#Drupadi
Explore tagged Tumblr posts
Text
Jadi wanita harus balance.
Ada saatnya kau berjiwa laki-laki layaknya Srikandi, ada saatnya juga anggun seperti Drupadi. Karena dunia terlalu keras untuk memerankan satu kepribadian saja.
40 notes
·
View notes
Photo
Mahabharata What If: Arjun Gets Attacked in Dyut Sabha (on Wattpad) https://www.wattpad.com/story/367174030-mahabharata-what-if-arjun-gets-attacked-in-dyut?utm_source=web&utm_medium=tumblr&utm_content=share_myworks&wp_uname=GameofDice Ringkasan: Para kurawa yang bosan menunggu Dursasana menyeret Drupadi memutuskan bermain dengan Panduputra ketiga. #1 arjun (1 Mei 2024) dari 72 cerita #4 karna (1 Mei 2024) dari 102 cerita #10 pandawa (1 Mei 2024) dari 138 cerita
Hello everyone. I just want to inform you that account @aru-loves-krishnaxarjun has plagiarized my work. I posted it first on Wattpad (@GameofDice) and Ao3 (@Agueroagnes) with the title above.
I posted it on Wattpad on April 18, 2024. To be honest, I'm not active on Tumblr, but I decided to do so after getting a report on my Wattpad account that someone plagiarized my work. I know I'm just a beginner writer, but please respect that.
@aru-loves-krishnaxarjun account apparently blocked me and deleted my comment on his/her post. hopefully this doesn't happen again.
#arjun#arjuna#drupadi#duryudhana#fiction#karna#krishna#mahabharat#mahabharata#narayan#pandawa#whatif#books#wattpad#amwriting
7 notes
·
View notes
Video
youtube
द्रौपदी की कहानी में छिपे ये राज़, जिन्हें जानकर आप भी हैरान रह जाएंगे!
0 notes
Text
Bawa Nama Bali, Puluhan Seniman Muda Bertolak ke Jakarta
BALIPORTALNEWS.COM, JAKARTA —Teater Monolog Drupadi yang akan dipentaskan di Gedung Kesenian Jakarta, pada Sabtu (3/6/2023) mendatang, dimana karya kali ini akan menyuguhkan perpaduan antara sastra dengan drama visual. Teks sastra klasik seperti Ramayana, Mahabharata, dan Sudamala diterjemahkan ke dalam gambar-gambar dramatik yang memberi efek artistik. Presentasi itu diharapkan memberi kedekatan dengan ruang gerak dan aktivitas masyarakat modern. Kepada wartawan, Direktur Artistik dan Visual Teater Monolog Drupadi, Dibal Ranuh, pada Senin (29/5/2023) mengatakan, ia berupaya menerjemahkan teks sastra yang naratif dengan teknologi visual melalui perantaraan cahaya. Teks-teks klasik seperti Mahabharata, kata Dibal, sebenarnya sudah sangat kaya dengan visualisasi. Menurutnya, seni seperti wayang, tari, dan relief-relief yang dipahatkan dalam candi, telah lama menjadi kekayaan visualisasi terhadap teks sastra. Namun, tambah Dibal, umumnya penerjemahan itu memiliki karakter naratif, di mana teks sastra hanya diceritakan ulang dalam bahasa gambar. “Berbeda dengan naskah Drupadi yang ditulis Bli Can. Saya berusaha menciptakan gambar-gambar yang memberi efek dramatik,” kata Dibal di sela-sela latihan terakhir Drupadi di Denpasar. Diketahui, rombongan seniman Bali akan bertolak ke Jakarta hari Rabu (31/5/2023) mendatang, dipimpin Pimpinan Produksi Drupadi Wendra Wijaya. Mereka akan melanjutkan latihan dan gladi bersih langsung di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ). Menurut Dibal, naskah karya Putu Fajar Arcana yang akrab disapa Bli Can ini, membuka ruang interpretasi yang lebar. Adegan-adegan dalam lakon berdurasi 1,5 jam ini, sangat puitis dan estetis. Meski tampak menggunakan bahasa yang sederhana, di dalamnya tersimpan kedalaman visual yang menantang untuk dijajal. Dengan sangat lincah dan kreatif, naskah yang ditulis di masa pandemi ini, melompat-lompat dari teks Mahabharata, kemudian Ramayana, dan bahkan seperti berlari ke teks Sudamala. “Enak aja teksnya melompat-lompat seperti kijang. Dan itu seperti puisi visual yang membayang di mata saya,” kata Dibal, pendiri lembaga seni Kitapoleng Bali ini. Puisi visual Kenyataan dalam teks Drupadi, tambah Dibal, telah menantangnya untuk menciptakan gambar-gambar yang puitis sekaligus memberikan efek dramatik. Menurutnya, ia sama sekali tidak bertendensi untuk menduplikasi visualisasi yang selama ini menyertai teks Mahabharata yang telah hidup dalam ingatan publik Nusantara. Selain itu, ia juga berusaha menyuguhkan gambar-gambar yang tak berhenti sebagai ilustrasi belaka. “Semua gambar dalam lakon ini telah diolah dengan teknologi digital, sehingga memberi efek kekinian yang dekat dengan keseharian kita sekarang ini. Tidak bisa dipungkiri bahwa dunia digital adalah hidup kita hari ini,” ungkap Dibal. Selain menerjemahkan naskah ke dalam gambar visual, Dibal juga berupaya merespons empat koreografi yang diciptakan khusus untuk Drupadi oleh koreografer asal Jepang Jasmine Okubo. Kekayaan gerak tari yang diciptakan oleh Jasmine sepintas terlihat sangat kontemporer, tetapi sesungguhnya ia seperti mozaik yang disusun dari keragaman gerak yang terdapat di Nusantara. Itulah yang menantangnya untuk menciptakan efek-efek cahaya dan setting gambar yang senada. “Kadang terlihat seperti natural dan mooi indie, terkadang juga sangat futuristik,” ujar Dibal. Ia berharap akan menyuguhkan puisi visual yang indah, sehingga menjadi inspirasi bagi penonton di Ibu Kota. Menurut Pimpinan Produksi Drupadi Wendra Wijaya, seluruh seniman yang terlibat dalam pentas Drupadi adalah seniman-seniman Bali dengan bakat istimewa. Mereka tidak saja memiliki pendidikan seni secara akademis, tetapi diperkaya dengan olah seni yang mereka peroleh dari para maestro di masyarakat kesenian Bali. Lewat proyek seni Drupadi, kata Wendra, ia ingin menunjukkan bahwa Bali tak hanya berupa untaian tradisi yang eksotik, tetapi seni-seni baru juga hidup di dalamnya. “Bali tak berhenti dengan tradisi, tetapi kami terus bertumbuh dan sejak lama siap menjadi pewaris seni dan kebudayaan dunia,” kata Wendra, yang juga penyair ini. Di dalam Drupadi, tambah Wendra, akan disuguhkan tarian, musik, tata artistik dan cahaya modern, yang diramu dengan teks sastra yang kuat. “Naskahnya bermateri klasik, tetapi ditulis dengan pendekatan baru, lalu digarap dengan pendekatan kekinian. Jadi klop sebagai suguhan seni masa kini,” ujar Wendra. Co-Produser Drupadi Inaya Wahid mengatakan banyak cara untuk menyuguhkan kembali teks-teks tua menjadi materi yang bermanfaat untuk kehidupan masyarakat modern. Drupadi sebenarnya bisa diperlakukan sebagai sebuah gagasan dan isu tentang perempuan yang ‘teraniaya’. “Hidupnya tak lekang oleh penderitaan. Itu kan cerminan, bagaimana masyarakat kita sejak dulu sampai hari ini dalam memperlakukan perempuan kan?” ujar putri bungsu Presiden Abdurrahman Wahid ini. Oleh karena itu, ia berharap pertunjukan Drupadi yang digagas Arcana Foundation dan Kitapoleng Bali ini, akan menjadi refleksi bagi masyarakat modern dalam melihat kondisi hari ini. Lewat kesenian bisa tertanam nilai-nilai yang lebih menghargai kemanusiaan dalam bingkai keadilan dan keberadaban. (aar/bpn) Read the full article
0 notes
Text
Roopa Ganguly (lahir 25 November 1966) adalah seorang pemeran, penyanyi playback dan politikus asal India.[5][6][7] Ia adalah salah satu wajah paling populer dari pertelevisian India dan banyak dikenal atas perannya sebagai Drupadi dalam serial televisi hit garapan B R Chopra Mahabharat (1988).
0 notes
Text
Note to Readers.
Greetings, readers! I am 𝐿𝑂𝑅𝐸 𝐾𝐸𝐸𝑃𝐸𝑅, the one guiding the interactions of Drupadi Widjanarko. This tumblr is created solely for roleplay purposes, and any replication of the character's name or storyline authored by 𝐿𝑂𝑅𝐸 𝐾𝐸𝐸𝑃𝐸𝑅 is strictly prohibited. The writer reserves the right to take action if necessary.
I have chosen Lee Juyeon (이주연) as Drupadi’s muse. I also declare that Drupadi and I, 𝐿𝑂𝑅𝐸 𝐾𝐸𝐸𝑃𝐸𝑅, have no affiliation with THE BOYZ, IST Entertainment, or Lee Juyeon himself.
To help clarify the different perspectives during interactions, please note the various symbols that 𝐿𝑂𝑅𝐸 𝐾𝐸𝐸𝑃𝐸𝑅 will use:
........................ㅤ: In Character #.:................ㅤ: Out Of Character 𝐿𝑂𝑅𝐸 𝐾𝐸𝐸𝑃𝐸𝑅. : Writer’s Talk
Keep these symbols in mind, as they will help you distinguish between the voice of the character and the personal stance of the writer.
0 notes
Text
𝗦 𝗔 𝗝 𝗔 𝗞_𝟬𝟴 ✍️
Aku bukan Yudistira yang menaklukan Drupadi dengan kembang Sukandika, cinta ku atasmu juga tidak sekejam Ken Arok merebut Ken Dedes hanya mengisi hasrat kekuasaan belaka.
Itu karena aku tidak gila seperti cinta Ali kepada Laila Majnun. Aku percaya cintaku atasmu bukan cinta terlarang seperti Bandung Bondowoso kepada ibunya Roro Jonggrang.
Tapi maafkan aku juga, jika takdirmu tak seberuntung Arjumd Banu Begum yang dihadiahi Rauza-I Munavvara oleh Muqhal shah Jahan.
Itu kerena aku tiada berharta apalagi tahta, hanya semangat boster yang ku punya ☯
#Coretantetelawas
#Motivasi #Inspirasi #Quotes #Katabijak #Nasihat #kehidupan #sajak #puisi
Picture by Pinterest
0 notes
Text
Iseng-Iseng, Bikin-Bikin
Desain grafis.
Entah kapan dimulainya, tahu-tahu saya sangat suka mengamatinya. Mungkin sejak jaman Pak sering membawa pulang majalah Elle dan Marie Claire Prancis yang didapatnya di kantor. Mungkin dari buku-buku cerita bergambar yang dibeli Mak setiap kali ia bertemu toko buku. Tetapi yang pasti, sejak bertemu dengan Bebe Indah Miryam, desain grafis itu jadi amatlah menggoda. Saya rajin mengamatinya membuat layout tempat kami bekerja, Gadis. Ketika ia membuat rancangan baru buat Gadis, termasuk mengganti logonya: oooh, saya seperti permen karet, yang menempel di bawah bangku. Nggak mau lepas. Dari Bebe juga saya dapat buku Editing by Design karya Jan V. White. Buku besar dan tebal yang membuat saya belajar banyaaaaaaaaak sekali, dan sampai hari-hari terakhir saya di dunia majalah, ilmu dari buku ini tetap berlaku.
Ketika bekerja di biro iklan, contekan saya bertambah berkat kerja bersama para partner art director saya. Widyalupi Nonis, Maria K. Sum, Ria Untari, adalah teman kerja sekaligus kakak guru yang sampai sekarang ilmunya tetap saya simpan.
Desain grafis.
Barangkali ini yang membuat saya ngotot kembali ke dunia majalah. Bukan menulisnya, tetapi melihat bagaimana tulisan jadi begitu hidup berkat desain. Dengan atau tanpa foto, tulisan bisa dibuat menggoda untuk dibaca. Training perihal majalah Cosmopolitan di New York membuat saya memahami lebih jauh tentang desain grafis, yang ternyata memerlukan logika. Tak melulu rasa. Noni Soeparman adalah rekan kerja sekaligus partner adu ngotot setiap kali kami akan mengeksekusi cover.
Desain grafis.
Terlalu menggoda untuk tidak dicoba. Dan hari itu tiba ketika Dua Ibu akan membuat album musikalisasi puisi. Minta tolong pada seorang desainer, nggak jadi-jadi. Minta pada yang lain, hasilnya sungguh tak menggembirakan hati. Akhirnya nekat bikin sendiri. Dibantu Andri Sonda, saya minta ia mengajari aplikasi photoshop (super sederhana) dan indesign (secukupnya). Setiap langkah saya catat, lalu utak-atik sendiri. Oh, keringetannya seperti air curahan dari ember, dong. Deras. Tapi hati terlalu geram untuk menyerah.
Cover album Gadis Kecil, dibuat dengan memanfaatkan foto Soca yang sedang main hujan, dan tulisan tangan saya yang “ibu-ibu” banget (andalan bikin surat ijin nggak olahraga buat teman-teman SMP). Ketika jadi, banyak yang berkomentar, sederhana tapi nendang. Terima kasih. Sederhana karena bisanya itu, hahaha… Kalau nendang, mungkin karena pakai warna andalan: merah.
Setelah itu, album Becoming Dew. Yang ini –menurut saya—tidak sukses sama sekali. Tetapi album ini kan dibikin hanya buat dokumentasi dari dua orang yang baru berbaikan setelah musuhan sekian tahun. Jadi biar kelihatan, tercatat, ya pakai cover deh. Dibuat dengan memanfaatkan foto suami dan type face yang ada di computer saat itu. Usaha: less than zero.
Desain grafis.
Dan saya semakin tergoda, semakin nekat mencoba ini itu. Hampir semua cover album AriReda saya pembuat desainnya. Kecuali Suara dari Jauh, yang semua gambarnya dibuat oleh seniman idola, Ruth Marbun. Setelah proyek yang satu ini, saya kembali menggunakan karya Ruth untuk album terakhir, AriReda Menyanyikan Puisi Sapardi Djoko Damono.
Membuat desain cover album tak selalu langsung jadi. Seperti album kedua AriReda, yang muncul 8 tahun setelah album pertama itu. Waduh desain yang nggak masuk seleksi lebih dari 25! Bahkan sempat minta bantuan dua desainer untuk ikutan bikin. Tetapi tidak lolos seleksi kurator saat itu: Hendro Yuwono, Felix Dass, dan Ari Malibu. Sampai putus asa rasanya. Cover yang akhirnya terpilih, saya buat setelah melihat pameran karya Ibu Sri Astari Rasjid di Kawasan Kota Tua. Terpesona saya pada patung Drupadi buatannya. Saya foto dari belakang, lalu iseng-iseng saya beri tambahan gambar daun, lalu beri teks. Eh, langsung approved! Moga-moga emang mereka senang, bukan karena kasihan sama saya yang tiap hari kirim desain.
Desain grafis.
Ada apanya ya? Kok bisa begitu menggelitik? Mungkin bermain dengan gambar, dengan teks, dengan warna. Apa pun itu, saya jadi senang mendesain. Dari cover album, merambah ke cover buku, sampai desain buku secara utuh (Na Willa itu saya yang desain, dirapikan oleh Cik Guru Noni Soeparman).Semua bikin “nyala” meski ada juga sisi nggak asiknya ketika memeriksa teks, foto/gambar jangan sampai terpotong/tertimpa teks(ini sering terjadi, sih) sebelum naik cetak.
Satu yang bikin agak gimanaaaa pas bikin adalah buku Catatan Perjalanan AriReda. Tiap baca teksnya, ada saja yang mau ditambah dan diganti dan dihapus. Kacau. Untung ada Felix yang gebah-gebah, jadi selesai tepat waktu. Oya, satu hal yang selalu bikin gemas adalah soal pilihan fonts/typeface. Kalau kerja sama Felix, dia hampir selalu complain soal huruf yang saya pilih. Kurang modern. Kurang kekinian. Kurang sleek. Pas dia bilang begitu, saya selalu jawab, “Masak sih?” Tapi setelah diam sebentar, dan dilihat-lihat lagi dengan hati tenang, yang dia bilang itu benar adanya, hahahaha. Kurang ngulik huruf banget! Belajar lagi nanti, ya.
Eh, belajar lagi? Memangnya mau desain-desain terus? Hmm, nggak tahu ya. Tapi yang pasti beberapa bulan lalu, sempat bikin desain logo dan selongsong untuk restoran kesayangan, The Yap’s Kitchen. Saya suka banget ngerjainnya. Semoga yang dibikinin senang juga.
Jadi akan mendesain terus? Barangkali. Meski telunjuk sering pegal dan mendadak kaku karena kelamaan geser-geser trackpad dan kesal kalau ada yang terlewat karena nggak teliti, kegiatan yang satu ini sangatlah mengasyikkan.
0 notes
Text
SBY Terima Kunjungan Prabowo di Pacitan: yang Dibahas Masalah Bangsa
PACITAN I KBA – Presiden Keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono baru saja bertemu dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Pertemuan kedua tokoh bangsa itu berlangsung di di Wisma Drupadi, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, Sabtu, 20 Maret 2023. Sayang, pertemuan ayahanda Ketum Partai Demokrat Agus Harimurthi Yudhoyono dan Prabowo itu berlangsung tertutup. Bahkan tidak ada keterangan pers usai…
View On WordPress
0 notes
Text
Part 2
Ohiyaa, nep Agustus kmrin aku dtg ke Yudisiumnya Andrew, Ayu, dan Rhozi. Senang sekaliiii rasanya ketemu temen-temen. Aku jd kangen kuliah lagi. Aahh aku kangen nep. Selain emil, icha, denta, bangun, sama andre jg dtg. Hahahaha kita ber5 recreate foto pandawa featuring drupadi. Ya walaupun gk lengkap.
1 September 2022 aku mulai mengajar di s**m. Ada banyak sekali penyesuaian alias adaptasi yg hrs dilakukan di sana. Kurikulum, lingkungan, bahan ajar, dsb. Hampir semuanya baru. Aku belajar menghafal tempo kerja di sana, mencari celah-celah aku bisa membuat diriku nyaman di tempat baru. Berkenalan dengan orang-orang baru. Banyak sekali yg terjadi saat itu. Pergantian guru yg terkesan terburu-buru, tiba-tiba mengajar History disamping Geography, status, ritme kerja, and all of these.
Aku agak kaget saja dengan beberapa hal, tapi semuanya kembali kepadaku. Apakah aku mau menerimanya atau pergi. Dan keputusanku adalah tinggal, menggali pelajaran sebanyak-banyaknya. Bisa dibilang aku terhanyut oleh adaptasi yg perlahan menjelma menjadi rutinitas. Memeluk erat diriku sendiri, memberi kekuatan, meneguhkan hatiku, melapangkan ikhlasku. Aku belajar banyak hal.
Jumat, 28 Oktober 2022. Aku masih ingat sore tersedih itu. Grup wassp BB tiba² rame. Padahal sebelumnya, tidak ada kabar berarti tidak ada masalah. Teman baikku berpulang. Insha Allah husnul khotimah... Sore itu juga aku lgsg booked tiket kereta Indro-Wonokromo-Bojonegoro setelah menyimak percakapan di grup. Tidak ada yg percaya kalau momen ini akan tiba di antara kami. Air mataku tidak menetes sedikitpun, tapi tanganku gemetar. Aku teringat seseorang yg tdk join grup wassap BB. Aku harus ngabarin dia.
Entah bagaimana bisa aku berakhir semobil dengannya hahaha. Mungkin aku yg nggak fokus atau mungkin missed communication aja. Ternyata temen²ku gjd naik kereta, mereka naik bis. Aku disuruh brngkt dari Surabaya. Ok deh aku naik kereta api dari Gsk-Sby trus ikut semobil sama rombongan Ica, Vidi dan Nisah. Gamau ribet, aku nurut aja krn ini bukan wktnya adu argumen. Pokoknya nyampek Ayu dulu. Sudah ku duga temen² pasti bertanya² kok bisa aku semobil dengannya. Yahh aku bisa apa. Aneh. Aku malah tdk bisa menangis di depan teman²ku. Satu-satunya momen aku nangis adalah saat di kereta api menuju Surabaya, seusai membaca chat dari adiknya Ayu yg dikirim di grup. Terisak lumayan kencang aku. Setelah sholat dhuhur kami pulang. Aku turun di pertigaan terminal bunder. Sampe di rmh aku nemuin struk makan siang tadi. Kami sempat makan di rumah makan ayam seberang jalan raya masih dekat rumah almarhumah. Tertulis di sana nama pelayannya Ayu. Hari itu benar-benar hari yang panjang.
0 notes
Photo
“Dalam cinta, mimpi adalah kenyataan ❤️ - kata Krisna kepada Drupadi” . . . . . . . . . . . . #vsco #vscocam #weekend #saturday #korea #seoul #makeportraits #makeportraitsmag #slideintomydms #streetstyle #justgoshoot #shotaroundmag #portraits_ig #peopleinframe #streetdreamsmag #lightroom #live #happy #iphone #shootoniphone #iphonex #pictoftheday #instalike #instadaily #explore (at 明洞 街 Myeongdong Street 명동 거리 首尔 ソウル Seoul 서울) https://www.instagram.com/p/ClbKgrOrgzg/?igshid=NGJjMDIxMWI=
#vsco#vscocam#weekend#saturday#korea#seoul#makeportraits#makeportraitsmag#slideintomydms#streetstyle#justgoshoot#shotaroundmag#portraits_ig#peopleinframe#streetdreamsmag#lightroom#live#happy#iphone#shootoniphone#iphonex#pictoftheday#instalike#instadaily#explore
1 note
·
View note
Photo
Mahabharata What If 2: Mahanayak's Name (on Wattpad) https://www.wattpad.com/story/368788994-mahabharata-what-if-2-mahanayak%27s-name?utm_source=web&utm_medium=tumblr&utm_content=share_myworks&wp_uname=GameofDice
Setelah tragedi Dyut Sabha, Arjuna menyadari ada satu hal yang berubah.
After the Dyut Sabha tragedy, Arjuna realized that one thing had changed.
#arjun#arjuna#drupadi#dwaraka#fiction#krishna#mahabharat#mahabharata#pandawa#books#wattpad#amwriting
3 notes
·
View notes
Video
youtube
भगवान ने की थी द्रौपदी की रक्षा, लेकिन क्यों नहीं हो पाती बहन-बेटियों की...
0 notes
Text
Drupadi Menggugat Kemapanan Kekuasaan Lelaki
BALIPORTALNEWS.COM, JAKARTA — Drupadi menggugat kesewenangan-wenangan kekuasaan laki-laki yang hampir selalu memperlakukannya secara tidak hormat. Perempuan dalam kisah Mahabharata itu bahkan melawan seluruh tindakan dan keputusan yang telah ditetapkan oleh raja dan para suaminya. Ia tidak ingin pelecehan terhadap dirinya berlangsung terus sampai di masa kini. Gugatan dan perlawanan Drupadi itu bisa disaksikan dalam lakon bertajuk Teater Monolog Drupadi, Sabtu (3/6/2023) pukul 20.00 WIB di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), Pasar Baru, Jakarta Pusat. Lakon ini ditulis seniman Putu Fajar Arcana, yang sekaligus menjadi sutradara pertunjukan. Sejauh ini, seluruh persiapan pementasan telah dilakukan selama hampir tiga bulan di Denpasar, Bali. Menurut Produser Joan Arcana, Arcana Foundation yang ia dirikan sejak tahun 2011 selalu konsisten menangkap isu-isu aktual untuk kemudian dipresentasikan ke atas pentas. Saat ini, katanya, peristiwa tentang para perempuan yang mengalami kekerasan seksual dan dilecehkan seolah terus menderas tanpa henti. “Hukuman rupanya tak menjerakan para pelaku. Kekerasan seksual terhadap perempuan terus-menerus terjadi, di mana-mana. Ini memprihatinkan kami,” kata Joan, Sabtu (20/5/2023) di sela-sela latihan Drupadi di Denpasar, Bali. Joan menyebutkan beberapa peristiwa mengenaskan yang dialami para perempuan di Bandung, Bekasi, Jakarta, Sumatera Barat, dan beberapa daerah lain di Indonesia. Ia merasa bahwa harus ada cara lain untuk memberdayakan perempuan dan menggugah kesadaran para lelaki. Pementasan teater, katanya, menjadi salah satu metode yang bisa dimanfaatkan untuk mengetuk kesadaran bersama, tentang betapa pentingnya menghargai dan menghormati perempuan. Namun, katanya, semua gugatan dan perjuangan itu tidaklah dalam kerangka saling mengalahkan. “Setidaknya perempuan diletakkan dalam posisi terhormat,” kata dia. Teater monolog Sutradara Putu Fajar Arcana mengatakan ia ingin menyajikan bentuk teater yang akrab dengan seluruh elemen penginderaan dalam diri manusia. Secara visual, para penonton akan diajak bertualang menikmati keindahan lanskap yang disajikan teknologi multimedia. Selain itu, secara auditif ia akan mengajak para penonton menyimak dan mendengar lagu, yang digubah oleh musisi dan aktris film Ayu Laksmi. Putu Fajar Arcana sejak awal telah memilih Ayu Laksmi untuk menggubah lirik-lirik yang ia tulis untuk pementasan Drupadi. Menurutnya, nuansa musik yang digarap Ayu pas dengan suasana yang ingin dia bangun dalam pementasan Drupadi. “Ayu itu berhasil memadukan musik dunia dengan materi kekayaan etnik yang kita miliki. Lakon ini juga berangkat dari kekayaan tradisi yang kita miliki, tetapi dipresentasikan dengan platform yang akrab dengan generasi di masa kini,” kata Putu, yang akbrab disapa Bli Can ini. Bentuk teater monolog yang ia pilih, tambahnya, dalam rangka menyederhanakan penyampaian curhatan yang diungkapkan Drupadi sepanjang pertunjukan. Namun, monolog Drupadi diperkuat dengan eksplorasi tari yang digarap koreografer internasional Jasmine Okubo, serta musik oleh Kadapat. Khsusus tentang Kadapat, Bli Can mengatakan digawangi oleh Yogi dan Barga, dua anak muda Bali yang menguasai musik tradisi, tetapi mengeksplorasinya melalui teknologi musik digital. Ayu Laksmi mengatakan ia sungguh beruntung mendapatkan lirik yang kaya akan makna. “Indah sekali, saya jadi mudah menggubahnya menjadi nyanyian,” katanya. Menurut pemeran Ibu dalam film Pengabdi Setan ini, menciptakan lagu yang diperuntukkan bagi sebuah pementasan agak berbeda dengan menyiapkan sebuah album. Semua lirik yang diberikan penulis naskah, ujar Ayu, merupakan satu rangkaian dengan cerita. “Jadi saya harus menangkap nuansa pentas, lalu mencari warna yang tepat agar menghasilkan lagu yang pas dengan bentuk pertunjukan,” ujar Ayu Laksmi. Sementara itu Jasmine Okubo mengungkapkan ia mengajak para penari sarat pengalaman dan prestasi dalam proyek pementasan Drupadi. Di antaranya ada penari muda bernama Thaly Kasih, yang pernah bermain dalam film The Seen and Unseen, garapan sutradara Kamila Andini. “Dia berbakat sekali, karena itu layak diberi kesempatan mengembangkan bakatnya,” tutur Jasmine, koreografer berdarah Jepang, tetapi lahir di Turki. Menurut Joan Arcana, pertunjukan ini bisa dihelat berkat dukungan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, serta Indonesia Kaya. Selain itu masih terdapat para donatur yang merasa berkepentingan untuk menyuarakan isu-isu seputar kaum perempuan.(bpn) Read the full article
#ArcanaFoundation#AyuLaksmi#Drupadi#KekuasaanLelaki#Kemapanan#Mahabharata#Teatermonolog#TeaterMonologDrupadi
0 notes
Text
Aku datang gelap.
Kau pergi terbit..
Aku bawa matahari separuh.
Kau peluk bulan utuh..
Aku sendiri terjaga.
Kau dengan mimpimu..
10 notes
·
View notes
Text
The Man Behind the Manuscripts.
Drupadi Widjanarko, born on January 15, 1998, is a figure known for his deep love of Indonesian literature and culture. Raised in a family that cherished the written word, Drupadi grew up immersed in classic books and folktales from across the archipelago, which laid a strong foundation for his passion for the study of language and literature.
From an early age, Drupadi was known as an enthusiastic child, though one with a decidedly clumsy streak. This trait followed him to the Faculty of Humanities at the University of Indonesia, where he pursued a degree in Indonesian Literature. There, Drupadi displayed remarkable academic prowess, frequently engaging in critical literary discussions, contributing articles to the university journal, and actively participating in various student organizations. His accomplishments nearly earned him the title of "Outstanding Student" (Mahasiswa Berprestasi). However, one small mistake changed everything—he forgot to submit an important assignment, which cost him the accolade. Despite this, he remained respected and well-regarded by both his peers and professors for his humility and dedication to learning.
After graduating, Drupadi sought a career that aligned with his passions. He joined the National Library (Perpusnas) as a staff member responsible for the management and preservation of ancient manuscripts and modern literature. In his role, Drupadi did more than just handle books; he endeavored to introduce local literary works to the younger generation through various activities such as book discussions, seminars, and literacy programs.
His journey did not stop at the National Library. Drupadi also expanded his career as a curator at the Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara (MACAN). There, he assisted in designing exhibitions that fused contemporary art with Indonesian literature, blending traditional and modern elements to provide new perspectives for visitors. His experience as a curator enriched his understanding of the relationship between visual art and narrative in literature.
Today, Drupadi remains dedicated to the preservation of Indonesian culture and literature. He believes that literature has the power to unite, inspire, and educate, serving as a bridge for future generations to understand their nation's identity.
0 notes