#AliranRasa
Explore tagged Tumblr posts
Text
Pesan dariku bagi para perempuan singlelillah,
Menikahlah dengannya karena surga terasa lebih dekat.
Menikah adalah ibadah terpanjang di sisa usia sebab setelah akad berlangsung setelahnya akan dihitung sebagai ibadah. Maka sudah selayaknya bahwa dengan menikah dengannya, surga akan terasa lebih dekat. Suami dan istri akan nyaman dan tenang karena bisa beribadah bersama-sama untuk meraih ridhoNya. Suami dan istri akan memotivasi satu sama lain agar lebih dekat hubungan padaNya. Suami dan istri akan bertambah taat padaNya. Jika dalam hal sederhana yang tidak bisa didapat oleh mereka yang belum menikah saja bisa bernilai ibadah apalagi dalam hal yang betul-betul ibadah. Maka carilah ia seorang lelaki yang mampu menuntun, mengajak, dan bergandengan tangan meraih ridho Allah.
Memang tidak ada laki-laki yang sempurna, maka carilah ia yang kekurangan atau keburukannya bisa kamu toleransi.
Tidak ada laki-laki yang sempurna, hanyalah ekspektasi kita yang ingin kesempurnaan. Maka susunlah kriteria laki-laki yang kamu inginkan sehingga memudahkan. Carilah ia yang kekurangan dan keburukannya bisa kamu terima dan toleransi. Sebab kehidupan rumah tangga ke depannya sangat berharga dan sangat disayangkan apabila hanya dihabiskan oleh perkara-perkara yang mudah membuat marah. Misalnya, kamu tidak ingin menikah dengan laki-laki perokok maka teguhlah terhadap keyakinanmu. Jika dirasa kamu akan bisa mengubahnya maka bersiaplah untuk proses yang mungkin tidak sesuai dengan yang kamu bayangkan. Tidak ada laki-laki yang sempurna, maka tentukan poin prinsipil yang tak bisa diganggu gugat. Teguhlah terhadapnya dan hindari bermain cinta di awal. Terlebih jika dirasa kita bukanlah sosok Asiah istri Firaun, salah satu perempuan yang dijamin surga olehNya.
Menikahlah karena iman dan akhlak lebih utama daripada teperdaya oleh cinta.
Perkara cinta, ia akan tumbuh seiring berjalannya waktu jika terus dipupuk dan disirami. Bukanlah cinta yang dibutuhkan untuk melangsungkan pernikahan. Maka pandai-pandailah mengelola perasaan sebelum akad dilaksanakan dan kata 'sah' didengarkan. Ialah perasaan 'klik' satu sama lain bisa menjadi salah satu modal tambahan keyakinanmu padanya.
Menikahlah karena bagaimana visi misinya dan bukan hanya terbuai oleh siapa orangnya.
Tentu ingin usia pernikahan yang panjang, demikian sama halnya dengan visi misi. Ia akan terus diupayakan di sisa usia kita. Namun jika hanya melihat siapa orangnya, mungkin ia akan cepat berubah dan purna. Maka jika kamu menolak dan tertolak, bukan karena siapa kamu tapi karena visi misi yang tidak sejalan. Janganlah berkecil hati. Akan ada hati yang siap mengisi. Percayalah pada Sang Ilahi.
#klip2024#kelasliterasiibuprofesional#maret2024#16032024#ibuprofesional#sinergiwujudkanaksi#ip4id2024#aliranrasa#hikmahkehidupan#pernikahan#ntms#pesan pernikahan#self reminder
26 notes
·
View notes
Text
Sebuah Temu
Aliran Rasa #2
Perjalanan hidup mengharuskan manusia berinteraksi dengan manusia lainnya. Entah itu temu yang direncana juga dinanti. Ditunggu dan dirindu. Bisa pula, tak sengaja untuk sebuah temu.
Satu hal yang pasti, "Tak ada yang namanya kebetulan dalam hidup". Allah al-Aliim Maha Mengetahui yang terbaik untuk hamba-Nya.
Tentang sebuah temu, akan ada hari di mana bersamanya kau akan bahagia, sangat. Senyummu tak pura-pura ditampakkan, mengalir tulus dalam ramai pembicaraan. Nasehat yang tak menghakimi, rengkuh ilmu meniti kehidupan.
Tentang sebuah temu, ada pula yang membuatmu sesak. Rasanya oksigen menipis, suhu di sekitar memanas, tak tenang, resah. Kecewa pada keadaan yang tak siap ditemui. Suara jujur yang menyentil hati. Lengkingan nasehat yang tak mau ditemui. "Astaghfirullah hal 'adhzim" berulang kali dilafalkan, elusan lembut yang coba disampaikan pada gemuruh yang bertalu.
Ya Robb, bimbing aku untuk setiap temu. Ada yang menghantarkan kalimat hamdalah riuh, syukur bersambut. Adapula air mata yang mengiring jumpa serta istighfar yang coba dibawa.
Allah Kariim, berikan petunjuk Mu yang jelas dan bisa kupahami. Untuk temu yang meminta keputusan. Jangan biarkan salah menafsirkan dan memberi harap sebuah temu dikemudian. Jaga dari rasa yang salah. Jangan biarkan jatuh, terbentur hingga pecah dalam hal yang membuatMu marah.
Yaa Rahman Yaa Rahim, ajari dan bimbing diri untuk menjaga. Lisan yang nasehat diberi bukan caci. Pandangan yang tunduk bukan meluas tak tau batas. Pendengaran yang baik lagi manfaat serta menerima nasehat. Gerak jemari pada hal yang membawa kebaikan. Langkah kaki yang menggiring pada ridho dan membawa keberkahan. Bijaksana dalam temu yang Engkau ridho.
Bersabarlah dengan "sabar yang jamil". Terimalah dengan lapang. Jalani dengan tenang. Terima setiap ketetapan.
Allah guide me all the way^^
1 note
·
View note
Text
Aliran rasa, Menumbuhkan Diri dengan Amal
Dalam memproses diri untuk bertumbuh ternyata setiap kita memiliki semangat dalam menjalankan amal tertentu, Dalam semangat tersebut ada masa surutnya, atau masa futurnya. Yaitu masa dimana kita lemah dan malas. Karena hal tersebut kita perlu menyikapi setiap kondisi ini. Memantau kembali diri kita, akan membantu mengontrol sikap dan keadaan kita dalam melewati keadaan yang pasti terjadi dalam menjalankan amal dan ketaatan. seperti nasihat Al junaid r.a “Unzur maa dzaa khaalatha qalbak”, lihatlah yang bercampur dengan hatimu? campuran dalam konteks hati atau sama dengan kotoran yang bisa mempengaruhi jernihnya hati dan menggoyahkan ketenangan. Apakah campuran tersebut merubah warna hati menjadi bersemangat, bertahan dalam ketaatan atau sebaliknya, melemahkan ketaatan dari sebelumnya. Ternyata dalam situasi ini kita mendorong diri kita mengenal siapa diri kita sebenarnya, bagaimana titik kelemahan dan apa yang menjadi kekuatannya. Disinilah kita menjadi mengenali siapa yag harus kita perangi dan jauhi agar jiwa kita lebih merdeka dalam situasi baik diwaktu yang lebih lama. (sumber: Muh, L.N Aulia) Dalam berproses dari ulat menjadi kupu-kupu ini, yang terberat adalah menjaga semangat. Karena ketika masa futurnya, ia bisa kalah dan melupakan alasan mula mengapa harus berproses untuk bertumbuh. Maka, dengan bahagia dan mencoba untuk menyuling sari-sari ilmu kemudian menelaahnya kembali untuk mengalahkan rasa malas dan enggan untuk beramal. Konsistensi dan mengingat lagi awal perjuangan, perjalanan masih lah panjang
2 notes
·
View notes
Text
Sedang Belajar
Ternyata saat ini saya diminta belajar untuk tidak menyerah dalam belajar tentang suatu ilmu
Ternyata saat ini saya diminta belajar untuk berbesar hati atas pencapaian orang lain
Ternyata saat ini saya diminta belajar untuk bisa ikut merasakan kebahagiaan ketika orang lain bisa mengamalkan ilmunya
Ternyata saat ini saya diminta belajar untuk terus mengenali diri sendiri
Benar, tiap manusia punya jalan masing-masing untuk bahagia dan bermanfaat
Jika saat ini belum bisa berbagi untuk satu hal tertentu, mungkin suatu hari nanti bisa. Atau mungkin bukan pada hal tersebut kita bisa berbagi, namun pada hal lainnya.
Suatu kepastian, bahwa Allah telah menciptakan dengan sebaik-baik bentuk dan memberikan bekal untuk sanggup menjalankan peran sebagai hamba, khalifah dan imamah.
Maka, semoga tetap bersemangat untuk mencari dan meraih apa yang bisa bermanfaat dan membuat bahagia, untuk diri sendiri dan orang lain, dengan terus disertai rasa syukur dan sabar.
--
Alhamdulillah, tidak bisa berbagi disana tapi bisa berbagi disini, di rumah..❤️
Gresik , 12 Februari 2020
1 note
·
View note
Text
Mengendalikan Diri
Waktu adalah saksi bagaimana sebuah hubungan bisa saling terikat dan menguat. Waktu adalah obat dari kerenggangan sekaligus penawar ketidak-mengenalan. Dari waktu saya belajar mencintai dengan begitu aneh.
Pada dia, seringkali saya bertumpu dan bertanya-tanya akan kemampuan saya, batas saya, dan keinginan saya yang abstrak dan saling berbenturan. Pada dia, seringkali ambisi berubah menjadi penerimaan kenyataan hari ini. Kendala kebanyakan orang adalah tidak bisa mengendalikan diri sendiri, tapi ingin kendalikan orang lain. Tapi, pada dia, pengecualian berlaku : tentang bagaimana saya justru berusaha mengendalikan diri untuk memenuhi keinginan kendali egosentrisnya. Dia adalah masa depan saya, magnetnya terlalu kuat sampai mampu membuat saya -mau-tidak-mau- bertarung dengan diri saya sendiri : mengendalikan diri.
Dia adalah bentuk cinta yang sulit digambarkan. Setiap hari selalu ada yang membuat saya harus meratapi kemampuaun saya : “apakah saya bisa?”, tapi setiap hari pula dia memberikan warna yang tidak pernah hadir sebelumnya dalam hidup saya. Maka, benar adanya bahwa induk teori seni menjadi orang tua adalah kesabaran. Sebab buah dari kesabaran adalah kebaikan eksponensial.
Memahami dia, seperti sedang memahami diri sendiri. Dia hanyalah kanvas bersih yang diwarnai oleh perilaku dan keseharian orang sekitarnya. Kepolosannya adalah tanggung jawab saya untuk hanya memberikan dan mencontohkan kebaikan. Semua anak unik, dan dia memilikinya. Terimakasih sudah tumbuh menjadi anak 15 bulan yang selalu tersenyum, ramah, menyapa, dan melawak sekalipun dengan orang baru.
Memahami dia, seperti sedang memahami diri sendiri. Mengamatinya secara intens membuat momen-momen keajaiban keranak-pinak melalui tingkah polanya. Saya tidak mengatakan bahwa momen keajaiban itu adalah pengalaman yang menyenangkan seluruhnya, karena air dispenser luber, uang 100ribu disobek, handphone dibanting, dan rumah selalu berantakan adalah satu kesatuan paket risiko dalam momen keajaiban ini. Sifat dominan yang muncul, refleks terhadap rangsangan, dan responnya terhadap kejadian membuat catatan saya tentang dirinya semakin mengerucut, semakin spesifik menggambarkan kekhasan dia. Permainan ini manjadi bekal saya untuk menghadapi sekaligus menemukan keunikan-keunikan barunya. Kumpulan komposisi bahan-bahan untuk menjadikannya menu keunggulannya kelak.
Permainan kali ini seperti bermain dalam labirin. Setiap lorong yang dilewati adalah penemuan keunikan baru. Semakin banyak lorong yang dilewati, semakin mendekatkan pada jalan keluar, dan semakin banyak penemuan keunikan, semakin dekat pada kecemerlangan potensi dia kelak.
#aliranrasa#gamelevel7#tantangan10hari#SemuaAnakadalahBintang#kuliahbundasayang#@institutibuprofesional
1 note
·
View note
Text
Pretest Matrikulasi: Aliran Rasa
Institut Ibu Profesional, mungkin sudah banyak yang tahu. Saya tidak begitu ingat, kapan pertama mengenal IIP ini, yang jelas sudah dari tahun 2016 atau 2017. Entah berawal dari mana juga. Kemudian sewaktu punya grup blogger Wordpress, ada beberapa teman-teman pegiat IIP yang sering ngeshare acara-acara IIP, pernah juga beberapa kali ikut kulwapnya. Dan saat itu rasanya seru aja gitu, dapet ilmu kan. Secara gratis gitu, siapa yang ga seneng. Wkwkwk.
Dan juga sebenarnya saya sudah sering membaca Aliran Rasa atau Tantangan10hari tulisan teman-teman yang sudah ikut IIP di blog Wordpress. Ternyata pas sudah gabung begini toh rasanya nugas. heuheu. Bingung juga apa yang mau ditulis.
Saya pernah daftar Matrikulasi, tahun lalu, sudah transfer, ternyata kuota sudah full. Tahun sebelumnya lagi juga begitu. Dan Alhamdulillah, tahun ini dapat info dari Quree (salah satu anak yang ngeracunin saya buat ikut IIP hahaha) tentang info kelas Foundation, yang mana kabarnya kalau masuk kelas Foundi ini bakalan mudah kalau mau masuk kelas Matrikulasi. Dan Alhamdulillah saya diterima di kelas Foundi.
Di kelas Foundi ini auranya ibu-ibu pembelajar semua. :* Bu Wali kelas yang baik dan sabaaaar banget ngadepin murid-muridnya yang banyak tanya ini. hehe. Hingga akhirnya banyak dari kami yang sampai di kelas Matrikulasi.
Dan sejujurnyaaa... dari hati terdalam, ada rasa yang belum srek waktu masuk kelas Matrikulasi. Ditambah lagi pertengahan Januari ini adik saya sakit yang sampai membuat saya susah konsentrasi, bahkan dengan pekerjaan sekalipun. Jujur, saya sempat bilang sama Quree (sebagai teman rundingan) kalau saya ingin mundur, dan sudah siap-siap chat wali kelas juga.
Tapi Quree bilang, "itu godaan syaitan mbak Ikha"
Lalu saya berpikir ulang, dan memutuskan untuk tetap tinggal di kelas Matrikulasi tepat sehari sebelum kelas SG (Studium General). heuheu (maafkan saya Bu Wali Kelas..)
Lalu apa yang terjadi ?
Kemudian masuk ke kelas SG, ternyata saya ketemu Quree dan Mbak April disana. Secara, nemu orang yang dikenal di dunia nyata di komunitas sebesar itu ini seneng banget gitu. Dan di SG pertama, salah satu kalimat yang saya tandai di kelas ini adalah kalimat dari Mbk Yani (atau mungkin yang sering dipanggil Ibu Peri, ya? :) )
"Di Matrikulasi ini, kita semua akan diajarkan tentang komitmen dan konsistensi, dua pegangan setelah meluruskan niat. Maka komitmen dan konsistensi inilah yang akan membuat kita tangguh, terus semangat untuk belajar, mengosongkan gelas dan memenuhinya dengan cahaya ilmu."
Hati saya kayak ditonjok gitu. T.T Maka setelah saya meluruskan niat kembali, yakni untuk belajar, mencari ilmu, maka kini yang harus saya gali dari dalam hati saya adalah komitmen dan konsistensi.
Catatan ini semata-mata untuk mengingatkan diri saya sendiri.(selain juga sebagai tugas pretest). Niatan apa yang saya cantumkan di formulir pendaftaran kelas Foundi dulu, dan niatan apa lagi yang saya tancapkan ke dalam hati saya sendiri.
Bismillah, semoga Allah memudahkan jalan ke depan.
#UmiSholikhah_MatrikulasiSbyRaya2 #Pretest_Matrikulasi #IbuProfesional_SurabayaRaya2
#UmiSholikhah_MatrikulasiSbyRaya2#Pretest_Matrikulasi#IbuProfesional#IbuProfesional_SurabayaRaya2#CatatanMatrikulasi#AliranRasa#AliranRasaIIP
6 notes
·
View notes
Text
#aliranrasa#gamelevel2#tantangan10hari#melatihkemandirian#kuliahbundasayang#@institut.ibu.profesional
1 note
·
View note
Text
Aliran Rasa
"Seperti garpu tala yang digetarkan satu bagian, maka bagian lain akan saling beresonansi".
Aku rasa ini gambaran tepat ketika dipertemukan (online) dengan perempuan-perempuan luarbiasa di Institut Ibu Profesional. Mereka adalah para ibu dan calon ibu yang punya semangat memperbaiki diri. Mereka perempuan yang bangga menjadi perempuan, dan bertekad menjadi ibu baik yang menjalankan peran sebaik-baiknya.
Ah aku malu pada mereka. Aku pun terheran-heran pada mereka. Terkhusus para perempuan dengan tambahan perannya. Seorang istri juga seorang ibu. Aku, sebagai seorang single cukup merasa 'keteteran' dengan metode pembelajaran online macam ini.
Banyak materi yang harus dibaca, dipahami, aktif dalam grup. Kubaca pesan di dalam grup pelan-pelan, karena begitu banyaknya chat dan tidak ada satupun informasi yang ingin kulewatkan. Mereka bukan orang leyeh-leyeh tanpa kerjaan. Mereka para ibu, baik ibu rumah tangga dan ibu karir. Jangan remehkan pula ibu rumah tangga. Saya tahu persis bagaimana perempuan harus cekatan dalam mengatur urusan domestik rumah tangganya. Ada yang laporan sembari menidurkan anak balitanya, ada yang sembari mencuci pakaian, ada yang sedang menemani suami atau anaknya berobat, bahkan ada yang baru saja lahiran masyaa Allah. Sedikit banyaknya saya bisa merasakan apa yang mereka rasakan karena saya dalam fase perempuan single karir rumah tangga (?). Pun dengan para perempuan single macam aku yang bekerja di ranah publik. Mereka memiliki banyak kontribusi di luaran sana.
Kamu tahu apa lagi yang aku rasakan selain rasa malu? Aku merasakan aliran cinta. Cinta yang ingin ditebar pada benih-benih kebaikan. Cinta yang ingin dirasakan bersama-sama pada perempuan lainnya. Cinta yang ingin diakarkan agar memiliki pondasi yang kokok, tumbuh menjulang dan memberikan buat manfaat pada sekitarnya. Dari sini aku belajar cinta itu bisa tumbuh dengan baik dengan syarat niat yang lurus, menjaga komitmen serta konsisten dalam bertindak. Aku bersyukur bisa berkesempatan belajar langsung dari mereka. Tulisan ini akan jadi pengingat bahwa aku pernah menjadi bagian penerima manfaat perempuan-perempuan hebat dan dari sini pula cita-cita menjadi perempuan dan sekaligus ibu profesional dimulai. Bismillah
1 note
·
View note
Text
Sudahkah kamu mendoakan suamimu?
Tidak ada manusia yang sempurna termasuk pasangan kita. Sebelum memutuskan untuk menikah, ada tahapan yang perlu dilakukan yaitu perkenalan untuk mengetahui satu sama lain. Perkenalan ini tidak hanya dilakukan oleh 2 manusia yang akan menikah saja tapi juga melibatkan 2 keluarga karena pernikahan tidak hanya menyatukan 2 manusia melainkan menyatukan 2 keluarga. Perkenalan ini perlu disepakati untuk saling jujur dan terbuka sebagai bekal dalam berumah tangga. Alangkah baiknya jika dalam perkenalan mengikuti syariat Allah sebab ibadah panjang ini perlu diawali dengan kebaikan agar berlimpah berkah, insyaaAllah.
Tidak dapat dipungkiri kita tentu menginginkan pasangan dalam artian suami (karena saya perempuan, hehe) yang paham agama, rajin ibadah sunnah, sholat wajib di awal waktu, cepat dalam mengambil keputusan, sosok pemimpin yang bijaksana, tanggung jawab, tegas, murah hatinya, lembut tutur katanya, perhatian terhadap pasangan, kaya raya, pekerjaan yang mapan dan kriteria sempurna lainnya namun mustahil untuk menemukan suami demikian. Percayalah bahwa suami kita juga bertumbuh seiring berjalannya waktu dan tantangan kehidupan. Adaptasi dalam pernikahan memang perlu dilakukan seumur hidup, tidak cukup hanya di perkenalan awal sebelum menikah. Kesalahan, kekurangan, ketidaksempurnaan, kebaikan, kebenaran akan benar-benar muncul ketika hidup bersama. Jika kebaikan yang muncul akan sangat membahagiakan. Namun jika kesalahan atau kekurangan yang terlihat seolah sirna semua kebaikannya. Sungguh, banyak sekali wanita seperti ini.
Maka jika dalam berumah tangga kita temukan hal yang tidak sesuai dengan perkenalan dahulu, maka itu adalah bagian dari tidak sempurnanya manusia. Coba perhatikan kesalahan atau kekurangan suami kita, apakah dalam hal maksiat dan dosa ataukah dalam hal keseharian yang umum dan tidak merupakan dosa? Lalu jika kita sebagai istri menemukan suami kita tidak sesuai dengan harapan kita bagaimana menasehatinya? Perlukah istri marah?
Ada 2 hal yang menjadi perhatianku setelah mendengar kajian dari Ustadz Oemar Mita tentang cara menasehati suami.
Pertama, ini adalah hal dasar yang harus selalu diyakini bahwa Allah-lah yang mengendalikan hati manusia.
Meyakini bahwa Allah-lah yang berhak memberi hidayah pada manusia yang Dia kehendaki.
Hal ini sangat penting karena seringkali manusia lupa akan hal ini seolah segala yang kita upayakan terhadap suami harus berhasil dan ujungnya suami akan menjadi baik.
Ingatkah kisah Nabi Nuh terhadap istrinya? Istrinya bukanlah istri yang baik. Nabi Nuh berdakwah kepada istrinya sendiri. Sebelum terkena banjir, Nabi Nuh juga mengajak istri dan anaknya menaiki kapal namun tidak mau.
Seperti yang tercantum dalam QS Qasas ayat 56.
إِنَّكَ لَا تَهۡدِی مَنۡ أَحۡبَبۡتَ وَلَـٰكِنَّ ٱللَّهَ یَهۡدِی مَن یَشَاۤءُۚ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِینَ
Artinya : Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.
Ayat tersebut turun ketika Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam merasa gagal dalam mendakwahi Abu Thalib.
Kedua,
doakan suami.
Bisa jadi kurang atau salahnya suami karena kurang tulus dan sungguh-sungguhnya doa kita terhadap suami. Jika ada pertanyaan mana yang lebih dulu untuk didoakan antara suami kita ataukah anak kita? Jawabannya adalah suami. Seperti pola doa dalam QS Furqan ayat 74 yang berbunyi,
وَٱلَّذِینَ یَقُولُونَ رَبَّنَا هَبۡ لَنَا مِنۡ أَزۡوَ ٰجِنَا وَذُرِّیَّـٰتِنَا قُرَّةَ أَعۡیُنࣲ وَٱجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِینَ إِمَامًا
Artinya : Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa."
Dalam ayat tersebut yang disebutkan lebih dulu adalah pasangan lalu anak-anak. Bukan tanpa maksud polanya demikian. Dalam doa kita tidak bisa menyebutnya sekaligus, melainkan ada urutannya dan ada yang didahulukan.
Demikian 2 poin penting sebagai dasar yang masih sering kuabaikan. Padahal dampaknya bisa lebih tenang apabila berhadapan dengan suami. Semoga kita bisa menjadi sebaik-baik istri untuk suami kita.
Terakhir,
Mintalah pada Allah agar sabarmu lebih besar daripada kesalahan dan kekurangan suami.
#klip2024#kelasliterasiibuprofesional#februari2024#12022024#ibuprofesional#sinergiwujudkanaksi#ip4id2024#aliranrasa#hikmahkehidupan#reviewyoutube#resumekajian#suamiistri#rumahtangga#pernikahan
14 notes
·
View notes
Text
Jangan (Terlalu) Kecewa
Aliran Rasa #1
Setiap episode kehidupan manusia mengalami dua fase yang berulang, sabar dan syukur. Berkali-kali, kadang ada dititik "ahiya, aku udah sabar" atau merasa "aku selalu bersyukur dalam hidup".
Si Aku. Nyatanya, kamu harus belajar lagi. Uji coba dua fase ini akan terus berlanjut hingga masamu hidup di dunia selesai. Jangan, kamu jangan claim dulu. Lebih tepatnya "kita". Iya, bisikku pada diri sendiri.
Ketika setiap tanggung jawab yang diberikan kau ambil dengan segenap raga dan sepenuh jiwa. Matamu kau ajak bertahan. Istirahatmu kau minta dikurang. Jari-jemari kau support mengayun. Aahh, rasanya kau bahagia esoknya. Usaha itu "kau" rasa berhasil. Kau perhatikan detailnya, di mana salah dan kurang untuk perbaikan berikutnya dan kau lakukan "menurutmu".
Hingga suara lain datang. Dan kau belum siap menerima. Katanya, tutup dengan dua tangan. Tapi, datang lagi suara lainnya. Kali ini lebih nyaring dan semakin dekat di sisi yang berbeda. Kau mulai bertanya kan? "Kenapa harus suara dari jauh yang pertama menyapa?". Semisal, suara terdekat yang menyapa "gema"nya tak akan sebanyak ini. Kau, juga akan lebih mudah menerima. Mungkin.
Tak apa! Silahkan kecewa. Jangan terlalu ya^^
"Jika masih ada rasa sakit dan kesal coba cek hatimu, iya hati kita, bukan hati orang lain" benarkah langkah kita karena Dia? Atau masih ada goresan ingin dipandang manusia?
Ada juga yang bilang, "Jika kau memulainya karena Allah. Maka, jangan berhenti hanya karena manusia".
Sekali lagi, tak apa kecewa. Alirkan rasa. Kalau tidur, rasa marahnya jangan dibawa.
Dariku untukmu. Si Aku.
0 notes
Text
Bergabung Dalam IIP
Apa sih IIP?
Aku terheran membaca tulisan beberapa orang diakhiri dengan hastag IIP. Aku pun mencari tau dan bertemulah dengan sebuah komunitas bernama Institut Ibu Profesional. Alhamdulillah, Allah melancarkan segalanya hingga sampailah aku di titik ini. Kelas Matrikulasi.
Harapanku tak cukup besar ketika bergabung, saat itu yang kutahu hanyalah Institut Ibu Profesional (yang selanjutnya akan kusingkat dengan IIP) adalah sebuah ruang belajar yang bersifat virtual. Namun, satu-dua diskusi terlewati, rasa penasaran dan tertarik itu semakin menguat hingga tibalah hari di mana seluruh mahasiswi IIP (ya, di sini kami menyebutnya mahasiswi, keren, kan?), dari seluruh Indonesia bergabung dalam satu wadah, Studium Generale.
Dua hari sudah aku menyaksikan inspirator-inspirator IIP berbagi cerita. Maa Syaa Allah, tak hanya ‘sekedar’ kuliah whatsapp. IIP sungguh luar biasa. IIP dapat menelurkan alumni-alumni yang dengan membaca kisah mereka, membuatku merasa sangat kecil dan sangat minim akan ilmu.
Ada satu yang menarik pada acara malam ke-2, dalam sharingnya, bunda ratih menekankan kalimat,
“Taat tanpa tapi kepada suami”
Aduh, aku merasa tersentil. Sungguh, egoisme dalam diri ini masih bergejolak. Saat ini aku berada dalam sebuah hubungan pernikahan jarak jauh, tak kurang dari 10.000km aku dan suamiku berjarak. Namun, yang kuyakini, jarak itu semu, karena dalam doa kami selalu dekat. Perihal ketaatan, merupakan hal yang amat perlu aku evaluasi pada diri ini dan diriku semakin merasa berada dalam wadah yang tepat untuk mengembangkan diri menjadi seorang istri shalehah dan ibu profesional dalam waktu bersamaan. Karena menjadi Istri shalehah dalam sebuah long distance marriage adalah tidak mudah.
Ah ya, melihat silabus pembelajarannya, semakin terasa saja rasa haus untuk mendapatkan tetes demi tetes ilmunya. Dan tulisan ini, kami menyebutnya Aliran Rasa. Kalau kata Mbak Anis, “Ayo, Alirkan rasamu”. Sempat bingung, tapi setelah menelaah kata Aliran Rasa... Ah, ya, inilah cara terbaikku mengalirkan rasa.
1 note
·
View note
Text
Institut Ibu Profesional : sebuah Prolog
Komitmen dan konsistensi adalah dua modal yang kita perlukan untuk memahami konsep diri kita sebagai seorang perempuan, ibu dan isteri (Septi Peni Wulandani)
...
Jleb.
Ini menohok sekali buat saya. Dua hal kelemahan diri yang sering saya keluhkan. Dua hal yang selalu jadi alasan tertundanya banyak ide-ide yang sebenarnya pingin saya lakukan.
Dan dari deretan chat selama 2 jam Stadium General Pembukaan kelas Matrikulasi IIP Batch 7 tadi malam, quote ini muncul sebagai closing statement. Menampar. Juga menyelipkan kekhawatiran akankah kelas kali ini bisa saya tuntaskan? Yang lagi-lagi jawabannya adalah kembali lagi pada dua hal di atas, komitmen dan konsistensi.
Hmmm.
...
Lakukan, lakukan, lakukan. Lakukan saja. (Salah satu pesan lain yang tersampaikan selama acara).
...
Hmmm.
Baiklah.
Mari kita lakukan.
...
Bismillah.
1 note
·
View note
Text
ALIRAN RASA MENJADI PETUALANG DI ZONA 1
Setelah akhirnya 12 hari menjalankan misi.
Misi untuk belajar memanajemen gadget.
Awal tau misi ini, agak menerka kiranya apa yang diingkan kakaiswara kepada kami?
Rupanya setelah menjalaninya, aku pribadi merasa kaget, tentang banyaknya file yang sudah tidak diperlukan, aplikasi yang jarang digunakan, foto yang hasilnya tidak maksimal, dan cache yang menumpuk serta banyak lagi hal-hal kecil di gadget kita yang tidak bermanfaat.
Ibaratnya sebelum memulai perkuliahan, kami diminta untuk siap baik dari fisik, mental, bahkan sampai device yang akan kami gunakan untuk belajar.
Terbayang sih, andaikata sudah aktif belajar, lalu ketika mau mengakses ilmu, terdistrak dengan hal lainnya, pasti tidak akan maksimal.
Well said,
Terima kasih sudah membuat tantangan ini.
Harusnya 12 hari cukup untuk membereskan semuanya, tapi rupanya masih banyak yang harus dibereskan.
Gapapa, pelan-pelan ya bun.
#ibuprofesional#institutibuprofesional#semestakaryauntukindonesia#aliranrasa#tantangan12harikalender#tantanganzona1
0 notes
Text
Aliran Rasa vol.2
Akhirnya, sampai juga di aliran rasa *mata berkaca-kaca*. Ini terasa seperti penantian tanggal gajian. Di permainan tahap 2 ini, saya drop out dari konsistensi menulis 17 hari berturut-turut karena...... ketidakjelasan harus menulis apa.
Idealnya, saya harusnya menentukan dulu output yang ingin didapat dari permaian kali ini, sehingga bisa saya break down ke aktivitas harian yang ingin dicapai melalui konsistensi pelatihan. Kali ini, saya menyelam tanpa tahu kedalaman, saya melompat tanpa tahu ketinggian. Saya (secara sok-sok-an) awalnya berusaha senatural mungkin seperti tutorial make-up-no-make-up nya artis korea (?), berusaha bermain secara mengalir, menuliskan kegiatan kemandirian sehari-hari, tapi sayangnya, tanpa arah. Saya benci mengatakan bahwa saya tidak sungguh-sungguh bermain. Setelah merenung, mengapa tulisan saya seperti petasan bulan ramadhan dan kembang api di tahun baru, begitu berisik, menyebar ke semua arah dan seenaknya meledak dimana saja, tanpa ada isi yang tertata. Ternyata, ketidakjelasan ‘saya mau apa’ adalah ibu kandung yang melahirkan tulisan-tulisan inkonsistensi dan serabutan itu. Saya berhenti di hari ke-12, karena menyadari saya tidak layak mendapat badge yang mewwah-meriah-rancak bana-lohjinaweh itu.
Terbesit sifat iri dengki baper melihat mamak-mamak lain berceloteh tentang pelatihan anaknya. *eh kepeleset malah curhat.* Tulisan mereka jelas, apa yang dilatih, apa yang harus diperbaiki, bahkan sampai pelajaran apa yang bisa dipetik. Melatih diri sendiri, percayalah, memang lebih sulit dibanding melatih orang lain. Emang iya? atau mungkin saya-nya yang kurang rajin, hiks
Sekalipun Bara belum bisa ikut bermain ditambah adanya perasaan ‘apakah saya masuk kelas kepagian’, saya selalu berusaha meyakinkan bahwa selayaknya tidak ada kata terlambat untuk menuntut ilmu, maka tidak pernah ada kata terlalu dini menuntut ilmu. Justru saya harus melatih diri sendiri (yang payah ini) untuk siap menyongsong, meraup, dan membobol pundi-pundi keteladanan sebelum Bara dinyatakan selesai dengan status bayi nya dan naik kelas menjadi toddler. Persiapan adalah kunci, bekal untuk hari kedepan. Semoga ilmu yang saya dapat di kelas ini dari para mamak-mamak lain yang inspiratif, penuh hasrat akan dunia parenting kekinian dan up to date, dihiasi kesabaran seluas langit beserta isinya, bisa membuat saya siap menghadapi tumbuh kembang Bara.
Sebuah pelajaran penting *CATAT* sebelum lepas landas, pastikan kita sudah menentukan arah tujuan. Manusia diciptakan dengan tujuan, bumi dan langit diciptakan dengan tujuan, amoeba bersel satu, upil di hidung hingga partikel terkecil di dunia pun ada karena tujuan. Maka saya sungguh keterlaluan, terlalu kerdil jika bermain tapi tidak menentukan tujuan awal yang jelas : apa yang mau saya latih. Sebuah kontemplasi, refleksi untuk berbenah di permainan berikutnya.
*berusaha mengikuti mamak-mamak lain yang membuat quote. Jarang-jarang kan upil eksis di lini masa 'kutipan bijak’. Saatnya emansipasi, era keadilan bagi seluruh kosa kata.
15 Mei 2019, 00.58 dini hari
pstt... selamat mengulang tanggal yang ke 26 tahun detin nitami. salam super!
1 note
·
View note
Text
Aliran Rasa
Zona 7 Bunda Sayang Batch #6
Pendidikan Seksualitas
Assalamu'alaikum wr.wb
Bissmillah
Alhamdulillah zona 7 terlampau dengan penuh tantangan sinyal, kuota dan niat. Karena zona ini disajikan dengan berbeda dari zona sebelumnya, karena zona sebelumnya kita harus cari partner untuk bermain bersama. Pertama mendengar pendidikan seksualitas? Ya Allah materinya bikin merinding karena dicontohkan dengan berbagai macam kasus yang terjadi di Indonesia. Kakawi menjelaskan tentang tantangan zona 7 dibagi menjadi 2, yaitu tantangan individu dan kelompok. Dalam pikir ya Allah kelompok, kelompoknya gimana? Pisah regional atau per regional? Ini saja sudah membuat penasaran. 😁
Akhirnya kelompok dilakukan per regional, hari pertama dibagikan topik saja wag sudah ramai dengan berbagai share ilmu. Merefresh kembali otak untuk siap belajar. Kebetulan kami dapat topik "Pendidikan Seksualitas Sejak Dini", belajar kelompok ini ya becanda, ya ada bingungnya mau menyajikan materi seperti apa? Alhamdulillah kekompakkan kami, tersaji materi yang apik.
Hari 1-5 kakawi menugaskan untuk tugas individu sembari merapikan materi, setoran dapat berupa belajar bareng partner anak, membaca buku, atau diskusi kelompok. Tibalah hari dimana harus mengumpulkan materi kelompok. Karena kelompom kita tidak ada yang cek, setoran kelompok yang dikumpulkan apa saja? Sempat merasa gugup karena ada skenario live yang belum sempat kita buat. Dengan mengumpulkan tenaga, dan waktu terakhir akhirnya materi dan skenario terkumpulkan dengan batas waktu yang mepet. Zona bikin deg-degan baik materi maupun pengumpulan materi kelompok. 🤭
Hari 6-15 kita dituntut untuk mendengarkan live atau siaran ulang dari kelompok yang terpilih. Livenya seperti biasa di jam 14.00 yang diberi waktu 30 menit. Setiap hari selalu ada rasa penasaran materinya apa? Pembawaannya gimana? Karena jujur mempunyai ciri masing-masing pembawaannya jadi selalu dinanti. Akan tetapi terkadang yang membuat tantangan adalah sinyal. Setelah mendengarkan live, kita dituntut untuk menuliskan insight yang didapat. Walaupun nantinya dapat materi tiap topik masih saja kurang kalau tidak mendengarkan.
Selesai sudah tantangan 15 hari, keriwehan wag yang selalu ramai sekarang sepi. Rindu rasanya, semoga zona 8 semakin semangaat karena 1 langkah lagi untuk menuju gerbang kelulusan.
Terima kasih kakawi sudah mensajikan zona berbeda, terima kasih teman-teman regional sudah berdiskusi bersama meramaikan, dan terima kaaih partnee ibuk Zuan ❤
#aliranrasa#tantangan15hari#zona7pendidikanseksualitas#pantaibentangpetualang#institutibuprofesional#petualangbahagia
0 notes