#perbedaan HTI
Explore tagged Tumblr posts
Note
Mas bisa tolong jelaskan Aswaja itu yang bagaimana dan HTI itu yang bagaimana, NU juga seperti apa? Soalnya kurangnya pengetahuan tentang aqidah menjadikan banyak generasi yang akhirnya hanya menjadi pembebek tanpa tahu perbedaan dari NU,Aswaja,sama HTI. Terimakasih, mohon penerangannya.
"Aswaja" itu terminologi golongan yang merujuk kepada "ahlus sunnah" yaitu mereka yang menisbatkan diri sebagai golongan Rasulullah ﷺ. Mereka yang mengikuti mazhab-mazhab utama dalam Islam dan mempraktikkannya. Penisbatan ini dirasa penting untuk membedakan dengan mereka yang sekadar mengklaim sebagai pengikut Rasulullah ﷺ tapi tidak mengikuti jalannya.
Tapi perlu dipahami bahwa terminologi ini tidaklah spesifik untuk kelompok tertentu. Mereka yang mengikuti sunnah Rasulullah ﷺ juga dikategorikan masuk ke dalam "Aswaja". Hanya sekarang di Indonesia term ini menjadi lebih sempit dan digunakan oleh ormas tertentu untuk menciptakan jarak dengan kelompok Islam lain.
HTI itu Hizbut Tahrir Indonesia, cabang dari Hizbut Tahrir. Mereka adalah gerakan pembebasan yang berfokus pada pendirian khilafah. Secara mazhab mereka juga termasuk "Aswaja". Yang membedakan adalah pola gerakan mereka politis dan fokus pada pemikiran. Mereka gerakan global yang berpaham Pan-Islamisme (persatuan Islam). Sementara NU itu ormas atau gerakan sosial kemasyarakat yang bersifat domestik, hanya ada di Indonesia dan diikuti oleh WNI saja. NU bukan mazhab dan gerakan tidak global karena pahamnya juga sangat lokal.
Secara garis besar tidak ada yang perlu dipertentangkan antara kedua entitas ini. Belakangan memang muncul permusuhan terhadap HTI lebih disebabkan faktor politik dan beberapa kelompok merasa terancam eksistensinya. Padahal HTI menyerukan kepada Islam meski dengan cara yang berbeda. Apakah perbedaan ini justru menciptakan kebencian di kalangan umat Islam? Jika iya, cara berislamnya keliru. Berpecah-belah itu bukan jalan Rasul ﷺ. Mengaku sebagai "Aswaja" tapi merasa hanya kelompoknya saja yang benar ini justru merusak bangunan umat.
36 notes
·
View notes
Text
Pertemuanku Dengan HTI
Sedari remaja dulu, aku sudah diperkenalkan oleh kakak perempuanku masuk ke perkumpulan pengajian atau Halaqah. Mulai dari sekolah menengah pertama di Keluarga Remaja Islam Salman (Karisma) ITB dan hanya bertahan satu semester. Kemudian menginjak sekolah menengah kejuruan, aku mulai diperkenalkan oleh kakakku dengan organisasi islam yakni Hizbut Tahrir.
Pada saat itu masa remajaku memang penuh dengan banyak masalah, terutama saat aku menghadapi masa-masa transisi dimana ada banyak sekali perubahan yang terjadi baik dari segi perilaku, pola pikir dan beberapa perubahan lainnya yang tak bisa aku jelaskan di tulisan ini. Karena hal itulah kakak perempuanku yang merupakan salah satu aktifis HTI memberikan saran untuk mencoba mengkaji lebih dalam tentang hakikat diri dengan lebih mendalami ilmu-ilmu dasar kehidupan sebagai seorang muslim berdasarkan mahzab mereka.
Baca juga tulisan ini : Imagined Communities (Sebuah Catatanku Tentang Kedatangan Raja Salman)
Aku pun mulai melakukan semacam liqa atau pertemuan rutinan secara privat dengan salah satu ikhwan HTI. Pertemuan secara privat ini diyakini mereka sebagai masa awal pengenalan diri secara pribadi baik mentor dengan mente sehingga mentor dapat meninjau, mengevaluasi sang mente apakah siap atau tidak terjun langsung ke medan dakwah bersama para aktifis lainnya.
Sang mentor ini nantinya akan menjelaskan secara introgatif tentang hakikat penciptaan manusia, tujuan manusia hidup di dunia, dan akan kemana setelah kematian. Selain itu dijelaskan pula secara deskriftif tentang naluri manusia yakni naluri mengagungkan sesuatu, mempertahankan diri dan naluri biologis. Setelah itu baru masuk ke ghazwul fikri atau perang pemikiran yang menjadi “main core” atau tujuan inti organisasi mereka tentang isu demokrasi, komunisme, sekulerisme, pluralisme dan liberalisme.
Selama aku mengkaji bersama mereka memang tidak ada satu pun dari organisasi mereka sesuatu yang janggal, para aktifis dan kadernya memang cukup solid, terbina dengan cukup baik. Karena berkat ilmu yang kudapat dari merekalah, membuka cakrawala berpikirku hingga sejauh ini. Memang butuh waktu untuk bisa memahami jalan pemikiran mereka, bagi yang memiliki dasar ilmu agama yang cukup serta kecerdasan yang baik tentu mudah jalan masuk menjadi salah satu aktifis organisasi mereka, lalu bagaimana dengan orang awam sepertiku yang tidak memiliki dasar ilmu agama yang baik? ditambah lagi kemampuanku dalam mengolah informasi dirasa masih kurang mumpuni, tentu tidaklah semudah itu.
Baca juga tulisan ini : Pengalamanku Sebagai Seorang Disleksia
Setelah beberapa bulan pemikiranku digembleng oleh mereka, tahap selanjutnya adalah masuk ke “Life style” atau gaya hidup seorang muslim berdasarkan mahzab mereka. Disinilah letak masalahnya, sekilas secara tekstual memang betul hadisnya shahih, tapi jika secara kontekstual sepertinya sulit diterapkan untuk aku pribadi. Musik, film, filsafat, serta pemikiran-pemikiran para filsuf barat dan timur bagi mereka adalah sebuah pantangan, sedangkan bagiku adalah salah satu cara memperkaya khazanah keilmuanku sebagai jalan pendekatan diri kehadirat Illahi.
Baca juga tulisan ini : The Pursuit of Happiness Through Career
Pada liqa terakhir dengan mentorku, aku dipertemukan oleh beberapa ikhwan-ikhwan lainnya di sebuah acara ceramah umum. Setelah sesi ceramah selesai, di sebuah pendopo mesjid aku diberikan pertanyaan oleh salah satu ikhwan yang membuatku cukup mengernyitkan dahi, Inti pertanyaannya adalah apa perbedaan HTI dengan organisasi islam lainnya, beserta kekurangan dan kelebihannya. Akhirnya karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, aku hanya bisa menjawab ala kadarnya. Saat itu aku pun menyadari bahwa ternyata aku bukanlah orang yang tepat berada dibarisan dakwah mereka. Apa yang aku pahami dan yakini tidak sejalan dengan frame berpikir mereka, akhirnya aku memutuskan untuk berjalan sendiri tanpa mentor. Aku membiarkan insting yang ada dalam jiwaku yang menuntunku menelusuri jalan setapak menuju keagungan Rabbku.(Bandung, 2003)
Baca juga tulisan ini : 10 Malam Untuk Selamanya
Walaupun aku sudah tidak pernah lagi melakukan kajian rutinan bersama mereka, hingga kini bekas-bekas doktrin mereka masih hinggap dibenakku. Bagiku dari beberapa ormas-ormas islam lainnya, HTI lah yang menurutku konsisten berdakwah di jalan non-politik, disamping itu aku suka dengan beberapa ustad-ustad-nya, contohnya ust. Hari Moekti(mantan roker era 90an, lihat disini), Felix Shiau (Mantan ateis, lihat disini), Ust. Taufik (pengisi ceramah di salah satu radio di bandung). Mereka itu yang disebutkan tadi adalah para penceramah yang mempunyai jam terbang tinggi, tapi tidak suka main tarif maupun minta fasilitas tertentu. Pak Hari Moekti pernah mengisi ceramah di salah satu mesjid dekat rumahku di bandung, yang membuatku takjub dan terharu adalah pernah pada suatu acara, beliau menginfakkan amplop pemberian panitia ke mesjid, Subhanallah. Itulah kenapa organisasi ini berkembang cukup masif karena para kader-kadernya sangat loyal dan membumi.
Baca juga tulisan ini : Binary Narrative
Pada intinya, kesanku terhadap organisasi ini adalah positif terlepas dengan pro kontra yang menyeruak se nusantara. Di dalam ukhuwah islamiyah yang aku pahami bahwa satu muslim dengan muslim lainnya adalah bersaudara terlepas itu berbeda mahzab, pemahaman, pola pikir, selama dia meyakini Rabb itu Allah yg Esa, dan Muhammad SAW adalah Rasul terakhir, tidak perlu kita saling menyakiti, jika ada yang kurang tepat dari dakwah mereka ataupun salah satu kadernya, mohon bangunlah opini yang konstruktif, karena hakikat manusia adalah tak bisa lepas dari segala kekhilafan.
Baca juga tulisan ini : Hanya Cinta Yang Menyatukan Kami
Aku tidak mengatakan bahwa mahzab mereka buruk, sesat atau salah, tidak sama sekali, yang salah adalah individu yakni diriku sendiri yang tak mampu menjalani kehidupan sebagai seorang muslim yang baik, entah dengan mahzab mereka, atau mahzab lainnya, aku seorang muslim yang cacat dan masih perlu di terapi ruhiyahnya, that’s why aku lebih suka pendekatan spiritual ke arah sufisme atau tasawuf.
Baca juga tulisan ini : Kekosongan Jiwa Abad 21 (bag.1)
Soal pemberitaan yang beredar di masyarakat terkait pembubaran HTI karena bertentangan dengan pancasila menurutku konyol dan tidak masuk akal, kalau memang tidak sepaham dengan pancasila, kenapa baru sekarang diperkarakan? bukannya dari dulu ketika megawati atau SBY berkuasa. Bukankah sila pertama adalah ketuhanan yang maha esa? Memangnya mereka tidak bertuhan kah?. Mereka memang menolak demokrasi, menolak pancasila, tapi diantara orang-orang yang mengaku demokratis, pancasilais, bagiku justru merekalah orang-orang yang sangat demokratis dan pancasilais, but they just don’t realize it. (Jakarta, 2017)
Wallahu'alam
to be continued
Foto : Flickr.com
#literasi#Pertemuanku Dengan HTI#HTI#hizbut tahrir#hizbut tahrir indonesia#HT#ghazwul fikri#perang pemikiran#sekulerisme#liberalisme#komunisme#demokrasi dalam islam#demokrasi menurut pandangan HTI#filsafat menurut HTI#perbedaan HTI dengan ormas islam lainnya#perbedaan HTI#pembubaran HTI#felix siauw#hari moekti
1 note
·
View note
Photo
Menjaga, Merawat
Aku pernah punya pengalaman yang kurang mengenakkan tentang angkatan saat masih di suatu boarding school dulu. Ditumbalkan jadi ketua angkatan tahun pertama di sebuah angkatan yang masih mencari jati diri. Aku saat itu masih buta tentang kehidupan asrama, sehingga aku menjalankan peranku sambil meraba-raba. Kasarannya, ya asal-asalan. Bisa ditebak bagaimana ujungnya: bukannya amanah apalagi khusnul khotimah, yang ada malah banyak masalah. Bukan pengalaman buruk juga sih, toh aku banyak belajar juga. Hanya saja aku jadi agak malas membahas tentang itu lagi sekarang.
Beranjak ke masa kuliah. Takdir Allah menunjukkan jalanku untuk melabuhkan “cinta pertama”-ku pada JMF. Aku tercebur dalam sebuah angkatan yang beranggotakan 50 lebih manusia random. Dan coba tebak, kali ini aku ditumbalkan jadi ketua angkatan lagi untuk kedua kalinya.
Menjadi sebuah tantangan tersendiri harus mengurusi angkatan dengan jumlah anggota terbanyak sepanjang sejarah JMF ini. Belum lagi isinya manusia-manusia dengan karakter, ideologi, dan pemikiran yang sangat random dan liar. Konflik di dalam angkatan maupun dengan kakak tingkat nggak jarang terjadi. Sampai ada anak yang mengasingkan diri dari JMF, banyak juga yang menghilang. Masuk tahun kedua, makin berpencar lagi karena pada punya amanah di tempat lain.
Namun, sekali angkatan tetap angkatan. Aku dan beberapa pegiat kultural angkatan tetap berusaha merawat silaturahmi di antara kami semua. Sesederhana menyapa kalo papasan di jalan, meramaikan grup, wacana kumpul-kumpul, sampai mengatur bagaimana agar semua kebagian peran. Bahkan, secara ngga langsung angkatan jadi oposisi bagi pengurus harian (yang isinya juga anak-anak angkatan sendiri wkwk).
Terasa sekali atmosfer jamaahnya. Semua saling menjaga, saling merawat.
...
Tahun demi tahun pun berjalan. Dan lihatlah. Berkat kerinduan yang sudah tertanam di hati kita masing-masing, dengan sedikit upaya menyingkirkan gengsi untuk menghubungi satu-persatu agar berkumpul lagi, foto gemas pra-wisuda ini pun bisa terwujud.
Di foto itu, ada yang pengurus harian, ada yang udah lama menghilang, ada yang lebih banyak sibuk di luar, ada yang prestasinya segaban-gaban, ada yang dikira jubir HTI, ada yang Islam kiri mentok, ada juga yang pernah hampir pindah agama (untungnya gajadi wkwk, meski sampai sekarang doi masih aktif di gereja). Kami adalah orang-orang yang kebetulan dapet jadwal wisuda bareng di bulan Agustus 2019.
Bangga banget. Dengan segala perbedaan ideologi dan semua dinamika yang udah kita lalui, kita masih bisa berkumpul, melingkar, berhimpun sekali lagi demi merayakan pencapaian kita bersama-sama. Dan terima kasih telah memberiku kesempatan untuk memperbaiki kesalahan, untuk menjadi ketua angkatan yang tidak gagal.
Jangan ragu untuk menetes, wahai kalian para embun, dan jadilah penyegar bagi sekitarmu~
1 note
·
View note
Photo
JANGAN BERI RUANG HIDUP UNTUK ISLAM EKSTRIMIS, RADIKAL DAN TERORIS. Islam-islam ekstrimis ini hanya mengenal perang melawan kafir, mereka tidak mengenal dengan apa yang di sebut perdamaian dunia. Dimana seluruh perbedaan bisa hidup damai tanpa perang, berdampingan tanpa saling memusuhi dan menyakiti. Ingatlah, watak manusia tidak akan pernah bisa di ubah. Jika watak para ekstremis ini sudah jelek, minus, bahkan busuk maka susah untuk di ubah. Maka jangan terlena dengan dengan bualan orang yang sejak kecil sudah didoktrin dengan kekerasan. Islam-islam ekstrimis ini punya satu tujuan yang sama, menyatukan negara-negara Islam dan yang berpenduduk mayoritas Islam untuk menjadi satu dalam kepemimpinan Yang disebut KEKHILAFAHAN. Maka dengan demikian, Indonesia juga menjadi target untuk dikuasai oleh para islam-islam ekstrimis, contoh FPI dan HTI. Tapi kita bisa bernafas lega karena dua ormas radikal itu telah dicekal. Namun juga yang patut di waspadai adalah, gembong teroris masih banyak yang berkeliaran. Ini yang harus jadi perhatian kita. TIDAK CUKUP HANYA PEMERINTAH, PORLI DAN TNI. UNTUK MELINDUNGI NEGARA INI DARI KELOMPOK-KELOMPOK RADIKAL. Kita warga negara ini juga harus ikut andil mem-block akses yang bisa digunakan oleh para ekstremis ini untuk berkembang biak. Islam-islam ekstrimis ini tidak ada baiknya, walaupun mereka berkelakar mengatasnamakan Agama. Mereka layaknya hama, padi yang siap dipanen pun bisa sekejap rusak jika hama ini dibiarkan saja. Mereka layaknya troll, yang bisa menghancurkan apa saja tanpa bisa membedakan yang baik dan yang buruk. Karena mereka bodoh. Agama adalah agama, tidak bisa jadi ideologi. Agama mengatur dan mengarahkan manusia untuk jadi lebih baik. Bukan untuk merusak satu sama lain. Agama adalah agama, tak ada agama manapun yang mengajarkan kekerasan dan menyakiti orang lain. Pun, bila "Islam" memintamu untuk menyakiti atau membunuh orang lain, maka yakinlah itu Islam yang salah. https://www.instagram.com/p/CS184GrhkRO/?utm_medium=tumblr
0 notes
Link
Di Indonesia terdapat banyak sekali ormas Islam yang berbeda latar belakang dan bertujuannya memajukan semangat transnasional secara politik dan kekuasaan, sehingga menghasilkan cara pandang yang berbeda dengan ormas yang sudah ada Indonesia sebelumnya. Misalnya Salah satu dari mereka ialah ormas Hizbut Tahrir dan ihkwanul muslimin yang jelas jelas sudah melakukan cara pandang berhadap hadapan dan soal benar dan salah tentang agama islam terhadap masyarakat Indonesia. Terlebih kedua ormas ini tidak melakukan pendekatan budaya dan kultur. Hizbut Tahrir masuk ke Indonesia dan menyebarkan paham-paham kekhalifan di wilayah Sumatra dan Jawa pada tahun 1980-an di pelopori oleh Abdullah bin Nuh dan Abdurrahman Al-Baghdadi. Gerakan HT tidak berhenti pada wilayah saja namun mereka berdua merintis dakwah di kampus-kampus besar di seluruh Indonesia. Pada era 1990-an ide-ide dakwah Hizbut Tahrir merambah ke masyarakat, melalui berbagai aktivitas dakwah di masjid, perkantoran, perusahaan, dan perumahan. Sedangkan gerakan IM di Indonesia yang mulai ada pada 1980-an oleh Rahmat Abdullah dan Hilmi Aminudin Hasan. IM di Indonesia disinyalir masih berhubungan dengan salah satu partai politik yang berada di Indonesia yang berdiri pada tahun 1998 dan masih eksis hingga sekarang yang bernama Partai Keadilan Sejahtera yang para pendirinya merupakan tokoh Ikhwanul Muslimin. Apa perbedaan yang paling menyorot antara HTI dan IM ? organisasi HTI awalnya ini memiliki cita-cita besar, yakni melangsungkan kehidupan Islam dan mengemban dakwah ke seluruh penjuru dunia. Untuk menegakkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan bermasyarakat, HTI berpendirian harus dilakukan melalui negara dengan menekankan pada daulah Islamiyah atau daulah khilafah yang dipimpin oleh seorang khalifah yang dipilih secara demokratis oleh rakyat. Khalifah tersebut prosesnya dibaiat oleh kaum muslim untuk didengar dan ditaati agar menjalankan pemerintahan berdasarkan kitabullah dan sunnah rasul-Nya serta mengembangkan risalah Islam ke seluruh dunia dengan dakwah dan jihad. Modus operasi HTI dalam melakukan pendekatan mendirikan khilafah secara politik dan kekuasaan ialah dengan cara cara melakukan kritik terus menerus dan menunjukkan kekurangan-kekurangan sistem pemerititahan yang ada sembari menawarkan konsep khilafah islamiyah sebagai alternatifnya. Sedangkan Ikhwanul Muslimin punya kerangka tersendiri untuk memasukan unsur kepetinganya. Mereka berjuang melalui jalur partai politik, maka semakin besar dan berkembang di Indonesia maka bisa jadi gerakannya dapat mengancam keutuhan NKRI, terlebih dengan adanya tujuan Ikhwanul Muslimin yang menginginkan adanya negara Islam. Apabila gerakan ini berhasil menduduki pemerintahan dan merubah sistem secara keseluruhan maka tidak menutup kesempatan bagi kalangan minoritas agama serta idelogi lainnya tidak bisa hidup Bersama untuk mencita citakan bhineka tunggal ika.
0 notes
Text
0 notes
Text
Resensi Buku: Islam di Mata Orang Jepang (Hisanori Kato, 2014)
Islam di Mata Orang Jepang: Ulil, Gus Dur sampai Ba'asyir by Hisanori Kato My rating: 4 of 5 stars Saya mendapati buku ini terasa lebih 'matang' ketimbang buku Kangen Indonesia: Indonesia di Mata Orang Jepang, buku Kato-san yang pertama. Selain karena isi yang menurut saya lebih menarik, pemakaian tulisan di dalam buku ini juga terasa lebih pas dan mengalir ketimbang buku sebelumnya yang nampaknya terlihat agak kaku serasa membaca buku yang ditujukan kepada khalayak non-Indonesia. Perkenalan Kato-san terhadap Islam sebenarnya bermula dengan sederhana. Sesederhana ia melihat anak-anak yang melakukan pawai sambil membawa obor ketika Ramadhan, merasa heran melihat kuatnya umat Islam menahan lapar dan dahaga ketika bulan Puasa, dan melihat secara takjub kekuatan yang dapat dilakukan oleh umat Muslim ketika pada tahun 1991, disaat Orde Baru masih berkuasa dengan kuatnya, mahasiswa Muslim melakukan demonstrasi menuju Gedung DPR dalam rangka menentang Sumbangan Dana Sosial Berhadiah (SDSB) yang mengandung unsur judi. Kato-san heran melihat apa sebenarnya yang menggerakkan umat Muslim untuk melakukan itu semua. Alasan itulah yang memulai penelitiannya tentang gerakan Islam dan demokrasi di Indonesia. Kalau dalam buku "Kangen Indonesia", yang diceritakan adalah hasil pengamatannya terhadap orang dan kebudayaan Indonesia secara umum, maka di buku ini, kita akan melihat hasil wawancara yang Kato-san lakukan kepada tokoh-tokoh Islam di Indonesia yang mewakili berbagai spektrum pemikiran. Fundamental, Moderat, dan Liberal. Tokoh-tokoh seperti Bismar Siregar (mantan hakim agung periode Soeharto), Gus Dur (mantan presiden, tokoh NU), Lily Munir (tokoh Muslim perempuan), Mohamad Sobary (budayawan), hingga Ulil Abshar Abdalla (JIL), Ismail Yusanto (HTI), Eka Jaya (FPI), Fadli Zon (politisi) dan Abu Bakar Ba'ashir (MMI) menceritakan pandangan dan gagasannya terkait Islam.
"Anehnya, saya merasakan kehangatan yang sama manakala bertemu dengan orang-orang Islam liberal atau pun orang-orang Islam fundamental. Saya pikir itu karena mereka memahami hakikat ajaran agama Islam."
Melalui buku ini saya belajar bahwa sebenarnya, terlepas dari perbedaan-perbedaan yang ada dalam pandangan para tokoh ini terkait Islam, mereka sebenarnya berkeinginan sama. Ingin membawa Islam kearah yang lebih baik lagi. Saran dari Kato-san, bahwa dialog antar spektrum pemikiran antar Islam dan juga dengan agama lainnya harus terus dijaga dan ditumbuhkan adalah saran yang tepat. Karena hanya dengan menjaga dialoglah, aliran pemikiran ini dapat dijembatani.
"Mendorong dialog dengan Muslim dan membuang prasangka buruk kepada sesama non-Muslim dan Muslim."
Semoga! View all my reviews
4 notes
·
View notes
Photo
Perbedaan tata cara membela Kalimah Tauhid antara Ahlus Sunnah Wal Jama'ah(NU) dan Khawarij HTI : A. Menurut Ahlus Sunnah Wal Jama'ah(NU) 1.Mempelajari kandungan maknanya sebagai landasan aqidah, tauhid dan keimanan. 2.Membacanya sebagai dzikir. 3.Mengimplementasikannya dalam perbuatan kebaikan sehari2. B. Menurut Khawarij HTI : 1.Disablon/dicetak di kain lalu dipakai sebagai bendera, topi, kaos dsb. 2.Dijadikan sbg alat menghasut atau memprovokasi masyarakat atas nama bela tauhid. 3.Dijadikan sbg perangkat demo. #nahdatululama #aswajamengaji #aswajanucenterkabkediri #aswajankri #aswajacenterjatim #aswajanusantara #aswajanucenterkediri #aswajanucenterpcnukabkediri #aswajaindonesia #aswajaharustahu #dakwahaswaja #dakwahnusantara https://www.instagram.com/p/B4E9PJ7gHdb/?igshid=trk12xbbvxq8
#nahdatululama#aswajamengaji#aswajanucenterkabkediri#aswajankri#aswajacenterjatim#aswajanusantara#aswajanucenterkediri#aswajanucenterpcnukabkediri#aswajaindonesia#aswajaharustahu#dakwahaswaja#dakwahnusantara
0 notes
Text
Don't judge a books by this cover💎💎💎💎
Oke kita upload dulu cukong kumat udah gatel HTI, berjilbab, manusia sok suci, agamis pdhal cmn ngerti agama kulit luar doang cmn syariat doang nyerocos kmn2, akan aku jelasin kenapa jg pasang gbr2 itu😊😊😊
Karena jilbab pun para biarawati jg pakai org beragama lain pun berhak memakainya itu bagian dari budaya, tidak pernah dijelaskan Siti Aisyah maupun Siti Khadijah dgn pakaiannya tapi akhlaknya yang baik, itu poin pertama yg berikutnya adl jmn now smkn rusak bahkan jilbab hanya sebagai tutup semata, selanjutnya ternyata tidak perawan, udah jadi binor tetap bisa digoyang (thx a lor Kaskus) aku jadi detektif dadakan😎😎😎
Selanjutnya yang tak kalah penting adl agama Islam ga mengurusi kehidupan org lain tapi, "man arafa nafsahu faqod arafa Rabbahu" itu titik beratnya "kenali dirimu sendiri maka kau akan mengenal Tuhanmu" dan bentuk Tuhan spt pelangi spt beragam ciptaanNya ga hanya Arab tapi jg Amerika, bayangkan gmn bisa melihat siluet sexy sebuah lingerie tanpa model pemakainya, aku diajarkan bapakku spt itu "when east meet west" dan aku ga jijik💕💕💕
Itu masih pake penutup juga bra dan panties, semua disuruh berhijab ya kasihan designer susah2 bikin lingerie seksi, dress, hotpant segala macam, dunia ga akan seru, tolong buka matamu😎😎😎😎
Dunia luas, ga cuman soal dalil, haram atau halal, untuk diri sendiri silahkan terapkan hal ini terutama kita umat muslim, aku jg menjaga keperawananku sampai nikah karena perintah agama dan benci dgn freesex😒😒😒
Tapi untuk org lain yg tidak spt itu yasudah lah biarkan saja bukan urusan kita, mengingatkan boleh tapi jgn ikut campur urusan orang, soal bajunya, pemikirannya, segala hal diurusin ga penting, selama ga mengganggu hidup kita biarkan saja semua org berekspresi sesuka hatinya, hak dia, kesukaan mereka, hobi mereka, setiap orang beda pemikiran, beda selera itu sah2 saja, wong selera makan aja bisa beda walo pasangan sendiri jgn mnt semua harus sama, couple an ini itu, hanya org gila dan idiot yang ga menghargai perbedaan dan keberagaman 😊😊😊😊
Lanjut season 2 upload dulu deh....
Diilangi cukong gendeng 😫😫😫
Wis nulis desainer barang, sayang sekali desain baju, lingerie, dress, hotpants dan sgl jenis baju bisa ga laku kalo berhijab semua dunia ga bakalan seru😜😜😜
Awas ga mlebu tak ulek cukong🙄🙄🙄
Drmn tadi dari si Fina mybestfriend yg selalu ada di satu suka dan dukanya dan bikin aku PD hingga narsis spt skrg, ada pula cukong, mas hacker #lemumegelno😋 yg hatinya sgt baik, ga muji kong, gilo😜😜😜😜 dia jgn panjang2 dulu pemalu dia😅😅😅
Ada Sunan Kalijaga, kolase narsisku sampe sang arsitek ayah Rama🤣😂😅😊 yg lain gbr itu ya perlulah aku jujur suka sgt suka adegan hot dalam film, kalo buat diri sendiri tetep dipraktekkan usai nikah, kalo org lain terserah hidup mereka, kita nikmati setiap adegannya, sorry ya saya ngurusin surga neraka saya ga ngurusin neraka surga org lain hny manusia bukan Tuhan yuk😂😂😂
Intinya apa filter itu penting dan filter dirimu sendiri sejak dini, ambil positif, buang negatif kpnlagi bisa nonton adegan hot kalo ga dari Barat, yg bnr aja mo ngaji saban hari, bosen kalo aku, toh...aku nonton bokep jg tetap melihat Tuhan, yg penting settingan hatimu tepat di titik Tuhan semua beres, yg negatif jadikan positif, karena aku adl cahaya🌠🌠🌠🌠
Bercahaya dimanapun berada untuk siapa saja tanpa pandang bulu😊😊😊
So pesannya ga bertele2, "cukup urusi dirimu sendiri, srglah berkaca dan introspeksi diri dan jgn melihat org dari penampilan luar karena semua itu menipu" kalo sdh terbongkar aslinya nangis darah deh😭😭😭😭 jadi kenali seseorang lbh jauh, lbh dalam, mendekat ke dalam relung jiwanya #eaaa jadi puitis deh now hari Kamis, 11 Juli 2019 sdh ashar oh Tuhan....pjgnya ini blog serasa curcol colongan akhirnya PLONG deh😜😋😊🤗😎
0 notes
Text
Satu Pohon, Sekian Ranting
Alhamdulillah, masih bisa bertemu dengan sohibku sedari SMP, barusan (6 Januari 2019) alhamdulillah menerima kunjungan darinya, tapi foto ini diambil beberapa bulan sebelumnya hehehe. Dibesarkan di kampung yang sama membuat kami sering bertemu saat kuliah dulu, kali ini masing-masing dari kami sudah mulai mengikuti jalannya masing-masing,
membicarakan hal-hal fikih memang sangat seru, ya itu adalah garis besar perbincangan kami tadi. sekarang ia menjadi guru matematika di 2 sekolah berbeda, keren memang, manajemen waktu yang tidak gampang. tapi bukan itu fokus pembicaraan tadi, kedua insittusi tempat ia mengabdi ibarat bagai satu “tubuh” atau satu “pohon” tapi rantingnya saling berjauhan, bahkan takmau bertemu. kok bisa begitu? jadi gini, ia mengajar di sekolah dekat kampung kami yang notabennya berafiliasi kultural Nahdlatul Ulama, sedangkan sekolah yang satunya berada di kota, dan berafiliasi dengan Al-Irsyad, seru sekali bukan? kami sendiri dibesarkan oleh kultural NU, seperti kita ketahui mayoritas orang desa memang berafiliasi kesana, akhirnya kamipun memulai pembicaraan yang akhir-akhir sedang hangat di permukaan, yaitu masalah “Aliran”.
saat saya berkuliah di Semarang, alhamdulillah saya dipertemukan dengan teman-teman dan guru-guru yang berafiliasi sama dengan saya, walaupun tidak bisa dipungkiri saya juga bertemu dengan teman-teman multikultur dari berbagai latar belakang agama yang berbeda, ada yang dari NU, Muhammadiyyah, HTI, Salafi, LDII, MTA, Al-Irsyad, Jama’ah Tabligh, ah banyak sekali pokoknya :D. mungkin jika ada teman-teman yang sudah ngaji dari pondok pasti tidak kaget dengan perbedaan-perbedaan ilmu fiqh yang diambil oleh beberapa ormas yg ada di Indonesia. tapi bagi saya yang hanya ngaji di kampung dan diajarkan hanya satu pemahaman memang sedikit kaget akan beberapa hal yang terjadi ketika saya tinggal di rantau, dan benyak memang dari teman-teman yang dari kalangan “umum” mulai menemukan banyak sekai ilmu yang menyangkut tentang kaidah-kaidah dan norma-norma agama terutama kajian fikih, dan akhirnya pemahaman “default” mereka tinggalkan karena mereka menemukan ilmu yang menurutnya lebih baik, ya itu sah-sah saja dan congratulation jika memang itu membuat mereka lebih bisa mendekatkan diri kepada Allah, itu pilihan dari masing-masing individu.
ada satu hal mengapa saya harus mengenal semua organisasi-organisasi yg ada, ya diantaranya ada misi pribadi “ketidakmungkinan yang sedang di mungkinkan”, gatau kan? iya itu pribadi, wkwk skip. sedikit-sedikit saya mulai mengulik satu-per-satu perbedaan dari setiap golongan, tentu melalui orang yang reputable dan literasi-literasi yang valid, ketika kita akan mengkaji mengenai hal-hal yang berbau perbedaan seperti ini adalah kita harus “membuka diri” dan tidak boleh membawa kebenaran kelompok saja, karena jika tidak didasari demikian, maka studi tadi akan sia-sia dan membuat kita semakin benci ataupun menyalahkan golongan yang bukan kita. tujuannya adalah ketika kita tahu letak perbedaan itu, kita bisa menilai bawasannya setiap kelompok mempunyai dasar masing-masing yang dimana dasar tersebut tidak untuk diperdebatkan, ya karena jika didebat terus, tidak akan pernah selesai. iya tidak akan pernah selesai, dadi wes to seng do debat masalah ngono-ngono iku dirampungi wae. wkwk
karibku pun bercerita tentang bagaimana perjalanan mengajar disana, ya walaupun terdapat perbedaan pandangan mengenai hal-hal yang furuiyyah, namun alhamdulillah dia juga bisa menyesuaikan dengan lingkungannya. setiap golongan mempunyai khasnya masing-masing, NU dengan Dzikirnya, Muhammadiyyah dengan Pengembangan SDM & Pendidikannya, LDII dengan “Jamaahnya”, MTA, Salafi, Al-Irsyad dengan kajiannya, HTI dengan khilafanya (yang ini saya memang tidak begitu sependapat hehe), Jamaah Tabligh dengan Syiarnya yang kuat, dan masih banyak lagi, sebenarnya misi utama dari kita semua sama, hanya ada titik pembiasan yang menyebabkan seakan-akan kita semua berpencar sangat jauh, padahal jika ditelisik lebih dalam banyak hal yang kita bisa berjalan bersama, dan berhenti saling membela kebenaran masing-masing, ya walaupun itu sulit dilakukan sekarang, tapi setidaknya kita bisa menghargai setiap kelompok / golongan dengan pandangannya masing-masing. ada satu quote menarik, berharap semoga bisa kita terapkan di kehidupan :
“Nata’awan fimaa ittaqnaa, wanataa’dzar fimaa ikhtalafnaa” (Kita bekerja sama pada hal yang kita sepakati dan bertoleransi terhadap hal-hal yang kita berbeda).
- Hasan Al-Banna
ya begitulah kira-kira pembicaraan singkat antara saya dan teman karib, sekarang ia adalah orang NU yang mengajar di sekolah yang berafiliasi di Al-Irsyad, sungguh indah bukan, dan katanya, perbedaan sudah menjadi hal yang lumrah disana, walaupun memang tidak sepenunya lumrah. tuisan ini belum disunting, ya maklum jika penataan kurang sempurna. sebenarnya masih banyak yang ingin tertuang, tapi apa daya tangan tak sampai berjuang. nanti lah diedit lagi hehehe
- Ditulis saat perjalanan Semarang - Jakarta, KA Tawang Jaya Premium,
Minggu 6 Januari 2019
0 notes
Photo
Apa yang bisa di petik dari peristiwa ini....? Indonesia, adalah negara dengan jumlah Muslim terbesar di dunia. Islam kita sudah pada jalurnya dengan NU dan MD yang mengawal. Namun kita harus menutup pintu bagi bibit-bibit Islam ekstrimis seperti HTI, FPI hingga Taliban. HTI dan FPI sudah di block, tapi bibit Taliban masih ada di Indonesia. Islam ekstrimis seperti ini tidak mengenal yang namanya "Islam rahmatan lil alamin". Islam seperti ini hanya percaya Rahmat bagi sesama atau yang senada dengan mereka. Islam yang percaya bahwa negara-negara di dunia harus disatukan dalam sistem "KEKHILAFAHAN". Islam seperti ini tidak menghargai perbedaan. Ini sangat bertentangan dengan norma PANCASILA dan Ke- Bhinneka Tunggal Ika an. Islam seperti ini sangat menciderai maksud dan tujuan kemerdekaan Indonesia dan harus di musnah sampai akarnya. JANGAN ADA CELAH BAGI ISLAM EKSTRIMIS. https://www.instagram.com/p/CSpAWS9BH0F/?utm_medium=tumblr
0 notes
Photo
Lagi suka bgt sama tulisan beliau. Kucoba scroll kebawah di akun beliau. Kukaji satu persatu, semua yg beliau sampaikan benar2 mengena dengan kondisi di Indonesia saat ini. Kutelaah sejenak, setuju bgt dengan islamophobia di negeri mayoritas islam, dan lucunya banyak dari kalangan muslim sendiri juga.
Setelah suka dengan tulisan beliau kucoba posting tulisan beliau di akun instagram, awalnya aku tak mengira akan ada balasan atau tanggapan dari orang2, toh cuma tulisan. Tiba2 4 menit setelah ku posting, banyak sekali DM menanyakan “kamu hizbutahrir?” “Vina HTI” Dan masih banyak lagi. Mungkin juga ada beberapa yg setelah ini menjauhiku karena ketakutan yg mereka buat sendiri.
Sedih, tak bisa berucap. Lebih pilu lagi pengirim pesan2 tsb adalah saudara seiman.
Sekarang coba pikir, semenakutkan itukah islam? Islam memang saat ini terbagi kedalam banyak golongan, namun orang yg terlanjur membenci akan menggunakan hal ini untuk semakin memecah belah islam. Perbedaan itu indah asal kita dapat saling memaknai, saling melengkapi, saling mengingatkan, bukan termakan keegoisan dengan merasa paling benar. Aku muslim, aku tak menisbatkan diri di golongan manapun, aku tak melihat sesuatu yang menakutkan dari perbedaan, banyak yg bisa kupetik, kutelaah dan kuaplikasikan in shaa Allah. namun melihat ketakutan orang2 pada islam, aku rasa itu hal memilukan. Tak ada islam garis keras, semua hanya berusaha menjalankan apa yg Allah perintahkan dan Rosul titipkan dan ajarkan.
Bukan kah kita terus harus mengupdate diri dengan pertambah ilmu agama(?) Jgn terlalu terkungkung dg ketakutan, semua yg masih mendasarkan ajaran pada Alquran dan hadits itu patut didalami. Tak ada batasan disini kamu golongan A kah, B kah, C kah, Jangan terlalu cepat menilai jika belum pernah mencoba mengenal. Percayalah, mereka itu baik, duduklah, kenallah. Jika tahap untuk sharing dirasa terlalu cepat, buatlah percakapan sederhana saja, kamu bisa nilai bagaimana tutur katanya, adabnya.
Coba datang kajiannya, tanpa ada niatan judge sana sini dan merasa paling benar. Duduk dalam ta'lim saja Allah dudukkan kamu dalam rahmatNya. Allah kirimkan malaikat untuk mendampingi. Sebegitu besarnya Allah meridhai orang yg mau belajar.
Jngan mudah mengatakan ini itu tanpa tabayyun yg benar. Jangan merasa paling benar. Jangan mengkotak2an islam semaunya. Jangan takut dengan ormas2 atau golongan2 yg sedang maraknya, tujuan mereka sama (note: selama masih berpegang pada Al Quran dan hadits) Jika kamu anggap cara mereka keras, tak usah berlama2. Jika kamu anggap tak cocok, tak usah memaksakan. Ambil yg bisa kamu ambil, tinggal apa yg menurutmu tak sesuai. Cerdas lah. Semoga Allah selalu melindungi :)
2 notes
·
View notes
Photo
DAKWAH dan DOA -untuk Shifu @felixsiauw- Oleh: @salimafillah Suatu hari, KH Bisri Mustofa Rembang rahimahullah, Ayahanda Gus Mus, diundang untuk memberi mau'izhah hasanah pada sebuah pengajian akbar di pesisir utara Jawa. Kala itu zaman Orde Lama, dan sebuah kekuatan politik yang anti-agama kian mencengkeramkan kuku baik dalam birokrasi sipil maupun militer. Di lokasi pengajian di mana ummat membludak, penjagaan aparat tampak mencolok, lebih dari biasanya. Panitia dengan keringat dingin dleweran di wajah mendekati Kyai Bisri yang duduk di kursi depan. "Kyai", ujarnya, "Kata Pak Polisi dan Pak Tentara, Panjenengan tidak boleh menyampaikan pengajian. Bagaimana ini Kyai?" "Lho, kenapa katanya?" "Katanya ceramah Panjenengan tidak mendapat izin dari komandannya. Ceramah Panjenengan dikhawatirkan membahayakan ketertiban umum." "O begitu, hehe... Ya tidak apa-apa, hehehe... Coba ditanyakan, kalau berdoa saja boleh apa tidak?" Dengan langkah setengah hati, sang panitia menemui petugas keamanan lagi. Hatinya rusuh. "Lha kalau cuma untuk berdoa, buat apa mendatangkan muballigh kondang sekelas Kyai Bisri?", pikirnya. Tapi ya bagaimana lagi. Daripada tidak sama sekali. Dan betul, kalau cuma berdoa memang dibolehkan. Kyai Bisri dengan sumringah naik ke mimbar. Setelah mukadimah doa sebagaimana umumnya, beliau mulai berdoa dalam Bahasa Indonesia. "Ya Allah, Ya Tuhan kami... Kami berhimpun di sini tak lain hanya untuk mendengar firmanMu yang menyejukkan hati, menyimak ilmuMu untuk memperkaya jiwa kami, menadah perintah dan laranganMu agar tertata langkah kami, meneladani Kanjeng Nabi dan ndherek dhawuh para 'ulama agar berkah hidup kami... Tapi bapak-bapak ini, mungkin karena jarang ikut pengajian bersama kami, mengira kami membicarakan hal-hal yang patut dicurigai..." "Maka Ya Allah, Ya Tuhan kami... Bukakanlah mata dan telinga kami semua khususnya Bapak-bapak Tentara maupun Polisi, bahwa kami rakyat Indonesia sangat mencintai negeri ini... Inilah kami mengenang perjuangan para pahlawan kami. Supaya anak cucu kami tahu, mereka mewarisi negeri yang didirikan dengan pengorbanan harta dan jiwa, darah dan airmata. Ya Allah, Ya Tuhan kami... Bukakanlah mata dan telinga kami semua khususnya Bapak-bapak Tentara maupun Polisi, akan siapa musuh sejati dari negeri tercinta Indonesia Raya ini..." Dan 'doa' Kyai Bisri yang sebenarnya orasi akan merentang selama 2,5 jam lagi, sementara hadirin tersenyum-senyum dan petugas keamanan terlongong keki. Saya dan Ustadz Felix Siauw bukan orang yang selalu sepakat dalam segala hal. Kalau dalam fiqh ada perbedaan madzhab, maka dalam dakwah sebenarnya mungkin hanya perbedaan pembagian tugas. Ada yang menggali pondasi, ada yang mengecor beton, ada yang menegakkan tiang, ada yang menyiapkan atap. Tapi itu semua untuk mendirikan rumah yang sama dan menaungi keluarga yang sama; rumah peradaban Islam untuk seluruh ummat. Ya. HTI yang menjadi jalan hidayah dan tempat berkiprah Ustadz Felix Siauw masih belum sefaham dengan kami tentang sikap terhadap demokrasi, dan mana-mana prioritas dalam syiar hari ini. Tapi itu tak menghalangi saya dan beliau untuk menulis buku bersama, beracara bersama, dan menjadi relawan lembaga yang sama. Pesan besar yang hendak kami sampaikan pada ummat adalah; kebersamaan dalam juang ini indah dan mahal. Adalah lucu kalau yang sedang mencetak genteng menghina-hina yang sedang menata bata, padahal mereka sedang membangun rumah yang sama. Maka gemas hati pula mendengar acara beliau di Malang dibatalkan, dengan alasan entah-berentah. Apalagi tema acaranya pun tak beririsan dengan hal rentan bagi pilar-pilar negara. Cinta mulia. Kami berada di shaff yang sama tentang keprihatinan terhadap pergaulan remaja, dan rusaknya generasi penerus bangsa. Kami berbagi cinta yang sama bagi muda-mudi negeri ini. Di tengah ke-selow-an mengurusi para da'i, di tengah ketakberdayaan di depan kejahatan kelas tinggi serta korporasi; duhai yang mencoba membawa suasana negara ini kembali ke masa-masa gelap; cahaya dakwah ini akan terus kami nyalakan dengan hikmah.
10 notes
·
View notes
Text
Bela Victor, Pernyataan Ketua DPP Nasdem Ini Bikin Netizen Muslim Geram
Bela Victor, Pernyataan Ketua DPP Nasdem Ini Bikin Netizen Muslim Geram
Victor bersama Surya Paloh (MetroTVnews)
Partai Nasional Demokrat (Nasdem) benar-benar pasang badan untuk Victor Laiskodat. Tak hanya membela Victor dengan meyakini bahwa pidatonya tidak salah, Ketua DPP Nasdem Irma Suryani juga melontarkan pernyataan yang membuat netizen muslim geram.
Menurut Irma, jika melihat video Victor secara utuh, apa yang disampaikan Viktor dalam pidatonya hanya ungkapan kekhawatiran atas kondisi bangsa Indonesia. Ia juga menganggap saat ini ada banyak oknum yang memecah-belah bangsa, tidak mengakui Pancasila, dan mencoba merusak kebhinekaan.
“Kalau kita mendengarkan dari awal sampai akhir (pidato Viktor) enggak akan ada bahasa provokasi, itu tidak ada,” kata Irma, Sabtu (5/8/2017), seperti dikutip Republika.
Irma menambahkan, jika ada kelompok-kelompok yang tidak ingin dianggap intoleran, sebaiknya tidak membela HTI dan menolak Perppu Ormas.
“Kalaupun ada yang kurang berkenan ya jangan bela HTI. Kalau nggak berkenan disebut intoleran ya jangan juga menolak Perppu (Ormas),” tandasnya.
Pernyataan Irma yang mengisyaratkan pihak yang menolak Perppu Ormas boleh dianggap intoleran inilah yang membuat netizen muslim semakin geram. Selain itu, ia juga tak khawatir pidato Victor menurunkan elektabilitas Nasdem. (Baca: Nasdem Yakin Pidato Victor Tak Turunkan Elektabilitas)
“Baguslah kalau nasdem terus bela viktor, biar nasdem seumur jagung,” kata Sudiarto.
“Boikot Nasdem dan Metro TV serta Koran Media Indonesia. Kita bikin bangkrut,” kata Insan Kamil.
Bahkan, ada netizen yang mendoakan kehancuran Nasdem.
“Ya Alloh hancurkan, hinakan, laknat mereka di dunia dan akhirat,” kata Bielal Syafe’i.
Seperti diberitakan sebelumnya, Victor menyampaikan pidatonya di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (1/8/2017) lalu. Dalam potongan video berdurasi dua menit, Victor mengajak warga NTT untuk menolak partai dan calon kepada daerah pendukung khilafah. (Baca: Ini Video Victor Nasdem Tuduh Gerindra, Demokrat, PKS dan PAN Dukung Khilafah dan Kaum Intoleran)
“Ada sebagian kelompok ini yang hari ini mau bikin negara khilafah. Dan celakanya, partai-partai pendukungnya itu ada di NTT juga. Yang dukung supaya ini kelompok ekstremis ini tumbuh di NTT, partai nomor satu Gerindra. Partai nomor dua itu namanya Demokrat. Partai nomor tiga namanya PKS. Partai nomor empat namanya PAN,” kata Victor.
“Situasi nasional, ini partai mendukung kaum intoleran,” tambahnya.
Lebih jauh Victor mendefinisikan bahwa yang dimaksud kaum intoleran adalah kaum yang tidak suka orang lain, tidak suka agama lain.
Victor juga mengatakan bahwa arti negara khilafah adalah semua wajib sholat.
“Mengerti negara khilafah? Semua wajib sholat, semua lagi yang di gereja. Negara khilafah tidak boleh ada perbedaan, semua harus sholat,” tandasnya. [Ibnu K/Tarbiyah.net]
Sumber : Source link
0 notes
Text
Komentarlah Sebelum Anda Dikomentari
Saya suka menjadi penggerutu, dalam arti mengkritisi tiap hal yang ada di sekitar saya. Kritis membuat saya mencari tahu, mencari tahu membuat saya paham, setelah paham saya bisa berhati-hati menghakimi. Tapi belakangan saya percaya bahwa menahan diri untuk tidak mengomentari segala hal adalah kemewahan tersendiri.
Di abad media sosial yang kepalang brengsek ini, semua orang berlomba-lomba untuk berkomentar dan menjadi pakar, tapi hanya sedikit saja yang mau memahami masalah. Lalu apa sebenarnya yang kita cari dari berkomentar? Apakah sekadar menunjukkan bahwa kita tahu akan sesuatu, peduli sesuatu, atau sekadar untuk eksistensi diri?
Seingat saya, sebelum adanya pemilu tahun lalu, sebelum gegap-gempita pertikaian pendukung Jokowi dan Prabowo, media sosial adalah tempat yang baik-baik saja. Tentu ada twitwar, tentu ada perbedaan pendapat, tapi seingat saya belum ada perkelahian karena membela capres atau penyebaran kebencian atas nama isu sektarian. Lantas ada apa sebenarnya dengan kita?
Menjelaskan itu tentu akan sangat membosankan lagi menyebalkan. Ia bisa jatuh menjadi khotbah, dan saya benci khotbah. Setiap Jumatan saya kerap datang paling akhir karena malas mendengar khotbah. Bagaimana bisa menikmati khotbah kalau isinya hanya mengkafirkan ini, menyesatkan itu, dan menghalalkan darah si anu. Saya sudah malas menghadapi negativitas. Berat badan, cicilan, utang, dan beban pekerjaan sudah cukup membuat saya lelah, lhah kok ndadak mesti denger kotbah yang isinya kebencian?
Yang paling hangat dan paling dekat, bagaimana para pengguna media sosial merespons tragedi Paris. Beberapa yang waras akan berempati, beberapa yang religius akan berdoa, sisanya makhluk-makhluk tanpa otak dan hati yang berebut mengomentari apa saja seperti pemakan bangkai. Pemakan bangkai ini salah satunya adalah Eddward S Kennedy—menghakimi yang peduli dan yang nyinyir, seolah dialah hakim yang paling adil.
Tentu saja ada banyak makhluk yang lebih menjijikkan. Misalnya, satu akun pegiat Indonesia Tanpa Jaringan Islam Liberal (ITJIL) yang memuat komik untuk menyindir solidaritas Paris dan kebungkaman pada Palestina. Ia boleh jadi benar, tapi apa yang ia lakukan membuat saya bertanya. Apakah si pegiat ITJIL (hati hati bilang ITIL, itu jorok) paham bahwa Perancis adalah salah satu negara yang mengakui kedaulatan Palestina? Lebih dari itu, Perancis merupakan salah satu negara yang menyumbang dana paling besar untuk para pengungsi Palestina.
Jadi goblok dan tolol itu adalah hak. Saya gak bilang para pegiat ITJIL yang suka nyinyir pada solidaritas Paris itu tolol, ya, tapi sejauh mana mereka paham tentang konsep solidaritas? Berdasarkan data resmi yang dirilis oleh The United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees (UNRWA), disebutkan bahwa Perancis menyumbangkan setidaknya $ 16.800.000 untuk para pengungsi Palestina. Kira-kira pegiat ITJIL itu butuh waktu berapa lama agar bisa mencapai angka itu?
Dari daftar yang dirilis UNRWA itu kita bisa belajar untuk adil. Misalnya, jika aktivis pluralis sering koar-koar minimnya peran Saudi di Palestina, mereka bisa kaget dan terdiam melihat jumlah sumbangan Saudi untuk pemulihan Palestina. Pada 2014 saja, Arab Saudi menyumbang $ 103.519.499 untuk pemulihan dan kebutuhan para pengungsi Palestina. Nah sementara pegiat ITJIL, FPI, MMI, HTI dan sejenisnya juga bakal ambeien jika tahu total sumbangan Amerika untuk Palestina $ 408.751.396. Situ mau ngehina negara yang udah banyak nyumbang buat Palestina?
Sampai di sini, egonya udah bisa diturunin dikit? Nah, Anda boleh tidak percaya pada angka ini, atau bahkan menggugat, dan menuduh angka sumbangan itu bohong. Kabar baiknya, badan PBB selalu memberi laporan penggunaan dana beserta akuntabilitasnya. Anda sekalian, aktivis pluralisme dan antipluralisme, bisa saling menguji apakah benar angka sebanyak itu digunakan untuk pemulihan dan pengungsi Palestina. Jangan-jangan untuk mendanai ISIS? Jangan-jangan digunakan untuk dana kebencian di Indonesia?
Kemampuan terbaik dari pemalas yang enggan membaca adalah mengomentari apa saja tanpa adanya pemahaman. Misalnya, ngomong gini: giliran Perancis diserang kalian rame, ke mana dunia saat Iraq diinvasi? Jika ada orang kelewat dungu yang komentar kayak gitu, jawab aja gini: Dominique Reynié, seorang akademisi dari Perancis (eng-ing-eeeng!), menyebutkan bahwa antara Januari hingga April 2003 terdapat 3.000 protes invasi Iraq yang dilakukan di seluruh dunia. Total ada 36 juta orang yang ambil bagian dalam protes ini dan mengutuk invasi sebagai kejahatan kemanusiaan. Gak pernah tahu? Mungkin karena Anda kebanyakan baca PKS Piyungan.
Lalu jika ada yang bilang 140 orang mati di Paris dunia berduka, setiap hari orang mati di Afganistan tak ada yang bersuara. Nah, jika ada ustadz, atau yang ngaku ustadz, atau ustadz-ustadzan karena baru masuk Eslam, atau alumnus Insistut Tarbiyah Bapuk, yang ngomong gitu, bilang aja sejak 2001 sampai 2014 dunia Barat telah mengutuk dan memprotes perang di Afganistan. Di Amerika sendiri, sepanjang maret 2009 ada beberapa aksi dengan total lebih dari puluhan ribu orang yang memprotes perang di Afganistan.
Lho, kok gak tahu? Kok bisa gak tahu? Lha ini yang gak peduli sebenarnya siapa? Yang dituduh ikut-ikutan solidaritas tragedi Paris, atua kalian yang sebenarnya cuma baca media gak jelas? Kalian boleh tidak percaya saya, kalian hanya perlu mencari lebih banyak. Dan sekali lagi, berita-berita kayak gini emang gak akan ada di media macam PKS Piyungan, Ar Rahmah, VOAIslam atau sejenisnya.
Tapi ya apa itu penting? Poin penting komentar kan waton muni, asal bisa bersuara. Masalah paham isu atau tidak, itu urusan belakangan.
Ketika warga Pati menang gugatan di Semarang, orang bijak tentu akan mencari tahu sejarah dan konteks perjuangan para petani tadi. Nah, yang pikirannya medioker akan berkomentar sesuai kapasitas kepalanya. Misalnya dengan berkata, “Keadilan mah kalo menang sidang, kalo kalah dibilangnya gak adil.” Sudah, jangan marah, orang model begituan cuma mengeluarkan isi kepalanya kok. Mereka gak punya kewajiban untuk jadi pinter.
0 notes
Text
Melihat Beda Anggota JAD dan HTI di Tubuh Aparatur Sipil Negara
Melihat Beda Anggota JAD dan HTI di Tubuh Aparatur Sipil Negara
Liputan6.com, Jakarta – Pengamat intelijen Ridlwan Habib menyambut baik pembentukan Surat Keputusan Bersama (SKB) 11 Menteri tentang penanganan radikalisme pada Aparatur Sipil Negara (ASN). Sebab pada dasarnya, pengaruh perbedaan pandangan, baik dari isu politik hingga ideologi kelompok tertentu nyata adanya.
Mengingat kembali, target periode kedua Presiden Joko Widodo atau Jokowi dalam lima…
View On WordPress
0 notes