#zeniuseducation
Explore tagged Tumblr posts
utbkwarrior · 4 years ago
Text
#CeritaZenius: Syukur-syukur Sukses
“Kok gak bersyukur banget sih?”, “Syukur-syukur kuliah disana, kok masih pengen yang lain?”, “Udah, jalanin aja, banyak loh yang pengen ada di posisi kamu!”, dan masih banyak lagi.
Yaaaa kira-kira gitu deh, kalimat-kalimat yang sering didengar selama pertengahan tahun 2019 sampai pertengahan tahun 2020 oleh si mahasiswa ‘gak bersyukur’ ini. Gimana nggak, diterima di salah satu PTN di Bandung yang diincer banyak temennya, tapi malah pengen pindah ke kampus lain, gila nih!
Jadi, sebut aja si mahasiswa gak bersyukur itu si gue, ya karena memang gue, hahaha. Gue, lulusan tahun 2019, ditolak SNMPTN di PTN inceran, bingung mau pilih jurusan waktu pendaftaran SBMPTN (karena kalo gue daftar di PTN impian gue otomatis ketendang), mutusin daftar Seleksi Mandiri duluan sebelum daftar SBMPTN, sampai akhirnya daftar SBMPTN di jurusan yang sama sekali gak dipengenin, dan sayangnya keterima.
Jujur, gue lebih milih gapyear daripada harus jalanin sesuatu yang ga gue mau, tapi orang tua ga ngizinin gue gapyear. Awal-awal semester 1, tiap pagi berangkat kuliah gue selalu sambil belajar di kereta. Zenius Learning yang udah pernah gue tonton waktu mau UTBK 2019, gue ulang lagi, inductive reasoning, kodok kuadrat d kodok, sampe kotakin aja boy masih gue inget. Tapi dipikir-pikir, susah juga buat gue belajar yang udah mulai harus kotret-kotret di kereta, lalu ga efektif, akhirnya skip belajar UTBK.
Singkat cerita, beres lah 1 semester gue dengan penuh burn out, dan cuti di semester 2-nya. Pas gue udah cuti, semangat belajar gue jauh lebih tinggi dibanding pas kuliah. Ya, gue lebih semangat belajar UTBK.
Kira-kira Januari, gue start buat serius belajar UTBK. Agak telat memang buat gue pribadi, karena target awal gue ngikutin jadwal persiapan UTBK Zenius. Gue mulai dari Matematika Saintek. Gue yakin, tahun 2020 ini gue pasti bisa. Masa, waktu persiapan UTBK 2019 yang masih keteteran sama UN aja nilai gue bisa buat masuk PTN, masa sekarang nggak? Gue mulai kecanduan belajar, bangun, sarapan, nonton materi Zenius, kerjain soal, repeat. Pokoknya gue marathon belajar dari Zenius.
Sampai tiba-tiba corona muncul, plan gue buat sekali-kali belajar di luar, ga di rumah terus, baru terlaksana 1 kali. Padahal, belajar di luar bikin otak gue lebih lancar, gue bisa kerjain Try Out Zenius dengan jumlah salah yang lebih sedikit dari target gue. Mau ga mau, gue harus bisa enjoy belajar di rumah. Akhirnya, gue nemu spot belajar favorit gue, di ruang tamu. Gue masih berkutat sama Matematika Saintek, Fisika, dan Pengetahuan Kuantitatif, sambil nonton Live Class Zenius di youtube.
Tiba-tiba, ada pengumuman jadwal UTBK mundur, karena corona, dan materi UTBK cuma TPS doang. Gue lupa pengumuman mana yang keluar duluan, tapi pas tau UTBK cuma TPS doang, gue galau berat. Gue inget kata salah seorang guru, “Kalau ujian susah, itu wajar, siapa tau kita lebih bisa dari orang lain, kita yang unggul. Tapi, kalau ujian gampang, justru harus was-was, karena ya everybody can do that, semua orang bilang gampang”. Ya, jujur, gue pribadi ngerasa TPS lebih mudah dari TPA, asalkan teliti. Hari itu, gue tenangin diri gue, istirahat belajar, nyusun strategi baru.
Gue mulai lebih sering kerjain Daily Try Out, baru deh yang ga ngerti gue review. Ternyata, belajar TPS otodidak ga semudah yang gue bayangin. Tapi, semua berubah pas Zenius mempersembahkan Intensif UTBK. Hari-hari gue lebih teratur, tiap hari gue ngerjain Daily Try Out, Deliberate Practice, terus join Live Class Intensif tiap hari. Jujur, Live Class ini ngebantu gue banget, dari yang tadinya gue sering bilang ‘hah?’ sampe ‘ohhh ini mah gini’. Gue ga pernah ketinggalan Live Class tiap harinya, main pun gue pake earphone dengerin Live Class, bikin instastory pun suara Miss K pas Live Class kerecord di instastory, walau kadang sesi terakhir alias sesinya kak Calie gue ketiduran, dan berakhir cuma di screen record, hehe maaf ya kak. Selama Live Class gue bener-bener enjoy banget, otak gue super lancar, gue paham apa yang tutor-tutor jelasin. Semua yang diajarin tutor dan master tutor nyangkut semua di gue, sampe kadang-kadang pas baca soal gue kebayang suara tutor-tutor Zenius, terutama ‘kotakin aja boy’-nya bang Sabda.
Sampai akhirya, Live Class sesi 1 beres, dan gue dapet UTBK di hari pertama, sesi pertama. Karena pas Live hari terakhir gue dapet motivasi dan semangat dari tutor-tutor plus om boss, hari-H UTBK gue ga ada deg-degan sama sekali, tenang banget gue ngerjain. Sampe tiba-tiba alarm handphone gue bunyi di dalem ruangan, pas gue baca remindernya, “Live Class Zenius YouTube”. Memang, Zenius udah banyak banget masuk ke hidup gue, apa-apa Zenius.
Sambil nunggu pengumuman UTBK, gue sedikit bacain blog Zenius, terutama #CeritaZenius dari orang-orang gapyear yang sukses. Sampai tiba tanggal 14 Juli 2020, saatnya pengumuman SBMPTN. Jujur, gue agak hopeless pas mau buka pengumumannya, dan ternyata benar. Gue gagal lagi untuk di terima di PTN impian gue, di Institut terbaik Indonesia. Sedih banget gue, sedih karena harus balik lagi ke jurusan dan kampus gue yang sama sekali ga ada korelasinya sama jurusan yang gue pengen, juga karena kalimat-kalimat “Makanya bersyukur aja lo udah diterima di kampus lo yang lama, gausah banyak tingkah”. Tapi, sebaliknya, saat nilai hasil UTBK udah bisa didownload, gue bangga sama diri gue sendiri. Kemampuan gue udah mengalami improvement. Dari tahun kemarin yang nilai rata-rata gue kurang 130 angka dari nilai rata-rata buat masuk ke fakultas itu, tahun ini gue cuma kurang 30-an. Gue bangga banget sama diri gue, karena gue udah milih Zenius buat jadi temen belajar gue, karena gara-gara Zenius, cara berpikir gue berubah jauh lebih baik.
Gara-gara nilai gue, banyak yang bilang sama gue “Coba kalo lo pilih kampus anu, pasti lo keterima”, atau “Coba aja lo pilih jurusannya yang lain, pasti aja masuk”, tapi, untuk apa gue pindah kampus kalo tetep bukan apa yang gue mau. Gue memang belum sukses buat masuk ke PTN inceran gue, tapi gue udah sukses mengimprove kemampuan gue, bareng Zenius. Beberapa hari setelah pengumuman, gue berambisi untuk ikut UTBK lagi tahun 2021, dan orang tua ngizinin. Tapi, gue punya pikiran kalau gue terlalu tua pas gue lulus nanti, 24 tahun, kalau tepat waktu. Akhirnya, gue cerita sama kak Insi, tutor TPS Zenius, lewat DM Instagram tentang keraguan gue. Kira-kira gini jawabannya:
“Mending kuliah di jurusan yang kamu beneran pengen, soalnya kalo kamu kuliah di jurusan yang ga suka, nanti kerjanya juga kan di yang ga suka. Intinya, mending jalanin dimanapun yang penting kamu bahagia, yang jalanin hidupnya kan kamuuuu”
Berkat jawaban kak Insi, dan juga temen-temen yang dukung gue ikut UTBK lagi, gue jadi yakin kalo gue harus ikut UTBK lagi tahun 2021. Dan ini salah satu bukti kalau Zenius bukan berguna cuma sekedar buat belajar. Banyak banget yang bisa gue dapetin dari Zenius, ubah mind-set, termotivasi dari blog Zenius, juga cerita langsung tentang problem yang kita punya sama tutor-tutornya.
Akhirnya, gue yakin kalo tahun depan gue harus coba lagi. Karena, menurut gue, “satu-satunya waktu kita boleh nyerah itu ya pas kita udah ga punya kesempatan”. Selama kita masih punya kesempatan, ga ada alasan buat nyerah. Lagi pula, “setiap orang punya timing dan porsi suksesnya masing-masing”. Ada yang usia muda udah sukses, ada yang lebih tua dari yang lain baru sukses, dan, suksesnya semua orang itu ga bisa dipukul rata, semua orang punya definisi suksesnya masing-masing. Seperti kata kak Insi, “Intinya, mending jalanin dimanapun yang penting kamu bahagia, yang jalanin hidupnya kan kamuuuu”.
Terakhir, gue mau bilang terimakasih banyak sama Zenius, tutor-tutor, beserta manajernya karena udah nemenin gue 2 tahun ini, dan akan menjadi 3 tahun. See you di persiapan UTBK tahun depan, Zen!
4 notes · View notes
paparanmedia · 4 years ago
Photo
Tumblr media
Kalau mobil atau motor membutuh bahan bakar BBM, mesin otak kita butuh air putih. Seperti mobil atau motor, otak juga butuh kadar bahan bakar yang cukup untuk berfungsi dengan baik. Mobil dan motor membutuhkan berpuluh-pulih liter bbm, sedangkan otak hanya membutuhkan 8 gelas saja sehari. Setelah itu, enggak ada lagi deh lemas, gak mood, dan juga dehidrasi di kehidupn kita. #zeniuseducation #zenklopedia #minumairputih #sehat #berita #informasi #edukasi #saksikanpaparanmedia #paparanmediadotcom https://www.instagram.com/p/CMIuGb0A1Wc/?igshid=1o3vtafum4xmg
0 notes
pustaka-lewi · 4 years ago
Photo
Tumblr media
Zenius Selenggarakan Grand Try Out UTBK Gratis http://pustakalewi.com/?mod=berita&id=38786 #zenius #zeniuseducation #education #grandtryout #utbk #tryout #grand #education #pustakalewi #liputan #news #berita #info #liputankerja #liputankhusus #newsviral #newsinfo #newspaper #beritaViral #beritaterkini #beritacovid19 #informasi #infoviral #viral #2020 (di Surabaya, Indonesia) https://www.instagram.com/p/CBGGrFnltN0/?igshid=31o3l6is7plr
0 notes
fibo-id · 5 years ago
Photo
Tumblr media
Hallo DEPOK !!! Bagi kamu yang ada di wilayah DEPOK bisa langsung daftarkan team futsal terbaikmu untuk berkompetisi di POIN Junior Futsal ke nomor yang tertera di poster ya Kamu juga bisa langsung cek infonya di website FIBO 👉🏽 www.fibo.id/totalliga Salam olahraga ! ⚽🏆 . . . #poinjunior #poinjuniorfutsal #zeniuseducation #zenius #fibogapakeribet #fibo #turnamenpakefibo #futsal #futsalskills #futsalcewek #lapanganfutsal #futsalevent #futsalindonesia #depokhits #depok #depok24jam #depokcity #infodepok #olshopdepok #futsaldepok #kompetisifutsal (at Depok) https://www.instagram.com/p/By99yRmj0yW/?igshid=u77e8j32nm8z
0 notes
nyimasgandasari · 7 years ago
Text
the beauty of simplicity (#KenapaMilihZenius Bag.2)
*ceritanya prolog (sok excuse) sebentar...
Well, sebenarnya agak sedikit basi sih saya menuliskan bagian kedua tentang pengalaman saya bersinggungan dengan produk Zenius. Karena gini, saya emang niat-nggak niat ikut lomba blog Zenius yang diadain sama tim Zenius. Saya cuma punya dua alasan “iseng” ikutan lomba blog Zenius.
Pertama, saya pengen say thanks dengan tulus aja ke tim Zenius yang sebenarnya udah lama “menyelamatkan” saya dari merasa sendiri di program pendidikan kesetaraan--yang seringkali saya rutuki dengan sangat tidak bersyukur (bagian ini, kapan-kapan saya curhatin)--dan yang karenanya saya jadi banyak sadar akan sesuatulah. Jadi, karena merasa inferior kalo harus datang ke acara gathering yang mereka adain (sadar umur sih kalo mo gabung di acara gathering mereka, hiks), yaa daku punya kesempatan “komunikasi”--dan bilang terimakasih secara langsung--di ajang lomba itu sih.
Kedua, sejujurnya karena ada penampakan buku ini
Tumblr media
dan ini ...
Tumblr media
wehehe... Oleh karena saya abis baca Sapiens, saya jadi ngerasa “haus” sama bacaan-bacaan semisal Kosmos-nya Carl Sagan. Dan lagi, sejujurnya saya abis ngilangin buku teman baik saya yang kebetulan judulnya adalah the Math Book. Maka berbinar-binarlah saya saat si Glenn Ardi bilang di blog Zenius, doi and the gank bakal bagi-bagi buku (lagi) ke jemaah Zeniusian, dan salah satunya buku karya Om Clifford A Pickover itu. Kan saya salah satu jemaat Zeniusian juga. Jadi halal buat ngarep hadiahnya toh, yang penting ikutan nulis. Gitu, bukan? Hehe. Pokoknya pragmatis-oportunis bangetlah saya. Jadi ngarepnya sih dapat dua buku itu (ngarep dua-duanya!) Maruk kan...
Nah, maka pertengahan Juli kemarin saya langsung nulis catatan saya tentang #KenapaMilihZenius. Rencananya saya mau bikin jadi tiga bagian karena kalau udah nulis curhatan begini, saya jadi “bocor” banget. Puanjanggggg bakalnya. Kayak catatan part pertama yang bisa dikulik di sini.
Sayangnya, saya juga sudah harus menyadari satu kelemahan besar saya kalau sudah nulis bersambung; malas ngelanjutin. Kayaknya saya kudu nulis sekali napas aja gitu. Tapi ya nulis sekali napas juga napas saya nggak panjang-panjang amat. Hadeh. Intinya, setelah part pertama dan saya lupa ngelanjutin catatan #KenapaMilihZenius dan baru ngeh setelah tanggal 10 Agustusan kalau saya udah ketinggalan deadline lomba blog Zenius, yaaa saya pasrah lah. Pasrah kalo kayaknya saya emang kudu ngeganti The Math Book nya si Tyo (temen saya itu) pake duit dari kocek saya pribadi. Dan kapan-kapan lagi juga say massive thanks nya ke tim Zenius.
Tapi ternyata, saya lupa kalo saya sudah daftarkan diri saya ke tim Zenius lengkap sama link tumblr saya yang memuat curhatan tentang #KenapaMilihZenius Bag.1. Dan, entah kenapa Tuhan MahaBaik--tim Zenius juga MahaBaik, milih curhatan itu sebagai salah satu yang layak dikasih hadiah. Lahhhh...
Urusan kocek aman dong? 
Nggak juga sih. Karena saya juga udah terlanjur beli buku The Math Book yang saya hilangkan buat si Tyo yang udah misuh-misuh mau nelen saya hidup-hiidup karena ulah saya ngilangin buku kesayangannya. Dan pula, saya dapatnya buku dengan judul The Gap yang (nampaknya) sama bagus dengan dua buku yang saya sebut di atas (belum saya baca soale). 
Tapi masalahnya, kerianggembiraan saya demi dinyatakan terpilih itu nyisain rasa nggak enak juga sih. Nggak enaknya karena kan kisahnya masih ‘ngegantung’ gitu. Dan, saya ngerasa keadaaan jadi berbalik; saya yang awalnya bener-bener mau apresiasi kerja-nyata penuh faedahnya tim Zenius di ranah pendidikan, lah malah tim Zenius yang balik apresiasi saya dengan begitu riuh pada tindakan kecil saya yang concern di pendidikan kesetaraan khusus buat komunitas marginal sekitaran Pasar Baru-Sawah Besar-Pecenongan-Kota. Hiks, jujur sih jadi terharu dapat pesan-pesan dari awak Zen itu. Tapi yaa itu tadi, jadi ngerasa “iya apa daku sekeren itu? Belommmm.... Daku belummmmm keren, sumpah...!!!”
(ooooyyy, prolog kepanjangan oooy)
================================
Simplicity in Teaching
Ada rumus belajar yang saya ingat betul karena itu dititahkan langsung dari Aki (Aki dalam bahasa Sunda berarti kakek) ke saya berbelas tahun lalu (jadi inget mendiang Aki, euy. please mengheningkan cipta sejenak dong buat Aki daku.. kiriimin doa yaks#thx). Mendiang pernah petatah-petitih gini ke saya waktu saya ngeluh karena mengalami kesulitan “mengunyah” pelajaran;
“Nyim, rumus orang belajar tuh emang gitu; menaklukin hal-hal yang rumit. Kamu bersusah-susah dulu untuk membuatnya “simple” dalam ingatan. Tapi kalau ngajarin orang dibalik ya. Kelak, kalau ngasih tahu orang, kamu bikin hal-hal yang kayaknya rumit buat dipahami jadi mudah buat dipahamin. Gimana caranya, makanya belajar dulu naklukin hal-hal rumit, make it simple.”
Saat mendiang Aki ngomong itu, saya mungkin nggak benar-benar paham maknanya apa. Maklum, masih kinyis-kinyis anak kelas 2 or 3 SD gitulah. Tapi mendiang sering ngulang-ngulang pesannya. Sampai akhirnya saya agak paham pas baligh. Dulu pas SMP-SMA sering banget  diminta teman-teman untuk menjelaskan kembali materi yang absurd banget dijelasin sama guru. Konon katanya, karena ketika materi itu dijelasin lagi oleh saya, jadi simple sih. Waktu kuliah juga gitu. (*Ah, iya tahu kok tahu, ini klaim sepihak sih kalo nggak ada testimoninya. tapi anggaplah begitu. #eh :p)
Nah, masalahnya klaim itu jadi beneran klaim doang sih. Karena justru ketika saya jadi guru, kok ya saya sulit banget mengantarkan materi dengan simpel ke murid-murid saya. Bahasa yang saya gunakan tuh bahasa Dewa (maaf, tidak bermaksud menistakan salah satu kepercayaan, ini ungkapan yang bermakna bahwa saya ngegunain bahasa yang tinggi banget). -isme -isme yang saya jelaskan itu leterlek banget. Parahnya, saya berharap benar kalo murid-murid saya itu bisa “ngunyah” bulat-bulat isme-isme yang saya sampaikan dengan bahasa Dewa yang nggak napak bumi banget itu.
Coba bayangin, sekadar ngejelasin diferensiasi sosial aja, (dulu banget) saya pengen murid-murid saya paham tentang istilah-istilah macam struktur sosial, diferensiasi sama stratifikasi yang saya terangin secara abstrak. Misal, saya ngejelasin dengan bahasa nggak napak bumi macam ini:
“Jadi guys, diferensiasi sosial itu pengelompokkan masyarakat yang sifatnya horizontal, kalo stratifikasi vertikal. Kalo horizontal ke samping, kalo vertikal atas-bawah. Paham?”
Sedetik kemudian saya tanya, mereka nggak bisa jawab. Saya ulangin dengan penjelasan yang sama. Bukannya makin paham malah tambah gagu sih murid-murid saya. Iyalah. Istilah vertikal horizontal emang nggak bisa dicari padanannya lagi, Nyim? Nggak kreatif amat! *emang (#monologhati)
Nah hal-hal macam itu, sering banget terjadi di masa jahiliyyah saya pada rentang tahun 2007-2008 sampai awal 2009 silam. Lama amat? Iya, sayanya lemot berubah gitu. 
Jadi, kebayanglah ya yang jadi murid saya gimana. Stres kayaknya mereka belajar sama saya. Belajar jadi sebuah proses yang menyakitkan pastinya bagi mereka. Udah ya saya kerjaannya rah-marah mulu kalau murid-murid saya nggak bisa. Padahal, seperti yang saya ceritakan sebelumnya, saya nggak pernah ngajar di kelas “normal” sama sekali. 
Maksudnya?
Ya, kelas saya adalah kelas anak-anak ajaib. Setidaknya buat saya sih. Sekarang mungkin lebih banyak anak yang normal sih. Di bawah tahun 2009, peserta didik saya punya kategori ajaib yang amat-sangat variatif. 
Pernah dengar nama John Kei? Kalo pernah dengar, nah saya pernah punya peserta didik yang anak buahnya John Kei lapis keempat. Kalau belum pernah dengar, coba cek deh seberapa pentingnya doi di sini. 
Pernah pula kemasukan (pakai imbuhan dan akhiran ke-an karena emang prosesnya nggak disengaja) bandar narkoba yang nyamar jadi murid. Atau salah satu kelompok ekstrimis yang bikin anak-anak saya pernah dibaiat di Gunung Ciremai secara berjamaah (meski nggak semuanya). Sering banget dulu saya mendapati anak-anak yang entah terpapar alkohol entah air seni (karena mungkin abis pipis nggak cebok dengan benar atau mungkin nggak cebok sama sekali), entah oli-matahari, saking sarunya bau-bau yang mampir hilir mudik mampir ke hidung saya. Kok tahan? Gak lah. Demi dapat anak-anak yang cemm begitu, ya saya nyuruh mereka mandi dulu sebelum belajar biar nggak bau. Biar mereka juga bisa belajar dengan nyaman. Intinya, anak-anak yang datang ke komunitas belajar saya (khususnya di rentang tahun 2009 ke bawah) datang dengan berbagai problem sosial yang nggak bisa seluruhnya saya dan kawan-kawan saya di komunitas, kelarin.  Tapi semakin ke sini sih, murid-murid saya lebih banyak yang “normal” nggak seajaib dulu, tapi tetap special sih.
Nah, terus apa hubungannya sama proses belajar yang saya kelola?
Banyak! 
Bayangin, anak-anak yang cenderung normal aja suka ngalamin kesulitan belajar or sering banget berhadapan dengan mood-minat dalam belajar, nah gimana sama anak-anak ajaib yang lingkungan sekitarnya masuk kategori “nggak banget” atau kehidupannya emang nggak kayak manusia or orang-orang “normal”? Sekali lagi, minat belajar di kalangan murid-murid saya ini benar-benar “barang mewah”.
Trus, sebenernya kenapa mereka mo balik lagi sekolah sih?
Ya, karena sejujurnya mayoritas mereka gabung ke komunitas belajar saya (awalnya) cuma untuk dapat ijazah tho’. Katanya sih biar gampang cari kerja. Gitu doang. Di sini saya makin sadar sih kenapa angka partisipasi sekolah orang Indonesia makin naik tapi HDI kita ya tetep segitu-gitu aja (nggak naik juga). Dugaan saya sih yaaa yang ikutan sekolah melalui kelompok belajar Paket ini mungkin aja ikutan dihitung sekarang-sekarang ini (di kota-kota besar kayak Jakarta, jumlah PKBM kayak komunitas belajar saya ini jumlahnya ratusan. Di DKI Jakarta aja jumlahnya mencapai 300an lembaga. Di Jawa Barat or Jawa Timur bisa seribuan). Kalo lembaga ini rata-rata punya murid 40 orang aja setiap tahunnya, tapi niatnya nyari ijazah doang nggak belajar terus lembaganya “ngeiyain”, coba hitung gimana mereka nggak kejebak dalam kesadaran palsu dalam belajar. Mereka seolah-olah "sudah” sekolah, tapi pengetahuannya yaa sama seperti saat belum sekolah karena nggak ngikutin proses belajar). Nggak semua murid pendidikan kesetaraan macam ini sih. Tapi sayangnya di komunitas belajar saya, yang datang hampir 70% begitu, dan demi untuk menjaga idealisme saya (tsaaaah), saya menolak menerima orang-orang yang cuma mo dapat ijazah tho’ tanpa belajar. Kenapa? Ya, nggak rela aja daku nantinya bakal dipimpin sama calon generasi bodoh di masa depan (kan sebagian murid-murid ini juga masih di usia sekolah yang lebih muda dari saya. generasi penerus saya kan). (Ah, ya... keluh kesah ini saya tulis kapan-kapan lagi lah).
Back to issue.
Nah hubungannya dengan proses belajar, gini. Suatu waktu ada titik dimana saya menyadari bahwa saya telah melakukan malpraktik dalam pendidikan-or pembelajaran. Kaitannya karena nggak bisa ngejelasin materi pembelajaran secara simpel. Kalau dokter ngelakuin malpraktik bisa dipidana karena bisa mengancam keselamatan orang lain bahkan nggak jarang berujung pada hilangnya nyawa seseorang. Kalau guru melakukan malpraktik dalam pembelajaran? Seharusnya sih dipidana juga. Tapi nggak pernah ada kan kasus guru yang membosankan dikenai hukuman penjara. Karena mungkin sih nggak kelihatan efeknya kayak dokter yang ngelakuin malpraktik. Tapi saya mahayakin kalau malpraktik dalam pembelajaran pengaruhnya berpotensi dibawa seumur hidup. Soalnya yang disasar itu hal-hal yang sifatnya intangible (nggak kasat mata) juga. 
Misal nih, saya coba ingat-ingat kenapa saya males banget ikutan pelajaran olahraga sampai sekarang. Kayaknya gegara dulu guru penjas saya nggak asyik, ngatain saya kuntet mulu, saya jadi males buat bisa mapel itu. Kan jadi mupuk rasa inferioritas saya. Hehe (dramak!). Padahal dulu saya jago banget main roundes atawa kasti. Atau sering banget kan kita dengar si A nggak suka matematika gegara dulunya gurunya kalo ngajar nggak asyik, nggak ngenakin, matematika jadi kayak momok yang menghantui. Terus efeknya dia beneran bertahan sama stigma “matematika menakutkan, matematika susah”. Nah, saya barangkali juga pernah melakukan malpraktik dalam pembelajaran. Dan, itu bahaya, meeeeen.
Salah satu peristiwa yang membuat saya yakin bahwa saya pernah melakukan malpraktik dalam pembelajaran adalah saya mengalami kejaidan di awal tahun 2009 (yang juga jadi titik balik saya buat “taubatan nasuha” sebagai tutor yang nggak asyik). Ceritanya sepulang saya dari ngajar di komunitas belajar saya, saya pernah dicegat sekelompok pemuda berhelm (karena mereka menutupi wajahnya dengan helm dan saya nggak bisa nebak itu siapa) yang mengenderai motor, sekitar 5 orang remaja cowok. Waktu itu saya pikir saya mo dijambret or dipalak sama genk motor nih? Udah mikir yang nggak-nggak sambil bersungut-sungut dalam hati merapal doa; “ya Tuhannn, kuliah belon lulus, kayaknya Apak-Emih daku juga belum sempet daku senengin, masa daku berakhir di sini sih?” 
Di luar dugaan, sekelompok remaja itu nggak berniat merampok saya sih. Tapi kira-kira mereka bilang gini ke saya waktu itu:
“Eh, lo, kalo anak-anak lo nggak bisa pelajaran lo, mending lo yang keluar dari tuh sekolah. Nggak usah maksa-maksa buat paham. Suka-suka anak-anak lo lah mo bolos mo nggak, mo pinter mo nggak. Hidup kita udah susah, nggak usah sok iye buat ngurusin kita paham nggak paham deh. Kalo pelajarannya susah ya susah aja.”  
Aksi remaja cowok ini semacam ultimatum entah darimana--tapi pastinya adalah pihak-pihak yang pernah saya bersamai dalam belajar, yang menunjukkan bahwa saya parah banget ya kalo ngejelasin materi?
Segitunya? Iyaks, segitunya! Saya juga sampai sekarang suka nggak percaya pernah ngalamin kejadian ajaib macam itu.
Kenapa nggak gelar perkara aja sih, cari salah satu murid yang terlibat dalam aksi itu buat dihukum karena udah ngancem-ngancem gurunya?
Saya pernah mendengar saran seperti itu. Tapi kok ya malah saya mikir saya punya andil kesalahan dalam kejadian itu. Betapa saya merasa saya sepertinya sudah melukai minat dan mood mereka belajar. Iya kalo cuma nggak mood belajar, seneng-seneng dikit mood bisa balik lagi. Lah kalo kejadiannya mereka jadi benci tentang pelajaran or materi yang saya bawain padahal kesalahannya di saya? Or kalo yang belajar bersama saya jadi menebar kebencian pada hal-hal yang saya sampaikan karena materinya nggak disampaikan secara asyik sama saya? Ini yang saya sebut sebagai malpraktik dalam pembelajaran yang saya lakukan sih.
Terus, saya jadi coba cari-cari cara supaya bisa nyampein materi lebih asyik. Banyak beli buku tentang apapun dan membacanya tentu saja biar bisa upgrade dan kekinian. Oh, konon katanya saya kalau komunikasi verbal tuh suka kurang di bagian a, di bagian b, akhirnya saya ambil kelas public speaking atau pelatihan-pelatihan jadi tutor yang lebih asyik gitulah, sampe iseng daftar beasiswa lanjut studi bidang komunikasi cuma biar bisa komunikasi yang asyik gitu ke komunitas belajar saya. Selebai itu sih saya. Yaps, karena saya makin sadar sih the most complicated skill is to be simple. Haha. Makanya tagline opening di Zenius yang dikutip dari Woody Guthrie ini any fool can make something complicated. It takes a genius to make it simple, betulllll banget.. :(
Pertemuan Murid-Murid Saya dengan Zenius
Di catatan #KenapaMilihZenius Bag.1 saya sempat cerita awal pertemuan saya dengan Zenius. Terus kalau sampai saya gunakan Zenius sebagai “teman” belajar-mengajar saya pada komunitas belajar yang saya kelola adalah karena Zenius memenuhi karakteristik gaya belajar peserta didik saya yang waktu belajarnya terbatas di PKBM/kelas (dengan berbagai alasan), nggak suka dengar yang ribet-ribet kalo belajar, dan bikin kepo. Contohnya, kalo saya muter-muter di istilah “vertikal-horizontal” buat nyampein konsep diferensiasi-stratifikasi sosial, Zen ngasih penjelasan yang cuma lima menitan buat daku “nemuin” padanan yang lebih simpel dalam ngenalin konsep itu ke murid-murid daku cemm video di link ini.
Lebih dari itu, saya juga merasa Zenius benar-benar memenuhi gaya belajar di era abad 21 karena unsur 4C semuanya masuk; critical thinking (materi Zenius, tulisan-tulisan di blog Zenius juga bikin pembacanya jadi mempertanyakan suatu fenomena yang dibahas), creativity (selain banyak materi di Zenius yang disajikan secara kreatif, dampaknya juga bikin kita kreatif sih), communication (awak Zen yang digawangi sama banyak orang muda enerjik-ganteng/cantik-dinamis-ketjeh ini bikin Zenius ngebuka saluran komunikasi yang dibutuhin banget sama penggunanya. lo nggak tahu bisa nanya di kolom komentar. Mo ketemuan juga kadang mereka bikin gathering. Email-email-an, chatting, japri, dijabanin. Produk Zeniusnya sendiri juga kan nyata banget sifat komunikatifnya), dan collaboration (Zenius tuh sebenernya partner belajar yang kalo bisa dimanfaatin sama orangtua dan/atau guru-guru di sekolah, bisa bikin hasil belajar peserta didik makin oke. Dan, di Zenius sendiri, menurut daku sih tim Zenius ngembangin belajar yang kolaboratif dengan cara menautkan berbagai info tentang film-buku-atau bacaan yang keren untuk memperdalam pengetahuan penggunanya pada suatu isu or materi pembelajaran tertentu). Kaitannya Zenius dan gaya belajar anak milineal, saya bahas di part ketiga (insya alloh, hehe).
Nah, meski awalnya sih susah juga buat ngajak murid-murid saya buat mau akses Zenius karena mereka juga sempat ignorance gitu demi saya suruh buka link tentang “pembenahan mindset berpikir”, tapi beberapa berhasil. Awalnya mereka nggak betah nonton video-video di Zenius Learning. Padahal menurut daku sih ini jadi pondasi awal. Tapi akhirnya saya nggak lagi maksa mereka nyuruh akses video-video tentang Zenius Learning dulu sih. Saya yang ambil alih untuk mengejewantahkan pondasi belajar ala Zenius ke murid-murid saya. Niatnya satu; kebangun tuh awareness mereka tentang konsep belajar dan lebur sudah niat-niat cuma mo dapat ijazah doang.
Lama kelamaan mereka semacam dapetin “masasih” moment gitu juga. Sering nanya; “masasih, kak?” terus daku jawab, yaudah coba aja dikau klik video Zenius Learning yang daku kasih tahu kemarin. Di situ sih mereka mulai ketagihan. 
Nah, perihal ketagihan belajar ini juga yang jadi kesan dari belajar bareng Zenius sih. Beberapa murid saya setelah dengerin video tentang Belajar dan Masalahnya itu hampir setengahnya berubah jadi punya sustainable motivation. Ini bukan buat mereka ngadepin doang Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan (UNPK) doang sih. Tapi meaning banget buat hidup mereka. 
Di bawah ini saya kasih foto saya dan salah satu murid saya; Aknes (yang di sebelah kanan). Doi usianya sudah 19 tahun ketika gabung ke komunitas belajar saya di tahun 2015 lalu. Putus sekolah pas kelas 2 SMP karena ngakunya sih bandel; nyoba-nyoba ngerokok (meski katanya sih nggak sempet narkobaan), bolos, maen ke klub malam, karena krisis identitas saat tahu doi adalah anak pungut dan ngerasa dapat perlakuan beda dari Ibu dan sodara-sodaranya saat Papahnya meninggal. Di satu titik, Aknes nyesel pernah sebandel itu dalam mengatasi krisis identitasnya dulu. Dia mulai membenahi diri dengan ngedapetin the second chance buat belajar lagi. Meski ngakunya udah tobat, penyakit lamanya Aknes nggak bener-bener sembuh sih menurut saya; dia masih seneng banget bolos pas belajar di PKBM saya. Meski alasannya karena lembur kerja (komunitas belajar saya belajarnya emang malam hari sih). 
Demi mendengar alasan-alasan yang sama saat jelang UNPK, saya akhirnya ngomong serius ke Aknes. Daku bilang, 
“Nes, daku sih nggak apa-apa kalo dikau nggak masuk sekolah karena PKBM tutor-tutornya nggak ada yang asyik. Dengan maksud dikau bisa cari cara belajar sendiri yang lebih asyik di luar PKBM. Nah, dikau kek gitu nggak?”
Aknes tentu jawabnya nggak, karena emang masalahnya dia kedistract sama kerjaannya (setelah beberapa kali konflik sama keluarga dia memutuskan buat menghidupi dirinya sendiri, kerja serabutan).
Kan jadi kasihan ya sayanya, maka saya memintanya untuk mengakses Zenius. Saya kasih username dan password produk Zenius buat dia belajar. Harapan saya simpel sih; sesibuk apapun dia nyari nafkah buat dirinya sendiri, dia nggak lupa juga buat belajar, dimana dan kapanpun. Sepekan. Dua pekan, saya cek progres nya belajar bareng Zenius. Nggak ada progres kayaknya. Sampe di pekan keempat Aknes wasap saya awalnya cuma nanya gini “Bu, sustainable apaan sih?” saya jawab singkat tentang artinya dan dia cerita soal penemuan terbesarnya; SUSTAINABLE MOTIVATION. 
Reaksi saya ketika itu: “Hah?” --nggak mudeng.
Baru pas dia cerita lebih dalam mengenai video tentang Zenius Learning tentang Belajar dan Masalahnya, saya ngeh. Aknes mulai ngikutin beberapa pembelajaran di Zenius saat dia harus lembur kerja dan sesekali diskusi sama saya tentang apa yang ia dapat di sana, sekadar minta konfirmasi atau penjelasan lebih dalam, ketika masuk sekolah.
Di hari akhir pelaksanaan UNBK Paket B, Aknes narik saya untuk nanya begini;
“Saya bisa ngelanjutin ke SMA or SMK formal atau negeri nggak, bu?”
Nggak tahu saya harus senang atau kaget. Karena saya memang selalu mengarahkan anak-anak yang masih usia sekolah (baik di Paket A setara SD atau Paket B setara SMP, or Paket C setara SMA) untuk kembali ke sekolah formal or melanjutkan ke jenjang sekolah formal berikutnya. Kenapa? Karena PKBM saya punya keterbatasan dalam melayani kebutuhan belajar yang lebih menyeluruh. Pun, di sekolah formal ada banyak pengembangan diri yang bisa diupayakan oleh murid-murid saya usia sekolah di masa perkembangannya. Tapi ini Aknes yang minta. Usianya sudah 21 tahun pada Juli 2017 lalu. Dan, saya khawatir rencananya yang ternyata dia jadikan sustainable motivation itu bubar jalan karena aturan usia seseorang pada sekolah formal. 
Demi untuk tak mematahkan mimpinya, saya jawab mantap ; “Bisa, Nes. Kenapa nggak bisa lanjut ke SMA Negeri coba?” Padahal ketika itu saya takut nada-nada khawatir keluar dari suara saya. Duh.
Saat hari pengumuman kelulusan, saya dibuat takjub oleh Aknes, karena untuk mapel Bahasa Inggris ia meraih nilai 90 (meski untuk nilai lain dia cuma dapat nilai so-so antara 50-65). Awalnya saya cuma ngeledek dia begini:
“Wah, pake jimat apaan nih, nilai dikau bagus begini Bahasa Inggrisnya?”
Aknes misuh-misuh saya ledek begitu dan bilang; “Ya, buat apa saya belajar bareng Kak Dona juga di Zenius kalo saya nggak masuk PKBM, bu?”
Kali ini saya benar-benar dibuatnya melongo... Beneran yaks efeknya Zenius segitunya buat Aknes? Ah, damn! Keren emang Zenius...
Segini dulu yaks...
bersambung lagi....
Tumblr media
=======================
Kesimpulan di bagian dua ini kira-kira begini:
1. Berawal dari kesadaran saya di masa jahiliyah saat jadi tutor nggak asyik, saya pernah merasa kesulitan dalam menjadi simple. Ngakunya sih saya orang yang simpel. Tapi komunikasi verbal saya kadang belepotan. Kalau mau nerangin materi yaaa nggak dicari dulu konteksnya biar bisa dipahamin sama murid-murid saya. Ngejelasin konsep struktur masyarakat saya pernah nyinggung-nyinggung teorinya Durkheim yang ketinggian. Sebelum ketemu Zenius sebenarnya saya trial and error sih buat nemuin pendekatan yang pas untuk nyampein materi-materi macam itu. Nyoba berbagai cara. Misal, ketika kelar baca buku Garis Batas nya Agustinus Wibowo, daku pernah minta murid-murid daku buat belajar konsep Diferensiasi Sosial dari buku itu. Tapi pas ada Zenius, cara itu saya padukan dengan meminta murid-murid juga mengakses beberapa materi terkait di Zenius. Hasilnya? Beyond my expectation! Kelas justru riuh sama diskusi tentang, “emang orang Islam sama Kristen itu contoh Diferensiasi Sosial kayak yang dibilang di Zenius ya Bu? Saya kok nggak setuju ya, Bu.” dan Yaps, saya lebih senang murid-murid kasih respon yang demikian dan menyusun kembali kepingan pengetahuan yang mereka dapat untuk diikat dalam ingatan di benak mereka ketika mereka menemukannya sendiri. Dengan begitu, mereka jadi active learner, bukan? Nyari referensi tambahan dll. Materi eksak juga sama gitu juga. Itulah #KenapaMilihZenius sampe saat ini.
2. Zenius memiiki pesonanya sendiri dengan menghadirkan the beauty of simplicity (tanpa harus ngegampang-gampangin sesuatu juga) di setiap pembahasan soal maupun materinya. Saya kadang berlatih menjadi simple dari Zenius loh.
3. Aknes salah satu pengguna aktif Zenius di komunitas belajar saya. Tapi saya juga punya dua lusinan kisah lagi yang hampir sama dengan Aknes. Rata-rata karena murid-murid saya, sama seperti Aknes, menemukan sustainable motivation yang dibilang sama Zenius dan mulai attempt to break her limits. Untuk pekerja kayak Aknes dan beberapa murid saya, #KenapaMilihZenius karena Zenius benar-benar memenuhi keutuhan belajar mereka yang menembus batas ruang kelas dan waktu. Kalau gitu, harusnya PKBM saya bubar aja yaks? Kan teratasi sama Zenius tuh. Hehehe. Seharusnya yaks! Tapi saya masih bergelut sama tugas-tugas yang belum selesai sih; bikin sebagian mereka yang belum terbangun kesadarannya untuk terus belajar, selalu belajar dan ketagihan belajar--kayak yang Zenius lakukan. Oya, Aknes juga sekarang lanjut di SMK formal di jurusan perhotelan dan pariwisata dan meski bukan di SMA, dia bertekad buat nabung biar bisa beli voucher atau produk Zenius lainnya biar bisa belajar tambahan di sela waktunya di luar sekolah.
4. #KenapaMilihZenius juga karena Zenius jadi tren gregets yang memenuhi pembelajaran abad 21 dengan 4C nya; critical thinking, creativity, communication dan collaboration. Di part ketiga saya coba bahas agak dalam (insya alloh) dan lebih serius (nggak mendayu-dayu curhat cemm ini). He..
5. Massive thanks kepada seluruh awak Zen atas apresiasi tulisan daku dan hadiahnya dan doanya dan semangatnya dannnn.... semoga kapan-kapan beneran bisa kopdaran sekadar bahas isu-isu tentang pendidikan or apapun yang bikin Indonesia makin keren... *tabikpokoknya :) (pembahasan hadiah dari Zenius kubuat terpisah yaks)
Rawamangun, 25 Agustus 2017
Keterangan foto selain foto saya : saya ambil dari internet... linknya lupa euy..
ini saya kasih bonus video sebagian keciiiiiil banget murid-murid saya yang pernah belajar bareng-bareng saya. Di dalamnya ada Aknes dan Vicky yang juga ikut memanfaatkan Zenius sebagai teman belajar mereka (dulu Aknes masih ngebayangin bisa jadi dokter gitu, sekarang katanya cita-citaya berubah mau jadi pengusaha bidang MICE, he..). Aknes dan Vicky sekarang masuk ke SMA dan SMK formal, ngelanjutin sekolah dan masa eksplorasi yang lebih gregets di sana. Anti, Helen sama Angga nggak sempat akses Zenius tapi berhasil saya bujuk untuk kembali ke sekolah (SMP dan SMA negeri/formal). Cekidot...
youtube
2 notes · View notes
oyikk · 2 years ago
Photo
Tumblr media
Digital Ads by @zeniuseducation #yangpentingpentingaja Big thanks @danielrhmd @steveyudea ::: Produser : @hmdnamic Sutradara : @oyikk Ast. Sutradara : @noprianrauhul Production Assistant : @khanseize DOP : @khiri_selaksa 1st Ascam : @alingsky Gaffer : Arie Lightingman : @pim_budiman, dkk Art Director : @danielgalang Ass. Art Director : @pengenjadibatman, dkk Sound Operator : @hidayat_syarif_1 Ass. Sound : @nescud 1st Talent Coordinator : @haikaldamara & @paripurnabagas MUA & Wardrobe : @lisesindia Clapperman : @dhakaw Production Runner 1 : @hmdnamic Production Runner 2 : Gerald Kusuma Production Unit : Tresno Cinelog : Iwan DIT : @empatsore & @bukankakseto Editor : @noprianrauhul Colorist : @noprianrauhul VFX & Animation : Vika Sound Composer : @andriju__ Behind The Scene : @oyikk Catering : dapurmamich // Residence Post // Talent: @iara.redjamat @rachelhwd @sadam.muvid @nirvanajulio @sitanggangayu @daffaanggadirana Barista on set : @moosez49 of @bermitrakopi Executive Producer : @kemalmh #oyikk #work #ads #education #lumixs1h #behindthescenes (at Jakarta, Indonesia) https://www.instagram.com/p/CgEE99Tr4kK/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
eryudya · 3 years ago
Photo
Tumblr media
Zaman sekarang untuk mengakses materi pelajaran sangatlah mudah. Karena banyak sekali aplikasi yang bisa digunakan. Salah satu aplikasi tersebut ialah Zenius @zeniuseducation , yang beneran bikin cerdas. Dan sekarang ini sedang mengadakan Lomba Pekan Olahraga Otak yang mana terdapat pada fitur Zencore. Zenius mengajak semua penggunanya untuk mengikuti Pekan Olahraga Otak tersebut, dan berkesempatan memengkan hadiah. Informasi detail bisa diakses di sini: https://www.erycorners.com/2022/04/pemanasan-otak-bareng-zencore.html #JagoanAduOtak #PekanOlahragaOtak #GantiCaraBelajar #PemanasanOtak (at Purbalingga, Jawa Tengah, Indonesia) https://www.instagram.com/p/CcNxd89vno2/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
fitriyesss · 3 years ago
Photo
Tumblr media
Kenapa orang membuat keputusan ini dan itu, nggak lepas dari konteks. Kenapa? Ya simpel karena kita gak hidup di ruang hampa. Jadi, belajar memahami konteks adalah belajar tidak mudah menjudge orang lain. Semakin faham konteksnya, latar belakangnya, semakin kita akan maklum atas cara seseorang merespon dan membuat keputusan. Demikian yang diajarkan coach geografi saya di @zeniuseducation Memang ilmu sosial itu semakin diulik semakin asik. Semakin ngerti semakin tak mudah menghakimi. Itulah mengapa, calon idaman yaaaa anak IPS. wkwkwk https://www.instagram.com/p/CSHlYAMpOP9/?utm_medium=tumblr
0 notes
shareyuuk · 4 years ago
Text
Edmodo TRI Edukasi Covid 19
Tumblr media
Kuota Edmodo TRI Edukasi Covid 19, layanan e-learning paket TRI gratis selama pandemi covid-19 Hutchison 3 Indonesia (Tri) mencatat peningkatan lalu lintas data mingguan sebesar 15-20 persen dalam sepekan setelah pemerintah Indonesia mengimbau masyarakat untuk belajar dan bekerja dari rumah. Bahkan, untuk layanan e-learning, bisa melonjak hingga 98 persen jika dibandingkan dengan pekan sebelumnya. Seperti yang telah diketahui, aplikasi e-learning memegang peranan penting selama periode social distance karena dapat menjadi alternatif bagi siswa untuk tetap belajar, melalui virtual dengan materi pembelajaran yang sudah disediakan secara daring Dan tersebar berbagai Aplikasi memenuhi kebutuhan guru dan siswa berkomunikasi dalam pembelajaran yakni menggunakan Edmodo App
Edmodo TRI Edukasi Covid 19
Dalam sepekan terakhir, penggunaan empat layanan e-learning terkemuka meningkat secara signifikan. Bisa dilihat dalam unduhan Aplikasi Edmodo meningkat sebesar 841 persen, Quipper 196 persen, Ruangguru 78 persen, dan ZeniusEducation 73 persen. (traffic dunia) Karena ada imbauan untuk bekerja dan belajar di rumah, semakin banyak masyarakat Indonesia yang akan mengandalkan internet untuk beraktivitas maka TRI menangkap peluang ini. Sementara itu, Susan Kim selaku CEO Edmodo berkomitmen untuk terus memberikan edukasi kepada para para siswa agar dapat merasa terhubung bersama teman-teman dan gurunya. Mamfaatkan Edomodo TRI Selama periode pandemi masih berlangsung dan belum ada sinyal masuk sekolah dilakukan. Siswa, orang tua, dan guru dapat tetap terhubung dan melanjutkan proses belajar di rumah, bahkan ketika pembelajaran pribadi tidak memungkinkan. DirumahAja, lakukan aktivitas dengan masak kesukaanmu Kebijakan TRI saat pandemi covid-19 Tri mengeluarkan kartu perdana AlwaysOn 1GB seharga Rp 6 ribu yang secara otomatis memberikan penggunanya akses gratis selama 30 hari ke aplikasi Edmodo. Pengguna juga bisa mendapatkan hingga 1GB akses gratis aplikasi e-learning ini. serta tambahan dari kuota utamanya sebesar 1 GB. TRI telah mengambil langkah untuk membantu memastikan ketersediaan produk-produk ini di pasaran. Serta rangkaian produk AlwaysOn, 3 dapat membantu masyarakat untuk tetap saling terhubung dan produktif selama kita semua #DiRumahAja, Review Android ; Fitur Edmodo TRI Dengan Perdana AlwaysOn, tak perlu lagi khawatir sisa kuota hangus karena lupa isi ulang data. Kini Pengguna dapat menikmati kebebasan berinternet dengan kuota data yang aktif selama nomor Tri Anda masih berada dalam Masa Aktif. Perdana AlwaysOn hadir dengan harga yang terjangkau agar dapat menikmati kuota internet 1GB dan Bebas telepon ke sesama nomor Tri bisa dilakukan 120 menit/hari selama 60 hari, selama nomor Tri Anda masih berada dalam Masa Aktif (Produk). Setelah kuota TRI aktif bisa akses aplikasi dan situs Edmodo 33MB/hari yang akan direfresh setiap harinya selama 30 hari. Kuota hanya diberikan di satu bulan pertama setelah registrasi Kartu Perdana dinyatakan berhasil. Kuota dapat digunakan untuk akses aplikasi dan situs Edmodo. Jika belum tahu bagaimana menggunakan Aplikasi Edmodo lihat disini Daftar Harga Edmodo TRI Kuota++ 1 GB Kuota Bebas Nelpon Sesama Tri 60 menit/hari (berlaku jam 00.00 – 16.59 waktu lokal) 60 menit/hari setelah transaksi telepon sebesar Rp 600 (berlaku jam 17.00 – 23.59 waktu lokal) Kuota Edmodo 33MB/hari* Masa Aktif Kuota++ Mengikuti Masa Aktif nomor Tri Pengguna Kuota Bebas Nelpon Sesama Tri 60 hari Kuota Edmodo 30 hari Kartu Perdana AlwaysOn 360 hari Segera aktifkan kuota Edmodo TRI Edukasi Covid 19 sehingga akses Aplikasi Edmodo Gratis Selamat mencoba, silahkan lihat perpanjangan akses Aplikasi Edmodo di link Operator TRI atau Perlu bantuan langsung saja akses Call center TRI Nara sumber ; Edmodo TRI Read the full article
0 notes
101kfe · 5 years ago
Photo
Tumblr media
Karena wawasan mereka luas banget. . Source @zeniuseducation . 🚀 Follow instagram @101kfe.id 💡 Sebuah informasi basis edukasi, agama dan joke. . 🚀 Follow instagram @101kfe.id 💡 Sebuah informasi basis #edukasi, #agama dan #joke. . #flatearthsociety #flatearth101 #ask #flatearthisreal #flatearthers #flat_earth_society #flatearth #bumidatar #bumibulat #101kfe #globeearth #flatearthdisciples #berita #trending #beritaterkini #infoviral #sakit #youtuberindonesia #epidemic #infografis #youtubers #penyakit #skizofrenia https://www.instagram.com/p/Bz1mSF1lBtp/?igshid=1k8daf7rrefoo
0 notes
gizmologi · 4 years ago
Text
Sambut Kemerdekan, Zenius Berikan Fasilitas Penunjang PJJ Bagi Guru dan Siswa di Daerah
Sambut #DirgahayuIndonesia 17 Agustus, @ZeniusEducation Berikan Fasilitas Penunjang PJJ Bagi Guru dan Siswa di Daerah
Menyambut hari peringatan kemerdekaan Indonesia, platform belajar online Zenius berupaya memberikan kontribusi nyata terhadap dunia pendidikan. Zenius mengumumkan bahwa mereka akan memberikan bantuan kepada guru dan siswa di daerah yang membutuhkan fasilitas penunjang guna mewujudkan pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang lebih baik.
Sabda PS, Chief Education Officer Zenius Education,…
View On WordPress
0 notes
m0llyt0belly · 6 years ago
Photo
Tumblr media
Ya kalo masih sesuai ketentuan mending.. Lah ini mah kyk gini misal.. Dia teh ya Tau2 diuk weh gigireun aku.. 😅😅😅 #Rensta #Repost: @zeniuseducation via @renstapp ··· “ Mau konsisten pake satu bahasa atau pake bahasa campur-campur, keduanya punya advantages dan disadvantages masing-masing. . Honestly, tutor-tutor di zenius sih cukup dibebasin mau pakai bahasa seperti apa ketika ngajar. That's why para tutor mostly pakai bahasa sehari-harinya anak Jaksel. So, you know lah kayak gimana jadinya. 😜 . . #zeniusinfographic #bahasa ” https://www.instagram.com/p/BnZyQCAhysv/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=o21zn1pi40kf
0 notes
fibo-id · 5 years ago
Photo
Tumblr media
Bagi kamu yang ada di wilayah JABODETABEK bisa langsung daftarkan team futsal terbaikmu untuk berkompetisi di POIN Junior Futsal ke nomor yang tertera di poster ya Kamu juga bisa langsung cek infonya di website FIBO 👉🏽 www.fibo.id/totalliga Salam olahraga ! ⚽🏆 . . . #poinjunior #poinjuniorfutsal #zeniuseducation #zenius #fibogapakeribet #fibo #turnamenpakefibo #futsal #futsalskills #futsalcewek #lapanganfutsal #futsalevent #futsalindonesia #futsalputri #jakarta #bogor #depok #tangerang #bekasi #dkijakarta #infojakarta (at Jakarta, Indonesia) https://www.instagram.com/p/By90_jqjBY4/?igshid=1jypyi1f5nj3l
0 notes
ihsaanramadhan-blog · 9 years ago
Text
Untungnya Flashback sama Zenius. Bukan sama Mantan
Halo. Gua Muhammad Ihsaan Ramadhan. Kali ini gua bakalan bercerita semua tentang sebuah program yang membuka cakrawala berfikir gua yang selama ini sempit. Yap. Zenius.net. sebuah website yang gua yakin akan berhasil mengubah hidup gua. Dan gua yakin bersama zenius gua bakalan berhasil membuat gua jauh lebih berguna di masyarakat
Gua tau tentang zenius udah lama. 3 tahun yang lalu. Udah lama memang. Tapi baru menjadi member resmi pada 6 bulan yang lalu. 3 tahun lalu, gua hanyalah siswa yang tukang download soal doang. Gua paling males belajar di Pc karena gak jelas dan susah banget dimengerti. Jadi kalo ada pelajaran yang gak gua ngerti, ya mendingan gua belajar sendiri di kamar sampe ngerti. Kalo gak ngerti, yaudah tinggalin dan pasrah. Mungkin ini yang menjadi penyebab gua gak maksimal di UN smp 3 tahun lalu
Awal flashback dengan zenius.net datang pas guru di sekolah gua bercerita kalo masuk dan diterima di kampus impian gua itu susah banget jadi harus di persiapkan dari sekarang (pas waktu itu gua kelas 11). Speechless. Impian gua Jaket kuning dan belajar gua ngaco banget. Mana mungkin Jaket Kuning bakalan terima gua dengan nilai rapot ke 10 terendah di kelas? Mulai dari situlah gua mencari bahan belajar yang pas buat mengatasi kedodolan gua selama 2 tahun di SMA
Sebelumnya gua udah tau kalo jalur masuk UI ada 3, SNMPTN, SBMPTN, SIMAK UI. Jadi karena saat itu sedang menghadapi SNM, gua tulis keyword di google cara memaksimalkan peluang snmptn. Dan yang keluar website zenius. Haha. Flashback. Masa-masa SMP gua. Dimana dulu main ke zenius cuman buat download soal. Untungnya flashbacknya sama zenius ya. bukan sama Mantan hmm
Pertemuan kembali dengan zenius akhirnya menjadi kepo tentang zenius. Sering baca Zenius blog dan main ke Zenius.net. Baca perjuangan para alumni zenius yang berjuang mati-matian untuk masuk ke kampus impian. setelah gua baca  Catatan Perjuangan Murid Zenius Menghadapi SBMPTN 2014 ternyata banyak yang sama problemnya sama gua!  Banyak yang pengen masuk kampus impian tapi tidak dibarengi dengan semangat belajar. inilah yang menjadi landasan gua harus memperdalam zenius. Hehe
Awal kelas 3 gua memutuskan buat beli Zenius hasil pecah celengan ayam. Setelah beli, gua memutuskan untuk tidak perpaling dari Laptop karena asyik banget buat belajar. Nagih! Bangun subuh nyalain Laptop dan gua matiin laptop di menjelang maghrib buat nguplek sama zenius. Gila! Semangat belajar bertambah, rasa optimis juga bertambah.
Asyik dengan zenius, membuat fikiran gua berubah. Di kelas, gua merasa sedikit lebih unggul. Ketika di kelas baru masuk bab baru, gua udah lahap itu semua di Zenius. Haha. Dan ini berefek pada nilai gua. Yang tadinya 10 besar terendah, sekarang 10 besar tertinggi!! Karena zenius gua jadi pede. Usaha keras bakal menghasilkan hasil. Gua semakin pede kalo gua berjuang lebih keras, gua bakal membuat Kartu Tanda Mahasiswa di Universitas Indonesia. Amiin.
0 notes
aprast-sastra · 9 years ago
Text
Zenius The School of Life
Kelas X SMK gua lagi browsing tentang knowledges. Terus ketemu tentang web PTN-PTN gitu. Jadi gua semangat banget pengen dapetin PTN. Gua searching tentang masuk PTN. Eh… Ketemu sama www.zenius.net pas dibuka, responnya sih cuma “ Oo.. Gitu doang ” langsung gua tutup. Tapi alamat webnya gua simpen. Waktu itu bukanya via hp. Beberapa bulan gua ngebrowsing lagi buka zenius.net terus ke twitter dan facebooknya. Penasaran sama apa yg diposting di twitter dan facebook, langsung gua jelajahin tuh zenius.net ampe hati gua berdebar ga tahan penasaran. Gua bener bener jatuh cinta pada pandangan pertama sama videonya zenius. Suaranya Sabda bagus banget, ga asing ditelinga. Sejak itu gua buka akun youtube Zenius Education, download semua videonya. Terus gua nemu akun youtube prasdianto. Gilaa.. Keren banget ngajar biologinya.
Setelah gua ngoleksi video youtube zenius, gua ngumpulin duit buat beli CD Zenius Learning sama Matdas. Pas paketnya sampe, gua sueneng banget, karena udah cinta banget ama zenius kaya orang baru pacaran lagi anget angetnya. Langsung tuh gua setel CD nya, volumenya gua gedein. Ampe kaka gua bilang “ Sape tuh har? Suaranya kaya ga asing ya. Enaken didengernya. ” tuh bang Sabda! Suaranya friendly banget ditelinga orang. Waktu pas udah maghrib, gua tetep mantengin Zenius Learning dari Sabda, ampe keasikan telat sholat. Ampe jam 10 malem, gua pantengin tuh CD bagian Zenius Learning. Gilaa.. Keren abis! Gua ampe cengar cengir dengerinnya. Gua ngerasa kaya sekolah dari awal lagi. Ibarat orang nikahan, di kasih nasehat dulu sebelum ngejalanin rumah tangga. Biar tau dasar dasarnya. Keren abis!
Kelas XI gua makin demen sama zenius.net. Gua ampe jadi promotor di kelas gua sama di X AK ngasih tau tentang zenius, meskipun ga dibayar ama zenius. Karena gua liat lingkungan sekolah gua miris, anak anak harus tau zenius, supaya bener belajarnya. Gua pengen banget bimbel di zenius X tapi itu cuma mimpi. Yaudah kumpulin duit aja buat beli XPedia 2.0. Dan baru bisa kebeli pas kelas XII di akhir semester 1. Ampe ga pernah jajan gua di sekolah demi XPedia 2.0 cepet kebeli. Karena apa yang sabda omongin di CD ZL dan Basic Skills ga gua dpt disekolah gua dan gua jadi haus banget sama segala ilmu. Pengen tau semuanya. Dan gua pengen tercerahkan dalam menuntut ilmu yang sebenarnya melalui XPedia 2.0.
Sejak gua tonton satu satu DVD Xpedia, perlahan lahan gua jadi tercerahkan. Gua jadi tau arti yang sebenernya dalam nuntut ilmu. Kata kata sabda Sekolah/Kuliah bukan buat dapetin nilai tp dapetin esensi dari ilmu yg dipelajarin. Sekolah bukan buat kerja di bigcompany dapet gaji gede. Sekolah buat pikiran tercerahkan, mandiri, bisa ngambil keputusan dan bertanggungjawab. Jadi manusia yang merdeka. Bener bener gua pikirin ampe berhari hari, gua hayatin. Sampe sampe gua ngoreksi pendidikan di sekolah gue dan gua dianggap sok.. Ngayal atau apalah. Gua ampe niruin gaya ngajarnya Sabda dan Prasdianto kalo lagi presentasi. Sampe sampe gua ngajar di kelas X tanpa dibayar dan ngajarin akuntansi dg gaya zenius learning dikelas buat anak anak. Berkat zenius, gua jadi cinta banget ama ilmu. Gua ga mau sekolah. Pengen dirumah aja mantengin zenius. Gua ngerasa mantengin zenius manfaatnya gede daripada disekolah cuma dengerin guru, ngerjain soal buat dpt nilai. Ini kebukti pas gua ngajar bimbel anak XI AK tanpa dibayar dg keikhlasan gua karena zenius. Di zenius gua dituntut buat dapet ilmu, dan jadi kepikiran mau ngelakuin apa di dunia ini. Gara gara inspirasi dari zenius, gua ngebimbing anak X AK buat belajar karena gua ngeliat sistem pembelajaran yang amburadul disekolah gua wkt itu. Gua sekolah males malesan. Cuma pengen sama zenius. Gua ngumpulin duit buat beli buku yg disaranin ama zenius, mulai dari filsafat, science popular, sastra dll. Itulah asiknya zenius mulai dari yang ringan ampe yang berat ada semua. Gua ngerasa Zenius kaya Sekolah Kehidupan bagi gua. Di ajarin Scientific Thinking, berlogika, referensi2 dari luar negeri, dikasih berbagai macem wejangan/info dari blognya. Keren abislah. Gua ngerasain banget manfaatnya. Bener bener guna di kehidupan. Meskipun gua ga keterima di SBMPTN 2015, tapi gua tetep seneng dan bahagia sama zenius. Karena dia yang nganterin gua kejalan yang bener buat nuntut ilmu. Gua jadi suka filsafat dan science. Pengen tau kenapa ekonomi suatu negara mempengaruhi ekonomi negara laen. Kaya sekarang nih yang lagi lesu ekonomi Indonesia efek dari ningkatnya suku bunga di Amerika dan masalah korut dg korsel serta krisisnya Yunani. Pokonya gara gara zenius gua jadi peka terhadap lingkungan sekitar. Apa yang terjadi di kehidupan ini, jadi gua pikirin kenapa bisa begini begitu, apa penyebabnya, kenapa penyebab itu bisa terjadi. Gua jadi kritis, tau banyak hal gara gara zenius. Pokonya Zenius itu adalah sekolah yang sebenernya. Yang nyiptain orang jadi cerdas yg sesungguhnya. Ga cuma buat dapet nilai bagus. Bernalar dengan zenius, bikin tau apa sebenernya dikehidupan ini. Itulah kenapa Zenius bagi gua Sekolah Kehidupan. Gua pengen nanti ngajarin anak anak pake Zenius Learning. Gua rasa Indonesia harus nerapin kurikulum Zenius Learning. Prima danke zenius.. Gua pengen banget ketemu Sabda, Wisnu, Prasdianto. Top 3 teacher in my life.
0 notes
hellodika · 10 years ago
Text
Zenius Changed Me
Tumblr media
           Kira-kira 10 bulan yang lalu pertama kalinya gue tau Zenius. Itu terasa telat banget untuk anak kelas 12 yang 2 bulan lagi mau UN. Walaupun sebelumnya gue bimbel disana-sini, tapi jujur, hasil yang gue dapetkan waktu belajar di Zenius beda dengan bimbel biasa. Zenius bukan hanya bikin gue nyaman belajar karena waktu belajar di Zenius nggak kerasa jadi beban.
           Selain itu, gue yang mikir awalnya belajar cuman buat nilai, sekarang jadi berubah karena sering baca blog zenius. Belajar bukan buat nilai ataupun buat bisa dapetin PTN doang. Belajar untuk bekal diri sendiri dan kita dapetin rasa puas karena udah ngisi otak dengan hal-hal yang ada gunya. Jadi intinya, belajar itu untuk diri sendiri. Soal lain seperti bisa ngajarin orang lain atau teman kita itu adalah manfaatnya. Di Zenius juga gue tau kemampuan otak itu bisa diasah. Nggak ada otak yang bodoh permanen. Semuanya bisa diubah dengan kerja keras.  
          Lewat blog Zenius yang ngasih tau banyak buku-buku yang bagus, gue yang dulu sering banget baca novel, sekarang kurang tertarik lagi. Gue lebih suka sama buku-buku yang Zenius rekomendasikan.
         Gue yang udah jadi mahasiswa ini pun masih bisa belajar dengan Zneius. Gue selalu baca blog Zenius, lo bisa belajar apa aja disana. Kalau lo nemuin masalah dimateri kuliah, mungkin jawabannya ada di Zenius, karena semua bahan pelajaran di dunia perkuliahan itu pondasinya adalah ilmu pengetahuan yang dulu diajarkan kekita ketika waktu SD, SMP dan SMA. Kalau lo nemuin itu sulit, coba gali lagi dasar pengertian lo, siapa tau awal dari pemahaman lo itu ada yang kurang lo bener-bener ngerti sampe keakar-akarnya, mungkin karena lo kurang ngerti akibat baca buku sekilas doang.
Tumblr media
         Gue bikin tulisan ini bukan buat promosiin Zenius, karena kalau suatu produk itu bagus, konsumen bakalan datang dengan sendirinya tanpa promo berlebihan. Tujuan gue yaitu agar bisa belajar bagaimana cara bikin tulisan blog yang bagus, Walaupun nanti misalnya belum punya kesempatan menang, at least gue udah nyoba. Dengan lomba ini gue jadi bisa konsisten dan fokus dengan apa yang gue tulis. Nggak seperti tulisan gue yang lain yang bisa ngelantur kemana-mana. Hehe.
          Jadi akhirnya, gue mau ngucapin terimakasih buat Zenius karena sudah ada untuk pelajar Indonesia, ada untuk bantuin kami belajar dan mengubah pola pikir kami yang semula pengen menyerah dengan materi pelajaran yang segunung menjadi kembali semangat.
Terimakasih, Zenius. :) 
0 notes