaimanapun sesuatu acara yang terfasilitasi ini harus tetap di lanjutkan meski halangan apapun itu telah datang. Kajian pun di laksanakan oleh pemateri ketua takmir masjid hingga selesai.
Selepas kajian, pada akhirnya ada beberapa hal yang kemudian menjadi sebuah sorotan. Bagaimana mungkin, seorang pendakwah hingga pada titik salah langkah dalam men scedule dirinya? Prahara. Lantas kemudian dimana letak titik peranan komukasi disana? Jangal. Akhirnya reputasi pun kemudian menjadi taruhannya.
Bagaimanapun seharusnya, kinerja pendakwah yang berlalu lalang itu juga di terapkan sebagaimana peran-peran profesional yang lainnnya. Scedule dan teatisasi program paling tidak adalah acuan utama. Bagaimana mempola job agar tidak saling bertbrakan satu sama lain. Bagaimana pula ketika komunikasi antar pemateri dengan orang yang mengundang itu yang kemudian harus senantiasa di jaga dan di rawat, agar tak terjadi kerenggangan di antara keduanya.
Kekecewaaan pada janji, adalah perkara memalukan bagi setiap orang. Hilangnya kepercayaan di kemudian inilah yang menjadi point off yang di dapatkan. Se masyhur apapun kita, tetap proges yang di asah kemudian adalah kemonikasi intra dan ektra. Karena segala best skill itulah kemudian tak ada gunanya saat pengkondisian jaringan itu gagal untuk di canangkan.
Lamongan, 17 Muharram 1442 H./ 6 September 2020 M.
0 notes
nblsophia · 7 years
Text
Posesif.
Beberapa waktu belakangan lagu Dan milik Sheila on 7 sering terdengar dari layar televisi. Lagu tersebut menjadi soundtrack film Posesif juga mengisi bagian trailer filmnya. Posesif mengangkat tentang hubungan orangtua dengan anak, cinta pertama yang menggebu-gebu, serta perjuangan dalam mengejar impian. Melalui Posesif, penonton Indonesia dapat melihat sisi gelap dari kisah cinta para remaja. Tidak semua permasalahan yang dihadapi muda-mudi ini dikarenakan adanya orang ketiga atau masalah lainnya.
Bagi saya, menonton Posesif sama seperti melihat fragmen pengalaman hidup saya dalam bentuk film. Saya pernah berada di hubungan yang sangat tidak sehat -- atau istilahnya toxic relationship pada saat merasakan cinta pertama di masa SMA. Beberapa adegan sempat membuat saya beku di bangku penonton dan seolah kembali ke masa lalu.
Berada di hubungan yang tidak sehat berakibat ke akademik saya yang semakin memburuk, hubungan dengan orang tua agak merenggang, dan menjadi sangat berjarak dengan teman-teman terutama pada lawan jenis. Dulu saya sempat sadar kalau hubungan yang sedang dijalani tidak baik. Tapi, kata putus atau pisah rasanya sulit diucapkan.
Hal ini juga terlihat pada film yang diarahkan oleh Edwin, bahwa Lala sulit untuk pisah dengan Yudhis meskipun Yudhis mulai menunjukkan sikap kasar dan posesifnya. Lala merasa hanya dirinya yang mampu mengubah sikap kasarnya Yudhis, terutama ketika Lala tahu sikap tersebut lahir dari pola asuh ibunya Yudhis. Dalam film tersebut kita diajak untuk melihat latar belakang seseorang yang cenderung bertindak kasar terhadap pasangannya. Namun, tidak jadi pembenaran juga atas tindakan kekerasan dalam pacaran karena kita memaklumi latar belakang orang tersebut.
Secara keseluruhan saya sangat senang menonton Posesif. Apalagi soundtrack yang mengisi benar-benar menyatu dengan filmnya. Posesif berhasil bikin saya menarik napas dalam-dalam setiap saat lagu Dan diputarkan. Film ini menjadi salah satu dari beberapa film terbaik Indonesia di tahun ini.
Well done, Edwin!
3 notes · View notes
ummuhawari · 5 years
Text
#18 Hari Menjelang Kepergianmu
Untuk kalian yang rindu perubahan...
Mari bermimpi tentang hari depan yang dipenuhi dengan harapan, tentang seorang presiden yang memahami Al-Qur’an dan ibu negara yang pandai berkisah tentang sejarah para utusan...
Ini harapan, harapan suatu saat nanti masjid-masjid penuh dengan pemuda, dan takbir bergemuruh dan mengharu biru di pusat-pusat kota...
Ini impian, impian pasar-pasar madani yang penjual pembelinya jujur dan santun; pembelinya lebih memilih tak menawar dan penjualnya begitu santun menentukan harga. Keduanya berharap ridho Alloh Yang Maha Esa...
Ini tekad, tekad di suatu hari ketika parlemen dipenuhi negarawan merakyat; ketika dikumandangkan adzan semuanya tumpah ke masjid-masjid sembari berkata: “Alloh telah membuka pintu pertemuan dengan kita, mari bersegera.”
Ini doa, doa ketika bioskop-bioskop menayangkan film yang membuat anak-anak menghargai pahlawannya; sutradara yang bercita menyelamatkan bangsa dengan skenario garapannya, tak harap keuntungan, ia harap ridho Alloh...
Ini keinginan, keinginan suatu hari nanti pantai-pantai dan lembah hijau dipenuhi pasangan halal suami istri yang bertadabbur bersama keluarga terkasih, bukan lagi oleh muda-mudi yang memadu nafsu dan menjauh dari Sang Mahacinta hakiki...
Ini cita, cita ketika kartun-kartun di televisi sarat dengan hikmah dan inspirasi; ketika sinetron yang tertayang memberi ilmu dan pemahaman hakiki. Bukan lagi kartun kekerasan dan sinetron penghancur generasi...
Ini mimpiku, kamu, dan para perindu perubahan. Sungguh, keyakinan itu ada. Semoga Indonesia menjadi negeri madani, rumah perdamaian bagi peradaban bumi..
Aamiin.
--- Untuk Kalian Yang RIndu Perubahan by Edgar Hamas
0 notes
qbbatuttah · 5 years
Text
Tumblr media
JOGJAKU DI AHAD PAGI
Jogja yg kelak akan dikenang dan menjadi salah satu lattar dalam cerita khidupan ini. Tempat mengukir segala asa dan mimpi, walau harus terseok dan perih redam batin menjalani setiap kisah didalamnya. Langit biru ini menandakan betapa cerahnya impian yg kita tulis diatas kertas putih, serta bangunan kota dan taman sebagai permukaannya, wajah langit beserta manusianya melukiskan betapa Maha Indahnya pelukis dibaliknya.
Terimkasih Yogyakarta disisa 30 hari ini, memelukmu dalam sumsum tulangku, menghirup setiap aroma tanah basah dan menikmati ritme suasana pagi, menahan gejolak panas cuaca di jam-jam makan siang, dan memeluk senja sebagai penutup hari yg indah agar kelak mau kembali ke kota ini. Trotoarnya yg mencerminkan sebuah kota penuh artistik, jika kita ingin berbelok sedikit ke arah selatan dari alun² utara, kita akan menemukan gang wijilan sebagai penanda budaya yg kental yg ia tampilkan dari kuliner khas bernama gudeg, kemudian ke uatara kutemukan komplek perumahan bercorak keraton, sederhana namun indah.
Disisa-sisa waktu dihari minggu kita akan menemukan sebagian dari penduduk kota berlomba-lomba membugarkan jasmani, sekedar hanya berlari² kecil, atau mereka yg benar² berlari mengelilingi alun² untuk beberapa putaran dan menikmati jalanan kota, memenuhi lapangan dan pelataran alun-alun kidul mengikuti hentakan musik sang binaragawan, yah mereka berolahraga, setiap anak yg didampingi ayahnya, atau sebuah pemandangan berupa keluarga kecil sedang asyik bersepeda berkeliling kota dan menikmati suasannaya, dalam waktu bersamaan Jl Malioboro yg tidk pernah sepi pengunjung akan dipenuhi dengan muda-mudi, remaja, dewasa dan anak² bercengkrama, berjalan sehat, senam pagi atau sekadar meminjam sepeda yg disediakan pemerintah dengan hanya meninggalkan kartu identitas. Suasana dan ritme kota inilah yg membuat kekhasan tersendiri dan tidak akan pernah terlupakan bagi para penikmatnya dan siapapun yg pernah menginjakan kaki disana.
Yogyakarta percayalah jika aku berkata tentang ketidakrinduannya diriku padamu, percayalah aku benar² berdusta. Bagi siapapun yg enggan menjahit kenangan kembali di kota ini karena pupus dilekang waktu sejatinya ia merindukannya, benar² merindukannya. Perasaan yg sentimentil pada kota ini dan keindahan serta konsep kota yg futuristik dan daya tarik yg tinggi telah meninggalkan bekas yg mendalam agar mereka yg pernah berwisata atau tinggal dikota ini akan kembali kesini lagi. Yah, mereka benar² merindukannya, alih alih mengatasnamakan mereka yg rindu trhadap kota ini, justru dirimulah yg dilanda kehilangan atau kerinduan yg akan tiba² muncul barang melihat atau sekedar teringat segala sesuatu yg menghubungkan dengan kota ini. Aghh benar² aku dilanda pilu, semoga aku kembali ke kotamu. Yogyakarta ku. :)
Nol Kilometer, Ahad 08 April 2019
Tulisan ini dicatat selepas penulis bersepeda ria mengelilingi Jl Malioboro, serasa menjadi wanita seutuhnya kalo bersepeda hehe, bakalan rindu. Yah aku akui aku kalah telah oleh kota ini kalo masalah perasaan, disini bertumpuk semuanya, entah :')
0 notes
thrsblog · 3 years
Text
Tumblr media
I posted 57 times in 2021
29 posts created (51%)
28 posts reblogged (49%)
For every post I created, I reblogged 1.0 posts.
I added 0 tags in 2021
Longest Tag: 0 characters
#
My Top Posts in 2021
#5
Point of View
Barusan selesai telponan dengan orang rumah. Salah satu hal yang paling tidak mau aku dengar adalah tentang keadaan 'tidak baik-baik saja' dari anggota keluarga di rumah. Dan, malam ini aku mendengarnya.
Masih tentang fenomena covid-19, yang dengan izin Allah di luar harapan kita semua dimana sampai detik ini masih belum berhenti menyerang manusia-manusia pilihan Allāh. Malam ini ku dengar kabar bahwa nenek-ku tengah sakit. Walau belum tentu beliau sakit covid-19, namun melihat dari rekam jejak beliau beberapa hari belakang, kemungkinan besar mengarah ke sakit itu. Ditambah lagi, dari informasi yang ku dapat banyak warga di kampung yang jatuh sakit. Sebagai seorang anak yang tinggal jauh di tanah rantau, mendengar kabar seperti itu jelas membuat hati merasa tak tenang.
Belum lagi dalam satu bulan ini, mata dan telingaku tak henti mendapat kabar duka hampir setiap harinya. Itu semua benar-benar membuatku merasa khawatir. Namun, aku mencoba untuk mewaraskan hati dan pikiranku. Bahwa setiap hal yang menimpa manusia adalah atas kehendak-Nya. Manusia tidak kuasa atas itu semua. Barangkali, dengan maraknya kabar duka, Allah ingin mengingatkan kita bahwa setiap jiwa pasti akan merasakan mati. Bahwa setiap jiwa pasti akan merasakan kehilangan. Bahwa semua yang ada di dunia ini tidak ada yang abadi. Bahkan suatu hal yang kita klaim adalah milik kita, sesungguhnya bukanlah milik kita. We have nothing.
Lalu manusia bisa apa? Apalagi jika bukan meningkatkan kadar keimanannya. Apalagi jika bukan menjaga diri dan orang terdekat dengan sebaik-baik upaya yang mereka bisa? Apalagi jika bukan berserah diri dan menyiapkan diri untuk sesuatu yang mungkin saja terjadi pada mereka?
Semoga di masa maraknya "pengingat kematian" saat ini, bertambah manusia-manusia yang kembali di jalan yang benar. Lebih banyak lagi manusia-manusia yang merayu Tuhan, mengakui kesalahan, dan kembali memeluk iman.
لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ
Juli 30, 2021
1 notes • Posted 2021-07-30 14:59:53 GMT
#4
Bosan
2 notes • Posted 2021-07-04 09:05:50 GMT
#3
Tentang Privilege
Tumblr media
Di era digital sekarang ini, sangat mudah bagi setiap individu untuk melihat pencapaian orang lain. Bukan itu saja, mencari informasi tentang latar belakang kehidupan orang lain pun sangat mudah di dapat bahkan hanya dengan bermodalkan jari, gawai, dan akses internet. Dalam hitungan detik, informasi yang ingin di dapatkan langsung tampil pada layar. Ya, itulah mengapa sekarang ini tidak sedikit muda mudi merasa insecure atas pencapaian orang lain.
Well, ketika seseorang berhasil dengan pencapaian mereka, ada saja komentar sumbang di luar sana.
"Wajarlah, orang tuanya berduit"
"Gak heran. Lingkungannya mendukung"
"Oh, pantes aja. Dia kan punya banyak privilege"
Jujur sih, aku termasuk salah satu orang yang komentar seperti itu juga. Aku adalah tipe orang yang suka melihat kisah perjalanan manusia yang sukses dengan impian mereka. Ya, klasik lah. Aku sedang berupaya mencari motivasi dan jalan agar aku bisa mengikuti jejak mereka. Siapa di sini yang gak mau sukses? Ada?
Ku namai proses pengamatanku pada manusia-manusia sukses itu sebagai proses penemuan. Tentu saja, ada banyak hal yang ku dapat saat aku menjadi seorang detektif dadakan. Di luar dari segala hak istimewa mereka, aku juga menemukan keinginan dan tekad kuat dalam diri mereka. Belum lagi, usaha gila yang mereka lakukan untuk mencapai impian mereka. Saat ku sadar akan hal itu, saat itu juga ku singkirkan pemikiranku tentang hak istimewa yang mereka punya.
Saat itu juga aku ingat sebuah teori, bahwa kita tidak bisa memilih dilahirkan seperti apa. Kita tidak bisa memilih siapa orang tua kita, seperti apa bentuk wajah kita. Ya, sebagaimana aku tidak bisa memilih hal di atas, mereka juga. Jadi, pencapaian mereka saat ini tidak mutlak datang dengan sendirinya. Mereka berjuang, mereka berkorban, mereka berupaya. Aku membayangkan, seandainya mereka hanya bergantung dengan privilege mereka, belum tentu mereka berada di titik kesuksesan sekarang.
Ada hal yang sangat krusial di luar dari privilege itu sendiri. Yaitu, tujuan, impian, cita-cita. Once you have goals, saat itu juga kamu tahu apa yang harus kamu lakukan. Impianku boleh saja sama dengan manusia-manusia sukses itu, tapi aku juga harus bisa memetakannya, melihat lagi siapa diriku. Ketika mereka bisa mencapainya dengan lebih mudah, maka aku dilarang berkecil hati. Tugasku hanyalah fokus pada usahaku.
Mungkin menjadi seperti Nadim Makarim, Belva Devara, Maudy Ayunda, dan para manusia sukses lainnya terlalu sulit atau bahkan mustahil. It's okay, mungkin aku tidak harus menjadi sebesar mereka, ada jalan lain yang lebih cocok untuk ku tentunya.
Pada akhirnya, aku berhenti pada titik "menjadi berarti tidak selamanya harus menjadi besar. Dalam sebuah bangunan, mungkin kamu hanya menjadi butiran pasir yang tidak akan pernah terlihat saat bangunan itu jadi. Namun, karena pasirlah bangunan itu bisa berdiri dengan indah".
Aku percaya, bahwa Allah menciptakan manusia dengan "hak istimewa" masing-masing. Tugas kita hanya fokus pada apa yang kita punya. Bukan malah sibuk melihat milik orang lain lalu mempermasalahkannya. Aku percaya, kesuksesan itu ada saat kita berupaya. Dan akan hilang saat kita berhenti berupaya.
Juli, 25 2021.
2 notes • Posted 2021-07-25 07:16:10 GMT
#2
"Jomlo dari lahir bukan berarti tidak pernah merasakan patah hati"
3 notes • Posted 2021-10-15 13:27:53 GMT
#1
Ya Allah, aku merindukan Mu...
24.8.21
3 notes • Posted 2021-08-24 14:35:17 GMT
Get your Tumblr 2021 Year in Review →
1 note · View note
sinemeter · 6 years
Text
paterson
Tumblr media
“Awesome, a bus driver that likes Emily Dickinson.”
Paterson, seorang supir bus umum, tinggal bersama istri dan seekor bulldog di kota kecil Paterson, New Jersey. Menggemari puisi dan mengidolai penyair William Carlos Williams yang pernah juga merilis buku kumpulan puisi berjudul Paterson.
Tujuh hari dalam kehidupan Paterson (Adam Driver) bisa dibilang 7 hari yang biasa-biasa saja. Tidak ada yang aneh kecuali saat secara kebetulan ia selalu bertemu dengan orang-orang kembar. Tidak ada yang heroik kecuali saat ia merebut pistol dari laki-laki putus cinta yang mengancam bunuh diri di bar langganannya. Tidak ada yang mengejutkan kecuali saat ia mendapati buku catatan pribadinya dicabik-cabik jadi serpihan oleh anjing peliharaannya. Nyaris tak ada plot atau konflik yang layak difilmkan.
Hari-harinya diisi dengan aktivitas yang seragam. Bangun pagi sekitar pukul 06:10, atau paling telat jam setengah 7. Sarapan pagi dengan semangkuk sereal. Berangkat kerja dengan jalan kaki sambil menenteng kotak makan siang ke depot bus. Mengantar penumpang sampai sore diselingi istirahat makan siang. Membetulkan posisi kotak suratnya yang selalu miring begitu sampai di rumah. Makan malam berdua ditemani istri. Mengajak jalan Marvin si bulldog sambil sekalianmampir ke bar langganan di ujung jalan untuk segelas bir. Setelah itu tidur dan bangun pagi sekitar pukul 06:10 atau paling telat jam setengah 7 untuk melakukan rentetan aktivitas yang sama seperti kemarin.
Membosankan? Iya. Tapi apakah Paterson juga merasa bosan? Tidak sama sekali. Jawabannya adalah karena ia selalu menciptakan puisi di sela-sela waktu luangnya.
Ia menulis puisi di dalam bus sebelum memulai trayeknya di pagi hari. Ia menulis puisi saat istirahat makan siang sambil duduk memandangi air terjun sungai Passaic, tempat favoritnya. Ia menulis puisi di ruangan membacanya yang sempit di dekat garasi, setiap kali sebelum naik ke ranjang. Bahkan ketika ia sedang berjalan ke terminal atau ketika menyetir bus, ia menggubah puisi yang akan ditulisnya di kepala. Semua itu ia tuangkan ke notebook rahasianya, yang selalu ia bawa ke mana-mana dan sepertinya tidak boleh dibaca oleh siapapun bahkan istrinya sendiri.
Paterson berjalan kaki sambil menenteng kotak makan siang ke depot bus. Selama perjalanan ia menyusun kata-kata untuk puisi terbarunya. Ia kemudian menuliskannya di dalam bus, sebelum jam operasionalnya dimulai. Ia tidak menyelesaikan puisinya dalam sekali tulis. Kadang ia harus berhenti di tengah bait karena sudah waktunya untuk menjalankan bus. Kadang juga ia harus berhenti karena istrinya meminta bantuan untuk mengurusi satu-dua hal di rumah. Ia menyelesaikan sebuah puisi cinta dalam waktu 2 hari sebelum ia membuka halaman baru di buku catatannya untuk puisi yang lain.
Paterson duduk sarapan menyantap semangkuk sereal. Istrinya masih tiduran di kamar sementara Paterson sudah berseragam lengkap dan siap bekerja. Terlihat seperti hari yang sama dalam hidup Paterson. Kemudian ia mengambil kotak korek Ocean Blue Tip yang tergeletak di dekatnya. Ia memegangnya, membolak-balik permukaannya, lalu sambil berjalan kaki menenteng kotak makan siang menuju depot kepalanya mulai menyusun bait-bait puisi tentang korek api tadi. Dan Paterson merangkainya jadi sebuah puisi cinta:
Love Poem
We have plenty of matches in our house
We keep them on hand always
Currently, our favorite brand is Ohio Blue Tip
Though we us to prefer Diamond brand
That was before we discovered Ohio Blue Tip matches
They are excellently packaged, sturdy little boxes
With dark and light blue and white labels
With words lettered in the shape of a megaphone
As if to say, even louder to the world,
“Here is the most beautiful match in the world,
its one and half inch soft pine stem capped by a grainy
dark purple head, so sober and furious and stubbornly ready
to burst into flame, lighting, perhaps the cigarette of the woman
you love for the first time”
Setiap sore, sepulang kerja dan setelah Paterson meluruskan posisi kotak suratnya yang miring, istrinya pasti sudah menyiapkan makanan di atas meja. Laura (Golshifteh Farahani) selalu memasak menu kejutan. Sederhana namun istimewa. Di meja makan keduanya berbincang hangat, sederhana namun istimewa. Sepertinya memang hanya Luara yang selama ini mendukung dan mengagumi bakat penyair suaminya. Mungkin karena Paterson juga terlalu malu untuk menunjukkan puisinya kepada orang lain. Laura adalah si pendengar setia puisi-puisi Paterson yang selalu mengapresiasi sisi kreatif dan puitisnya dengan pujian yang pas, tulus, dan tidak berlebihan.
Paterson: “Well, I can give you a few lines I didn’t write.”
Laura: “Are they by your hero, Carlo William Carlos?”
Paterson: “William Carlos Williams.”
Laura: “I know, darling. I was teasing.”
Lalu malamnya Paterson akan mampir ke bar langganannya di ujung jalan. Bar kecil yang tak pernah sepi pengunjung namun suasananya sangat privat. Biasanya Paterson memesan segelas bir. Dia akan diajak berbincang ringan oleh Doc, si pemilik bar, tentang para seniman atau pesohor yang pernah membesarkan nama Paterson. Doc bahkan membuat wall of fame khusus di dinding barnya tentang tokoh-tokoh tersebut yang terdiri dari foto-foto hitam-putih dan potongan artikel dari koran lama. Di sini, Paterson juga berinteraksi dengan sepasang muda-mudi yang sedang dilanda problem percintaan yang pelik. Suatu malam pasangan yang laki-laki nekat menodongkan pistol di bar karena kecewa cintanya kandas. Di bar ini Paterson tidak hanya melepas lelah tetapi juga diam-diam mengasah mata dan telinganya untuk berpuisi di esok hari.
Tumblr media
Jika boleh membedah talenta Paterson dalam membuat puisi, setidaknya ada 3 hal penting yang menonjol dalam kehidupannya. Yang pertama adalah observasi. Tentu saja ini merupakan hal yang sangat umum dimiliki oleh semua penulis. Sifat Paterson yang cenderung pendiam menajamkan mata dan kupingnya untuk menangkap hal-hal menarik di sekitarnya, hal-hal yang bahkan bagi sebagian besar orang sulit untuk menjadikannya menarik. Profesinya sebagai sopir bus yang mengangkut orang-orang berbeda setiap harinya menambah kekayaan observasinya terhadap beragam kehidupan. Sambil menyetir ia dengan setia menguping pembicaraan beberapa penumpang. Ada 2 anak SD yang asyik membicarakan masalah hukum yang dulu menimpa petinju Hurricane Carter, ada 2 orang pekerja bangunan yang mengobrol tentang wanita yang baru dikenal di sebuah pesta, ada juga 2 remaja milennial yang semangat membahas Gaetano Bresci, seorang anarkis Italia.
Observasi Paterson tidak hanya sebatas menguping di dalam bus, ia melakukannya setiap kali ada kesempatan. Saat mengajak jalan Marvin di malam hari ia menguping seorang rapper lokal yang sedang menyusun lirik di binatu. Di bar pun ia setia mendengar ocehan singkat Doc atau keluhan cinta pasangan muda-mudi, termasuk juga menonton beberapa peristiwa seperti istri Doc yang datang ke bar untuk melabrak suaminya terkait masalah uang atau ketika seseorang menodongkan pistol di bar gara-gara cinta bertepuk sebelah tangan. Bagi Paterson, kehidupan yang dijalani orang-orang punya nilai artistiknya tersendiri yang pantas untuk dipuisikan walaupun hanya berupa serpihan.
Yang kedua adalah fokus. Apa yang ditangkap oleh Paterson dari apa yang dialaminya sehari-hari selalu mengerucut ke dalam bentuk puisi, dan itu memang menuntut daya fokus yang kuat. Hal menarik terjadi ketika bangun pagi istrinya cerita kalau ia baru saja bermimpi punya anak kembar. Cerita tersebut masuk ke alam bawah sadar Paterson sehingga selama beberapa hari ke depan Paterson seperti punya alarm khusus yang selalu menangkap pasangan kembar di sekitarnya. Hal tersebut menunjukkan kekuatan fokus Paterson terhadap sesuatu yang ia anggap penting dalam hidupnya. Hal ini pulalah yang kemudian membuatnya memutuskan untuk tidak memiliki handphone atau gadget sama sekali (“The world worked fine before they even existed”), karena ia tidak butuh distraksi yang bakal membuatnya terlena dari fokusnya dalam berpuisi.
Yang ketiga adalah disiplin. Rutinitas yang dilakukan Paterson sehari-hari, yang sekilas tampak selalu berulang, adalah bukti kuat akan kedisiplinannya terhadap waktu. Ia mengalokasikan waktunya secara pas untuk profesi, rumah tangga, hubungan sosial, dan kebutuhan artistiknya. Tidak pernah ada saling tumpang tindih antar kepentingan. Pembagian waktunya sudah jelas, terutama waktu-waktunya untuk menulis puisi di notebook yaitu pagi sebelum bus berangkat, saat istirahat makan siang, dan malam sebelum tidur (saat-saat dirinya sendirian).
Gabungan ketiga hal tersebut membuat kehidupan Paterson tidak pernah monoton meskipun aktivitas kesehariannya selalu sama. Ini memang tampak kontras dengan keseharian yang dijalani Laura. Berperan sebagai ibu rumah tangga, yang lingkup kesehariannya lebih terbatas dibandingkan Paterson dan nyaris selalu ada di dalam rumah, Laura malah punya banyak aktivitas harian. Mengecat seluruh gorden di satu hari, lalu besoknya ia asyik membuat cupcake, besoknya lagi ia latihan gitar akustik seharian. Belum lagi kegemarannya memasak makan malam dengan menu yang baru dan beragam. Ditambah lagi dengan pembawaannya yang ceria dan juga kreatif yang setidaknya membuat dirinya selalu memimpikan hal-hal yang seru di setiap malam. Selain itu ia juga merupakan pribadi yang penuh percaya diri dan optimistis. Ia percaya diri kalau cupcake yang ia bikin bakal laku dijual di sebuah bazar makanan. Ia juga percaya diri kelak dirinya bakal jadi penyanyi country yang tenar seperti Patsy Cline. Hidupnya dipenuhi impian serta cara untuk mewujudkan impian-impian tersebut.
Maka wajar saja kalau kemudian Laura mendorong Paterson untuk berani memperkenalkan puisinya ke publik. Laura begitu peduli akan hal ini bukan karena ia berhasrat mencicipi popularitas yang akan datang atau tidak puas dengan profesi Paterson sebagai sopir, tetapi itu semata-mata sebagai bentuk dukungan seorang istri terhadap passion pilihan sang suami. Laura bahkan sampai harus mencari tahu dan menggembar-gemborkan sisi kemiripan Paterson dengan Petrarch, penyair kuno asal Italia yang kebetulan selalu menuliskan puisi cinta untuk wanita yang bernama Laura (“You have many things in common with other great and famous poets, you see?”). Pada akhirnya Laura berhasil membuat Paterson berjanji bakal memfotokopi puisi-puisi di buku catatannya untuk disebar-luaskan, sebagai kompensasi atas keengganan Paterson mempublikasikan koleksi puisinya itu ke penerbit.  
Karena bagi Paterson puisi-puisinya itu adalah miliknya yang paling intim. Sosoknya yang kalem dan terkontrol dalam gestur dan gerak-gerik memang tidak cocok mengemban ambisi yang terlampau tinggi. Ia tidak pernah mengeluh tentang kesehariannya menyetir bus, melakukan pekerjaan kasar yang sebenarnya jauh dari kesan intelek atau artistik. Ia juga merasa tidak harus mengeluhkan sifat istrinya yang kadang terlalu impulsif dan terlalu enerjik. Ia seperti menelan suaranya sendiri, menggunakannya hanya untuk mengomentari hal-hal yang menurutnya penting, dan lantang mengeluarkannya di atas lembar-lembar kertas putih sebagai bentuk pelampiasan yang menyeluruh dan komplit. Pelampiasan yang hanya bisa ia rasakan sendiri nilai serta intensitasnya sebagai bentuk lain dari pengalaman hidup. Oleh karena itu puisi-puisinya itu rahasia dan tak pernah selintas terpikirkan di benaknya untuk menjual karya-karya tersebut di toko buku, menjadikannya sebagai komoditas yang diproduksi massal dan dinilai berdasarkan besaran mata uang.
Apa yang membuat rona wajahnya berubah cerah adalah ketika ia bertemu dengan penyair lain di Paterson yang mirip dirinya ─ tidak terkenal, bukan profesional, dan memperlakukan puisi seperti oksigen yang dihirup untuk hidup. Dalam seminggu ia bertemu dengan 2 penyair di waktu dan tempat yang berbeda. Yang pertama adalah dengan seorang penyair gadis yang masih belia saat Paterson berjalan kaki dalam perjalanan pulang dari depot. Gadis itu tengah duduk sendirian, menunggu ibunya datang menjemput sambil menulis puisi di notebook pribadinya yang dilengkapi gembok. Paterson sumringah begitu mengetahui gadis itu juga gemar menulis puisi, dan ia lebih sumringah lagi ketika gadis itu membacakan 1 puisi karangannya (puisi berjudul “Water Falls” yang menceritakan tentang sekumpulan air yang jatuh mengenai sanak familinya yang kemudian dikenal sebagai hujan). Pertemuan itu berlangsung kurang dari 5 menit namun cukup berkesan sampai-sampai Paterson mendeklamasikan ulang cuplikan puisi itu ke depan istrinya di rumah.  
Pertemuan dengan penyair yang kedua dilatar-belakangi oleh insiden menyesakkan yang menimpa Paterson. Buku catatannya yang tergeletak di sofa, dan ia tinggalkan untuk pergi nonton bioskop di malam Minggu bersama Laura, dicabik-cabik oleh Marvin menjadi serpihan-serpihan kertas tak berguna. Semua puisi yang dituliskannya raib, dan Paterson belum sempat memfotokopi seluruhnya (“They were just words… written on water”), dan Laura pun hanya bisa terhenyak tanpa tahu pasti apa yang bisa ia lakukan untuk menghibur suaminya.
Paterson memutuskan untuk menenangkan diri tepi di sungai Passaic, spot favoritnya, sendirian. Di sana ia dihampiri seorang turis Jepang, laki-laki usia 40-an akhir, yang mengaku datang ke Paterson untuk menikmati kota tempat William Carlos Williams dibesarkan. Turis itu memperlihatkan buku puisi Paterson dalam versi bahasa Jepang dan kemudian berbincang singkat tentang hobinya.  
Paterson: “I guess you really like poetry then?”
Japanese Poet: “I breathe poetry.”
Paterson: “So you write poetry?”
Japanese Poet: “Yes. My notebooks. My poetry only in Japanese. No translation. Poetry in translations is like taking a shower with a raincoat on.”
Pertemuan mereka berdua juga berlangsung kurang dari 5 menit namun memberikan kesan yang mendalam bagi Paterson karena sebelum pamit turis tersebut menghadiahinya sebuah buku catatan baru (“Sometime empty page present most possibilities”), tanpa alasan yang jelas. Maka tidak ada alasan bagi Paterson untuk berhenti menulis puisi. Tidak ada alasan baginya untuk berhenti mengamati sekeliling dan merumuskan bait-bait yang tepat di kepalanya. Tidak ada alasan baginya untuk berhenti menjalankan rutinitas yang sama di esok hari, melewati pagi, siang, dan malam dalam rangkaian aktivitas yang serupa kelihatannya namun Paterson pasti punya puisi yang berbeda-beda untuk mengisinya.
Tumblr media
oleh: Ikra Amesta
0 notes
honeymoonid · 6 years
Link
Hari Valentine merupakan momen yang spesial. Kamu dan pasangan bisa memanfaatkan perayaan Hari Kasih Sayang ini untuk meningkatkan kualitas hubungan. Misalnya saja dengan pergi bersama ke destinasi romantis luar negeri.
Ada banyak pilihan negara yang bisa kamu kunjungi untuk merayakan momen romantis di bulan Februari ini. Beberapa negara bahkan memiliki tradisi Valentine unik serta menawarkan pengalaman liburan tak terlupakan bersama pasangan.
Negara apa saja ya? Mari kita lihat bersama.
Korea Selatan
Foto: trazy.com
Tradisi Valentine di Korea memang agak berbeda dengan negara lainnya. Di sini, hari kasih sayang tidak hanya dilaksanakan setiap tanggal 14 Februari, melainkan tiap tanggal 14 setiap bulannya.
Meskipun begitu, perayaan Valentine di Korea tetap terasa sangat spesial. Kamu bisa mengunjungi berbagai destinasi populer untuk merayakan Valentine bersama pasangan. Mulai dari berkunjung ke destinasi terpopuler wisatawan di Namsan Tower, hingga mengunjungi restauran dan bar yang banyak tersedia di sekitar Hongdae. Pasti deh, Korea bakal jadi destinasi romantis impian terutama bagi kamu K-Pop lovers.
Italia
Foto: nationalgeographic.com
Ada tradisi unik yang dilakukan para gadis di Italia yang belum menikah tepat saat Hari Valentine.  Mereka akan rela bangun sebelum subuh untuk melihat pria yang pertama kali mereka temui. Konon, ada kepercayaan bahwa pria pertama yang dilihat pada Hari Valentine ialah yang akan menjadi calon suaminya kelak
Orang-orang Italia juga gemar memberikan Baci Perugina sebagai hadiah terpopuler saat Hari Kasih Sayang. Baci Perugin merupakan kudapa  sejenis hazelnut kecil berlapis cokelat yang dibungkus dengan kutipan romantis yang dicetak dalam empat bahasa.
Apapun tradisi di negara ini, Italia tetap menjadi destinasi romantis yang tepat saat Hari Valentine. Kamu dan pasangan bisa berkunjung ke kota Venice untuk menyusui kota cantik ini dari atas perahu. Ada pula  Kota Tuscany yang terkenal memiliki rumah dan bangunan dengan arsitektur bernilai seni.
Afrika Selatan
  (Cape town : africa -pro.com)
Jika kamu bosan dengan destinasi di Eropa atau Asia, berkunjung ke benua Afrika tentu tak ada salahnya. Seperti di belahan dunia lainnya, muda-mudi di Afrika Selatan merayakan Hari Valentine dengan festival, bunga, dan simbol cinta lainnya.
Uniknya, saat Hari Valentine wanita-wanita di Afrika Selatan akan menyematkan nama kekasih mereka di lengan baju mereka. Meskipun orang-orang Afrika Selatan menyebut tradisi ini merupakan peninggalan Romawi Kuni yang disebut Lupercalia, namun para ahli berpendapat bahwa akar dari ritual romantis ini diturunkan oleh Paus Gelasius pada abad Pertengahan.
Untuk berlibur di Afrika Selatan, kamu dan pasangan bisa berkunjung ke beberapa destinasi favorit Afrika Selatan seperti mengunjungi kota pelabuhan Cape Town yang romantis. Selain itu ada pula Cape of Good Hope, daratan bebatuan yang terletak di pantai samudera Atlantik di Cape Peninsula dan menjadi bagian dari taman nasional Table Mountain.
Penulis: Intan Widyastuti
The post 3 Negara dengan Tradisi Valentine Unik Ini Cocok untuk Pilihan Destinasi Bulan Madu appeared first on Thewedding Id.
#Honeymoon #Pernikahan #TheWedding
0 notes
haryantodh-blog · 7 years
Photo
Tumblr media
Untuk kalian yang rindu perubahan... Mari bermimpi tentang hari depan yang dipenuhi dengan harapan, tentang seorang presiden yang memahami Al-Qur'an dan ibu negara yang pandai berkisah tentang sejarah para utusan. Ini harapan, harapan suatu saat nanti masjid-masjid penuh dengan pemuda, dan takbir bergerumuh nan mengharu biru di pusat-pusat kota. Ini impian, impian pasar-pasar madani yang penjual pembelinya jujur lagi santun; pembelinya lebih memilih tak menawar dan penjualannya begitu santun menentukan harga. keduanya berharap ridha Allah Yang Maha Esa. Ini tekad, tekad di suatu hari ketika parlemen dipenuhi negarawan merakyat; ketika dikumandangkan adzan semuanya tumpah ke masjid-masjid sembari berkata: "Allah telah membuka pintu pertemuan dengan kita, mari bersegera." Ini do'a, do'a ketika bioskop-bioskop menayangkan film yang membuat anak-anak menghargai pahlawannya; sutradara yang bercita menyelamatkan bangsa dengan skenario garapannya, tak harap keuntungan, ia harap ridha Tuhan. Ini keinginan, keinginan suatu hari nanti pantai-pantai dan lembah hijau dipenuhi pasangan halal suami istri yang bertadabur bersama keluarga terkasih, bukan lagi oleh muda-mudi yang memadu nafsu dan menjauh dari sang Mahacinta hakiki. Ini cita, cita ketika kartun-kartun di televisi sarat dengan hikmah dan inspirasi; ketika sinetron yang tertayang memberi ilmu dan pemahaman hakiki. Bukan lagi kartun kekerasan dan sinetron penghancur generasi. Ini mimpiku, kamu, dan para perindu perubahan. Sungguh, keyakinan itu ada. Semoga Indonesia menjadi negeri madani, rumah perdamaian bagi peradaban bumi.
0 notes
seputarbisnis · 7 years
Text
Pariwisata Karo, Impian Raih 2 Juta Turis dari Potensi Karo Volcano Park
Ada yang menarik dalam pertemuan urun rembuk (runggu) antara Pemkab Karo yang dipimpin langsung Bupati Karo Terkelin Brahmana, dengan delegasi masyarakat Karo yang terhimpun dalam Forum Kita Kalak Karo (F-K3) beberapa waktu lalu, khususnya pada sesi dialog tentang prospek wisata untuk peningkatan sosial ekonomi masyarakat.  Bahwa, daerah Karo dengan potensi wisata Volcano Park dengan spesifikasi objek wisata alam vulkanik bervariasi unik berupa enam gunung api aktif-- non aktif selama ini, dinilai sebagai potensi besar yang bisa mendatangkan dua juta turis ke daerah itu, terlebih bila semua potensi itu bisa dikelola serius. "Setidaknya ada tujuh peluang atau potensi yang bisa dikemas sebagai paket wisata baku untuk mendatangkan turis lebih banyak ke daerah Karo. Kalau selama ini turis mancanegara masih berkutat pada angka 200 ribu ke 250 ribu orang yang datang (reguler) ke Sumut tiap tahunnya, ke depan yang datang menikmati setiap paket sehingga harus bisa mencapai dua juta (untuk ke-7 paket tersebut)," ujar Prof Dr Sukaria Sinulingga, pemerhati ekonomi pembangunan dari kalangan pakar dan guru besar USU, belum lama ini. Ketujuh peluang sebagai paket inovasi wisata adalah: 1. Fun-Adventure berupa Taman Bermain (Playground) untuk anak-anak usia 2 tahun hingga 12 tahun dengan konsep educational--adventure. 2. Area Pleasure  untuk hiburan-liburan santai menikmati kesejukan udara Karo di kawasan Tahura, 3. Area Kemah (Camping Ground) bagi wisatawan muda-mudi atau para petualang.  4. Wisata edukasi melalui kegiatan konservasi tanaman di Tahura. 5. Rainforest Adventure  untuk napak tilas (cross country) atau sport  di hutan hujan tropis yang masih original sembari melihat-lihat aneka satwa yang ada di dalam Tahura seperti burung-burung (birds watching), berjalan di jembatan goyang (bridging), tur di atas kanopi tegakan (canopy tour) menguji adrenalin atau hanya sekedar 'ber-leyeh-leyeh' di hutan berkabut oksigen padat. 6. Bicycle Tract untuk aksi bersepeda gunung di kawasan hutan, dan 7. Museum Gunung api  di lingkungan atau di luar kawasan Tahura. Wacana dan impian itu langsung mendapat respon antusias sehingga masing-masing peserta runggu mengusulkan item-item dan ide-ide lanjut (baru) sebagai suplemen paket wisata yang layak jual. Terlebih, daerah Karo dengan situasi pasca erupsi 'berkelanjutan' dari Gunung Sinabung belakangan ini, tidak lagi terasumsi sebagai daerah atau destinasi yang berbahaya, tapi justru menjadi destinasi yang menarik untuk menikmati paket wisata fenomena alam seperti objek semburan uap (steam) pada Gunung Yellowstone di Amerika. Para pelontar gagasan dan ide itu antara lain geolog senior Ir Jonathan Ikuten Tarigan selaku konsultan pariwisata, tokoh PIKI Dr Bedikenita Sitepu MM, Plt Sekda Karo Jernih Tarigan SH, Dandim 0205 Tanah Karo Letkol Inf Adustatius Sitepu, Kapolres Karo AKBP Rio Nababan, Ka Bappeda Abel Tarwai Tarigan SSos MT MA, Ka BPBD Ir Martin Sitepu, Ka BPKPAD Anderiasta Tarigan MSi, Kadis Perindustrian dan Perdagangan Almina Bangun SH, dan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karo Mulia Barus yang menjadi "leading sector" urun rembug tersebut.Gagasan itu, secara kumulatif adalah, (1) Menyajikan menu-menu kuliner khas Karo yang halal dan sehat. (2) Sanggar hasta karya atau pusat  kerajinan cinderamata dari Kabupaten Karo, (3) Depot-depot penjualan bunga, buah dan sayur-sayuran produk petani kabupaten Karo berupa kios atau boleh petik langsung di kebun, (4) Penggalangan kembali halte atau sanggar seni untuk menampilkan secara rutin aksi seni tari dan budaya Karo, termasuk di hotel-hotel, dan sebagainya.Untuk mewujudkan impian ini, pihak F-K3 sekaligus menawarkan agenda revitalisasi pariwisata Tahura Bukit Barisan. Baltasar Tarigan SE dan Liasta Karo Karo dari Koperasi Kita Kerja Karo (Unit Koperasi FK3) secara khusus meminta dukungan Pemkab Karo untuk perwujudan revitalisasi pariwisata Tahura tersebut, karena pihaknya telah mengajukan permohonan ke Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup di Jakarta. Sebelumnya juga FK 3 telah bersafari ke Kementerian Kemaritiman, khususnya ke Deputi Infrastruktur dan Kementerian Pariwisata di Jakarta dalam rangka memajukan pariwisata daerah Karo. Paparan konsep revitalisasi dan pengembangan kepariwisataan Tahura oleh Jonathan Tarigan mengambil model dan sampel ekowisata Costa Rica karena di (ranking 1 dunia) yang mampu meraih 5 juta wisatawan asing setiap tahunnya. Objek itu memiliki kemiripan ekologi hutan hujan tropis cagar alam di Karo sehingga kelak juga akan meraih Wisman lebih banyak, setidaknya dua juta orang dulu. Semoga. (f) http://dlvr.it/PLbWZS
0 notes
tafshare · 8 years
Photo
Tumblr media
Jual Buku Untuk Kalian Yang Rindu Perubahan Penulis : Edgar Hamas Halaman : 240 hlm Dimensi : 14 x 20 cm Berat : 197 Gram Tahun : 2015 ISBN : 978-602-7820-31-9 Kategori : Inspirasi Harga : Rp 42.000 Sinopsis: Untuk kalian yang rindu perubahan… Ini harapan, harapan suatu saat nanti masjid-masjid penuh dengan pemuda, dan takbir bergemuruh di pusat-pusat kota. Ini impian, impian pasar-pasar madani yang penjual dan pembelinya jujur lagi penuh tata krama. Keduanya tak mengharap, kecuali ridha dari Rabb ’Azza wa Jalla. Ini tekad, tekad di suatu hari kala parlemen dipenuhi negarawan merakyat. Ketika dikumandangkan azan, semuanya tumpah ruah ke masjid sembari berkata: “Allah telah membuka pintu pertemuan dengan kita, mari bersegera.” Ini keinginan, keinginan suatu hari nanti pantai-pantai dan lembah hijau dipenuhi pasangan halal suami-istri yang bertadabbur bersama keluarga terkasih, bukan lagi oleh muda-mudi yang memadu nafsu dan menjauh dari ridha Sang Maha Pengasih. Ini cita, cita ketika tontonan di televisi sarat dengan hikmah dan inspirasi. Cita ketika yang tertayang memberi ilmu dan pemahaman hakiki, bukan lagi suguhan penghancur generasi. Ini mimpiku, kamu, dan para perindu perubahan. Sungguh, keyakinan itu ada, semoga Indonesia menjadi negeri madani, rumah perdamaian bagi peradaban bumi. Selengkapnya di www.tafshare.com
0 notes
malangtoday-blog · 8 years
Photo
Tumblr media
Yuk yang Jomblo Pagi ini Harus Merapat ke CFD
MALANGTODAY.NET- Gerakan Perpustakaan Anak Nusantara (GPAN) Regional Malang menggelar acara bertajuk Perpustakaan Jomblo. Acara digelar dalam rangka peringatan Hari Valentine, 14 Februari mendatang. Acara berlangsung di Car Free Day (CFD) Jalan Idjen Boulevard ini bertujuan menumbuhkan minat baca generasi muda yang semakin menurun akibat tergesernya buku oleh gadget yang jauh lebih menarik. ‪"Tujuannya supaya bisa membangkitkan minat baca kalangan muda-mudi, mengingat peran buku tergeser dengan gadget yang lebih menarik dari pada buku", ungkap penanggung jawab acara, Hastya Rizkananda, Minggu (12/02). ‪Selain itu, dengan adanya Perpustakaan Jomblo juga bermaksud untuk menambah wawasan serta mengubah stigma negatif yang berkembang di kalangan para jomblo, bahwa jomblo itu menderita dan tak selamanya sendiri. ‪"Dengan budaya membaca dapat menghibur diri, menambah wawasan serta menciptakan kebahagiaan tersendiri, terutama para jomblo yang memiliki pandangan bahwa sendiri tak selamanya menderita, bersama buku kita bisa wujudkan impian", ujar perempuan yang akrab disapa Tya ini. ‪Tya berharap, kehadiran mereka di CFD hari ini mampu membentuk generasi penerus bangsa yang berkualitas. "Harapannya, generasi muda menjadi generasi penerus emas bagi bangsa dan negara yang memiliki wawasan luas, cerdas, sosial, dan bermartabat", tandasnya. ‪Salah satu pengunjung, Zakaria menyambut baik dengan adanya Perpustakaan Jomblo dan Ia berharap kegiatan seperti ini diadakan kembali dengan menambah koleksi buku supaya lebih beragam. ‪"Idenya bagus, semoga untuk kedepannya diadakan kembali dengan menambah refrensi bukunya", ungkap pria asal Malang ini. ‪Perpustakaan Jomblo akan memanjakan para jomblo dengan berbagai macam genre buku seperti  novel, buku sains teknologi, majalah anak, dan buku pengetahuan lainnya yang berjumlah kurang lebih 50 buku. ‪Untuk itu, bagi jomblo-jomblo yang tertarik mengisi waktu kesendirianya dengan hal yang menarik silahkan kunjungi Perpustakaan Jomblo di kawasan CFD tepatnya di depan Museum Brawijaya.
Source : https://malangtoday.net/malang-raya/kota-malang/yuk-jomblo-pagi-harus-merapat-cfd/
MalangTODAY
0 notes
middleface · 8 years
Text
Maha Satpam
     Tanya jawab pengajian itu menjadi hangat. Tak disangka tak dinyana anak muda berpeci yang lehernya berkalung sajadah itu mendadak meningkatkan nada suaranya.
    "Saya sangat kecewa dan memprotes keras mengapa Bapak bersikap sedemikian lunak kepada orang-orang yang datang ke kuburan untuk minta angka-angka buntutan!" ia menuding-nuding, "Itu jelas syirik. Saya sebagai warga organisasi Islam yang sejak kelahirannya memang bermaksud memberantas segala takhayul, bidah, khurafat, dan syirik, akan terus memberantas gejala-gejala semacam itu dalam masyarakat kita sampai titik darah penghabisan!"
Bapak ustadz terkesima.Isi pemikiran pemuda itu tidak aneh, meskipun bukan tidak menggelisahkan. Namun "semangat juang"-nya ini! Apakah ia baru saja membaca sajak Chairil Anwar "Aku" atau "Persetujuan dengan Bung Karno" sehingga voltase darahnya meninggi? Tapi marilah bersyukur. Ini yang namanya sukses pewaris nilai dan semangat perjuangan dari generasi satu ke generasi lain. Proporsi di mana dan untuk soal macam apa semangat itu mesti diterapkan, adalah soal kedua" "Adik manis, maafkanlah kalau saya memang khilaf," bapak ustadz berkata lembut, "Tapi saya berharap sesungguhnya aspirasi kita terlampau berbeda. Saya juga tidak bermaksud menularkan kebiasaan orang-orang tua untuk bersifat terlalu dingin terhadap gejala-gejala. Tetapi,  nyuwun sewu, saya melihat ada sesuatu yang tidak pada tempatnya. Pernyataan Anda tadi ibarat memasukkan sambal ke dalam es dawet..." Para jamaah tertawa, meskipun pasti mereka belum mengerti maksudnya. "Syirik ya syirik, tapi orang masuk kuburan kan macam-macam maunya. Ada yang mau mencuri tengkorak, ada yang sembunyi dari tagihan rentenir, ada yang sekedar menyepi karena pusing bertengkar terus dengan istrinya yang selalu meminta barang-barang seperti yang dibeli tetangganya. Terus terang saya juga sering masuk kuburan dan nyelempit di balik gerumbul-gerumbul karena sangat jenuh oleh acara yang macam kita selenggarakan malam ini, jenuh diundang kesana kemari untuk sesuatu yang sebenarnya tidak jelas, jenuh meladeni pertanyaan-pertanyaan yang khas kaum muslimin abad 20 dari soal 'apa hukum merangkul rambut' sampai 'memandang wanita itu zina atau tidak', atau jenuh dengan pikiran-pikiran puber yang akrobat pikiran intelektualnya overdosis. Kejenuhan itu sendiri sunnatullah atau hukum alam. Tuhan mengizinkan kita untuk merasa jenuh pada saat-saat tertentu sebagai bagian dari peran kemanusiaan. Apakah buang-jenuh di kuburan itu syirik?" "Bukan itu maksud saya!" teriak sang pemuda, "Saya berbicara tentang orang yang minta-minta di kuburan". "Baiklah," lanjut bapak ustadz. "Syirik itu letaknya di hati dan sikap jiwa, tidak di kuburan atau di kantor pemerintah. Sebaiknya kita jangan gemampang, jangan terlalu memudahkan persoalan dan gampang menuduh orang. Saya terharu Anda bersedia memerangi syirik sampai titik darah penghabisan, namun saya juga prihatin menyaksikan Anda bersikap begitu sombong kepada orang miskin...." "Apa maksud Bapak?" sang pemuda memotong. "Bukinlah proposal untuk minta biaya meneliti siapa saja yang sebenarnya suka mendatangi kuburan, terutama yang menyangkut tingkat perekonomian mereka. Kita memang tahu para pejabat suka berdukun ria dan para pengusaha mendaki Gunung Kawi, tapi siapakah umumnya yang berurusan dengan kuburan untuk menggali harapan penghidupan? Saya berani jamin kepada Anda bahwa 90%  pelanggan kuburan adalah orang-orang yang kehidupan ekonominya kepepet. Orang seperti Anda ini saya perhitungkan tidak memerlukan kuburan karena wesel dari orang tua cukup lancar. Di samping itu syukurilah posisi sosial Anda. Anda termasuk dia antara sedikit anak-anak rakyat yang beruntung, memiliki peluang ekonomi untuk bisa bersekolah sampai perguruan tinggi. Karena Anda sekolah sampai perguruan tinggi maka Anda akan menjadi pandaidan mampu mengelola kehidupan secara rasional. Harapan Anda untuk menjadi pelanggan kuburan termasuk amat kecil. Anda akan menang bersaing meniti karir melawan para tamatan sekolah menengah, para DO atau apalagi para non-sekola. Kalaupun kemudian nenjumpai persoalan-persoalan umum yang menyangkut ketidakadilan ekonomi, misalnya, Anda bukan berencana berkunjung ke makam Sunan Begenjil,  melainkan bikin kelompok diskusi yang memperbincangkan kepincangan ekonomi dan kemapanan kekuasaan politik...." Seperti air bah kata-kata bapak Ustadz kian meluncur. "Kalaupun Anda ogah terlihat bekerja dalam jajaran borokrasi kekuasaan atau tempat-tempat lain yang Anda perhitungkan secara sistematik mendukung kemapanan itu, Anda masih mempunyai peluang non-kuburan, misalnya, bikin badan swadaya masyarakat. LAngkah pertama gerakan ketidaktergantungan itu ialah merintis ketergantungan terhadap dana luar negeri di mana Anda bisa numpang makan, minum, merokok, dan membeli jeans  baru. Langkah kedua, meningkatkan kreativitas proposal agar secara pasti Anda bisa memperoleh nafkah dari gerakan itu. Dan langkah ketiga, menyusun kecanggihan lembaga Anda sedemikian rupa sehingga Anda sungguh-sungguh bisa mengakumulasikan kekayaan, bikin rumah, beli mobil, dan memapankan deposito. Juklak saya untuk itu adalah umumkan ide-ide sosialisme perekonomian sebagai komoditi kapitalisme persahaan swadaya mesyarakat Anda. Kemiskinan adalah ekspor non-migas yang subur bagi kelompo priayi pembebas rakyat di mana Anda bisa bergabung..." Bapak Ustadz kita sudah tak terbendung lagi. "Dengan demikian Anda bisa selamat dari budaya kuburan sampai akhir hayat. Hal-hal semacam ini tidak bisa dilakukan oleh orang-orang miskin yang hendak Anda berantas syiriknya itu. Mereka tak mampu membuat proposal, takut kepada Pak Camat dan Babinsa, karenabagi mereka lebih mengerikan dibandingkan dengan hantu-hantu kuburan. Satu-satunya kesanggupan revolusioner yang masih tersisa pada orang kecil yang melarat adalah minta harapan secara gratis ke kuburan". Suasana pengajian menjadi semakin senyap. "Bapak ini ngomong apa?" potong sang pemuda lagi. "Kepada siapa dan apa sajakah yang di-Tuhankan orang di negeri ini? Apa yang didambakan orang melebihi Tuhan? Apa yang dikejar diburu melebihi Tuhan? Apa yang ditakuti orang melebihi Tuhan? Apa yang sedemikian menghimpit memojokkan menindih orang seolah-olah berkekuatan melebihi Tuhan? Apa dan siapa yang mendorong orang tunduk, patuh, dan loyal sepenuh hidup kepadanya melebihi Tuhan? Apa yang memenuhi pikiran orang, memenuhi perasaan dan impian orang lebih dari keindahan Tuhan? Lihatlah itu, pikirkan dan terjemahkan melalui pikiran kebudayaan Anda, pikiran sosial Anda, pikiraan politik Anda, pikiran ekonomi Anda, perhitungan struktural Anda..." Suara bapak Ustadz kita menjadi agak gemetar ,meskipun nadanya meninggi. "Beranikah Anda berangkat memberantas syirik-syirik besar yang dilatari oleh kekuasaan, senjata, dan fasilitas? Beranikah Anda berperang melawan diri Anda sendiri untuk mengurangi sikap gemagah kepada orang-orang lemah? Sanggupkah Anda mengalahkan obsesi kehidupan Anda sendiri untuk merintis peperangan-peperangan yang sedikitpunya harga diri?" Napas mulai agak tersengal-sengal. "Anda begitu bangga menjadi satpam kehidupan orang lain. Bahkan Anda tampak bermaksud menjadi maha satpam yang memberantas syirik sampai titik darah yang terakhir. Tetapi Anda menodongkan laras senjata Anda ke tubuh semut-semut yang terancam oleh badai api sehingga menyingkir ke kuburan sepi. Itu karena mata pengetahuan tak pernah dicuci kecuali oleh ulama-ulama yang memonopoli kompetisi pemikiran keagamaan, padahal mereka begitupemalas mencuci mata umatnya, kecuali untuk soal-soal yang menyangkut kepentingan posisi mereka. Anda sudah tahu wajib, sunat, halal, makruh, dan haram, tetapi itu hanya diterapkan untuk hal-hal yang wantah. Anda hanya bertanya orang sudah solat lohor atau belum, orang ke kuburan atau tidak, si keponakan sudah pakai jilbab atau belum, mengapa Cut Nyak Dien mengelus-ngelus paha Teuku Umar padahal itu film citra Islam. Anda tidak merintis penerapan kualifikasi hukum lima itu untuk persoalan-persoalan yang lebih luas. Anda tidak pernah mempersoalkan bagaimana sejarah politik sembahyang, Anda marah kenapa Cristine Hakim tidak memakai jilbab,  tetapi anda tuli terhadap kasus penggusuran, terhadap proses pemiskinan, terhadap ketidakadilan sosial yang luas. Anda tidak belajar tahu apa saja soal-soal kualitasnya wajib dalam perhitungan makro struktural. Anda hanya sibuk mengincar orang masuk kuburan. Anda merepotkan diri mengurusi sunah-sunah dan tidak acuh terhadap kasus-kasus yang wajib respon sifatnya..." "Pak Mengapa jadi sejauh itu...?" sahut sang pemuda. "Dengar dulu, anak muda!" tegang wajah sang bapak. " Itu yang menyebabkan Anda tidak memiliki perhitungan yang menyeluruh untuk akhirnya menemukan hakikat kasus syiril yang sebenarnya. Anda hanya sanggup melihat seseorang mencuri. Anda hanya tahu bahwa mencuri itu hukumnya haram, padahalmelalui ralativitas konteks-konteks, pencuri itu bisa halal sifatnya..." "Apa-apaan ini, Pak?" sang pemuda nyelonong lagi. "Kita ini dibesarkan dalam kesalahan-kesalahan. DAlam rasa ketidakmungkinan menang, subyektivitas kita tumbuh subur. Kalau kita bercermin dan menjumpai wajah kekalahan di biliknya, kita ciptakan kemudian cermin yang mampu menyodorkan halusinasi kemenangan kita. Kalau kita tak punya biaya naik haji, naiklah kita ke puncak Gunung Bawakaraeng dan merasa telah naik haji. Kalau tak sanggup perang melawan kekuatan manusia, kita cari tuyul untuk kita taklukkan. Kalau tak ada juga peluang untuk tampil di panggung sejarah, kita berduyun-duyunlah ke panggung narkoti kebudayaan di bidang ndangdut, diskotik Si Boy, atau mengangkat seorang pencoleng menjadi dermawan sehingga hati terhibur. Kalau risi berpegang pada pilar-pilar kufur dan tak sanggup bersandar pada udara, maka melianglah kita pada lubang sempit pengetahuan keagamaan kita yang mualah dan nadir, Kita menjad "negara" dalam pesta syariat dangkal umat di sekeliling kita. KIta mengawasi muda-mudi yang berbonceng motor, kita menelepon pasien-pasien kita di pagi buta untuk mengecek apakah ia sudah salat subuh, kita sembahyang jamaah sambil melirik apakah orang di samping kita sudah cukup khusuk sembahyangnya. Kita menjadi puritan, menjadi "manusia amat lokal". Kita mendirikan kekuasaan baru di mana kita adalah penguasanya..." Sang pemuda tak bisa tahan lagi, "Maaf, Pak! Berilah saya sedikit peluang..." Tapi air bah terus tumpah ke bumi... Sumber: Ainun Nadjib, Emha. 1992. "Slilit Sang Kiai". Jakarta. Pustaka Utama Grafiti.
teks dari http://idprajuritpena.blogspot.co.id/
0 notes