#ucapan untuk fotografer
Explore tagged Tumblr posts
Text
Backstage
Semua orang kelihatan sibuk di belakang panggung. Masing-masing punya urusan dan alasan tersendiri untuk mondar-mandir atau meneriaki satu sama lain. Atau lebih tepatnya, Mbak Didi lah yang sekarang kelihatan stres karena harus memastikan semua hal sudah sesuai dengan rencana supaya tidak ada yang kurang lagi ketika Bu Rosa melakukan final check.
Setengah jam lagi pagelaran busana untuk New Year Collection Rosalina Amerta akan segera dimulai. Jadi, hiruk-pikuk seperti ini adalah hal yang amat sangat normal. Make-up artist yang berlarian ke sana kemari untuk mengecek dan last touch up make up masing-masing model, fotografer yang sibuk menabrak orang di sana-sini untuk dokumentasi persiapan di backstage, dan masih banyak lagi yang sibuk dengan jobdesk-nya masing-masing.
“Axel, ambil accessories box yang ada di atas meja saya. Cepet ya,” titah Mbak Didi yang langsung dituruti Axel. Dalam sekejap teman seperjuangan magangnya di tempat ini pun langsung melesat menerobos orang-orang yang menghalangi jalannya.
Genaya sendiri sedari tadi sibuk membantu salah satu model bernama Celia. Perempuan berumur dua puluh lima tahun yang sudah menekuni profesi sebagai model sejak usia muda. Oleh karenanya, Genaya tidak begitu kesulitan ketika membantu Celia. Justru dia malah agak tidak enak hati karena Celia lah yang banyak memberitahunya ini-itu berhubung dia masih merasa kagok karena ini adalah kali pertamanya bergabung dalam pekerjaan ini.
“Genaya,” panggil Mbak Didi dengan suara nyaring.
“Go. Before she gets mad and starts yelling,” ucap Celia penuh pengertian pada Genaya yang kemudian buru-buru menghampiri Mbak Didi.
“Iya, Mba—“
“Kamu susulin Axel sana. Lama banget gini,” potong Mbak Didi sebelum Genaya sempat bicara. Dan sama seperti yang Axel lakukan tadi, Genaya pun langsung ngacir secepat kilat tanpa menunggu Mbak Didi memerintahkannya dua kali.
Ketika langkah Genaya hampir mencapai pintu menuju kantor Mbak Didi, pintu tersebut lebih dulu terbuka dan sosok Axel pun muncul. “Minggir, Ge, gue udah mau mati nih lari-lari. Awas sebelum ibu tiri ngamuk!” teriak Axel sambil berlari melewatinya.
Mau tak mau Genaya jadi tertawa karena ucapan sembarang Axel. Sudah genap satu bulan mereka magang di kantor Rosalina Amerta, dan selama itu pula sudah banyak omelan aplagi teriakan yang mereka terima dari Mbak Didi. Sampai-sampai, Genaya dan Axel diam-diam memanggil Mbak Didi dengan sebutan ibu tiri. Meski begitu, semua omelan Mbak Didi tidak pernah mereka ambil hati, lantaran mereka sadar kalau memang begitu lah cara Mbak Didi menegur. Dan lagi, setiap Mbak Didi mengomel pun, beliau pasti memberitahu apa yang salah dan bagaimana cara memperbaikinya.
Karena apa yang diminta oleh Mbak Didi sudah dalam perjalanan, Genaya pun memutar balik arah tujuannya untuk kembali membantu Celia. Meski sudah tak berlari seperti tadi, dia tetap berjalan cepat. Mana bisa dia bersantai kalau acara belum selesai. Apalagi hanya tersisa waktu lima belas menit lagi sebelum kesibukan yang sebenarnya dimulai.
Namun saat dia mempercepat langkahnya, tiba-tiba saja ada yang menarik tangannya untuk masuk ke dalam salah satu ruangan yang digunakan untuk menyimpan manekin dan barang-barang lain. Dia nyaris berteriak kalau saja mulutnya kini tak ditutup rapat-rapat oleh si pemilik tangan yang juga menariknya tadi.
Sewaktu melihat sosok Jules di hadapannya, Genaya langsung melotot. Dengan cepat dan ganas dia memukul-mukul tangan Jules yang masih menutup mulutnya.
“Kamu ngapain di sini?!” seru Genaya.
Tapi Jules malah membalasnya dengan meletakkan telunjuk di depan bibir. Isyarat bagi Genaya untuk tidak berisik.
“Kamu ngapain di sini?” tanya Genaya lagi, kali ini sambil berbisik.
Lagi-lagi Jules tak menjawab. Lelaki itu cuma tersenyum dan menyerahkan sesuatu padanya.
Kening Genaya berkerut. Kepalanya tertunduk untuk melihat bungkusan yang kini ada di tangannya. “Snack bar?”
“Aku tau kamu belum makan.”
“Memangnya aku bakal kenyang cuma makan snack bar?” balas Genaya bercanda. Namun segera berterima kasih pada Jules.
Dia memang belum makan sejak siang tadi. Selain karena tidak sempat, entah bagaimana ceritanya, perutnya pun tidak merasa lapar sama sekali. Mungkin karena terlalu bersemangat akan acara tersebut, sekaligus terlalu nervous lantaran takut membuat salah.
“I have bubblegums too if you want,” ucap Jules lagi.
“Kamu mau aku diomelin sama Mbak Didi ya?”
Jules langsung terkekeh. “Hari ini udah dimarahin berapa kali sama Mbak Didi?”
“Dua!” Genaya berseru, namun kemudian menutup rapat mulutnya karena teringat kalau dia tidak boleh berisik karena mereka sedang bersembunyi. Dipikir lagi, sejak kapan dia setuju dengan acara ngumpet bersama pacarnya ini yang seharusnya ada di luar dan bersiap untuk pagelaran busana tersebut.
“Capek nggak?”
Genaya meringis sambil mengangkat jari telunjuk dan jempol, membuat sedikit ruang di antaranya sebagai tadi ‘sedikit’. “Eh, mau ngapain?” tanyanya buru-buru saat melihat Jules mengambil satu langkah maju dengan kedua tangannya yang terbuka.
“Giving you a hug,” jawab Jules santai. Siap untuk kembali maju mendekatinya.
“Nggak usah macem-macem! Kalau baju kamu jadi kusut, yang diomelin nanti semua orang termasuk aku!” Jules pun diam di tempat, dan tak lama menurunkan kedua tangannya. Genaya jadi tertawa melihat hal itu. “Kamu harus balik sekarang sebelum semua orang nyariin.”
“Can I take you to a dinner after this?”
“Kalau beres acara dan nunggu aku kelar sih bukan dinner lagi namanya, tapi makan tengah malem.”
Jules tersenyum lebar. “Ya, nggak apa-apa. I have to make sure kalau kamu tetep makan sebelum pulang ke rumah. Daripada sakit. Aku tunggu ya nanti?”
Setelah diam dan berpikir selama beberapa detik, Genaya pun mengangguk. “Tapi nanti tunggu—“
“Mas Jules! Ada yang liat Mas Jules nggak?” teriak seseorang dari luar sana. Refleks membuat Genaya dan Jules sama-sama melirik ke arah pintu. Genaya tahu betul kalau itu suara Mbak Oliv, asisten model yang membantu Jules bersiap sedari tadi.
“Di toilet kali, Mbak!” timpal seseorang lagi, yang kemudian kembali disahuti oleh Mbak Didi dengan, “Tolong lihatin ke toilet dong saya kan nggak mungkin masuk toilet cowok. Aduh, ini orang ke mana sih, bisa mati gue digorok Bu Rosa.”
Dari suaranya yang terdengar begitu dekat dan jelas, Genaya yakin kalau Mbak Didi ada tepat di balik pintu tersebut. Jantungnya jadi berdegup kencang, takut kalau tiba-tiba saja Mbak Didi membuka pintu dan mendapati dirinya sedang ngumpet di dalam dengan Jules. Bisa-bisa Genaya diomeli habis-habisan. Jules sih jelas tidak akan dimarahi. Paling mentok-mentok hanya dipelototi oleh Mbak Oliv.
“Mbak Oliv, Mas Jules di depan kayaknya!” seru seseorang lagi, dan derap langkah pun terdengar mengisi lorong, menandakan kalau Mbak Oliv sudah pergi menuju sosok yang berseru tadi.
Setelah diam beberapa saat, memastikan kalau tidak ada lagi orang di balik pintu tersebut, Genaya pun kembali menoleh pada Jules yang ternyata malah tengah memperhatikannya. “Gih sana. Kasian Mbak Oliv sedikit lagi stres.
Jules pun mengangguk. Tapi masih diam di tempatnya berdiri. Baru saja Genaya hendak mengusirnya lagi, tahu-tahu saja kedua tangan Jules menangkup pipinya dan sebuah ciuman singkat mendarat di bibirnya.
“I love you,” ucap Jules sembari tersenyum. Lalu kembali menciumnya selama beberapa detik, sebelum akhirnya tersenyum dan bicara, “Bye, Genaya. Gonna miss you, and kiss you again when I can.”
155 notes
·
View notes
Text
ingin nikah, ayo nikah buat yang sederhana saja. setidaknya aku udah kebayang 2 hal, ga sampe jauh dan bukan goals utama jangka panjang yang dipikirin pertama tapi malah cara2 dan perintilan tidak terlalu substansial yang aku pikirin: 1. acara pernikahan 2. cara hidup setelah pernikahan
Acara pernikahan
lets make it very simple, ez, and cheap enough. the most important is akad and moment
gausah ada lamaran keluarga dateng ke keluarga pake acara dan dekor. ayo makan bareng aja di restaurant proper, restaurant indonesia cukup, remboelan boleh. kita sewa private room aja. keluarga aku dan kamu sama-sama pakai baju terbaik. saling berkenalan. kamu minta izin ke keluarga aku secara formalitas. karena secara informalnya toh udh saling kenal dan deket dari lama. kamu pakai baju dan jas yang kamu sewa. ini cukup keluarga kita berdua aja, sambil yaah ada fotografer ala2 yang disewa sejam dua jam, temen2nya najmi aja
Akad diadain hari jumat (biar berkah, boong, biar ga pada dateng aja). Akad diadain di mesjid. Acaranya simple: akad, ceramah, doa bersama, sungkem, foto-foto, bagi-bagi nasi box dan souvenir.
pengen di masjid salman (?) biar langsung bisa jajan basreng. ga deng. biar di bdg, terus mesjidnya enakeun, teduh.........
acara akad ini adalah untuk orang tua dan keluarga khususnya, teman dekat boleh datang. tapi inti dari acara ini buat bikin keluarga diem aja. buat keluarga ngerasa cukup ada "acara proper" buat ngasih tau mereka dilibatkan dan diundang dalam event penting keluarga.
lagi pula keluarga aku keluarga dia, sama-sama ga ada yang punya jabatan tinggi yang perlu undang kolega tertinggi buat pamerin anaknya. i know that important too. tapi ya kita berdua sama sama ga punya kepentingan itu so its okay.
intimate wedding after party. bener-bener intimate. yang dateng ya yang bener-bener kenal dan deket aja. aku pengennya kita ngundang 200-300 orang aja, kayanya kebanyakan ya kalo 300? yaa 200 boleh lah, aku bakal filter bgt lagi sampe temen2ku bgt aja.
after partynya pengen diadain sabtu sore ke malem
pengen diadain di outdoor yang jelas, pengen di taman atau pantai (?) nahkan emang undangan ini bener2 yang buat bener2 dekat aja, soalnya effort masa iya harus ke pantai segala. bener2 acaranya diadain buat ngerayain bareng temen2 deket. macem2 bridal shower, kan itu yg deket doang tuh, but make it larger.
nanti kita adain temanya gitu, dari mulai outfit dan dekor. pokonya bener2 party yang hepi2 aja.
isinya yaa ala2 aja. intinya kita berdua jadi artisnya, tapi kita berdua mau ngasih tau ke orang2 terdekat kita itu ucapan terimakasih udah ada di hidup kita berdua, nemenin kita sampai di titik itu, sampai bertemu belahan jiwa. dan semoga masih mau nemenin sampai tua bareng2.
nah after party pls gausa ada ortu
acaranya yaa sambutan sepatah kata, nyanyi2, foto2, games kecil2an, bener2 kaya bridal shower hahaha.
oyaa mau nyewa artist buat ngegambarin masing2 tamu undangan. buku tamunya pake apa yaa hmmm
di luar mahar dan seserahan, budget acara 50 juta, kurang ga ya? pengennya 30 jt aja sih. 20 jutanya buat honeymoon wkwkwk
akad 8 juta. party: 15 juta sewa dan buat makan, kalo bisa udh sama band full lagu 3 jam. 2 juta fotografer videografer, 5 juta sewa lainnya
honeymoon, jujur pengen bgt jalan2 berdua bareng kamu ke jepang. tapi kalo ga bisa yaah kita ke itu aja yu aduh ada lah hotel di bromo gitu pokonya bagus pemandangannya.
Cara hidup setelah pernikahan
nah ini mudah saja sebenarnya kita ngekos di cove
aku gapapa jadi yg bayar kosannya, 4 jutaan? kalo aku udah jadi senior asso aku pede bisa bayarin kos ini. tapi makan kita kamu yg bayar yaa. <3 IPL juga yaa hehehe
bersih2 jadi tugas berdua, kita minta ke temen2 aku buat beliin ini aja robot pembersih.
selama aku masih kerja aku gapapa bgt nyumbang buat keluarga. tapi jangan punya anak dulu yah kalau kita belum siap secara finansial. kita gabisa ngekos doang kalo mau punya anak. kita harus bisa ngontrak.
0 notes
Text
Photobooth untuk Pesta: Menambah Keceriaan di Setiap Acara
Photobooth telah menjadi salah satu elemen yang semakin populer dalam berbagai jenis pesta dan acara. Dari pernikahan hingga ulang tahun, baby shower, dan pesta anak-anak, photobooth menawarkan cara yang menyenangkan bagi tamu untuk mengambil foto kenangan dan berinteraksi satu sama lain. Berikut adalah pembahasan lengkap tentang photobooth untuk berbagai jenis pesta.
1. Photobooth Pernikahan
1.1. Mengabadikan Momen Spesial
Photobooth pernikahan adalah cara yang sempurna untuk mengabadikan momen spesial di hari besar Anda. Selain foto formal yang diambil oleh fotografer, photobooth memungkinkan tamu untuk mengambil foto yang lebih santai dan spontan.
1.2. Tema dan Dekorasi
Memilih tema dan dekorasi yang sesuai dengan konsep pernikahan dapat menambah keindahan photobooth. Latar belakang bunga, tirai kilauan, dan properti lucu seperti topi, kacamata, dan papan tulis dapat memberikan sentuhan pribadi pada foto.
1.3. Suvenir yang Tak Terlupakan
Cetakan foto dari photobooth dapat dijadikan sebagai suvenir untuk para tamu. Anda juga bisa menyediakan album tamu di mana mereka bisa menempelkan foto dan menulis pesan untuk pengantin.
2. Photobooth Ulang Tahun
2.1. Pesta Anak-Anak
Photobooth untuk pesta ulang tahun anak-anak bisa menjadi daya tarik utama. Anak-anak dapat berpose dengan berbagai properti seperti topi badut, balon, dan kostum karakter favorit mereka.
2.2. Pesta Dewasa
Untuk pesta ulang tahun dewasa, photobooth dapat diisi dengan properti yang lebih sesuai seperti topeng pesta, papan ucapan lucu, dan aksesori lainnya. Tema-tema unik seperti retro, vintage, atau glamor dapat menambah keseruan.
3. Photobooth Baby Shower
3.1. Merayakan Kehadiran Si Kecil
Baby shower adalah momen untuk merayakan kehadiran anggota baru keluarga. Photobooth dapat dihias dengan latar belakang yang manis dan properti seperti balon bayi, popok lucu, dan boneka.
3.2. Buku Kenangan
Selain foto, tamu juga bisa meninggalkan pesan dan harapan untuk bayi dan orang tua di buku kenangan yang disediakan di photobooth.
4. Photobooth Pesta Anak-Anak
4.1. Tema Kreatif
Photobooth untuk pesta anak-anak bisa dihiasi dengan tema kreatif seperti superhero, putri duyung, atau dunia dinosaurus. Properti seperti topeng, mahkota, dan pedang mainan akan menambah keceriaan.
4.2. Aktivitas Menyenangkan
Selain mengambil foto, anak-anak bisa dilibatkan dalam aktivitas seperti menghias bingkai foto atau membuat properti photobooth mereka sendiri.
5. Photobooth Pesta Dewasa
5.1. Pesta Kostum
Pesta kostum adalah kesempatan sempurna untuk photobooth. Tamu bisa berfoto dengan kostum mereka dan menggunakan properti tambahan untuk lebih meramaikan suasana.
5.2. Pesta Tema
Pesta dengan tema tertentu, seperti tahun 80-an atau pesta Hollywood, akan lebih hidup dengan adanya photobooth. Dekorasi dan properti yang sesuai dengan tema akan membuat foto-foto semakin menarik.
Kesimpulan
Photobooth untuk pesta adalah cara yang efektif untuk menambah keceriaan dan menciptakan kenangan yang tak terlupakan. Dengan berbagai tema dan dekorasi yang dapat disesuaikan, photobooth menawarkan fleksibilitas untuk segala jenis acara. Baik untuk pernikahan, ulang tahun, baby shower, atau pesta lainnya, photobooth selalu berhasil menjadi pusat perhatian dan hiburan bagi para tamu. Jadi, jangan ragu untuk memasukkan photobooth dalam rencana pesta Anda berikutnya!
1 note
·
View note
Text
Pesta Ulang Tahun yang Meriah
Mengadakan pesta ulang tahun yang meriah adalah cara yang fantastis untuk merayakan momen spesial dalam hidup seseorang. Berikut adalah panduan untuk membuat pesta ulang tahun yang meriah dan tak terlupakan:
1. Tema Pesta yang Menarik:
Pilih tema pesta yang sesuai dengan minat atau keinginan si ulang tahun. Tema bisa berupa warna-warni, karakter favorit, era tertentu, atau konsep kreatif lainnya.
2. Undangan Kreatif:
Desain undangan yang kreatif dan menarik. Anda dapat menggunakan gambar atau elemen-elemen yang berhubungan dengan tema pesta untuk memberikan kesan unik.
3. Dekorasi yang Menggoda:
Hiasi ruang pesta dengan dekorasi yang mencolok dan menggoda. Gunakan balon, banner, lentera, dan dekorasi lainnya sesuai tema yang telah dipilih.
4. Entertainment yang Menghibur:
Pertimbangkan hiburan yang akan membuat tamu terhibur. Mungkin itu adalah band live, DJ, photobooth, atau bahkan penampilan seni.
5. Permainan dan Aktivitas Seru:
Sertakan permainan atau aktivitas yang menyenangkan dan sesuai tema. Misalnya, permainan pesta, kompetisi, atau sesi kreativitas.
6. Menu Lezat:
Pilih menu makanan dan minuman yang lezat dan bervariasi. Sesuaikan dengan tema pesta dan pastikan ada opsi untuk semua tamu, termasuk yang memiliki preferensi diet khusus.
7. Kue Ulang Tahun yang Spektakuler:
Tidak ada pesta ulang tahun tanpa kue yang spektakuler. Pesan atau buat kue ulang tahun yang sesuai dengan tema dan dapat menjadi pusat perhatian.
8. Goodie Bag Menyenangkan:
Persiapkan goodie bag atau souvenir yang menyenangkan untuk para tamu. Ini bisa berupa pernak-pernik kecil, makanan ringan, atau bahkan hadiah kecil.
9. Musik yang Cocok:
Buat daftar putar musik yang sesuai dengan suasana pesta. Pastikan ada musik yang disukai oleh si ulang tahun dan tamu-tamu.
10. Ruang Foto Instagramable:
Sediakan area foto yang instagramable dengan latar belakang atau properti yang sesuai tema. Ini akan menjadi kenang-kenangan yang bagus bagi tamu.
11. Surprise Element:
Tambahkan unsur kejutan yang tidak terduga, seperti penampilan tamu istimewa, video ucapan selamat dari orang-orang tercinta, atau permainan kejutan.
12. Tim Pengatur Acara yang Profesional:
Jika memungkinkan, pertimbangkan untuk menyewa tim pengatur acara profesional yang dapat membantu merencanakan dan mengelola pesta. Ini dapat mengurangi beban kerja dan memastikan segalanya berjalan lancar.
13. Dress Code atau Kostum:
Tetapkan dress code atau kostum sesuai dengan tema pesta. Ini dapat menambah keseruan dan membuat pesta terasa lebih istimewa.
14. Kolaborasi Teman-teman Dekat:
Jika memungkinkan, libatkan teman-teman dekat atau keluarga dalam merencanakan pesta. Mereka dapat memberikan ide segar dan membantu mengatur segala sesuatunya.
15. Fotografer Profesional atau Photobooth:
Sewa fotografer profesional atau photobooth untuk menangkap momen-momen indah selama pesta. Ini adalah cara yang baik untuk membuat kenangan abadi.
16. Say Thank You:
Setelah pesta selesai, pastikan untuk mengirimkan ucapan terima kasih kepada semua tamu yang hadir. Ini bisa melalui kartu ucapan, pesan singkat, atau bahkan melalui media sosial.
17. Lingkungan yang Aman dan Nyaman:
Pastikan lingkungan pesta aman dan nyaman untuk semua tamu. Pastikan bahwa area pesta terang, akses mudah, dan ada area duduk yang cukup.
Dengan menggabungkan elemen-elemen ini, Anda dapat menciptakan pesta ulang tahun yang meriah dan tak terlupakan. Pastikan untuk menyesuaikan panduan ini dengan selera dan keinginan si ulang tahun untuk menciptakan pengalaman yang penuh kegembiraan.
0 notes
Text
Terima kasih untuk dua bulan ini.
Terima kasih telah menjadi temanku di sini.
Aku menjadi merasa mempunyai teman untuk melepas penat. Teman lama yang tak akan bisa tergantikan. Aku seperti mempunyai seseorang untuk tempatku bercerita, tempatku berbagi.
Terima kasih untuk semua cerita yang kau bagi.
Aku senang dengan apapun yang kau ceritakan.
Aku senang mendengarkan ceritamu.
Aku senang melihat bagaimana kau bercerita.
Terima kasih telah memperkenalkan tempat ini.
Terima kasih, karenamu, aku jadi tahu tempat ini.
Tempat dimana aku bisa menikmati udara sore—bersamamu. Tempat dimana aku bisa berdiam diri memikirkan apapun. Tempat dimana aku ingin kembali ketika hati rasanya sedang tak baik-baik saja. Tempat dimana aku bisa merasakan hadirmu meskipun kau sudah tak di sini. Tempat dimana banyak cerita di dalamnya. Tempat dimana, di sanalah aku bisa menemuimu.
Ternyata, perpisahan ini terjadi juga ya. Ternyata sudah waktunya. Urusanmu di sini sudah selesai. Sekarang kau benar-benar sudah tak di sini. Rasanya aku seperti ditinggal jauh olehmu, padahal sebenarnya, tak begitu jauh. Mungkin, karena aku sudah terbiasa ada kau di sini. Mungkin, karena aku sudah terbiasa bisa bercengkerama denganmu kapan saja. Mungkin, aku sudah merasa aku punya "teman untuk bercerita." Mungkin, karena aku takut kalau kita akan seasing dulu lagi.
Ah, aku memang ingin kau tetap di sini. Aku ingin dekat denganmu meskipun kita tak selalu bertemu. Aku ingin selalu mendengarkan cerita serumu. Aku ingin tahu setiap kabarmu. Aku ingin selalu melihat tawamu. Ya, aku senyaman itu denganmu.
Dan sekarang, aku kembali sendiri. Tidak punya teman di sini. Yang bisa membuatku nyaman menumpahkan semuanya. Yang bisa meluruhkan segala penat.
Aku kembali lagi ke tempat ini. Ya, karena aku rindu padamu. Jangan tanya mengapa. Aku kembali ke tempat ini untuk mengucapkan selamat tinggal secara tidak langsung. Aku kembali ke sini, menikmati udara sore seperti biasa, hanya saja kali ini tanpamu. Dan mungkin untuk seterusnya akan selalu tanpamu.
Kau tahu, sekarang angin di sini sedang kencang-kencangnya. Kau pasti suka. Kau tau, tadi ada kucing yang lari di tengah lapangan karena takut bola yang menuju ke arahnya. Dia lari sekencang mungkin agar bola itu tak mengenainya. Kau tau, tadi aku ditanya oleh fotografer, dan dia bilang aku seperti baru pulang kuliah. Ah, aku ingin ceritakan semuanya padamu. Termasuk perasaanku. Termasuk ucapan terima kasih dan permintaan maafku. Kau tau, langit sore di sini sama indahnya seperti denganmu kala itu. Apakah di sana kau melihatnya juga?
Hei, ternyata aku tak sendiri. Aku ditemani bulan yang terang. Bulan yang waktu itu juga menemui kita berdua. Sekarang dia ada di sini. Dia seperti berkata "Tenang saja, semua akan baik-baik saja. Kau pasti bisa melalui ini. Aku di sini menemanimu". Ketika aku melihatnya, aku langsung teringat kau dan aku menangis. Rasanya aku ingin kau ada di sini juga. Bersama-sama menikmati indahnya bulan. Seperti waktu itu. Maaf, karena aku ingat kau tiap kali aku melihat apapun atau berada di tempat yang pernah ada hubungannya bersamamu.
Sudah ku bilang, aku takut kita akan kembali asing seperti dulu. Aku takut, kita yang akhir-akhir dekat ini, menjadi jauh lagi. Meskipun pertemuan terakhir kita baik-baik saja, tetap saja tak ada yang bisa menjamin hati seseorang. Mungkin kau menjadi tak berkenan atas sikapku, dan berpikir menjauhiku. Aku takut, karena semua sikapku, malah membuat kita menjadi asing nantinya. Aku takut, setelah kau berbicara denganku, kau mempunyai kesimpulan bahwa aku tidak menarik, tidak enak diajak bicara. Sehingga kau tak ingin berbicara denganku lagi. Jangankan berharap lebih, untuk mengharap kau nyaman denganku saja rasanya tak mungkin.
Kadang, aku merasa sepertinya selalu aku yang mengajakmu, selalu aku yang punya pertanyaan, selalu aku yang bertanya terlebih dahulu, selalu aku yang antusias, selalu aku yang inisiatif apapun. Tidak, aku tidak kecewa padamu, hanya saja aku manjadi merasa kau memang tak pernah tertarik padaku, bahkan dari dulu hingga sekarang. Aku merasa, kau memang hanya menganggapku teman biasa, yang tak ada hal istimewanya dariku. Jadi kau tak pernah antusias seperti aku padamu. Tak apa.. Lagi-lagi aku memang harus selalu sadar diri, orang sepertiku mana mungkin membuat langit tertarik. Tak apa. Biar ini jadi urusanku. Perasaanku adalah tanggungjawabku. Dan keputusanku memang seperti ini. Aku selalu mencintaimu sampai batas nanti.
— 30/09/23
0 notes
Photo
WA/CALL : 0821-4300-0456 perusahaan Bm mutimedia adalah suatu perusahaan digital seperti fotografer, desain grafis, pembuatan website, digital marketing dll. Yang lokasinya berada didalam pondok pesantren bahrul magfiroh.
Di perusahaaan BM MUTIMEDIA kami siap untuk menerima jasa dokumentasi acara, jasa dokumentasi wedding, jasa dokumentasi event, jasa dokumentasi video, jasa dokumentasi drone, dan masih banyak Jasa yang lain yang bisa perusahaan kita terimah
https://wa.me/6282143000456
kami siap menerima panggilan di berabagai kota khususnya provinsi jawa timur seperti kota malang, surabaya, sidoarjo, kediri, pasuruan.
KENAPA HARUS DI BM MULTIMEDIA ?
Tim BM Multimedia mempunyai juga memiliki ruang studio foto yang bisa disewa kan untuk streaming webinar, jasa pembuatan foto video, dll. Tim BM Multimedia bisa melayani sebagai berikut :
1. Wedding
2. Prewedding
3. Produk
4. Dokumentasi acara
5. Company profile
6. Engagement
7. Wisudah
8. Travele
9. Maternity
10. Foto ijazah
11. Foto keluarga
12. Foto konten Instagram
Video :
1. Wedding
2. Prewedding
3. Iklan
4. Dokumentasi acara
5. Company profile
6. Webinar
7. E-lerning
8. Konten Instagram
9. travel
Edinting :
1. Undagan wedding
2. Undagan ulang tahun
3. Udangan tasyakuran
4. Undangan akikoh
5. Ucapan animasi ulang tahun
6. Ucapan ulang tahun
7. Brosur
8. Banner
9. Logo
Digital marketing
1. Mantanens istagram
2. Mantanens website
3. Ceo marketing
4. Magang digital marketing
Travel
1. Wisata edukasi kopi
2. Guide gunug
Info pemesanan
WA/CALL 082143000456
WA/CALL 082143000456
https://wa.me/6282143000456
LOK : pondok pesantren bahrul maghfiroh
jl joyo agung No2 malang
0 notes
Photo
(via Poetrafoto sangat totalitas! Tak sekedar motret, banyak motivasi positif luar biasa!) 😍 Poetrafoto sangat totalitas! Tak sekedar motret, banyak motivasi positif luar biasa!
https://poetrafoto.wordpress.com/testimonial/poetrafoto-sangat-totalitas-tak-sekedar-motret-banyak-motivasi-positif-luar-biasa/
#PoetraFoto #UcapanBuatFotografer #Testimoni #Testimonial #Testimony #TestimoniFotografer #FotograferJogja #FotograferPernikahan #FotograferWedding #FotograferYogyakarta #FotograferPernikahanJogja #FotograferPernikahanYogyakarta #FotograferPernikahanIndonesia #FotograferWeddingJogja #FotograferWeddingYogyakarta #FotograferWeddingIndonesia #FotograferIndonesia #JogjaWedding #YogyakartaWedding #WeddingJogja #WeddingYogyakarta #WeddingIndonesia #IndonesianWedding #PernikahanJogja #PernikahanYogyakarta #PernikahanIndonesia
#poetrafoto#poetra foto#ucapan buat fotografer#ucapan terimakasih untuk fotografer#ucapan untuk fotografer#ucapan fotografer#testimoni#testimonial#testimony#testimoni fotografer#testimonial fotografer#fotografer#fotografer jogja#fotografer yogyakarta#fotografer indonesia#fotografer pernikahan#fotografer wedding#fotografer pernikahan jogja#fotografer pernikahan yogyakarta#fotografer pernikahan indonesia#fotografer wedding jogja#fotografer wedding yogyakarta#fotografer wedding indonesia#pernikahan jogja#pernikahan yogyakarta#pernikahan indonesia#wedding jogja#wedding yogyakarta#wedding indonesia#jogja wedding
0 notes
Text
Explanation
Sejujurnya ada banyak sekali hal yang pingin gue sampaikan dari bulan Januari lalu, sejak gue berhasil sidang skripsi. Maap kalau starting pointnya gue selalu bahas sidang skripsi karena gimana engga, perkara skripsi ini dulu adalah hal yang tabu bagi gue, tapi sekarang gue sudah menyelesaikannya bahkan gue udah wisuda juga, tapi sekarang in fact ada banyak hal yang kerasa nyangkut banget di hati gue. Jujur aja semenjak sidang skripsi, semenjak gue kecelakaan, semenjak gue sibuk, semenjak gue ga tinggal di Jogja lagi, semenjak gue pulang sebentar sekitar 18 hari, semenjak gue tinggal di Jakarta yang awalnya gue niatkan untuk healing, gue sampai sekarang ngerasa kalau gue ga benar- benar bisa mencurahkan segala kegundahan di hati gue dari A sampai Z di tumblr ini, selayaknya yang dulu gue lakukan pas masih ngekos di Jogja. Perkara No Graduation Moment Gue ngerasa karena semua hal mengganjal inilah yang menyebabkan gue kaya setengah- setengah tenang, antara udah senang selesai wisuda tapi juga sedih karena ga ada sesi foto2, sesi dapat kado, sesi dapat ucapan selamat dan sesi yaah foto sih yang terpenting sebenarnya bagi gue tuhhhh. Meanwhile di satu sisi, gue juga males foto2 wisudaan, karena gue takut kecewa in case lighting di hari tersebut ga mendukung buat gue sehingga gue jadi keliatan kucel, tanpa peduli gue udah dandan kaya gimana pun. Really. Lagian ada banyak faktor lain yang bikin gue males ngadain prosesi foto wisuda bersama fotografer sewaan: gue ngerasa udah ga layak, gue ngerasa wajah gue udah tua banget sekarang jadi gue males kalau nanti udah keluar banyak biaya buat fotografer, makeup, kebaya dan belom lagi mendatangkan keluarga ke balairung, tapi ujung2nya hasil foto gue nanti ada celahnya yg bikin gue kecewa. Lagian juga body gue sejak korona ini juga buka the best body jadi gue ngerasa ga guna buat foto wisuda. Dengan segala pertimbangan tersebut, yang mana sebenarnya ujung pangkalnya karena faktor biaya juga nih. Jadinya gue harus katakan pada diri gue sekarang kalau gue harus ikhlas buat ga foto wisuda. wkwk. Oke, case close. Throwback ke nulis di Tumblr Dulu pas di Jogja, gue bisa nulis banyak hal di tumblr ini. Ga harus nunggu malam saat suasana udah sepi senyap. Bahkan di perpus saat belum on buat nulis skripsi pun gue juga bisa cuma curcol doang seharian di Tumblr. Di Mcd pun kalau lagi kekenyakan habis makan Panas 1 Spicy gue juga ujung2nya cuma curcol di tumblr. Jujur aja, kehadiran tumblr ini yang comeback lagi setelah dulu di blokir pemerintah Indo sangat membantu sarana dan prasarana gue untuk bercerita. Karena memang gue udah pakai ini dari Jaman SMA, jadi kalau platform curhatnya di ganti, misalnya curcol ke document word yang di protect, maka itu ga akan nampol di hati gue. Karena emang tumblr ini udah melekat banget di jiwa raga gue. But anyway, gue ga mau terlalu menggantungkan juga masalah curcol ini ke tumblr, takut aja kan nanti kalau ini ilang lagi gimana. Sebagai alternatif sih mungkin masih ada second account instagram gue atau twitter, buat bacot2 singkat. Ga jalan- jalan pasca sidang, baik di rumah maupun pas masih di Jogja Selain perkara ga foto wisuda, ini adalah hal kedua yang masih mengganjal di hati gue. Gue ga bisa dapatin kesempatan buat jalan- jalan yang satisfying versi gue semenjak gue sidang. Artinya gue ga serta merta nge-reward diri gue atas pencapain sidang A dan pendadaran A yang udah gue peroleh. Bahkan gue juga ga beli barang apa2 buat diri gue pasca sidang, makan juga ga ada yang special setelah hari itu. Karena gue disibukkan oleh revisi dan berkas yudisium, serta diperparah dengan uang gue yang habis gara2 tes toefl versi mahal. Kalau ditanya jalan- jalan apa yang gue harapkan, maka gue sangat menginginkan jalan2 ke Pantai Gunung Kidul sama teman2 gue atau ga naik gunung, at least sekali ajaa pasca sidang itu udah cukup loh bagi gue. Tapi sayangnya karena kendala jadwal tugas dan ujian teman2 gue, ditambah lagi gue sialnya kecelakaan setelah sidang, gue kaga dapat kesempatan untuk jalan2 terakhir di Jogja. Sedih. Sedih. Sedih. Pokoknya sedih
banget. Ini super gondok banget sih bagi gue ASLI. Naik gunung, nah ini agak tricky sih. Emang sekarang rombongan naik gunung gue udah ga banyak lagi, palingan nih pilihan terakhir yang bisa gue lakukan saat gue udah pengen banget naik gunung yaa ikut open trip dan mengukuhkan tekad untuk join bersama rombongan lain disaat gue cewek pergi sendiri.
Btw, ngomong- ngomong kan kemaren lu pulang tuh 18 hari. Coba deh liat privilege yang elo punya. Ayah udah pensiun, jadi di rumah aja tiap hari yang mana elu bisa dong jalan2 kapan aja sama ayah lo, dan kemaren juga bukan sekali dua kali ayah lo ngajak2in elo jalan2 selama di rumah. Tapi in fact, yang terjadi adalah elo selalu ngantuk, capek dan lelah, trus ujung2nya cuma berantem sama ayah lo karena nolak diajak jalan2. Plis deh, parah banget ga sih gue pas di rumah itu, masa cuma makan di dua cafe yang mana2 dua2nya kemaren ga satisfying dan gue juga ga ambil banyak foto. Guenya keburu males pokoknya.
Ngomong- ngomong soal jalan- jalan selama di rumah, sebenarnya dari hati terdalam gue punya alasan tersendiri yang bikin gue mager jalan2 di rumah:
-Gue ngerasa ga ada tempat yang bagus, karena gue punya standar tersendiri.
Ibaratnya kalau diajak ke alam2 hijau dan sawah yang lagi hits di daerah gue, gue ngerasa ga worth itu karena standar jalan2 ke alam gue adalah NAIK GUNUNG. Kalau ga naik gunung, gue ga puas, dan mending ga usah pergi sama sekali. Beneran deh, bukannya gue sombong, tapi gue ga ada sensasi sama sekali kalau cuma foto2 ditempat wisata alam yang mana tempat itu udah mainstream dan banyak emak2 yang juga foto disana. Plis deh, kalau bagi gue mah itu, cuma bikin capek dan ngabisin bensin.
-Gue benci sejak ada si emakT, gue ngerasa hidup gue di rumah jadi banyak halangan dan hambatan. EMANG ga serta merta dilarang tapi, secara tidak langsung kalau mau ngapain2 tu harus mempertimbangan dia gitu loh. Apalagi mikirin anaknya juga yang sekolah sampe Sabtu. PLIS deh anjir masa cuma gara2 anak lu sekolah gue gajadi jalan2. Harusnya lo toleransi dari sisi gue yang mana gue ini anak rantau, jarang pulang dan waktunya terbatas untuk jalan2 sama ayah gue. Tapi gara2 anak sombong lo itu tuh, gue jadi harus toleran. Udahlah anjir gue ga mau bahas elo, nyebut nama lo dikit aja gue langsung emosi, kayanya setan2 langsung bereaksi ngomporin gue dan bikin emosi gue meluap. Oke mari kita tutup bahasan sensitif ini.
- Selain karena faktor diatas, gue mau mengakui ada keterbatasan lain yang membuat gue ga bisa jalan2 dengan bebas selama di rumah. Faktor gue habis kecelakaan dimana gue jadi ga terlalu berani bawa motor, apalagi bawa motor keluar daerah, faktor gue mau berhemat selama di rumah buat save uang untuk hidup di kos nanti, faktor gue demam 3 hari pertama selama di rumah, faktor gue yang mabuk parah dan cukup trauma dengan jalan lika liku di rumah. Ini sih bener bener alasan de facto yang akhirnya gue ga jalan jalan kemana-mana selama di rumah.
Yaps, dengan demikian sudah jelas ya sekarang duduk perkara ini, ga ada healing sama sekali selama di rumah. Lo harus mengakui dengan sadar keterbatasan itu, jadi ga ada nyesel2 dan bertanya2 lagi tentang kenapa elo ga jalan2 kemaren pas di rumah. Anyway, untuknya lo ga lama2 di rumah, yang berbulan2 kaya dulu, karena 18 hari aja udah cukup bikin ayah lo naik darah karena berdebat tiap hari, apalagi kalo lu sampe berbulan2 bahkan sampai hari lebaran, kebayang ama gue pertumpahan darahnya kaya apa. At least, di momen pulang kali ini, satu hal yang berubah dari gue adalah gue ga berantem sama sekali sama istri bapak gue. Iya, setidaknya gue udah bisa mengendalikan yang satu itu. Meskipun anehnya pulang kali ini malah isinya perdebatan dan berantemnya gue sama bapak gue yang dulu2 jarang terjadi, atau ga separah sekarang. Next Topic: Alasan gue cuma sebentar di rumah dan memilih ngekos Menjemput kembali mimpi gue dan explorasi kota kaya dulu Me time, aesthetic life, around Jakarta Knowing Yourself (throwback lagi mimpi2 gue dulu saat gue dihambat oleh status yang belum S.T, recall lagi apa yang dulu pengen banget gue lakukan, ingat lagi momen gue ngonten tiktok, survey supplier buat bisnis, sedangkan sekarang nih saat gue udah di Jakarta pun yang dekat dengan supplier gue malah kaya gini)
Jangan terpenjara oleh pikiran mu sendiri Gini ya, masa gara2 status lo yang masih FG trus lo ngerasa minder buat olahraga di pagi hari, like elo minder sama orang2 di jalanan yang berangkat kerja yang which is ga nganggur dan elo mikir lo bakal ngerasa terintimidasi saat jalan2 kaki di rush hour disaat semua orang hidupnya jelas yaitu berangkat kerja sedangkan elo cuma jalan santai2 aja ngitarin kota (buat olahraga, buat beli makan atau sekedar ke warung). Plis deh, justru mereka ngiri kali liat lo, 100% pasti mereka mikir lo enak WFH, ga masuk pagi, ga harus ke kantor, ga harus bertarung di jalanan, ada space waktu di pagi hari buat olahraga, masih muda tapi udah enak bisa olahraga pagi dan ga harus mulai kerja dari pagi. Plis, lo coba deh liat dari perspektif mereka. Jangan ngerasa terintimidasi duluan gara2 ngeliat kendaraan banyak di jalanan dan elo ngerasa ga seproduktif mereka. Plis plis. Sekali lagi. Banyak banget yang ngiri sama kehidupan yang elo miliki saat ini. Catat deh itu.
2 notes
·
View notes
Text
Sampai Jumpa (Cerpen)
Tiga tahun lalu, aku sedang berdiri di depan Gedung Auditorium kampusku. Berdiri anggun dengan Ayah dan Bunda di sisiku, tersenyum menghadap kamera seorang fotografer yang memang disediakan untuk mengambil momen wisuda ini. Beberapa teman melirikku dengan senyuman, mengingat bagaimana perjuanganku mendapatkan selendang berwarna emas dengan tulisan Cumlaude.
Selesai berfoto, aku meminta orangtuaku untuk kembali ke dalam mobil, khawatir kelelahan karena sesi wisuda ini benar-benar menguras energi. Aku sendiri akan menyapa rekan seangkatanku untuk berfoto bersama. Foto penutup sebelum pada akhirnya kami kembali ke tanah kelahiran dan mengejar mimpi masing-masing. Hanya ada canda tawa dan ucapan riuh rendah dari kerumunan manusia.
Aku melihat ke kanan dan kiriku, mencari sosok yang aku sendiri tidak yakin akan datang atau tidak. Setelah 15 menit berkutat menatap sekeliling, aku akhirnya mengetuk ujung sepatuku ke aspal, merasa kesal tanpa alasan yang jelas. Lelah, akhirnya aku memutuskan untuk kembali saja ke mobil. Ayah dan Bunda pasti telah menunggu lama.
Baru dua langkah, seseorang memanggil namaku kencang, diikuti dengan suara langkah cepat. Suara yang sama sekali tidak asing membuatku menoleh dengan sedikit senyum masam namun mata berbinar.
“Mel, aku minta maaf, aku terlambat” katanya sambil mengatur napas
“Tidak apa-apa, kenapa harus minta maaf” jawabku seadanya
“Ini, untuk kamu, selamat wisuda ya Mel” katanya sambil menyerahkan bucket bunga yang cukup besar
“Uhm, terima kasih. Ini… Besar sekali hehe” jawabku malu-malu
“Begitukah? Aku tidak pernah membeli bunga sebelumnya, jadi aku tidak tahu. Maaf jika terlalu besar, seharusnya aku beli yang agak kecil ya” keluhnya sambil menggaruk kepalanya
“Ahahaha, tidak apa-apa, aku senang, karena semua bunga ini bunga paling besar yang ku dapat hari ini. Terima kasih banyak” jawabku dengan sedikit kekehan.
Ia tersenyum mendengarnya lalu memanggil seseorang untuk datang dengan sebuah kamera di tangan
“Ayo, Mel, kita belum foto bersama” katanya lembut. Segera mengambil posisi tepat di sebelahku dengan menggenggam sebuah tas kecil di tangan kanan.
Dan tanganku di tangan kirinya.
Malamnya, aku kembali ke ibukota, tempat dimana rumahku berada. Meninggalkan kota Semarang dengan jutaan memori di dalamnya yang telah terukir selama 4 tahun. Suka duka, tawa air mata, bahagia dan segalanya.
Tanpa sadar, aku menitikan air mata. Ada rasa tidak rela meninggalkan tempat ini, namun hidup memang tidak akan berhenti sampai di sini. Aku memang tidak tahu apa yang menantiku di masa depan, jadi mulai hari ini ku putuskan untuk menutup lembaran lama untuk dibingkai dengan apik.
Bosan menanti waktu pulang, aku membuka media social. Ada banyak sekali direct message dan chat dari berbagai media social yang belum ku buka. Bersyukur sekali dikelilingi manusia baik dimanapun aku berada.
Hingga salah satu postingan membuat mataku membola. Fotoku dan seseorang, diposting dengan caption sederhana “selamat wisuda, Mel”, tidak lupa mention ke akun pribadiku. Sosok yang tidak pernah upload foto dan update apapun selama hampir satu tahun. Jelas saja kolom komentarnya dibanjiri kalimat-kalimat ledekan dan juga… selamat?
Aku tersenyum dan ikut mengisi kolom komentar dengan “Thank you untuk ucapan dan bunganya”. Tanpa emote, tanpa tanda baca. Berbanding terbalik dengan isi hati dan kepalaku yang meriah merona. Perutku terasa tergelitik entah karena apa. Yang jelas, aku bisa pastikan notification bar di handphoneku tidak berhenti bergetar hingga esok hari.
“Astaga, Mel, kamu kenapa masih di sini?” seseorang membuyarkan lamunanku tentang masa lalu
“Kamu kan bisa bicara dengan nada yang lebih tenang” jawabku kesal
“Oh iya aku lupa masih pakai earphone ehehe, maaf, maaf. Eh serius, kamu kenapa masih di sini? Menunggu sesuatu?” tanyanya lagi, kini duduk di hadapanku
“Iya, ada yang ingin ku temui. Seharusnya dia datang sebentar lagi” jawabku sambil meminum caramel macchiato di tanganku
“Jangan bilang, kamu menunggu dia” tanyanya penuh selidik
“Iya, dia” jawabku santai
“Astaga, Carmell, setelah 2 tahun, masih saja satu nama ya. Keren kamu” katanya sambil tertawa
“Ini sebuah pujian?” tanyaku ketus
“Bisa iya, bisa tidak. Sesukamu saja menganggapnya apa. Ah, aku harus pergi, kamu baik-baik sendirian ya jomblo” ledeknya sambil tertawa
“Ah sial haha.. Oke hati-hati, Val” balasku tulus
Sepuluh menit setelah Reyval pergi, orang yang ku tunggu tiba. Ia memberikan senyuman khasnya yang tak pernah berubah. Dia duduk setelah memesan secangkir Americano.
“Apa kabar?” tanyanya, basa-basi
“Baik, aku rasa kamu juga baik dan berbahagia” jawabku hangat
“Well, aku bersyukur kita masih bisa bertemu dengan kondisi yang menyenangkan. Kamu kerja dimana sekarang?”
“Lumayan jauh dari sini, satu jam dengan menggunakan pesawat, menyeberang pulau”
“Tunggu, tunggu, kelihatannya jauh. Ah, pantas saja kamu sulit ditemui”
“Aku memang sengaja sembunyi, bukannya sulit ditemui, haha”
“Oke sekarang aku merasa seperti virus yang harus dijauhi”
“Anggap saja begitu” jawabku santai sambil menyesap kembali caramel macchiato yang semakin dingin
“Hey, aku kira kita sudah berbaikan”
“Memang sudah. Kamu kira aku akan menyempatkan diriku untuk bertemu denganmu jika kita masih ada masalah?”
“Hahaha iya benar juga”
Terdapat hening panjang yang menenangkan di antara kami. Hanya terdengar suara live music dari café ini dan suara pengunjung lain bercakap-cakap. Lalu lintas di luar terlihat lancar, lalu-lalang mobil dan motor mempercantik jalanan di kota ini. Ah, terasa sudah sangat lama aku meninggalkan ibu kota, padahal baru sebentar.
“Aku ingin memberikan ini untukmu, Mel” katanya memecah keheningan. Aku melirik tangannya yang kini memegang sebuah bingkai kecil. Agak terkejut ketika tahu ada gambar wajahku di dalamnya
“Bagus sekali, luar biasa. Kapan kamu menggambar ini?” tanyaku sambil menerima bingkai itu
“Dua tahun lalu, sebelum kamu pergi” jawabnya
Lagi-lagi hening menyelimuti kami. Kali ini keheningan ini terasa mencekik. Masing-masing kami bergulat dengan isi kepala dan isi hati. Ingin mengatakan sesuatu namun semua terasa tersangkut di lidah. Kelu, takut salah ucap. Tapi aku ingin segera menyelesaikan semuanya.
“Ini gambar yang indah, aku kagum padamu. Selalu. Aku bahkan tidak tahu pernah bergaya seperti ini” kataku berusaha mencairkan suasana
“Ingat waktu kita menjadi panitia acara fakultas? Dea meminjam kameraku untuk dokumentasi. Di kosan, aku melihat-lihat hasil jepretannya, dan aku menemukan foto ini. Aku tahu dia mengambil fotomu diam-diam, karena kamu sangat sulit untuk difoto. Hingga saat ini, hanya aku yang memegang foto itu” terangnya panjang lebar
“Ah, terdengar sedikit menakutkan, hahahaha..” tawaku renyah
“Surprisingly, aku awalnya ingin memberikan gambar ini saat akan ke Jakarta, dua tahun lalu. Tapi aku urungkan, khawatir kamu tidak ingin menerimanya. Jadi ku simpan saja”
“Hingga akhirnya kamu tidak lagi memiliki alasannya untuk menyimpannya. Iya kan?”
“Jika boleh jujur, aku ingin menyimpannya hingga aku tua. Tapi aku rasa ini tidak adil untuk siapapun. Jadi ku putuskan untuk memberikannya padamu di saat yang tepat. Dan… yeah, ku rasa hari ini adalah hari yang tepat”
“Terima kasih, ini akan ku simpan dengan baik”
“Terima kasih juga sudah mau menerimanya, Mel”
“Well, sudah terlalu malam, aku harus pulang”
“Ayo, di jadwal tertera kereta jalur 2 akan datang 15 menit lagi”
Kami berjalan kaki ke stasiun. Jarak café dan stasiun tidak jauh, ditambah lagi perbincangan kami yang sangat ringan mengalir begitu saja. Aku merasa seperti baru kemarin tidak berjumpa dengannya. Nyaman dan terasa aman.
Setibanya kami di stasiun bertepatan dengan datangnya kereta kami. Kondisi sedang sepi, mungkin karena sudah cukup malam dan memang sedang akhir pekan. Kami duduk bersisian, mendengarkan deru kereta sambil menikmati pemandangan ibukota kala malam.
“Kamu baik-baik saja di sana, kan?” tanyanya
“Seperti yang terlihat, aku selalu bisa menjaga diri. Kamu baik?”
“Baik. Walau tidak sebaik tiga tahun lalu”
“Ayolah, Daffa. Ku mohon. Kita sudah membahas ini berkali-kali”
“Setelah kepergianmu, aku menyadari hanya kamu yang sejak dulu mengisi kepalaku. Jujur, hingga saat ini aku sama sekali tidak bisa melupakanmu dan menanti hingga kamu mau kembali”
“Aku baik-baik saja dengan kehidupanku sekarang”
“Aku tidak”
“Itu urusanmu”
“Apa tidak ada sedikitpun yang tersisa di hatimu?”
Aku diam, tidak ada niat untuk menjawab secara lisan. Hingga tiba-tiba ponselku berbunyi. Menampilkan nama seseorang yang membuatku tersenyum secara tidak sadar. Menjawab telponnya dengan sedikit tawa dan ucapan selamat malam.
“Satu stasiun lagi aku turun. Terima kasih atas waktu dan gambarnya ya, Daffa”
“Carmell. Aku sekali lagi minta maaf”
“Aku sudah memaafkanku. Tidak apa-apa”
“Hmm.. Suatu hari nanti, mungkin kamu bisa mengenalkanku dengan tunanganmu”
Aku terdiam beberapa saat sebelum menjawab
“Tentu. Kamu juga ya, bawa pasanganmu nanti. Ah, aku harus turun. Sampai jumpa, Daffa”
Dia hanya tersenyum tanpa arti
2 notes
·
View notes
Text
Kenapa saat ini, semua orang sepertinya harus membagikan moment bahagianya di seluruh media sosial yang dia miliki? Semua seakan berlomba untuk menyewa fotografer professional dan menghabiskan banyak uang untuk dekorasi, demi menghasilkan foto yang indah dilihat.
Kemudian foto itu di bagikan oleh temannya, disertai dengan ucapan selamat. Lalu di repost kembali oleh ahli hajat, dengan balutan ucapan terimakasih.
Bukankah lebih indah proses memberikan ucapan selamat atau doa itu dengan bertemu langsung ? Jika memang tdk memungkinkan, bukankah lebih indah dengan wasilah voice message, telpon gratis di WA, atau mungkin video call?
Karena naas sekali, jika ucapan dan repost itu hanya terjadi pada postingan semata. Tanpa adanya interaksi langsung antar 2 manusia itu. Seakan post dan repost menjadi penyampai doa dan ucapan terimakasih, padahal itu hanya barisan code pemrograman yang diciptakan manusia, Tidak lebih.
Memang teknologi sudah berkembang jauh, tapi menjaga silaturrahim tidak begitu juga caranya. Ego dan eksistensi telah memberdayakan hati, sampai seperti itu.
Saya juga bukan orang yang tak punya salah, hanya saja selalu berfikir. Mengapa media sosial saat ini sudah tidak lagi maya, melainkan menjadi nyata.
- rumah 21122020
3 notes
·
View notes
Text
Tentang MAMA
Hari ini aku ingin menuliskan tentang perempuan hebat dalam hidupku; mama.
Mama adalah orang yang tidak terlalu suka difoto. Maka tidak heran, sampai usiaku 23th aku belum pernah berfoto bersama beliau. Setiap selesai kelulusan, pastilah mama hanya meminta tolong bapak-bapak fotografer untuk mengambil gambarku. Ketika ditawarkan untuk ikut foto, beliau menolak.
Aku sempat berada di posisi merasa iri dengan teman-temanku yang bisa kapan saja foto bersama mamanya, aku sempat merasa iri dengan teman-temanku yang sering mengunggah foto bersama mamanya ketika sedang santai rebahan, liburan, dan lebaran. Aku sempat merasa iri dengan teman-temanku yang bisa mengunggah bermacam-macam foto mamanya ketika beliau ulang tahun.
Seiring berjalannya waktu, aku mulai mencoba memahami kondisi ini. Setiap orang memiliki karakter yang berbeda, dan mungkin saja bukan hanya mama yang seperti ini. Mungkin ada mama-mama lain yang sama seperti mamaku, namun anak mereka tidak menuntut atau bahkan tidak mempermasalahkannya.
Seiring berjalannya waktu, aku mulai mencoba memahami, bahwa mengunggah foto mama saat hari ulang tahunnya mungkin akan membahagiakan dan mengharukan, namun kebahagiaan itu banyak bentuknya tak berpatokan hanya dengan foto bersama lalu mengunggahnya di sosial media saja. Mama pasti akan berlipat-lipat bahagianya ketika aku mendoakan beliau dengan tulus, mendengarkan cerita beliau, membantu membereskan pekerjaan rumah, memijat badan beliau yang pegal dan lelah karena bekerja seharian.
Letak kebahagiaan tiap orang berbeda. Saat ini mungkin mama tak membutuhkan ucapan selamat ulang tahun lengkap dengan fotonya yang ku unggah di sosial media, tapi mama pasti akan berlipat-lipat bahagianya ketika tahu bahwa aku diterima di tempat aku melamar kerja, mama pasti akan berlipat-lipat bahagianya ketika tahu bahwa aku sudah bisa memasak makanan-makanan kesukaan papa dan adik, dan mama pasti akan berlipat-lipat bahagianya ketika tahu bahwa setiap hari hafalan Quranku bertambah.
~~
Aku tahu harapan baik setiap mama pasti begitu banyak untuk anak-anaknya; begitu pula mamaku. Maka setiap mama ulang tahun, setiap aku ulang tahun, setiap pergantian tahun, bahkan setiap malam menjelang tidur aku selalu menanyakan pada diriku sendiri: 'Sudahkah mewujudkan harapan-harapan mama?', 'Sudahkah menjadi anak yang menyenangkan hatinya?' tapi kok rasanya sampai saat ini jawaban dari pertanyaan itu masih tetap 'belum' yaa?
Padahal aku tahu, seiring berjalannya waktu aku akan semakin menua, mama pun begitu. Lalu kapan aku bisa mengatakan 'ma, Kaka hafalannya sudah tambah banyak', 'ma, Kaka habis gajian mama sedang butuh apa, biar Kaka belikan' , 'ma, uang untuk sekolah adik sudah Kaka transfer' dan 'ma.. ma.. ma' membahagiakan lainnya. Semoga Allah meridhoi dan memberkahi setiap usahaku untuk membahagiakan mama, semoga harapan mama untukku bisa cepat dan tepat terwujudkan. Aamiin
~~
Permohonan Maaf
Di tanggal 6 Juni kali ini, di usia mama yang ke-44 ini, aku ingin memohon maaf sedalam-dalamnya atas setiap harapan mama untukku yang belum tercapai. Aku ingin memohon maaf sedalam-sedalamnya atas setiap sikap dan kata-kata ku yang masih saja melukai hati. Aku ingin memohon maaf sedalam-sedalamnya atas caraku mencintai dan menyayangi mama yang mungkin belum beliau rasakan sepenuhnya.
Sejujurnya, aku sedang berusaha dan berjuang di setiap waktu ku untuk menjadi anak shalihah mama; yang sikapnya manis, yang hatinya lembut, dan penuh cinta yang cintanya bisa mama rasakan setiap saat.
Sejujurnya, aku sedang berusaha dan berjuang di setiap waktu ku untuk menjadi anak shalihah mama; yang selalu sigap membantu mama, yang selalu ada untuk mama kapanpun beliau butuh, dan yang selalu menjaga mama serta siap pasang badan kapan saja.
'Mama, ku mohon agar cinta tulus dan doa-doa terbaikmu untukku selalu mengalir, tak pernah habis, dan takkan berhenti. Selalu setia sepanjang masa.'
~~
Terima kasih
Di tanggal 6 Juni kali ini, di usia mama yang ke-44 ini, aku ingin berterima kasih sedalam-sedalamnya atas setiap cinta tulus dan setia yang mama beri setiap waktu. Aku ingin berterima kasih sedalam-sedalamnya atas setiap doa-doa terbaik yang dirapalkan untukku setiap waktu. Aku ingin berterima kasih sedalam-sedalamnya atas setiap dukungan dan kepercayaan yang senantiasa mama berikan padaku. Aku ingin berterima kasih atas kekuatan dan setia mama dalam membersamai papa, aku, dan adik bertahun-tahun lamanya. Aku ingin berterima kasih atas setiap kesabaran dan kelapangan hati mama dalam menghadapi beragam macam lika-liku hidup.
'Mama, terima kasih telah bertahan dan berjuang sampai detik ini. Semoga Allah menghadirkan ketenangan dalam hidupmu dan menghadiahkan surga untukmu, kelak di akhirat.'
~~
Tentang foto
Beberapa hari yang lalu, aku temukan foto lama dan telah usang. Aku langsung mengenali orang yang ada di foto itu. Ya, itu foto mama bersama beberapa orang. Aku mencari foto beliau yang lain, tapi nihil. Aku tak menemukannya.
Seketika foto itu, aku foto menggunakan kamera hapeku, dan langsung terpikirkan untuk mengunggahnya ketika hari ulang tahunnya -tentunya dengan memotong orang-orang di sampingnya, hingga yang nampak hanya wajah mama seorang. Ku edit dengan editan sederhana. Tadaaaaa.. Jadilah foto yang sekarang sedang terpampang itu. Seperti ini saja sudah bahagia.
Meskipun mama tak suka difoto, tapi aku tetap berharap... semoga Allah mengizinkan aku dan mama untuk foto bersama ketika hari pernikahanku. Aamin
~~
"Mama,
Barakallah fii umrik.
Semoga keberkahan, curahan rahmat dan kasih sayang Allah senantiasa menghiasi hidupmu.
Mohon maaf atas segala khilafku dan terima kasih yang tak terhingga atas setiap cinta dan ikhlasmu" ❤️
2 notes
·
View notes
Text
Aku bukanlah seorang peratap atas sebuah peristiwa kehilangan. Bagiku, datang dan pergi adalah peristiwa yang biasa. Yang datang pasti pergi, dan yang pergi akan berganti. Begitulah hidup dalam pemikiranku yang dingin.
Sampai pada titik aku membongkar kembali folder lama. Dan menemukan yang nyaris tak kusadari sebelumnya. Kita. Dalam satu frame gambar. Ya, hanya kita. Meski bukan gambar yang terencana, hanya ulah fotografer yang iseng mengambil peristiwa.
Namun sialnya, itu sudah cukup membuatku merasa kehilangan. Tentangmu, tentangku, tentang diary dan pensil yang kerap kali kita bicarakan. Kau katakan bahwa aku ibarat pensil yang bebas menuliskan apapun. Dan kubilang kau adalah diary tempat aku menuliskan semuanya.
Aku ingat, pada suatu waktu di pendopo itu. Ku baca email darimu. Setelah sebelumnya aku tahu kau sangat membenciku sebab dingin dan pemarahnya aku. Dan kupikir kau hanyalah adik tingkat yang kekanakan.
Tapi email itu mengubah segalanya. Kita saling tahu, kita saling memahami. Cukup dalam. Bahkan mungkin terlalu dalam.
Dan dari sanalah segalanya bermula. Kita mulai bertukar cerita. Dari bertanya kabar, sampai bertukar pesan. "Stay strong like you always be" begitu kau selalu bilang saat kurapuh. Payahnya, sejak itulah aku merasa membutuhkanmu. Kau adalah orang yang mampu membaca diriku begitu dalam. Kau adalah orang yang mampu melanjutkan bait puisiku, dan kau adalah....ah, aku kehabisan kata.
Luar biasa. Detik demi detik kita lalui dengan luar biasa. Sampai pada satu titik, Monjali malam itu. Kau dengan tetesan air mata. Dan aku yang menahan air mata. Sebab sebuah keputusan besar yang harus kau ambil karena kedatangan seseorang. Dan aku yang masih banyak alasan.
Pendopo itu, tempat kita bermula. Dan di pendopo itu pula kita berakhir. Tak pernah ada akad apapun di antara kita. Kita hanya saling tahu. Sebab hati memang dipilih, bukan memilih. Dulu hati kita saling dipilih satu sama lain. Tapi pada akhirnya, kita sadar bahwa ucapan selamat tinggal adalah yang terbaik.
Dan di hari bahagiamu, aku datang. Dan mata kita bertemu. Dan kita saling tahu. Cukuplah kita yang saling tahu. Lewat lensa kamera itu, kusaksikan engkau bersamanya. Berakhir sudah, kataku.
Tujuh tahun berlalu. Aku sudah nyaris melupakan. Tapi yah, biar bagaimanapun sejarah adalah tetap sejarah. Setidaknya sekarang kita sudah bisa bertegur sapa, dan memastikan bahwa semuanya baik saja. Kita masih bisa melanjutkan kehidupan, sebagai teman.
Tulisan ini? Yah, hanya ekspresi kehilangan. Atau sekadar mengenang. Bukan untuk mengulang.
Terimakasih, diary...
1 note
·
View note
Text
Hari Bahagia Itu 15 Juni 2019
Assalamualaikum, Tumblr. Akhirnya nulis lagi nih setelah sekian lama. Gitu memang akutu kalo lagi bahagia, bawaannya males mikir. Jadi nggak ada bahan bakar untuk nulis deh. Hehehehe
Di tulisan ini, saya ingin bercerita tentang hari bahagia kami beberapa waktu lalu. “Kami”?! Iya, “kami”. Karena hari berbahagia yang saya maksud adalah hari pernikahan saya. Eh. Kami. Kekekeke~
Sebelumnya saya memang jarang sekali membagi cerita saya dan pasangan, tapi boleh dong kali ini saya berbagi kisah di hari itu dan prosesnya. Proses persiapan acaranya aja ya maksudnya. Kalo proses hubungannya biarkanlah tetap menjadi konsumsi segelintir orang sahaja..
Jadi tuh alhamdulillahnya saya dapat suami -- waktu itu masih calon -- yang sevisi, yaitu dalam hal memandang prosesi pernikahan; kami sama-sama ingin acara yang sederhana namun berkesan bagi tamu yang datang. Tentu saja kesan yang baik yaa.. Dan yang pasti kami ingin menekan budget karena berpikiran sayang uangnya untuk acara sehari saja. Kami tau sih pernikahan itu sesuatu yang sekali seumur hidup, tapi bukan berarti kami boleh berfoya-foya hanya karena alasan itu. Perjalanan masih panjang, bro! Wk.
Walaupun demikian, kami tetap ingin maksimal. Boleh biayanya sedikit, tapi kami tetap ingin memuliakan tamu. Oleh karena alasan itu lah, kami membatasi tamu yang datang, sesuai kemampuan kami untuk membiayai catering. Kita pasti tahu sama tahu, jantungnya dari pernikahan itu ada di makanannya bukan?! Hehehehe
Dengan demikian, hal pertama yang kami lakukan adalah menghitung jumlah anggota keluarga masing-masing -- yang jumlahnya ternyata cukup banyak. Setelah itu, kami pun menghitung teman-teman dekat yang ada di ring 1 inner circle kami. Ketika angkanya sudah didapat, kami survey tempat mana yang potensial dijadikan venue acara kami.
Oh iya, lupa bilang. Sebelum hitung-menghitung, kami terlebih dahulu membuat konsep pernikahan kami sendiri. Sampai KV (key visual)-nya pun kami yang rancang. Kebetulan suami saya memang bergelut di dunia event organizer, jadi dia sedikit banyak paham yang seperti itu. Btw, nikahan kami kemarin benar-benar DIY alias do it yourself! Apa-apa kami kerjakan berdua dan tentunya dengan bantuan keluarga. Mulai dari konsep, susunan acara, perintilan desain undangan, buku tamu, cue card MC, ide souvenir, playlist untuk dimainkan band, teks MC, bahkan teks sungkeman pun kami susun sendiri dengan bantuan Google juga untuk mencari ide. Kostum pun kami yang desain dan cari kain sendiri, lalu ibu saya yang menjahitkan untuk kami. Asyik yaaa, hehehe..
Konsep nikahan kami ini sedikit private dan intimate. Jadi memang nggak terlalu banyak tamu, kurang lebih hanya 500an kepala. Kalau nggak salah 550 kepala. Demi menjaga konsep tersebut, kami sepakat untuk nggak mau terus berdiri di pelaminan dan lebih berbaur dengan tamu. Jadi, kami hanya berdiri di pelaminan di awal untuk salam-salaman dan di akhir untuk berfoto-foto. Di tengah-tengah acara, kami berkeliling menghamipiri tamu dan mencari minum! XD
Yang bekerja ekstra akibat konsep itu tentu saja fotografer! Hahaha. Untungnya dari beberapa waktu sebelum acara, kami sudah mengakrabkan diri karena tim fotografer memang temannya adik ipar saya. Walau begitu, mereka juga menikmati dan nggak mengeluh sama sekali. Asyik kan! Baik kan! Hahahaha
Wah, udah panjang juga ya ternyata tulisannya dan kurang terstruktur. Baiklah, dari sekarang, saya akan mencoba menceritakan berdasarkan perintilan apa saja yang dikerjakan.
Konsep
Kami menggunakan konsep sederhana, intim, dan menyatu dengan sekitar. Jadi, kami memilih warna putih dan hijau untuk memenuhi konsep kami itu. Yang paling ketara menyatu dengan sekitar alias merakyat adalah kostum sarung! Bukan cuma pengantin dan orang tua pengantin yang memakai sarung, tapi juga keluarga cukup besar dari kedua belah pihak. Sekilas jadinya mirip santri-santri. Eh atau pengantin sunat ya?! Hahahaha
Untuk konsep secara umum, kami membuat manual book yang dapat diakses online oleh orang-orang yang bersangkutan. Semuanya ada di sana.
Kurang lebih seperti ini penampakannya.
Semua yang kami rasa penting, kami sematkan di sana.
Kostum sarung yang saya maksud.
Venue dan Catering
Pawon Pitoe Bungur, Bandung
Setelah mengonsep, venue menjadi sesuatu yang krusial karena sangat berperan dalam menyampaikan pesan yang ingin kami sampaikan, yaitu sederhana, intim, dan kekeluargaan. Setelah survey beberapa tempat baik online maupun offline -- dan cukup alot diskusinya -- akhirnya terpilih lah tempat yang sesuai dengan konsep itu dan disetujui semua pihak. Kami memang berencana untuk mengadakan pernikahan di tempat makan saja karena dirasa lebih praktis dan tidak perlu membayar tempat, cukup biaya makan per pax saja. Selain itu, kalau di tempat makan, sudah pasti pegawainya profesional dan piawai dalam menyajikan makanan. Dan terbukti demikian adanya. Alhamdulillah.
Cakep kan venue-nya. Jadi kami hanya perlu sedikit effort dan tentu saja budget yang lebih sedikit untuk mendekornya. Untuk makanannya juga nggak diragukan. Setelah acara, beberapa tamu berkomentar kalau makanannya enak-enak. Sambal matahnya, iga bakarnya, sop iganya, risolnya, dan lain-lainnya..
Sayang, di dokumentasinya cuma sedikit makanannya. Hehehe
Dekor
@october.wedding
Untuk urusan ini, yang lebih banyak menyumbang ide adalah kami berdua dan ibu mertua saya. Selera beliau bagus dan tahu banyak tentang perdekoran dengan cukup detail. Saya pun bawel terutama urusan perbungaan, kalau suami lebih ke layout. Sempat ketemu vendor yang direkomendasikan oleh pihak venue, tapi ternyata kami kurang sreg. Eh qadarullah jodoh sama @october.wedding yang ternyata merupakan teman dari teman saya. Dan ternyata lagi, kami cocok karena sesama aneh. Hahaha, tapi yang jelas, dia sangat berusaha mengerti kemauan kami dan dekornya menyesuaikan budget yang kami alokasikan. Bukan kebalikannya. Kurang baik apa. Hehehe
Masuk venue langsung disambut ini
Tempat akad
Pelaminan
Emang akutu maunya pakai baby’s breath :D
Dokumentasi
Monsoon
Alhamdulillah kami punya kenalan yang bisa bantu kami dan timnya asyik. Namanya Monsoon Photography. Dikelola oleh sepasang kekasih yang sebentar lagi akan menikah.
Poin-poin pentingnya udah ya. Sekarang kita masuk ke perintilan desainnya..
Undangan
Ini sempat jadi perdebatan sih. Kami menginginkan undangannya hanya digital dan disebar via personal chat. Mumpung orangnya sedikit, jadi kami bisa sekalian menyambung silaturahmi lagi saat chat itu. Orangtua masing-masing kami beri pengertian bahwa undangan cetak itu memakan biaya dan ujung-ujungnya akan jadi sampah juga. Alhamdulillah kami akhirnya sepaham. Desain pun kami buat sendiri, lebih banyak suami yang terlibat secara teknis. Saya banyak komentarnya aja kayak klien :P
Cover-nya aja ya yang tak share..
Oh iya, tadi saya bilang kalau tamu undangannya sedikit. Padahal sebenarnya teman kami cukup banyak. Lalu gimana dong? Nah, sebenarnya kalau kami punya dana tak terbatas, inginnya mengundang semua orang yang kami kenal supaya bisa merasakan keseruannya. Sayangnya, kami nggak setajir itu. Hehehe
Saya pribadi berprinsip lebih baik minta izin daripada minta maaf, jadi saya sebar informasi bahwa saya akan menikah ke grup-grup chat yang saya punya. Namun tidak membubuhkan informasi tanggal dan venue. Tujuannya untuk mengabarkan bahwa saya akan menikah agar tidak terjadi fitnah dan juga untuk meminta doa dari mereka. Saya merasa lebih baik demikian daripada diam-diam saja, lalu mereka tahu dari orang lain dan saat mengkonfirmasi ke saya, saya hanya minta maaf. Begitu. Sebetulnya ada perasaan nggak enak hanya bisa mengundang sedikit. Tapi kalau mau ngundang semuanya, kapan gue nikahnyaaa. Hehehehe, maaf sedikit egois ya..
Oke, curhatnya udah dulu. Sekarang lanjut ke perintilan lain..
Buku Tamu
Kalo ini saya yang susun dari objek-objek yang ada.
Souvenir
Ini ucapan terima kasihnya aja.
Nggak nyambung memang komiknya. Hahahaha, tapi yang penting ada sentuhan personalnya. Gambarnya yang buat suami saya. Kata-katanya diskusi berdua. Niat kami ingin menghibur. Tapi apa daya kalau jadinya malah membuat kesal. Wkwkwk, tapi setidaknya souvenir-nya sendiri (seharusnya sih) cukup menghibur karena bisa dimainkan di venue saat itu juga. Kami menyiapkan yoyo dan gasing sebagai souvenir.
***
Hmmm.. Hampir semua perintilan udah dijelasin. Inti dari tulisan ini adalah saya mau mengajak teman-teman yang mau menikah untuk nggak perlu cemas dengan biaya karena kalau sudah ada niat baik (dan calonnya tentunya, wk), insyaAllah jalan untuk membiayainya akan dipermudah. Bukan hanya untuk biaya, tapi prosesnya pun dipermudah.
Ketika mempunyai konsep, teman-teman nggak perlu merisaukan komentar orang lain akan konsep tersebut. Yang penting sudah sevisi dengan pasangan dan orangtua masing-masing. Karena orang lain nggak ikut bantu membiayai konsep kita. Hehehe
Niat baik memang nggak selalu dapat diterima dengan baik. Pernikahan kami kemarin pun pasti ada saja yang nggak terima karena kami belum bisa mengundang. Saya yakin. Tapi ketika kita sudah menjelaskan latar belakang serta maksud dan tujuan acara dibuat seperti itu dan tetap ada pihak yang nggak mengerti, sudah bukan tanggung jawab kita lagi untuk membujuk mereka agar mengerti.
Yang paling penting saat merencanakan acara pernikahan adalah komunikasi. Dengan banyak pihak tentunya. Dengan pasangan, dengan orangtua, dengan saudara-saudara, dan terutama dengan vendor. Kita harus bisa menyampaikan maksud dan tujuan dengan jelas agar mereka mudah memahami dan menyesuaikan dengan kebutuhan kita. Nggak apa-apa bawel asalkan bawelnya di awal, bukan di akhir. Kalau itu sih namanya kritik. Kekekeke~
Semoga bermanfaat ya tulisan yang super panjang ini. Bagi yang sedang mempersiapkan, semoga lancar! Bagi yang belum, semoga lancar juga, baik jodohnya, rejekinya, segala-galanya. Aamiin..
PS: Buat yang di area Bandung, kalau ada yang mau nikah, boleh nih kami jadi WO-nya :D
Salam laper dari Mutul yang tadi udah masak tapi belum makan
Ciao,
Mutia Ulfi
18.09.2019
17 notes
·
View notes
Text
Berucap, Berdoa, Berusaha
Cerita baru, semangat baru, wallpaper baru, tujuan yang sama namun dengan jalur yang baru. Memang benar ternyata, setelah membuat perencanaan hasil kontemplasi diri sendiri, coba mengobrol dengan selain diri sendiri perihal mimpi-mimpimu itu. Sertakan pula jalur existing hasil brainstorming dirimu itu.
Setelah mengobrol dengan seseorang yang sudah kuanggap sebagai mentor di kehidupan engineering management ini, ternyata ada pulau persinggahan lain yang sepertinya lebih cocok untuk dikejar selain urban planning atau development studies. Pulau persinggahan itu disebut: social innovation & entrepreneurship.
Semoga bisa menjadi si enterprising helper. Semoga bisa terus mengisi lubang-lubang di dunia yang walaupun kecil, tetap butuh orang untuk mengisi kekosongannya. Semoga bisa menjadi diri sendiri yang tetap berupaya untuk berkontribusi dengan apa yang dimiliki meskipun masih banyak kekurangan. Semoga bisa menjadi Shabrina Nur Amalina yang sesuai harapan ibu dan bapak: penyabar, menjadi cahayanya ibu dan bapak, juga senantiasa beramal baik.
Semoga bisa menjadi (ibu) walikota Bandung, hehe. Walaupun yang satu ini agak ngaco, tapi kisah dibaliknya cukup menarik. Suatu hari di taksi, bapak supir bertanya cita-citaku mau jadi apa. Aku jawab “Ingin meneruskan jejak Kang Emil Pak, ngurus Kota Bandung hehe”. Lalu diri ini sering sekali hanya bisa mengamati dari jauh orang-orang keren yang berkecimpung membangun Kota Bandung melalui caranya masing-masing. Hingga akhirnya suatu hari di Bandung Planning Gallery, di kubah yang berisi post-it warna-warni, aku menuliskan harapanku untuk Kota Bandung dengan “tertanda, Ibu Wali 20XX”. Bergeser ceunah cita-citanya, agak ngasal tapi kalau menjadi kenyataan pun tidak apa-apa.
*kemudian terbangun dari tidur siang*
Kembali ke hari ini, saat ini. Aku percaya betul pada kalimat “Ucapan adalah doa”, juga pada visualisasi mimpi dalam bentuk apapun itu. Sebagai seseorang yang mempunyai banyak sekali keinginan, yang hal perintilan pun kusebut dengan “cita-cita” (ibu yang mengajarkanku term “cita-cita”), dari yang awalnya tidak seserius itu ternyata satu per satu menunjukkan hilal-nya. Salah satu yang masih membuatku tidak percaya adalah menjadi seorang wedding photographer intern. Rasanya di suatu undangan resepsi pernikahan, aku yang melihat seorang fotografer wanita hanya bisa berkata “Bu, nanti ina jadi fotografer kayak gitu!” kepada ibuku.
Selain itu, cita-citaku berkontribusi untuk Kota Bandung juga perlahan-perlahan terwujudkan walau masih dalam skala mikro. Setidaknya “mengurus Kota Bandung” ini sudah berusaha diwujudkan dengan membantu lingkungan sekitar dan warganya sebisaku. Menjadi volunteer di perpustakaan anak dengan pengurus yang menginspirasi dalam hal pergerakan pendidikan literasi untuk anak adalah salah satu sarana belajar yang sedang aku tekuni. Hal yang bisa dilakukan oleh warga kota sesuai dengan kapabilitas masing-masing dapat menjadi satu bahasan sendiri yang menarik nih, nantikan di tulisan berikutnya ya!
Sekarang, tidak bosan-bosannya aku merangkul diri sendiri sembari berkata “Mari selesaikan apa yang sudah dimulai dulu, Shab”. Bismillah, semoga setiap mimpi dan langkah kita menjadi berkah.
10 notes
·
View notes
Text
Ajang Penghargaan Tahunan yang Bergengsi
Sob, siapa yang nggak suka sama ajang penghargaan tahunan yang bergengsi? Pastinya, kita semua seneng dong liat idolanya atau karya seninya diakui selevel dengan pujian dan piala bergengsi. Nah, mimin mau bahas nih gimana caranya bikin ajang penghargaan tahunan yang bikin semua orang ngebet buat ikutan!
Pertama-tama, tentuin kategori yang menarik. Jangan cuma kategori biasa seperti "Penyanyi Terbaik" atau "Film Terbaik." Coba tambahin kategori yang out of the box, misalnya "Inovasi Terbaik" atau "Pengaruh Positif di Media Sosial." Biar lebih berwarna dan nggak monoton, gitu.
Pilih juri yang berkompeten dan berwibawa. Pastikan juri-juri ini punya pemahaman yang mendalam soal bidang yang dinilai. Mereka bisa jadi mentor dan panutan bagi peserta yang ikutan. Komitmen juri juga penting, pastikan mereka bisa hadir dalam proses penjurian dan acara penganugerahan nanti.
Selanjutnya, kita bahas soal promosi. Ajang penghargaan tahunan butuh dibicarakan sama banyak orang, kan? Pake sosial media, surat kabar lokal, atau bahkan kerjasama dengan media-partner. Semakin banyak yang tau, semakin meriah acaramu nanti.
Sob, desain piala penghargaan yang bikin orang pengen bawa pulang. Piala yang unik dan representatif bisa jadi daya tarik tersendiri. Mungkin bisa kolaborasi sama seniman lokal buat desain piala yang kece abis.
Pastikan acaramu nggak cuma soal pemberian penghargaan doang, tapi juga jadi ajang kumpul yang seru. Mungkin bisa tambahin sesi live performance dari musisi terkenal atau pun pameran seni dari seniman-seniman lokal. Jangan lupa, kasih space buat para pemenang buat ngasih ucapan. Biar semuanya merasa dihargai dan bangga.
Siapin goodie bag yang wah buat para tamu undangan. Isi goodie bag ini bisa berupa merchandise keren dari sponsor, voucher diskon, atau bahkan produk-produk eksklusif yang nggak bisa didapetin di tempat lain. Ini bisa jadi kenang-kenangan yang nggak terlupakan buat mereka yang datang.
Jangan lupa dokumentasi, sob! Biar bisa diabadikan dan jadi kenangan indah. Siapin fotografer dan videografer yang handal buat nangkap momen-momen penting selama acara. Kumpulin juga testimoni dari para pemenang atau tamu undangan buat di-share ke sosial media.
Last but not least, pasang semangat dan energi positif! Ajang penghargaan tahunan itu nggak cuma soal persaingan, tapi juga tentang apresiasi dan semangat untuk terus berkarya. Bikin suasana yang ramah dan penuh keceriaan, biar semua yang datang bisa merasakan kehangatan dan kebersamaan.
Jadi, sob, bikin ajang penghargaan tahunan yang bergengsi itu gak sesulit yang dibayangkan. Banyak yang perlu dipersiapkan, tapi hasilnya pasti memuaskan. Semoga acaramu sukses dan bisa jadi sorotan di dunia hiburan atau seni!
0 notes
Text
Profesi Unik : Perias Jenazah Bekerja dengan Sukarela
Gloria Elsa merupakan seorang perias jenazah. (Farah Meilinda/UMN)
Hidup terkadang tak berjalan sesuai yang diinginkan. Banyak orang yang berharap bisa menjadi orang yang sukses dan hidup dengan mudah. Namun ternyata, hidup tak semudah yang kita bayangkan. Kita harus bekerja keras dan terkadang profesi yang kita jalankan tidak sesuai dengan keinginan kita.
Bekerja di bidang pemakaman atau mengurus jenazah mungkin bukanlah sebuah profesi yang diinginkan oleh banyak orang. Alasannya, tentu saja karena harus berhubungan langsung dengan jenazah yang tentunya mempunyai sensasi menakutkan atau menyeramkan. Banyak orang yang tidak berani dan lebih memilih profesi yang lebih umum. Dalam profesi ini, orang-orang beranggapan bahwa hampir tidak ada yang mau menekuninya. Ketika ditawari pekerjaan yang berhubungan dengan jenazah, mungkin hampir tak ada orang yang langsung mau berkata ‘iya’.
Perias jenazah adalah sebuah profesi yang bisa dibilang cukup unik dan sedikit peminatnya. Hal tersebut dikarenakan profesi ini membutuhkan mental yang kuat untuk menjalaninya. Oleh sebab itu, mungkin hampir tidak pernah kita jumpai orang yang berprofesi sebagai perias jenazah di lingkungan kita. Gloria Elsa Hutasoit yang merupakan seorang ibu dengan anak satu ini berprofesi sebagai seorang perias jenazah. Selain menjadi seorang perias jenazah ia juga pernah menjadi seorang model plus size, fotografer, dan juga make up artist.
Ia menjalani profesi sebagai perias jenazah ini dengan sukarela. Gloria Elsa mengaku bersedia merias jenazah secara cuma-cuma. Selain ingin berbagi kebaikan, Gloria ingin membantu anggota keluarga jenazah yang mengalami kesulitan karena tak mampu menyewa perias jenazah. Make up bekas atau yang sudah kadaluarsa bagi sebagian orang akan berakhir di tempat sampah. Namun, tidak bagi Gloria. Wanita yang berprofesi sebagai make up artist ini memanfaatkan make up bekas dan make up kadaluarsa untuk melakukan sebuah kebaikan.
Make up bekas dan yang sudah kedaluwarsa itu ia dapatkan dari sumbangan orang-orang yang turut ingin membantu dan menebarkan kebaikan. Semua make up yang ia terima digunakan untuk merias wajah orang yang sudah meninggal secara gratis. Tak peduli jika make up yang diberikan masih baru atau barang bermerek. Jika sebuah barang disumbangkan untuk sesuatu maka kita harus tetap melaksanakan amanah tersebut. Bukannya dijual atau digunakan sendiri. Make up yang diterima sepenuhnya ia gunakan untuk merias jenazah.
Alasan utama Gloria ingin merias jenazah yaitu karena ia ingin menjadi pelita di tengah orang yang sedang berduka. “Saya mulai jadi perias jenazah sejak 2 tahun lalu. Awalnya saya hanya merias untuk keluarga saya, kemudian untuk para tetangga yang kurang mampu. Beberapa tahun lalu suami saya sakit keras dan selama itu saya merasa banyak berkah dan kebaikan yang saya terima dari Tuhan. Maka, sebagai ucapan syukur saya putuskan untuk mendedikasikan keterampilan merias yang saya miliki untuk membantu mereka yang membutuhkan sebagai bentuk dari ucapan syukur saya,” kata Gloria, saat ditemui di kediamannya, Rabu (4/12).
Gloria Elsa menceritakan profesinya sebagai perias jenazah. (Alfrido/UMN)
Dikarenakan dirinya yang sekarang lebih dikenal sebagai perias jenazah, pekerjaannya sebagai make up artist menjadi berkurang. Hal ini disebabkan orang-orang tidak mengetahui fakta tersebut serta ada juga orang yang tidak mau dirias oleh Gloria karena takut make up yang digunakan adalah make up untuk merias jenazah. Padahal, Gloria memisahkan make up bekas untuk jenazah dan make up yang masih baru untuk kliennya.
Banyak rintangan yang Gloria hadapi ketika menjadi seorang perias jenazah. Mulai dari hal mengerikan, hingga masalah-masalah dasar. Salah satunya saat ia merias jenazah seorang ibu yang meninggal setelah melahirkan anaknya, air matanya keluar tanpa henti. Rintangan lain yang biasa ia hadapi adalah masalah transportasi. Karena tidak memiliki mobil, ia harus naik motor untuk bisa sampai ke tujuan. Terkadang ia kehujanan saat berangkat ke rumah duka untuk merias jenazah.
Saat ini, Gloria adalah founder dari gerakan “Maraton Kebaikan”. Ia ingin berbagi pengalaman, pengetahuan, dan kebaikan kepada semua orang. Ia bermimpi untuk membuka les atau sekolah untuk merias jenazah bagi siapa saja yang ingin belajar. Perbuatan baik ini sangat menginspirasi semua orang.
“Jangan terlalu melekat dengan kesenangan duniawi, karena apapun yang dimiliki tidak akan dibawa mati. Hidup itu untuk berbagi, apa yang kamu punya berikan kepada orang yang membutuhkan selagi kamu mampu,” pesan yang Gloria sampaikan kepada anak muda.
Tonton Dokumenter WWT :
youtube
Pendapat Pemuka Agama
Setiap orang pasti memiliki perspektif yang berbeda mengenai merias jenazah. Dalam segi agama, budaya, dan tradisi memiliki sudut pandang yang berbeda pula dalam hal merias jenazah. Ada yang mengatakan bahwa merias jenazah itu boleh-boleh saja, ada juga pula yang mengatakan merias jenazah itu tidak diperbolehkan, dan ada pula yang mengatakan bahwa merias jenazah itu adalah suatu hal yang wajib dilakukan.
Andreas Joko mengemukakan pendapatnya mengenai merias jenazah. (Alfrido/UMN)
Biasanya ketika orang yang menganut agama Kristen meninggal dunia maka jenazahnya akan dibersihkan, terkadang sedikit diawetkan, digunakan pakaian yang cantik bagi jenazah perempuan dan jas bagi jenazah laki-laki. Jenazah juga terkadang diberikan aksesoris seperti jam tangan, kalung, dan cincin. Kemudian, jenazah tersebut didandani dan dibawa ke rumah duka, gereja, atau rumahnya. Jenazah ditempatkan di peti dalam keadaan terbuka. Setelah itu, dilakukan beberapa kebaktian atau misa. Di akhir kebaktian peti akan ditutup. Terkadang di dalam peti diletakkan barang berharga bagi jenazah. Seperti syal kesayangan, atau alat untuk menyulam karena jenazah sangat suka menyulam. Pada saat kebaktian biasanya banyak anggota keluarga dan juga teman dari jenazah yang berkunjung melihat jenazah untuk yang terakhir kalinya.
Andreas Joko yang merupakan seorang pendeta Kristen Protestan mengatakan bahwa dari sisi agama Kristen tidak ada aturan tertulis di Alkitab yang memerintahkan untuk merias jenazah atau tidak.
“Kalau merias jenazah tidak harus ya. Itu tergantung dari keluarga saja. Kalau ada keluarga yang ingin meminta dirias ya silahkan. Kalau tidak mau dirias ya silahkan. Tidak ada suatu kewajiban kalau dari sisi agama Kristen,” ujar Andreas.
Pandangan Budaya (Budaya Batak)
Budaya juga merupakan salah satu faktor yang mendukung adanya perias jenazah. Bagi orang Batak khususnya Batak Toba, adat atau budaya lebih berharga daripada agama. Hal itu diperkuat dari percakapan orang Batak pada umumnya seperti “Dang Maradat ho” yang artinya “Kau gak punya adat”. Jika hal tersebut disampaikan oleh seseorang kepada sesama orang Batak maka akan menimbulkan sakit hati.
Ritus kematian dan cara memperlakukan jenazah merupakan salah satu bagian dari adat. Ketika merias jenazah, wajah atau kondisi jenazah akan lebih baik atau lebih cantik sehingga keluarga dapat melepas kepergiannya dengan tenang karena mereka merasa sudah mengantarkan keluarganya yang meninggal dalam keadaan lebih layak. Bagi anggota keluarga yang sedang berkabung akan sangat baik jika jenazah dipakaikan riasan dan pakaian yang bagus. Kemudian pakaian dan barang-barang berharga dimasukkan ke dalam peti dan dikubur bersama.
Terdapat pula cerita bahwa orang yang meninggal pada dasarnya sedang berada pada fase kehidupan yang baru sehingga harus dirayakan. Tapi karena orang yang sudah meninggal tidak bisa memilih pakaian atau dandanan apa yang ia mau, maka keluarga yang memilihkan untuknya. Biasanya berdasarkan apa yang sering ia pakai saat masih hidup di dunia.
Andi menanggapi profesi perias jenazah (Georgia/UMN)
Pendapat Masyarakat
Pekerjaan sebagai perias jenazah bisa dikatakan sebagai pekerjaan yang tidak biasa. Peminat dari pekerjaan ini juga tidak banyak, bahkan sedikit. Hal ini dikarenakan pekerjaan tersebut memiliki kontak langsung terhadap jenazah yang membuat banyak orang mengurungkan niatnya. Bahkan saat mendengar kata perias jenazah saja sudah membuat mereka takut. Tetapi, tidak sedikit dari masyarakat yang menganggap bahwa pekerjaan sebagai perias jenazah merupakan pekerjaan yang keren. Karena tidak banyak orang yang memiliki keberanian seperti para perias jenazah inilah mengapa mereka dianggap sebagai pemberani.
-------------------------------------------
Sita Aisha Ananda 00000031869 (Videographer, writer)
Alfrido 00000032643 (Videographer, writer)
Farah Meilinda Putri 00000009894 (Photographer, writer)
Georgia Giugno Ariani 00000032600 (Editor, planner, MC, Videographer)
Shela Dhamayanti 00000026884 (Videographer, writer)
1 note
·
View note