#Cara kuliah di Amerika
Explore tagged Tumblr posts
Text
English liberty - Les Privat Bahasa Inggris
English liberty adalah lembaga penyedia jasa les privat bahasa inggris di Jabodetabek. Lembaga kami menawarkan program kursus bahasa inggris diantaranya:
General English
English Conversation
English for kids
TOEFL, IELTS, TOEIC preparation
English for Business
Kami berpengalaman melatih bahasa inggris untuk keperluan tes masuk universitas negeri, tes dan interview kerja bahasa inggris, persiapan tes bahasa inggris untuk kenaikan jabatan, melancarkan kemampuan speaking untuk pelajar sekolah dan mahasiswa dan lain sebagainya.
Les bahasa inggris di English Liberty lebih banyak menekankan latihan conversation dengan proporsi 70% prektek 30 teori yang dimaksudkan agar cepat bisa bicara bahasa inggris dengan lancar.
Jika Anda berminat silahkan hubungi admin kami di 081292384049
PAKET KURSUS
General English
Les privat bahasa inggris yang rancang untuk meningkatkan pemahaman bahasa inggris mulai dari tingkat dasar (elementary), menegah (intermediate) hingga tingkat lanjut (advance). Program ini cocok untuk pelajar SMP, SMA dan mahasiswa.
English Conversation
English conversation kami rancang untuk mendorong kemampuan berbicara bahasa inggris serta menumbuhkan kepercayaan diri saat bercakap-cakap dengan expatriate.
TOEFL Preparation Test
Les privat persiapan tes TOEFL ditujukan bagi Anda yang ingin melanjutkan studi atau bekerja di negara Amerika dan Kanada.
IELTS Preparation Test
Paket kursus untuk persiapan tes IELTS. Ditujukan bagi anda yang hendak melanjutkan kuliah diluar negeri atau bekerja di perusahaan asing. Sertifikat tes IELTS populer digunakan di negara Inggris, Australia, Selandia Baru dan negara lainnya yang menggunakan standar British English.
English For Business
Direkomendasikan untuk Anda seorang karyawan profesional atau pengusaha untuk mendukung karir dan bisnis. English for business mempelajari topic berkaitan seputar dunia perkantoran dan bisnis seperti cara berinteraksi dengan kolega ekspatriat, menyajikan presentasi bahasa inggris, komunikasi tulisan seperti mengirim email dalam bahasa inggris dan sebagainya.
Grammar Focus
Grammar focus mendalami pembahasan grammar bahasa inggris secara komprehensif. Paket kursus bahasa inggris ini direkomendasikan untuk anda yang ingin menyempurnakan penggunaan tata bahasa inggris untuk keperluan akademik, perkantoran dan bisnis.
English for kids
Les Bahasa Inggris untuk anak-anak. Meteri balajar mencakup pengayaan kosakata, membuat kalimat dan memahami ungkapan dasar bahasa inggris.
Hubungi kami di 081292384049
2 notes
·
View notes
Text
Peliknya Jalan Demokrasi Kita
Muhammad Muslim – Perantau Sekayu di Jakarta “Bawalah aku menyaksikan mukjizat pada suatu malam yang mulia, dimana anak-anak bebas bermimpi di dalam angin perubahan.” –Klause Meine–
Sewaktu kecil, sekira kelas dua atau tiga madrasah ibtidaiyah, apa (panggilan saya untuk ayah) tidak hanya sekali atau dua kali bercerita tentang Tembok Berlin dan Perang Dingin. Saya menerima apa yang ia ceritakan tidak lebih dari sekedar dongeng belaka dengan membayangkan Tembok Berlin sebagai sebuah tembok raksasa nan panjang, sekat pemisah kehidupan malaikat dan iblis, yang mustahil ditembus dan dirobohkan oleh umat manusia. Dan Perang Dingin sebagai perang panjang mencekam antara Uni Soviet dan Amerika Serikat, berlangsung di hamparan salju yang luas, tiada berujung tiada bertepi. Kendati hanya menerimanya sebagai dongeng semata, cerita ayah adalah sumber keingintahuan paling utama dalam hidup saya.
Saya tidak ingat kapan persisnya saya mendengarkan lagu Wind of Change dari Scorpions untuk pertama kalinya. Yang pasti siulan Klause Maine di dalam intro lagu itu memberikan nuansa magis yang begitu personal. Kendati begitu, sampai tamat sekolah menengah atas, Wind of Change bagi saya tidak lebih dari sekedar lagu rock barat yang enak untuk didengarkan. Barulah saya sadar sesaat setelah berkuliah di Semarang, kalau Wind of Change tidak lain adalah dongeng yang ayah ceritakan. Semenjak mengikuti mata kuliah pengantar teori hubungan internasional, setiap kali mendengar lagu Wind of Changes, dengan serta merta saya terngiang dengan Francis Fukuyama dan ayah. Kesannya memang cocokologi, tapi antara ayah, Klause Maine, dan Francis Fukuyama, mereka sama-sama menuturkan sebuah inti pesan, yakni perubahan.
Cukuplah dua paragraf di atas sebagai pengantar dari apa yang hendak saya bahas dalam tulisan ini. Sejak terbersit untuk menulis ini, saya senantiasa mencari cara dan berupaya menemukan akal agar pesan yang hendak saya sampaikan dapat diterima oleh pembaca yang beragam bentuknya. Olehnya, tulisan ini mengusung genre sersan (serius tapi santai). Serius karena memang yang akan dibahas adalah apa-apa yang menjadi pokok dalam bernegara, dan santai karena tulisan ini tidak ingin menempatkan pembacanya pada respons yang latah dan reaksioner. Sesantai ketika kita mendengarkan Wind of Changes, seserius ketika kita membaca nubuat Fukuyama dalam buku The End f History and the Last Man. Begitulah kira-kira.
Saya mengutip penggalan lagu Wind of Change di awal tulisan, untuk mengingatkan kepada kita semua bahwa angin perubahan itu senantiasa ada. Robohnya Tembok Berlin pada 1989 disusul keruntuhan Uni Soviet pada 1991 yang menandai berakhirnya Perang Dingin, menghantarkan dunia pada demokratisasi yang seluas-luasnya. Sebuah fenomena yang sering disebut sebagai musim semi global. Yang Fukuyama maksud sebagai the Last Man jelas adalah demokrasi liberal itu sendiri. Dunia berakhir dengan kemenangan demokrasi, sehingga tidak ada alternatif lain di masa depan. Menyusul fenomena musim semi itu, Indonesia turut menghendaki adanya perubahan radikal dalam cara bernegara, sebuah momentum peralihan dari otoritarianisme menuju demokrasi liberal ala barat. Ketidakpuasan terhadap Soeharto akibat kebijakan yang dianggap beraliran Jawa Sentris dengan paradigma pembangunan sentralistis, berujung pada kemunculan gerakan pro desentralisasi yang mengusung semangat kedaerahan untuk memberikan kemandirian dan keleluasaan bagi daerah dalam mengoptimalkan potensinya, yang diujungnya diharapkan dapat memberikan kemakmuran sebesar-besarnya bagi masyarakat. Gerakan ini menyentuh puncaknya pada 1999 ketika otonomi daerah resmi digalakkan dan berdampak pada terbentuknya provinsi, kabupaten, dan kota baru secara masif dalam waktu yang sangat singkat. Musim semi demokrasi pada level global dan negara pun berlanjut sampai tingkat daerah. Mencermati fenomena ini, maka sangat sulit bagi saya untuk membayangkan kalau Kabupaten Musi Banyuasin di Sumatera Selatan sana, sebagai contoh, luput dari pengaruh atas apa yang terjadi dalam tatanan global.
Berangkat dari diskusi di atas, pertanyaannya kemudian adalah, apakah betul desentralisasi sebagai bagian dari demokrasi akan mampu mengangkat derajat daerah sehingga pada gilirannya mampu memberi imbas pada perbaikan secara nasional? Atau secara lebih praktis, dari mana kita memulai langkah untuk mewujudkan kemajuan Indonesia? Dari level pusat bergerak ke level daerah (top down), atau dari daerah bergerak menuju kemajuan nasional (bottom up)? Kita akan mengurai jawaban atas pertanyaan ini dengan seksama dan sesingkat mungkin.
Daerah (baca: provinsi, kabupaten, dan kota) menjadi penting mengingat jumlahnya begitu signifikan. Di tahun 2024, setidaknya terdapat 38 provinsi dengan 416 kabupaten dan 98 kota di dalamnya. Dengan otoritas daerah sebanyak itu, Indonesia sebetulnya menghadapi apa yang disebut sebagai kutukan kelimpahan ‘paradox of plenty’.[1] Betul bahwa desentralisasi mendorong partisipasi daerah dalam menentukan agenda pembangunan nasional. Namun di sisi yang lain ia berpotensi menciptakan permasalahan yang kompleks seperti terjadinya kesenjangan pembangunan antar daerah, dan paling parah melahirkan oligarki-oligarki kecil di daerah, dimana raja-raja kecil dikepung oleh segelintir orang yang menguasai akses dan memonopoli sumber ekonomi. Asumsi ini paralel dengan tingkat korupsi yang terjadi di daerah. Sepanjang tahun 2004 sampai dengan 2022, KPK telah menangani sebanyak 1.351 kasus korupsi, dimana 905 di antaranya merupakan korupsi yang terjadi di daerah. Kalau kita mengandaikan yang terjadi pada 1998 sebagai musim semi Indonesia, kapan panen raya akan terjadi? Maka jawabannya adalah di tahun 2024 ini. Walaupun kita dihadapkan pada suatu kecemasan kolektif, sadar atau tidak, apakah buah yang akan kita panen adalah buah dengan kualitas ekspor atau buah busuk yang bahkan tidak akan laku di pasar lokal. Kendati dihadapkan pada pilihan buah-buah busuk sekalipun, masyarakat terpaksa tetap harus ikut memanen karena tidak ada pilihan lain. Buah busuk yang dipanen kemudian dikonsumsi dan berimbas pada sakit pencernaan kronis yang menahun. Karena kita tidak melakukan pembibitan dengan baik, tidak menjaga kesuburan tanah, dan tidak merawat kebun dengan baik sehingga terjadi hama selama musim semi berlangsung, maka panen raya tidak menghasilkan buah yang berkualitas.
Paragraf di atas sekiranya adalah perumpamaan atas apa yang sedang kita hadapi saat ini. Panen raya yang dimaksud adalah pilkada serentak. 37 Provinsi, 415 kabupaten, dan 93 kota terlibat di dalamnya. Bisa kita bayangkan betapa mahalnya ongkos demokrasi untuk melaksanakan pilkada serentak ini. Namun, dengan merogoh kocek yang begitu besar, kita tidak mendapatkan buah dengan kualitas terbaik. Bagaimana mungkin mantan narapidana korupsi dapat melanggeng sebagai calon kepala daerah. Bagaimana mungkin seorang calon pemimpin daerah gagap dan gugup ketika menjelaskan apa yang dimaksud dengan gender. Bagaimana mungkin seorang calon kepala daerah terbata-bata menyebut kata ‘digitalisasi’. Bagaimana mungkin calon kepala daerah harus membolak-balik catatan yang berlembar sebelum menjawab pertanyaan moderator. Bagaimana mungkin ada calon kepala daerah yang hendak berinovasi mengubah padi menjadi beras. Itulah yang saya temui sepanjang proses pilkada serentak 2024 berlangsung. Kadang saya bingung harus tertawa terbahak-bahak atau prihatin ketika menyaksikan potongan debat yang berseliweran di media sosial. Itulah fakta demokrasi kita yang tak mungkin disangkal.
Kondisi di atas disebabkan oleh persoalan multidimensional. Pendidikan demokrasi tidak berlangsung secara ideal, lembaga politik kita menaruh pertarungan politik sebatas hubungan transaksional, dan proses demokrasi kita dijalankan dalam roda pragmatisme. Apa yang lebih bahaya dari otoritarianisme adalah yang disebut sebagai demokrasi semu (pseudo-democracy). Kita melaksanakan pemilu seolah-olah kita adalah negara yang demokratis. Padahal demokrasi kita ditunggangi oleh kepentingan oligarki, ditentukan oleh tangan-tangan tak terlihat, dan dilaksanakan sebagai alat tukar tambah keuntungan ekonomi. Kalau pendidikan demokrasi berlangsung ideal di tengah masyarakat, maka celah politik uang atau ‘money politics’ akan semakin sempit. Dengan demikian tidak ada lagi masyarakat yang bersedia menerima uang 500 ribu rupiah untuk memilih salah satu calon. Bagaimana mungkin suara pemilih dihargai 500 ribu rupiah untuk lima tahun, yang artinya hanya dihargai 274 rupiah per hari. Kalau saya menjelaskan ini ke tetangga saya di Sekayu sana, maka jawabannya adalah yang penting uangnya diterima dulu untuk beli beras hari ini, dan besok adalah urusan lain. Pembiaran ini adalah awal bagi penyelewengan kekuasaan oleh pemimpin daerah di kemudian hari. Karena merogoh kocek besar untuk menggelontorkan uang bagi pemilih, maka pemimpin daerah berpikir bagaimana caranya untuk mengembalikan modal. Dalam kondisi lain, kalau politik kita disandarkan pada prinsip etika publik, maka tidak mungkin mantan narapidana korupsi lulus dalam seleksi demokrasi. Kalau demokrasi kita dijalankan dengan berdasar pada cita-cita memperbaiki kondisi masyarakat, maka debat yang kita saksikan adalah debat berbobot, substansial, dan berkualitas, bukan debat remeh-temeh yang memalukan.
Kembali lagi ke potensi gagal panen di masa panen raya yang dijelaskan sebelumnya, saya sangat terganggu dengan pendapat bahwa demokrasi bukanlah untuk memilih yang terbaik, melainkan menghindarkan kita dari pilihan terburuk. Apa gunanya menanam banyak bibit buah dan buang-buang tenaga untuk berkebun kalau kita hanya berharap mendapat buah terbaik dari buah-buah paling buruk. Demokrasi harus dipahami sebagai sebuah inkubator politik yang ditujukan untuk melahirkan kandidat-kandidat terbaik di antara yang paling baik. Bukan sebaliknya, menyeleksi kandidat terbaik di antara yang terburuk. Dengan kata lain, siapapun yang akan jadi calon kepala daerah, maka wajib kita pastikan mereka semua adalah yang terbaik. Perkara siapa yang akan memenangi pertarungan, itu akan ditentukan oleh preferensi-preferensi yang berkembang di tengah masyarakat. Sampai pada titik ini, dengan tegas dan sadar saya hendak mengatakan, bahwa kualitas kandidat calon kepala daerah paralel dengan kualitas masyarakatnya. Kita tidak mungkin menunut pemimpin yang berkualitas manakala masyarakat tidak berkualitas. Dalam diskusi formal seperti debat pilkada, praktis kita tidak melihat adu argumen yang tajam dan konstruktif antar calon. Kondisi ini sejalan dengan debat di tengah masyarakat yang sarat dengan cacian, makian, hasutan, dan sentimen-sentimen negatif lainnya. Tentunya masyarakat yang saya maksud di sini adalah sesuatu yang berdimensi luas yakni siapa-siapa saja yang terlibat dalam proses demokrasi itu sendiri, mulai dari partai politik, lembaga pemerintahan, lembaga swadaya masyarakat, lembaga independen, masyarakat selaku pemilih, dan seterusnya. Semua pihak bertanggung jawab atas kesemrawutan ini.
Pilkada serentak yang kita bayangkan sebagai angin perubahan kenyataannya memang hanya sebatas momen pergantian pemimpin, bukan pergantian nasib ke arah lebih baik. Dalam konteks demokrasi Indonesia, pergantian presiden menjadi penting karena ia berperan signifikan dalam menentukan derajat dan marwah kepemimpinan nasional. Namun dalam kondisi praktis dan implementatif, pergantian kepemimpinan nasional tidak berarti signifikan tanpa dukungan kepemimpinan daerah yang kuat. Pada titik ini, maka kita perlu memahami bahwa perbaikan demokrasi dan perbaikan kehidupan bernegara sejatinya harus didorong dari atas dan ditopang dari bawah. Kita mengumpamakannya seperti menyapu lantai dimana debu jatuh berguguran dari langit-langit rumah, perubahan yang tidak dimulai dari bawah sama halnya dengan membangun atap tanpa fondasi rumah. Tentu saya tidak berharap setiap calon kepala daerah mendengarkan lagu Wind of Changes, atau membaca buku Francis Fukuyama, tetapi saya menghendaki adanya kepemimpinan daerah yang kuat. Dan kekuatan kepemimpinan daerah bagi saya bersumber dari dua hal. Pertama, kekuatan yang datang dari interaksi luar yang melahirkan keluasan cara pandang, kekayaan referensi, dan kedalaman pengetahuan. Kedua, kekuatan yang datang dari dalam, yakni kekuatan yang tumbuh dari rasa prihatin, pengalaman internal, dan dari pengamatan langsung atas kondisi yang berkembang di tengah masyarakat. Kekuatan terbaik adalah kekuatan yang menggabungkan keduanya. Adakah calon kepala daerah yang demikian? Mungkin ada di beberapa tempat, namun itu tidak terjadi secara merata. Untuk menjadi kepala daerah di Indonesia kita tidak perlu berlaku adil, berintegritas, dan berwawasan luas. Yang kita perlu hanyalah keberanian untuk tabrak sana-sini, lobi sana-sini, dan tukar tambah sana-sini. Semoga angin perubahan itu kembali tiba di masa kesiapan tanam yang lebih matang. Semoga demokrasi suatu hari beroperasi di tengah masyarakat yang berdaya dan berkualitas.
[1] Kutukan kelimpahan atau paradoks kelimpahan merupakan hipotesis yang menganggap bahwa kepemilikan terhadap sumber daya yang berlebihan berbanding terbalik dengan kualitas pemanfaatan sumber daya tersebut. Dalam konteks negara misalnya, negara dengan sumber daya alam yang melimpah cenderung memiliki pertumbuhan ekonomi dan tingkat demokrasi yang lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara dengan sumber daya alam yang lebih sedikit. Dalam konteks digitalisasi, ‘paradoks kelimpahan’ terjadi ketika banyaknya data yang tersedia menyebabkan kurangnya perhatian pada hal-hal substansial. Ketika orang-orang berjuang untuk fokus di tengah informasi yang melimpah, kemampuan untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan informasi menjadi semakin lemah.
0 notes
Text
Cara belajar Efektif
Belajar di sekolah itu sangat penting tapi kadang kita bingung kalau di suruh jelasin ulang pelajaran apa tadi di sekolah, gak heran kita ketemui belajar pas ujian aja, habis ujian malah lupa apa yang kita pelajarin setelah ujian. Belajar hapalkan lupakan. Tiga slogan itu di zaman sekarang sudah hal yang biasa bahkan ini termasuk negatif dan dan tidak efiensi.
“Suatu kondisi ketika kita merasa sudah menguasai suatu hal yang sebenarnya belum kamu kuasai.”
Jadi sesuatu yang masuk ke otak kita itu ada tahapannya:
1. Sensory memory (ingatan jangka pendek)
2. Working memori (saring)
3. Long tern memory ( ingatan jangka panjang)
Kalau kita liat 3 tahapan di atas apakah kita sudah menerapkannya di dalam otak kita?
Contoh:
Kita mudah banget ingat ghosip tentang artis dibandingkan mengingat pelajaran karena sesuatu yang kita dapat itu kita latih tiap hari, karena kita cari di medsos bahkan kita obrolin sama teman bahkan kita buat status di medsos. Kalau di bandingin dengan pelajaran aljabar, giometri, teknik ekonomi cuman kita diskusiin sebelum ulangan aja kan, ya pasti beda hasilnya.
Cara melakukannya
1. Mengulang apa yang kita pelajari
2. Ngajarin materi yang kita pelajarin
Teknik active recall (mengulang apa yang kita dapat)
Menghapal adalah salah satu skill yang penting dalam belajar. Skill ini sebenarnya paling kecil karena yang paling besar itu menguasai konsep. Dan ada hal2 di dunia ini yang perlu kita hapalin, rumus atau persamaan, tapi sayangnya metode hapalan ini di pake untuk semua pelajaran bahkan di suruh sama gurunya. Coba deh kamu hapalin sesuatu materi truss berapa persen kamu dapat memahami suatu materi tersebut. Well pasti dikit. Pasti dalam ujian kita belajar hapalkan lupakan setelah ujian. Bahkan ni kita habis kuliah kita udah wisuda bisa aja kita lupa apa yg kita hapalkan selama kuliah.
Kenapa kita bisa lupa apa yang kita pelajari?
1. Coba kita coba evaluasi, gimana sih cara belajar kita pada saat itu?
Kita kalau mau ulangan, pasti kita baca hapalin dan setelah ujian pasti udah lupa lagi apa yang kita hapalin. Ada seorang psikolog berkata “ secara rata-rata, kita akan melupakan 50% dari informasi yang kita pelajari hanya dalam waktu 1 jam saja dan 24 jam, kita akan lupa sekitar 70%.
Nah, dengan gitu kita perlu memaskitan apa yang kita dapat itu tersimpan secara aktif, bukan kita bilang ke otak kita “ mohon kerja samanya ya apa yg di pelajari sekarang di ingat trus” bukan gitu tapi gimana kita menyimpan suatu informasi secara aktif?,
Ex: kita mempelajari tentang gimana cara ekspor kopi?, nah disini kita bakalan belajar bahkan menghapal cara-caranya kan, disini kita harus lebih aktif, dengan kata lain kita harus banyak mencari dan mempertayakan/ mengulang dalam proses cara ekspor tersebut, dengan melakukan itu, otak kita faham bahwa ini informasi penting dan bakalan dimasukin ke memori jangka panjang. Disini la fungsi aktive recall karena mengulang dan mengingat kembali yang kita terima. Emang perlu banyak usaha dan tenaga, tapi hasilnya sepadan apa yang masuk ke otak kita.
Teknik feynmen
Teknik ini diciptakan oleh ilmuan feymen beliau ahli fisika terkenal berasal dari amerika.
Cara belajar menurut dia:
1. Mencoba untuk mengajarkan sesuatu yang kita dapat kepada orang lain. Dengan kita mengajarkan sesuatu kepada orang lain, kita bakalan membuat diri kita lebih faham terdahulu baru kita membantu orang bisa lebih faham.
2. Tentukan apa yang harus kamu fahami. Contoh bagaimana cara kita menentukan suatu harga?
3. Tulis ulang materi apa yang kamu pelajari, kalau bisa pake bahasa sendiri
4. Cek hasil penjelasan yang kamu jelasin dengan sumber aslinya
5. Revisi
6. Jelaskan cacatan materinya kepada orang lain
Banyak yg harus kita pelajari yg ga dipelajari di sekolah termasuk ini.
1 note
·
View note
Text
Ada di pikirannya, tidak muluk-muluk. Sederhana saja dan tidak perlu dibahas panjang seharusnya. Apalagi di tempat yang penuh dengan khalayak. Ryan, Akhi Ryan nama yang ditetapkan orang tuanya di akta kelahiran dan KTP.
Tapi tetap saja, pada kenyataan orang melihat cara ia berbuat seperti lain penerimaannya. Jadi begitu, Ryan yang berpenampilan serupa mereka yang terbiasa dan atau membiasakan dirinya dengan baju juga celana cingkrang-hanya tidak merawat rambut di bawah dagu saja.
Ryan berkulit putih, ia sudah memeriksakan diri kalau kulit atau rambut kuning keemasan ada putih-putihnya seperti uban itu bukanlah kelainan. Akhi Ryan bukan berdarah keturunan atau adopsi dari anak terlantar yang berasal dari luar negeri. Dia sudah sejak dari lahir lain dari biasa. Barangkali karena orang tuanya melindunginya sejak dari kecil dengan pakaian-pakaian yang serba tertutup.
Selain itu, ia jarang keluar rumah atau sedikit saja tidak pernah terkena sinar Matahari. Ada lain hal lagi, ia sering diajak pamannya main ke pantai, berlibur di tempat yang terik Matahari selalu membakar kulit saat ia pulang ke rumah kulitnya makin menyala.
Sejak kecil tinggal di tempat yang terlindungi. Karena hal yang tidak biasa itu penyebabnya. Orang tuanya sangat peduli atas hal tersebut.
Ketika beranjak remaja dan dewasa dia banyak bepergian sesuai keperluannya. Sekali lagi, hal yang sama selalu terjadi padanya sejak ia kecil juga yaitu seperti gumpalan awan raksasa ada yang berada di atas kepala menaunginya dari terik Matahari. Dan herannya ia akui pada diri sendiri ia bukan orang yang istimewa di mata siapapun bahkan ini dipastikan barangkali oleh Alloh juga ia tidak luar biasa.
Pemuda yang terlalu banyak kesalahan. Salah satunya pada orang tua yang ia cintai. Tidak sedikit segala kecewa di mata mereka selalu terbersit dari perilaku Ryan. Seperti ketika mereka berharap Akhi Ryan kuliah kedokteran, pemuda malah memilih bekerja di sebuah rumah singgah anak-anak, remaja dan orang tua yang terlantar.
Dan pakaian yang ia kenakan, orang berpikir itu sangat tidak sesuai dengan penampilan khas-nya.
Kamu mah harusnya pakai setelan ala orang-orang yang suka ke Mall, mirip artis.
Begitu yang biasa dikemukakan. Tentang komentar seputar keistimewaan di tubuhnya. Hal yang berbeda dengan kebiasaannya berpakaian.
Entah mengapa, ia terpikir berpakaian seperti itu dan yakin bahwa penampilan berpakaiannya itu yang terbaik. Akhi takpernah mempermasalahkan pakaiannya atau komentar tentang pakaiannya.
Barangkali saya tidak punya biaya kalau dengan memenuhi kebutuhan pakaian seperti itu. Saya hanya berpikir tentang hal yang wajar-wajar. Tidak mau berlebihan.
Pikirnya semua yang melampaui batas dari yang ditetapkan kurang pantas dijadikan tampilan publik. Hal yang malah mengundang banyak perhatian dan menonjolkan sikap kesombongan.
Orang tuanya mengajarkan cara perlindungan diri seperti itu untuk terhindar dari masalah tertentu. Cara yang jauh lebih nyaman karena menguatkan sikap rendah hati. Sering memberi pelajaran hidup yang menentramkan.
Tapi kamu itu sangat mencolok Akhi, kamu seperti malaikat yang jatuh ke Bumi.
Sahut Ratih, perempuan yang langsung berubah sejak bertemu dengannya. Ratih terlalu sering kecewa pada laki-laki. Ketika ia melamar kerja ke sebuah perusahaan yang gedung lokasinya tidak jauh dari rumah singgah Akhi Ryan.
Ratih pernah kuliah di Inggris dan sering berinteraksi dengan pria-pria luar negeri. Dia takjub, sosok Akhi Ryan yang ia pikir pekerja migran dari luar negeri.
Lain halnya dengan Linda, seorang musisi yang selalu datang untuk acara-acara amal di rumah singgah. Dia sering mengisi acara dan juga sering bertemu Akhi. Linda orang Amerika yang mengganti kewarganegaraannya ke WNi. Ketika datang dan tidak sengaja berpapasan.
Is this for real! Dia lahir di sini tapi kulitnya itu luar biasa. Aku kalau kepanasan suka merah-merah di kulit. Tapi dia tetap saja putih. Sepertinya ada sunblock alami di tubuhnya.
Linda dan Ratih contoh dua orang perempuan yang kagum. Keduanya bersaing merebut hati pemuda itu. Dan sering orang-orang berkata pada Akhi Ryan untuk berpoligami saja jika mau dengan dua perempuan yang gelagat dari sikap keduanya sudah jelas menginginkan sosok seperti Akhi Ryan menjadi pendamping.
Tidak Ratih atau Linda sebenarnya. Para orang tua, khususnya para ibu. Atau ada beberapa para bapak juga. Seperti Bu Suheni dan Pak Narsan yang tinggal tidak jauh dari kontrakan Akhi Ryan.
Dua orang tua itu salah dua dari beberapa camer di kompleks perumahan setempat yang berburu Akhi Ryan supaya mau menikahi atau setidaknya ada semacam taaruf diantara putri mereka dan Akhi Ryan.
Begitulah yang selama ini terjadi pada pemuda itu. Dengan apa yang terjadi setiap hari. Keistimewaan yang kadang disalahartikan. Di mata mereka, apa yang ditunjukkan secara lahiriah terkadang membuat rikuh pemuda itu.
Ia merasa itu sebuah hal yang menguji. Betapa tidak, dari basa basi atau memang ketulusan sebenarnya. Sungguh hal tersebut jadi beban. Prabaningrum Srikandi alias Andi, putri Bu Suheni Kuntinalibrata adalah yang selalu merasa berpikiran sama dengan Akhi Ryan.
Maaf ya Akh, ibu mudah sekali berangan-angan soal aku punya pasangan dan tidak bicara dulu pada anaknya.
Andi sangat kesal pada ibunya. Urusan cinta anaknya sepertinya memang harus dari restu. Ya, tapi tidak selamanya restu itu hal yang mudah diterima. Merestui bukan memaksa.
Ryan tidak berkomentar. Andi bisa dikatakan lebih cantik dan usianya terpaut di atas dirinya dua tahun. Gadis itu lebih tua dari Linda, Ratih atau putri Pak Narsan yakni Adinda Niqma Dinata. Hal itu artinya lebih tua dari Ryan juga. Andi juga lebih dewasa dan karena memang ia masih memikirkan kariernya sebagai aparatur pemerintahan.
Andi seorang lurah di luar kota. Sering pulang dan pergi diantar Akhi atas kepercayaan Ibu Suheni padanya. Hal yang sering membuat Pak Narsan kesal karena hal seperti itu bisa jadi bermasalah untuk hubungan putrinya dan Akhi.
Adinda sebenarnya sempat berpikir sama seperti Pak Narsan. Perasaan cemburu pada Andi yang selalu diminta ibunya untuk mendekati Akhi. Tapi seiring sejalan, karena sikap ramah Andi pada Adinda semakin sadar Adinda kalau semakin ia serupa ayahnya semakin ia merasa ini membuat Akhi berjarak darinya.
Kalau memang jodoh pasti akan dekat dengan sendirinya. Adinda yakin seseorang seperti Akhi Ryan punya pilihan sendiri, pak. Adinda tidak akan seperti bapak. Dikuasai rasa yang sangat tidak pantas seperti cemburu.
Andi setuju dan Akhi juga tidak banyak berdalih kalau itu memang patut jadi harus dibantah. Sikap seorang anak seharusnya memberi support pada keinginan orang tua. Karena mereka punya keputusan paling baik. Benaknya merasa Andi atau Adinda bersalah karena berusaha menolak dengan cara apapun atas apa yang diinginkan kedua orang tuanya.
0 notes
Text
PROGRAM MENGHAPUSKAN ISLAM SEPENUHNYA
Sumber risikan rahsia (Rusia risikan) mendedahkan di mana Mossad telah menembusi Rancangan Israel, yang dianggap sebagai rancangan besar dan berbahaya dengan perisikan Amerika dan British, menyasarkan orang Arab dan Muslim dan bertujuan untuk menghapuskan Islam dan melenyapkan identiti Arab. Ia kini sedang dilaksanakan di semua negara Arab dengan bantuan pemerintah negara-negara Arab. Laporan rahsia itu menyatakan perkara berikut
1- Kami sedang berusaha untuk membantu pemerintah Arab memerangi Islam fundamentalis dan menggantikannya dengan Islam sekular dengan memaksakan agama Ibrahim dan menyeru kepada perpaduan agama dan kewujudan bersama secara aman antara negara. Kami akan membakar semua buku warisan Islam, menerima pakai buku baru, mentafsir semula teks Islam dengan cara yang konsisten dengan sekularisme dan agama Ibrahim, dan melatih pendakwah sekular. Untuk misi ini, terdapat projek besar yang akan muncul tidak lama lagi.
2- Kami akan membatalkan semua mata pelajaran Islam, menghalang pengajaran al-Quran dan bahasa Arab di sekolah dan universiti kerajaan, menutup semua institut dan universiti Islam, menghalang azan melalui pembesar suara, bekerja mengurangkan masjid dengan merobohkan dan menutup, dan menghalang diadakan bulatan, pelajaran, dan kuliah di dalamnya. Kami akan mengenakan pendakwah sekular ke atas mereka semua dan menyediakan untuk mereka khutbah yang kami kehendaki, seperti yang akan kami kenakan. Mengamalkan bahasa Ibrani dan Inggeris sebagai bahasa sains hari ini, seperti yang kita lakukan di Maghreb.
3- Kami akan memburu semua syeikh dan pendakwah Islam di seluruh dunia, membunuh mereka, mencairkan mereka, memenjarakan mereka, menangkap mereka, meletakkan mereka di bawah tahanan rumah, menghalang mereka daripada bercakap dan bercakap, dan memaksa mereka untuk menyokong dasar raja-raja. Sesiapa yang menentang ini akan dikejar dan dianiaya atas nama memerangi keganasan, keganasan, dan ekstremisme.
4- Kami akan menghapuskan semua manifestasi Islam di dunia Arab, termasuk kalendar, cuti, percutian, dan hari kelepasan rasmi, menghapuskan identiti Arab-Islam, mengenakan undang-undang sekular, menghalang hijab, menyebarkan pornografi dan ateisme, menyokong homoseksual, dan membongkar masyarakat, keluarga, dan kabilah Arab sehingga peratusan rasuah dan ateisme di kalangan mereka mencapai 90%.
5- Kami akan merobohkan puluhan ribu masjid di dunia Arab dengan alasan pemodenan, pembangunan, memerangi rambang, dan membina bandar-bandar kediaman yang maju, seperti yang telah kami lakukan di banyak negara Arab dan Islam, dan kami akan membina 100,000 gereja dan kuil di negara Arab dan Islam, bermula dengan lapangan terbang, syarikat, universiti, dan tempat awam.
6- Kami sedang bekerjasama dengan pemerintah Arab untuk memindahkan orang Islam dari tanah mereka dan menubuhkan 20 bandar kediaman percuma di semua negara Arab. Kami akan membina beribu-ribu kuil, gereja, bar, disko, kelab malam dan pantai bogel. Mereka akan didiami oleh lebih daripada 100 juta bangsa dan agama yang berbeza. Kami sebenarnya telah berjaya dalam semua: Dubai, Sinai dan NEOM.
7- Kami sedang mengubah komposisi demografi Teluk Arab dan Semenanjung Arab, dan setakat ini kami telah dapat memperkenalkan 15 juta pekerja bukan Arab dan Islam, termasuk 7 juta di UAE, membentuk 70% daripada jumlah keseluruhan. penduduk. Kami akan berusaha dalam beberapa dekad akan datang untuk memperkenalkan 100 juta pekerja ke Semenanjung Arab. Daripada pelbagai bangsa dan agama, 50 juta daripada mereka akan memasuki Arab Saudi.
8- Kami akan berusaha untuk membawa 5 juta orang Yahudi ke Semenanjung Arab, menetap di sana, memberi mereka kewarganegaraan, pemastautin tetap, dan keistimewaan istimewa. Kami akan membina untuk mereka kawasan kejiranan dan bandar kelas atas yang dilengkapi dengan perkhidmatan keselamatan terkini. Kami akan membina beribu-ribu rumah ibadat, sekolah, dan universiti di dalamnya, dan mereka akan diambil bekerja dalam jawatan kepimpinan tertinggi sehingga kami mengawal institusi ketenteraan dan awam dan merampas kawalan negara. Penghakiman.
9- Selepas sepuluh tahun sahaja, kami akan menggulingkan sistem pemerintahan di negara-negara Teluk Arab dan melakukan rampasan kuasa tentera terhadap keluarga pemerintah di sana, selepas kami dapat mengubah komposisi demografi sebanyak 80% untuk bukan Arab dan Islam dan jadikan peratusan orang Arab dan Muslim di dalamnya kurang daripada 20%, dan selepas dua puluh tahun kita akan menguasai Yaman dan Arab Saudi dan kita memerintah Semenanjung Arab.
10- Negara Besar Israel akan diisytiharkan dari Teluk ke lautan dalam tempoh kurang daripada 30 tahun, khususnya pada tahun 2048 Masihi, pada 100 tahun penubuhan Negara Israel. Dengan itu, impian orang Yahudi akan tercapai dan kita akan menguasai dunia Arab, mengawal kekayaan, pulau, selat dan laluannya, dan membina lebih daripada 100 pangkalan tentera di sana.
Laporan ini datang daripada sumber risikan yang boleh dipercayai dan dikumpul serta disimpulkan daripada beberapa laporan yang panjang lebar untuk memudahkan pembacaan dan disebarkan kepada semua umat Islam.
Jadi mereka harus berhati-hati dan bergerak cepat untuk menghentikan rancangan berbahaya ini, kerana apa yang kita lihat hari ini di Gaza tidak lain hanyalah pelaksanaan sebenar rancangan ini, dan kami menyeru setiap Muslim untuk menyebarkannya seluas-luasnya, membersihkan hati nurani seseorang di hadapan Tuhan. Maha Kuasa. Perkara itu sangat berbahaya dan terdapat konspirasi besar dan pengkhianatan yang tinggi. Jika Tuhan menolongmu, tiada siapa yang dapat mengalahkanmu.
Semoga Allah ﷻ Membimbing dan Melindungi kita semua…..
SEBARKAN MESEJ.. HASBUNAALLAHA WA NEMAL WAKEEL 🤲 Pelan sebenar yang dimainkan
#gaza genocide#palestine genocide#stop genocide#palestinian genocide#stop the genocide#genocide#vaccine genocide
0 notes
Text
Denny JA: Mengungkapkan Keajaiban Matematika dalam Kata-kata yang Memukau
Denny JA, seorang matematikawan terkenal di Indonesia, telah berhasil mengungkapkan keajaiban matematika dengan cara yang memukau melalui karya-karyanya. Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang kehidupan Denny JA sebagai seorang matematikawan dan bagaimana ia menggabungkan kedua kecintaannya pada matematika dan sastra. Denny ja lahir di Semarang pada tahun 1952. Ketertarikannya pada matematika terbentuk sejak usia dini. Ia belajar matematika dari ayahnya yang seorang guru matematika. Sejak kecil, Denny sudah menunjukkan bakatnya dalam matematika, bahkan diusianya yang masih sangat muda, ia sudah mampu menyelesaikan soal-soal matematika yang sangat sulit. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya, Denny memilih untuk melanjutkan studinya di Universitas Gadjah Mada, dan kemudian melanjutkan studi pascasarjana di Universitas Indonesia. Ia mengambil spesialisasi dalam teori bilangan, salah satu bidang matematika yang paling rumit namun menarik. Selama masa studi pascasarjana, Denny mulai merasa ketinggalan jaman dalam bidang matematika. Ia merasa bahwa cara-cara konvensional dalam mengajarkan matematika sangat membosankan dan tidak menarik. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk menciptakan cara baru dalam mengajarkan matematika, yaitu dengan menggabungkan kedua kecintaannya pada matematika dan sastra. Denny mengembangkan sebuah metode belajar matematika yang unik dan inovatif. Ia mengajarkan matematika melalui cerita, puisi, dan cerpen. Ia mengambil inspirasi dari kisah-kisah matematika dari berbagai belahan dunia dan mengemasnya dalam bentuk cerita yang menarik dan mudah diingat. Salah satu karya Denny yang terkenal adalah Puisi Esai cerita "Matematika Mawar". Puisi Esai ini berisi kisah-kisah menarik tentang matematika, seperti kisah seorang anak kecil yang berhasil menyelesaikan teka-teki Rubik dalam waktu yang sangat singkat, atau kisah seorang penjahat yang menggunakan rumus matematika untuk merencanakan tindakan kejahatannya. Denny juga menulis puisi-puisi matematika yang sangat indah dan memukau. Dalam puisinya yang berjudul "Angka", Denny berhasil menggambarkan betapa indahnya angka dalam matematika: "Angka, sungguh indah, sungguh misterius Bilangan prima, Fibonacci, dan bilangan lainnya Tersembunyi, di dalam Al Quran, di dalam jagat ini" Denny bahkan berhasil menampilkan keindahan matematika dalam bentuk teater. Ia menulis naskah drama "Euler dan Aku" yang mengisahkan kehidupan matematikawan terkenal Leonhard Euler. Drama ini berhasil mempertontonkan betapa menawan dan menariknya matematika dalam bentuk yang paling bebas dan kreatif. Karya-karya Denny yang inovatif dan memukau mendapatkan pengakuan dari dunia dalam dan luar negeri. Ia mendapat penghargaan atas karyanya dari Pemerintah Indonesia dan negara-negara di Eropa dan Amerika. Denny juga sering diundang ke berbagai universitas di Indonesia dan luar negeri untuk memberikan kuliah tentang matematika dan metodenya yang unik. Karya-karya Denny telah membuka mata kita bahwa matematika bukan hanya tentang angka-angka dan rumus-rumus. Matematika juga bisa diungkapkan melalui kata-kata yang indah dan memukau, dan tentu saja, dipersembahkan untuk semua orang tanpa terkecuali.
Cek Selengkapnya: Denny JA: Mengungkapkan Keajaiban Matematika dalam Kata-kata yang Memukau
0 notes
Text
Denny JA: Seorang Ahli Matematika yang Menciptakan Pernyataan yang Menginspirasi
Dalam dunia matematika, terdapat banyak tokoh yang telah memberikan kontribusi berharga bagi pengembangan disiplin ilmu ini. Salah satu tokoh yang patut diperhatikan adalah Denny JA, seorang ahli matematika yang tidak hanya memiliki pemahaman yang mendalam tentang angka dan rumus, tetapi juga mampu menginspirasi orang lain melalui pernyataan yang diucapkannya.
Denny ja, atau biasa dikenal dengan nama lengkapnya Denny Januar Ali, lahir pada tanggal 14 Juni 1972 di Jakarta, Indonesia. Sejak kecil, Denny telah menunjukkan minat yang besar terhadap matematika. Ia seringkali menghabiskan waktu luangnya di perpustakaan, membaca Puisi Esai-Puisi Esai matematika dan menyelesaikan berbagai tantangan matematika yang diberikan oleh gurunya.
Kemampuan matematika Denny terus berkembang seiring berjalannya waktu. Pada usia 15 tahun, ia berhasil memecahkan sebuah masalah matematika yang sulit dan mendapat pengakuan dari para ahli matematika di Indonesia. Keberhasilan ini membuka pintu bagi Denny untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Indonesia, di mana ia memilih jurusan matematika sebagai fokus studinya.
Selama masa kuliah, Denny tidak hanya fokus pada akademik semata, tetapi juga aktif terlibat dalam kegiatan di luar kelas. Ia bergabung dengan beberapa organisasi mahasiswa yang menekuni bidang matematika dan ilmu pengetahuan terkait lainnya. Melalui kegiatan ini, Denny mulai menemukan passionnya yang sebenarnya, yaitu berbagi pengetahuan dan menginspirasi orang lain melalui matematika.
Setelah lulus dari Universitas Indonesia, Denny memutuskan untuk melanjutkan studinya di luar negeri. Ia mendapat beasiswa penuh untuk melanjutkan pendidikan di salah satu universitas ternama di Amerika Serikat. Di sana, ia mendalami bidang matematika lebih dalam lagi dan berhasil memperoleh gelar doktor.
Setelah menyelesaikan studinya, Denny kembali ke Indonesia dengan semangat yang membara untuk membagikan pengetahuannya dan menginspirasi generasi muda. Ia memulai karirnya sebagai seorang dosen di Universitas Indonesia, di mana ia mengajar berbagai mata kuliah matematika dan menjadi pembimbing bagi mahasiswa yang tertarik pada bidang ini.
Selain sebagai seorang dosen, Denny juga aktif dalam memberikan seminar dan lokakarya mengenai matematika kepada masyarakat umum. Ia percaya bahwa matematika bukan hanya tentang angka dan rumus, tetapi juga tentang cara berpikir logis, analitis, dan kritis. Denny ingin mengubah persepsi negatif yang seringkali melekat pada matematika menjadi sesuatu yang menarik dan inspiratif.
Salah satu hal yang membuat Denny ja dikenal luas adalah pernyataan-pernyataan yang diucapkannya. Ia sering kali memberikan semangat dan motivasi kepada orang-orang melalui kata-kata bijak yang terkait dengan matematika. Pernyataan-pernyataan ini tidak hanya relevan untuk para ahli matematika, tetapi juga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai contoh, Denny pernah mengatakan, "Matematika adalah bahasa universal yang dapat menghubungkan semua orang di dunia ini." Pernyataan ini menggambarkan pentingnya matematika sebagai alat komunikasi yang melampaui batasan bahasa dan budaya. Matematika dapat digunakan untuk memecahkan masalah dalam berbagai bidang, termasuk sains, teknologi, ekonomi, dan lain sebagainya.
Selain itu, Denny juga sering mengingatkan bahwa kesalahan adalah bagian tak terpisahkan dari proses belajar matematika. Ia berpendapat bahwa melalui kesalahan, seseorang dapat belajar dan tumbuh menjadi lebih baik. Cek Selengkapnya: Denny JA: Seorang Ahli Matematika yang Menciptakan Pernyataan yang Menginspirasi
0 notes
Text
Denny JA, Penyokong Seribu Nyawa dalam Melawan Korupsi
Dalam melawan korupsi, Indonesia telah menemukan seorang sosok yang tidak kenal lelah dalam memerangi kejahatan ini. Sosok tersebut adalah Denny JA, seorang intelektual dan tokoh masyarakat yang telah menjadi penyokong seribu nyawa dalam upaya menumpas korupsi di negeri ini. Denny ja lahir pada tanggal 24 November 1955 di Kota Surakarta. Sejak kecil, ia telah menunjukkan kecerdasan yang luar biasa dan semangat yang tinggi untuk mencerdaskan bangsa. Setelah menyelesaikan pendidikan sarjana di bidang Ilmu Ekonomi, Denny JA melanjutkan studinya di Amerika Serikat dan meraih gelar doktor dalam bidang yang sama. Setelah pulang ke Indonesia, Denny ja aktif terlibat dalam berbagai kegiatan sosial dan politik. Ia memainkan peran penting dalam gerakan reformasi pada tahun 1998 yang berhasil menggulingkan rezim otoriter pada saat itu. Denny JA juga mendirikan beberapa lembaga riset dan konsultan seperti Lembaga Survei Indonesia (LSI) dan The Indonesian Institute (TII) yang bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang situasi politik dan sosial di Indonesia. Namun, peran terbesar Denny JA sebagai penyokong seribu nyawa terjadi ketika ia memilih untuk fokus dalam upaya memerangi korupsi. Ia menyadari bahwa korupsi adalah salah satu akar masalah utama yang menghambat kemajuan bangsa ini. Denny JA percaya bahwa dengan mengurangi atau bahkan menghilangkan korupsi, Indonesia dapat mencapai potensi penuhnya sebagai negara yang maju dan adil. Dalam upayanya melawan korupsi, Denny JA telah melakukan berbagai langkah strategis. Pertama, ia menggunakan pengetahuan dan keahliannya dalam bidang ekonomi untuk menyadarkan masyarakat akan dampak negatif korupsi terhadap perekonomian negara. Dalam beberapa kesempatan, Denny JA memberikan kuliah umum dan seminar tentang pentingnya pemberantasan korupsi dan cara-cara untuk melakukannya. Selain itu, Denny JA juga menggunakan pengaruhnya sebagai seorang tokoh masyarakat untuk membangun kesadaran akan pentingnya integritas dan kejujuran dalam kehidupan sehari-hari. Melalui berbagai forum dan diskusi publik, ia terus mendorong masyarakat untuk mengutamakan nilai-nilai moral dan menghindari praktik-praktik korupsi. Denny JA juga terlibat dalam pembentukan lembaga-lembaga anti-korupsi di Indonesia. Ia menjadi salah satu pendiri Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada tahun 2002 dan juga menjadi anggota Dewan Pengawas KPK selama dua periode. Dalam kapasitasnya sebagai anggota KPK, Denny JA telah melakukan berbagai investigasi dan penindakan terhadap kasus-kasus korupsi yang melibatkan pejabat publik dan pengusaha. Selain itu, Denny JA juga aktif dalam mendukung kebijakan-kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk memperkuat pemberantasan korupsi. Ia sering memberikan masukan dan saran kepada pemerintah dalam merancang kebijakan anti-korupsi yang efektif dan berkelanjutan. Melalui semua upaya yang dilakukan oleh Denny JA, kita dapat melihat betapa pentingnya peran seorang penyokong seribu nyawa dalam melawan korupsi. Denny JA telah menjadi contoh nyata bagi kita semua tentang betapa pentingnya memiliki semangat dan tekad yang kuat dalam memerangi korupsi. Dalam menghadapi tantangan besar seperti korupsi, kita perlu mengambil teladan dari sosok seperti Denny JA. Kita perlu belajar dari pengalaman dan pengetahuannya untuk mengembangkan strategi dan taktik yang efektif dalam memerangi korupsi. Dalam menghadapi korupsi, kita tidak boleh menyerah atau berhenti berjuang. Seperti yang telah ditunjukkan oleh Denny JA, dengan semangat yang kuat dan kerja keras yang konsisten, kita dapat mengubah masa depan negeri ini dan melahirkan generasi yang bebas dari korupsi. Dalam kesimpulannya, Denny JA adalah sosok yang patut kita banggakan dalam perjuangan melawan korupsi. Melalui berbagai upaya dan kontribusinya, ia telah menjadi penyokong seribu nyawa dalam membangun Indonesia yang bersih dan adil. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk mengikuti jejaknya dan terus berjuang demi masa depan yang lebih baik.
Cek Selengkapnya: Denny JA, Penyokong Seribu Nyawa dalam Melawan Korupsi
0 notes
Text
Social Club
Social club di kampus-kampus mulai merebak pada abad ke-19. Pada saat itu, perguruan tinggi di Amerika Serikat masih sangat baru dan masih belum memiliki banyak fasilitas. Social club menjadi salah satu cara bagi para mahasiswa untuk bersosialisasi dan mendapatkan dukungan sosial. Social club juga menjadi tempat bagi para mahasiswa untuk mengembangkan minat dan bakat mereka.
Social club pada awalnya hanya diperuntukkan bagi para mahasiswa laki-laki. Namun, pada awal abad ke-20, social club mulai terbuka bagi para mahasiswa perempuan. Hal ini didorong oleh meningkatnya jumlah mahasiswa perempuan yang kuliah di perguruan tinggi.
Social club di kampus-kampus memiliki berbagai macam jenis, tergantung pada minat dan bakat para anggotanya. Ada social club yang berfokus pada kegiatan akademik, seperti klub debat, klub sastra, dan klub ilmiah. Ada juga social club yang berfokus pada kegiatan olahraga, seperti klub sepak bola, klub basket, dan klub voli. Selain itu, ada juga social club yang berfokus pada kegiatan seni, seperti klub musik, klub drama, dan klub tari.
Social club di kampus-kampus memainkan peran penting dalam kehidupan mahasiswa. Social club dapat membantu mahasiswa untuk bersosialisasi, mengembangkan minat dan bakat mereka, dan mendapatkan dukungan sosial. Social club juga dapat menjadi tempat bagi para mahasiswa untuk belajar tentang kepemimpinan, manajemen, dan kerja sama.
0 notes
Text
Mengenal Lebih Dekat Mark Zuckerberg, Top 10 Orang Terkaya di Dunia
GERUBOK profil | Halo sob, pada artikel kali ini kita akan membahas mengenai sang pencipta FaceBook yakni Mark Zuckerberg. So simak terus siapa tahu bisa menambah motivasi kamu. Mark Zuckerberg adalah seorang pengusaha dan programmer komputer yang dikenal sebagai salah satu pendiri dan CEO dari Facebook, jejaring sosial terbesar di dunia. Ia juga berperan penting dalam perkembangan dan inovasi dalam industri teknologi. Biodata dan Profil Mark Zuckerberg Nama: Mark Elliot ZuckerbergTanggal Lahir: 14 Mei 1984Tempat Lahir: White Plains, New York, Amerika Serikat Kehidupan Awal dan Pendidikan Mark Zuckerberg lahir di White Plains, New York, dan dibesarkan di Dobbs Ferry, sebuah kota kecil di dekat New York City. Ayahnya, Edward Zuckerberg, adalah seorang dokter gigi, sementara ibunya, Karen Zuckerberg, adalah seorang psikiater. Mark memiliki tiga saudara perempuan. Sejak usia muda, Mark menunjukkan minat yang besar dalam pemrograman komputer. Ia mulai belajar pemrograman sendiri pada usia 11 tahun dan telah menulis beberapa program perangkat lunak sederhana sebelum lulus dari sekolah menengah atas. Karir dan Facebook Pada tahun 2004, ketika masih kuliah di Universitas Harvard, Mark Zuckerberg bersama dengan teman sekamarnya, Andrew McCollum, Eduardo Saverin, Dustin Moskovitz, dan Chris Hughes, menciptakan situs web yang awalnya bernama "The Facebook." Situs ini awalnya bertujuan untuk menghubungkan mahasiswa di kampus Harvard, namun segera berkembang menjadi jejaring sosial global. Kesuksesan Facebook meroket, dan membuat ia mengambil keputusan untuk meninggalkan kuliahnya dan beralih fokus sepenuhnya pada mengembangkan Facebook. Jejaring sosial tersebut berkembang pesat dan menjadi salah satu platform sosial terbesar dan paling berpengaruh di dunia. Kehidupan Pribadi dan Aktivitas Filantropi Mark Zuckerberg menikah dengan Priscilla Chan, seorang dokter, pada tahun 2012. Pasangan ini memiliki dua putri, Maxima Chan Zuckerberg dan August Chan Zuckerberg. Selain menjadi pengusaha sukses, ia juga terlibat dalam berbagai kegiatan filantropi. Pada tahun 2015, ia bersama dengan istrinya, Priscilla Chan, mengumumkan pembentukan Chan Zuckerberg Initiative, organisasi filantropi yang berkomitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, dan perubahan sosial positif di seluruh dunia. Pengaruh dan Warisan Mark Zuckerberg dianggap sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh di dunia teknologi dan bisnis. Facebook, yang ia bantu ciptakan, telah mengubah cara orang berkomunikasi, berinteraksi, dan berbagi informasi di era digital. Keberhasilannya sebagai pengusaha dan inovator telah menginspirasi banyak generasi dan menjadikannya salah satu miliarder termuda di dunia. Meskipun telah mencapai kesuksesan besar, Mark Zuckerberg terus berkomitmen untuk berinovasi dan berkontribusi dalam memajukan dunia melalui teknologi dan filantropi. Namanya akan selalu dikenang sebagai sosok yang membentuk perubahan besar dalam dunia digital dan mempengaruhi cara kita berhubungan dalam era modern. Temukan Berita Terkini, Berita Terbaru, Berita Viral dan Ramalan Zodiak Hari Ini dari gerubok lainnya di Google News. Read the full article
0 notes
Text
Gap Generation
Ternyata istilah ‘age is just a number’ itu ga sepenuhnya bener. kenyataannya, aging does bring a lot of changes in our life. cara pandang, pemikiran, sikap dan pilihan orang, berubah seiring bertambahnya umur. ditambah kemajuan teknologi yang bikin lifestyle dulu dan sekarang jadi jauh berbeda. perubahan itu mau ngga mau bikin gap antara generasi muda dan tua, dan ngga jarang nimbulin konflik.
it’s not our fault, nor ours parents that the gap is there. jangan marah-marah sama orangtua kalo mereka sulit memahamin kita. bayangin deh, zaman disaat kita jadi orangtua sekarang, mungkin banget saat anak-anak kita gede nanti udah bisa bicara lima bahasa and they do computer programming segampang kita bikin video Youtube di masa sekarang. learning adalah hak istimewanya anak muda. kadang itu bikin kita ngerasa ahead of our ‘oldskool’ parents. tapi pemikiran kaya gitu ngga akan bikin keadaan lebih baik. let’s respect each other and work on the gap!
awal mula gap paling besar deh, technology gap kita ama orangtua kita. dulu orangtua kita ngga ngerti kenapa kita nempel banget ama hape, dan ngapain aja berjam-jam internetan. hhhmm let me tell you something about life before the internet, it’s quite dull dalam arti sepi. the older generation ngatasin sepi dengan berinteraksi dengan orang lain. beda ama kita. hiburan is just a tap away on our phone. feed Instagram dan TikTok, Youtube, aaahhh kalo nurutin keponya kita, 24 jam juga ngga cukup. so set ourself some rules. kalo lagi diajak ngomong sama orangtua, put the phone down. no matter lagi seru kaya apa. dan lucunya lagi semenjak pandemi para orangtua udah jadi makin jago surfing di internet, ya ngga sihh? haha ngga heran, we’re the one who beg for their attention in the end 😄
Gap lain lagi antara kita ama orangtua bisa kita temuin kalo kita lagi arguing sama mereka. waktu dibilangin sama orangtua, kita ngerasa punya pendapat yang perlu di utarain juga. tapi kok mereka nganggep kita ngga sopan dan ngelawan dan mereka malah tambah emosi? wkwk dulu nih ya, rasa hormat sama orang yang lebih tua ditunjukkin lewat sikap nurut dan nunduk no matter what their parent’s say. sekarang udah ngga gitu, ya ngga sih? di sekolah pun, anak-anak kita di dorong untuk berani speak up dan ngungkapin pendapat. tapiiiiiii, watch our tone waktu sama orangtua. jangan pake nada tinggi, dan back up argumentasi kita ama data yang relevan. dan jangan heran deh kalo beberapa tahun ke depan saat anak-anak udah mulai beranjak gede, kita akan ngerasain arguing dan ga sependapat dengan anak. hahaha dibales ngga tuh
On our career path juga kita ama orangtua selalu ada gap, bener ga? banyak dari kita yang ngerasa udah nemu passion dan pengen kuliah atau kerja begini. tapi orangtua ngga yakin dan pengen kita ambil yang mainstream aja, yang aman-aman aja. duluuuu, di Indonesia emang mungkin seniman susah cari uang, fashion ngga banyak peminatnya, dan jadi ilmuwan will bring you nowhere. tapi teknologi dan ekonomi yang berkembang pesat. sekarang banyak profesi baru yang menjanjikan, di luar dokter, pengacara atau PNS. bisa jadi ini yang kita mau ke anak kita nanti “kalian nanti kuliah disini, kerja begini, gaji segini” didikte ga tuh ntar anak kita, tapi faktanya menurut koran New York Times 65% grade school students will work in jobs that don’t exist today. ya itu kan di Amerika ya, di Indonesia udah mulai-mulai juga tuh nyuci-nyuci mainan di lumpur pun sekarang jadi jutawan, untuk itu agar kita tidak ada gap ke anak kita nanti. let us mind wide open. baikkk
di tengah derasnya arus informasi, anak muda itu kaya sponge yang masih baru. kita bisa nyerap informasi 10 kali lipat lebih banyak dari orangtua. sementara isi pikiran orangtua kita itu penuh sama tanggung jawab, kesejahteraan keluarga, sampe rencana jangka panjang. maklumin kalo mereka ga sempet mikirin lagu terhits. must-have backpack atau shoes saat ini. fun-fact otak kita menyerap stimuli way better than adults people yang diatas 50 tahun. tapiiii ada juga bagian yang belum kebentuk sempurna salah satunya bagian frontal lobe yang berhubungan ama impulse control, emotional control, insight and judgment. otak kita meskipun udah memasuki usia 30 an kadang masih sulit mikirin akibat dari sebuah tindakan. jadi ngga ada salahnya lho dengerin pendapat dan peringatan dari orangtua.
sosmed, perannya besar banget ama hidup kita saat ini. tempat kita sharing ama temen-temen, nyari inspirasi, belajar dan lain sebagainya. awalnya agak aneh juga waktu orangtua tiba-tiba follow instagram gue, it’s like they suddenly show up in the middle of pub party wakakaka ngga ngga.. mungkin aja sih, ortu joining only to have fun not to monitor us, tapi ngga bisa disalahin juga. toh mereka lagi mengerti dunia yang saat ini bergerak cepat banget. besides, sosmed bisa jadi alat komunikasi saat ngomong langsung terasa susah.
sekarang dengan adanya sosmed yg makin canggih gini, gue makin sering make a lot of communication and involvement ke ortu gue sih. semakin jarang ngobrol gap akan semakin besar, gue bersyukur dengan adanya Instagram story, ortu gue atau mertua gue ga pernah lewat untuk selalu nonton, untuk sekedar ngeliat gue atau liat cucunya. ya mostly yang di pengen selalu liat cucunya lah, ha ha ha
no matter seberapa ketinggalan zamannya orangtua di mata kita, tetap hormatin mereka. tanpa mereka kita ngga akan ada di posisi sekarang. and as we grow older, we’ll realize that we actually need them like forever. mudah-mudahan aja anak-anak gue nanti will do the same to us, kita mengerti mereka, dan mereka mengerti kita.. chakeppp
3rd April 2023
0 notes
Text
kenalan 01
x: gimana kabarmu hari ini? gw: hari ini baik, sakitku sudah membaik, senang rasanya bisa naik motor, bisa dengan segera melaksanakan perintah ibu yang sering kutunda-tunda waktu dulu
x: lagi mau mencapai apa dekat-dekat ini? gw: pingin banget nyiapin diri buat sekolah S2 lagi sih pakai beasiswa, dan tahu porsesnya tuh panjang banget jadinya ga pernah mulai karena udah kebayang kepanjangan. x: oh jadi karena udah kebayang capek dan jauh serta prosesnya yang panjang jadi dirimu ga pernah mulai?
gw: iya sih kira-kira gitu
x: udah berapa lama nunda?
gw: kayaknya udah lama banget, pandemi aja udah hampir 3 tahunan
x: sebenernya mimpi untuk S2 lagi dari kapan?
gw: udah lama banget, bahkan kepikiran untuk nyiapin S2 itu dari masih kuliah S1 apah/19 tahun
x: wah lama juga yah mimpinya
gw: iya, dulu tuh gue sampe datengin semua seminar beasiswa, ngobrol sama macem2 kampus, muka tebel, tahu ielts dari awal
x: wah pengalamannya udah banyak banget yah
gw: iyah
x: lalu kenapa ga mulai?
gw: sebenernya dulu bahkan pas masih nyari S1 sempet lamar S1 di amerika loh, sampe dikirimin pendaftarannya
x: wah keren banget
gw: iya, dulu sekolah keluar ngeri itu masih limited banget
x: kenapa kamu ga lanjutin usaha kamu?
gw: ada banyak hal yang ngehambat sehingga aku tunda dulu
x: masalah apa kalau boleh tahu?
gw: banyak sih, finansial, keluarga, pikiran
x: sekarang apa masalahnya udah selesai?
gw: yah, masih ada aja sih namanya juga masalah ga akan usai
x: nah kalau gitu, kenapa ga coba lanjutin lagi?kan udah tahu masalah gak akan usai
gw: hmmmm iya juga yah, aku nuggu sesuatu yang gak akan ada habisnya.
x: iya, kalau habis kamu udah mati dan kehabisan waktu
gw: iyah juga yah, aku th ngerasa capek
x: capekkenapa
gw: ya capek aja dari duulu masalah ga kelar-kelar
x: lho, bukannya kalau masalah udah kelar tandanya kamu juga udah kelar?
gw: hehehe
x: terus apalagi yang ngehabmbat kamu
gw: waktu sih, aku ngerasa ga punya waktu aja, abis capek, kayak istirahat nonton dll tapi ga ilang
x: mungkin, bukan waktunya yang diubah, tapi kamu melihat waktu
gw: maksudnya?
x: iyah, waktu kan sama buat semua orang 1x24 jam. nah gimana kamu ngelihat waktu itu buat apa aja, a,b,c
gw: duh kalau gitu gak ada istirahatnya dong
x: istirahat kayak gimana yang kamu maksud? tidur?
gw: salh satunya
x: kamutidur sehari 2 jam?
gw: enggak sih
x: 8 jam?
gw: paling 6-7 jam
x: cukup ko, terus kenapa masih ngerasa capek
gw: mungkin karena mikirin masalah
x: mikirin solusi?
gw: iya,
x: terus, udah tahu jawabannya?
gw: ada yang iya bnayk yang enggak
x: tapi tahu kan gimana atau harus gimana kalau ada masalah?
gw: iya sih, nanya, usaha, doa. sering banget dapet solusi dari Allah
x: terus, kamu khawatir kenapa?
gw: hemmm iya juga ya, kayaknya masalah itu bakal ada solusinya dan beberapa tahun ke depann jadi ga berarti
x: nah
gw: gw overthinking
x: gapapa, namanya manusia berusaha memecahkan masalah. cuman cara pakainya aja yang belum pas
gw: jadi sebenernya ga salah ya?
x: enggak juga, tinggal diasah caranya. kayak orang pakai piso, ada yang lembut ada juga pas harus keras, ada juga cuman pakai ujungnya
gw: hemm kayaknya selama ini gw membabi buta makai pisonya
x: hahaha gapapa, kan belum tahu
gw: iya yah
x: kamu udah capek belum
gw: iya heheh
x: yadah istirahat
gw: makasih ya
x: iya sama2
0 notes
Text
Risiko yang Pantas Diambil
Risiko yang Pantas Diambil
Ketika saya masih sarjana, saya memiliki impian untuk bekerja di Amerika Serikat di masa depan nanti. Rasanya ada sesuatu yang menakjubkan tentang industri teknologi dan silicon valley yang ingin saya alami. Nah, saya kira pada saat itu akan terkejut mengetahui tentang kesulitan yang harus dia tempuh untuk mengejar impian itu.
Beginning Setahun setelah lulus dari Institut Teknologi…
View On WordPress
#american culture#american football#American Summer Camp & University Tour#American University in Caiiro#Amerika#amerika serikat#Cara kuliah di Amerika#carnegie foundation#carnegie mellon university#carniege mellon university#cornel university#cornell hotel management#cornell institute#Cornell Institute of Busienss and Technology#Cornell Institute of Business and technology#cornell uiversity#cornell university#Cornell University Industrial and Labor Relations School#ektra kulikule di william colenso college#kuliah aristektur di southern california institute of architecture#kuliah arsitektur di southern california#kuliah di carnegie#kuliah di cornell university#kuliah di southern california#orang-orang berprestasi di cornell unversity#pameran pendidikan#pameran pendidikan inggris#Southern Association of Colleges#southern california#Southern Cross University
0 notes
Text
Lahir dan besar di Bandung sampai lulus SMA, dulu saya merasa dasar agama Islam saya cukup kuat untuk menghadang budaya barat. Maka dengan mantap, saya pun menerima tawaran Ayah untuk berkuliah di Amerika.
“Sarah si Anak Alim,” panggil teman-teman, karena saya memiliki banyak teman, aktif bersosialisasi di kegiatan mahasiswa, namun tidak pernah ikut-ikutan clubbing, pergi ke rave, mabuk-mabukan, merokok, memakai ganja, atau sebagainya. Dan saya sangat bangga akan hal itu. Namun ternyata yang namanya iman ketika tidak dikasih makan, lama-lama redup sendiri. Itulah yang saya rasakan di satu tahun terakhir masa kuliah saya.
Di titik itu, saya merasa ada di tengah-tengah. Nakal tidak, tapi jadi orang Islam yang baik dan benar juga tidak. Dari luar mungkin saya terlihat ceria dan aktif, namun seringkali saya termenung sendirian. Mengapa hati saya merasa kosong dan kebal? Hidup rasanya hampa dan tawar. Orangtua? Alhamdulillah keduanya masih ada dan sehat. Rumah, sekolah, teman, mobil, kerja sambilan, semuanya cukup berkualitas. Lalu mengapa saya tidak dapat nikmat-Nya? Shalat dan baca Quran pun rasanya tidak ada isinya. Ada yang salah pada diri saya, namun saya tidak tahu apa, dan bagaimana cara menanganinya. Untuk waktu yang cukup lama, hati saya rasanya tidak nyaman dan karuan.
Seakan tahu apa yang anaknya butuhkan, suatu malam Mama menelepon saya. Saat itu beliau sedang ada di Bandung. Ditengah-tengah percakapan, beliau bertanya, “Sarah mau nggak, kalau Mama masukkan ke pesantren di Bandung? Satu bulan aja kok. Mama rasa kamu perlu, deh. Kamu di Amrik gak dapet lingkungan Islami, soalnya.”
Reaksi saya saat itu: SEBULAN? Buset, lama amat! Apalagi, ternyata para santriawan dan santriwati tidak diperbolehkan memakai handphone selama sebulan. Mulut rasanya ingin bilang, “Mama bayar Sarah seratus ribu dollar juga Sarah gak akan mau kalau gak boleh pegang HP selama sebulan!” Tapi entah kenapa, tanpa pikir panjang, saya malah menjawab, “Mau, Ma.”
Singkat cerita, selama Pesantren saya mendapat banyak momen yang memang mencerahkan hati dan kalbu. Mampu menangis selagi shalat berjamaah di mesjid atau shalat sendiri di malam hari memang tidak ada harganya. Dengan perlahan, kekosongan di hati saya mulai terisi.
Masuklah kami ke pelajaran fiqih dan membahas tentang kerudung. Tentu saja, para Ustadz dan Ustadzah banyak mendorong santriwati untuk terus memakai kerudung bahkan nanti ketika program ini selesai. Saya lalu berfikir, kalau saya memilih untuk memakai kerudung, saya pasti akan kehilangan banyak teman. Belum lagi, saya merasa saya akan sulit mencari pekerjaan karena selain saya baru lulus kuliah, Muslim adalah grup minoritas di Amerika Serikat. Bagaimana perihal jodoh? Kalau saya pakai kerudung, saya akan lebih sulit lagi mencari jodoh. Terakhir, bagaimana dengan ancaman-ancaman para Islamophobia yang semakin hari semakin marak? Saya tidak akan pernah merasa aman untuk memakai kerudung di luar rumah.
Maka malam itu juga saya putuskan: “Tidak. Saya tidak mau pakai kerudung. Pakai baju panjang tertutup saja sudah lebih dari cukup untuk saat ini. Kan, toh, kata Allah kita boleh melakukan apapun demi keselamatan diri kita sendiri. Ya, kan?” Hati merasa ragu, tetapi pikiran saya mantap atas keputusan saya. Saya berfikir, saya hanya tinggal harus meyakinkan diri bahwa ini adalah keputusan yang tepat.
Beberapa hari pun berlalu. Pada satu kelas Fiqih berikutnya, pak Ustadz dan para santriwati diberi waktu untuk bertanya dan berdiskusi. Kami berdiskusi santai tentang banyak hal. Dari tentang apa saja yang boleh dipakai untuk membersihkan diri setelah buang air kecil dan besar, sampai akhirnya kami membahas tentang kerudung lagi. Saya pun mendapati diri mengacungkan tangan dan bertanya,
“Pak, kalau misalnya kita hidup di lingkungan dimana Islam diperlakukan sebagai terror—dimana orang berkerudung bisa ditembak atau ditusuk begitu saja tanpa alasan, apakah kita masih tetap harus pakai kerudung? Kan kalau sudah begitu tidak aman lagi.”
Pak Ustadz terdiam sebentar, lalu bertanya kepada saya, “Siapa yang menyuruh kamu menutup aurat dan memakai kerudung?”
Saya sempat bingung atas pertanyaannya. “Eh, siapa…ya. Allah, kan?” jawab saya ragu.
Beliau lalu mengangguk mantap dan berkata, “Kalau begitu, cukuplah Allah sebagai Penjamin.”
Jawaban yang sangat sederhana itu terasa ringan namun juga sangat berbobot. Namun saat itu, jawaban dari pak Ustadz masih belum cukup untuk merubah keputusan saya, bahwa saya harus memprioritaskan keselamatan saya sendiri!
Hari terakhir di Pesantren, saya dijemput Mama, dan kakak perempuan. Saya peluk Mama dalam-dalam, dan meminta maaf dengan khusyuk atas semua kesalahan yang pernah saya lakukan, berterima kasih untuk semua yang Mama dan Papa telah berikan untuk saya. Saya juga berterima kasih sedalam-dalamnya karena beliau sudah menawarkan saya untuk mengikuti program pesantren ini.
Satu hal aneh pun terjadi. Di perjalanan pulang ke rumah, saya melirik ke arah kaca spion, dan mendapati diri saya yang masih memakai kerudung. Lalu dengan ringannya saya bilang kepada Mama, “Mom. Aku mau terus pake kerudung, ah.” Mama dan kakak langsung mengucap syukur. Aku bisa merasakan kesenangan Mama dari senyumnya yang sangat lebar.
Yang saya sebut aneh adalah, bahwa tidak ada keraguan sedikitpun di hati untuk memakai kerudung meski saya tidak punya kerudung satupun, dan tidak punya banyak baju panjang. Saya juga tidak lagi merasa takut oleh konsekuensi-konsekuensi yang mungkin harus saya hadapi nanti. Pokoknya saat itu yang saya yakini adalah, saya mau lanjut pakai kerudung. Titik. Kalau Allah mau saya pakai kerudung, saya pakai. Dan alasan itu cukup bagi saya. Kedepannya gimana, kita hadapi satu persatu nanti.
Program pesantren selesai Oktober 2017. Saya kembali ke Washington, Amerika, Desember 2017. Prasangka yang dahulu saya takuti ternyata tidak ada satu pun yang terjadi. Maksudnya setelah memakai kerudung, memang banyak perubahan dihidup saya. Namun, hidup tidak berubah menjadi lebih buruk, melainkan menjadi jauh lebih baik.
Misalnya, ada beberapa teman yang jadi segan, sehingga enggan bertegur sapa dengan saya lagi—entah apa alasannya. Hilang teman? Tidak. Menurut saya, justru saya jadi tahu mana yang benar-benar teman dan mana yang bukan.
Contoh lainnya, dihari pertama saya kembali bekerja sambilan dan memakai kerudung, atasan dan teman-teman kerja saya menyambut saya dengan ceria dan hangat. Ada yang memuji, dan ada pula yang bertanya, “Apakah dengan memakai kerudung artinya kamu sudah menikah?” atau, “Apakah kamu masih mempunyai rambut?” Pertanyaan-pertanyaan polos yang tentunya saya jawab dengan senang hati.
Tidak hanya itu, tiga bulan kemudian saya mendapat pekerjaan full-time kantoran di perusahaan yang baik dan mendapat atasan yang sangat baik juga. Beliau masih menjadi teman dekat saya sampai sekarang meski saya sudah tidak lagi bekerja disana.
Namun menurut saya dari itu semua, salah satu hadiah terbaik dari Allah adalah, ketika Dia mempertemukan saya dengan suami saya tiga bulan setelah saya mendapat pekerjaan baru tersebut.
Hadist yang berbunyi, “Jika seorang hamba mendekati-Ku sejengkal, niscaya Aku mendekatinya satu hasta” adalah benar dan saya alami sendiri. Mungkin saya beruntung, tapi kalaupun saya tidak mendapatkan itu semua, paling tidak saya merasa sangat bersukur karena Allah sudah membalikkan hati saya agar dapat merasa dan mampu bersyukur lagi kepada-Nya sehingga akhirnya saya dapat lagi menikmati Nikmat-Nya.
Allah Maha Baik.
Allah Maha Baik.
Allah Maha Baik.
(Tulisan pendek untuk lomba IMSA 2022)
7 notes
·
View notes
Text
Ngobrol Sama Kak Mutiara Syifa✨🚀
Halo temen-temen, aku mau sharing pengalaman aku mewawancarai salah satu sosok role model aku yaa!
Jadi, dalam rangka tugas midterm mata kuliah ‘Work, Employment and Society’ untuk menulis essay mengenai “Preferred Occupation” kami ditugaskan untuk mewawancarai 2 orang yang sudah bekerja di pekerjaan yang ingin kami lakukan ketika lulus nanti. Saat ini, aku pengen banget untuk berkarir di bidang research, khususnya academic research. Oleh karenanya, aku mewawancarai kak Mutiara Syifa, seorang Ph.D students di Ohio State University, the United States.
Kak Mutiara Syifa atau yang biasa dipanggil kak Mutiara sudah berkecimpung di dunia research selama kurang lebih 4 tahun. Pada awalnya kak Mutiara tidak begitu yakin dengan pekerjaan ini, beliau melihat bahwa karir sebagai researcher masih terlihat abstract. Namun, setelah Kak Mutiara melanjutkan pendidikan magister nya di Korea Selatan, dengan iklim penelitian, akses terhadap kesempatan serta sumberdaya yang mendukung, membuat karir sebagai researcher ini menjadi tantangan tersendiri yang menyenangkan baginya. Kak Mutiara jadi punya gambaran yang lebih jelas mengenai research ini sendiri. Setelah itu, Kak Mutiara melanjutkan pendidikan doctoral nya di Amerika dan fokus pada melakukan penelitian juga. Tentunya, kak Mutiara menjelaskan bahwa selama menempuh pendidikan dan melakukan penelitian di US, kak Mutiara merasakan mendapat dukungan dan lingkungan yang sangat mendukung pendidikan dan perkembangan karirnya sebagai researcher.
Menurut kak Mutiara, menjadi seorang peneliti sangatlah menyenangkan. Dengan karir ini, kak Mutiara dapat bertemu dengan berbagai peneliti lain dari berbagai institusi. Mendapatkan kesempatan untuk bertukar pikiran dan memahami keberagamaan orang-orang yang ditemuinya yang memiliki visi yang sama yaitu untuk memajukan negeri nya masing-masing adalah hal yang sangat kak Mutiara sukai dari menjadi peneliti.
Namun, kak Mutiara juga menemukan beberapa tantangan selama menempuh pendidikan doktoralnya sekaligus menjadi researcher, salah satunya adalah me-manage waktu dan memilah-milah jenis kegiatan yang harus diikutinya. Kesempatan yang sangat banyak di US membuat kak Mutiara terkadang kewalahan dalam mengatur keinginan untuk mengikuti berbagai kegiatan yang beragam. Tapi itu semua tidak lantas membuat kak Mutiara merasa lelah berkarir menjadi researcher, malahan kak Mutiara sangat menikmati semua kegiatannya itu.
Mengingat bahwa iklim penelitian di Indonesia yang belum se-mendukung Korea Selatan atau Amerika Serikat, salah satu tujuan Kak Mutiara ketika kembali dan melanjutkan karir di Indonesia adalah menyediakan akses penelitian seluas-luasnya untuk siapapun. Kak Mutiara ingin bahwa penelitian-penelitiannya dapat diakses dan dibaca oleh semua orang. Selain itu, karena Kak Mutiara menyadari bahwa tidak semua orang dapat memahami karya penelitian, kak Mutiara ingin membuat hasil penelitiannya menjadi lebih mudah diterima masyarakat luas dari berbagai latar belakang, bisa dengan cara membuat youtube video atau mengunggah nya di platform-platform yang mudah diakses.
Kak Mutiara juga mengungkapkan pendapatnya bahwa kegiatan penelitian atau riset sangat bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat. Perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat cepat khususnya di bidang STEM membutuhkan research untuk terus dilakukan. Selain itu, dalam bidang sosial, research akan terus dibutuhkan untuk memahami perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat seperti perubahan budaya, demografi, dan lain-lain.
Kak Mutiara merasa sangat bersyukur memiliki lingkungan yang sangat mendukung pendidikan dan karirnya sampai saat ini. Beliau merasa bahwa privilege yang dia miliki inilah yang membuatnya bisa sampai ke titik sekarang.
Dari ngobrol sama kak Mutiara, aku belajar banyak hal temen-temen, khususnya tentang kerja keras, konsistensi, dan kemauan untuk memberikan dampak yang besar untuk bangsa. Sebagai penutup, karir apapun yang mau kalian lakukan nanti, pastikan kalian menjalaninya dengan senang yaa, dan jangan lupa tujuan akhirnya, ‘memberikan manfaat seluas-luasnya terhadap banyak orang’
Sekian dan Salam 24 jam!
hamamurizki
Chittagong, November 1, 2022
2 notes
·
View notes
Text
Persiapan PhD
Akhir-akhir ini overthinking tentang beberapa komentar tentang menyegerakan lanjut sekolah (master & PhD). Makin ke sini bukan dapet pernyataan tentang kapan nikah, tapi makin banyak tentang kapan PhD.. yang menurutku lanjut sekolah & menikah tuh 11:12, sama-sama butuh persiapan. Sebenernya tutup telinga sambil berusaha yang terbaik buat persiapannya kalau lanjut lagi sih, tapi pingin nulisin yang lebih rapi di sini. Ini terlepas tentang administrasi dan pingin daftar di mana ya.
Hal nomor satu yang harus disiapin itu mental, ini aku bicara sebagai mahasiswa lab basah di Asia Timur, di mana ada prof yang suka dengan budaya kerja keras. Siap harus nginap atau hampir 24/7 di lab, itu bisa jadi ada stress tersendiri. Penelitian juga bisa jadi ga mulus, ada experiment yang gagal dan ngulang, berhadapan dengan budaya yang berbeda. Haruuuus disiapin banget.Tips biar ga 24/7 di lab, dari diri kita sendiri pintar-pintar atur jadwal sih. Penting banget buat belajar stress management sih kalau ini, biar ga depresi atau kena mental illnes lainnya.
Yang kedua yang harus disiapin, skill. Masih inget banget, waktu ada adik tingkat (undergraduate) mau langsungan ke PhD ke Amerika, dia sempat agak insecure ga ketrima & berat jalani PhD, kebetulan mentor kami sama, terus kita sama-sama dinasehati, mungkin akan berat di tahun pertama PhD kalau belum punya skill sama sekali, seperti apa yang kualami waktu master kemarin, banyak hal tentang membran dan ujinya yang belum kuketahui. Skill tentang uji-uji penting banget, beda sama di Indonesia yang selalu kirim ke lab tertentu, gak nguji sendiri. Skill ini ga cuma tentang experiment aja sih, bahasa juga, entah itu bahasa Inggris atau bahasa asing lain yang dipakai. Di pengalamanku, bahasa Inggris emang membantu, tapi kalau ga sekalian belajar bahasa Asingnya, rasanya kurang deep, banyak hal yang mendasar dan bagus yang disampaikan dalam bahasa asing selain bahasa Inggris (which in Taiwan using mandarin). Skill lain yang diperlukan, menulis. Waktu ikutan sharing tentang menulis, aku dapet insight lain tentang publish paper selama PhD. Jadi ternyata ada dua tipe mahasiswa, satu yang dia sekedar publish paper hanya memenuhi persyaratan kelulusan, yang kedua sengaja kuliah PhD lama untuk belajar menulis paper yang bagus, branding yang baik ke publisher, di mana ini yang sangat membantu untuk karir ke depan. Waktu dikasih tau itu, aku ter W-O-W dan bener juga. Ini juga nasehat dari profesorku, memilih menjadi mahasiswa yang mana, dikembalikan ke aku lagi. Gak heran kalau mahasiswa lokal banyak yang lulus lama, sekitar 7 tahun untuk PhD, padahal kalau liat dari syarat publish papernya udah cukup. Tips lain, kalau pingin lulus on time, siapin draft paper yang mau di publish, dan pastikan siap submit di tahun pertama, ini ngebantu banget dari pengalaman beberapa orang.
Yang ketiga, persiapan finansial. Habis ngulik-ngulik tentang conference sama temen, oh yaa penting buat ngulik conference juga, kalau ini salah satu syarat kelulusan. Biar ga kaget, list berapa budgetnya & gimana fundingnya, entah dari lab, kampus, atau pemerintah setempat. Habis list, biaya dari Taiwan ke Eropa lumayan bangettt xD
Sejauh ini cuma tau beberapa hal di atas buat persiapan PhD (selain persiapan administrasi untuk diterima. Sama kayak gimana cara jawab pertanyaan kapan nikah sih, senyum & diam-diam persiapan ajaa kalau udah beneran mantap lanjut studi. Tapi juga pingin bilang, please jangan nyuruh-nyuruh lanjut kuliah doang kalau gak mau mentorin, sering ketemu anak s1 yang masih terombang-ambing gimana cara daftar kuliah ke LN. Karena ya tadi, nomor satu yang dipersiapin buat lanjut studi, apalagi ke LN itu mental. Kalau nyuruh lanjut & ga dibimbing, terombang-ambil, beresiko banget ke mental.
Zhongli, 29 Agustus 2022
4 notes
·
View notes