#Buku Ilmu Rumah Tangga
Explore tagged Tumblr posts
Text
TERJAMIN, WA 0821-2237-8089, Menjadi Suami Qowwam
KLIK https://WA.me/6282122378089, Serba 4 Menjadi Suami Qowwam, Rumah Tangga Cantik, Rumah Tangga Ideal, Kebutuhan Rumah Tangga, Nasihat Rumah Tangga, Nasehat Rumah Tangga Dalam Islam, Rumah Tangga Quotes, Rumah Tangga Sakinah, Rumah Tangga Sehat
Deskripsi Buku
🎯 Apa sih keuntungan yang anda membaca dari buku ini?
Pelajari cara membangun hubungan harmonis dan kuat dengan istri Anda.
Temukan keseimbangan antara kebutuhan biologis, psikologis, dan spiritual dalam nafkah.
Jadilah suami yang mampu membimbing keluarga menuju visi besar.
Tingkatkan kualitas pendidikan anak Anda untuk menciptakan generasi gemilang.
📖 Tentang Penulis
Coach Hafidin, S. Ag, ahli motivasi dan konsultan keluarga.
Ingin menjadi suami yang tangguh dan bijaksana dalam keluarga? Temukan rahasia suksesnya dalam buku "Serba 4 menjadi Suami Qowwam" karya Coach Hafidin, S. Ag!
Wujudkan keluarga bahagia impianmu! 🌟
SPESIFIKASI BARANG:
Judul Buku: Serba 4 Menjadi Suami Qowwam
Pengarang Buku: Coach Hafidin
Harga Buku: Rp. 150.000
Halaman Buku: 168 H
Kualitas Buku: JERNIH
No pesanan : @rojali (wa 0821–2237–8089)
Jalumprit, RT.04/RW.01,
Waringinkurung,
Kec. Waringinkurung,
Kabupaten Serang, Banten
Kode Pos 42453
Lebih lengkapnya kunjungi juga :
https://www.tokopedia.com/samawapublisher
Media Sosial :
#rumahtanggaidealkebutuhanrumahtangga#nasihatrumahtangga#nasehatrumahtanggadalamislam#rumahtanggaquotes#rumahtanggasakinah#rumahtanggasehat#serba4menjadisuamiqowwam#rumahtanggayangsehat#suamiqowwamsuamisholeh#Ebook Suami Sejati#Qowwam#Suami Qowwam#Buku Rumah Tangga#Buku Rumah Tangga Bahagia#Buku Rumah Tangga Islam#Buku Untuk Belajar Rumah Tangga#Buku Ilmu Rumah Tangga#Serba 4 Menjadi Suami Qowwam
0 notes
Text
Aku pernah mendengar suatu pernyataan yang isinya kurang lebih seperti ini;
"Perempuan, jika tidak disibukkan dengan mencari ilmu maka ia akan disibukkan dengan perasaan-perasaannya."
Cukup align dengan apa yang kusadari baru-baru ini. Konteksnya khusus untuk ibu rumah tangga ya (karena peran utamanku: ini).
Ibu rumah tangga, kalau tidak disibukkan dengan belajar maka ia akan disibukkan dengan perasaan-perasaan lelahnya, pusingnya, emosinya, dan urusan rumah yang seolah tidak ada kata usai.
Banyak yang bisa dipelajari dan ditingkatkan kapasitas kemampuannya (skill dalam berumah tangga & mengurus anak).
Memang hanya perlu alokasi waktu, komitmen, disiplin dan sedikit bantuan/dukungan dari suami agar "dibiarkan" memiliki waktu pribadi untuk fokus belajar.
Baik dengan cara membaca buku, menyimak podcast, menonton video, konsultasi dengan ahli, dan banyak macamnya. Sesuaikan dengan kemampuan saja.
Sebab kita yang lebih tau puzzle agenda harian, mingguan dan bulanan kita.
Tangerang, 12 November 2024 | 19.49 WIB
74 notes
·
View notes
Text
Seperti Makkah dan Madinah
Mungkin kita sudah familiar dengan sirah Nabi Muhammad SAW. Dari zaman Rasulullah hingga saat ini Makkah tetap menjadi sebuah kota metropolitan, penuh pendatang, riuh ramai, kotanya para pedagang. Tempat Allah SWT menempa hamba yang paling mulia. Perjuangan melawan kebathilan dimulai dari sini. Keringat, darah, air mata Rasulullah dan sahabat di awal kenabiannya rasanya sudah cukup menggambarkan betapa kerasnya kota ini.
13 tahun kemudian, Allah memperjalankan Rasulullah bersama Abu Bakar ke Madinah al-munawarah artinya kota yang terang benderang, kota harapan, kota yang menjadi titik terang dakwah. Jika di Makkah ayat-ayat yang banyak turun tentang aqidah, di Madinah banyak tentang kehidupan sosial dan masyarakat. Bahkan hingga hari ini, jika kita umroh pasti merasakan kedamaian dan ketentraman kota ini, sehingga sangat cocok untuk mulai menyusun strategi-strategi dakwah. Di Madinah lah kita bisa melihat sisa-sisa peradaban terbaik itu, dari level rumah tangga hingga level negara. Bahkan hingga peristiwa fathul Makkah, walau Makkah kembali di tangan ummat Islam, Rasulullah masih tinggal di Madinah hingga sisa hidupnya. Di madinahlah tempat peristirahatan terakhir manusia paling agung Nabi Muhammad SAW beserta istri dan sahabat-sahabatnya.
Jika kita refleksikan di kondisi sekarang, tinggal di Makkah ibarat tinggal di Jakarta, Surabaya atau kota-kota lainnya. Kota metropolitan, tempat orang mengadu nasib, ramai. Kondisi sosial masyarakat kota besar lebih beragam. Permasalahan dan pemikiran serasa penuh, mau apa aja ada. Sebuah kota perjuangan dan simbol ketangguhan. Meski sangat tidak setara membandingkan Makkah dan Jakarta setidaknya itulah yang kulalui sekarang, mental besi harus dibutuhkan untuk melewati hari-hari di Jakarta. Mungkin itu sebabnya juga, kajian-kajian aqidah ramai terlebih saat ini pemikiran aneh-aneh mudah sekali masuk di kota-kota besar. Feminisme, LGBT, sekuler, liberal, materialisme, kapitalisme dll, memang jd target untuk dakwah di kota besar. Selain hal-hal buruk layaknya Makkah sebelum Islam datang, hal baik tentu mudah berkembang pesat di kota besar (yaa sekarang kan udah ada islam yaa jd gak se jahiliyyah itu juga). Kajian-kajian islam sangat cepat berkembang, kalau kata seseorang udah kayak prasmanan aja tinggal milih, mau ustadz yang mana, mau bahasan apa tiap hari ada. Komunitas muda-mudi juga berkembang cepat dan rasanya ga banyak kendala yang dihadapi, mau bentuk kayak gimana, mau dibuat seperti apa kegiatan selalu ada.
Lain halnya dengan kota-kota kecil lainnya di Indonesia. Kita pilih satu, Probolinggo contohnya (karena bingung kasih contoh apa) meskipun tak bisa di bandingkan dengan Madinah, perlu diakui kota-kota kecil sangat nyaman dan tenang. Kalau orang jawa bilang ayem. Kondusif untuk membentuk dakwah-dakwah peradaban, lintas generasi, kokoh, dan tak lekang oleh waktu. Walau tantangan ummat lebih beragam di kota besar, kota-kota kecil pun juga punya tantangannya sendiri. Pola pikir masyarakat tentang pendidikan yang perlu di tingkatkan, kesejahteraan masyarakat, serta akses terhadap ilmu agama yang belum se masif di kota-kota besar juga jadi tantangan tersendiri.
Mudahnya akses 'ngaji' dan bertemu orang-orang inspiratif dengan pemikiran luar biasa di Jakarta ini selalu membuatku teringat akan Probolinggo atau Jawa Timur lah yang lebih luas. Tiap datang ke majelis ilmu, komunitas hijrah anak muda, komunitas sosial, klub buku, kelas intensif islam dll di pikiranku 'bisa ga ya diterapin di rumah yang kaya gini' sampai tak jarang ku kejar-kejar panitia/pengurusnya buat nanyain hal-hal yang membuatku penasaran, gimana pendanaannya, siapa ustadznya, gimana mekanismenya, gimana metodenya dll.
Dari awal aku sadar, kontrak janji tinggal di kota ini dengan orangtua hanya sementara bukan untuk selamanya. Pun bekerja, banyak ilmu baik, buruk yang bisa dijadikan pelajaran berharga. Menjadi anak rantau membuatku belajar memahami banyak hal. Berpacu dengan waktu rasanya, saat berat dan kasur memanggil-manggil untuk rebahan saja di akhir pekan, kupaksakan langkahku untuk terus bergerak untuk hal-hal baik yang mungkin bisa menjadi ilmu di masa depan.
Allah SWT memang paling memahami hambanya. Allah SWT kasih teman-teman seperjuangan yang luar biasa, Nanda orang ter paham aku dari jaman kuliah sampai kerja di hal-hal yang tak jauh beda. Anggit yang semangat belajarnya tinggi selalu aja ada yang di share. Dan Naqila, orang yang aku gak nyangka bisa kenal di kantor dengan isi pikiran yg hampir sama dan keluarganya yang luar biasa. Sayang kalian karena Allah.
Obrolan-obrolan dengan Anggit yang cukup idealis, pengen bikin ini itu, dari pengen jadi ibu yang baik, pengen punya anak hafizh, pengen punya anak pembebas Al Aqsha, pengen bikin usaha, pengen punya rumah dakwah, pengen bikin perpustakaan, pengen bikin klub buku dll. Cerita BPU nya Anggit, cerita orang tua kita di masa pensiun tetap di jalan kebaikan cukup meningkatkan semangat itu. Kalau dipikir-pikir kita cukup pemimpi yaa. Tapi gak apa-apa, gusti Allah mboten sare, Allah tahu dan menghargaimu walau progresmu cuma 0,000001 persen di hari ini untuk menjemput mimpimu Allah tetap catat kebaikan itu. Mungkin saat ini Allah lagi persiapkan ilmunya, bukankah ilmu sebelum amal? maka berlelah-lelahlah dengan ilmu sebelum mewujudkan amal itu.
Dinding-dinding asrama mutiara yang penuh dengan mimpi itu semoga terealisasi satu per satu (walau entah kertasnya udah hilang). Semoga keinginan membuat peradaban Islam di daerah sendiri layaknya Rasulullah membentuk peradaban di Madinah itu tak lekang oleh waktu. Semoga tulisan ini, menjadi pengingat untukku untuk selalu semangat bahwa ada segudang kebaikan-kebaikan untuk meraih Ridho-Nya dalam setiap nafas hidup ini. Terlepas, seberat apa rintangan nanti, dengan siapa menjalani ini, dengan atau tanpa sarana yang ada saat ini mimpi itu akan terus ada dan terealisasi... Yakin Allah SWT membersamai. Bersabarlah ditempa di kota ini, layaknya Nabi Muhammad ditempa di Makkah sebelum hijrah ke Madinah.
Di tulis di hari pahlawan, semoga semangatnya terus berkobar seperti para Pahlawan kemerdekaan.
10.11.2024 00.15 WIB
3 notes
·
View notes
Text
Cinta tidak pernah cukup.
Beberapa waktu terakhir, ada yang mengganggu konsentrasiku dalam belajar, semoga menumpahkannya di sini menjadi ladang Allah mudahkan, semoga suatu hari bisa dipetik manfaatnya.
Aku kebingungan pada setiap keyakinan orang akan pernikahan, entah sebetulnya aku sudah cukup yakin dengan konsepku, atau tercampur dengan keyakinan - keyakinan orang lain yang akhirnya mempengaruhiku, atau sebetulnya yang aku pegang hanya perlu banyak referensi untuk terus menguatkan, buku - buku yang jadi target selesai sebelum waktu itu datang.
Benar adanya, bahwa meluruskan niat untuk sebuah ibadah memiliki urgensi yang tidak bisa dinomor duakan. Bila dalam ibadah yang kita lakukan sepersekian menit saja perlu betul - betul menata niat, apalagi untuk ibadah terpanjang dalam hidup.
Tidak bisa hanya karena "takut omongan orang." Atau "mau membuktikan ke mantan" atau "ngikutin trend karena temen temen yang lain udah pada nikah."
Yaa mikir aja lah, kalau kamu nikah hanya karena ikut - ikutan, terus kalo yang lagi trend perselingkuhan kamu juga jadi ikut - ikutan?
Haha itu juga yang jadi pengganggu dalam pikirku karena yang lagi berseliweran adalah berita - berita itu, dan pada akhirnya tidak terhindarkan rasa (huaa jadi takut nikah wkwk)
Ada satu postingan yang bilang, kalau dengan mencintai seseorang itu tidak bisa sembuhkan perselingkuhan, itu sebuah penyakit, yang akan terus membuat orang yang menjangkitnya membandingkan pasangan dengan orang lain.
Atau perkataan ust Felix yang bilang kalau patokan orang dalam mencintai adalah fisik, dijamin banget di depan akan goyah, karena fisik berubah seiring berjalannya waktu. Dengannya tidak ada yang menghalanginya untuk bermaksiat memilih khianat, karena alasannya dalam cinta sudah tidak ada.
Maka di situ lah ilmu berperan, pondasi apa yang sebetulnya kita pakai untuk mencintai seseorang.
Menumbuhkan rasa takut pada Allah itu tidak mudah loh, berdarah - darah. Perlu ribuan menang di medan perang bersama hawa nafsu.
Kalau rasa takut kepada Allah sudah mendarah daging dalam tubuh, maka dalam memberi rasa pun kita akan hati - hati. Betul - betul membenci sesuatu kalau Allah pun benci, atau menyayangi apa - apa yang Allah sayangi.
Standarisasinya udah ridho Allah, dan itu perlu waktu untuk sampai di titik; tidak melakukan apapun kecuali Allah ridho akan itu.
Aku jadi paham kenapa ilmu bahtera rumah tangga tidak pernah sederhana, benar kata ummi kalau persiapannya butuh banyak sekali waktu dan ilmu.
Belum lagi merembet ke tanggung jawab pada amanah diberinya keturunan, tuntutan untuk membawa setiap tangan ke syurga semakin berat.
"Mendidik anak itu sejatinya dimulai dari belasan tahun sebelum anak itu lahir." Jadi, apa yang kita lakukan hari ini adalah bentuk dan cerminan kita dalam mengupayakan pertumbuhan dan pendidikannya.
Sampai pernah salah satu guruku bilang; "Setiap ingin berbuat kesalahan, selalu tanya pada diri, kamu mau anak kamu melakukan hal yang sama?."
Berat, berpisah dengan orang - orang yang kita sayangi di akhirat itu berat.
Makanya ga bisa main - mainnnnn.
Udah segini dulu, semoga aku bisa semakin fokus dan konsentrasi dalam mempersiapkan desain akhirat untuk keluarga kita ya. Huhu, berat sekali.
Allah mudahkan setiap inci kebaikan.
02.07 CLT. Membuka awal tahun.
15 notes
·
View notes
Note
Assalamu'alaikum kak, punya rekomendasi buku-buku bagus untuk yg mau nikah ga? Ingin sekali mintaaa hehe makasih kak :'D
In case yang punya blog sudah menikah, selamat!
Duh ini pertanyaan masuk inbox tahun berapa ya? *lap debu inbox
Mohon maaf kalo jawaban atas pertanyaan ini sudah tidak relevan karena momennya sudah usang.
Tapi saya coba balas, setahu sedangkal ilmu saya:
Waalaykum salam warahmatullah
Menarik sekali pertanyaannya. Kalau saya dulu sebelum nikah tidak banyak baca khusus persiapan menikah.
1) Sepertinya yang saya baca pertama itu buku kecil di musholla kampus *judulnya bisa lihat di Goodreads saya* intinya tentang pertanyaan apa aja sih yang perlu dibahas dengan calon/pacar/prospek.
2) Saatnya Untuk Menikah
3) Rumah Tangga (bukunya Fahd)
4) The Muslim Marriage Guide
5) Sabtu Bersama Bapak, ini buku yang saya baca saat istri saya @syofarahals hamil. It's too late, but it's a pretty deep book about running a family.
6) *agak relevan tapi tidak khusus pranikah* Buku-buku novel/antologi/kumpulan cerpen tentang perempuan atau yang dikarang oleh penulis perempuan.
9 notes
·
View notes
Text
Bukan masalah yang menyebabkan perceraian. Tapi karena kurangnya ilmu dalam menghadapi masalah rumah tangga yang membuat seseorang babak belur dan akhirnya menyerah.
Seberat apa pun ujiannya, jika kita berilmu sebelum memasuki gerbang pernikahan, Insyaallah semua akan baik-baik saja. Karena ilmu yang akan menjadi wasilah pertolongan Allah sampai kepada kita.
Maka berilmulah terlebih dahulu. Karena itulah yang akan menjadi pegangan dalam mengarungi bahtera rumah tangga—setelah IMAN kepada Allah.
NB: Faedah kajian ustadz Nuzul Dzikri. Kata beliau bukan masalah yang menyebabkan perceraian. Tapi karena kurangnya ilmu sebelum memasuki pernikahan. Yes. Relate banget.
🌹Coming Soon Buku Pra Nikah Terbaru🌹
95 notes
·
View notes
Text
Akan Menjadi Ibu Seperti Apakah Aku Nanti?
Mungkin, ada yang merasa aneh apabila seorang perempuan umur 22 tahun ini mempelajarinya
Dimulai ketika semester 3 dan sampai sekarang pun masih menempuh koas stase pertama
Setiap hari, bacaannya yang dibaca seputar menjadi ibu, ibu, dan ibu
"Kebelet nikah kah?"
Tidak. Tentunya. Menikah dengan memiliki anak adalah dua hal yang berbeda. Dua hal yang harus dipelajari secara terpisah.
Dari apa yang aku pelajari selama ini melalui kajian parenting, buku - buku berbasis parenting, dan cara menjadi madrasatul ula yang baik,
Hasilnya,
Nyatanya, menjadi ibu bukan perkara yang mudah. Perlu kesabaran yang panjang untuk itu, dan ingat, kesabaran bukanlah hal yang dapat diraih dengan hanya satu atau dua hikmah saja, tapi berpuluh-puluh hikmah untuk menempa dan untuk belajar. Sabar adalah proses yang panjang, karenanya ia menjadi sebuah hal yang tidak berujung.
Nyatanya, diperlukan sebuah ilmu untuk merawat dan mengasuh anak sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an, As-Sunnah, dan juga tuntunan Nabi dan Rasul.
Nyatanya, diperlukan olah rasa dan kesabaran yang panjang untuk dapat melihat si kecil tumbuh dan berkembang nantinya.
Tentunya dengan membaca buku-buku yang berisi kebaikan dan suri tauladan dari ummahatul mukminin, siapa lagi kalau bukan Khadijah Khuwailid, r. a.
Namanya harum sebagai istri dan ibunda dari anak - anak Rasulullah.
Kesabarannya, ketekunannya, dan kesederhanaannya, serta kebaikannya yang mampu mendidik anak - anak Rasulullah dengan hebat serta menjadi istri dibalik kehebatan Rasul dalam menyebarkan dan menegakkan agama.
Ingat, anak adalah sebuah kertas putih yang nantinya akan kita rawat sesuai dengan apa yang kita berikan
Bagikan kaca yang berdebu, apabila tidak dibersihkan, maka akan menjadi kotor, sulit dilihat, bahkan rusak. Namun, apabila digosok atau dibersihkan terlalu keras, maka ia akan patah.
Anak adalah investasi akhirat terbaik
Anak adalah kekayaan yang sejati, dan
Anak adalah muara kasih sayang orang tua yang nantinya akan menjadi catatan amal jariyah ketika orang tua meninggal
Maka, jadilah harum wahai shalihah
Untuk menjadi anak shalihah
Untuk menjadi istri shalihah, dan
Untuk menjadi ibu shalihah
InsyaAllah dengan ilmu dan pengetahuan serta keterampilan semuanya dapat tergapai.
"Lalu mengapa tidak mempelajari ilmu untuk menjadi istri yang baik terlebih dahulu ? "
Jawabannya adalah sama dengan yang di atas, menjadi seorang istri dan menjadi seoarang ibu, atau bahkan dengan ilmu pernikahan (rumah tangga) saja adalah tiga hal yang berbeda.
Kalau diruntut sesuai dengan pembagian dan alurnya, harusnya mempelajari ilmu menjadi seorang istri terlebih dahulu. Tapi, sesuai dengan kebutuhan. Untuk Nadya sendiri, rasanya belum waktunya untuk mempelajari karena belum saatnya menikah dan membangun rumah tangga dengan laki laki bernama suami.
Hal ini juga menjadi pertimbangan atas kesiapan menikah yang sepertinya masih sangat jauh. Masih banyak yang harus dipelajari. Bukan untuk mengikuti tren menikah muda yang bersliweran di IG maupun platform lain. Menunjukkan tren prewedding, tunangan, dan lamaran yang tidak sesuai dengan tuntunan syari atau bahkan hanya dijadikan ajang untuk "dipamerkan". Hmmm, padahal :
"Sembunyikan khitbah, umumkan akad!"
Pernikahan dan semua proses menuju ke ikatan suci itu adalah sebuah hal yang patut dijaga sesuai dengan tuntunan.
Maka dari itu, ntuk menghindari diri "terbawa perasaan" dengan hal hal yang merujuk kesana, jadi rasanya lebih aman untuk mempelajari parenting dan hal hal lain untuk anak-anak nanti.
Menjadi ibu terbaik untuk mereka nanti dan semoga mereka beruntung mendapatkan ibu yang shalihah, cerdas dan menyanyangi mereka seutuhnya dengan ilmu, dengan agama.
Semangat selalu singelllah!
Tau arah tujuan hidup
Demi cinta yang lebih besar nantinya!
20 notes
·
View notes
Text
Tentang Al-kahfi
Sepertinya sudah banyak yang kini paham keistimewaannya.
Rasanya ia viral belum begitu lama, bukan karena aturan baru, tapi kita saja yang baru tahu.
Beberapa menandingkannya dengan yasin, aku tak mengerti kenap harus begitu.
Keduanya bermakna sama bagiku di hari jumat. Kuncinya jika mampu, kenapa harus satu?
Sekali lagi, ini bagiku yang lahir di keluarga NU tapi besar dan belajar di lingkungan baru.
Kuncinya lagi mencari tahu, tidak puas diri berhenti di titik kenyamanan.
Bukankah kewajiban belajar sampai ke liang lahat? Siapa yang bilang hanya 9 tahun?
Sudahlah, 30 tahun sudah sangat menyerap energiku untuk memperdebatkan sesuatu yang tidak perlu.
Tapi dimana ada ilmu, sepertinya bisa dicoba satu dua melangkah
Al kahfi tidak hanya cerita tentang hari
Ia juga bercerita tentang pemuda yang tertidur beratus tahun
Yang harus hijrah dari negeri yang melarang mereka beriman kepada Allah ta’ala
Kemudian datanglah mereka ke gua, yang dengan perhatian-Nya Allah rawat raga pemuda pemuda ini tetap utuh setelah ratusa tahun kemudian
Yaa Rahmaaan, Yaa qayyum dan hanya Engkau sebaik-baiknya pengurus kami
Kisah lainnya yang menarik perhatianku adalah kisah Musa as dan khidr.
Sebelum mendalami al kahfi, nama khidr tidak asing bagiku.
Beberapa kalo ia muncul sebagai tokoh magic di buku cerita atau beberapa film religi seingatku.
Dan ketika aku menemukannya di kitab yang selama ini aku baca tanpa mengerti artinya, sangat mengesankan.
Ia datang sebagai tokoh yang tidak banyak bicara, tapi mengajari dengan contoh. Dan Musa as yang kita tahu adalah seorang nabi dan rasul, dan bahkan ulul azmi hadir meminta status murid oleh beliau.
Secara lahir, kami citizen yang judgmental ini menganggap paling tahu siapa statusnya harus di atas siapa. Kadang mudah juga melontar komentar “wah keren Musa mau menunduk pada khidr yang bukan seorang rasul” “wah bisa-bisanya Khidr diam saja saat diprotes musa”
Dan ternyata ini adalah ujian. Dan ternyata ini juga sarat hikmah bagi kita yang merasa berilmu merasa lebih tahu. Dan sekali lagi setidaknya bagiku ini sangat menampar.
Musa sudah diperingati aturan main menjadi murid khidr, tapi sayang sekali Musa tidak bisa lulus ujian ini. Terlalu lancang mengatakan kalau Musa merasa sok pintar sehingga tidak bisa diam dan memprotes tindakan khidr. Tapi jika dicerminkan kepadaku, jika aku memiliki peran seperti Musa, rasanya benar meskipun secuil kadang rasa merasa lebih puntar lebih berilmu menghantiui sehingga protes dilayangkan bertubi-tubi. Dan inilah mengapa ilmu harus disandingkan bersama adab, satu agar lulus ujian kedua yaa terlihat lebih indah kataku.
Beberapa waktu lalu kasus perceraian public figure semoat menjadi bahasan kami. Kami coba intropeksi rumah tangga kami. Kami melihat ujian merasa lebih tinggi bisa terjadi dimana saja.
Entah hartanya lebih tinggi, entah ijazahnya tertulis lebih tinggi, atau bahkan sertifikat kelulusan hafalan qurannya lebih tinggi. Aturan mainnya tetap ada. Saat-saat harus sami’na waatho’na itu nyata, tapi menahan ego rasanya tidaklah mudah.
Bukan patriarki, memang suami itu harus dihormati. Memang istri posisinya harus lebih menunduk. Dan catatan untuk kami agar bisa lulus ujian ini sama-sama, menelan anggur yang lebih manis dari shine muscat bersama, meminum air dari telaga kautsar bersama, ucap kita harus dijaga. Manusiawi merasa letih merasa tersakiti, tapi instropeksi dan memperbaiki diri agar Allah limpahkan kasih sayangnya lagi.
Hari ini hujan lagi, Alhamdulillah.
Tokyo, 13 Mei 2024
2 notes
·
View notes
Text
Panti Rehab
About that 'future partner' things yang sebenernya masih sangat abstrak bentuknya untukku, one thing for sure yang akan slalu kucoba ingat dan terapkan adalah:
"Aku Bukan Panti Rehab. Kalo ada hal-hal (terutama yang terkait aspek penting dalam relasi rumah tangga) yang menurut kamu perlu diperbaiki dari diri kamu, silahkan berusaha memperbaiki itu sendiri. I will support, but I won't take the responsibility"
Sounds harsh, tapi menurutku, memang harus begitu. Dan tentu saja supaya fair, hal tersebut juga yang sedang kulakukan. Setelah melakukan 'self audit' di awal tahun ini, aku sedang berusaha untuk memperbaiki segala findings yang kutemukan dengan due date yang kususun (hehe).
Aku pertama kali dapet point of view ini waktu baca buku Sabtu Bersama Bapak jaman SMA (sekaligus nonton film nya juga). Quotenya kurang lebih gini
"Membangun sebuah hubungan itu butuh dua orang yang solid. Yang sama-sama kuat. Bukan yang saling ngisi kelemahan. Karena untuk menjadi kuat adalah tanggung jawab masing-masing orang. Bukan tanggung jawab orang lain"
-Adhitya Mulya, Sabtu Bersama Bapak-
Tentu saja, ini bukan berarti kamu dan aku harus jadi "Mr and Ms Perfect" sebelum kita menikah, karena kan memang gaada manusia yang sempurna?.
Kalau istilah panti rehab, adalah istilah yang sering digaung-gaungkan di sesi career class untuk menampar kami-kami yang kadang merasa ingin dan bisa merubah seseorang yang seringkali, belum ingin berubah.
(Salah satu prinsip menolong: Tolonglah orang yang mau ditolong)
Padahal Allah saja ga merubah nasib suatu kaum hatta yughayyiru maa bianfusihim-sampai mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.
"Iya, insyaallah aku bakal berubah setelah nikah" adalah sesuatu omongan yang bisa jadi hanya lip service aja. Nyatanya, walopun ada yang emang beneran berubah setelah nikah (atas bantuan pasangannya), berapa banyak yang tetep gitu-gitu aja?
Some of the people might choose that choice, tapi itu bukan aku. At least, bare minimum buatku adalah:
Kita sudah sama-sama mengenal diri sendiri, tau apa plus minus diri kita dan apa yang harus kita lakukan, berNIAT dan tentu saja berUSAHA untuk memperbaikinya. Berusaha untuk menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri.
Ga mudah memang, menghilangkan hal2 atau kebiasaan negatif diri yang sudah terbentuk sekian lamanya (I mean, dari kita kecil kan?). Tapi, bukan berarti gabisa (ini sih sedang mengingatkan diri sendiri buat berjuang heheee).
Doaku, semoga kita dipertemukan pada keadaan yang lebih baik, sudah mengenal diri sendiri, jiwa yang telah sembuh, emosi yang lebih matang, dan ilmu yang cukup untuk memulai perjalanan baru.
Aku mendoakanmu. Siapapun kamu, dimanapun dirimu saat ini.
Sumbawa, 12 September 2023
10 notes
·
View notes
Text
Hope (Perjalanan Cita-Cita & Cinta)
Ketidakjelasan hubungan diakhiri
—-----------------------------------------
Kedekatan Anesha dan Arion tidak bisa dielakkan, sebenarnya Anesha berniat untuk tidak dekat dengan siapapun sebelum waktunya tiba, fokus saat ini masih mencari ilmu. Waktunya dekat dengan laki-laki minimal saat Anesha sudah menyelesaikan sarjana nya yang sudah tinggal 2 semester lagi mengingat Anesha orang yang butuh fokus sehingga ia sedikit khawatir belum bisa memanagement dengan baik jika harus menjalankan peran yang banyak. Belum lagi setelah lulus ia harus menjalani koas kurang lebih 2 tahun yang menjadi tuntutan profesinya setelah lulus sarjana kedokteran.
Cita-citanya sederhana sejadi ibu rumah tangga, bisa mengurus, merawat dan mendidik anak-anak nya dengan baik serta bisa senantiasa mendampingi suaminya. Sehingga saat dia memilih someone kelak, Anesha berharap seseorang itu memiliki potensi menjadi hebat karena sosok Ayah dari anak-anaknya harus bisa jadi teladan.
Anesha teringat salah satu tokoh inspiratifnya, itulah juga yang berpengaruh terhadap cita-cita sederhana nan bermaknanya yaitu sosok Habibie & Ainun. Saat itu Habibie bertanya pada Ainun, yang intinya siapa yang berperan di depan dan siapa yang berperan menjaga dan mendidik anak-anak. Saat itu Pak Habibie menawarkan diri kepada Ainun atas jawaban dari pilihan itu melihat potensi Ainun yang juga memiliki kemampuan yang tidak biasa, apakah Ainun yang mau berperan maju? karena Ainun berpotensi untuk itu dan Pak Habibie yang nanti akan merawat anak-anak? saat itu jawaban Bu Ainun adalah beliau mempersilahkan Pak Habibie untuk berperan maju dan ia yang akan mengurus anak-anak dan bisa dilihat bagaimana kualitas anak-anak dari keluarga Habibie & Ainun.
Itulah cita-cita Anesha kala itu. Ia mengambil jurusan kedokteran yang saat ini dijalaninya salah satu tujuannya adalah untuk bisa minimal menjadi dokter di keluarganya.
Anesha sudah memetakan jalan kehidupannya. Jika jodohnya dekat ia akan menikah setelah lulus sarjana atau jika belum dekat akan menikah setelah koas selesai dan jika hilal jodoh itu pun belum terlihat planning selanjutnya adalah mengambil spesialis anak dan jika diantara masa pendidikannya di spesialis bertemu jodohnya ia akan menikah tak masalah, sambil menjalani kehidupan pendidikan spesialis yang ia sudah pilih.
Pendidikan yang ia jalani memang terbilang padat dan menurut Anesha pacaran itu kurang bermanfaat, seperti membuang-buang waktu, ininya kurang berguna dan hanya menghabiskan waktu untuk hal yang manfaatnya dipertanyakan. Ia pun merasa tak memiliki cukup waktu untuk hal-hal yang tidak serius. Anesha memang sekaku itu. Dibandingkan telponan tidak ada arah lebih baik digunakan untuk istirahat atau belajar. Anesha memang sangat menyukai belajar dan membaca. Segala pertanyaan akan kehidupan ia coba cari jawabannya dengan membaca banyak buku untuk mendapatkan berbagai sudut pandang sebagai referensi.
Tetapi saat datang sosok Arion yang ia kagumi, Anesha tak bisa menolak ketika Arion mencoba mendekati nya walaupun Arion bukan laki-laki pertama yang ia suka tetapi ia merasa he is her first love. Ia sudah kenal Arion cukup lama saat dulu sedang aktif aktifnya di BEM Universitas. Anesha & Arion berbeda 2 tingkat di Universitas, walau mereka berbeda jurusan tetapi karena dulu di BEM universitas keduanya aktif sehingga mereka sering berinteraksi dan saat Arion sudah bekerja, sosok Arion datang mendekati Anesha yang saat ini masih berstatus sebagai mahasiswa.
Sejak dulu Anesha mengagumi sosok Arion dimana Arion orang yang pemberani, berbeda dengan Anesha yang sedikit pemalu. Leadership Arion terlihat nyata terutama saat memimpin menjadi ketua BEM di tingkat Universitas. Tegasnya, bagaimana ia memimpin dan mengambil keputusan, bagaimana ia mencoba merangkul semua anggotanya tanpa terkecuali.
Benih-benih itu sudah ada sepertinya diantara mereka tetapi karena belum menjadi prioritas sehingga dianggap angin lalu dan tanpa diduga Arion mendekatinya. kebahagian tak terhingga bagi Anesha dan ia menjadi lupa jika ini sebenarnya belum waktunya ia mengaktifkan hati.
Rasa sayang Anesha ke Arion nyata. Anesha berusaha untuk melakukan yang terbaik untuk Arion semenjak dahulu. Anesha merasa Arion bisa membimbing nya, mengayomi. Leadership dan keaktifan nya Arion menjadi salah satu daya tarik Arion dimata Anesha.
Sosok pemimpin yang kuat, kecerdasan dan pengetahuan yang luas membuat Anesha bisa bertanya apapun padanya.
Cara Arion mendekati dengan perlahan tapi pasti sampai luluhlah perasaan Anesha hingga nyaman walau Anesha masih merasa kaku untuk banyak hal. Ia yang di kehidupannya senantiasa melakukan yang terbaik tapi kali ini ia tak cukup mengerti bagaimana menjadi pasangan yang terbaik. Tak ada ketentuan baku outline terkait ini yang ada hanya bagaimana menjadi istri yang baik.
Anesha sangat insecure terutama jika terkait dengan penampilan fisik terlebih saat mengetahui jauh sebelumnya beberapa wanita yang pernah Arion suka. Wanita tersebut cantik dan saat Anesha refleksi ke dirinya ia merasa tidak cukup cantik. Sehingga Anesha tidak cukup percaya diri dan merasa banyak kurang pada dirinya.
Anesha seorang wanita yang pendiam, bahkan ketika sedang bersama dengan Arion, karena memang jarang dekat dengan laki-laki sehingga Arion yang senantiasa membuka pembicaraan. Sebenarnya Anesha tidak terlalu pendiam tetapi entah mengapa jika bersama Arion ia tak cukup berani, rasanya kaku, entah apa yang harus dibicarakan. Rasanya saat dia sedang sendiri banyak hal yang ia ingin bicarakan, ceritakan, diskusikan dengan Arion tetapi entah mengapa saat bertemu no idea at all bahkan sempat Anesha membuat tulisan dalam catatan Hpnya terkait hal yang ingin dia ceritakan, sampaikan, diskusikan tetapi itu juga tidak cukup membantu.
Anesha pun bingung dan tidak cukup mengerti dengan dirinya. Fase tersebut terulang dan terulang kembali. Sampai-sampai Arion sering kesal karena dia yang harus senantiasa membuka percakapan, bertanya ini dan itu.
Anesha sayang dengan Ario tetapi dia bingung bagaimana cara menunjukan sayangnya. Dia pun cenderung diam karena memang ia sangat jarang untuk bercerita terutama saat bertemu, tetapi saat berkomunikasi lewat media komunikasi Anesha bisa berinteraksi lebih baik. Bahkan sering ia yang memulai percakapan terlebih dahulu. Bercerita banyak hal dll.
Saat mereka sudah tidak satu kota, mereka LDR tetapi masih berkomunikasi hanya intensitas terbatas. Ada suatu waktu Anesha ingin adanya kepastian akan ke depan, apakah akan serius atau putus. Lalu melalui chat Anesha menyampaikan maksud dan tujuan menanyakan kedepan akan seperti apa, dia tidak mau ada di zona abu-abu karena ketika ada laki-laki lain mendekati, ia merasa bersalah, disatu sisi kejelasan dari Ario pun tidak ia dapatkan. Pernah suatu ketika Anesha menceritakan ada pria yang mendekatinya lalu ayahnya Anesha mengatakan “ya kan kamu sudah sama Arion”. Anesha memang menyayangi Arion dan setia padanya tetapi sampai kapan ada di zona abu-abu ini. Pikirnya jika serius hayu,, berjuang bersama, jika tidak ya sudah sampai disini dari pada sayang Anesha semakin besar dan ketergantungan Anesha pada Arion. Pikir Anesha cerita cinta dengan Arion hanya akan membuat luka yang dalam jika hubungan ketidakjelasan ini diteruskan. Jika pada akhirnya menyakitkan ya kenapa harus menunda rasa sakit itu datang.
Anesha tidak menuntut Ario menikahinya segera karena ia pun ingin menyelesaikan kuliahnya, lagi pula Anesha pernah mengatakan rencananya pada kedua orang tuanya jika selesai sarjana kedokteran dan koas, ia ada rencana untuk mengambil spesialis tetapi itu lihat situasi nanti dan Anesha menyampaikan jika cita-cita yang diceritakannya tidak akan menghalangi niat nya untuk menikah jika sudah ada laki-laki yang mengkhitbahnya. Itu bisa fleksibel dan rencana akan masa depannya akan diungkapkan pada calon Anesha kelak karena cita-cita sesungguhnya adalah menjadi istri & ibu yang sebaik mungkin.
Sisi orangtua Anesha tidak masalah terkait itu karena dari orang tua Anesha pun tidak mewajibkan Anesha untuk berkarir setelah menikah nanti.
Hal yang ia inginkan Anesha dari Arion hanyalah pernyataan dan komitmen serius dari Arion. Lalu ia melontarkan pertanyaannya tersebut dan Arion tak memberikan jawaban, Arion berkata bingung. Di dalam pikiran Anesha “Aku tidak pernah bingung memilih kamu, aku yakin dengan mu tetapi kenapa kamu masih belum yakin dengan Aku?” emosi Anesha tidak stabil saat mendapatkan jawaban tersebut, emosi itu bertambah tambah karena Anesha berada di masa PMS (Pre Menstruasi Syndrom)
Anesha berpikir ia tidak mau menghabiskan waktu sia-sia dengan ketidakpastian ini. Tenaganya lebih baik dialihkan untuk mengejar cita-cita yang pasti dari pada mengejar hati yang tidak pasti. Anesha percaya jika memang yang harus diutamakan adalah cita-cita lalu cinta akan mengikuti karena ketika memperjuangkan cinta belum tentu cita-cita bisa mengikuti. Hati manusia tidak bisa dipegang karena hanya Allahlah yang bisa membolak-balikan hati setiap orang. Akhirnya karena Arion tidak memberikan jawaban, Anesha menyimpulkan jika Arion tidak serius dengannya sehingga Anesha meminta cukup sampai disini.
Setelah drama-drama itu hubungan komunikasi tidak berhenti langsung, sesekali Anesha masih menghubungi untuk cerita karena memang sesulit itu untuk lepas karena selama ini Anesha sulit menemukan orang yang nyaman untuk bercerita sehingga Arion masih menjadi orang pilihannya untuk bercerita. Kejadian drama drama itu berlangsung di awal tahun 2016. Lalu di pertengahan tahun Anesha melihat postingan Arion bersama dengan rekan-rekan kerja nya lalu ada wanita yang comment dengan emoticon memberikan ciuman love. Cukup bergetar hati Anesha melihat itu. Memang dia dan Arion sudah tidak ada hubungan apa-apa, tapi apakah secepat itu Arion membuka hati pada yang lain? kecurigaan Anesha bahwa Arion memang tidak sayang padanya semakin membesar. Tak dipungkiri di hati Anesha masih menyimpan rasa sayang yang tulus pada Arion tetapi tidak mungkin bagi Anesha terus berada di hubungan yang tidak ada kejelasannya.
----------------------
Sakit hati selanjutnya
----------------------
Anesha masih sesekali berkirim pesan lewat DM instagram karena kontak Arion sudah dihapusnya dari HP sehingga yang bisa diakses hanyalah akun instagramnya, alasannya Anesha menghapus karena ketika Anesha memiliki kontak Arion ia akan mudah memiliki akses untuk menghubungi dan Anesha mengerti jika itu tidak baik. DM yang dikirimkan sering Anesha unsend saat logikanya sudah kembali menguasai.
Walaupun lama tidak kontak tetapi saat Anesha memerlukan bantuan ia masih menghubungi Arion. Jarak antar Kota Anesha tinggal dan Arion yang tidak terlalu jauh sehingga memungkinkan Arion bisa menolong Anasha saat perlu bantuan. Anesha orang yang sungkan meminta bantuan sebenarnya, dia hanya meminta bantuan pada orang-orang yang ia rasa sudah cukup dekat.
Suatu ketika Anesha sakit, ia bingung untuk minta tolong siapa untuk membelikan buah dan mengurus kelengkapan berkas sebelum lusa terbang ke negeri tetangga untuk berkompetisi karena Anesha tidak nafsu makan dan terasa lemas, akhirnya ia memberanikan diri menghubungi Arion untuk meminta bantuan. Jarak dari Kota Arion bekerja dan Kota Anesha sekitar 2-3 jam, relatif dekat walau antar kota.
Lalu Arion menyanggupi untuk permintaan pertolongan tersebut dan berjanji akan ke tempat Anesha sepulang kerja, Anesha menanti, awalnya mengabarkan telat karena masih ada hal yang harus dikerjakan lalu mengabarkan lagi jika ia tidak bisa kesana karena khawatir sudah tidak ada kereta saat pulang. Betapa hancur hatinya Anesha dengan pernyataan itu. “Hello pulang itu tidak hanya kereta alat transportasi yang ada”. Anesha hanya berfikir sebenarnya ia sadar jika meminta tolong tidak harus diberi pertolongan karena itu terserah dari si pemberi pertolongan. Di Dalam hati Anesha berkata “kl saja Aku tidak sakit, Aku pun tak harus meminta bantuan” dengan sakit yang masih dirasa, demam dan badan yang rapuh disertai hati yang juga rapuh pada akhirnya. Teringat cerita Arion yang dulu pernah mengantarkan seorang wanita yang ia pernah suka malam-malam antar kota yang menempuh perjalanan 4-5 jam sampai ia harus bermalam di salah satu masjid. Lalu Anesha langsung komparasi, memang Arion ga sayang sama Aku, dulu dengan wanita yang pernah ia suka ia sebegitunya, ini Aku lagi sakit minta tolong belikan buah saja dan sedikit mengurus kelengkapan berkas padahal kota Arion dan Anesha masih terjangkau dengan kendaraan roda dua pun.
Anesha memang cemburu dan semarah itu, tetapi kemarahannya tidak pernah ia ungkapkan. Ia hanya mampu menangis. Begitulah Anesha saat dia marah, kesal dengan siapapun dia lebih memilih untuk diam bersama dirinya sendiri lalu jika diperlukan air matanya tumpah ia biarkan, karena jika kemarahannya terucap mulutnya bisa pedas sangat dan akhirnya dia akan feeling guilty sendiri. Itulah mengapa dia lebih memilih bersama dirinya sendiri terlebih dahulu sampai emosional dia stabil karena jika bersama orang lain dia merasa energy negatifnya akan terasa alirannya dan itu adalah hal yang Anesha tidak inginkan karena Anesha menyadari jika energi itu bisa mengalir baik positif maupun negatif
Anesha orang yang rapuh memang itu salah satu alasan dia tidak suka meminta bantuan karena orang yang tidak siap dengan penolakan. Ia menyadari hatinya serapuh itu sehingga menjadi independen adalah salah satu cara untuk melindungi hatinya agar baik-baik saja.
-------------
Bahagia itu berujung luka
------------------------------------
Berselang beberapa bulan, tetiba Arion menghubungi Anesha, memberikan pesan handphone. Tersampaikan keinginan Arion untuk bertemu. Tak dipungkiri bahagia hati Anesha. Kita bertemu lalu makan bersama kemudian Arion mengantarkan sampai depan kosan Anesha. Sesekali di pertemuan itu Ario masih memanggil dengan panggilan sayang dan memperlakukan Anesha sama seperti dulu. Tak ada perubahan apa-apa saat mereka bercerita. Setelah sampai di depan Kos Ario tetiba berkata “kl nanti kamu nikah duluan, kamu akan kabari Aku ga?” lalu Anesha menjawab “mungkin” lalu tanpa banyak bercakap disitu Ario menyampaikan jika bulan depan ia akan melangsungkan pernikahan.
Anesha hanya mengatakan selamat disertai air mata yang tak bisa ia tahan keluar membasahi pipi, lalu mengatakan dengan senyum dibibir dan tumpahan air mata yang berlinang “ga perlu ceritakan terkait masa lalumu karena wanita itu pencemburu”, banyak hal yang sebenarnya Anesha ingin tanyakan tapi ia hanya melontarkan satu pertanyaan “teman kerja”? dan Ario menganggukan kepala
Tanpa berlama-lama bersama karena hati Anesha tak kuat seyogyanya. Ia masuk ke rumah kosnya lalu menuju kamar kemudian membaringkan tubuhnya, lama ia tak bisa memejamkan mata untuk tidur, pikirannya tak menentu begitu juga dengan hatinya.
Ia hanya chat pada Arion hati-hati dijalan, lalu esok harinya sedikit emosinya ia luapkan, bertanya “kenapa ga bilang dari dulu kl kamu berencana menikah dalam waktu dekat ini?” “kenapa baru kamu infokan H-14 hari pernikahanmu dengannya?” “kenapa kamu ga jujur saat dulu aku tanya”, “atau dulu cukup bilang kl kamu ga sayang sama Aku” atau “mengatakan dengan segera kamu akan segera menikah dengan orang lain” kenapa baru sekarang? jika kau sampaikan dari dulu perihal itu mungkin bisa lebih mudah Aku lupakan kamu dari dulu. Kenapa, kenapa dan kenapa dan tidak ada satupun pertanyaan Anesha yang dijawab oleh Arion. Setega itu memang Arion.
Proses menikah pastinya tidak simsalabim, melalui persiapan dll tapi kenapa semendadak ini menyampaikannya.
Tidak ada pertanyaan yang dijawab, Anesha hanya pasrah dan mencoba menerima pahitnya kenyataan ini. Berhari-hari badannya tak mampu untuk beraktifitas seperti biasa yang Anesha lakukan hanya berbaring dengan airmata yang mengalir tanpa henti dan pikiran yang tak terarah, rasanya lemas tak bertenaga tak terkira.
-----------------
Sedih itu harus diakhiri
----------------------
Baru kali ini aku tak mampu mengontrol diri aku sendiri, kenapa badan ini tak mampu digerakkan untuk aktifitas seperti biasa? gumam Anesha. Air mata tak mampu untuk dihentikan terus mengalir tanpa henti. Lalu Anesha berucap pada dirinya sendiri jika ia akan membiarkan sedih dan sakit yang dirasa ini paling lama seminggu, setelah itu LIFE MUST GO ON. Anesha harus kembali ke alam nyata. Harus dihadapi segalanya.
Anesha menyadari bahwa ia yang minta usai tapi permintaan itu bukan tanpa alasan, Anesha hanya ingin kepastian dan ternyata memang sayangnya Arion bukan untuk dirinya.
Lagu Raisa yang berjudul usai disini menemani hari Anesha
Pedihnya tanya yang tak terjawab
Mampu menjatuhkanku yang dikira tegar
Kau tepikan aku kau renggut mimpi
Yang dulu kita ukir bersama
Seolah aku tak pernah jadi bagian besar dalam hari-harimu
Lebih baik kita usai di sini
Sebelum cerita indah tergantikan pahitnya sakit hati
Bukannya aku mudah menyerah tapi bijaksana
Mengerti kapan harus berhenti
Ku kan menunggu tapi tak selamanya
Kau tepikan aku kau renggut mimpi
Yang dulu kita ukir bersama
Seolah aku tak pernah jadi bagian besar dalam hari-harimu
Seolah janji dan kata-kata yang telah terucap kehilangan arti
Lebih baik kita usai di sini
Sebelum cerita indah tergantikan pahitnya sakit hati
Bukannya aku mudah menyerah tapi bijaksana
Mengerti kapan harus berhenti
Ku kan menunggu tapi tak selamanya
Tak akan jera kupercaya cinta
Manis dan pahitnya kan kuterima
Kini kisah kita akhiri dengan makna
Lebih baik kita usai di sini
Sebelum cerita indah tergantikan pahitnya sakit hati
Bukannya aku mudah menyerah tapi bijaksana
Mengerti kapan harus berhenti
Ku kan menunggu tapi tak selamanya
Ku kan menanti
Tapi tak selamanya
—----------------
Sakit itu terlalu sakit
—----------------
Air mata terus tumpah
Tapi Anesha orang yang pintar menyembunyikan kesedihan
Esoknya dimana malam hari saat air matanya tak berhenti terjatuh tapi paginya sudah menjadi MC salah satu kegiatan di kampusnya, lalu
Kurang lebih seminggu setelah itu
Arion masih mengirimkan pesan berupa permintaan izin untuk share undangannya
“what for” dalam hati Anesha bergumam mau menyakiti tanpa merasa menyakiti? tidakkah dia mengetahui betapa dalam sayang Aku ke dia? tak bisakah dia merasakan itu?”
Selalu banyak tanya saat ada stimulasi yang membuat Anesha ingat tentang Arion
Sakit itu terlalu sakit
Tapi semenyakitkan itu Anesha masih positive thinking terhadap Arion, Anesha berusaha berdamai dengan semuanya
lagu you don’t know Katelyn Tarver mengiringi langkahnya dan setiap mendengarkan lagu itu Anesha tak mampu membendung rasa itu
I know you got the best intentions
Just trying find the right words to say
I promise I've already learned my lesson
But right now, I wanna be not okay
I'm so tired, sitting here waiting
If I hear one more "Just be patient"
It's always gonna stay the same
So let me just give up
So let me just let go
If this isn't good for me
Well, I don't wanna know
Let me just stop trying
Let me just stop fighting
I don't want your good advice
Or reasons why I'm alright
You don't know what it's like
You don't know what it's like
Can't stop these feet from sinking
And it's starting to show on me
You're staring while I'm blinking
But just don't tell me what you see
I'm so over all this bad luck
Hearing one more "Keep your head up"
Is it ever gonna change?
So let me just give up
So let me just let go
If this isn't good for me
Well, I don't wanna know
Let me just stop trying
Let me just stop fighting
I don't want your good advice
Or reasons why I'm alright
You don't know what it's like
You don't know what it's like
Don't look at me like that
Just like you understand
Don't try to pull me back
Let me just give up
Let me just let go
If this isn't good for me
Well, I don't wanna know
Let me just stop trying
Let me just stop fighting
I don't want your good advice
Or reasons why I'm alright
You don't know what it's like
You don't know what it's like
You don't know, you don't know, you don't know
You don't know what it's like
You don't know what it's like
You don't know, you don't know
You don't know what it's like
You don't know what it's like
—------------------------
Allah knows everything and we know nothing
----------------------------
Walaupun sudah membuat janji dengan dirinya sendiri terkait menyudahi rasa sedih setelah seminggu berlalu tetapi hati Anesha tak sekuat itu, serapuh-rapuhnya Anesha ia percaya jika apa yang ditakdirkan Allah adalah yang terbaik. Mengingatkan hal tersebut Anesha menuliskan kata “Allah knows everything and we know nothing” tulisan itu terpasang di meja belajarnya untuk mengingatkan dirinya untuk kuat, ingat jika skenario Allah adalah yang terbaik
Tak lama setelah kabar jika Arion akan menikah. Anesha memberitahukan kabar itu ke Ayahnya melalui telepon. Ia tak menceritakan banyak hanya memberitahukan “Yah, Arion akan menikah dengan orang lain, Ayah tidak perlu menceritakan berita ini pada Mamah”, Ayahnya tak bereaksi apa-apa, tak lama setelah informasi itu keduanya menutup telepon tetapi tidak ada selang 5 menit Ayahnya menelpon kembali dua kali, tidak membahas apapun terkait Arion, sepertinya Ayah Anesha hanya mencoba memastikan dari jauh jika anak putrinya baik-baik saja”
Anesha berperang dengan perasaannya, Ia mencoba menekan perasaannya, ia mempelajari polanya saat ia sibuk tetiba ia lupa akan kenyataan pahit yang sedang dijalankan, tetapi saat tiba di kos, dirinya sangat rapuh tak berdaya dan Anesha tidak suka itu kala ia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Sampai-sampai ia memadatkan jadwalnya, ikut banyak organisasi, banyak volunteer, kerja sana sini dan masih menjalani kuliahnya yang sudah mendekati semester akhir. Upaya untuk menekan hatinya berhasil dilakukan dengan kesibukan karena ketika sibuk mode feelingnya switch ke thingking tetapi sebenarnya tidak bisa dikatakan berhasil karena ketika dia diam, istirahat di kamar kosnya unstable dirinya keluar karena Anesha lelah dengan rasa yang dirasakan ia pun semakin sibuk kesana sini tanpa henti dan tanpa jeda.
-------
Burnout
-------
Time flies kurang lebih dua tahun Anesha menjalani kehidupan yang seperti itu, Anesha lelah dengan pola seperti ini karena sebenarnya ia ingin beristirahat tetapi ia takut dirinya tidak baik baik saja saat istirahat. Akhirnya karena dia pun sudah tidak stabil, burnout karena pola itu, ia belajar untuk take a break dan benar saja yang ditakutkannya terjadi. Asam lambungnya cepat meningkat, mual muntah dan disuatu ketika tiba ia mengalami sakit punggung yang sangat menyebabkan dia tidak bisa beraktifitas, berjalan pun penuh dengan usaha dan dia harus menahan rasa nyeri. Perut yang kembung sering datang dan saat itu datang Anesha tidak bisa beraktifitas dengan maksimal.
Kejadian itu ditambahkan buruk dengan posisi diri Anesha yang harus kembali ke rumah, tempat Ia Koas selanjutnya ada di area domisili asli Anesha sehingga mau tidak mau Anesha kembali ke rumahnya.
Keadaan dirumah tidak semudah itu, mamanya yang ingin segera memiliki mantu membuat Anesha tidak nyaman berada dirumah.
Mamanya bukan sekali dua kali menanyakan terkait Arion. “Arion udah nikah belum?” dan pertanyaan lainnya dan yang Anesha jawab hanyalah “tidak tau”
Anesha sengaja tidak memberitahukan mamanya terkait kejadian sebenarnya, Anesha berfikir lebih baik mamanya tidak mengetahui sebenarnya bahwa dari bertahun tahun lalu Arion sudah menikah dan sudah memiliki anak pertamanya karena menurut Anesha itu akan membuat sakit hati mama sepertinya, apalagi ketika kejadian dulu saat Anesha masih bersama Arion lalu ada laki-laki lain mendekat dan mamanya mengatakan “kata Papah kamu kan udah pilih Arion ya sudah cukup” tapi pada akhirnya kesetiaan Anesha dikhianati dengan luka yang sangat dalam.
Anesha memang orang yang setia dan berkomitmen ketika dia sudah memilih itulah alasan Anesha menyudahi hubungan dengan Arion karena up and down hubungan mereka lalu Arion tidak memberikan kepastian padahal sudah beberapa tahun Anesha bersama Arion dan waktunya untuk menunggu seorang Arion sudah tidak bisa ditoleransi dan ketika ditanya Arion tidak memberikan jawaban kepastian bagaimana kedepannya.
Mamahnya senantiasa menyinggung terkait menikah, lagi dekat dengan siapa dll. Mamahnya kurang bisa mengerti yang Anesha rasakan berbeda dengan Ayahnya yang paham benar jika hal tersebut tidak perlu di tanyakan yang terpenting adalah didoakan karena masalah jodoh, rezeki, maut itu adalah kuasNya.
Papahnya senantiasa mengingatkan pada mamanya Anesha jika tidak usah bertanya terkait hal tersebut tetapi karena mamanya sudah ingin sekali memiliki mantu sepertinya sehingga peringatan itu tak dihiraukannya dan tetap bertanya
Mamanya membuka pembicaraan saat Ayah Anesha berangkat ke masjid untuk sholat berjamaah “Nesya, mamah ingin kamu menikah agar kamu bahagia”
sontak Anesha kaget mendengar pernyataan itu lalu ia pun tak kuat untuk menahan tangis, menangis sambil berkata “Mah, siapa sih yang ga mau menikah? semua orang juga mau menikah tetapi apakah kita bisa berkuasa simsalabim jodoh itu datang? Anesha sudah cukup bahagia dengan kehidupan ini, bukannya Nesya tidak mau menikah, ya mana Mah jodohnya belum tiba, apakah Mamah mengerti terkait konsep itu?” Nesya mengerti mungkin mamah juga dapat tekanan sosial anak gadisnya belum menikah, maafin Nesha Mah, tapi ada daya Nesya? “setiap orang itu memiliki cobaan yang berbeda-beda, dan mungkin salah satu ujian aku ada di menanti jodoh untuk bersabar”
Anesha tak kuasa menahan tangisannya, ia langsung menuju kamarnya dan melanjutkan menangisnya, tak lama Ayahnya pulang, melihat dan mendengar tangisan itu. Tak lama Ayahnya mengabarkan jika mamanya juga menangis dan Anesha tak menghiraukan itu ia asik dengan tangisannya yang tak kunjung henti. Ia tak bisa menggambarkan bagaimana perasaannya saat itu. Keadaan dirumah tidak membuatnya menjadi baik-baik saja malah sebaliknya memperburuk kondisi perasaannya. Perasaan yang merasa tidak bisa dimengerti. Belum lagi ketika mengunjungi Neneknya, senantiasa membahas hal yang sama, ketika kumpul keluarga ada saja yang menyinggung terkait itu.
Hal yang Anesha rasa sepertinya sulit sekali orang mengerti kondisinya, hanya Ayahnya yang masih mampu menjaga perasaannya dan mengerti dengan baik akan hal tersebut.
Anesha merasa keadaan dirinya sudah tidak dalam keadaan normal. Ia akhirnya ke psikiater dan menceritakan segalanya. Dihari offnya menjalankan koas, Anesha pamitan ke RS, orangtuanya tak banyak bertanya karena memang itu ada di rangkaian koasnya sehingga pamit ke rumah sakit bukan hal yang berbeda, tapi sesungguhnya pamitnya kali ini ke rumah sakit bukan untuk berperan menjadi dokter melainkan berperan menjadi pasien seorang dokter spesialis jiwa.
Ia, Anesha sudah tidak tahan dengan keadaan dirinya yang sudah tidak baik-baik saja, mimpi-mimpi buruk menghantui, asam lambung yang meningkat dengan cepat dan yang bisa dengan sangat Anesha rasakan adalah quality of life tak sebaik sebelumnya. Saat ini ia merasa cepat lelah dan tak berdaya, benar-benar tak berdaya berbeda dengan kondisi sebelumnya yang dia aktif sana sini dan tak mengenal lelah. ini aktivitas setengah hari saja membuat ia tak berdaya belum lagi mimpi-mimpi buruknya yang membuat lelah waktu istirahatnya. Waktu istirahat yang seharusnya membuat diri kita menjadi lebih segar, ini sebaliknya. Lelah bahkan sangat lelah saat mimpi buruk menyapa.
Setelah konsul dengan dokter spesialis jiwa. Anesha mendapatkan beberapa obat. kembung yang sering dirasakan lebih disebabkan keadaan psikologis nya yang memang tidak baik.
Pengalaman pahitnya bersama Arion sedikit banyak mempengaruhi bagaimana ia saat membina hubungan dengan orang setelah itu. Anesha sekarang ketika belum ada kepastian akan kedepannya, ia menjaga jarak karena Anesha mengenal dirinya jika tidak menjaga jarak dengan baik Anesha akan tergantung cerita kepadanya dll dan ketika lepas akan sulit karena ada perasaan “butuh”. Ia menjaga jarak bukan berarti dia tidak butuh, ia butuh sekali pada kenyataannya tetapi ia tidak cukup berani untuk lebih dalam karena ia takut akan luka. Itulah cara yang Anesha lakukan untuk menjaga hatinya.
Sesekali saja Ia cerita ketika ada yang menghubunginya selebihnya semua cerita ia simpan sendiri, salah satu media untuk menuangkannya dengan membuat tulisan terkait bagaimana perasaannya, apa yang terjadi dan hal lainnya yang ia rasakan dan pikirkan
-----------------
Hubungan itu SALING
------------------
Kejadian antara Anesha dan Arion yang hubungan mereka diketahui keluarga Anesha lalu membuat mamahnya bertanya akan kelanjutan hubungan mereka dan Anesha memilih untuk menutupi demi menjaga hati mamanya, dari situ Anesha tidak mau lagi mengenalkan laki-laki siapapun pada orang tuanya sampai nanti ada laki-laki yang langsung datang ke rumahnya untuk meminta Anesha pada orangtuanya.
Setelah hubungannya berakhir dengan Arion dan harus melewati bertahun-tahun Anesha berusaha untuk berdamai dengan kenyataan, berdamai dengan dirinya dan berdamai dengan banyak hal. Hal yang membuat Anesha tidak memiliki perasaan pada Arion karena sakit hatinya ternyata lebih besar dibandingkan rasa sayangnya, setega itu Arion, saat rasa itu hadir Anesha langsung mengingat betapa Arion itu tega melakukan itu semua tanpa berfikir bagaimana perasaan Anesha seperti apa. Kala pikiran itu datang Anesha ingat pada yang Maha Kuasa, ia langsung mengalihkan pikiran itu dan langsung berkata pada dirinya “tidak ada yang sepatutnya disalahkan, semua sudah skenario terbaikNya, Arion hanyalah alat yang digunakan Allah untuk memberikan pelajaran pada diriku” begitu gumam Anesha pada dirinya untuk tetap menjaga agar benci tidak merasuki hatinya. Cukup biasa saja pada Arion tanpa rasa apapun itu sudah lebih dari cukup. Tidak ada rasa sayang, tidak ada rasa benci dan rasa rasa lainnya.
Kejadian itu mengajarkan Anesha untuk memaafkan dirinya sendiri, dirinya yang kebablasan sayang dengan makhlukNya, tidak mengontrol rasa yang ada sehingga ketika sakit terasa sangat.
Setelah hubungannya berakhir dengan Arion, Anesha sudah berusaha untuk membuka hati dan pernah juga jatuh hati atau mengagumi seseorang kembali tapi tak jarang semuanya berakhir kandas dan dari situ perasaan Anesha menjadi lebih datar dan ia juga sangat berhati-hati akan perasaan demi menjaga perasaannya sendiri.
dan salah satu hikmah terbesar dari kejadian pahit itu adalah Anesha memiliki self love pada dirinya yang sangat baik dan self worth tak lagi ia se insecure dulu. Dulu ia senantiasa memandang dirinya banyak kurangnya terutama di sisi fisik, ia merasa tidak cantik karena memang fisik tidak berubah pastinya, mindset nya mengatakan “biarkan saja jika Aku mungkin kurang cantik, Aku pun tak mau orang itu jatuh hati hanya karena fisik semata, Aku mau saat ada orang yang menyukai ku karena memang melihat aku secara holistic bukan hanya part of me”. Pastinya dibalik kekurangan seseorang, pasti ada kelebihan yang dimiliki dan kita harus merasa cukup akan diri kita.
Anesha ingat sekali kala masih memiliki hubungan dengan Arion, Anesha merasa yang banyak memulai conversation melalui media handphone seperti chat dll Anesha yang memulai duluan dan dari situ Anesha merasa kesannya hanya Anesha yang butuh Arion, karena terkesan Anesha yang menjaga hubungan. Ya memang benar Anesha membutuhkan Arion dahulu untuk cerita dll karena saat itu Anesha sangat sulit menceritakan apapun pada yang lain tapi dari situ Anesha belajar saat membina hubungan ia membatasi diri untuk contact duluan. Anesha harus memiliki batas jangan sampai ia butuh kebebasan yang tanpa disadari menjadi kebutuhan.
Ketika aura nya seorang laki-laki menarik perhatian Anesha dan bisa membuat Anesha nyaman, Anesha akan hati-hati karena ia mudah untuk tergantung.
Prinsip Anesha hubungan itu saling jika hanya satu yang bekerja keras hubungan itu tidak akan bekerja dengan baik. Prinsip itu yang Anesha pegang, sesayang sayangnya Anesha pada seseorang ia tidak akan memaksakan memiliki, ia akan melihat dari sisi laki-lakinya terlebih dahulu seberapa sayang dan butuh laki-laki itu pada dirinya dan begitu juga sebaliknya saat ada laki-laki yang mungkin sayang pada Anesha ia akan bertanya pada dirinya terlebih dahulu sebelum memutuskan lebih jauh.
Hati Anesha sudah lelah dalam ketidakpastian yang berujung sakit hati sehingga saat ini lebih memilih menetralkan hati untuk belahan hati sesungguhnya nanti. Walau tak dipungkiri pastinya di saat saat tertentu hatinya tak netral dalam arti tertarik kepada seseorang tetapi Anesha terus menjaga dalam batas yang tidak berlebihan. Membatasi dengan porsinya demi menjaga hati rapuh yang dimilikinya.
Saat ini Anesha sudah menyelesaikan 2 tahun koasnya dan sudah selesai pula menjalankan internship satu tahunnya di perbatasan, Anesha saat ini sudah bekerja di salah satu Rumah Sakit Ibu dan Anak di Kotanya.
Perihal menikah dari sejak ia lulus sebenarnya sudah menjadi prioritasnya tetapi memang belum ketentuanNya untuk dipertemukan jodohnya sampai saat ini, bukannya tak ingin menikah dan tidak berusaha, hanya Allah yang tau bagaimana usahanya tanpa harus ia ceritakan dan biarlah Allah yang mengetahui pasti bagaimana perasaannya.
Terkait dengan orangtua, semenjak sensitivitas aku jika dibahas hal terkait menikah yang tak bisa menahan air mata karena jika hal tersebut dibahas karena rasanya berkata dalam hati “apakah tidak mengerti?” sehingga mamah ku sudah memiliki kendali terhadap bahasan itu. Bukannya Anesha tak mengerti kekhawatiran mereka terkait Anesha belum menikah tapi Anesha pun ingin dimengerti jika itu bukan ada kuasa dirinya. Jika memang orangtuanya tidak mengerti mungkin pilihan Anesha adalah bekerja di luar kota sehingga bisa menghindari bahasan itu tetapi sejauh ini karena Anesha rasa semuanya lebih bisa terkendali, Anesha menikmati kebersamaan bersama dengan keluarganya.
Terkait hati, Anesha sangat hati-hati karena seseorang yang bisa memberikan energi pada kita disaat yang sama orang tersebut juga yang bisa melumpuhkan kita, itu yang Anesha rasa sehingga ia dituntut untuk bijak memanagement hati yang dimiliki.
Terkait jodoh Anesha tak mampu lagi mengerti usaha apa yang harus diperjuangkan, dan pada akhirnya Ia hanya mampu berserah dari dan tidak mau fokus pada hal yang diluar kendali dirinya sepenuhnya. Rencana Anesha sambil ia menikmati kebersamaan dengan keluarga bekerja di RSIA ia pun berusaha meluangkan waktu untuk mempersiapkan diri mengambil spesialis.
Anesha pikir, realistis saja dalam menjalani kehidupan, apa yang bisa diupayakan ya diusahakan dan apa yang diluar kendali kita hanya doa yang mampu menjembatani keinginan dan harapan untuk menjadi realita. Saat Allah belum mengijinkan Anesha bersama kekasih halalnya fokus dia adalah upgrade diri untuk bisa bertemu dengan kualitas pribadi yang unggul.
Ia tersadar jika kehidupan menuntut realita tak sekedar cinta, ada tubuh yang harus diberikan asupan makanan untuk bisa berenergi, ada raga yang perlu atap untuk beristirahat. Kesiapan diri pribadi untuk membina rumah tangga hanya Allah yang Maha Mengetahui lalu menentukan dengan takdirNya. Syukurnya ia tak sekaku dahulu yang cerita saja sulit tetapi Anesha yang sekarang lebih terbuka dan ceria, tak se strike dahulu yang berfikir memiliki relation itu sia-sia sebenarnya boleh saja diri Anesha mengijinkan itu untuk berkomunikasi dll asalkan Anesha bisa untuk menjaga kadar di porsi yang seharusnya demi menjaga hatinya.
Orang senantiasa beranggapan jika Anesha hanya fokus pada cita-cita padahal sesungguhnya sejak dahulu ia mempersiapkan diri akan kehidupan berkeluarga dan cita-cita besarnya ada disana. Biarlah bagaimanapun pandangan orang padanya, orang tidak pernah menapaki jalan yang ditempuhnya.
Sejauh ini yang Anesha syukuri adalah Ia masih dikuatkan oleh Allah S.W.T jadi teringat DM yang masuk di instagramnya dari salah satu teman wanitanya yang satu angkatan tanpa basa basi tertulis di chat “Sha ajarin untuk tenang menghadapi gunjingan orang terkait tentang nikah” lalu segera Anesha balas
“Kita harus belajar biasa saja terkait omongan orang yang seperti itu karena kebahagiaan kita bukan tergantung omongan orang, yang meminta kita nikah segera lalu ketika kita asal tanpa memilih memang orang lain mau bertanggung jawab terhadap hal tersebut? bertanggung jawabkah mereka terhadap pernikahan dan kebahagiaan kita? mereka hanya bisa bersuara bertanya tanya, menggunjing, mereka ga pernah ada diposisi kita, mereka yang menggunjing ga pernah paham posisi kita dan mereka ga paham jika urusan jodoh bukan ada dikuasa manusia, kita memang bisa berusaha tapi tetap Allah yang menentukan, bagaimana usaha kita mereka pun tak tau dan ga mesti tau”
“Ketika kita bisa keluar dari lingkungan itu ya keluar saja jika itu membawa dampak negatif pada kehidupan kita dan jika dikhawatirkan menggoyahkan kekuatan diri kita, jika tidak bisa keluar sepertinya tidak usah terlalu dekat, kl mereka ada di lingkungan terdekat kita misal orang tua coba komunikasikan dengan asertif, mungkin orang tua kita belum paham. Terkait menikah itu bukan urusan sederhana sehingga kita harus memiliki prinsip jadi sebisa mungkin kita kuat akan prinsip kita, jika diolok-olok pilih-pilih dll, ya memang memilih, mau membeli sayur saja kita milih, mau membeli sepatu yang mungkin terpakai hanya satu tahun dua tahun saja kita milih, ini imam kita, ayah dari anak-anak kelak. Jangan sampai kita goyang hanya karena omongan orang yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Aku paham posisi kita tidak mudah, apalagi ketika berkumpul bersama keluarga di momen tertentu akan menjadi sasaran empuk, kl memang kita bisa hindari interaksi ketika kita merasa tidak kuat, itu gpp menurut Aku dibanding nanti runtuh pertahanan dan mengambil keputusan yang tanpa pertimbangan itu bisa merusak masa depan dan akan merugikan diri sangat. Bismillahirohmanirohim ya untuk kita.
15 notes
·
View notes
Text
TERPERCAYA, WA 0821-2237-8089, Menjadi Suami Yang Sholeh
KLIK https://WA.me/6282122378089, Rumah Tangga, Rumah Tangga Bahagia, Berbahagia Tiap Rumah Tangga, Rumah Tangga Cantik, Rumah Tangga Ideal, Kebutuhan Rumah Tangga, Nasihat Rumah Tangga, Nasehat Rumah Tangga Dalam Islam, Rumah Tangga Quotes
Suami Qowwam adalah, Suami TERCERAHKAN secara Mental dan Spiritual, sehingga sangat relevan dengan Istri, Seluruh Masalah Keluarga dan Masyarakat.
SPESIFIKASI BARANG:
Judul Buku: Serba 4 Menjadi Suami Qowwam
Pengarang Buku: Coach Hafidin
Harga Buku: Rp. 150.000
Halaman Buku: 168 H
Kualitas Buku: JERNIH
No pesanan : @rojali (wa 0821–2237–8089)
Jalumprit, RT.04/RW.01,
Waringinkurung,
Kec. Waringinkurung,
Kabupaten Serang, Banten
Kode Pos 42453
Lebih lengkapnya kunjungi juga :
https://www.tokopedia.com/samawapublisher
Media Sosial :
https://www.instagram.com/coach.hafidin/
#rumahtangga#rumahtanggaislami#rumahtanggabahagia#rumahtanggaharmonis#rumahtanggasakinah#rumahtanggaa#rumahtanggaberkah#rumahtanggacerdas#rumahtanggacinta#rumahtanggaceria#rumahtanggadalamislam#rumahtanggadakwah#Ebook Suami Sejati#Qowwam#Suami Qowwam#Buku Rumah Tangga#Buku Rumah Tangga Bahagia#Buku Rumah Tangga Islam#Buku Untuk Belajar Rumah Tangga#Buku Ilmu Rumah Tangga#Buku Tentang Rumah Tangga
1 note
·
View note
Text
Momong Among Ngemong
Firstly, alhamdulillah kembali diberi kesempatan dan kesehatan untuk mengikuti kajian offline dengan Ust. Ridwan Hamidi dan Ust. Salim A. Fillah, meski terlambat cukup lama.
Materi Pertama dari Ust. Ridwan Hamidi, I couldn’t really keep up on the topics, because when I was attended on the ballroom, it was the end of the session.
Satu poin yang bisa kudapat mengenai pendidikan anak dianalogikan dengan membangun gedung pencakar langit dari lahan kosong. Untuk mendidiknya, perlu pondasi yang kokoh, bahan2 pilihan, serta sumber daya manusia yg ikut membangun merupakan orang2 pilihan dengan keahliannya. Bukankah untuk membangun gedung pencakar langit butuh perencanaan dan material yang detail? begitu pula untuk mendidik anak.
Dalam sesi tanya jawab, ‘disenggol’ terkait sikap sabar terhadap anak. Yang jelas pertama kita harus berdoa kepada Allah untuk selalu diberi kekuatan menghadapi permasalahan mendidik anak dan rumah tangga, lalu kita bisa mempelajari ilmu ttg sabar lebih dalam lagi dan coba menyelami kisah hikmah kesabaran Nabi Muhammad SAW dan sahabat2nya (Detail bisa dibaca di buku Mukhtashar Uddatush Shabirin Wa Dzakhirotusy Syakirin karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah Rahimahullah).
Sempat juga kuperhatikan pertanyaan kedua tentang komunikasi terhadap anak di era modern yang beliau ust. Ridwan istilahkan dengan tsunami informasi yang tidak terstruktur. Penting sekali komunikasi kedua orang tua untuk memberi pemahaman menyaring informasi tersebut dengan KOMUNIKASI YANG EFEKTIF. Al-Qur’an menyebutkan terdapat 17 ayat tentang komunikasi terhadap anak dan ternyata 14 diantaranya adalah komunikasi Ayah dengan Anak. Penting sekali peran seorang ayah untuk bisa berkomunikasi dengan anak dengan bahasa tubuh maupun verbal yang NYAMAN bagi anak. Dan ini merupakan PR seorang ayah karena tak jarang seorang ayah mendapati kesulitan mencari topik berkomunikasi dengan anaknya.
Rame ga rame lanjut part 2 hehe.
Wallahu a’lam bishshawab
11 notes
·
View notes
Text
Slowly.. Slowly :)
Ada banyak hal yang numpuk di kepala tapi rasanya sayang kalau ngga dituangin. Hal hal yang ngga baru tapi menjadi sangat fresh buat aku Ibu yang kebingungan masuk ke dunia yang serba semua harus bisa sendiri padahal kaga pernah diajarin. Dimana tsunami informasi luarbiasa dan aku secara mental belum siap dan belum punya filter yang aku yakini tepat. Allahummahdinii fii man haadaiit🥺🤲🏻
Sebelum semuanya, keteguhan dan kesabaran adalah dua hal yang penting dalam menuntut ilmu. Yg akhir akhir ini dirasakan lebih ke kesabaran sama diri sendiri ;' kadang ekspektasi tinggi banget jadi pas ngamalin ilmu terus masih jauh gitu pengen stop aja. Padahal misal, hari ini mentoknya bisa tuh 0,5%..its okay, sabar.. Besok kita coba lebih baik. Toh stengah persen sehari dalam waktu 160 hari bisa jadi 80% kan. Segala di bumi butuh waktu untuk tumbuh.. seperti bayimu, dan kamu juga :)
Okay bismillah
Takeout pertama, dari mbak ita.
((Baiknya Allah, Allah tuh ngga pernah jelasin teori parenting yang kudu A kudu B kudu C. Bahkan keseharian rasul membesarkan anaknya aja ga sebegitu terbuka dan banyak hadits yang jelasin secara rincinya.. Karena islam itu untuk semua masa dan syumul, untuk semua kalangan. Jadi ngga dirincikan karena khawatir dianggap sebuah hukum yang nantinya bisa memberatkan beberapa kalangan :"") Yang jelas dalam Al-Qur'an udah ada semua caranya, dan satu referensi itu cukup. Tambahan tambahannya adalah how to yang mendukung hal hal yang wajib dan mendasar (mengajarkan anak laa tusyrik billah, menjadikan anak khalifah di muka bumi dst dst.. Jangan sampai how ini yang banyak bgt versinya dari versi barat dan buku kece sampai versi selebgram yg punya anak cepet jalan di IG, malah lebih penting dan jadi prioritas yg kalo engga bikin kita insekyur sendiri.. Tapi yg fundamental kita lupakan. Jangan salah prioritas, mana yg pondasi mana yang cara. (Ini PR juga cari cara BLW yang minim mubadzir))
Takeout kedua, dari Bunda Ambar
((Kita seringnya di rumah jadi human doing atau human being bu? Kalau ngerawat ngedidik manusia itu human doing atau human being? Seringkali Ibu rumah tangga terlalu sibuk sama urusan rumah tangga sampai lupa jadi Ibu. Lupa hadir buat anak. Yang penting dapur bersih rumah rapih, anak dan tangisannya hanya selingan. Naudzubillah. Kalau multitask coba perhatikan fokus utama dan fokus secondary kita. Pastikan fokus utama kita anak dan sambilan kita adalah secondary nya. Jangan terbalik ya, Ibu. Kasian anak kita dibesarkan sama robot yang ngga mentransfer emosi dan empati yang dibutuhkannya utk mendidik nuraninya. :""" )))
Takeout ketiga, dr Ust. Harry
((Bu, dalam doa untuk orangtua diksinya adalah 'rabbayaani shagiira' yaitu mendidik/mentarbiyah/mensuburkan kesadaran keimanan kita di waktu kecil. Jadi cara menyayangi anak adalah dengan membuat mereka berkesadaran dengan islamnya dan juga menularkan adab (ta'dib')
Menyusui adalah tugas langit. Jangan disambi.. Proses tersebut adalah proses pengenalan anak tentang image Allah baginya kelak. Anak saat lahir menangis mencari rabb yang di alam ruh dilihatnya. "Ayna rabbi..ayna rabbi.." Ibu menjadi perantaraNya yang Maha Memberi Rezeki, Maha pemelihara. (Dalam paper nya yaqeen juga anak yang diberi didikan keras maka image Tuhan Maha menghukum lebih melekat dibanding anak yang diberi didikan yang lembut yang lebih mudah menerima dengan nurani sifat sifat sayangnya Allah)
Fitrah terbagi dua. Ada fitrah ghalizah (yg ditanamkan dalam diri manusia dan alam) ada fitrah munazalaah (yg diturunkan dr langit berupa Al Qur'an, wahyu ke Nabi SAW berupa sunnah dan hadits hadits. Keduanya harus sejalan dan saling menyala, melengkapi. Kalau tidak maka akan ada krisis manusia, juga krisis alam. (Fitrah manusia suka berkembang dan belajar juga ya.. Makanya kalau umma mager males belajar jadi krisis diri deh soalnya ga sesuai sm fitrahnya. Yuk mangats umma..) Ke Qur'an lagi, ke Qur'an dulu. Ada semua mua :)
Takeout keempat, dari Pak Dodik (sungkem! Makasi banyak pak sudah menyederhanakan arti sukses dan berkembang :"")
((Dalam membuat kurikulum belajar, buat yang belum biasa istiqomah belajar, buatlah note yang sederhana, mudah dipahami, dan menggerakkan. Sederhana woi :"") Kadang pengen idealnya gitu kan, semua muanya ditulis pengen dibenerin pengen dipelajarin ujung ujungnya terhenti karena dirasa gamungkin ah males itu kebanyakan bgt ga mungkin (sambil liat kerjaan rumah wk). Tapii kapan sih kita punya waktu ideal? Disederhanakan. Belajar 15 menit sehari. Baca buku 10 menit sehari. Videonya dipotong2 jadi 18 menit setiap malam atau pas anak bobo. It's okay. Pelan tapi memaknai. Pelan tapi di praktekkan. Sedikit tapi berkah (berkah tidak selalu tentang kuantitas yang banyak, tp yg sedikit namun mengisi jiwa dan membawa perbaikan itu cukup). Kalau perkembangan mikro kita apresiasi, perkembangan mikro anak juga kita akan notice dan jadi berharga sekali :"
Last, Ust. Aad (dari mendengar kelasnya suami pas bolak balik ruang depan. Sedikit tp jlebb)
- Apapun cara mendidik yang saudara yakini, jalani dengan kesadaran
- Musuh terbesar parenting adalah ketidaksabaran
- Parenting itu mendidik pada waktunya, bukan lebih cepat lebih baik. Jangan sampai keburu buru, tapi karena latah sama zaman sekarang dan ngga berkesadaran
- Kuantitas itu penting. Kadang kita sering denger yang penting kualitas yang penting kualitas. Kuantitas itu penting, repetisi itu penting. Sekarang anak banyak yang masih kecil udah harus bisa ini itu sendiri.. Padahal ada sentuhan, kepedulian, cinta pada tangan Ibu yang dibutuhkan untuk membangun pondasi nuraninya. Tangan yang menyuapi, tangan yang mengelus sebelum tidur, tangan yang memandikan, tangan yang memakaikan baju, tangan yang menggendong. Sering sering, bu. Cuma sampai 7 tahun..
🥲
Tinggal pengamalannya nih. Tolong ya Allah🥺🤲🏻
3 notes
·
View notes
Text
Warisan Hikmah
"Hikmah adalah barang milik umat Islam yang hilang. Maka, pungutlah dimanapun kamu menemukannya, bahkan apabila ia keluar dari mulut seorang penipu" - Nabi Muhammad Saaw
Menjadi seorang ayah merupakan fase yang paling fantastis selama kehidupan bergulir. Allah menurunkan manusia mungil ke dunia kemudian menitipkan kamu yang daripadanya kelak akan bisa menjadi titik kulminasi jutaan makhluk lainnya. Tuhan juga akan meminta pertanggungjawaban di hari akhir nanti tentang apa-apa saja yang telah ayah lakukan untuk mendidik, merawat dan membesarkan titipan-Nya.
Ayah tidak lahir langsung begitu saja menjadi orang tua. Ayah juga tidak pernah menempuh pendidikan formal dan lulus meraih gelar yang menyatakan diri ini kompeten sebagai seorang bapak. Ayah tumbuh bersama denganmu. Kita belajar bersama-sama sebagai ciptaan Tuhan dengan peran masing-masing. Di sepanjang jalan pembelajaran ini ayah akan sering berbuat kesalahan. Sebab, ayah tidak sempurna dan tidak akan pernah menjadi sempurna.
Ayah sadar mungkin usia akan membatasi pertemuan kita. Ayah tidak tahu seberapa panjang kesempatan umur yang diberikan oleh semesta. Namun, keterbatasan itu tidak boleh menghalangi tugas ayah sebagai orang tua, yaitu mendidikmu. Jikalau nanti kita harus berpisah di tengah jalan tanpa cukup diri ini bicara panjang lebar tentang semuanya, kamu bisa menemukan pergulatan dan kristalisasi pemikiran ayah yang tersimpan abadi di deretan buku-buku kepunyaan ayah di persimpangan tangga menuju lantai dua rumah eyang kakung dan uti.
Selain itu, ayah akan mewariskan beberapa pelajaran penting yang rasanya dapat menjadi bekal saat kamu menjalani hari-hari penuh naik-turun. Tulisan ini adalah pesan berupa hikmah yang ayah temukan dan pungut di sepanjang tepian jalan kehidupan. Fisik ayah mungkin tidak bisa menjaga kamu selamanya. Namun, semoga ilmu yang ayah bagikan akan bisa melindungimu setiap waktu. Maka dari itu, ayah akan menjelma menjadi kata-kata agar terpatri dan mampu kamu temui walaupun raga ini kelak akan pergi.
Doakan ayah bisa rajin dan konsisten menuliskan banyak hal untuk kamu ya, nak ! Tanda cinta dari ayah ❤️
Bandung, 8 Februari 2023
@menujusenja
11 notes
·
View notes
Text
KAPAN KITA MENERIMA DAN MENOLAK LAMARAN
Kata Abi, Dunia pernikahan adalah dunia memberi, lapang, sabar, nerima . Jadi, ilmu menikah itu Fardhu 'ain bagi semua orang. *TIDAK CUKUP* bekal menikah hanya dengan pengin “nanti kalau aku nikah yang khotbah nikah Ustadz ini saja, undangannya ini saja, dekornya maunya kaya gini”
Untuk menyiapkan kehidupan perguruan tinggi saja kita butuh ijazah SD, SMP, SMA. Butuh 12 tahun untuk kita dinyatakan siap memasuki perguruan tinggi. Jika persiapan untuk kuliah selama 4 tahun saja menghabiskan waktu 12 tahun persiapan.
"Lalu, Bagaimana dengan persiapan kehidupan pernikahan yang bahkan waktunya tak terbatas sampai kita bertemu dengan Allah?"
Menikah itu ibadah. Bukan syahwat. Sehingga ketika bicara pernikahan seharusnya bukan ketawa atau senyum-senyum sebab syahwat, tapi semakin merunduk dengan kondisi ketidaksiapan ilmu yang kita belum mampu. Jadi kata Abi, laki-laki sholih yang paham tentang pernikahan, saat akad bukannya cengenges - cengenges, tapi menangis kepada Allah atas tanggung jawab yang satu ini.
Pesan Ummi "Kalau mau konsultasi tentang pernikahan, konsul dengan yang sudah lama menikah. Minimal 25 tahun usia pernikahan. Bukan yang baru menikah sebulan dua bulan. Sebab ilmu pernikahan sangatlah luas dan banyak babnya. Jadi bertanya pun atas dasar ilmu ya, Nak. Bukan syahwat." “Sekarang kalian bingung bagaimana menolak lamaran? Sedangkan ada hadis yang mengatakan "Barang siapa yang dilamar laki-laki sholih namun menolaknya, maka itu merupakan fitnah yang besar” Masalahnya bagaimana kita menentukan kalo laki-laki tersebut memang beneran sholih? Adakah takarannya? Atau Apakah ada pertimbangan lain selain hadis tersebut?
Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam menerima maupun menolak lamaran :
1. At Ta'awun (membantu).
Orang yang berniat menikahi sejatinya ia hendak melakukan kebaikan (karena memang menikah merupakan hal baik). Namun karena hukum menikah setiap orang berbeda, bisa wajib, sunnah, makruh, mubah bahkan haram. Sehingga ketika menolak lamaranpun disertai dengan ILMU. "Oh status hukum orang yang hendak menikahi saya ini belum menjadi sunnah ataupun wajib. Sehingga saya belum bisa membantunya (mengerjakan amal baik ini)".
2. Pertimbangan kedua : KESIAPAN AKHWAT.
"Ummi dulu kalo nikah mikirnya ya nyuci popok, masak, momong anak, ngga tidur, mikirin ini itu. Jadi merasa belum siap banget meski banyak teman Ummi yang bilang Ummi sudah siap." Lalu bagaimana cara kita mengukur kesiapan kita bahwa kita siap menjadi istri? Ternyata mengukur kesiapan perempuan itu ada takarannya dalam Al-Quran;
*Litaskunu ilaiha*
"...Supaya kalian merasa tentram dengannya " Jadi definisi perempuan yang siap menikah adalah mereka yang sudah mampu menjadi "Sumber Ketenangan bagi suaminya".
Sumber ketenangan ini rumusnya adalah " Bagaimana kita tidak menjadi beban bagi suami ."
Beban di sini banyak maknanya. Istri yang tidak sabaran itu jadi beban tidak sih bagi suami? Suami akan tenang mencari nafkah jika yakin meninggalkan istrinya yang akan menjaga anaknya dengan baik. Semakin kita mampu menghadapi stressor-stressor dalam kehidupan yang sekarang kita lalui; organisasi, skripsi, tugas lain. Maka kita semakin bisa mengukur diri. Sebab banyak permasalahan rumah tangga yang sifatnya psikis. Jatuhnya saat sudah menikah pun.
Hari-hari pertama bersama, bukan seneng-seneng main kemana-kemana berdua. Tapi langsung bareng-bareng buka buku. Ilmu apa ya yang kurang. Ayo sama-sama kita belajar.
Sebab keluarga memang tempat yang tepat untuk kita belajar.
-Pengisi : Abi Syatori Abdul Rauf dan Ummi Masbikhah-
Penulis : Furi Ningsih Sri Sukowati, S.Pd.
-Pesantren Mahasiswi Darush sholihat-
6 notes
·
View notes
Text
Takut Menjadi Orangtua
(hanya tulisan hasil overthinking seseorang yang masih lajang)
Beberapa hari yang lalu, saya baca sebuah postingan dari akun instagram 'islamfiy' soal kampanye lgbt di london melalui mata pelajaran siswa sd. Disana menampilkan sosok perempuan berhijab bernama Hafsa yang mengidentifikasikan dirinya sebagai seorang lesbian. Disamping ngeri mengingat bagaimana gencarnya paham liberalisme yang berkembang, saya jadi ovt, saya takut membayangkan anak saya nanti harus berhadapan dengan dunia yang semenyeramkan seperti apa.
Dulu jika berandai soal kehidupan pernikahan, yang ada dalam pikiran saya hanya berputar pada kemandirian finansial dan kematangan psikologis. Tapi semenjak kuliah, saya menemukan lingkungan yang tidak pernah saya rasakan, orang-orang yang jauh berbeda dengan mereka yang selama di pondok selalu membersamai saya, dunia yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Karena itu lah saya semakin fakir ilmu dan malah semakin merasa belum siap untuk membangun rumah tangga. Bukan karena tidak mau, tapi di dunia yang sudah serba gila ini, saya khawatir tidak dapat menjadi ibu yang bertanggungjawab. Banyak pertanyaan yang menghantui saya; Apakah ilmu saya sudah cukup? Apakah saya mampu menjadi madrasatul uula bagi anak saya kelak? Apakah nanti saya bisa dapat menjaga dan mendidik anak-anak saya?
“Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah. Orangtuanya yang akan membuat dia yahudi, nasrani, dan majusi” (H.R. Muslim).
Buku yang saya baca blm seberapa, kelas-kelas yang saya ikuti masih dapat dihitung jari, lingkarang diskusi yang saya ikut pun masih sangat sedikit. Saya gundah bukan main. Walaupun teori-teori itu sudah pernah saya dapatkan, tapi saya masih sangat takut untuk mempraktikannya langsung. Tapi itu tidak menjadikan saya ingin childfree ya wkwkwkwk toh ketakutan ini juga yang mendorong saya mengikuti kelas-kelas pemikiran dan membaca buku-bukunya, ya karena saya tidak mau buta tentang mana yang haq dan bathil di dunia yang sudah penuh 'keabu-abuan' ini.
Jika hari ini saya dengan mudah dapat menemukan banyak hal menyimpang seperti lgbt yang dinormalisasi dan bahkan menjadi segmen hiburan yang banyak dinikmati, saya jadi berpikiri, di kehidupan anak saya nanti bisa saja sudah tidak ada lagi kampanye soal lgbt, karena bukan tidak mungkin itu sudah menjadi bagian dari masyarakat. Itu baru lgbt. Belum lagi hal-hal lain yang sedang marak di berita belakangan ini seperti perzinahan, kekerasan, dan bahkan pembunuhan yang tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, tapi juga anak-anak. Yang tentu saja akar dari segala permasalahan tersebut adalah perang pemikiran melalu media apapun itu.
Dewasa ini pemikiran islam malah dianggap kuno dan kaku sedangkan pemikiran islam liberal yang juga banyak dikaji oleh para cendikiawan yang belajar islam di eropa dan amerika malah banyak diminati dan dianggap berkemajuan. Padahal ada orang belajar islam di barat saja rasanya sudah aneh. Belum lagi memakai referensi-referensi orang non islam sebagai bahan belajar. Ya boleh sih, tapi yaa seharusnya tetap dikritisi bukan malah iya-iya saja. Ini malah terbalik, karya tokoh-tokoh muslim dan bahkan al-qur'an yang dikritisi, lagi-lagi dibandingkan dengan ucapan tokoh yang bukan islam pula. Sekalinya pakai referensi orang islam, ternyata tokoh syiah ataupun mu'tazilah dan beranggapan bahwa mereka adalah bagian islam yang tidak sesat. Dan budaya belajar islam liberal seperti ini banyak diajarkan secara tidak langsung dalam jenjang pendidikan, tapi dari ceramah para seniornya, dalam forum kaderisasi, diskusi-diskusi ataupun ya hanya ikut-ikutan karena dianggap keren.
Filasafat memang harus dipelajari, tapi dengan panduan yang benar. Bukan sekali dua kali para aktivis islam liberal menganggap islam hanya sebagai produk sejarah. Coba sesekali tanya bagaimana rukun islam mereka. Bahkan dalam tataran kampus, mudah ditemukan para aktivisnya enggan mejalankan kewajiban yang sudah dengan jelas diperintahkan, ada yang memang malas tapi ada juga yang malah dengan berani menggugat otoritas wahyu. Aneh? Ya inilah realitasnya lingkungan yang kita tempati sekarang, mungkin suatu alasan juga mengapa kita umat islam malah ikut terhayut dalam hal-hal yang syubhat dan pada akhirnya keliru membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Lahhh bentar ini jadi kayaknya banyak yang mulai keluar dari judul tulisan wkwkwkwkwk skippp
Jadi, yaa gituuu. Saya dihantui perasaan takut. Di dunia seperti apa nanti anak saya tumbuh. Formulasi apa yang harus saya rumuskan untuk mendidik anak. Sudah siapkah saya menjalani fase tersebut? Sedangkan sebagai anak kecil, mereka pasti akan melihat pada orang tua, karena bagi mereka orang tua adalah ukuran kebenaran. Makanya setiap kali mendapat kabar kawan yang akan menikah, saya kagum bukan main. Keteguhan hati seperti apa yang mereka miliki. Kekuatan besar apa yang sudah mendorong mereka untuk dapat mengambil keputusan yang luar biasa hebat itu. Saya selalu kagum dengan mereka, terutama kami masih di umur belia. Saya tidak bisa membayangkan ujian-ujian apa saja yang sudah mereka lewati sebagai ibu muda yang baru pertama kali memiliki anak.
Namun dengan banyaknya pr serta kekurangan ini, saya tidak ingin menyerah. Saya tetap ingin dapat berkumpul lagi dengan keluarga di surga Allah kelak. Semoga Allah senantiasa mengutkan dan melindungi kita, keluarga kita, dan keturunan-keturunan kita kelak.
🌼 • ┈ ๑ ⋯ ୨ ୧ ⋯ ๑ ┈ • 🌼
Salam sayang, Piwa.
5 notes
·
View notes