#Berkemajuan
Explore tagged Tumblr posts
Text
Maghrib Mengaji ImEsKa Fam, 9/6/2023 sd Al-Isra' 75
#imeskafam#shofwankarims#imeskafam shofwankarims#habdulkarimrahanaibrahimfam#berkemajuan#Maghrib Mengaji
2 notes
·
View notes
Text
0 notes
Text
Gallery Senator 15-17 Des 2024
View On WordPress
0 notes
Text
Al-Islam
Apabila dipahami dan diamalkan dengan benar, Islam akan melahirkan umat yang unggul dan peradaban yang maju.
0 notes
Text
Terkadang, keadaan saat ini membuatku merasa nyaman; merasa sudah cukup dengan diriku saat ini; merasa hanya ingin seperti yang kujalani saat ini. Tetapi aku sadar bahwa berada dalam zona nyaman hanya akan perlahan membuatku berjalan di tempat.
Aku sadar bahwa pikiran dan tenagaku tak layak kusimpan hanya untuk bermalas-malasan. Aku sadar bahwa ilmuku masih sangat dangkal. Aku sadar bahwa zona nyaman akan mengikatku dan menjadikanku budak kemalasan.
Aku butuh bergerak, melangkah, dan berpindah kepada arah yang berkemajuan. Aku butuh meluaskan lagi peluang-peluang kebaikan yang ada di diriku agar dapat memberikan kebermanfaatan bagi lebih banyak makhluk di dunia.
Sederhana, tapi aku ingin terus memberi kebermanfaatan.
29 notes
·
View notes
Note
Bagaimana tanggapan kang Heri tentang jatuh cinta dengan sahabat sendiri yang berbeda keyakinan, tapi dia ga cinta.
Di sini, variabel “berbeda keyakinan” bisa kita keluarkan dahulu karena tanpa itupun jawabannya sudah bisa dijabarkan.
Begini, saya selalu mendorong upaya yang egaliter. Apa itu? Yaitu upaya yang berkemajuan dan berkedudukan sama: sama besarnya, sama bebannya, sama jaraknya. Berkemajuan fokus pada masa depan yang sama-sama. Mengapa demikian? Karena kita bukan pujangga yang lincah merangkai kata. Kita manusia biasa yang juga butuh cinta. Cinta yang biasa saja sudah cukup. Bukan pahlawan super, apalagi kisah-kisah romansa gila. Kita hanyalah kumpulan manusia yang butuh pelukan dan perhatian sederhana. Bagaimana itu semua bisa terwujud? Dari kesamaan visi, tujuan, dan proses yang mau dijalani. Dari ketertarikan yang sama. Dari niat-niat yang dipertemukan melalui banyak jalan.
Jika dia tidak cinta, lalu untuk apa kamu jatuh cinta? Mau fafifu mencintai dalam diam? Kamu mau berpuitis ria dengan perasaan yang diglorifikasi? Merasa cintamu sepenting itu hingga dunia peduli padamu? Tidak. Tidak ada yang peduli dengan kita dan rasa-rasa yang kita khayalkan itu, selain diri kita sendiri. Jika hanya kita yang peduli, apakah layak menyia-nyiakannya? Jangan.
Maksud saya, mengapa kita harus mencintai orang yang tidak mencintai kita? Kita dapat apa? Piala rasa? Ya cari orang yang punya ketertarikan yang sama; punya niat untuk sama-sama membangun “upaya yang egaliter” denganmu. Di sini kamu akan dapat dua piala sekaligus: orang yang mencintaimu sebagaimana kamu mencintainya dan diri sendiri yang menjagamu dengan baik. Rayakan dengan menemukan dia yang juga pegang cermin intensi yang sama. Temukan! Bukan “Tunggu saja, nanti juga datang sendiri”. Engga, dia harus kamu temukan.
36 notes
·
View notes
Text
Aku putra muhammadiyah yang suka ngaji di NU dan ikut organisasi KAMMI, Random sekali WKWK aja lah ya.
Moderat dan berkemajuan adalah dakwah yang digaungkan oleh muhammadiyah dan aku punya cara sendiri untuk mendidik diri. Kelihatan Radikal dan tidak terarah tapi ini cara ku belajar.
Aku adalah mahasiswa yang tidak berani membuat forum diskusi secara formal dikampus ku sendiri karna aku bukan dari anggota IMM. Mereka sahabat ku hanya berbeda organisasi saja subtan pergerakan nya tidak berbeda keywordnya yaitu Islam dan mahasiswa, inilah yang menyatukan kami.
Doa ku tidak pernah lepas menyebut nama pimpinan mereka agar Allah kekalkan semangat dan kuatkan pundaknya dan semoga selalu Allah muliakan dan bahagiakan mereka. Ini adalah cara ku untuk selalu terhubung dengan mereka sampai Allah pertemukan kami dalam forum yang sama dengan keresahan yang sama.
Peranku saat ini adalah mendukung semua mahasiswa untuk ber muhammadiyah dan akan me muhammadiyah kan kampus muhammadiyah. Gimana caranya? Sebelumnya, fahami dulu muhammadiyah itu apa? Muhammadiyah itu adalah pengikutnya nabi muhammad. sesimpel itu, maka cara ku untuk me muhammadiyah kan kampus ku adalah menjadikan diriku sebagai teladan ditengah-tengah mahasiswa dengan Akhlak yang terbaik dan mengadakan forum diskusi yang selalu mengedepankan prinsip-prinsip yang harus ada pada mahasiswa muslim, prinsip nya ada 6 yaitu:
Kemenangan Islam adalah jiwa perjuangan kami
Kebathilan adalah musuh abadi kami
Solusi Islam adalah tawaran perjuangan kami
Perbaikan adalah tradisi perjungan kami
Kepemimpinan umat adalah strategi perjuangan kami
Persaudaraan adalah watak muamalah kami
Aku kader kammi dan aku adalah putra muhammadiyah
Selamat Milad Muhammadiyah ke 111
8 notes
·
View notes
Text
Cukup yang mencukupi (merasa cukup)
Berbagai hal terjadi, bertambah, berkemajuan sebab kita sudah merasa cukup. Cukup porsi, cukup konsisten dalam pilihan dan merasa cukup dalam berbagai hal lainnya.
Kadang kita bertanya, kenapa belum diberi jalan untuk melangkah? Kenapa belum diberi kesempatan untuk berprogres? Kenapa belum sampai pada muara keinginan?
Mungkin syukur dan merasa cukup itu belum benar-benar tertanam sepenuhnya dalam diri.
Sifat 'ingin lagi' itu harus di rem, kalau tidak akan bablas dan tergelincir jauh dari arah yang ingin dicapai.
🛵💨
3 notes
·
View notes
Text
Takut Menjadi Orangtua
(hanya tulisan hasil overthinking seseorang yang masih lajang)
Beberapa hari yang lalu, saya baca sebuah postingan dari akun instagram 'islamfiy' soal kampanye lgbt di london melalui mata pelajaran siswa sd. Disana menampilkan sosok perempuan berhijab bernama Hafsa yang mengidentifikasikan dirinya sebagai seorang lesbian. Disamping ngeri mengingat bagaimana gencarnya paham liberalisme yang berkembang, saya jadi ovt, saya takut membayangkan anak saya nanti harus berhadapan dengan dunia yang semenyeramkan seperti apa.
Dulu jika berandai soal kehidupan pernikahan, yang ada dalam pikiran saya hanya berputar pada kemandirian finansial dan kematangan psikologis. Tapi semenjak kuliah, saya menemukan lingkungan yang tidak pernah saya rasakan, orang-orang yang jauh berbeda dengan mereka yang selama di pondok selalu membersamai saya, dunia yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Karena itu lah saya semakin fakir ilmu dan malah semakin merasa belum siap untuk membangun rumah tangga. Bukan karena tidak mau, tapi di dunia yang sudah serba gila ini, saya khawatir tidak dapat menjadi ibu yang bertanggungjawab. Banyak pertanyaan yang menghantui saya; Apakah ilmu saya sudah cukup? Apakah saya mampu menjadi madrasatul uula bagi anak saya kelak? Apakah nanti saya bisa dapat menjaga dan mendidik anak-anak saya?
“Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah. Orangtuanya yang akan membuat dia yahudi, nasrani, dan majusi” (H.R. Muslim).
Buku yang saya baca blm seberapa, kelas-kelas yang saya ikuti masih dapat dihitung jari, lingkarang diskusi yang saya ikut pun masih sangat sedikit. Saya gundah bukan main. Walaupun teori-teori itu sudah pernah saya dapatkan, tapi saya masih sangat takut untuk mempraktikannya langsung. Tapi itu tidak menjadikan saya ingin childfree ya wkwkwkwk toh ketakutan ini juga yang mendorong saya mengikuti kelas-kelas pemikiran dan membaca buku-bukunya, ya karena saya tidak mau buta tentang mana yang haq dan bathil di dunia yang sudah penuh 'keabu-abuan' ini.
Jika hari ini saya dengan mudah dapat menemukan banyak hal menyimpang seperti lgbt yang dinormalisasi dan bahkan menjadi segmen hiburan yang banyak dinikmati, saya jadi berpikiri, di kehidupan anak saya nanti bisa saja sudah tidak ada lagi kampanye soal lgbt, karena bukan tidak mungkin itu sudah menjadi bagian dari masyarakat. Itu baru lgbt. Belum lagi hal-hal lain yang sedang marak di berita belakangan ini seperti perzinahan, kekerasan, dan bahkan pembunuhan yang tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, tapi juga anak-anak. Yang tentu saja akar dari segala permasalahan tersebut adalah perang pemikiran melalu media apapun itu.
Dewasa ini pemikiran islam malah dianggap kuno dan kaku sedangkan pemikiran islam liberal yang juga banyak dikaji oleh para cendikiawan yang belajar islam di eropa dan amerika malah banyak diminati dan dianggap berkemajuan. Padahal ada orang belajar islam di barat saja rasanya sudah aneh. Belum lagi memakai referensi-referensi orang non islam sebagai bahan belajar. Ya boleh sih, tapi yaa seharusnya tetap dikritisi bukan malah iya-iya saja. Ini malah terbalik, karya tokoh-tokoh muslim dan bahkan al-qur'an yang dikritisi, lagi-lagi dibandingkan dengan ucapan tokoh yang bukan islam pula. Sekalinya pakai referensi orang islam, ternyata tokoh syiah ataupun mu'tazilah dan beranggapan bahwa mereka adalah bagian islam yang tidak sesat. Dan budaya belajar islam liberal seperti ini banyak diajarkan secara tidak langsung dalam jenjang pendidikan, tapi dari ceramah para seniornya, dalam forum kaderisasi, diskusi-diskusi ataupun ya hanya ikut-ikutan karena dianggap keren.
Filasafat memang harus dipelajari, tapi dengan panduan yang benar. Bukan sekali dua kali para aktivis islam liberal menganggap islam hanya sebagai produk sejarah. Coba sesekali tanya bagaimana rukun islam mereka. Bahkan dalam tataran kampus, mudah ditemukan para aktivisnya enggan mejalankan kewajiban yang sudah dengan jelas diperintahkan, ada yang memang malas tapi ada juga yang malah dengan berani menggugat otoritas wahyu. Aneh? Ya inilah realitasnya lingkungan yang kita tempati sekarang, mungkin suatu alasan juga mengapa kita umat islam malah ikut terhayut dalam hal-hal yang syubhat dan pada akhirnya keliru membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Lahhh bentar ini jadi kayaknya banyak yang mulai keluar dari judul tulisan wkwkwkwkwk skippp
Jadi, yaa gituuu. Saya dihantui perasaan takut. Di dunia seperti apa nanti anak saya tumbuh. Formulasi apa yang harus saya rumuskan untuk mendidik anak. Sudah siapkah saya menjalani fase tersebut? Sedangkan sebagai anak kecil, mereka pasti akan melihat pada orang tua, karena bagi mereka orang tua adalah ukuran kebenaran. Makanya setiap kali mendapat kabar kawan yang akan menikah, saya kagum bukan main. Keteguhan hati seperti apa yang mereka miliki. Kekuatan besar apa yang sudah mendorong mereka untuk dapat mengambil keputusan yang luar biasa hebat itu. Saya selalu kagum dengan mereka, terutama kami masih di umur belia. Saya tidak bisa membayangkan ujian-ujian apa saja yang sudah mereka lewati sebagai ibu muda yang baru pertama kali memiliki anak.
Namun dengan banyaknya pr serta kekurangan ini, saya tidak ingin menyerah. Saya tetap ingin dapat berkumpul lagi dengan keluarga di surga Allah kelak. Semoga Allah senantiasa mengutkan dan melindungi kita, keluarga kita, dan keturunan-keturunan kita kelak.
🌼 • ┈ ๑ ⋯ ୨ ୧ ⋯ ๑ ┈ • 🌼
Salam sayang, Piwa.
5 notes
·
View notes
Text
Madrasah Bertransformasi Digital, Sistem MDL Jadi Solusi Adaptif
RASIOO.id – Yayasan Pendidikan MTS Nurwidia mengadakan acara bertema “Madrasah Digital Berkemajuan dan Bermutu Dunia” di Lebak, Banten, Senin, 16 Desember 2024. Acara ini menjadi wujud respons terhadap tantangan era digital yang menuntut madrasah untuk beradaptasi, tanpa mengesampingkan nilai-nilai spiritual khas lembaga pendidikan keagamaan. Kepala MTS Nurwidia, Mumu Nazmudin, menyebut…
0 notes
Text
Muhammadiyah: Asset 1000 triliyun, Tanah Wakaf 21 000 ha
Muhammadiyah Memiliki 21.000 Hektare Tanah Wakaf Slyika21 Desember, 2024, 20:25 Muhammadiyah Memiliki 21.000 Hektare Tanah Wakaf. Foto/Ist JAKARTA – Sebagai salah satu organisasi Islam terkaya, terbesar dan tertua di dunia, saat ini Persyarikatan Muhammadiyah memiliki total aset mencapai Rp1.000 triliun lebih. Selain itu juga memiliki aset berupa tanah wakaf yang tersebar di seluruh Indonesia…
#Berkemajuan#MuhammadiyahSumbar#MuhammadiyahSumbar al-Birr#MuhammadiyahSumbarPilkada#pwm-sumbar#UM Sumbar
0 notes
Text
Kuliah Umum di UM Sumatera Barat, Wamen Dikdasmen RI Fajar Riza Ul Haq Paparkan Peta Perjalanan Pendidikan Indonesia Menuju Indonesia Emas 2045
Humas UM Sumatera Barat – Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen) Fajar Riza Ul Haq memberikan kuliah umum di Universitas Muhammadiyah (UM) Sumatera Barat pada Jumat (13/12). Dalam kuliah umum yang berlangsung di Convention Hall Prof. Dr. H. Ahmad Syafi’I Ma’arif, M.A, Kampus I UM Sumatera Barat di Padang tersebut beliau memaparkan tentang “Peta Perjalanan Pendidikan Indonesia Menuju Indonesia Emas 2045”.
“Bicara mengenai peta jalan pendidikan Indonesia menuju Indonesia emas 2045, akarnya adalah apa yang dilakukan hari ini. Apa yang dipersiapkan dan dilakukan menuju ke sana. Saat ini masih butuh kerja keras luar biasa agar apa yang dicita-citakan tahun 2045 itu dapat terwujud. Jadi kita harus melakukan lompatan-lompatan di mana penyokongnya adalah pemerintah daerah dan provinsi, sementara penggeraknya adalah pemerintah pusat,” ujarnya.
Wamen menyororoti empat pilar utama yang harus diperbaiki dalam peta jalan pendidikan Indonesia. Pilar pertama adalah akses berkeadilan pada pendidikan, di mana semua anak Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang setara dan berkeadilan. “Saat ini akses anak untuk sekolah menengah sulit, sehingga banyak yang putus sekolah,” tuturnya.
Pilar kedua lanjut beliau, mutu pendidikan yang holistik, tidak hanya berfokus pada akses tetapi juga pada kualitas pendidikan. Di mana selain akses pendidikan yang sudah ada dan baik, akses tersebut juga harus bermutu dan berdampak positif untuk semua. Serta pilar kedua ini menjadi fokus utama Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen) dalam lima tahun ke depan.
“Pendidikan itu seharusnya bukan sekadar mengejar kecerdasan intelegensia, tetapi juga kecerdasan sosial dan spiritual. PR kita Kementerian itu di situ. Bagaimana meningkatkan pendidikan bermutu untuk semua. Pelajaran di sekolah membekas pada anak didik dan bisa membentuk karakter mereka,” paparnya.
Lanjut beliau, Pilar ketiga adalah relevansi pendidikan dengan tujuan pendidikan yang melibatkan analisis dan prediksi ilmu ke depan berdasarkan perilaku masyarakat dan perkembangan teknologi.
“Saat ini kita terlalu tergantung pada pendidikan teknis, padahal ke depan semua akan dihandel oleh mesin, dengan adanya Artificial Inteligence (AI). Untuk itu yang diperlukan bagaimana bisa berpikir lebih analitis dalam melihat persoalan yang rumit. Di mana pentingnya ada kemampuan untuk beradaptasi, dan perlunya memperkuat softskill. Tugas kita di Kementerian Dikdasmen menyiapkan regulasi bagaimana membentuk generasi yang adaptik,” terangnya.
Kemudian Pilar terakhir ungkapnya, tata kelola pendidikan yang akuntabel dan melibatkan masyarakat sebagai aktor pembangun pendidikan. Di mana lembaga pendidikan harus bisa membuka diri dengan melibatkan peran serta masyarakat. “Akuntabilitas lembaga pendidikan diperlukan, karena menyangkut kepercayaan, baik oleh orangtua maupun masyarakat,” pungkasnya.
Selain itu Wamen Fajar juga menekankan pentingnya pembangunan pendidikan karakter yang mencakup kecerdasan sosial, emosional, solidaritas dan spiritual. Beliau percaya bahwa mahasiswa, dosen, dan guru dapat berperan penting dalam memastikan anak-anak Indonesia menjadi generasi yang berguna dan bermanfaat bagi nusa dan bangsa.
Turut hadir pada kuliah umum tersebut Rektor UM Sumatera Barat Dr. Riki Saputra, M.A, Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi Ansharullah, Pjs Walikota Padang Andre Algamar, Ketua DPRD Sumbar Muhidi, Ketua PW Aisyiah Sumbar Syuariani, Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Barat Drs. Barlius, Direktur Bank Nagari, Kapolda Sumbar, Forkopimda dan stakeholder terkait lainnya.
Sumber: https://umsb.ac.id/berita/index/1671-kuliah-umum-di-um-sumatera-barat-wamen-dikdasmen-ri-fajar-riza-ul-haq-paparkan-peta-perjalanan-pendidikan-indonesia-menuju-indonesia-emas-2045
0 notes
Text
Struktur Organisasi Muhammadiyah
Struktur Organisasi ORGANISASI MUHAMMADIYAH Jaringan Kelembagaan Muhammadiyah:Pimpinan PusatPimpinaan WilayahPimpinaan DaerahPimpinan CabangPimpinan RantingJama’ah MuhammadiyahPembantu Pimpinan PersyarikatanMajelisMajelis Tarjih dan TajdidMajelis TablighMajelis Pendidikan TinggiMajelis Pendidikan Dasar dan MenengahMajelis Pendidikan KaderMajelis Pelayanan SosialMajelis Ekonomi dan…
View On WordPress
0 notes
Text
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KONTEKS GLOBALISASI DAN TANTANGAN ZAMAN MODERN
Pendidikan Agama Islam (PAI) memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter, moral, dan spiritual generasi muda. Dalam konteks globalisasi dan tantangan zaman modern, PAI menghadapi berbagai peluang dan tantangan yang harus direspons dengan bijaksana. Globalisasi dan Tantangan Nilai
Globalisasi membawa pengaruh besar pada berbagai aspek kehidupan, termasuk budaya, ekonomi, dan teknologi. Nilai-nilai global yang cenderung sekuler sering kali bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Tantangan ini menuntut PAI untuk:
Memperkuat Identitas Islam: PAI harus menanamkan pemahaman mendalam tentang nilai-nilai Islam yang universal, seperti keadilan, kasih sayang, dan kejujuran, agar peserta didik tidak kehilangan identitas di tengah arus global.
Membangun Toleransi dan Dialog: Mengajarkan peserta didik untuk hidup berdampingan secara harmonis dengan budaya lain tanpa kehilangan nilai-nilai keislaman. Revolusi Teknologi dan Digitalisasi
Era digital membuka peluang besar untuk menyebarkan nilai-nilai Islam, namun juga membawa tantangan berupa penyebaran informasi yang tidak valid, budaya konsumtif, dan penyalahgunaan teknologi. Solusi yang dapat diterapkan dalam PAI meliputi:
Pemanfaatan Teknologi: Mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran, seperti menggunakan aplikasi pendidikan, media sosial, dan e-learning untuk menyampaikan materi Islam secara kreatif.
Literasi Digital Islami: Membekali peserta didik dengan kemampuan memilah informasi sesuai dengan nilai-nilai Islam agar mereka tidak mudah terpengaruh oleh hoaks atau konten negatif. Perubahan Sosial dan Tantangan Moral
Zaman modern ditandai dengan pergeseran nilai sosial yang sering kali bertentangan dengan ajaran Islam, seperti individualisme, materialisme, dan krisis moral. Dalam konteks ini, PAI harus:
Menanamkan Akhlak Mulia: Membentuk karakter peserta didik dengan meneladani sifat-sifat Rasulullah SAW, seperti amanah, sabar, dan empati.
Membangun Kesadaran Sosial: Mengajarkan pentingnya tanggung jawab sosial, seperti zakat, sedekah, dan kepedulian terhadap lingkungan. Pendidikan Multidimensi
PAI harus dikembangkan menjadi pendidikan multidimensi yang tidak hanya fokus pada aspek spiritual, tetapi juga intelektual, emosional, dan sosial. Strategi yang dapat dilakukan meliputi:
Pendekatan Kontekstual: Mengaitkan ajaran Islam dengan isu-isu global seperti perubahan iklim, keadilan sosial, dan hak asasi manusia.
Pendidikan Inklusif: Mengajarkan nilai-nilai Islam yang relevan untuk semua kalangan, sehingga PAI menjadi inklusif dan diminati oleh peserta didik dari berbagai latar belakang.
Kolaborasi Antar Elemen Untuk menghadapi tantangan zaman modern, PAI tidak dapat berjalan sendiri. Dibutuhkan kerja sama antara pemerintah, lembaga pendidikan, keluarga, dan masyarakat untuk:
Pengembangan Kurikulum: Menyusun kurikulum PAI yang relevan dengan kebutuhan zaman.
Pelatihan Guru: Meningkatkan kompetensi guru agar mampu mengajarkan Islam dengan metode yang inovatif dan relevan.
PAI di era globalisasi dan modernitas memiliki peran yang strategis dalam membentuk generasi berkarakter Islami yang mampu menjawab tantangan zaman. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan modern, memanfaatkan teknologi, dan memperkuat kolaborasi, PAI dapat menjadi solusi dalam menciptakan masyarakat yang bermoral, toleran, dan berkemajuan.
Referensi :
Ahmad Tafsir. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
Hasan Langgulung. Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan. Jakarta: Al-Husna.
Anwar, M. Syafii. “Pendidikan Islam dan Tantangan Globalisasi.” Jurnal Pendidikan Islam, Universitas Islam Negeri (UIN).
Hamzah, A. R. “Integrasi Teknologi dalam Pendidikan Agama Islam.” Jurnal Ilmu Pendidikan Islam.
1 note
·
View note
Text
Konsep "Unggul dan Masagi" SMK Pasundan 3 Kota Cimahi Menyelaraskan IPTEK dan IMTAQ
SAMBAS NEWS – SMK Pasundan 3 Cimahi yang beralamat di jalan Melong Raya No. 3 Kecamatan Cimahi Selatan sebagai salah satu sekolah dengan Akreditasi A (UNGGUL) dengan sertifikat BNSP untuk setiap lulusannya. Sekolah ini dibawah binaan Yayasan Pendidikan Dasar dan Menengah (YPDM) Pasundan telah dianugerahi oleh Kemdikburistek sebagai SMK berkemajuan terbaik berdasarkan rapot mutu pendidikan selama…
0 notes
Text
Manusia dewasa (yang dilihat dari bilangan usia), ternyata belum tentu dewasa dari segi pikiran dan rasa.
Keterbelengguan berulang pada suatu kondisi tidak berkemajuan, mungkin itu jadi salah satu akibatnya.
Tersebab kesulitan membuka diri pada mendengar pendapat orang lain, ketidakmampuan melihat perbedaan, dan ketidakterampilan dalam menyaring segala sesuatu; ambil sebanyak - banyaknya kebaikan, dan buang segala hal buruk yang tidak sejalan dengan nilai yang kita percayai.
Ternyata, selama kita masih memegang teguh ke-"aku"-an, akan sulit sekali kita memahami, bahwa di dunia ini tidak hanya ada "aku", tidak hanya ada "golongan kita". Ada juga mereka, yang bisa kita jadikan guru dalam kehidupan kita.
Pergilah melanglang - buana, menjelajah semesta, mengais ilmu-ilmu yang terserak begitu banyak. Ikatlah menjadi hikmah. Jagalah dengan iman.
0 notes