#Evaluasi Kegiatan
Explore tagged Tumblr posts
Text
Rakercab Kwarcab 0705 Seluma 2024: Merumuskan Program Pramuka Selaras dengan Pembangunan Daerah
Rakercab Kwarcab 0705 Seluma 2024: Merumuskan Program Pramuka Selaras dengan Pembangunan Daerah KANTOR-BERITA.COM, SELUMA|| Pada hari Selasa, 22 Oktober 2024, Kwarcab 0705 Seluma menggelar Rapat Kerja Cabang (Rakercab) yang berlangsung di Aula BKD Seluma. Acara ini dibuka secara resmi oleh Riduan Sabrin, ST, yang menjabat sebagai Asisten Administrasi dan Umum Setda Kabupaten Seluma sekaligus…
#Evaluasi Kegiatan#Pembinaan Generasi Muda#Pramuka Seluma#Program Kwarcab#Rakercab#Sinkronisasi Program#Kwarcab 0705 Seluma
0 notes
Text
Tersedia Paket Lengkap, CALL 0817-6739-069, DOKUMEN LINGKUNGAN PERUMAHAN Klik https://wa.me/628176739069, Dokumen Rincian Teknis Penyimpanan Limbah Non B3
Semenjak diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, maka untuk penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan yang melakukan kegiatan pembuangan dan/atau pemanfaatan Air Limbah wajib mengajukan perubahan Persetujuan Lingkungan dalam hal: A. Perizinan pembuangan dan/atau pemanfaatan air limbah belum mencakup standar teknis pemenuhan baku mutu air limbah; atau B. Terdapat perubahan usaha dan/atau kegiatan, perubahan Persetujuan Lingkungan harus dilengkapi dengan Persetujuan Teknis dan/atau SLO. Melalui PT. Enviromedia Unggul Sejahtera, kami dapat membantu badan usaha dan / atau kegiatan dalam hal melayani Konsultasi & Pendampingan Izin Lingkungan (AMDAL, UKL-UPL, dan SPPL), PROPER, izin IPAL dan TPS Limbah B3.
PT. ENVIROMEDIA UNGGUL SEJAHTERA, beralamat di: GELORA SPACE, JALAN BRAGA NOMOR 109, Desa/Kelurahan Braga, Kec. Sumur Bandung, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, Kode Pos: 40111 Website: http://www.enviromedia.co.id IG: enviromedia.id Fast Respon: Hubungi: 0817-6739-069 atau Klik https://wa.me/628176739069 #Limbahindustripabrik, #Pengolahanlimbahcairindustri, #Pengolahanairlimbahbanjarmasin, #Limbahcairrumahsakit, #Pengolahanlimbahcair, #Persetujuanteknis2022, #Limbahcairpindang, #Limbahindustrimigas, #Dokumenpertek, #Limbahcair Persetujuan Teknis Lingkungan, Persetujuan Teknis Ipal, Contoh Persetujuan Teknis Ipal, Pertek Emisi Udara, Persetujuan Teknis Lingkungan, Persetujuan Teknis Lingkungan, Contoh Dokumen Persetujuan Teknis, Contoh Persetujuan Teknis Ipal, Rincian Teknis Adalah, Contoh Pertek Air Limbah, Persetujuan Teknis Meliputi Emisi Air Limbah B3 Kecuali Tps Dan Andal Lalin Kawasan Industri Segajung, Dokumen Amdal Bagi Kegiatan Pembangunan Puri Industrial Park 2000, Contoh Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup Pdf Kawasan Industri Kendal, Air Limbah Industri Sebanyak 650 Cm3 Mengalir Melalui Pipa Berdiameter 8 Mm Selama 1 Menit Kawasan Industri Pertiwi Lestari, Dokumen Lingkungan Yang Perlu Dilengkapi Dalam Pengajuan Izin Usaha Kawasan Industri Taifa.
#Limbahindustripabrik#Pengolahanlimbahcairindustri#Pengolahanairlimbahbanjarmasin#Limbahcairrumahsakit#Pengolahanlimbahcair#Persetujuanteknis2022#Limbahcairpindang#Limbahindustrimigas#Dokumenpertek#Limbahcair#Persetujuan Teknis Lingkungan#Persetujuan Teknis Ipal#Contoh Persetujuan Teknis Ipal#Pertek Emisi Udara#Contoh Dokumen Persetujuan Teknis#Rincian Teknis Adalah#Contoh Pertek Air Limbah#Persetujuan Teknis Meliputi Emisi Air Limbah B3 Kecuali Tps Dan Andal Lalin Kawasan Industri Segajung#Dokumen Amdal Bagi Kegiatan Pembangunan Puri Industrial Park 2000#Contoh Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup Pdf Kawasan Industri Kendal#Air Limbah Industri Sebanyak 650 Cm3 Mengalir Melalui Pipa Berdiameter 8 Mm Selama 1 Menit Kawasan Industri Pertiwi Lestari#Dokumen Lingkungan Yang Perlu Dilengkapi Dalam Pengajuan Izin Usaha Kawasan Industri Taifa.
0 notes
Text
"Like the sun at dawn
As if darkness
had been replaced by light
Its broke, to grow
Lost, then change."
- Rahl, 22125
Aku masih mendengar detak jantungku sendiri. Setiap langkah dan perjalanan, ialah alasan untukku bertahan dari kegilaan.
***
[ Bu Ita : Rue, apa temenmu memang seperti ini ya, tidak minat kah untuk magang?? ]
Sebuah notifikasi pesan muncul di layar hp Rue, gadis itu sejak tadi ingin beranjak dari tempat tidurnya tapi terpaksa harus duduk kembali. Ia meletakkan gawainya di atas kasur dan mengambil segelas air minum dari meja di sisi kanannya. Rue mengatur napas, ia terpaku sekejap pada isi pesan yang baru masuk itu.
[ Mohon maaf sekali ibu atas kesalahan teman tim saya, kami akan lakukan evaluasi bersama agar mencegah kejadian ini berulang ]. Rue memberi emoticon mengatup kedua tangan di akhir pesan teksnya.
Rupanya setelah beberapa menit, pesan itu hanya dilihat saja oleh Bu Ita---Penanggung Jawab anak magang di kantor Rue sekaligus Pimpinan Redaksi Penerbitan. Gadis itu membaringkan tubuh, ia menatap lekat-lekat ponsel miliknya, berharap agar Bu Ita memberikan kata-kata selain pesan yang pertama tadi. Ia memejamkan mata kemudian mendengus kesal sebab malah teringat Desi---rekan kerjanya.
Mengapa Rue harus satu tempat magang dengan orang yang sama sekali tidak dapat dipahami perilakunya? Kali ini Desi telat dua jam dan tidak mengabari sama sekali. Rue bahkan sudah hafal dengan pola ini. Nantinya ketika ada yang bertanya pada Desi, pasti jawabannya tidak jelas, seperti orang linglung.
Rue beranjak dari tempat tidur, ia mengecas handphone miliknya lalu bergegas untuk mengotak-atik isi kulkas, membuat bekalnya, lalu mandi. Menunggu jam dua belas siang agar ia bisa pergi ke kantor penerbit tempatnya bekerja. Setidaknya ia bisa mendapat pengalaman dari sana untuk mengaplikasikan ilmu yang dia punya, meningkatkan softskill dan hardskill, serta memperluas wawasan.
Paling kurang dirinya harus bertahan di sana lima jam per-hari nya, karena kali ini shift siang, maka pukul 17.00 ia bisa pulang. Dan begitulah kegiatan gadis itu sampai hari-hari berikutnya. Hidup di kota orang yang jauh dari orangtua sempat membuatnya merasa kurang nyaman. Apalagi sebelum pergi merantau ia sempat berdebat dengan kedua orangtuanya yang sangat menentang keputusan Rue. Tetapi ia harus melakukannya, demi perubahan hidup keluarga. Ya, dengan tekad kuatnya Rue bisa meyakinkan sang ayah dan bunda.
***
"Selamat siang Bi Siti," sapa Rue pada salah satu CS di kantornya.
"Siang Rue, panas banget yah neng di luar?" sahut wanita paruh baya itu, dia menghentikan aktivitas bebersihnya sebentar.
"Iya, Bi. Nyengat mataharinya," kata Rue sambil tertawa ringan.
"Masuk jam dua belas, Neng?"
"Ngga, Bi. Saya shift siang masuk jam satu, cuma mau dateng agak cepetan dikit."
"Ooh gitu nyah, si eneng geulis telaten pisan," puji Bi Siti.
"Aamiin, Bi. Oiyah, saya bawa Brownies buat Bibi." Gadis itu membuka tas kemudian memberi satu kotak Brownies untuk Bi Siti. Wanita paruh baya itu terlihat riang sekali menerima hadiah dari Rue, dia tahu bahwa Rue yang membuatnya sendiri karena Rue suka bercerita bahwa ia suka membuat berbagai kue dan roti. Bi Siti berterima kasih pada anak baik itu dan dibalas ramah pula oleh Rue. "Ngomong-ngomong saya ke dalem duluan ya, Bi? Mau siap-siap ganti shift, hehe."
"Boleh-boleh. Sok atuh neng, Bibi teh juga mau pulang ini," Bi Siti nyengir sembari buru-buru melipat kain lapnya. Rue pamit pada Bi Siti dan melambaikan tangannya, mereka pun berpisah. Rue akan mulai bekerja, Bi Siti akan segera pulang ke rumah. Sebuah siklus dimana bekerja, akan selalu menemui waktu akhirnya, yakni pulang.
Waktupun berlalu, kini Rue sudah berada di depan laptopnya untuk mengolah data-data, sekitar pukul dua nanti ia harus turun ke divisi percetakan untuk sekedar mengawasi tumpukan buku-buku yang akan dijilid. Rue mengerjapkan mata, rupanya sudah hampir jam dua. Ia pun segera ke lantai satu dengan membawa tablet kantor.
Ia tampak menikmati perannya menjadi Kepala Produksi. Dia mengarahkan karyawan dengan sangat teliti, agar meminimalisir kesalahan. Namun tak jarang pula Rue turut serta membantu para pekerja di sana, merangkul mereka. Terkadang mentraktir snack atau membawakan kue buatannya untuk para staff dan karyawan.
"Maaf Kak Rue, izin melaporkan. Sampul buku yang edisi satu sepertinya tidak sesuai dengan konsep awal, apa mungkin memang sudah diganti ya, Kak?"
"Boleh saya lihat dulu, Dek?"
"Silakan, Kak, sebelah sini." Rue tercengang melihat sampul buku yang ada, 'Berantakan sekali!'
"Dek, apa yang ini sudah melewati tahap revisi kita kemarin?"
"Sudah, Kak. Saya yang mengantar sampelnya langsung pada kakak."
"Ini udah puluhan tercetak ya. Habis banyak kertas juga."
"Benar, maaf Kak Rue, padahal kita sudah sering sekali cek perkembangan buku-buku ini."
"Nggak apa-apa, Dek. Kita udah melakukan yang terbaik sebelumnya, sekarang kita harus cari solusinya saja daripada pusing. Emm, kamu tau ruang Kak Desi yang baru?"
"Di lantai dua, sampingnya ruang kerja Kak Rue. Mau saya antar, Kak? Mungkin saya perlu hadir menemui kakak itu."
"Tidak sayang, kamu lanjutkan saja pekerjaanmu, ya."
"Kalau begitu baik, Kak."
Rue tidak menyangka ia harus dihadapkan lagi oleh keadaan ini, sejujurnya ia agak muak berurusan dengan Desi. Rue mendatangi rekannya yang bermasalah itu dengan maksud untuk menanyakan tentang desain sampul. Kenapa tiba-tiba berubah? Apalagi banyak ketidaksesuaian konsep, bisa-bisa penerbit dan pihak penulis akan dirugikan jika hal ini terus berlanjut. Pun di kantor ini tidak boleh seenaknya saja.
"Permisi, Des," kata Rue. Ia mengetuk pintu kemudian melihat ke arah kaca tembus pandang, semua orang yang ada di dalam sana menatap gadis itu. Kemudian Desi mengangguk, tanda ia mempersilakan Rue untuk masuk. Setelah masuk ia tersenyum ramah kepada semua rekan kerja Desi dan dibalas serupa pula. Rue segera memberi kode kepada kawannya itu untuk bicara di luar.
"Kenapa, Rue?" tanya Desi seperti tidak tahu apa-apa.
"Laporan yang dirimu janji buat dua bulan lalu udah sampai mana?" balas Rue. Gadis itu memelankan suaranya agar orang lain tak terlalu mendengar, sebab ia tidak mau mempermalukan Desi.
"Oh itu ... aku kan dah buat. Tapi belum sempat di siapkan karna--emm, aku gak ngerti, masih bingung buatnya gimana. Di rumah pun ngga ada laptop, jadi kek mana lah susah. Kesempatan cuma di sini, tapi tiap udah masuk rame terus antrian data desain, proofread. Belum lagi editor naskah yang pakai laptop ruangan karena kami sama-sama ngga ada, dirimu juga ngga ada jadi aku gabisa pinjem siapa-siapa," jawab Desi panjang lebar.
Ia mengedip-ngedipkan kedua matanya, sejujurnya dia pun tidak bisa memastikan jawabannya masuk akal atau tidak. Ah ya, Rue juga tidak punya laptop atau tablet, ia hanya diberi dan memakai itu di kantor saja. Maka dari itu Rue memanfaatkannya sebaik mungkin agar selesai dan tidak menunda-nunda tugas.
"Aku kasihan sama kamu, tapi udah lima bulan kita magang, dirimu sama sekali ngga nyentuh dokumen laporan itu, bukannya kemarin uda kita buat kerangkanya bareng-bareng? Kamu tinggal isi dan sesuaikan sama divisi. Aku juga bingung tiap hari ditanyain Bu Ita terus. Dan kalau kamu ngga ngerti, bisa nanya ke aku kan?"
"I--iya mungkin ko bisa bantu aku pas nanti kita ketemu di weekend atau gimana ...."
Rue terdiam, ia sudah ngos-ngosan menahan amarah. Kemarin gadis itu sudah mengajak Desi untuk mereview laporan tersebut, tapi Desi banyak bertanya dan menyiratkan seakan tidak mau padahal itu juga di depan banyak orang. Jadi Rue memutuskan mengerjakan sendiri. Rue teringat bahwa setiap kali Desi melontarkan pernyataan, pasti Desi tak juga menepatinya. Sejak bulan pertama dan kedua mereka magang di sini, orang-orang tidak menyukai Desi karena sifat bebal dan kasarnya. Banyak rekan kerja lain yang selalu saja bertanya tentang Desi kepada Rue. Karena memang Rue adalah tetangga sebelah rumah Desi.
"Rue ... kecewa ya samaku?" tanya Desi kala itu. Tapi Rue hanya bisa tersenyum simpul sembari terus menyemangati. Dan terus memberi info serta data-data yang diperlukan untuk memudahkan Desi. Beberapa kali ia melakukannya, baik lewat chat ataupun bicara langsung. "Kalau ada apa-apa bilang ya. Kalo ada masalah cerita aja gapapa," ucap Rue. Ia menepuk-nepuk pundak temannya itu.
Orang-orang berharap setidaknya Rue bisa menceritakan detail tentang orang seperti apa sebenarnya Desi ini? Sedangkan Rue tidak pernah terlalu memperhatikan Desi, ia hanya fokus pada dirinya, keluarga, sahabat, pekerjaan, tugas, juga orang-orang yang bisa diajak kerja sama. Tapi ketika gadis itu tahu bahwa ia akan sama-sama magang dengan Desi, Rue lah yang memulai pendekatan pertemanan agar ia merasa mereka tidak canggung ke depannya.
Rue menolong Desi sebisanya, semampunya, tapi Desi tidak pernah sebaliknya pada Rue. Atau mungkin ia tidak tahu diri? Tidak bisa memahami perjuangan orang lain. Tidak memiliki empati. Dia pernah bercerita bahwa keluarganya di rumah sangat kacau. Tetapi Desi juga tidak mau bangkit dari keterpurukannya, dan dia pun juga malas untuk menggerakkan perubahan hidupnya.
Pernah setelah banyaknya gosip miring tentang Desi, yang digosipkan itu pun berubah. Mulai cekatan dan inisiatif, pekerjaannya cepat terselesaikan serta datang lebih awal. Rue turut bahagia dengan itu. Tetapi ternyata hanya bertahan beberapa minggu saja. Desi kembali menjadi sosok yang sering terlambat dan tidak memberi kabar serta alasan yang jelas. Rue juga pernah diceritakan oleh rekan sejawatnya, bahwa ternyata Desi mengalami kekerasan dalam keluarganya.
Namun, Rue juga bisa lelah, ia bukan malaikat. Apalagi Rue selalu membawa beban ekspetasi orang lain di pundaknya. Orang lain berharap Rue bisa menarik Desi jadi lebih baik, jangan menyerah untuk mengajak Desi untuk berubah. Semua keluh yang mereka katakan tidak diungkap langsung pada Desi, hanya menyampaikan lewat Rue saja. Apakah mereka mengira bahwa Rue tidak pernah peduli? Apa orang-orang itu menganggap Rue cuek-cuek saja? Bahkan Rue melakukan hal lebih daripada sekedar menasehati.
Tetapi bagi Rue yang berhadapan langsung dengan Desi, mengubah orang sangat sulit dan mungkin mustahil apabila tidak ada niat dari hati Desi sendiri. "Untuk apa membantu orang lain, jika orangnya saja tidak mau dibantu?" Ucap Rue pada Fara kala itu. Karena, Desi tak berusaha sedikitpun. Hanya melakukan kesalahan yang sama berulang-ulang.
Kadang Rue merasa selalu salah juga di mata mentornya, pekerjaan gadis itu sering diatasi oleh Kakak Seniornya karena Rue terkesan lambat di mata mereka. Tapi dengan semua itu Rue berprinsip mau terus belajar. 'Kalau tidak berani salah, namanya tidak belajar'. Ia selalu rajin, bertanya, dan tidak malu melakukan hal-hal baik yang semestinya. Berbeda dengan Desi yang sering berkata 'Aku nggak bisa ramah ke orang lain, aku ya gini.' Atau Desi yang sering mengeluh 'Capek banget di sini, magang di bidang ini bukan tujuanku.'
Bulan ketiga makin banyak yang tidak menyukai Desi, karena sikapnya yang keras kepala, sering terlambat, tidak inisiatif, serta tidak mau berbaur dengan benar untuk menyesuaikan diri. Dengan kata lain, dia pun tidak pernah intropeksi. Sekalipun diberi nasihat oleh kakak senior, ditegur rekan sejawat, atau dibilangi secara halus dan empat mata oleh Rue. 'Kalo sifatnya emang kayak gitu, susah untuk di rubah dek karna udah bawaan.' Sebuah kalimat dari salah satu Kakak Senior mereka yang selalu Rue ingat.
Rue sendiri sering berhadapan dengan banyak manusia bermasalah, tapi yang kali ini beda. Anak itu seakan tidak mau ditarik, tak mau dibantu. Ia hanya bersembunyi di dalam kurungan zona nyaman yang rupanya merugikan banyak orang. Bu Ita sampai tidak mau mengajak Desi bicara secara langsung untuk menjelaskan kesalahan-kesalahan Desi. Dan dengan semua keadaan runyam itu Rue sama sekali tidak tahu harus melakukan apa. Energinya semakin lama semakin terasa habis, sinarnya memudar.
"Kita kan juga udah sepakat buat ngga ganti desain tanpa sepengetahuanku? Kenapa ngga bilang dulu kalo mau ubah? Klien udah setuju sama yang lama kan?" tanya Rue lagi.
"Maaf, Rue." Dua kata lucu yang dilontarkan oleh Desi. Maaf yang hanya sekedar kalimat, bukan perubahan sikap dan sifat.
"Des, tolong kerjasama nya, buatlah laporan data dari divisimu dan aku minta bantuan untuk tidak melakukan kesalahan seperti ini lagi."
"Iya ...."
"Yasudah aku balik dulu mau lanjut kerjaan, jangan lupa tugasmu." Rue melihat Desi mengangguk-angguk, kemudian ia pun pergi berlalu menuju ke ruangannya.
Hari itu setelah Rue berbincang dengan Desi, ia melihat tetangganya itu pulang agak lebih lama karena mengganti jam terlambatnya tadi pagi. Rue pun segera menyelesaikan jobdesk nya dengan cekatan. Ia mengesampingkan dulu pikiran-pikiran jeleknya, berusaha fokus pada apa yang harus dilakukan sekarang. Jam dinding berdetik, suasana kantor kadang hening, kadang ada suara bicara orang-orang. Tetapi lebih sering terdengar suara mesin cetak dari lantai bawah.
Orang-orang di sini sangat tepat dan cepat kerjanya. Penerbit Sun95 memang terkenal sebagai tempat terbaik, berkualitas dan akurat dalam memproses tiap pesanan. Magang di tempat ini adalah sesuatu yang luar biasa. Rue bersyukur bisa mempelajari banyak hal di sini, tempat yang benar-benar ideal untuk magang. Ah, waktu terasa berjalan terlalu cepat, kini sudah pukul 16.49. 'Bentar lagi pasti Pak Trio kemari untuk memeriksa ruangan-ruangan karyawan. Aku mau kasih bapak Brownies buatanku tadi siang,' batin Rue.
Rue segera merapikan meja, juga menata penampilannya yang tampak lelah, lalu dia menenggak jus alpukat di dalam botol yang dibawa dari rumah. Gadis itu meregangkan badan, lalu bergegas keluar dari ruang kerjanya. Tak lama, ia melihat Pak Trio---Satpam jaga yang sedang berkeliling.
"Selamat sore Pak Trio ...!" Rue agak berlari untuk menghampiri pria paruh baya itu.
Yang dipanggil tersentak dan reflek berkata, "Rue, what's up??" Pak Trio nyengir lalu Rue tertawa pelan.
"Baik kok, hahaha. Ini bapak, saya bikin Brownies buat bapak loh."
"Woiya? Wih, hebat. Nduk Rue bisa baking ternyata. Ohoho, sini bapak cobain yo!"
"Boleh, ini buat bapak semua." Rue menyodorkan sekotak Brownies yang telah terpotong dadu, Pak Trio sumringah ketika menggigit kue buatan Rue.
"Wadooh, kalo semua opo ora kebanyakan iki, Nduk?"
"Ngga lah, Pak. Nah, gimana rasanya?"
"Wueenak tenan, lembut, nyoklat, harum, ada toppingnya lagi. Perfect, nduk," puji Pak Trio dengan aksen Jawa nya. Ia pun memberi jempol andalan. Rue terkikik. Hanya dengan berinteraksi ke Bi Siti dan Pak Trio ia bisa merasakan kehadiran sebuah keluarga. "Makasih yo, Rue. Bapak seneng bisa makan cemilan dari Nduk yang sudah bapak anggap seperti anak sendiri," ucap Pak Trio.
Rue tersenyum simpul, ia jadi teringat bahwa anak perempuan Pak Trio sudah tiada saat usia enam belas tahun karena kecelakaan, begitupula isterinya. "Rue juga seneng bisa berbagi, Pak. Rue mau sekalian pamit ya? Bapak semangat kerjanya!" Rue mengepalkan kedua tangannya berpose menyemangati, sembari nyengir kuda.
"Be carefully, Nduk Rue!" Pak Trio dengan kumisnya ikut tersenyum dan ia melambaikan tangan pada Rue. Gadis itu membalasnya dengan antusias. Ia memesan ojek online untuk pulang ke rumah.
***
Bulan keenam tiba ...
Tak terasa ini adalah bulan terakhir untuk masa magang Rue di Kantor Penerbit Sun95. Kali ini ia shift pagi dan sampai tepat waktu, ia tidak melihat Bi Siti di sana seperti biasanya. Yang dilihatnya adalah Bu Ita, wanita itu duduk di ruang kerja pribadinya yang pintunya terbuka. Mereka bersitatap, Rue tersenyum dan menyapa sopan pada Bu Ita. Tetapi, raut wajah Bu Ita tampak tidak mengenakkan.
"Keuntungan kita merosot Rue, laporan-laporan yang seharusnya terpampang detail di portal saya tidak ada sama sekali sejak bulan ketiga. Sampai mana laporan kalian sebenarnya?"
Rue mengernyitkan dahi, ia mencoba mengingat. "Kalau untuk laporan bagian saya sudah saya upload full Bu---"
"Gimana sama hasil laporan temenmu?" tanya wanita dengan setelan blazer merah itu.
"Kemarin saya sempat lihat Desi mengerjakannya Bu, apa tidak ada konfirmasi langsung ke ibu kalau mungkin saja dia menggabungkan laporan per-bulannya?"
"Nggak ada, Rue. Ini klien udah komplin macem-macem ke kita karena saya menunda pertemuan untuk membahas project selanjutnya. Sedangkan saya juga tidak menerima laporan divisi dan keuangan bagiannya."
"Sampaikan pada Desi, kalau tidak selesai jobdesknya sampai hari terakhir kalian magang. Ibu tidak akan meluluskan hasil magangnya dia."
Napas Rue mendadak sesak, kepalanya terasa nyeri, jantungnya berdegup kencang, padahal bukan dia yang salah. Padahal seharusnya Desi yang berkomunikasi langsung dengan Bu Ita perihal ini. Rue sudah berkali-kali dikecewakan oleh keadaan, disepelekan oleh seniornya, dibuat lelah oleh Desi. Tapi yang kali ini kenapa terasa sungguh berat?
Dari pagi itu hingga jam 12.00 Rue merasa tidak enak badan, pikirannya begitu campur aduk. Rue tidak selera makan, ia bahkan tidak meminum jus Alpukat kesukaannya. Rue tidak mendatangi pekerja di lantai satu seperti biasanya. "Cape ...," lirihnya. Sanggul gadis itu mulai lepas, ia nampak semakin kusut dan pucat. Matanya memerah dan sedikit berair.
"Rue, balik yuk! Lo udah kan? Gue juga udah siap kerj--"
"Eh? Lo kenapa, Rue!?" tanya Fara---rekan kerja seruangan gadis itu. Fara membetulkan hijabnya yang terurai karena agak menunduk melihat Rue. Ia tampak khawatir, sedikit panik juga.
"Ga papa, Far. Pusing dikit aja, udah jam satu ya? Pulang yu," ajak Rue.
"Gue anter ke rumah lo gapapa kan? Searah soalnya."
"Boleh."
Rue, gadis malang itu sering memendam apa yang ia rasakan. Dia selalu ingin terlihat baik-baik saja. Tapi akhirnya emosi dalam dirinya meluap, berdampak pada kesehatan fisik dan mentalnya. Rue, gadis malang yang tidak mengerti bagaimana cara dunia bekerja. Cara menghadapi manusia dengan berbagai macam sifatnya yang tak mudah terlihat. Keadaan dimana ia merasa asing dengan bidang yang dipilihkan orangtuanya. Orang-orang yang kadang suka beranggapan bahwa Rue mesti sempurna, pula orang-orang yang sering mencoba meredupkan sinar Rue. Menggerogoti tubuh perempuan muda itu seperti ia sedang berdampingan dengan buah busuk.
'Lama-lama muak juga,' batin Rue. Wajah Rue kali ini tanpa ekspresi apa-apa, sejak ia tahu bahwa Desi sangat membuatnya marah tapi ia pun tidak bisa mengungkapkan karena kasihan, Rue menutup hatinya. Rue membatasi interaksinya dengan yang katanya teman kerjanya itu. Dan juga lebih jarang membantu, apalagi mengajak bicara. Kalau disapa Desi pun Rue hanya merespons dengan datar. Rue jadi menyesal magang di tempat ini, ia merasa tidak cocok dengan semua orang, bahkan ia menjadi rendah diri.
'Seharusnya aku masuk Tata Boga. Mungkin di sana aku bisa hidup dan tidak akan merasa asing seperti ini. Takkan berurusan dengan drama kantor dan senior tukang judge.'
Keadaannya itu berlangsung hingga beberapa minggu. Kepala Rue semakin sakit, dadanya terasa sesak, tubuhnya lemas, ia pun kehilangan minat masaknya, Rue tak lagi merias wajah. Yang dia lakukan setiap hari adalah bangun, bebersih, makan, berangkat magang dan begitu sampai rumah ia langsung tertidur. Tidur yang lama, sampai ia merasa rasa sedih yang menimpa ikut terlelap bersamanya. Setiap hari Rue merasa dihantui oleh rasa bersalah, kekosongan, kesakitan, itu pertama kalinya ia merasa sangat drop.
Rue jadi tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya, ia tak sebahagia dulu. Tapi orang-orang tidak tahu apa yang ia rasakan, orangtuanya khawatir pada Rue dan terus menelepon. Tetapi Rue lagi-lagi seakan baik saja. Rue mengubur letupan emosinya dalam-dalam. Tak seorang pun tahu. Bahkan Pak Trio dan Bi Siti yang Rue sayangi juga tidak tahu keadaan gadis itu.
Maafkan saya. Diri ini berpikir sudah sedikit mulai mengerti. Tapi nyatanya perasaan tiap orang sangat rumit dan sensitif. Tidak semua orang bisa menyampaikan perasaan lewat kata-kata. Terkadang mereka jujur, dan terkadang berbohong. Saya tidak dapat mengurainya dengan tepat. Bagi saya hal itu sangat sulit ....
Tulis Rue pada buku diary nya.
Waktunya bertahan hanya tinggal seminggu, lalu enam hari, kemudian lima hari, dan sampai di sisa empat hari lagi.
***
"Segera temui ibu minggu ini. Bu Ita bilang kalau laporan divisi dan keuangan bagiannya tidak selesai, kamu ngga diamankan lulus magangnya."
"Ohyakah Rue? Duh gimana ya aku masih gak paham, tapi yaudah nanti aku selesaikan."
"Iya, nanti langsung kabari Bu Ita aja."
"Makasih ya Rue informasinya." Ucap Desi yang menggaruk-garuk kepalanya, ia kebingungan. Sementara Rue pergi berlalu, ia mengecek buku-buku di lantai satu. Tidak peduli lagi bagaimana Desi akan membuatnya, yang penting pesannya Bu Ita sudah disampaikan walau Rue perlu beberapa waktu untuk bisa sanggup berbicara lagi dengan Desi. Dan lusanya setelah Rue menanyakan apakah Desi sudah menjumpai Bu Ita, ternyata Desi belum menemuinya. 'Dia ngga pernah berubah, selalu sama'.
***
Saat hari minggu Rue akhirnya pulang ke tempat orangtuanya. "Bunda, Rue pulang ...." Gadis itu memeluk ibunya dengan erat, ia menangis tersedu-sedu. Lama sekali. Rue menceritakan semuanya dengan terisak seperti anak berusia tujuh tahun yang dijahili teman-temannya. Awalnya Bunda Rue menceramahi putrinya terlebih dahulu, seakan menyalahkan Rue atas keputusannya untuk merantau.
"Rue mau bantu keluarga, Ndaa. Rue mau mandiri, sukses. Kata senior, Rue keliatan ada penyakit pernapasan karena Rue sesak terus. Terus orang-orang jahat sama Rue, temen Rue ngecewain Nda, terus Rue kaya disalahin padahal bukan Rue yang salah. Rue gamau di penerbitan lagi, ngga mau, Rue ga suka. Rue juga ngga mau jadi beban di keluarga kita, Bun!" Teriak gadis itu.
Ibunya semakin memarahinya. "Kalau semua perkataan orang kamu telen mentah-mentah, dan perbuatan orang semuanya kamu pikirin, ya kamu yang bakal sakit. Jangan kemakan omongan orang lain, kan di sana cuma belajar. Kamu harus tau gak semua orang itu baik, Rue."
Tetapi di pertengahan ibunya mengatakan hal yang tidak pernah bisa Rue lupakan. "Jiwa kamu harus besar, Nak. Lapangkan hatimu, lepaskan semua beban-beban itu." Rue memeluk bundanya kembali, menyisakan isakan-isakan kecilnya yang perlahan memudar. "Bunda kaget kamu pulang-pulang kok nangis kejer." Ia pun bercengkerama dengan ibunya sepanjang malam. Hingga esoknya ketika ia bangun tidur, sedih dan sakitnya sudah lenyap.
Rue terlahir kembali, ia merasa harus bangkit lagi dan tidak akan menyia-nyiakan pelajaran berharga dalam perjalanan hidupnya sampai detik ini. Tuhan memberinya cobaan yang begitu menyesakkan karena tahu bahwa diri itu bisa melewatinya, untuk bisa menguatkan hati para hamba-Nya. Rue datang ke tempat magang seperti ia datang pertama kali.
Hari terakhir magangnya telah tiba, ia mencoba memberi ruang pada orang yang telah membuatnya sangat kecewa. Dan bersumpah untuk tidak berurusan dengan orang seperti itu lagi dalam hidupnya. Bukankah parasit akan selalu menempel pada inang dan berdampak merugikan? Mungkin kalimat ini tampak kejam. Tapi nyata adanya bukan?
Hari-hari berganti dan tak terasa semua yang terjadi adalah perihal masa lalu bagi Rue, sudah berjarak setahun sejak kesialan dulu menimpa gadis itu. Rue ialah simbolisme dari ketidakadilan orang-orang yang terlampau baik, dan kebaikannya disalahgunakan oleh orang yang dungu. Kini Rue sudah merasa bebas, ia tidak pernah sedih karena mempercayai semua perkataan orang lain.
Ia belajar bahwasannya manusia punya tabiat yang berbeda-beda. Rue harus lebih kuat dan tabah, kita mesti jeli untuk berinteraksi dan lebih selektif dalam membantu orang lain. Kesalahan orang lain bukan tanggung jawab kita. Tak perlu ikut terseret ke dalam jurang sial. Membela diri ketika tidak salah itu penting jika kita tidak mau direndahkan orang. Rue menjadi sosok yang baru, dia lebih aktif mendedikasikan dirinya untuk mereka yang benar-benar layak dibantu. Ia sudah melepas dirinya dari ketidaktahuannya atas sifat manusia.
●
•
Tamat
"Dan jika terlahir kembali, aku takkan menyia-nyiakan kesempatan, aku akan selalu mengingat bagaimana cara diri ini hidup dan bertahan di masa lalu. Agar bisa terus belajar dan menyesuaikan ruang bertumbuh."
Cerita pendek ini bertajuk 'Melepas Kegilaan' , sebuah dalang yang memaknai jiwa yang bertahan sekuat mungkin untuk kembali bangkit dari keterpurukan mendalam, dan perihal penciptaan batasan diri yang sehat.
#28hariberprosa#puanberaksara#tadikamesra#jejaringbiru#terlahirkembali#prosa#sastra#cerita#puisi#cerpen#sajak#hikmah#bertahan#bertumbuh#poem#poetry#story#writers on tumblr#writers and poets#penulis#life#writerscommunity#writing#writeblr
10 notes
·
View notes
Text
Menciptakan Work Life Balance
Menciptakan keseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi (work-life balance) adalah kunci untuk menjaga kesehatan fisik dan mental, serta memastikan produktivitas dan kepuasan hidup. Beberapa strategi untuk mencapai work-life balance yang lebih baik:
Prioritaskan dan Rencanakan Waktu
Tetapkan Prioritas: Identifikasi apa yang paling penting dalam hidup Anda, baik di tempat kerja maupun di rumah. Buatlah daftar prioritas dan fokuslah pada hal-hal yang benar-benar penting.
Buat Jadwal yang Realistis: Rencanakan waktu Anda dengan bijaksana. Buat jadwal harian atau mingguan yang mencakup waktu untuk pekerjaan, keluarga, teman, dan diri sendiri.
Gunakan Kalender dan Daftar Tugas: Gunakan kalender atau aplikasi manajemen waktu untuk membantu mengatur tugas dan kegiatan Anda. Buat daftar tugas harian yang realistis dan usahakan untuk menyelesaikannya.
Tetapkan Batasan
Pisahkan Waktu Kerja dan Waktu Pribadi: Cobalah untuk tidak membawa pekerjaan ke rumah. Tetapkan batasan yang jelas antara waktu kerja dan waktu pribadi, terutama jika bekerja dari rumah.
Belajar Mengatakan Tidak: Jangan merasa bersalah untuk menolak permintaan atau tugas tambahan jika sudah merasa terlalu banyak. Menetapkan batasan ini penting untuk mencegah kelelahan.
Manfaatkan Waktu dengan Efektif
Gunakan Waktu Istirahat dengan Bijak: Pastikan untuk mengambil istirahat singkat secara teratur selama jam kerja untuk menjaga produktivitas dan mencegah kelelahan.
Delegasikan Tugas: Jika memungkinkan, delegasikan tugas kepada rekan kerja atau anggota keluarga untuk mengurangi beban Anda.
Jaga Kesehatan Fisik dan Mental
Tetapkan Rutinitas Kesehatan: Jaga kesehatan dengan berolahraga secara teratur, makan makanan sehat, dan cukup tidur. Aktivitas fisik dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan energi.
Praktikkan Mindfulness dan Meditasi: Luangkan waktu untuk berlatih mindfulness atau meditasi untuk menenangkan pikiran dan meningkatkan fokus.
Pertahankan Hubungan Sosial
Sisihkan Waktu untuk Keluarga dan Teman: Pastikan Anda memiliki waktu yang cukup untuk bersosialisasi dengan keluarga dan teman. Hubungan sosial yang baik dapat memberikan dukungan emosional dan meningkatkan kesejahteraan.
Terlibat dalam Kegiatan yang Anda Nikmati: Luangkan waktu untuk melakukan hobi atau kegiatan yang Anda nikmati. Ini penting untuk menjaga keseimbangan dan kebahagiaan pribadi.
Pertimbangkan Karier dan Tujuan Hidup
Evaluasi Karier Anda: Tinjau kembali apakah pekerjaan Anda saat ini mendukung tujuan hidup dan kesejahteraan Anda. Jika tidak, pertimbangkan untuk mencari peluang karier yang lebih sesuai.
Tetapkan Tujuan Jangka Panjang: Buatlah tujuan jangka panjang yang mencakup aspek karier dan kehidupan pribadi. Ini dapat memberikan arah yang jelas dan membantu Anda membuat keputusan yang lebih baik.
Cari Dukungan
Bicarakan dengan Manajemen: Diskusikan kebutuhan dan batasan Anda dengan atasan atau manajemen. Mereka mungkin bisa memberikan fleksibilitas atau bantuan untuk mencapai keseimbangan yang lebih baik.
Dapatkan Dukungan Profesional: Jika Anda merasa kesulitan mengelola stres atau mencapai keseimbangan, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan profesional, seperti psikolog atau konselor.
Dengan mengikuti strategi-strategi ini, Anda dapat menciptakan work-life balance yang lebih baik, yang pada gilirannya akan meningkatkan kesehatan, produktivitas, dan kepuasan hidup secara keseluruhan.
17 notes
·
View notes
Text
Ketika Hafalan Perlahan Melemah
Cukuplah satu ayat yang terlupa dari hafalan yang ada sebagai teguran keras dari Allah pada diri seorang penghafal Al-Qur’an.
Cukuplah itu sebagai tanda bahwa ada yang salah dengan perilaku kita, ada yang salah dari manajemen waktu dan kesibukan, ada malam yang mungkin sering terlewatkan dari kegiatan menjaga Al-Qur’an, ada hati yang sering terlenakan, ada frekuensi muraja’ah dan tilawah yang tak berimbang, dan mungkin ada dosa dan kesalahan yang dilakukan. Evaluasi diri dan segera lakukan perbaikan bagaimanapun caranya agar Allah mengembalikan lagi kepercayaanNya pada diri kita.
Sebab.. menghafal adalah sebuah proses perjuangan, ia tidak mungkin bisa diperjuangkan dengan ala kadarnya.
Lalu, Kenapa berjuang itu manis?
Sebab ada niat yang harus senantiasa diluruskan dan diperbarui, ada pengorbanan yang harus terus dilakukan, juga ada cinta yang selalu meminta untuk dibuktikan.
Ya Allah jika nanti telah habis masa kami di dunia ini, ingin rasanya diri ini engkau panggil dalam kondisi husnul khatimah, dengan simpanan ayat-ayat Al-Qur’an yang sempurna, teramalkan, lagi terjaga dengan baik.
@Quraner
41 notes
·
View notes
Text
My learning curve
Seminggu ini full ngementorin temen2 NGO yang concern ngerjain proyek kesehatan. Sebenernya dari bulan oktober aku udah terlibat dalam project ini.
Awalnya cuman diminta jadi translator - diminta ngisi kelas bootcamp - diminta jadi juri pitching (decide siapa yg berhak mendapat funding 200 jt WOW!!) - diminta untuk jadi mentor juga 😂 berhubung yang minta salah satu temen deket, jadi iyain aja, toh gue juga lagi summer break dan gue suka topiknya.
Been working on this CSO things since 2016 tapi ini kali pertama involve di proyek kesehatan passs aku lg sekolah MPH jadi kaya pass bgt alhamdulillah ✨
Proses ngementorin temen2 NGO yg udah mature ini jadi pelajaran berharga banget sih buatkuu, karena aku beneran banyak belajar dari mereka. Mulai dari kenapa NGO itu berdiri, isu2 yang mereka kerjakan, challenges sampe impact itu beneran ✨GILA KEREN ABISSS✨
Isunya mulai dari gender based violance, tracing pasien TB, WASH, sampe bikin vending machine buat minuman sehat, like????? Edan coy!??!!! Sesi mentoring one on one selama 1 jam setiap NGO jadi bahan belajar gratis buat aku. Dan tentu catch up per-dunia NGO-an duniawi setelah satu tahun ini nguprek di akademia.
Buatku, ini jadi salah satu learning curves aku… Kalau boleh di trace back ke tahun-tahun kumulai tertarik dan terlibat di dunia sosial kemasyarakatan itu ya 11 tahun yang lalu..
2013 : ikut program pengabdian masyarakat, sebagai kegiataan pas kakak2 kelas 12 Ujian Nasional
2014 : Lulus dari pesantren dan mulai rajin ikut kegiatan volunteering. Mulai dari komunitas dongeng dan ngajar di sekolah gratis di deket rumah.
2015 : ikutan volunteer ngajar di Thailand, sepulangnya bantuin temen buat mendirikan taman baca di Tangerang Selatan bernama Istana Belajar Anak Banten (thanks to Panji yang udh mau percaya sm aku!!)
2016 : Ikutan volunteering lagi di Banten, dan mulai mencoba mengaitkan dengan dunia kesehatan karena udah mulai kuliah di dunia keperawatan. Plus di tahun ini qadarullah (because there’s no coincidence) ikutan bootcamp tentang menjadi Community Leaders dan jadi inkubator Emcekaqu Project (and got my very first funding!!!!!)
2017 : Mulai explore dunia social enterprise. Rajin banget ikut kelas2 lepasan tentang SE. Dapet pelatihan lanjutan dari pemberi hibah yang dinamakan High-Potential Academy (kl gak salah). Dan kepilih buat ikutan fellowship di Belgia tentang Water and Sanitation! Ohiya sempet dpt funding dari kampus juga buat ngembangin social business tp baru smp tahap piloting 🥲
2018 : Masih konsisten nyoba ikutan inkubasi bisnis, banyak gagalnya, tapi ada berhasilnya juga 🥲 as a person, Alhamdulillah dapet academic fellowship ke US untuk belajar tentang lingkungan.
2019 : Mulai nyoba kerja profesional!!! Keterima internship di Ashoka Indonesia dan bertugas mencari wirausaha sosial yang bisa membuat perubahan sistematis di masyarakat! Riset buanyaaakkk bgt NGO - SE - You name it, yang sesuai dengan nilai2 Ashoka! Bahkan berkesempatan untuk visit ke Berau untuk lihat site project salah satu nominee!
After the intern, kumulai kerja profesional juga di NICE Indonesia. Perusahaan yang memberikan aku hibah pertama kali! Aku mulai jadi trainer dan mentor buat NGO yang jadi grantee mereka.
2020 : still working on the Nice Indonesia. Tapi mulai bergeser jadi assessor performance para grantee. Mulai kenalan lebih dalam sama para CSO. In depth interview sama board, CEO, C-level dan juga tim CSO tsb. Kenalan sama banyak impact evaluation methods.
2021 : Masih mengerjakan hal yang sama ditambah site visit karena udah gak pandemi :)
2022 : Mulai explore ke ranah baru, yaitu dunia breatsfeeding, dan ternyata aku fall in love bgt sm dunia ini 💜 punya expertise baru yang bs dibagi, dan aku melakukan banyak unpaid counselling, bukan karena nggak butuh duit (dan tidak ROI tentu saja lol 😭😂) tapi lebih karena aku ngambil sertifikasi ini karena emang pengen bantu orang!
2023 : Mulai berani ngambil side project yang berkaitan dengan Monitoring, evaluasi dan impact assessment. Ngerjain impact assessment Schneider Indonesia Foundation, Infradigital Foundation, Direktorat SMK sampe bikin impact Assessment buat Lab Belajar Ibu.
2024 : Gabung di Project Bisa Sembuh Fund, kolaborasi antara KitaBisa dan 3I Indonesia buat jadi mentor.
Kalau dilihat learning curves-nya tuh mungkin gini ya :
2 tahun following observing (2013-2014)
3 tahun initiating and incubating (2015-2018)
5 tahun leveraging (2019-2024)
Dan mungkin learning curves di tahun 2025 keatas lebih ke experting. Because i never consider myself as an expert karena ngerjain proposal aja masih belom sering tembus grant, ngerjain proposal program aja nilainya masih 66, ngerjain laporan dampak aja masih banyak revisinya.
Dan menyadari tentang “belum complete-nya” learning curves ini yang membuat aku legowo buat nggak lompat pindah field dulu jadi academia - dan membuat keputusan untuk nggak ambil master thesis dulu - instead ngambil public health in practice as my capstone to add more experience about community in academic settings.
Jujur sebenernya galau banget dan sempet sedih karena yg rajin baca tulisanku, aku pengeennn bgt sekolah sampe S3, tapi secara timeline-nya Allah, mungkin belum sekarang atau dalam waktu dekat. Dan entah kenapa memilih untuk ngambil capstone Public Health in Practice kaya tenang aja gituuu 🥺
Tapi emang sih.. kalau mau diakuin deep down, in my heart yang lebih aku pengenin dan penasaranin dari dulu adalah kerja di International NGO atau even UN agencies, lah. Dan itu belom kesampean, semoga ada jalannya setelah lulus MPH ini ya Allah aaminn 🥺 sehingga aku bs punya point of view yang lebih luas. Perspektif yang lebih kaya. Dan mungkin jadi lebih memahami mengenai kompleksitas masalah kesehatan komunitas karena banyak determinan lain, selain lingkungan, perilaku, sosial, dan commercial, bahwa misalkan political will itu sangat2 berpengaruh dlm kesehatan masyarakat juga.
Jadi panjang.. tapi itu sih mungkin refleksiku seminggu ini mentoring. Karena aku beneran mendengar lebih banyak hal yang bahkan aku gatau bahwa itu ada. Struggle yang dihadapi penyintas TB, kekerasan berbasis gender yang merugikan kesehatan ibu dan anak, anak-anak SMK yang bisa bikin alat sendiri untuk mengurangi penggunaan plastik bottle, kekuatan advokasi seorang ibu yang kehilangan anaknya, konsistensi organisasi dalam satu topik selama puluhan tahun.
Aku belajar banyak banget dari mereka. Aku bukan apa-apa dan aku bukan siapa-siapa. Syukur Alhamdulillah banyak2 sama Allah, aku diminta jadi teman perjalanan mereka, menyeimbangkan apa yang kupelajari di academia. Semoga aku bisa memberikan perspektif dari academia juga. Semoga Allah bimbing aku juga.
Aamin yaa rabbal alamiin.
5 notes
·
View notes
Text
welcome dunia sesungguhnya (?)
Hari itu, aku benar benar diselimuti banyak perasaan, sedih senang, bersyukur, kecewa, dan perasaan lainnya.
Jumat, 30 Agustus 2024 hari kelulusanku. Hari Yudisiumku. And at the same time hari itu adalah hari terakhir aku masuk kerja host live. Tidak sampai situ, hari itu juga aku mendapat pesan, evaluasi dari pihak sekolah yang aku pegang mengajar tahfidz. Karena hari itu aku tidak masuk dan kegiatan mengajar diganti adekku. Belum selesai peristiwa sampai situ, hari itu aku juga diluapkan dengan perasaan bersyukur, terharu dan sedih, atas kelulusanku. Pak dekan sempat memberi wejangan tentNg rasa terimakasih kita terhadap siapapun yang berjasa termasuk instansi yang memberi kita beasiswa. Hari itu juga aku mengirim pesan ke mas uki, sebagai bentuk rasa terimakasih sekaligus kabar mengenai kelulusanku. Ah, itu terharu banget asli.
Selamat datang dunia sesungguhnya. Yang rasa sedih, sekaligus senang bisa saja terjadi bersamaan. Rasa kecewa dan rasa terharu bersyukur juga bisa terjadi bersamaan. Ah, ya allah aku udah sejauh dan sekuat ini ya ternyata? Terimakasih ya Allah untuk semua ini..
2 notes
·
View notes
Text
Cerita Kehamilan
“Karena sejatinya mempersiapkan kehamilan merupakan salah satu cara mempersiapkan sang penerus keshalihan.” – Iiv Hayyu Chayaya (Buku Kehamilan Syar’i)
Mengandung merupakan sebuah rezeki dari Allah Ar-Razzaq. Sebuah karunia besar dari Allah diberikan kesempatan untuk mengandung, melahirkan, hingga nantinya menyapih dua tahun penuh dan memiliki peran sebagai orang tua untuk mendidik anak menjadi generasi terbaik nantinya. MasyaAllah.
Aku yang awalnya tidak tahu akan hamil, cukup awkward dengan keadaan dan bingung harus apa. Setelah kurang lebih 2 bulanan menikah, alhamdulillah Allah titipkan amanah baru untuk kami.
Disclaimer dulu, aku sebenarnya belum banyak mempelajari ilmu tentang kehamilan, menyusui, parenting, dan lainnya. Sebelum menikah aku memang lebih sering mempelajari ilmu pernikahan dan ilmu-ilmu syar’i lainnya yang tidak berhubungan dengan kehamilan.
Untuk teman-teman disini, aku sarankan sebelum menikah lebih baik sudah mempelajari tentang kehamilan juga ya. Tapi juga aku belum merasa terlambat, karena saat hamil kemarin pun aku nyambi belajar juga hehe. Namun alangkah lebih baiknya jika sudah dipersiapkan dari awal, sehingga teman-teman tidak shock dan bingung harus apa ketika mengetahui awal kehamilan
"Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR Bukhari dan Muslim)
Biidznillah, aku mengikuti beberapa kelas kehamilan. Salah satunya adalah kelas kehamilan syar’i dari Sequmil (Sekolah Qur’an Ibu Hamil). Kelasnya disusun dengan sangat rapi dan terorganisir
Ada materi yang sudah dijadwalkan
Kelompok halaqoh al-qur’an untuk menyetor hafalan
Kelas Tahsin Al-Fatihah
Laporan tilawah setiap harinya yang telah ditargetkan.
Informasi tentang pendidikan anak dalam kandungan melalui audio
Tugas praktek
Evaluasi materi
Ada juga care provider, tempat kitab konsultasi mengenai kehamilan kita kepada bidan-bidan sequmil Kemudian aku juga dapat bonus kelas, yakni kelas persalinan dan juga kelas senam hamil (senam maryam). Ditambah juga ada modul kelas sekolah qur’an ibu hamil. Didalamnya terdapat panduan harian ibu hamil seperti; rencana mutaba’ah yaumiyah, rencana kegiatan jasadiyah, rencana nutrisi sunnah yang dikonsumsi, serta rencana pendidikan janin dalam kandungan sesuai al-qur’an dan sunnah. Dari kelas ini aku baru menyadari bahwa ternyata sejak dalam kandungan kita sudah bisa mendidik anak ya. Dalam sebuah jurnal aku baca, proses pendidikan yang dilakukan pada masa anak dalam kandungan bukan secara langsung untuk si janin dalam kandungan. Akan tetapi perilaku-perilaku yang diamalkan oleh kedua orang tua nya yang memberi pengaruh bagi janin dalam kandungan. "Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah (suci). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani." (HR Bukhari dan Muslim) Tarbiyah Islamiyah adalah pendidikan yang syamilah dan mutawazinah (menyeluruh dan seimbang). Menyeluruh artinya semua hal dididik. Hal-hal yang akan melahirkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Keseimbangan orang yang shalih meliputi; ruhiyah, akal, dan fisik. Semuanya sesuai dengan porsi masing-masing.
| Medan, 12 Agustus 2024
3 notes
·
View notes
Text
Evaluasi Diri
Penghujung tahun jadi momen yang tepat banget buat kita muhasabah diri, mengevaluasi diri, tentang apa saja yang sudah kita lewati selama setahun ini, entah itu tentang target yang sudah berhasil tercapai, target yang masih belum tercapai, atau tentang sejauh mana kualitas ibadah-ibadah kita selama ini.
Di dalam Al-Quran, Allah sangat menganjurkan kita untuk sering mengevaluasi diri kita, memperhatikan setiap hal yang sudah kita lakukan selama hidup.
"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS.Al-Hasyr : 18)
Dari ayat di atas, kita bisa menarik kesimpulan bahwa Allah sangat menganjurkan kita untuk senantiasa memperhatikan apa yang saja sudah kita lakukan di hidup kita, memperhatikan apakah setiap kegiatan yang kita lakukan adalah kegiatan yang penuh kebaikan, yang berguna bagi akhirat kita. Dan memperhatikan apakah kita sudah selalu melibatkan Allah di setiap hal yang kita kerjakan di dunia ini.
Di dalam Al-Quran, Allah juga menjelaskan akan pentingnya mengevaluasi diri,
"Dan tidakkah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, namun mereka tidak (juga) bertobat dan tidak (pula) mengambil pelajaran?" (QS. At-Taubah : 126)
Allah mengingatkan kita tentang beberapa ujian yang datang dalam hidup, tentang peringatan Allah bagi kita, apakah darinya kita bisa mengambil pelajaran, lalu bertaubat kepada Allah atas setiap kesalahan yang kita lakukan.
Semoga momen pergantian tahun kali ini bukan hanya menjadi momen yang terlewat begitu saja, tapi juga menjadi momen terbaik bagi kita untuk mengevaluasi diri kita, mengeliminasi setiap hal yang kurang baik, mempertahankan setiap hal baik di hidup kita, dan mulai merancang rencana-rencana baik kedepan yang akan berguna bagi hidup kita sekarang dan di masa yang akan datang.
-rekamdiksi
2 notes
·
View notes
Text
ختمت نفس ما قدّنت للغاد
Coba aja lihat setahun ke depan. List lagi acara atau kegiatan yang sudah diikuti dalam waktu satu tahun terakhir. Lihat saja bagaimana grafik produktivitas kita.
Akhir tahun itu, bisa menjadi sebuah ajang evaluasi untuk meregenerasi semangat dan rancangan kegiatan di tahun berikutnya.
Cerita Sekolah - Dinni Mawaddah
7 notes
·
View notes
Text
Kemah Literasi #2
Di dalam minibus aku duduk di sebelah ibu-ibu rombongan dari SKB Wonogiri. Sedangkan teman-temanku komunitas duduk di bagian depan. Cukup canggung diawal, aku mencoba basa-basi dengan bertanya "rombongan dari Wonogiri ya bu?" dan Ibu tersebut merespon dengan jawaban "Iya". Tidak berhenti disitu rupanya, Ibu sampingku menawarkan camilan yang dibuat sendiri oleh temannya yang duduk di depan, menanyakan asalku dan pertanyaan lainnya.
Sepanjang perjalanan aku terpukau dengan indahnya pemandangan. Gunung Merapi dan Merbabu terlihat bersanding dengan sangat serasi. Udara sepoi-sepoi membuat rasa kantuk datang. Aku tertidur beberapa saat dan terbangun saat minibus sampai di Kota Semarang.
Memasuki lokasi berkemah pemandangan berganti menjadi landscape dataran tinggi dengan center point Gunung Merbabu. Ah, rasanya rindu sekali dengan gunung yang satu ini. Dimana gunung ini sering Ia sebut sebagai "perantara temu".
Setibanya di Umbul Songo, yang menjadi lokasi acara. Kami menurunkan barang-barang dari dalam minibus, mengisi registrasi, kemudian menuju tenda yang sudah disedikan panitia.
Disini keganjilan mulai terasa, tenda kami berada di posisi teratas dengan kontur tanah yang miring, sedangkan tenda-tenda yang lain berada di bawah dengan permukaan alas yang rata, bahkan lengkap dengan kasur. Agak aneh karena di tenda kami matras saja tidak tersedia.
Mencoba menanyakan pada pihak panitia namun jawaban yang kami terima hanya "tunggu dulu ya", hingga malam tiba belum juga ada kepastian.
Kami ramai menuntut hak kami di grup. Sedikit chaos, dan kurasa tak perlu kuceritakan detailnya bagaimana, aibnya panitia huehehe.. Inti dari peristiwa tersebut aku jadi paham bahwa komunikasi sangatlah penting, terutama antar panitia disebuah event seperti ini, tak peduli sudah senior atau yang baru yang pertama kali mengadakan kegiatan.
Banyak sekali evaluasi di kegiatan ini, namun aku senang karena ada hal lain yang aku dapatkan. Interaksi antara aku dan teman-teman rombongan Wonogiri, kami berbincang, bertukar cerita, dan bermain UNO bersama.
2 notes
·
View notes
Text
Kegiatan sederhana.
Ya jadwal tidak begitu padat, rutinitas itu-itu saja dan bosan selalu dateng menemani
Selepasnya dalam 1 bulan sekali kita evaluasi dengan manager dan jajaranya.
Barulah kita susun bertahap, sehingga ketika sampai di kampus tinggal meneruskan.
Banyak pelajaran dan kegiatan yang aku adopsi dan beberapa orang pun aku kenal dekat.
Dan aku harus kembali karena rinduku dengan bogor masih tertahan (aku menjalankan ini sampai aku berhenti dari ditempat kerja) ya tempat itu jadi sumber mata pencaharian ku yang lain setelah lelah berkuliah.
3 notes
·
View notes
Text
Sepertinya, akhir-akhirnini memang setiap orang di tuntut untuk bisa multitasking. Orang-orang harus bisa bagaimana memenejemen waktu yang dipunga agar setiap pekerjaan selesai dengan baik dan tepat waktu. Kadang masih ada perasaan kalo 24jam itu kurang.
Di sini aku coba jelasin sejauh yg aku bisa ya..
Bagaimanakah memanage waktu agar bisa berguna dengan maksimal :
1. Perlunya mengetahui skala prioritas; mendahulukan sesuatu yg penting dan meninggalkan yg tidak penting. *Tipsnya adalah mencatat. Bisa dilakukan dipagi hari hal-hal apa saja yg perlu dilakukan di hari itu.
2. Hindari sering membuang-buang waktu untuk kegiatan yg tidak begitu penting. Contoh : screen time yg kebablasan.
3. Selesaikan lebih awal pekerjaan jangan menunda-menunda. Cepat namun bukan tergesa-gesa.
4. Gunakan aji mumpung. Ketika mungkin kita sedang merasa sibuk dan padat manfaatkan dengan "mumpung" ada waktu luang. Yaitu ketika duduk atau sedikit melamun bisa sambil melakukan ibadah pada hal paling ringan mengingat allah, seperti dzikir atau bisa dengan membaca sesuatu.
5. Lakukan evaluasi. Pada hal-hal yg sudah dilakukan perlunya mengevaluasi hal apa saja yg masih belum maksimal pada pekerjaan. Jika memungkin di catat kembali dan di generalisasikan dengan jangka waktu tertentu. Dan telaah kembali bagaimana menemukan jalan keluar/solusi di kekurangan pada pekerjaan kita.
Tentu semua berat dilakukan dengan selalu mengikuti teori, tapi ketika nanti sudah bertemu dengan pola dan ritme nya pasti semua akan terlewati dengan mudah. Jangan lupa pula untuk meminta semuanya dimudahkan oleh sutradara terbaik kita, Allah. Jalankan peranmu dengan sebaik mungkin.
4 notes
·
View notes
Text
Kesalahan Rata-Rata Saat Mengelola Uang
oleh: Bp. Tonny Hermawan Adikarjo Setiap dari kita pastilah pernah melakukan kesalahan dalam mengelola keuangan. Oleh karenanya, perlu bagi kita untuk belajar. Beberapa kesalahan: 1. Penghasilan naik, lifestyle naik Disinilah biasanya awal bencana finansial. Yang perlu dinaikkan bukan lifestyle, tetapi aset. 2. Tidak membuat anggaran bulanan sehingga tidak disadari belanja yang tidak perlu. 3. Tidak mencatat pengeluaran bulanan Mencatat pengeluaran bulanan itu penting, untuk mengontrol pengeluaran kita. Banyak orang yang uangnya habis karena pengeluaran-pengeluaran yang tidak disadari. Dia tidak tau uangnya habis untuk apa saja. Lupa. Dengan mencatat, kita akan tau. Jika pun uang kita habis, kita akan tau, uang tsbt habis untuk belanja apa saja. Nantinya bisa melakukan finansial check up. Dievaluasi. Jika kita akan melakukan diet keuangan, kita jadi tau, pengeluaran mana saja yang perlu dikurangi. Mencatat bulanan adalah untuk fungsi kontrol dan fungsi evaluasi terhadap pengeluaran kita agar kita bisa menata keuangan kita dengan lebih baik. Ini sangat penting.
4. Tidak memahami apa perbedaan pos need (kebutuhan) dan pos want (keinginan). Kebutuhan-> biaya-biaya yang harus kita bayar untuk kehidupan sehari-hari Keinginan-> kebutuhan yang tidak mendesak, kalaupun tidak terpenuhi tidak akan terlalu mempengaruhi kehidupan kita.
5. Melakukan utang konsumtif untuk memenuhi pos want 6. Banyak orang yang menganggap limit kartu kredit sebagai uang mereka, padahal limit adalah utang yang punya kewajiban yang harus dibayar + biaya administrasi 7. Banyak orang belanja barang yang tidak dibutuhkan karena ada diskon Itu merupakan pemborosan, padahal barang-barang tersebut menumpuk dan tidak digunakan. 8. Tidak paham perbedaan pos savings (tabungan) dan pos investasi Savings-> dana yang kita persiapkan untuk berjaga-jaga saat kita membutuhkan/ saat mendesak Investasi-> kegiatan menempatkan dana selama waktu tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan dan peningkatan nilai di masa yang akan datang. Akibat ketidaktahuan: dana yang seharusnya untuk kondisi darurat malah masuk ke pos investasi yang memiliki risiko tinggi, padahal seharusnya masuknya ke pos saving. Permasalahan yang terjadi adalah, tidak ada dana saat ada kebutuhan darurat. Sementara investasi itu dalam bentuk aset yang tidak liquid atau tidak mudah dijual, spt properti / dalam bentuk saham yang ada kemungkinan harganya mengalami penurunan. Seharusnya: pos tabungan dalam bentuk liquid spt tabungan atau deposito yang bisa dicairkan sewaktu-waktu. 9. Investasi karena fomo (fear of missing out) euforia, takut ketinggalan, ikut-ikutan. Perasaan fomo bisa disebabkan oleh beberapa faktor, spt: gengsi karena mengikuti tren, perasaan bangga karena dapat pujian dari orang lain, rasa terhubung dengan komunitas tertentu, rasa takut akan terasing dan diabaikan oleh teman jika tidak ikut tren, rasa takut kehilangan peluang saat harga naik. Nasihat Keuangan! 1. Buat rancangan anggaran belanja dengan membuat 5 pos keuangan 2. Catat pengeluaran bulanan untuk fungsi kontrol dan evaluasi agar bisa mencapai target finansial 3. Saat penghasilan naik, usahakan untuk tidak menaikkan lifestyle/ gaya hidup. Ingat, jika kita fokus ke lifestyle/ impian-impian kecil, maka kita tidak akan memperoleh impian-impian besar kita. 4. Usahakan tidak melakukan utang konsumtif. Utang menimbulkan kewajiban membayar pokok, bunga, dan biaya administrasi 5. Miliki pos saving untuk dana darurat dalam bentuk tabungan, bukan masuk pos investasi yang tidak liquid dan memiliki risiko tinggi 6. Teliti sebelum investasi, jangan fomo Ref: https://www.youtube.com/watch?v=8laKlsqUndg
11 notes
·
View notes
Text
Trigatra (2)
LANGKAH-LANGKAH ASING DAN LEBIH JAUH
“Usaha kita sebagai manusia itu kayak orang yang lagi mencairkan bongkahan es batu. Kamu tambah satu derajat tiap waktunya belum tentu esnya cair tapi bakal ada satu suhu kunci yang buat esnya mencair. Kalau kamu berhenti tepat satu derajat sebelum sampai di suhu kuncinya, yaa gak ada perubahan yang berarti. Esnya tetap beku dan tujuanmu tidak tercapai walaupun sudah usaha. Coba lagi, Rui!”
“Satu-satu gak masalah. Kamu jalan pelan pun gak masalah, yang namanya jalan itu tetap melangkah. Just take your time. Nggak semua hal jadi dalam waktu singkat Rui. Sekarang coba mulai dari yang kecil aja, mungkin dari hal yang kamu suka. Sastra? Seni? Kegiatan sosial? Whatever you want Rui. Memulai hal dari hal yang kamu suka mungkin lebih mudah. Setelahnya baru perlahan pindah ke hal lain. Ingat yang tadi, satu-satu” tambah Kama.
Rui paham benar apa yang disampaikan oleh Kama. Otaknya hanya sedang memproses langkah selanjutnya akan seperti apa. Otaknya sudah terlalu penuh dengan hal-hal yang tidak bisa dikeluarkannya. Untuk itulah ia bertemu dengan Kama, mengeluarka isi kepalanya agar tidak begitu membuncah dan menyiksa dirinya sendiri.
.***.
“Bu, aku pengen buat ini. Boleh nggak?” ujar Rui kepada sang ibu sambil menunjukkan sesuatu dari layar telepon genggamnya.
“Iya coba aja yang penting jangan sampai keasikan diluar terus lupa rumah.” jawab ibu Rui setelah beberapa saat menyaksikan hal yang diperlihatkan Rui.
“Siap komandan.” balas Rui sembari mencium pipi sang ibu kemudian berlari menuju kamarnya.
Rui sudah sangat tidak sabar untuk melakukan hal yang ia tunjukkan pada ibunya tadi. Hal yang selalu berhasil membuat semangat Rui seperti tidak ada habisnya. Ibarat pepatah mati satu tumbuh seribu, dipangkas satu bakal tumbuh berkali-kali lipat.
Sebentar ketemu di Iucha jam 4 yoo @Kamaditya @Lunarisa
Tidak lupa Rui mengajak kedua sahabat karibnya untuk bergabung dengan rencana yang sudah ia susun dengan matang. Dengan kelincahannya Rui menyiapkan segala hal yang akan ia tunjukkan kepada Kama dan Luna. Setelah merasa mantap Rui dengan gerakan lincahnya langsung menuju tempat mereka janjian.
Luna dan Rui sudah berjumpa di kafe favorit mereka. Tak lama kemudian Kama datang dengan terengah-engah. Setelah membiarkan Kama sedikit beristirahat Rui pun memulai pembicaraan serius yang ia rencanakan.
“Oke, karena semua sudah lengkap langsung aja yaa. Jadi, begini …”
Rui memaparkan hal yang sudah ia susun dengan begitu ambisius yang ternyata disambut dengan antusias oleh kedua kawannya. Selanjutnya terjadilah interaksi yang tiada henti oleh ketiganya. Waktu terus berlalu, minuman dan makanan terus berdatangan menghiasai meja mereka hingga tidak terasa matahari sudah berlalu di bawah garis cakrawala sejak tadi. Diskusi antara Rui, Kama dan Luna pun sudah hampir menjumpai titik akhir.
“Wah, ini kalau jadi keren abis sih Rui.” ujar Luna antusias.
“Semoga yaa.” balas Rui yang terlihat gugup dengan ide yang ia cetuskan.
“Yaa coba aja dulu, nanti kalau beres kita evaluasi terus disusun lagi selanjutnya mau bagaimana. Kalau kegiatannya sukses dan orang-orang antusias yaa kita garap buat jangka panjang. Oke, deal?”
“DEAL” jawab Rui dan Luna bersamaan.
Oktober 2022
Sudah hampir sebulan Rui memiliki rutinitas baru yaitu mempersiapkan kegiatan yang ia inisiasi bersama Kama dan Luna yaitu Petak Sastra. Hampir sebulan ini juga Rui sudah jarang di rumah. Ia biasanya keluar di pagi hari dan akan kembali di malam hari yang terkadang sudah cukup larut. Hal ini dilakukan Rui sebab banyak hal yang perlu ia siapkan seperti bertemu dengan orang-orang yang dibutuhkan Rui. Berbagai pertemuan yang menuntut Rui harus menyesuaikan dengan kebiasaan orang-orang di kota kelahirannya ini.
Dulu setelah berhasil beradaptasi di kota rantauan, Rui pikir akan mudah saja kalau ia ingin menaklukkan kota kelahirannya. Kota tempat yang ia tinggali dulu jauh lebih besar daripada kota asalnya dan kini baru Rui sadari banyak hal yang telah berubah dari tempat ia dibesarkan. Rui harus berlari lebih kencang untuk beradaptasi dan menyusul ketertinggalannya. Dari orang-orang yang ia kenal, tempat-tempat yang harus ia ketahui, hingga banyak hal lainnya.
Kesibukan Rui yang begitu menyita waktunya akhirnya menarik perhatian ayahnya. Awalnya ayah Rui masih memaklumi karena berpikir Rui butuh waktu untuk menikmati kota yang sudah lama ia tinggalkan ini. Sampai satu waktu.
“Rui, Ayah lihat kamu kok sibuk sekali belakangan ini. Malahan kelihatannya lebih sibuk dari Ayah. Kalau Ayah pulang kerja kamu belum pulang. Ayah berangkat kerja biasa kamu sudah keluar rumah. Lagi sibuk apa sih?” tanya Ayah Rui.
“Itu yah, katanya Rui lagi mau buat kegiatan sastra begitu.” sambung ibu Rui yang baru saja datang dengan membawa makanan ke meja makan.
“Kamu sudah berapa disini Rui?” tanya Ayah Rui pada Rui.
“Sudah hampir 5 bulan yah.”
“Lama loh itu, mendingan kamu cari kegiatan lain. Jangan keasikan sama hobi sendirilah. Itu paman kamu sudah berapa kali nanyain. Katanya kamu bisa tidak gabung di kantornya saja, apalagi kerjaan kamu sebelumnya itu sudah oke. Sayang sekali loh itu tidak dilanjut, kemampuan kamu cuman dianggurin. Jangan sampai kamu hanya buang-buang waktu buat hal yang tidak jelas.”
“Ayah …”
“Eh, sudah. Makan dulu lah ini Ibu sudah masak banyak. Ngobrolnya bentar baru dilanjut lagi.” Ujar Ibu Rui yang tiba-tiba memotong omongan Rui. Ibu Rui sadar sang anak yang sedikit tidak terima dibilang melakukan hal yang tidak jelas. Sadar mendapat ultimatum dari sang ibu, Rui pun menurut. Pagi ini suasana hati Rui tidak seperti biasanya. Dalam kepalanya terpikirikan mungkin Ayahnya sedang banyak tekanan pekerjaan sehingga sedikit berlebihan dalam mengomentari kesibukan Rui akhir-akhir ini.
4 notes
·
View notes
Text
Habitt
Udah lama banget ngga nulis eh tp sekalinya nulis ngga langsung diup ketumblr lebih seringnya hanya buat konsumsi pribadi hehehe
Nah kali ini aku bakal bahas habitt, apa itu habitt? gimana cara kamu mempertahankan habitt itu? gimana caranya biar ngejalani habitt tanpa rasa bosan?
Menurut aku habitt itu kebiasaan rutinitas yang kamu lakukan dari bangun tidur sampai tidur lagi, lalu pernah ngga kamu ngelist jadwal seharian kamu? yahh minimal catatan kecil yang ditempel dimeja belajar atau lemari kamu. Dari habitt yang kamu lakuin sesuai jadwal tersebut bisa kamu evaluasi kegiatan positif apa yang udah dilakuin, produktif ngga kegiatannya, dan masih banyak keuntungan lain saat kamu mencoba membangun habitt dan menjadwalkan setiap kegiatan.
Aku sendiri nerapin habitt itu berawal dari keterpaksaan yah kalo ngga dipaksa ya ngga bakal tercipta habitt yang produktif, kalo kamu terus-terusan mager bangun habitt produktif ya akan sama aja kaya kamu setahun yang lalu tidak terpacu sama tujuan hidup kamu. Nahhh gimana sih cara mempertahankan habitt kamu? motivasi diri kamu sendiri kalo hidup aku harus berubah harus lebih baik dari sebelumnya, semua rutinitas yang kamu bangun dengan mati-matian ya harus dipertahankan mati-matian juga, misalnya satu aja kegiatan yang terlewati nah itu bakal susah lagi ngebangun rutinnya lagi. Kaya sholat aja sholat tahajud kan itu sunnah dilakukan sekali dua kali jalan sesuai jadwalnya, terus kondisi badan kamu sedang tidak enak badan kelewat lah sehari ngga sholat tahajud, nah besoknya lagi bisa jadi akan males bangun buat sholat tahajud. Makannya bangun habit itu harus konsisten, tau tujuannya untuk apa. Emang sepenting itu yah? bagi aku sih penting karena dari habit itu bisa mencerminkan kemandirian, konsisten dalam bertindak, dan tentunya kebiasaan baik yang kamu lakuin.
Kalo bosen gimana? kamu bisa aplikasiin kegiatannya dirolling misalnya biasanya kamu baca buku untuk mengisi waktu luang nah diganti dengan nonton film/video edukasi atau belajar menulis, itu bisa lohh. Jangan pernah bosen dengan apa yang kamu lakuin setiap harinya, pasti ada aja yang bisa kamu rolling dari list kegitan tersebut.
Kamu gimana udah bangun habitt yang produktif belum?
Yuk coba deh seru loh minimal kamu bikin jadwal list kegiatan satu hari aja nah habis itu lanjutin selama sebulan.... tetap semangat konsisten dalam berkegiatan!! isi kegiatan kamu dengan hal positif, banyak lohh kegiatan hal postif biar hidup kamu lebih bermanfaat....
#habit
5 notes
·
View notes