Muslim, Penggemar Kopi Susu, koki spesialis Nasi Goreng Ebi dan penikmat tulen kuliner Minang. Saat ini tinggal di Kota Bandung. Penikmat buku, game & fotografi. Sekarang sedang berusaha membangun usaha sosial yang bergerak di bidang buku sambil nyambi nabung komputer, demi performa gaming yang lebih mantap.
Don't wanna be here? Send us removal request.
Photo
Dewi Yunani kuno, Athena, seringkali digambarkan sebagai seekor burung hantu kecil. Sementara orang-orang Romawi menyebut Athena sebagai Minerva, keduanya adalah sosok dewi perlambang kebijaksanaan, filosofi, pengetahuan dan kecerdasan. ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ Saat ini, Athena dan Minerva sudah tidak dikultuskan sedemikian rupa. Lain halnya dengan perlambangannya. Pengetahuan dan kecerdasan seringkali dipandang sebagai dua nilai utama yang menjadi dasar bagi kebijaksanaan. ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ Kita punya banyak sumber daya untuk mengakses dua hal tersebut. Buku, internet, video tutorial, postingan Instagram, banyak sekali. ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ Nah, pertanyaannya untuk manusia (yang mengaku) modern seperti kita, apakah dengan segala sumber dan akses pengetahuan yang kita miliki, kita sudah bisa mencapai kebijaksanaan? ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ Lagi pula, apa sih kebijaksanaan itu? ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ Dalam rangka memperingati Hari Literasi Internasional yang jatuh hari Minggu kemarin. Dari saya, yang masih punya banyak hutang buku yang belum dibaca. Semoga bisa semakin mendekatkan diri kepada kebijaksanaan, apapun arti bijak itu. https://www.instagram.com/p/B2LeENOBA9y/?igshid=1qzdvw3b2koqm
4 notes
·
View notes
Photo
Apa hubungan antara panggung dengan politik? ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ Di Rusia abad ke-19 dikenal istilah 'Narodnik' sebagai gerakan politik untuk menggulingkan kekuasaan otoriter Tsar. Narodnik yang berarti 'Gerakan Rakyat' ini digerakkan oleh kaum intelektual dan bertujuan untuk menyebarkan sentimen anti Tsar pada rakyat luas. Mereka melakukan serangkaian aksi propagandis, menyebarkan pamflet dan masuk ke perkampungan dengan tujuan menyadarkan rakyat. ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ Tetapi, kelompok Narodnik gagal mencapai tujuannya. Selain karena represi pemerintah, para pegiat Narodnik ternyata berjarak dengan rakyat yang mereka ingin ambil dukungannya. Meskipun sudah memasuki perkampungan, mereka tidak mengerti realita dan budaya kehidupan rakyat saat itu. Pamflet yang mereka cetak pun ternyata tak berguna karena mayoritas rakyat Rusia saat itu masih buta huruf. ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ Debat pilpres kemarin, beserta pemandangan para caleg yang sibuk mengiklankan dirinya membuatku bertanya. Seberapa besar mereka (mau dan sudah) mengenal rakyat yang mereka tawarkan untuk dipimpin? Ataukah kontestasi politik ini hanya sekadar menggunakan rakyat sebagai panggung untuk mencapai kekuasaan dan status? ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ Jadi, untuk para caleg dan pemimpin yang akan mewakili kami, waktu dan tempat kami persilakan. Ayo tawarkan diri kalian. (at Panggung Politik) https://www.instagram.com/p/Bs25XRQgJqV/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=12xnmv0wt5y1q
3 notes
·
View notes
Photo
reblog karena masih relevan.
Challenge accepted!!!
Hari ini, berusahalah tidak komplain. Jika sesekali masih komplain, tulis di buku catatan, lalu tulis juga pikiran positif yang membuat komplain itu jadi hilang. Lakukan tiga hari berturut-turut, jika berkurang, maka bagus. :) Let’s start this awesome game!!
42 notes
·
View notes
Text
Resensi “Selling Yourself: Menang Bersaing di Era MEA” (Setya Rianto, et al, 2016)
Selling Yourself: Menang Bersaing di Era MEA by Setyo Rianto My rating: 2 of 5 stars Nampaknya ekspektasi saya berlebihan. Dengan memasang logo MarkPlus dan tulisan "Hermawan Kartajaya" yang bahkan ditulis jauh lebih besar dari para penulis aslinya, ternyata buku ini tidak semenarik membaca majalah Marketeers, sorry to say. :( Tetapi tidak berarti saya tidak mendapatkan apa-apa dari bukunya. Isi buku ini menarik dan cukup membuka pikiran kita terhadap ketatnya persaingan di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang sebenarnya sudah mulai berlaku sejak 2015. Tetapi saran-saran dan informasi yang diberikan menurut saya cukup umum. Terdiri dari tiga bagian, buku ini membahas mengenai Why, What dan How terkait dengan persaingan di era MEA. Tetapi kalau harus disederhanakan, inti dari buku ini adalah be yourself , temukan kekhasan dari kita ataupun brand yang kita ingin kembangkan, berpikir kreatif, dan mulailah untuk produktif mengembangkan itu. Jika ingin membaca buku motivasi yang tidak terlalu berat, mungkin buku ini bisa menjadi pilihan. View all my reviews
1 note
·
View note
Photo
Diantara sekian banyak episode kisah hidup Sang Nabi, ada salah satu kisah yang menyentuh menurut saya, yaitu kisah ketika Nabi pergi ke Kota Thaif Sebagai kota kecil yang terletak di dataran tinggi, Thaif terkenal sebagai tempat yang sejuk dan nyaman. Tanahnya yang subur menjadikannya makmur akan hasil-hasil bumi seperti sayur mayur dan buah-buahan. Selain itu, udaranya yang sejuk menjadikannya tempat yang cocok untuk peristirahatan para pembesar dan saudagar-saudagar kaya Sepeninggal istrinya, Khadijah dan pamannya, Abu Thalib, gangguan yang dilancarkan oleh Kaum Quraisy semakin gencar. Atas dasar tersebut, Sang Nabi beserta anak angkatnya, Zaid bin Haritsah, mencoba untuk meninggalkan Makkah dan berdakwah di Thaif Jawaban dan balasan dari Bani Tsaqif, kabilah terbesar sekaligus pemimpin di Thaif, ternyata sangat mengecewakan. Mereka mencemooh dan menghina Sang Nabi. Bahkan, ketika hendak keluar dari rumah para pemimpin Bani Tsaqif, Sang Nabi beserta Zaid dihadang oleh beberapa penduduk kota yang kemudian mengusir beliau dengan penuh caci maki, hinaan, dan dilempari dengan batu Dengan keadaan kecewa karena dihinakan, lemah dan terluka karena terkena lemparan bebatuan, Sang Nabi dan Zaid terus saja berjalan keluar dari Kota. Hingga ketika sudah jauh, mereka beristirahat sambil membersihkan luka-luka. Kemudian, dengan perasaan sedih, Beliau berdoa kepada Allah "Wahai Zat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Engkaulah Pelindung bagi si lemah dan Engkau jualah pelindungku! Kepada siapa diriku hendak Engkau serahkan? Kepada orang jauh yang berwajah suram terhadapku, ataukah kepada musuh yang akan menguasai diriku?" "Jika Engkau tidak murka kepadaku maka semua itu tak kuhiraukan, karena sungguh besar nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung pada sinar cahaya wajah-Mu, yang menerangi kegelapan dan mendatangkan kebajikan di dunia dan akhirat dari murka-Mu yang hendak Engkau turunkan dan mempersalahkan diriku. Engkau berkenan. Sungguh tiada daya dan kekuatan apa pun selain atas perkenan-Mu." (1)
0 notes
Text
Resensi Buku: Islam di Mata Orang Jepang (Hisanori Kato, 2014)
Islam di Mata Orang Jepang: Ulil, Gus Dur sampai Ba'asyir by Hisanori Kato My rating: 4 of 5 stars Saya mendapati buku ini terasa lebih 'matang' ketimbang buku Kangen Indonesia: Indonesia di Mata Orang Jepang, buku Kato-san yang pertama. Selain karena isi yang menurut saya lebih menarik, pemakaian tulisan di dalam buku ini juga terasa lebih pas dan mengalir ketimbang buku sebelumnya yang nampaknya terlihat agak kaku serasa membaca buku yang ditujukan kepada khalayak non-Indonesia. Perkenalan Kato-san terhadap Islam sebenarnya bermula dengan sederhana. Sesederhana ia melihat anak-anak yang melakukan pawai sambil membawa obor ketika Ramadhan, merasa heran melihat kuatnya umat Islam menahan lapar dan dahaga ketika bulan Puasa, dan melihat secara takjub kekuatan yang dapat dilakukan oleh umat Muslim ketika pada tahun 1991, disaat Orde Baru masih berkuasa dengan kuatnya, mahasiswa Muslim melakukan demonstrasi menuju Gedung DPR dalam rangka menentang Sumbangan Dana Sosial Berhadiah (SDSB) yang mengandung unsur judi. Kato-san heran melihat apa sebenarnya yang menggerakkan umat Muslim untuk melakukan itu semua. Alasan itulah yang memulai penelitiannya tentang gerakan Islam dan demokrasi di Indonesia. Kalau dalam buku "Kangen Indonesia", yang diceritakan adalah hasil pengamatannya terhadap orang dan kebudayaan Indonesia secara umum, maka di buku ini, kita akan melihat hasil wawancara yang Kato-san lakukan kepada tokoh-tokoh Islam di Indonesia yang mewakili berbagai spektrum pemikiran. Fundamental, Moderat, dan Liberal. Tokoh-tokoh seperti Bismar Siregar (mantan hakim agung periode Soeharto), Gus Dur (mantan presiden, tokoh NU), Lily Munir (tokoh Muslim perempuan), Mohamad Sobary (budayawan), hingga Ulil Abshar Abdalla (JIL), Ismail Yusanto (HTI), Eka Jaya (FPI), Fadli Zon (politisi) dan Abu Bakar Ba'ashir (MMI) menceritakan pandangan dan gagasannya terkait Islam.
"Anehnya, saya merasakan kehangatan yang sama manakala bertemu dengan orang-orang Islam liberal atau pun orang-orang Islam fundamental. Saya pikir itu karena mereka memahami hakikat ajaran agama Islam."
Melalui buku ini saya belajar bahwa sebenarnya, terlepas dari perbedaan-perbedaan yang ada dalam pandangan para tokoh ini terkait Islam, mereka sebenarnya berkeinginan sama. Ingin membawa Islam kearah yang lebih baik lagi. Saran dari Kato-san, bahwa dialog antar spektrum pemikiran antar Islam dan juga dengan agama lainnya harus terus dijaga dan ditumbuhkan adalah saran yang tepat. Karena hanya dengan menjaga dialoglah, aliran pemikiran ini dapat dijembatani.
"Mendorong dialog dengan Muslim dan membuang prasangka buruk kepada sesama non-Muslim dan Muslim."
Semoga! View all my reviews
4 notes
·
View notes
Text
Resensi Buku: Indonesia Di Mata Orang Jepang - Hisanori Kato (2013)
Kangen Indonesia: Indonesia di Mata Orang Jepang by Hisanori Kato My rating: 3 of 5 stars Membahas mengenai perspektif dari pengalaman seorang akademisi berkebangsaan Jepang bernama Hisanori Kato selama tinggal di Indonesia, buku ini memberikan beberapa pandangan yang unik, tepat, dan sesekali lucu tentang Indonesia, masyarakat dan kebudayaannya. Contoh yang menurut saya paling lucu adalah ketika ia berkenalan dengan kata sakti "tidak apa-apa" dan "Insya Allah" . Kato-san melihat orang Indonesia terbiasa menyimpan segala kejengkelannya dan terkesan santai ketika menemukan hal-hal yang tidak diinginkan atau ketika menghadapi situasi yang menurut hemat Kato-san, sangat membutuhkan perhatian yang rinci. Misalnya, dalam perencanaan suatu acara kampusnya, Kato-san menekankan pentingnya perencanaan hingga ke titik yang detail, sementara rekannya yang orang Indonesia tidak begitu merasakan perlunya perencanaan yang sangat mendetail. "Tidak apa-apa, tidak sesuai jadwal juga tidak masalah." katanya. Atau, ketika dihadapkan dengan akses internet yang lambat, jadwal bus Transjakarta yang bermasalah, mengomentari teman yang telat dan tidak menepati janji, semuanya selesai dengan kata sakti "Ah, tidak apa-apa." Bagi Kato-san, hal tersebut sangat mengherankannya yang terbiasa dengan masyarakat Jepang yang sangat disiplin. Begitu juga ketika membuat janji. Orang Indonesia getol sekali menyebut "Insya Allah" sebagai balasan. "Insya Allah" memiliki arti "Dengan izin Allah." suatu bentuk penyerahan diri atas qadar atau ketetapan Tuhan. Kato-san yang seorang peneliti Islam tentu akhirnya mempelajari arti dan makna kata tersebut. Tetapi menjadi berbeda ketika orang Indonesia kemudian menafsirkan kata "Insya Allah" menjadi hampir sama dengan "bagaimana nanti."
"Suatu hari saya berjanji bertemu dengan seseorang, sampai waktunya janjiannya lewat, orang itu tidak muncul juga. Itu terjadi pada tahun 1991 ketika belum ada telepon seluler. Hari berikutnya, saya menelepon orang itu dari rumah, dia berkata "Karena hujan saya tidak pergi". Daripada marah, justru adanya pemikiran seperti itu menjadi perhatian saya."
Kato-san juga kerap kali menceritakan pengalaman yang tidak mengenakkan selama ia tinggal di Indonesia. Seperti dicopet dan dirampok di bus kota. Tetapi setelah ia melihat lebih lama, yang terjadi kemudian adalah pandangan takjub dari seorang Kato-san terhadap cara orang Indonesia berinteraksi dan melihat sesuatu. Tidak hanya seputar kata sakti, ia melihat bentuk interaksi lainnya dari orang Indonesia. Seperti rendah hati ketika dipuji, mudah memaafkan dan mudah melupakan. Ia melihat orang Indonesia lebih ramah dan bersifat kekeluargaan dibandingkan dengan masyarakat Jepang yang menurutnya semakin individualistis. Ini membuatnya merindukan Indonesia selepas kepulangannya ke Jepang tahun 2012. Ia merindukan makanannya, hiruk pikuk kota Jakarta, hingga tingkah laku dan keramahan orang-orangnya. Itulah alasan kenapa ia akhirnya menulis buku ini.
"Jadi, mungkin paling baik kalau ada orang yang bersikap seperti perpaduan antara orang Jepang dan orang Islam Indonesia. Orang yang seperti itu entah ada di mana? Insya Allah, saya bisa bertemu orang seperti itu."
View all my reviews
0 notes
Text
Resensi Buku: The Monk Who Sold His Ferrari (Robin Sharma, 2014)
The Monk Who Sold His Ferrari: Ambisi Duniawi, Makna Kehidupan, dan Kesempatan Kedua by Robin S. Sharma My rating: 5 of 5 stars Hilang arah dan tenggelam dalam rutinitas adalah mimpi buruk. Setelah membangun karir selama puluhan tahun, seorang pengacara kawakan bernama Julian Mantle nampaknya sudah berhasil mencapai kesuksesan. Bagaimana tidak? Ia memiliki semuanya. Karir cemerlang, prestise dan gelar pengacara papan atas sudah lama berada ditangannya. Belum lagi harta benda yang dimilikinya, mobil Ferarri merah yang mewah, rumah besar, liburan rutin dan rumah musim panas di pulau tropis. Julian membayar itu semua dengan kerja keras. Bahkan terlalu keras. Ia tampak tidak pernah puas dengan apa yang sudah ia dapatkan, dan ia membayar ketidakpuasannya itu dengan bekerja lebih keras lagi. Ia menjadi seseorang yang gila kerja. Seakan-akan hidupnya ia dedikasikan untuk pekerjaannya yang terus menyita waktunya hingga ia perlahan ikut larut, tenggelam didalamnya, tapi tidak dalam makna positif. Walaupun umurnya 53 tahun, tetapi ia terlihat sangat tua, seperti sudah berumur 70 tahun. Ia tidak lagi bisa menikmati apa yang ada ditangannya. Pekerjaannya kini hanya dianggap sebagai rutinitas dan kesibukan belaka yang ia kerjakan karena memang sudah sepantasnya begitu. Ini berdampak pada penurunan performanya dalam bekerja. Julian yang dulu sering menggelegar di persidangan, kini tampak seperti singa tua yang hanya bisa mengoceh. Puncaknya, pada suatu persidangan, ia jatuh. Julian Mantle, sang pengacara kawakan, terkena serangan jantung besar. Setelah itu, Julian menghilang dari peredaran. Ia mundur dari firma hukum tempat ia membangun karirnya dan pergi. Rekan-rekannya tidak mengetahui dengan pasti kemana ia pergi, hanya saja, tersiar kabar bahwa ia akan melakukan semacam ekspedisi ke India untuk belajar. Ia menjual semua harta bendanya untuk mencari kehidupan baru. Setelah itu, tidak ada yang tahu. Tiga tahun berselang, dan masih tidak ada kabar sama sekali dari sosok seorang Julian Mantle yang didapatkan oleh rekan-rekannya di Firma. Teman-temannya sudah yakin bahwa Julian tidak akan kembali lagi. Hingga suatu saat, di sebuah ruangan kantor firma yang sudah hendak tutup, Julian Mantle kembali dengan perawakan dan aura yang sangat berbeda dari tiga tahun lalu. Ia tampak segar, bersemangat, muda dan murah senyum. Di firma, ia bertemu dengan rekannya dulu, John. Dan bersamanya, ia mengobrolkan proses perubahannya dan juga maksud dari kepulangannya. Isi buku ini menceritakan obrolan antara Julian dengan rekannya, John, yang terkesima dengan perubahan yang sudah dialami oleh Julian. Selama tiga tahun, Julian pergi berkelana ke India untuk belajar arti hidup. Ia menemukan dan belajar bersama sekumpulan Kaum Bijak Sivana, dan darisanalah ia menemukan kesempatan kedua dalam menjalani hidup. Bersama mereka, ia belajar arti kebahagiaan dengan membangun hal-hal positif. Hal-hal positif ini dijabarkan dalam bentuk Tujuh Nilai Kebaikan Hidup, yaitu: 1. Kuasai Benak 2. Ikuti Tujuan 3. Praktikkan Kaizen (perbaikan menuju arah yang lebih baik secara terus menerus) 4. Hidup Disiplin 5. Hargai Waktu 6. Layani Orang Lain Tanpa Pamrih 7. Rangkul Masa Kini. Masing-masing dari nilai kebajikan ini memiliki arti dan metode praktis yang dapat digunakan untuk mengasah kemampuan kita. Sepuluh ritual yang dapat kita lakukan dibawah ini menjadi cara untuk mencapai nilai-nilai kebajikan tersebut. Sepuluh Ritual Hidup Bercahaya: 1. Ritual Kesendirian - Ambil waktu untuk rileks sejenak demi ketenangan. Idealnya, cobalah untuk tetap terhubung dengan alam setiap hari. Tetapi ritual kesendirian ini bisa dilakukan di mana saja. Kita bisa membangun tempat teduh yang tenang versi kita sendiri di kamar atau di tempat kerja. 2. Ritual Fisik - Luangkan waktu untuk berolahraga. Investasikan minimal lima jam dalam seminggu (168 jam) untuk beraktivitas fisik. Gerakkan tubuh, hirup udara segar dan bernapas dengan baik. 3. Ritual Makanan Bergizi - Kaum Bijak Sivana rutin memakan makanan hidup -- makanan yang bukan berasal dari makhluk yang sudah mati. Sayuran segar, buah-buahan dan biji-bijian adalah contohnya -- yang menjadi rahasia mereka tetap sehat dan terlihat muda. Jika bisa, diet vegetarian patut dicoba. Jika merasa belum mampu, kurangi makanan olahan & daging merah. 4. Ritual Pengetahuan Melimpah - "Ritual ini berpusat kepada konsep belajar seumur hidup dan mengembangkan basis pengetahuan untuk kebaikan kita dan orang-orang di sekitar kita." Pengetahuan yang kita dapat harus kita terapkan. Teruslah belajar, banyak membaca, kaji ilmu dengan cermat. 5. Ritual Refleksi Pribadi - Kenali diri sendiri, kontemplasi, berpikirlah untuk berkembang. Ambil waktu untuk menuliskan kegiatan, interaksi, dan pemikiran kita setiap hari dan cobalah untuk menilai itu. Apabila positif, lanjutkan dan kerahkan energi kita untuk itu. Tetapi apabila negatif, singkirkan. Biasakan untuk introspeksi setiap hari. 6. Ritual Bangun Lebih Awal - Bangun pagi bersama matahari dan mengawali hari dengan baik. Pola pikir yang digunakan adalah lebih baik tidur berkualitas dibandingkan dengan mengedepankan kuantitas waktu tidur. Mungkin pada awal-awal pertama mencoba akan terasa sulit. Tetapi patut dicoba. "Rasa sakit kerap mendahului perkembangan pribadi." 7. Ritual Musik - Musik bisa memotivasi dan membangun dorongan. 8. Ritual Kata Terucap - Mengulang kata-kata positif (mantra). Kita bisa menuls pesan-pesan positif, tetapi untuk efek yang lebih menakjubkan, coba untuk mengucapkannya. Contoh: Jika ingin memotivasi diri, ucapkan "Aku bersemangat, disiplin dan berenergi." selama berulang-ulang. Untuk mempertahankan keyakinan diri, ucapkan "Aku kuat, mampu, dan tenang." 9. Ritual Karakter Selaras - Bangun karaktermu dengan nilai-nilai kebajikan. 10. Ritual Kesederhanaan - Menjalani hidup dengan sederhana. Jangan ekstrem & berlebih-lebihan. Kejar impan dan pencapaian, tetapi "jangan menggantungkan kebahagiaanmu pada seember emas di ujung pelangi." Beberapa saran dan kutipan menarik dari buku ini: 1. "Dia yang melayani lebih banyak akan menuai lebih banyak, baik secara emosional, fisik, mental, maupun spiritual. Ini cara meraih kedamaian batin dan kepuasan lahir." 2. "Perjalanan ini untuk dinikmati. Jalannya senikmat tempat tujuannya." 3. "Kasih sayang dan tindakan kebaikan sehari-hari membuat hidup lebih kaya." 4. "Kualitas kehidupanmu diukr dari kualitas kontribusimu." 5. "Aku suka tidur siang sebentar." 6. "Jangan sampai memandang hidup terlalu serius sehingga lupa menertawakan diri sendiri." 7. "Menjalani kehidupan yang kaya dengan pencapaian dan kontribusi tidak harus mengorbankan kedamaian pikiran." 8. "Rencanakan waktu seminggu ke depan dan aturlah waktu dengan kreatif. Milikilah disiplin untuk fokus pada prioritas." 9. "Menggunakan waktu dengan bijak sejak dini akan diganjar dengan kehidupan yang kaya, produktif, dan memaskan." 10. "Mulailah dengan hal-hal kecil." 11. "Karakter lebih tinggi daripada kecerdasan. Jiwa yang hebat akan kuat dalam hidup sebagaimana dalam berpikir." 12. "Ritual Kesederhanaan: Jangan pernah mempersulit yang sudah mudah. Fokuslah hanya pada prioritas, kegiatan yang benar-benar bermakna. Hidupmu akan rapi, bermanfaat, dan sangat damai. Aku jamin." 13. "Prinsip leluhur Kaum Bijak Himalaya: Kerja keras, kasih sayang, kerendahan hati, kesabaran, kejujuran, dan keberanian." 14. "Siapa menanam pikiran, dia menuai tindakan. Siapa menuai tindakan, dia menanam kebiasaan. Siapa menanam kebasaan, dia menuai karakter. Siapa menuai karakter, dia menanam takdir." 15. "Pikirkan hal-hal positif. Berdoalah untuk mengucapkan rasa syukur atas semua yang kau milik. Buatlah daftar terima kasih. Dengarkan musik bagus. Lihat matahari terbit, atau bahkan berjalan-jalan dengan singkat di alam sekitar kalau mau." 16. "Sepuluh menit sebelum tidur sangat memengaruhi pikiran bawah sadar." 17. "Jangan ekstrem, jangan berlebih-lebihan." 18. "Biasakan membaca. Membaca selama tiga puluh menit setiap hari akan membuatmu takjub." 19. "Setidaknya lima jam dalam seminggu itu dinvestasikan dalam bentuk aktivitas fisik." 20. "Buatlah daftar kelemahanmu. Sempatkan merefleksikan apa yang selama ini menghambatmu meraih apa yang kau inginkan dan kau tahu dapat kau miliki." 21. "Rasa takut tidak lain hanyalah monster mental yang kau ciptakan, aliran kesadaran negatif." 22. "Rebut kembali kegembiraan bangun setiap pagi, penuh dengan energi dan kegembiraan. Tiupkan gairah ke semua hal yang kau kerjakan. Kau akan segera meraih ganjaran material yang besar, begitu pula ganjaran spiritual." 23. "Pandanglah diri sebagaimana sosok yang kau inginkan." 24. "Kebahagiaan adalah perjalanan, bukan tujuan." 25. "Perubahan dan perbaikan kecil secara bertahap, seperti yang telah kukemukakan, akan menciptakan kebiasaan positif. Kebiasaan positif akan menciptakan hasil. Dan hasil akan membangkitkan semangat menuju apa yang benar-benar kita cintai." Sebagai penutup untuk resensi buku ini, ada satu kutipan yang sangat pas menurut saya.
"Intinya adalah, pastikan kau gembira saat menyusuri jalan cita-cita dan tujuanmu. Jangan pernah lupakan pentingnya menjalani kehidupan dengan keriangan yang tak terkekang. Jangan pernah lupa melihat keindahan seluruh bentuk kehidupan. Hari ini dan saat ini di antara aku dan kau adalah berkah. Tetaplah bersemangat, bergembira, dan penuh rasa ingin tahu. Tetaplah fokus pada panggilan hidupmu dan pada melayani orang lain tanpa pamrih. Alam semesta akan mengambil alih yang lainnya. Inilah salah satu hukum alam yang paling benar."
View all my reviews
2 notes
·
View notes
Video
youtube
Karena channel Waku-Waku Japan sekarang jadi channel favoritnya si Mamah buat nonton dorama Jepang dan acara jalan-jalan, tivi jadinya sering stay di channel itu walaupun gak ditonton juga.
Nah waktu siang-siang, sekitar jam 2an lah, saya yang lagi main laptop sayup-sayup denger suara yang kok kayaknya gak asing. Pas liat di tv, ternyata ending One Piece ini.
Jadi dulu nampaknya saya sering denger lagu ending ini di tv. Global TV dulu sempet nayangin One Piece sampai tahun 2011 kalo gak salah.
Tapi saya lupa ini saya dengerinnya tahun berapa ya, apa pas zaman SD, tapi zaman SD Global TV belum ada. Sementara kalo kata Wikipedia, One Piece di Indonesia ditayangkan di RCTI & Global TV aja.
Tapi kok nampaknya dulu pernah tayang di TV7? Atau saya dengernya zaman SMP/SMA?
Entahlah, tapi yang jelas, lagu+animasi ending scenenya punya nuansa nostalgi.
Lagunya enak btw.
1 note
·
View note
Video
youtube
Here, if you prefer the acoustic one. It is equally amazing, though. The sounds and the voices are just.....fresh and fantastic.
0 notes
Video
youtube
Shinrin yoku, or simply said, forest bathing.
I think i need to connect more with nature.
0 notes
Photo
‘Kaizen’ is the method of continuous improvement Toyota uses in its manufacturing plants where any worker can stop the production line at any time to suggest improvements or correct errors. People often mistake 'kaizen’ to be some ancient Japanese philosophy, but it’s really just a Japanese word meaning 'improvement’ that was nothing special until Toyota adopted it as a method. Source Source 2 Source 3
3K notes
·
View notes
Text
Resensi Buku: Don’t Follow Your Passion (Cal Newport, 2016)
Don't Follow Your Passion by Cal Newport My rating: 5 of 5 stars Salah satu buku nonfiksi terbaik yang saya baca tahun ini. Alasannya? Teruslah membaca. Pada awalnya saya menemukan buku ini, saya langsung berpikir "ah jangan-jangan judulnya mengecoh nih, siapa tahu ujung-ujungnya kita disuruh mengikuti passion juga.". Kemudian saya membaca bagian belakangnya, dan setelah penasaran dengan yang katanya "dapat mematahkan keyakinan umum dan menjungkirbalikkan teori yang ada.", akhirnya saya tergerak untuk membeli buku ini. Sebelumnya izinkan saya bercerita sedikit. Akhir-akhir ini saya sering dibingungkan oleh pilihan karier dan pekerjaan. Dua kali saya memiliki pekerjaan (pertama di industri penerbitan & kedua di bidang startup TI) dan dua kali pula saya keluar dari pekerjaan tersebut. Ilusi dan pemikiran bahwa "inilah pekerjaan yang selama ini saya inginkan dan sesuai passion." toh ternyata tidak bertahan begitu lama dan kembalilah saya kepada rutinitas dan andai-andai. Sebagai seorang lulusan ilmu sosial & politik, tepatnya di jurusan hubungan internasional (HI), saya kerapkali berpikir dan bertanya-tanya, "apakah seharusnya saya mencari pekerjaan yang memang bidangnya?" Sementara diluar sana, pekerjaan yang secara spesifik mencantumkan "membutuhkan lulusan HI" pun sangatlah jarang. Saya menyukai buku dan sangat tertarik dengan dunia startup, karena itulah saya sempat memilih bekerja di industri penerbitan & startup. Tetapi ternyata di kedua tempat tersebut saya juga merasa tidak puas. Bimbang adalah yang kemudian terjadi. Saya merasa tidak puas dengan tempat bekerja saya, tetapi untuk mencari yang spesifik pun, langka. Saya merasa bahwa diluar sana ada pekerjaan tepat untuk saya yang sesuai dengan passion. Saya juga sangat menyukai perbincangan politik dan dinamika internasional. Mungkin kali ini passion saya adalah kembali kepada dunia HI? Saya masih tetap bertanya sampai saya menemukan buku ini di sebuah rak yang tidak teratur di dalam tenda penjualan buku kantor distribusi Mizan di Cinambo, Bandung. Passion hanyalah sebuah hipotesis. Buku ini dimulai dengan pernyataan yang mungkin cukup kontroversial: "'Ikutilah passion anda' merupakan saran yang berbahaya.". Buku ini kemudian menceritakan kisah seseorang bernama Thomas yang -- seperti kita -- memiliki pandangan awal tentang passion yang akan membahagiakannya. Thomas adalah seorang sarjana filsafat & teologi. Ia memiliki keyakinan bahwa mempraktikkan ajaran Zen Buddha adalah passionnya, bahwa hidup seperti biksu adalah passion yang akan memberikan kepadanya makna hidup dan ketenangan bagi pencarian profesinya. Selepas kuliah, ia tidak serta merta langsung menjadi biksu. Karena membutuhkan uang, ia melakoni bermacam-macam pekerjaan, dari menjadi pengajar bahasa Inggris di Korea sampai menjadi petugas entri data di London. Selama ia bekerja, ia terus memupuk keyakinan dan keinginan terpendamnya untuk menjadi biksu dan mempraktikkan passion-nya. Ia terus merasa gelisah dan khawatir dengan pekerjaan-pekerjaannya, sampai suatu ketika, ia menemukan salah satu biara yang menurutnya dapat menjadi tempat ia menyalurkan passion dan ketertarikannya akan Zen. Ia melakukan proses pendaftaran, keluar dari pekerjaannya, dan mulai menjalani hari-hari sebagai praktisi Zen, seorang biksu. Jalan menjadi seorang biksu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Banyak tantangan yang harus dihadapi sebelum ia resmi menjadi seorang biksu Zen. Singkat kata, setelah melalui tahapan demi tahapan, ia pun resmi menjadi seorang biksu, ia telah menjadi seorang sosok yang ia impikan. Ia telah menghidupi passion-nya! Benarkah begitu? Ternyata tidak. Suatu hari, ia sadar bahwa dengan menjadi seorang biksu, ia tetap tidak dapat mencapai kepuasan, kedamaian dan kebahagiaan seperti yang ia bayangkan sebelumnya. Ia tetap menjadi orang yang khawatir dan gelisah. Sampai kepada suatu sore di hari minggu, di antara hutan-hutan ek yang mengelilingi biara, ia menangis. Ia tetap orang yang sama.
"Seperti kebanyakan orang, dia yakin bahwa kunci kebahagiaan kita adalah mengenali panggilan hidup dan mengejarnya dengan segenap keberanian yang kita miliki. Namun, keyakinan ini sangat naif. Terpenuhinya mimpi menjadi praktisi tetap Zen tidak serta merta membuat hidup Thomas indah."
Inilah apa yang dinamakan dengan jebakan pola pikir passion. Passion adalah sebuah hipotesis yang dengannya, orang menganggap bahwa ia pasti akan mencapai kebahagiaan dan kepuasan. Kenyataannya tidak senaif itu. Ada tiga kesimpulan mengenai passion. Kesimpulan pertama, passion dalam berkarier adalah hal yang langka. Tahun 2002, seorang psikolog Kanada bernama Robert J. Vallerand melakukan penelitian dengan memberikan kuesioner kepada 539 mahasiswa di Kanada. Kuesioner tersebut menanyakan apakah mereka memiliki passion dan jika iya, apa sajakah itu? Hasil yang didapat cukup besar. 84% dari mereka menyatakan mereka memiliki passion. Tetapi ketika menjawab pertanyaan apa saja passion mereka, kebanyakan menjawab hal-hal yang agak sulit untuk dijadikan pekerjaan. Hal-hal seperti menari, bermain hoki, bermain ski, membaca dan berenang menempati posisi teratas dari penelitian tersebut. Kurang dari 4% passion yang teridentifikasi tersebut memiliki kaitan dengan pekerjaan atau pendidikan. 96% sisanya menggambarkan passion-nya sebagai minat, hobi, olahraga dan seni. Kesimpulan kedua, passion membutuhkan waktu untuk tumbuh. Kesimpulan ini juga didukung oleh penelitian. Adalah Amy Wrzesniewski, seorang profesor perilaku organisasi di Universitas Yale. Ia melakukan penelitian tentang perbedaan pekerjaan, karier dan panggilan hidup.
"Dalam rumusan Wrzesniewski, pekerjaan adalah jalan untuk membayar tagihan; karier merupakan jalan untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik; dan panggilan hidup merupakan pekerjaan yang berperan penting dalam hidup kita sekaligus bagian vital bagi identitas diri kita."
Ia menyurvei para pekerja dari berbagai bidang pekerjaan, dari mulai dokter, pemrogram komputer, hingga pegawai administrasi, dengan menganalisis mereka yang memiliki jabatan dan tanggung jawab yang sama. Hasilnya cukup mengejutkan. Ketika ia menyurvei para asisten administrasi kampus, mereka membedakannya sebagai pekerjaan, karier, atau panggilan hidup.
"Dengan kata lain, sepertinya tipe pekerjaan itu sendiri tidak terlalu menentukan seberapa besar orang menyukainya."
Wrzesniewski tidak berhenti sampai di situ. Ia juga menyurvei para asisten itu untuk mengetahui perbedaan dibalik pandangan mereka terkait dengan profesi yang mereka miliki. Hasilnya, faktor penentu terkuat dari mereka yang memandang pekerjaannya sebagai asisten administrasi kampus sebagai panggilan hidup adalah dari masa kerja yang sudah mereka jalani dalam bidang tersebut. Mereka yang sudah menjalani masa kerja yang cukup lama akan merasa diri mereka berpengalaman dan menguasai bidang tersebut. Akhirnya, ia merasa bahagia, bersemangat, dan mencintai pekerjaannya. Ini juga merupakan hasil dari penelitian Wrzesniewski. Kesimpulan ketiga, passion merupakan efek samping dari penguasaan keahlian. Ada lagi penelitian dan topik yang mengkonfirmasi hasil penelitian Wezesniewski. Daniel H. Pink, penulis buku berjudul Drive: The Surprising Truth About What Motivates Us, pernah menjadi pembicara dalam sesi acara TED Talk dengan topik On the Surprising Science of Motivation. Daniel yang telah bertahun-tahun mempelajari ilmu motivasi manusia ini menjelaskan bahwa menurut Teori Penentuan Nasib Sendiri atau Self Determination Theory (SDT), terdapat tiga hal dasar yang menentukan motivasi kita:
1. Otonomi: Perasaan bahwa kita memegang kendali atas keseharian kita, dan bahwa tindakan-tindakan kita bernilai penting. 2. Kompetensi: Perasaan bahwa kita mahir dalam bekerja. 3. Keterkaitan: Perasaan adanya keterikatan dengan orang lain.
Semakin lama seseorang menekuni suatu bidang, semakin ia dapat membangun kompetensi dan otonomi. Ini mengkonfirmasi temuan dari Wrzesniewski. Ketika pola pikir passion berpotensi membuat kita bimbang dan salah arah, apa yang sebaiknya kita cari? Pola pikir perajin jawabannya. Apa itu pola pikir perajin? Pola pikir perajin adalah pola pikir yang mengutamakan nilai-nilai yang dapat kita berikan kepada dunia. Kepada sesuatu di luar diri kita. Ini berbanding terbalik dengan pola pikir passion yang memfokuskan kepada apa yang dapat dunia ini berikan untuk kita. Pola pikir passion ini lah yang dapat membuat kita merasa cepat tidak puas. Karena kita akan dibuat untuk selalu merasa bahwa diluar sana, ada pekerjaan impian yang pasti cocok untuk kita. Buku ini mengumpulkan pelajaran-pelajaran dari kisah-kisah orang-orang yang mengutamakan pola pikir perajin. Mereka yang hidup bukan dengan mengikuti passion, tetapi kisah orang-orang yang mementingkan kemampuan, menguasai bidang yang ia geluti, dan biarkan apa yang dinamakan dengan passion untuk mengikuti kita seiring dengan kemampuan kita yang semakin meningkat. Ini dinamakan dengan modal karier. Modal karier ini bisa kita dapatkan dimana saja. Bisa dari pendidikan yang kita tekuni, atau juga keahlian yang kita bisa. Jangan anggap remeh modal karier kita, karena ini dapat menjadi jalan menuju pekerjaan yang hebat, yang dapat memberikan kepada kita kreativitas, dampak, dan juga kontrol lebih atas pekerjaan kita. Buku ini menceritakan kisah-kisah nyata dari orang-orang yang membangun karier dan panggilan hidupnya dengan baik dan cermat, tidak hanya sekedar mengutamakan panggilan passion semata. Masih banyak yang dibahas oleh Cal Newport dalam buku ini. Kisah-kisah mereka yang sukses mengasah kemampuan, hingga mereka yang akhirnya menemukan misi dari profesi dan bidang yang mereka geluti. Misi ini bukan passion yang sifatnya naif. Tetapi lebih dari itu, misi ini adalah sesuatu yang ditemukan setelah kita berhasil menggeluti suatu bidang dan kemampuan dalam jangka waktu yang cukup lama. Misi inilah yang kemudian meningkatkan modal karier kita dan memberikan kepada kita karier yang unik. Dalam kata lain, misi tidaklah instan. Mereka yang dikisahkan dalam buku ini juga manusia biasa yang pernah mengambil langkah yang salah, berpindah-pindah pekerjaan, tidak tahu arah tujuan, sampai akhirnya mereka menemukan titik utama dari kemampuan mereka, berfokus pada mengembangkan itu, sampai akhirnya menemukan misi dari karier mereka. Kembali ke refleksi diri pribadi, kini saya merasa lebih tenang dan lebih yakin dalam memilih jalur karier. Pertama, saya dapat menentukan modal karier yang saya miliki. Saya mempelajari ilmu sospol, itu modal karier yang saya miliki. Saya menggeluti bidang sosial media & marketing selama satu tahun lebih di dalam dunia penerbitan & startup, itu juga modal karier. Yang perlu saya lakukan adalah mengasah kemampuan saya dimanapun nanti saya memilih untuk berkarier, yang tentunya sesuai dengan tunjangan modal karier yang sudah saya punya. Kalau saya boleh merekomendasikan satu buku motivasi dan pegangan karier yang komplit dan dapat dipraktekkan secara langsung, maka tanpa ragu, buku inilah yang akan saya rekomendasikan. Sedikit penutup dari buku ini,
"Bekerja dengan tepat lebih baik daripada menemukan pekerjaan yang tepat."
Bagi yang sudah bekerja, selamat dan semangat mengasah kemampuan! Bagi yang belum, selamat mencari karier dan profesi yang baik! View all my reviews
7 notes
·
View notes
Video
youtube
I know I'm a lucky girl I'm a lucky lucky girl I'm a lucky girl I'm a lucky lucky girl I'm a lucky girl I'm a lucky lucky girl Girl Girl Girl Girl Girl Girl Girl
0 notes
Text
Time Train Session - 80s Tokyo!
Seperti yang sudah seantero umat manusia ketahui, bahwasanya YouTube adalah --mungkin-- temuan terpenting dan berharga yang pernah diciptakan oleh manusia pada Zaman Informasi ini. Apa pasal? YouTube memberikan akses besar kepada manusia dimanapun ia berada untuk menikmati sajian-sajian video dan suara berkualitas (maupun tidak) yang dibuat dan diunggah oleh banyak warganet global. Tak terhitung sudah berapa video yang diunggah bahkan pada saat ini, ketika tulisan ini sedang saya ketik! Saya senang mengibaratkan YouTube sebagai sebuah kota dengan jaringan yang begitu besar, dengan kereta-kereta sebagai sarana transportasi super canggih yang dapat membawa kita kemanapun kita mau, sesuai dengan kebutuhan kita. Entah itu mencari resep untuk inspirasi makanan terbaru, mengunjungi Presiden di kanal vlognya, menumpang melihat seseorang memainkan game favorit, atau sekedar tidur-tiduran di padang rumput indah, atau pantai yang tenang, you name it. Anak-anak sekarang senang menyebutnya sebagai aktivitas yang c h i l l.
Saya sebagai anak-anak sekarang juga ingin dong, bersantai. Nah, keinginan terpendam untuk relaks sejenak inilah yang ternyata membawa saya menuju Tokyo pada tahun 1980an. Zaman-zamannya Jepang mengalami economic bubble dan kemakmuran melanda. Rakyatnya haus akan hiburan, (Blog ini menggambarkan dengan begitu menarik situasi saat itu) dan salah satu hiburan yang marak adalah musik!
Saya mengumpulkan lima lagu Jepang 80an paling enak versi saya. Penemuan saya terhadap lagu-lagu Jepang ini dimulai pada awal tahun 2017. Saya tidak begitu ingat kenapa tiba-tiba YouTube merekomendasikan lagu-lagu Jepang era 80an, mungkin karena pada waktu itu saya gandrung sekali mendengarkan musik-meme vaporwave yang muncul berseliweran di belantara YouTube (ini yang paling dikenal), dan akhirnya membuat algoritma YouTube merekomendasikan serangkaian lagu-lagu ini. Ini masih salah satu asumsi sih, karena ternyata banyak juga yang dikejutkan dan dibuat bingung oleh algoritma YouTube ini. Terbukti dari banyaknya komentar kebingungan terkait ini.
Saya bukan komentator musik profesional sih....but well, here we go!
1. Mariya Takeuchi ( 竹内 まりや ) - Plastic Love
youtube
Harus saya akui, selain karena selalu muncul di rekomendasi YouTube, daya tarik awal membuka video ini adalah karena thumbnail nya (I mean...WHO can truly resist that beautiful face?).
Mariya Takeuchi lahir di Kota Taisha, Shimane (Sekarang dikenal dengan nama Izumo) pada 20 Maret 1955 (Hanya beda 10 hari dengan Ibu!). Aktif bermusik sejak 1978 dan sudah mengeluarkan 12 album, 42 singles, dan beberapa kompilasi musik.
Plastic Love sendiri masuk sebagai salah satu lagu di album Variety (1984) dan tersedia dengan edisi remix dan extended edition.
2. Takako Mamiya (間宮貴子) - Mayonaka No Joke
youtube
Inilah lagu yang mengawali semua penemuan lagu Jepang 80an ini.
Sebagai lagu ketiga di dalam album Love Trip oleh Takako Mamiya yang dikeluarkan pada 1982, lagu ini menjadi pembuka perjalanan menarik saya menjelajahi Jepang di era 80an. Dengan gaya funk/soul, dibumbui dengan alunan irama yang mendayu-dayu, membuat lagu ini sangat cocok didengarkan dalam suasana santai. Keseluruhan album Love Trip menurut saya juga patut didengarkan!
Sayangnya, keterangan mengenai sang penyanyi, Takako Mamiya, dalam bahasa Inggris agak sulit ditemukan.
3. Miki Matsubara (松原 みき) - Stay With Me
youtube
Ini termasuk yang paling baru yang saya temukan, sekitar beberapa hari lalu. Ternyata walaupun baru sebentar, lagunya yang cukup catchy sudah berhasil menarik telinga.
Dinyanyikan oleh Miki Matsubara, penyanyi kelahiran Nishi-Ku, Sakai tahun 1959, Miki sudah menghasilkan 16 singles dan 9 album, juga beberapa kali mengisi lagu latar untuk anime seperti Gundam & Neighborhood Story. Stay With Me menjadi lagu pertama di album pertamanya, Pocket Park yang dirilis tahun 1980.
Sayang, karir musik Miki Matsubara berhenti pada tahun 2004. Miki Matsubara wafat pada umur 44 tahun karena sakit, meninggalkan karya-karya yang senantiasa dapat terus kita dengarkan. Rest in Peace.
4. Taeko Ohnuki (大貫妙子) - 4.00 AM
youtube
Tara Basro?
My personal favorite! Dibuka dengan memberikan nuansa misterius, lalu berlanjut dalam pengaruh bass, suara kor, yang ditutup paduan suara gitar, bass dan drum diakhir lagu membentuk susunan satu padu, suatu karya musik paripurna.
Terdapat dalam album Mignonne (1978), album ini menjadi album ketiga yang dikeluarkan oleh Taeko Ohnuki, penyanyi kelahiran Suginami, Tokyo tahun 1953. Total album yang dikeluarkannya mencapai angka 25 album, dengan yang terbaru pada tahun 2010 silam.
5. Yasuha (泰葉) - Friday Chinatown
youtube
Penemuan ini juga sebenarnya tidak disengaja, berawal dari video editan yang diunggah oleh The Boin berjudul “Aests - FIGHT!” yang muncul tiba-tiba di bagian rekomendasi YouTube.
Intronya asik! Daya tarik terkuat di lagu ini. Dinyanyikan oleh Yasuha Ebina, penyanyi kelahiran tahun 1961 dan berasal dari Taito, Tokyo ini juga menghasilkan 8 album sejak tahun 1981. Lagu Friday Chinatown ini menjadi single pertamanya yang dikeluarkan pada 21 September 1981.
Sampai sekarang masih bingung judul aslinya apakah fly day atau friday.
Yak, itulah dia lima lagu Jepang 80an yang paling sering saya dengarkan sekarang-sekarang ini. Siapa tahu kalian yang membaca punya rekomendasi sendiri, sila berkomentar ya. Sampai bertemu di Time Train Session lainnya!
1 note
·
View note
Photo
Suara Rakyat - 2 Mantan /man-tan/ bekas pemangku jabatan (kedudukan) Kata "mantan" di grafiti ini bisa merujuk ke banyak hal, kalau kita melihat definisi dari KBBI Bisa kritik sosial dari rakyat sekitar, misal menyapa bekas pejabat yang tak kunjung memberikan perubahan, atau bekas mahasiswa yang langsung pergi saja selepas lulus dari tempatnya Bisa juga (dan ini yang paling mungkin) merujuk kepada bekas kekasih, atau seseorang yang dirindukan si penulis grafiti. Tapi karena segan akhirnya si penulis memilih menyuarakan suaranya di tembok bata di salah satu jalan raya di wilayah Jatinangor, tepatnya di jalan dengan nama julukan yang mungkin juga ingin ia panggil kembali si bekas kekasihnya itu dengan julukan yang sama: Sayang Omong-omong soal mantan, kenapa ya kesannya sosok mantan ini menjadi sosok yang harus dijauhi, gitu. Kok jadi merasa musuh publik? Dijauh-jauhi tapi toh penasaran dan dijadikan bully-bullyan juga oleh kebanyakan warganet. Ha! Saking kuatnya citra mantan yang seperti itu, perusahaan korporat sekaliber Coca-Cola saja membuat gimmick salah satu lini produknya dengan menyebut kata-kata "mantan" Populer sekali ya kata "mantan" dalam masyarakat. Nampaknya semua orang, semua kalangan, selalu punya sosok mantan untuk dirindukan. Entah berupa sosok seorang gadis, anak basket sekolah, mahasiswa/mahasiswi kutu buku di pojok kelas, hingga mantan tapol, mantan jenderal, dan pemegang kekuasaan..seperti yah, contohnya, Almarhum Bapak Presiden "Penak Jamanku To?" Kita akan selalu keranjingan mengenang dan menggali memori. Mungkin itulah kenapa mantan selalu populer, mungkin.
0 notes