#Agar naik gaji
Explore tagged Tumblr posts
Text
Raja Pelet
RAJA PELET Khasiatnya seperti : Ini adalah jenis pelet yang sangat cepat reaksinya untuk menarik hati seseorang baik Laki-Laki atau Perempuan supaya Sayang terhadap anda dan supaya Mencinta anda juga Teringat terus terhadap anda, siang maupun malam, di saat Bangun dan Tidurnya begitu juga di kala makan dan beraktipitas lainnya sehingga sedetikpun tidak bisa Melupakan anda atau akan tergila-gila…
#Agar di sayangi atasan#Agar di sayangi bos#Agar di sayangi majikan#Agar lebih cantik#Agar naik gaji#Agar naik jabatan#Agar naik pangkat#Agar wajah lebih kinclong#Ahli Pasang Susuk#Ahli Pasang Susuk Berlian#Ahli Pasang Susuk Berlian Di sukabumi#Ahli Pasang Susuk Berlian Paling Ampuh#Ahli Pasang Susuk Berlian Paling Manjur#Ahli Pasang Susuk Di Sukabumi#Ahli Pasang Susuk Emas#Ahli Pasang Susuk Emas Paling Terkenal#Ahli Pasang Susuk Emas Paling Terkenal Di Sukabumi#Ahli Pasang Susuk Paling Ampuh#Ahli Pasang Susuk Paling Terkenal#Ahli Pasang Susuk Paling Terkenal Di sukabumi#Aji Belut Putih#Aji Bintang Kejora#Aji Bintang Kejora Untuk pengasihan#Aji Geger Gunung#Aji Jala Sutera Untuk Menari Jodoh#Aji Jala Sutera Untuk Menarik jodoh#Aji Mustika Naga#Aji Mustika Naga Untuk Menundukan Ular#Aji Mustika Raja#Aji Mustika Rubah Untuk Mancing
0 notes
Text
Dari Ketakutan, ke Ketakutan yang Lain
Aku ngerasa bahwa hidup itu adalah menjalani satu ketakutan ke ketakutan yang lain. Iya, paham, ini adalah pendangan yang sangat negatif. Tapi kalau kita liat lagi ke belakang, ketika kita kecil, kita takut ngga naik kelas. Takut ngga lulus SD, SMP atau jenjang pendidikan yang lain. Dulu kita takut ngga punya teman. Ketika kita masuk usia dua puluhan, kita takut belum berjodoh dengan seseorang padahal usia terus bertambah tak bisa dijeda. Ada yang relate?
Hidup itu lari dari satu ketakutan ke ketakutan yang lain. Bahkan ketika seseorang telah menikah, ada juga bayang bayang takut tidak mempunyai keturunan. Ketika mempunyai anak, kita takut anak itu terlahir “tidak sempurna”. Belum lagi tentang biaya membangun rumah yang sudah melampung tinggi, yang nggak dibarengi dengan kenaikan gajji yang sepadan. Gimana caranya orang punya rumah senilai 400jt kalau gaji bulanannya 4jt. Gaji itupun belum dipotong biaya bensin dan makan sehari-hari.
Jika hidup adalah lari dari ketakutan ke ketakutan yang lain, bagaimana kita bisa menjalani hidup ini dengan tenang? Padahal Allah sendiri mengatakan bahwa hidup itu adalah keajaiban. Ketika kita bisa bangun lagi di pagi hari, it means that Allah gives you chance to revert back, than enjoy what you want, anything.
“Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.” - (QS Al Jumuah 9-10)
Yang guru ya berati mengajar dengan baik. Yang pebisnis ya berati semangat buat ketemu client. Yang dokter ya berati mendedikasikan dirinya buat kesehatan pasien.
Menyebarkan manfaat. Membangun legacy. Karena pada akhirnya kita akan meninggal.
Dan harapannya, ketika kita bertemu dengan Allah nanti, kita bisa mengatakan “Ya Rabb, aku sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menaatimu dan menebarkan manfaat ke manusia, sebisa yang aku bisa. Dan aku bersyukur dengan kehidupan dunia yang dulu pernah Engkau berikan. Dan hari ini, aku memohon doa dan rahmat kepadaMu agar aku bisa berkumpul lagi dengan keluargaku lagi di surga yang Engkau janjikan bagi orang-orang yang beriman.”
42 notes
·
View notes
Note
Kak gimana sih caranya mengatasi rasa takut nikah krn kondisi keuangan? Selain harus kerja lbh keras ya wkwk.
Kebetulan skrg saya (perempuan) kerja jadi apoteker, gaji 3jt/bulan. Udh ada calon yg ngajak nikah. Tapi di pikiran saya, saya selalu ngerasa ga berhak dan ga pantes nikah krn menurut saya gaji 3jt/bulan itu terlalu kecil untuk menikah (wkwk ga tau ini pemikiran yg salah atau engga). Pdhl saya bukan sandwich gen, ga ada hutang, dan tentunya stlh menikah bukan berperan sbg pencari nafkah utama, tapi tetep aja rasa takutnya ga hilang2.
Kadang kalau lg meratapi gaji nakes di indonesia (terutama apoteker) yg ga seberapa itu, rasanya malah jd ga pengen nikah sama sekali haha.
Apakah ini tanda saya kurang beriman? Mindset seperti apa yg perlu dibenahi kalau kondisinya seperti ini? Atau mending sekalian ga usah nikah sampe saya dapet gaji yg saya inginkan? Wkwkw
Thank you kak kalau berkenan jawab 😅🙏🏻
Halo anon, ini case yang menarik.
Sebenernya infonya masi kurang, km usia berapa? itu faktor yang cukup penting agar opini ku bisa relevan. Anyway.
Perempuan, apoteker, 3jt/bulan, bukan sandwich, takut nikah karna masalah keuangan.
Ada beberapa asumsi dariku:
Apakah kamu punya experience (di keluarga), dengan kondisi keuangan ortu yang terbatas, mesti usaha keras untuk pendidikan anak-anaknya? Bahkan mungkin anak-anaknya (kamu) mesti part-time kerja/ngajar biar bisa kuliah? Aku percaya pengalaman hidup itu jadi salah satu pertimbangan untuk keputusan penting (seperti menikah). Jadi, mindset mu lahir dari pengalaman tersebut.
Udah ada calon yang ngajak nikah. Nah, asumsi ku, si calon ini gaji nya "gak cukup" membuat mu yakin untuk menikah. Kalo ada yang datang ke kamu, dengan "mapan" versi mu, aku yakin kamu terima.
Rasa takut gak hilang padahal bukan penafkah utama (kalau menikah). Again, karna yang datang itu "gak cukup kemampuan fiansial" nya menurutmu, while kamu merasa sebagai nakes udah pontang-panting juga, "gak bisa nih cuma 3jt, apalagi biaya sekolah anak makin mahal. Ntar dulu deh."
Apakah ini tanda bahwa kamu kurang beriman? No, buatku ini realistis, tapi gak tau pendapat orang lain yang lebih beriman islam daripada aku yang medioker ini. Hidup jaman sekarang tuh gak bisa cuma modal cinta, ke Alfamart beli sembako gak cukup 50 rebu. Simply kamu realistis dalam memandang "orang nikah, hidup berdua, mungkin punya anak, gak cukup kalo cuma ngandelin X juta sebulan".
Mindset yang dibenahi? Mungkin lebih ke, "Bukan gaji yang dilihat, tapi potensi individu untuk naik level (juga naik gaji) ke depannya". I mean, ya bisa aja calon mu itu sekarang gaji 3jt, dalam beberapa tahun bisa 2-3x lipat, karna emang orangnya rajin, performa di kantor OK, atau bisnis yang dirintis OK, dll. Who knows.
Ga usah nikah sampai kamu dapat gaji yang diinginkan? Ya bisa juga, sampai kamu merasa "secure" untuk berumah tangga dan membiayai sekolah anak yang mahal itu.
Opini lain nya, apa memang iya hanya faktor finansial yang membuat mu takut menikah? atau ada hidden faktor lain? Atau ya simply kamu masih seneng (ngejar) kerja biar standar hidup naik baru mikirin nikah.
Dan satu lagi, faktor umur. Asumsi ku kamu masih under 27-30, jadi masih belum ada pressure ortu/lingkungan. Kalau sudah ada pressure umur, jalan pikiran mu akan beda.
Okedeh, semoga membantu ya.
11 Agustus 2024
12 notes
·
View notes
Text
Cerita Haji
Kita semua saat kecil (nggak tau sih semua atau nggak) pasti pernah punya cita-cita :
Saya ingin naik haji. Kalau sudah dewasa ingin memberangkatkan orang tua.
Hingga sampai ke suatu masa :
Gaji belum seberapa. Cicilan banyak. Punya rumah atau mobil dulu. Umroh atau haji. Furoda atau haji plus. Toriq haji 2 bulan.
Tapi, hari ini saya disadarkan kembali tentang hakikat kehidupan dari sudut pandang haji.
Pertama, Allah itu Maha Kaya. Urusan doa tentang dunia dan isinya itu sangat mudah. Dan kita semua paham bahwa tanah suci adalah tempat yang doanya mustajab.
Mungkin kita banyak mendengar kisah orang yang secara status sosial belum siap berangkat haji. Tapi kenyataanya banyak yang berangkat, dapat melihat ka'bah, dicukupkan sandang panganya, dan sebagian mereka berumur tua.
Kedua, haji itu ujian. Belum tentu yang dimudahkan secara materi mendapat ketenangan batin.
Saya jadi teringat quote Buya Hamka, "Kita itu akan dipertemukan dengan apa yang kita cari"
Ada yang haji tapi tidak berbanding lurus dengan perilaku. Ada yang murtad. Atau bahkan pamer produk boikot di depan ka'bah untuk mendapat atensi. Kurang kerjaan.
Ust. Kasori Mujahid menjelaskan perihal haji bahwa semua itu perlu dipersiapkan dengan baik. Sama seperti poin pertama, urusan doa tentang materi itu sangat kecil. Allah itu Maha Kaya.
Tapi apa untuk itu saja kita ke tanah suci? Ada 2 hal penting yang perlu dilakukan :
1. Haji itu perjalanan spiritualitas. Mintalah untuk diberikan kemudahan dalam setiap urusan, diperhalus hatinya, diminimalkan dari perbuatan cela, dan yang terpenting mendapat ridha dari-Nya.
2. Haji juga adalah pertemuan dengan Rasullullah Shallahu alaihi wasallam. Aturlah adab saat mengunjungiNya. Siapkan diri dengan semaksimal mungkin. Di akhir mintalah syafaat dengan setulus hati.
2 hal diatas menurut Beliau tak sekadar dilakukan saat di Tanah Suci, tapi dipersiapkan sejak dini, hari ini juga.
Kita membiasakan untuk menata niat dalam hati. Kita membiasakan diri dengan shalawat dan mencontoh perilaku Beliau.
Berdoa soal dunia dan materi boleh-boleh saja. Lebih lanjut, Beliau memberikan tips untuk itu diselesaikan saat awal-awal, dan diakhir agar fokus kepada taskiyatun nafs meliputi 2 hal itu.
Tentu nasihat Ust. Kasori ini dapat diimplementasikan di kehidupan sehari hari. Bahwa ada saatnya kita memikirkan urusan dunia, tapi jangan sampai kita melupakan tentang hakikat dari ibadah itu sendiri : Mencapai ketenangan jiwa dan mendapakan ridha Allah semata.
Yuk semangat lagi. Bareng-bareng ya!
Bumi Allah, 22 Juli 2024
*) Catatan silaturahim haji dengan Ust. Kasori Ketua Yayasan Nur Hidayah Surakarta dengan sedikit penambahan
9 notes
·
View notes
Text
Point of view menikmati rezeki lebih setiap orang berbeda.
Terlahir di keluarga yang serba pas - pas an, ternyata tidak mengurangi pengalamanku dalam menikmati penjelajahan tempat baru.
Abahku lahir di salah satu kabupaten di ujung Jawa Tengah yang sudah berbatasan dengan Jawa Timur, tentu dangat jauh untuk di tempuh dengan jalur darat tapi abah selalu mengusahakan untuk bisa mudik minimal setahun sekali. Bukan selalu saat momen lebaran tapi terkadang saat haul mbah atau acara keluarga lainnya.
Dari Sumatera ke Pulau Jawa kala itu kami hanya mampu membeli tiket bus ketengan alias terpisah - pisah mulai dari rumah ke kota, dari kota ke pelabuhan dan dilanjut naik kapal, hingga sampai didepan jalan kecil sebrang masjid Jami' Lasem.
Pengalaman itu ternyata sangat mahal buatku, sejak kecil aku sudah faham urutan kabupaten dar lampung menuju ke Kabupaten Rembang dan berapa tahap aku harus naik bus hingga beberapa nama PO bus dan tingkat dinginnya AC aku pun faham.
Pengetahuan kecil yang mungkin beberapa orang menganggapnya sepele tapi sangat berharga buatku, bagaimana aku bisa menikmati setiap perjalanan bertemu dengan pedagang kecil didalam bus yang membagikan buku gambar dan pewarnanya disetiap kursi penumpang berharap agar dagangannya dibeli hingga penjual donat yang packingnya menggunakan logo M nya McD dan dulu aku tidak tahu kalau Mcd itu tidak menjual donat lalu aku percaya itu adalah donat McD karena menggunakan logonya haha.
Di usiaku sekarang yang sudah bisa bekerja dan mendapatkan gaji saat aku duduk dibangku kuliah aku bisa mengatur uangku untuk kebutuhan primer dan tersier.
Aku juga bisa menikmati perjalanan ke suatu tempat hanya dengan uang sedikit, mungkin ini mindset yang sudah dibentuk abahku sejak kecil untuk suka menjelajar tempat baru atau silaturahim oleh karenanya aku sangat suka pergi keluar.
Beberapa kali aku bisa ke Luar Negeri walau hanya ke negara tetangga dengan tiket hanya Rp. 250.000 untuk membeli pengalaman yang mahal disana, bertemu sesama traveller manca negara hingga belaja budaya yang ada disana.
Tapi berbeda dengan beberapa temanku yang memiliki uang lebih dari aku, kebahagiaan mereka tidak sama denganku. Mereka lebih bahagia ketika melihat angka rekeningnya berdigit-digit, atau mereka bahagia ketika bisa menggunakan barang branded untuk di gunakan saat mereka ke mall atau nongkrong bersama yang lainnya.
Wallahua'lam
2 notes
·
View notes
Text
Refleksi Kelas Sosial #1
Tanpa akal yang rasional, sepertinya akan sedikit sulit untuk membedakan filsuf dan sofis di zaman sekarang yang penuh keumuman ini.
Sofis dikenal dengan kecerdasannya yang diperjualbelikan demi kekuasaan, bukankah di zaman sekarang banyak juga golongan sarjana yang seperti itu? Mereka menggunakan ilmunya untuk penghambaan materi semata. Tanpa menyelidiki apakah ilmunya digunakan untuk keadilan atau justru menyebabkan ketidakadilan. Lihat saja kasus UKT 2024 ini, birokrasi kampus yang katanya dipenuhi orang terdidik justru akal sehatnya diperdagangkan demi kepentingan pribadi bahkan keinginan itu didukung oleh instansi. Namun banyak juga orang yang mewajarkan, toh dosen dapat gaji dari mengajar wajar saja ukt mahal, belanya.
Sofis juga dikenal dengan retorikanya yang meyakinkan dan terkadang masuk akal namun dibalik itu justru mereka menyesatkan, bukankah pejabat-pejabat kita pun seperti itu? Ketika ada kebijakan yang kita rasa tidak sesuai dan malah mengacaukan kehidupan rakyat, tapi kebanyakan kita justru yakin-yakin saja, mudah percaya berkat kesederhanaan diri sang penguasa. Kita seolah-olah merasa pejabat itu berada di pihak kita, namun aslinya kita sedang dininabobokan oleh janji manis, kita musti sadar bahwa mereka cenderung menyembunyikan kebenaran yang tidak menguntungkan bagi kepentingannya. Lihat saja kasus-kasus perampasan kepemilikan tanah warga demi proyek besar, warga dijanjikan lapangan pekerjaan tetapi tak juga kunjung ada. Namun sebagian kita mewajarkan, toh pembangunan juga untuk kesejahteraan bersama, belanya.
Mirisnya lagi, di era informasi ini kebanyakan kita mulai sulit membedakan benar dan salah, contohnya pemilu 2024 kemarin, debat pilpres terasa tak berguna. Kebanyakan kita lebih tertarik dengan goyangan, makanan gratis, serangan fajar sad boy ehe, ketimbang narasi-narasi terkait kebijakan pemerintahan kedepan yang lebih masuk akal dalam mensejahterakan masyarakat. Pernyataan influencer ber-followers banyak lebih didengarkan, mudah viral ketimbang ahli ekologi, ahli hukum, dan guru besar lainnya yang mengkaji kebijakan-kebijakan para calon presiden. Namun, kebanyakan kita enggan peduli, toh yang penting pilih presiden yang gaul, kaya raya, banyak artis dipihaknya, nanti bagi-bagi duit lagi kalau sudah naik jadi presiden, belanya.
Di zaman yunani, filsuf bernama sokrates lah yang paling menunjukkan anti terhadap kaum sofis, walaupun pada akhirnya ia dihukumi sebagai pemberontak dan dipaksa membunuh dirinya dengan meminum racun, namun hal itu diterima oleh sokrates, sebab ia ingin menunjukkan betapa ia menjaga kebenaran yang ia pegang walaupun nyawa sebagai taruhannya. Perlu kita ketahui juga, sokrates berada pada kalangan orang berada sebab ibunya adalah seorang bidan, mungkin saja hal itu menjadi sebab wajarnya sokrates tidak takut ketika memberontak kebijakan pemerintah di yunani, berbeda halnya dengan sofis yang geraknya terbatasi sebab penghasilannya bergantung pada patuhnya ia ke penguasa. Liat saja guru-guru honorer saat ini yang gajinya sungguh tidak manusiawi, apakah mereka berani menyuarakan ketidakadilan pemerintah dengan perut kosong? Tentu tidakkan. Lihat saja sebagian dosen-dosen di negeri ini, jarang yang berani menentang kediktatoran birokrat apalagi pemerintahan sebab kehidupannya bergantung di tangan penguasa tersebut.
Ini mungkin akan membuatmu sedikit bingung.
Yah saat ini kebanyakan kita sulit membedakan filsuf dan sofis. Hingga wajar jika kebenaran terlihat hanya bersifat relatif. Terkadang sofis kita anggap sebagai filsuf, dan bisa jadi yang kita anggap filsuf justru berhati sofis. Tapi saya tidak menyudutkan sokrates yaa.. jangan salah paham, saya hanya ingin menjelaskan bahwa perjuangan juga butuh materi agar tak ada keterikatan dengan penguasa.
Pada akhirnya yang ingin saya sampaikan, menjadi manusia tidak cukup hanya dengan memiliki pikiran cerdas dan materi yang cukup, tetapi yang paling penting adalah bagaimana kita menggunakan pikiran dan materi itu dengan bijak.
Apakah kamu termasuk filsuf atau sofis di kehidupan ini?
4 notes
·
View notes
Text
Proficiat, doc!
Selamat dok,
Alhamdulillah, cuma puji-pujian yang kayaknya pantes aku ucap untuk saat ini. Buat ngingetin kalau semua ini juga ujian, kalau kelulusan dokter ini nggak mungkin terjadi tanpa campur tangan Allah. Allah maha baik, Allah yang punya ilmu, Allah yang nentuin takdir. Di samping rasa bahagia ini, jujur ada sebagian rasa takut untuk menjadi takabbur, bahwasanya semua ini terjadi hanya karena aku. Maka ya Allah, iringi kebahagiaan ini dengan rasa syukur yang melimpah, yang rasa syukur itu dimanifestasikan dengan ibadah yang semakin meningkat, dengan muamalah yang semakin baik, serta kebermanfaatan yang semakin meluas. Amin ya rabbal alamin.
Kedua, semoga kelulusan dokter ini bisa membahagiakan orang-orang tersayang. Terkhusus mama, ma naning udah jadi dokter! Untuk bunda dan papa, makasiii banyak yang tak terhingga buat kasih sayang dan supportnya selama ini, buat doa-doa mujarabnya, buat kepercayaan yang udah dikasih ke naning untuk memilih, untuk bisa merantau di Bandung selama 6 tahun, untuk semua uang yang udah papa dan bunda keluarin huhu (semoga setelah kerja naning bisa kasi gaji pertama naning buat bunda dan papa), dan hal-hal kecil lain yang nggak naning ketahui. Walau nggak bisa naning ucapin langsung, tapi semoga kelulusan ini bisa jadi salah satu rasa terimakasih yang bisa naning beri ke bunda dan papa, dan buat kalian bangga.
Ketiga, buat kakak-fina-faiz. Look, your sister turn to be a doctor! Walaupun seringkali kalian nyebelin. Tapi dari hati yang paling dalem, naning-kameng tau kalau kalian juga ngedukung dan doain naning-kameng.
Lalu selanjutnya, untuk teman-teman yang selalu mengiringi dalam perjalanan hidupku huhu. Nitya, ela, hana, pina, adel, febi, riri, edina, nadsur, ami, sopi, icing, arif, drian, eko, iif, farin, huda, akang teteh fk unpad alkahfi (terkhusus ka syaq dan kang ifham, teh encoh, temen-temen kocil 3.1, kocil majalaya, teh sharon, kocil garut, kocil ikm-fm, kocil anak, temen-temen arvagata, temen-temen liqo, tim 8, adik-adik pnk, scome cimsa, warga asipa, warga kos putih dan A3. Nggak ada lagi yang bisa diucapin selain terima kasi banyak yang sebanyak-banyaknya buat kalian. Untuk kalian yang juga lulus di fase ini, proficiat doc! Untuk kalian yang masih berjuang, semangat karena semua akan terbayar pada waktunya. Makasi karena sudah menemani dalam naik turunnya hidup, makasi untuk kalimat afirmatifnya, makasi buat validasinya, untuk selalu meyakinkan keraguan-keraguan, makasi atas dukungannya, makasi udah jadi temen belajar selama berjibaku di sarjana dan koas ini huhu. Alhamdulillah, lagi-lagi hanya alhamdulillah.
Juga tak lupa untuk semua guru-guruku, terhitung sejak TK hingga detik ini. Mama, bu siti, bu tuti, bu lala, bu mila, bu dede, bu nila, bu finta, pak asep saepul, bu witri, bu rosyidah, bu suci, bu ika, ka atina, pak jalil, bu hani, bu hijri, bu rika, dr. fiva, dr. nuning, papanya teh sharon, dr. yuni, dr. eko, dr. hasan, dr. nita, dr. putri, seluruh dokter obgyn garut, dr. ivan, dr. jae, dr. gideon, dr. rico, dr. mulya, dr. deni, dr. elsa, dr. harsya, dr. desi, dr. is, dr. hartanto, dr. ghozali, dr. achadiyani, dr. insi dan semua orang dan para dokter yang telah menginspirasi aku untuk jadi dokter yang baik selama perjalanan ini. Terima kasih banyak bu/pak/kak/dok atas ilmu, dedikasi, waktu, dan doa-doan yang diberikan. Nggak ada yang bisa dibalas, selain doa agar bu/pak/kak/dok senantiasa sehat dan bahagia.
Untuk keluarga besar. Le nung, mbu amimi, wa luk, keluarga besar timo, makasi juga udah doain naning, alhamdulillah naning bisa jadi dokter pertama di keluarga timo ini. Untuk mami, nenek, ka nanda, yaya, om asnal, mama jirah, pak haji samad, kaka anti, dan keluarga besar sidrap, makasi juga udah mengiringi langkah naning selama pendidikan. Untuk manusia-manusia baik yang kehadirannya mungkin sering dilupakan, mbu yayah, teh rena, teh euis, bi iroh, makasi udah mengurus naning di masa kecil dan dewasa ini. Tanpa kehadiran kalian, sungguh naning nggak mungkin jadi apa-apa. Untuk sosok yang tidak tertulis tapi juga telah berjasa, terima kasih banyak untuk kehadiran kalian.
Sungguh aku berdoa dan berharap, semoga kebahagiaan ini Allah selipkan keberkahan, Allah iringi dengan kebermanfaatan, Allah sandingkan dengan rasa syukur yang aku panjatkan. Nggak ada yang nyangka impianku dari kecil ini akhirnya terwujud, semua perjuangan, tangisan, keluh kesah, campur aduknya hidup, semua terbayarkan ya Allah.
Juga semoga tulisan ini menjadi pengingat, di kala susah bahwa diri ini telah mampu melewati ujian yang juga susah, di kala senang bahwa dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya. Semoga diri ini selalu ingat, bahwa di atas langit masih ada langit, juga ingat untuk selalu melihat ke bawah. Semoga hati ini ikhlas dan semangat untuk tantangan lain kedepannya, dan selalu percaya bahwa kita pasti bisa. Terakhir, semoga gelar dokter ini bisa menjadi wasilah untuk kehidupan yang selama-lamanya. Once again, all praises only to Allah SWT.
Tertanda, dr. Nur Ramadani (Bogor, 30 Juni 2023, pukul 13.24)
10 notes
·
View notes
Text
15 Ke 26
Ah aku sudah tua ternyata, gakerasa udah ketemu 15 februari ke 26 lagi aja. Kata orang umur 25 itu masa-masa quarter life crisis. Tapi, aku malah ngerasa banyak banget magic diumur 25. Banyak banget hal yang disyukurin di umur 25. Mari kita flashback memori yang kerekam di otak sama hati aku setaun kemaren!
Teman. Aku selalu ngerasa kalau hidup aku kesepian, tapi ternyata ngga. Banyak banget temen-temen baru yang dateng ke hidup aku, sebenernya ngga sih, cuma itu-itu aja. Tapi kaya semakin ke filter aja semuanya, temen-temen aku jadi sedikit tapi menyenangkan.Tapi iya juga si, kapan juga aku punya temen banyak. Temen-temen kuliah aku satu persatu mulai punya hidup masing-masing, ada yang menuju lebih baik, ada yang disitu-situ aja, ada yang semakin suram. Tapi aku selalu berdoa buat kalian agar tetap bahagia dan galupa sama aku. Temen-temen kuliah aku mulai pada nikah, ada yang ngejar karir di kota orang, ada yang berbunga-bunga karna cinta. Sedangkan aku yang masih hidup ngikutin aliran sungai yang ada. Di Banjaran, walau kadang banjir, tapi aku punya temen-temen yang menyenangkan di kantor. Kaya balance aja hidup aku kalo udah cape, tiba-tiba menyenangkan lagi. Aku selalu ngerasa kalau aku tidak unworthy untuk jadi tempat cerita temen-temen aku, tapi ternyata ngga. Ganyangka aja yang awalnya cuma mau bengong ke kopisop sama curhat dikit ke temen-temen, tiba-tiba mereka cerita tentang keluarganya, tentang masalah pribadinya. Dan aku yang beku, bingung mau ngerespon apa, dan akhirnya minta maaf karna aku bingung mau respon apa. Tapi mereka ngerti dan mereka hanya butuh didengar, karna mereka gabisa cerita ke banyak orang tentang masalah pribadi mereka. Aku banyak belajar banyak dari sifat-sifat dan cerita temen-temen aku yang unik-unik. Walaupun, pada akhirnya semua itu gaada yang abadi, aku tau kalau ada waktunya mereka bakal ngejar sesuatu yang mereka ingin atau butuh.
Kerja. The perks of gaji dua digit. Hehe. Taun ini aku dipromosiin jadi direktur, kalau di perusahaan lain namanya manajer sih. Seneng banget, akhirnya aku bisa megang tim yang solid. Yang percaya sama aku. Probation 6 bulan,diangkat jadi manajer percobaan di bulan Juni, banyak banger naik turun yang aku rasain, ternyata tidak mudah menjadi manajer di pabrik dengan pimpinan lulusan SD. Pulang malem tiap hari, badan rontok, pernah pulang jam 11 malem, dimarahin tiap hari,dianggap remeh sama senior-senior. Dan sadar kalau pendidikan itu penting buat seorang pimpinan, biar mereka bisa ngeliat secara luas. bukan cuma satu garis lurus. Akhirnya, aku yang harus adaptasi dengan gaya kerja pimpinan-pimpinan aku. Sempet mikir kalo aku bakal ga passed probation, dan balik lagi jadi engineer. Dan seiring waktu, aku bisa ngikutin alur kerjanya Dibulan Januari, aku passed probation, dan gajiku naik drastis jadi dua digit. Yeay! Yang bikin bangga, aku passed probation atas rekomendasi pimpinan aku untuk mempercepat masa probation aku dan segera di passed-kan. Aku bangga, aku baru 3 taun kerja, diumur 26, gajiku menyentuh dua digit. Semoga ini bisa jadi pecutan agar aku tetap belajar, banyak melihat, banyak mendengar, dan mudah berbagi. Karna aku masih belum puas, masih banyak yang bisa dikembangin. Aku gamau berakhir sama kaya pimpinan aku. Aku mau menjadi lebih baik, jauh lebih baik. Dan semoga terjadi.
Agama. Aku ngerasa aku yang dikasih berkah banyak banget, malah jauh banget dari agama. Jarang solat entah gegara sibuk atau emang males. Jadi banyak minum alkohol. Aku percaya kalau uang bisa merubah seseorang, dan itu kejadian di aku, aku merasa duniawi aku meningkat, tapi akhirat aku menurun. Aku tau apa yang aku lakuin salah, tapi aku masih tetep ngelakuin itu. Memang bodoh. Wish aku taun ini cuma semoga aku bisa rajin solat, puasa tamat, dan ngurangin minum alkohol.
Ci-cintaan. Untuk bagian ini kayanya gaada yang beda dari taun-taun sebelumnya. Tetap saja begitu. Main bumble-chat-ketemu-ilfil-udahan on repeat. Sampe akhirnya aku ketemu cewek dari bumble yang sebenernya menarik, tapi ya namanya juga manusia, ada lebih ada kurang. Dia cantik, manis, lucu, stylish, tapi di hari pertama ketemu dia cerita tentang keluarganya yang buat aku shock karna aku dari keluarga cemara. Dan pada akhirnya keluar statement ”Kenapa ya kalau cewe dari bumble rata-rata broken home semua”. Dan akhirnya aku ninggalin itu semua, hapus bumble dan nyari di real life. Aku dikenalin sama temennya temen aku. Aku excited bgt karna akhirnya bisa deket sm cewe yg real. Silky namanya. Dimulai dengan paksaan aku buat ke gija buat bawa silky ketemu aku, sampe akhirnya tukeran wa, dan main bareng. Tapi, aku ya tetep aku yang sulit bgt buat ngerasa. Tapi aku try hard biar bisa deket sama dia, soalnya kata dewa “beri sedikit waktu, biar cinta datang karna telah terbiasa”. Tapi, akhirnya dia ternyata gabisa terbiasa dengan usaha aku yg udh aku anggap maksimal. Akhirnya, dia cuma nganggep aku temen. Padahal aku gamau nambah temen baru, temen aku dah banyak, cape. aku gaada sparks sama dia, tapi aku gamau kehilangan orang itu. Yah aku tau, aku egois. Dan pada akhirnya kita jadi temen yang gapernah komunikasi sama sekali. People come and go, right?
Aku selalu mikir hidup yang sekarang itu buat masa depan yang lebih indah. Tapi, aku lupa buat hidup lebih pelan. Hidup aku terlalu fast forward. Kaya nonton film drama tapi speednya x3, gaenak kan. Aku belajar kalo hidup itu buat hari ini. Aku gatau apa yang bakal terjadi besok, lusa, dan seterusnya. Bisa aja aku naik jabatan lagi, atau malah demosi. Ketemu orang yang bakal jadi temen hidup aku selamanya atau cuma buat belajar lagi tentang hidup. Aku gamau terlalu banyak mikir untuk sesuatu dengan sifat yang ga pasti. Aku mau kerja, pulang, main, dan ngelamunin hari itu sebelum tidur sebelum akhirnya tidur. Tanpa mikirin apa yang belum terjadi. I am 26 and i am ready for tomorrow.
10 notes
·
View notes
Text
Rezeki yang tidak terduga; yang datang dari arah yang tak disangka: salah satu ciri takwa.
Pada suatu waktu penyampaian dari seorang guru, bahwa kita sebagai muslim seharusnya berharapnya mendapat rezeki yang tidak terduga; dari arah yang tak disangka-sangka. Karena itu salah satu ciri takwa (At Thalaq 2-3): Allah memberi rezeki dari arah yang tak disangka.
Monthly paid, sallary, gaji, thp, atau apalah itu namanya, seringkali itu sudah kita duga, entah waktunya ataupun nominalnya. Reaksi kita terhadap sesuatu yang sudah terduga, biasanya b aja. Lain kalau dengan sesuatu yang tak disangka-sangka, berasa sureprise mungkin istilahnya.
Mungkin kita pernah ngalamin, ketika suatu waktu kebanyang pingin makan bakso pas lagi ujan-ujan dingin, cuma lintasan pikiran aja dan kita ga ngapa-ngapain, tiba-tiba kurunyung ada temen dateng bawa bakso 2 bungkus, "hayu kita makan". Ih maasyaaAllah, rezeki yang tidak diduga!
Kalau yang saya alami kemarin-kemarin sih, pernah ngebatin pas lewat simpang patrol "udah lama ga makan sate cijengkol", dan beberapa hari besoknya pas ngelembur dibeliin sate cijengkol H.maman sama yg nyuruh lembur, alhamdulillah rezekiii!
Atau pas mau nganterin berkas ke kantor keuangan yang lokasinya beda gedung dan ada lantai dua, begitu turun dari gedung yayasan ketemu sama orang keuangan, jadi bisa nitip, ga perlu jalan dan naik tangga lagi, itupun rezekii.
MaasyaaALLAH. kita suka lupa kalau rezeki itu bukan hanya berupa materi, bukan hanya berupa hal fisik yang bisa dilihat. Rezeki Allah luas dan berlimpah ruah: nikah sehat, nikmat kemudahan, nikmat kesempatan, nikmat perlindungan, nikmat pengarahan, nikmat bimbingan. Ah, banyak pokonya mah. Tinggal kita yang perlu banyak-banyak bersyukur, tidak takabur, agar tidak menjadi kufur.
7 notes
·
View notes
Text
Ngambang
Trust your Body,
Sebenarnya kalau diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia ya bisa saja. Akan tetapi rasanya lebih mantep saja kalau pakai padanan Inggrisnya.
Kalimat di atas merupakan hal yang terlintas pertama kali di kepala, saat saya mencoba memberanikan diri lebih lama berinteraksi dengan air laut. Interaksi yang saya maksud bukan main kecipak air, atau berenang dengan gaya-gaya handal nan profesional. Akan tetapi, interaksi yang saya juga tidak tahu menyebut kata kerjanya apa, namun rasanya sangat indah dan nyaman.
Jika membuat istilah sendiri, mungkin yang saya sebutkan adalah “ngambang”. Sebentar ya, saya perlu melakukan pencarian dulu di internet, agar ada kata yang lebih cantik untuk dibaca ataupun didengar. O ternyata begini ya, lama tidak membaca buku, diksi saja harus googl-ing dulu. Baik, mungkin kita sebut “mengapung” atau kalau rekomendasi dari chat gpt, kita bisa gunakan istilah “melayang di atas air” atau oke juga dengan pilihan “membujur di permukaan”.
Saya pakai istilah membujur ya, rasanya lebih terwakili saja proses interaksinya dengan air. Saya baru pernah melakukan ini di satu pantai saja, namanya pantai Bukit Ransam. Pantai di sini hanya selengkung, posisi pantainya tidak untuk melihat sunset. Areanya banyak pohon rindang, di sini disebut pohon Katapiang, yang kalau secara nasional lebih dikenal sebagai Pohon Ketapang. Ombaknya tidak besar, tapi cukup untuk menenggelamkan dada saya, jika saya duduk bersila di bibir pantai, saat ombak pasang. Tapi kalau ombak tidak pasang, karang-karang yang agak tinggi pun bisa menyumbul dari permukaan laut. Kadang-kadang kalau saya sedang celup-celup kaki, ikan kecilpun juga berlari-lari di sela-sela kedua kaki, seolah bilang “tangkap aku, kalau kamu tega”. Ya saya tega sih, tapi juga buat apa nangkap Anda yg tidak benar-benar ikhlas hidup dengan saya *lah malah Tsambatz.
Baik, kembali “membujur”. Lama juga ya sampai ke intinya. Jadi saat bersila di bibir pantai, saya tiba-tiba ingin maju lebih ke tengah, ke arah air yang lebih dalam. Air naik hingga mendekati bahu, lalu tak ingat persis bagaimana kelanjutannya, tiba-tiba saya sudah di posisi telentang melihat langit, telinga saya yang tertutup kerudung juga sedikit demi sedikit terisi air tapi tidak sampai budeg, saya mendengar gemericik air dari telinga, badan saya ringan dibawa air, bergeser kesana kemari. Tangan saya juga membentuk gerakan kepakan tipis yang dapat membuat badan saya terayun.
Part terindahnya adalah, saya bisa lihat langit biru dengan sapuan awan putih, dan sesekali burung terbang rendah dekat pohon.
O begini ya rasanya waktu berhenti.
Indah sekali, manis sekali.
Meskipun tak lama setelah itu, pantat atau punggung saya tertambat karang yang agak tinggi saya berhenti sejenak disana, lalu dengan sadar tangan saya kembali mengayun untuk mendorong badan saya agak ke tengah area pantai lagi.
Momentum membujur ini membuat saya sangat terkoneksi dengan diri saya sendiri, terkoneksi dengan alam, dan uniknya terkoneksi dengan tuhan.
Apa memang aktifitas membujur di permukaan ini bagian dari ibadah yang perlu rutin saya lakukan ya?
Karena di tengah proses membujur, saya berdoa. Saya berdoa agar ketenangan dan kedamaian ini bisa senantiasa menyertai saya dalam banyak waktu lainnya.
Saya berdoa hal yang lain juga, berdoa agar urusan saya dimudahkan, gaji saya dinaikkan, jodoh pintar, baik, rajin, cakep saya didatangkan, tapi ya gak dari dalam laut juga sih.
Ibadah dalam konteks menemukan rasa syukur yang dalam, atas nafas, tubuh, keindahan dunia, dan tentu saja “rasa percaya” bahwa saya akan baik-baik saja selagi ada Dia.
Tak lupa “rasa percaya” juga dengan diri saya sendiri. Kalimat “trust your body” juga muncul sekelebat di kepala saat rasa cemas kalau-kalau saya terbawa semakin jauh ke tengah, atau khawatir ada ular laut yang iseng ikut membujur bersama.
Saya tidak pernah bisa berenang, bahkan sampai saya di usia ini. Tapi saya juga bangga sekali, meskipun belum bisa, saya bisa mengapung seringan ini bahkan tanpa pelatihan.
Secuplik video, yang direkam Bapak, di salah satu momentum membujur di permukaan air.
Selaku anak yang tumbuh dan besar di pesisir pantai, logikanya hubungan saya dengan pantai sudah seperti bernafas. Hubungan yang sangat penting, akrab, tapi karena saking dekatnya juga terasa tidak selalu perlu diromantisasi, dirayakan, disebut-sebut. Orang-orang bilang hubungan yang “ah sudah biasa”, “ah udah bosen juga lihat pantai” (ini kalimat yang sering saya dengar dari kawan sebaya yang sama tempat tumbuh dan berkembangnya).
Tapi saya sadar, bahwa segala hal yang kita alami, kita miliki, atau berinteraksi dengan kita, memang perlu sesekali diingat lagi. Direfleksikan lagi. Karena, saya yakin tidak akan mungkin saya bisa mendapatkan kesimpulan bahwa membujur di permukaan adalah satu sarana ibadah yang teramat damai hingga dada saya penuh dengan rasa syukur pada si pemilik kehidupan, jika saya tidak memberi ruang untuk mencoba, tidak merasa dan bahkan tidak tetap curious atas segala hal yang kelewat biasa saya temui.
Ya saya tetap coba ingin tahu,
Ingin tahu,
Ingin kamu, juga.
hahahah
Jati, Padang.
0 notes
Text
Rumangsa
yap, dalam bahasa jawa, rumangsa berarti merasakan.
ada satu prinsip hidup orang jawa adalah rumangsa. yaitu kita rendah hati, merasakan apakah diri ini layak, melihat diri bagaimana jika dilihat oranglain, menempatkan sesuatu pada tempatnya.
contohnya begini. saya lulusan teknik arsitektur, lalu ketika ditanya terkait teknik kimia, saya tentu tidak mau menjawab. karena saya memang tidak punya kompetensi di bidang itu. saya malu jika saya jawab diluar kemampuan saya. inilah rumangsa. Atau misal, saya adalah ASN, maka saya tidak mau pakai kendaraan plat merah untuk antar jemput anak sekolah atau untuk jalan-jalan di weekend. karena saya merasa malu dan sadar bahwa kendaraan tersebut adalah kendaraan operasional untuk bekerja. bukan digunakan untuk urusan pribadi. saya malu jika menyalahi aturan dan kewenangan. inilah rumangsa.
tapi saya lihat, saat ini banyak sekali orang-orang yang mohon maaf tidak punya rasa rumangsa. terlepas dari background mereka yang mungkin bisa jadi bukan orang jawa. tapi bisa saya katakan rasa rumangsa ini sudah mulai pudar. dan sebenarnya rasa rumangsa ini adalah budi pekerti yang umum di masyarakat.
contohnya, banyak kasus yang dikeluhkan teman2 pengusaha coffee shop. banyak pemuda pemudi yang datang. mereka memakai handphone mahal sebut saja iphone. tapi tidak pesan apapun. mereka duduk, nongkrong, dll. atau mereka yang bisa punya mobil mewah, tapi mohon maaf, perilaku berkendaranya buruk sekali. parkir di pinggir jalan secara sembarangan, memakai rotator, dll.
nah, apakah kesadaran itu telah hilang? kamu bisa punya handphone mahal, tapi beli kopi 35rb saja susah banget. malu tau sama gaya kamu. sadar diri itu penting. misal saya orang kaya, saya sadar saya bisa beli mobil mewah, tapi saya masih belajar berkendara, tpi saya gg bisa sabar dengan keruwetan lalu lintas jakarta. yasudah, saya hire seorang supir. daripada saya parkir sembarangan, daripada saya pakai rotator bak pejabat, daripada saya sruduk sana sini, lebih baik saya tenang, menjaga kewibawaan saya sebagai orang kaya.
sekarang misal, mohon maaf saya lihat orang2 yang beli iphone mahal, tpi nyicil, padahal gaji UMR, hanya demi gengsi. ya mohon maaf, kok bisa punya pikiran seperti itu?
apakah dia gg rumangsa bahwa di itu karyawan UMR dengan standar kehidupan yang ditengah2 yang belum bisa naik level ke kehidupan mapan.
atau kasus lainnya yang lebih menyedihkan. contohnya banyak mahasiswa beasiswa bidik misi (kurang mampu/KIP) tpi dananya digunakan untuk beli iphone. come on! apa gg malu sama status mahasiswa beasiswa kurang mampu itu. padahal sudah dibiayai pemerintah, dengan uang pajak masyarakat, justru malah disalahgunakan. inilah orang-orang yang tidak rumangsa.
saya juga bingung bagaimana ide gagasan untuk memperbaiki ini semua. karena pada dasarnya ini adalah kebiasaan atau personality yang ditanamkan sejak kecil. mungkin yang bisa saya katakan adalah bahwa saat ini kita butuh banyak orangtua yang mampu mendidik anak2nya untuk bisa rumangsa, berbudipekerti baik, dan tentu saja memiliki akhlak dan sosial yang baik. seandainya tidak diajarkan untuk itu, maka saya yakin pasti banyak orang yg tersandung kasus pinjol, judol, psk, hoax, ujaran kebencian, semena mena, dll. Bagaimana tidak, utk memenuhi gengsi harus berhutang, atau coba2 judi, eh jadi ketagihan. Atau karena hilangnya rumangsa, orang2 jadi bebas ngomongin sesuatu. Alhasil hoax kesebar kemana2. Alhasil kita gg crosscheck lgi sumbernya. Sehingga bs jadi byk org yg dgn mudah menghujat org lain. Karena rasa rumangsanya hilang. Dia pikir dia benar.
semoga kita terus sadar diri, rumangsa, dan bisa mendidik anak keturunan kita agar menjadi generasi terbaik.
0 notes
Text
Lika-Liku Kerja di Dunia Jurnalistik: Dituntut Serba Cepat, Tak Kenal Tanggal Merah
Worked Journey
Hi everyone! Saya Nurul, membagikan worked journey di dunia jurnalistik
Profesi jurnalis menjadi pilihan yang tepat untuk orang-orang yang suka menulis, menyenangi tantangan, gemar membaca, memiliki rasa ingin tahu tinggi, dan selalu mengikuti trend berita terkini. Tentunya, kerja di dunia jurnalistik juga enggak cocok buat orang-orang yang hobi malas-masalan, karena kamu pastinya bakal banyak ketinggalan. Bagi yang ingin terjun ke dunia jurnalistik dan menjadi jurnalis, wajib tahu lika-liku kerja di dunia jurnalistik, biar enggak kaget! Oleh karena itu, saya membagikan 'worked journey' yang saya lalui selama menekuni pekerjaan menjadi jurnalis sebagai penulis konten SEO di Digital Content Directorate Kompas Gramedia Group - Tribun Network untuk Tribun Banten selama 2022-2024.
Ini bukan perkara mudah, karena saya bergabung di portal daerah yang baru dirintis, berkontribusi baik pikiran dan tenaga untuk mengembangkan portal daerah ini menjadi media lokal yang menyajikan informasi informatif terkini baik berita internasional, lokal, hiburan, gaya hidup, seleb hingga olahraga. Ya intinya banyak suka dukanya yang saya bagikan dalam worked journey ini, selebihnya saya menikmati tantangan kerja menjadi jurnalis. Tentunya alasan saya terjun dan bertahan di industri ini karena sesuai passion saya yang suka menulis dan membaca, saya juga memiliki lingkungan kerja yang baik walau dengan lintas usia yang jauh. Gaji, rekan kerja, bos, dan beberapa hal membuat saya berkomitmen untuk membangun perusahaan sampai bisa ikut mengantarkan perusahaan memiliki gedung baru dan trafic yang perlahan naik dalam page views hingga bisa bersaing dengan anak perusahaan lain.
Sebelumnya dalam dunia kerja profesional, saya bekerja dari usia 21 tahun setelah lulus kuliah, namun saat kuliah saya sudah menjadi Script Writer, Ghost Writer selama 2 tahun dan asisten peneliti project. Di usai saya 19 tahun sampai 21 tahun, saya fokus belajar menjadi pengikut, mempelajari cara atasan bekerja, dan bagaimana bekerja dengan orang lain agar memiliki team work yang baik. Saat itu saya memahami bahwa sangat penting kerja tim dalam membangun kesuksesan acara, proyek, dan tujuan organisasi, termasuk dalam jurnalistik.
Read the story
1. Jadi Jurnalis Harus Mampu Kerja Tim
Pilihan menjadi jurnalis membuat saya memasuki lingkungan kerja dengan pola ‘team work’ yang saling mem-backup pekerjaan satu sama lain dengan target dan tanggungjawab yang besar untuk membangun perusahaan. Di usia yang sangat muda saya memilih bergabung dengan Kompas Gramedia Group dan menjadi bagian perintis unit Tribun Network di Banten sebagai penulis konten. Saat itu, saya menemukan rentang usia yang sangat jauh antara saya dengan rekan-rekan kerja lain baik di redaksi maupun tim bisnis. Saat saya usia 21 tahun, usia rekan kerja ada yang sudah 26 tahun, 30 tahun, 40 tahun dan seterusnya hahaha walaupun kayak kelihatan seumuran. Tentunya saya menjadi anak bungsu di perusahaan, dengan sebutan ‘si bungsu’.
Meski begitu, di Tribun Network penempatan saya, jujur saya tidak menemukan penghalang atau batasan usia lintas generasi, yang selama ini ceritanya banyak dipublikasikan di media.
Oke, lantas mengapa saya merasa tidak ada gap usia?
Karena Semua Orang di Kantor Mengaku Anak Muda
Setua-tuanya bos, enggak ada yang mau dipanggil Bapak, semuanya dipanggil Mas meski sudah tua, sampai yang mau pensiun pun tetap dipanggil Mas. Usia om-om dipanggilnya Abang. Saya pribadi memanggil rekan kerja perempuan yang lain dengan sebutan Mbak meskipun ada yang sudah jadi ibu-ibu. Gaya bos-bos saya enggak kaku dan kolot, mereka update dengan tren terkini, ngobrol ke mana aja kalau kita sendiri punya wawasan bisa nyambung.
Tapi saya banyak enggak tahu soal apa yang disukai rekan-rekan kerja saya yang usianya lebih tua. Nah, biasanya saya inisiatif buat catatan, playlist musik apa yang biasa didengar rekan kerja, dan topik apa yang suka mereka bahas. Misalnya orang-orang suka MotoGP, maka saya ketika pulang kerja harus langsung baca dan cari tahu tentang MotoGP, cari tahu yang mana Marc Marquez, Rossi, sampai Bagnaia, supaya kalau ngobrol tetap bisa ikutan. Trust me, rata-rata orang enggak nyambung ngobrol karena salah satunya enggak punya wawasan yang sama. Lucunya, karena saya suka BTS tapi orang-orang kantor enggak banyak tahu BTS, biasanya saya yang inisiatif cerita sampai mereka cari tahu sendiri tentang BTS. Itu sebabnya saya pribadi tidak menemukan gap usia dalam lingkungan kerja meskipun rentang usianya cukup jauh.
2. Miskom Tetap Ada, Namanya juga Beda Kepala
Miskom tetap ada guys, maklumlah beda kepala dan cerita hidup hahaha. Saya pernah bilang, “Bang musikan ya” ke Editor dari Jakarta yang main ke kantor di Kota Serang. Tapi, musikan yang saya maksud diinterpretasikan sebagai pemain bola, sedangkan saya enggak tahu ada pemain bola namanya Musikan. Lucu aja sampai saya cari profilnya di Google. Maksud saya musikan itu mau mendengarkan musik dengan pengeras suara, karena di kantor saya itu adalah DJ request-an lagu orang-orang buat karokean sambil kerja kalau kantor sepi. Tapi Yasudah, kalau sudah kayak gitu saya tanya-tanya aja sosok legenda sepak bola, anggaplah ilmu baru~
3. Jangan Kaget! Jurnalis Banyaknya Jago Manuver Omongan
Meskipun enggak semua, tapi kebanyakan jurnalis yang saya kenal pinter memanuver omongan loh....
Candaan orang kantor saya kadang di luar jangkauan dan manuver-nya luar biasa, tapi saya beradaptasi untuk lebih gila dari mereka
Contoh 1: “Rul lu emang enggak punya ibu? Sama dong ibu kita udah ditanam kayak ubi” agak kaget saat itu karena masih anak baru banget, tapi saya jawab, “Ibu lu ubi kayu apa ubi cilembu Bang?” Nah ini orang kantor pasti pada ketawa-tawa enggak jelas mode bapak-bapak sok-sokan ngaku "anak gua nih" hahaha. Cuma becanda ya guys! Asli mereka tuh baik banget.
Contoh 2: “....Rul, katanya lu tahu saldo rekening si A, berapa nominalnya?” ini pertanyaan jebakan karena kondisinya ramai riuh emang lagi curcol, jangan dijawab nominal kalau pun tahu, cara jawab saya biasanya, “yang pasti lebih besar dari saldo rekening lu Bang”. Jawaban begini biasanya buat orang-orang kantor ketawa renyah hahaha. Nah kalau ada tepuk tangan riuh enggak jelas, cara responnya cukup, “makasih gua emang keren!” Contoh 3: “Rul kamu tahu enggak, yang bertahan di kursi kamu dulu cuma tiga bulan karena langsung sakit, tapi kamu awet,” kalau ada singgungan ke karyawan lama jangan mau cari tahu lebih jauh, biasanya saya jawab dengan mengunggulkan diri sendiri, “iya dong, formula formalinnya banyak saya mah, awetlah”. Jangan cari tahu apapun kalau enggak mau kepikiran, fokus aja kerja, ini rumus tentram di tempat kerja, jangan merasa lebih baik dari orang lain okay.
Contoh 4: "Rul sini, lu harus liat monyet baru peliharaan gua!" sebagai karyawan yang baru kerja dua bulan, saya belum tahu ini bau-bau keusilan. Ternyata jeng-jeng... itu foto wajah jelek saya yang pakai filter monyet, ketawa ngakak ngetawain diri sendiri saking jeleknya. Ujungnya hari itu juga langsung saya unduh filter yang aneh-aneh, filter monyet sampai alien, buat jailin orang kantor hahaha. Se-funny itu liat foto aib orang kantor, karena dulu masih banyak karyawan sanguinis.
Penafian: enggak semua orang diginiin ya becandanya, mereka pinter baca karakter orang. Cuma karakter saya emang enak aja buat diusilin dan celetukannya ada aja
4. Buat Konten Mandiri, kalau Salah Bos Ngasih Petuah dari Berbagai Sisi
Sejujurnya dulu sebagai anak baru, saya hanya mendapat training satu bulan dan lebih belajar mengambil banyak angle kasus dan konten, training satu bulan itu yang paling singkat dan langsung mengisi posisi yang kosong. Dua bulan pertama kerja saya dilepas untuk belajar sendiri menggunakan tools-tools perusahaan seperti CMS, GA, dan lain-lain, sedangkan untuk kemampuan menulis, bos saya bilang saya sudah bisa dan mampu belajar sendiri.
Saat itu saya belajar sendiri dengan agak terseok-seok mengejar target harian dengan berbagai macam section konten/news. Dua bulan kerja setelah training, kinerja saya masih tidak secepat yang lain untuk produksi 20 berita per hari, saya juga belum bisa menciptakan konten yang mendongkrak page views. Saya masuk kerja jam 8 pagi bisa keluar kantor jam 8 malam untuk produksi 20 berita/konten saat itu. Akhirnya baru di bulan ketiga kerja, saya benar-benar bisa bekerja menyesuaikan ritme dan membangun tim, satu konten saya akhirnya ada yang naik di GA dan terbaca 16.000 lebih. Tapi meski saya belajar mandiri, kalau GM Digital Content kunjungan, pasti selalu ada arahan dan pembelajaran baru yang harus diikuti dengan perubahan konten. Intinya enggak boleh berhenti belajar hal-hal baru dan terus berkembang dengan memahami pembaca.
Fyi: 2024 ini penulis konten Tribun Banten targetnya sudah 17 konten ya, performa portalnya sudah cukup meningkat
5. Pola Kerja Team yang Serba Cepat dan Berubah
Pola kerja team berubah-ubah, sebagai karyawan termuda saya menjadi andalan mem-backup pekerjaan yang lain, saat rekan kerja ada yang sakit, cuti, acara keluarga, semuanya digantikan oleh saya saat itu atas titah bos dengan alasan “saya yang paling muda dan berstamina”. Satu bulan, saya bisa enggak libur loh, tapi I’m enjoy karena gaji perusahaan, untuk sekelas lulusan baru gaji kontrak saya udah bagus, kerja di hari libur diganti uang. Intinya libur enggak libur itu termasuk kebijakan unit perusahaan daerah dalam sistem kerja, dan saya setuju, itu masih oke guys, namanya kerja enggak ada yang enggak capek!
Bekerja di industri yang serba cepat, menuntut saya untuk belajar gesit menggali apa yang terjadi hari ini di Indonesia dan di dunia. Bos suka ngomel kalau saya telat produksi konten hype, siap-siap ditelepon malam-malam, ditelepon untuk update gempa subuh-subuh kalau masuk pagi, sampai running-an Gunung Krakatau di pagi hari. Bahkan harus telepon rekan kerja yang lagi sift untuk infoin ada kasus Lesti smackdown-lah, atau ada kasus yang baru meledak biar portal berita kita enggak ketinggalan.
Paling mantap kalau mengawal kasus biar viral, dulu ada kasus perselingkuhan menantu dan mertua di Banten, saya baru dikasih berkas sidang cerainya dan diminta buat konten original viral dengan berbagai angle yang menarik untuk di-running di seluruh Tribun Network karena kasusnya di Banten. Berkas cerainya panjang dan baru saya baca, tapi satu menit setelah berkas dikasih, saya sudah ditagih artikelnya. “Nurul cepet, yang lain nunggu dari kamu, mau dilempar artikelnya…” maklumlah bekerja mengejar waktu biar enggak keduluan media yang lain. Tapi kalau enggak ada kasus atau hari-hari biasa aja, kerjaan santai kok.
6. Libur di Hari Kerja Satu Hari dan Enggak Kenal Tanggal Merah
Jangan masuk ke dunia jurnalistik kalau mau kerja yang liburnya dua hari di Sabtu dan Minggu. Masuk jadi keluarga jurnalis, cuma dikasih jatah libur satu hari. Bahkan saya sebagai karyawan termuda di kantor liburnya enggak di hari Sabtu dan Minggu awal-awal kerja, tapi di hari Jumat. Itu pun bisa pindah libur ke Senin kalau ada rekan kerja yang mau ada acara dan minta tukar hari. Tidak ada juga tanggal merah kawan, setiap tanggal merah saya selalu masuk kerja cari cuan.
7. Dikejar-kejar Target, tapi Tetap Santai
Kerja dikejar target pembaca, tapi kalau enggak kecapai targetnya juga fine-fine aja guys. Enggak bakal dimarahin, cuma nanti ada evaluasi aja kalau ada GM Digital Content kunjungan. Enggak bakal diberhentiin juga kalau kita baik, paling konten garapannya diganti biar bisa ngejar page views. Bukan orangnya yang diganti tapi strategi dan konten-kontennya yang bisa diubah-ubah.
8. Semua Media Punya Target Page Views! Seperti Ini
9. Jurnalis Enggak Boleh Berhenti Belajar!
Segala arus informasi terus berputar! Kalau kata senior-senior saya, jadi Jurnalis itu harus terus belajar segala hal-hal baru. Bahkan ketika semandiri-mandirinya kita bekerja, masukan dan arahan itu penting untuk terjalinnya support system yang baik. Trust me, siapapun yang jadi Jurnalis pasti pernah menemukan titik jenuh, tapi setiap pekerjaan itu selalu ada titik jenuhnya. Maka dari itu, terus belajar jadi kuncinya, minta arahan ke orang-orang berpengalaman itu penting bagi saya, punya inisiatif aja enggak cukup. Tapi harus tahu bangun taktik dan cara gimana ciptain produk jurnalis yang beda dari yang lain dengan meminta masukan-masukan yang membangun. Kuncinya jangan malu bertanya. Saya pikir support system dalam lingkungan kerja ini sangat krusial baik dari atasan maupun rekan kerja, terutama lingkungan kerja yang lintas usia cukup jauh. Support system bagi saya penting, tapi saya enggak tahu seberapa penting support system bagi orang lain. Apakah salah seorang pekerja membutuhkan support system yang baik? Kalau enggak dapat dari bos, minimal dari rekan kerjalah ya guys biar betah, atau bisa juga motivasi dari gaji yang bagus hahaha.
10. Sedikit Potret Kehidupan di Dunia Jurnalistik
Sebagai yang termuda, saya selalu dapat suapan potongan tumpeng dan kue dari bos-bos kalau lagi ada acara dan ultah kantor. Terima kasih bos-bos.
Akhirnya punya kantor baru setelah banyak duka di kantor lama yang bocor, panas, ada aura mistis, listrik mati 6 kali dalam sehari kalau kumat, dan tikus-tikusnya yang ulala.
Just information, saya memutuskan resign dari Kompas Gramedia Group - Tribun Network karena mendapat penawaran pekerjaan di perusahaan asing secara freelance sebagai Digital Analyst. Next capture saya akan membagikan perbedaan pola kerja di luar negeri dan di Indonesia yang beda banget walaupun dituntut kerja serba cepat.
Special Thanks
Terima kasih banyak Kompas Gramedia Group, Tribunnews, Tribun Network. Terkhusus Mas Yulis Sulistyawan – GM Digital Content Tribun Network, dan Mas Agung – Manager Content Tribun Banten, terima kasih telah banyak memberikan ilmu-ilmunya. Dulu saya merasa bersalah karena nggak tahu Mas Yulis bos besar pas interview kerja hahaha, saya kira HRD. Interview pun kebanyakan ketawa menjawab pertanyaan dengan receh, saya inget banget pas ditanya “kamu punya keluarga besar ya? Ramai dong kalau kumpul”. Tapi bisa-bisanya saya malah jawab, “iya dong, tinggal bikin club sepak bola aja itu, boleh kalau mau gabung”. Bos-bos itu pada ketawa sama jawaban saya, terus saya juga ikutan ketawa aja sepanjang interview ha ha hi hi.
Makasih buat bos yang udah jawab pertanyaan-pertanyaan terakhir saya ketika saya resign. Saya tanya Manager Content saya, kenapa saya diterima kerja di perusahaan, karena katanya saya yang paling muda di antara kandidat yang lain, pas masuk kerja orang-orang pada kaget pas tahu umur saya, bahkan ketika saya udah kerja dan ada proses recruitment, saya baru tahu sebanyak itu kandidat yang dinterview sampai sore tapi enggak ada yang diterima satu pun. Akhirnya Manager Content saya bilang, “Interview-mu to Rul mind blowing, ketawa mulu, ha hi ha hi, ada aja jawabannya, harusnya kalau interview kamu agak serius [oke ini catatan]. Saya tahu betul kamu hanya perlu dipoles sebentar liat dari tulisannya yang puluhan lembar itu, kamu gampang dilepas. Satu bulan training itu yang paling singkat dibanding yang lain, kamu di sini bertahan lama dari kantor dulu sampai sejauh ini, di luar ekspektasi saya”.
Btw ceritanya pas baru lulus kuliah saya ngelamar jadi penulis konten pake 27 halaman contoh tulisan guys, dari tulisan script, copywriting, puisi esai tajuk Ni Wayan Gayatri, tulisan ilmiah saya yang diterbitin BPCB Banten, konten seleb, dll sampai 27 lembar hahaha. Mana pas diinterview tulisannya enggak diprint, lucu aja sekelas GM Digital Content dikerjain sampai harus liat gawai dan berkas-berkas saya.
Dan leganya pas resign di perusahaan ini saya bisa pamitan ke semuanya, sempat tanya apa yang bos enggak suka dari saya selama 2022-2024 saya jadi anak buah. Karena di mana pun kita bekerja, faktanya setiap karyawan itu pasti ada plus minusnya, dan bos juga ada kurang dan lebihnya. Di sini waktunya minta maaf buat semua kesalahan, pamitan, dan mengutarakan hal lain jika ada.
Kenapa saya menanyakan hal-hal seperti itu?
Karena agar saya bisa memperbaiki diri saya dengan tahu kesalahan-kesalahan saya yang mungkin bos enggak utarakan. Hal-hal tersebut tentunya akan berguna untuk saya bekerja di tempat berikutnya atau bahkan kembali ke media lain. Bahkan ketika mendapat review seperti yang dikatakan bos nantinya saya enggak kaget, ya harus intropeksi. Saya juga berterima kasih yang setulus-tulusnya pada Mas Yulis, GM Digital Content Tribun Network yang mau menerima saya jika saya ingin kembali di Tribun, yang bersedia dihubungi jika saya melihat lowongan di Tribun. Kalimat terakhir yang paling saya ingat, “kalau kamu mau kerja lagi di Tribun, liat lowongan di Tribun mau masuk ke situ, kamu cuma tinggal hubungi saya, nomor saya enggak bakal berubah”.
Terima kasih banyak Tribun Network
0 notes
Text
Mengetahui Peran dan Tugas Seorang Operator Alat Berat di Industri Pertambangan PT Titan Infra Energy
Dalam industri pertambangan, peran operator alat berat sangatlah penting. Mereka adalah jantung dari segala aktivitas pertambangan, mengoperasikan mesin-mesin besar yang membantu dalam proses ekstraksi, pengangkutan, dan pengolahan bahan tambang. Artikel ini akan mengulas pentingnya profesionalisme dalam mengoperasikan alat berat, peran teknologi dalam peningkatan efisiensi, tantangan yang dihadapi, serta strategi untuk mengatasinya.
Keahlian Khusus Operator Alat Berat
Profesi sebagai operator alat berat bukanlah pekerjaan biasa yang bisa dilakukan oleh siapa saja. Dalam dunia pertambangan, kemampuan khusus diperlukan untuk menjadi ahli dalam mengoperasikan alat-alat berat yang vital dalam proses ekstraksi dan pengelolaan tambang.
Keahlian Esensial yang Dibutuhkan
Seorang operator alat berat di sektor pertambangan harus memiliki keterampilan dan pengetahuan yang mendalam, antara lain:
1. Kepemilikan SIM B II
Seorang operator harus memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) dengan klasifikasi B II untuk dapat mengemudikan alat berat. Untuk mendapatkan SIM tersebut, diperlukan pengalaman minimal satu tahun dengan SIM kelas A terlebih dahulu.
2. Kemampuan Teknis dan Diagnostik
Kemampuan mendasar dalam menganalisis dan mendiagnosis masalah teknis, terutama dalam bidang elektronik dan mesin alat berat, sangat diperlukan.
3. Keterampilan Berkomunikasi dan Kerja Tim
Mampu mengikuti instruksi dengan baik dan berkolaborasi secara efektif di lapangan merupakan hal yang penting dalam kesuksesan sebagai operator alat berat.
4. Pengetahuan Tentang Pertambangan
Pengetahuan yang memadai tentang risiko dan bahaya yang mungkin terjadi di area pertambangan menjadi modal penting bagi seorang operator.
Tanggung Jawab Seorang Operator Alat Berat di Pertambangan
Seorang operator alat berat di sektor pertambangan bertanggung jawab untuk melakukan berbagai tugas, termasuk:
1. Pemeriksaan Rutin
Sebelum mengoperasikan alat, operator harus melakukan pemeriksaan rutin terhadap kondisi alat, termasuk pemeriksaan bahan bakar dan oli.
2. Operasional Alat Berat
Mengoperasikan alat berat sesuai dengan spesifikasi pabriknya, seperti excavator, belt conveyor, dan dump truck, untuk kegiatan pertambangan.
3. Pelaporan Kerusakan
Melaporkan setiap kerusakan atau masalah yang terjadi pada alat berat kepada pengawas lapangan agar dapat segera ditangani.
4. Perawatan dan Perbaikan
Merawat dan memperbaiki alat berat secara berkala sesuai dengan standar pabrik guna memastikan kinerjanya tetap optimal.
5. Keamanan dan Pengiriman
Bertanggung jawab atas keamanan selama proses pengangkutan dan pengiriman material tambang, serta memastikan alat berat diparkir di tempat yang aman setelah digunakan.
6. Pengelolaan Mesin
Memastikan mesin alat berat dimatikan dan diamankan setelah selesai digunakan dengan memeriksa kunci dan fitur keselamatan lainnya.
Imbalan dan Prospek Karir
Meskipun profesi operator alat berat di sektor pertambangan mungkin tidak populer, namun imbalan yang ditawarkan cukup menggiurkan. Di beberapa negara, gaji yang diterima oleh operator alat berat sangatlah tinggi, baik untuk pemula maupun yang berpengalaman. Selain itu, terdapat peluang untuk naik jabatan mulai dari operator junior hingga menjadi pelatih atau bahkan mendirikan usaha pelatihan sendiri.
Menyelami Potensi Industri Tambang Indonesia
Industri pertambangan menjadi salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Dengan pertumbuhan yang terus meningkat, profesi yang terkait dengan industri ini menjanjikan peluang karir yang sangat menguntungkan bagi siapapun yang tertarik untuk terlibat di dalamnya.
Membangun Karier di Dunia Pertambangan
Bagi mereka yang tertarik dengan dunia pertambangan dan memiliki minat dalam mengoperasikan alat berat, menjadi seorang operator alat berat dapat menjadi pilihan karier yang menarik. Dengan kemampuan yang tepat dan dedikasi yang kuat, seseorang dapat meniti karier yang sukses dan membangun masa depan yang cerah dalam industri yang terus berkembang pesat ini.
Peluang dan Tantangan
Meskipun menjanjikan imbalan yang menggiurkan, profesi sebagai operator alat berat di sektor pertambangan juga memiliki tantangan tersendiri. Lingkungan kerja yang keras dan risiko kecelakaan yang tinggi adalah beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dengan serius sebelum memutuskan untuk terjun ke dalam profesi ini.
Kesimpulan
Becakap kemampuan teknis dan pengetahuan yang mendalam tentang dunia pertambangan merupakan kunci kesuksesan bagi seorang operator alat berat. Dengan penguasaan keterampilan yang tepat dan kesadaran akan tanggung jawabnya, seseorang dapat menjelajahi potensi karier yang menarik dan memberikan kontribusi positif dalam industri pertambangan yang penting bagi perekonomian global.
0 notes
Text
Melihat Kupu Kupu Kuning Pertanda Kamu Akan Mendapatkan Jodoh dan Kekayaan yang Melimpah, Prediksi Kehidupan - Rakyat Priangan
https://www.rakyatpriangan.com/gaya-hidup/1438576653/melihat-kupu-kupu-kuning-pertanda-kamu-akan-mendapatkan-jodoh-dan-kekayaan-yang-melimpah-prediksi-kehidupan
Jawa Barat Nasional Internasional Mimbar Rakyat Ekobis Wisata Hiburan Warisan Gaya Hidup Teknoto Feminim Pustaka Islami Opini Surat Pembaca Video Photo
Melihat Kupu Kupu Kuning Pertanda Kamu Akan Mendapatkan Jodoh dan Kekayaan yang Melimpah, Prediksi Kehidupan
Syarif Hidayat
Rabu, 26 April 2023 | 08:28 WIB
prediksi kehidupan hari ini tanda kupu-kupu kuning disekitar kita (pixebay)
RAKYAT PRINGAN, Mitos- Pernakah kamu melihat kupu kupu kuning disekitar kita atau masuk ke rumah kamu?
Bila pernah ada kabar gembira untuk kamu dan keluarga apabila melihat hewan indah ini. Bagaimana prediksi kehidupan bagi orang yang melihat kupu kupu kuning itu.
Karena kupu kupu kuning kerap membawa pesan dan simbol kehidupan bagi siapa saja yang melihatnya.
Menurut kitab primbon Jawa kuno, tanda kupu kupu kuning pertanda lebih banyak menjurus ke arah keberuntungan.
Tanda kupu kupu kuning yang pertama adalah kamu akan mendapatkan rezeki nomplok.
Apabila melihat kupu kupu kuning dianggap membawa keberuntungan, Karena banyak diyakini bahwa hewan kecil tersebut dipercaya menyimbolkan kelimpahan kesuburan dan emas.
Apabila kamu tiba-tiba melihat kupu kupu kuning pertanda ketika terbang di sekitar rumah bahkan masuk ke dalam rumah akan datang sebuah kebaikan kepada kamu.
Akan tetapi, selain diyakini dan dipercayai kamu harus tetap melakukan ikhtiar untuk mendapatkan rezeki dan memohon kepada Allah SWT agar terwujud nyata.
Selanjutnya anda kupu kupu kuning pertanda apa yang perlu kita ketahui. Kamu akan segera mendapatkan kesempatan besar untuk memperbaiki kehidupan terutama memperbaiki diri dari segi hablumninannas dan hablumninallah.
Karena kupu kupu kuning identik dengan simbol kekayaan, oleh sebab itu apabila kamu melihatnya bisa jadi hal tersebut adalah pertanda bahwa akan ada kesempatan besar untuk memperbai ekonomi. Seperti promosi jabatan, gaji naik, tawaran pekerjaan yang lebih baik.
Kemudian tanda kupu kupu kuning yang ketiga pertanda kamu akan mendapatkan pengakuan dan penghargaan atas kerja keras kamu selama ini.
Apabila kamu selama ini merasa tidak ada yang menghargai atas usaha kamu, maka dengan hadirnya kupu kupu kuning diyakini akan membawa pertanda yang sangat baik terutama untuk hidup kamu.
Contohnya saja apresiasi pekerjaan, pendidikan, kehidupan sosial, dan juga asmara.
Nah, untuk tanda kupu kupu kuning yang keempat kamu akan mengalami hadirnya anggota keluarga yang baru.
Serta menandakan adanya kesuburan dan pertumbuhan keluarga besar kamu seperti bertambahnya keturunan.
Itulah uraian melihat kupu kupu kuning pertanda apa yang harus dicermati dengan seksama. Namun kita harus tetap melakukan usaha dan ikhtiar serta doa agar hasilnya sesuai dengan kehendak Allah SWT.***
Editor: Syarif Hidayat
Sumber: Youtube Hoki dan Nasib
0 notes
Text
Ikhlas, sesuatu yang sulit diaplikasikan (Part 6)- END
Wah sudah libur menulis 2 hari berturut - turut rasanya seperti lama sekali :D. Maaf ya diri, harus menunda menulis karena ada hal yang lebih prioritas. Qadarullah ibu mertua dirawat inap di puskesmas dekat rumah jadi bergeser dulu prioritas menulisnya. Meskipun tiap hari kepikiran ingin menulis.
Sekarang, aku mau mengakhiri tulisanku yang berpart-part dengan tulisan hari ini. :D
Funfact, sebenarnya tulisanku "Ikhlas, sesuatu yang sulit untuk diaplikasikan" tersebut terbesit karena aku homesick terutama dengan suasana ramadhan dan lebarannya. Akan tetapi belum tentu aku bisa pulang jadi aku anggap itu bagian dari belajar ikhlas. Jadi, poin dari tulisan tersebut sebenarnya ada ditulisan yang sedang kalian baca saat ini.
Sudah sejak tahun 2011/2012 aku tidak bisa lebaran di rumahku, I mean lama kelamaan hal itu menjadi biasa untuk diriku sangking seringnya aku absen lebaran di rumah baik itu idul fitri maupun idul adha. Nah, apalagi setelah menikah ini, aku ikut suami yang beda provinsi dengan rumahku. Schedule kami ke malang adalah sekitar juli dan desember which is 2x dalam setahun dan selama ini di bulan tersebut tidak berbarengan dengan hari raya wkwk. Selain itu karena suamiku hanya libur kerja saat hari H saja, sehingga harus ambil cuti yang artinya gaji dipotong. Tapi sebenarnya alasan besar dari aku tidak bisa pulang saat idul fitri adalah ibu mertuaku sendiri sedangkan tamu yang datang di hari H super duper banyak. Tanpa aku dan suami, siapa yang akan membantu mengurus persiapan lebaran di rumah? Entah tahun 2024 ini rasanya aku ingin sekali menikmati ramadhan dan terutama shalat idul fitri di kampung halamanku, merindukan kajian ramadhan sekaligus buka bersama dan tarawih di sepertiga malam di sepuluh hari terakhir ramadhan. Mungkin karena hal tersebut tidak pernah aku dapatkan di kampung halaman suami.
Hal itu membuat aku struggling mendapatkan persetujuan suamiku, dengan memelas aku mengajaknya merasakan apa yang aku rasa haha meskipun sedikit memaksa bahkan nekat untuk bilang "aku gapapa pulang sendiri naik kereta sama Rayya, kamu bantuin ibuk. Semenjak aku nikah, aku belum pernah sungkem ke bapak ibukku di hari idul fitri." Tapi ya sudah jelas bahwa suamiku tidak akan mengizinkan aku pergi tanpa dirinya hehe. Doain ya agar suamiku bisa luluh. Sejauh ini sih, aku sudah 3x-an menanyakan hal ini wkwk dan alternatif dari suami adalah kalau kakak atau keponakan yang di malang mau mudik sebelum hari raya, kita bisa mudik ke malang agar mertua di jepara tetap ada yang menemani.
Hingga sekarang, apapun nanti yang terjadi, Setidaknya aku tidak ekspektasi tinggi agar tidak terlalu jatuh saat kecewa. Tapi di sisi lain, sebagai hamba aku akan terus berdoa sebagai ikhtiarku mendapatkan keajaiban nanti 🤲🏻
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. (QS: al-Ghafir:60)
0 notes
Text
Refleksi 2401
Kebangun setengah delapan malam dalam posisi tepar, padahal ya padahal cuma nyebrang aja tuh dari Seberang ke Kota. Tapi kayanya karena efek jam biologisku yang mulai kacau, dan udah mulai workout (eak) jadinya lebih mudah capek.
Niatannya workout agar aku yang sudah 17+++ ini bisa hidup lebih nyaman, tidak mudah jompo, encok atau sakit. Apalagi musim sakit kan, yang muncul penyakit x lah, corona angkanya naik lagi lah, padahal tuntutan pekerjaan semakin banyak. Sama aja kaya naik gaji tapi inflasi harga - harga naiknya lebih banyak tuh kekmana ya. Hmm... mode survival aja sudah. Sama mode bersyukur banyak - banyak.
Sebenarnya emang kita tuh ga kekurangan apapun, alhamdulillahnya. Cuma emang kekurangan rasa bersyukur aja.
1 note
·
View note