sebuahprosa
verba volant, scripta manent
138 posts
Don't wanna be here? Send us removal request.
sebuahprosa · 5 years ago
Text
Tumblr media
Assalamu’alaykum,
Waktu yang sudah lama gue nantikan akhirnya terwujud, semua ini merupakan sebuah berkah yang tak terhingga, selalu gue doakan semoga ini adalah jalanNya agar gue semakin dekat kepada Dzat yang Maha Pemberi Nikmat.
Gue akan cerita mulai dari persiapan keputusan untuk APPLY LPDP.
Sebenernya, gue dan temen gue (Raudha) sudah sejak kami semester 4, rajin sekali mengunjungi pameran beasiswa dan pameran kampus-kampus luar negeri. Mulai sejak itulah aku yakin sekali LPDP adalah salah satu koentji untuk melanjutkan mimpi.
Dimulai sejak tingkat dua itu, aku mulai mencari tau informasi LPDP baik di website atau mengunduh aplikasi di play store. Jadi, jika kata orang Ana beruntung sekali ya, sebenernya itu ga juga. Pernah suatu hari di kali ketiga kami (Aku dan Raudha plus semua anggota peer groupku – Teteh, Firda, dan Rinel) datang ke Pameran beasiswa dan kampus luar/dalam negeri, di gedung Danayaksa kami antre panjang sekali, panas, laper, pegel, dan desak-desakan saat mau bertanya ke booth kampus wkwkwk
Singkat cerita gue mengetahui ada yang namanya LPDP Afirmasi (salah satunya alumni bidikmisi berprestasi), nah jika temen-temen masih bingung coba baca jenis-jenis beasiswa LPDP ya di websitenya, bisa googling dengan masukan kata kunci LPDP, nanti akan keluar.
Jadi LPDP itu ada yang umum (regular), dan ada yang khsusus (yang ditargetin pemerintah) misalnya afirmasi pra sejahtera (atau maaf – tidak mampu), dan lain-lain, salah satunya adalah alumni bidikmisi berprestasi (ini beda di IPK biasanya). Nah jadi untuk apply beasiswa LPDP Afirmasi (IPK terakhir harus >3,5 dari skala 4,0). Terus gue sadar kan, pada semester 1 gue pernah ngulang matkul karena dapet D HAHAHA, udah otomatis ga cumlaude, tapi alhamdulillahnya karena gue ada pendidikan profesi Ners (Profesi Perawat) jadi transkrip nilai gue ada dua, dan transkrip terakhir adalah pendidikan profesi tersebut, dan alhamdulillahnya lagi, kuasa Allah yang emang baik banget, gue lulus pendidikan profesi dengan predikat cumlaude, Allahu Akbar!
Jadilah gue apply beasiswa di jalur afirmasi. Nah beasiswa afirmasi ini juga lebih banyak tunjangannya dibandingkan regular, kenapa? Karena anak afirmasi dianggap belum mampu, jadi dana program bahasa (lest TOEFL/IELTS) dibiayain. Dan juga syarat nilai B.Inggrisnya lebih rendah dibanding yang regular. Hal ini terjadi karena adanya pertimbangan tertentu oleh pemerintah. Tetapi, alumni bidikmisi yang ingin coba apply harus mencoba dalam 2 tahun maksimal setelah lulus,kenapa? Karena kalo udah lebih dua tahun kita udah dianggap berdaya sendiri, jadi ga adil dong masa pemerintah tetep ngebiayain?
Minusnya kalau kayak gue adalah, galau antara mau lanjut sekolah atau pengalaman dulu, soalnya ilmu keperawatan itu kan praktikal banget, tapi balik lagi Allah yang lebih tau, Allah ada jalan sendiri, Allah mengarahkan untuk ilmu lalu pengalaman akan didapat secara learning by doing dan dikejar setelah nantinya, aamiin..
So, yang tau dirimu adalah dirimu sendiri, jadi gue menulis ini untuk sharing bukan berarti dengan melihat orang dapet beasiswa, lanjut kuliah mereka terlihat lebih keren, Tidak menurut gue. Definisi keren itu adalah menjadi versi terbaik dari dirimu dan bermanfaat atas ke-keren-an-mu itu.
So, pertama adalah tahap Pemberkasan.
Nah! Ini cukup banyak, bisa dilihat ya di bookletnya apa saja yang di syaratkan. Tapi gue akan menceritakan hal-hal krusial.
1. Rencana Studi dan Proposal Studi
Hmmm apa bedanya?
Sebenernya ini adalah hal dasar banget… proposal studi itu adalah alasan kenapa sih lo mau lanjut kuliah lagi? Emang efeknya apa kalo lo kuliah dan engga? Soalnya ni gaes, ini beasiswa uang rakyat, coba pikirin deh kalau lo nanti sekolah niatnya mau jalan-jalan doang, mau keren-kerenan doang dengan gelar, apa dampak timbal balik buat masyarakat yang uangnya lo pake buat sekolah? Kasarnya gitu. Nah jadi coba dicamkan di hati dan pikiran ketika buat proposal studi itu ga hanya sekadar melengkapi syarat yang diminta pihak LPDP tapi juga itu kesadaran diri, latar belakang kenapa sih harus daftar?
Nah kalau rencana studi itu adalah silabus, pas lo ntar lanjut sekolah di universitas mana harus tau mau pelajari apa di sana, nah ini harus detail dan rajin pas bukain web/nanya ke kampus via datang langsung atau email. Jadi lu bakalan ga ngerasa, wah gue salah jurusan (
Dua hal ini harus dipersiapkan, dan yang tau lo mau jadi apa ya lo sendiri, jika masih belum menemukan cobalah diskusi, eksplor disi dengan berbagai kegiatan.
Gue dulu tau apa yang gue mau dengan cara ikut banyak kegiatan, khususnya di bidang kerelewanan, diskusi sama peer grup gue tadi, dan dosen-dosen. Nah ini tentang diskusi sama dosen, jangan malu untuk menceritakan mimpi, malah itu menjadi jalan membuka kesempatan-kesempatan lain, percaya deh. Sebenernya ga harus dosen sih, bisa kakak tingkat atau siapa gitu yang menurut lo inspired dan bisa diajak ketemu, oh iya, gue tipe orang yang lebih suka diskusi secara ketemu dibandingkan chat hahaha (FYI). Jadi kalo ada hal yang perlu kita diskusikan mari berjumpa, hiyahiyahiya
2. Kemampuan Bahasa Asing (English)
Nah kalau untuk ini banyak jenisnya, entah itu TOEFL (ITP, iBT), IELTS, TOEIC, TOALF, dll.. sesuai dengan kebutuhan aja ya. Nah, di sini yang perlu gue tekankan adalah yang bisa mengukur kemampuan adalah dirimu sendiri, kira-kira lo udah perna belum ikut tes TOEFL atau IELTS atau apa gitu. Nah, jadi persiapannya bisa jadi akan beda di tiap orang, tergantung masing-masing start poinnya. Jadi jangan merasa minder ya guys. Kalau memang belum sampai di target ayo!! Kejar. Gue pun cukup struggling di sini. Nah, kalau gue kemarin pakainya TOEFL ITP tesnya di KAPLAN, Alhamdulillah satu kali real test 543. Tapi, gue sebenrnya kenal TOEFL ini sejak SMA, pertama kali coba-coba predictionnya 420 (ahaha), lalu coba lagi 467-476-495-516, wahahaha bangga banget bisa tembus >500. Itu beberapa kali gue latihan di tempat les waktu di Palembang dan di LBI UI pas masih mahasiswa semester 6. Lalu karena gue tau gue mentok di nilai segitu-gitu aja gue belum mau real test, kenapa? Karena gue tau kemampuan gue, gue inginnya sekali real test > 500 (persyaratan Afirmasi Alumni Bidikmisi tujuan kampus LN minimal ITP 500). Alhasil, dengan sisa beasiswa dari Yayasan Jepang gue ke Kampung Inggris, Pare, Kediri, Jatim. Lumayan tuh gue bisa improve jadi 543.. gue ambil di salah satu lembaga bernama TEST English School intensif TOEFL 1 bulan, masyaAllah cuy di sini wkwk. Intensif bener-bener intensif, gue merasa kayak jadi anak pesantren. Waktu belajar Senin-Jumat (pkl 05.30 s.d 21.00) plus Sabtu kita scoring. Ohiya scoring itu tiap hari, tiap siang, dengan kisah yang lucu, ada suara ayam berkokok lah pas listening section, mandi antre di camp, dll. Tapi karena atmosphere yang mantap jiwa, teman-teman yang rejeki banget rasanya, jadi semangat untuk belajar juga membuncah (walau 2x ku bolos karena ku butuh main haha). Ohiya, cara belajar teman-teman sendiri yang lebih tau, kalau gue sih gitu, study hard, play harder wkwk. So, nyiapin kemampuan bahasa kalau gue saranin jangan mepet sama jadwal pendaftaran yaw.
3. Surat Rekomendasi
Nah lalu ini juga yang krusial. Gue jadi inget, pertama kali mau minta rekomendasi dari dekan fakultas haha, karena gue merasa cukup dekat (pede banget) sama Pak Dekan. Tapi, sayang seribu sayang karena ada suatu hal terkait institusi, secara institusional beliau ga bisa ngasih gue rekomendasi, tapi secara personal beliau dukung banget. Lalu, gue melipirlah ke salah satu guru besar fakultas, kenapa gue berani banget? Karena gue SKSD orangnya wkwk, ga juga deng. Jadi Prof. Achir Yani, seorang Guru Besar Keperawatan di Indonesia ini merupakan putri asal Sumatera Selatan, nah sama kan sama gue, Alhamdulillah karena itu, dan gue sempat kenalan dan sempat diskusi juga tentang provinsi kelahiran kita jadilah kenal. So, untuk silaturahmi itu ga perlu alas an yang muluk-muluk kok. Jadi kalau ada perlu ga malu-maluin, dan tetep keep in touch. Inilah yang dinamakan silaturahim membuat usia berkah, aamiin.. salah satu hikmah hidup adalah, rejeki ga hanya tentang finansial tapi juga teman, kenalan yang mengajak ke kebaikan. Alhamdulillah gue hubungin beliau dan meminta bertemu. Nah, moment bertemu inilah coba jelasin kenapa alas an kita mau lanjut sekolah, minta pencerahan juga dengan beliau, dan tentunya doa.
Ohiya tentang siapa sih sebenernya yang sebaiknya kita minta sebagai perekomendasi kita? Nah, sebenarnya ini bisa dosen/atasan kerja. Tergantung kita freshgrad atau udah lama kerja. Kalau lo freshgrad gue saranin mintanya ke dosen, misalnya dosen pembimbing akademik/skripsi/tesis. Tapi kalau lo praktisi yang udah lama kerja bisa banget mintanya ke atasan. Jadi, intinya adalah orang yang memiliki kemampuan bisa menilai diri kalian dan cukup kenal baik dengan kalian. Jadi apakah harus Profesor? Ga juga sih, tapi kalo ada dan kenal kita lebih baik. Cuma kalau professor dan beliau ga kenal sama sekali sama kita, bakalan repot juga. Karena isi surat rekomendasi adalah seberapa kenal perekomendasi kenal kalian. Nah, sila browsing untuk contoh surat rekomendasi ya, di mbah google banyak formatnya sesuai dari beasiswanya juga bisa.
4. Detail terhadap Syarat dan Peraturan Calon Pemberi Beasiswa
Maksudnya adalah…. Saat lo mau apply beasiswa coba baca teliti tentang syarat dan permintaannya, biasanya ada user manual nya, nah ini memang tebal biasanya berhalaman-halaman, tapi semua informasi yang penting dan tata cara ada semua di sini. So, jangan malas ya. And, gue sebenrnya agak kzl kalo ada yang nanya gimana Kak apply LPDP? Apa aja berkasnya? Wahahaha rasanya pengen ga gue jawab. Nah, inilah pentingnya usaha diri sendiri dulu, inilah adab bertanya (pengingat ke gue juga), jadi kita udah usaha dan ketika ada hal-hal substansi yang ga tertulis di booklet/user manual itu barulah kita bertanya. So, kalau LPDP ini kan bukan hal yang asing banget, jadi kalau temen-temen searching insyaAllah bakalan banyak banget kok hasilnya di google.
5. Minta doakan di setiap tahap seleksi
Nah ini ikhtiar jalur langit, mintalah doa pada Ibu/Bapak/keluarga dan teman. Gue inget banget di tiap ada temen di perjalanan gue nitip doa, apalagi yang lagi Haji atau Umroh, nah itu makin-makin dah. Tolong ya, gue nitip do’a dan kalau bisa spesifik. Serta inget, luaskan hati juga, jangan maksain kehendak ke Allah ya. Gue slalu inget dari seorang Kakak yang masyaAllah, pernah bilang “jangan lupa selipkan di ujung doa, atau yang lebih baik dari itu menurut Allah”
Oke, mungkin sedikit sharing ini bisa bermanfaat, sebenernya kalau kita ketemu lebih enak ya, wkwkwk. Gue suka banget ngomong sebenernya, kalau ada yang masih belum jelas bisa banget DM di Instagram, insyaAllah bisa lanjut tapi gue lama bales sih biasanya HAHAHA.
ig: @ns.noviana
Wa’ssalamu’alaykum..
9 notes · View notes
sebuahprosa · 5 years ago
Text
FOKUS PADA HAL YANG BENAR
Pada perayaan 17an kemarin, komplek rumah saya mengadakan sebuah kegiatan. Tanpa sengaja, nama saya didaftarkan untuk ikut lomba memasak. Dami memeriahkan acara, akhirnya saya tetap coba mengikuti kegiatan tersebut.
Saya beserta 2 bapak lain, akan beradu dengan kelompok yang lain. Kami hanya diberi waktu 15 menit untuk memasak nasi goreng. Karena itu, kelompok saya sudah membagi tugas, ada bagian masak, ada bagian menumbuk, sedang saya kebagian tugas memotong.
“3…2…1…Mulai!”
Saya langsung mengambil bawang untuk dipotong, bawang bombay lebih tepatnya. Berbekal pengalaman menonton acara masak, saya coba memotong dengan cepat. Bombay selesai dengan cepat, dilanjut dengan memotong yang lain. Tapi kaget, ketika memotong sosis, tiba-tiba sosis menjadi merah, berlumuran darah.
“Itu Pak choqi, itu tangan”
Tanpa sadar, ternyata pisau melukai tangan, dan darah bercucuran dari bagian dekat kuku telunjuk. Akhirnya, saya diobati sejenak, lalu kembali ke pertandingan.
Selama pertandingan, tidak terasa apapun, padahal darah tetap mengalir deras. Namun, setelah pertandingan selesai, saya bisa mulai merasakan rasa sakitnya. Dan ternyata, sakitnya bertahan hingga 1 minggu.
Saya merenungi satu hal, “bagaimana bisa rasa sakit itu tidak terasa ketika bertanding?”
Ternyata, rasa sakit itu tidak terasa, karena dalam pikiran saya, saya harus menyelesaikan apa yang sudah saya mulai, sehingga saya tidak fokus pada tangan yang berdarah.
Andai waktu itu saya tidak lagi fokus pada hal yang saya lakukan, dan hanya fokus pada tangan saya yang terluka, mungkin akan semakin terasa.
Begitu juga dengan kita.
Berapa banyak orang-orang yang hari ini melakukan kebaikan, menyerah karena merasa apa yang ia jalani itu berat?
Berapa banyak orang-orang yang hari ini mendapatkan amanah, mundur karena merasa apa yang ia jalani menyakitkan?
Padahal bisa jadi, rasa sakit yang diterima, beban yang dirasakan, muncul karena kita tidak lagi fokus pada tujuan kita, sehingga kita fokus pada hal kecil lain
Karena itu, jika hari ini kita merasa apa yang kita jalani sangat berat, apa yang kita jalani menyakitkan, bisa jadi itu kareka kita terlalu fokus pada kesakitannya, bukan pada kenikmatan yang kelak akan didapatkan.
FOKUS PADA YANG BAIK Bandung, 4 September 2019 @choqi-isyraqi
316 notes · View notes
sebuahprosa · 5 years ago
Text
Rehat Sejenak
Mari rehat sejenak, maafkan untuk semua yg belum terbalas.
Sering hati ini lelah karena rukhyah yg lemah.
Dear aku,
Berpegang teguhlah pada Dia,
Duhai Dzat yang tiada tandingnya.
Bermunajatlah dalam selimut dosa, meski itu benar tetaplah bermunajat.
Oh Allah, banyak sekali hal yang tak seharusnya dipikirkan, digerutii.
Tapi hati ini rapuh
Sungguh hanya kepadaMu aku meminta. Kami meminta semua ridho, berkah, dan ampunanMu.
Ya Mahabbah..
1 note · View note
sebuahprosa · 6 years ago
Photo
Tumblr media
[Dear, Abang]
Bandung, 14 Juni 2018. Di sebuah kedai kopi kita pertama kali jumpa.
“Dek, udah abang pesenin nih, di minum ya, nih hot green tea latte, biasanya cewe suka green tea kan? Abang pesenin yang hangat, adek keujanan ya pasti?”
Aku diam sejenak, dan berpikir.. ya, mungkin aku akan menyukainya, padahal aku sudah menyiapkan rencana memesan hot cappuccino.
“eh, Abang kebasahan? Adek basah sih, tapi ga banyak. Abang ko bisa lebih banyak basahnya?”
“Hehehe.. Abang tadi nunggu di sana, Abang kira adek di kedai yang sana, dan sudah terlanjur basah juga tadi ojeknya gamau stop dan ga bawa jas hujan.”
Lelaki ini…. Entah, mengapa dia terlihat begitu baik.
“Eh dek! Jangan ngelamun, ini diminum loh kopinya, eh green teanya..”
Siang itu nampaknya matahari kembali bersembunyi, aku yang kelaparan sejak pagi belum makan karena kemageran yang luar biasa, entahlah aku rasanya tak ingin kemana-mana. Sebelum sebuah telepon datang.
“Assalamu’alaykum, Bang?” (dengan seribu keanehan aku memutuskan mengangkat telpon itu)
“Wa’alaykumussalam, iya dek. Adek lagi di mana? Abang lagi di Bandung nih, di daerah Dago Atas, dekat kost Adek, kan?”
“Iya, Bang, Adek lagi di kosan sih, ada apa Bang?” (masih aku merasa aneh, orang yang sebelumnya tak pernah aku temui)
Ya, kami dulu hanya kenal lewat media social, yang bernama instagram. Aku ingat sekali dulu, waktu hendak mencari dana sponsor, aku menemukan sebuah akun yang katanya menawarkan investasi syariah, hm menarik bukan? Investasi dan syariah?
Dan ternyata, beliau adalah Abang dari teman kampusku, ya, dia teman kampusku, yang pernah memiliki tahta di hatiku, dulu sekali, tidak lama, dan sudah tidak ada cerita lagi, tak ada yang tau mengenai kami, hanya aku, dia, dua sahabat dekatku, dan seorang perantara kami. Cerita lama, aku sudah sangat terbiasa.
“Abang udah lama sebenernya mau ngajak ketemu Adek, udah Abang niatin kalau Abang lewat Dago Atas, Abang mau ketemu Adek. Yuk, Abang tunggu ya, kita sambil duduk aja, diskusi.”
“Hmm.. oke Bang, tunggu di Kedai Kopi Merah ya..”
“Oke, Abang tunggu.”
Aku masih tak percaya, telepon di siang bolong itu memecah kemageranku. Entah, aku pun menjadi tak sabar, seperti apa sih orangnya Abang itu.
Aku menghitung waktu, aku segera habiskan makan siang yang sudah telat waktu ini, lalu aku memsan ojek online, dan tiba-tiba awan bergerak dan menumpahkan isinya, hujan! Aku dan Akan ojek pun meneduh sebentar dan memakai jas hujan. Tak apalah, toh belum tentu kapan ada waktu lagi untuk bertemu Abang ini.
Sampai di Kedai Kopi Merah, sudah ada lelaki berbadan bidang, dengan ­polo shirt berwarna abu, tersenyum dan berdiri gagah.
Aku langsung menampilkan wajah sumringahku, dan bergumam di dalam hati, ya… dia mirip adiknya, temanku itu, tapi lebih seperti Abang-Abang, wkwkkw aku terlalu malu mengakuinya, dia keren haha. Physically, lebih gagah. Hm, aku menyebut gagah 2x.
Setelah menelan banyak kebingungan selama 30 menit terakhir ini, akhirnya aku menikmati tegukan pertamaku, hot green tea latte, entah rasanya menenangkan.
“Makasih ya Bang..” kau melemparkan senyuman.
“Iya Dek, Abang makasih juga udah mau ngeluangin ketemu, Abang mau nanya dong sama Adek.”
“Ya Bang?” aku menjawan polos.
“Sibuk apa sekarang? Ada proyek apa nih? Yang lalu pernah nyari sponsor gimana?”
“Oh, sekarang adek jadi asisten peneliti sama dosen di kampus, proyek yang lalu Alhamdulillah masih jalan tapi belum settle sih Bang, hehe mulai ada kesibukan masing-masing di tim. Kalau Abang sendiri gimana start up nya?”
“Oh, iya ga apa-apa Dek, keren lah. Gapapa pelan-pelan, Abang juga dulu mulai start up ini dari minus, buka nol lagi, haha.. Sekarang udah tahun kedua, mulai pengembangan.”
Aku menikmatinya, diskusi mengenai bisnis, ekonomi, dan entah aku ingin mengetahuinya. Lelaki ini menunjukan bahwa ekonomi tak hanya soal corporate, tentang kita beramal, tentang kita bermanfaat untuk masyarakat.
Sangat berbeda dengan
backgroundku yang membahas manusia dan kesehatannya.
“Dek, menurut Adek, Abang S2 dulu atau beli rumah ya?”
“Eh?”
Kenapa tiba-tiba lelaki ini melemparkan pertanyaan itu kepadaku? Kita baru ngobrol 40 menit loh. Ah 40 menit, cepat juga…
2 notes · View notes
sebuahprosa · 6 years ago
Photo
Tumblr media
{TIBA-TIBA MENGHILANG}
“Rif, aku di Surabaya nih sekarang, kalau aku mau beli almond crispy gimana ya enaknya?”
Klik! Sending the message by whatsapp.
“Ko centang satu ya, gaada foto profile lagi, hmm..”
Aku bergumam memikirkan mengapa, akhirnya aku mencarimu di instagram, dan ternyata tak ada namamu, Rifki Ramadhan, teman yang lama aku kenal, ya cukup lama, sebelum aku mengenal teman-teman dekatku sekarang.
Ada rasa geram di dadaku, astaghfirullah. “block!” apa salahku Rif, aku kira kita biasa saja, atau aku yang memaksakan ini seperti biasa saja, entahlah, aku juga sebenarnya merasa bersalah, atas rangkaian kalimat yang pernah kita rangkai dan saling kirimkan.
“Naaaaaayyyy, gila gue sebel banget kayaknya gue diblock deh sama si Rifki, entah kenapa ya, kan gue mau nanya alamat almond crispy, mumpung lagi di Surabaya dan dia kan orang Surabaya.”
“Hah? Lo diblock Nis? Kenapa ya? Mau gue tanyain kenapa?” balasa Naya yang ikut kesal.
Ya, Naya teman Nisa dan Rifki, mereka kenal karena acara berbeda tetapi ternyata masih dalam satu lingkaran yang sama.
“Ga usah Nay, kayaknya gue tau deh.. gapapa gue ga pingin banget almond crispy sih, pliss ga usah ditanyain ke dia ya..”
Aku tau Rif, aku yang salah, tak mungkin ubahnya kamu tiba-tiba seperti ini. Atau memang kamu yang berubah dan aku belum menyusulmu, ah tidak, tidak perlu bersusul-susulan dalam berhijrah kan?
Aku yang stagnant, atau mengalami kemunduran, entahlah, aku mulai menjauh. Ya Allah, kenapa engkau beri “tamparan” seperti ini melalui dia?
ingatkah di saat guru kita menjelaskan mengenai surat Al An’am di bagian pertengahannya? Bukankah setan yang sangat berpengalaman itu telah memperdaya kita?
Mungkin itu, alasanmu pergi tiba-tiba dan aku merasa malu. Malu, aku Nampak jauh dari-Nya, dan jauhmu kini mengingatkanku bahwa aku harus kembali.
Apakah aku yang menjadi perantara dalam menikmati rasa yang seharusnya belum boleh ada, lalu sekarang apakah aku jatuh dan taka da tangan yang siap menangkap?
Zukhruf – indah, cantik seperti emas – sifat tipu daya setan, telah menggoda kita. Entah apa yang aku rasakan, aku ingin bersyukur karena diingatkan dan masih sadar, tapi aku sedih mengapa aku tidak peka.
Ya, memang tidak ada yang benar-benar baik jika wanita dan laki-laki berkomunikasi terlalu sering tanpa ada kepentingan?
Dan kamu menghilang, ah tidak. Aku masih menyimpan alamat emailmu.
Ya Allah, bolehkah aku sampaikan maaf?
Rifki..
“Nis, maafkan aku jika kamu berpikir yang macam-macam, aku yakin inilah yang terbaik untuk kita. Maafkan aku jika menanam benih yang nyatanya kamu pupuk melalui setiap kalimat yang kamu kirim, aku tak sadar jika aku menyemai terlalu banyak, maaf..”
Click! Block kontak.
Kemarin ku dengar dari Naya di saat rapat acara kamu lagi di Surabaya, aku tau kamu pasti ingin membeli almond crispy, makanan yang pernah aku bawakan untukmu, kamu suka sekali sepertinya, sampai memesannya lagi di saat aku pulang. Gimana Surabaya, Nis? Panas ya, hahaha aku ingin sekali mengatakan itu. Tapi, aku dan kamu, kita, bukanlah siapa-siapa. Sepasang manusia yang nampaknya tak aku saja yang menaruh rasa, aku bisa membacamu, seorang gadis yang sangat ekspresif dan slalu energik, berdiskusi mengenai kegiatan pemberdayaan masyarakat sangat mengasyikan. Tapi, aku sadar, aku diingatkan guru kita untuk tidak melakukan “manuver” apapun terhadap siapun, wanita, termasuk kamu, wanita yang belum tentu aku datangi walinya.
Sebenarnya, minggu depan aku juga pulang ke Surabaya, Ibuku ingin mengenalkanku dengan wanita pilihannya, dan ternyata itu adalah dia, teman SMAku yang dulu pernah aku kagumi, entahlah apakah ini juga pertanda, aku harus menjaga perasaanmu mulai sekarang, Nis. Tenang saja, nanti kamu juga terbiasa, aku selalu berdo’a agar Allah menjaga perasaanmu, dan aku.
Menjauh karena-Nya, aku rasa itu lebih baik.
 Bikin part 2nya ga ya? Masih ngegantung banget wkwk…
Insyaa Allah..
@Jakarta, 3 Februari 2019
1 note · View note
sebuahprosa · 6 years ago
Photo
Tumblr media
HATI-HATI DENGAN BEASISWA
 Beasiswa? Coba apa sih yang ada dipikiranmu ketika kata ini muncul?
Uang? Ya, kebanyakan seperti itu, dan memang benar adanya. Meskipun tidak hanya itu, misalnya program pembinaan, pelatihan, dan lain sebagainya, banyak jenisnya.
Seseorang yang berkecimpung di dunia pendidikan sudah sangat tidak asing dengan beasiswa. Selain itu, beasiswa memang menawarkan banyak keuntungan tapi jika kita berpikir lebih dalam, selain menawarkan keuntungan sebenarnya juga meawarkan tanggungjawab. Yap! Tanggungjawab moral yang sudah sepaket dengan keuntungannya.
Taukah kamu? Bahwa pemberi beasiswa pasti mempunyai motivasi atau alasan, misalnya beasiswa yang cukup ternama beasiswa bidikmisi yang diberikan oleh Belmawa Kemenristekdikti. Taukah kamu dari mana dana tersebut berasal?
Dari rakyat Indonesia…..
Ya, bisa jadi orang tuamu juga berkontribusi menjadi pemberi beasiswa dan berapa banyak rakyat Indonesia lainnya. Hhmm, dari mana ya? Ko bisa?
Pajak!
Negara kita telah mengatur mengenai pajak dan sekian persennya (gue harus baca nih datanya huhu) diberikan ke bidang pendidikan.
Dan yaaa, gue adalah salah satu penerima manfaat dari beasiswa Kemenristekdikti bidikmisi yang kuliah selama 5 tahun tanpa mengeluarkan biaya sepeserpun untuk membayar uang kuliah tunggal (UKT), bahkan gue mendapatkan uang saku 650k per bulan, uang kedatangan ke universitas. Ah, bayangkan guys, entah uang siapa saja yang telah membantu gue hingga menjadi Ners seperti ini.
Dan belum lagi teman-teman lain, yang telah menjadi apa lagi….
Seyogyanya ini bukan hanya mengenai beasiswa bidikmisi saja, beasiswa apapun itu, niat kita untuk mendapatkan beasiswa sangatlah beragam. Tapi ingat, hati-hatilah dalam setiap beasiswa yang engkau daftar dan hingga kau manfaatkan (noted to my self), bahwasanya semakin banyak manfaat beasiswa yang kau dapatkan, artinya semakin banyak itu juga jasamu bagi pemberi beasiswa dan notabennya bukan hanya kepada “nama perusahan/yayasan” tapi dari asal rantai beasiswa itu berasal – masyarakat – bayar pajak – kas Negara – APBN pendidikan atau iuran pekerja – yayasan – nah pekerja juga mempunya keluarga. Dan bukan berarti kita harus do something untuk keluarga pekerja tsb, tapi balaslah dengan cara terbaikmu, dengan berbagi kembali misalnya, meneruskan rantai kebaikan. Seru toh kalau kebaikan sambung menyambung dan tak terputus.
Idealis sekali ya, dan itu memang sulit. Tapi, lebih baik ada 1 yang terus mencoba daripada tidak sama sekali. Well, semoga Allah memampukan kita untuk menjalankan setiap niat baik dan mengubahnya menjadi laku. Aamiin :)
0 notes
sebuahprosa · 6 years ago
Text
Enak Dilihat, Tidak Enak Diwujudkan
misal, rumah-rumah yang muncul di pinterest, di tumblr, dan situs-situs interior lainnya. misal, rumah tangga yang terlihat sangat harmonis di instagram dengan segala atribut kemewahannya. misal, pencapaian-pencapain teman-teman kita yang rajin termuat dalam laman media sosial kita. misal, angka-angka berupa pendapatan yang terlihat begitu menggiurkan yang diperoleh oleh rekan kita yang lain.
melihatnya, apalagi membayangkannya, semuanya terlihat begitu menyenangkan, membayangkan itu semua terjadi pada hidup kita. Rumah yang lucu dengan desain interior yang tertata, instagramable pokoknya. Rumah tangga yang diisi oleh pasangan yang cantik/tampan sekaligus saleh dan salehah, diberi kecukupan ekonomi yang membuat keluarga kita tak perlu terlihat kucel ketika difoto, karir kita yang memberikan keleluasaan finansial sekaligus kebebasan dan popularitas. semua terasa begitu enak dan menyenangkan apabila menjadi milik kita.
tapi, semua itu tidak lagi enak ketika kita harus mewujudkannya, tidak semua siap, mampu, memiliki kapasitas untuk itu, dan bersedia untuk bekerja lebih keras, berkorban lebih banyak, dsb.
padahal di sanalah letaknya kenikmatan yang terlihat, tatkala kita bisa mencapai sesuatu yang diupayakan dengan jerih payah, saat itu kita bisa memberi makna dengan lebih baik apa-apa yang kita miliki.
yogyakarta, 28 januari 2019 | ©kurniawangunadi
454 notes · View notes
sebuahprosa · 7 years ago
Photo
Tumblr media
[Terbit atau Terbenam] Dapatkah kamu membedakan bahwasanya kapan matahari itu terbit dan tenggelam dengan hanya melihat sekilas dari foto tersebut? Bisa saja jika ada seseorang yang menuliskan "Morning Sunshine 🌞" dan seketika kita menyangka itu adalah terbit, pun sebaliknya. Padahal sesungguhnya itu adalah matahari terbenam. Sesungguhnya manusia itu kadang tidak benar-benar tahu. Kita hanya menilai apa yang nampak saja dengan segala asumsi belaka. Tentang mendengar cerita dari orang lain, menjadikan pengalamannya sebagai referensi pertama kita untuk menanggapi sesuatu. Menurutku itu belumlah bijak secara paripurna. Ada sesuatu yang harus dipikirkan lebih jauh. Tentang sudut pandang. Ya, tulisan ini adalah cerminan tentang ketakutan awalku - dan lainnya - saat menghadapi stase Keperawatan Gawat Darurat yang katanya sangat menyeramkan. Bahkan ada pepatah, jika di semester awal sudah berhasil lulus kami mendapatkan gelar "N" dan jika di semester kedua lulus KGD kami mendapatkan gelar "S". "Ns" gelar dimana akan ditambahkan di depan atau belakang nama bagi seseorang yang menempuh pendidikan profesi Ners, di Indonesia. Tapi ternyata perjalan di stase KGD ini adalah bak matahari yang kadang terbenam dan terbit - keduanya memberikan cahaya yang unik. Sama-sama bersinar. Pun dalam KGD saat dinas atau ujiannya, keduanya memiliki hikmah dan sama-sama menegangkan. Tetapi, harus slalu kita ingat bahwa ada Dia yang berkuasa Menerbitkan dan Menenggelamkan matahari pun membersamai kita dalam melewati stase ini. Semangat teman-temanku yang masih dan akan berjuang di stase ini. Ikhlaskan saat memulai dan mengakhirnya. Semoga khusnul khotimah✨ Terima kasih atas kerjasama temab-teman kelompok dan para dosen yang sungguh luar biasa. Allah itu baiiiikk banget telah mengirimkan kalian :") Photo by Mas @irfankurniapratama (dalam perjalanannya ke Surabaya) btw katanya ini foto sunset yang di post dengan tulisan morning sunshine 🌞 wkwk
1 note · View note
sebuahprosa · 7 years ago
Photo
Tumblr media
[Hidup tak se-bercanda itu] Adalah kejutan hadir di setiap harinya. That's why everyday is different. Everyday is special. Di balik semua kejutan yang hadir di hari ini merupakan pelajaran hidup yang Dia berikan melalui serangkaian peristiwa. Sebenarnya kita bukanlah sedang berkompetisi untuk melewati ujian sekolah atau kuliah kita. Pun menyelesaikan tugas dan ujian naik jabatan. Jauh dari itu. Ujian sebenarnya adalah tentang iman... Tentang kepercayaan kita terhadap pertolonganNya. Akan hadir? Tentang sabar menjalani skenarioNya. Karena skenarioNya adalah yang terbaik. Dan sabar merupakan sifat yang sangat dicintaiNya. Bukankah katamu kamu indin dicintai oleh Nya? Setelah semua peristiwa direfleksikan ketika hendak kamu tertidur, barulah kamj sadar tentang amalan hati yang tanpa sadar berkecenderungan menjadi jiwa yang berkeluh kesah. Ya Allah, maafkan hati-hati kami. Maafkan atas semua persepsi yang masih harus terus diluruskan. Kuatkan jiwa-jiwa yang lemah ini karena sesungguhnya memang hanya Kau yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat. hasbunallah wanikmal wakil. #day2 #30haribercerita
1 note · View note
sebuahprosa · 7 years ago
Photo
Tumblr media
[01.01.18] Bismillahirrohmaanirrohiim✨ Ku rapalkan do'a dan mudah-mudahan tak henti bibir ini mengatup dan mengunci dikarenakan mengucap istighfar. Ya Rabb, jadikan diri ini senantiasa menjadi lebih baik. Secara masehi tahun ini berganti, semoga ini menjadi salah satu pengingat diri. Terima kasih atas pertemuan hari ini ya dik-adik yang selalu semangat menceritakan tentang konstruksi dan hukum ekonomi dalam Islam. Semangat ya both of you yang sedang merenda skripsi. alhamdulillah ala kulli hal😊 #firstdayin2018 #bismillah #1/30 (at Jakarta Centre)
0 notes
sebuahprosa · 7 years ago
Photo
Tumblr media
[Sulaiman's Family] Ini adalah potrait (mungkin) baru seperempat dari seluruh keluarga besar Palembang a.k.a Sulaiman's Family, Al Husain(?) Alhamdulillah di agenda kumpul 3 bulanan ini bisa bergambar a.k.a berfoto😁 Masih jelas teringat pesan dari latar belakang diadakannya kumpul rutin ini adalah tak lain untuk menjaga tali silaturahim diharapkan dari generasi senior hingga cicit-cicitnya tetap saling kenal. Di event kumpul ini dikenalkan juga siapa yang baru bergabung menjadi keluarga baik dari adanya kelahiran atau pernikahan. Jadi, kalo kamu jadi sama aku harus ikut kumpul ini ya biar terdaftar (loh?). Apalagi kebanyakan kolega berada di beberapa kota/kabupaten/provinsi tang berbeda. Who knows kalo di jalan atau di suatu event ketemu udah ngobrol jauh eh ternyata itu sodaranya sendiri.. Dan keluarga adalah kelompok kecil dari sebuah ketahanan bangsa karena kehidupan berpolitik memang sudah dimulai sejak dalam adanya keluarga. Yuk, belajar juga untuk membantu membangun bangsa dari unit terkecil, yang namanya keluarga ini. Ya Mahabbah, jagalah hati kami agar selalu terikat dan saling mengingatkan untuk mengingat-Mu. 💕✨💕✨💕✨💕✨💕✨ #sulaimanfamily #alhusain #ketahanankeluarga #chapterjabodetabek #mysupportsystem #anakrantau (at East Jakarta)
0 notes
sebuahprosa · 7 years ago
Photo
Tumblr media
[Sepertinya Hujan] Kini mendung selalu hadir di setiap siangnya hari. Tampak matahari menjadi malu-malu. Sedangkan tanah mulai memunculkan harap bahwa mungkin ini adalah saatnya ia menerima siraman cinta dari Sang Maha Pemberi Rahmat. Semakin mendung, semakin bahagia sang tanah menanti datangnya hujan. Di saat petir dan kilat muncul Di saat manusia mulai memasuki bangunan dan gedung untuk berlindung atau mulai mengembangkan payung Sedangkan sang tanah semakin mengambangkan senyuman. Tapi sayang, angin kencang membawa awan kumulonimbus pergi ke daerah sebrang sana. Meninggalkan sang tanah dan menarik semua harap. ------------------- Bak orang-orang menanti datangnya takdir atas semua ikhtiar yang telah dilaluinya. Bahwa jika akhir tak menunjukan hasil selayaknya proses, yakinlah mungkin itu bukanlah hasilnya. Yakinkan saja bahwa Dia yang akan memberikan hasil terbaik kepadamu. Di saat hatimu benar-benar siap untuk berbahagia menerima takdir-Nya. Yakinkan saja. #selfreminder 😊
0 notes
sebuahprosa · 7 years ago
Photo
Tumblr media
[Naik Tingkat] Pernah tidak kamu mengalami sesuatu yang bahkan tak pernah kamu bayangkan sebelumnya? Tentang fakta yang baru-baru ini saya ketahui, yang sungguh baru kali pertama saya alami. Pengalaman yang katanya wajar untuk usia seperti ini. Tentang kabar, pengharapan, dan keputusan terbaik dari-Nya. Tentang sesuatu yang mengalir, deras, bersama debit yang cepat. Ada rasa "kaget" bagi manusia seperti saya, tapi tidak seperti itu di mata-Nya. Secara sadar, akhirnya saya memahami bahwa ini adalah bagian dari proses untuk menuju level selanjutnya. Tentang merenda keluasan hati dan mengambil hikmah sebanyak-banyaknya. Dalam setiap perjalanan. Dalam setiap fase kehidupan. Wajar sekali hal yang terjadi di awal adalah hal yang sangat mendebarkan karena Allah ini membuat itu berkesan dengan cara-Nya. Cara yang kadang tak sampai oleh akal pikiran hambaNya. Ya Rabb, teguhkan hati-hati kami bahwa pilihanMu adalah yang terbaik dari segala pilihan. (at Jonggol, Jawa Barat, Indonesia)
1 note · View note
sebuahprosa · 7 years ago
Text
Cerpen : Bacaan Quran
Belasan tahun lalu, saat emak masih ada. Aku masih ingat bagaimana kami melalui jalanan ini setiap hari minggu pagi, kami ke pasar dekat stasiun kereta. Dulu, jalanan ini masih berbatu. Bebatuan yang ditata rapi. Kini semuanya sudah berubah menjadi aspal. Sekarang hampir tidak ada yang berjalan kaki ke pasar yang jaraknya hanya sekitar 500m dari desa. Pemotor hilir mudik, memenuhi jalanan.
Aku masih ingat bagaimana setiap perjalanan ke pasar ini, saat menemani emak ke pasar. Banyak sekali obrolan kami yang berkesan. Satu per satu obrolan itu pun menjadi peganganku hari ini. Sebuah nasihat yang menjadi nyala dalam hidup-hidup berikutnya, apalagi setelah emak meninggal. Salah satunya yang ingin aku ceritakan kepadamu.
Waktu itu usiaku sekitar delapan atau sembilan tahun, aku lupa tepatnya. Masa itu masa-masa setelah krisis moneter. Emak ikut berjualan di pasar dan perjalananku kala itu tidak hanya sekedar menemani emak ke pasar untuk belanja, tapi juga jualan. Aku membawakan barang-barangnya dengan sepeda kecil yang aku tuntun.
Waktu itu aku sudah mulai mengaji. Aku mengaji di rumah tetangga yang hanya berjarak tiga rumah. Dan aku benar-benar terkesan dengan pembicaraan kami kala itu, meski pada waktu itu aku tidak sanggup memahami dengan utuh kalimatnya. Kini aku paham.
“Nak, emakmu ini tidak bisa baca Quran. Emak cuma bisa mendengarkan dari orang lain kemudian mengingatnya. Emak tidak pernah mengaji, tapi itu bukan berarti emak tidak belajar agama. Emak sibuk bekerja dari pagi, untuk itu emak pengin nabung pahala yang banyak di kamu. Kamu harus belajar, baik belajar ilmu dunia maupun agama.”ujarnya.
“Buat emak, orang yang paling bagus bacaan quraannya itu bukan yang mereka yang bacaannya sering diputar dari kaset rekaman di masjid tiap menjelang shalat jumat itu.” lanjutnya.
Aku memasang muka penasaran, tanda ingin tahu apa yang sebenarnya emak pikirkan. Aku memang terkenal paling payah dalam mengaji di antara teman-teman yang lain. Hafalanku paling kacau. Bacaanku juga tidak lancar. Dan emak tahu semua itu.
“Buat emak, orang yang paling bagus bacaan qurannya itu adalah orang yang sekali ia membaca Al Quran, ia mengamalkannya. Setiap ayatnya, setiap perintah dan larangan di dalamnya. Itulah orang yang paling bagus bacaannya buat emak. Karena tidak hanya bibir yang membaca, tapi hati dan seluruh anggota badannya membacanya dan mengamalkannya.”
Kalimat itu mengalir dan berhasil membuatku bersemangat kala itu. Setiap kali satu ayat aku pelajari, setiap kali itu pula aku berusaha mengamalkannya. Seringkali aku bertanya maksudnya apa, mengapa, dan bagaimana setiap kali membaca. Ketidakmengertianku dan rasa penasaranku begitu besar sampai guruku kewalahan menjawab pertanyaanku. Setelah itu, emak memutuskan untuk mengirimku ke tempat mengaji di kota.
Guru ngaji di lingkungan kami bukanlah seperti ustadz hari ini. Mereka mengajar mengaji karena bisa mengaji. Bukan karena lulusan pondok pesantren atau memang mendalami ilmu agama tsb.
Kini rasa syukurku meledak ledak setiap kali mengingat kata-kata emak. Dan aku berjanji kepada emak kalau aku akan memiliki bacaan Quran yang paling baik. Sebagai hadiah untuk emak.
©kurniawangunadi | yogyakarta, 15 maret 2017
574 notes · View notes
sebuahprosa · 7 years ago
Text
Tidak Terlihat Dekat dengan Siapapun
Diskusi QuarterLifeCrisis beberapa hari yang lalu masih seputar dunia jodoh. Mungkin bagi teman-teman yang belum mengalami, atau sudah melewati, obrolan semacam ini bisa dianggap membosankan. Tapi bagi yang sedang mengalami, mendiskusikannya dan berusaha mencari jawaban yang menenangkan adalah sebuah proses penting untuk melewati fase tersebut. Salah satunya dengan curhat.
Salah satu teman kami berkesah, setiap kali pulang atau orang tuanya menelpon, sering ditanya sudah punya pacar atau belum (karena orang tuanya tidak tahu kalau anaknya tidak mau pacaran), atau dengan candaan guyonan dari teman-teman yang lain tentang seputar tersebut. Orang tuanya pun seringkali bertanya, kapan rencana menikah? Sudah ada calonnya belum? Atau dalam kalimat-kalimat tidak langsung seperti, “Wah ini undangan ke rumah banyak banget dari teman-teman SD mu, mereka sudah menikah ya, kayak masih kecil kok udah mau nikah aja.” dan lain-lain.
Sementara teman kami ini, ia sama sekali tidak terlihat dekat dengan siapapun. Sama sekali. Bahkan ketika kami tanya, “Emang nggak ada cowok yang lagi pdkt gitu?” Jawabnya, “Enggak ada”. Juga pertanyaan lain yang sejenis,”Nah, lagi deket sama siapa gitu? Meski dia nggak pdkt?” Jawabnya masih sama, “Enggak ada”.
Dan karena ketidak-adaan inilah yang mungkin juga membuat orangtuanya bertanya-tanya, kok anaknya nggak pernah cerita suka sama siapa, atau lagi dekat sama siapa, atau ada yang pdkt dan gimana? Sementara teman-teman sebaya lainnya bahkan sudah ada yang maju melamar, meski pada akhirnya belum juga menikah.
Usianya sudah cukup matang (dalam standar orang tuanya) untuk masuk ke fase berikutnya. Juga mungkin karena melihat anaknya yang santai-santai aja, cenderung biasa-biasa aja dalam menanggapi hal tsb. Semakin membuat orangtuanya cemas.
Terlepas dari semua itu, terlepas dari sikap cueknya dan kesan biasa-biasanya ini. Teman kami bercerita kepada kami, kalau pada akhirnya dia juga berpikir. Berpikir tentang kenapa dia tidak terlihat dekat dengan siapapun? Enggak ada yang pdkt sama dia, apa enggak ada yang tertarik? Menurut kami, aneh kalau tidak ada yang tertarik dengan perempuan semandiri dan semanis dia.
Sampai pada akhirnya, diskusi panjang tanpa solusi itu berakhir dengan sebuah konklusi, barangkali itu adalah cara Allah menjaganya (terutama setelah ia berhijrah dan memutuskan untuk enggak pacaran), barangkali itu adalah bentuk perlindungan, menyingkirkan laki-laki yang mau mendekatinya tapi tidak dalam levelnya. Dan tentu saja sudah bisa kami tebak, dengan salah satu sifat tegas yang dia miliki, laki-laki kalau cuma mau pdkt untuk pacaran pasti sudah ditendangnya jauh-jauh.
Dan akhirnya, hal terbaik yang bisa manusia lakukan atas apa yang terjadi dalam hidupnya adalah bersyukur. Bersyukur sebab ia tidak terlihat dekat dengan siapapun, bahkan tidak ada yang mencie-ciekan dirinya dengan siapapun. Seperti itulah caraNya menjaga kehormatannya, izzah-nya
Yogyakarta, 17 Oktober 2017 | ©kurniawangunadi
2K notes · View notes
sebuahprosa · 7 years ago
Photo
Tumblr media
Peyek dan Telor Gabus
 Apa nama makanan ini di daerahmu?
 Selepas waktu magrib, saat aku pulang dari salah satu rumah sakit di daerah Bogor, aku turun dari kereta di stasiun Universitas Indonesia. Entah, mengapa rasanya aku ingin saja turun di stasiun ini, padahal aku berencana turun di stasiun pondok cina, karena lelah sekali ingin rasanya naik ojek online saja sampai di depan pagar kost.
Qadarullah, Allah tunjukan cara-Nya, cara yang tak pernah aku mengerti sebelum hal ini terjadi.
Sejak 3 hari kemarin, di tengah mulai hectic nya kegiatan profesi, ya saat ini setelah aku lulus menjadi seorang sarjana keperawatan, aku harus melanjutkan ke jenjang pendidikan profesi agar mampu menjadi perawat yang paripurna.
Ini adalah stase kedua, yaitu keperawatan jiwa, dimana tempat praktik di Bogor, dan aku tidak memilih untuk kost di dekat rumah sakit. Aku lebih memilih pergi pulang dari kost di Depok. Tantangannya adalah harus bangun lebih awal dan berangkat sekitar jam 05.00 wib, di saat langit masih gelap. Tapi, hal ini sangat mengajarkan bahwa ada banyak waktu di awal hari, pagi hari. Alhamdulillah Allah berikan kekuatan untuk tidak  mengantuk dan membuat perjalanan terasa singkat, apalagi ditemani buku.
Tapi, sayang, sejak seminggu terakhir ada yang mulai tak rapi dalam perencanaan, entah, apakah hatinya mulai melemah. Apalagi sejak hari Minggu, sungguh aku merasa mulai berat dengan beberapa kegiatan di luar pendidikan ini, apalagi di saat fisik melemah, di saat aku baru sadar bahwa tugas mulai menumpuk, dan hari ini di saat kepala terasa sangat pusing, di saat hanya pikiran duniawi yang terpikirkan, sampai pasien-pasien masuk ke dalam mimpi.
Astaghfirullah…
Kadang terlintas bahwa wajar saja orang mengeluh terhadap pendidikan ini. Lalu sampai rasanya aku mengeluh, aku kesal sendiri. Ya Rabb, sungguh sangat pendek pikiran ini.
Tapi, Allah itu baik banget, melalui caraNya yang indah. Melalui aku turun di stasiun di luar rencanaku, aku melihat seorang Ibu-Ibu, mungkin usianya sekitar 40 tahun, sedang duduk di halte bis kuning stasiun UI, beliau buta, pada kedua matanya. Saat itu beliau berjualan peyek dan telor gabus. Entah, melalui Ibu ini aku diberi pelajaran olehNya, Allah menunjukan bahwa sangat tidak pantas aku mengeluh, sangat tak pantas. Aku merasa stress hingga kepala pusing karena memikirkan hal-hal duniawi ini. Ya Rabb, sungguh Engkau yang Maha Memahami isi hati hamba-hambaMu.
Lalu, saat aku membeli dagangan Ibu itu, aku sempatkan untuk mengobrol sedikit. Aku bertanya dimanakah rumah beliau, beliau menjawab bahwa rumahnya di Rawa……… (saya lupa), di daerah Bekasi. Beliau cerita bahwa dari stasiun Bekasi masih harus naik angkot dua kali.
Entah, kali ini aku tertegun lagi. Ketika aku tanya “Ibu bisa pulang sendiri?”
“In syaa Allah Mbak, saya bisa.”
“Masyaa Allah, bahkan aku lupa jikalau ada Dia yang Maha Menjaga hamba-hambaNya.”
Kejadian beberapa menit itu membuatku tak henti-hentinya mengeluarkan air mata, rasa yang sudah tak tertahan. Sepanjang menaiki jembatan hingga hampir sampai di depan pintu kost. Ya Allah, sungguh kasih sayangMu begitu dekat.
Yuk, kawan-kawan, sungguh ketika kita akan mengeluh, cobalah untuk melihat orang-orang di sekitar kita.
Akan kita temui, banyak sekali orang-orang yang jauh di bawah kita. Tugas kita asalah menikmati skenario darinya, menikmati dengan cara sebaik-baiknya. Bukan kah Allah telah berjanji dalak kalamNya bahwa manusia itu tidak akan diberikan cobaan di luar kemampuannya?
Tinggal kita yang menentukan. Berlatih dan berlatih untuk menjadi peka. Penulis pun adalah seorang pembelajar yang kadang cepat memahami dan kadang membutuhkan waktu lama, semoga Allah selalu menjaga kita ya :)
1 note · View note
sebuahprosa · 7 years ago
Photo
Tumblr media
[Perjalanan Pekan Ini] Alhamdulillah, Dia berikan kesempatan demi kesempatan untuk memaknai dari setiap tapakan kaki. Tanggal 3 dan 7 di bulan ini menjadi dua di antara kenikmatan yang Dia berikan. 3 Oktober 3017, My 1st chance to be a speaker in a International Nursing Symposium and Festival which held by Faculty of Nursing UI. Melalui proses pembelajaran yang dulu pernah saya eluh-eluhkan. Tentang karya ilmiah yang dulu mendominasi pikiran dan tenaga untuk selalu bergerak menyelesaikannya, dengan hati saya belajar bagaimana namanya menyusun, dengan hati saya juga belajar mencari data di masyarakat yang banyak sekali membuat saya main hati (re:baper) pada masyarakat dengan penyakit gula a.k.a diabetes melitus. Berkali-kali saya ingat almarhum bapak saya. Alhamdulillah hasilnya bisa disumbangkan ke kanal hasil penelitian. Saya berharap tak berhenti sampai di sini. . . 7 Oktober 2017, hari ini menjadi hari dimana rasa keinginan untuk membayar tanggungjawab moral kepada negeri ini semakin membuncah. Tiap kala video rekam jejak Kuliah Kerja Nyata (K2N) UI diputar, rasa berdesir terasa di dalam diri ini. Tahun 2015 dan 2017 sangat mengajarkan saya bahwa saya berasal dari masyarakat, disekolahkan sejak SD hingga S1 dengan uang masyarakat, dan sudah menjadi kewajiban untuk kembali memberi apa yang telah saya dapat kepada masyarakat. Ya Rabb, mudahkanlah, dan mudahkanlah mereka yang hendak mengabdi di bidangnya masing-masing, mereka yang membaca beberapa kalimat ini. Oct, 7th 2017 (at Indonesia)
0 notes