#Beasiswa Pesantren tingkat SMA
Explore tagged Tumblr posts
Text
https://wa.me/6285183003060, pondok pesantren tahfidz di jawa timur pondok pesantren tahfidz di malang pondok pesantren tahfidz di dekat jombang pondok pesantren tahfidz di dekat sidoarjo pondok pesantren tahfidz di dekat SMPN 10 Malang
THOLABIE Classic Internasional Boarding School Jl. KH Malik Dalam RT 01 RW 07 Dsn. Buring Kedungkandang Kotamadya Malang (Diatas Perumahan Citra Garden City) Fast Respond 0852-3659-3689
pesantrentahfidzmalang
pesantrentahfidzkotamalang
pesantrentahfidzdifabelbazis
pesantrentahfidzkotamlg
pesantrentahfidzcibstholabie
pesantrentahfidzdimalang
pesantrentahfidzdijawatimur
pesantrentahfidztholabiecibs
pesantrentahfidzenterpreunertholabiecibs
pesantrentahfidztholabiecibs
0 notes
sazzadiyatan · 1 year ago
Text
Haru
kalau  dulu punya uang ayah juga bakal sekolahkan kamu di sekolah bagus, biar kamu mendapatkanpendidikan terbaik, apalah waktu itu ayah cuma mampu menyekolahkan disana
ayah dengan muka datarnya 2023
semakin dewasa aku menyadari ternyata menjadi orangtua merupakan sebuah tanggungjawab yang begitu besar, semakin melihat sekitarku baik saudara, teman seumuran yang sudah banyak berada pada fase memilihkan tempat pendidikan terbaik untuk buah hati mereka.
didukung posisiku sebagai pendidik, pernah disuatu hari aku bercerita ke ayah bagaimana semakin mahalnya dana pendidikan yang dikeluarkan oleh banyak orang, dan di saat itu aku masih merasa apakah memang seharusnya perlu menyekolahkan anak dengan dana sebanyak itu di tingkat Taman kanak kanak.
dengan wajah datarnya ayah mengatakan “siapa sih yang gak mau anaknya dapat sekolah terbaik, apalagi dia mampu, dulu kalau punya uang ayah juga pingin kamu mendapatkan pendidikan terbaik di sekolah yang bagus, tapi ayah waktu itu cuma mampu menyekolahkan kamu disana”
aku terdiam mendengarnya, mungkin aku belum berperan menjadi orangtua saat ini, sehingga aku berstatement demikian, mungkin saja nanti akan berubah jika Allah mentakdirkan aku menjadi orangtua, bahkan saat mendengar perkataan ayah tersebut aku mengaminkan dalam hati.
dahulu  saat  setingkat SD ayah menyekolahkanku di madrasah yang memiliki yayasan untuk membantu anak yatim dan kurang mampu, kata ayah dibanding dengan lainya sekolah tersebut tergolong terjangkau biaya pendidikanya, kata ayah juga madrasah tersebut memperbolehkan para wali murid menunggak membayar spp jika belum mampu membayar. didukung lagi saat tahun 2000an madrasah tempatku bersekolah sudah memiliki program fullday yang saat itu hanya sekolah sekolah bagus dengan biaya mahal yang memilikinya.
tapi aku bersyukur dengan pilihan ayah, dengan upayanya waktu itu ayah mampu menyekolahkanku di madrasah, Taman Pendidikan Al-qur’an, memberikanku les tambahan saat kelas 5 dan 6, memasukkanku ke pesantren hingga sanggup membawa gelarku hingga detik ini.
mungkin kalau ayah tahu akan ada drama saat aku menyelesaikan sarjana pasti akan memperbolehkan aku kemana saja waktu itu, sehingga aku tidak akan membenci kota kelahiranku sendiri, Qodarullah wa maa shaa Faala.
pengalaman serupa juga diceritakan rekan kerja yang duduk di sebelah mejaku, katanya dia dulu ingin masuk SMA favorit di kota kami, namun dengan pertimbangan biaya adik-adiknya sang ibu memintanya untuk sekolah di dekat rumah saja dengan biaya transportasi dan uang saku yang mampu untuk dibayarkan biaya sekolah adik adiknya. lalu aku berkaca kaca mendengan selorohanya
kayaknya orangtua kita juga pengenya dan maunya kita kuliah ke luar negeri us, ciputra misalnya,  atau kemanapun kita mau, setidaknya kita punya privilage yang tidak semua orang memilikinya, dan orangtua kita masih mengusahakanya.
ternyata memang menjadi orangtua tidak mudah, terimakasih ayah ibuk yang sudah memberikan pendidikan terbaik untukku, meski ada luka pengasuhan yang aku rasakan hingga detik ini--maafkan anakmu yang belum bisa mendapatkan beasiswa untuk bisa kuliah dengan gratis , maafkan belum bisa membanggakan, maafkan juga aku yang masih menjadi beban pikiran kalian. entah berapa materi yang sudah kalian keluarkan untuk pendidikanku dan sampai saat ini kalian tidak meminta apapun kecuali agar aku tetap menjaga sholat fardhu, tahajud dan puasa sunnah
terimakasih sudah bersabar dengan anakmu yang masih menjadi manusia manusia biasa hingga detik ini :)
Gresik, 27 Juli 2023 dengan air mata terbendung menuliskannya
Sazzadiyatan
25 notes · View notes
elstorysblog · 3 years ago
Text
Essay Diri
Nama saya Laras Wiranti. Saya lahir pada 12 Juni 1997 di sebuah kota yang dijuluki kota BERIMAN yang berarti Bersih, Indah, Manfaat, Aman, dan Nyaman di Provinsi Jawa Tengah Kabupaten Kebumen. Saya dlahirkan dari keluarga yang sangat bahagia dari pasangan suami istri yang sakinah mawadah warohmah, yang sangat menyayangi anak- anaknya. Saya memiliki satu kakak laki- laki dan satu adik laki- laki.
Masa kecil saya tinggal dalam sebuah rumah kontrakan yang sederhana di sebuah desa. Kehidupan berjalan begitu saja, ketika saya kelas lima SD saya baru menempati rumah sendiri yang cukup sederhana dengan dua tempat tidur, satu kamar mandi, dapur, ruang tamu, garasi, beserta ruang kleuarga untuk sekedar menonton televisi bersama. Itu merupakan hal yang bahagia bagi kami sekeluarga, dimana tidak menghuni rumah orang lain lagi.
Saya menjalani pendidikan dari TK sampai kuliah. Masa TK saya begitu menyenagkan dengan pengalaman selama dua tahun bersama teman- teman saya yang menyenangkan dengan ditemani kakak saya dan temannya selama satu tahun.
Masa SD sampai SMA saya cukup membanggakan dengan membuktika masuk peringkat 10 besar. Pada waktu SD saya telah mengikuti beberapa lomba di antaranya Lomba Cerdas Cermat tingkat Kecamatan dengan predikat Juara 3, dan beberapa event Lomba PRAMUKA. Masuk SMP saya mengikuti lomba Cerdas Cermat tingkat Kabupaten dengan tidak meraih predikat Juara, serta lomba Olimpiade Matematika juga tidak membawa harapan yang baik. Masuk waktu SMA mengikuti lomba Olimpiade FISIKA yang diselenggarakan oleh UNNES dengan kegagalan dalam tahap seleksi.
Dari pengalaman pendidikan yang pernah saya jalani, hal yang paling menyenangkan masa SMA. Masa SMA merupakan masa yang paling berharga, dimana saya memiliki berbagai pengalaman yang baru dalam hidup saya. Masa pertama saya waktu SMA saya terpilih sebagai Wakil Ketua Kelas, yang menurutku itu merupakan sebuah hal yang baik dimana saya sering menjalani memimpin dalam pembukaan doa dalam setiap awal pembelajaran untuk menggantikan Ketua Kelas yang sibuk dengan aktifitas PASKIBRAKA. Selain itu, saya juga mengalami yang namanya Pondok Pesantren untuk pertama kalinya dengan waktu selama satu bulan. Pengalaman di Pondok sungguh menyenangkan dimana saya ditemani oleh orang- orang yang diridhoi oleh Allah SWT yang begitu baik terhadap saya. Ketika SMA saya menjalani beberapa ekstrakuruikuler diantaranya SILAT dan PRAMUKA, dimana saya menemukan beberapa teman yang sangat luar biasa dalam hidup. Dalam ekstrakurikuler silat SITEKI TERATAI, menambah pengalaman bagi saya cara melindungi diri sendiri, begitu pula dengan PRAMUKA yang mengajariku berlindung dengan alam, menjadikan pribad yang kuat dan tangguh. Memasuki kelas atas saya memutuskan untuk kos selama hampir dua bulan lamanya. Menurut saya, kos dan pondok tidak jauh beda. Dalam kos, saya memiliki adik kos yang menyenangkan bagiku. Hal yang begitu menyenangkan dalam hidup ketika memiliki banyak teman.
Setelah menjalani masa- masa sekolah yang begitu menyenangkan. Selanjutnya, saya menjalani kehidupan nyata yang beradaptasi dengan lingkungan baru dari orang yang
berbeda – beda. Saya memutuskan untuk melanjutkan kuliah di perguruan tinggi bernama Universitas Jenderal Soedirman di Purwokerto. Dengan restu kedua orang tua, saya diterima di jurusan Teknik Informatika. Saya sangat bersyukur diterima dengan mengalahkan beribu- ribu orang yang telah mendaftar, saya terpilih dengan jalur tertulis SBMPTN.
Masa kuliah bagiku, tidak terlalu buruk. Saya mengikuti dua organisasi dan beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang mengesankan. Organisasi SALMAN dan HIMATIF merupakan organisasi yang berbeda yang pernah saya jalani. Dalam organisasi SALMAN yang merupakan organisasi kerohanian bagi umat muslim yang ada. Dalam organisasi, ini saya telah banyak diberikan pembelajaran yang begitu berharga dalam hidup dimana telah dipertemuakan dengan orang surga yang ada. Aku sangat beruntung sekali. Setelah itu, organisasi HIMATIF yang begitu menyenangkan juga selama satu tahun lalu, dan aku melanjutkan kembali dengan jabatan yang sama sebagai Kreasi dan Usaha yang menjalani cara bagaimana menghasilkan uang untuk mengisi kas HIMATIF jika ada event yang diadakan. Selain itu pula, saya menjalani ekstrakurikuler futsal yang begitu melelahkan yakni sebagai kiper dalam kegiatan futsal tersebut. Walaupun saya sering kemasukan boa, tapi teman saya terus memberikanku semangat. Itulah merupakan hal yang sangat berharga dariku. Betapa beruntungnya aku, mengikuti kegiatan yang beraneka ini. Hal yang paling mengesankan lagi yakni acara PORTI, yaitu Pekan Olahraga Teknik Informatika, saya mengikuti lomba catur, dan alhamdulillah sering saya membawa piala catur juara satu dalam ajang tersebut secara beruturut- turut. Bagiku, aku hanyalah orang yang beruntung. Walaupun, banyak kegiatan lain saya lebih mengutamakan kegitan akademik, sebagai seorang mahasiswa. Saya harus menjalani kegiatan belajar yang baik dan harus pintar membagi waktu yang ada. Saya berharap saya bisa lulus dengan IPK yang tinggi dan tepat waktu supaya bisa membuat bangga kedua orang tua dan masyarakat Indonesia bangga. Sungguh saya sangat bersyukur, bisa kuliah dengan beasiswa BIDIKMISI yang ada. Saya berharap setelah lulus, saya bisa berguna bagi nusa dan bangsa sebagai balas jasa atas yang mereka berikan kepada saya.
Demikian deskripsi singkat mengenai diri saya, saya selalu memperbaiki kekurangan yang ada dalam diri saya, dan tidak menjadi kekurangan yang ada dalam diri saya sebagai suatu halangan untuk bisa lebih baik. Semoga saya bisa menjadi orang yang berhasil dan membanggakan bagi keluarga, bangsa, dan Negara ini.
2 notes · View notes
fazzams · 4 years ago
Text
Kenapa Saya Kembali Menekuni IT (Software Developer)
Tumblr media
“Kamu salah milih jurusan, zam, nyasar.” kata teman kuliah ku dulu.
“Lho, kok ini prestasimu malah banyak di bidang IT,” Kata seorang dosen wali ketika melihat CV ku.
“Sarjana Ekonomi Islam kok profesinya web publisher?” Kata seorang admin melihat formulir pengajuan KTA salah satu ormas Islam yang iseng-iseng ku submit.
Pertanyaannya justru kenapa saya ngambil S1 Ekonomi Syariah dan bahkan berlanjut hingga S2. Padahal sejak kelas 1 SD memang passionate sama IT. 
Well, ceritanya panjang dan agak absurd. Dan takkan kuceritakan kali ini. Di semester awal pernah bahkan benar-benar menyesal dan mempertanyakan diri sendiri, walau pada akhirnya lulus dan sedikit menyesal. Tetapi sekarang sudah tidak lagi, karena semuanya seperti mulai make sense.
Beberapa bulan ke depan saya ikut sebuah bootcamp (training), untuk kembali belajar skilset yang merupakan bagian dari IT, khususnya software engineering. Saya belajar web development, wordpress development, python, beberapa front-end language seperti HTML, CSS dan Javascript, some PHP, SQL, data analytics, hingga data science.
Ngapain masih ngejar IT? Banting Setir?
0. Seperti yang saya sudah bilang, saya memang punya passion IT sejak kecil.
1. Sebenarnya saya sudah memegang web design 13-14 tahun lalu, sejak SMP, yang kala itu masih langka sekali. Software yang dipakai waktu itu adalah Microsoft Frontpage dan Macromedia Dreamweaver, yang kemudian diakuisisi oleh Adobe. Dua kali ikut lomba pas SMP, satu kali menang. Salah satu anggota tim sekarang beneran jadi programmer, satu lagi wafat, satu lagi nyasar ke ekonomi syariah.
2. Waktu SMA udah narget ingin ikut Olimpiade IT. Orang tua saya membelikan laptop (kala itu masih jarang banget siswa pakai laptop). Langganan Majalah Komputer. Tapi, ternyata, saya tidak lolos seleksi masuk tim SMA, karena kemampuan Matematika saya kurang. Benar-benar pukulan keras kala itu. Sejak itulah saya agak minder, tak lagi bermimpi macam-macam. Bahkan berpikir untuk kuliah di jurusan IT di PTN top saja sudah kurang yakin. Meski begitu masih sempat juga membawa SMA juara cerdas cermat IT di tingkat kota.
3. Ketika S1 saya belum sepenuhnya melupakan minat tersebut, meski tidak pernah lagi mempelajarinya secara mendalam. Pada tahun 2015 saya mengikuti lomba blog ekonomi Syariah dan membuat artikel tentang Platform Crowdfunding Syariah (dulu masih jarang), itupun juga berhubungan dengan IT. Saya mengerjakan tugas akhir juga memakai metode machine learning, itupun juga IT. Bahkan sempat pengen lanjut S2 di bidang IT.
4. Memang, tentu saja saya tidak lanjut S2 IT. Pengennya tetap lanjut ekonomi syariah karena pengan jadi Dosen. Karena passion lainku adalah mengajar. Meski begitu saya juga tidak jadi. Saya malah milih belajar Digital Marketing di sebuah pesantren di tengah kampung di kabupaten yang saya tak pernah datangi, yaitu Sintesa, Magetan. Selama setahun. Lagi-lagi temanku mempertanyakan pilihan anehku.
5. Mulai dari sana sampai lulus tahun 2017, lalu sampai tahun 2018, saya fokus berprofesi sebagai digital marketer. Di tahun tersebut jugalah lahir muamala.net, website media ekonomi syariah. Hal tersebut tidak ringan, karena menjadi digital marketer itu naik turun juga.
6. Pada tahun 2019 saya akhirnya bisa menjalani mimpi saya, yaitu lanjut S2 di UGM, meski awalnya ingin lanjut di luar negeri. Dan meski banyak mengorbankan hal lainnya termasuk pekerjaan.
Udah gitu ngapain belajar skillset di atas lagi? Coding? Web development? Ga nyambung.
1. Memang sekilas ngga nyambung. Tapi kl saya ngga ada skill di sana (meski sekarang pas2an) dan skill SEO, mungkin ngga ada web muamala.net, yang terhitung saat ini telah dibaca oleh 3 juta pengunjung.
2. Web muamala.net dan proyek digital marketing lagi turun baik karena efek algoritma ataupun covid. Dan karena kesibukan kuliah, masalah hati & kesehatan mental, saya tak bisa terlalu banyak mengurusinya. Belum lagi digital marketing itu butuh waktu dan modal, tetapi hasilnya sebagai bisnis pada umumnya, yaitu tidak pasti.
3. Waktu S2 ku tak lama lagi, dan saya tidak bisa berharap kepada yang belum pasti, oleh karena itu saya berusaha menciptakan kepastian dengan ikut coding bootcamp.
4. Yang saya kejar adalah agar bisa remote work keluar negeri, karena potensi pendapatannya cukup besar. Anda hidup di Indonesia dengan biaya Indonesia, tetapi digaji dengan standar upah dollar.
5. Berkerja di bidang ini tak mengharuskan Anda lulusan IT, punya koneksi, atau bahkan pengalaman kerja. Kuncinya cuma satu: portofolio.
Apakah ga nyambung?
Memang, sebenarnya saya awalnya juga berpikir begitu. Merasa melakukan hal yang berbeda dunia. Yang akhirnya tidak ada yang maksimal. Tetapi kini saya seperti menemukan titik temunya, entah disebut irisan atau titik yang bersambung. Menjadi hal baru yang unik.
1. Web development jelas akan menunjang web muamala ku ke depannya.
2. Jasa web development juga akan mengasah skill bisnisku.
3. Berkerja remote keluar negeri juga mengasah pengalaman paparan internasionalku (penting jika jadi akademisi ke depan)
4. Belajar coding bahasa seperti python sangat bermanfaat buat ilmu ekonomi, keuangan atau manajemen, karena bahasa tersebut saat ini lumrah digunakan untuk penelitian, baik data analytics ataupun data science.
5. Pendapatan dari remotework tersebut juga bisa digunakan untuk lanjut S3 suatu saat, jika tidak mendapat beasiswa. Bahkan, karena remote bisa berkerja sambil lanjut kuliah.
Dan mencampur adukkan beberapa bidang keilmuan ini menjadi tren di dunia kerja dan bisnis sekarang. Untuk lebih jelasnya Anda bisa searching “Generalist Vs Specialist karya David Epstein”.
Lha, katanya pengen jadi dosen?
Ya memang, tapi:
1. Bagiku menjadi dosen bukanlah untuk profesi atau mencari rezeki, tapi mengajar, bagiku adalah passion. Apalagi mengajar ekonomi syariah, sekalian dakwah, yakan. Untuk mencari cuan saya mencari di luar itu.
2. Kesempatan menjadi dosen bukanlah hal yang bisa dipilh kapan saja dan di mana saja. Untung-untungan. Padahal saya tidak mempertimbangkan menjadi dosen kecuali di 3 kota yaitu, Balikpapan, Samarinda, Jogja. Tentu lowongan untuk jadi dosen di sana tidak selalu ada.
3. Daripada nunggu yang tidak pasti tentunya kita melakukan hal yang pasti terlebih dahulu.
4. Dengan belajar python for data analytics dan data science saya tetap bisa melakukan penelitian meski, misal, belum jadi akademisi.
5. Pada akhirnya semua mengalami konvergensi, dan menciptakan sesuatu yang baru dan unik.
Begitulah kira-kira alasan saya kembali menekuni dunia IT, khususnya coding. Sebenarnya tulisannya lebih untuk diri saya sendiri, agar saya selalu ingat dan bersemangat. Karena terkadang saya merasa ragu dan sendiri menjalani jalan yang campur-campur ini. Terkadang seperti kehilangan jati diri, apalagi ketika membandingkannya dengan orang-orang sekitar.
Belum lagi 3 bulan di akhir 2020 ini saya juga harus garap tesis, sehingga benar-benar full menghabiskan seluruh waktu dan pikiran saya. Bahkan sudah tidak mikir apa-apa lagi. Kegiatan sosialpun banyak tereduksi (meski covid membuatnya normal).
Sing penting luruskan niat dan bismillah.
*Sekilas biaya bootcamp
Berikut ini adalah beberapa cuplikan biaya dari bootcamp coding yang diadakan oleh gl*nts.id dan h*cktiv8:
Tumblr media Tumblr media
Ya agak gila emang. Tetapi setidaknya saya mendapatkan jalur yang lebih ekonomis yang mengeluarkan biaya sekitar 4,5 juta atau hampir 1/5 atau 1/10 biaya di atas. Tapi tentu ada harga ada kualitas, di samping ikut bootcamp saya harus rajin belajar mandiri dari sumber gratisan lainnya.
11 notes · View notes
tashwirul · 4 years ago
Text
Bertahan Hidup Sebagai Mahasiswa
Pada tahun 2014, setelah saya diterima SIMAK UI, ayah mengajak diskusi dan merekomendasikan saya untuk kuliah di UGM saja. Waktu itu saya sudah diterima di UGM melalui SBMPTN dan bahkan sudah daftar ulang. Alasannya masuk akal, saya memiliki kakak yang ketika itu masih menjadi mahasiswa aktif di UGM dan ayah merasakan sendiri bahwa biaya kuliah di Jogja itu relatif lebih terjangkau, bahkan lebih murah daripada ketika kakak saya masih SMA. Saya bisa memahami itu, apalagi kakak saya adalah mahasiswa Bidikmisi yang biaya kuliah dan uang bulanannya ditanggung oleh negara, sementara saya bukan. Saya sudah daftar ulang di UGM dan mendapat besaran UKT 1 juta rupiah per semester, belum termasuk biaya hidupnya. 
Ayah saya adalah seorang mantan kepala desa. Sejak purna jabatan pada tahun 2008 sampai sekarang, praktis beliau tidak punya penghasilan tetap. Baik ayah maupun ibu, keduanya lulusan SMA. Di keluarga kami, kakak saya yang mahasiswa Bidikmisi di UGM adalah orang pertama yang kuliah. Itupun ayah saya awalnya sangat takut untuk mengizinkan kakak kuliah, lagi-lagi dengan kendala finansial yang bisa dimaklumi. Ayah terlihat sangat senang dan lega ketika kakak mendapat Bidikmisi, katanya baru merasakan sendiri ternyata beasiswa kuliah gratis itu memang ada. Sementara dalam bayangan ayah, UI berada di kelas yang berbeda. Lokasinya di Ibukota Negara, di kota metropolitan yang serba mahal, berisikan anak-anak orang kaya yang membawa mobil ke kampus, tentu membuat ayah cukup gentar untuk mengizinkan saya memilihnya. UI adalah mitos bagi keluarga kami saat itu. Saya punya sepupu yang menjadi mahasiswa UI, tetapi orang tuanya memang punya bisnis dengan omset puluhan hingga ratusan juta rupiah. Saya adalah anak kedua dari lima bersaudara, masih banyak adik-adik yang harus ditanggung biaya sekolahnya, sehingga kekhawatiran ayah sangat bisa saya mengerti.
Saya ingat, ketika saya sedang senang-senangnya mendapat pengumuman SIMAK UI, ayah justru tampak gusar. Ia berbicara pada ibu agar membujuk saya memilih yang di UGM saja. Tapi untungnya ibu berada di pihak saya. Sebagai seseorang yang belum pernah merasakan kuliah, ia sangat ingin anak-anaknya bisa kuliah di universitas ternama. Tiga kampus yang selalu disebut-sebut ibu adalah UI, ITB, dan UGM. Berhubung kakak sudah di UGM, ia ingin agar saya ke UI. Saya berusaha meyakinkan ayah dan memaparkan alasan mengapa ingin merantau sendiri ke Jakarta. Misalnya, saya ingin belajar hidup mandiri, tidak bergantung terus pada orang lain, dan juga UI adalah kampus impian saya sejak SMA. Hasil dari perundingan itu, ayah akhirnya merestui rencana studi saya sambil mewanti-wanti “Tapi kamu harus siap kalau sewaktu-waktu harus menahan lapar dan menahan sakit. Jangan sering mengeluh dan merengek. Harus mandiri dan kuat.” tentu saya siap akan hal itu.
Di awal-awal masa kuliah, ternyata saya benar-benar mengalami kesulitan itu. Yang paling terasa, waktu itu saya masih memakai hp jadul, belum punya ponsel android sehingga tidak bisa bergabung ke grup kelas dan grup angkatan yang kebanyakan dibuat di aplikasi LINE dan Whatsapp. Saya sering tertinggal informasi tugas, terutama yang berkaitan dengan ospek dan kuliah. Di semester satu, saya juga sering hanya makan sekali sehari, spesifiknya setiap setelah maghrib, untuk menjamak sarapan dan makan malam. Saya membeli nasi putih, tahu atau tempe, dan sayur di kantin asrama, lalu makan sendirian di kamar karena malu. Suatu kali saya makan sambil menangis karena bosan dengan menunya, tetapi tidak ada pilihan lain. Semua lowongan pekerjaan mengajar bimbel saya coba, tapi tidak pernah tembus karena kebanyakan mensyaratkan IPK tertentu yang baru akan keluar di akhir semester. Pernah sekalinya dapat job tutor privat, lokasinya di Jakarta Utara. Sangat jauh dari lokasi saya yang berada di Depok. Itupun tetap saya ambil karena memang butuh uang, meski dapatnya tak seberapa karena banyak habis untuk transport.
Oh iya, awalnya saya adalah mahasiswa reguler di UI, dengan UKT 500.000 per semester. Itu masih terasa sangat berat karena belum termasuk uang asrama dan uang makan sehari-hari. Karena itu, saya hanya makan sekali atau dua kali sehari dan tidak pernah jajan di kampus untuk menghemat uang kiriman dari orang tua. Saya pernah berjualan donat dan gorengan untuk diri sendiri, walaupun kalau ditanya teman, saya bilang untuk danus kepanitiaan yang saya ikuti. Saya pernah jualan aqua di CFD, karena setiap akhir pekan banyak masyarakat Jabodetabek yang berolahraga di UI. Banyak usaha yang pernah saya coba di tahun pertama. Sampai akhirnya di pertengahan tahun ada pengumuman ketersediaan kuota Bidikmisi gelombang dua. Saya segera mendaftar, melengkapi berkasnya, dan alhamdulillah lolos. Tetapi uang bulanan beasiswa ini baru saya terima di awal tahun kedua.
Di semester kedua, saya sudah tidak perlu membayar uang kuliah lagi. Saya juga menerima bantuan biaya hidup sebesar 3.600.000 untuk satu semester. Uang ini syukurlah sangat membantu, walaupun masih belum cukup. Karena untuk tinggal di asrama saja, yang relatif paling murah di sekitar UI, sudah menghabiskan 300.000, setengah dari uang bulanan Bidikmisi. Setelah mendapat beasiswa ini, akhirnya saya bisa membeli ponsel android dan bisa berkomunikasi dengan lancar. Saya juga membeli sepeda yang saya gunakan untuk berangkat ke kampus sehari-hari. Kiriman dari orang tua mulai berkurang, meskipun sesekali saya masih meminta kalau benar-benar terpaksa. 
Saya baru bisa lepas dari kiriman orang tua pada tahun 2016, semester 5. Di UI bukan hal yang aneh kalau satu mahasiswa menerima lebih dari satu beasiswa. Saya saat itu memperoleh beasiswa kepemimpinan, sehingga mendapat fasilitas tempat tinggal, makan dua kali sehari, dan uang bulanan sebesar 1.000.000 rupiah. Kondisi keuangan menjadi semakin stabil dan membaik. Saya di kemudian hari juga mendapat proyek menjadi panitia acara yang diadakan oleh DPR RI. Kegiatan itu membuat saya menerima uang 5.000.000 pertama yang saya pegang langsung. Sebagai mahasiswa tahun awal, tentu senang sekali rasanya. 
Di tahun-tahun berikutnya, kondisi ekonomi menjadi semakin meningkat. Setelah punya banyak kenalan, saya jadi sering mendapat kerja-kerja sampingan yang sebenarnya tidak bisa saya lakukan. Misalnya, saya pernah ditanya “Bisa desain atau tidak?”, saya jawab “Bisa” meskipun sebenarnya belum. Lalu dengan waktu yang sesingkat-singkatnya, saya belajar secara otodidak dan berhasil mendapat proyek tetap untuk content writing dan graphic design, yang membuat saya rutin mendapat 3 sampai 5 jutaan. Saya juga mengajar privat intensif UN SMA dan tinggal di rumah siswa tersebut selama masa persiapan UN. Setiap ada kesempatan untuk menambah uang jajan, misalnya dengan menjadi penunggu ujian, saya selalu mendaftar. 
Di tahun ketiga, saya aktif di organisasi kemahasiswaan tingkat universitas. Bahkan menjadi ketua lembaga tingkat universitas di tahun keempat. Saat itu sudah banyak pintu-pintu rejeki sampingan. Saya rutin diundang menjadi pembicara seminar, talkshow, dan diskusi baik di dalam kampus, di kampus lain, sampai keluar kota. Terkadang panitia hanya memberi sertifikat, bingkisan jajanan atau buah, dan barang-barang cinderamata. Terkadang pula ada yang memberikan uang. Saya tidak pernah memasang tarif tertentu apalagi meminta bayaran, tetapi Tuhan selalu punya cara untuk berbagi rejeki. Ada yang memberi 100.000, 500.000, sampai 750.000. Rekor yang paling mahal, saya pernah diberi 3.000.000 untuk bicara satu sesi seminar selama 30 menit. Lagi-lagi lewat jalan yang tidak terduga.
Di tahun keempat dan kelima, sebenarnya kondisi ekonomi sudah stabil. Posisi saya waktu itu memungkinkan saya mendapat honor setiap menghadiri rapat di kampus. Tetapi itu terbagi-bagi untuk menghidupkan organisasi saya (karena tidak mendapat operasional dari kampus), pengeluaran organisasi yang sering mendadak (bahkan pernah uang kiriman Bidikmisi saya berikan seluruhnya untuk proker organisasi karena tidak ada honor rapat), bayar kuliah (beasiswa hanya menanggung selama 4 tahun), uang makan, uang kost, dan lain-lain. Waktu itu, orang tua meminta tolong, kalau bisa, agar saya menanggung uang bulanan dan sekolah adik saya yang masih SMP di pesantren. Ternyata saya sanggup melakukannya sampai saat ini (setelah hampir tiga tahun). Saya berkesempatan untuk bekerja sebelum lulus, dengan gaji yang cukup. Serta beberapa kali mengerjakan proyek-proyek yang membuat saya mendapat honor 30 - 40 juta untuk saya sendiri dalam waktu satu atau dua bulan. Ibaratnya, saya sudah pernah merasakan makan sekali sehari dan menahan lapar seharian, sampai merasakan beli baju, sepatu, elektronik, atau makanan di mall tanpa memikirkan harganya. Ada momen juga ketika saya jadi semacam OKB yang menghabiskan belasan juta sebulan karena terlalu sering jajan dan makan di mall.
Sekarang saya sudah lulus. Tentu ada keinginan untuk lanjut mengerjakan kegiatan-kegiatan semacam itu. Apalagi saya mulai memikirkan menyicil rumah, investasi, dan sebagainya untuk masa tua. Praktis, saya sangat ketat mengatur pengeluaran bulanan saya. Tetapi saya sekarang punya priotitas lain untuk membangun karir sebagai akademisi. Saya tengah secara rutin berkonsultasi dengan profesor di luar negeri untuk proposal thesis S2 di kampusnya. Saya sudah mendapat LoA dan sedang menunggu pengumuman beasiswa untuk pendanaannya. Mungkin nanti, setelah saya menyelesaikan program Doktor, saya akan belajar “mencari uang” lagi. Sebagai anak yang berasal dari orang tua yang tidak pernah kuliah, saya jauh lebih berkeinginan untuk menjadi seorang profesor daripada profesi lain. Untuk sementara, asalkan cukup untuk biaya sehari-hari, menyekolahkan adik, dan rutin menabung, saya sudah bersyukur.
Saya jadi ingin bercerita ini karena di sebuah grup WA bersama para senior, mereka sedang mengingat-ingat susah payahnya dulu. Di tengah masa UTBK dan registrasi ulang mahasiswa baru, saya jadi teringat bagaimana dulu sulitnya mengawali kehidupan di kampus. Tahun 2014 ketika saya menyusun rencana untuk melanjutkan studi, saya punya banyak sekali halangan finansial. Tetapi alhamdulillah, pelan-pelan, satu per satu akhirnya membaik. Semoga siapapun adik-adik dari daerah yang saat ini banyak rintangan dan kekhawatiran, mau tetap memegang teguh mimpinya dan berjuang mewujudkan itu. Terus semangat dan sehat selalu***
Depok, 2020
8 notes · View notes
alviadawiyyah-blog · 5 years ago
Photo
Tumblr media
Wallahi saya sangat bersyukur.
2017 saya mengambil keputusan untuk melanjutkan study saya STIIQ Al-Multazam, padahal usia saya saat itu sudah lebih dari kepala dua sehingga cemoohan dan kata-kata yang mematahkan semangat tapi tujuan saya Allah dan menjunjung tinggi Al-Qur’an. Dan Alhamdulillah sampai detik ini saya masih bertahan dan tentu sebentar lagi akan menyelesaikan kuliah.Doakan teman-temansemoga ilmu dan hafalan saya di ridloi oleh Allah dan akan bermanfaat sampaikita menghadap Rabb kita. Aamiin,,,, biar gak kepo apasih STIQ Al-Multazam,,, yuk dibaca dan kunjungi link-linknya...
PROFIL STIQ ALMULTAZAM
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa dan atas dorongan rasa cinta tanah air serta rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap perkembangan dan kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara, Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Al Multazam Husnul Khotimah telah membulatkan tekad dan berkomitmen turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa dengan mendirikan perguruan tinggi, yang sekarang bernama Sekolah Tinggi Ilmu Al Quran  Al Multazam.            Gagasan mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai salah satu pilihan didasarkan dorongan jiwa dan semangat kejuangan kota Bandung yang mengemban panggilan untuk mempertahankan  keberlanjutan  bangsa   Indonesia  yang  diproklamirkan  pada  tahun 1945.            Statuta Sekolah Tinggi Ilmu 2018 merupakan revisi Statuta sebelumnya, yang mengacu pada ketentuan perundangan yang berlaku.            Atas berkah rahmat dan ridho Tuhan Yang Maha Esa, Statuta Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an Al-Multazam ini disusun dan disempurnakan.          Perguruan Tinggi adalah pusat penyelenggaraan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian, sebagai suatu komunitas ilmiah yang penuh cita-cita luhur guna mencerdaskan kehidupan bangsa  di dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana diamanatkan di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.            Di dalam sejarahnya, Sekolah Tinggi Ilmu Al Quran Al-Multazam didirikan oleh Bapak Pembina Yayasan Pendidikan Islam Al-Multazam KH. Sahal Suhana, SH. (Alm) Beliau berkeinginan untuk mendirikan sekolah yang berkesinambungan dimulai dari tingkat TK, SD, SMP dan SMA. Alhamdulillah pada tahun 2006 telah didirikan Sekolah Tahfiz Al Quran yang merupakan embrio Sekolah Tinggi Ilmu Al Quran yang menyelenggarakan pendidikan selama 3 tahun dengan beasiswa penuh. Sudah mewisuda dan  meluluskan Hafidz dan Hafidzah yang mampu hafal Al Quran   sebanyak 30 Juz hingga 9 angkatan.            Sekolah Tinggi Ilmu Al Quran Al-Multazam adalah unit yang menyelenggarakan pendidikan tingkat tinggi Tahfiz Qur’an dan ilmu-ilmu agama yang berbasis pesantren, mensyi’arkan dan menanamkan nilai-nilai Al Quran di tengah masyarakat, dan mengembangkan pusat kajian ilmiah. Sekolah Tinggi Ilmu Al- Qur’an Al-Multazam sementara ini membuka program studi Ilmu Al Quran dan Tafsir.
Motto STIQ Al-Multazam
Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an Al-Multam Mempunyai Motto :
Menjadi Sarjana Ahlul Qur’an Untuk Dunia
Visi STIQ Al-Multazam
Visi STIQ Al-Multazam :
Menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an yang memiliki keunggulan dalam Tahfidz Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Misi STIQ Al-Multazam
Mewujudkan Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an yang berkualitas dan menjadi pusat kajian keislaman sesuai kebutuhan jaman dan masyarakat dengan pendalaman nilai nilai Al-Qur’an.
Menghasilkan Lulusan yang memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap dasar sebagai : Hafidz Al-Qur’an, Muwwajih, dan Da’i penggerak Amar Ma’ruf Nahyi Munkar dimanapaun berada.
melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi dibidang Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir secara profesional.
QUALITY ASSURANCE
Hafal Al-Qur’an 30 Juz Bersanad
Hafal Matan Al-Jazari
Hafal Hadits dan Kitab Jami’ul Ulum Wal Hikam Karya Ibnu Rajab Al-Hambali
Menguasai Ilmu Al-Qur’an dan Tafsi
Mampu Berbahasa Arab Aktif
Menjadi Kader Da’i dan Muwajjih Al-Qur’an
Memiliki Jiwa Leadership Berbasis Al-Qur’an
Memiliki Kemampuan Riset dan Menghasilkan Karya Ilmiah di Bidang Al-Qur;an
untuk informasi lebih lengkap kunjungi kami di http://stiq-almultazam.ac.id/
Foto-Foto Kegiatan
Kalian bisa saksikan kegian-kegiatan kami selain menghafal dan kuliah juga banyak kegiatan-kegiatan yang pastinya mengasyikkan juga bermanfaat.
1. Workshop menghafal Al-Qur’an metode gaza
Tumblr media
2. Parade tasmi Al-Quran 30 juz
Tumblr media
3. Rihlah ilmiah
Tumblr media
4. Pelatihan mengurus Jenazah
Tumblr media
5. Arabic Festival
Tumblr media
6. Stand Budaya
Tumblr media
7. Nyate Bareng
Tumblr media
8. ORINAKA (Orientasi Pengenalan Kampus dan Mahsiswa)
Tumblr media
 Dan tentunya masih banyak lagi kegiatan-kegiatan yang tidak kami post, tunggu apalagi daftarkan diri anda segera http://pmb.stiq-almultazam.ac.id/daftar/stiq
Panitia juga menyediakan Grup Wa di https://chat.whatsapp.com/Ejhw8DtvD4U0IAwGmVAdwy (YY)
18 notes · View notes
affathimahna · 5 years ago
Photo
Tumblr media
POTRET STIQ AL-MULTAZAM Assalamualaikum para perindu syurga :) Pasti diantara teman-teman ada yang ingin menghafal Alquran tapi ingin kuliah juga, trus ada juga yang ingin kuliah, tapi tak ingin meninggalkan hafalan alqurannya. Pas banget nih teman-teman, sekarang Yayasan Al-Multazam Husnul Khotimah Kuningan telah membuka Perguruan tinggi yang berbasis Al-Quran dan Tarbiyah yang diberi nama STIQ Al-Multazam. Penasaran tentang Sejarah STIQ Al-Multazam Kuningan? Ini dia sedikit sejarah tentang STIQ Al-Multazam Perguruan Tinggi adalah pusat penyelenggaraan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian, sebagai suatu komunitas ilmiah yang penuh cita-cita luhur guna mencerdaskan kehidupan bangsa di dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana diamanatkan di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Di dalam sejarahnya, Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an Al-Multazam didirikan oleh Bapak Pembina Yayasan Pendidikan Islam Al-Multazam H.Sahal Suhana,SH. Beliau berkeinginan untuk mendirikan sekolah yang berkesinambungan dimulai dari tingkat TK, SD, SMP dan SMA. Alhamdulillah pada tahun 2006telah didirikanlah Sekolah Tahfidz Al-Qur’an yang merupakan embrio Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an yang menyelenggarakan pendidikan selama 3 tahun dengan beasiswa penuh. Dan sudah mewisuda dan melahirkan Hafidz dan Hafidzoh yang mampu hafal Al Qur’an sebanyak 30 Juz hingga 9 angkatan sampai saat ini. Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an Al-Multazam adalah unit yang menyelenggarakan pendidikan tingkat tinggi Tahfizhul Qur’an dan ilmu-ilmu syar’i yang bebasis pesantren, mensyi’arkan dan menanamkan nilai-nilai Al-Qur’an di tengah masyarakat, dan mengembangkan pusat kajian ilmiyah syar’iyah dan qur’aniyah. Sekolah Tinggi Ilmu Al- Qur’an Al-Multazam sementara ini membuka program studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir. Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an Al-Multazam berusaha mencetak dan melahirkan sarjana yang kelak menjadi kader ulama hafizh/hafizhah yang memiliki keunggulan dalam bidang bahasa Arab, tahfizh Al-Qur’an, ilmu Al-Qur’an dan Tafsir berdasarkan manhaj Salafush Shalih, dengan mendapatkan Sanad/bimbingan para masyakhih (ulama). Selanjutnya, berlandaskan peraturan perundangan yang berlaku, disusunlah Statuta Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an Al-Multazam, yang berfungsi sebagai pedoman dasar untuk pengembangan modal intelektual, merencanakan pengelolaan organisasi, mengembangkan program, dan menyelenggarakan kegiatan Tridarma Perguruan Tinggi. Nah, kira-kira itu tadi sejarah singkat tentang STIQ Al-Multazam. Gimana, apakah teman-teman tertarik untuk menjadi salah satu keluarga dan bagian dari STIQ Al-Multazam? JIka teman-teman masih penasaran dengan STIQ Al-Multazam, boleh cek website kami http://stiq-almultazam.ac.id/ Jaazakumullah Ahsanu Jaazaa Sampai bertemu di STIQ Al-Multazam. Wassalamu’alaikum wr.wb http://stiq-almultazam.ac.id/ http://stiq-almultazam.ac.id/
11 notes · View notes
grandpn · 5 years ago
Text
Perisakan di Pesantren? (1)
Sebulan lalu saya berjumpa dengan adik saya yang saat ini sedang menjalani masa pendidikan di sebuah Pesantren, yang mana pesantrennya adalah almamater saya juga. Pesantren tempat saya menghabiskan masa remaja saya selama enam tahun. 
Selepas salat ashar, saya mengunjungi salah satu kamar yang amat berkesan bagi saya. Kamar yang saya tempati ketika saya menjadi santri kelas 3 SMP. Suasananya masih terlihat sama dan tidak banyak berubah. Yang membuat kamar ini punya kenangan tersendiri adalah, di sudut-sudut kamar inilah masa terberat saya sebagai santri yang menjadi korban bullying terjadi.
Ada beberapa pertanyaan teman saya tentang kehidupan pesantren, yang salah satunya menanyakan terkait kejadian bullying.
“Mungkin ngga sih di sebuah pesantren yang notabene santrinya belajar agama ada kejadian bullying/perisakan?” 
Saya bilang pesantren memang memiliki jasa besar karena menjadi wadah seseorang untuk belajar agama dan akhlak. Banyak santri dan alumni yang kelakuannya mencerminkan keilmuan dan akhlak baik mereka. Tapi kejadian seperti perisakan memang ada dan saya tidak bisa menyangkalnya. Hal tersebut bisa saya pastikan karena saya dan banyak santri lainnya pernah mengalaminya.
Suatu ketika saya pernah dikucilkan. Barang-barang saya dicuri termasuk uang, Saya juga disuruh tidur di bawah jemuran baju. Kasur saya pernah dipipisi oleh kucing yang sengaja diletakkan oleh seorang teman saya. Herannya teman-teman sekamar saya justru memarahi saya, bukan teman saya yang tadi. Saya juga pernah dituduh menghilangkan daging kurban jatah kamar saya, kendati teman saya yang lain yang menghilangkannya. Teman saya ini menuduh semua ini salah saya. Jadilah saya menjadi sasaran amukan teman satu kamar.
Saya dijadikan seperti babu. Saya setiap saat bisa disuruh untuk mengisikan botol air, mengambilkan makanan dari kantin umum, menyapu, dan mencucikan piring. Kalau saya menolak, saya akan mendapat berbagai makian dan hinaan macam-macam. Entah sok asik, nyolot, atau ngocol, intinya saya cuma wajib pasrah.
Tak lupa, ada beberapa perkataan yang menurut mereka cuma bercanda.
“Dasar lo grand udah autis, cupu, babu, ga punya harga diri lagi. Murahan!”
“Kok setiap gue ngeliat muka lu, bawaan gue kesel ya pengen nampol lu nj*ng”
“Eh lihat nih gambarnya hahaha" teman saya menggambar (maaf) dua orang sedang berhubungan dan diberi nama ayah dan ibu saya. Ketiga teman saya tertawa dengan amat puas.
“Adik lo tuh jablay ya ternyata, nah lu germonya”
“Lo tuh pantesnya mati aja grand, ngapain sih lo masih hidup anj*ng” hardik teman saya ketika saya sakit.
Lingkungan yang penuh kekerasan verbal dan fisik seperti ini membuat saya berusaha menarik diri dari perjumpaan dengan teman sekamar saya. Sebisa mungkin saya pulang lebih malam dan memilih belajar di Masjid lebih lama. Saya menyendiri dan belajar dengan buku-buku karena merasa buku-buku tidak akan pernah mencaci. Namun semaksimal apapun usaha saya untuk menjauh, saya tetap menerima perundungan secara intens karena saya berada di lingkungan pesantren. Lingkungan yang notabene wilayahnya tersekat dan membuat saya tidak bisa kemana-mana.
Apakah terpikirkan untuk melapor ke pihak pesantren atau orang tua atas kejadian yang saya alami?. Saya ketika itu sempat berpikir opsi tersebut, namun saya batalkan karena kenyataannya dengan melapor maka perisakan yang diterima akan makin menjadi sebagaimana yang terjadi pada teman saya sesama korban bullying.
Solusi yang terfikirkan saat itu adalah saya ingin segera menamatkan jenjang SMP dan masuk ke SMA Negeri. Saya berfikir dengan bersekolah di SMA negeri, sekalipun saya menjadi korban bullying lagi, saya bisa lebih tenang karena saya bisa menghindar dari pelaku dengan lebih leluasa.
Saya kemudian belajar keras hingga alhamdulillah dengan izin Allah mendapat NEM 37,25. Kemudian pihak pesantren mengikutsertakan saya dalam OSN Astronomi tingkat SMA kendati saya masih baru lulus UN SMP. Alhamdulillah dengan seizin Allah saya meraih juara dua tingkat Kabupaten dan menjadi peserta termuda pada seleksi tingkat provinsi.
Namun rencana untuk masuk SMA Negeri dengan modal NEM tinggi dan prestasi OSN tersebut kandas seketika saat ayah saya mengatakan rencananya untuk memasukkan saya ke SMA Negeri dibatalkan.
“Nak kamu SMA di sini aja ya. Lihat tuh NEM kamu bagus. Juara olimpiade lagi. Pihak pesantren juga ngasi kamu beasiswa parsial. Kamu di sini aja ya nak. Belajar agama yang bener”
Ekspresi wajah Ayah amat gembira dengan perkataan tersebut. Beliau menyangka saya berproses dengan baik dan tenang di Pesantren. Tapi bagi saya, itu artinya saya perlu bersabar untuk menjadi korban bullying (lagi). Saya hanya bisa menangis di kamar mandi dan membayangkan semua siksaan itu akan terjadi kembali.
Namun Allah Maha Baik. Kendati saya melanjutkan pendidikan di sana, para pelaku yang membully saya secara bertahap mengundurkan diri dari pesantren. Hingga akhirnya bisa dibilang kehidupan saya pada masa SMA relatif tentram. 
Saya sendiri saat ini sudah tidak memiliki rasa dendam dengan semua teman yang dulu pernah merisak saya. Namun problem yang mengganjal sampai saat ini  adalah cara saya memandang diri saya sendiri. Saya sering merasa, memang derajat saya adalah manusia sampah, sampai orang-orang memandang rendah diri saya. Anggapan bahwa saya manusia rendahan masih terpatri di benak saya sampai sekarang.
Ketika kuliah, saya menemukan jawaban dari berbagai penelitian yang mengangkat isu ini. Jawaban tentang mengapa orang yang berada di lingkungan agamis bisa menjadi agresif dan merisak orang lain. Insyallah akan saya tuliskan dalam tulisan berikutnya.
19 notes · View notes
ajitanli · 5 years ago
Text
Tumblr media
KULIAH SAMBIL NGAFAL QUR'AN
Assalmu'alaikum ... sahabat sedikit bercerita tentang keseharianku yang tidak sebiasanya anak kuliahan pada umumnya namun hal itu membuat saya nyaman dan ada suatu ketenangan tersendiri bukan hanya ditemani oleh teman seusiaku namun ada suatu yang tidak bisa diungkapkan oleh lisan namun hanya bisa dirasakan oleh hati yaitu Al-Quran .
Nah teman-teman hal ini bisa didapatkan dibangku kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Alquran yang mana list kegiatan nya sangat padat untuk menambah khazanah keilmuan selain bisa S1 kita juga akan mendapatkan ketenangan hati karena dapat menghafal Alquran dengan waktu yang begitu padat perkuliahan serta kegiatan lainnya , hal ini memang agak sedikit tidak masuk akal akan tetapi STIQ ini dapat mengolah waktu dengan baik sehingga mahasiswa bisa efektif, aktif & produktif . Nah para sahabatku yang ingin seperti aku kuliah d STIQ bisa simak yu penjelasan tentang STIQ selanjutnya. Dan bagi sahabat sekalian jika sudah mengetahui STIQ jangan lupa dibawah bisa d klik di link pmb .
Sejarah STIQ Al-Multazam Kuningan
PerguruanTinggi adalah pusat penyelenggaraan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian, sebagai suatu komunitas ilmiah yang penuh cita-cita luhur guna mencerdaskan kehidupan bangsa di dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana diamanatkan di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Di dalam sejarahnya, Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an Al-Multazam didirikan oleh Bapak Pembina Yayasan Pendidikan Islam Al-Multazam H.Sahal Suhana,SH. Beliau berkeinginan untuk mendirikan sekolah yang berkesinambungan dimulai dari tingkat TK, SD, SMP dan SMA. Alhamdulillah pada tahun 2006telah didirikanlah Sekolah Tahfidz Al-Qur’an yang merupakan embrio Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an yang menyelenggarakan pendidikan selama 3 tahun dengan beasiswa penuh. Dan sudah mewisuda dan melahirkan Hafidz dan Hafidzoh yang mampu hafal Al Qur’an sebanyak 30 Juz hingga 9 angkatan sampai saat ini.
Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an Al-Multazam adalah unit yang menyelenggarakan pendidikan tingkat tinggi Tahfizhul Qur’an dan ilmu-ilmu syar’i yang bebasis pesantren, mensyi’arkan dan menanamkan nilai-nilai Al-Qur’an di tengah masyarakat, dan mengembangkan pusat kajian ilmiyah syar’iyah dan qur’aniyah. Sekolah Tinggi Ilmu Al- Qur’an Al-Multazam sementara ini membuka program studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.
Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an Al-Multazam berusaha mencetak dan melahirkan sarjana yang kelak menjadi kader ulama hafizh/hafizhah yang memiliki keunggulan dalam bidang bahasa Arab, tahfizh Al-Qur’an, ilmu Al-Qur’an dan Tafsir berdasarkan manhaj Salafush Shalih, dengan mendapatkan Sanad/bimbingan para masyakhih (ulama).
Selanjutnya, berlandaskan peraturan perundangan yang berlaku, disusunlah Statuta Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an Al-Multazam, yang berfungsi sebagai pedoman dasar untuk pengembangan modal intelektual, merencanakan pengelolaan organisasi, mengembangkan program, dan menyelenggarakan kegiatan Tridarma Perguruan Tinggi.
Tentang STIQ Al-Multazam
Motto STIQ al-Multazam :
Menjadi Sarjana Ahlul Qur’an Untuk Dunia
Visi STIQ Al-Multazam :
Menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an yang memiliki keunggulan dalam Tahfidz Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Misi STIQ Al-Multazam :
1. Mewujudkan Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an yang berkualitas dan menjadi pusat kajian keislaman sesuai kebutuhan jaman dan masyarakat dengan pendalaman nilai nilai Al-Qur’an.
2. Menghasilkan Lulusan yang memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap dasar sebagai : Hafidz Al-Qur’an, Muwwajih, dan Da’i penggerak Amar Ma’ruf Nahyi Munkar dimanapaun berada.
3. melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi dibidang Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir secara profesional.
Alamat STIQ ALMULTAZAM :
Desa Manis KidulKec. Jalaksana Kab. KuninganProv. Jawa Barat 45554 0813 8888 0960 – STIQ Al-MultazamE-mail : [email protected] [email protected]
Link ny bisa di klik untuk lebih jelas ny
http://stiq-almultazam.ac.id/
Untuk penerimaan mahasiswa baru bisa di klik link nya di : http://www.pmb.stiq-almultazam.ac.id/
QUALITY ASSURANCE
1. Hafal Al-Qur’an 30 Juz Bersanad
2. Hafal Matan Al-Jazari
3. Hafal Hadits dan Kitab Jami’ul Ulum Wal Hikam Karya Ibnu Rajab Al-Hambali
4. Menguasai Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
5. Mampu Berbahasa Arab Aktif
6. Menjadi Kader Da’i dan Muwajjih Al-Qur’an
7. Memiliki Jiwa Leadership Berbasis Al-Qur’an
8. Memiliki Kemampuan Riset dan Menghasilkan Karya Ilmiah di Bidang Al-Qur'an
Foto kegiatan tambahan Mahasiswi STIQ Al-Multazam
Kajian Mahasiswa (JIWA)
Tumblr media
Seminar Qur'an STIQ Al-Multazam
Tumblr media
Penyerahan Donasi Ke KNRP
Tumblr media
2 notes · View notes
sebuahprosa · 5 years ago
Text
Tumblr media
Assalamu’alaykum,
Waktu yang sudah lama gue nantikan akhirnya terwujud, semua ini merupakan sebuah berkah yang tak terhingga, selalu gue doakan semoga ini adalah jalanNya agar gue semakin dekat kepada Dzat yang Maha Pemberi Nikmat.
Gue akan cerita mulai dari persiapan keputusan untuk APPLY LPDP.
Sebenernya, gue dan temen gue (Raudha) sudah sejak kami semester 4, rajin sekali mengunjungi pameran beasiswa dan pameran kampus-kampus luar negeri. Mulai sejak itulah aku yakin sekali LPDP adalah salah satu koentji untuk melanjutkan mimpi.
Dimulai sejak tingkat dua itu, aku mulai mencari tau informasi LPDP baik di website atau mengunduh aplikasi di play store. Jadi, jika kata orang Ana beruntung sekali ya, sebenernya itu ga juga. Pernah suatu hari di kali ketiga kami (Aku dan Raudha plus semua anggota peer groupku – Teteh, Firda, dan Rinel) datang ke Pameran beasiswa dan kampus luar/dalam negeri, di gedung Danayaksa kami antre panjang sekali, panas, laper, pegel, dan desak-desakan saat mau bertanya ke booth kampus wkwkwk
Singkat cerita gue mengetahui ada yang namanya LPDP Afirmasi (salah satunya alumni bidikmisi berprestasi), nah jika temen-temen masih bingung coba baca jenis-jenis beasiswa LPDP ya di websitenya, bisa googling dengan masukan kata kunci LPDP, nanti akan keluar.
Jadi LPDP itu ada yang umum (regular), dan ada yang khsusus (yang ditargetin pemerintah) misalnya afirmasi pra sejahtera (atau maaf – tidak mampu), dan lain-lain, salah satunya adalah alumni bidikmisi berprestasi (ini beda di IPK biasanya). Nah jadi untuk apply beasiswa LPDP Afirmasi (IPK terakhir harus >3,5 dari skala 4,0). Terus gue sadar kan, pada semester 1 gue pernah ngulang matkul karena dapet D HAHAHA, udah otomatis ga cumlaude, tapi alhamdulillahnya karena gue ada pendidikan profesi Ners (Profesi Perawat) jadi transkrip nilai gue ada dua, dan transkrip terakhir adalah pendidikan profesi tersebut, dan alhamdulillahnya lagi, kuasa Allah yang emang baik banget, gue lulus pendidikan profesi dengan predikat cumlaude, Allahu Akbar!
Jadilah gue apply beasiswa di jalur afirmasi. Nah beasiswa afirmasi ini juga lebih banyak tunjangannya dibandingkan regular, kenapa? Karena anak afirmasi dianggap belum mampu, jadi dana program bahasa (lest TOEFL/IELTS) dibiayain. Dan juga syarat nilai B.Inggrisnya lebih rendah dibanding yang regular. Hal ini terjadi karena adanya pertimbangan tertentu oleh pemerintah. Tetapi, alumni bidikmisi yang ingin coba apply harus mencoba dalam 2 tahun maksimal setelah lulus,kenapa? Karena kalo udah lebih dua tahun kita udah dianggap berdaya sendiri, jadi ga adil dong masa pemerintah tetep ngebiayain?
Minusnya kalau kayak gue adalah, galau antara mau lanjut sekolah atau pengalaman dulu, soalnya ilmu keperawatan itu kan praktikal banget, tapi balik lagi Allah yang lebih tau, Allah ada jalan sendiri, Allah mengarahkan untuk ilmu lalu pengalaman akan didapat secara learning by doing dan dikejar setelah nantinya, aamiin..
So, yang tau dirimu adalah dirimu sendiri, jadi gue menulis ini untuk sharing bukan berarti dengan melihat orang dapet beasiswa, lanjut kuliah mereka terlihat lebih keren, Tidak menurut gue. Definisi keren itu adalah menjadi versi terbaik dari dirimu dan bermanfaat atas ke-keren-an-mu itu.
So, pertama adalah tahap Pemberkasan.
Nah! Ini cukup banyak, bisa dilihat ya di bookletnya apa saja yang di syaratkan. Tapi gue akan menceritakan hal-hal krusial.
1. Rencana Studi dan Proposal Studi
Hmmm apa bedanya?
Sebenernya ini adalah hal dasar banget… proposal studi itu adalah alasan kenapa sih lo mau lanjut kuliah lagi? Emang efeknya apa kalo lo kuliah dan engga? Soalnya ni gaes, ini beasiswa uang rakyat, coba pikirin deh kalau lo nanti sekolah niatnya mau jalan-jalan doang, mau keren-kerenan doang dengan gelar, apa dampak timbal balik buat masyarakat yang uangnya lo pake buat sekolah? Kasarnya gitu. Nah jadi coba dicamkan di hati dan pikiran ketika buat proposal studi itu ga hanya sekadar melengkapi syarat yang diminta pihak LPDP tapi juga itu kesadaran diri, latar belakang kenapa sih harus daftar?
Nah kalau rencana studi itu adalah silabus, pas lo ntar lanjut sekolah di universitas mana harus tau mau pelajari apa di sana, nah ini harus detail dan rajin pas bukain web/nanya ke kampus via datang langsung atau email. Jadi lu bakalan ga ngerasa, wah gue salah jurusan (
Dua hal ini harus dipersiapkan, dan yang tau lo mau jadi apa ya lo sendiri, jika masih belum menemukan cobalah diskusi, eksplor disi dengan berbagai kegiatan.
Gue dulu tau apa yang gue mau dengan cara ikut banyak kegiatan, khususnya di bidang kerelewanan, diskusi sama peer grup gue tadi, dan dosen-dosen. Nah ini tentang diskusi sama dosen, jangan malu untuk menceritakan mimpi, malah itu menjadi jalan membuka kesempatan-kesempatan lain, percaya deh. Sebenernya ga harus dosen sih, bisa kakak tingkat atau siapa gitu yang menurut lo inspired dan bisa diajak ketemu, oh iya, gue tipe orang yang lebih suka diskusi secara ketemu dibandingkan chat hahaha (FYI). Jadi kalo ada hal yang perlu kita diskusikan mari berjumpa, hiyahiyahiya
2. Kemampuan Bahasa Asing (English)
Nah kalau untuk ini banyak jenisnya, entah itu TOEFL (ITP, iBT), IELTS, TOEIC, TOALF, dll.. sesuai dengan kebutuhan aja ya. Nah, di sini yang perlu gue tekankan adalah yang bisa mengukur kemampuan adalah dirimu sendiri, kira-kira lo udah perna belum ikut tes TOEFL atau IELTS atau apa gitu. Nah, jadi persiapannya bisa jadi akan beda di tiap orang, tergantung masing-masing start poinnya. Jadi jangan merasa minder ya guys. Kalau memang belum sampai di target ayo!! Kejar. Gue pun cukup struggling di sini. Nah, kalau gue kemarin pakainya TOEFL ITP tesnya di KAPLAN, Alhamdulillah satu kali real test 543. Tapi, gue sebenrnya kenal TOEFL ini sejak SMA, pertama kali coba-coba predictionnya 420 (ahaha), lalu coba lagi 467-476-495-516, wahahaha bangga banget bisa tembus >500. Itu beberapa kali gue latihan di tempat les waktu di Palembang dan di LBI UI pas masih mahasiswa semester 6. Lalu karena gue tau gue mentok di nilai segitu-gitu aja gue belum mau real test, kenapa? Karena gue tau kemampuan gue, gue inginnya sekali real test > 500 (persyaratan Afirmasi Alumni Bidikmisi tujuan kampus LN minimal ITP 500). Alhasil, dengan sisa beasiswa dari Yayasan Jepang gue ke Kampung Inggris, Pare, Kediri, Jatim. Lumayan tuh gue bisa improve jadi 543.. gue ambil di salah satu lembaga bernama TEST English School intensif TOEFL 1 bulan, masyaAllah cuy di sini wkwk. Intensif bener-bener intensif, gue merasa kayak jadi anak pesantren. Waktu belajar Senin-Jumat (pkl 05.30 s.d 21.00) plus Sabtu kita scoring. Ohiya scoring itu tiap hari, tiap siang, dengan kisah yang lucu, ada suara ayam berkokok lah pas listening section, mandi antre di camp, dll. Tapi karena atmosphere yang mantap jiwa, teman-teman yang rejeki banget rasanya, jadi semangat untuk belajar juga membuncah (walau 2x ku bolos karena ku butuh main haha). Ohiya, cara belajar teman-teman sendiri yang lebih tau, kalau gue sih gitu, study hard, play harder wkwk. So, nyiapin kemampuan bahasa kalau gue saranin jangan mepet sama jadwal pendaftaran yaw.
3. Surat Rekomendasi
Nah lalu ini juga yang krusial. Gue jadi inget, pertama kali mau minta rekomendasi dari dekan fakultas haha, karena gue merasa cukup dekat (pede banget) sama Pak Dekan. Tapi, sayang seribu sayang karena ada suatu hal terkait institusi, secara institusional beliau ga bisa ngasih gue rekomendasi, tapi secara personal beliau dukung banget. Lalu, gue melipirlah ke salah satu guru besar fakultas, kenapa gue berani banget? Karena gue SKSD orangnya wkwk, ga juga deng. Jadi Prof. Achir Yani, seorang Guru Besar Keperawatan di Indonesia ini merupakan putri asal Sumatera Selatan, nah sama kan sama gue, Alhamdulillah karena itu, dan gue sempat kenalan dan sempat diskusi juga tentang provinsi kelahiran kita jadilah kenal. So, untuk silaturahmi itu ga perlu alas an yang muluk-muluk kok. Jadi kalau ada perlu ga malu-maluin, dan tetep keep in touch. Inilah yang dinamakan silaturahim membuat usia berkah, aamiin.. salah satu hikmah hidup adalah, rejeki ga hanya tentang finansial tapi juga teman, kenalan yang mengajak ke kebaikan. Alhamdulillah gue hubungin beliau dan meminta bertemu. Nah, moment bertemu inilah coba jelasin kenapa alas an kita mau lanjut sekolah, minta pencerahan juga dengan beliau, dan tentunya doa.
Ohiya tentang siapa sih sebenernya yang sebaiknya kita minta sebagai perekomendasi kita? Nah, sebenarnya ini bisa dosen/atasan kerja. Tergantung kita freshgrad atau udah lama kerja. Kalau lo freshgrad gue saranin mintanya ke dosen, misalnya dosen pembimbing akademik/skripsi/tesis. Tapi kalau lo praktisi yang udah lama kerja bisa banget mintanya ke atasan. Jadi, intinya adalah orang yang memiliki kemampuan bisa menilai diri kalian dan cukup kenal baik dengan kalian. Jadi apakah harus Profesor? Ga juga sih, tapi kalo ada dan kenal kita lebih baik. Cuma kalau professor dan beliau ga kenal sama sekali sama kita, bakalan repot juga. Karena isi surat rekomendasi adalah seberapa kenal perekomendasi kenal kalian. Nah, sila browsing untuk contoh surat rekomendasi ya, di mbah google banyak formatnya sesuai dari beasiswanya juga bisa.
4. Detail terhadap Syarat dan Peraturan Calon Pemberi Beasiswa
Maksudnya adalah…. Saat lo mau apply beasiswa coba baca teliti tentang syarat dan permintaannya, biasanya ada user manual nya, nah ini memang tebal biasanya berhalaman-halaman, tapi semua informasi yang penting dan tata cara ada semua di sini. So, jangan malas ya. And, gue sebenrnya agak kzl kalo ada yang nanya gimana Kak apply LPDP? Apa aja berkasnya? Wahahaha rasanya pengen ga gue jawab. Nah, inilah pentingnya usaha diri sendiri dulu, inilah adab bertanya (pengingat ke gue juga), jadi kita udah usaha dan ketika ada hal-hal substansi yang ga tertulis di booklet/user manual itu barulah kita bertanya. So, kalau LPDP ini kan bukan hal yang asing banget, jadi kalau temen-temen searching insyaAllah bakalan banyak banget kok hasilnya di google.
5. Minta doakan di setiap tahap seleksi
Nah ini ikhtiar jalur langit, mintalah doa pada Ibu/Bapak/keluarga dan teman. Gue inget banget di tiap ada temen di perjalanan gue nitip doa, apalagi yang lagi Haji atau Umroh, nah itu makin-makin dah. Tolong ya, gue nitip do’a dan kalau bisa spesifik. Serta inget, luaskan hati juga, jangan maksain kehendak ke Allah ya. Gue slalu inget dari seorang Kakak yang masyaAllah, pernah bilang “jangan lupa selipkan di ujung doa, atau yang lebih baik dari itu menurut Allah”
Oke, mungkin sedikit sharing ini bisa bermanfaat, sebenernya kalau kita ketemu lebih enak ya, wkwkwk. Gue suka banget ngomong sebenernya, kalau ada yang masih belum jelas bisa banget DM di Instagram, insyaAllah bisa lanjut tapi gue lama bales sih biasanya HAHAHA.
ig: @ns.noviana
Wa’ssalamu’alaykum..
9 notes · View notes
Text
https://wa.me/6285183003060, pondok pesantren tahfidz di jawa timur pondok pesantren tahfidz di malang pondok pesantren tahfidz di dekat jombang pondok pesantren tahfidz di dekat sidoarjo pondok pesantren tahfidz di dekat SMPN 10 Malang
THOLABIE Classic Internasional Boarding School Jl. KH Malik Dalam RT 01 RW 07 Dsn. Buring Kedungkandang Kotamadya Malang (Diatas Perumahan Citra Garden City) Fast Respond 0852-3659-3689
pesantrentahfidzmalang
pesantrentahfidzkotamalang
pesantrentahfidzdifabelbazis
pesantrentahfidzkotamlg
pesantrentahfidzcibstholabie
pesantrentahfidzdimalang
pesantrentahfidzdijawatimur
pesantrentahfidztholabiecibs
pesantrentahfidzenterpreunertholabiecibs
pesantrentahfidztholabiecibs
0 notes
rahasiabulannn · 2 years ago
Text
Perjalanan dan Pembelajaran
Usia 4 tahun, pertama kali aku masuk bangku belajar. 2001 di Kelompok Belajar (KB) Permata, karena sejak kecil orang tuaku mulai sibuk bekerja, ditambah aku sudah punya adik sebelum genap berusia dua tahun, sehingga memutuskanku untuk mulai belajar. Sejak KB, aku belajar di sekolah islam. Diajarkan membaca do'a dan menghafal surat pendek. Tahun ajaran berikutnya, aku masuk TK di usia 5 tahun. Aku ingat sekali, sejak TK aku diarahkan untuk mengikuti berbagai lomba "membaca dan hafalan surat pendek" tingkat Kecamatan dan Kab/Kota. Hampir di setiap perlombaan aku mendapatkan juara, utama hingga harapan.
Memasuki Sekolah Dasar (SD), aku dititipkan di sekolah yang jaraknya berbeda kecamatan dengan rumahku. Masih di sekolah islam juga. Sejak kelas I, seperti anak SD pada umumnya masih tidak pernah absen rangking 10 hingga 5 besar. Aku diikutkan les khusus matematika dan bahasa inggris sejak kelas 4 hingga lulus SD. Di SD, aku lumayan bisa merasakan "dihargai" sebagai siswa maupun teman. Saat kelas 5 aku jadi wakil ketua kelas, dan saat kelas 6 malah jadi ketua kelasnya (ini karena yang sebenernya kepilih jadi ketua mundur dan minta jadi wakil aja).
Setelah lulus SD, kedua orang tuaku memutuskan untuk aku meneruskan belajar di pesantren. Aku masuk lewat tes Gelombang I, meliputi matematika dan baca tulis Qur'an. Aku tinggal di pesantren ini selama 6 tahun, hingga lulus SMA. Aku senang belajar disini, dengan materi dan pembelajaran, serta orang-orang di dalamnya. Tapi jika boleh jujur, ada beberapa hal menyakitkan yang belum bisa aku lupakan hingga sekarang. pertama kali masuk SMP, ditempatkan di kelas "B" karena nilai tes matematikanya tidak jauh lebih baik dari anak-anak di kelas "A". dilabeli sekumpulan anak nakal, suka bikin onar, yang no prestasi. kelas XI, tbtb dipanggil ke kantor guru, dikasih hasil ujian ahkam yang disitu dapet nilai 9 dan kata pertama yg beliau ucapkan "kamu nyontek siapa? kok gada yg hasilnya sm ky km". and its not humor, gbs lupa deh suasana tegang siang itu utk mempertahankan apa yg seharusnya dipertahankan. tidak berakhir di situ, saat UN SMA pun jarang yang mau belajar bersama karena dianggap "kurang pinter" dan memperlambat progress mereka. you know who you are. hingga hal itu mjd titik balik buatku, serius belajar matematika. and here I am, finishing all of my final project with quantitative methods. do both associative and comparative, by my self. got my "A" score in statistics at bachelor and master degree. provide statistical guidance for classmate and older class. earn extra income from helping students doing statistics. and other things i can't share here. but, this is for you.
lulus SMA, ditanya oleh salah satu nyokapnya temen. bayar spp kuliah berapa? aku jawab belum tahu, krn kebetulan keterima jalur undangan jadi spp smt 1 free. nyokapnya muji, anaknya nyeletuk "iyalah beasiswa, kan swasta". tbh, aku ga pernah mengkotakkan orang dan menilai kecerdasan, intelektualitas etc based on "kampus negeri" vs "swasta". tp sejak saat itu, aku janji sm diriku sendiri buat bisa masuk kampus negeri yg klo bisa akreditasinya jauh dari kampus dia. tidak berhenti disitu, bahkan masuk dunia kuliah, saat kumpul sama temen2 ngomongin IPK ada aja yg ketawa "ngejek" dan nyeletuk "yailah kan kampus swasta, klo masuk kampusku blm tentu dapet IPK segitu". dianggep aleman, ga punya masa depan, gabisa kerja, dan sekumpulan cibiran lainnya yg msh terekam jelas siapa orangnya, dimana ngomongnya, dan kegilaan apa yg dilakuin wkt itu. mungkin sebagian benar, tapi rasanya ga berhak buat nilai org ky gt bcs wdk where the future brings us. only God can judge us. gapaham lagi krn itu diucapin sm temen sendiri. but, so here I am. got cumlaude and better IPK than my bachelor in state uni, while working 9 to 5.
aku lulus sarjana di bulan Agustus 2019, dan tepat setahun setelahnya aku memutuskan untuk meneruskan studi magister. September 2020 aku mulai kuliah dan bekerja, menghabiskan waktuku seputar urusan kuliah dan pekerjaan hingga bikin aku lupa buat waktu untuk diri sendiri. Juli 2022 kemarin, harusnya aku sudah bisa lulus tapi terpaksa ketunda satu semester karena tesis yang ngga kunjung kelar. makin lama pekerjaanku makin banyak, membuatku memutuskan untuk resign sejak Juni 2022 untuk menyelesaikan tanggung jawab tesisku.
tiga hari lagi, 16 Desember, bertepatan dengan hari lahirku. aku akan menjalani sidang tesis. setelah tiga kali ganti judul, setor naskah tesis dan bimbingan kurleb 50x via email, beberapa kali di WA, dan gmeet. alhamdulillah akhirnya aku akan sidang. perjalanan memang belum selesai, jujur saat ini rasanya aku takut. seringkali ada orang yang bikin aku ngerasa "less value". seringkali aku mikir, apakah aku memang sebodoh dan setidak penting itu jadi sering diremehin? tapi di sisi lain, aku selalu percaya bahwa Tuhan menciptakan kita karena sebuah alasan dan untuk membawa kemanfataan bagi orang lain.
aku nggak tau bagaimana sidang esok akan berjalan, tapi aku cuma bisa melakukan segala hal terbaik yang bisa aku lakukan. belajar, membaca, berdoa, dan tawakkal. aku percaya Allah akan selalu membersamaiku dan menolongku. beberapa minggu lagi, 2022 akan berakhir. semoga di hari terakhir menuju 2023, akan lebih banyak kabar baik dan pertolongan Allah yang hadir menyertai kita semua.
0 notes
infomahad · 2 years ago
Photo
Tumblr media
Ma'had Aly Ar-Rasyid - Wonogiri, Jawa Tengah 💎Kuliah setingkat D3 🔍Lulusan SMA atau sederajat 🚺Khusus Putri 🎁Tersedia beasiswa ⏳Pendaftaran sampai 31 Agustus 2022 Anda lulusan SMA/Sederajat? Bingung mau lajut kuliah dimana? Di Ma'had Aly Ar-Rasyid aja! 📚Kuliah setingkat D3 dengan sistem Pesantren, dan biaya ringan. ﷽‎ | Telah dibuka, Penerimaan Mahasantriwati Baru Ma'had Aly Ar-Rasyid Wonogiri tahun ajaran 2022/2023. 📘Kurikulum Pendidikan: Ma'had Aly (tingkat D3): https://www.arrasyid.ponpes.id/p/mahadaly.html 📹Prospek Lulusan https://youtu.be/K4iVPk5e_Ro 🎓Program pendidikan Ma'had Aly Ar-Rasyid Putri sedang dalam proses perizinan menjadi Institut Bina Muwahhidin (tingkat S1).  🌐Informasi PSB: 1. Syarat Pendaftaran: https://psb.arrasyid.ponpes.id/2021/09/tatacara-psb.html 2. Biaya Administrasi: https://psb.arrasyid.ponpes.id/p/biaya-administrasi.html 3. Beasiswa: https://psb.arrasyid.ponpes.id/p/beasiswa-santri.html ☎️Kontak admin PSB: 1. Ma'had Aly (Ustadz Achmad Mustofa, S.E): wa.me/6283836292213 Terimakasih telah membantu share informasi ini 🙏🏼 #wonogiri #mahadaly #beasiswa (di Pesantren Arrasyid Wonogiri) https://www.instagram.com/p/CgOr67rh5E2/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
khansahusna · 3 years ago
Text
Bertahap #RamadhanDay01
Hari ini aku refleksi tentang tahapan beberapa ujian hidup yang pernah dan sedang aku hadapi. Ini receh banget contohnya tapi memang baru terjadi. Pagi tadi aku bangun sahur sambil menangis makan roti, sosis, dan minum susu. Rasanya sepi banget karena sebelumnya bener-bener belum pernah melalui semua hal ini sendiri.
Sejak kelas 2 SD aku udah di pesantren atau asrama sampai 2021. Meski jauh banget sama orang tua, aku selalu punya temen untuk sahur dan buka. SD, SMP, SMA mau sahur dan buka tinggal antre aja di kantin terus buka bareng sama teman-teman. Kelas 10 pernah iseng Ramadhan di Pare, Kediri sama Uqi Aul Atul dan itu riweh banget sahur harus beli makan ke depan. Sempat kelewat sahur dan nangis bareng berempat wkwk.
Begitu kuliah 2x Ramadhan aku lewati di Rumah Quran Jogja. Kita ada piket masak buat sahur dan buka. Masing-masing orang dapat jatah piket seminggu sekali. Enak banget karena saat itu aku masih bocil jadi sering dibantu kakak-kakak senior. 2 tahun akhir kuliah, aku Ramadhan di asrama Rumah Kepemimpinan. Meski urus sahur dan buka sendiri-sendiri, tapi tetep aja tidak sendiri. Kita kadang pesen Spesial Sambel (SS) bareng-bareng, ada yang masak nasi juga jadi tinggal goreng nugget, atau aku stock bahan makanan dan frozen food buat masak sendiri.
2021 kemarin Ramadhan bareng adik-adik beasiswa Kader Surau UGM. Sendiri-sendiri juga cari makan buka sahur. Tapi fasilitas di asrama lengkap banget jadi kalau mau masak super gampang. Dari tahun ke tahun sebenernya tingkat usaha untuk buka dan sahurku meningkat secara bertahap. Cuma emang tahun ini rada shock dengan segala keterbatasan wkwk.
Tahun ini Ramadhan di Maluku. Untuk cari makan harus pakai motor meski tidak jauh. Ada dapur bersama tapi aku tidak bisa nyalakan kompor minyak tanah. Tidak ada kulkas juga. Sahur beneran tantangan banget buat hamba super mager macam aku. Aku ada panci listrik tapi terbatas banget makanan yang bisa aku masak karena tidak ada kulkas buat simpan bahan makanan. Berasa kembali ke jaman yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya.
Pada intinya aku hari ini bersyukur banget tahapan effort aku buat buka dan sahur serta melewati Ramadhan ini runtut banget tingkat kesulitannya. Dari yang gampang banget, rada effort, sampai sungguh besar usaha dan kesabaran yang harus aku siapkan. Berharap ujian-ujian ke depan jauh lebih mudah untuk dilewati.
0 notes
talkwithtinutin · 4 years ago
Text
#1twu: Jabatan, sebuah media untuk berkembang atau ajang eksistensi?
Assalamu’alaikum.
Hai. What’s up?
Beberapa kesempatan akhir akhir ini membuat saya risau. Bermula ketika saya berkesempatan mendaftar suatu beasiswa, dan ternyata membutuhkan beberapa pernyataan terkait dengan keaktifan di organisasi selama kuliah ini, juga pembuatan CV yang melampirkan SK keorganisasian dan kepanitiaan, menjadikan saya termenung beberapa waktu. Merisaukan setumpuk SK keorganisasian yang terkumpul dari zaman SMP-Kuliah.
“Untuk apa semua ini?”
Hampir semua orang yang pernah kenal saya, tahu saya adalah orang yang selalu terlibat dalam keorganisasian di setiap jenjang pendidikan saya. Berawal dari SMP (SD saya termasuk aktif dalam kepramukaan, tapi belum sampai tingkat “organisasi”), saya mencoba masuk OSIS saat masih duduk di SMPN, dan mulai aktif saat saya pindah ke pesantren dan menjadi pengurus ISBAT (setingkat OSIS di SMP). Kemudian masuk SMA juga berpartisipasi di OSIS selama 2 periode sampai dicalonkan jadi ketua OSIS dan berakhir menjadi ketua Pramuka (Pradana) putri. Dan sekarang saat kuliah, masih aktif di Komisariat Hukum HmI juga BEM tingkat Universitas. Belum beberapa panitia yang sempat diikuti selama masa SMP-Kuliah yang saya sendiri sudah tidak ingat detailnya apa saja.
Lagi-lagi saya termenung, diam saat memasukkan riwayat keorganisasian dalam CV saya. Sebanyak ini, dan apa yang sudah saya perbuat untuk khalayak umum dengan jabatan ini semua?
Ingatan saya terlempar saat zaman saya SMP dan SMA. Teringat jelas bagaimana bahagianya saya saat kedatangan murid baru. Muka-muka yang lugu mereka memandang saya dan teman-teman saya yang berbalut almamater ISBAT/OSIS dengan kagum, sesekali berbisik “nanti aku mau kayak kakak yang itu, ah!”. Atau saat saya terlibat dalam sidang kebahasaan setiap sore saat beberapa anak tertangkap berbahasa selain bahasa inggris/arab dilingkungan pesantren. Teringat waktu itu betapa menakutkan dan diseganinya saya oleh siswa lain.
Tapi, menikmati 6 tahun seperti itu, membuat saya berfikir saat mulai memasuki jenjang kuliah. Terutama saat diamanahi jabatan (kembali). Merasa sudah mulai merasa kalau yang saya rasakan dalam memegang jabatan selama SMP dan SMA nampaknya bukan hal yang benar, saya mulai berpikir, apakah jabatan kelak hanya digunakan untuk memuaskan nafsu “kesenangan” ketika dilihat orang lain baik? Atau memenuhi kepuasan ketika hampir seluruh orang tau kalau kita mempunyai “jabatan”?
Malam-malam saat itu diisi dengan pencarian kesana-kemari tentang apa hakikatnya “jabatan”. Kenapa lagi-lagi saya dipercayai memegang jabatan ini? Sebenarnya, untuk apa jabatan ini bagi saya? Dan untuk apa semua ini?
Saya habiskan waktu saya untuk memandang lebih luas persoalan ini. Ternyata, bahkan banyak seusia saya bahkan diatas saya memandang sebuah “jabatan” hanya di ranah eksistensi. Bahasa gaulnya, “buat petantang-petenteng”, menjadi kebanggaan tersendiri, walaupun tidak tahu harus berbuat apa dengan jabatan itu. Persis seperti saya jaman SMP dan SMA. Padahal, kerap kali saya dinasehati oleh yang lebih tua, jilkalau jabatan, adalah sebuah media pembelajaran dan pengembangan diri yang mahadahsyat, sekalipun hanya ditingkat yang rendah. Namun, dengan catatan, ia menemahami hakikat dari jabatan itu sendiri.
Ketika jabatan itu diamanahi kepada diri ini, sejatinya diri ini dianggap “lebih mampu” dari yang lainnya, selain tentunya “lebih dipercaya” dibanding yang lainnya. Walaupun nyatanya mungkin tidak. Disitulah pembelajaran dan pengembangan diri bekerja. Manusia hakikatnya terus belajar dan berkembang hingga ia mati. Salah satu pembelajaran yang pernah dinasehati oleh ayah saya kepada saya saat saya mulai terjun kembali di dunia organisasi perkuliahan, “dengan jabatan, kita bisa bermanfaat bagi orang lain. Kamu bukan harus menyenangkan semua pihak, karena pasti ada saja orang yang tidak suka denganmu, walaupun kamu ada di jalan yang benar.”
Hal itu yang kiranya menurut saya menuntut yang memiliki “jabatan” harus lebih berkembang dan belajar, demi khalayak banyak bisa memetik manfaat yang banyak dengan diamanahkan padanya jabatan tersebut. Tapi, ada tanda tanya yang belum terselesaikan saat itu; “apakah semua yang mempunyai “jabatan” menyadari hakikat sebenarnya dari “jabatan” itu sendiri?”. Saya menebar pandangan kesekeliling, lagi-lagi banyak yang setelah meraih jabatan tersebut, dirinya tak tahu harus apa dengan jabatan tersebut, dan lebih mirisnya, bangga dengan “kekosongan manfaat” yang ia lakukan selama menjabat.
Saya tidak menyalahkan sepenuhnya terhadap oknum-oknum tersebut, mungkin mereka kekurangan arahan, atau bisa jadi salah mendengarkan arahan hingga tidak mengerti hakikatnya, namun merasa bangga terhadap jabatan yang kosong tersebut. Tapi, saya juga tidak bisa membenarkan tindakan tersebut, apalagi hal tersebut bisa menjadi contoh bagi generasi kedepan, bahwasannya jabatan hanya berfungsi menjadi eksistensi semata. Lagipula, kesalahan ini hanya terjadi kepada manusia yang hanya melihat dan belajar dari satu sudut pandang manusia, namun enggan untuk melihat dan belajar dari sudut yang lain. Fanatisme dalam pembelajaran merupakan bukti nyata disini! Dibuatnya seperti katak dalam tempurung oleh dirinya sendiri.
Sungguh, memutus mata rantai kebodohan merupakan pekerjaan yang amat sulit, karena sudah mendarah dalam dagingnya stigma tersebut, sehingga dianggapnya sudah benar.
Namun, hemat saya, ketika jabatan sudah dalam genggaman, seiring dengan segala akses kemudahan dan hal lain yang lebih didapatkan daripada yang tidak memiliki jabatan, seiring itu juga ia harus belajar lebih keras daripada yang lainnya dengan media jabatan tersebut. Bukan hanya berpuas pada eksistensi belaka lalu melupakan bagaimana memanfaatkan jabatan yang telah diberikan kepada seluas-luasnya yang dapat dijangkau.
Karena, hakikatnya, seorang manusia terbaik, adalah manusia yang paling bermanfaat bagi orang lain. (HR. Ahmad ath-Thabrani ad-Daruqutni)
Ya, tulisan ini juga semoga bisa menjadi pengingat yang baik untuk saya dikala mungkin sedang khilaf kedepannya. Pun, karena saya seorang manusia, membutuhkan pengingat agar tidak terjatuh ke hal yang sudah saya wanti-wanti sebelumnya.
Jangan lupa terus belajar! Cheers.
Wassalamu’alaikum.
0 notes
rmolid · 4 years ago
Text
0 notes