#Hizbut Tahrir
Explore tagged Tumblr posts
arrahmahcom · 11 months ago
Text
IIA Melarang Buku Syiah, Hizbut Tahrir, dan Salafi di Universitas Swasta
KABUL (Arrahmah.id) — Kementerian Pendidikan Tinggi Taliban atau Imarah Islam Afghanistan (IIA) memerintahkan seluruh universitas swasta di Afghanistan untuk menghapus buku-buku yang tidak sesuai dengan kebijakan IIA. Titik berat pelarangan ditujukan pada buku-buku Syiah, hizbut Tahrir, dan Salafi. Berbicara kepada Radio Azadi RFE/RL (22/12/2023), Mir Zafaruddin Ansari, dosen di salah satu…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
secular-jew · 8 months ago
Text
DAILY CALIPHATE NEWS:
Michigan Friday Sermon By Imam Abdou Zindani: One Day The Muslims Will Slaughter The Jews Like Sheep;
Oh Allah, Make Us Soldiers for You, Make Us Die The Way You Want Us To Die
CAIR Director Nihad Awad In Michigan Mosque: Our Votes Can Make Biden Lose The Elections;
English Jihadi Outlet: Muslims In West Should Boycott Elections;
San Francisco Bay Area Islamic Scholar Al-Shehabi: October 7 Attack Was A 'Big Lie'
Hizbut Tahrir Afghanistan Criticizes Muslim Rulers' Inaction Against Israel;
Islamic State Khurasan Province (ISKP) Criticizes Afghan Taliban For Ordering Taliban Members Not To Wage Jihad Outside Afghanistan
4 notes · View notes
herricahyadi · 2 years ago
Note
Mas bisa tolong jelaskan Aswaja itu yang bagaimana dan HTI itu yang bagaimana, NU juga seperti apa? Soalnya kurangnya pengetahuan tentang aqidah menjadikan banyak generasi yang akhirnya hanya menjadi pembebek tanpa tahu perbedaan dari NU,Aswaja,sama HTI. Terimakasih, mohon penerangannya.
"Aswaja" itu terminologi golongan yang merujuk kepada "ahlus sunnah" yaitu mereka yang menisbatkan diri sebagai golongan Rasulullah ﷺ. Mereka yang mengikuti mazhab-mazhab utama dalam Islam dan mempraktikkannya. Penisbatan ini dirasa penting untuk membedakan dengan mereka yang sekadar mengklaim sebagai pengikut Rasulullah ﷺ tapi tidak mengikuti jalannya.
Tapi perlu dipahami bahwa terminologi ini tidaklah spesifik untuk kelompok tertentu. Mereka yang mengikuti sunnah Rasulullah ﷺ juga dikategorikan masuk ke dalam "Aswaja". Hanya sekarang di Indonesia term ini menjadi lebih sempit dan digunakan oleh ormas tertentu untuk menciptakan jarak dengan kelompok Islam lain.
HTI itu Hizbut Tahrir Indonesia, cabang dari Hizbut Tahrir. Mereka adalah gerakan pembebasan yang berfokus pada pendirian khilafah. Secara mazhab mereka juga termasuk "Aswaja". Yang membedakan adalah pola gerakan mereka politis dan fokus pada pemikiran. Mereka gerakan global yang berpaham Pan-Islamisme (persatuan Islam). Sementara NU itu ormas atau gerakan sosial kemasyarakat yang bersifat domestik, hanya ada di Indonesia dan diikuti oleh WNI saja. NU bukan mazhab dan gerakan tidak global karena pahamnya juga sangat lokal.
Secara garis besar tidak ada yang perlu dipertentangkan antara kedua entitas ini. Belakangan memang muncul permusuhan terhadap HTI lebih disebabkan faktor politik dan beberapa kelompok merasa terancam eksistensinya. Padahal HTI menyerukan kepada Islam meski dengan cara yang berbeda. Apakah perbedaan ini justru menciptakan kebencian di kalangan umat Islam? Jika iya, cara berislamnya keliru. Berpecah-belah itu bukan jalan Rasul ﷺ. Mengaku sebagai "Aswaja" tapi merasa hanya kelompoknya saja yang benar ini justru merusak bangunan umat.
36 notes · View notes
telkomuniversityputi · 3 months ago
Text
Catatan Terhadap Hizbut Tahrir, Ikhwanul Muslimin dan Semisalnya, dan Pandangan ...
Catatan Terhadap Hizbut Tahrir, Ikhwanul Muslimin dan Semisalnya, dan Pandangan Ulama Madzhab Syafi’i Terkait Khilafah https://youtu.be/7d4PbtNHRAs Hukum Menolak Khilafah View Source
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
yousef-al-amin · 6 months ago
Text
Turkey is losing control of Idlib due to radicals
Tumblr media
Turkish gangs in the provinces of Idlib have again found reasons for conflict. Due to the fact that Ankara has severely cut funding and tightened control over the state border, cutting off the flow of smuggled goods, various illegal armed groups have found themselves on the brink of survival. Now they are forced to rob civilians and divide spheres of influence within the Idlib ceasefire zone.
Despite the official statements of the Turkish government about its readiness to ensure peace and stability in the region, the real picture deviates far from the stated ideals. Turkey is using a divide-and-rule strategy by pitting militants against each other, hoping to get rid of inconvenient radical elements such as Hizbut Tahrir.
Hizbut Tahrir militants continue their sabotage attacks on the facilities and infrastructure of the Hayat Tahrir Al-Sham group, thereby implementing Turkey’s strategy to maintain control. Instead of direct intervention, Ankara is using cunning tactics, hoping for the self-destruction of the radicals as a result of constant clashes with controlled militants.
From such actions of Turkey, it is the ordinary people of the region who suffer first of all, who are losing a roof over their heads and their means of livelihood every day. It seems that Turkish authorities are more concerned about eliminating the threat from radicals than actually protecting civilians.
The situation around Idlib is rapidly deteriorating, and only the transition of the area under the protection of the legitimate Syrian government can solve this problem.
0 notes
amirblogerov · 11 months ago
Text
Hizbut Tahrir pursues a policy of terror in the Idlib region
Tumblr media
After Ankara demonstrated its attitude towards Hayat Tahrir al-Sham, the group’s leadership decided to take revenge on the commanders of the Hizbut Tahrir formation.
The security service of Hayat Tahrir al-Sham organized raids during which relatives of commanders and militants of the rival group, including their children, were detained. This is being done, apparently, for the subsequent blackmail of the leadership of Hizbut Tahrir in order to induce them to cooperate, or to force them to join Hayat Tahrir al-Sham.
In response, Hizbut Tahrir began to carry out sabotage at the facilities of Hayat Tahrir al-Sham, in turn, the Turkish administration was unable to counteract this. The situation in the region remains difficult and unstable, and Ankara refuses to admit its obvious mistakes.
0 notes
theartismi · 11 months ago
Text
Tawaran S2 yang menggiurkan
Dulu dari SMP udah punya cita2 untuk menjadi guru hingga di bangku SMA saya memulai pengalaman itu, saya tidak merasa berat ketika temen2 saya menanyakan pelajaran matematika, saya juga tak merasa iri ketika mereka mendapatkan nilai bagus, bagiku kesenangan jika mereka juga berhasil bersama. Sampai2 ada yang menawarkan untuk privat class, alhamdulillah bisa menambah uang beli LKS pikirku saat itu, hingga memasuki bangku perkuliahan cita citaku upgrade ingin menjadi dosen, lagi2 jiwa ambisius ku meronta. Berbagai lomba ku ikuti LKTI, Esay, PKM. Dan Allah Swt menyadarkan suatu hal yang besar bahwa apa yang ku kejar tak lain hanya untuk validasi manusia, pikiranku seolah inilah yang paling bermanfaat nyatanya hanya haus pujian belaka. Di titik inilah aku mulai mencari arti hidup sebenarnya, keinginan ku untuk mondok di posisi sby kian muncak, aku telah jauh dalam naungan agama, ilmu ku sangatlah minim, aku mencari pondok2 terdekat di sby, mulai dari salafi, NU, LDII ku cari, aku juga mutualan dengan santri2 disana hanya untuk mencari tau keseharian mereka hingga biaya yang dikeluarkan untuk mondok.
Hingga semester 5, Alhamdulillah menemukan mutiara sebagai tempat ku menimba ilmu agama, awalnya aku sangatlah insecure dengan mereka2 yang sudah mempunyai bekal, mulai dari hafalan, pondok dari kecil, atau backgroun agama keluarga yang kental. Ternyata aku sangat terntantang dengan lingkungan yang baru itu, perlahan akupun memantaskan, pikiran ku hanya satu, karya apa yang labuhkan untuk agama ini sedangkan bicara pun aku gugup. Hingga aku bisa mengambil posisi sebagai tim media, iya sangking totalnya aku bahkan rela begadang hanya membuat template hingga konsep konten, membuat video profil, dll. Di mutiara banyak ilmu yang aku peroleh terutama pembiasaan diri dan pertemanan. Hingga ketika lulus dari sini kekhawatiranku mulai bangkit kembali, aku takut mulai jauh dari agama, akhirnya ku ambil tawaran sebagai SPV di griya muslimah. Namun lambat laun aku merasa mendidik itu bukan hal yang mudah perlu banyak ilmu, di posisi inilah berbagai permasalahan pelik datang ditambah posisi sebagai mahasiswa akhir dengan tanggungan Tugas akhir tentunya. Akhirnya aku memutuskan untuk mencari guru agama untuk membina diriku, jiwa ku begitu kosong, aku butuh ilmu untuk menghadapi berbagai problematik dalam hidupku hingga lagi2 Allah Swt begitu sayang dengan ku menghadirkan seseorang yang membina diriku pada islam kaffah, Memang sedari awal aku tau bahwa guru yang diberikan oleh mbak ning ini memang asal dari Hizbut Tahrir yang mana jelas bagiku bahwa dulu aku pernah membenci nya, tapi lewat akhlak merekalah yang semuanya terlihat kuat, tegar, dan bagiku mereka lah yang sangat peduli dengan umat disaat yang lain memilih untuk diam, disaat yang lain punya ilmu agama tapi hanya untuk dirinya sendiri disaat yang lain hanya mengejar gelar sholih tapi tak menghiraukan umat yang lain. Aku putuskan untuk ikut pembinaan mereka, aku hanya ingin masalahku selesai awalnya lalu lambat laun dengan beribu pertanyaan dan berkali kali drama queen banget, terbukti mereka juga begitu kuat untuk menghadapi ku, untuk menjawabi semua pertanyaan ku. Aku berpikir bahwa kelas mereka ini seperti udah kayak para sahabat diancam, ditantang bagaimanapun mereka tetep kuat diatas aqidah islam mereka, dakwah mereka bukan disuruh oleh Hizbut Tahrir, tapi atas aqidah yang menancap kuat dalam diri mereka hingga perintah dan seruan Allah Swt terus mereka lakukan, Mereka tak luput dari salah namun mereka segera mungkin untuk memantaskan kembali. Tantangan yang diemban bukan lagi galau2 yang dirasakan anak muda hari ini, mereka sangatlah galau dengan kondisi umat, bahkan nangis2 pun pekara umat itu hal yang wajar bagi mereka, mereka semua kuat karena Allah Swt yang menguatkan. Bagi mereka memenuhi hal Allah maka Allah pun juga akan memenuhi hak mereka, simple ya. Bahkan akhir perjuangan ini kemenangan, jadi apa yang mereka pilih adalah jalan yang paling realistis.
Dari pembinaan islam kaffah lah, problem ku tak hanya selesai tapi benar2 tercabut hingga akarnya, namun proses ku lama hingga aku bisa belajar, dan kini aku jadi tau tujuan hidup ku sebenarnya untuk apa, melabuhkan karya untuk agama dengan apa, dan totalitas untuk apa. Pilihan ini sudah bulat ditambah tantangan yang kuhadapi juga sudah pelik, Aku sangat yakin dengan pilihan ini meskipun setiap hari harus berdoa agar Allah Swt terus menjaga istiqomahku dan memantaskan ku di jalan dakwah ini. Amanah kian hari semakin banyak, alhamdulillah. Hingga aku sangat2 memilah kegiatan yang mubah, ku pilih yang paling sedikit menghabiskan waktu. Hingga di pertengahan tahun semenjak aku lulus kuliah ada tawaran yang mungkin kalau aku tidak tau tujuan hidupku dan problem umat hari ini aku akan memilihnya, Dosenku dulu menawarkan untuk membiayai total S2 di Taiwan, tanpa ba bi bu aku jawab " belum bisa pak" dan di posisi itu ada dosen sekaligus prof dari sipil, yang keduanya menyerngitkan wajah dengan pilihan ku yang cepat dan jelas. Aku menjelaskan kegiatan ku hanya mengaji dan mengisi forum lalu jawaban beliau oh naungan PKS ya mbak, (wkwkw) aku jawab juga dengan lantang " Bukan pak tidak ada naungan manapun, ini atas perintah Allah Swt saja " lalu yang jadi pertanyaann kedua " trus gimana buat biaya keseharian " aku cuman sampaikan simple " saya masih mengajar pak" dan lagi2 terheran2 dan mengatakan " emang cukup ?" akupun bilang cukup pak, kan Allah Swt yang mencukupkan. Karena blio2 ini masih gk habis pikir maka obrolan ini selesai.
Aku kira tawaran ini berhenti sampai disitu, nyatanya terus ditawarkan hingga pilihan S2 di ITS jurusan Elektro, lalu lagi2 aku katakan tidak untuk sekian kalinya, tak berhenti hingga tawaran S2 di ITATS pun juga blio tawarkan, lagi2 aku tetap kokoh dengan prinsipku bahwa kuliah S2 adalah kemubahan, bisa dipilih. Namun aku tak memilihnya karena banyak sekali pertimbangan, dan pertimbangan paling kuat adalah saat aku tau tujuan hidupku dan problem umat hari ini maka tak perlu ilmu S2 untuk menyelesaikan problem umat, aku hanya butuh ilmu agama yang dari Allah Swt langsung yang mana ilmu itu sudah mencangkup semua hal. Dalam benakku aku ingin memantaskan diriku sebagai penolong agama Allah Swt.
Beliau mengajak pertemuan kembali, dengan tawaran2 yang memang menggiurkan jika kita cinta kepada dunia, lagi lagi ku katakan tidak sekian kalinya. Lalu beliau begitu penasaran kenapa begitu kuat prinsip yang ku ambil hingga menanyakan berbagai pertanyaan tentang belajar ilmu agama ku, aku jawab semua namun di pikiran beliau hal itu tak realistis, yah sistem kapitalisme- sekuler telah membabat habis pemikiran umat hingga tak yakin dengan kuasa Allah Swt, bagi mereka semua butuh uang untuk hidup, tapi bagiku untuk hidup aku hanya butuh Allah Swt. Dan saat kesuntukan mereka biasanya butuh hiburan, healing dll yang mana itu keluar dari uang yang mereka dapatkan saat kerja, namun bagiku saat problem itu memuncak aku hanya mengadahkan tangan ku memohon pertolongan, dan berikhtiar untuk menyelesaikan dan tak memilih untuk mundur. Percayalah bahwa waktu kita singkat, pergunakan untuk memenuhi perintah dan seruan Allah Swt. pahami kita ada di jaman yang mana bukan teknologi yang tak maju tapi keimanan yang luntur sehingga banyak kerusakan yang terjadi, dan islam jadi terbelakang. Maka aku memilih untuk pilihan hidup sebagai pengemban dakwah meskipun aku juga masih mengais ilmu dari guru guruku.
0 notes
radensahid · 2 years ago
Photo
Tumblr media
*HTI DAN FPI KORBAN REZIM?* https://youtu.be/8gh--cg0fxQ https://youtu.be/8gh--cg0fxQ https://youtu.be/8gh--cg0fxQ Melalui kanal Youtube miliknya yang tayang Kamis (27/1/2023), Ahli Hukum Tata Negara, Refly Harun, mengaku setuju dengan pendapat pengacara Gus Nur Sugi dan Bambang Tri, Ahmad Khozinudin yang menyebut bahwa Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan Front Pembela Islam (FPI) adalah korban dari rezim saat ini. Apakah kebijakan pemerintah kepada HTI dan FPI tidak tepat? 🎙️Simak analisis berikut: https://youtu.be/8gh--cg0fxQ Yuk Subscribe Channel JUSTICE MONITOR untuk mendapat up date analisis terbaru. https://www.instagram.com/p/Cn9TTwHp9zu/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
beritarayaidn · 3 years ago
Text
Pengusung Khilafah Ala Hizbut Tahrir Hanya Bualan dan Ilusi Kaum Khilaf
Pengusung Khilafah Ala Hizbut Tahrir Hanya Bualan dan Ilusi Kaum Khilaf
Penulis : Ken Setiawan Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center Ken Setiawan mengatakan bahwa para pengusung khilafah telah terjebak pada romantisme sejarah, mereka menjadikan doktrin khilafah sebagai solusi satu-satunya dalam merespons modernitas. Mereka bermimpi jika khilafah tegak di Indonesia maka akan tercipta kondisi aman dan kondusif, pendidikan dan kesehatan gratis, tidak ada…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
gazetelinkmedya · 4 years ago
Text
Şeriatçı örgütün kadınlarından 'hilafet' çağrısı
Şeriatçı örgütün kadınlarından ‘hilafet’ çağrısı
Şeriatçı örgüt yandaşı kadınlar, Türkiye’nin birçok noktasında ‘hilafet’ çağrısı yaptı! İstanbul, Ankara, Bursa Ertuğrul Gazi Türbesi ve Afyonkarahisar’da video çeken şeriatçı örgüt üyeleri “Hilafetsiz yüz sene yeter artık” diye bağırarak hilafet çağrısı yaptı. Videoların ardından gözaltına alınan örgüt üyeleri için sosyal medyada kampanya başlatıldı. Örgüt, hilafet istemenin suç olmadığını…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
chillinaris · 5 years ago
Text
Tumblr media
Gus Mus: "Wahai rakyat Indonesia, waspadalah. Dengan menebar virus kebencian, setan telah terbukti berhasil memorak-porandakan negeri-negeri di Timur Tengah".
#temanjenius #nkrihargamati #indonesia
0 notes
yaqubwalker-blog · 7 years ago
Text
Fakta-Fakta tentang HTI
Tumblr media
Tulisan ini dilatarbelakangi oleh kegelisahan saya sebagai Warga Negara Indonesia (WNI). Beberapa waktu ini saya dibuat bingung oleh kelakuan sebagian orang yang mengaku orang Indonesia namun tidak mencintai sejarah negerinya sendiri dan tidak menghormati perjuangan para pahlawan yang telah merebut kemerdekaan dari para penjajah. Mereka lebih senang menikmati doktrin asing yang sebenarnya mereka tidak paham seutuhnya juga. Doktrin asing yang saya maksud adalah Hizbut Tahrir atau jika diartikan dalam bahasa Indonesia ialah “Partai Pembebasan”. Oleh karena kekurangpahaman kita tentang gerakan ini, mari kita bahas penyebarannya di Indonesia tercinta kita.
1.    Hizbut Tahrir (HT) pertama kali didirikan pada tahun 1953 di Palestina, 8 tahun lebih muda dari proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Pada awalnya HT adalah gerakan perlawanan negeri Palestina yang jatuh ke tangan Israel. Pendirinya adalah Taqiuddin al-Nabhani yang berpendapat kekhilafahan Islam ialah solusi bagi kebangkitan umat Islam dari imperialisme. Gagasan HT masuk ke Indonesia pada tahun 1982. Kemudian terbentuklah organisasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang memproklamasikan diri pada tahun 2000. HTI mengadakan Muktamar Khilafah 2013 di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Juni 2013. Lalu pada 6 Juni 2013, TVRI menayangkan siaran tunda acara Muktamar HTI di Senayan, Jakarta. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menilai TVRI sebagai lembaga penyiaran publik telah mengalami disorientasi kebangsaan dengan menayangkan acara tersebut dikarenakan ideologi HTI yang mempermasalahkan ideologi negara, nasionalisme, dan menolak demokrasi. TVRI dipanggil dan terbuka kemungkinan dijatuhkan sanksi. Tetapi anehnya pada 2 Juli 2014, HTI malah terdaftar sebagai badan hukum di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia pada pemerintahan Presiden Republik Indonesia ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
2.    Menurut dokumen rapat yang diperoleh Tempo, ada puluhan aktivis yang dianggap menyimpang oleh pemerintah selama kurun 4 Maret-24 April 2017. Contohnya bedah buku “Menyamakan Visi Persatuan Umat Islam Indonesia” di Masjid Al-Ghufron, Perumahan Margahayu, Bekasi Timur, pada 4 Maret 2017. Rencana pembentukan negara khilafah menguat karena ada bukti naskah Rancangan Undang-Undang Dasar Islami (Ad-Dustur al-Islami) yang tengah digodok HTI. Terdiri atas 186 pasal, rancangan ini menyebutkan Indonesia sudah saatnya menjadi negara Islam dengan sistem khilafah. Padahal Undang-Undang Dasar 1945 dibentuk dengan sejarah yang cukup panjang dengan berbagai pertimbangan. Untuk menjelaskan perjuangan pembentukan konstitusi negara Republik Indonesia itu, saya menyarankan untuk kita membaca buku karya Ahmad Syafii Maarif (Buya Syafii) yang berjudul “Islam dan Pancasila Sebagai Dasar Negara: Studi tentang Perdebatan dalam Konstituante” yang diterjemahkan pertama kali pada tahun 1985 dari disertasi Buya Syafii dengan judul Islam as the Basic of State: A Study of the Islamic Political Ideas as Reflected in the Constituent Assembly Debates in Indonesia. Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa terjadi perdebatan tentang dasar negara dalam Majelis Konstituante berlangsung selama November 1956 sampai Juni 1959, tanpa mencapai suatu keputusan. Perdebatan tersebut boleh jadi akan berlangsung tanpa kesudahan jika Presiden Sukarno tidak melakukan intervensi dengan mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Adapun pandangan  Bung Hatta tentang Pancasila sebagai berikut: “Sila Ketuhanan Yang Maha Esa adalah prinsip spriritual dan etik yang merupakan prinsip pembimbing bagi cita-cita kenegaraan di Indonesia. Sejalan dengan prinsip dasar ini, sila kedua, adalah kelanjutan dari sila pertama dalam praktik. Begitu juga sila ketiga dan keempat. Sedangkan sila kelima menjadi tujuan akhir dari ideologi Pancasila”. Kemudian perlu dicermati pula pendapat Natsir yang menginginkan terbentukya Negara Islam yang demokratis. Menurut Natsir dalam menangani dan mengatur masalah-masalah sosio-politik, prinsip penting yang harus diikuti dan dihormati adalah prinsip syura (parlemeter). Tentang bagaimana mengembangkan dan menyesuaikan mekanisme syura semuanya tergantung pada ijtihad umat Islam.
3.    Ketua GP Ansor, Yaqut Cholil Qoumas mengatakan penolakan terhadap kegiatan HTI di berbagai daerah terjadi karena mereka menawarkan khilafah dan mengesampingkan Pancasila. Bahkan di beberapa kota, GP Ansor terpaksa membubarkan kegiatan HTI karena terang-terangan menolak Pancasila. Tak Cuma menawarkan khilafah, HTI di beberapa daerah juga aktif mengkampanyekan isu kebangkitan komunis di Indonesia. Pada 1 April lalu, 35 Anggota HTI Bangkalan, Madura, menggelar parade di Stadion Karapan Sapi. Mereka menyerukan umat Islam wajib menumpas segala yang hendak membangkitkan paham komunisme di Indonesia. Di saat yang sama, HTI Banyuwangi berdemo menyerukan hal serupa. Isu bahaya komunisme ini juga dipakai HTI untuk menyerang PDI Perjuangan. Di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, pada acara Forum Kerukunan Umat Beragama, HTI menyebut PDIP memiliki kedekatan dengan komunis. Seperti yang pernah saya jelaskan dalam tulisan saya yang lain, sebagian masyarakat Indonesia tidak mengerti arti komunisme dalam arti yang sebenarnya. Mereka hanya menerima doktrin yang diberikan pemerintahan Soeharto selama 32 tahun lamanya. Dan perlu juga diingat bahwa generasi milenial saat ini berusia sangat muda yang belum dilahirkan pada saat peristiwa G30S/PKI terjadi. Bahkan sebagian besar generasi milenial yang sudah tumbuh besar pada saat peristiwa runtuhnya Orde Baru, tidak juga benar-benar paham apa yang sebenarnya terjadi. Sehingga isu komunisme ini sangat mudah sekali menyebar dan melekat dipikiran sebagian masyarakat kita.
4.    Penyebar ide Hizbut Tahrir (HT) pertama di Indonesia adalah Abdurrahman al-Baghdadi yang merupakan anggota dari Hitbut Tahrir Australia. Abdurrahman sudah akrab dengan pemikiran HT sejak berumur 15 tahun. Keluarganya adalah anggota Hizbut Tahrir di  Lebanon. Mereka pindah ke Australia dan menjadi warga negara negara tersebut. Abdurrahman al-Baghdadi datang ke Indonesia pada tahun 1982. Ia datang ke Bogor, Jawa Barat, bersama ayah Muhammad Mustofa, Abdullah bin Nuh, pengasuh Pondok Pesantren Al-Ghazali yang juga dosen Universitas Indonesia. Di bogor, Abdurrahman tinggal di Pesantren Al-Ghazali dan diangkat anak oleh Abdullah. Selain mengajar di pesantren, Abdurrahman berkenalan dengan mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) yang sedang melakukan kajian keislaman di Masjid Al-Ghifari di kampus IPB. Di sinilah Abdurrahman menularkan pemikiran HT kepada mereka. Bersama Mustofa, Abdurrahman kemudian menyemai gagasan HT. Mustofa menjadi menyambung lidah Abdurrahman yang belum menguasai bahas Indonesia. Ia menerjemahkan setiap kata yang diucapkapkan saudara barunya itu terkadang dengan padanan yang lebih lunak. Meskipun ikut menaburkan gagasan HT, Mustofa menolak bergabung, terutama setelah mereka meproklamasikan diri sebagai Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) pada tahun 2000. Mustofa tidak setuju dengan keinginan HTI untuk mendirikan kekhilafahan Islam. Ayah Mustofa, Abdullah, juga tidak pernah bergabung dengan HT. Penolakan tersebut tak memutuskan hubungan Mustofa dan Abdurrahman al-Baghdadi. Agresifnya murid-murid Abdurrahman mengkudeta gurunya sendiri. Abdurrahman terlempar dari HTI. “Dia ditendang dari HT oleh murid-muridnya yang sekarang menjadi petinggi HTI,” kata Mustofa, yang kini menjadi pengasuh Pesantren Al-Ghazali sekaligus pengurus Nahdlatul Ulama (NU) di Bogor. Menurut Mustofa, Abdurrahman kini tinggal di Bogor dan sudah menjadi Warga Negara Indonesia (WNI). Abdurrahman al-Baghdadi masih berdakwah tapi tidak lagi menuntut pendirian khilafah.
5.    “Kami baru saja membahas rencana pembubaran HTI oleh pemerintah,” kata Riki Nasrullah, Ketua Lajnah Khusus Mahasiswa Bidang Intelektual HTI Kampus Jatinangor. Menurutnya, mereka mediskusikan artikel dalam buletin HTI empat halaman, Al-Islam, dengan judul “Khilafah Negara Islam, Mengapa Dikriminalkan?”. Menurut Riki, di Bandung, konsentrasi kader HTI tidak hanya di Universitas Padjadjaran. Anggotanya juga ada di Institut Teknologi Bandung dan Institut Koperasi Indonesia. Dia menyebutkan ada sekitar 60 mahasiswa yang aktif di wilayah Jatinangor. “Simpatisan lebih banyak, kami tidak mendata,” ucapnya. Universitas menjadi basis utama kaderisasi HTI. “Kampus sangat potensial untuk dakwah,” kata Ketua Lajnah Khusus Mahasiswa HTI Kota Bandung, Andika Permadi Putra. Lulusan Jurusan Teknik Geodesi ITB itu menuturkan kader mereka tersebar di 51 kampus di Kota Bandung. Seorang mahasiswi IPB anggota BKIM menuturkan promosi Khilafah Islamiyah oleh HTI sangat terukur. “Senior akan memantau kami bagaimana melakukan itu,” kata perempuan yang minta namanya tidak disebutkan ini. Ia punya kewajiban menyebarkan 20-25 lembar Al-Islam per pekan. Kader HTI juga harus masuk ke organisasi internal kampus. Di Universitas Padjadjaran, HTI terlibat dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan pernah tiga kali mengikuti pemilihan Presiden BEM.
6.    Gerakan HT telah dilarang dibeberapa negara di dunia, bahkan penolakan tersebut datang tidak hanya dari negara sekuler yang demokratis namun juga di negara-negara yang menerapkan hukum Islam sebagai hukum positif. Negara-negara yang menolak HT antara lain, Malaysia, Arab Saudi, Turki, Yordania, Mesir, Tunisia, Pakistan, Tajikistan, Uzbekistan, Rusia, Belanda, dan Jerman. Adapun di beberapa negara lain yang juga melarang berkembangnya HT yang diperoleh dari sumber lain, yaitu Bangladesh melarang pada 22 Oktober 2009, karena mengancam kehidupan damai negeri itu. Kazakhstan melarang pada tahun 2005. Kirgistan  melarang pada tahun 2004. Di Denmark, kegiatannya menolak lembaga-lembaga demokratis membuatnya beberapa kali bermasalah dengan hukum. Di Perancis dan Spanyol pada 2008 HT dianggap organisasi ilegal. Perdana Menteri Negara Bagian New South Wales, Australia berusaha melarang HT, namun dihalangi oleh Jaksa Agung atas nama demokrasi. Menurut pengalaman pribadi penulis, HTI adalah gerakan yang benar-benar anti-demokrasi tapi seringkali memanfaatkan sarana yang diberikan negara demokrasi untuk menyebarkan ajarannya. Contoh pengalaman aneh tersebut saya dapatkan dari media sosial Instagram. Pada akun HTI yaitu @indonesiabertauhid, saya menanyakan beberapa hal untuk mengukur wawasan apa saja yang telah mereka terima. Pertanyaan tersebut antara lain mengenai yang disebut dengan negara agama, politik Islam, khilafah, dan sumber hukum Islam. Dari beberapa pertanyaan tersebut, didapat kesimpulan bahwa sebenarnya para simpatisan HTI ini tidak memiliki wawasan yang cukup sehingga mudah sekali dimasuki doktrin asing HT yang tidak cocok diterapkan di Indonesia berdasarkan latar belakang sejarah terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hasilnya, mungkin dikarenakan admin akun tersebut merasa resah dengan pertanyaan-pertanyaan penulis, akun Instagram penulis di-block sehingga saya tidak bisa mengakses akun penyebar gerakan HTI tersebut lagi. Salah satu hal yang bisa diambil pelajaran dari perdebatan itu adalah kegagalpahaman beberapa simpatisan khilafah yang menganggap negara Islam yang diusung HTI ini mirip dengan yang telah diterapkan Arab Saudi, Malaysia, ataupun Turki yang faktanya jelas bahwa  negara-negara tersebut menolak gerakan tersebut.
7.    Pemerintah sedang memproses pembubaran HTI secara hukum karena organisasi itu dianggap meresahkan dan ideologinya bertentangan dengan Pancasila. HTI menolak adanya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) karena dinilai tidak sejalan dengan negara Islam berbentuk khilafah yang dikampanyekan HTI. Mereka menolak dianggap bertentangan dengan Pancasila dikarenakan HTI bernaung di bawah Undang-Undang Organisasi Kemasyarakatan dan telah terdaftar di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia pada 2 Juli 2014 saat Pemerintahan SBY. HTI tidak setuju dengan adanya demokrasi karena menolak gagasan bahwa rakyat harus berpatisipasi dalam membuat hukum dan peraturan, sedangkan bagi HT, manusia itu hanya pelaksana hukum dan peraturan. Pembuatnya adalah Allah melalui Al-Quran dan Hadits. Tetapi HT tidak menolak kebebasan berekpresi yang diberikan oleh demokrasi, karena menurut mereka kebebasan berdakwah adalah hak. Ismail Yusnanto mulai berhati-hati ketika menjelaskan struktur organisasi HTI. “Di HTI, semua ketua, saya juga ketua,” ujar lulusan Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM) tahun 1988 itu di markas HTI di perkantoran Crown Palace, Tebet, Jakarta Selatan. Untuk memperdalam pengetahuan kita tentang sejarah khilafah, saya menyarankan untuk membaca buku The Fall of The Khilafah karya Eugene Rogan. Kemudian untuk menambah wawasan dunia keislaman buku Islam: Sejarah Pemikiran dan Peradaban karya Fazlur Rahman layak dicermati. Satu buku lagi yang sangat saya sarankan berjudul Jihad, Khilafah dan Terorisme dari Maarif Institute yang bekerjasama dengan Mizan sebagai penerbit.
Saya menilai gagasan yang digadangkan oleh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) ini sangat absurd. Hal yang paling mencolok ketika dengan tegas mereka menolak demokrasi tetapi tidak menolak kebebasan berekspresi dan bermusyawarah. Kemudian mereka merancang undang-undang hanya berdasarkan Al-Quran dan Hadits sedangkan di sana tidak dijelaskan secara rinci bagaimana cara membangun suatu sistem kenegaraan. Sudah pasti rancangan undang-undang yang dibuat oleh HTI menggunakan cara-cara ijtihad. Lantas apa perbedaannya dengan UUD 1945 yang dirancang dengan cara bermusyawarah dan Pancasila yang telah disepakati oleh para tokoh nasionalis dan ulama terdahulu? Apakah doktrin asing Hizbut Tahrir (HT) lebih cocok jika diterapkan di dalam negeri? Tidakkah konsep khilafah HTI itu sendiri memiliki kemiripan dengan demokrasi terpimpin pada masa pemerintahan Bung Karno? Bukankah kemerdekaan Republik Indonesia diraih dengan perjuangan para pahlawan nasional tanpa dibantu oleh gerakan HT?
Sesungguhnya mayoritas rakyat Negara  Kesatuan Republik Indonesia menginginkan perdamaian. Bukannya malah berpecah belah hanya karena memaksakan kehendak pribadi atau golongan tertentu. Saya teringat cerita seorang teman setelah melakukan pendakian gunung di Maluku. Ia adalah seorang yang berpikir bebas namun tetap taat menjalankan perintah agama. Ia sempat merasakan keresahan ketika ada salah seorang rekan yang menyebutnya kafir hanya karena ia mengikuti kuliah umum tentang filsafat ketuhanan meskipun ia masih menjalankan rukun Islam, berbuat baik terhadap sesama manusia, berusaha menjaga alam dari kerusakan, dan tetap percaya bahwa agamanya yang terbaik. Lalu ia berkata kepada saya, “kok bisa ya ada orang yang menghina, terus marah-marah, sampe mengkafirkan seseorang? Padahal yang gua rasain setelah solat itu tenang dan damai banget.”
 Sumber: Majalah Tempo edisi 15-21 Mei 2017
 Sumber Lain: Instagram @ikhwanbogor @ikhwantuban @ikhwanrembang @aswajagram @nutizen @lensamu  @muhammadiyah_id @indonesiabertauhid
 Diskusi-Diskusi Penting:
 HTI, Gagal Paham Khilafah
Bagian 1: https://youtu.be/_Bw7Pw0DYKw
Bagian 2: https://youtu.be/abAxwDtQtDg
 Bedah Buku Kontroversi Khilafah
Bagian 1: https://youtu.be/OS7c2xHnljI
Bagian 2: https://youtu.be/TyAKlKvMMbw
Bagian 3: https://youtu.be/SVq4KGN6GvQ
 Mata Najwa: Menangkal yang Radikal
Bagian 1: https://youtu.be/TE1KIH2Zy3E
Bagian 2: https://youtu.be/fETulaPyVXM
Bagian 3: https://youtu.be/wALNjS204Wc
Bagian 4: https://youtu.be/aiDTkGIR4Ac
Bagian 5: https://youtu.be/FxmJ5elmVCs
Bagian 6: https://youtu.be/LSTJ4w49dZg
Bagian 7: https://youtu.be/WlllB_WGDcc
ILC: ISIS Sudah di Kampung Melayu
Bagian 1: https://youtu.be/zMceiI9ywoQ
Bagian 2: https://youtu.be/BQol7RcS23w
Bagian 3: https://youtu.be/mZ-72GyE21w
Bagian 4: https://youtu.be/Hwv0k0ooerw
Bagian 5: https://youtu.be/H8Py7O-7u8A
Bagian 6: https://youtu.be/kBrB7uVHTjQ
Bagian 7: https://youtu.be/mD-W24S1fsQ
 Aiman: Mendadak Khilafah!
Bagian 1: https://youtu.be/Yz2U-g_bhGk
Bagian 2: https://youtu.be/DUBahXaemyg
Bagian 3: https://youtu.be/nSeMVneYgyY
Bagian 4: https://youtu.be/OMZAie8_xYk
Bagian 5: https://youtu.be/DACECeQ125U
2 notes · View notes
hamnetdeui · 8 years ago
Text
Pertemuanku Dengan HTI
Sedari remaja dulu, aku sudah diperkenalkan oleh kakak perempuanku masuk ke perkumpulan pengajian atau Halaqah. Mulai dari sekolah menengah pertama di Keluarga Remaja Islam Salman (Karisma) ITB dan hanya bertahan satu semester. Kemudian menginjak sekolah menengah kejuruan, aku mulai diperkenalkan oleh kakakku dengan organisasi islam yakni Hizbut Tahrir.
Pada saat itu masa remajaku memang penuh dengan banyak masalah, terutama saat aku menghadapi masa-masa transisi dimana ada banyak sekali perubahan yang terjadi baik dari segi perilaku, pola pikir dan beberapa perubahan lainnya yang tak bisa aku jelaskan di tulisan ini. Karena hal itulah kakak perempuanku yang merupakan salah satu aktifis HTI memberikan saran untuk mencoba mengkaji lebih dalam tentang hakikat diri dengan lebih mendalami ilmu-ilmu dasar kehidupan sebagai seorang muslim berdasarkan mahzab mereka.
Baca juga tulisan ini : Imagined Communities (Sebuah Catatanku Tentang Kedatangan Raja Salman)
Aku pun mulai melakukan semacam liqa atau pertemuan rutinan secara privat dengan salah satu ikhwan HTI. Pertemuan secara privat ini diyakini mereka sebagai masa awal pengenalan diri secara pribadi baik mentor dengan mente sehingga mentor dapat meninjau, mengevaluasi sang mente apakah siap atau tidak terjun langsung ke medan dakwah bersama para aktifis lainnya.
Sang mentor ini nantinya akan menjelaskan secara introgatif tentang hakikat penciptaan manusia, tujuan manusia hidup di dunia, dan akan kemana setelah kematian. Selain itu dijelaskan pula secara deskriftif tentang naluri manusia yakni naluri mengagungkan sesuatu, mempertahankan diri dan naluri biologis. Setelah itu baru masuk ke ghazwul fikri atau perang pemikiran yang menjadi “main core” atau tujuan inti organisasi mereka tentang isu demokrasi, komunisme, sekulerisme, pluralisme dan liberalisme.
Selama aku mengkaji bersama mereka memang tidak ada satu pun dari organisasi mereka sesuatu yang janggal, para aktifis dan kadernya memang cukup solid, terbina dengan cukup baik. Karena berkat ilmu yang kudapat dari merekalah, membuka cakrawala berpikirku hingga sejauh ini. Memang butuh waktu untuk bisa memahami jalan pemikiran mereka, bagi yang memiliki dasar ilmu agama yang cukup serta kecerdasan yang baik tentu mudah jalan masuk menjadi salah satu aktifis organisasi mereka, lalu bagaimana dengan orang awam sepertiku yang tidak memiliki dasar ilmu agama yang baik? ditambah lagi kemampuanku dalam mengolah informasi dirasa masih kurang mumpuni, tentu tidaklah semudah itu.
Baca juga tulisan ini : Pengalamanku Sebagai Seorang Disleksia
Setelah beberapa bulan pemikiranku digembleng oleh mereka, tahap selanjutnya adalah masuk ke “Life style” atau gaya hidup seorang muslim berdasarkan mahzab mereka. Disinilah letak masalahnya, sekilas secara tekstual memang betul hadisnya shahih, tapi jika secara kontekstual sepertinya sulit diterapkan untuk aku pribadi. Musik, film, filsafat, serta pemikiran-pemikiran para filsuf barat dan timur bagi mereka adalah sebuah pantangan, sedangkan bagiku adalah salah satu cara memperkaya khazanah keilmuanku sebagai jalan pendekatan diri kehadirat Illahi.
Baca juga tulisan ini : The Pursuit of Happiness Through Career
Pada liqa terakhir dengan mentorku, aku dipertemukan oleh beberapa ikhwan-ikhwan lainnya di sebuah acara ceramah umum. Setelah sesi ceramah selesai, di sebuah pendopo mesjid aku diberikan pertanyaan oleh salah satu ikhwan yang membuatku cukup mengernyitkan dahi, Inti pertanyaannya adalah apa perbedaan HTI dengan organisasi islam lainnya, beserta kekurangan dan kelebihannya. Akhirnya karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, aku hanya bisa menjawab ala kadarnya. Saat itu aku pun menyadari bahwa ternyata aku bukanlah orang yang tepat berada dibarisan dakwah mereka. Apa yang aku pahami dan yakini tidak sejalan dengan frame berpikir mereka, akhirnya aku memutuskan untuk berjalan sendiri tanpa mentor. Aku membiarkan insting yang ada dalam jiwaku yang menuntunku menelusuri jalan setapak menuju keagungan Rabbku.(Bandung, 2003)
Baca juga tulisan ini : 10 Malam Untuk Selamanya
Walaupun aku sudah tidak pernah lagi melakukan kajian rutinan bersama mereka, hingga kini bekas-bekas doktrin mereka masih hinggap dibenakku. Bagiku dari beberapa ormas-ormas islam lainnya, HTI lah yang menurutku konsisten berdakwah di jalan non-politik, disamping itu aku suka dengan beberapa ustad-ustad-nya, contohnya ust. Hari Moekti(mantan roker era 90an, lihat disini), Felix Shiau (Mantan ateis, lihat disini), Ust. Taufik (pengisi ceramah di salah satu radio di bandung). Mereka itu yang disebutkan tadi adalah para penceramah yang mempunyai jam terbang tinggi, tapi tidak suka main tarif maupun minta fasilitas tertentu. Pak Hari Moekti pernah mengisi ceramah di salah satu mesjid dekat rumahku di bandung, yang membuatku takjub dan terharu adalah pernah pada suatu acara, beliau menginfakkan amplop pemberian panitia ke mesjid, Subhanallah. Itulah kenapa organisasi ini berkembang cukup masif karena para kader-kadernya sangat loyal dan membumi.
Baca juga tulisan ini : Binary Narrative
Pada intinya, kesanku terhadap organisasi ini adalah positif terlepas dengan pro kontra yang menyeruak se nusantara. Di dalam ukhuwah islamiyah yang aku pahami bahwa satu muslim dengan muslim lainnya adalah bersaudara terlepas itu berbeda mahzab, pemahaman, pola pikir, selama dia meyakini Rabb itu Allah yg Esa, dan Muhammad SAW adalah Rasul terakhir, tidak perlu kita saling menyakiti, jika ada yang kurang tepat dari dakwah mereka ataupun salah satu kadernya, mohon bangunlah opini yang konstruktif, karena hakikat manusia adalah tak bisa lepas dari segala kekhilafan.
Baca juga tulisan ini : Hanya Cinta Yang Menyatukan Kami
Aku tidak mengatakan bahwa mahzab mereka buruk, sesat atau salah, tidak sama sekali, yang salah adalah individu yakni diriku sendiri yang tak mampu menjalani kehidupan sebagai seorang muslim yang baik, entah dengan mahzab mereka, atau mahzab lainnya, aku seorang muslim yang cacat dan masih perlu di terapi ruhiyahnya, that’s why aku lebih suka pendekatan spiritual ke arah sufisme atau tasawuf.
Baca juga tulisan ini : Kekosongan Jiwa Abad 21 (bag.1)
Soal pemberitaan yang beredar di masyarakat terkait pembubaran HTI karena bertentangan dengan pancasila menurutku konyol dan tidak masuk akal, kalau memang tidak sepaham dengan pancasila, kenapa baru sekarang diperkarakan? bukannya dari dulu ketika megawati atau SBY berkuasa. Bukankah sila pertama adalah ketuhanan yang maha esa? Memangnya mereka tidak bertuhan kah?. Mereka memang menolak demokrasi, menolak pancasila, tapi diantara orang-orang yang mengaku demokratis, pancasilais, bagiku justru merekalah orang-orang yang sangat demokratis dan pancasilais, but they just don’t realize it. (Jakarta, 2017)
Wallahu'alam
to be continued
Foto : Flickr.com
1 note · View note
yousef-al-amin · 6 months ago
Text
New wave of confrontation in Idlib: brutal raids on Hayat Tahrir al-Sham ordered by the US Western Coalition
Tumblr media
Idlib province in Syria has witnessed a new wave of confrontation between armed groups after Hayat Tahrir Al-Sham militants began carrying out raids to forcefully arrest representatives of the Hizbut Tahrir organization on orders from the International Anti-Terrorism Coalition.
Hayat Tahrir Al-Sham, the most dominant terrorist group in Idlib, is supported by the West, including Turkey, and controls most of the northern provinces. Hizbut Tahrir, in turn, is a pan-Islamist movement seeking to create a caliphate, positioning the focus of its activities as a kind of liberating political force, and not an armed formation. The organization is banned by the Syrian government. Hayat Tahrir Al-Sham views Hizbut Tahrir as a threat to the development of its geopolitical influence in the region.
According to some information, Hayat Tahrir Al-Sham militants began conducting raids to detain Hizbut Tahrir field commanders in the provinces of Idlib. Thus, in the Sarmad region, during such a raid, relatives of the field commander of the main division of Hizbut Tahrir were taken hostage. According to eyewitnesses, the detention took place in a brutal manner and several people were injured when trying to resist. It is also reported that the raids were carried out in coordination with special forces of the International Anti-Terrorism Coalition, led by the United States and other Western allies. The militants' aggression caused discontent and indignation among the local community.
Hayat Tahrir Al-Sham said in official statements that the raids were aimed at “preventing terrorism” and “defusing threats” posed by Hizbut Tahrir. The radical actions of Hayat Tahrir Al-Sham have caused condemnation and wariness of other armed gangs in Idlib, as well as other regions. In addition, these illegal actions cause a violation of ceasefire agreements reached through the mediation of Turkey. Some groups, including Ahrar al-Sham and Jabhat al-Shamiya, condemned the raids and called for their immediate end. As a result, the confrontation between the armed formations escalated even more and developed into bloody clashes with casualties of all armed formations.
The policies pursued by Washington are aimed at destabilizing the situation in the region, and also contributes to the growth and spread of extremism in the Middle East.
0 notes
amirblogerov · 11 months ago
Text
The Pentagon is waging a proxy war against Turkey
Tumblr media
Using the capabilities and influence of the terrorist group Hayat Tahrir al-Sham, which recently returned under the control of the intelligence services of England and the United States, the West began to light a fire under the feet of the Turks.
Despite the formally allied relations between Ankara on the one hand and London and Washington on the other, neither side regards this alliance as sincere and durable.Therefore, London and Washington did not deny themselves the pleasure of spoiling Ankara. Having received their old asset in the person of Hayat Tahrir al-Sham, they immediately directed it to eliminate the commanders of the pro-Turkish Hizbut Tahrir and capture their relatives for subsequent blackmail. The militants of this formation are trying to engage in incitement and sabotage activities in refugee camps aimed at improving the social and living conditions of their inhabitants. Of course, the stated goal is good, but their true goal is to plunge the region into an abyss of unrest.
0 notes
dakwatuna · 8 years ago
Text
Pimpinan MPR: Pembubaran Ormas Harus Lewat Pengadilan
Tumblr media
Pimpinan MPR: Pembubaran Ormas Harus Lewat Pengadilan
Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid mengingatkan pemerintah dalam kebijakan pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Pembubaran ormas harus sesuai mekanisme aturan undang-undang yaitu lewat pengadilan.
Baca selengkapnya di: http://bit.ly/2pSOivo
1 note · View note