#CETEK
Explore tagged Tumblr posts
Text
OFFGRID-Erfahrungsbericht auf dem Segelschiff - vom PWM zum MPPT mit Bleibatterie und diversen Solar-/PV-Modulen
View On WordPress
#AGM#Bleibatterie#CETEK#Coachingboot#ECO-WORTHY#Imp#Inselbetrieb#Isc#Ladekurve#MPPT#MPPT 75/10#MPPT 75/15#Photovoltaik#Pmax#PowerStation#PV-Modul#PV-Panel#PWM#Segelboot#Solar#Solarmodul#Solarpanel#Therapieboot#VARTA#VICTRON#Vmp#Voc
0 notes
Text
Makna "Belajar Agama"
Tidak mudah hidup di zaman yang memang kerusakan sudah dianggap sebagai hal yang biasa, teruslah menuntut ilmu agama, bersamai dan sabarlah terhadap orang-orang shalih.
Kemaksiatan itu adalah sesuatu yang memang menyenangkan bagi hawa nafsu, tapi derajat surga tertinggi tak bisa di raih oleh orang-orang yang tunduk pada hawa nafsunya, berbahagialah mereka yang memiliki kesempatan untuk melakukan kemaksiatan tapi lebih memilih untuk menjauh pergi karena takut pada Allah, semoga Allah istiqomahkan yang demikian. Telah di saksikan sepanjang zaman yang istiqomah adalah yang serius pada agamanya.
Salah satu kekurangan kita sebagai anak muda dalam memahami makna "belajar agama" adalah kita belajar hanya pada perkara-perkara yang menyenangkan hati kita. Seperti: materi kajian mengenai jodoh, rezeki, circle pertemanan, dll yang tentu semua itu materi yang juga tak kalah penting.
Namun, belajarlah juga dan terutama pada perkara inti dalam agama: soal aqidah, tauhid, kesyirikan, pembatal-pembatal keislaman, nama dan sifat Allah, dan ilmu-ilmu lain yang kita pikir sempit dan cetek padahal dalam dan luas.
Mempelajari hal-hal di atas bukan agar kita jadi ustadzah/guru/pengajar. Namun utamanya untuk mengangkat kebodohan diri dan orang terdekat kita. Mengubah karakter, sifat, kebiasaan kita yang selama ini bergantung dengan makhluk menjadi bergantung kepada Allah, yang selama ini orientasinya dunia menjadi orientasi akhirat. Hakikatnya tujuan kita belajar agar karakter kita berubah dan hal tersebut butuh banyak waktu.
Lalu, ilmu ini bila dipelajari kemudian diamalkan, akan menjadikan kita pekerja yang bertanggungjawab, karyawan yang disiplin, ibu yang shaalihah, ayah yang penyayang, tetangga yang menyenangkan hati, pemuda yang santun, pelajar yang semangat, pemimpin yang bijaksana, presiden yang adil, pedagang yang jujur.
Atau singkatnya, menjadi manusia yang bertaqwa dan penuh dengan kebaikan serta kebermanfaatan, baik dalam kesendirian ataupun dalam kebersamaannya dengan orang lain.
Menjadi manusia yang bahagia dan tenang dari dalam dirinya, kuat jiwanya, optimis dan tidak pernah berburuk sangka pada Allaah 'azza Wa Jalla.
Bogor, 14 Dzulhijjah 1445 H.
57 notes
·
View notes
Text
Atas Kesabaranmu
Kemarin lusa, aku menyempatkan diri untuk menyimak Webinar dari Ngafal Ngefeel (NN). Judulnya tentang Mengajar Se-sabar Rasulullah. Webinar ini utamanya diperuntukkan bagi guru ataupun orang tua yang merasa perlu belajar sabar dalam proses mengajar. Baik terhadap anak didik ataupun anak biologis. Tapi menurutku, topik ini sangat bisa diikuti oleh siapa pun.
Karena, siapa sih manusia di dunia ini yang sudah lulus 100% dengan ujian sabar?
Awalnya, aku tertarik dengan judul webinarnya yang terasa sangat wow. Se-sabar Rasulullah.
Yang benar saja. Se-sabar Rasulullah? Apalah aku yang level sabarnya masih cetek ini? Apalagi jika berkaitan dengan pengasuhan anak yang masyaa Allah..
Webinar pun kuikuti dengan tepat waktu, sampai betul-betul selesai. Kalimat narasumber pertama membuatku terusik, "Kembalikan lagi niat kita mengajar ini karena apa, karena Allah, kan?"
Iya ya, responku dalam hati. Kalau karena Allah, bukankah harusnya sabarku lebih lapang?
Lalu berlanjut ke narasumber kedua yang menyajikan asbabun nuzul sekaligus shirah yang jujur, baru kudengar sekarang. Beliau memaparkan tentang surah Ali 'Imran ayat 159. Rupanya, alasan turunnya ayat tersebut adalah Rasulullah SAW yang hampir saja kelepasan untuk 'memarahi' para sahabatnya sebakda perang Uhud. Ketika itu beliau merasa, kekalahan mereka disebabkan oleh para sahabat yang tidak mengindahkan seruannya. Dan memang betul, saat itu sahabat terlena dengan berbagai harta rampasan perang.
Namun sebelum Rasulullah 'meledak', Jibril datang dan menyampaikan wahyu berupa firman Allah di surah Ali 'Imran ayat 159 tersebut.
"Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu. Oleh karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (penting)." (QS. Ali 'Imran: 159)
Jadi, jelas narasumber kedua, jika kita sudah hampir kehilangan kesabaran, ingat-ingat Rasulullah pun pernah mengalami hal serupa. Meski kita tidak didampingi Jibril seperti beliau, kita bisa menjadi Jibril bagi diri kita sendiri.
Menohok ya. Karena bagaimana mungkin mengingatkan diri sendiri saat sedang 'umup-umupnya'. Tapi begitulah.. kalau menahan amarah itu mudah, tidak akan ada hadits Rasulullah SAW yang mengatakan bahwa orang yang paling kuat adalah orang yang bisa menahan amarahnya.
Bagiku pribadi, jujur untuk selalu bersabar terutama pada anak, selalu menantang. Terutama pada hal-hal yang menjadi titik rentanku. Perkara makan. Selain itu, biasanya masih cukup aman meski anak memporak-porandakan rumah.
Selain itu yang paling membekas dari webinar kemarin adalah ketika narasumber menyebutkan ayat ini,
"Salamun 'alaikum bi maa shobartum." (QS. Ar-Ra'd: 24)
Adalah salam yang terucap dari malaikat penjaga pintu surga, kepada sesiapa yang berhasil melewatinya.
Selamat sejahtera bagimu, atas kesabaranmu.
Tidak tahu ya.. tapi mendengarkan kalimat ini selalu membuatku merinding, dan berkaca-kaca. Seperti terbayang, bagaimana rasanya keluar dari lorong gelap dan bertemu dengan gerbang raksasa dihiasi cahaya terang benderang. Para penjaganya tersenyum dan melempar salam sekaligus pujian terbaik.
Atas kesabaranmu...
Atas kesabaranmu...
Ah, bagaimana dengan sabarku yang masih setipis tissue?
Seketika aku teringat dengan novel Kang Abik yang berjudul Kembara Rindu. Dalam novel itu, Kang Abik menarasikan dengan begitu apik, tentang bahwasannya kita semua saat ini sedang dalam perjalanan menuju kampung halaman. Dalam perjalanan berpulang.
Iya, saat ini manusia hanyalah seorang pengelana di bumi. Nenek moyang kita, pernah tinggal di surga. Dan kesanalah pula kita akan berpulang. Kalau kata seseorang, maka wajar jika kita perlu bersabar dengan berbagai realita kehidupan. Karena dunia bukan tempat asal kita, bukan tempat yang abadi untuk kita.
Maka, bukankah untuk menjemput saatnya berpulang, kita selayaknya bersiap dengan persiapan terbaik?
Ah, diriku. Sudahkah mampu untuk selalu menaikkan level sabarmu?
13 notes
·
View notes
Text
di aplikasi sebelah banyak yg rekomendasiin investment untuk pemula yg tepat tuh obligasi & sbn. kenapa ya kira-kira? kl pemula kan asumsinya udah punya tabungan (di bank atau dalam bentuk lain) atauuu emg sama sekali blm punya tabungan. knp ga rekomendasiin rdpu bibit yg bisa cair instan (biar ga shock tbtb kok mau ambil duit sendiri aja ribet & lama) atau deposito bank digital yg bisa jamin gede juga (tp bank digital syariah yg buka deposito bagi hasil gede kan ga banyak ya, opsimha terlalu terbatas).
tapi jg mungkin rekomendasi obligasi & sbn tuh buat yg punya tabungan atau duit yg udah ratusan juta atau milyaran kaliya. soalnya kl nominalnya cetek tp banyak pertimbangan (alias kaum mendang mending kaya gue) ya lebih damai hati ini kl naruhnya di rdpu😅
2 notes
·
View notes
Text
Sisso Artner: Konyharegék (bestzeller lösz!)
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/0955a50ff421ea469bb927a345a8e2fc/4930135f627e7a22-84/s540x810/47f5030f0666c1cd6c737c6f641834fff30fc366.jpg)
képzeljétek ámbrás cetek! barátaim! leveslesők és süteményfalók! megint megjelent egy könyvem, ismét megbízásiból, mégpedig most Terézváros, illetve az Eötvös10 megbízásából, pályázatra, "a Budapest150 emlékév részeként, a Fővárosi Önkormányzat és a Budapesti Művelődési Központ anyagi támogatásával.", Dorka Gálvölgyi ötlete nyomán és bíztatására. akinek ezt most annyira köszönöm, mert igazán rám fért ezekben a micsodaidőkben, hogy olyan különleges (hülyeség, mert minden ember különleges, de mindegy, értitek) emberek sztorijait mesélhessem el a kaja ürügyén, akik külföldiként élnek Terézvárosban. és ennek kapcsán azt is, hogy milyen jó, hogy sokfélék vagyunk és mennyire ránk fér egy kis humanizmus a sokféle ideológia és vallás, meggyőződés közepette. a címe "Konyharegék"- multikulturális ételképek Terézvárosból. mit mondjak, nagyon klassz pillanatok azok, amikor megjön a nyomdából egy kiadvány, és az ember a kollégáitól értesül, hogy megérkezett és ők szintén örülnek (ahogy annak is, hogy végre túl vagyunk ezen, és visszatér a szórakozottságom az átlagoshoz megint) arról lecsúsztam, hogy én vegyem kézbe először ma a kötetet, de kicsit boldog vagyok. köszönöm Saly Noémi szerkesztőnek a munkát, Zsofia Mautnernek a "gondoskodást",Tóth Gábornak a fotókat, Ildikó Szemők-nek a korrektúrát, Kati Gyergyak-nak, hogy segített elkezdeni, meg, hogy ott van velem az irodában, hisz bennem, és pofákat vág, Fülöp-Lehoczky Rella-nak, aki kommunikál nekünk mindent, és örül a mi örömeinknek, a 11 (szerencseszám) szereplőnek pedig különösen. közülük Christopher Graigrai Simmersbach régi barátom. a többiek újak. jóemberek. (ja, ami nem mellékes köszi: Péter Telihaynak a hátát, amin időnként fát vághatok, Igor Olivér Artnernek pedig a 19. éve tartó érzékenyítést.
17 notes
·
View notes
Text
Mau naik kelas ke level hidup yang lebih baik, sabarin, ikhlasin, jalanin.
Meski harus berdarah2.
Saat kondisi ga bisa diubah rasanya ingin pergi menjauh dan tak kembali. Ngapain coba ada di kondisi yg menyesakkan kan dongo namanya tapi hidup memang suka gitu. Ga bisa ngapa2in, ga bisa kemana2, ga bikin bahagia jadinya. Cape sedih terus
Dan yang dihisab itu respon kita terhadap kondisi tersebut. Mau bagaimana?, mau ngapain?, mau kayak gmn?
Ujiannya disitu nilainya hanya Allah yang tahu..
Namun, ya Allah gimana atuh? Aku dah ga kuat. Ampe sakit kelenjar. Karena emosi tertahan.
Kondisi ga sesuai + sakit + emosi tertahan+hidup yang gini2 aja+takut mati+ga punya apa2 yg bisa diwariskan.
Ko kepikiran warga gaza ya? Mereka punya pilihan lari dari negeri mereka tapi mereka tetap teguh di sana meski harus berkorban nyawa dan perasaan. Karena ada disana itu hak mereka.
Ya Allah, ujianku mah masih cetek...
10 notes
·
View notes
Text
Ketika udah pesimis sama hasil. Juga overthinking. Trus nyata nya hasil nya manis.
Huhuhu manusia ini emang kadang di mulut doang bilang ikhlas dan berserah. Tapi di hatinya penuh ragu cemas dan bimbang hasil akhir.
Maap kan iman hamba yang masih cetek dan gampang melenyot ini ya Tuhan 😚
3 notes
·
View notes
Text
Happy Eid (and Eclipse!)
Pertama tama, Eid Mubarak untuk seluruh warga tumblr dan mohon maaf lahir batin! Semoga ibadah di bulan Ramadan kemarin berkah dan membawa banyak hikmah ya.
Lebaran ini aku ga cuti karena lagi megang kelas yang jadwalnya Rabu 3pm, terus Selasa 4.30am juga ada section. Mau izin tapi pas banget giliran aku yang presentasi dan ini silabusnya udah dikirim dari jauh-jauh hari jadi ga enak kalo dadakan batalin. Asalnya aku sama Adit mau lowkey aja buat opor seperti tahun-tahun lalu dan undang tetangga-tetangga buat makan pagi-siang bareng.
Ternyata eh ternyata undangan "open house"nya nyebar karena kebetulan tetangga kita pun banyak yang mahasiswa Indonesia kan. Karena kita udah lebih lama disini jadi kenal lebih banyak orang dan pas ngitung headcount siapa aja yang mau dateng jumlahnya berkisar di 20-30 orang. Yaudah sekalian masak yang rada banyak aja biar meriah. Jujur karena selasa-rabu ga cuti, jadi masaknya bare minimum opor sama ketupat aja gapake tambahan menu lain. Untung ada pressure cooker dan blender bumbu jadi masaknya ga begitu repot. Kebetulan hari minggunya Hamidah ngajakin bikin nastar (alhamdulillah!) dan dia yang bikin selai nanasnya. Luv banget senangg rumah jadi wangi mentega dan nastarnya pun enak!
Pas banget senin lagi ada gerhana matahari total lewat Amerika. Tempat paling deket yang dilewatin path of totality tuh Vermont, sekitar 3jam dari Boston. Asalnya ngajak Adit tapi dia gabisa ambil cuti Senin karena lebaran dia ambil cuti. Udah pasrah mau nonton di Boston aja yang partial EH kak diah ngajakin nonton total dia yang nyetir alhamdulillahh. Walhasil berangkat senin pagi, macet, nyampe pas banget lunch time di jam gerhananya. Jam 4 udah cabs balik Boston dan baru nyampe jam 11-12 malem wakaka.
Selasa kerja seperti biasa tapi WFH, jadi bisa siap2in rumah buat lebaran. Adit wara-wiri ke supermarket beli ayam, terus rebus ketupat, dll, malemnya kita bukber di SOCH buat takbiran juga. Kelar sekitar jam9 terus baru mulai kupas-kupas bawang dan blender bumbu opor. Sebelum tidur sempet bikin satu batch opor pake pressure cooker. Rabu pagi cetek pressure cooker lagi sebelum berangkat solat eid di SOCH. Alhamdulillah rameee ketemu temen-temen solat eidnya, ada breakfast buffetnya juga (tapi sarapan bule gt scramble eggs and friend). Abis foto-foto anak-anak meluncur kerumah buat makan opor.
Senang sekalii rame-rame makan opor dirumah berasa banget vibes lebarannya. Banyak yang bawa kueh jg dan nastarnya laku keras. Temen-temen pun datengnya bergelombang giliran gitu karena banyak yang ada kelas dan ada open house di tempat lain juga. By the time batch terakhir kelar makan, udah hampir jam 3 terus aku sekalian berangkat kelas.
Ngajar di kelas lancar lumayan (meskipun ga latihan sama sekali setelah bikin slidesnya). Inilah the power of kepepet ya. Kelar kelas diajak ke pub dan ditraktir satu tim. Karena hamidah dan listia belum kerumah dan makan opor (karena siangnya mereka langsung kerja abis solat eid), jadi kuundang dinner dirumah. Senangg rumpi-rumpi sampe malem terus abisnya aku tidur nyenyakkk banget kayak pingsan wkwk. Karena dari Senin udah kurang tidur dan selasa pun masak sampe tengah malam.
Terus Kamis aku ada meeting banyakk jadi ga bisa WFH. Ajaibnya bahan meeting-meeting tsb kelar loh, bener-bener dengan bantuan Allah. Sebelum berangkat aku colok pressure cooker lagi dan masak opor batch 3 buat dibawa silaturrahmi kerumah mba Dhini pulang kerja. Dari kantor langsung kerumah beliau, Adit yang bawa dan angetin opornya dari rumah. Terus dijamu rendang, sayur labu siam, dan ketupat lagi! Senangnyaa.
Jumat ini aku ga ada agenda khusus kerjanya. Mau grading esay mahasiswa sama lanjut nulis draft paper aja jadi agak santay. Bener-bener stay di kasur sampe jam 9-10 kali terus sarapan pastry yang dibawain neta sama teh panas. Alhamdulillah nikmat bangett bisa chill spt ini setelah seminggu hectic. Tapi walau sibuk seperti itu alhamdulillah semua lancar! Perfect weather pun hangat dan tidak berawan jadi vibesnya beneran celebratory banget. Luvv.
5 notes
·
View notes
Text
Level Up
Bukan (yaa belum) gue sekarang, but maybe one day. Cuma kebetulan Allah kasih pembelajaran nya duluan.
Hari ini gue nemenin umi ngisi workshop dia sama temen-temen nya. Speaker panggilan lah wkwk, ga ada nyiapin materi ga pake peraga. Hantam terus. Waktu pulang umi tiba-tiba bilang, “kata ustadzah lakukan apa yang kita bisa, semampunya. Sisa nya biar Allah. Toh bukan kacamata kita yang dipake”.
Iya ini tentang workshop nya. Buat gue yang sempet proker slave ini wkwk, acara tadi sangat unorganized. Ya pokok nya gue banyak “kok gini”. Tapi balik lagi ke yang umi gue bilang, kacamata nya bukan kacamata kita. Sama kaya takdir. To be honest gue kapasitas ilmu nya masih cetek so correct me if I’m wrong.
Perkara akhirat, itu perlu diusahakan. Kenapa? Karena itu jadi bagian takdir yang ada campur tangan manusia. Don’t blame takdir if someday you feel futur wkwk it’s all on yourself, ya mungkin ada ulah setan nya juga ya. Usaha kita lah yang gerakin untuk solat lima waktu, untuk menjauhi yang haram, atau sesepele untuk nahan nggak ngomong kasar.
Tapi dunia? Itu sudah digariskan.
رُفِعَتِ الأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ
Pena (pencatat takdir) telah diangkat dan lembaran-lembaran (catatan takdir) telah kering.
Hadits arbain nawawi ke 19. Apa-apa yang jadi takdirmu tidak akan melewatimu. This. Level berserah yang ini, mungkin cuma berapa % orang-orang di dunia yang ada di level ini. Gue paham kalau takdir emang takdir, tapi kalau emang bisa diusahakan why not?
Nyatanya ketika mengusahakan, kita sering tidak percaya. Mempertanyakan kemampuan diri sendiri, yaa sama aja mempertanyakan Allah. Nyatanya perjuangan kita selalu diiringi berbagai kelibatan pesimis. Sesumbar percaya takdir tapi masih skeptis. Usaha usaha kita, harapan harapan kita, nyata nya lebih dekat dengan dunia ketimbang akhirat. Yo piye?
Njelimet yak? Makannya kata gue juga another level ieu mah. Karena buat gue jujur aja itu susah banget. Berserah. Literally fokus hanya dengan apa yang ada di depan. Udah level sufi kaya nya yang bisa. Tapi ya pelan-pelan, nama nya juga hidup, pembelajaran sepanjang masa.
Hayuklah semangat! Apapun yang ada di depan kalau berat ya berarti ujian naik level. Jalanin aja dulu, biar lewat. Tenang, di depan sana tebing jurang yang lebih curam sudah menanti. Kalau masih dikasih ujian, tanda nya Allah masih sayang🤗
8 notes
·
View notes
Text
hidup. kehidupan. tujuan hidup.
hampir genap satu bulan merantau. memulai 1001 aktivitas baru dan bertemu dengan banyak hal baru. hidup jauh dari orang tua, salah satunya.
setelah hampir satu bulan bekerja, akhirnya dikasih kesempatan sama Allah untuk menggugurkan dosa lewat sakit radang dan flu. MasyaAllah. terima kasih banyak atas berkah dan rahmatMu.
beberapa menit yang lalu kepikiran soal apa. itu. tujuan. hidup. bagaimana sebenernya tujuan hidup yang benar bagi seorang muslim? berhubung ilmu agama masih cetek sekali jadi banyak hal yang perlu dicari tahu lebih banyak. disamping itu semua, alasan dari munculnya pertanyaan tsb adalah karena aku ngerasa Allah senantiasa kabulkan doa-doa aku. satu persatu terjawab secara indah. yang mana aku rasa, doa-doa aku itu juga masuk dari bagian tujuan hidup aku. dan jadi ngerasa, well tujuan (duniawi aku) sudah terpenuhi???? (aku tipikal manusia yang mudah ngerasa puas akan sesuatu. entah apakah itu bagus atau engga, yg pasti aku senantiasa belajar untuk merasa cukup dengan apa yang aku miliki)
terus keinget sebagian cerita dari novel tereliye yang rembulan tenggelam diwajahmu. ketika Rey terus-terusan merasa hampa akan apa yang dilakukannya. tujuan-tujuan hidup yang selalu terpenuhi namun senantiasa merasa kosong dan sepi.
trs kepikiran deh, apakah aku kurang melibatkan Allah dalam kehidupan aku? gimana ya cara men-set tujuan hidup aku sehingga aku gak merasa bingung? kalo masih banyak yang salah dengan diri ini jelas masih. kalo tujuan hidup untuk beribadah kepada Allah juga jelas insyaaAllah sudah dilaksanakan. masih ada kenapa. kenapa. kenapa lainnya lagi. ya mungkin Allah pengen aku lebih dekat lagi ya, mungkin Allah pengen aku belajar lebih banyak lagi. mungkin ini salah satu cara yang Allah kasih biar aku terus bertumbuh, belajar dan berkembang. MasyaAllah.
2 notes
·
View notes
Text
Halo teman dimasa depan..
Entah siapapun kamu, entah dari belahan dunia mana kamu datang, entah kita adalah orang yg sebelumnya sudah saling mengenal atau tidak, atau bisa jadi kita adalah teman lama yg lama tak berjumpa, aku tidak tahu. tapi seringnya aku penasaran, dan menebak-nebak.
hey tuan yang akan menjadi teman dimasa depan, aku seringkali mengandai, panggilan apa yang cocok untukmu? apakah mas? abang? sayang? atau apalah itu. bagaimana kalau nanti aku bertanya padamu? supaya kamu bebas menentukan :D
kalau boleh aku cerita, aku seriiiiing sekali menitip pesan rindu untumu, lewat doa-doa yang seringkali aku panjatkan. disetiap sujud, bahkan sampai di sepertiga malam. Sebuah moment dimana itu adalah waktu intim dengan Tuhanku, waktu dimana aku ingin berduaan dengan Rabbku, diwaktu itu pula, aku bilang ke Dia "Yaa Rabbi... siapapun dia yang nantinya akan menjadi teman dimasa depanku, semoga dia adalah orang yg ketika aku dekat dengannya, aku dekat dengan Tuhanku, dan ketika aku bersamanya surga terasa lebih dekat..."
siapapun kamu, aku selalu mendoakanmu, aku selalu bilang kepada Tuhanku agar Dia menjaga dan memudahkan segala urusan-urusanmu, dan membuat kamu selalu dekat dengan Tuhannya, supaya apa? supaya salam rinduku sampai padamu.
Aku memang bukan orang yang sempurna, bukan perempuan yang cantik nan pesona, aku hanya perempuan biasa yang berharap memiliki teman dalam memperjuangkan visi dan misi bersama. perempuan biasa yang masih cetek ilmunya, masih hambar masakannya, masih suka memilih me-laundry pakaiannya, ahhhh pokonya banyak kurangnya, banyak nyebelinnya. Tapi aku pastikan, tujuan kita sama, dan aku akan tetap berjuang untuk mengupayakannya bersama-sama.
Duhai teman dimasa depanku, jika nanti kita dipertemukan, semoga kita bisa sama-sama ridha, bisa sama-sama belajar dalam segala hal, bisa sama-sama menjadi support system satu sama lain, menjadi orang pertama yg meyakinkan mimpi kita.
terima kasih yaa, sudah mengupayakanku dengan cara yang baik :)
3 notes
·
View notes
Text
TIDAK INSECURE
"Mba gimana si supaya bisa ngomong didepan dan bisa percaya diri kaya mba" kurang lebih seperti itu pertanyaan yang sering ditanyakan saat mengisi materi atau apapun yang berhubungan dengan publick speaking apalagi masa-masa dulu SMK saat aktif-aktifnya berkeliling kebumen mengisi materi ke IPMan ataupun ke Organisasian bak orang yang sudah cukup penting kala itu.
Hahaha amat lucu sekali sejatinya jika mereka tau betapa sesungguhnya aku adalah manusia yang cukup mudah insecure, apa yang aku bisa itu karena aku melawan diriku saja. Banyak hal yang sejatinya membuat aku tidak percaya diri. Mulai dari aku yang merasa tidak cukup berbakat bahkan sampai saat ini aku tidak cukup memahami apa bakatku. Aku yang emosian dan kurang bisa mengontrol diri saat marah. Apalagi bicara fisik jelas aku tidak cantik dan tidak bisa aku pungkiri fisik adalah salah satu yang cukup membuatku insecure.
Agak lucu mungkin memang jika teman-temanku tau akan insecureku perihal fisik karena mereka hanya tau aku si paling PD dan seakan tidak punya rasa malu dan insecure,sejauh ini aku hanya percaya bersikap Percaya Diri satu-satunya cara yang bisa aku lakukan agar nampak baik-baik saja.
Puncak tertinggi dari insecureku adalah semua jawaban dari "kenapa masih jomblo atau kapan kamu mau menikah",dari sekian pertimbangan dan penyebab aku masih memilih sendiri bukan hanya aku masih nyaman atau fokus dengan jalanku, tapi rasa insecure dalam diri cukup andil untuk membuatku belum berani membayangkan dengan siapa atau kapan aku bakal memiliki seseorang disampingku nanti. Aku masih cukup insecure dengan ilmuku yang masih cetek,aku masih cukup insecure karena aku belum cukup sukses, aku masih cukup insecure karena bukan lahir dari keluarga terpandang dan yang pasti aku insecure karena aku tidak memiliki keelokan paras seperti wanita lain.
Seandainya dalam agama dalam memilih pasangan yang harus di pertimbangkan adalah kecantikan,keturunan,kekayaan dan agamanya. Maka sudah amat jelas aku belum bisa sampai pada tahap point salah satunya untuk dipertimbangkan. Hahahahhahhahaha puncak insecure tertinggi adalah bahkan aku merasa tidak pantas untuk siapapun.
Tapi mulai sekarang ayok berjanji untuk menghilangkan segala insecure yang ada. Kamu mungkin tidak terlahir cerdas tapi kamu bisa belajar untuk jadi pintar. Kamu mungkin belum menemukan bakatmu tapi kamu bisa belajar untuk menjadi bisa banyak hal. Kamu mungkin tidak terlahir dari keluarga terpandang tapi kamu bisa berusaha untuk sukses dan kamu mungkin tidak cantik tapi kamu bisa berusaha merawat diri setidaknya kamu sehat. Pesan untuk diriku sendiri🌸
2 notes
·
View notes
Text
Semakin mulia kita, Semakin merendah.
Semakin tinggi ilmu kita, semakin kita memuliakan pihak lain, menghargai, bahkan berkhidmat kepada dia, melayani dia.
Semakin cetek ilmu kita, wawasan kita, attitude kita, value yang ada dalam diri kita, semakin rendah valuasi (penilaian) kita atau semakin kita tidak menghargai orang.
Semakin cetek ilmu kita samakin gampang meremehkan ilmu orang, itu kaidahnya.
Serial Riyaadhush Shaalihiin
Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri, Lc
48 notes
·
View notes
Text
Harapan (Hari) Ke-22
Sudah masuk Syawal sebenarnya. Tapi tidak apa apa untuk dilanjutkan saja. Ini masih seputar apa yang terjadi di 10 hari terakhir Ramadhan kemarin.
Mari belajar menuntaskan apa yang sudah dimulai. Terlambat tidak apa apa, hei dari dulu kamu memang selalu suka terlambat kan?
Dalam benakku, perasaan sedih akan ditinggal Ramadhan nampaknya hanya bisa dirasakan oleh orang orang yang Ori shalih/ah saja :"
Karena bagaimanapun para dai mengungkapkan tentang kemuliaan Ramadhan dan kepedihan tentang ditinggalkannya, dari dulu aku tetap begitu menanti datangnya Syawal dan bulan lainnya.
Bukan tentang kepingin silaturahmi jalan jalan, atau seperangkat peralatan baru yang disiapkan, atau tetiba berdatangan tunjangan, lebih kepada bisa menikmati dinginnya air mineral di waktu siang :")
Maafin aku ya Allah, tapi selalu kalo puasa pasti Lulu si hobi koar koar dan kemana-mana berubah jadi Lulu si batere lowbat. Makanya suka terpukau sama orang orang yang rajin puasa Sunnah. Puasa qadha pun aku harus dicerewetin Umi :"
Tapi gatau kenapa 10 hari terakhir Ramadan kemarin lebih bisa merasakan feelnya.
Mungkin karena khidmat menikmati kebersamaan terakhir dengan kawan baik yang sebentar lagi akan pindah dan menetap di Merauke?
Atau karena Allah mudahin bisa melakoni kegiatan ini itu meski kondisinya puasa, jadi terharu sendiri walaupun sorenya uring uringan lagi sama Haur gegara kehausan wkwk
Dan jadi takut, takut pola ibadah di Ramadan yang masih cetek ini gabisa diterapkan lagi. Takut gabisa nikmatin shalat malam kayak kemarin lagi. Takut gabisa kasih batasan sama makanan berderet yang boleh dimakan sesuka hati. Takut gabisa inget terus buat tilawah. Takut ternyata emang Ramadhan kemarin yang terakhir karena kualitas amalnya belum oke juga.
Nah kan, bulan Syaban kemarin aku menyambut Ramadhan dengan takut. Sekarang mengakhirinya juga dengan takut. Padahal mau banget bisa nyambut dan melepas Ramadhan itu dengan buncah rasa bahagia.
Bahagia menjalaninya, dan bahagia dengan pencapaian baik di dalamnya. Tapi itu masih belum juga terjadi meski sudah menjalani Ramadhan ke dua puluh enam kali
Ya Allah, kemarin Ramadhan aku kan sudah buat perencanaan untuk dilakukan dalam rangka menyiapkan best version of Ramadhan selanjutnya, tolong bantu mudahin ya :"
Terus tolong perbaiki ya kalo masih banyak yang error dalam penyusunannya :" Sama mau minta tolong bantu aku taklukkan kemalasan dan kelalaian atas waktu waktu yang Kau beri ya :"
Tolong Kasihani hambaMu ini yang selalu memulai Ramadhan dengan ketakutan dan sampai di garis akhir juga dengan ketakutan. Tapi aku selalu percaya #RamadhanPenuhHarapan!
3 notes
·
View notes
Text
Keramat 2: Caruban Larang (2022)
Film yang sebenernya punya potensi tapi ya begitu.
Gua gak nonton yang pertama, tapi kalo dilihat kayanya cerita yang kedua sama yang pertama gak berhubungan, jadi gak masalah kalau nggak nonton yang pertama. Mereka cuma sedikit bersinggungan di bagian akhir aja.
Ceritanya sebenernya lumayan oke, gua suka cerita horor yang ada unsur budaya kedaerahan, cuma dialog dan karakternya aja nih yang sedikit ganggu. Gatau kenapa disini karakternya pada emosional semua. Iya sih mereka ceritanya adalah anak muda, tapi kan ga semua anak muda emosionil begitu yak. Dialognya dikit2 bego, dikit2 anjing. Ada konflik dikit berantem. Ga nyaman dikit ngomel. Gatel banget gua nontonnya. Kalo dari segi akting sih gak ada masalah sih, terlihat natural. Gua suka banget sama aktingnya Lutesha. Sangat berbakat sebagai dukun.
Gua merasa film ini kaya ngga ada klimaksnya. Konfliknya klise, solusi penyelesaian konfliknya juga agak bodoh. Terus emang bisa yak bawa alat eletronik ke alam goib??? Tidak masuk akal. Setannya gak serem dan setan utamanya malah gak menunjukan diri. Pecinta horor sepertinya akan kecewa karna horornya cetek. Gua yang penakut aja gak takut.
Rating: 5/10
Disclaimer: ini adalah pendapat berdasarkan selera pribadi, boleh setuju boleh tidak. Jika tidak setuju dimohon tidak emosi. Jika setuju berarti kita satu frekuensi!
5 notes
·
View notes
Text
Jadi.. apa kabar?
Apa kabar kalian? Oh iya, selamat tahun baru (meski udah hari ke-18 di tahun ini). Udah 2025 ya ternyata... rasanya baru kemarin aku ikut MOS di SMA-ku, eh ternyata udah lewat hampir 11 tahun aja.
Aku sebenernya nggak mau nulis yang mellow-mellow amat, tapi di sabtu malam yang kebetulan nggak hujan dan kami sekeluarga gagal jalan-jalan keluar ini, aku merasa emosional. Kalau kalian kira karena gagal malmingan jawabannya sih bukan, ya--aku nggak se-childish itu kok! Meski aku akui, lebih banyak porsi tidak dewasaku dalam bersikap daripada yang seharusnya.
2024 was a great year, indeed. Aku berhasil lulus studi setelah bertarung bertahun-tahun, tersesat, jatuh, dan linglung. Rasanya penuh, tapi ternyata cuma sebentar. Setelah itu, pertarungan rasanya lebih besar dan mencekam, dan sampai saat ini aku belum berhasil juga untuk melewatinya. Mencari kerja (yang belum juga aku dapatkan hingga lebih dari setengah tahun ini) memanglah susah. Apalagi dengan skill-ku yang pas-pasan ini. Mana aku nggak tau minatku kemana, lagi. Combo banget, kan?
Sejak 2017 rasanya aku hanya hidup dengan mengikuti apa yang ditakdirkan untukku tanpa adanya gairah untuk mencapai sesuatu. Aku sadar aku payah, aku sadar akulah pecundang yang tidak pernah sekalipun ku impikan saat ku kecil dulu. Sudah lah gagal menempuh studi di kampusku yang sebelumnya, menjadi beban untuk kedua orang tuaku (terutama ibu yang adalah sebenar-benarnya heroine dalam hidupku), dan kini setelah lulus studi pun nggak lekas bisa mengembalikan sedikit saja rasa cinta mereka dalam bentuk bantuan finansial. Aku marah, aku sedih, aku malu pada dunia... dan diriku sendiri. Ternyata aku nggak sekeren pikiranku dahulu. Pemikiran-pemikiranku cetek, kemampuanku dangkal, penampilan pun nggak oke-oke amat. Oh, tentu saja pikiran itu sudah melekat kuat sejak hampir satu dekade terakhir ini. Tapi, aku baru merasakan bagaimana pikiran-pikiran tersebut bisa menggerogotiku hingga aku kehilangan tujuan. Dari situ aku sadar sih, kalau seharusnya aku minta maaf pada diriku, karena ia yang paling berhak mendapatkannya, karena ia yang mimpinya telah ku hancurkan. Tapi... memaafkan tidaklah semudah mengucapkannya, bahkan kepada diri sendiri. Aku berharap semoga di tahun yang baru ini aku bisa lebih menerima diri ini, dengan segala kelebihan dan kekurangan yang melekat, dengan segala kebaikan dan amarah yang kurasa, dan dengan segala optimisme serta pesimisme yang timbul ketika melakukan setiap hal. Aku rasa.. hal itu lebih bijak daripada terus-terusan menghakimi diri sendiri, kan? Semoga kamu pun begitu.
Jadi.. apa kabar?
0 notes