Tumgik
#tanam press
garadinervi · 8 months
Text
Tumblr media
Wild History, (announcement card), Edited by Richard Prince, Tanam Press, New York, NY, 1985 [Granary Books, New York, NY]
Tumblr media
Contributors include: Tina Lhotsky, Reese Williams, Anne Turyn, Constance DeJong, Peter Nadin, Roberta Allen, Glenn O'Brien, Gary Indiana, Kathy Acker, Richard Prince, Sylvia Reed, Robin Winters, Collins/Milazzo, Cookie Mueller, Lynne Tillman, Paul McMahon, Spalding Gray, and Wharton Tiers
The text on the cover is from At Night by Constance DeJong
32 notes · View notes
sumbarlivetv · 2 years
Text
Polres Bengkulu Tengah Rilis Pelaku Tanam Ganja Sebanyak 32 Batang
BEGKULU TENGAH, Sumbarlivetv.com — Polres Bengkulu Tengah Rilis Pelaku Tanam Ganja Sebanyak 32 Batang.  Kepolisian Resor (Polres) Bengkulu Tengah kembali melaksanakan press release bertempat di auning Polres bengkulu tengah, pengungkapan tindak pidana narkoba golongan I jenis ganja,senin (13/02/2023). Kapolres Bengkulu Tegah AKBP Dedi Wahyudi, S.Sos., S.IK., M.H., M.IK. Bersama dengan kasat…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
realita-lampung · 2 years
Text
Polres Tubaba Ungkap Kasus Penembakan Anggota PSHT
Tumblr media
TULANGBAWANG BARAT - Kapolres Tulang Bawang Barat Polda Lampung AKBP Sunhot P. Silalahi, S.I.K.,M.M, menggelar Konferensi Press di Halaman Mapolres Tulang Bawang Barat Ungkap Kasus Penangkapan Terhadap Pelaku Penembakan Anggota Persatuan Setia Hati Teratai (PSHT). Tersangka yang diamankan tersebut berinisial AL (34) dan dirilis pada hari, Senin (2/1/2023). Ungkap Kasus Penembakan anggota PSHT tersebut Inisial AL merupakan pelaku Tindak Pidana. Pecobaan Pembunuhan dan atau Penganiayaan, terhadap korban Sutikno (45), Warga desa Kota Jawa Kecamatan Negara Batin Kabupaten Way Kanan, yang terkena tembakan Senjata Api Rakitan yang terjadi pada Minggu (4/12/2022) pukul 13.30 WIB, di areal Hutan Register Indonesia 44 (HTI) Kecamatan Gunung Agung Kabupaten Tulang Bawang Barat. Dimana agenda Press Release ini dipimpin langsung oleh Kapolres Tulang Bawang Barat AKBP Sunhot P. Silalahi, S.I.K.,M.M, didampingi Waka Polres Kompol Heru Sulistyananto, S.H, M.H, Kabag Ops Kompol Dulhapid, S.Pd, Kasat Reskrim AKP Dailami, S.H dan beberapa personel lainnya. Dalam Press Release yang digelar, Kapolres Tulang Bawang Barat memaparkan, Awal mula kejadian penembakan tersebut berawal warga SH (Setia Hati) Kecamatan Negara Batin di undang oleh sdr. Jafar (warga SH Tulang Bawang Barat) dari Warga SH Negara Batin datang sekitar 300 orang memenuhi undangan untuk mendampingi pengamanan karena pada hari Minggu 4 Desember 2022 akan dilakukan Penanaman singkong milik sdr. Jafar sekira 10 hektar, dan pada saat korban hendak pulang dengan beriringan menaiki sepeda motor sebanyak 5 motor, tiba - tiba berpapasan dengan dua orang mengendarai satu sepeda motor dengan menggunakan cadar penutup kepala, dan satu orang yang di bonceng mengarahkan senjata laras panjang ke arah korban lalu ditembakkan ke arah kaki dan mengenai betis kaki kanan korban. Selanjutnya, Kapolres Tulang Bawang Barat Meminta Satreskrim Polres Tulang Bawang Barat Untuk menangkap Pelaku, “Jangan Pulang Sebelum Berhasil Menangkap Pelaku”, pada hari minggu tanggal 01 Januari 2023 sekira pukul 15.00 Wib (siang hari) bersama Tim subdit III Jatranras Polda Lampung berhasil menangkap tersangka dari persembunyiannya di Kampung Batu Ampar Kecamatan Gedung Aji Kabupaten Tulang Bawang selanjutnya Tersangka dan Barang Bukti dibawa ke Polres Tulang Bawang Barat untuk dilakukan proses hukum. Kapolres Tulang Bawang Barat AKBP Sunhot P. Sialahi, S.I.K, M.M Ketika Menanyakan Langsung Kepada pelaku Motif dari penembakan, AL Mengatakan Pada hari Minggu tanggal 04 Desember 2022 sekira pukul 09.00 Wib sdr S datang ke rumah tersangka AL yang beralamat di Ethanol Kab. Tulang Bawang, kemudian sdr S mengajak tersangka AL untuk masuk ke lahan yang sebelumnya tersangka AL jual kepada sdr D telah di garap/di tanam oleh PSHT, mendengar hal tersebut tersangka AL pun marah dan setelah itu sdr S bersama tersangka AL pun pergi ke lahan tersebut menggunakan 1 (satu) unit Sepeda Motor Honda CRF bewarna HITAM dan ditengah perjalanan tersangka AL diperintahkan sdr S untuk mengambil 1 (satu) pucuk Senjata Api jenis LOCOK, setelah itu ke 2 (dua) pelaku tersebut melanjutkan perjalanan dan ditengah perjalanan ke 2 (dua) pelaku tersebut berpapasan/bertemu dari arah berlawanan, lalu sdr S memutar balik arah Sepeda Motor Honda CRF warna Hitam dan tersangka AL turun dari motor langsung mengacungkan senjata api dan menembak kearah rombongan PSHT sebanyak 1 (satu kali ).” ujar Kapolres Tulang Bawang Barat. Read the full article
0 notes
thelunatheory · 3 years
Text
hmhmhm tlt project draft update
[the earendil crew selection committee offers alta & luna a seat; percy reacts]
[1. alta & luna]
Mereka berdua sedang akan menyeberang jalan, berlindung di bawah jaket masing-masing dari hujan yang masih rintik, ketika Luna merasa ponsel di sakunya bergetar.
Dia ingin minta menepi dulu begitu mereka sampai di seberang, tapi Alta mendahului dengan menariknya ke bawah [awning] sebuah toko.
“Tunggu sebentar, ada yang nelpon,“ katanya sambil mengeluarkan ponselnya sendiri.
Sambil mengernyit, Luna melakukan hal yang sama, lalu tertegun. Panggilan untuknya datang dari [kantor komite seleksi kru Earendil].
Suara lembut menyapanya dari ujung lain sambungan, memberitahunya tentang posisi yang baru saja kosong di kabin pertama. Mereka menawarinya untuk menggantikan seseorang.
Luna termenung. Hanya ada satu orang yang perannya mampu dia gantikan di kru itu. “Gamian? Gamian mengundurkan diri? Tapi kenapa?”
“Press release-nya besok, tapi tentu kamu bisa bertanya ke orangnya langsung.”
“Tunggu…” Dia melirik Alta yang juga masih bicara dengan peneleponnya. “Hanya Gamian yang mengundurkan diri?”
Luna melihat Alta balik memandangnya dengan senyum mengembang, sementara suara lembut di telinganya menjawab: “Tidak, Aria juga.”
***
“We’re in, Lune! We got in! We’re going to Prox b!”
***
Luna tidak tahu harus memberitahu siapa. Ayahnya? Apa dia masih hidup? Apa dia akan peduli? Luna merasa lebih baik tidak tahu. Teman-teman sekolahnya? Fika? Dia tidak ingin mengganggu mereka lagi, sementara rekan-rekan satu skuadnya di UNSA sudah menghilang diserap garda depan peperangan. Yang tersisa hanya Alta—tapi Alta malah pergi bersamanya. Tentu saja, siapa lagi yang patut ikut misi ini selain perancangnya sendiri?
Luna tidak ingin memikirkan apa artinya, kenapa dia enggan diingat oleh siapa-siapa; tidak ingin mencari nama dari apa yang membuatnya ingin dilupakan seutuhnya, kecuali, mungkin, oleh satu orang. Dia sudah terbiasa membawa pergi emosi-emosinya yang terlalu ribut, memasukkan mereka ke dalam laci-laci sampai mereka tidak menimbulkan suara lagi. Saat dikeluarkan, mereka sudah mati lemas dan siap dibuang tanpa perlawanan.
Di tepi jalan, di tengah hujan yang semakin deras, Luna menerima gumpalan perasaan saling tumpang-tindih yang tiba-tiba dia genggam saat Alta meraih tangannya, dia hirup sejenak, dia nikmati bagiannya yang cerah, diabaikannya yang lain, sebelum ia masukkan semuanya, kembali ke dalam laci.
***
Alta tidak punya laci-laci seperti itu. Layaknya seseorang yang diajari dengan lembut untuk mencintai hidup secara keseluruhan, bersama dengan semua pojok-pojok berbayangnya, dia mengambil bola benang kusut perasaannya dengan halus, dan mengurainya, menarik benangnya satu per satu:
perasaan yang ini karena suatu hari nanti dia akan menginjakkan kaki di sistem bintang lain. Simbolisme yang juga perwujudan dari potensi umat manusia, oh, dan dia akan punya andil! Begitu luas semesta terasa, begitu perkasa manusia di tengah semua kelemahannya. Seperti sesuatu yang dia rasakan sebelum dia berangkat ke Namibia, tapi lebih-lebih lagi;
yang ini karena dia terpilih di antara ribuan kandidat lain—kandidat yang lebih aman tanpa ancaman tuduhan favoritisme atau main orang dalam. Di malam-malam tanpa lelap ketika dia mengkaji algoritma optimasi kru, jarang terlintas dalam pikiran bahwa keinginannya untuk menjadi subjek dari eksperimennya sendiri akan terkabul;
yang ini karena dia ingat, dalam hal ini pergi adalah sisi lain dari mati. Dia akan pergi karena keinginannya sendiri, dan bukankah mati sukarela adalah bunuh diri? Dia ingin menghubungi orangtuanya sekarang juga, supaya besok pagi, mereka bisa bicara dengan rasa sakit yang sudah berkurang sedikit;
yang ini karena masih banyak hal yang ingin ia lakukan. Di daftar bacaannya masih ada puluhan buku. Sudah tiga tahun dia belum bertemu lagi dengan teman-teman di kampung halamannya. Dia belum pernah menyiapkan hidangan dari hasil sesuatu yang ia tanam dan rawat sendiri; belum pernah berkendara melewati jalan sepi yang membelah padang rumput krem pucat di tengah sebuah negeri asing; belum pernah dimusuhi pustakawan suatu perpustakaan kota di mana dia baru pindah; belum pernah menjadi tempat pertama untuk kakaknya mengadu (Alta menumpulkan perasaan yang ini, mengusapnya sampai pudar dan meniupnya ke awang-awang);
dan yang ini, dia rasakan karena sebelumnya dia pernah berpikir: mungkin tak apa jika dia dan Luna tak terpilih, karena dia bisa membayangkan hari-harinya di Bumi, untuk bertemu lagi (dan lagi) dengan keluarga dan sahabat yang kini terasa tak terperi berharganya, untuk melihat Luna di banyak kesempatan di masa depan––jika dia tidak keberatan. Alta akan sukarela menunggui ucapannya yang sepi dan jarang-jarang dan menyimaknya seperti orang kehausan menghadapi gerimis. Dalam dunianya yang ajeg penuh kepastian, Luna membuatnya menginginkan sesuatu yang mungkin tidak akan sepenuhnya ia dapatkan, sesuatu yang rentan dan bisa menghilang kapan-kapan, pergi membawa semua barang-barangnya dalam dua koper kecil lalu tidak pulang berbulan-bulan—hanya karena merasa terlalu lama terjebak di tengah riuh riak peradaban manusia. Dan Alta akan berusaha mengerti, dan menunggunya dengan senang hati.
Sentimen yang manis, Alta. Andai saja dia tak tahu, bahwa jika hanya salah satu dari mereka yang tinggal, tak akan ada diskusi tentang melepas kesempatan untuk ikut di Earendil. Yang pergi tak akan mampu, yang tinggal tak akan mau––mereka berdua tak ada yang setega itu. Mimpi manisnya hanya hadiah hiburan untuk mimpi yang ini, bersama misi Earendil, yang kelebih-agungannya tak terbantahkan.
Alta memaafkan dan memaklumi semua dan setiap perasaannya, lalu menyimpan mereka di tempat yang tak terlindungi, agar hujan, sinar matahari, dan angin, bisa menyentuh dan melindunginya dari kelembaman.
Malam itu mereka berdua tiba di asrama begitu larut, dengan baju kering tapi wajah yang masih basah.
*************************
[2. percy]
Pulang bagiku selalu terasa seperti perjalanan menyepi, sebuah usaha untuk lari dari kerumitan buatan manusia dan sembunyi di balik fasad sederhana alam, untuk sengaja mendamparkan diri di sebuah pulau karang sempit yang berpenghuni seonggok mercusuar saja. Tapi meninggalkan hiruk-pikuk kota juga cenderung membuatku menjadi dingin dan melankolis, seperti pelaut yang sudah terlalu nyaman dengan dinamisnya gelombang, ajegnya darat malah membuat mual.
Tapi kemudian aku sampai di pekarangan dan mendapati mercusuar itu—rumah keluargaku, mungil tapi seakan menjulang di tengah luas ladang dan ombak perbukitan. Wangi masakan ayah. Odessa keluar dari lubang di pintu dan berlari ke arahku, dengan segera minta digaruki belakang telinganya. Alta menyusul membuka pintu, dengan rambut acak-acakan seakan baru bangun tidur tapi tangan yang sudah belepotan tanah kebun belakang, memelukku erat tapi hati-hati supaya tidak mengotori baju, kemudian dengan santainya memoles jidatku dengan jarinya. Aku merasa begitu hangat terbungkus familiaritas hingga tak terpikirkan untuk merasa jengkel.
“Ibu mana, Al?”
“Tadi sih di ruang kerjanya. Sini,” Alta menawarkan tangannya. Aku menggantungkan tas-tas jinjingku dari sikunya, membuatnya tampak seperti manekin di pusat perbelanjaan.
“Ada sesuatu?” Tanyaku lagi.
“Iya, sama tim yang di Monash—tau kan, yang sama Paman Ajit—jadinya hampir ga keluar-keluar dari kemarin.”
Itu tidak biasa, tapi juga tidak aneh.
Odessa mengiringi kami sampai pintu depan, tapi kemudian melesat tiba-tiba ke halaman belakang, mengikuti suara yang hanya dia bisa dengar.
“Aku senang sekali kamu nyempatin pulang, Perce,” ujar Alta saat kami membuka pintu.
“Oh ya?” Aku tertawa. Kami dididik untuk tidak pernah malu mengucapkan hal-hal manis seperti itu. Ini jadwal pulangku yang biasa. Aku tidak punya alasan untuk mencurigai ada sesuatu yang aneh.
Tapi, Alta tersenyum sebelum masuk mendahuluiku, aku mengikutinya, dan pada jenak itu, aku merasa seperti tidak berpijak di daratan padat.
***
Aku mulai yakin ada yang tidak beres begitu mendapati ayahku di dapur. Alta sudah kembali ke luar. Ayah hanya sendiri, mengotak-atik pemanggang wafel yang sudah berbulan-bulan rusak.
“Belum ke bengkel, Yah?”
Dia menggeleng. “Nunggu kamu, Perce,” Ayah mengecup pipiku, lalu kembali pada pekerjaannya.
“Ada yang perlu dibicarakan?”
“Kamu istirahat dulu saja.” Dia tidak melihat ke arahku.
“Aku sudah cukup tidur tadi di jalan.”
Mendengar itu Ayah meletakkan perkakasnya, mengetuk-ngetukkan jarinya seperti yang ia selalu lakukan ketika sedang menimbang sesuatu, lalu akhirnya menatapku, “panggil ibumu,” ujarnya lirih.
Kakiku seperti membeku, aku harus memaksanya melangkah.
Tebakan pertamaku adalah ada yang sakit, lalu, _tak apa_. Kami akan bisa menghadapinya, aku akan menghabiskan lebih banyak waktu lagi di sini, ini yang namanya hidup, tak apa.
Saat aku masuk ke ruang kerja Ibu, seperti biasa, ia langsung berhenti mengerjakan apapun itu yang sedang ia kerjakan.
“Percy?” Panggilnya sambil berbalik. Dia terdengar lelah sekali.
Ibu mencoba menanyakan perjalananku, perubahan jadwal TrainLink karena banjir, kabar Maya temanku, tapi kemudian berhenti, seakan tahu aku tahu.
Kami berkumpul di dapur, tanpa Alta. Aku baru saja akan menanyakannya saat Ibu memulai.
“Ini tentang adikmu.”
Dulu, ada saat-saat ketika aku sedang memperhatikan Alta—mengerjakan buku mewarnai, atau berlari sambil cekikikan saat balapan pulang dari sekolah, gigi depannya ompong, dedaunan kusam musim gugur berputar-putar mengikuti jalur angin di sekitar kami—dan merasakan sensasi seperti ingin bergidik, seperti ada yang dingin menyentuh tulang. Aku tahu statistiknya. Anak-anak yang dulunya prodigi dari berbagai bidang, muncul dan memukau publik sebelum kemudian tumbuh dewasa, jatuh depresi, menyalahgunakan obat-obatan, melakukan tindak kriminal, melukai orang lain sebelum akhirnya mengakhiri diri sendiri.
Alta anak yang baik—bahkan kadang terlalu baik. Tapi tidak berarti kami pernah berhenti khawatir, atau berhenti melindunginya seakan ada sesuatu yang gelap yang akan merampasnya, berhenti—
“Adikmu mendaftar jadi kru Earendil,” ujar Ibu, tidak menatapku, “dan lolos.”
Adikmu. Perasaan itu. Aku ingin bergidik, ingin menggigil, ingin berkata ‘sudah kubilang apa’, ingin menyalahkan seseorang karena bagaimana bisa kalian tidak melihat bahwa ini yang akan dia lakukan, Alta, adikku…
Orang tuaku hanya memanggil Alta adikku saat ingin aku melakukan sesuatu untuknya—mengantarnya ke kantor pos, menjemputnya dari pesta ulang tahun teman, mencarikan kaos kakinya di kolong kasur. Dan kali ini…
“Ibu dan Ayah ingin kamu ada untuk dia.”
Ibu orang yang tidak biasa subtil, dia mengatakan apa yang perlu dikatakan dan mengatakannya dengan jelas, tapi kali ini permintaannya begitu halus, aku hanya bisa mengerti karena aku anaknya, dan menyayangi adikku sama besarnya. Orang tuaku memintaku untuk berdiri di belakang Alta, mendukungnya…karena untuk pertama kalinya, mereka tidak bisa.
“Oke,” tanggapku, kasar, singkat, karena luka, meski terantisipasi, bagaimanapun masih sakit.
Aku tidak sadar menangis sebelum Ayah menarikku ke pelukannya. Ibu merangkul kami berdua, dan bertiga, kami diliputi saput duka yang seharusnya tak masuk akal, karena adikku masih ada di luar, masih di atas tanah, menyiangi rumput, membersihkan petak-petak tanah untuk menanam tomat. Tapi bagian dari diriku yang kejam merasa tahu lebih baik dan berbisik, apa bedanya?
***
Sesuatu yang gelap itu ternyata adalah langit. Semua manusia memimpikan ketakterhinggaan, kekekalan, dan seperti biasa, adikku melakukannya dengan lebih baik daripada kebanyakan orang. Kami telah melindunginya, tapi dari hal yang salah. Bukan statistik, hanya langit.
Psikologi perkembangan anak bukan bidang ibuku tapi dia belajar banyak demi Alta. Orang tuaku menyekolahkannya di sekolah biasa yang sama denganku, mendorongnya berteman dengan anak-anak sebaya, membatasi waktunya membaca di kamar sendirian, tidak memperbolehkannya loncat kelas tak peduli seberapa keras guru-gurunya membujuk. Tapi Alta tidak terbendung, dan dunia juga tidak mau menunggu. Selepas sekolah tahun ketujuh dia diajak salah satu rekan Ibu mengikuti sebuah proyek untuk [gifted kids], bekerja dimentori pakar sambil mengaudit kelas di universitas. Sebenarnya Ibu tidak mau merestui. Alta juga tidak memaksa. Dari dulu dia seakan tahu ada hal-hal yang hanya orang tua kami lakukan untuk melindunginya saja, dan dia selalu berusaha menurut. Tapi angan itu ada saja, dan Ibu tidak tahan melihat Alta pura-pura tak apa. Kesalahan pertama orang tuaku.
Saat ini, adikku, yang terlibat dengan sekian banyak tim riset [cutting-edge] di berbagai institusi tanpa selembar pun ijazah SMA atas namanya, sedang kebingungan, mencoba mengira-ngira dalamnya lubang yang dibutuhkan untuk semaian tomat. Saat kakek kami masih ada dia pernah memberi Alta julukan Black-thumb, karena apapun yang adikku tanam seringnya tidak tumbuh benar. Tidak berarti Alta pernah berhenti mencoba.
“Kamu butuh setidaknya tiga puluh sentimeter untuk tomat,” seruku dari teras.
Alta mendongak dari tempatnya berlutut, matanya menyipit kerna silau sinar matahari. “Aku ingat, tapi yang ini pendek sekali.”
“Tambah lagi saja alas pupuknya. Won’t hurt.”
“Right, siap Bu Master Tani.”
Andai saja dia semenurut itu juga untuk hal selain berkebun. Setidaknya satu saja hal lain. Aku turun ke tanah menghampirinya.
“Kenapa tidak memberi tahuku langsung, Al? Takut kusemprot?” Bualan. Dia tahu aku tak akan bisa marah, tidak tadi, tidak sekarang.
Alta menghela nafas panjang. “Ayah yang mengusulkan. Katanya itu akan lebih baik.” Dia berdiri menghadapku, sekop masih di tangan, serumpun perdu Lilly Pilly di antara kami.
“Lebih baik? Untukku atau untukmu?”
“Untuk semuanya. “
Aku tercenung. Orang tuaku tidak ingin Alta melihat bagaimana hancurnya hati mereka karena keputusan ini. Alta tahu, tapi tahu dan melihat adalah dua hal berbeda. Ada tuntunan berduka untuk mereka yang ditinggal secara sukarela, tapi sepertinya ibuku memilih untuk menganggap ini seperti kasus [terminal illness], dan itu membuatku tertawa, yang kemudian berubah jadi meringis.
“Tidak adakah yang bisa mengubah pikiranmu?”
Alta melangkah mendekat, tangannya mengepal, masih sama seperti saat dia kecil dulu, meneguhkan dirinya untuk melakukan sesuatu. Andai aku tidak tahu.
“Aku…aku punya banyak sekali alasan, Perce. Satu untuk setiap orang yang nanya. Tapi untuk kalian, tidak satu pun. Aku cuma mau bilang, ini tidak berarti aku tidak sayang kalian, karena aku sayang kalian, lebih dari apapun. Kamu tahu itu. Tolong ingat itu.” Dia mengucapkan yang terakhir seperti akan menangis.
“Ya.” Hanya itu yang keluar dari mulutku. Jika saja ini keluarga lain, aku bisa marah dan memohon, pergi sambil mengeluarkan ultimatum, menahan kasih sayang seperti tawanan untuk ditebus. Tapi bukan itu yang orang tuaku ajarkan. "Sini," aku mengulurkan tangan. Cinta adalah untuk diterima, lalu dikembalikan lagi, terus seperti itu, tidak pernah disimpan. Alta memberikan sekopnya.
Ini ritual lama. Aku yang membuat lubang-lubang di tanah dan Alta yang mengisinya dengan pupuk, lalu meletakkan semaiannya. Kami berdekatan tapi tidak bisa saling melihat, dan terkadang itu membuat percakapan jadi lebih mudah.
"Jadi bagaimana," tanyaku, di lapang pandangku semuanya tanah, "apa kita akan pindah ke rumah peninggalan nenek?"
Di sampingku, Alta [freezes] sebelum menjawab. "Ibu mikirnya begitu, sih. Tempatnya juga dekat ke JSSC. Tapi..."
"Tapi?"
"Tapi kamu punya pekerjaan di sini dan aku rasa itu tidak adil--" Alta menyadari salah katanya. Aku abaikan.
"Aku bisa cari pekerjaan lain, tak apa."
Alta mendengar nadaku dan tidak membantah.
“Aku egois, ya?” Tanyanya tiba-tiba.
"Ya," tapi kuusahakan senyumku terdengar dari jawaban itu. Itu tugasmu, hampir kubilang itu. Dan tugas kakak sulung adalah untuk jadi catatan kaki saat buku sejarah sedang membahas adik-adiknya. "Kita akan menghadapi ini bersama, aku bisa tinggal di rumah lebih sering, tak apa."
***
Di kelas semester pertamaku dulu, aku belajar bagaimana cinta tak bersyarat dari orang tua mengondisikan kita untuk tidak takut mencoba dan membuat kesalahan. Tak ayal waktu itu aku teringat pada orang tuaku sendiri, karena tentu saja mereka tahu. Itulah kenapa mereka terlihat tenang saja saat aku mulai memberontak, berhari-hari tak pulang, bergaul dengan ‘berandalan’—karena mereka tahu, itu berarti di lubuk hatiku, aku mempercayai mereka untuk tetap menyayangiku, tak peduli hal bodoh apapun yang telah kulakukan.
Pernah terlintas di pikiran bahwa orang tuaku terlalu bagus dalam membesarkan adikku. Lihatlah, seseorang yang begitu sehat secara emosional, begitu aman dalam kepercayaannya akan kebaikan orang-orang, akan kodratnya sebagai seseorang yang patut dicintai apa adanya, dia yakin orang tuanya akan menyayanginya dan mendukungnya dalam melakukan hal apapun, bahkan jika itu termasuk mengikuti sesuatu yang sama saja dengan bunuh diri. Mau sesempurna apalagi kepercayaan itu? Ternyata, yang tidak sempurna adalah orang tuaku. Alta memutuskan meninggalkan mereka sementara mereka tidak punya rasa aman yang sempurna itu--bahwa Alta mencintai mereka tak peduli apapun yang terjadi.
Tidak, bukan yang tadi. Inilah kesalahan pertama orang tuaku, mencintai putra mereka tanpa syarat. Kesalahan semua orang tua, jika itu bisa disebut kesalahan.
***
"Eh tahu tidak, Ayah lagi memperbaiki pemanggang wafel."
"Iya tadi aku juga lihat. Rasanya kangen wafel buatan Ayah, ya? Apalagi yang pakai stroberi."
"Aku juga! Mau nyari di dekat pagar setelah ini?"
"...maksudmu ‘nyuri’?"
"Eh, kata undang-undang reformasi lahan tahun seribu sembilan ratus--"
"...oke, oke."
"You get me, Perce."
"…of course. Always."
2 notes · View notes
jualpommini · 3 years
Text
Daftar Harga Pom Mini
Nilai jual Pom Mini Dua Nozzle mode terkini Rp.12.lima juta, detail mesin harga Pertamini digital 2 Nozzle terlaku tahun 2021 dengan rakitan spesifikasi flow standard dengan pompa setripugal 125W atau perputaran mekanisme saluran bensin atau pompa rotax. Garansi mesin enam bulan dengan service servis center 24 jam siap layani konsumen. Ketidaksamaan pada pasaran nilai jual membeli di antara mesin pompa bensin mini drum portable dengan drum tanam sekitaran Rp. 500rb per nozzle karena lebih hemat pelat besi dalam pembikinan ukuran kerangka kesing. Disamping itu harga jual pom mini digital Rp.12jutaan itu benar-benar bergantung wilayah tempat dikirimkan mesin itu ingat fasilitas transportasi sampai ke arah membutuhkan ongkos hingga harga unit mesin pom mini plus tambahan ongkos ongkos kirim.
Sering dicari konsumen di bengkel produksi pom mini salah satunya harga Pertamini 2 nozzle paling murah best seller terlaris diminta ialah mode mesin type portable dengan kemampuan drum kaleng 420 liter. Perlu kami berikan juga jika pemasaran unit mesin pom mini belum terhitung ongkos biaya pengangkutan dan seting penempatan sampai tempat penempatan mesin. Bandrol harga pom mini Rp.12 juta-an ini untuk mesin pertamini OTR (On The Road) tempat produksi pada agen sah showroom kami yang beralamat pusat di Jawa Barat.
Sekarang ini mesin Pom Mini mode terkini tahun 2021 Pertamini Digital banyak disukai karena ringkas performa mesinnya seperti mesin fuel dispenser yang berada di SPBU sah Pertamina. Opsi harga pom mini Rp.12 juta-an ini ada banyak variasi yakni mesin Pertamini digital ada yang alokasi untuk 2 produk dengan 2 selang nozzle untuk bensin premium / pertalite / Pertamax dan ada pula yang cuman 1 nozzle untuk bensin atau solar saja. Disamping itu ada pula pom mini 3 nozzle, dan mode drum tempat penampungan bbm ada mode portable ada pula yang tanam.
Pertanyaan beberapa orang yang cari barang mesin fuel dispenser berkenaan, Berapakah harga pom mini? itu kami jabarkan jawabnya pada tulisan berikut ini : Harga Pom Mini 2 Nozzle bedasarkan detail mesin Harga Pom Mini 2 Nozzle Kesing minimalis spesifikasi standard Rp.11.lima juta (kustom) made by order Harga Pom Mini 2 Nozzle Spesifikasi Flow Sensor Serangkaian Pompa Standard Rp. 12 Juta Harga Pom Mini 2 Nozzle Spesifikasi Flow Sensor Pompa Perputaran Rp. 13 juta Harga Pom Mini 2 Nozzle Spesifikasi Assymeter Pompa Sentripugal Rp. 28 juta Harga Pom Mini 2 Nozzle Spesifikasi Assymeter Pompa Gear Pump Rp. 50 juta Order pemesanan kontak contact fast respont berikut ini Sales Pemasaran Unit Mesin Pom Mini Digital :
Mode pom mini terkini tahun 2021 :
Harga jual pom mini 2 nozzle spesifikasi flow mtr. Rp.12.lima juta.
Video check kelengkapan barang dan aksesori mesin pom mini digital :
Gambar mode photo mesin pom mini 2 nozzle mode tahun 2019 :
Keunikan mode mesin pom mini 2 nozzle produk tahun 2020 :
Polet Cat kerangka kesing ciri khas terkini Panel depan dan belakang gunakan kunci. Roda mesin warna merah yang tahan memuat beban 420 liter. Ada feature panel emergensi setop.
Tabel Daftar Daftar Harga Jual Pom Mini Paling murah 2020 Tipe / Mode Tanam 120 liter Portable 210 liter Harga Pom Mini 1 Nozzle Rp 6.5 Juta Rp 7.5 Juta Harga Pom Mini 2 Nozzle Rp 10.5 Juta Rp 12 Juta Harga Pom Mini 3 Nozzle Rp 15 Juta Rp 16.5 Juta
Keterangan Hak Konsumen saat berpartner dengan Citra kreasi Tehnik :
Instalasi electrical CPU modul pom mini rakitan asli orisinal Citra Kreasi Bertanggung-jawab atas garansi elektrical enam bulan Harga pom mini itu telah terhitung biaya pengangkutan khusus daerah Priangan Timur Pembelian 2 unit lebih mendapatkan potongan harga harga
Dasar harga pom mini 2 nozzle up-date terkini ini kualitas standard Citra Kreasi dengan tipe mode tipe dan serangkaian pompa perputaran. Unit mesin pada harga di atas termasuk termurah dan best seller diminta dan sudah dikirimkan ke beragam penjuru wilayah di Indonesia. Mesin pom mini pertamini kerangka minimalis dua noozle dengan alat ukur flow sensor di pasar nilai jual paling murah 12. juta-an rupiah. Unit mesin itu dibikin dengan mode portable di mana drum tempat penampungan bahan bakar dipasang didalamnya. Gambar contoh mode pom mini ini ialah seperti berikut :
Mode design pom mini kerangka terlaku sekarang ini cat warna merah dan hijau dengan tinggi cashing 1.7 m. Kesing penampilan pertamini digital ini terlaris di pasar jadi produk pom mini best seller pada harga yang paling dapat dijangkau Rp. 12.5 Juta-an Tempat Jawa Barat dan Jawa tengah telah terhitung ongkos pengangkutan, training operator, seting dan bayar pada tempat. Keterangan komplet bisa disaksikan pada rincian mengenai daftar harga pom mini paling murah sampai ke arah semua kota kabupaten Propinsi di Indonesia.
Mode gambar unit mesin pom mini terkini terlaku pada tahun 2019 Harga Mesin Pom Mini 2 Nozzle Rp. 12.500.000
Detail : Kerangka mesin portable Pelat besi : 1,1 mili, tinggi 1,8 mtr., lebar depan 1.3 mtr., panjang belakang drum portable 85 cm. Panel cashing : Press mesin bending Mode : Portable dapat dipindahkan-pindah 4 roda Drum : Disimpan di dalam rencana cashing masing-masing noozel 210 liter Modul CPU : Elektrik Pertamini versus terkini display fragmen Selang : Ikatan mesin press swivel panjang 4 mtr. Noozle : standard impor tipe 11 A Automatic Garansi : enam bulan Kualitas : Bisa lolos tes terra mtr. lewat Quality Kontrol finising Harga babderol dapat berbeda sama sesuai ongkos fasilitas mekanik pengangkutan Catatan : Pembayaran dilaksanakan sesudah proses penempatan pada tempat pemesan. Harga jual pom mini digital itu telah terhitung biaya kirim daerah Priangan timur Jawa Barat dan beberapa Jawa tengah.
Catatan : Tanyakan dulu dengan masak saat sebelum lakukan transaksi bisnis. Kami bukan hanya ingin sekadar jual mesin, tapi sang pemilik mesin cepat memperoleh omset dari mesin itu. Mode Pom Mini 2 Nozzle Terbanyak diminta Koleksi galeri photo unit mesin pom mini digital terkini dan terlaku banyak diminta. Mode Pom Mini 2 Nozzle Best seller product fuel dispenser Pom Mini 2 Nozzle Instalasi bawah sisi pompa bensin kelihatan sama dalam photo gambar di atas. Kerangka kesing portable dengan drum besi masing-masing kemampuan 210 liter.
Dokumentasi Galeri photo mesin pom mini digital 2 nozzle yang sekarang ini tidak dibuat kembali karena pengurangan kebutuhan pasar karena mode telah kuno. Mode design kerangka cashing pom mini usang. Mode pom mini dua noozle design terkini warna merah mode usang tahun 2018. Design kerangka cashing pom mini 2 nozzle mode kerangka lama tahun 2015 yang saat saat ini tidak dibuat kembali. Harga Pom Mini 2 Nozzle Spesifikasi Asymeter Produksi lain dari agen pemasaran pom mini jual barang berbentuk mesin pom mini pertamini 2 nozzle mode standard. Nilai jual paket pom mini rakitan standard SPBU alat ukur Assymeter E flow mtr. dipasarkan dengan bandrol Rp.30jt. Ke-2 opsi itu telah terhitung garansi kerusakan, drum tempat penampungan, Alat pemadam kebakaran, ongkos pasang, diskusi tehnis tutorial, dan seting digital elektrik. PEMBAYARAN dilaksanakan SETELAH UNIT TERPASANG di lokasi untuk pemesan di daerah Jawa Barat, Bandung, Propinsi Jawa tengah, Jakarta, Kota Bogor, Depok, Cianjur, Sukabumi, Tangerang, Tasikmalaya, Kuningan, Sumedang, Pati, Kabupaten Cilacap, Ciamis, Semarang, atau di dua propinsi itu.
Seperti unit pada harga mesin pertamini 1 nozzle ongkos itu bisa didiskusikan dengan diskusi dan servis lewat nomor contact kantor marketing Citra Kreasi Tehnik. Sepanjang jam kerja operasional team kami bekerja professional yang terbagi dalam mekanik mesin, operator, cs, management perakitan dan sisi keuangan.
Di atas sebagai gambar mode pom mini digital cashing mesin pertamini 2 nozzle terkini mode tipe tanam. Gambar photo itu kerangka lama yang sekarang jadi masa lalu diproduksi perakitan Pom Mini Citra Kreasi dulu. Adapun detail bisa disaksikan di bawah gambar mode mesin pom mini 2 nozzle dengan batang nozzle 2 Nozzle polet warna merah, hitam, putih dan gabungan biru. Mode terkini mesin pom mini 2 nozzle Contoh mode atap pom mini 2 nozzle ukuran dimensi 3 x 3 mtr. Ada penempatan dengan paket atap sama dalam contoh mode pom mini 2 nozzle di atas Detail mesin pom mini rakitan 2 nozzle digital ialah seperti berikut :
Penampilan bodi mesin dibikin dari pelat besi memiliki ukuran minimum 1,1 mm Display harga digital dan noozle 2 biji warna merah untuk premium dan biru untuk pertamax Alat ukur memakai flow sensor berbentuk AICHI mode : OF05ZAT baru. Atau flow mtr. impor Jepang alat ukur khusus mesin pom digunakan untuk bensin. Mesin sedot ber daya listrik 120watt saat bekerja. Ukuran dimensi 120 cm x 80cm x 180 cm. CPU mesin 12 volt 220 Ampere Nozzle tipe 11A Automatic Selang warna hitam panjang 4 mtr. barang impor dari Italy Dapat ditambahkan dengan alat inverter DC to AC khusus untuk wilayah yang kerap mati listrik PLN bisa memakai Aki atau Accu motor.
Itu keterangan ringkas berkenaan harga pom bensin mini pertamini 2 nozzle dan deskripsi detail barang up-date mode terkini tahun 2019. Sedang buat anda yang di luar kota Jawa Barat seperti Bengkulu, Medan, Batam, Jambi, Kalimantan, Sulawesi, Pontianak, Pangandaran, Cilacap, Bali, Purwokerto, Semarang, Surabaya, dan kabupaten propinsi yang lain, biaya pengangkutan dan proses pembayaran bisa didiskusikan lewat contact telephone / SMS / watsapp yang tercantum di website pemasaran pom mini digital ini.
Untuk anda yang tertarik jadi distributor cabang bisa mengontak kami dan merajut kerja sama dengan persetujuan 2 sebelah pihak. Potongan harga harga pom mini khusus untuk mesin pertamini dan diskon jika sudah jadi agen cabang di kota anda. Kesempatan usaha lain khusus yang di luar pulau jawa jadi perakit mesin pom mini digital dan kami jadi suplier sparepart mesin mulai dari CPU computer, selang, noozle sampai bahan elemen yang lain yang dibutuhkan.
1 note · View note
gagosiangallery · 5 years
Text
Richard Prince at Gagosian Beverly Hills
January 15, 2020
Tumblr media
RICHARD PRINCE New Portraits Opening reception: Thursday, February 6, 6–8pm February 6–March 21, 2020 456 North Camden Drive, Beverly Hills __________ In 1984 I took some portraits. The way I did it was different. The way had nothing to do with the tradition of portraiture. If you wanted me to do your portrait, you would give me at least five photographs that had already been taken of yourself, that were in your possession (you owned them, they were yours), and more importantly . . . that you were already happy with. You would give me the five you liked and I would pick the one I liked. I would rephotograph the one I liked and that would be your portrait. Simple. Direct. To the point . . . Foolproof. I started off doing friends. Peter Nadin. Anne Kennedy. Jeff Koons. Cookie Mueller. Gary Indiana. Colin de Land.
They didn’t have to sit for their portraits. They didn’t have to make an appointment and come over and sit in front of some cyclone or in front of a neutral background or on an artist’s stool. They didn’t have to show up at all. And they wouldn’t be disappointed with the result. How could they? It wasn’t like they were giving me photos of themselves that were embarrassing.
Social Science Fiction.
Another advantage was the “time line.” If you were in your sixties and you gave me a photograph that had been taken thirty years earlier, and that’s the one I chose, your portrait ended up in a kind of time machine. I couldn’t go forward, but I could go backward. Vanity. Most of the people I did liked the younger version of themselves. So the future didn’t really matter. Half of H. G. Wells was better than no half at all.
Who knew?
After friends, I did people I didn’t know.
I had access to Warner Bros. Records and their publicity files. The files were filled with 8 × 10 glossies of recording stars that they had under contract. How I had access is beside the point. It was a long time ago. Let’s just say an A&R guy gave me access, “permission.”
I spent time in their LA headquarters, in Burbank, and went thru the metal cabinets and took the “publicities” I wanted, took them home, put them in front of my camera, and made a new photograph. The first one I did was Dee Dee Ramone.
I did Tina Weymouth, Tom Verlaine, Jonathan Richman, Laurie Anderson. I did the two girls from the B-52s.
Not knowing these people, having never met them, or talked to them, but still being able to do their portraits, excited me. Satisfaction. I spent weeks in the basement of Warner Bros. I thought I had an advantage. My method, if you could call it that, was far more flexible than the regular way portraits were taken. I didn’t need a studio. A darkroom. A receptionist. A calendar. Makeup. Stylists. I didn’t have to deal with agents or the “personality,” good or bad, of the sitter. My overhead was minimal and I could do the portrait all by myself.
By myself. That was the best.
Why I Go To The Movies Alone.
At first I thought this could be a business.
Up till then none of the art that I was making sold . . . or sold enough to make a living. I had just quit my job at Time Life the year before and was trying to make a go of it living near Venice Beach in LA . . . sharing a house with three roommates and living off the occasional sales that Hudson, my friend from Chicago, would make selling my “cartoon” drawings.
This idea of a “portrait business” made sense to me. Who wouldn’t want their portrait done this way?
I continued to do friends. Paula Greif. Dike Blair. Meyer Vaisman. I did everybody’s portraits for Wild History, a book that I put together for Tanam Press of downtown writing. The author’s portrait accompanied their contribution. Wharton Tiers. Spalding Gray. Tina L’Hotsky.
By the end of ’84 it was over.
I’m not sure if it was the lack of interest in me, or in others. (My energy evaporated.) Maybe it was the inability to convince people to commit to a commission. It was a good idea, but after doing about forty of them, I put them in a drawer and moved on. Bored? Restless? I don’t know. Let’s just say it didn’t take off.
Leave it at that.
My cartoon drawings turned into jokes and the jokes started taking up everything. In the end, I think most people would rather have their portrait done by Robert Mapplethorpe.
Thirty years. Time passes.
The social network.
I looked over my daughter’s shoulder and saw that she was scrolling thru pictures on her phone. I asked her what she was looking at. “It’s my Tumblr.” “What’s a tumbler?” I asked.
That was . . . four years ago?
About three years ago I bought an iPhone. Someone had shown me the photographs you could take with the phone. I had given up taking pictures after they got rid of color slide film. I tried digital, but couldn’t make the adjustment. I never liked carrying a camera and was pretty much inkjetting and painting anyway . . . so the idea of using a big boxy camera with all its new whistles and bows wasn’t for me.
Enter the sandman.
The iPhone was just what I needed. I couldn’t believe how easy it was to point and shoot. You didn’t have to focus. You didn’t have to load film. You didn’t have to ASA. You didn’t have to set a speed. The clarity . . .
I could see for miles.
The photos you took were stored in the phone. And when you wanted to see them, they appeared on a grid. The best part: you could send a photo immediately to a friend, to an e-mail, to a printer . . . or, you could organize your photos, like my daughter had, and post them publicly or privately.
When worlds collide.
I asked my daughter more about Tumblr. Are those your photos? Where did you get that one? Did you need permission? How did you get that kind of crop? You can delete them? Really? What about these “followers?” Who are they? Are they people you know? What if you don’t want to share? How many of your friends have Tumblrs?
What’s yours is mine.
My daughter’s “grid” on Tumblr reminded me of my Gangs I did back in ’85 . . . where I organized a set of nine images on a single piece of photo paper and blew the paper up to 86 × 48. The gangs were a way to deal with marginal or subsets of lifestyles that I needed to see on a wall but not a whole wall. Each gang was its own exhibition. Girlfriends, Heavy Metal Bands, Giant Waves, Bigfoot Trucks, Sex, War, Cartoons, Lyrics . . . were all rephotographed with slide film, and when the slides returned, they were “deejayed” and moved around on a custom-made light box until the best nine made the cut. The “cut” was then taped together (the edges of the slide mounts were pushed up against each other and Scotch-taped), the nine taped slides were sent to a lab where an 8 × 10 internegative was made, and from the internegative the final photo was blown up. I’ve probably lost you. Technical stuff . . . application and technique. Sometimes it’s better to leave the “background” out of it. Better to “take it for granted.” Why should I care how a photograph is made?
Only sometimes.
How was it called back then? Sampling?
Primitive now, but back then . . . 50-inch photo drums were few and far between. The paper was 50 inches wide and came in a huge roll. If you wanted to, you could take a roll and roll it down the street, roll it down the sidewalk, roll it all the way down the West Side Highway.
Shakespeare’s in the alley?
No. Philip Roth is in the alley.
Joan Didion is in the alley.
Don DeLillo is in the alley.
What’s up, pussycat?
There’s a lot of cats on Instagram. Food too.
And there’s tons of photos of people who take photographs of themselves. (Yes, I know the word.)
On the gram. I was just asked why I like Instagram. I said, “Because there’s rules. And if you break the rules, you get kicked off.”
I got to Instagram thru Twitter.
Twitter first.
I’m not sure when I first started tweeting, but I liked trying to fit a whole story into 140 characters.
I call it Birdtalk.
I used to bird in the early ’90s for Purple magazine and birded in my first catalogue for Barbara Gladstone in ’87.
Short sentences that were funny, sweet, dumb, profound, absurd, stupid, jokey, Finnegans Wake meets MAD magazine meets ad copy for Calvin Klein. Think Dylan’s Tarantula. Then think some more and think Kathy Acker’s Tarantula.
Or, don’t think at all. I know I don’t.
Sometimes.
Sometimes I write down the first sentence that starts off my favorite novel.
Relative. I’m not much of a theory guy. But sometimes I think there was a reason why Einstein was a technical assistant in the Swiss patent office.
Let me fill your cup.
Twitter accepts photos, but is mainly text-based. I like to combine the two and tweet both photo and text.
I called the photo/text tweets I was posting . . . “The Family.”
I posted photos of my extended family . . . mother, brother, sister, nieces, cousins, uncles, aunts, in-laws, stepchildren, boy- and girlfriends. I would caption the photos with a short description of who, what, why . . . measuring my words so that they fit into the guidelines of the platform.
After posting the photo/text, I sent the information to my printer and inkjetted an 11 × 14 print of the marriage. I made thirty-eight “Family” tweets.
Distribution.
I placed each “Family” tweet in a plastic sleeve and pushpinned the sleeve to the wall. The wall was at Karma. I put all thirty-eight up. Salon style. It was Saturday. The doors opened at 12 pm. By 12:15 pm all thirty-seven were gone. One to a customer. I kept the one that had my father, mother, and sister in it. (My father and mother were naked, and my sister was sitting in between. My family wasn’t like yours. Hobnob doesn’t begin to describe them.) I sold the “Family Tweets” for $12 each. First come, first served.
Well, well, well . . .
In ma ma ma my wheeeeeeeel house.
I used to stutter. By the ninth grade, the sparkle was in my eye. It got so bad, the impediment turned me into a clam. I slept all day, every day. I wouldn’t get up until Sunday. I waited for Bonanza to come on the TV. I loved the cowboy father and his three sons.
Two summers ago, my niece was working for me out on Long Island and she showed me how to screen save. I didn’t know about the option. What other options don’t I know about?
Screen Save.
This might be one of the best applications in an apparatus that I’ve ever encountered. All-time. Hall of fame. First place. Just what I need. MORE photographs.
Hey kids . . . what time is it?
Now I have a theory.
I was beside myself.
Congratulations.
This past spring, and half the summer, the iPhone became my studio. I signed up for Instagram. I pushed things aside. I made room. It was easy. I ignored Tumblr, and Facebook had never interested me. But Instagram . . .
I started off being RichardPrince4.
I quickly recognized the device was a way to get the lead out. If Twitter was editorial . . . then Instagram was advertising.
A gazillion people.
Besides cats, dogs, and food, people put out photos of themselves and their friends all the time, every day, and, yes, some people put themselves out twice on Mondays. I started “following” people I knew, people I didn’t know, and people who knew each other. It was innocent. I was on the phone talking to Jessica Hart and had just looked at her “gram” feed before picking up the phone. I asked about a picture she posted of herself standing in front of a fireplace wearing what looked to be ski clothes and big fur boots. The post was in black and white, head to toe, full figure, and behind her, above the mantel, there was a portrait of Brigitte Bardot. I told her someone should make a portrait out of this photo. She said, “Why don’t you?”
Come to think of it.
I’m not sure if she knew about my Family Tweets. She might have. I think we even talked about them after she came to my studio for a visit. After I got off the phone, I thought about her suggestion: “Why don’t you?”
I went back to her feed and screen saved her “winter” photo. I sent the save to my computer, pressed “empty subject,” pressed “actual size,” and waited for it to appear in a doc, checked the margins and crop, clicked on the doc, and sent it to my printer. My inkjet printer printed out an 11 × 14-inch photo on paper . . . I took the photo out of the tray and put it on my desk.
Looking at Jessica’s feed reminded me of 1984. Except this time I had more than five photos to choose from. I went back to her feed a second time. I scrolled thru maybe a hundred photos she had posted and looked at all the ones that included her. The one in front of the fireplace was still the best.
Walk on.
Jessica had tons of followers. Thousands. And a lot of them had “commented” on what she posted. I read all the comments that had been posted under her fireplace photo. There was one comment I wish I could have gotten in my original screen save. When you screen save an Instagram image, you can get maybe three, four comments in the save if you include the person’s “profile” icon that appears on the upper left of the page. I decided early on I wanted the person’s icon to be part of the save. But what else could I save?
I went back to my desk and kept staring at the printout of Jessica. What do I do now?
I didn’t want to paint it.
I didn’t want to mark it.
I didn’t want to add a sticker.
Whatever I did, I wanted it to happen INSIDE and before the save. I wanted my contribution to be part of the “gram.” I didn’t want to do anything physical to the photograph after it was printed.
Five cents.
I went back to the comment.
I commented on Jessica’s photo in front of the fireplace, but my comment was one of hundreds and showed up outside, way down at the bottom . . . out of the frame.
If I wanted my comment to show up near her picture . . . how?
I got lucky.
I’m terrible when it comes to the tech side of technology. But somehow I figured out how to hack into Jessica’s feed and swipe away all her comments and add my own so that it would appear under her post. The hack is pretty simple and anyone can do it. You hit the gray comment bar and pick a comment you don’t want and swipe with your finger to the left, and a red exclamation mark appears. You press on the exclamation mark and four things come onto the bottom of your screen.
1. Why are you reporting this comment?
2. Spam or Scam
3. Abusive Content
4. Cancel
To get rid of the comment, you click on Spam or Scam. It’s gone. Just like that I could control other people’s comments and Jessica’s own comments. And the comment that I added could now be near enough to Jessica’s photo that when I screen saved it, my comment would “show up.” Make sense? It’s about as good as I can do. What can I say? Einstein and cuckoo . . .
So now . . .
So now I was in.
Waiting to follow.
Richardprince4 would appear at the bottom of Jessica’s final portrait. My comment, whatever it would be, would always be the last comment. The last say so. Say so. That’s good. That could work. My “in” was what I ended up saying. And what I would say would be everything I ever knew . . . what I knew now and what I would know in the future.
Tell Me Everything.
Finnegans Wake meets MAD magazine.
Zoot Horn Rollo. You seem to be where I belong (emoji).
The first three portraits I did were of women I knew. Or almost knew. Jessica, I knew. Pam Anderson, I knew. Sky Ferreira? I didn’t know, but was following her and had been reading about her new album and seeing posters of her album broadsided on sheets of ply on the Bowery and on Lafayette near Bond. I wasn’t sure what I was doing or why I chose these three. I just had lunch with Pam and had seen Jessica in LA. Sky, I was following because she seemed interesting. There was nothing more. No attraction. No fan. No desire. No date. No wanting anything from her. And the pictures she posted were candid, boozy, and seemed to be letting the viewer in on some kind of backstage diary. She also had thousands of people following her, and I could tap into her followers and follow them. I can do that? I didn’t even know I could follow the followers. Like I said, the hardware was all new . . . and I was just getting started.
The shoreline is never the same. (Like it should be.)
When I first started getting rid of comments, I thought the person whose comments I was getting rid of might get pissed. “What happened to all my comments?” I found out quickly that “the getting rid of” only affected my feed. The deleted comments didn’t affect the followers’ feeds. Their comments were still there even though they were gone from mine. All that happened is that MY comment showed up below their photo. Was I allowed? Yes. I guess so. It’s hard to explain. But the process is open, and at the moment, it’s the way it works and anyone and everyone can do it.
The language I started using to make “comments” was based on Birdtalk. Non sequitur. Gobbledygook. Jokes. Oxymorons. “Psychic Jujitsu.”
Some of the language came directly from TV. If I’m selecting a photo of someone and adding a comment to their gram and an advertisement comes on . . . I use the language that I hear in the ad. Inferior language. It works. It sounds like it means something. What’s it mean? I don’t know. Does it have to mean anything at all? I think about James Joyce confessing to Nora Barnacle. I think about opening up to page 323 of Finnegans Wake. Then I think about notes and lyricism. Policy. Whisper. Murmurs. Mantra. Quotation. Advice.
Chamber Music.
Didn’t Duke Ellington say, “If it sounds good, it is good”? He did say that, didn’t he?
Who are these people?
Larry Clark, Diane Arbus, Robert Mapplethorpe take great portraits. I’ve watched Larry take photos and I don’t know how he does it. I wouldn’t know where to begin. I could never go up to a stranger and ask them if I could take their picture. I’ve done it maybe two or three times and didn’t enjoy it. That part of art is in Larry. It isn’t in me. I feel more comfortable in my bedroom looking thru Easyriders and poring over pictures of “girlfriends” that are right there on the page. Page after page. Looking. Wondering. Anticipating. Hoping. What will be on the next page? Will I find a girlfriend that I really like? That’s my relationship with what’s out there. It’s as close as I want to get. That’s what’s in me.
IG is a bedroom magazine.
I can start out with someone I know and then check out who they follow or who’s following them, and the rabbit hole takes on an out-of-body experience where you suddenly look at the clock and it’s three in the morning. I end up on people’s grids that are so far removed from where I began, it feels psychedelic. Further. I’m on the bus. I feel like I’m part of Kesey’s merry tribe. I’m reminded of Timothy Leary’s journals, which I purchased years ago from John McWhinnie, and the concentration that came over me when I discovered his hand-drawn map of his escape from jail. How he literally shimmied on a wire that had been strung up from an outer utility building to the perimeter prison wall . . . and how I would trace with my finger his overland express to Tangier, where he hooked up with Black Panther Eldridge Cleaver and spent the next year seeking asylum in different parts of North Africa, ultimately ending up in Switzerland where his ex-wife ratted him out, and how fighting extradition took up the rest of his life. Wow, now it’s four in the morning.
Tune In, Turn On, Come Out.
“Trolling.”
If you say so.
I never thought about it that way. The word has been used to describe part of the process of making my new portraits. I guess so. It’s not like I’m on the back of a boat throwing out chum.
“We’re going to need a bigger boat.”
Included.
Everyone is fair.
Game.
An even playing field.
“Outside my cabin door. Said the girl from the red river shore.”
Men. Women. Men and women. Men and men. Women and women. Blacks Whites Latinos Asian Arabs Jews Straights Gays Transgender. Tattoos and scars. Hairy.
I don’t really know the score.
The ones I adore.
I just know where I belong.
“Oh, there I go. From a man to a memory.”
How do I tell you who or why I pick? I can’t. It would be like telling you why I pick that joke. WHY THAT ONE? There’s thousands of jokes. I read them all. It takes days to read just one joke book. 101 of the World’s Funniest Jokes. Days. If I get one, find one, like one, out of the 101, it’s a good day.
People on IG lead me to other people. I spend hours surfing, saving, and deleting. Sometimes I look for photos that are straightforward portraits (or at least look straightforward). Other times I look for photos that would only appear, or better still . . . exist on IG. Photos that look the way they do because they’re on the gram. Selfies? Not really. Self-portraits. I’m not interested in abbreviation. I look for portraits that are upside down, sideways, at arm’s length, taken within the space that a body can hold a camera phone. What did de Kooning say? “When I spread my arms out, it’s all the space I need.”
At first I wasn’t sure how to print the portrait. I tried different surfaces, different papers. Presentation? Frame? Matt? Shadowbox? I tried them all. Finally this past spring my lab introduced me to a new canvas, one that was tightly wound, a surface with hardly any tooth. Smooth to the touch. Almost as if the canvas were photo paper. It was also brilliantly white. I don’t think it could be any whiter. And . . . the way the ink jetted into the canvas was a surprise. It fused in a way that made the image slightly out of focus. Just enough. The ink was IN and ON the canvas at the same time. When I first saw the final result, I didn’t really know what I was looking at. A photographic work or a work on canvas? The surprise was perfect. Perfect doesn’t come along very often. The color that had been transferred from the file of the computer to the jet, from jet to canvas, was intense, saturated, rich. If someone I followed had blue hair, their hair looked like it had been dyed directly onto the canvas. Dye job. Rinsed. Beauty salon. It was brilliant, great color. You might call it “vibrant.” The vibe between the image and the process was “sent away for,” seamless, effortless . . . all descriptions I used to use when I tried describing my early “pens, watches, and cowboys.” (Has it really been forty years?) The ingredients, the recipe, “the manufacture,” whatever you want to call it . . . was familiar but had changed into something I had never seen before. I wasn’t sure it even looked like art. And that was the best part. Not looking like art. The new portraits were in that gray area. Undefined. In-between. They had no history, no past, no name. A life of their own. They’ll learn. They’ll find their own way. I have no responsibility. They do. Friendly monsters.
Speak for yourself.
To fit in the world takes time.
For now, all I can say is . . . they’re the only thing I’ve ever done that has made me happy.
http://www.richardprince.com/writings/bird-talk
Close
12 notes · View notes
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Artists’ Book Display for the week of October 28th, 2019
Blast 4 : Bioinformatica by New York, NY: X-Art Foundation, 1994
Re...view 1492-1992. - No.4 October (1992) by Steven Schiff- New York: Re…view, 1992
A Pair of eyes by Reese Williams- New York: Tanam Press, 1983
World War 3 illustrated. - No. 9 published in New York, 1987
6 notes · View notes
kemungkinan-blog · 5 years
Text
(Video) Pelancong China tanam pampers berisi najis dalam pantai undang kemarahan netizen Filipina
Tumblr media
Video pelancong yang dipercayai dari China viral di media sosial mencetuskan kemarahan netizen di Filipina. 
Klip video yang dirakam pada 13 Ogos di Boracay menunjukkan seorang wanita sedang membersihkan anaknya yang baru habis membuang, sementara seorang lagi wanita menanam lampin pakai buang itu di dalam pasir. 
Ok I’m pRESSED about those Chinese women having the audacity to bury their child’s diaper in the sands of Boracay. DISGUSTING. The island has trash bins scattered along the front beach and they really chose to place it in the sand 😩😩 pic.twitter.com/PAfTQuf4yR
— ianni (@yannimiraflores) August 13, 2019
Susulan video itu viral meluas di media sosial, pihak berkuasa terpaksa menutup bahagian pantai Boracay yang terjejas semalam untuk tempoh 72 jam bagi membersihkan kawasan itu. 
Pihak berkuasa juga sedang mengesan tiga pelancong berkenaan dan akan mendakwa mereka mengikut undang-undang sedia ada atas tuduhan membuang sampah di tempat awam. 
Sumber: ABS CBN NEWS, World of Buzz
from The Reporter https://ift.tt/2yWnRsb via IFTTT from Cerita Terkini Sensasi Dan Tepat https://ift.tt/2TuBTec via IFTTT
1 note · View note
pabrikkolamterpal · 2 years
Text
Tumblr media
Jual Kolam Terpal Di Malang
untuk informasi lebih lanjut dan Pemesanan Bisa langsung wa ke nomor ibu fitri :
0857.2546.5914 atau link wa : https://wa.me/message/XL7USDTCVIORF1
Terpal Kolam Terpal Ikan Kotak Orchid 100x200x100 / 200x100x100 / 2x1x1 / 1x2x1 Bahan Orchid Untuk Budidadya Ikan
⚠️ KETAHANAN 6 TAHUN (ORCHID) ⚠️
Bahan : Orchid
Warna : Biru, Hijau dan Hitam
Panjang : 200 cm
Lebar : 400 cm
Tinggi : 100 cm
✅ KELEBIHAN KOLAM TERPAL  
• Proses Sambungan Menggunakan Mesin Press
• Disekeliling Terpal Sudah Terpasang Lobang Tali
• Pembuangan Sudah Terpasang
• Anti Air / Efek Daun Talas
• Tanpa Lipatan
• Anti Jamur
✅ BARANG READY SET SIAP DIORDER KAPANPUN
✅ BISA REQUEST BERBAGAI UKURAN (CHAT ADMIN)
✅ SUDAH BERBENTUK KOTAK & TERPASANG KANCING + RING .
⚠️ CARA MEMULAI TERNAK IKAN DENGAN BENAR⚠️
1. Pasanglah alas sebelum memasang terpal kolamnya, Tujuannya ketika panen / ketika diinjak terpalnya tidak mudah sobek
2. Isilah aer terlebih dahulu dan diamkan selama - + 3>4 hari Dan jangan tanam bibit ikan terlebih dahulu Untuk menghilangkan bau kimia Yang terkandung dalam material terpal
Jual Terpal Kolam Di Denpasar, Jual Kolam Terpal Emirates, Jual Kolam Terpal Eppadi, Jual Kolam Terpal Fullset, Harga Kolam Terpal Full Set, Harga Kolam Terpal Bulat Fullset, Harga Kolam Terpal Ikan Gurame, Jual Terpal Kolam Gresik, Harga Kolam Terpal Gresik.
Untuk Info Pemesanan :
HP/WA 0857.2546.5914
Alamat :
JL.Ikan tombro timur no.07 rt 05/rw 04, kel. Tunjungsekar,kec.lowokwaru,kota malang (65142) Madani Farm
#Harga Kolam Terpal Lingkaran#Harga Kolam Terpal lele Bulat#Harga Kolam Terpal Lobster Air Tawar#Jual Terpal Kolam Lele Di Bandung#Harga Kolam Terpal Lele Purwokerto#Jual Kolam Lele Terpal#Jual Beli Terpal Kolam Lele#Jual Terpal Kolam Lele Jogja
0 notes
generasbir · 2 years
Text
Israel fake news
Media Israel Propaganda
Media Palestina dilarang meliput apa yang terjadi sebenarnya "Namun beda dengan media Israel mereka Meliput apa yang mereka inginkan. Tapi ingat kelak ada balasannya "Apa yang mereka tanam itulah yang mereka petik.
."Katanya
 Yahudi Israel anak Tuhan Kok Buat kekacauan, intimidasi _ mengebom orang yang tidak bersalah _ mengusir_ membenci _ Apakah itu yang diajarkan Tuhan Israel.
      Seharusnya Israel Malu "Apa lagi menyebut-nyebut anak Tuhan" Tahayul"Tidak mengakui Messiah lagi
Media Israel _ Media Barat _ Media Antek asing 11-12 
Kepalsuan, kebohongan, Zionis Israel pasukan Dajjal termaksud pasukan As, Prancis, Inggris, Australia masih banyak lagi, Sekumpulan orang-orang Munafik yang tidak bisa dipercaya.
       SEORANG rabi Yahudi, Yisroel Dovid Weiss, menegaskan dalam kitab Taurat tercantum larangan pembentukan negara Israel "Pernyataan 
 Weiss ini disiarkan oleh Press TV.
Sudah jelas Yahudi tidak boleh memiliki negara. "Isi kitab Taurat sudah menjelaskan"
Tumblr media
1 note · View note
wangs-things · 2 years
Photo
Tumblr media
*Arutala - Kopi Flores Bajawa Arabika 500 Gram Giling Kasar* Kopi Flores Bajawa Arabika PIRT No. 5103671010408-26 Exp Date : 30-09-2023 "Arutala Coffee - Secre... Harga *Rp110.200* *Produk 100% original* PIRT No. 5103671010408-26 -ARABICA FLORES COFFEE- "Arutala Coffee - Secret of Roasting" Flores Coffee Beans are grown in small highland area along the southern coast within 1200-1600meters altitude above the sea level. Bagi penikmat kafein, tidak salah memilih jenis kopi ini. Kualitas spesial dari kopi Flores Bajawa ini adalah body yang full dan memiliki rasa spicy dan fruity. Dengan digoreng di artisan roastery-in-house kami, langsung memberikan sentuhan rasa karamel yang natural dan dark chocolate, YUM! DESKRIPSI PRODUK Kemasan : Exclusive Flat Bottom Pouch 100% Kopi Arabika Daerah tanam: Flores Bajawa Netto 500 gram TASTE PROFILE Flavor Notes : Spices, Tropical Fruit, Sweet, Dark Chocolate Acidity : Medium Body : Medium Aftertaste : Clean *Cupping SCAA standard *Cara brewing menentukan taste profile PILIHAN BENTUK KOPI Biji untuk penyimpanan lebih lama dan digiling sendiri sebelum digunakan Giling kasar/coarse untuk french press, cold brew, chemex Giling sedang/medium untuk syphon, aeropress, pour over (kalita, v60), vietnam drip Giling halus/fine untuk mokapot, turkish, ibrik, tub Selamat menikmati !" Exp Date : 30-092023 Berat: 500gr Klik di sini untuk beli produk: https://berikhtiar.com/kita.senan.ef4/product/arutala-kopi-flores-bajawa-arabika-500-gram-giling-kasar https://www.instagram.com/p/Cf25MNcv3m5/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
garadinervi · 2 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Jenny Holzer – Peter Nadin, Eating Through Living, Tanam Press, New York, NY, 1981 [Walker Art Center, Minneapolis, MN. © Jenny Holzer, Peter Nadin / ARS, New York]
52 notes · View notes
Text
UNGGUL!! TELP! 0813-9313-9465, Produsen Media Tanam Cocopeat Dan Sekam Bakar Cimahi, Toko Mesin Cocopeat Cirebon, Pupuk Cocopeat Depok
 klik https://wa.me/6281393139465, Produsen Media Tanam Cocopeat Dan Sekam Bakar Cimahi, Toko Mesin Cocopeat Cirebon, Pupuk Cocopeat Depok, Produsen Cocopeat Sukabumi, Pembeli Cocopeat, Supplier Cocopeat, Supplier Cocopeat, Sabut Kelapa Cocopeat, Tanaman Cocopeat, Cocopeat Terdekat, Cocopeat 10kg Price 
Tumblr media
 Krajan Mas Coco Merupakan Grosir, Harga, pengrajin, produsen, Jual. Menerima pesanan Keset sabut kelapa, Tali sabut kelapa, Cocomesh, cocopeat, cocofiber, pot, Ijuk Resapan, Tali Ijuk, Tampah Bambu, Topi Caping, Besek Bambu, sarang burung dllpot sabut kelapa, lokasi di kebumen. Hubungi Bapak Wahid 0813-9313-9465
Produsen Harga Sekam Bakar Dan Cocopeat Cimahi, Toko Harga Cocopeat Surabaya Cirebon, Harga Cocopeat Block Depok, Harga Cocopeat 1 Kg Sukabumi, Harga Mesin Press Cocopeat, Jual Cocopeat, Jual Cocopeat, Jual Cocopeat Terdekat, Jual Cocopeat Bandung, Jual Cocopeat Di Medan, Jual Cocopeat Bogor
 #hargasekambakardancocopeatCimahi, #hargacocopeatsurabaya, #Cirebon, #hargacocopeatblock, #Depok, #hargacocopeat1kg #Sukabumi, #hargamesinpresscocopeat, #jualcocopeat, #jualcocopeatterdekat, #jualcocopeatbandung, #jualcocopeatdimedan, #jualcocopeatbogor,
0 notes
shofwankarim2 · 3 years
Text
Sutan Takdir Alisyahbana dan Kebudayaan
BAB III KONSEP KEBUDAYAAN SUTAN TAKDIR ALISJAHBANAA. Beberapa Definisi KebudayaanSebelum melangkah ke pemikiran kebudayaan Sutan Takdir Alisjahbana, penulis lebih dulu akan menjelaskan definisi kebudayaan yang bisa dijadikan pijakan. Memang berdebat tentang kebudayaan sebagai konsep merupakan persoalan yang paling menarik karena selain banyaknya definisi yang pernah dilontarkan oleh beberapa budayawan juga karena konsep kebudayaan itu sendiri berhadapan dengan praksis yang memiliki ground di dalam perwujudannya.Harus dikatakan pula bahwa sangatlah sulit merumuskan suatu definisi mengenai kebudayaan yang dapat diterima oleh umum. Setiap ahli yang pernah meneliti kebudayaan cenderung mempunyai versi definisi masing-masing. Maka tidak heran bila terdapat banyak definisi kebudayaan.Istilah “kebudayaan” atau Culture dalam bahasa Inggris, berasal dari kata kerja dalam bahasa latin colere yang berarti bercorak tanam (coltivation); dan bahkan di kalangan penulis pemeluk agama Kristen istilah culture juga dapat diartikan sebagai ibadah atau sembahyang. Sedangkan dalam bahasa Indonisia istilah “kebudayaan” berasal dari kata Sansekerta buddhayah bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi atau akal. Jadi ke-budaya-an dapat diartikan sebagai hal-hal yang 35
bersangkutan dengan budi dan akal manusia.35 Koentjarningrat mendifinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan miliknya sendiri dengan proses belajar.36 Dan Sidi Gazalba memandang bahwa kebudayaan sebagai cara berpikir dan cara merasa, yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan dari segolongan manusia yang membentuk satu kesatuan sosial dalam suatu ruang dan suatu waktu.37Dan dapat juga dipahami kebudayaan sebagai; Kebudayaan Sebagai Struktur; bahwa ada struktur yang tetap a historisyang melatarbelakangi berbagai kebudayaan yang amat bervariasi. Realitas eksternal (nature) tidak pernah independen dari pikiran manusia. Jadi dalam pikiran manusia sudah ada struktur yang sama dengan realitas meskipun dalam kenyataannya berwujud bermacam- macam. Kebudayaan sebagai sistem simbolik; kebudayaan dipahami sebagai sesuatu yang kaya makna, unik dan proses kongkrit dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pemahaman ini, kebudayaan tidak lagi dipandang sebagai struktur melainkan suatu teks. Manusia dipandang bukan sebagai obyak dari kebudayaan melainkan sebagai sebyek yang aktif memaknai simbol-simbol.35 Rafael Raga Maran, Manusia dan Kebudayaan dalam Perpektif Ilmu Budaya Dasar (Jakarta; Rineka Cipta, 2007) Hal 2436 Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan,(Jakarta; PT. Gramedia Pustaka Utama, September 2000) hal 937 J.W.M. Bakker Sj, Filsafat Kebudayaan sebuah Pengantar, (Yogyakarta; Kanisius, 1984) hal 21 36
c. Kebudayaan sebagai seluruh perangkat pengetahuan, gagasan dan karya yang mengandung nilai-nilai yang masih dalam proses; jadi masih mencari wujud dan isinya.38d. Kebudayaan sebagai sistem adapatasi; dipahami bahwa kebudayaan dilihat sebagai pengetahuan dan strategi mengenai lingkungan dan cara-cara memenuhi kebutuhan hidup manusia.39Menurut pemahaman Ruht Benedict, bahwa kebudayaan merupakan pola- pola pemikiran dan tindakan tertentu yang terungkap dalam aktivitas, sehingga pada hakekatnya kebudayaan itu sesuai dengan a way of life, cara hidup tertentu, yang memancarkan identitas tertentu pula pada suatu bangsa. Sedangkan menurut pemahaman Rustam Efendi kebudayaan diartikan sebagai seluruh perangkat pengetahuan, gagasan dan kerya yang mengandung nilai-nilai hidup yang baku dan diwariskan dari generasi ke generasi, bisa dipahami bahwa kebudayaan sebagai kristalisasi budaya. Proses dan hasil generasi untuk kehidupan manusiawi yang lebih baik.40 Dan Kebudayaan dapat juga pahami sebagai upaya masyarakat untuk terus menerus secara dialektis menjawab setiap tantangan yang dihadapkan kepadanya dengan menciptakan berbagai prasana dan sarana, pada intinya adalah proses terus menerus menyimak kadar dinamika dari sistem nilai dan sistem kepercayaan yang mapan dalam masyarakat.38 Abu Hasan Asy’ari (editor), Manusia Renaissance....Hal 227 39 Suhermanto Dja’far (diktat), Filsafat Kebudayaan, (Surabaya; eLkaf) hal 2-3 40 Hans J. Daeng, Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan, (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, Maret 2000) Hal 45. 37
Secara lebih luas definisi kebudayaan dikemukakan oleh ahli antropologi, E. B. Tylor, Dia menyatakan bahwa Kebudayaan adalah suatu keseluruhan kompleks yang mencakup pengetahuan, keyakinan, seni, susila, hukum adat dan setiap kecakapan dan kebiasaan seseorang sebagai anggota masyarakat.Begitu banyaknya pengertian-pengertian kebudayaan sehingga sulit untuk menemukan mana yang benar dan salah, mana yang sesuai dan tidak sesuai dengan zaman. Kesulitan dalam menentukan ini bukan karena banyaknya segi dan unsur- unsurnya, tetapi karena oleh sifat-saifatnya yang dinamis yang selalu berubah. Dalam hal ini kami tidak secara rinci menjelaskan permasalahan definisi-definisi kebudayaan yang begitu banyak dan dinamik. Namun kami di sini hanya ingin menjelaskan secara detail pengertian kebudayaan menurut Sutan Takdir Alisjahbana, dalam pemahamannya pengertian kebudayaan dimaknai sebagai proses dinamisasi, yang mana Sutan Takdir dalam hal ini lebih cenderung menggunkan budi. Lebih jelasnya di bawah ini penjelasan Sutan Takdir tentang pengertian kebudayaan.B. PengertianKebudayaanMenurutSutanTakdirAlisjahbanaMenurut Sutan Takdir istilah kebudayaan berasal dari kata “budi” dan “daya”. Kata ’budi’ berarti pikiran, kesadaran yang disebabkan seseorang berpikir, sedang kata ’daya’ artinya ialah kekuatan untuk menghasilkan atau mencapai sesuatu. Jadi kata budaya atau kebudayaan bisa diartikan pula sebagai sebuah kemampuan menggunakan pikiran untuk menghasilkan atau menjelmakan nilai-nilai yang baik yang dapat memajukan kehidupan. 38
Dalam pemahaman Sutan Takdir, bahwa kebudayaan itu berasal dari budi, karena menurut Sutan Takdir budi merupakan dasar dari segala kehidupan kebudayaan manusia, yang di dalamnya terkandung dorongan-dorongan hidup yang dasar, insting, perasaan, dengan pikiran kemauan dan fantasi. Dan dengan budi ini pula yang membedakan antara manusia dan hewan. Manusia mempunyai kesadaran akan nasibnya yang terlempar ke alam semesta yang penuh rahasia dan tak terbatas dalam ruang dan waktu, menyadari kekecilannya dan kelemahannya, dan oleh suatu desakan jiwanya. Sehingga untuk menutupi kelemahan tersebut manusia kadang melakukan bermacam-macam upacara, pembaktian dan lain-lain. Maka terciptalah agama yang serba ragam konsep Tuhannnya, dogmanya, upacaranya, sembahnyangnya, tabunya, berbeda menurut zaman dalam sejarah dan berbeda menurut perbedaan berbagai kebudayaan.41 Dilihat dari penjelasan di atas, maka bahasa Indoensia tepat sekali memakai perkataan budi sebagai dasar dari pada budidaya atau kebudayaan, karena menghubungkan budaya dengan budi.42Sutan Takdir dalam pandangannya memahami kebudayaan di sini lebih menekankan menggunakan istilah akal-budi. Karena baginya akal-budi merupakan keseluruhan hidup manusia, yang mengatasi keperluan alam yang bersifat dasar dan berasal dari dorongan hidup dan insting serta dalam menilaiDengan demikian hukum yang dilahirkan oleh pencapaian akal budi menurut Sutan Takdir menjadi semacam keharusan yang harus ditaati, menjadi41 Sutan Takdir Alisjahbana, Perkembangan Sejarah Kebudayaan Indonesia; dilihat dari jurusan nilai. (Jakarta: Idayu Press cetakan kedua 1977) Hal 642Abdul Hadi,, Sutan Takdir Alisyahbana Dan Pemikiran Kebudayaannya, http://fajartimur.wordpress.com, 26 Februari 2008. 39
kategori imperatif. Seperti dalam pemikiran Kant43, etika juga merupakan tumpuan utama dalam pemikiran Sutan Takdir sebab ia dianggap sebagai persoalan inti dalam kebudayaan. Secara tidak disadari Sutan Takdir sangat mengerti makna pepatah Melayu, ”Yang kurik sufi, yang merah saga/Yang baik budi, yang indah bahasa” – yang diturunkan dari isi kitab seperti Taj al-Salatin karangan Bukhari al-Jauhari.44 Dalam perkataan ’budi’ atau meminjam istilah bahasa Jerman geist akan ketara penjelasannya bahwa budi akan terangkum suatu pencapaian pikiran, moral dan tingkat kebajikan yang tercetus dalam nilai-nilai yang baik dan indah.Menurut Sutan Takdir ketundukan manusia kepada hukum budi atau Geist-nya itulah yang menentukan kemanusiaan dan memungkinkan manusia menciptakan kebudayaan yang tinggi. Tetapi sebagai budayawan yang dipengaruhi ide-ide Pencerahan, Sutan Takdir juga mempersoalkan hak-hak dan kebebasan manusia. Lantas dalam kaitannya dengan keterikatan dan ketundukannya kepada hukum budi itu, dimanakah letak kebebasan kehidupan pribadi, masyarakat dan kebudayaan? Kebebasan manusia yang berbudi itu, kata Sutan Takdir, terletak dalam kebebasannya memilih nilai-nilai yang menjadi motivasi, pendorong dan sekaligus tujuan dari perilaku dan perbuatannya. Berangkat dari pandangannya ini Sutan Takdir mengartikan kebudayaan sebagai keseluruhan penjelmaan dari proses penilaian dan nilai-nilai yang muncul dari perilaku, perbuatan, perkembangan benda-benda rohani43Kant (1724-1804) merupakan Filsuf Jerman yang pemikiran-pemikiran sangat brilian, ia membedakan antara akal-budi (verstand)dengan rasio (vernunft), menurutnya akal-budi mempunyai tugas yaitu mengabungkan data-data iderawi dan mengambil keputusan, sedangkan rasio membentuk mengatur argumen-argemunetasi (K.Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat, Yogyakarta; Kanisius, 1998, hal 61-62)44 Abdul Hadi,, Sutan Takdir Alisyahbana....., 26 Februari 2008. 40
dan jasmani manusia, yang kesemuanya berintegrasi dalam suatu pola atau konfigurasi. Berdasarkan ini, sebagai kelengkapannya, Sutan Takdir mengartikan lebih jauh kebudayaan sebagai penjelmaan keaktifan budi manusia dalam menanggapi persoalan-persoalan kehidupan dan nilai-nilai.Karena kebudayaan adalah penjelmaan nilai-nilai, maka persoalan terpenting bagi kita yang ingin membangun teori kebudayaan ialah membuat pengelompokan secara teliti tentang nilai-nilai. Dalam usahanya itu Sutan Takdir bertolak dari Edward Spranger, yang dalam bukunya Lebensformen membagi enam nilai yang membuat suatu kebudayaan terjelma: (1) Nilai teori yang menentukan identitas sesuatu; (2) Nilai ekonomi yang berupa kegunaan atau utility; (3) Nilai agama; (4) Nilai seni yang menjelmakan keekpresian atau expresive; (5) Nilai kuasa atau politik; (6) Nilai solidaritas yang menjelma dalam cinta, persahabatan, gotong royong, kesadaran kelompok, dan lain-lain.45Keenam nilai tersebut terdapat pada semua kebudayaan, masyarakat, pribadi, malahan sebagai apriori dari budi manusia. Masing-masing memiliki pula logika, tujuan, norma dan realitas yang berbeda. Ia terjelma dalam suatu integrasi, bergantung pada integrasi pribadi, golongan masyarakat atau komunitas yang menjadi pendukung suatu kebudayaan. Jika nilai teori dan ekonomi bekerjasama, maka suatu masyarakat akan mampu menghadapi hukum alam karena keduanya bersifat rasional. Adapun nilai kuasa dan solidaritas merupakan unsur yang membentuk organisasi kemasyarakatan. Sedangkan nilai agama dan seni jika bekerjasama membentuk aspek 45 Ibid 41
ekspresif yang ideal dalam kebudayaan, sebab keduanya dibentuk oleh perasaan, imaginasi, keyakinan dan intuisi. Nilai seni yang tidak didukung oleh nilai religius dan rasional ilmu, cenderung menjadi dekaden. Sebaliknya nilai agama yang tidak didukung nilai seni dan ilmu akan menjadi kering dan bekuDengan demikian, dari pemaparan di atas bahwa kebudayaan menunjukkan suatu unsur yang penting dalam proses pembangunan suatu bangsa. Lebih-lebih jika bangsa itu sedang membentuk watak kepribadiannya yang lebih serasi dengan tantangan zaman.C. Ciri-Ciri Kebudayaan Indonesia AsliProses terciptanya kebudayaan di Indonesia tentunya tidak akan terlepas dari sejarah akulturasi dari berbeda-beda kebudayaan asing, seperti singgahnya orang-orang India pertama kali di bumi Nusantara sehingga mempengaruhi adanya pencampuran kebudayaan asli Nusantara dengan kebudayaan India (Hindu-Budha), dan selanjutnya pula pengaruh kebudayaan Islam (Arab) juga begitu besar dan lain- lain. Dari proses akulturasi inilah yang menjadikan bangsa Indonesia memilki tak kurang dari 250 bahasa, dan ini yang disebut Sutan Takdir sebagai kebudayaan Indonesia asli. Ia menambahkan pula bahwa pengaruh budaya-budaya asing terhadap kebudayaan Indonesia sangatlah besar, sehingga tampak jelas bahwa antara dialek dalam hukum adat kelihatan perbedaan yang nyata antara lingkungan hukum adat yang satu dengan yang lain. Dan meskipun berapa besarnya perbedaan antara sistem kekeluargaan yang dinamakan material dengan sistem kekeluargaan yang dinamakan 42
patrilineal. perbedaan antara penjelmaan kebudayaan-kebudayaan tersebut sedemikian banyaknya dan nyatanya. Namun kesemuanya tersebut bagi Sutan Takdir dapat kita golongkan kepada dasar kebudayaan yang sama.46Sutan Takdir memandang bahwa pengaruh kebudayaan India dan kebudayaan Arab sangatlah besar, dalam membentuk kebudayaan asli Indonesia. Maka dari itu, agar lebih memudahkan mengetahui ciri dari kebudayaan Indonesia lama yang telah dijelaskan oleh Sutan Takdir Alisjahbana dalam karya-karyanya, kami akan mencoba membagi beberapa ciri dari kebudayaan asli Indonesia di antaranya sebagai berikut; yang pertama, ciri kebudayaan Indonesia asli ialah kuatnya kepercayaan masyarakat terhadap mitos, roh-roh, benda gaib dan lain-lain yang berbentuk mistik. Menurut Sutan Takdir, dalam masyarakat Indonesia asli orang yang termulia, terkuasa dan terpelajar dalam masyarakat ialah orang-orang yang mengetahui tentang roh-roh dan tenaga-tenaga gaib. Seperti halnya juga dalam pandangan masyarakat Indonesia asli bahwa pengetahuan itu bukan diperoleh karena penyelidikan, tetapi ialah karena sebagai pusaka dari nenek moyangnya yang roh- rohnya dianggap hidup bersama-sama didalam masyarakat. Mereka belum mempunyai kesadaran akan kemungkinan-kemungkinan pikiran dan tenaganya yang nyata, ia belum sanggup dengan sadar dan mencoba. Yang ada dalam pikirannya bahwa pengetahuan dan kepandaiannya sebagian besar tersimpul dalam pusaka- pusaka rohani yang diterimanya dari nenek moyangnya.46 S. Takdir Alisjahbana, Perkembangan Sejarah Kebudayaan Indonesia; dilihat dari jurusan nilai. (Jakarta: Idayu Press cetakan kedua 1977) hal 12 43
Yang kedua, ciri budaya masyarakat Indoensia yang lama ialah berkuasanya nilai solidaritas.47 Dalam sutruktur masyarakat terdapat persekutuan- persekutuan yang kecil yang hidup dalam desa atau mengembara dalam lingkungan daerah yang tertentu. Persekutuan-persekutuan ini dapat kita bandingkan dengan republik-republik demokrasi kecil; kepalanya dipilih oleh orang-orang keturunan cabang suku tertua, dan yang mengatur segala keperluan dan kepentingan masyarakat itu yang dibantu oleh majelis orang-orang tua didalam desa. Seperti ketika ada keputusan-keputusan yang penting maka dalam mengambil keputusan tersebut akan dilakukan secara bersama-sama dengan musyawarah. Jadi disamping tugas kewajiban pemeritahan desa menjalankan adat yang turun temurun dan menyelesaikan perselisihan, mereka juga mempunyai tugas mengurus perkawinan, bercocok tanam, pembagian tanah, pembagian waris dan sebagainya serta pemerintah desa juga mengurus keperluan-keperluan masyarakat sehari-hariYang ketiga ciri dari masyarakat Indonesia asli ialah besarnya perhubungan darah. Perseketuan itu terjadi dari satu atau beberapa suku, dan perhubungan didalam maupun diantara suku-suku itu diatur oleh adat. Dalam masyarakat dan kebudayaan Indonesia terdapat beberapa corak: susunan-susunan suku, yang menentukan cara menghitung keturunan, yang menentukan bentuk perkawinan, hak atas tanah, soal waris dan sebagainya48Ciri yang keempat, Seperti halnya yang telah terjadi pada negara-negara Timur dan di Barat sebelum abad Modern, kuatnya kedudukan agama juga47 Ibid., hal 14 48 Ibid, hal 15 44
membentuk corak kebudayaan Indonesia asli. Sebagaimana Sutan Takdir mengatakan, kuatnya kedudukan agama pada masyarakat juga ikut mempengaruhi terciptanya kebudayaan Indonesia lama. Malahan dalam kehidupan berekonomipun masyarakat ditentukan oleh syarat-syarat agama. Orang memilih hari baik, memulai suatu usaha, berdasarkan kepercayaan kepada yang gaib. Tiap-tiap pekerjaan ekonomi yang penting seperti mengerjakan tanah, membuat rumah, perahu dan lain- lain mesti disertai upacara agama. Dalam ekonomi ini amat penting kedudukan mantera-mantera dan sajian-sajian untuk memperoleh tenaga gaib yang baik, maupun untuk menolak pengaruh-pengaruh yang jahat.49Ciri yang kelima, adalah kuatnya kedudukan raja-raja dalam mengambil kebijakan dan menentukan arah kepemerintahan atau ciri ini bisa disebut sebagai kebudayaan feodal.50 Akibat dari datangnya agama Hindu ke Nusantara telah membentuk sebuah corak kebudayaan Indonesia lama yaitu budaya feodalisme. Akan tetapi menurut Sutan Takdir kebudayaan ini bersifat politis belaka. Dalam suasana budaya feodal ini yang lebih dipentingkan adalah kehalusan hidup istana atau keraton, dalam suasana seni dan pemikiran mistik, yang menjauhi kenyataan hidup. Dan juga dalam kebudayaan ini menganggap hanya keturunan kerajaan yang bisa berkuasa dan merubah kebudayaan masyarakat. Sedangakn masyarakat selain keturunan kerajaan dianggap orang yang paling rendah statusnya dan kedudukannya sebagai rakyat kurang diprioritas malah termarginalkan. Meskipun orang tersebut49 Ibid, hal 1650 Menurut Sutan Takdir Alisjahbana, kebudayaan feodal adalah kebudayaan yang masyarakatnya tersusun bertingkat-tingkat menurut nilai-nilai yang diutamakan oleh golongan yang berbeda-beda berdasarkan keturunan. (Taufiq Abdullah,dkk, Kebudayaan sebagai Perjuangan..... Hal 76) 45
masuk sebagai kaum yang produktif dan kreatif, seperti; kaum kerajinan, petani dan saudagar. Menurut Sutan Takdir selain dari keturunan kerajaan mendapat kedudukan ketiga dan keempat yaitu sebagai waisya dan sundra.51Dari uraian tentang kebudayaan Indonesia asli di atas, dapat dikatakan bahwa kebudayaan Indonesia asli itu telah dikuasai oleh nilai agama, yang diikuti oleh nilai solidaritas dan nilai kesenian, sedangkan dalam sifatnya yang demokratis nilai kuasa dalam susunan masyarakat adalah lemah. Nilai ilmu pengetahuan lemah, karena pemikiran yang rasio belum berkembang, sedangkan perasaan masih terlampau berkuasa dalam menghadapi alam. Nilai ekonomi juga belum berkembang, karena kekayaan alam belum timbul keperluan berusaha keras, sedangkan oleh kurangnya pengetahuan alam yang obyektif kemungkinan-kemungkinan alam yang sesugguhnya belum diketahui dan merangsang untuk berusaha. Dalam hubungan ini teknik tak dapat tumbuh, oleh karena masyarakat Indonesia masih terlampau terpengaruh oleh kepercayaan mistik, bahwa kecakapan dan kekuasaan yang sesungguhnya terletak pada yang gaib, baik berupa jiwa maupun berupan tenaga gaib.D. Tradisionalisme dan Modernisme dalam Kebudayaan IndonesiaDalam kebudayaan Indonesia terdapat tradisi-tradisi kecil atau budaya- budaya lokal daerah di seluruh Indonesia yang kelihatannya sangat beraneka ragam, akan tetapi jiwa yang ikut membentuk dan mengikatnya tidaklah banyak yaitu hanya berasal dua tradisi besar diantaranya kebudayaan Hindu-Buddha dan Islam. Sutan 51 Ibid, hal 76 46
Takdir menjelaskan, bahwa keanekaragaman budaya seperti diekspresikan oleh masyarakat tradisional Aceh, Bugis, Madura, Minangkabau, Melayu, Bima, Banjar, Sunda, Jawa Pesisir, dan lain-lain sebenarnya hanya penampakan lahirnya. Struktur batin atau intuitif dari budaya-budaya itu ialah Islam, dengan sedikit unsur-unsur Hindu atau pra-Hindu. Di lubuk kebudayaan Jawa adalah dua tradisi besar, yaitu Hindu dan Islam. Tetapi berbagai faktor internal seperti runtuhnya pusat kekuasaan Hindu pada abad ke-15 M dalam kaitannya dengan kebudayaan Jawa, proses ortodoksi dan hadirnya kolonialisme dalam kaitannya dengan Islam, telah mengakibatkan runtuhnya sendi-sendi tradisi besar itu dan mengakibatkan terserak- serak menjadi tradisi-tradisi kecil yang kehilangan dinamika dan landasan intelektual.Dalam masyarakat tradisionalis mereka bukan berusaha sebanyak mungkin mengumpulkan uang atau keuntungan, tetapi seperti dikatakan Sombart orang hidup dalam suasana Bedarfdeckung, yaitu hanya melakukan usaha ekonomi sekedar untuk memenuhi keperluan hidup hidup saja, sedangkan keperluan hidup itu dalam masyarakat tradisi sangatlah terbatas.52Bagi Sutan Takdir kita sudah hidup di era teknologi, pola pikir yang kaku haruslah dirubah, dan zaman ini bisa disebut sebagai kebudayaan modernime. Sebenarnya kebudayaan modern ini merupakan gejala yang sudah bisa kita temukan di mana saja saat ini. Prosesnya pun tidak hanya dialami oleh negara-negara maju saja, seperti Eropa dan Amerika, melainkan juga kita temukan di negara-negara berkembang, baik di Asia maupun di Afrika. Bisa dikatakan, hampir seluruh negara52 Taufiq Abdullah, dkk, Kebudayaan sebagai Perjuangan.... hal 71 47
di dunia ini terlibat dalam proses modernisme, tak terkecuali Indonesia pun sudah menghampirinya.Pada abad ke-16 merupakan awal terjadinya “ledakan modernisasi”, yaitu pada zaman renaisans. zaman ini merupakan permulaan permbentukan kebudayaan baru. Kekuatan penggerak yang mendasari terjadinya “ledakan modernisasi” pada waktu itu etos renaisans yang ditandai dengan menonjolnya kebebasan dan rasionalitas. Hal tersebut dapat kita lihat dari pergeseran acuan kebahagian hidup manusia. Pada abad Pertengahan, acuan kebahagiaan hidup manusia adalah kehidupan sesudah kematian. Oleh karena itu, segala sesuatu pada waktu itu bisa dibilang terhenti karena manusia tidak mempunyai minat yang besar terhadap kehidupan sehari-hari mereka. Keadaan yang mengalami stagnasi itu akhirnya mencair dengan datangnya zaman Renaisans. Dengan datangnya zaman ini acuan kebahagiaan hidup manusia mulai bergeser, yang semula ada pada kehidupan setelah kematian kemudian beralih dalam alam kehidupan nyata ini. 53 Begitulah menurut pandangan Sutan Takdir terkait awal munculnya era modern.Kebudayaan modern ini juga dapat disebut kebudayaan modern Eropa- Amerika dan dianggap bermula pada zaman renaisans. Pokok kebudayaan ini terletak pada bangsa Yunani yang kira-kira lima abad kurun Masehi melepaskan diri dari mereka dari suasan kebudayaan expresif yang dikuasai oleh agama, mitos dan mulai berpikir dengan bebas tentang alam semesta dengan menyelidikinya secara teratur53 Lembah Merbabu (Editor) Jangan Tangisi.... hal 56 48
berdasarkan tenaga pikiran dan panca indera. Kebudayaan Yunani tersebar baik ke arah Asia maupun ke arah Eropa, tetapi terutama sekali di sekitar Lautan Tengah. 54Sutan Takdir menegaskan, ciri yang terpenting dari abad modern ini adalah ilmu yang diterapkan pada masa ini lebih menekankan pada kekuatan disiplin, cara-cara berpikir dan penyelidikannya yang menuju pengetahuan positif yang teliti. Terlebih itu pula adanya kemajuan ilmu pengetahuan yang dimungkinkan terjadi pada abad ke-17, ketika ahli-ahli pengetahuan berpendapat bahwa kesimpulan-kesimpulan ilmu mesti sejauh mungkin berdasarkan ukuran-ukuran kuantitatif. Hal ini disebabkan oleh kemajuan pemikiran matematik yang mendapat kesempatan berkembang lebih cepat dengan memakai angka-angka Arab. Dalam filsafat pun kelihatan kepada kita pengaruh matematik yang lebih kuat pada pemikir-pemikir seperti Galileo. Faktor revolusi ilmu yang lain dalam abad ke-17 adalah kenekatan orang menghendaki observasi dan ekperimen untuk mendapat bukti tiap-tiap dalil ilmu. Hal ini berbeda sekali dengan kebenaran agama dan seni, yang hingga waktu itu menguasai gereja. Dengan demikian ilmu maju terus, mendorongkan makin lama jauh batas pengetahuannya. Disini bukan maksud kita untuk mengikuti tumbuhnya ilmu dalam bermacam-macam cabangnya dalam abad ke-18, 19 dan 20. Tapi cukuplah kita menunjukkan bahwa kemajuan ilmu yang terus-menerus itu tidaklah mengherankan, sebab kemajuannya dan terutama sekali oleh pemakaiannya serba ragam dalam teknologi, dalam obat-mengobat, dalam penghasilan barang, dan perhubungan orang lambat laun menyadari bahwa ilmulah yang memberi harapan kepadanya untuk54 S. Takdir Alisjahbana, Perkembangan Sejarah.....,hal 30 49
kemakmurannya, kesehatannya, kesenangan maupun kegirangan.55 Hal inilah yang membuat Sutan Takdir terpengaruh bahwa ia meyakini bangsa Indonesia juga bisa meraihnya.Meskipun ilmu modern telah melenyapkan dari kita khayal bahwa kita dapat mengetahui kenyataan alam obyektif yang terakhir, dan sebaliknya telah menjelaskan, bahwa ilmupun adalah hasil proses penilaian kita dan oleh karenanya hingga suatu batas bersifat subyektif, pengetahuan ilmu yang dirumuskan dalam teori yang rasio dan lambang-lambang matematik memberi kepada kita suatu sistem yang dapat kita pakai menguasai alam. 56Yang harus kita digaris bawahi dalam pandangan Sutan Takdir bahwa untuk menuju penyempurnaan manusia dalam hal ini hanya bisa diraih ketika manusia tersebut sudah mempunyai kesadaran begitu berharga akan adanya kemajuan teknologi. Meskipun dengan adanya perkembangan teknologi ini pula yang menyebabkan manusia mengalami keterasingan dalam hidupnya. Namun bagi Sutan Takdir ini bukan suatu keterasingan bagi manusia tapi kemajuan teknolgi malah merupakan sebuah bagian dari proses manusia dalam menemukan penyempurnaannya baik pada pancaideranya dan pelipatgandaan tenaganya. Dan hal ini manusia seakan-akan dapat mencapai hasil rohani dan jasmani yang berlipat ganda besarnya. Seperti dengan adanya penemuan-penemuan hukum-hukum optik, manusia dapat menambah kecakapan matanya, melihat yang sekecil-kecilnya maupun sejauh- jauhnya. Dan perlu ketahui pula bahwa kecakapan manusia renaisance dengan55 Ibid, hal 32 56 Sutan Takdir Alisjabana, Antropologi Baru...... Hal 274 50
kemajuan teknologi sehingga ia dapat membuat kapal laut dan menemukan pengetahuan-pengetahuan tentang laut yang berakibat adanya penemuan Amerika dan pembuka jalan ke Timur oleh perang Portugis dan Spayol. Kemajuan pelayaran selanjutnya dan penghasilan senjata memberikan kesempatan pada orang Eropa mendirikan kerajaan jajahannya yang besar di Asia dan Afrika abad yang lalu dan abad kedua puluh.57Sejak Vasco da Gama, manusia baru Renaisance Eropa mengelilingi Afrika dan mendarat di Kalikut, terbukalah bagi seluruh Asia suatu sejarah baru dalam abad-abad berikutnya berduyun-duyun pelayar, saudagar. Penjajah dan missi Eropa mengunjungi dan menjajah Asia dan lambat laun menguasainya. Mulailah sejarah imperialisme yang dalam banyak hal sangat menyedihkan. Bertubi-tubi datang penyerbuan manusia modern Eropa pada kerajaan-kerajaan Asia. Banyak yang dapat ditaklukannya dan dijadikan jajahannya. Tetapi yang tidak bisa ditaklukannya pun tidak dapat mengelakkan dari pengaruh kebudayaan modern Eropa itu. Namun bagi Indonesia pada zaman ini adalah zaman kegelapan, zaman kekalahan terus- menerus. Tak ada salahnya jika kita mengakui, bahwa segala pahlawan kita siapa sekalipun namanya adalah pahlawan kalah terhadap pasukan Belanda yang jauh lebih kecil jumlahnya dan berjuang puluhan ribu mil dari tanah airnya. Kekalahan itu adalah pada hakekatnya kekalahan kebudayaan Indonesia asli yang bercampur57 Sutan Takdir Alisjahbana, Perkembangan Sejarah... hal 33 51
dengan kebudayaan Hindu dan kebudayaan Indonesia yang lebih dulu tiba ke Indonesia.58Dilihat dari persolan ini bahwa proses modernisasi menurut pandangan Sutan Takdir tidak bisa dielakkan lagi demi terwujudnya pembaharuan pada diri bangsa ini. Seperti pendapat Jujun S. Suriasumantri, yang dimaksud dengan era modernisasi adalah proses pembaharuan masyarakat tradisonal menuju suatu masyarakat yang lebih maju dengan mengacu kepada nilai-nilai modernitas yang bersifat universal tersebut. Modernisasi sebagai upaya pembaharuan dalam kehidupan suatu bangsa biasanya tumbuh akibat dari tidak adanya proses kemajuan dalam masyarakat. 59Sepertinya dalam kebudayaan modern ini yang paling ditampakkan adalah nilai ilmu dan nilai ekonomi, sedangkan nilai agama dan nilai seni lemah seperti kelihatan dalam krisis agama dan seni di Eropa dan Amerika. Nilai solidaritas hanya kuat di negara-negara demokrasi, sedangkan nilai kuasa kuat dalam negara totaliter. Sedangkan proses terjadinya kebudayaan modernisme inipun hanya mungkin dilahirkan oleh masyarakat yang telah modern pula. Yaitu, suatu masyarakat yang telah mempunyai suatu ciri khas kebebasan dan rasionalitas, terutama menyangkut para pelaku budayanya.6058 Ibid, 34 59 Hans J. Daeng, Manusia, Kebudayaan .........hal 48 60 Lembah Merbabu (Editor) Jangan..... hal 60 52
E. Barat Modern Sebagai Referensi; Upaya Menuju Kebudayaan Baru IndonesiaSebagai dampak dari penjajahan selama lebih dua ratus tahun, kedudukan bangsa Indonesia menjadi sangat terpuruk, miskin dan terbelakang di tengah-tengah bangsa lain yang jauh lebih maju dan makmur seperti bangsa-bangsa Eropa dan Jepang. Untuk mendorong bangsa ini bangkit, kondisi kebudayaannya yang menyedihkan haruslah diperbaiki dengan melakukan perubahan dan pembaruan besar-besaran. Dalam rangka inilah Sutan Takdir mengembangkan teorinya dan pemikiran kebudayaannya. Ia berharap pemikirannya dapat dijadikan panduan dalam melakukan transformasi budaya. Sutan Takdir percaya bahwa hanya dengan mengubah kebudayaannya, bangsa Indonesia bisa bangkit dari keadaannya yang terpuruk. Konsep kebudayaan yang diperlukan ialah konsep yang dinamis. Untuk itu dalam falsafahnya bahwa manusia sebagai makhluk yang mencipta kebudayaan dan sebagai makhluk yang sepanjang sejarahnya hidup dalam berbagai kebudayaan yang selalu berubah.Dalam pemikiran kebudayaan Sutan Takdir cukup mendalam terpengaruh oleh pemikiran Oswald Spenger. Pada tahun 1918 terbitlah jilid pertama karya Spengler yang paling termasyhurí”Der Untergang des Abendlandes” (Keruntuhan Dunia Barat). Di dalamnya Spengler memandang kebudayaan-kebudayaan besar sebagai organisme yang, seperti organisme binatang dan tetumbuhan, mempunyai masa hidup yang terbatas. Setiap kebudayaan merupakan suatu yang utuh, unik dan sama sekali terpisah dari semua kebudayaan-kebudayaan lain. Sebagaimana Spengler 53
menjelaskan, bahwa suatu budaya mesti melalui masa semi, masa kematangan, dan masa menjadi layu. Hidup sebuah kebudayaan berlangsung selama sekitar seribu tahun. Maka dari itu, ia berkata, bahwa kebudayaan Barat sudah berada pada akhir masanya karena sudah masuk masa sevilisasi, kecanggihan hidup yang energinya terarah keluar, tidak lagi kedalam dan karena itu, dinilai dalam tahap menurun. Pandangan Spengler waktu itu memang cukup populer karena sesuai dengan kesadaran diri orang di Eropa sesudah perang Dunia I, sesuai juga dengan filsafat hidup yang antirasional. Rupa-rupanya yang mengesankan pada diri Sutan Takdir adalah paham, tentang kesatuan dan identitas kebudayaan-kebudayaan. Akan tetapi, meskipun begitu Sutan Takdir justru tidak mengikuti Spengler, malah ia menolak pemahaman Spengler tentang konsep kebudayaannya. bagi Sutan Takdir kebudayaan akan mengungkap suatu hasrat manusia untuk menjelmakan bentuk-bentuk kehidupan yang tertinggi. Tak ada alasan instrinsik mengapa sebuah kebudayaan mesti mati. 61Kegaguman Sutan Takdir terhadap kebudayaan dinamis masih menjadi prioritas dalam konsep kebudayaannya karena dalam hal ini tidak terlepas pandangannya tentang hakekat dasar manusia itu sendiri yaitu sebagai makhluk yang tidak lengkap dalam perkembangannya baik sebagai perseorangan dan dalam perkembangan masyarakat, maupun dalam hubungannya dengan sekitarnya. Sedangkan proses perlengkapan dan penyesuaian hanya dimungkinkan oleh adanya kecakapan-kecakapan yang baru yang boleh dimasukkan dalam konsep budi, yang61 Franz Magniz-Suseno, Pijar-pijar .....hal.137 54
semata-mata dimiliki manusia, dan membedakan individu manusia dari individu hewan. Dibandingkan dengan kelakuan hewan yang dipimpin oleh insting yang turun-temurun, yang membuat hubungan antara hewan dan sekitarnya saling melengkapi, sedangkan kelakuan manusia yang dipimpin oleh budinya berada dalam suasana kebebasan yang lebih besar, sehingga manusia selalu ada proses pengaruh mempengaruhi yang dinamik dan dialektik antara budinya dengan lingkungan alamnya, lingkungan masyarakatnya dan lingkungan kebudayaannya. Bukan hanya manusia individu yang akan berubah, tetapi juga masyarakat, alam dan kebudayaan akan senantiasa berubah dan saling mempengaruhi.62 Jadi keinginan Sutan Takdir dalam hal ini menginginkan bahwa manusia dan kebudayaan bangsanya harus memiliki kebudayaan yang tidak semestinya mati tapi kebudayaan yang dinamis, kebudayaan yang selalu ada perubahan sesuai dengan zamannya.Yang menjadi kegelisahan Sutan Takdir pada nasib kebudayaan Indonesia karena sampai saat ini kebudayaan Indonesia masih menjadi bagian dari sebuah kebudayaan yang ekspresif, yaitu kebudayaan yang dikuasai oleh intuisi, perasaan dan fantasi. dalam penciptaan kesenian yang berdasarkan pengaruh dalam menggunakan intuisi, perasaan dan fantasi itu sangat besar. Bentuk daripada seni yang paling sering adanya hubungan dengan agama adalah mitos yang mengisahkan kejadian segala sesuatu dari bumi manusia. Mitos biasanya diulang-ulang dalam upacara pada hari-hari yang penting dalam kehidupan masyarakat. Di dalamnya dilukiskan perhubungan antara manusia dengan tenaga-tenaga yang gaib, dengan62 Sutan Takdir Alisjabana, Antropologi Baru Nilai-nilai sebagai Integrasi .........Hal 4-5 55
bumi, hewan dan tumbuh-tumbuhan, malahan sering tergambar, bahwa segala kehidupan itu adalah penjelmaan proses kosmos yang suci dan penuh rahasia. Telah selayaknya segala ritus dan upacara dalam hubungan dengan ketuhanan yang menguasai segala kehidupan itu mesti bersifat teliti, halus dan indah, sebab seluruh kehidupan dan keselamatan manusia tergantung kepada perhubungan yang sewajarnya dengan tenaga-tenaga yang gaib itu. Demikianlah segala sesuatu menjelmakan kehalusan dan keindahan seni. Dalam kehidupan setiap haripun masyarakat mengucapkan kebaktiannya, ketakutannya dan kegirangannya menghadapi tenaga-tenaga yang gaib itu dengan perasaan khidmat dan kekhusukan yang menjelma menjadi keindahan, baik dalam suasana kembang atau makna maupun dalam bentuk tari dan nyanyian. 63Lebih lanjut Sutan Takdir menginginkan bahwa kebudayaan ekspresif harus dihilangkan dari unsur kebudayaan Indonesia demi terwujudnya bangsa yang maju dan kebudayaan yang selalu mengenal budaya dinamis. Untuk menumbuhkan semangat dalam merubah kebudayaan Indonesia, dalam hal ini Sutan Takdir menganjurkan kepada masyarakat Indonesia untuk menumbuhkan semangat baru dan renasisans64 lah yang menjadi rujukannya. Karena pada masa ini kebudayaan yang awalnya dikuasai oleh intuisi dan agama akhirnya melepaskan diri dengan63 Sutan Takdir Alisjahbana, Perkembangan Sejarah... hal 1664Menurut Sutan Takdir Renaisans merupakan kelahiran kembali manusia, kebangkitan, pembebasan dan penyegaran. Sebagaimana yang pernah terjadi pada Italia abad 15 dalam menemukan diri kembali karena bisa membebaskan diri dari kungkungan klerikalismegereja dan skolatisisme abab pertengahan. Taufiq Abdullah dkk, Kebudayaan sebagai Perjuangan; perkenalan dengan pemikran S. Takdir Alisjahbana,.... hal xx 56
menggunakan rasio atau akal manusia. Sehingga pada masa ini lahirnya pengetahuan- pengetehuan baru yang mengarah tarhadap kemajuan negara-negara Eropa.Dalam konsep kebudayaan Indonesia baru Sutan takdir Alisjahbana, bahwa kebudayaan Indonesia baru itu harus membebaskan diri dari kungkungan adat- istiadat lama, dan tradisionalisme dalam cara berpikir serta tingkah-lakunya. Masyarakat Indonesia baru harus bebas dari sikap yang berlebihan serta membanggakan apalagi mengaggapnya tradisi nenek moyang sebagai hal yang sakral atau suci yang tidak bisa rubah sedikitpun. Karena kesemua inilah yang telah membunuh kreativitas manusia Indonesia. Masyarakat Indonesia harus melepaskan jati-diri budaya etnik65. Seperti yang ditegaskan pula oleh Umar Kayam dalam pidato kebudayaan di Graha Bhakti Budaya, ia mengatakan “bahwa kebanggaan yang berlebihan terhadap jati-diri budaya etnik akan menjadi kendala yang serius terhadap usaha dalam menciptakan iklim yang sehat dan kreatif pada masa transisi kebudayaaan Indonesia”(dari sistem agraris tradisional ke sistem ekonomi masyarakat industri modern).66 Dalam padangan Umar Kayam ini, bahwa apabila masyarakat etnik agraris tradisional masih terlalu bangga atau bahkan fanatik akan prinsip harmoni yang statis itu dan bukan harmonis yang dinamis, makan yang terjadi nantinya akan memunculkan suatu deadlock dalam dialog. Masa transisi yang semestinya merambah jalan yang lebih lancar bagi terjadinya berbagai kemungkinan penyerapan kreatif terhadap nilai-nilai modern akan menjadi macet. Misalnya pada65 Menurut Umar Kayam jati-diri budaya etnik adalah adalah jati-diri budaya dari suatu masyarakat yang sangat menekankan konsep harmoni, bahkan masyarakat etnik kerajaan menekankan konsep harmoni hirarkis. Agus R. Sarjono, Pembebasan Budaya-budaya Kita, (Jakarta; PT. Gramedia Pustaka Utama, November 1999) hal 81 66 Ibid 57
masa transisi budaya infra-struktur budaya seperti sistem pendidikan, sarana-sarana kesenian, konsep-konsep baru dan modern tentang ilmu pengetahuan dan teknologi, iptek, konsep dan wawasan baru tentang organisasi ekonomi perdagangan, pandangan mendasar tentang birokrasi pemerintahan, dan banyak lagi lainnya, yang harus dipahami dan dimengerti hal-hal tersebut yang prinsip-prinsipnya yang baru dan modern. Untuk memahami dan mengerti hal-hal tersebut mestilah ada kesediaan pada diri kita untuk membuka diri, mempertimbangkan segala kemungkinan perubahan yang paling radikal dan mendasar dari semua sistem masyarakat dan budaya kita. Akan tetapi apabila kecenderungan di tengah kita masih kuat menunjukkan kebanggan berlebihan terhadap tradisi atau tegasnya konservatisme budaya etnik, masa transisi itu tidak akan terkelola dengan baik.Maka dari itu Sutan Takdir pula menganjurkan bahwa kita jangan terlalu membanggakan akan keberhasilan membangun Borobudur di masa lampau, karena itu tidak akan dengan sendirinya menghadirkan wawasan kreatif agung tentang arsitektur dan teknologi bangunan canggih pada masa sekarang. Borobudur adalah hasil kerja keras dan lebih dari itu juga kesediaan Nenek moyang kita untuk menyerap secara kreatif iptek modern pada kala itu. Adalah salah yang dikatakan Pameo bahwa “bangsa yang pernah menghasilkan Borobudur akan dengan sendirinya sanggup menciptakan apa saja” adalah suatu kebanggaan bahkan kesombongan yang sangat berlebihan. Pomeo tersebut seharusnya ditulis kembali dengan sedikit rendah hati dan berbunyi “bangsa yang pernah menghasilkan Borobudur mungkin sekali dapat menghasilkan borobudur-borobudur baru selama bangsa itu bersedia untuk 58
membuka diri bagi ilmu pengetahuan dan teknologi baru” dengan keyakinan bahwa setiap langkah harus lebih baik dari langkah sebelumnya.67Oleh karenanya, Sutan Takdir menginginkan sebuah kebudayaan baru pada diri bangsa Indonesia yaitu sebuah kebudayaan yang pernah terjadi di Barat, karena dengan inilah justru akan membangkitkan amarah dan semangat beberapa golongan di negeri ini saat ini. Menurutnya karena selama ini masih ada beberapa golongan yang dengan tiada sengaja dan tiada insaf telah meninabobokan rakyat yang dengan tiada ucapan-ucapan yang kosong dan tiada berarti: Timur halus budinya, tinggi kebatitannya, mulia jiwanya, sedangkan Barat egoistis, materialistis dan intelektualistis. Mereka yang mempunyai anggapan seolah-olah segala orang Timur wali yang suci dan segala orang Barat penjahat yang tiada berhati demikian, pasti akan kaget mendengar ucapan yang mengatakan, bahwa orang Timur harus berguru kepada orang Barat. Tetapi meski bagaimana sekalipun tidak enak bunyinya semboyan, bahwa kita harus belajar kepada Barat, meski bagaimana sekalipun sedih hati kita memikirkan hal demikian, dalam hal ini rasanya kita tidak dapat memilih.68 Gagasan inilah yang kemudian menyebabkan adanya polemik kebudayaan69 yang terjadi pada tahun 1930-an, banyak tokoh-tokoh pada waktu yang menentang mengkritik gagasan Sutan Takdiri ini. Karena kecenderungan Sutan Takdir yang terlalu mengagungkan kebudayaan Barat.67 Agus R. Sarjono (editor), Pembebasan ....Hal 79-80 68 H.B. Jassin, Pujangga Baru, Prosa dan Puisi (Jakarta: Cv Haji Masagung 1987) hal 90 69 Polemik kebudayaan merupakan salah satu peristiwa yang terjadi pada tahun 1930-an, yaituperdepatan mengenai orientasi konsep kebudayaan Indonesia masa depan, antara kelompok yang diwakili Sutan Takdir Alisjahabana yang kagum dengan kebudayaan Barat dengan kelompok yang benci pada kebudayaan Barat yang diwakili K.Hadjar Dewantara. (Sofi Rangkuti, manusia Indonesia dan kebudayaan di Indonesia, teori dan konsep, Jakarta; PT. Dian Rakyat.Hal 146) 59
Meskipun pemikiran Sutan Takdir banyak menentangnya, namun Sutan Takdir masih tetap dengan kokoh berkeyakinan dengan gagasannya bahwa roh kebudayaan Barat-lah yang dapat membangkitkan kebudayaan Indonesia. Karena selama ini semangat keIndonesiaan yang telah menghidupkan kembali masyararakat bangsa kita, pada hakikatnya kita peroleh dari Barat, seperti halnya; Budi Utomo lahir seperempat abad yang lalu di kalangan rakyat kita yang mendapat didikan Barat dan rapat bergaul dengan orang-orang Barat. Cara organisasi yang dipakainya sebagai pengganti persatuan menurut keturunan dan tempat kediaman yang terdapat dalam zaman pra-indonesia ialah organisasi Barat.70 Dan dalam segala pergerakan kebangunan bangsa kita yang serupa organisasi cara modern, yang memegang pimpinan ialah mereka yang mendapat didikan Barat atau sekurang-kurangnya yang mendapat pengaruh Barat. Malahan perkataan “Indonesia” yang kita banggakan sekarang ini ialah perkataan yang kita peroleh dari bangsa Barat.71Bagi Takdir, hanya barat-modern lah yang dinamis, sedangkan timur- tradisional adalah statis. Dan yang dinamis selalu akan mengalahkan yang statis. Tak ayal mengapa Indonesia yang luas negerinya serta penghuninya dapat dijajah lebih dari tiga abad lamanya oleh negara kecil (Belanda) yang jauh berlipat-lipat dari luas negeri Indonesia. Penyebabnya adalah karena penjajah lebih pintar dari yang dijajah (Indonesia). Mereka lebih pintar pikirannya sudah sanggup bergerak lebih maju dibandingkan dengan yang dijajah. Mereka sanggup menguasai ilmu dan teknologi,70 S. Abdul Karim Mashad (Penyunting), Sang Pujangga, ....) hal 452 71 H.B. Jassin, Pujangga Baru,.... hal 91 60
demikian seterusnya ekonomi baru dijiwai oleh etik progesif.72 Maka dari itu, Bangsa Indonesia hendaklah insyaf, bahwa kita tiada akan mungkin mempunyai ilmu pengetahuan dan teknik yang tinggi dan seluhur di Barat. Apabila bangsa kita tidak berubah dari akar-akarnya, dari dasar jiwanya.Bagi Sutan Takdir bangsa Eropa modern dapat menjadi malaikat pembawa wahyu, yang mengajarkan ayat-ayat tentang kebenaran kepada bangsa Indonesia, apabila bangsa Indonesia aktif berusaha mengenali kandungan dari pesan-pesan yang mereka bawa. Akan tetapi kemampuan untuk mengenali pesan tersebut kurang mendapat perhatian, sehingga tidak salah ketika bangsa Indonesia sampai saat ini masih terjatuh ke lembah neo-penjajahan yang menghinakan, yang dijalankan oleh setan Eropa. Itulah sebabnya Sutan Takdir menyerukan kepada bangsa Indonesia agar mendudukan persoalan pada tempatnya dan menilai Eropa sebagaimana mestinya.Bangsa Indonesia memerlukan syarat-syarat yang menjadikan bangsa modern dan terkemuka. Menurut Sutan Takdir, dalam keinginan untuk menguasai syarat-syarat yang menjadikan bangsa Indonesia Modern itu tidaklah berarti semua sifat kebudayaan asli yang terdapat di bumi Nusantara harus diabaikan. Diantara unsur-unsur itu tentu ada yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan dan dijadikan sebagai sumbangan yang bernilai bagi perkembangan dunia dan pergaulan antara sesama manusia di masa yang akan datang sifat reseptif dan kreatif bangsa- bangsa yang berdiam di bumi Indonesia, mampu menyerap semua pengaruh yang datang dan kemudian melehirkan kembali pengaruh-pengaruh itu ke dalam pengertian72 Abu Hasan Asy’ari (editor), Manusia ...........hal 348 61
baru yang lain sekali asalnya, akan tetapi sesuai benar dengan keperluan bangsa Indonesia.73Sutan Takdir menambahkan apabila bangsa-bangsa non-barat ingin mengatur kemajuan hidupnya di alam kemodernan ini, tidak bisa lain mereka mesti bersicepat mengejar ketinggalannya dari bangsa Barat. Mereka harus meninggalkan tipologi kebudayaanya yang ekspresif menuju pada tipologi kebudayaan progesif. Barat bagi Sutan Takdir adalah teladan penting bagaimana manusia berhasil membebaskan dirinya dari perangkap heteronomia untuk secara bebasa merancang masa depan di dalam genggaman tangannya sendiri -yang sifatnya otonom dan bertanggung jawab.Begitu juga halnya semangat kesadaran, semangat kebangunan, semangat kebangsaan yang kita namakan semangat keindonesiaan itu ialah sesuatu yang sebagian besar diperoleh dari Barat atau sekurang-kurannya dengan perantaraan Barat, maka selayaknya pula, bahwa masyarakat dan kebudayaan yang dilahirkan oleh semangat demikian banyak mengandung elemen kebaratan. Kalau tidak demikian, maka tiadalah sesuai jiwa dengan bentuk geest dengan vorm. Dalam keadaan yang serupa itu pastilah kedua-duanya, baik semangat ataupun bentuk tiada sehat timbuhnya. Semangat kurang kuat getarnya, sehingga ia tiada dapat melahirkan bentuk yang sesuai dengan dirinya. Sebaliknya bentuk yang membaluti semangat itu73 S. Abdul Karim, Sang Pujangga, ...hal 436 62
ialah bentuk yang mati, yang di dalamnya tiada bernyala-nyala jiwa yang hidup, yang sesuai dengan dirinya.74Sah-sah saja menjadikan masyarakat Indonesia seperti kebudayaan barat, namun kita tidak harus hidup bergaya seperti orang Barat, seperti yang dinyatakan Koentjaraningrat dalam bukunya yang berjudul kebudayaan, mentalitas dan pembangunan, bahwa unsur-unsur yang mula-mula berasal dari kebudayaan Barat itu dapat kita tiru, kita ambil alih, kita adaptasi, kita beli, namun tanpa harus menjadi orang Barat, dan tanpa perlu hidup dengan gaya hidup orang barat. Sebenarnya sudah sejak lebih dari seabad lamanya kita meniru, mengambil alih atau mengadaptasi unsur-unsur kebudayaan Barat, tanpa menjadi orang Barat. Contohnya: pakaian yang kita kenakan sehari-hari, sepatu yang kita pakai, semuanya sebenarnya adalah unsur- unsur yang berasal dari kebudayaan Barat, begitu juga halnya sistem sekolah yang sekarang sudah dianggap biasa oleh rakyat Indonesia, sampai ke pelosok-pelosok desa, sebenarnya adalah suatu sistem pendidikan yang berkembang dalam rangka kebudayaan Barat, demikian sistem administrasi negara kita sebenarnya juga berkembang di dunia Barat dan sebagainya. Dengan demikian, kalau kita nanti secara lebih luas dan intensif mengambil alih teknologi yang kebetulan berkembang di dunia Barat, kita harus membiasakan dengan beberapa sifat mental tertentu, tetapi hal itu tidak berarti bahwa kita harus menjadi orang Barat, atau membiasakan diri dengan suatu gaya hidup Barat.7574 Ibid, Hal 91 75 Koentjaraningrat, Kebudayaan......hal 141-142 63
Dengan terciptanya kebudayaan baru pada diri bangsa ini, maka akan sangat mungkin Indonesia menjadi negara maju, negara yang bisa menyeimbangi kekuatan negara-negara Barat yang terlebih dahulu maju. Namun yang menjadi persoalan sekarang, menurut Sutan Takdir sampai saat ini persoalan yang paling mendasar adalah pada diri bangsa Indonesia, yaitu karena selama ini masyarakat Indonesia kekurangan intellect, soal kurang hidupnya individu, soal terlampau pemurahnya (kurang egosime) tiap-tiap orang, soal kurang giatnya orang dalam mengumpulkan harta dunia. Masyarakat Indonesia hanya dapat menjadi diynamich apabila intellect bangsa Indonesia diasah setajam-tajamnya mungkin, apabila individu dalam bangsa Indonesia dihidupkan sehidup-hidupnya mungkin, apabil sifat pemurah hati yang terlampau besar di kalangan masyarakat Indonesia itu dikurangkan dan apabila di kalbu mereka dibangunkan sebesar-besarnya kebutuhan lahir yang sesungguhnya teruntuk dan halal bagi segala manusia di dunia ini.76Jelas sekali kiranya Sutan Takdir menghendaki kepribadian Indonesia berkembang ke segala bidang, menembus bidang-bidang pengetahuan obyektif, kegiatan ekonomi, ikatan solidaritas, agama, dan rahasia seni. Sebagai penjelmaan pikiran, bahasa IndonesiaSementara itu ada juga sesuatu yang menggirangkan hati Sutan Takdir yang sampai saat ini masih menggema, bahwa selama ini bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang hati-hati. Biar lambat, asalkan selamat, itulah semboyannya. Sebelum mengerjakan sesuatu dipikirkannya segala akibatnya dahulu. Orang yang76 Taufiq Abdullah, dkk, Kebudayaan sebagai Perjuangan....... hal 18-19 64
hendak berjalan melihat hari baik dan hari buruknya dulu, bertenung berhasil atau tidak perjalannnya. Tentu orang yang sangat hati-hati ada faedahnya tetapi satu pasal tidak dilupakan. Orang yang sangat hati-hati kalah dalam perlombaan dengan orang yang kalau perlu berani menerima resiko segala perbuatannya..77 semboyan inilah yang masih banyak diterapkan oleh masyarakat Indonesia dewasa ini.Hanya satu jalan, yang terbuka bagi bangsa Indonesia untuk maju ke depan, yaitu melapaskan pengaruh filsafat India atau roh Budha yang telah menimbulkan jiwa yang nerimo. Bukan harmoni dengan alam, bukan melebur aku dalam jiwa, namun alam yang harus menjadi tujuanSutan Takdir kemudian menganjurkan lagi, bahwa bangsa Indonesia mulai saat ini harus mengambil semangat atau roh baru dalam menguasai alam sekaligus berjuang dengan alam. Tujuan ini dapat dikejar dengan menghidupkan roh Islam atau dengan mengambil roh Barat yang pada hakekatnya bersaudara dengan Islam (semit).F. Integralitas Kebudayaan Nasional IndonesiaSejak sumpah pemuda di lendingkan oleh pemuda-pemuda Indonesia yang terhimpun terdiri dari para pemuda yang berasal dari daerah-daerah, yang kemudian insaf pada tanggal 28 oktober 1928 mereka dengan tegas mengikrar diri menjadi negara kesatuan nasional Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan salah satu wujud yang sampai saat ini kita rasakan sebagai bahasa persatuan sekaligus menjadi bukti 77 Ibid, Hal. 15 65
bahwa Indonesia mampu mewujudkan kebudayaan nasional Indonesia. Sutan Takdir dalam ini sangat gigih dalam memperjuangkan bahasa Indonesia sebagai persatuan. Karena sampai saat ini banyak masyarakat Indonesia yang tidak tahu akan bahasa Indonesia, malah mereka hanya mengerti bahasa daerahnya.Sutan Takdir juga ikut mengembangkan kemajuan bahasa Indonesia, memodernisasi bahasa Indonesia, dalam hal ini kemudian Sutan Takdir menciptakan buku-buku pedoman dalam berbahasa Indonesia, buku tersebut berjudul “tatabahasa baru Bahasa Indonesia” yang terdiri dari jilid I dan II.78 yang menjadi sulit dibayangkan dari optimisme keinginan Sutan Takdir terhadap bahasa Indonesia, bahwa ia memoderniasai bahasa Indonesia agar menjadi bahasa InternasionalSutan Takdir menginginkan masyarakat Indonesia memiliki cara berpikir nasional. Dalam hal ini, cara berpikir nasional adalah antitesis dari berpikir individual atau perorangan. Seseroang warga yang baik tentunya bukan berbuat sesuatu demi kepentingan pribadinya dan merugikan kehidupan nasional, tapi sebaliknya, berbuat sesuatu demi menguntungkan kehidupan nasioanal. Cara berpikir nasional dapat juga merupakan antitesis cara berpikir kedaerahan, yakni cara yang mengutamakan kepentingan daerah tanpa memperhatikan kepentingan nasional Indonesia, kasarnya dapat dikatakan; biarlah negara roboh, asal daerahnya makmur, menurut Sutan Takdir cara berpikir seperti inilah yang sangat keliru.Sesungguhnya inti dari kehidupan kebudayaan nasional hanya akan dapat dimengerti kehidupan soal-soal kebudayaan yang aneka ragam dan banyak, bukan78 Abu Hasan As’yri, Sutan Takdir....hal 75 66
hanya di Indonesia. Tetapi juga di dunia yang luas, apabila kita mungkin mempertimbangkan kelakuan kebudayaan dalam hubungan proses etik atau penilaian manusia yang luas.79Karena proses penilaian ini terjadi pada dua tingkat, yang pertama pada tingkat individu dan kedua pada tingkat kelompok sosial. Maka kita akan melihat, bahwa manusia selalu menciptakan kesatuan-kesatuan rohani dan jasmani melalui proses penilaian individu-individu maupun dalam kelompok sosial. Kesatuan ini yang akan tampak sebagai sistem yang berintegrasi, yang kemudian disebut kebudayaan Kebudayaan sebagai hasil ‘kekreatifan budi’ manusia yang pada gilirannya mempengaruhi manusia. Dalam hubugan inilah dapat dikatakan bahwa kehidupan kebudayaan sebagai sistem terbuka yang senantiasa berkembang, merupakan dimensi baru yang hanya kelihatan dalam kehidupan manusia. 80Sutan Takdir pernah mengkritik Sorokin yang menganggap kebudayaan bukan suatu kesatuan yang terintegrasi, melainkan hanya suatu koeksistensi dari berbagai sistem ditambah sejumlah kumpulan yang bukan merupakan sistem yang ada sebagian sebagai unsur heterogen di dalam banyak sistem dan sebagian sebagai di luar sistem tersebut.Kegagalan sorokin menciptakan menurut Sutan Takdir adalah suatu teori kebudayaan yang solid disebabkan oleh tidak adanya dasar metafisika dan logika, sehingga organisasinya, ide-idenya dan kumpulan-kumpulannya menjadi kacau, bersimpang siur dalam tingkat-tingkat integrasi personal, sosial dan kultural yang79 Sutan Takdir Alisjabana, Antropologi Baru ......Hal. vii. 80 Ibid.hal. 20 67
berbeda-beda. Sedangkan tujuan kebudayaan menurut Sutan Takdir adalah memformulasikan integrasi.81Sutan Takdir juga pernah mengkritisi pengertian kebudayaan nasional seperti dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara, yang kemudian dituangkan dalam UUD 45, bahwa ”Kebudayaan nasional ialah puncak-puncak kebudayaan daerah”. Pertama, menurut pendapat Sutan Takdir, kata-kata ’puncak kebudayaan daerah’ bisa ditafsirkan secara ahistoris dan sempit yaitu kebudayaan daerah yang pada abad ke-20 M masih tampak mewarisi monumen-monumen besar dan seni adi luhung. Jika itu yang dimaksud maka yang menghasilkan puncak-puncak kebudayaan hanyalah Jawa yang memiliki Borobudur, Lorojonggrang dan wayang kulit, serta berbagai bentuk seni pertunjukan yang terpelihara disebabkan eksistensi kraton. Lantas bagaimana dengan kebudayaan daerah lain seperti Bima, Dayak, Nias, Banjar, Toraja, Madura, Sumba, dan lain-lain? Bagaimana dengan kebudayaan Melayu yang puncak- puncaknya berbentuk teks sastra, yang cenderung dilupakan oleh ahli sejarah, para antropolog dan sastra, khususnya dewasa ini? Kedua, kebudayaan-kebudayaan daerah dalam konteks abad ke-20 M dapat diartikan, sebagai tradisi-tradisi kecil yang sudah lama telepas dari Tradisi Besar yang membentuknya dan kemudian berkembang sebagai pengulangan-pengulangan yang tidak disertai inovasi dan kreativitas.82Kritik yang dilontarkan dimaksudkan oleh Sutan Takdir keinginannya dalam merubah kebudayaan Indonesia yang selama ini cenderung mengagungkan hasil kebudayaan daerahnya tanpa punya keinginan membentuk sebuah kebudayaan81 Abu Hasan Asy’ari (editor), Manusia Renaissance..., Hal 374-375 82Abdul Hadi, Sutan Takdir Alisyahbana......, 26 Februari 2008. 68
Indonesia yang sesungguhnya, karena bagi Sutan Takdir kebudayaan Indonesia sebelum Indonesia merdeka, yang Sutan Takdir menyebutnya pra-Indoensia adalah kebudayaan yang masing terikat dengan kebudayaan provensialisme-provensialisme masing-masing daerah.G. Islam sebagai Agama dan KebudayaanIslam adalah agama yang di dalamnya terdapat ajaran-ajaran yang diwahyukan83 dan oleh karena itu bersifat absolut, mutlak benar dan tak dapat diubah dan ajaran yang dihasilkan pemikiran dan atau ijtihad manusia dan oleh karena itu berisfat relatif serta bisa berubah sesuai dengan kebutuhan zaman.Karena al-Qur’an berbentuk bahasa Arab agar memudahkan masyarakat dunia lainnya memahami isi kandungan al-Qur’an maka dibutuhkan terjemahan edisi bahasa asing (selain bahasa Arab) baik bahasa Indonesia, Persia, turki, Inggris, Perancis dan sebagainya. Ke dalam terjemahan dan penjelasan ini masuk dalam kategori pemikiran manusia yang pada dasarnya bisa benar, tetapi pula bisa salah.Oleh karena itu tidak berlebihan kalau disebut bahwa di dalam Islam yang banyak terdapat adalah ajaran yang dihasilkan ijtihad atau pemakaian akal terhadap teks ayat dan hadis, daripada ajaran dalam bentuk teks ayat dan hadis sendiri. Juga tak berlebihan kalau dikatakan bahwa ajaran absolut di dalam Islam hanya kira-kira 10 persen, dan ajaran yang nisbi atau relatif 90 persen.83 Yang dimaksud dengan ‘wahyu’ adalah kalimat-kalimat Arab yang terdapat di dalam kitab suci Al-Qur’an yang disampaikan oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW melalui Jibril. 69
Nyatalah bahwa Islam bukan hanya dalam arti agama dan dogma-dogma saja, akan tetapi Islam juga agama sekaligus kebudayaan dan sebagai agama bukanlah statis, tetapi amatlah dinamis, selalu bisa ditafsiri sesuai dengan konteks zaman.Islam adalah agama rasional, sebagaimana yang dikatakan Muhammad Abduh. Kerasionalan inilah yang membentuk kebudayaan Islam yang sifat dasarnya adalah rasional dan maju serta dinamis. Di dalam ceramahnya yang berjudul “Sumbangan Islam kepada kebudayaan dunia di masa yang lampau dan di masa yang akan datang” di seminar Islam dan kebudayaan Melayu di University kebangsaan Malaysia di tahun 1976, Sutan Takdir kagum adanya perkembangan ilmu pengetahuan pada abad ketujuh sampai ketiga belas Masehi. Dan ia menulis:“Yang sangat menarik dalam perkembangan kebudayaan Islam abad ketujuh sampai ketiga belas adalah bagaimana kebudayaan dan agama yang berasal dari bangsa Arab di gurun pasir yang miskin dan terpencil itu dengan pimpinan Nabi Muhammad SAW dan khalifah seoleh-olah tahu sekali, bahwa pertama harus direbut dari budayaan-kebudayaan dewasa itu adalah ilmu. Dalam sejarah perkembangan Islam dan kebudayaannya dalam lima-enam abad itu sangatlah kentara kegairahan pembesar-pembesar dan ahli-ahlinya mengumpulkan bermacam-macam ilmu dan pengetahuan dari negeri yang jauh-jauhnya maupun dari zaman yang telah silam dari ilmu kimia sampai ke ilmu kedokteran, dari ilmu matematik sampai ke ilmu astronomi, dari ilmu bercocok tanam sampai ke ilmu membuat bermacam-macam benda seperti kertas. Orang Islam sendiri mengadakan perjalanan ke negeri-negeri jauh, menuliskan pengalaman, pengetahuan, kebudayaan dan tamasya yang ditemuinya untuk disampaikannya kepada umat Islam. Ke segala bagian dunia yang terkenal pada waktu itu dikirimkan orang-orang untuk ditejemahkan ke dalam bahasa Arab. perguruan tinggi dan lembaga pengetahuan dan pendidikan di pusat-pusat agama dan kerajaan Islam seperti Bagdad, Kordova, Kairo dan lain-lain. Menjadi pusat pemikiran, penyelidikan dan penyebaran Ilmu dan perngtahuan terbesar, terlengkap dan termaju di zaman itu ”8484 Sukandi Abdul Karim Mashad (Penyunting), Sang Pujangga....., hal 146 70
Setelah menjelaskan kemajuan Islam di daerah kekuasaan Bani Abbas di Irak, Bani Fatimiyyah di Mesir dan Bani Umayyah di Andalus, Sutan Takdir, melanjutkan pendapatnya:“tibalah saatnya kita memikirkan apakah intisari daripada hidup, cara berpikir dan usaha yang dilahirkan oleh agama Islam sehingga memungkinkan mukjizat yang sebesar itu berlaku. Bagaimana didorongnya, diberinya kedinamisan kepada bangsa Arab yang pada ketika itu kebudayaannya terbelakang dan miskin dibandingkan dengan kebudayaan Persi, India, Yunani dna Roma, sedangkan tempat kediaman mereka adalah gurun pasir yang tandus, tak banyak memberikan harapan pada tingkat kebudayaan itu. Persoalan ini jelas sekali adalah soal kejiwaan, spirit, sifat budi yang pada hakikatnya menjadi tiap-tiap fenomena turun-naiknya kebudayaan. Untuk mengetahui itu, tak dapat tidak, kita mesti menggali sumber kebudayaan Islam itu sendiri, yaitu al-Qur’an yang menentukan sifat, yaitu watak manusia Islam yang baru itu. Selain dari pada itu bagaimana pula ia menganggap makna hidupnya di dunia ini. 85Dalam hubungan ini jelaslah, bahwa al-Qur’an memberikan kepada manusia tempat yang setinggi-tingginya, yang sekuasa-kuasanya, sedangkan kesatuan Tuhan atau Allah yang mutlak tidak mengizinkan pembentukan mitos seperti dalam agama-agama primitif maupun agama-agama tinggi seperti agama-agama India, malahan seperti agama kristenpun yang dalam trinitasnya terjerat dalam mitos. Dilihat dari penjelasan ini dapat disimpulkan, bahwa Tuhan agama Islam itu amatlah abstrak, meskipun kepadanya diberikan atribut-atribut keadilan, pengasih dan penyayang. Kita tahu juga, bahwa Tuhan yang abstrak itu di beberapa tempat di katakan amat dekat kepada manusia, malahan lebih dekat dekat dari urat nadi leher manusia. 85 Ibid, Hal 147 71
Di dalam al-Qur’an menjelaskan bahwa Tuhan menciptakan manusia dan memasukkan roh-Nya sendiri ke dalam manusia itu, memberinya akal dan bahasa sehingga manusia itu dikatakan lebih tinggi dari pada malaikat. Akal dan bahasa sebagai ciri manusia dan sebagai pokok dari kehidupan kebudayaan yang berbeda dari pada kehidupan tumbuh-tumbuhan dan hewan. Dengan akal dan bahasa yang menjadi pokok yang hakikat dari pada budi manusia yang menimbulkan budi-daya atau kebudayaan dtujukkan oleh manusia, bahwa ia dapat mengaji, mempelajari dan menilai alam semesta dari batu, tumbuh-tumbuhan, hewan sampai kepada matahari dan bintang-bintang di cakrawala, yang sekaliannya tak lain menjelmakan hukum- hukum yang dimasukkan Allah ke dalamnya. Malahan dalam beberapa ayat juga dianjurkan kepada manusia untuk mengetahui hukum-hukum Tuhan di zaman sekarang biasa kita sebut alam. Dilihat dari jurusan ini sesungguhnya yang dinamakan hidup manusia sebagai makhluk kebudayaan adalah mengetahui hukum hidup manusia dan hukum-hukum alam yang amat luas itu dan memakainya terus- menerus tiada berhingga dalam suatu evolusi kemajuan yang tak dapat diketahui dimana akhirnya.Dari sini dapat diketahui, bahwa evolusi alam yang belaku sejak dunia terkembang pada tingkat terciptanya manusia serta perkembangan pengetahuan dan pengunaan alam semesta yang makin lama makin luas. Dengan penciptaan manusia suatu dinamisasi yang baru dijadikan dalam evolusi alam semesta. Dan lebih dari pada itu dalam al-Quran surah al-Baqarah, ayat 30, 31 dan 34 Allah menjelaskan, bahwa manusia menjadi khalifahnya, yaitu wakilnya di muka bumi. Sampai-sampai 72
malaikat sujud kepadanya. Dengan ini kemahaluasan Allah, ke maha mengetahui, kekreatifan-Nya yang tiada berhingga untuk kehidupan di Bumi ini dicurahkan-Nya sekurang-kurangnya sebagian kepada manusia, ayat yang dimaksud yang berbunyi;à7Ïó¡o„uρ $pκÏù ߉Å¡øム⎯tΒ $pκÏù ã≅yèøgrBr& (#þθä9$s% ( Zπx‹Î=yz ÇÚö‘F{$# ’Îû ×≅Ïã%y` ’ÎoΤÎ) Ïπs3Í× ̄≈n=yθù=Ï9 š•/u‘ tΑ$s% øŒÎ)uρ uTM!$oÿôœF{$# tΠyŠ#uTM zΝ ̄=tæuρ ∩⊂⊃∪ tβθßθn=÷ès? Ÿω $tΒ ãΝn=ôãr& þ’oÎΤÎ) tΑ$s% ( y7s9 â ̈dωs)çΡuρ x8ωôθpt¿2 ßxÎm7|¡çΡ ß⎯øtwΥuρ uTM!$tΒÏe$!$# (#θä9$s% ∩⊂⊇∪ t⎦⎫Ï%ω≈|1 öΝçFΖä. βÎ) ÏTMIωàσ ̄≈yδ ÏTM!$yθóTMr'Î/ ’ÎΤθä↔Î6/Ρ&r tΑ$s)sù Ïπs3Í× ̄≈n=yθø9$# ’n?tã öΝåκyÎztä §ΝèO $yγ ̄=ä. ( öΝÎηÍ←!$oÿôœr'Î/ Νßγ÷∞Î;/Ρr& ãΠyŠ$t↔ ̄≈tƒ tΑ$s% ∩⊂⊄∪ ÞΟŠÅ3ptø:$# ãΛ⎧Î=yèø9$# |MΡr& y7 ̈ΡÎ) ( !$oΨtFôθ ̄=tã $tΒ ωÎ) !$uΖs9 zΝù=Ïæ Ÿω y7oΨ≈ysö6ßTM $Βt uρ tβρ߉ö7è? $tΒ ãΝn=÷ær&uρ ÇÚö‘F{$#uρ ÏN≡uθ≈uΚ¡¡9$# |=ø‹xî ãΝn=ôãr& þ’ÎoΤÎ) öΝä3©9 ≅è%r& öΝs9r& tΑ$s% öΝÎηÍ←!$oÿôœr'Î/ Νèδr't6/Ρr& !$£θn=sù z⎯ÏΒ tβ%x.uρ uy9õ3tFóTM$#uρ 4’n1r& }§ŠÎ=ö/Î) HωÎ) (#ÿρ߉yf|¡sù tΠyŠKψ (#ρ߉àfóTM$# Ïπs3Í× ̄≈n=uΚù=Ï9 $oΨù=è% øŒÎ)uρ ∩⊂⊂∪ tβθãΚçFõ3s? öΝçFΨä.∩⊂⊆∪ š⎥⎪ÍÏ≈s3ø9$#30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."31. Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda- benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" 32. Mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana[35]."33. Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka Nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka Nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?" 73
34. Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: "Sujudlah[36] kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia Termasuk golongan orang-orang yang kafir.Demikianlah, cara berpikir, bersemangat dan susunan kemajuan ilmu dan pengetahuan yang membuat kebudayaan Islam berjaya, sehingga kedinamisan Islam ini mempengaruhi orang-orang Eropa. Maka tokoh-tokoh besar Eropa seperti Marcopolo telah mejelajah Asiadari tahun 1271 sampai tahun 1295, Columbus menemui Afrika dan mendarat di Kalikut 1298. Melihat perjalanan sejarah tersebut, Sutan Takdir merasa tidak heran, karena kemajuan dunia modern ini pada hakikatnya adalah kemajuan yang dikehendaki agama Islam seperti yang kita ketahui kemajuan Islam pada abad ke-7 sampai ke-12. pada hakikatnya orang Eropa itulah yang melanjutkan semangat Islam, sedangkan dunia Islam yang sejak abad ke-12 dan ke- 13 terus menerus jatuh dan bertambah terbelakang tentang ilmu, teknologi maupun kemajuan ekonomi, sehingga pada suatu ketika sebagian besar Islam menjadi jajahan- jajahan Eropa, pada hakikatnya hanyalah namanya saja penganut Islam.86Inilah yang sangat disesalkan Sutan Takdir, lenyapnya pemikiran rasional, filosofis dan ilmiah dari dunia Islam, dan menyeberang serta berkembang di dunia Barat. Ini seolah-seolah Islam telah menggelilingi dirinya sendiri dengan batas-batas yang beku dimana ia dapat mengundurkan dirinya seperti seekor siput atau keong yang merasa takut terhadap sekitarnya. Dalam pandangannya, al-Ghazali sebagai mempunyai peranan besar dalam hal ini. 86 Ibid.,Hal 155 74
Demikian Sutan Takdir, maka selayaknyalah aliran Mu’tazilah yang mementingkan rasio dari kebenaran berpikir, yang sejak berabad-abad ditakuti dan dikafirkan oleh golongan ulama-ulama Islam mulai saat ini harus dihilangkan. Dan Islam mesti ikut berpikir kembali, apakah pembangunan pemikiran politik yang dapat diberikannya atas dasar martabat manusia di zaman khalifah Allah di Bumi. Dalam bidang ekonomi, apakah institus zakat fitrah masih dapat dipakai dalam zaman kemajuan, ketika fakir miskin telah lenyap. Pendeknya Islam saat ini termasuk di Indonesia harus memberi pimpinan kepada pembangunan kebudayaan, masyarakat dan manusia yang baru 75
0 notes
langitbentala · 4 years
Text
Kesuburan Tanah dan Eksperimen Pak Suparman, Seorang Petani di Kalasan, Sleman
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Pada 11 Oktober 2020 saya mewawancarai seorang petani di Kalasan untuk uji kesuburan tanah. Beliau bernama Bapak Suparman. Bapak Suparman adalah seorang petani berusia 46 tahun di Sleman. Beliau adalah seorang petani bawang merah, tembakau, timun, semangka, dan masih banyak lagi. Tetapi tanaman budidaya utama yang dibudidayakan beliau adalah tembakau. Lokasi sawah beliau tepatnya di daerah Kiyudan, Selomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta.
Pada bulan Oktober 2020 ini, Bapak Suparman menanam bawang merah dengan varietas Lokananta di lahan seluas 1000 m2. Jarak tanam yang digunakan untuk penananam bawang merah tersebut adalah 15 cm x 15 cm. Terdapat alasan mengapa Pak Suparman memilih varietas Lokananta yaitu adalah varietas itu mempunyai umbi yang lebih besar dibandingkan dengan varietas Lokal. Harga dan produktivitas bawang merah varietas Lokananta juga lebih tinggi.
Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk mendukung pertumbuhan dan reproduksinya. Keadaan tanah yang subur memiliki tata air, udara dan unsur hara dalam keadaan cukup seimbang dan tersedia sesuai kebutuhan tanaman, baik fisik, kimia dan biologi tanah (Sitorus et al., 2018). Pengujian kesuburan tanah dengan pengecekan kondisi tanah yang sudah dilakukan Bapak Suparman yaitu dengan pengujian pH. Tanah yang digarap Pak Suparman adalah tanah yang memiliki tingkat kemasaman yang cukup tinggi. Perlakuan yang sudah dilakukan Pak Suparman untuk mengatasi kemasaman tanah yaitu dengan penambahan pupuk dolomit, sehingga pH tanah akan meningkat. Selain pupuk dolomit, Pak Suparman juga menggunakan pupuk kandang, ZA, Urea, Phonska, Ammophos, Boron, dan Tropichote. Menurut Pak Suparman sendiri, tanah yang masam tersebut tidak terlalu menyebabkan permasalahan yang cukup signifikan. Hal itu dapat dilihat dari produktivitas tanaman yang dihasilkan oleh Pak Suparman. Bapak Suparman jarang sekali mengalami gagal panen yang dikarenakan kesuburan tanah yang kurang baik. Akan tetapi karena adanya faktor lain seperti hama dan penyakit tumbuhan yang menyerang sawah beliau dan iklim yang terjadi. Pak Suparman juga jarang mendapatkan penyuluhan dari Dinas Pertanian setempat. Selama ini Pak Suparman selalu mencoba-coba dan hanya berbekal pengalaman yang dilakukannya selama menjadi petani.
Kemasaman tanah selain dengan kapur dolomit yaitu dengan penambahan bahan orgnaik. Pupuk kompos juga dapat meningkatkan pH dalam tanah. Peningkatan pH ini disebabkan oleh adanya peningkatan senyawa organik yang dihasilkan oleh pelapukan lebih lanjut dari jenis bahan organik menjadi humus. Selain itu peranan kompos ikut mempertinggi Ca-dd tanah juga ikut mempengaruhi kenaikkan pH tanah dengan mengeliminir Al-dd pada tanah asam (Syahputra et al., 2015). Bahan organik merupakan humus yang berperan sebagai koloid tanah, maka semakin rendah bahan organik akan semakin rendah nilai KTK, pH tanah dan serapan unsur hara N,P,K (Mukhlis, 2011). Selain menggunakan pupuk dan penambahan bahan organik dengan kompos, pengelolaan kemasaman tanah dapat diminimalisir dengan penggunakan varietas toleran. Varietas toleran diperoleh dengan mencari, memodifikasi atau mengubah suatu tanaman agar dapat beradaptasi terhadap keadaan lingkungan tertentu (Wijanarko & Taufiq, 2004). Pengaruh tanah masam terhadap pertumbuhan tanaman berubah sesuai jenis tanaman karena mekanisme toleran Al tanaman tergantung pada spesiesnya. Selain itu, tanaman dapat bertahan dalam kondisi asam dengan meningkatkan ketahanan terhadap kondisi asam dengan pertumbuhan tanaman (Matsumoto et al., 2017). pH tanah merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi kelarutan sebuah unsur hara di tanah. Ketersediaan unsur hara makro dan mikro akan dipengaruhi oleh pH tanah. Pada tanah agak masam hingga alkalis seperti pada tanah Pak Suparman, ketersediaan unsur makro dan Mo akan meningkat (kecuali P), sedangkan hara P, Fe, Mn, Zn dan Co menjadi tidak tersedia sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanah yang memiliki pH tanah yang tinggi dapat menimbulkan permasalahan dalam fiksasi P sehingga akan mengurangi ketersediaan hara bagi tanaman (Kadarwati, 2016).
Bapak Suparman adalah seorang petani yang senang sekali bereksperimen dan melakukan banyak percobaan. Salah satu eksperimen yang beliau lakukan saat ini (Oktober 2020) adalah dengan membandingkan hasil produksi dari sawah yang diberi perlakuan pupuk kandang, dan petak sawah tanpa memberikan perlakuan perlakuan pupuk kandang. Kedua petak sawah tersebut sama-sama ditanami bawang merah. Kemudian Bapak Suparman senang sekali mencoba-coba berbagai jenis varietas tanaman, salah satunya yaitu bawang merah. Dan juga Bapak Suparman pernah mencoba menggunakan pampers untuk budidaya semangka. Pampers tersebut dipotong menjadi kecil-kecil kemudian dimasukkan ke dalam lubang untuk kemudian dimasukkan benih semangka. Tujuan penggunaan pampers itu adalah untuk mempertahankan lengas yang ada di dalam tanah, sehingga benih semangka tersebut dapat tumbuh dengan baik karena tidak pernah kekurangan air.
 Daftar Pustaka
Kadarwati, F.T. 2016. Evaluasi kesuburan tanah untuk pertanaman tebu di kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Jurnal Littri 22: 53-62.
Matsumoto, S., H. Shimada., T. Sasaoka., I. Miyajima., G. J. Kusuma, and R.S Gautama. 2017. Effects of acids soils on plant growth and successful revegetation in the case of mine site. Intech Open 1: 9-27.
Muhklis. 2011. Analisis Tanah Tanaman. USU Press. Medan.
Sitorus, A., B. Sitorus, dan M. Sembiring. 2018. Kajian kesuburan tanah pada lahan pertanian di Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir. Jurnal Agroekoteknologi FP USU 36: 225- 230.
Syahputra, D., M. R. Alibasyah, dan T. Arabia. 2014. Pengaruh kompos dan dolomit terhadap beberapa sifat kimia ultisol dan hasil kedelai (Glycine max L. Merril) pada lahan berteras. Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan 4: 535-542.
Wijanarko, A dan A. Taufiq. 2004. Pengelolaan kesuburan lahan kering masam untuk tanaman kedelai. Buletin Palawija 7: 39–50.
0 notes
gamezeroindonesia · 4 years
Text
Bandai Namco akan Rilis Doraemon: Story of Seasons untuk PlayStation 4!
Tumblr media
Tahun lalu, Marvelous dan Bandai Namco merilis salah satu game simulasi berkebun terbaru yang membawa kolaborasi dari dua franchise besar dan cukup sukses menarik banyak perhatian dari para penggemar yakni Doraemon Story of Seasons. Game ini awalnya hadir di Nintendo Switch dan PC via Steam. Namun, Baru-baru ini Bandai Namco melalui press releasenya mengumumkan bahwa Doraemon: Story of Seasons juga akan dirilis untuk konsol PlayStation 4. Kabar ini tentunya menjadi kabar yang menggembirakan bagi kalian yang telah lama menantikan Game ini rilis di PlayStation. Doraemon: Story of Season akan Rilis Terlebih Dahulu untuk Wilayah Jepang https://youtu.be/sJfpaHhgNW0 Selain itu, Mereka juga mengumumkan bahwa Doraemon Story of Seasons untuk PS4 akan rilis di Jepang dan Asia pada tanggal 30 Juli 2020. Sementara, rilis versi baratnya baru akan menyusul pada tanggal 4 September 2020. Kemungkinan versi Asia sudah terdapat subtiitle bahasa Inggris jadi kalian gak perlu khawatir. Dalam game ini, nantinya kalian akan mengikuti kisah Nobita dan kawan-kawan di dunia yang disebut Natura. Kalian dapat bercocok tanam, beternak, berinteraksi dengan warga desa, serta menjalani sejumlah petualangan menarik. Sembari bercocok tanam dan mengurus ternakmu, kamu juga akan mencari beberapa gadget rahasia yang menghilang di beberapa musim tertentu. Nah, bagi sobat GameZeRO yang gak miliki Konsol PlayStation 4, Doraemon: Story of Seasons saat ini sudah tersedia dan bisa kalian mainkan di Nintendo Switch dan PC. Read the full article
0 notes