tatizi
Jejak Rasa
218 posts
Pada sebuah jejak rasa. Angin berhembus menghantar abu untuk menghapus rindu. Kemarau menghantar terik matahari untuk mengeringkan tangis.
Don't wanna be here? Send us removal request.
tatizi · 11 months ago
Text
Tumblr media
Setelah mengambil pilihan, kuat-kuat ya menjalaninya.
357 notes · View notes
tatizi · 1 year ago
Text
Re- dari sebalik pintu
Menggerak kaki menginjak
Meraba pipih merapat
Menghela tepian pagi
Menyulam padu, merangkai temu
.
Aku menghampa dalam ruang
Bayangan mengikuti hingga menghitam
Tertampak indah, pipi merona
Segera jangan lama-lama
.
Aku hanya membukanya,
Sejenak pun tak mau beranjak
Aku hanya meliriknya
Sedetikpun tak ingin berubah
.
Kamu diam, inginku
Jangan, semesta menegurku
Pada detik, waktu terdiam
Dari sebalik pintu, mata kita bertemu. Aku dan kamu
.
Balongbendo, 9 Oktober 2023
0 notes
tatizi · 1 year ago
Text
Re - Sebatas
Aku meminjammu pada bintang
Aku meraihmu pada awan
Aku memintamu pada bulan
Hingga di kirimkan oleh malam
.
Bukan maksudku untuk mengadu
Bukan inginku untuk merayu
Hanya sesingkat pertemuan malam itu.
Sebatas menatap wajahmu
Balongbendo, 9 oktober 2023
0 notes
tatizi · 1 year ago
Text
Re- Selayang Pandang
Berucap daun pada angin
Pagi, selamat pagi
Bertiup semakin lirih, tak berbunyi
berkenankah ia singgah, menggetar nadi yg memerah
.
Bukan sebatas mentari
Bukan menggenggam jemari
Simpul simpul, kamu padukan pada pelupuk
Indah, meski tak kau sapa
.
Aku hanya melihat pagi.
Bukan, ranum senyumu layak mentari
Mata mata sibuk mancari
Ku harap padaku ia berlabuh
.
Aku berteriak runtuh
Bukan rasaku, bukan egoku
Bergetar keras
Bertatap riang, selayang pandang
.
Bakungtemenggungan, sidoarjo 9 oktober 2023
0 notes
tatizi · 1 year ago
Text
Re - Tangga nada
Lepas pijak menuai rima
Tangga berderak menyemai nada
Pijar tempias menyusun irama
Teruslah berjalan, biar ia membuat tarian jingga
.
Aku adalah potongan bambu
Tegak menancap bersama waktu
Tenang-tenang tanpa gemuruh
Sebelum datang, sang pembawa ricuh
.
Barang sepintas kaki ini berpijak
engkau datang membawa bias
Tarik tarik nafas mentari
Lihatlah bumi riuh berbunyi
.
Langit menatap, meja mengeja
Bola matamu menuturkan irama
Re...
Tangga nada lepas pertama.
.
Re....
Potong irama tangga kedua
Nada membias tanpa menghadap kata
Re, wanita bertangga nada
.
.
Balongbendo, 4 Oktober 2023
0 notes
tatizi · 3 years ago
Text
Nur-un tahta nur-in 134
“Meski tak ramah”
Malam demi malam, pulangku kini dalam hitungan.
Sedari dua hari lalu aku. Memperhati dia henti. Merajut temu tiada kamu.
Binasa, aku bisa binasa.
Lukaku yang menyayat semuanya. Lebam di pukul keadaan.
Aku pulang, dan kamu tiada menghadir puan.
Hingga malam ini tumbuh putus asaku.
Apa luka hati tiada terobati.
Apa sedih tak bersih dengan sedikit purnamamu
Malam lalu aku tanya pada langit, kemana?
Lepas tenggelam hari ini kamu jawab, aku ada.
Butuh waktu yang lama. Apa?
Kamu baru tumbuh petang ini.
Seperti butir yang baru tumbuh.
Terairi oleh hujan siang ini.
Tersengat terik sore ini.
Kamu tutup matahari tenggelam dengan mekar kelopakmu.
Kamu tumbuh, kamu mengudara pada alam.
Seakan sedikit bercakap padaku lembut.
Apa ini yang kamu tunggu?
Aku hadir kini pada ruang dan waktumu.
Aku yang baru masuk ruang sejuk ini.
Sedikit melirikmu terdiri.
Seindah embun pagi di tengah temaram malam.
Tenang menyejukkan.
Ajuku berdiri di depan.
Penuh sadar, aku sejenak. Mengintipmu malu-malu.
Ku harap kamu tak sembunyi. Membalasaku
Tapi tiada. Kamu hanya menunduk entah seperti sedikit lesu
Lepas pijak pun aku
Mengudara mencari mu.
Yang aku harap satu.
Kamu tak terganggu.
Dari sebalik orang itu
Seperti potongan puzzle, aku berusaha menyusunnya.
Hingga binar wajahmu terjamah mata.
Indah, meski kamu tampak tak begitu ramah malam ini.
Lamongan, 29 Mei 2022
5 notes · View notes
tatizi · 3 years ago
Text
Nur-un Tahta Nur-in 133 - Tanpa penyambutan
Tumblr media
Aku terpontang panting, berlarian. Mencari jalan menujumu.
Pagi tengah terik aku menerjang jalan.
Bergegas aku tak kuat.
Keadaan yang membuat terarah diri untuk menujumu. Segera
Hari yang aku lalui hingga gulita menelan malam.
Tiada sempat, kata tersentuh hangat.
Bukan pada senyuman.
Binar mata barang sekedar.
Sederhana, bahkan seperti yang aku minta.
Sebab dalam beberapa hari hati lirih berbisik.
Hari perantauan yang menjenuhkan.
Peristiwa demi peristiwa menyedihkan. Ia datang.
Ku harap pulang adalah sebuah jawaban.
Dari beberapa butir kerelaan yang aku tanam.
Mengharap bungamu tumbuh.
Melambai ia mengusap senyumku.
Namun tidak. Engkau menghilang.
Tepian yang aku nantikan. Lengang.
Engkau tiada datang.
Pulangku, tanpa penyambutan.
Lamongan, 27 Mei 2022 Maghrib.
0 notes
tatizi · 3 years ago
Text
Nur-un Tahta Nur-in 132 - “Surprise !!”
Tumblr media
Menghitam langit malam.
Selepas binarya mentari tenggelam
Menghitam sekali, pekat.
Persis dengan sudut malam kala itu.
 Berkelakar aku mencarimu.
Menepi bersama kilau bayanganmu.
Baru sejenak langitku hitam.
Ia berbisik lirih, ia datang….. ia datang……
 Entah siapa yang berteriak.
Kembang malam atau kunang-kunang.
Sedang ku dapati di belakang.
Pijar matamu berkilauan.
 Surprise!!
Kamu tetiba datang
Kemana saja?
Bukankah kabar menjanjikan kamu hilang?
 Aku yang terduduk, membalikkan badan.
Menghela nafas, tiada panjang.
Helaian mukenah hijau itu.
Menghempas hentakan hati yang ragu nan rapuh.
 Lamongan, 5 Syawal 1443 H./ 6 Mei 2022 M.
0 notes
tatizi · 3 years ago
Text
Nur-un Tahta Nur-in 131 - “Serambi”
Tumblr media
Usai tengah usai
Barismu tengah terangkat.
Dalam, ku lihat dirimu diam.
Selepas salam keduaku.
 Dalam ramainya ruang.
Tak seberapa semestinya.
Tapiku mencarimu.
Berkesudahan, lengang dalam.
 Aku menoleh sedikit.
Terjerembab paras cantikmu.
Mukenah hijau muda.
Mengudara dari sebalik kaca.
 Lepas, terdiriku mendekat
Bukan untukmu hanya pergiku saja.
Ku buka pintu, menjauh.
Ku  kira sudah tiada, hilangmu.
 Kembaliku, pada serambi temu aku.
Bersuaku pada ibu, memanggilnya.
Menoleh ringan. Menyodorkan kunci.
Ia di sebelahmu, yang senantiasa tersenyum ringan. candu.
 Aku terpukau barang sejenak.
Kamu menatapku, pun aku.
Aku meraih kunci itu.
Sekejap terbayang samar, kemudian memilih pergi.
 Lamongan, 3 Syawwal 1443 H./ 3 Mei 2022 M.
0 notes
tatizi · 3 years ago
Text
Nur-un Tahta Nur-in 130 - “Mihrab”
Tumblr media
Mulia, bulan yang sungguh mulia.
Bukan saja tentang apa yang telah di turunkan dari langit.
Tentu.
Bahkan, sejak ‘kala’ berteman dengan ‘dulu’
Tapi aku memuja malamnya.
Memberikan gemerlapnya.
Membawamu yang sedari jauh pada rindu.
Hingga hadiah, kamu dan sebuah temu.
Perihal mala mini, aku ingin berbicara sebentar dengan waktu.
Biarkan aku terduduk, terdiri, lekas terdiam di mihrab ini.
Agar tiada lepas cahayaku.
Sekalimu tertundukkan waktu, mata tiada menjumpa temu.
Mata kita sekalipun tiada saling mengucap
Baik aku, apalagi kamu.
Setiap pesanku, kamu balas tertundukmu
Malam membongkar senyumku, ragu.
Sesekali saja kamu mengintipku.
Barang sejenak, cukup menghidupkan salah tingkahku.
Kurasa berlalu biar seperti itu.
Malam ini mihrabku kamu tabur candu.
Lamongan, 5 mei 2021
0 notes
tatizi · 3 years ago
Text
Nur-un tahta Nur-in 129 - “Terbunuh Senyumanmu 8”
Tumblr media
Sekalinya malam datang
Tiada yang aku bentangkan selain harapan.
Kiranya di  bumbu dengan lirih ucapan
Kamu, selamat datang.
 Malam agak gelap
Bukan karena sembunyimu gemintang.
Lebih dari itu, langitku ketakutan.
Cemasku saat tanyaku melayang.
 Kapan kamu datang?
Rasanya malam ini berbisik.
Padaku, sangat pelan.
Lihat itu, cahayamu datang.
 Mengapa begitu lama?
Bahkan saat harap dan cemas di atas ambang.
Kamu datang, berjalan sangat pelan
Bahagiaku berterbangan.
 Di rata air itu, aku memandangmu.
Datang, menoleh pandang.
Sedikit. Meski bukan padaku.
Namun bergetar candu.
 Apa yang ku nantikan kini?
Lihatlah, senyummu terbit di tepian malamku.
Menggetar keheningan malamku.
Lantas rasaku, terbunuh senyumanmu.
 Lamongan, 10 Mei 2021
0 notes
tatizi · 3 years ago
Text
Nur-un Tahta Nur-in 128 - Pintu gerbang menjelang pulang 6
Tumblr media
Ramadhan ini aku terlampau suka menanti pagi.
Bukan sekedar bicara soal menahan haus dan dahaga
Melihat ke timur sana, belum lepas semburat merah.
Setelah malam pergi, gelap mata tiada lagi.
 Kurasa sirna.
Lepas puja, penantian masa.
Di ruang ini terdirilah segala duduk.
Termasuk kamu, meski tiada jumpa pada tunggu.
 Pintu gerbang menjelang pulang ini.
Aku mengejarmu.
Tiada berharap menolehmu menatapku.
Cukup kilau pipimu, penawar pagiku.
 Aroma pagiku tak seberapa harum.
Di pintu gerbang menjelang pulang
Pesonamu buatku berdecak kagum.
Melepasmu pergi, hilang bersama tepian malam.
 Lamongan, 10 mei 2021
0 notes
tatizi · 3 years ago
Text
Nur-un Tahta Nur-in 127 - “Tragedi Jok Belakang”
Tumblr media
Kamu lihat malamku ini cahayaku.
Purnama yang terbit di ufuk pipimu.
Ku gariskan ia perlahan
Meski tiada dapat abadi dalam pelukan.
 Cukup bagiku siluetmu aku genggam.
Barang sejenak, tapi kamu terbitkan senyumanmu.
Jangan pernah kamu tanyakan perihal bahagiaku.
Sejatinya, bagiku sesederhana itu.
 Dari sudut ini aku sedikit melewatkanmu.
Tuntasku, kehilangan tenangmu.
Kamu sudah terdiri, beranjak pergi bahkan.
Yang ku temukan, di sebalik tangga wajahmu menuju hilang.
 Aku melihatmu di atas motor itu.
Sedikit berada dengan kakakmu.
“biar, biarkan aku saja yang menyetir”. Mimik wajahmu kurasa mengatakan itu.
Sembari tanganmu menggenggam erat kemudi itu.
 Dari tepian jauh, aku hanya bias terdiam.
Memandangmu lekat, sedikit senyumku lepas.
Lakumu, secercah hidup bahagiaku.
Ku abadikan ia semu. Sebelum sekian menit kemudian, aku kehilanganmu.
 Lamongan, 4 juni 2021
0 notes
tatizi · 3 years ago
Text
Nur-un Tahta Nur-in 126 - “Magnet satu kutub”
Tumblr media
Nur-un tahta nur-in
Sudahkah olehmu berbuka?
Dengan apa? Sebongkah es atau air hangat?
Aku tebak, yang kamu seduh itu adalah sebongkah es.
 Cukup melegakan tenggorokanmu. Barangkali.
Tiap tetesnya tampak begitu kau resapi.
Hingga malam larut pada dirinya.
Serta dingin yang kamu bawa, pada malam pertemuan kira.
 Wajar saja, tiada bias aku terpalingkan.
Barang sejenak, saat kamu tak kunjung datang.
Harap yang mengikatmu melonggar tepat saat kamu datang.
Perhatian tertarik kuat pesonamu.
 Sayang, yang kamu hadirkan tiada sepasang.
Magnet satu  kutub, kamu tak biarkan keduanya.
Entah satu kutub kamu rekatkan, menarikku rekat-rekat. Untuk memperhatikanmu.
Kadangkala pula kamu biarkan kutub kedua, menolakku kuat-kuat.
 Kuharap kamu menutupnya satu.
Memiarkan aku terseret pesonamu.
Terikat pada indahnya senyumanmu.
Tiada melepas pada segala pemujaan tentang kamu.
 Lamongan, 18 Ramadhan 1442 H./ 30 April 2021
0 notes
tatizi · 3 years ago
Text
Nur-un Tahta Nur-in 125 - “Tangga Menuju Nirwana”
Tumblr media
Biarkan waktu menepuk-nepuk pundakku, “teruslah terbujur kaku  seperti  itu, kawan”. Katanya menyeringai pelan.
Terbiarkan malam berlarut. Menenggelamkan matahari di ujung sana.
Hingga hariku berubah gulita.
Mataku tetap terjaga, sembari menanti dirimu yang tak kunjung datang jua.
 Sepertinya aku harus membahas kemudian.
Hei, lajumu  di perataran itu, sungguh menawan.
Kamu lapangkan hati, yang dengan bayangmu hendak kamu hembuskan.
Kamu  tuntaskan rinduku di penghujung temu.
 Aku suka suara  itu.
Motor yang menderu.
Jangan harap aku  bisa berpaling.
Aku perhatian kamu, dari tepian rindu.
 Kamu yang lepas terhenti.
Senyuman yang menyelimuti.
Sekejap, kamu tabur bunga bahagia
Sebelum melangkah hilang engkau, di  tangga menuju  nirwana.
 Lamongan, 17 ramadhan 1442 H./ 29 april 2021
0 notes
tatizi · 3 years ago
Text
Nur-un Tahta Nur-in 124 - Terbunuh Senyumanmu 7
Tumblr media
Udara yang menyapa malam.
Hai, ucapnya riang.
Menyapaku di keheningan
Di sebalik gulitanya memang penuh kejutan.
 Diluaran ruang sana.
Aku kira tiada cahaya
Semua sempat sirna
Saat senyummu terbit di pelupuknya.
 Ranum kemerah-merahan.
Kamu  selalu mahir memainkannya.
Menebasku perlahan lekas penuh keyakinan.
Asumsiku, terbunuh senyumanmu.
 Lamongan, 3 juni 2021
0 notes
tatizi · 3 years ago
Text
Nur-un Tahta Nur-in 123 – “Punggung Lagi”
Tumblr media
Eh, iya. Kamu tahu itu?
Pertemuan denganmu tiada sewaktu-waktu
Bahkan lepas petang pun.
Saat rembulan dan malam hadir dengan janjinya, kadang yang terbit hanya kecewa.
 Kamu lihat malam ini.
Saat temaram menghalangi pandang.
Aneh bukan? Rata airku tersilaukan.
Bayangmu menghilang.
 Yang aku temukan malam ini adalah kata terlambat.
Entah mengapa berulang.
Apa inginmu menabur bosan? Atau sebuah kekecewaan?
Kudapati mala mini, punggung lagi. Sedang bayangmu telah pergi.
 Lamongan, 1 juni 2021
0 notes